struktur komunitas ikan karang di barat pulau

advertisement
STRUKTUR KOMUNITAS IKAN KARANG
DI BARAT PULAU TAREMPA, PULAU SIANTAN,
KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS
MOHD. ADIP SETIAWAN
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Struktur Komunitas
Ikan Karang di barat Pulau Tarempa, Pulau Siantan, Kabupaten Kepulauan
Anambas adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2016
Mohd. Adip Setiawan
NIM C54120093
ABSTRAK
MOHD. ADIP SETIAWAN. Struktur Komunitas Ikan Karang di barat Pulau
Tarempa, Pulau Siantan, Kabupaten Kepulauan Anambas. Dibimbing oleh
NEVIATY P ZAMANI.
Pulau Anambas merupakan suatu pulau yang memiliki keanekaragman
terumbu karang yang relatif tinggi. Tingginya tingkat keanekaragaman terumbu
karang akan berbanding lurus dengan tingginya keanekaragman ikan karang.
Dibutuhkan suatu monitoring ikan karang agar ekosistem ikan karang tetap
terjaga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas ikan karang
di perairan barat Pulau Tarempa, Pulau Siantan, Kabupaten Kepulauan Anambas.
Pengambilan data ikan karang menggunakan metode pencacahan visual (visual
sensus) dengan 6 stasiun pengamatan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret
2015 di barat Pulau Tarempa, Pulau Siantan, Kabupaten Kepulauan Anambas.
Ditemukan sebanyak 13 famili ikan karang karang. Famili ikan karang yang
paling banyak ditemukan di barat Pulau Tarempa adalah famili ikan
Pomacentridae, ditemukan sebanyak 58.320 Ind/ha. Famili ikan yang paling
sedikit dijumpai di barat Pulau Tarempa adalah famili ikan Gobiidae,
Tetraodontidae, Sphyraenidae, Mullidae dan Lutjanidae. Jumlah individu ikan
karang yang terdapat di barat Pulau Tarempa ditemukan sebanyak 103.640 Ind/ha.
Spesies ikan karang yang terbanyak ditemukan di setiap stasiun adalah spesies
ikan Pomacentrus alexanderae, ditemukan sebanyak 11.240 Ind/ha. Nilai indeks
keanekaragaman rata-rata yang didapatkan sebesar 3,06 termasuk dalam
keanekaragaman tinggi, nilai indeks keseragaman rata-rata yang didapatkan
sebesar 0,51 termasuk dalam komunitas labil, dan nilai indeks dominansi rata-rata
yang didapatkan sebesar 0,06 termasuk dalam dominansi rendah. Struktur
komunitas ikan karang yang di lihat dari nilai indeks keanekaragaman, nilai
indeks keseragaman dan nilai indeks dominansi, berada dalam kondisi cukup baik.
Kata kunci: Ikan karang, Struktur komunitas, Visual sensus, Barat pulau tarempa.
ABSTRACT
MOHD. ADIP SETIAWAN. The Reef Fish Community Structure in the west of
Tarempa Island, Siantan Island, Anambas Islands District. Supervised by
NEVIATY P ZAMANI.
Anambas Island is an island that has coral reefs diversity which is
relatively high. The level of coral diversiry is directly proportional to the level of
reef fish diversity. Reef fish monitoring is needed so the reef fish ecosystem can be
maintained. The goal of this research is to know the coral fish communities
structure in the west of Tarempa Island sea, Siantan Island, Anambas Islands
District. The method of taking coral fish data is using visual sensus method at 6
observation stations. The research was began on March 2015 at west of Tarempa
Island, Siantan Island, Anambas Islands District. There are 13 coral fish family.
The most fish family that can be found in the west of Tarempa Island is
Pomacentridae, that can be found is 58,320 Ind/ha. The least coral fish families
that can be found in the west of Tarempa Island aree Gobiidae, Tetraodontidae,
Sphyraenidae, Mullidae, and Lutjanidae. The number of individual reef fish in the
west of Tarempa Island that can be found is 103.640 Ind/ha. The most reef fish
species that can be found in each station is Pomacentrus alexanderae, that can be
found is 11,240 Ind/ha. The average of biodivesity index value is 3,06, the
average of uniformity index value is 0,51, and the average of dominance index
value is 0,06. Based on the biodiversity index value, uniformity index value, and
dominance index value, the coral fish structure community is in reasonably good
condition.
Keyword: Coral fish, Community structure, Visual sensus, west of Tarempa
Island.
STRUKTUR KOMUNITAS IKAN KARANG
DI BARAT PULAU TAREMPA, PULAU SIANTAN,
KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS
MOHD. ADIP SETIAWAN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 ini ialah ikan karang, dengan
judul Struktur Komunitas Ikan Karang di barat Pulau Tarempa, Pulau Siantan,
Kabupaten Kepulauan Anambas.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Neviaty P Zamani, M Sc
selaku pembimbing utama, serta Bapak Beginer Subhan, S Pi. M Si, yang telah
banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis berikan kepada Bapak
Beginer Subhan, S Pi. M Si Bapak Dondy Arafat, S Pi. M Si dan Bapak Prakas
Santoso, S Pi serta kepada Laboratorium Hidrobiologi Laut atas peminjaman
peralatan pengambilan data yang telah membantu selama pengumpulan data.
Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M Sc selaku
Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan dan bapak Dr. Henry Manik, S
Pi. MT selaku ketua komisi pendidikan dan seluruh staf Departemen Ilmu dan
Teknologi Kelautan. Bapak Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA selaku dosen
penguji yang telah memberikan nasihat dan kesediaan waktunya dalam menguji
hasil penelitian dari penulis. Bapak Dr. Hawis H. Madduppa, S.Pi, M.Si selaku
dosen GKM (Gugus Kendali Mutu) yang telah memberikan nasihat dan kesediaan
waktunya dalam menguji hasil penelitian dari penulis. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu serta seluruh keluarga dan ITK 49, atas doa,
semangat, dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2016
Mohd. Adip Setiawan
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
METODE
2
Waktu dan Tempat Penelitian
2
Alat dan Bahan
3
Metode Pengambilan Data
3
Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
6
Struktur Komunitas Ikan Karang di Barat Pulau Tarempa
6
Nilai Rata-Rata Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi
SIMPULAN DAN SARAN
10
11
Simpulan
11
Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN
14
RIWAYAT HIDUP
21
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
Posisi Geografis Lokasi Pengambilan Data Ikan Karang
2
Kedalaman Stasiun Lokasi Pengambilan Data Ikan Karang
3
Kelimpahan Genus Ikan Karang (Ind/ha) di Barat Pulau Tarempa
8
Kelimpahan 10 Spesies Ikan Karang (Ind/ha) Tertinggi di Barat Pulau
Tarempa
9
5 Nilai Rata-Rata Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi 10
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
Peta Lokasi Pengambilan Data Ikan Karang di Barat Pulau Tarempa
Pengambilan Data Ikan Karang dengan Teknik Sensus Visual
Lokasi Pengambilan Data di Barat Pulau Tarempa
Kelimpahan Famili Ikan Karang (Ind/ha) di Barat Pulau Tarempa
Trofik Level Famili Ikan Karang (Ind/ha) di Barat Pulau Tarempa
2
4
6
7
10
DAFTAR LAMPIRAN
1. Tabel Kelimpahan Famili Ikan Karang
2. Data Ikan Karang Stasiun 1
3. Data Ikan Karang Stasiun 2
4. Data Ikan Karang Stasiun 3
5. Data Ikan Karang Stasiun 4
6. Data Ikan Karang Stasiun 5
7. Data Ikan Karang Stasiun 6
8. Spesies Ikan Karang yang Ditemukan
14
15
15
16
17
18
18
19
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan karang adalah salah satu biota yang hidup pada ekosistem terumbu karang dan
hidupnya sangat bergantung pada kondisi terumbu karang (Rondonuwu et al. 2013). Peranan
biofisik ekosistem terumbu karang sangat beragam, diantaranya sebagai tempat tinggal,
tempat berlindung, tempat mencari makan dan berkembang biak bagi beragam biota laut,
termasuk didalamnya ikan karang (Mardasin et al. 2011). Ikan karang merupakan salah satu
komoditi unggulan perikanan, maka perlu dilakukan pengawasan agar stok ikan di alam
masih dapat terjaga dengan lestari. Melakukan monitoring ikan karang bertujuan untuk
melihat perubahan ekosistem ikan karang setiap tahun. Keberadaan mereka telah menjadikan
ekosistem terumbu karang sebagai ekosistem paling banyak dihuni biota air. Tingginya
keragaman ini disebabkan terdapatnya variasi habitat yang ada di terumbu karang, dimana
semua tipe habitat tersebut diisi oleh spesies ikan karang (Rembet et al. 2011).
