Efektifitas Pengolahan Limbah Cair Pabrik Tahu SMD Cipayung

advertisement
Efektifitas Pengolahan Limbah Cair Pabrik Tahu SMD Cipayung Jakarta
Timur dan Aspek Terhadap Kesehatan Masyarakat Tahun 2012
Yunita Sari, Haryoto Kusnoputranto
Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
[email protected]
Abstrak
Industri tahu merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah cair dalam jumlah besar,
dan umumnya limbah cair tersebut langsung dibuang kebadan air. Penelitian ini merupakan
penelitian observasional yang menggunakan data primer dengan pengambilan sampel limbah
cair pabrik tahu untuk dianalisis serta kuesioner dengan masyarakat sekitar terhadap kesehatan
dengan keberadaan limbah cair pabrik tahu. Berdasarkan analisis kualitas limbah cair pabrik
tahu memiliki nilai BOD dan COD yang tinggi serta sistem pengolahan limbah cair dengan
pemberian kaporit tidak memiliki efektifitas terhadap penurunan BOD dan COD. Iritasi kulit dan
Gatal-gatal merupakan penyakit yang pernah diderita masyarakat setempat. Keluhan penyakit
yang dialami masyarakat belum dapat dipastikan akibat dari keberadaan limbah cair pabrik tahu
karena belum ada penelitian yang menyatakan bahwa limbah cair tahu mempengaruhi aspek
kesehatan masyarakat sekitar pabrik, gangguan lainnya adalah gangguan terhadap bau
menyengat yang ditimbulkan oleh limbah cair tersebut. Pemberian kaporit dengan jumlah
limbah cair yang dihasilkan tidak dapat memberikan efektifitas pada pengolahan limbah cair
tersebut. Oleh karena itu perlu adanya sistem pengolahan limbah cair dengan cara
koagulan/flokulasi serta pemantauan berkala terhadap limbah cair pabrik tahu.
Kata Kunci : Aspek kesehatan, Efektifitas, Limbah cair pabrik tahu
Pendahuluan
Menurut Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan BPPT dan Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Samarinda (2002), proses pembuatan tahu dapat
dikatakan masih tradisional dengan banyak memakai tenaga manusia. Bahan baku utama yang
digunakan adalah kedelai (Glycine spp). Lebih dari setengah kosumsi kedelai di Indonesia di
gunakan sebagai bahan baku tahu dan tempe. Jika di tinjau dari jumlah bahan baku dan asumsi
bahwa setengah dari jumlah kedelai dipergunakan untuk pengolahan tahu, maka potensi
limbah yang dihasilkan dari produksi tahu diperkirakan mencapai 51 juta ton BOD5/ tahun. Jika
ditinjau dari KEP/MENLH/10/1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri, maka
industri tahu memerlukan pengolahan limbah karena telah melebihi baku mutu yang
ditetapkan yaitu sebesar 50-150 mg/l untuk BOD5 dan sebesar 100-300 mg/l untuk COD.
Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012
Berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor : 582
Tahun 1995 tentang Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai atau Badan Air serta
Baku Mutu Limbah Cair Di Wilayah DKI Jakarta menetapkan bahwa untuk industri makanan
pada lampiran IV kadar maksimum untuk BOD 5 adalah 75 mg/l, sedangkan untuk COD sebesar
100 mg/l.
Teknologi pengolahan limbah tahu saat ini masih sederhana berupa sistem pengolahan
limbah anaerob hal ini dikarenakan biaya yang dikeluarkan murah. Dengan proses biologis
anaerob, efisiensi pengolahan limbah hanya sekitar 70-80%, sehingga air lahannya masih
mengandung kadar pencemar organik yang tinggi, serta bau yang dihasilkan dari sistem
anaerob dan tingginya kadar fosfat merupakan salah satu masalah dari sistem pengolahan
limbah secara anaerob untuk industri tahu, Ada berbagai alternatif untuk mengatasi hal
tersebut yaitu dengan melakukan kombinasi proses biologis anaerob-aerobik merupakan
proses penguraian anaerob dan diikuti dengan proses pengolahan lanjut dengan sistem biofilter
anaerob-aerobik. Dengan adanya kombinasi tersebut diharapkan jumlah konsentrasi COD
dalam air dapat turun sekitar 30-60 ppm, yang jika dibuang ke dalam sungai tidak lagi
mencemari lingkungan sekitar. Menurut Kusnoputranto (1997), Ada tiga cara utama dalam
pengolahan bahan buangan organik secara aerobik dengan menggunakan prinsip-prinsip
biokimia, yaitu activated sludge, trickling filter dan oxidation pound.
Limbah cair pabrik tahu SMD Jakarta Timur merupakan salah satu industri tahu yang
menghasilkan limbah cair dalam jumlah besar. Proses pengolahan limbah cair pabrik tahu
hanya dengan memberikan kaporit pada limbah cair dan selanjutnya disalurkan kesungai.
Kondisi tersebut merupakan salah satu sumber pencemaran bagi kesehatan dan lingkungan
oleh karena itu dibutuhkan suatu penanganan untuk mencegah atau meminimalisasi dampak
dari limbah cair tersebut. Salah satu cara yang dilakukan adalah mengetahui kualitas dan
efektifitas limbah cair sebelum dan sesudah dilakukan pengolahan dan meninjau aspek
kesehatan yang ditimbulkan dari limbah cair tersebut.
Metode
Desain penelitian yang digunakan adalah studi observasional. Penelitian ini dilakukan
pada bulan November - Desember 2012 di Pabrik tahu SMD Jalan. Setu Raya Kelurahan Setu
Kecamatan Cipayung Jakarta Timur. Data yang digunakan adalah data primer dimana data
diambil langsung dari lokasi penelitia yaitu inlet dan outlet limbah cair pabrik tahu untuk
dilakukan analisa oleh laboratarium Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian
Penyakit Menular (BBTKL PPM) Jakarta. Data aspek kesehatan masyarakat berupa data primer
yang diambil berdasarkan wawancara kepada pemilik pabrik dan kuesioner oleh masyarakat
sekitar pabrik tahu. Data sekunder yang digunakan adalah referensi berdasarkan baku mutu
pemerintah yaitu Keputusan Gubernur No.582 tahun 1995.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah total populasi yaitu pekerja tetap
di pabrik tahu yang tinggal disekitar area pembuangan limbah cair tahu dan diambil pada waktu
dan tempat yang sama dimana kondisi sampel menggambarkan keadaan yang sebenarnya saat
dilakukan pengambilan.
Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012
