Efektifitas Pengolahan Limbah Cair Pabrik Tahu SMD Cipayung Jakarta Timur dan Aspek Terhadap Kesehatan Masyarakat Tahun 2012 Yunita Sari, Haryoto Kusnoputranto Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia [email protected] Abstrak Industri tahu merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah cair dalam jumlah besar, dan umumnya limbah cair tersebut langsung dibuang kebadan air. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang menggunakan data primer dengan pengambilan sampel limbah cair pabrik tahu untuk dianalisis serta kuesioner dengan masyarakat sekitar terhadap kesehatan dengan keberadaan limbah cair pabrik tahu. Berdasarkan analisis kualitas limbah cair pabrik tahu memiliki nilai BOD dan COD yang tinggi serta sistem pengolahan limbah cair dengan pemberian kaporit tidak memiliki efektifitas terhadap penurunan BOD dan COD. Iritasi kulit dan Gatal-gatal merupakan penyakit yang pernah diderita masyarakat setempat. Keluhan penyakit yang dialami masyarakat belum dapat dipastikan akibat dari keberadaan limbah cair pabrik tahu karena belum ada penelitian yang menyatakan bahwa limbah cair tahu mempengaruhi aspek kesehatan masyarakat sekitar pabrik, gangguan lainnya adalah gangguan terhadap bau menyengat yang ditimbulkan oleh limbah cair tersebut. Pemberian kaporit dengan jumlah limbah cair yang dihasilkan tidak dapat memberikan efektifitas pada pengolahan limbah cair tersebut. Oleh karena itu perlu adanya sistem pengolahan limbah cair dengan cara koagulan/flokulasi serta pemantauan berkala terhadap limbah cair pabrik tahu. Kata Kunci : Aspek kesehatan, Efektifitas, Limbah cair pabrik tahu Pendahuluan Menurut Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan BPPT dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Samarinda (2002), proses pembuatan tahu dapat dikatakan masih tradisional dengan banyak memakai tenaga manusia. Bahan baku utama yang digunakan adalah kedelai (Glycine spp). Lebih dari setengah kosumsi kedelai di Indonesia di gunakan sebagai bahan baku tahu dan tempe. Jika di tinjau dari jumlah bahan baku dan asumsi bahwa setengah dari jumlah kedelai dipergunakan untuk pengolahan tahu, maka potensi limbah yang dihasilkan dari produksi tahu diperkirakan mencapai 51 juta ton BOD5/ tahun. Jika ditinjau dari KEP/MENLH/10/1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri, maka industri tahu memerlukan pengolahan limbah karena telah melebihi baku mutu yang ditetapkan yaitu sebesar 50-150 mg/l untuk BOD5 dan sebesar 100-300 mg/l untuk COD. Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012 Berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor : 582 Tahun 1995 tentang Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai atau Badan Air serta Baku Mutu Limbah Cair Di Wilayah DKI Jakarta menetapkan bahwa untuk industri makanan pada lampiran IV kadar maksimum untuk BOD 5 adalah 75 mg/l, sedangkan untuk COD sebesar 100 mg/l. Teknologi pengolahan limbah tahu saat ini masih sederhana berupa sistem pengolahan limbah anaerob hal ini dikarenakan biaya yang dikeluarkan murah. Dengan proses biologis anaerob, efisiensi pengolahan limbah hanya sekitar 70-80%, sehingga air lahannya masih mengandung kadar pencemar organik yang tinggi, serta bau yang dihasilkan dari sistem anaerob dan tingginya kadar fosfat merupakan salah satu masalah dari sistem pengolahan limbah secara anaerob untuk industri tahu, Ada berbagai alternatif untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan melakukan kombinasi proses biologis anaerob-aerobik merupakan proses penguraian anaerob dan diikuti dengan proses pengolahan lanjut dengan sistem biofilter anaerob-aerobik. Dengan adanya kombinasi tersebut diharapkan jumlah konsentrasi COD dalam air dapat turun sekitar 30-60 ppm, yang jika dibuang ke dalam sungai tidak lagi mencemari lingkungan sekitar. Menurut Kusnoputranto (1997), Ada tiga cara utama dalam pengolahan bahan buangan organik secara aerobik dengan menggunakan prinsip-prinsip biokimia, yaitu activated sludge, trickling filter dan oxidation pound. Limbah cair pabrik tahu SMD Jakarta Timur merupakan salah satu industri tahu yang menghasilkan limbah cair dalam jumlah besar. Proses pengolahan limbah cair pabrik tahu hanya dengan memberikan kaporit pada limbah cair dan selanjutnya disalurkan kesungai. Kondisi tersebut merupakan salah satu sumber pencemaran bagi kesehatan dan lingkungan oleh karena itu dibutuhkan suatu penanganan untuk mencegah atau meminimalisasi dampak dari limbah cair tersebut. Salah satu cara yang dilakukan adalah mengetahui kualitas dan efektifitas limbah cair sebelum dan sesudah dilakukan pengolahan dan meninjau aspek kesehatan yang ditimbulkan dari limbah cair tersebut. Metode Desain penelitian yang digunakan adalah studi observasional. Penelitian ini dilakukan pada bulan November - Desember 2012 di Pabrik tahu SMD Jalan. Setu Raya Kelurahan Setu Kecamatan Cipayung Jakarta Timur. Data yang digunakan adalah data primer dimana data diambil langsung dari lokasi penelitia yaitu inlet dan outlet limbah cair pabrik tahu untuk dilakukan analisa oleh laboratarium Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit Menular (BBTKL PPM) Jakarta. Data aspek kesehatan masyarakat berupa data primer yang diambil berdasarkan wawancara kepada pemilik pabrik dan kuesioner oleh masyarakat sekitar pabrik tahu. Data sekunder yang digunakan adalah referensi berdasarkan baku mutu pemerintah yaitu Keputusan Gubernur No.582 tahun 1995. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah total populasi yaitu pekerja tetap di pabrik tahu yang tinggal disekitar area pembuangan limbah cair tahu dan diambil pada waktu dan tempat yang sama dimana kondisi sampel menggambarkan keadaan yang sebenarnya saat dilakukan pengambilan. Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012 Metode pengujian pemeriksaan sampel pada limbah cair adalah sebagai berikut : Tabel 1.1 Metode Pengujian Sampel Limbah Cair Pabrik Tahu SMD Jakarta Timur Tahun 2012 Parameter Metode Pengujian TSS SNI-06-6989.3-2004 Ammonia SNI-06-6989(2).30-2005 pH SNI-06-6989.11-2004 BOD APHA 21th 5210.B Edt 2005 COD APHA 21th 5220.C Edt 2005 (sumber : BBTKL Jakarta) Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampel pertama yang diambil adalah sampel dari limbah cair tahu yang belum dilakukan pengolahan (inlet), sampel kedua adalah limbah cair yang diambil setelah dilakukan pengolahan (outlet). Analisis dilakukan oleh laboratarium Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit Menular (BBTKL PPM) Jakarta. Cara pengambilan sampel mengenai aspek kesehatan masyarakat dengan menggunakan kuesioner. Analisis univariat adalah analisis yang digunakan untuk menjelaskan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti, sehingga data-data tersebut dapat dijadikan informasi. Cara yang dilakukan yaitu dengan hasil nilai dari pemeriksaan terhadap masing- masing variabel yang berasal dari pengolahan limbah industri tahu. Hasil pemeriksaan tersebut dibandingkan dengan baku mutu. Analisa aspek kesehatan masyarakat dilakukan berdasarkan hasil kuesioner dengan 30 responden untuk mengetahui aspek kesehatan masyarakat yang ditimbulkan akibat adanya limbah cair pabrik tahu. Efisiensi pengolahan dihitung berdasarkan perbedaan hasil dari pemeriksaan air limbah sebelum pengolahan ( influent) dengan pemeriksaan air limbah sesudah pengolahan (effluent) yang dinyatakan dalam persentase dengan rumus sebagai berikut : E So S E = So – S x 100 % So = Efektifitas pengolahan air limbah (%) = Konsentrasi Inffluent (mg/L) = Konsentrasi Effluent (mg/L) Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012 Hasil Gambar1.1 Sistem Pengolahan Limbah Cair Pabrik Tahu Sumber limbah cair pabrik tahu Bak penampung 1 ( Inlet) Bak penampung2 dengan pemberian kaporit Bak penampung3 (Outlet) Aliran Sungai sebelum tercemar limbah cair tahu Aliran Sungai Tercema r limbah tahu Sungai Cilangka p Proses pengolahan limbah cair pabrik tahu SMD secara terbuka, limbah cair hasil produksi dialirkan ke bak penampung1, selanjutnya air limbah disalurkan pada bak penampung2 dan diberikan kaporit. Setelah pemberian kaporit pada bak penampung2 air limbah disalurkan pada bak penampung3 dan setelah itu dialirkan langsung ke sungai Cilangkap. Pemberian kaporit pada limbah cair tahu kurang lebih 2 liter dengan limbah cair yang dihasilkan sebanyak 10.500 l/hari. Fungsi pemberian kaporit atau Ca(clo) 2 pada limbah cair pabrik tahu adalah untuk membunuh bakteri, kuman dan virus, hal ini dikarenakan adanya kandungan klor dalam kaporit. Kaporit juga dapat menaikkan pH air. Dengan jumlah limbah cair yang dihasilkan dan pemberian kaporit didapatkan bahwa pemberian kaporit sebanyak 2 liter tidak memiliki efektifitas dalam proses pengolahan. Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012 Tabel 1.1 Hasil pemeriksaan Laboratarium Inlet Limbah Cair Pabrik Tahu SMD Cipayung Jakarta Timur Tahun 2012 NO Parameter Satuan Baku Mutu Limbah Cair Industri Hasil Pengujian 1 TSS Mg/l 100 146,75 2 Amonia Mg/l – N 5,0 11,88 3 pH -- 6-9 5,33 4 BOD Mg/l 75,0 98,0 5 COD Mg/l 100,0 768,0 (Sumber : Peraturan Gubernur DKI Jakarta No.19 Tahun 1995) * Tabel 1.2 memperlihatkan bahwa karakteristik limbah cair pabrik tahu berdasarkan analisis bersifat asam (pH 5,33), mengandung zat organik dengan nilai BOD,COD, TSS yang tinggi dimana berturut-turut mencapai 98,0 mg/l, 768,0 mg/l, 146,75 mg/l yang telah melewati baku mutu yang ditentukan dan konsentrasi ammonia 11,88 mg/l yang melewati baku mutu. Tabel 5.2 Hasil pemeriksaan Laboratarium Outlet Limbah Cair Pabrik Tahu SMD Cipayung Jakarta Timur Tahun 2012 NO Parameter Satuan Baku Mutu Limbah Cair Industri Hasil Pengujian Mg/l 100 48,5 Mg/l – N 5,0 4,0135 -- 6-9 6,60 1 TSS 2 Amonia 3 pH 4 BOD Mg/l 75,0 298,80 5 COD Mg/l 100,0 1228,8 (Sumber : Peraturan Gubernur DKI Jakarta No.19 Tahun 1995) * Setelah dilakukan pengolahan limbah dengan menggunakan kaporit sebagai pengolahan didapatkan bahwa pH, ammonia, dan TSS mengalami penurunan dengan hasil analisis outlet adalah 6,60, 4,0 mg/l, dan 48,5 mg/l. Untuk BOD dan COD setelah mengalami pengolahan hasil analisis menunjukkan nilai BOD dan COD yang mengalami peningkatan dengan nilai masing-masing adalah 298,80 mg/l dan 1228,8 mg/l yang telah melewati baku mutu yang ditentukan. Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012 Tabel 1.3 Tingkat Efektifitas Pengolahan Limbah Cair Pabrik Tahu SMD Cipayung Jakarta Timur Tahun 2012 NO Pararmeter 1 Hasil Pemerikasaan Efektifitas (%) Standar Efektifitas (%) Inlet (mg/l) Outlet (mg/l) TSS 146,75 48,5 66,9 100 2 Amonia 11,88 4,0135 66,2 100 3 Ph 5,33 6,60 -23,8 100 4 BOD 98,0 298,80 -204,9 100 5 COD 768,0 1228,8 -60 100 *Berdasarkan tabel tersebut dapat terlihat tingkat efektifitas pengolahan limbah cair pada masing-masing parameter. Parameter yang tingkat efektifitasnya tertinggi adalah TSS, sedangkan parameter yang tidak efektifitas dalam parameter tersebut adalah BOD dan COD. Pemberian kaporit pada limbah cair tahu tidak memiliki efektifitas untuk menurunkan jumlah BOD dan COD yaitu -204,9% dan -60%. Pemberian kaporit pada limbah cair tahu memiliki efektifitas yang cukup tinggi yaitu 66,9% untuk TSS dan 66,2% untuk ammonia. Sedangkan untuk Ph teknik pengolahan ini memiliki efektifitas yang baik karena kadar asam pada ph (5,33) sebelum pengolahan mengalami kenaikan yaitu 6,60 yang mendekati netral. Tabel 5.4 Karakteristik Individu Lingkungan sekitar Pabrik Tahu SMD Cipayung Jakarta Timur Tahun 2012 Variabel JenisKelamin Laki-Laki Frekuensi Presentasi 8 26,7 22 73,3 1 3,3 29 96,7 Pendidikan TidakSekolah Tamat SD Tamat SLTP Tamat SMA Tamat PT 2 16 9 2 1 6,7 53,3 30,0 6,7 3,3 Pekerjaan 1 3,3 Wiraswasta 7 23,2 Buruh 22 73,3 Perempuan LamaTinggal < 1 tahun >= 1 tahun Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012 IbuRumah Tangga TOTAL 30 100 * Berdasarkan data yang didapat umur responden berkisar antara 15- 60 tahun dengan jumlah laki-laki 8 dan jumlah perempuan 22 . rata rata lama tinggal responden adalah lebih dari 1 tahun sebanyak 29 dan 1 responden kurang dari 1 tahun tinggal dilokasi pabrik. Karakteristik individu responden adalah rata-rata ibu rumah tangga sebesar 22 orang, 7 orang sebagai buruh pabrik tahu dan 1 orang sebagai pemilik pabrik tahu dengan status pendidikan responden lulusan SD sebanyak 16 orang, lulusan SLTP sederajat 9 orang. 2 orang responden berpendidikan lulusan SMA dan hanya 1orang yang lulusan perguruan tinggi. Tabel 5.5 Gangguan yang ditimbulkan dengan Keberadaan Pabrik Tahu SMD Cipayung Jakarta Timur Tahun 2012 Gangguan yang ditimbulkan Frekuensi Persentase Bau Menyengat Limbah Cair Tahu 23 76,7 Kondisi Air Bersih yang Buruk 3 10,0 Banyaknya Vektor Pengganggu 1 3,3 Tidak terganggu 3 10,0 30 100,0 Total * Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa sebanyak 23 responden merasa terganggu dengan bau menyengat limbah cair pabrik tahu, 3 responden merasa terganggu dengan kondisi air yang buruk dimana kualitas air bersih disekitar lingkungan pabrik berbau, berasa, dan berwarna, banyaknya vector pengganggu sebanyak 1 orang dan tidak terganggu dengan keberadaan pabrik sebesar 3 responden. Tabel 5.6. Penyakit yang Pernah diderita Oleh Masyarakat Sekitar Pabrik Tahu SMD Jakarta Timur Tahun 2012 Jenis Penyakit Frekuensi Persentase Sakit Perut Diare Iritasi Kulit Gatal-Gatal Tidak sakit Total 1 5 9 8 7 30 3,3 16,7 30,0 26,7 23,3 100,0 Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh masyarakat sekitar pabrik sebanyak 9 responden penyebab timbulnya penyakit adalah kondisi limbah yang buruk,kondisi lingkungan yang buruk dan perilaku hidup yang buruk sejumlah 8 dan 6 responsen. Sebanyak 7 responden tidak merasakan sakit selama 3bulan terakhir. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan mengenai kondisi sekitar lingkungan rumah responden adalah bahwa 100% responden menggunakan air tanah sebagai sumber air bersih untuk kebutuhan mandi,mencuci dan lain lain. Sedangkan sumber air yang digunakan Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012 untuk kosumsi sehari-hari adalah air kemasan. Berdasarkan observasi yang dilakukan dengan kondisi lingkungan sungai diketahui bahwa terdapat 2 aliran sungai aliran pertama dalam kondisi baik dimana tidak tercemar limbah tahu, warna air hijau, tidak terdapat sampah,kondisi estetika cukup baik. Pada sungai yang tidak tercemar air limbah tidak ditumbuhi flora air,tidak adanya tanda-tanda kehidupan mikroba,sungai tidak bau, tidak terdapat ikan dan tidak adanya sampah pada sungai tersebut. Sedangkan aliran sungai kedua yang menjadi aliran limbah cair tahu sungai berwarna putih kekuningan dengan kondisi estetika yang buruk. Sungai tempat pembuangan limbah cair mengalami pendangkalan dan tidak adanya flora air yang tumbuh. Pada sungai yang dicemari limbah tidak terdapat ikan atau jenis fauna air yang tumbuh,bau sungai yang tercemar sangat menyengat. Pembahasan 1.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini menggunakan data primer, sampel limbah cair diambil langsung dari inlet dan outlet limbah cair pabrik tahu dan kuesioner aspek kesehatan masyarakat yang ditimbulkan. Keterbatasan dari penelitian ini adalah : 1. Lama tinggal antara inlet dan outlet bervariasi, karena proses produksi yang berlangsung selama 24jam. 2. Waktu pengambilan sampel terdapat perbedaan yaitu antara sampel inlet dan oulet yang diambil tidak dapat mewakili kualitas masing-masing sampel sehingga pada parameter tertentu mengalami peningkatan 3. Jarak antara pengambilan sampel limbah cair pabrik tahu dengan laboratarium BBTKL PPM Jakarta, yang ditempuh selama kurang lebih 2 jam hal ini memiliki kemungkinan adanya perubahan dalam sampel yang diambil. 