Komunitas ikan karang mempunyai hubungan yang erat dengan terumbu karang
sebagai habitatnya. Saat ini, beberapa daerah di Indonesia telah mengalami degradasi
terumbu karang (Madduppa et al. 2007). Keberadaan komunitas ikan karang di suatu terumbu
sangat perlu diketahui,melihat peranan dan fungsinya secara alamiah (Rondonuwu 2014).
Struktur fisik dari karang batu,scleractinia berfungsi sebagai habitat dan tempat berlindung
bagi ikan karang, dimana beberapa jenis ikan karang menggunakan habitat ini sebagai tempat
berlindung dari predator sehingga, daerah yang aman bagi perkembangan kematangan
seksual (Menembu et al. 2012). Terumbu karang sebagai tempat mencari makan dimana
sejumlah ikan karang memanfaatkan karang secara langsung (Rembet et al. 2011). Konsep
komunitas berperan untuk menganalisis kondisi suatu lingkungan perairan. Komposisi dan
karakteristik komunitas merupakan indikator yang sangat baik untuk menunjukkan kondisi
lingkungan dan status ekologi komunitas ikan terkait dengan kestabilan ekosistem (Ungaro et
al. 1998).
Monitoring ikan karang dapat dilakukan dengan cara snorkeling dan SCUBA diving.
Pada dasarnya kedua metode ini memiliki prinsip kerja yang sama yaitu mengamati ikan-ikan
yang ada di terumbu karang kemudian mengidentifikasi jenis ikan yang ada di lokasi
pengamatan dan melakukan perhitungan estimasi jumlah ikan di lokasi tersebut, namun ada
kelebihan dari monitoring dengan scuba yaitu memungkinkan ditemukannya lebih banyak
spesies ikan karena pada perairan yang lebih dalam spesies ikan lebih melimpah (Setiawan
2010). Meskipun sulit untuk memperoleh informasi yang dapat dipertanggungjawabkan
secara tepat dari kelimpahan dan struktur komunitas populasi ikan, data ikan karang juga
dapat bermanfaat untuk menentukan apakah ikan dapat bergerak jauh dari daerah asal ke
tempat yang lebih baik.
Penelitian ikan karang terbatas pada keanekaragaman, keragaman dan dominasi ikan
karang di terumbu karang Kepulauan Anambas. Lokasi pengambilan data masih sangat ideal
untuk penelitian, karena jauh dari sumber pencemaran dan pemukiman penduduk.
Pengambilan data ikan karang menggunakan metode sensus visual (Dartnall dan Jones 1986
dalam Rembet et al. 2011), dimana di setiap stasiun pada kedalaman 5 meter diletakkan
transek berukuran 50 meter sebagai patokan dalam pengambilan data (mengikuti teknik Line
Intercept Transect-LIT, UNEP 1993). Data yang diperoleh adalah jumlah spesies dan jumlah
individu masing - masing spesies ikan.
2
Tujuan Penelitian
Mengetahui struktur komunitas ikan karang di perairan barat Pulau Tarempa, Pulau
Siantan, Kabupaten Kepulauan Anambas.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 di barat Pulau Tarempa, Pulau
Siantan, Kabupaten Kepulauan Anambas. Lokasi yang dipilih adalah barat Pulau Siantan
yang tidak termasuk zonasi kawasan konservasi di Kabupaten Kepulauan Anambas. Gambar
1 dan Tabel 1 menunjukkan posisi stasiun dan koordinat pengamatan yang dilakukan untuk
pengambilan data ikan karang di barat Pulau Tarempa.
Gambar 1. Peta Lokasi Pengambilan Data Ikan Karang di Barat Pulau Tarempa
Tabel 1. Posisi Geografis Lokasi Pengambilan Data Ikan Karang.
NO
1
2
3
4
5
6
LOKASI
Depan Pantai Lue
Depan Pantai Mela
Depan Pantai Mela
Depan tanjung ke arah
arung hijau
Depan tanjung ke arah
arung hijau
Depan pantai selantak
KOORDINAT
BUJUR
LINTANG
106◦19'66.86''
03◦23'31.19"
106◦19'45.36"
03◦22'90.53"
106◦19'43.83"
03◦22'73.67"
106◦19'51.50"
03◦22'18.49"
106◦19'57.64"
03◦22'03.16"
106◦19'89.88"
03◦21'43.38"
3
Tabel 2. Kedalaman Stasiun Lokasi Pengambilan Data Ikan Karang
Stasiun
1
2
3
4
5
6
Kedalaman (m)
6
6
6
3
3
3
Pengambilan data ikan karang pada setiap stasiunnya memiliki kedalaman yang
berbeda-beda. Tabel 2 memperlihatkan kedalaman setiap stasiun pengambilan data ikan
karang. Stasiun 1, stasiun 2, dan stasiun 3 memiliki kedalaman pengambilan data sedalam 6
meter. Stasiun 1 pengamatan memiliki substrat dasar yang unik. Substrat dasar pada stassiun
1 adalah bebatuan yang hanya sedikit ditumbuhi terumbu karang. Pada stasiun 2 dan stasiun 3
pengamatan memiliki terumbu karang yang bagus. Stasiun 4, stasiun 5 dan stasiun 6 memiliki
kedalaman pengambilan data sedalam 3 meter. Pada stasiun 4, stasiun 5 dan stasiun 6
memilki terumbu karang yang bagus, dimana pada kedalaman 3 meter intensitas matahari
sangat bagus untuk pertumbuhan terumbu karang. Secara umum, populasi ikan ternyata lebih
tinggi pada kedalaman 3 meter dibandingkan dengan kedalaman 6 meter. Menurut Adrim
(2007), populasi ikan ternyata lebih tinggi pada kedalaman 3 meter dibandingkan dengan
kedalaman 10 meter. Hasil tersebut erat kaitannya dengan kondisi habitat karang, dimana
pada kedalaman 3 meter keanekaragaman karang dan tutupannya lebih tinggi dibandingkan
dengan kedalaman 10 meter. Intensitas cahaya matahari secara alami akan lebih besar
diperoleh pada daerah yang lebih dekat dengan permukaan.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat selam Self Contained
Underwater Breathing Apparathus (SCUBA), roll meter, kapal, pensil, sabak, Geographical
Positioning System (GPS) dan kamera bawah air.
