BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Analisis Menurut

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Analisis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian analisis adalah
sebagai berikut:
•
Penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan
sebenarnya.
•
Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian
itu sendiri serta hubungan antara bagian untuk memperoleh pengertian
yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
2.2. Laporan Keuangan
Keputusan usaha seperti investasi modal membutuhkan berbagai data yang
memiliki keandalan dan relevansi. Data ini mencakup informasi mengenai kondisi
ekonomi dan kecenderungan industri, seperti juga informasi hal yang tak
berwujud seperti integritas dan motivasi manajer. Laporan keuangan merupakan
indikator ukuran atas kinerja dan kondisi keuangan masa lalu.
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari sebuah proses akuntansi.
Laporan keuangan disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Untuk dapat menyusun laporan keuagan yang baik, maka harus dipahami terlebih
dahulu mengenai akuntansi.
Menurut Arens (2003;7) menyatakan bahwa:
”Accounting is the process of recording, classifying and summarizing of
economical event in logical manner for the purpose of providing financial
information for decision making”
Dalam proses akuntansi diidentifikasikan berbagai transaksi atau peristiwa
yang merupakan kegiatan ekonomi perusahaan yang dilakukan melalui
pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran transaksi-transaksi yang bersifat
keuangan sedemikian rupa sehingga hanya informasi yang relevan yang saling
berhubngan satu dengan yang lainnya yang mampu memberikan gambaran secara
layak tentang keadaan keuangan serta hasil usaha perusahaan dalam satu periode
yang akan dihubungkan dan disajikan dalam bentuk laporan keuangan.
Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban keuangan pimpinan
atas perusahaan yang telah dipercayakan kepadanya. Kondisi keuangan dan hasilhasil operasi perusahaan tercermin dalam laporan keuangan perusahaan, pada
hakekatnya merupakan hasil akhir dari kegiatan perusahaan yang dapat
menggambarkan kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan.
2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan
Setiap perusahaan mempunyai laporan keuangan yang bertujuan
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan secara ekonomi.
Laporan keuangan harus disiapkan secara periodik untuk pihak-pihak yang
berkepentingan. Petunjuk yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan di
Indonesia adalah Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
Adapun pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) adalah sebagai berikut:
”Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai
cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan
dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integrasi
dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi
tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut misalnya informasi
keuangan segmen industri, dan geografis serta pengungkapan pengaruh
perubahan harga.”
Sedangkan menurut Sofyan Syafri Harahap (2004;105) menyatakan
bahwa:
“ Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha
suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun
jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah: neraca, laporan laba
rugi, laporan arus kas, laporan perubahan posisi keuangan.”
Selain itu, laporan keuangan menurut Ridwan Sundjaja dan Inge
Berlian (2002;68) bahwa:
”Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari
proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antar data
keuangan atau aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data-data atau aktivitas tersebut.”
Dari ketiga pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan
keuangan adalah suatu laporan hasil dari proses akuntansi yang dikeluarkan oleh
perusahaan sebagai suatu alat informasi bagi pihak manajemen dan pihak-pihak
yang berkepentingan.
2.2.2. Tujuan Laporan Keuangan
Pada dasarnya laporan keuangan dimaksudkan untuk menyediakan
informasi keuangan mengenai suatu badan usaha yang akan dipergunakan oleh
pihak-pihak
yang
berkepentingan
sebagai
bahan
pertimbangan
didalam
pengambilan keputusan ekonomi. Menurut PSAK No.1 menyatakan bahwa:
”Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna dalam rangka
membuat keputusan-keputusan
ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumbersumber daya yang dipercayakan kepada mereka.”
Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumberdaya yang terkendali,
struktur keuangan, likuiditas dan solvabilitas, serta kemampuan beradaptasi
dengan perubahan lingkungan. Informasi kinerja terutama profitabilitas,
diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumberdaya ekonomi yang
mungkin dikendalikan dimasa depan.
2.2.3. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi di
dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna. Menurut Standar Akuntansi
Keuangan terdapat empat karakteristik pokok yaitu:
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Untuk
maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai
tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kamauan untuk
mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki
kualitas relevan kalau dapat memengaruhi keputusan ekonomi pengguna
dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini,
atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi pengguna
dimasa lalu.
•
Materialitas
Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan meterialitasnya.
Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan
atau
kesalahan
dalam
mencatat
informasi
tersebut
dapat
memengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas
dasar laporan keuangan.
3. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi
memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian
yang tulus jujur dari seharusnya disajikan atau yang secara wajar
diharapkan dapat disajikan.
•
Penyajian jujur
Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan
jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan.
•
Substansi mengungguli bentuk
Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur
transaksi serta peristiwa lain yang disajikan maka peristiwa
tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan
realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya.
•
Netralitas
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pengguna dan
tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu.
•
Pertimbangan sehat
Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat
melakukan perkiraan dalam kondisi ketidak pastian.
4. Dapat dibandingkan
Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan
antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan
kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan
keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja,
serta perusahaan posisi keuangan secara relatif.
2.2.4. Fungsi Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang disusun dan disajikan kepada semua pihak yang
berkepentingan dengan eksistensi suatu perusahaan, pada hakekatnya merupakan
suatu alat komunikasi artinya laporan keuangan itu digunakan untuk
mengkomunikasikan informasi keuangan dari suatu perusahaan dan kegiatankegiatannya kepada mereka yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut.
Fungsi laporan keuangan bagi manajemen perusahaan adalah untuk
memperoleh informasi yang berfungsi untuk:
1. Merumuskan,
melaksanakan
dan
mengadakan
penilaian
terhadap
kebijakan-kebijakan yang dianggap perlu.
2. Mengorganisasi
dan
mengkordinasikan
kegiatan-kegiatan
dalam
perusahaan.
3. Merencanakan dan mengendalikan kegiatan atau aktivitas sehari-hari
dalam perusahaan.
4. Mempelajari aspek, tahap-tahap kegiatan tertentu dalam perusahaan.
5. Menilai keadaan atau posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan.
Disamping fungsi di atas laporan keuangan juga berfungsi sebagai alat
pertanggungjawaban manajemen kepada semua pihak yang menanamkan dan
mempercayakan pengelolaan dananya dalam perusahaan dipublikasikan, maka
pihak-pihak pemakai laporan keuangan tersebut adalah:
1. Investor
Investor membutuhkan informasi laporan keuangan untuk menentukan
apakah harus membeli, mempertahankan sahamnya atau menjual
sahamnya. Pemegang saham juga tertarik untuk menilai kondisi keuangan
perusahaan.