1.2 Kualitas Limbah Cair Pabrik Tahu 1.2.1 TSS Data analisis TSS menunjukkan bahwa nilai TSS sebelum dan setelah pengolahan berkisar antara 146,75 mg/l – 48,5 mg/l. Efektifitas TSS dengan adanya pengolahan limbah cair mencapai 66,9%. Hal ini menunjukkan bahwa pengolahan limbah cair dengan pemberian kaporit mempengaruhi konsentrasi TSS. Menurut Salmariza (2008), konsentrasi TSS yang semakin tinggi sejalan dengan bertambahnya tingkat beban organik. Menurut Effendi (2003) dalam Esmiralda, TSS dalam jumlah yang berlebih dapat menyebabkan penyumbatan pernapasan pada ikan yang hidup disungai, serta kurangnya asupan oksigen terlapisi oleh padatan. Berdasarkan Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.582 Tahun 1995 baku mutu limbah cair untuk industri tahu dengan parameter TSS adalah 100mg/l. berdasarkan analisa didapatkan bahwa konsentrasi TSS pada limbah cair sebelum pengolahan mencapai 146,75 mg/l yang Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012 melewati baku mutu. Sedangkan setelah pengolahan konsentrasi TSS mencapai 48,5 mg/l yang dibawah baku mutu. Kadar TSS pada badan air atau sungai setelah mengalami pencampuran dengan limbah cair tahu adalah 26,5 mg/l dibawah baku mutu yang ditentukan. 1.2.2 pH Dari data karakteristik limbah cair pabrik tahu diketahui bahwa pH limbah cair tersebut bersifat asam mencapai 5,33. Setelah dilakukan pengolahan menggunakan kaporit didapatkan pH outlet 6,60. Hal ini menunjukkan bahwa pengolahan limbah dengan kaporit mampu menetralkan pH limbah cair pabrik tahu. Hasil analisa menunjukkan kaporit berpengaruh terhadap nilai pH limbah cair pabrik tahu. Menurut Hardjowigeno (1993) dalam Salmariza (2008), nilai pH yang netral mungkin disebabkan oleh sifat alami tanah yang memiliki kapasitas untuk menetralkan pH. Teknik pengolahan limbah cair tahu dengan pemberian kaporit diperoleh pH mencapai 6,60, dengan adanya peningkatan konsentrasi kaporit berpengaruh secara nyata terhadap penetralan pH. Teknik pengolahan limbah cair ini memiliki nilai efektifitas -23,8% untuk peningkatan angka pH yang bersifat asam (5,33) menjadi 6,60 yang mendekati netral. Nilai pH pada badan air atau sungai setelah bercemar dengan limbah cair pabrik tahu adalah 6,65. Berdasarkan keputusan Gubernur DKI Jakarta No.582 Tahun 1995 baku mutu limbah cair industri tahu untuk parameter pH adalah 6-9. Berdasarkan hasil pengujian nilai pH limbah cair pabrik tahu sebelum pengolahan berkisar 5,33 yang bersifat asam Menurut Zulkifli et al., (2001) nilai keasaman dalam limbah cair sangat dipengaruhi oleh kegiatan mikroba dalam memecah bahan organik. 1.2.3 Ammonia Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan diketahui bahwa nilai ammonia pada limbah cair sebelum dan setelah dilakukan pengolahan dengan pemberian kaporit berturut-turut adalah 11,88 mg/l dan 4,0 mg/l. Nilai ammonia yang tinggi menurut Sutamiharja (1978), dalam Zulkifli et al., (2001), Nilai nitrogen di dalam limbah cair tahu secara umum berada dalam 3 senyawa yaitu : ammonia, nitrit, dan nitrat, ketiganya merupakan hasil perombakan bahan organik yang mengandung nitrogen terutama protein. Penyisihan ammonia diakibatkan karena ammonia yang terdapat pada limbah tahu diuraikan melalui proses nitrifikasi. Proses nitrifikasi ini menghasilkan nitrat dan nitrit sehingga kadar nitrat dan nitrit meningkat. Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Paramitha et al., (2008), ammonia terbentuk sebagai proses dekomposisi sampah dari senyawa organik. Kadar nitrat dapat berakibat buruk pada ikan, ammonia dapat merupakan racun bagi ikan sekalipun pada konsentrasi sangat rendah. Kontrol rutin kadar ammonia pada sungai sangat penting dan merupakan salah satu alternatif dalam mengantisipasi perubahan parameter kualitas air. Nilai ammonia sesuai dengan keputusan Gubernur DKI Jakarta No.582 Tahun 1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri makanan adalah 5,0 mg/l. Berdasarkan hasi nilai ammonia pada inlet limbah cair pabrik tahu melebihi baku mutu yang ditentukan. Setelah dilakukan pengolahan dengan penambahan kaporit konsentrasi ammonia pada limbah Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012 cair tersebut mencapai 4,0 mg/l yang telah memenuhi keputusan Gubernur DKI Jakarta No.582 Tahun 1995. Efektifitas dari pengolahan limbah cair tersebut terhadap parameter ammonia adalah 66,2%. Kadar ammonia pada sungai setelah bercampur dengan limbah cair pabrik tahu adalah 2,4 mg/l. Ammonia pada badan air memiliki nilai lebih rendah dari nilai ammonia pada outlet hasil pengolahan limbah cair pabrik tahu. Menurut Husni et al., kadar ammonia bebas yang melebihi 0,2 mg/l bersifat toksik bagi beberapa jenis ikan. Selain itu kadar ammonia yang tinggi juga menjadi indikasi adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah domestik. 