Metode Pengambilan Data Ikan
Metode pengambilan data ikan karang sangat ditentukan oleh lokasi pengamatan dan
tujuan dari pencatatan data ikan karang itu dilakukan. Pemilihan site ini sangat penting
misalnya pendataan dilakukan di rataan terumbu (reef flat), tubiran (reef crest) atau lereng
terumbu (reef slope). Sebelum pemasangan transek harus terlebih dahulu di survei agar
daerah yang diamati mewakili daerah tersebut (Setiawan 2010).
Pengumpulan data
Prosedur Pengambilaan Data
Pengambilan data ikan karang di lakukan dengan cara penyelam membawa sabak,
pensil dan roll meter. Sebelum pemasangan transek harus terlebih dahulu di survei agar
daerah yang diamati mewakili daerah tersebut. Setelah menemukan site yang di anggap
mewakil penyelam memasang transek sepanjang 50 meter. Setelah transek di pasang,
penyelam mulai melakukan pengambilan data ikan karang sambil kembali ke titik 0 meter
transek. Data yang diambil adalah spesies ikan dan estimasi jumlah ikan karang. Area visual
sensus adalah 2,5 meter ke arah kiri dan 2,5 meter ke arah kanan. Setelah data didapatkan
4
maka penyelam menghampiri dive buddy, apabila dive buddy belum selesai melakuan
pengambilan data.
Teknik Sensus
Visual sensus bertujuan untuk mencatat kelimpahan ikan yang melewati transek
sepanjang 50 meter. Pengambilan data menggunakan visual sensus tidak mencatat juvenil
ikan karang. Schooling ikan yang melewati transek, maka di lakukan estimasi jumlah ikan
dengan membagi empat kuadran.
Waktu Sensus
Sensus dilakukan di antara pukul 08.30-17.30. Pengambilan pada waktu tersebut
dilakukan untuk menghindari peralihan ikan yang diurnal dan nokturnal.
Identifikasi Ikan
Identifikasi ikan karang dilakukan dengan melihat referensi dari Allen et al. (2003),
Kuiter dan Tonozuka (2001), Madduppa (2014) dan Setiawan (2010).
Manajemen Data
Setelah pengambilan data di lapangan, data yang ada di sabak dipindahkan ke data
sheet oleh pengamat. Data yang telah dipindahkan ke data sheet di pindahkan ke
komputer/laptop. Data yang telah dipindahkan kemudian dicek satu persatu.
Metode Pencacahan Visual (Underwater Visual Sensus)
Pengambilan data spesies ikan karang menggunakan metode visual sensus (Dartnall
dan Jones, 1986 dalam Rembet et al. 2011), dimana di setiap stasiun pada kedalaman 5 meter
diletakkan transek berukuran 50 meter sebagai patokan dalam pengambilan data (mengikuti
teknik Line Intercept Transect- LIT, UNEP 1993). Data yang diperoleh adalah jumlah spesies
dan jumlah individu masing-masing spesies ikan. Teknik pengambilan data ikan karang dapat
di lihat seperti pada Gambar 2.
Gambar 2. Pengambilan data ikan karang dengan teknik visual sensus (English et al. 1997).
5
Analisis Data
Data ikan karang yang telah terkumpul kemudian di analisis sehingga ditemukan tiga
indeks komunitas, yaitu indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E) dan indeks
dominansi (C).
Indeks Keanekaragaman
Indeks keanekaragaman (H’) menyatakan keadaan populasi organisme secara
matematis agar mempermudah dalam menganalisis informasi jumlah individu masing-masing
bentuk pertumbuhan spesies ikan dalam suatu komunitas habitat dasar ikan (Odum 1971).
Indeks keanekaragaman dirumuskan sebagai berikut (Odum 1971) :
∑
( )
……………(1)
Keterangan :
H’ = indeks keanekaragaman,
pi = proporsi jumlah individu pada spesies ikan.
Kriteria bagi indeks keanekaragaman adalah jika H’ ≤ 1 maka keanekaragaman
rendah, 1< H’ ≤3 keanekaragaman sedang, dan H’ > 3 keanekaragaman tinggi.
Indeks Keseragaman
Indeks keseragaman (E) menggambarkan ukuran jumlah individu antarspesies dalam
suatu komunitas ikan. Semakin merata penyeberan individu antar spesies maka
keseimbangan ekosistem akan makin meningkat. Rumus yang digunakan adalah
(Odum 1971) :
……………(2)
Keterangan :
E
= indeks keseragaman,
Hmax = indeks keanekaragaman maksimum,
S
= jumlah genus ikan karang.
Kriteria bagi indeks keseragaman adalah jika 0 < E ≤ 0,5 komunitas tertekan,
0,5 < E ≤ 0,75 komunitas labil, dan 0,75 < E ≤ 1 komunitas stabil.
Indeks Dominansi
Indeks dominansi (C) suatu spesies yang cukup besar akan mengarah pada kondisi
ekosistem atau komunitas yang labil atau tertekan, Rumus yang digunakan adalah
(Odum 1971) :
∑
……………(3)
Keterangan :
C
Pi2
= indeks dominansi
= proporsi jumlah individu pada spesies ikan di kuadratkan.
Kisaran indeks dominansi adalah jika 0 < C ≤ 0,5 dominansi rendah, 0,5 < C ≤ 0,75
dominansi sedang, dan 0,75 < C ≤ 1 dominansi tinggi.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di perairan Pulau Siantan, Pulau Tarempa, Kabupaten
Kepulauan Anambas, khususnya di barat Pulau Tarempa. Lokasi ini merupakan daerah yang
belum terjamah oleh aktivitas manusia dan aktivitas pariwisata. Kabupaten Kepulauan
Anambas merupakan daerah zonasi konservasi yang dikeluarkan oleh Kementrian Kelautan
dan Perikanan.