Metode pengujian pemeriksaan sampel pada limbah cair adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1 Metode Pengujian Sampel Limbah Cair Pabrik Tahu SMD Jakarta Timur Tahun 2012
Parameter
Metode Pengujian
TSS
SNI-06-6989.3-2004
Ammonia
SNI-06-6989(2).30-2005
pH
SNI-06-6989.11-2004
BOD
APHA 21th 5210.B Edt 2005
COD
APHA 21th 5220.C Edt 2005
(sumber : BBTKL Jakarta)
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampel pertama yang diambil adalah
sampel dari limbah cair tahu yang belum dilakukan pengolahan (inlet), sampel kedua adalah
limbah cair yang diambil setelah dilakukan pengolahan (outlet). Analisis dilakukan oleh
laboratarium Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit Menular (BBTKL
PPM) Jakarta. Cara pengambilan sampel mengenai aspek kesehatan masyarakat dengan
menggunakan kuesioner.
Analisis univariat adalah analisis yang digunakan untuk menjelaskan karakteristik
masing-masing variabel yang diteliti, sehingga data-data tersebut dapat dijadikan informasi.
Cara yang dilakukan yaitu dengan hasil nilai dari pemeriksaan terhadap masing- masing variabel
yang berasal dari pengolahan limbah industri tahu. Hasil pemeriksaan tersebut dibandingkan
dengan baku mutu. Analisa aspek kesehatan masyarakat dilakukan berdasarkan hasil kuesioner
dengan 30 responden untuk mengetahui aspek kesehatan masyarakat yang ditimbulkan akibat
adanya limbah cair pabrik tahu.
Efisiensi pengolahan dihitung berdasarkan perbedaan hasil dari pemeriksaan air limbah
sebelum pengolahan ( influent) dengan pemeriksaan air limbah sesudah pengolahan (effluent)
yang dinyatakan dalam persentase dengan rumus sebagai berikut :
E
So
S
E = So – S x 100 %
So
= Efektifitas pengolahan air limbah (%)
= Konsentrasi Inffluent (mg/L)
= Konsentrasi Effluent (mg/L)
Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012
Hasil
Gambar1.1 Sistem Pengolahan Limbah Cair Pabrik Tahu
Sumber
limbah cair
pabrik tahu
Bak
penampung
1 ( Inlet)
Bak
penampung2
dengan
pemberian
kaporit
Bak
penampung3
(Outlet)
Aliran Sungai sebelum
tercemar limbah cair
tahu
Aliran
Sungai
Tercema
r limbah
tahu
Sungai
Cilangka
p
Proses pengolahan limbah cair pabrik tahu SMD secara terbuka, limbah cair hasil
produksi dialirkan ke bak penampung1, selanjutnya air limbah disalurkan pada bak
penampung2 dan diberikan kaporit. Setelah pemberian kaporit pada bak penampung2 air
limbah disalurkan pada bak penampung3 dan setelah itu dialirkan langsung ke sungai Cilangkap.
Pemberian kaporit pada limbah cair tahu kurang lebih 2 liter dengan limbah cair yang dihasilkan
sebanyak 10.500 l/hari. Fungsi pemberian kaporit atau Ca(clo) 2 pada limbah cair pabrik tahu
adalah untuk membunuh bakteri, kuman dan virus, hal ini dikarenakan adanya kandungan klor
dalam kaporit. Kaporit juga dapat menaikkan pH air. Dengan jumlah limbah cair yang dihasilkan
dan pemberian kaporit didapatkan bahwa pemberian kaporit sebanyak 2 liter tidak memiliki
efektifitas dalam proses pengolahan.
Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012
Tabel 1.1 Hasil pemeriksaan Laboratarium Inlet Limbah Cair Pabrik Tahu SMD Cipayung Jakarta Timur Tahun 2012
NO
Parameter
Satuan
Baku Mutu Limbah Cair
Industri
Hasil Pengujian
1
TSS
Mg/l
100
146,75
2
Amonia
Mg/l – N
5,0
11,88
3
pH
--
6-9
5,33
4
BOD
Mg/l
75,0
98,0
5
COD
Mg/l
100,0
768,0
(Sumber : Peraturan Gubernur DKI Jakarta No.19 Tahun 1995)
* Tabel 1.2 memperlihatkan bahwa karakteristik limbah cair pabrik tahu berdasarkan analisis bersifat asam (pH
5,33), mengandung zat organik dengan nilai BOD,COD, TSS yang tinggi dimana berturut-turut mencapai 98,0 mg/l,
768,0 mg/l, 146,75 mg/l yang telah melewati baku mutu yang ditentukan dan konsentrasi ammonia 11,88 mg/l
yang melewati baku mutu.
Tabel 5.2 Hasil pemeriksaan Laboratarium Outlet Limbah Cair Pabrik Tahu SMD Cipayung Jakarta Timur Tahun 2012
NO
Parameter
Satuan
Baku Mutu Limbah Cair
Industri
Hasil Pengujian
Mg/l
100
48,5
Mg/l – N
5,0
4,0135
--
6-9
6,60
1
TSS
2
Amonia
3
pH
4
BOD
Mg/l
75,0
298,80
5
COD
Mg/l
100,0
1228,8
(Sumber : Peraturan Gubernur DKI Jakarta No.19 Tahun 1995)
* Setelah dilakukan pengolahan limbah dengan menggunakan kaporit sebagai pengolahan didapatkan bahwa pH,
ammonia, dan TSS mengalami penurunan dengan hasil analisis outlet adalah 6,60, 4,0 mg/l, dan 48,5 mg/l. Untuk
BOD dan COD setelah mengalami pengolahan hasil analisis menunjukkan nilai BOD dan COD yang mengalami
peningkatan dengan nilai masing-masing adalah 298,80 mg/l dan 1228,8 mg/l yang telah melewati baku mutu yang
ditentukan.
Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012
Tabel 1.3 Tingkat Efektifitas Pengolahan Limbah Cair Pabrik Tahu SMD Cipayung Jakarta Timur
Tahun 2012
NO
Pararmeter
1
Hasil Pemerikasaan
Efektifitas (%)
Standar Efektifitas
(%)
Inlet (mg/l)
Outlet (mg/l)
TSS
146,75
48,5
66,9
100
2
Amonia
11,88
4,0135
66,2
100
3
Ph
5,33
6,60
-23,8
100
4
BOD
98,0
298,80
-204,9
100
5
COD
768,0
1228,8
-60
100
*Berdasarkan tabel tersebut dapat terlihat tingkat efektifitas pengolahan limbah cair pada masing-masing
parameter. Parameter yang tingkat efektifitasnya tertinggi adalah TSS, sedangkan parameter yang tidak efektifitas
dalam parameter tersebut adalah BOD dan COD. Pemberian kaporit pada limbah cair tahu tidak memiliki
efektifitas untuk menurunkan jumlah BOD dan COD yaitu -204,9% dan -60%. Pemberian kaporit pada limbah cair
tahu memiliki efektifitas yang cukup tinggi yaitu 66,9% untuk TSS dan 66,2% untuk ammonia. Sedangkan untuk Ph
teknik pengolahan ini memiliki efektifitas yang baik karena kadar asam pada ph (5,33) sebelum pengolahan
mengalami kenaikan yaitu 6,60 yang mendekati netral.
Tabel 5.4 Karakteristik Individu Lingkungan sekitar Pabrik Tahu
SMD Cipayung Jakarta Timur Tahun 2012
Variabel
JenisKelamin
 Laki-Laki
Frekuensi
Presentasi
8
26,7
22
73,3
1
3,3
29
96,7
Pendidikan
 TidakSekolah
 Tamat SD
 Tamat SLTP
 Tamat SMA
 Tamat PT
2
16
9
2
1
6,7
53,3
30,0
6,7
3,3
Pekerjaan
1
3,3

