2 TINJAUAN PUSTAKA Peramalan / Prediksi Peramalan (forecasting) adalah sebuah prediksi terhadap peristiwa dimasa depan. Tujuan dari peramalan adalah untuk mengurangi resiko dalam pembuatan keputusan (Douglas 1990). Untuk selanjutnya, dalam penelitian ini akan digunakan secara bergantian kata “peramalan” dan “prediksi” dengan maksud dan arti yang sama. Ada beberapa istilah penting yang biasa digunakan dalam peramalan. Beberapa diantaranya adalah Periode Peramalan (forecasting period) adalah satuan-dasar-waktu dimana peramalan dilakukan. Horizon Peramalan (forecasting horizon) adalah jumlah periode waktu yang dicakup oleh ramalan. deret waktu (time series) adalah urutan orde-waktu amatan dari sebuah variabel. Analisis deret waktu menggunakan data sejarah deret waktu variabel yang ingin diramal untuk membangun model yang digunakan untuk memprediksi nilainya dimasa depan (Douglas, Johnson, dan Gardiner 1990). Ekonomi Makro Ekonomi Makro adalah studi tentang perekonomian secara menyeluruh. (Mankiw 2000). Tugas utama dari ahli makroekonomi adalah menggambarkan dan menjelaskan fluktuasi dan pergerakan aktivitas ekonomi seperti indeks produksi, total pendapatan, angka pengangguran, inflasi, serta beberapa variabel intermediet lain seperti suku bunga, index bursa saham, dan nilai tukar mata uang yang memainkan peran penting dalam menentukan tingkat produksi, pendapatan, pengangguran dan harga. (Bradford 2000) Pertumbuhan ekonomi dilihat dan diukur dari perkembangan aktivitas ekonomi. Untuk mengkuantifikasikan proses ini, cara yang paling baik adalah dengan melihat pada perubahan persentase tahunan dari produk domestik bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product) adalah pendapatan total yang diperoleh secara domestik, termasuk pendapatan yang diperoleh oleh faktor-faktor produksi yang digunakan diluar negeri atau pengeluran total atas output barang dan jasa negara. Pada dasarnya ada dua kebijakan penting yang sangat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Kebijakan fiskal dimiliki oleh pemerintah sedangkan kebijakan moneter dikendalikan oleh bank sentral. Kebijakan fiskal adalah pilihan pemerintah dengan memperhatikan tingkat pengeluaran dan pajak. Kebijakan moneter adalah pilihan bank sentral dengan memperhatikan penawaran uang. Dalam melakukan perkiraan terhadap pertumbuhan ekonomi, ada dua indikator utama yang penting yaitu konsumsi dan investasi. Akan tetapi publikasi data ini selalu tertunda selama satu atau bahkan dua kwartal. Selain itu, data ini seringkali berubah karena adanya revisi oleh lembaga yang mempublikasikannya. Ini menyebabkan kesulitan bagi ekonom untuk mengambil kebijakan dengan mengandalkan data-data yang kurang akurat bahkan belum tersedia. Oleh karena itu, diperlukan indikator lain yang lebih konsisten dan mudah diperoleh. Indikator yang dipilih adalah agregat moneter (monetary aggregates). Penggunaan indikator ini dikarenakan bahwa data ini tersedia dengan cepat, akurat dan sangat jarang direvisi (Tkacz & Hu 1999) Agregat moneter adalah satu dari empat tipe suplai uang yang menunjukkan tingkat likuiditas “uang” tersebut. Keempat tipe tersebut masingmasing M1, M2, M3, dan L. Berturut-turut dari M1 sampai L menunjukkan tingkat kemudahan uang tersebut untuk dicairkan. M1 terdiri dari uang koin dan uang kertas yang dikeluarkan oleh bank sentral dan pemerintah, travel cek (traveler’s checks) yang dikeluarkan oleh lembaga non-bank, simpanan yang bisa dicairkan melalui cek (checkable