Pulau Siantan
Pulau Siantan adalah salah satu pulau yang ada di Kabupaten Kepulauan Anambas,
Provinsi Kepulauan Riau. Pulau ini adalah pulau terbesar dan terpenting di kabupaten ini,
memiliki luas 105,98 km2, dan secara administratif di bagi menjadi empat kecamatan;
yaitu Siantan, Siantan Selatan, Siantan Tengah, dan Siantan Timur. Tarempa, Tarempa adalah
ibukota Kabupaten Kepulauan Anambas yang terdapat di Pulau Siantan. Pulau Siantan
terletak di sebelah selatan Pulau Matak dan dipisahkan dengan selat yang lebarnya antara
0,78-6,5 km². Pulau Siantan dikelilingi pulau-pulau kecil yang sebagian berpenduduk dan
sebagian tidak. Kondisi bawah laut Pulau Siantan dapat di lihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Lokasi Pengambilan Data di Barat Pulau Tarempa
Struktur Komunitas Ikan Karang di Barat Pulau Tarempa
Kelimpahan Famili Ikan di Barat Pulau Tarempa
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada 6 stasiun di barat Pulau Tarempa,
terdapat 13 famili ikan karang (Lampiran 1). Famili ikan yang paling banyak dijumpai pada
setiap stasiun di barat Pulau Tarempa adalah famili ikan Pomacentridae. Gambar 4
menunjukkan famili ikan Pomacentridae yang terbesar ditemukan di stasiun 3 sebanyak
12.240 Ind/ha. Hal ini dikarenakan pada stasiun 3 memiliki kondisi terumbu karang yang
bagus sebagai tempat hidup ikan Pomacentridae. Menurut Setiawan et al. (2013), famili
Pomacentridae banyak ditemukan karena famili Pomacentridae adalah pemakan zooplankton
di kolom air dan struktur terumbu karang yang dapat memberikan ruang untuk sembunyi
sangat cocok untuk ikan Pomacentridae karena saat menangkap zooplankton ikan
7
Pomacentridae sangat rentan menjadi mangsa ikan karnivora besar. Dominasi famili
Pomacentridae dikarenakan famili ikan karang yang memiliki jumlah spesies terbanyak dan
tersebar luas di ekosistem terumbu karang di seluruh dunia (Yanuar dan Aunurohim 2015).
25000
Famili :
Tetraodontidae
Sphyraenidae
20000
Siganidae
Scarinidae
Pomacentridae
15000
Ind/ha
Nemipteridae
Mullidae
Lutjanidae
10000
Labridae
Holochentridae
Gobiidae
5000
Chaetodontidae
Apogonidae
0
Stasiun 1
Stasiun 2
Stasiun 3
Stasiun 4
Stasiun 5
Stasiun 6
Stasiun Pengamatan
Gambar 4. Kelimpahan Famili Ikan Karang (Ind/ha) di Barat Pulau Tarempa
Gambar 4 menunjukkan famili Pomacentridae yang paling sedikit ditemukan di
stasiun 1 sebanyak 7820 Ind/ha. Hal ini dikarenakan pada stasiun 1 memiliki substrat yang
unik yaitu substrat bebatuan yang sedikit dijumpai terumbu karang. Famili ikan
Pomacentridae termasuk dalam kelompok ikan mayor, dimana ikan utama (mayor)
merupakan jenis ikan berukuran kecil 5-25 cm dengan karateristik warna yang beragam yang
dikenal sebagai ikan hias. Kelompok ini umumnya ditemukan melimpah baik dalam jumlah
individu maupun jenisnya, serta cenderung bersifat teritorial. Ikan-ikan ini sepanjang
hidupnya berada di terumbu karang, diwakili oleh suku pomacentridae dan apogonidae
(English et al. 1997). Ikan karang famili Chaetodontidae merupakan kelompok ikhtiofauna
mencolok, memiliki penyebaran luas dan selalu ditemukan hidup berasosiasi dengan terumbu
karang. Ikan ini dijadikan sebagai indikator kondisi karang karena merupakan penghuni
karang sejati, sehingga apabila terjadi degradasi terhadap ekosistem terumbu karang,
kehadiran ikan ini dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menilai dan memantau kondisi
terumbu karang (Rondonuwu et al. 2013). Famili ikan yang paling sedikit dijumpai pada
setiap stasiun di barat Pulau Tarempa adalah stasiun 1 famili ikan Lutjanidae ditemukan
sebanyak 40 Ind/ha, stasiun 2 famili ikan Tetraodontidae ditemukan sebanyak 40 Ind/ha,
stasiun 3 famili ikan Gobiidae ditemukan sebanyak 120 Ind/ha, stasiun 4 famili ikan
Lutjanidae dan Mullidae ditemukan sebanyak 40 Ind/ha, stasiun 5 famili ikan Sphyraenidae
dan Tetraodontidae ditemukan sebanyak 40 Ind/ha, dan pada stasiun 6 famili ikan
Chaetodontidae ditemukan sebanyak 160 Ind/ha. Pada setiap stasiun di barat Pulau Tarempa
memiliki kelimpahan famili ikan yang berbeda-beda.
8
Kelimpahan Genus Ikan Karang di Barat Pulau Tarempa
Berdasarkan Tabel 3 ditemukan sebanyak 28 genus ikan karang yang terdapat di barat
Pulau Tarempa. Genus ikan karang yang paling banyak dijumpai pada setiap stasiun di barat
Pulau Tarempa adalah genus ikan Pomacentrus. Kelompok Pomacentrus umumnya
ditemukan melimpah baik dalam jumlah individu maupun jenisnya, serta cenderung bersifat
teritorial (English et al. 1997).
Tabel 3. Kelimpahan Genus Ikan Karang (Ind/ha) di Barat Pulau Tarempa
No. Famili
Genus
Ind/ha
1
Pomacentridae
Abudefduf
1080
2
Pomacentridae
Amblyglyphidodon
9600
3
Tetraodontidae
Aronthron
80
4
Chaetodontidae
Chaetodon
2080
5
Labridae
Chelinus
1480
6
Chaetodontidae
Chelmon
240
7
Scarinidae
Chlorurus
9520
8
Labridae
Choerodon
840
9
Pomacentridae
Chromis
2680
10 Pomacentridae
Dascilus
3680
11 Labridae
Diproctacanthus
1200
12 Pomacentridae
Dischistodus
1880
13 Labridae
Epibulus
720
14 Labridae
Gomphosus
480
15 Labridae
Hemigymnus
1400
16 Gobiidae
Istigobius
120
17 Labridae
Labroides
1320
18 Lutjanidae
Lutjanus
200
19 Holochentridae
Myripristis
840
20 Pomacentridae
Neoglyphidodon
10160
21 Apogonidae
Ostorhinchus
720
22 Mullidae
Parupeneus
80
23 Pomacentridae
Pomacentrus
29240
24 Scarinidae
Scarus
13640
25 Nemipteridae
Scolopsis
3480
26 Siganidae
Siganus
3520
27 Sphyraenidae
Sphyraena
40
28 Labridae
Thalasoma
3320
Tabel 3 menunjukkan genus Pomacentrus di temukan sebesar 29.240 Ind/ha. Adrim et
al.,(2012) juga mencatat Pomacentridae sebagai famili yang mendominasi. Genus ikan
karang yang paling sedikit dijumpai pada setiap stasiun di barat Pulau Tarempa adalah genus
ikan Sphyraena sebesar 40 Ind/ha, genus ikan Parupeneus sebesar 80 Ind/ha dan genus ikan
Aronthron sebesar 80 Ind/ha. Spesies ikan yang sedikit di temukan termasuk dalam kelompok
ikan target. Ikan target adalah ikan yang merupakan target untuk penangkapan atau lebih
dikenal juga dengan ikan ekonomis penting atau ikan kosumsi. Faktor-faktor yang
menyebabkan berkurangnya kekayaan dan kelimpahan spesies, serta rata-rata biomassa ikan
karang kelompok spesies target adalah penangkapan ikan yang berlebihan dengan
9
menggunakan bom, racun, dan pengrusakan habitat langsung seperti penambangan karang
(Rondonuwu 2014).