Wiraswasta
7
23,2

Buruh
22
73,3

Perempuan
LamaTinggal
 < 1 tahun
 >= 1 tahun
Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012

IbuRumah Tangga
TOTAL
30
100
* Berdasarkan data yang didapat umur responden berkisar antara 15- 60 tahun dengan jumlah laki-laki 8 dan
jumlah perempuan 22 . rata rata lama tinggal responden adalah lebih dari 1 tahun sebanyak 29 dan 1 responden
kurang dari 1 tahun tinggal dilokasi pabrik. Karakteristik individu responden adalah rata-rata ibu rumah tangga
sebesar 22 orang, 7 orang sebagai buruh pabrik tahu dan 1 orang sebagai pemilik pabrik tahu dengan status
pendidikan responden lulusan SD sebanyak 16 orang, lulusan SLTP sederajat 9 orang. 2 orang responden
berpendidikan lulusan SMA dan hanya 1orang yang lulusan perguruan tinggi.
Tabel 5.5 Gangguan yang ditimbulkan dengan Keberadaan Pabrik Tahu SMD Cipayung Jakarta Timur Tahun 2012
Gangguan yang ditimbulkan
Frekuensi
Persentase
Bau Menyengat Limbah Cair Tahu
23
76,7
Kondisi Air Bersih yang Buruk
3
10,0
Banyaknya Vektor Pengganggu
1
3,3
Tidak terganggu
3
10,0
30
100,0
Total
* Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa sebanyak 23 responden merasa terganggu dengan bau
menyengat limbah cair pabrik tahu, 3 responden merasa terganggu dengan kondisi air yang buruk dimana kualitas
air bersih disekitar lingkungan pabrik berbau, berasa, dan berwarna, banyaknya vector pengganggu sebanyak 1
orang dan tidak terganggu dengan keberadaan pabrik sebesar 3 responden.
Tabel 5.6. Penyakit yang Pernah diderita Oleh Masyarakat Sekitar Pabrik Tahu SMD Jakarta Timur Tahun 2012
Jenis Penyakit
Frekuensi
Persentase
Sakit Perut
Diare
Iritasi Kulit
Gatal-Gatal
Tidak sakit
Total
1
5
9
8
7
30
3,3
16,7
30,0
26,7
23,3
100,0
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh masyarakat sekitar pabrik sebanyak 9
responden penyebab timbulnya penyakit adalah kondisi limbah yang buruk,kondisi lingkungan
yang buruk dan perilaku hidup yang buruk sejumlah 8 dan 6 responsen. Sebanyak 7 responden
tidak merasakan sakit selama 3bulan terakhir.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan mengenai kondisi sekitar lingkungan
rumah responden adalah bahwa 100% responden menggunakan air tanah sebagai sumber air
bersih untuk kebutuhan mandi,mencuci dan lain lain. Sedangkan sumber air yang digunakan
Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012
untuk kosumsi sehari-hari adalah air kemasan. Berdasarkan observasi yang dilakukan dengan
kondisi lingkungan sungai diketahui bahwa terdapat 2 aliran sungai aliran pertama dalam
kondisi baik dimana tidak tercemar limbah tahu, warna air hijau, tidak terdapat sampah,kondisi
estetika cukup baik. Pada sungai yang tidak tercemar air limbah tidak ditumbuhi flora air,tidak
adanya tanda-tanda kehidupan mikroba,sungai tidak bau, tidak terdapat ikan dan tidak adanya
sampah pada sungai tersebut. Sedangkan aliran sungai kedua yang menjadi aliran limbah cair
tahu sungai berwarna putih kekuningan dengan kondisi estetika yang buruk. Sungai tempat
pembuangan limbah cair mengalami pendangkalan dan tidak adanya flora air yang tumbuh.
Pada sungai yang dicemari limbah tidak terdapat ikan atau jenis fauna air yang tumbuh,bau
sungai yang tercemar sangat menyengat.
Pembahasan
1.1 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini menggunakan data primer, sampel limbah cair diambil langsung dari inlet
dan outlet limbah cair pabrik tahu dan kuesioner aspek kesehatan masyarakat yang
ditimbulkan. Keterbatasan dari penelitian ini adalah :
1. Lama tinggal antara inlet dan outlet bervariasi, karena proses produksi yang berlangsung
selama 24jam.
2. Waktu pengambilan sampel terdapat perbedaan yaitu antara sampel inlet dan oulet
yang diambil tidak dapat mewakili kualitas masing-masing sampel sehingga pada
parameter tertentu mengalami peningkatan
3. Jarak antara pengambilan sampel limbah cair pabrik tahu dengan laboratarium BBTKL
PPM Jakarta, yang ditempuh selama kurang lebih 2 jam hal ini memiliki kemungkinan
adanya perubahan dalam sampel yang diambil.
1.2 Kualitas Limbah Cair Pabrik Tahu
1.2.1 TSS
Data analisis TSS menunjukkan bahwa nilai TSS sebelum dan setelah pengolahan
berkisar antara 146,75 mg/l – 48,5 mg/l. Efektifitas TSS dengan adanya pengolahan limbah cair
mencapai 66,9%. Hal ini menunjukkan bahwa pengolahan limbah cair dengan pemberian
kaporit mempengaruhi konsentrasi TSS. Menurut Salmariza (2008), konsentrasi TSS yang
semakin tinggi sejalan dengan bertambahnya tingkat beban organik. Menurut Effendi (2003)
dalam Esmiralda, TSS dalam jumlah yang berlebih dapat menyebabkan penyumbatan
pernapasan pada ikan yang hidup disungai, serta kurangnya asupan oksigen terlapisi oleh
padatan.
Berdasarkan Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.582 Tahun 1995 baku mutu limbah
cair untuk industri tahu dengan parameter TSS adalah 100mg/l. berdasarkan analisa didapatkan
bahwa konsentrasi TSS pada limbah cair sebelum pengolahan mencapai 146,75 mg/l yang
Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012
melewati baku mutu. Sedangkan setelah pengolahan konsentrasi TSS mencapai 48,5 mg/l yang
dibawah baku mutu. Kadar TSS pada badan air atau sungai setelah mengalami pencampuran
