1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data WHO

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data WHO tahun 2010 sebanyak 300 juta orang menderita
asma dan 225 ribu penderita meninggal karena asma diseluruh dunia.Angka
kejadian asma 80% terjadi di Negara berkembang akibat kemiskinan,
kurangnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan fasilitas kesehatan.Angka
kematian yang di sebabkan oleh penyakit asma di seluruh dunia di perkirakan
akan meningkat 20% untuk sepuluh tahun mendatang, jika tidak terkontrol
dengan baik.
Menurut Sundaru (2008). Kasus asma di Indonesia lebih dominan orang
dewasa dari pada anak, hal tersebut muncul dikarenakan gejala tersebut
muncul pada waktu dewasa.Hasil penelitian internasional studion asthma and
allergies in childhood pada tahun 2006 menunjukkan bahwa di Indonesia
prevalensi gejala penyakit asma meningkat dari 4,2% menjadi 5,4%. Penyakit
asma tidak dapat disembuhkan namun dalam penggunaan obat-obat yang ada
saat ini hanya berfungsi untuk menghilangkan gejala saja. Control yang baik,
diperlukan oleh penderita untuk terbebas dari gejala serangan asma dan bisa
menjalani aktivitas hidup sehari-hari. Untuk mengontrol gejala asma secara
baik, maka penderita harus bisa merawat penyakitnya, dengan cara mengenali
lebih jauh tentang penyakit tersebut.
1
2
Selama asma menyerang,seluruh napas akan mengalami penyempitan
dan mengisinya dengan cairan lengket yang diproduksi oleh dinding bagian
dalam yang menyebabkan jalan udara menyempit dan mengurangi aliran
keluar masuknya udara keparu-paru. Pada asma kambuh sering menyebabkan
kambuhan sering menyebabkan gangguan sulit tidur, kelelahan, dan
mengurangi tingkat aktivitas sehari-hari. Asma secara relative memang
memiliki tingkat kematian yang rendah dibandingkan dengan penyakit
kronislainnya, namun demikian sedikitnya ratusan ribu orang meninggal
karena asma pada tahun 2008.Dikarenakan oleh control asma yang kurang
atau control asma yang buruk( Depkes, 2008 ).
Mengingat hal tersebut pengelolaan asma yang baik haruslah dilakukan
pada saat dini dengan berbagai tindakan pencegahan agar penderita tidak
mengalami serangan. Pada saat ini, hal tersebut masih jauh dari kenyataan.
Pada akhir-akhir ini dilaporkan adanya penigkatan prevalensi morbiditas asma
diseluruh dunia terutama didaerah perkotaan dan industri.Prevalensi yang
tinggi ini menunnjukan bahwa pengelolaan asma belum berhasil.Berbagai
factor menjadi sebab dari keadaan ini yaitu adanya kekurangan dalam hal
pengetahuan tentang asma, kelaziman melakukan diagnosis yang lengkap atau
evaluasi sebelum terapi, sistematika dan pelaksanaan pengelolaan, upaya
pencegahan dan penyuluhan, serta pengelolaan asma. Untuk pengelolaan asma
yang
baik,
hal-hal
tersebut
diatas
pemecahannya. (Edward ringel, 2012)
harus
dipahami
dan
dicarikan
3
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
tindakan seseorang. Berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku
yang di dasari oleh pengetahuan akanl ebih langgeng dari pada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan.(Notoatmojo, 2007).
Masih tingginya angka kejadian penyakit asma diboyolali di duga
karena lingkungan yang banyak mengandung debu dan cuaca yang dingin
yang dapat menimbulkan asma tersebut kambuh, maka dari itu peran sikap
keluarga di sini sangat penting bagi kesehatan penderita asma agar tidak
terjadi lagi kekambuhan lagi pada penderita.
Berdasarkan hasil wawancara awal pada tanggal 30 januari 2013 di
Puskesmas musuk mengalami peningkatan terjadinya penyakit asma dari
tahun sebelumnya, pada tahun 2010 tingkat kejadian asma pada penderita
berjumlah 119, dan pada tahun 2012 penderita asma mengalami kenaikan
yang signifikan menjadi 180 di wilayah
kecamatan musuk. Dari jumlah
populasi tersebut terdapat 7 desa yang paling bnyak terdapat penderita asma
yaitu desa Sumur 19, Desa Drajidan 26, Desa Sruni 52, Desa Cluntang 19,
Desa Musuk 23, Desa Mriyan 20 dan Desa Kembang Sari 22, dari hasil
jumlah tersebut diambil Desa Sruni yang terdapat populasi paling banyak
penderita asma yaitu sebesar 52 penderita yang akan dijadikan tempat
penelitian, dari hasil gambaran tersebut peneliti ingin melakukan penelitian
tentang
Pengaruh
pendidikan
kesehatan
terhadap
perubahan
tingkat
pengetahuan dan sikap keluarga dalam memberikan perwawatan pada
penderita asma.