Kelimpahan Spesies Ikan Karang di Barat Pulau Tarempa
Jumlah individu ikan terumbu yang terdapat di barat Pulau Tarempa ditemukan
sebanyak 103.640 Ind/ha . Berdasarkan Tabel 4 spesies ikan karang terbanyak yang
ditemukan di setiap stasiun adalah spesies ikan Pomacentrus alexanderae.
Tabel 4. Kelimpahan 10 Spesies Ikan Karang (Ind/ha) Tertinggi di Barat Pulau Tarempa
No. Famili
Spesies
Ind/ha
Fungsional
1
Pomacentridae
Pomacentrus alexanderae
11.240
Mayor
2
Pomacentridae
Pomacentrus moluccensis
8.800
Mayor
3
Pomacentridae
Amblyglyphidodon curacao
8.480
Mayor
4
Pomacentridae
Pomacentrus simsiang
6.360
Mayor
5
Scarinidae
Scarus rivulatus
5.520
Mayor
6
Pomacentridae
Neoglyphidodon nigroris
5.200
Mayor
7
Pomacentridae
Neoglyphidodon melas
4.960
Mayor
8
Scarinidae
Scarus tricolor
4.360
Target
9
Scarinidae
Chlorurus sordidus
3.880
Mayor
10 Scarinidae
Scarus quoyi
3.760
Target
Tabel 4 menunjukkan spesies ikan Pomacentrus alexanderae yang di temukan sebesar
11.240 Ind/ha. Spesies ikan Pomacentrus alexanderae termasuk kedalam kelompok ikan
mayor. Ikan mayor adalah jenis ikan yang memiliki ukuran tubuh relatif kecil. Di alam, ikan
jenis ini memegang peranan penting dalam rantai makanan, terutama sebagai suplai makanan
bagi ikan karnivora (Wibowo dan Adrim 2013). Dominasi kelompok spesies mayor di suatu
terumbu karang mengindikasikan bahwa pemanfaatan ikan kelompok target sebagai ikan
konsumsi lebih banyak dari kelompok mayor sebagai ikan hias (Rondonuwu 2014). Pada
stasiun 1, spesies ikan karang yang paling rendah adalah spesies Lutjanus decussatus sebesar
40 Ind/ha (Lampiran 2). Pada stasiun 2, spesies ikan karang yang paling rendah adalah
spesies Aronthron nigropunctatus sebesar 40 Ind/ha (Lampiran 3). Pada stasiun 3, spesies
ikan karang yang paling rendah adalah spesies Chaetodon lunulatus, Siganus vilpinus, dan
Epibulus insidiator, sebesar 80 Ind/ha (Lampiran 4). Pada stasiun 4, spesies ikan karang yang
paling rendah adalah spesies Lutjanus kasmira, Parupeneus barberinus, Scolopsis ciliata,
Chaetodon trifasciatus, Chelmon rostratus, dan Chaetodon lunulatus, sebesar 80 Ind/ha
(Lampiran 5). Pada stasiun 5, spesies ikan karang yang paling rendah adalah spesies
Sphyraena barracuda dan Aronthron nigropunctatus, sebesar 40 Ind/ha (Lampiran 6). Pada
stasiun 6, spesies ikan karang yang paling rendah adalah spesies Chaetodon lunulatus,
Chelmon rostratus dan Scolopsis bilineata, sebesar 80 Ind/ha (Lampiran 7).
Trofik Level Famili Ikan Karang di Barat Pulau Tarempa
Perilaku makan famili ikan karang akan memberi pengaruh terhadap keseluruhan
ekosistem terumbu karang dan juga sebaliknya. Perilaku makan pada ikan karang dapat
dibagidalam lima jenis makanan yang dikonsumsi yaitu coralitivora, herbivora, karnivora,
omnivora dan planktivora.
10
25000
20000
Ind/ha
Trofik Level :
planktivora
15000
omnivora
10000
karnivora
herbivora
5000
coralitivora
0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6
Stasiun Pengamtan
Gambar 5. Trofik Level Famili Ikan Karang (Ind/ha) di Barat Pulau Tarempa
Gambar 5 menunjuakkan perilaku makan ikan karang tertinggi di barat Pulau
Tarempa adalah tipe pemakan omnivora. Tipe pemakan omnivora di antaranya famili ikan
Pomacentridae dan famili ikan Labridae. Menurut Madduppa (2014), famili Pomacentridae
dan famili Labridae mendominasi ekosistem terumbu karang sebagai ikan mayor. Perilaku
makan famili ikan karang yang paling rendah di temukan di barat Pulau Tarempa adalah tipe
pemakan planktivora. Tipe pemakan planktivora di antaranya famili ikan Apogonidae dan
famili ikan Pomacentridae. Hampir semua ikan karang merupakan planktivora pada masa
larva dan juvenilnya, meskipun ada yang berganti tipe makanan pada masa dewasanya
tergantung adaptasinya (Randall et al. 1990). Terumbu karang mempunyai ikan planktivora
yang aktif pada siang (diurnal) dan malam hari (nokturnal). Ikan yang aktif pada siang hari
yaitu Serranidae, Chaetodontidae, Pomacentridae dan Balistidae, sedangkan yang aktif pada
malam hari yaitu Holocentridae, Priacanthidae dan Apogonidae (Purwanti 2004).
Nilai Rata-Rata Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi
Kondisi perairan dapat dikategorikan baik apabila diperoleh nilai indeks
keanekaragaman dan indeks keseragaman yang tinggi serta indeks dominansi yang rendah.
Berdasarkan Odum (1971) dan Clarke & Warwick (1994), tinggi rendahnya nilai indeks
keanekaragaman jenis suatu komunitas ditentukan oleh tinggi rendahnya kelimpahan
individu, komposisi jenis serta tingkat kemerataan individu setiap jenis. Salah satu penyebab
tingginya keanekaragaman spesies di ekosistem terumbu karang adalah karena adanya variasi
habitat. Tingkat adaptasi dan keanekaragaman spesies di ekosistem terumbu karang
dipengaruhi oleh adanya interaksi yang kompleks antara biota penyusun ekosistem tersebut
(Nybakken 1993).
Tabel 5. Nilai Rata-Rata Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi
Stasiun
Pengamatan
Indeks Stasiun 1
Stasiun 2
Stasiun 3
Stasiun 4
Stasiun 5
Stasiun 6
Rata-rata
H’
3,15
3,12
3,40
3,01
2,88
3,06
2,81
11
E
0,48
0,51
0,51
0,55
0,50
0,48
0,51
C
0,08
0,05
0,05
0,07
0,06
0,07
0,06
Kondisi perairan dapat dikategorikan baik apabila diperoleh nilai indeks
keanekaragaman dan indeks keseragaman yang tinggi serta indeks dominansi yang rendah.
Kriteria bagi indeks keanekaragaman adalah jika H’ ≤ 1 keanekaragaman rendah, 1< H’ ≤3
keanekaragaman sedang, dan H’ > 3 keanekaragaman tinggi. Kriteria bagi indeks
keseragaman adalah jika 0 < E ≤ 0,5 komunitas tertekan, 0,5 < E ≤ 0,75 komunitas labil, dan
0,75 < E ≤ 1 komunitas stabil. Kisaran indeks dominansi adalah 0 < C ≤ 0,5 dominansi
rendah, 0,5 < C ≤ 0,75 dominansi sedang, dan 0,75 < C ≤ 1 dominansi tinggi (Odum 1971).