dengan limbah cair tahu adalah 26,5 mg/l dibawah baku mutu yang ditentukan.
1.2.2 pH
Dari data karakteristik limbah cair pabrik tahu diketahui bahwa pH limbah cair tersebut
bersifat asam mencapai 5,33. Setelah dilakukan pengolahan menggunakan kaporit didapatkan
pH outlet 6,60. Hal ini menunjukkan bahwa pengolahan limbah dengan kaporit mampu
menetralkan pH limbah cair pabrik tahu. Hasil analisa menunjukkan kaporit berpengaruh
terhadap nilai pH limbah cair pabrik tahu. Menurut Hardjowigeno (1993) dalam Salmariza
(2008), nilai pH yang netral mungkin disebabkan oleh sifat alami tanah yang memiliki kapasitas
untuk menetralkan pH.
Teknik pengolahan limbah cair tahu dengan pemberian kaporit diperoleh pH mencapai
6,60, dengan adanya peningkatan konsentrasi kaporit berpengaruh secara nyata terhadap
penetralan pH. Teknik pengolahan limbah cair ini memiliki nilai efektifitas -23,8% untuk
peningkatan angka pH yang bersifat asam (5,33) menjadi 6,60 yang mendekati netral. Nilai pH
pada badan air atau sungai setelah bercemar dengan limbah cair pabrik tahu adalah 6,65.
Berdasarkan keputusan Gubernur DKI Jakarta No.582 Tahun 1995 baku mutu limbah cair
industri tahu untuk parameter pH adalah 6-9. Berdasarkan hasil pengujian nilai pH limbah cair
pabrik tahu sebelum pengolahan berkisar 5,33 yang bersifat asam Menurut Zulkifli et al.,
(2001) nilai keasaman dalam limbah cair sangat dipengaruhi oleh kegiatan mikroba dalam
memecah bahan organik.
1.2.3 Ammonia
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan diketahui bahwa nilai ammonia pada limbah
cair sebelum dan setelah dilakukan pengolahan dengan pemberian kaporit berturut-turut
adalah 11,88 mg/l dan 4,0 mg/l. Nilai ammonia yang tinggi menurut Sutamiharja (1978), dalam
Zulkifli et al., (2001), Nilai nitrogen di dalam limbah cair tahu secara umum berada dalam 3
senyawa yaitu : ammonia, nitrit, dan nitrat, ketiganya merupakan hasil perombakan bahan
organik yang mengandung nitrogen terutama protein. Penyisihan ammonia diakibatkan karena
ammonia yang terdapat pada limbah tahu diuraikan melalui proses nitrifikasi. Proses nitrifikasi
ini menghasilkan nitrat dan nitrit sehingga kadar nitrat dan nitrit meningkat. Sedangkan
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Paramitha et al., (2008), ammonia terbentuk
sebagai proses dekomposisi sampah dari senyawa organik. Kadar nitrat dapat berakibat buruk
pada ikan, ammonia dapat merupakan racun bagi ikan sekalipun pada konsentrasi sangat
rendah. Kontrol rutin kadar ammonia pada sungai sangat penting dan merupakan salah satu
alternatif dalam mengantisipasi perubahan parameter kualitas air.
Nilai ammonia sesuai dengan keputusan Gubernur DKI Jakarta No.582 Tahun 1995
tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri makanan adalah 5,0 mg/l. Berdasarkan
hasi nilai ammonia pada inlet limbah cair pabrik tahu melebihi baku mutu yang ditentukan.
Setelah dilakukan pengolahan dengan penambahan kaporit konsentrasi ammonia pada limbah
Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012
cair tersebut mencapai 4,0 mg/l yang telah memenuhi keputusan Gubernur DKI Jakarta No.582
Tahun 1995. Efektifitas dari pengolahan limbah cair tersebut terhadap parameter ammonia
adalah 66,2%. Kadar ammonia pada sungai setelah bercampur dengan limbah cair pabrik tahu
adalah 2,4 mg/l. Ammonia pada badan air memiliki nilai lebih rendah dari nilai ammonia pada
outlet hasil pengolahan limbah cair pabrik tahu. Menurut Husni et al., kadar ammonia bebas
yang melebihi 0,2 mg/l bersifat toksik bagi beberapa jenis ikan. Selain itu kadar ammonia yang
tinggi juga menjadi indikasi adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah
domestik.
1.2.4 BOD
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan terlihat bahwa terjadi anomali pada parameter
BOD, konsentrasi BOD setelah pengolahan lebih tinggi dari konsentrasi sebelum pengolahan
dengan nilai 298,80 mg/l pada outlet dan 98,0 mg/l pada inlet. Efektifitas pemberian kaporit
sebagai pengolahan limbah cair pabrik tahu untuk parameter BOD senilai -204,9% atau dapat
dikatakan tidak miliki nilai efektifitas. Dalam peneletian Salmariza (2008), terjadinya
peningkatan BOD disebabkan karena adanya tingkat beban organik dan HLR sangat
berpengaruh terhadap laju dekomposisi parameter organic dalam air limbah,dimana laju
dekomposisi tersebut berbanding terbalik dengan beban organic dan HLR yang diberikan.
Berdasarkan Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.582 Tahun 1995 baku mutu BOD
limbah cair tahu adalah 75,0 mg/l. Sedangkan menurut analisa yang dilakukan nilai BOD
sebelum dan setelah pengolahan berkisar 98,0 mg/l – 298,80 mg/l yang melewati batas baku
mutu yang ditentukan. Nilai BOD yang tinggi pada inlet menurut Zulkifli et al., (2001)
disebabkan debit alir yang terlalu cepat sehingga kurang memberikan waktu yang cukup tinggi
bagi proses penguraian. Kadar BOD pada badan air atau sungai setelah tercemar dengan limbah
cair pabrik tahu adalah 292,82 mg/l melebihi baku mutu yang ditentukan. Menurut Hendro et
al., (2004), nilai BOD yang tinggi pada badan air dapat menurunkan tingkat kandungan oksigen
terlarut (DO) yang dapat mengakibatkan kematian ikan mas menurut Hayatul et al.