1.2.4 BOD Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan terlihat bahwa terjadi anomali pada parameter BOD, konsentrasi BOD setelah pengolahan lebih tinggi dari konsentrasi sebelum pengolahan dengan nilai 298,80 mg/l pada outlet dan 98,0 mg/l pada inlet. Efektifitas pemberian kaporit sebagai pengolahan limbah cair pabrik tahu untuk parameter BOD senilai -204,9% atau dapat dikatakan tidak miliki nilai efektifitas. Dalam peneletian Salmariza (2008), terjadinya peningkatan BOD disebabkan karena adanya tingkat beban organik dan HLR sangat berpengaruh terhadap laju dekomposisi parameter organic dalam air limbah,dimana laju dekomposisi tersebut berbanding terbalik dengan beban organic dan HLR yang diberikan. Berdasarkan Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.582 Tahun 1995 baku mutu BOD limbah cair tahu adalah 75,0 mg/l. Sedangkan menurut analisa yang dilakukan nilai BOD sebelum dan setelah pengolahan berkisar 98,0 mg/l – 298,80 mg/l yang melewati batas baku mutu yang ditentukan. Nilai BOD yang tinggi pada inlet menurut Zulkifli et al., (2001) disebabkan debit alir yang terlalu cepat sehingga kurang memberikan waktu yang cukup tinggi bagi proses penguraian. Kadar BOD pada badan air atau sungai setelah tercemar dengan limbah cair pabrik tahu adalah 292,82 mg/l melebihi baku mutu yang ditentukan. Menurut Hendro et al., (2004), nilai BOD yang tinggi pada badan air dapat menurunkan tingkat kandungan oksigen terlarut (DO) yang dapat mengakibatkan kematian ikan mas menurut Hayatul et al. 1.2.5 COD Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan diperoleh bahwa adanya anomali nilai COD sebelum pengolahan dan setelah pengolahan yaitu 768,0 mg/l dan 1228,8 mg/l. Berdasarkan analisis tersebut dinyatakan bahwa tidak adanya pengaruh pemberian kaporit pada penurunan angka COD karena kaporit hanya berfungsi untuk membunuh bakteri, kuman, dan virus. Teknik pengolahan ini memiliki efektifitas yang buruk pada COD yaitu -60%. Menurut Hayatul et al., nilai COD yang tinggi dalam limbah cair menyebabkan turunnya nilai oksigen terlarut, semakin menurunnya kadar oksigen terlarut akan mengakibatkan kematian pada hewan air. Setelah limbah cair pabrik tahu bercampur dengan badan air kadar COD mencapai 460,8 mg/l. Menurut Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.582 Tahun 1995 baku mutu limbah cair industri tahu untuk parameter COD adalah 100,0 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa nilai COD pada limbah cair pabrik tahu tersebut melewati baku mutu yang ditentukan pada inlet dan outlet. Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012 1.3 Proses Pengolahan Limbah Cair Pabrik Tahu Berdasarkan observasi yang dilakukan diketahui bahwa kaporit yang digunakan sebagai pengolahan limbah cair disimpan secara terbuka dan dalam ruang yang terbuka, hal ini dapat menyebabkan penuruan konsentrasi kaporit sebagai pembunuh mikroorganisme. Pengolahan limbah cair tahu merupakan pengolahan limbah secara terbuka diman pemberian kaporit sebanyak 2 liter dengan jumlah limbah cair yang dihasilkan tidak dapat memberikan efektifitas pada pengolahan limbah cair tersebut. Menurut Riyanti et al., (2010), Ca(OCl)2 mengandung klorin (Cl2) sebesar 60% yang dapat menurunkan kandungan BOD dan COD. Reaksi yang terjadi dengan penambahan kaporit dipengaruhi oleh pH. Menurut Riyanti et al., (2010), penambahan kaporit akan menyebabkan terhambatnya aktivitas bakteri atau mikroorganisme dengan cara merusak struktur sel bakteri atau organisme tersebut karena adanya klorin. Setiap 100 mL limbah cair ditambahkan kaporit sebanyak 5mg dapat menurunkan kandungan BOD dan COD dalam limbah cair tersebut. Penurunan BOD dan COD tejadi pada pH 7-8. Pada pH tersebut kemampuan klorin yang terdapat pada kaporit untuk menghambat aktivitas bakteri atau mikroorganisme dapat berjalan dengan baik. 1.4 Aspek Kesehatan Masyarakat terhadap Limbah Cair Pabrik Tahu Status kesehatan masyarakat di daerah penelitian dapat dilihat dari kebiasaan hidup subyek penelitian,berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan. Dari wawancara yang dilakukan diketahui bahwa masyarakat sekitar pabrik memiliki pendidikan yang rendah dan pekerjaan sebagai buruh dan ibu rumah tangga serta pengetahuan terhadap kesehatan yang rendah. Masyarakat disekitar pabrik adalah pegawai dari pabrik tahu tersebut yang bekerja sebagai buruh dan pedagang tahu. Gangguan yang ditimbulkan akibat keberadaan pabrik tahu adalah bau limbah tau yang sangat penyengat terutama pada musim kemarau, bau limbah cair pabrik tahu ini ditimbulkan karena adanya kandungan ammonia dalam limbah tersebut. Menurut Suprawihadi (2001), Limbah cair tahu yang memiliki kandungan ammonia apabila dibuang ke lingkungan tanpa adanya pengolahan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan antara lain: 1. Meningkatnya kebutuhan khlorin, karena khlorin digunakan untuk menghilangkan air yang tercemar ammonia 2. Ammonia toksik terhadap ikan 3. Kandungan nitrat sebagai penyubur menyebabkan tumbuh dan berkembangnya tumbuhan air yang tidak disengangi. 