deposits), dan cek elektronik (electronic checks) seperti kartu debit. M1 biasa juga disebut jumlah sempit (narrow aggregates). Sedangkan M2 mencakup M1, tabungan, deposito, dana bersama pasar uang (money market mutual fund), dan akun simpanan lain. M2 biasa disebut jumlah luas (broad aggregates). Kecerdasan Buatan Kecerdasan buatan (Artificial Intellegence) adalah studi yang mempelajari bagaimana membuat komputer mampu melakukan segala sesuatu yang bisa dilakukan oleh manusia secara lebih baik (Elaine R dan Kevin K 1991). Selain itu, kecerdasan buatan juga didefinisikan sebagai cabang ilmu komputer yang mempelajari otomasi tingkah laku cerdas (Setiawan 1990). Definisi ini hanyalah beberapa 3 definisi dari sekian banyak definisi yang diberikan untuk menjelaskan terminologi kecerdasan buatan. Kebanyakan ahli mendefinisikan kecerdasan buatan memiliki dua ide dasar yaitu; pertama, kecerdasan buatan melibatkan pembelajaran proses berpikir manusia. Kedua, proses berpikir tersebut direpresentasikan melalui mesin. Jika mampu diimplementasikan dengan baik, maka mesin akan memiliki kemampuan fungsi-fungsi kompleks yang oleh manusia mampu dilakukan secara mudah. Salah satu bentuk kemampuan itu diantaranya adalah kemampuan membaca pola. Kriteria Kinerja Dalam melakukan peramalan, diperlukan sebuah ukuran untuk menilai kemampuan dan keakuratan hasil peramalan sebuah metode. Tingkat keakuratan ini diukur dengan menganalisa error peramalan. Salah satu metode yang digunakan adalah Mean Square Error (Douglas, Johnson, dan Gardiner 1990). Mean Square Error (MSE) adalah rata-rata dari kuadrat selisih respon yang diinginkan dengan output sistem yang sebenarnya (error). Dengan error periode ke-i ( Ei ) didefinisikan sebagai : 3. Fungsi aktivasi yang dijalankan masingmasing neuron pada input jaringan untuk menentukan output JST adalah jaringan terstruktur yang terdiri dari satu atau lebih node yang terhubung satu sama lain. Tiap node mewakili sebuah unit pemroses. Semua node yang terhubung bersifat adaptive yang berarti output node tersebut tergantung dari parameter modifikasi pada node bersangkutan. Algoritma pembelajaran yang digunakan akan menentukan bagaimana parameter tersebut dimodifikasi sehingga meminimumkan error (Jang, Sun, & Mizutani 1997). Proses perubahan nilai parameter untuk meminimumkan error ini dinamakan proses pembelajaran (learning process). Perubahan parameter ini dilakukan secara berulang-ulang. Banyaknya jumlah perulangan proses meminimumkan error ini dinamakan epoch size. x1 β1 x2 ∑ β2 Xr βr Net ƒ Out b Ei = di - ( b + wxi ) MSE dihitung dengan formula sebagai berikut: MSE = 1 n 2 ∑ Ei n i =1 dengan n adalah banyaknya data amatan. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan Syaraf Tiruan adalah suatu sistem pemroses informasi yang mempunyai karakteristik seperti jaringan syaraf biologi. JST dikembangkan sebagai model matematika dari Human Cognition atau Neural Biology (Woodford 2000). Menurut Fauset (1994), jaringan syaraf tiruan memiliki karakteristik-karakteristik sebagi berikut: 1. Pola hubungan antar neuron yang disebut arsiterktur 2. Metode penentuan bobot pada hubungan yang disebut pelatihan (training) atau pembelajaran (learning) atau algoritma Gambar 1. Satu Unit Neuron. Keterangan: Xr = Input βr = Bobot (weight) b = Bias (threshold) ∑ = Fungsi penjumlahan (Summation) dengan r net = ∑ wi xi + b i =1 dengan output: Out = ƒ (net) ƒ = Fungsi aktivasi Sebagaimana karakteristik yang dimiliki oleh jaringan syaraf biologis yang akan meneruskan sinyal elektrokimia hanya jika melewati nilai ambang tertentu, maka jaringan syaraf tiruan menggunakan suatu fungsi aktivasi tertentu 4 yang akan menentukan nilai sinyal yang akan diteruskan menuju neuron lain. Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik Jaringan Syaraf Tiruan propagasi balik (Backpropagation) pertama kali diperkenalkan oleh Rumelhart, Hinton dan William pada tahun 1986, kemudian Rumelhart dan Mc Clelland mengembangkannya pada tahun 1988. Jaringan syaraf tiruan ini tersusun atas sekumpulan elemen pemroses (neuron) atau simpul atau sel yang terinterkoneksi dan terorganisasi dalam lapisan-lapisan. Setiap sel memproses sinyal dengan fungsi aktivasinya yaitu fungsi logistik: f ( x) = 1 (1 + exp x ) pemilihan fungsi logistik ini karena memenuhi beberapa kriteria diantaranya kontinyu, dapat diturunkan, dan monoton naik. Karena bentuknya yang menyerupai huruf “s” maka fungsi ini sering disebut fungsi sigmoid (Rich & Kevin, 1991) Gambar 2. Fungsi Sigmoid Arsitektur JST propagasi balik merupakan jaringan perseptron lapis jamak (multilayer). JST ini terdiri dari lapisan input (input layer), lapisan tersembunyi (hidden layer) dan lapisan output (output layer). Tiap-tiap unit pada suatu lapisan terhubung kedepan dengan unit-unit pada lapisan selanjutnya. Adanya lapisan tersembunyi pada JST propagasi balik memungkinkannya melakukan representasi data yang kompleks. JST propagasi balik melakukan serangkaian proses untuk mendapatkan hasil sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Untuk mampu melakukan itu, disediakan serangkaian pelatihan hingga diperoleh kombinasi bobot dan bias yang diinginkan pada tiap neuron. Pada pelatihan ini, JST propagasi balik akan berhenti melakukan pemrosesan dalam beberapa kondisi yaitu derajat error telah mencapai batas toleransi, atau banyaknya perulangan jumlah-proses penyesuaian bobot (epoch size) telah terlampaui. Urutan tahapan pembelajaran pada JST propagasi balik adalah sebagai berikut. Pertama diinisialisasi bobot dan bias serta ditetapkan epoch size, laju pembelajaran (learning rate) dan batas toleransi error. Kemudian dilakukan penghitungan nilai output dengan mempropagasikan input ke tiap lapis neuron menuju lapisan output. Rangkaian tahapan ini dinamakan panjarmaju (feedforward). Selanjutnya, masing-masing neuron output melakukan perhitungan error dengan cara membandingkan output dengan target yang bersesuaian. Jika selisih error masih diatas toleransi, maka nilai bobot dan bias pada neuron bersangkutan akan akan diperbaharui (update). Hal yang sama dilakukan oleh neuron pada lapisan sebelumnya. bobot dan bias masingmasing akan diperbaharui dengan memanfaatkan informasi jumlah error pada lapisan diatasnya. Proses ini dilakukan secara berurutan kebelakang oleh semua neuron pada lapisan tersembunyi dan juga lapisan input. Proses propagasi error kelapisan sebelumnya ini dinamakan propagasi balik (backpropagation). Proses panjarmaju dan propagasi balik ini dilakukan secara terurut berulang kali sampai syarat berhenti tercapai (Rich & Kevin, 1991). Himpunan Fuzzy Menurut Jang, Sun, dan Mizutani (1997), jika X adalah semesta pembicaraan dan x adalah elemen dari X, maka sebuah himpunan fuzzy A dalam X didefinisikan sebagai pasangan pasangan berurut: A= dimana {( x, µ A ( x )) | x ∈ X } µ A ( x ) disebut sebagai fungsi keanggotaan untuk himpunan fuzzy A. Fungsi keanggotaan akan memetakan setiap elemen X pada derajat keanggotaan yang memiliki