Tabel 5 menunjukan nilai indeks keanekaragaman sebesar 3,06 yang termasuk dalam kriteria
keanekaragaman tinggi. Menurut Utomo et al. (2013), semakin tinggi keanekaragaman
terumbu karang maka akan semakin tinggi keanekaragaman ikan karang. Indeks keseragaman
yang didapat sebesar 0,51 dan termasuk dalam kriteria komunitas labil. Hal ini dapat terjadi
apabila keseimbangan komunitas belum stabil sehingga komunitas masih dapat berfluktuatif
menuju keseimbangannya (Setiawan et al. 2013). Indeks dominansi yang didapat sebesar
0,06 dan termasuk dalam kriteria dominansi rendah. Hal ini dapat terjadi apabila komunitas
ikan karang di area terumbu karang tidak ada yang mendominasi satu sama lainnya. Spesies
ikan karang tersebar merata dan tidak ada dominansi satu spesies terhadap spesies lainnya
(Mardasin et al. 2011). Kondisi ikan karang yang terdapat di barat Pulau Tarempa berada
dalam kondisi cukup baik.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, famili ikan karang yang ditemukan yaitu sebanyak 13
famili ikan karang. Famili ikan yang paling banyak dijumpai di barat Pulau Tarempa adalah
famili ikan Pomacentridae. Famili ikan yang paling sedikit dijumpai di barat Pulau Tarempa
adalah famili ikan Gobiidae, Tetraodontidae, Sphyraenidae, Mullidae dan Lutjanidae. Jumlah
individu ikan karang yang terdapat di barat Pulau Tarempa ditemukan sebanyak 103.640
Ind/ha. Spesies ikan karang yang banyak ditemukan di setiap stasiun adalah spesies ikan
Pomacentrus alexanderae. Kondisi perairan dapat dikategorikan baik apabila diperoleh nilai
indeks keanekaragaman dan indeks keseragaman yang tinggi serta indeks dominansi yang
rendah. Nilai indeks keanekaragaman rata-rata yang didapat sebesar 3,06, nilai indeks
keseragaman rata-rata yang didapat sebesar 0,50, dan nilai indeks dominansi rata-rata yang di
dapat sebesar 0,06. Berdasaran nilai indeks keanekaragaman, nilai indeks keseragaman, dan
nilai indeks dominansi dari nilai indeks rata-rata setiap stasiunnya, struktur komunitas ikan
karang yang ada di barat Pulau Tarempa berada dalam kondisi cukup baik.
Saran
Pada penelitian berikutnya, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai struktur
komunitas ikan karang di lokasi barat Pulau Tarempa, Kepulauan Anambas. Hal tersebut
disebabkan masih kurangnya analisis lebih lanjut mengenai struktur komunitas ikan karang
yang dilakukan di barat Pulau Tarempa, Kabupaten Kepulauan Anambas.
12
DAFTAR PUSTAKA
Adrim M. 2007. Komunitas ikan karang di perairan Pulau Enggano, Provinsi Bengkulu.
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. 33 (1):139-158.
Adrim, M., S.A. Harahap, dan K. Wibowo. 2012. Struktur komunitas ikan karang di
perairan Kendari. Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI.17 (3):154-163.
Allen G R, Steene R, Humann P, Deloach N. 2003. Reef Fish Identification Tropical Pacific.
Australia New World Publications.
Dartnall A J, Jones M. 1986. A Manual of Survey Methods; Living Resources in
Coastal Areas. ASEAN-Australia Cooperative Program On Marine Science
Handbook. Townsville: Australian Institute of Marine Science. 166h.
English S, Baker VJ, Wilkinson C. 1994. Survey manual for tropical marine resources.
Asean-Australian Marine Project Australia. 368h.
Kuiter R H, Tonozuka T. 2001. Pictorial Guide to Indonesian Reef Fishes, part 1-4.
Zoonetics. Australia.
Madduppa H, Subhan B, Bachtiar R, Ismet MS, Budikartini Y, Bria D. 2007. Prospek
Terumbu Buatan Biorock Dalam Peningkatan Sumberdaya Ikan Di Kepulauan Seribu
Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang. COREMAP II. Departemen
Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Madduppa H. 2014 . Bioekologi dan Biosistematika Ikan Terumbu. Bogor : IPB PRESS.
Mardasin W, Ulqodry T Z, Fauziyah. 2011. Studi keterkaitan ikan karang dengan kondisi
karang tipe acropora di perairan Sidodadi dan Pulau Tegal, teluk Lampung Keb.
Pesawaran, Provinsi Lampung. Maspari Journal. 03 (2011):42-50.
Menembu I, Ardianto L, Bengen D G,Yulianda F. 2012. Distribusi karang dan ikan karang di
kawasan reff ball teluk Buyat, Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal Perikanan dan
Kelautan Tropis. 8 (1):1-5.
Nybakken. 1993. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Penerbit PT. Gramedia : Jakarta.
Odum E P. 1971. Dasar-Dasar Ekologi. Diterjemahkan oleh: T. Samingan dan B. Srigandono.
Fundamentals of ecology. Gadjah Mada University Press. 696 h.
Purwanti, D.R. 2004. Dinamika Struktur Komunitas Ikan Karang pada Pagi, Siang dan Sore
Hari di Perairan Pulau Payung, Kepulauan Seribu. Institut Pertanian Bogor,
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Bogor.
Rambet U N, Boer M, Bengen D G, Fahrudin A. 2011. Struktur komunitas ikan target di
terumbu karang Pulau Hogow dan Putus-putus , Sulawesi Utara. Jurnal Perikanan dan
Kelautan Tropis. Vol. 7 (2):1-6.
Randall, J.E., G.R. Allen, and R.C. Steene 1990. Fishes of the Great Barrier Reef and Coral
Sea. University of Hawaii Press, Honolulu. 506h.
Rondonuwu A B. 2014. Ikan karang di wilayah terumbu karang Kecamatan Maba Kabupaten
Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara. Jurnal Ilmiah Platax. 2 (1):1-7.
13
Rondonuwu A B, Rembet U N, Moningkey R Dj, Tombokan J L, Kambey A D,
Wantasen A S. 2013. Coral fishes the famili chaetodontidae in coral reef waters of
Para Island Sub District Tatoareng, Sangihe Kepulauan Regency. Jurnal Ilmiah
Platax. 1 (4): 210-215.
Setiawan F. 2010. Panduan Lapangan Identifikasi Ikan Karang Dan Invertebrata Laut.
Manado : Sulawesi Utara.
Setiawan F, Raza T B, Idris, dan Estradivari. 2013. Komposisi spesies dan perubahan
komunitas ikan karang di wilayah rehabilitasi ecoreef Pulau Manado Tua, Taman
Nasional Bunakan. Jurnal Ilmu dan Tenologi Kelautan Tropis. 5 (2):377-390.
Ungaro N, Marano G, Marsan R. 1998. Demersal fish asssemblages biodiversity as an
index of fishery resources exploitation. Italian Journal Zoology. 65:551- 516.
[UNEP] United Nation Environmental Program. 1993. Monitoring Coral Reefs For Global
Change. Regional Seas. Reference Methods ForMarine Pollution Studies 61.
Australian Institute Of Marine Science. 60 h.