4. Warna air hijau akibat tumbuhnya algae Dalam penelitiannya Suprawihadi (2001) mengatakan, ammonia dalam air sebagian berasal dari reduksi zat organis (HOCNS) secara mikrobiologis. Kadar NH3 yang tinggi didalam air merupakan petunjuk adanya pencemaran. Dari segi estetika, NH3 memiliki rasa kurang enak dan bau yang menyengat. Pada konsentrasi 1 ppm atau kurang sudah dapat dideteksi adanya bau yang menyengat. Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012 Berdasarkan wawancara gangguan kesehatan yang oleh responden adalah iritasi kulit dan gatal-gatal merupakan gangguan kesehatan yang pernah dialami subyek penelitian dalam tiga bulan terakhir. Menurut Isyana et al., (2008), gangguan kesehatan tersebut belum dapat dipastikan sebagai aspek yang ditimbulkan akibat limbah cair pabrik tahu karena masih banyak faktor pendukung lain yang memungkinkan turut memicu timbulnya gejala penyakit kulit tersebut. Diantaranya adalah berdasarkan wawancara kemungkinan gangguan kesehatan terjadi akibat pekerjaan individu sebagai buruh pabrik tahu dimana berhubungan langsung dengan proses pembuatan tahu yang menggunakan banyak air dan tidak menggunakan sarung tangan selama bekerja.Selain itu kondisi lingkungan sekitar rumah yang kurang memadai dapat memicu terjadinya penyakit tersebut karena masyarakat sekitar pabrik menggunakan kamar mandi secara bersama-sama, jarak sumber air bersih yang dekat dengai sungai, hanya memiliki dapur umum, jamban digunakan untuk kebutuhan bersama, kualitas air yang buruk. Menurut Alia et al., (2004), prakiraan resiko terhadap kesehatan masyarakat berasal dari limbah cair dari outlet masuk ke dalam air permukaan atau sungai, dimana masyarakat sekitar aliran sungai tersebut memanfaatkan air tanah yang telah tercemar limbah cair melalui resapan sebagai kebutuhan mandi, mencuci, dan lain-lain. Resiko yang mungkin timbul berupa munculnya penyakit kulit dan perut. Menurut responden penyebab timbulnya gejala penyakit tersebut adalah kondisi limbah yang buruk, kondisi lingkungan yang buruk, dan perilaku hidup sehat yang buruk. Kondisi limbah cair yang buruk disebabkan karena sistem pengolahan limbah yang kurang baik oleh karena itu menurut Peni (2009), perlu dilakukannya pengolahan terhadap limbah cair tahu sebelum dibuang ke lingkungan sehingga limbah cair tidak lagi mencemari lingkungan sungai dan sekitarnya sedangkan menurut Wardhana (2004), Air yang tercemar oleh limbah organik terutama limbah yang berasal dari industri olahan makanan merupakan tempat yang subur untuk berkembang biaknya mikroorganisme,termasuk mikroba pathogen yang dapat menimbulkan penyakit menular dan tidak menular. Aspek lain yang dapat ditimbulkan dari limbah cair pabrik tahu menurut Alia et al., (2004) adalah prakiraan resiko terhadap air permukaan yang berasaldair pengolahan limbah cair yang dibuang kesungai,resiko yang ditimbulkan adalah kematian biota air,tumbuhan air dan hewan air. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dinyatakan bahwa pada sekitar aliran sungai yang tercemar limbah cair pabrik tahu tidak adanya kehidupan flora air, tidak terdapat ikan yang tumbuh. Prakiraan resiko terhadap flora air berasal dari limbah cair yang berasal dari proses akhir pemisahan yang dibuang kesungai lalu dihisap oleh tumbuhan yang hidup disekitar sungai. Resiko yang mungkin timbul berupa berkurangnya kemampuan tumbuhan dalam berfotosintesis sehingga menyebabkan tumbuhan tersebut mati. Dalam penelitian tersebut Alia et al., (2004), menyatakan bahwa prakiraan resiko terhadap fauna air berasal dari limbah cair yang berasal dari kolam pengolahan ke sungai, resiko yang mungkin timbul berupa berkurangnya fauna di dalam air. Menurut Suprawihadi (2001), pada sungai yang tercemar dengan limbah cair pabrik tahu mengalami pandangkalan hal ini dikarenakan adanya parameter TSS yang jika dibuang ke perairan dapat menyebabkan pendangkalan badan-badan air yang berakhir dapat menyebabkan banjir. Pengendapan materi tersuspensi tersebut juga dapat sebagai tempat perkembangbiakan mikroba yang menyebabkan kekekurahan pada air. Nilai BOD dan COD yang tinggi pada limbah cair menyebabkan kekurangan oksigen dalam air yang merupakan Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012 kebutuhan mikroorganisme dalam proses dekomposisi bahan organik sehingga dapat mengancam kehidupan didalam air. Kesimpulan dan Saran 1.1 Kesimpulan 1. Proses pengolahan limbah cair pabrik tahu SMD adalah dengan memberikan kaporit pada pengolahan limbah cair tahu. Kaporit yang diberikan kurang lebih 2 liter kaporit pada limbah cair tahu. Kaporit berfungsi sebagai pembunuh bagi bakteri dan mikroorganisme. Pemberian kaporit sebagai pengolahan limbah cair tahu belum tercapai karena jumlah limbah cair yang dihasilkan dengan kaporit yang diberikan tidak memberikan dampak pada penurunan kandungan BOD dan COD. 2. Kualitas inlet pada limbah cair pabrik tahu melebihi nilai baku mutu yang ditentukan oleh Gubernur DKI Jakarta No.582 Tahun 1995 dimana kandungan TSS, ammonia, pH, BOD dan COD pada inlet limbah cair tahu berturut-turut adalah 146,75 mg/l, 11,88 mg/l, 5,33, 98,0 mg/l, dan 768,0 mg/l. Kualitas outlet limbah cair pabrik tahu SMD setelah mengalami proses pengolahan pada parameter TSS, ammonia, pH, BOD, dan COD berturut-turut adalah 48,5 mg/l, 4,0 mg/l, 6,60, 298,80 mg/l, dan 1228,8 mg/l. data diatas menunjukkan bahwa pada parameter TSS, ammonia dan ph dibawah baku mutu yang ditentukan oleh Gubenur DKI Jakarta No.582 Tahun 1995. Sedangkan kadar BOD dan COD masih melebihi baku mutu yang ditentukan. 