2. Manajer
Manajer ingin mengetahui situasi ekonomis perusahaan yang dipimpinnya
untuk mengambil keputusan yang tepat. Dengan mengetahui posisi
keuangan perusahaannya periode yang lalu akan dapat menyusus rencana
yang lebih baik, memperbaiki sistem pengawasannya dan dapat
menentukan kebijaksanaan-kebijaksanaannya yang lebih tepat.
3. Kreditur
Sebelum mengambil keputusan untuk memberi atau menolak permintaan
kredit dari suatu perusahaan, kreditor perlu mengetahui terlebih dahulu
posisi keuangan dari perusahaan yang bersangkutan.
4. Supplier
Bagi supplier laporan keuangan bisa menjadi informasi untuk mengetahui
apakah perusahaan layak diberikan fasilitas kredit, seberapa lama akan
diberikan dan sejauh mana potensi risiko yang dimiliki perusahaan.
5. Pemerintah
Pemerintah membutuhkan laporan keuangan untuk mengetahui apakah
perusahaan telah mengikuti peraturan yang telah ditetapkan. Laporan
keuangan juga dapat digunakan sebagai dasar menentukan kebenaran
perhitungan pajak dan pembayaran pajak.
6. Analis pasar modal
Analis pasar modal selalu melakukan analisa tajam dan lengkap terhadap
laporan keungan perusahaan yang go public maupun yang berpotensi
masuk pasar modal. Mereka ingin mengetahui nilai perusahaan, kekuatan
dan posisi keuangan perusahaan.
7. Masyarakat
Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan
informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran
perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
2.2.5. Penyajian Laporan Keuangan
Agar laporan keuangan dapat mencapai tujuannya maka cara penyajiannya
harus sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan keuangan
yang lengkap yang disusun oleh manajemen perusahaan menurut PSAK No. 1
Paragraf 07 terdiri dari:
1. Neraca
2. Laporan laba rugi
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Laporan arus kas
5. Catatan atas laporan keuangan
Selanjutnya akan dibahas satu persatu mengenai konponen-komponen
laporan keuangan sebagai berikut:
1. Neraca
Menurut Munawir (2002;3) menyatakan bahwa:
”Neraca adalah laporan keuangan yang sistematis tentang aktiva, hutang
serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Jadi tujuan
neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada
suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup dan
ditentukan sisanya pada akhir tahun fiskal atau tahun kalender sehingga
neraca sering disebut dengan balance sheet.”
Neraca memberikan informasi mengenai sumberdaya ekonomi, kewajiban
dan modal pada waktu tertentu. Kekayaan disajikan pada sisi aktiva sedangkan
kewajiban dan modal pada sisi pasiva. Bentuk dari neraca diformulasikan dengan:
Aktiva = kewajiban + modal.
2. Laporan laba rugi
Laporan laba rugi menunjukkan hasil kegiatan perusahaan dalam jangka
waktu tertentu. Laporan ini digunakan sebagai indikator keberhasilan perusahaan
dalam menjalankan usahanya selama satu periode tertentu.
Menurut Ridwan Sundjaja dan Inge berlian (2003;69) menyatakan
bahwa:
”Laporan laba rugi (income statement) adalah laporan mengenai
penghasilan, biaya, laba atau rugi yang diperoleh suatu perusahaan selama
periode tertentu.”
Laporan laba rugi merupakan laporan operasi perusahaan tentang
penghasilan yang didapat, biaya-biaya yang harus dikeluarkan dan laba atau rugi
yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu. Dengan kata lain, laporan laba
rugi merupakan suatu laporan yang menyajikan kinerja suatu kesatuan usaha
dalam suatu periode tertentu. Walaupun belum ada keseragaman tentang susunan
laporan laba rugi bagi tiap-tiap perusahaan, namun prinsip-prinsip yang umumnya
diterapkan adalah sebagai berikut:
1. Bagian pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha
pokok perusahaan (penjualan barang dagangan atau pemberian jasa)
diikuti dengan harga pokok dari barang atau jasa yang dijual sehingga
diperoleh laba kotor.
2. Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operasional yang terdiri dari biaya
penjualan dan biaya umum/administrasi (operating expenses).
3. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh diluar operasi
pokok perusahaan, yang diikuti dengan biaya-biaya yang terjadi diluar
uasaha pkok perusahaan (non operating/financial income and expenses)
4. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil (extra
ordinary gain or loss) sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum
pajak pendapatan.
3. Laporan perubahan ekuitas
Laporan perubahan ekuitas atau laporan posisi keuangan merupakan suatu
laporan yang memuat seluruh kegiatan penanaman modal dan pembiayaannya.
Laporan perubahan ekuitas menunjukkan aliran modal kerja selama periode
tertentu dan perubahan unsur kerja selama periode yang bersangkutan. Perubahan
ekuitas perusahaan menggambarkan peningkatan atau penurunan asset bersih atau
kekayaan selama periode bersangkutan bardasarkan prinsip pengukuran tertentu
yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Laporan perubahan
ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasaldari transaksi dengan pemegang
saham seperti setoran modal dan pembayaran didviden menggambarkan jumlah
keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama periode
yang bersangkutan.
4. Laporan arus kas
Laporan ini melaporkan arus kas masuk dan keluar dalam perusahaan pada
periode tertentu. Laporan arus kas ini menyediakan informasi yang berguna dalam
mengetahui kemampuan perusahaan dalam menggunakan kasnya sehingga
menghasilkan masukan berupa kas pula. Laporan arus kas terdiri dari tiga sumber
utama yaitu: berasal dari aktivitas operasional, investasi dan pembiayaan.
a. Aktivitas operasional, merupakan kegiatan yang secara langsung
berhubungan dengan produksi dan penjualan produk perusahaan, baik itu
barang maupun jasa.
b. Aktivitas investasi, merupakan kegiatan penambahan atau penjualan aktiva
tetap dan penjualan atau pembelian surat-surat berharga (penyertaan saham).
c. Aktivitas pembiayaan, termasuk kegiatan penerimaan dan pembayaran
pokok pinjaman, penambahan modal saham, pembayaran dividen , dan
sebagainya.
5. Catatan atas laporan keuangan
Menurut PSAK No.1 paragraf 70, menyatakan bahwa:
”catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian
jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan
laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban
kontijensi dan komitmen.”
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis setiap pos
dalam neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas harus berkaitan dengan
informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan
keuangan mengungkapkan:
1. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi
yang penting.
2. Informasi yang diwajibkan dalam pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
tetapi dikeluarkan dalam rangka penyajian secara wajar.
3. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi
diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.
2.2.6. Manfaat Laporan Keuangan
Laporan
keuangan
merupakan
alat
yang
sangat
penting
untuk
mendapatkan informasi (balance sheet), daftar yang telah menggambarkan hasilhasil yang diperoleh perusahaan pada suatu periode tertentu (income statement),
dengan mengetahui hal tersebut manajer dapat menyusun rencana lebih baik,
memperbaiki sistem pengawasannya dan menentukan kebijakan yang lebih tepat.
Adapun manfaat laporan keuangan bagi manajemen adalah sebagai
berikut:
1. Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan.
2. Untuk menentukan tingkat derajat keuntungan yang dapat dicapai oleh
perusahaan yang bersangkutan.
3. Untuk menilai dan mengukur hasil-hasil kerja tiap individu yang telah
diserahi wewenang dan tanggungjawab.
4. Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan/prosedur yang
baru untuk mencapai hasil yang lebih baik.
5. Mendapatkan modal baru bila perusahaan akan memperluas usahanya baik
berupa kredit bank maupun dari para calon investor, sehubungan atas
penilaian yang dilakukan terhadap laporan keuangan tersebut apabila
tingkat rentabilitasnya memuaskan.
Bagi manajemen yang lebih penting adalah mencapai laba bersih atau laba
operasi yang cukup tinggi dibandingkan periode sebelumnya, cara kerja lebih
efektif dan efisien serta perusahaan harus mempunyai rencana yang lebih baik dari
sebelumnya, baik dibidang keuangan maupun dibidang operasionalnya.
2.2.7. Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk
memberikan gambaran atau laporan kemajuan (progress report) secra periodik
yang dilakukan pihak manajemen. Jadi laporan keuangan adalah bersifat historis
serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan sifat dan keterbatasan laporan
keuangan adalah sebagai berikut:
1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian
yang telah lewat, karenanya laporan keuangan tidak dapat dianggap
sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan
keputusan ekonomi.
2. Laporan keuangan juga bersifat umum, disajikan untuk semua pemakai
dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu saja.
3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran
dan berbagai pertimbangan.
4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang meterial. Demikian pula
penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu
mungkin tidak dilaksanakan. Jika hal ini dianggap tidak material atau tidak
menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan
keuangan.
5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian,
bila terdapat suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang
menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva terkecil.
6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu
peristiwa-peristiwa transaksi daripada bentuk hukumnya.
7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah teknis akuntansi
dan sifat dari informasi yang dilaporkan.
8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan
menimbulkan variasi pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat
kesuksesan antar perusahaan.
9. Informasi
yang
bersifat
kualitatif
dan
fakta
yang
tidak
dapat
dikuantifikasikan umumnya diabaikan.
2.3. Analisis Laporan Keuangan
2.3.1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan merupakan suatu teknis analisis yang dalam
banyak hal mampu memberikan petunjuk atau indukator dan gejala-gejala yang
timbul disekitar kondisi yang melingkupinya. Apabila analisis laporan keuangan
yang dihitung diinterpretasikan secara tepat, akan menunjukkan aspek-aspek
dimana penilaian dan evaluasi lebih lanjut harus dilakuakan.
Definisi analisis laporan keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap
(2004;190) adalah sebagai berikut:
”Menguraikan pos-pos keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil
dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau mempunyai makna
antara yang satu dengan yang lainnya baik antara data kuantitatif dengan
tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat
penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.”
Kegiatan analisis laporan keuangan berfungsi untuk mengkonversi data
yang berasal dari laporan sebagai bahan mentahnya menjadi informasi yang lebih
berguna, lebih mendalam dan lebih tajam dengan teknik tertentu. Oleh karena itu
kegunaan analisis laporan keuangan sepenuhnya terletak pada kemampuan dan
intelegensi serta ketrampilan analisnya dalam menginterpretasikan hasilnya.
2.3.2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk menambah
informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan. Menurut Sofyan Syafri
Harahap (2004;195) tujuan dari analisis laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang
terdapat pada laporan keuangan biasa.
2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit)
dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan
(implicit).
3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keungan.
4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam
hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan
komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi
yang diperoleh dari luar perusahaan.
5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan modelmodel dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi,
peningkatan (rating).
6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil
keputusan, antara lain:
o Dapat menilai prestasi perusahaan
o Dapat memproyeksi keuangan perusahaan
o Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang
o Menilai perkembangan dari waktu kewaktu
o Melihat komposisi struktur keuangan dan arus dana
7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu
yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan
periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar
ideal.
9. Memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan baik
posisi keuangan, hasil uasaha, struktur keuangan dan sebagainya.
10. Memprediksi potensial apa yang mungkin perusahaan alami dimasa yang
akan datang.
2.3.3. Kelemahan Analisis Laporan Keuangan
Kelemahan analisis laporan keuangan dijelaskan sebagai berikut:
1. Analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, oleh
karenanya kelemahan laporan keuangan harus selalu diingat agar
kesimpulan dari analisis itu tidak salah.
2. Objek analisis laporan keuangan untuk menilai suatu laporan keuangan
tidak cukup hanya dari angka-angka laporan keuangan. Kita juga harus
melihat aspek lainnya seperti tujuan perusahaan, situasi industri, gaya
manajemen, budaya perusahaan dan budaya masyarakat.
3. Objek analisis adalah data historis yang menggambarkan masa lalu dan
kondisi ini bisa berbeda dengan kondisi masa depan.
4. Jika kita melakukan perbandingan dengan perusahaan lain maka perlu
dilihat beberapa perbedaan prinsip yang bisa menjadi penyebab perbedaan
angka misalnya: prinsip akuntansi, size perusahaan, jenis industri, periode
laporan, laporan individual atau laporan konsolidasi, jenis perusahaan,
aspek profit motif dan nonprofit motive.
5. Laporan keuangan konsolidasi atau hasil konversi mata uang asing perlu
mendapat perhatian tersendiri karena perbedaan bisa saja timbul karena
masalah kurs konversi atau metode konsolidasi.
6. Kelemahan analisis rasio. Teknik analisis rasio merupakan sebagian dari
analisis laporan keuangan. Teknik analisis rasio memiliki kelemahan,
sehingga para analis harus berhati-hati dalam melakukan analisis rasio.
2.4. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Metode dan teknik analisis laporan keuangan digunakan untuk
menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan
keuangan sehingga dapat dilihat perubahan dari masing-masing pos tersebut bila
diperbandingkan dengan alat-alat pembanding lainnya misalnya diperbandingkan
dengan laporan keuangan yang dibudgetkan atau laporan keuangan perusahaan
lainnya.