1.2.5 COD
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan diperoleh bahwa adanya anomali nilai COD
sebelum pengolahan dan setelah pengolahan yaitu 768,0 mg/l dan 1228,8 mg/l. Berdasarkan
analisis tersebut dinyatakan bahwa tidak adanya pengaruh pemberian kaporit pada penurunan
angka COD karena kaporit hanya berfungsi untuk membunuh bakteri, kuman, dan virus. Teknik
pengolahan ini memiliki efektifitas yang buruk pada COD yaitu -60%. Menurut Hayatul et al.,
nilai COD yang tinggi dalam limbah cair menyebabkan turunnya nilai oksigen terlarut, semakin
menurunnya kadar oksigen terlarut akan mengakibatkan kematian pada hewan air. Setelah
limbah cair pabrik tahu bercampur dengan badan air kadar COD mencapai 460,8 mg/l.
Menurut Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.582 Tahun 1995 baku mutu limbah cair
industri tahu untuk parameter COD adalah 100,0 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan
hasil analisis diketahui bahwa nilai COD pada limbah cair pabrik tahu tersebut melewati baku
mutu yang ditentukan pada inlet dan outlet.
Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012
1.3 Proses Pengolahan Limbah Cair Pabrik Tahu
Berdasarkan observasi yang dilakukan diketahui bahwa kaporit yang digunakan sebagai
pengolahan limbah cair disimpan secara terbuka dan dalam ruang yang terbuka, hal ini dapat
menyebabkan penuruan konsentrasi kaporit sebagai pembunuh mikroorganisme. Pengolahan
limbah cair tahu merupakan pengolahan limbah secara terbuka diman pemberian kaporit
sebanyak 2 liter dengan jumlah limbah cair yang dihasilkan tidak dapat memberikan efektifitas
pada pengolahan limbah cair tersebut.
Menurut Riyanti et al., (2010), Ca(OCl)2 mengandung klorin (Cl2) sebesar 60% yang dapat
menurunkan kandungan BOD dan COD. Reaksi yang terjadi dengan penambahan kaporit
dipengaruhi oleh pH. Menurut Riyanti et al., (2010), penambahan kaporit akan menyebabkan
terhambatnya aktivitas bakteri atau mikroorganisme dengan cara merusak struktur sel bakteri
atau organisme tersebut karena adanya klorin. Setiap 100 mL limbah cair ditambahkan kaporit
sebanyak 5mg dapat menurunkan kandungan BOD dan COD dalam limbah cair tersebut.
Penurunan BOD dan COD tejadi pada pH 7-8. Pada pH tersebut kemampuan klorin yang
terdapat pada kaporit untuk menghambat aktivitas bakteri atau mikroorganisme dapat berjalan
dengan baik.
1.4 Aspek Kesehatan Masyarakat terhadap Limbah Cair Pabrik Tahu
Status kesehatan masyarakat di daerah penelitian dapat dilihat dari kebiasaan hidup subyek
penelitian,berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan. Dari wawancara yang dilakukan
diketahui bahwa masyarakat sekitar pabrik memiliki pendidikan yang rendah dan pekerjaan
sebagai buruh dan ibu rumah tangga serta pengetahuan terhadap kesehatan yang rendah.
Masyarakat disekitar pabrik adalah pegawai dari pabrik tahu tersebut yang bekerja sebagai
buruh dan pedagang tahu. Gangguan yang ditimbulkan akibat keberadaan pabrik tahu adalah
bau limbah tau yang sangat penyengat terutama pada musim kemarau, bau limbah cair pabrik
tahu ini ditimbulkan karena adanya kandungan ammonia dalam limbah tersebut. Menurut
Suprawihadi (2001), Limbah cair tahu yang memiliki kandungan ammonia apabila dibuang ke
lingkungan tanpa adanya pengolahan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan antara
lain:
1. Meningkatnya kebutuhan khlorin, karena khlorin digunakan untuk menghilangkan air
yang tercemar ammonia
2. Ammonia toksik terhadap ikan
3. Kandungan nitrat sebagai penyubur menyebabkan tumbuh dan berkembangnya
tumbuhan air yang tidak disengangi.
4. Warna air hijau akibat tumbuhnya algae
Dalam penelitiannya Suprawihadi (2001) mengatakan, ammonia dalam air sebagian berasal
dari reduksi zat organis (HOCNS) secara mikrobiologis. Kadar NH3 yang tinggi didalam air
merupakan petunjuk adanya pencemaran. Dari segi estetika, NH3 memiliki rasa kurang enak
dan bau yang menyengat. Pada konsentrasi 1 ppm atau kurang sudah dapat dideteksi adanya
bau yang menyengat.
Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012
Berdasarkan wawancara gangguan kesehatan yang oleh responden adalah iritasi kulit dan
gatal-gatal merupakan gangguan kesehatan yang pernah dialami subyek penelitian dalam tiga
bulan terakhir. Menurut Isyana et al., (2008), gangguan kesehatan tersebut belum dapat
dipastikan sebagai aspek yang ditimbulkan akibat limbah cair pabrik tahu karena masih banyak
faktor pendukung lain yang memungkinkan turut memicu timbulnya gejala penyakit kulit
tersebut. Diantaranya adalah berdasarkan wawancara kemungkinan gangguan kesehatan
terjadi akibat pekerjaan individu sebagai buruh pabrik tahu dimana berhubungan langsung
dengan proses pembuatan tahu yang menggunakan banyak air dan tidak menggunakan sarung
tangan selama bekerja.Selain itu kondisi lingkungan sekitar rumah yang kurang memadai dapat
memicu terjadinya penyakit tersebut karena masyarakat sekitar pabrik menggunakan kamar
mandi secara bersama-sama, jarak sumber air bersih yang dekat dengai sungai, hanya memiliki
dapur umum, jamban digunakan untuk kebutuhan bersama, kualitas air yang buruk. Menurut
Alia et al., (2004), prakiraan resiko terhadap kesehatan masyarakat berasal dari limbah cair dari