nilai antara 0 dan 1. Jika X memiliki nilai diskret, maka A bisa dinyatakan sebagai : A = µ A ( x1 ) / x1 + ... + µ A ( xn ) / xn 5 atau n A = ∑ µ A ( xi ) / xi i =1 salah satu model ANFIS yang memungkinkan untuk mengimplementasikan dua kaidah ini adalah sebagai berikut: jika X kontinyu, maka himpunan A dapat diekspresikan sebagai: w A = ∫ µA ( x) / x X Fuzzifikasi dan Defuzzifikasi Fuzzyfikasi adalah proses merubah variable non fuzzy menjadi variable fuzzy. Pada proses ini, nilai input akan diubah menjadi variable fuzzy. perubahan ini dilakukan dengan menggunakan fungsi keanggotaan. Atau dengan kata lain fuzzifikasi adalah proses pemetaan nilai-nilai numeric (crisp point x = ( x1 ,...xn )T ∈U ) kehimpunan fuzzy A pada semesta pembicaraan. Sedangkan defuzifikasi adalah proses kebalikannya yaitu memperoleh kembali nilai numerik data dari nilai fuzzy (Jang, Sun, dan Mizutani 1997). Adaptive Neuro-Fuzzy Inference system Menurut Jang, Sun, dan Mizutani (1997), Fuzzy Logic Control (FLC) memiliki peran penting dalam design dan pengembangan aplikasi perangkat lunak dalam jumlah yang besar. Penentuan jumlah, tipe dan parameter pada fungsi keanggotaan fuzzy dan kaidah sangat penting dalam mencapai performa yang diinginkan. Pada kebanyakan kasus, masalah ini adalah masalah yang sangat sulit dilakukan. Salah satu solusi yang digunakan saat ini adalah dengan melakukan percobaan (trial – error). Adaptive neuro-fuzzy inference system (ANFIS) adalah model fuzzy sugeno yang dikembangkan dengan menggunakan kerangka adaptive-system. Adaptif system ini memungkinkan model fuzzy sugeno melakukan proses pembelajaran dan adaptasi. Dengan demikian FLC lebih sistematik dan mengurangi ketergantungannya pada pengetahuan seorang pakar. Jika FLC memiliki 2 input, maka model fuzzy sugeno order pertama memiliki kaidah sebagai berikut: Kaidah 1: if ( x is A1) and (y is B1 ) then ( f1 = p1 x + q1 y+ r1 ) Kaidah 2: if ( x is A2 ) and ( y is B2 ) then ( f2 = p2 x+ q2 y+ r2 ) w Gambar 3. Struktur ANFIS Pada struktur diatas, gambar lingkaran menunjukan node tetap sedangkan gambar bujursangkar menunjukkan node adaptif. Pada node tetap, parameter tidak dapat diubah sedangkan pada node adaptif, parameter dapat diubah pada saat training. Model ANFIS diatas memiliki 5 layer yang masing-masing melakukan fungsi tertentu. Untuk penjelasan proses pada masing-masing layer akan digunakan simbol OLi yang berarti output node ke i pada layer L. Layer 1: semua node pada layer ini bersifat adaptif, dengan i adalah derajat keanggotaan input pada fungsi keanggotaan yang direpresentasikan pada node: OL ,i = µ Ai ( x ) i = 1, 2 OL ,i = µ Bi − 2 ( x ) i = 3,4 merupakan himpunan dengan Ai dan Bi parameter fuzzy bersesuaian. Sebagai contoh, jika fungsi keanggotaan menggunakan bell maka: µ Ai ( x) = 1 ⎡⎛ x − c ⎞ 2 ⎤ i 1 + ⎢⎜ ⎟ ⎥ a ⎢⎣⎝ i ⎠ ⎥⎦ bi i = 1,2 dimana ai, bi,ci adalah parameter pada fungsi keanggotaan. Layer 2 : Node-node pada layer ini bersifat tetap. Label M pada layer ini menandakan bahwa node ini memiliki peran dalam melakukan perkalian (multiplier). Output pada node ini adalah sebagai berikut: O2,i = wi = µ Ai ( x ) µ Bi ( y ) i = 1, 2 6 output pada layer ini menggambarkan firing strength dari tiap kaidah. Layer 3 : Node pada layer ini juga merupakan node tetap. Label N mengindikasikan node ini melakukan normalisasi atas firing strength dari layer sebelumnya. Output pada layer ini adalah sebagai berikut: O 3,i =w= wi w1 + w2 i = 1,2 Layer 4 : Semua node pada layer ini bersifat