Tujuan dan teknik analisis akan digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan, agar data dapat lebih dimengerti,
menurut S. Munawir (2002;36) ada dua metode analisis yang digunakan yaitu:
1. Metode analisis horizontal (Analisis Dinamis)
Adalah analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk
beberapa periode atau beberapa saat sehingga dapat diketahui
perkembangannya
2. Metode analisis vertikal (Analisis statis)
Adalah analisis terhadap laporan keuangan satu periode tertentu atau satu
saat saja, yaitu dengan membandingkan antara satu pos dengan pos lainnya
dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaan
keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja.
Teknik analisa yang bisa digunakan dalam analisis laporan keuangan
adalah sebagai berikut:
1. Analisa perbandingan laporan keuangan
Adalah metode dan teknik analisa dengan cara memperbandingkan laporan
keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan menunjukkan:
a. Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah
b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah
c. Kenaikan atau penurunan dalam persentase
d. Perbandingan yang dinyatakan dengan ratio
e. Persentase dari total
2. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang
dinyatakan dalam prosentase, adalah suatu metode atau teknik analisa
untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah
menunjukkan tendensi tetap,naik bahkan turun.
3. Laporan dengan prosentase per komponen atau common size statement.
Adalah suatu metode analisa untuk mengetahui persentase investasi pada
masing-masing aktiva terhadap total aktivanya.
4. Analisa sumber dan penggunaan kas, adalah suatu analisa untuk
mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas.
5. Analisa sumber dan penggunaan modal kerja, adalah suatu analisa untuk
mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk
mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
6. Analisa Break Even, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat
penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan
tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh
keuntungan.
7. Analisa perubahan laba kotor (gross profit analysis), adalah suatu analisa
untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari
periode ke periode.
8. Analisa rasio, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan
dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu
atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
Analisa raio ini memiliki keunggulan dibandingkan teknik analisa lainnya.
Keunggulan tersebut adalah:
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan
laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lainnya.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan
keputusan dan model prediksi (z-score).
5. Menstandarisir size perusahaan.
6. Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau
melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.
7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa
yang akan datang.
Disamping keunggulan yang dimilki analisa rasio ini, teknik ini juga
memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu menggunakannya
agar tidak salah dalam penggunaannya.
Adapun keterbatasan analisa rasio adalah:
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk
kepentingan pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki laporan keuangan juga menjadi keterbatasan
teknik ini seperti:
a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak
mengandung taksiran dan judment yang dapat dinilai bias atau
subyektif.
b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah
nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.
c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka
rasio.
d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa
diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan
kesulitan menghitung rasio.
4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron
5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi
yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa
menimbulkan kesalahan.
2.4.1. Rasio Keuangan
Dalam mengadakan interpretasi dan analisa laporan keuangan suatu
perusahaan seorang penganalisa keuangan memerlukan adanya ukuran atau
yardstick tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisa keuangan adalah
rasio. Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang dapat digunakan untuk
menjelaskan hubungan antara dua macam data keuangan.
Menurut Ridwan Sundjaja dan Inge Berlian (2002;104), bahwa:
”Analisis rasio adalah suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio
keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan.”
Sedangkan analisis rasio keuangan menurut Sutrisno (2003;255), bahwa:
”Analisis keuangan adalah menghubung-hubungkan elemen yang ada di
laporan keuangan.”
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis rasio
kuangan adalah suatu metode perhitungan yang digunakan oleh para pihak
manajemen perusahaan dan pihak lain yang berkepentingan dalam mencerminkan
aspek tertentu.
Menurut Mamduh M. Hanafi (2005;109) ada dua tipe pembandingan hasil
analisis rasio keuangan yaitu:
1. Analisis time series, yaitu mengevaluasi kinerja perusahaan dengan cara
membandingkan hasil analisis rasio pada periode yang satu dengan hasil
analisis rasio keuangan periode yang lain dalam perusahaan yang sama.
Dengan cara pembandingan tersebut akan dapat diketahui perubahanperubahan dari rasio-rasio tersebut dari tahun ke tahun.
2. Analisis Cross Sectional, yaitu membandingkan rasio-rasio dari suatu
perusahaan dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis
atau industri (rasio industri) untuk waktu yang sama. Dengan
membandingkan rasio perusahaan dengan rasio industri akan dapat
diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan itu dalam aspek keuangan
tertentu berada di atas rata-rata industri, berada pada rata-rata atau terletak
dibawah rata-rata.
2.4.2 Jenis-jenis Rasio Keuangan
Bagi pengelola perusahaan, tentu ingin mengetahui apakah perusahaan
yang dikeloalanya selama ini telah berjalan dengan baik. Begitu pula bagi para
emiten, tentu akan sangat penting pula mengetahui apakah perusahaan yang
dijadikan objek dalam berinvestasi sudah berjalan dengan baik. Untuk mengetahui
apakah perusahaan sudah berjalan dengan baik maka pengelola maupun para
emiten harus mengetahui kinerja perusahaan tersebut. Untuk mengetaui kinerja
suatu perusahaan dapat dilihat dengan menggunakan rasio keuangan.
Rasio-rasio keuangan mungkin dihitung berdasarkan atas angka-angka
yang ada dalam neraca saja, dalam laporan laba rugi saja, atau pada neraca dan
laporan laba rugi. Setiap analisa keuangan bisa merumuskan rasio tertentu yang
dianggap mencerminkan aspek tertentu. Pada dasarnya analisis rasio bisa
dikelompokkan kedalam lima macam kategori yaitu:
1. Rasio Likuiditas
Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
2. Rasio Solvabilitas
Adalah rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
3. Rasio Aktivitas
Adalah rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan asset
dengan melihat tingkat aktivitas asset.
4. Rasio Profitabilitas
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.
5. Rasio Pasar
Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai
buku perusahaan.
2.5 Rasio Profitabilitas
2.5.1. Pengertian Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas ini digunakan untuk mengetahui bagaimana kinerja
perusahaan yang dicapai dilihat dari aspek keuangan. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh para ahli:
Menurut Martono dan Harjito (2003,53), bahwa:
“Rasio keuntungan (profitability ratio) atau rentabilitas, yaitu rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari
pengguna modalnya.”
Sedangkan rasio profitabilitas menurut Van Horne and Machowicz
(2005,145), bahwa:
”Profitability ratio is ratios that relate profit to sales and investment.”