3. Efektifitas pengolahan limbah cair pabrik tahu SMD dengan menggunakan kaporit tidak memiliki efektifitas pada parameter BOD dan COD, karena adanya peningkatan kandungan BOD dan COD setelah mengalami pengolahan. Sedangkan untuk parameter TSS, dan ammonia memiliki nilai efektifitas berturutturut adalah 66,9%, 66,2%. Efektifitas pengolahan pada parameter pH dapat diukur dengan kandungan pH yang asam (5,33) sebelum diolah menjadi hampir netral (6,60) setelah dilakukan pengolahan. 4. Dari aspek kesehatan masyarakat, limbah cair tahu menimbulkan bau yang menyengat dan terdapat keluhan gatal-gatal dan iritasi kulit. Berdasarkan keluhan dan konsentrasi parameter limbah cair tahu, kemungkinan adanya hubungan melalui udara dan air yang tercemar, karena 100% sumber air bersih masyarakat sekitar lingkungan pabrik adalah air tanah sedangkan untuk kosumsi masyarakat setempat menggunaka air kemasan. Keluhan yang dialami masyarakat sekitar pabrik tahu belum dapat dipastikan karena limbah cair tahu karena belum ada penelitian yang menyatakan bahwa limbah cair pabrik tahu menimbulkan efek terhadap kesehatan masyarakat sekitarnya. 1.2 Saran 1. Bagi Dinas Kesehatan DKI Jakarta dan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur : Pengawasan secara berkala mengenai aspek kesehatan masyarakat sekitar pabrik tehadap keberadaan pabrik tahu. Memberikan pemeriksaan kesehatan secara berkala terhadap masyarakat sekitar pabrik tahu untuk memantau kesehatan masyarakat setempat. Memberikan penyuluhan mengenai pola hidup sehat dan bersih terhadap masyarakat sekitar pabrik. 2. Bagi Badan Pengawas Lingkungan Hidup Daerah Jakarta : Memberikan penyuluhan kepada pemilik pabrik untuk mengatasi limbah cair pabrik tahu dengan sistem pengolahan limbah cair yang sesuai. Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012 Pemantauan secara berkala untuk kualitas limbah cair yang masuk ke badan air/ sungai serta pemantauan secara berkala terhadap UKL/UPL. 3. Bagi Departemen/ Dinas Perindustrian Memberikan bantuan dengan pemberian alat sistem pengolahan limbah cair. Pemantauan secara berkala mengenai efektifitas dari alat atau sistem pengolahan limbah cair yang diberikan. 4. Bagi PRIMKOPTI Mengirimkan hasil analisa limbah cair tahu ke BPLHD. Memantau dan memberikan penyuluhan kepada pemilik pabrik tahu mengenai pengolahan limbah cair tahu. Kerjasama dengan instansi terkait dalam hal minimalisasi dan pengolahan limbah cair pabrik tahu. 5. Bagi BBTKL-PPM Jakarta Pemeriksaan secara berkala mengenai limbah cair pabrik tahu Kerjasama kepada pemilik pabrik dalam hal pengiriman sampel limbah cair tahu untuk dilakukan analisa Pemantauan secara berkala terhadap kualitas limbah cair tahu. 6. Bagi Pabrik Tahu SMD Cipayung Jakarta Timur: Diharapakan pabrik tahu SMD memiliki sistem pengolahan limbah yang lebih baik dan sederhana yaitu dengan koagulan/flokulan yang sering digunakan adalah tawas Al2(SO4)3, karena dengan pemberian koagulan/flokulan limbah cair yang mengandung zat tersuspensi dan koloid yang sulit mengendap, dapat membentuk penggumpalan sehingga proses pengendapan lebih cepat. Disarankan untuk melakukan analisa kualitas limbah cair secara rutin dengan bekerjasama pada labaoratarium atau instansi pemerintah, hal ini sangat penting dilakukan untuk memantau kualitas limbah cair yang dibuang ke badan air (sungai) dan aspek yang ditimbulkan. Kesadaran pemilik pabrik untuk melakukan dan menjaga kondisi lingkungan pabrik yang bersih dan sehat,sehingga dapat meminimalisir terjadinya aspek kesehatan yang buruk dengan keberadaaan pabrik. 7. Bagi Masyarakat sekitar pabrik tahu : Penyuluhan kepada masyarakat sekitar pabrik tahu agar melakukan kebiasaan hidup sehat dan bersih, serta penyuluhan terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar pabrik. Kesadaran setiap individu terhadap hidup sehat dan bersih serta kesadaran untuk menjaga kesehatan lingkungan sekitar rumah. Ucapan Terima Kasih Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Alloh SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan. Penulisan tugas akhir kesehatan masyarakat ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dengan peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Tugas akhir ini terselesaikan dengan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. Prof. dr. Haryoto Kusnoputranto, SKM, Dr.PH selaku pembimbing akademik yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dalam penyelesaian tugas akhir ini. Dr. Suyud Warso Utomo, M.Si selaku peenguji dalam yang tersedia memberikan waktu dan pikiran untuk mengarahkan dalam penyelesaian