Utomo S P R, Ain C, Supriharyono. 2013. Keanekaragaman jenis ikan karang di daerah
rataan dan tubir pada ekosistem terumbu karang di Legon Boyo, Taman Nasional
Karimunjawa, Jepara. Diponegoro Journal of Maquares. 2 (4):81-90.
Wibowo K, Adrim M. 2013. Komunitas ikan-ikan karang di teluk Trigi Trenggalek, Jawa
Timur. Zoo Indonesia. 22 (2):29-38.
Yanuar A, Aunurohim. 2015. Komunitas ikan karang pada tiga model terumbu buatan
(artificial reef) di perairan Pasir Putih Situbondo, Jawa Timur. Jurnal Sains dan Seni
ITS. 4 (1):19-24.
14
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Kelimpahan Famili Ikan Karang
15
Lampiran 2. Data Ikan Karang Stasiun 1
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Famili
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
CHAETODONTIDAE
CHAETODONTIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
SIGANIDAE
SIGANIDAE
SIGANIDAE
SCARINIDAE
SCARINIDAE
SCARINIDAE
SCARINIDAE
SCARINIDAE
LABRIDAE
LABRIDAE
LABRIDAE
LABRIDAE
NEMIPTERIDAE
NEMIPTERIDAE
NEMIPTERIDAE
LUTJANIDAE
HOLOCHENTRIDAE
Spesies
Neoglyphidodon melas
Neoglyphidodon nigroris
Amblyglyphidodon curacao
Chaetodon trifasciatus
Chaetodon vagabundus
Pomacentrus moluccensis
Pomacentrus alexanderae
Pomacentrus simsiang
Siganus tetrazona
Siganus virgatus
Siganus vilpinus
Scarus tricolor
Chlorurus sordidus
Scarus rivulatus
Chlorurus capistratoides
Scarus quoyi
Chelinus fasciatus
Hemigymnus melapterus
Thalasoma lunare
Labroides dimidiatus
Scolopsis ciliata
Scolopsis bilineata
Scolopsis margaritifer
Lutjanus decussatus
Myripristis melanosticta
Fungsional
Mayor
Mayor
Mayor
Indikator
Indikator
Mayor
Mayor
Mayor
Target
Target
Target
Target
Mayor
Mayor
Mayor
Target
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Indikator
Mayor
Indikator
Target
Mayor
Grand Total
Jumlah
ind/250 m2
16
13
36
2
4
44
48
25
6
7
2
21
24
13
11
13
7
3
6
4
3
4
7
1
9
329
Jumlah
Ind/ha
640
520
1440
80
160
1760
1920
1000
240
280
80
840
960
520
440
520
280
120
240
160
120
160
280
40
360
Jumlah
ind/250 m2
15
28
22
18
43
55
11
18
15
36
23
4
Jumlah
Ind/ha
600
1120
880
720
1720
2200
440
720
600
1440
920
160
Lampiran 3. Data Ikan Karang Stasiun 2
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Famili
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
NEMIPTERIDAE
Spesies
Neoglyphidodon melas
Neoglyphidodon nigroris
Chromis dimidiata
Pomacentrus philippinus
Amblyglyphidodon curacao
Pomacentrus alexanderae
Dischistodus prosopotaenia
Dascilus reticulatus
pomacentrus simsiang
Pomacentrus moluccensis
Pomacentrus simsiang
Scolopsis ciliata
Fungsional
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Target
16
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
NEMIPTERIDAE
NEMIPTERIDAE
SIGANIDAE
SIGANIDAE
SIGANIDAE
SCARINIDAE
SCARINIDAE
SCARINIDAE
SCARINIDAE
SCARINIDAE
SCARINIDAE
CHAETODONTIDAE
CHAETODONTIDAE
LABRIDAE
LABRIDAE
LABRIDAE
LABRIDAE
TETRAODONTIDAE
HOLOCHENTRIDAE
LUTJANIDAE
Scolopsis bilineata
Scolopsis margaritifer
Siganus tetrazona
Siganus virgatus
Siganus vilpinus
Scarus tricolor
Chlorurus sordidus
Scarus rivulatus
Chlorurus capistratoides
Scarus rivulatus
Scarus quoyi
Chaetodon trifasciatus
Chaetodon lunulatus
Thalasoma lunare
Labroides dimidiatus
Chelinus fasciatus
Gomphosus varius
Aronthron nigropunctatus
Myripristis melanosticta
Lutjanus decussatus
Mayor
Target
Target
Target
Target
Target
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Target
Idikator
Idikator
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Target
Grand Total
7
12
4
6
4
9
22
30
16
3
16
8
2
13
7
8
7
1
6
2
471
280
480
160
240
160
360
880
1200
640
120
640
320
80
520
280
320
280
40
240
80
Jumlah
ind/250 m2
58
23
19
24
27
17
39
37
12
16
13
16
26
21
17
28
7
4
5
Jumlah
Ind/ha
2320
920
760
960
1080
680
1560
1480
480
640
520
640
1040
840
680
1120
280
160
200
Lampiran 4. Data Ikan Karang Stasiun 3
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Famili
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
SCARINIDAE
SCARINIDAE
SCARINIDAE
SCARINIDAE
SCARINIDAE
SCARINIDAE
LABRIDAE
LABRIDAE
LABRIDAE
Spesies
Pomacentrus alexanderae
Dascilus reticulatus
Pomacentrus philippinus
Pomacentrus simsiang
Abudefduf vaigiensis
Dischistodus prosopotaenia
Amblyglyphidodon curacao
Pomacentrus moluccensis
Neoglyphidodon melas
Neoglyphidodon nigroris
Scarus quoyi
Scarus tricolor
Scarus rivulatus
Chlorurus capistratoides
Chlorurus sordidus
Chlorurus bleekeri
Chelinus fasciatus
Hemigymnus melapterus
Gomphosus varius
Fungsional
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Target
Target
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
17
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
LABRIDAE
LABRIDAE
SIGANIDAE
SIGANIDAE
SIGANIDAE
NEMIPTERIDAE
NEMIPTERIDAE
NEMIPTERIDAE
CHAETODONTIDAE
CHAETODONTIDAE
CHAETODONTIDAE
GOBIIDAE
Epibulus insidiator
Thalasoma lunare
Siganus tetrazona
Siganus virgatus
Siganus vilpinus
Scolopsis ciliata
Scolopsis bilineata
Scolopsis margaritifer
Chaetodon trifasciatus
Chaetodon octofasciatus
Chaetodon lunulatus
Istigobius sp
Mayor
Mayor
Target
Target
Target
Target
Mayor
Target
Indikator
Indikator
Indikator
Mayor
Grand Total
2
15
6
4
2
7
5
9
4
12
2
3
480
80
600
240
160
80
280
200
360
160
480
80
120
Jumlah
ind/250 m2
64
53
34
23
16
26
19
25
46
23
30
11
15
2
2
2
4
7
9
13
5
23
4
2
4
2
6
Jumlah
Ind/ha
2560
2120
1360
920
640
1040
760
1000
1840
920
1200
440
600
80
80
80
160
280
360
520
200
920
160
80
160
80
240
Lampiran 5. Data Ikan Karang Stasiun 4
No
1
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Famili
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
SCARINIDAE
SCARINIDAE
SCARINIDAE
SCARINIDAE