Artinya bahwa rasio profitabilitas adalah rasio yang memperlihatkan keuntungan
yang diperoleh atas penjualan dan kegiatan investasi perusahaan.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat ditarik simpulan bahwa rasio
profitabilitas merupakan suatu bentuk rasio yang digunakan untuk mengetahui
bagaimana perusahaan tersebut menjalankan aktifitas untuk memperoleh laba
(keuntungan) dari tingkat penjualan, jumlah asset dan modal sendiri.
Aspek profitabilitas atau kemempuan untuk memperoleh laba menjadi
salah satu aspek yang harus diperhatikan bagi para investor maupun calon
investor, sebagaimana yang dikatakan oleh Gibson (2001,286), bahwa:
“Profitability is the ability of the firm to generate earnings. Analysis of
profit is vital concern to stockholders since they derive revenue in the form
of dividens. Further increased profits can cause a rise in market price,
leading to capital gains. Profits are also important to creditors because
profits are ane source of founds for debt coverage. Management uses
profit as a performance measure.”
Dalam hal ini, profitabilitas merupakan suatu kemampuan perusahaan
untuk memperoleh pendapatan (keuntungan). Analisis terhadap keuntungan
perusahaan merupakan hal yang sangat penting bagi para pemegang saham pada
saat menentukan pendapatan dalam bentuk dividen. Selanjutnya semakin
bertambahnya tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan akan meningkatkan
harga saham, serta akan menentukan pula terhadap perilehan capital gain. Laba
atau keuntungan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi para kreditor karena
laba salah satu sumber yang dapat dijadikan jaminan bagi pembayaran utang.
Pihak manajemen menggunakan aspek laba sebagai ukuran kinerja keuangan.
2.5.2. Ukuran Rasio Profitabilitas
Seorang
investor
harus
melakukan
penilaian
terhadap
kinerja
(performance) perusahaan yang menjadi objek investasinya, baik dalam aspek
tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Untuk dapat
melakukan penilaian tersebut haruslah mengetahui aspek-aspek apa saja yang
menjadi ukuran penilaian.
Menurut Sutrisno (2003;253), terdapat lima bentuk rasio profitabilitas
diantaranya adalah sbagai berikut:
1. Profit Margin
Profit margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai.
2. Return on Asset (ROA)
Return on Asset juga sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis,
merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini laba yang
dihasilkan adalah laba sebelum bungan dan pajak atau EBIT.
3. Return on Equity (ROE)
Return on Equity ini sering disebut dengan rate of return on net worth
yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan
modal sendiri yang dimilki perusahaan, sehingga ROE ini ada yang
menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Laba yang diperhitungkan
adalah laba bersih setelah dipotong pajak atau EAT.
4. Return on Investment (ROI)
Return on Investment merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan
keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang
dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba
bersih setelah pajak.
5. Earning Per Share (EPS)
Kadang-kadang pemilik juga menginginkan data mengenai keuntungan
yang diperoleh untuk setiap lembar sahamnya. Earning per share atau laba
per lembar saham merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan perlembar saham pemilik. Laba yang digunakan
sebagai laba bagi pemilik atau EAT.
2.5.3. Profit Margin
Keuntungan merupakan hasil dari kebijaksanaan yang diambil oleh
manajemen.
Keberhasilan
suatu
perusahaan
dalam
menjalankan
semua
aktivitasnya dapat dilihat dari keuntungan yang diperolehnya. Profit margin
merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan
penjualan yang dicapai. Profit margin sendiri dibagi menjadi empat aspek, yaitu:
1. Gross profit margin ( Marjin laba kotor)
Laba kotor (gross profit) merupakan selisih antara penjualan dengan harga
pokok penjualan. Laba kotor mengindikasikan bagaimana perusahaan
mampu menutup biaya produknya. Agar menguntungkan, perusahaan
harus cukup besar untuk mendanai pengeluaran penting yang mengarah ke
masa depan, seperti penelitian dan pengembangan, pemasaran, dan iklan.
Laba kotor suatu industri berbeda dengan industri yang lain tergantung
pada berbagai faktor seperti kompetisi, investasi modal, dan besarnya
biaya yang harus ditutup oleh laba kotor. Laba kotor sering kali dilaporkan
dan dijelaskan dalam bentuk persentase.
Gross profit margin (marjin laba kotor ) dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Marjin laba kotor = Laba kotor : penjualan
2. Marjin laba operasi (Operating Profit Margin)
Laba operasi merupakan suatu pengukuran laba perusahaan yang berasal
dari aktivitas operasi yang masih berlangsung. Terdapat tiga aspek penting
dalam laba operasi:
a. Laba operasi terkait hanya dengan laba yang berasal dari aktivitas
operasi, karenanya setiap pendapatan (dan beban) yang tidak
terkait dengan operasi usaha bukan merupakan bagian laba oprasi.
b. Laba operasi terpusat pada laba perusaaan secara keseluruhan dan
bukan hanya untuk pemegang ekuitas. Hal ini berarti bahwa
pendapatan dan beban keuntungan (terutama beban bunga) tidak
dimasukkan dalam mengukur laba operasi.
c. Laba operasi hanya terkait dengan aktivitas usaha yang masih
berlangsung. Hal ini berarti, tiap laba atau kerugian yang terkait
dengan operasi yang dihentikan dikeluarkan dari laba operasi.
Marjin laba operasi dapat dihitung dengan rumus:
Marjin laba operasi = Laba operasi : penjualan
3. Marjin laba sebelum pajak
Laba sebelum pajak merupakan laba dari operasi sebelum cadangan untuk
pajak penghasilan. Marjin laba sebelum pajak dapat dihitung dengan
rumus:
Marjin laba sebelum pajak = Laba sebelum pajak : penjualan
4. Net Profit Magin (Marjin laba bersih)
Menurut Martono dan Harjito (2003;59) menyatakan bahwa:
“ Net profit margin atau marjin laba bersih merupakan keuntungan
penjualan setelah menghitung seluruh biaya dan pajak penghasilan.”
Berarti net profit margin adalah salah satu bentuk rasio keuntungan
yang dipakai untuk mengetahui seberapa besar keuntungan bersih yang
diperoleh perusahaan dari setiap rupiah penjualan yang dihasilkan
perusahaan. Disamping itu rasio ini juga bermanfaat untuk mengukur
tingkat efisiensi total pengeluaran biaya-biaya dalam perusahaan, semakin
efisien suatu perusahaan akan semakin besar tingkat keuntungan yang
dapat diperoleh perusahaan tersebut.