outlet masuk ke dalam air permukaan atau sungai, dimana masyarakat sekitar aliran sungai
tersebut memanfaatkan air tanah yang telah tercemar limbah cair melalui resapan sebagai
kebutuhan mandi, mencuci, dan lain-lain. Resiko yang mungkin timbul berupa munculnya
penyakit kulit dan perut.
Menurut responden penyebab timbulnya gejala penyakit tersebut adalah kondisi limbah
yang buruk, kondisi lingkungan yang buruk, dan perilaku hidup sehat yang buruk. Kondisi
limbah cair yang buruk disebabkan karena sistem pengolahan limbah yang kurang baik oleh
karena itu menurut Peni (2009), perlu dilakukannya pengolahan terhadap limbah cair tahu
sebelum dibuang ke lingkungan sehingga limbah cair tidak lagi mencemari lingkungan sungai
dan sekitarnya sedangkan menurut Wardhana (2004), Air yang tercemar oleh limbah organik
terutama limbah yang berasal dari industri olahan makanan merupakan tempat yang subur
untuk berkembang biaknya mikroorganisme,termasuk mikroba pathogen yang dapat
menimbulkan penyakit menular dan tidak menular.
Aspek lain yang dapat ditimbulkan dari limbah cair pabrik tahu menurut Alia et al., (2004)
adalah prakiraan resiko terhadap air permukaan yang berasaldair pengolahan limbah cair yang
dibuang kesungai,resiko yang ditimbulkan adalah kematian biota air,tumbuhan air dan hewan
air. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dinyatakan bahwa pada sekitar aliran sungai
yang tercemar limbah cair pabrik tahu tidak adanya kehidupan flora air, tidak terdapat ikan
yang tumbuh. Prakiraan resiko terhadap flora air berasal dari limbah cair yang berasal dari
proses akhir pemisahan yang dibuang kesungai lalu dihisap oleh tumbuhan yang hidup disekitar
sungai. Resiko yang mungkin timbul berupa berkurangnya kemampuan tumbuhan dalam
berfotosintesis sehingga menyebabkan tumbuhan tersebut mati. Dalam penelitian tersebut Alia
et al., (2004), menyatakan bahwa prakiraan resiko terhadap fauna air berasal dari limbah cair
yang berasal dari kolam pengolahan ke sungai, resiko yang mungkin timbul berupa
berkurangnya fauna di dalam air.
Menurut Suprawihadi (2001), pada sungai yang tercemar dengan limbah cair pabrik tahu
mengalami pandangkalan hal ini dikarenakan adanya parameter TSS yang jika dibuang ke
perairan dapat menyebabkan pendangkalan badan-badan air yang berakhir dapat
menyebabkan banjir. Pengendapan materi tersuspensi tersebut juga dapat sebagai tempat
perkembangbiakan mikroba yang menyebabkan kekekurahan pada air. Nilai BOD dan COD yang
tinggi pada limbah cair menyebabkan kekurangan oksigen dalam air yang merupakan
Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012
kebutuhan mikroorganisme dalam proses dekomposisi bahan organik sehingga dapat
mengancam kehidupan didalam air.
Kesimpulan dan Saran
1.1 Kesimpulan
1.
Proses pengolahan limbah cair pabrik tahu SMD adalah dengan memberikan kaporit pada pengolahan
limbah cair tahu. Kaporit yang diberikan kurang lebih 2 liter kaporit pada limbah cair tahu. Kaporit
berfungsi sebagai pembunuh bagi bakteri dan mikroorganisme. Pemberian kaporit sebagai pengolahan
limbah cair tahu belum tercapai karena jumlah limbah cair yang dihasilkan dengan kaporit yang diberikan
tidak memberikan dampak pada penurunan kandungan BOD dan COD.
2.
Kualitas inlet pada limbah cair pabrik tahu melebihi nilai baku mutu yang ditentukan oleh Gubernur DKI
Jakarta No.582 Tahun 1995 dimana kandungan TSS, ammonia, pH, BOD dan COD pada inlet limbah cair
tahu berturut-turut adalah 146,75 mg/l, 11,88 mg/l, 5,33, 98,0 mg/l, dan 768,0 mg/l. Kualitas outlet
limbah cair pabrik tahu SMD setelah mengalami proses pengolahan pada parameter TSS, ammonia, pH,
BOD, dan COD berturut-turut adalah 48,5 mg/l, 4,0 mg/l, 6,60, 298,80 mg/l, dan 1228,8 mg/l. data diatas
menunjukkan bahwa pada parameter TSS, ammonia dan ph dibawah baku mutu yang ditentukan oleh
Gubenur DKI Jakarta No.582 Tahun 1995. Sedangkan kadar BOD dan COD masih melebihi baku mutu yang
ditentukan.
3.
Efektifitas pengolahan limbah cair pabrik tahu SMD dengan menggunakan kaporit tidak memiliki
efektifitas pada parameter BOD dan COD, karena adanya peningkatan kandungan BOD dan COD setelah
mengalami pengolahan. Sedangkan untuk parameter TSS, dan ammonia memiliki nilai efektifitas berturutturut adalah 66,9%, 66,2%. Efektifitas pengolahan pada parameter pH dapat diukur dengan kandungan
pH yang asam (5,33) sebelum diolah menjadi hampir netral (6,60) setelah dilakukan pengolahan.
4.
Dari aspek kesehatan masyarakat, limbah cair tahu menimbulkan bau yang menyengat dan terdapat
keluhan gatal-gatal dan iritasi kulit. Berdasarkan keluhan dan konsentrasi parameter limbah cair tahu,
kemungkinan adanya hubungan melalui udara dan air yang tercemar, karena 100% sumber air bersih
masyarakat sekitar lingkungan pabrik adalah air tanah sedangkan untuk kosumsi masyarakat setempat
menggunaka air kemasan. Keluhan yang dialami masyarakat sekitar pabrik tahu belum dapat dipastikan
karena limbah cair tahu karena belum ada penelitian yang menyatakan bahwa limbah cair pabrik tahu
menimbulkan efek terhadap kesehatan masyarakat sekitarnya.
1.2 Saran
1. Bagi Dinas Kesehatan DKI Jakarta dan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur :

Pengawasan secara berkala mengenai aspek kesehatan masyarakat sekitar pabrik tehadap keberadaan
pabrik tahu.

Memberikan pemeriksaan kesehatan secara berkala terhadap masyarakat sekitar pabrik tahu untuk
memantau kesehatan masyarakat setempat.

Memberikan penyuluhan mengenai pola hidup sehat dan bersih terhadap masyarakat sekitar pabrik.
2. Bagi Badan Pengawas Lingkungan Hidup Daerah Jakarta :

Memberikan penyuluhan kepada pemilik pabrik untuk mengatasi limbah cair pabrik tahu dengan sistem
pengolahan limbah cair yang sesuai.
Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012

Pemantauan secara berkala untuk kualitas limbah cair yang masuk ke badan air/ sungai serta pemantauan
secara berkala terhadap UKL/UPL.
3. Bagi Departemen/ Dinas Perindustrian

Memberikan bantuan dengan pemberian alat sistem pengolahan limbah cair.

Pemantauan secara berkala mengenai efektifitas dari alat atau sistem pengolahan limbah cair yang
diberikan.
4. Bagi PRIMKOPTI

Mengirimkan hasil analisa limbah cair tahu ke BPLHD.

Memantau dan memberikan penyuluhan kepada pemilik pabrik tahu mengenai pengolahan limbah cair
tahu.

Kerjasama dengan instansi terkait dalam hal minimalisasi dan pengolahan limbah cair pabrik tahu.
5. Bagi BBTKL-PPM Jakarta

Pemeriksaan secara berkala mengenai limbah cair pabrik tahu

Kerjasama kepada pemilik pabrik dalam hal pengiriman sampel limbah cair tahu untuk dilakukan analisa

Pemantauan secara berkala terhadap kualitas limbah cair tahu.
6. Bagi Pabrik Tahu SMD Cipayung Jakarta Timur:

Diharapakan pabrik tahu SMD memiliki sistem pengolahan limbah yang lebih baik dan sederhana yaitu
dengan koagulan/flokulan yang sering digunakan adalah tawas Al2(SO4)3, karena dengan pemberian
koagulan/flokulan limbah cair yang mengandung zat tersuspensi dan koloid yang sulit mengendap, dapat
membentuk penggumpalan sehingga proses pengendapan lebih cepat.

Disarankan untuk melakukan analisa kualitas limbah cair secara rutin dengan bekerjasama pada
labaoratarium atau instansi pemerintah, hal ini sangat penting dilakukan untuk memantau kualitas limbah
cair yang dibuang ke badan air (sungai) dan aspek yang ditimbulkan.

Kesadaran pemilik pabrik untuk melakukan dan menjaga kondisi lingkungan pabrik yang bersih dan
sehat,sehingga dapat meminimalisir terjadinya aspek kesehatan yang buruk dengan keberadaaan pabrik.
7. Bagi Masyarakat sekitar pabrik tahu :

Penyuluhan kepada masyarakat sekitar pabrik tahu agar melakukan kebiasaan hidup sehat dan bersih,
serta penyuluhan terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar pabrik.