skripsi ini. Ibu Diah Wati S., SKM, M.Kes selaku penguji luar yang telah bersedia memberikan waktu dan pikirannya untuk pelaksanaan sidang hingga penyelesaia.n tugas akhir ini Kedua orangtua yang telah mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, dan doa serta memberikan dukungan secara keseluruhan hingga tugas akhir ini selesai. Alifah Komaraningsih yang telah memberikan pinjaman buku hingga penulisan tugas akhir ini selesai dan juga sebagai teman selama di FKM UI. Allisa Pratami yang telah memberikan dukungan dan semangat sekaligus sebagai teman. Ayu Anastasia yang telah banyak membantu dalam penulisan tugas akhir ini hingga selesai dan sebagai teman curahan hati selama di FKM UI. Cut Tissa Azura Putri yang telah meluangkan waktunya untuk membantu pelaksaan sidang dan sebagai teman selama di FKM UI. Sofia sebagai teman seperjuangan dari awal kuliah hingga penyelesain tugas akhir dan lulus bersama-sama. Rilla Fahimah sebagai teman yang telah memberikan dukungan dan semangat. Widya Purnama Sari sebagai teman sekaligus penyemangat selama di FKM UI. Zani suhananto yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan hingga selesainya tugas akhir ini. Mba ari dan ibu Sulis yang memberikan semangat dan dukungan. Teman-teman regular KL 2009, Aliyah, Aulia, Abel, Sekar,yang telah memberikan dukungan dan semangat. Teman-teman ekstensi 2010 Andri, Amel, Igar, Meila, Tri yang telah mendoakan dan memberikan semangat. Seluruh teman-teman FKM UI khususnya peminatan kesehatan lingkungan yang telah banyak memberikan dukungan dan ide. Seluruh pihak yang telah membantu hingga tugas akhir in terselesaikan yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Daftar Pustaka Damayanti, A., Hermana, J., & Masduqi, A. (2004). Environmental Analysis From TofuWaste Water Treatment By Water Lettuce (Pistia stratiotes L.). Jurnal Purifikasi, 6. Fardiaz, S. (2003). Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius. Husni, H., & Esmiralda. Uji toksisitas akut limbah cair industri tahu terhadap ikan Mas (Cyprinus carpio Lin) limbah cair industri tahu "SUPER" Padang, 13. Keputusan Gubernur DKI Jakarta. (1995). Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.582 Tahun 1995 Tentang: Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai / Badan Air Serta Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah DKI Jakarta. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. (1995). Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51 Tahun 1995 Tentang: Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri. Kusnoputranto, H. (1997). Air Limbah dan Ekskreta Manusia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Mahida, U.N. (1984). Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta: C.V. Rajawali. Martono, H., Besmanto, N., & Sukana, B. (2004). Kualitas Limbah Cair Hotel-Hotel di Propinsi Yogyakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan, 6. Metcalf, & Eddy. (1991). Wastewater Engineering Treatment, Disposal, and Reuse. NewYork: McGraw-Hill. Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012 Paramitha, I., & Sudarmaji. (2008). Hubungan jarak terhadap kualitas kimia air tambak dan keluhan kesehatan masyarakat konsumen ikan hasil tambak di sekitar tempat pembuangan akhir sampah Benowo. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 10. Pujiastuti, P. (2009). Perbandingan efisiensi teknologi pengolahan limbah cair industri tahu secara aerasi; flokulasi; biofilter anaerob dan biofilter anaerob-aerob ditinjau dari parameter BOD5 & COD. BIOMEDIKA, 12. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan & Badan Pengendalian Lingkungan Daerah Samarinda. (2002). Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri. BPPT & BPLH Samarinda. Riyanti, F., Lukitowati, P., Afrilianza. (2010). Proses Klorinasi Untuk Menurunkan Kandungan Sianida dan Nilai KOK pada Limbah Cair Tepung Tapioka. Jurnal Penelitian Sains, 6. Salmariza. (2008). Pengaruh variasi tingkat beban organik dan laju alir terhadap efisiensi pengolahan air limbah industri tahu dengan reactor MSL. Buletin BIPD, 10. Siregar, S. A. (2005). Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta: Kanisius. Soeparman, H.M., & Suparmin. (2001). Pembuangan Tinja & Limbah Cair. Jakarta: EGC. Sugiharto. (1987). Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: UI PRESS. Suharto. (2011). Limbah Kimia dalam pencemaran udara dan air. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Suprawihadi, R. (2001). Pengolahan Limbah Cair Tapioka dengan sistem Kombinasi Biofilter Anaerob-Aerob Aliran ke atas danAspek terhadap Kesehatan Masyarakat. Tesis. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia Supriyatna. (2012, September-November ). Personal Interview. Viessman, W., & Hammer, M.J. (1985). Water Supply and Pollution Control. New York: Harper & Row. Wardhanana, A.W. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : Andi Yogyakarta. Zulkifli, & Meutia, A.A. (2001). Pengolahan limbah cair pabrik tahu dengan rotating biological contactor (RBC). Jurnal LIMNOTEK, 14. Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012