Net profit margin (Marjin laba bersih) dapat dihitung dengan rumus:
Marjin laba bersih = Laba bersih : penjualan
Bagi para investor, rasio ini juga dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam menilai kondisi emiten, karena semakin besar
kemampuan emiten dalam menghasilkan laba, maka secara toritis harga
saham di pasar modal juga akan meningkat.
2.6. Saham
Pengertian saham menurut Martono dan Agus Harjito (2002;230) bahwa:
”Saham adalah tanda bukti kepemilikan atau penyertaan pemegangnya
atas perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut (emiten). Saham juga
merupakan bukti pengembalian bagian atau peserta dalam suatu
perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT).”
Saham adalah surat bukti kepemilikan bagian modal atau tanda penyertaan
modal pada perseroan terbatas yang memberi hak atas dividen dan lain-lain
menurut besar kecilnya modal yang disetor. Wujud dari saham adalah selembar
kertas yang menerangkan pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang
menerbitkan kertas tersebut.
2.6.1. Jenis-jenis Saham
Menurut Asril Sitompul (2000;164) jenis saham terdiri atas:
1. Saham biasa (Common Stock)
Saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya tidak memiliki
prioritas utama terhadap pembagian dividen dan hak atas kekayaan perusahaan
apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Saham biasa merupakan saham yang
paling banyak dikenal dan diperdagangkan di pasar modal.
2. Saham Preferen (Prefered Stock)
Saham preferen merupakan saham yang menempatkan pemiliknya memiliki
priorotas utama terhadap pembagian dividen dan hak atas kekayaan perusahaan
apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
2.6.2 Harga Saham
Indeks harga saham yang terjadi di pasar modal akan menggambarkan
perubahan-perubahan atau pergerakan harga saham yang terjadi. Tentu saja
penyajian indeks harga saham berdasarkan satuan angka dasar yang telah
disepakati di pasar modal. Menurut Jogiyanto (2000;79) beberapa nilai yang
berhubungan dengan harga saham antara lain:
1. Nilai Buku (Book Value)
Nilai buku (book value) merupakan nilai saham menurut pembukuan
emiten. Untuk menghitung nilai buku suatu saham, beberapa nilai yang
berhubungan dengannya perlu diketahui, diantaranya adalah nialai
nominal, agio saham, dan laba ditahan.
2. Nilai Pasar (Market Value)
Nilai pasar (market value) adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa
pada saat tertentu ysng ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini
ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar
bursa.
3. Nilai Intrinsik (Intrinsic Value)
Nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari saham yang
diperdagangkan di bursa efek.
Ketika perusahaan didirikan, harga sahamya tercermin dari jumlah rupiah
modal sendiri per sahamnya. Dan ada kalanya modal dasar ini belum disetor
sepenuhnya, sehingga harga saham adalah sebesar nilai nominal. Nilai nominal
(Par value) dari suatu saham merupakan nilai kewajiban yang ditetapkan untuk
tiap-tiap lembar saham. Untuk perusahaan yang telah melakukan penawaran
umum atas saham-sahamnya nilai nominal tersebut dicantumkan pada surat saham
yang bersangkutan.
Selain dari harga nominal tersebut juga dikenal harga buku atau harga
intrinsik. Jika nilai intrinsik lebih besar dari harga saham maka saham tersebut
undervalue, tapi jika nilai intrinsik lebih kecil dari harga saham maka saham
tersebut overvaue. Harga dari suatu saham digambarkan dengan nilai pasar
(market value). Dimana nilai pasar yaitu harga saham biasa yang terjadi di pasar
modal atas dasar permintaan dan penawaran, seperti yang dinyatakan oleh Van
Horne and Machowichz (2005;534), bahwa:
” The market value per share is the current price at wich the stock is
treded.”
Artinya bahwa nilai pasar itu merupakan nilai yang sesungguhnya yang digunakan
dalam transaksi perdagangan saham.
Keputusan investor memilih suatu saham sebagai objek investasinya
membutuhkan data historis terhadap pergerakan harga saham yang beredar di
bursa baik secara individual, kelompok, maupun gabungan. Bentuk informasi
historis yang dipandang secra tepat untuk menggambarkan pergerakan harga
saham dimasa lalu adalah suatu indeks harga saham yang memberikan deskripsi
harga-harga saham pada suatu saat tertentu maupun dalam periodisasi tertentu
pula.
Harga pasar saham ini cenderung memiliki korelasi positif dengan kinerja
perusahaan yang bersangkutan, dalam arti jika kinerja perusahaan menunjukkan
peningkatan, harga pasar saham juga akan bertambah tinggi dan dapat berada
diatas nilai intrinsik.
Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan harga saham suatu
perusahaan menunjukkan peningkatan yang berarti, meskipun kinerja perusahaan
tidak mengalami peningkatan. Hal ini dimungkinkan adanya faktor-faktor teknis
yang memepengaruhi antara lain keadaan pasar, rumor atau isu-isu, kebijaksanaan
pemerintah yang tidak mendukung.
Jika bursa efek sudah tutup, harga pasarnya adalah harga penutupan
(closing price). Harga pasar inilah yang menyatakan naik turunnya suatu saham.
Jika harga saham ini dikalikan dengan jumlah saham yang diterbitkan
(outstanding share) akan didapatkan market value.
2.6.3 Analisis Penetapan Harga Saham
Metode pendekatan yang umum digunakan dalam menetapkan harga suatu
saham yaitu :
1. Analisis Fundamental
Menurut Suad Husnan (2001;315) pengertian analisis fundamental adalah
sebagai berikut:
”Analisis
fundamental
adalah
teknik
yang
mencoba
memperkirakan harga saham dimasa mendatang dengan cara (1)
mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi
harga saham dimasa yang akan datang, dan (2) menerapkan
hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran
harga saham.”
Analisis fundamental adalah analisis yang menggunakan data yang
berasal dari keuangan perusahaan (misalnya laba, dividen yang dibayar,
penjualan, dan lain sebagainya). Analisis fundamental ini bertitik tolak
dari anggapan dasar bahwa setiapinvestor adalah makhluk yang rasional
karena mereka menganggap adanya hubungan laba perusahaan yang
bersangkutan dengan harga saham, dalam arti jika laba perusahaan naik,
maka harga saham akan cenderung naik.