4
B. PerumusanMasalah
Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang diatas, dapat di
rumuskan masalah penelitianya itu adakah Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Terhadap Perubahan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Dalam
Memberikan Perawtan Pada Penderita Asma di Desa Sruni, Kabupaten
Boyolali.
C. TujuanMasalah
1. Tujuan Umum
Tujuan
umum
penelitaian
ini
untuk
mengetahuai
Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Tingkat Pengetahuan Dan
SikapKeluarga Dalam Memberikan Perwatan Pada PenderitaAsma di Desa
Sruni, Kabupaten Boyolali.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui
tingkat
pengetahuan
keluarga
sebelum
di
berikan
pendidikan kesehatan tentang perubahan sikap dalam memberikan
perwatan pada penderita asma di Desa Sruni, Kabupaten Boyolali.
b. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan keluarga tentang pengetahuan
tentang perawatan asma setelah di beri pendidikan kesehatan di Desa
Sruni Musuk Boyolali
c. Untuk mengetahui sikap keluarga penderita asma sebelum di berikan
pendidikan kesehatan di Desa Sruni Musuk Boyolali
d. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap
keluarga setelah di beri pendidikan kesehatan.
5
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat member manfaat kepada berbagai
pihak antara lain:
1. Secara Teoritis
Memberikan sumbangan teoritik bagi ilmu kesehatan dan memperkaya
ilmu keperwatan.
2. Secara Praktis
a. Bagi keluarga di Desa Sruni, Kabupaten Boyolali untuk menambah
wawasan tentang pendidikan dan perwatan penyakit asma itu sendiri.
b. Bagi Institusi Pendidikan Khususnya Mahasiswa
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah informasi bagi
mahasiswa agar dapat dikembangkan pada penelitian selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang behubungan dengan penelitian ini antara lain :
1.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Sikap Keluarga Dalam
Mencegah Terjadinya Kekambuhan Asma Bronkiale di RSUD
PATUT PADJU GERUNG,Mataram
oleh fani(2009). Jenis
penelitan ini adalah survey analitik, dan sampelnya adalah keluarga
pasien penderita asma di RSUD, Hasil penelitian tersebut adalah
adanya pengaruh sikap keluarga dalam menangani kekambuhan
pada penderita dengan cara penkes.
6
2.
Menurut Sulfan (2008). Hubungan Antara Pengetahuan Tentang
Asma Dengan SikapPenderita Dalam Perwatan Asma Rawat Jalan
Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat. Menggunakan metode
survey analitik dan sempelnya adalah penderita asma di Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat, hasil tersebut menunjukan adanya
hubungan antara pengetahuan dan sikap penderita asma tentang
pengetahuan dan sikap penderita.
3.
Manfaati (2004), meneliti hubungan berbagai kelainan atopi (alergi)
dengan penyakit asma pada siswa sekolah lanjutan tingkat pertama
di kotamadya Yogyakarta. Desain studi menggunakan case control,
subjeknya adalah siswa sekolah lanjutan tingkat pertama di
kotamadya Yogyakarta. Data yang digunakan adalah dari siswa,
karakteristik orang tuadan riwayat keturunan alergi dari keluarga.
Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, dengan analisa
data T-test (chi squere test). Ada hubungan signifikasi antara
berbagai kelainan alergi dengan penyakit asma pada siswa lanjutan
tingkat pertama di kotamadya Yogyakarta.
4.
Suryani (2008), meneliti hubungan antara pengetahuan dan sikap
ibu tentang asma dengan frekwensi kekambuhan asma pada anak.
Study unit rawat jalan anak RSU dr. Soetomo Surabaya. Jenis
penelitian ini adalah cross sectional yang bersifat studi analitik.
Mencari hubungan antara dua variable dilakukan uji statistic dengan
menggunakan chi squere test dan apabila tidak memenuhi syarat
7
menggunakan fisher exact test. Terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan respon dendengan frekwensi kekambuhan asma.
Download