Kesadaran setiap individu terhadap hidup sehat dan bersih serta kesadaran untuk menjaga kesehatan
lingkungan sekitar rumah.
Ucapan Terima Kasih
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Alloh SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga
tugas akhir ini dapat terselesaikan. Penulisan tugas akhir kesehatan masyarakat ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dengan peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Tugas akhir ini terselesaikan dengan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Prof. dr. Haryoto Kusnoputranto, SKM, Dr.PH selaku pembimbing akademik yang telah bersedia meluangkan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dalam penyelesaian tugas akhir ini.
Dr. Suyud Warso Utomo, M.Si selaku peenguji dalam yang tersedia memberikan waktu dan pikiran untuk
mengarahkan dalam penyelesaian skripsi ini.
Ibu Diah Wati S., SKM, M.Kes selaku penguji luar yang telah bersedia memberikan waktu dan pikirannya untuk
pelaksanaan sidang hingga penyelesaia.n tugas akhir ini
Kedua orangtua yang telah mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, dan doa serta memberikan dukungan secara
keseluruhan hingga tugas akhir ini selesai.
Alifah Komaraningsih yang telah memberikan pinjaman buku hingga penulisan tugas akhir ini selesai dan juga
sebagai teman selama di FKM UI.
Allisa Pratami yang telah memberikan dukungan dan semangat sekaligus sebagai teman.
Ayu Anastasia yang telah banyak membantu dalam penulisan tugas akhir ini hingga selesai dan sebagai teman
curahan hati selama di FKM UI.
Cut Tissa Azura Putri yang telah meluangkan waktunya untuk membantu pelaksaan sidang dan sebagai teman
selama di FKM UI.
Sofia sebagai teman seperjuangan dari awal kuliah hingga penyelesain tugas akhir dan lulus bersama-sama.
Rilla Fahimah sebagai teman yang telah memberikan dukungan dan semangat.
Widya Purnama Sari sebagai teman sekaligus penyemangat selama di FKM UI.
Zani suhananto yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan hingga selesainya tugas akhir ini.
Mba ari dan ibu Sulis yang memberikan semangat dan dukungan.
Teman-teman regular KL 2009, Aliyah, Aulia, Abel, Sekar,yang telah memberikan dukungan dan semangat.
Teman-teman ekstensi 2010 Andri, Amel, Igar, Meila, Tri yang telah mendoakan dan memberikan semangat.
Seluruh teman-teman FKM UI khususnya peminatan kesehatan lingkungan yang telah banyak memberikan
dukungan dan ide.
Seluruh pihak yang telah membantu hingga tugas akhir in terselesaikan yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Daftar Pustaka
Damayanti, A., Hermana, J., & Masduqi, A. (2004). Environmental Analysis From TofuWaste
Water Treatment By Water Lettuce (Pistia stratiotes L.). Jurnal Purifikasi, 6.
Fardiaz, S. (2003). Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.
Husni, H., & Esmiralda. Uji toksisitas akut limbah cair industri tahu terhadap ikan Mas (Cyprinus
carpio Lin) limbah cair industri tahu "SUPER" Padang, 13.
Keputusan Gubernur DKI Jakarta. (1995). Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.582 Tahun 1995
Tentang: Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai / Badan Air Serta Baku Mutu
Limbah Cair di Wilayah DKI Jakarta.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. (1995). Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No.51 Tahun 1995 Tentang: Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri.
Kusnoputranto, H. (1997). Air Limbah dan Ekskreta Manusia. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Mahida, U.N. (1984). Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta: C.V. Rajawali.
Martono, H., Besmanto, N., & Sukana, B. (2004). Kualitas Limbah Cair Hotel-Hotel di Propinsi
Yogyakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan, 6.
Metcalf, & Eddy. (1991). Wastewater Engineering Treatment, Disposal, and Reuse. NewYork:
McGraw-Hill.
Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012
Paramitha, I., & Sudarmaji. (2008). Hubungan jarak terhadap kualitas kimia air tambak dan
keluhan kesehatan masyarakat konsumen ikan hasil tambak di sekitar tempat
pembuangan akhir sampah Benowo. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 10.
Pujiastuti, P. (2009). Perbandingan efisiensi teknologi pengolahan limbah cair industri tahu
secara aerasi; flokulasi; biofilter anaerob dan biofilter anaerob-aerob ditinjau dari
parameter BOD5 & COD. BIOMEDIKA, 12.
Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan & Badan Pengendalian Lingkungan
Daerah Samarinda. (2002). Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri. BPPT & BPLH
Samarinda.
Riyanti, F., Lukitowati, P., Afrilianza. (2010). Proses Klorinasi Untuk Menurunkan Kandungan
Sianida dan Nilai KOK pada Limbah Cair Tepung Tapioka. Jurnal Penelitian Sains, 6.
Salmariza. (2008). Pengaruh variasi tingkat beban organik dan laju alir terhadap efisiensi
pengolahan air limbah industri tahu dengan reactor MSL. Buletin BIPD, 10.
Siregar, S. A. (2005). Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta: Kanisius.
Soeparman, H.M., & Suparmin. (2001). Pembuangan Tinja & Limbah Cair. Jakarta: EGC.
Sugiharto. (1987). Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: UI PRESS.
Suharto. (2011). Limbah Kimia dalam pencemaran udara dan air. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Suprawihadi, R. (2001). Pengolahan Limbah Cair Tapioka dengan sistem Kombinasi Biofilter
Anaerob-Aerob Aliran ke atas danAspek terhadap Kesehatan Masyarakat. Tesis. Program
Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia
Supriyatna. (2012, September-November ). Personal Interview.
Viessman, W., & Hammer, M.J. (1985). Water Supply and Pollution Control. New York: Harper &
Row.
Wardhanana, A.W. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.
Zulkifli, & Meutia, A.A. (2001). Pengolahan limbah cair pabrik tahu dengan rotating biological
contactor (RBC). Jurnal LIMNOTEK, 14.
Efektifitas pengolahan..., Yunita Sari, FKM UI, 2012
Download