2. Analisis Teknikal
Menurut Suad Husnan (2001;349) pengertian analisis teknikal adalah
sebagai berikut:
”Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga
saham (kondisi saham) dengan mengamati perubahan harga saham
tersebut (kondidi pasar waktu yang lalu). Pemikiran yang
mendasari analisis tersebut adalah (i) harga saham mencerminkan
informasi yang relevan. (ii) informasi tersebut ditunjukkan oleh
perubahan harga saham di waktu yang lalu dan (iii) perubahan
harga saham akan mempunyai pola tertentu dan pola tersebut akan
berulang.”
Analisis teknikal merupakan analisis yang menggunakan data pasar
dari dalam (misalnya harga dan volume transaksi saham) untuk
menentukan nilai dari saham. Analisis teknikal pada dasarnya merupakan
upaya untuk menentukan kapan akan membeli atau permintaan dan
menjual atau penawaran umum. Jika aliran fundamentalis menekankan
pada harga saham apakah itu undervalue atau overvalue, aliran teknikalis
ini berfokus pada waktu, dalam arti trend naik dan turun.
2.6.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga saham antara lain:
1. Harapan dan perilaku investor
Harga saham dapat dipengaruhi oleh harapan investor atau perkiraan
investor mengenai keputusan manajemen terhadap kebijakan dividennya.
2. Kondisi keuangan perusahan
Nilai dari suatu perusahaan bisa dilihat dari harga saham yang
bersangkutan di pasar modal. Kondisi keuangan perusahaan yang baik
biasanya akan meningkatkan minat investor untuk membeli saham
sehingga harga saham naik dan sebaliknya jika kondisi perusahaan buruk
juga akan mempangaruhi sahamnya.
3. Permintaan dan penawaran
Harga saham biasanya berfluktuasi mengikuti kekuatan permintaan dan
penawaran di pasar modal. Fluktuasi harga saham mencerminkan seberapa
besar minat investor terhadap saham suatu perusahaan, oleh karena itu
harga saham setiap saat bisa berubah seiring dengan minat investor untuk
mendapatkan modalnya pada perusahaan.
4. Tingkat efisiensi pasar modal
Perubahan harga saham pada pasar modal yang efisien ( pasar yang harga
sekuritasnya mencerminkan semua informasi yang relevan). Pasar modal
dikatakan efisien jika harga surat berharga mencerminkan nilai perusahaan
secara akurat. Singkatnya harga dari surat berharga mencerminkan
penilaian investor terhadap proyeksi laba perusahaan di masa mendatang,
termasuk didalamnya penialain kualitas kinerja manajemen.
Menurut Jogiyanto (2000;352) efisiensi pasar modal digolongkan
kedalam tiga kategori berdasarkan jenis informasi yang digunakan dalam
membuat keputusan-keputusan pasar.
a. Efisiensi pasar bentuk lemah ( Weak form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari
sekuritas tercermin secara penuh informasi masa lalu. Bentuk pasar
ini berkaitan dengan teori langkah acak yang menyatakan bahwa
data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang. Ini berarti
bahwa untuk pasar yang efisisen bentuk lemah, investor tidak dapat
menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan keuntungan
yang tidak normal.
b. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat ( Semi strong form)
Pasar dikatakan efisiensi setengah kuat jika harga-harga sekuritas
secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan
termasuk informasi yang berada di laporan keuangan perusahaan
emiten.
c. Efisiensi pasar bentuk kuat (Strong form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga
sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang
tersedia termasuk yang privat. Jika pasar efisien dalam bentuk ini,
maka tidak ada individual investor atau grup dari investor yang
dapat memperoaleh keuntungan tidak normal karena mempunyai
informasi privat.
5. Kondisi ekonomi dan politik pada umumnya
Faktor ini akan mempengaruhi permintaan dan penawaran akan saham.
Keadaan ekonomi yang stabil dan situasi politik yang aman akan menarik
minat investor (terutama investor asing) untuk berinvestasi.
2.7. Pasar Modal
Menurut Undang-undang No. 8 Th. 1995, tentang pasar modal,
pengertian pasar modal adalah sebagai berikut:
“Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek.”
Pada dasarnya pasar modal dan bursa efek merupakan dua hal yang
berbeda, meskipun sebagian orang sering menganggap kedua hal itu sama.
Berikut ini definisi pasar modal dan bursa efek menurut Suad Husnan
(2001;1) yaitu:
”Secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar
untuk berbagai instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang
yang bisa diperjualbelikan baik dalam bentuk hutang atau modal
sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authority,
maupun perusahaan swasta. Sedangkan bursa efek adalah suatu
organisasi yang menyelenggarakan pasar untuk memperdagangkan
saham dimana terdapat peraturan yang ketat untuk masuk ke
dalamnya.”
2.7.1. Manfaat Pasar Modal
Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena
pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi
keuangan. Pasar modal dikatakan memilki fungsi ekonomi karena pasar modal
menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu
pihak yang memiliki dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer).
Dengan adanya pasar modal investor mengharapkan dan menginvestasikan
kelebihan dana yang mereka miliki tersebut. Dari sisi issuer, tersedianya dana dari
pihak luar memungkinkan tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan. Dalam
hal ini diharapkan akan terjadi peningkatan kemakmuran.
Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan karena pasar modal
memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi
pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih, dan tidak terlibat
langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi tersebut.
Dengan adanya pasar modal diharapkan aktivitas perekonomian menjadi
meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan
sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar dan pada
gilirannya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran
masyarakat luas.
2.7.2. Keuntungan dan Kerugian Investasi di Pasar Modal
Keuntungan yang mungkin diraih dalam investasi dapat terjadi dalam
berbagai bentuk:
1. Dividend, yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit
saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan. Dividen
diberikan kepada para pemegang saham setelah mendapatkan persetujuan dari
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dividen yang dibagikan dapat
berupa dividen tunai dan dividen saham.
2. Capital Gain, yaitu keuntungan yang diperoleh dari selisih antara harga jual
saham yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga belinya. Capital Gain
terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.
3. Peningkatan nilai saham yang berlipat ganda sejalan dengan waktu, umumnya
dilakukan investor jangka panjang yang mengandalkan kenaikan saham
sambil menikmati dividen dari saham yang dimilikinya.
4. Sertifikat saham sebagai surat berharga dapat pula digunakan sebagai jaminan
tambahan ke bank untuk mendapatkan pinjaman atau kredit.
Selain berbagai kemungkinan keuntungan di atas, investasi pada saham
juga membawa beberapa kemungkinan kerugian yaitu:
1. Capital loss, yaitu kerugian karena selisih dari harga jual suatu saham yang
lebih rendah dibandingkan harga belinya. Untuk menghindari kemungkinan
tersebut investor dapat menerima nasehat manajer, investasi yang akan
dilakukan.