adaptif. Output node ini adalah perkalian (product) dari firing strength yang telah ternormalisasi dengan sebuah polinomial orde pertama. O4,i = wi f i = wi ( pi x + qi y + r )i i = 1,2 Layer 5 : layer ini hanya mempunyai satu node yang diberi label S. label S ini berarti bahwa layer ini melakukan fungsi penjumlahan (summer) sederhana. Output pada layer ini adalah sebagai berikut: Oi ,5 = f = ∑ wi fi = i ∑w f i i i ∑w i = 1, 2 i i Pada model ANFIS ini, terdapat 2 layer adaptif yaitu layer 1 dan 4. layer 1 memiliki 3 parameter yang dapat dimodifikasi yaitu a, b dan c. sedangkan pada layer 4 terdapat 3 parameter yang dapat dimofikasi yaitu p, q, dan r. Parameter-parameter ini disebut parameter kosekuensi (consequent parameters) pada prakteknya, Pada prakteknya, model ANFIS sebenarnya tidak unik. Beberapa layer dapat dikombinasikan menjadi satu layer dan masih menghasilkan output yang sama. Struktur ANFIS pada gambar 3 hanyalah salah satu model dari beberapa struktur alternative lainnya. METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh tingkat keakuratan setiap kebijakan ekonomi yang diambil oleh pemerintah maupun bank sentral. Pilihan antara kebijakan yang kontraktif atau ekspansif harus disesuaikan dengan kondisi aktual dan prediksi jangka panjang terhadap kondisi perekonomian dimasa depan. Dalam mengambil kebijakannya ini, ada kendala yang harus dipertimbangkan. Kendala itu adalah kebijakan ekonomi memiliki dua kelambanan (lags) yaitu kelambanan dalam (inside lags) dan kelambanan luar (outside lags). Kelambanan dalam adalah rentang waktu antara terjadinya goncangan perekonomian dan saat kebijakan itu diambil. Sedangkan kelambanan luar adalah waktu antara tindakan kebijakan dengan efek yang dihasilkan oleh kebijakan tersebut terhadap perekonomian. Adanya dua kelambanan ini menyebabkan pengambil kebijakan harus berhati-hati dalam menentukan perlakuan ekonomi yang dipilih. Dengan mempertimbangan dua kelambanan tersebut, kebijakan yang diambil tentunya harus bersifat antisipatif terhadap kondisi ekonomi masa depan. Oleh karena itu pengambil kebijakan harus memiliki rujukan yang tepat yang akan memberikan gambaran kondisi perekonomian dimasa depan. Dalam penelitian ini, akan digunakan JST dan ANFIS secara terpisah sebagai metode alternative dari berbagai metode lain yang telah ada. Penggunaan JST dengan mempertimbangkan tiga hal (Zhang, Patuwo, & Hu, 1998) sebagai berikut: pertama, JST memiliki kemampuan untuk belajar dan beradaptasi dalam mengidentifikasi hubungan antar data. Kedua, secara umum JST dikatakan adalah penduga fungsional universal (universal functional approximators), maka beimplikasi bahwa JST mampu memprediksi bentuk-bentuk relasi fungsional dengan derajat akurasi yang baik. Ketiga, JST bersifat non-linier dan ada bukti yang cukup yang menunjukkan bahwa data makroekonomi bersifat non-linier. Ini berarti JST diharapkan mampu menunjukan kinerja prediksi lebih baik. Sedangkan kemampuan ANFIS untuk melakukan peramalan data deret waktu didasarkan atas fakta bahwa jika jumlah kaidah tidak dibatasi, order nol model sugeno memiliki kemampuan tidak terbatas untuk mencocokan berbagai bentuk fungsi nonlinier (Jang, Sun, & Mizutani 1997). Penelitian ini terdiri dari dua tahapan. Pertama, tahapan percobaan yang bertujuan untuk mendapatkan hasil berupa kombinasi terbaik dari elemen percobaan. Beberapa hasil yang diharapkan dari percobaan ini diantaranya adalah variabel utama yang dapat digunakan untuk melakukan prediksi.