CHAETODONTIDAE
CHAETODONTIDAE
CHAETODONTIDAE
CHAETODONTIDAE
LABRIDAE
LABRIDAE
LABRIDAE
LABRIDAE
SIGANIDAE
SIGANIDAE
NEMIPTERIDAE
NEMIPTERIDAE
MULLIDAE
HOLOCHENTRIDAE
Spesies
Amblyglyphidodon curacao
Pomacentrus alexanderae
Pomacentrus philippinus
Neoglyphidodon melas
Neoglyphidodon nigroris
Dascilus reticulatus
Dischistodus prosopotaenia
Pomacentrus simsiang
Pomacentrus moluccensis
Scarus tricolor
Scarus rivulatus
Chlorurus sordidus
Scarus quoyi
Chaetodon lunulatus
Chelmon rostratus
Chaetodon trifasciatus
Chaetodon octofasciatus
Chelinus fasciatus
Choerodon anchorago
Thalasoma lunare
Labroides dimidiatus
Siganus tetrazona
Siganus guttatus
Scolopsis ciliata
Scolopsis bilineata
Parupeneus barberinus
Myripristis melanosticta
Fungsional
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Target
Mayor
Mayor
Target
Indikator
Indikator
Indikator
Indikator
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Target
Target
Target
Mayor
Mayor
Mayor
18
29
30
LUTJANIDAE
APOGONIDAE
Lutjanus kasmira
Ostorhinchus compressus
Grand Total
Target
Mayor
2
10
482
80
400
Jumlah
ind/250 m2
20
18
38
39
22
25
45
11
23
26
16
21
29
13
12
7
6
8
4
2
4
2
2
4
6
8
5
1
1
418
Jumlah
Ind/ha
800
720
1520
1560
880
1000
1800
440
920
1040
640
840
1160
520
480
280
240
320
160
80
160
80
80
160
240
320
200
40
40
Jumlah
ind/250 m2
20
18
38
Jumlah
Ind/ha
800
720
1520
Lampiran 6. Data Ikan Karang Stasiun 5
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Famili
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
SCARINIDAE
SCARINIDAE
SCARINIDAE
SCARINIDAE
SCARINIDAE
SCARINIDAE
LABRIDAE
LABRIDAE
LABRIDAE
LABRIDAE
LABRIDAE
LABRIDAE
CHAETODONTIDAE
CHAETODONTIDAE
CHAETODONTIDAE
CHAETODONTIDAE
SIGANIDAE
SIGANIDAE
NEMIPTERIDAE
NEMIPTERIDAE
SPHYRAENIDAE
TETRAODONTIDAE
Spesies
Neoglyphidodon melas
Neoglyphidodon nigroris
Amblyglyphidodon curacao
Pomacentrus moluccensis
Pomacentrus simsiang
Dascilus reticulatus
Pomacentrus alexanderae
Scarus tricolor
Scarus rivulatus
Chlorurus capistratoides
Chlorurus sordidus
Chlorurus bleekeri
Scarus quoyi
Thalasoma lunare
Choerodon anchorago
Hemigymnus melapterus
Labroides dimidiatus
Chelinus fasciatus
Diproctacanthus xanthurus
Chelmon rostratus
Chaetodon lunulatus
Chaetodon trifasciatus
Chaetodon vagabundus
Siganus tetrazona
Siganus virgatus
Scolopsis ciliata
Scolopsis bilineata
Sphyraena barracuda
Aronthron nigropunctatus
Fungsional
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Target
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Target
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Indikator
Indikator
Indikator
Indikator
Target
Target
Target
Mayor
Target
Mayor
Grand Total
Lampiran 7. Data Ikan Karang Stasiun 6
No
1
2
3
Famili
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
POMACHENTRIDAE
Spesies
Amblyglyphidodon curacao
Pomacentrus moluccensis
Neoglyphidodon melas
Fungsional
Mayor
Mayor
Mayor
19
POMACHENTRIDAE
4
POMACHENTRIDAE
5
POMACHENTRIDAE
6
POMACHENTRIDAE
7
LABRIDAE
8
LABRIDAE
9
10 LABRIDAE
11 LABRIDAE
12 LABRIDAE
13 SCARINIDAE
14 SCARINIDAE
15 SCARINIDAE
16 SCARINIDAE
17 SCARINIDAE
18 SCARINIDAE
19 NEMIPTERIDAE
20 NEMIPTERIDAE
21 NEMIPTERIDAE
22 CHAETODONTIDAE
23 CHAETODONTIDAE
24 SIGANIDAE
25 SIGANIDAE
26 APOGONIDAE
Grand Total = 411
Neoglyphidodon nigroris
Pomacentrus alexanderae
Pomacentrus simsiang
Chromis dimidiata
Labroides dimidiatus
Thalasoma lunare
Diproctacanthus xanthurus
Epibulus insidiator
Hemigymnus melapterus
Scarus tricolor
Scarus rivulatus
Chlorurus capistratoides
Chlorurus sordidus
Chlorurus bleekeri
Scarus quoyi
Scolopsis ciliata
Scolopsis bilineata
Scolopsis margaritifer
Chelmon rostratus
Chaetodon lunulatus
Siganus tetrazona
Siganus virgatus
Ostorhinchus compressus
103640
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Target
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
Target
Target
Mayor
Target
Indikator
Indikator
Target
Target
Mayor
39
22
25
45
11
23
26
16
21
29
13
12
7
6
8
4
2
4
2
2
4
6
8
Grand Total Keseluruhan Stasiun
Lampiran 8. Spesies Ikan Karang yang Ditemukan
Chaetodon lunulatus
1560
880
1000
1800
440
920
1040
640
840
1160
520
480
280
240
320
160
80
160
80
80
160
240
320
Amblyglyphidodon curacao
20
Scolopsis ciliata
Parupeneus barberinus
Pomacentrus moluccensis
Chaetodon octofasciatus
Dascilus reticulatus
Thalassoma lunare
21
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tarempa, Kepulauan Anambas pada
tanggal 05 Januari 1994 dari ayah Adnan B.A dan ibu Hadlis.
Penulis adalah putra ketiga dari empat bersaudara. Tahun 2012
penulis lulus dari SMA Negeri 1 Siantan dan pada tahun yang sama
penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dan diterima di Departemen
Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten
praktikum Selam Ilmiah pada tahun ajaran 2014/2015 dan
2015/2016. Penulis juga mengikuti sertifikasi selam Open Water Diver (OWD) pada tahun
2014 dan mengikuti Workshop Scientific Diving spesialisasi ikan karang di MSTDS ITK-IPB
pada tahun 2014. Penulis juga mengikuti sertifikasi selam Advanced Open Water Diver
(AOWD) pada tahun 2015 dan mengikuti Workshop Underwater Fotografer pada tahun
2015. Penulis juga aktif sebagai Koordinator Wilayah 3 (KORWIL) di Himpunan Mahasiswa
Kelautan Indonesia (HIMITEKINDO) pada tahun 2013-2015. Penulis juga aktif sebagai
anggota divisi eksternal di Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan
(HIMITEKA) FPIK-IPB pada tahun 2015. Penulis juga menulis buku panduan praktikum
Selam Ilmiah pada tahun 2015. Penulis juga aktif mengikuti kepanitian pada acara
Konservasi dan Survei Mangrove (KONSURV) HIMITEKA FPIK-IPB pada tahun 2014 dan
2015.
Download