2. Opportunity loss yaitu kerugian berupa selisih suku bunga deposito dikurangi
total keuntungan yang diperoleh dari investasi saham.Ini adalah krugian
karena investor memilih untuk menanamkan modalnya di bursa saham
daripada mengambil keuntungan dari bunga deposito dengan mengharapkan
keuntungan yang lebih besar, sedangkan yang terjadi kemudian adalah
perolehan keuntungan saham lebih kecil dibandingkan dengan bunga deposito
di bank.
3. Delisting, jika suatu saham perusahaan dikeluarkan dari pencatatan Bursa
Efek. Suatu saham didelist dari brsa umumnya karena kinerja yang buruk
misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan,
mengalami kerugian beberapa tahun dan tidak membagikan dividen.
4. Perusahaan mengalami pailit/bangkrut. Jika perusahaan bangkrut maka tentu
saja akan berdampak langsung kepada saham perusahaan tersebut. Sesuai
dengan peraturan pencatatan saham di bursa efek. Jika perusahaan bangkrut
atau dilikuidasi, maka secara otomatis perusahaan tersebut akan dikeluarkan
dari bursa atau delisting. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi maka
pemegang saham akan menempati posisi paling rendah dibanding kreditur
atau pemegang obligasi, artinya setelah semua asset perusahaan tersebut
dijual, terlebih dahulu dibagikan kepada para kreditur atau pemegang obligasi
dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham.
2.8. Hubungan Profit Margin dengan Harga Saham.
Langkah awal dan yang terpenting agar mendapatkan saham yang
menguntungkan adalah dengan mengetahui kinerja perusahaan. Salah satu faktor
yang dilihat dalam pengukuran kinerja perusahaan adalah laba perusahaan.
Pemegang saham akan mengalihkan kepemilikannya apabila dalam jangka
menengah perusahaan tidak memberikan informasi tentang laba yang cukup
memadai. Beberapa penelitian di pasar modal juga menunjukkan adanya pengaruh
pada harga saham. Apabila laba terus meningkat maka harga saham perusahaan
tersebut bisa diprekdisikan mengalami kenaikan.
Kinerja perusahaan yang berupa hasil usaha bisa dilihat dari informasi
yang berupa laporan laba rugi. Laporan laba rugi memberi informasi laba setiap
periode. Informasi inilah yang akan digunakan untuk menentukan kebijakan
kepemilikan saham oleh pemegang saham. perusahaan.
Salah satu indikator yang dapat dijadikan ukuran kinerja perusahaan
adalah dengan menggunakan rasio profitabilitas. Ada banyak indikator
profitabilitas yang dapat dihubungkan terhadap penjualan, aktiva modal atau nilai
saham. Salah satu indikator dari rasio profitabilitas adalah profit margin.Profit
margin dapat digunakan untuk mengevaluasi profitabilitas dihubungkan dengan
penjualan dimana setiap pos dinyatakan dalam persentase penjualan sehingga
memudahkan evaluasi hubungan antara penjualan dan pendapatan tertentu serta
biaya. Rasio profit margin yang dapat dianalisis dari laporan laba rugi ada empat
komponen yaitu: gross profit margin, operating profit margin, profit before
income tax margin, dan net profit margin.
Bagi para investor, rasio ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam menilai kondisi emiten, karena semakin besar kemampuan emiten dalam
menghasilkan laba maka secara teoritis harga saham di pasar modal juga
meningkat.
Menurut Martono dan Agus Harjito (2001;317), menyatakan bahwa:
“ Ketiga keputusan keuangan (keputusan investasi, pendanaan dan
dividen) diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari untuk
mendapatkan laba. Laba yang diperoleh diharapkan mampu meningkatkan
nilai perusahaan yang tercermin pada makin tingginya harga saham,
sehingga kemakmuran para pemegang saham dengan sendirinya makin
bertambah.”
Semakin tinggi perusahaan menghasilkan profit margin maka akan
semakin banyak para investor yang ingin menanamkan modalnya pada perusahaan
tersebut. Karena dengan laba yang tinggi tersebut secara toritis akan mampu
membagikan dividen yang makin besar pula. Semakin banyak investor yang
menanamkan modalnya diperusahaan tersebut, maka permintaan akan saham
perusahaan meningkat pula. Dengan adanya permintaan tersebut akan diikuti
dengan kenaikan harga saham perusahaan tersebut.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan operating profit margin dan
net profit margin untuk mengetahui hubungannya dengan perubahan harga saham.
Menurut Martono dan Agus Harjito (2002;340) menyatakan bahwa pembayaran
dividen diambil dari laba operasi perusahaan. Laba operasi biasanya disebut “pure
profit” yang diterima atas setiap penjualan yang dilakukan. Operating profit
disebut murni (pure) dalam pengertian bahwa jumlah tersebutlah yang benarbenar diperoleh dari hasil operasi perusahaan, dan belum termasuk pendapatan
lain-lain seperti pendapatan dari hasil penjualan gedung atau penjualan asset
perusahaan, pendapatan bunga dan lain-lain. Walaupun hasil penjualan gedung
lebih besar dari laba operasi, tetapi penjualan gedung tidak menghasilkan
pendapatan secara kontinyu, jadi hanya bersifat sementara. Sedangkan laba
operasi bersifat kontinyu, setiap tahun perusahaan pasti menghasilkan laba operasi
dari hasil penjualan produknya, sehingga dengan demikian investor akan
memperoleh dividen setiap tahun secara kontinyu. Maka jika operating profit
meningkat maka jumlah dividen yang dibagikan kepada investor juga ikut naik.
Dengan meningkatnya jumlah dividen yang dibagikan kepada investor maka akan
semakin banyak investor yang tertarik untuk membeli saham perusahaan, yang
mengakibatkan
jumlah
permintaan
saham
tersebut
meningkat.
Dengan
meningkatnya jumlah permintaan saham tersebut maka harga saham juga akan
ikut naik. Dengan demikian dengan meningkatnya operating profit margin maka
harga saham juga akan ikut naik.
Sedangkan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lince Vera
Br Perangin-angin (2005) menyatakan bahwa:
“ Net profit margin mempunyai hubungan yang positif dengan harga
saham. Artinya apabila net profit margin naik maka perubahan harga
saham juga akan naik”
Net profit margin merupakan rasio antara laba bersih (net profit) yaitu
penjualan setelah dikurangi dengan seluruh beban termasuk pajak dibandingkan
dengan penjualan. Jika laba bersih baik maka kinerja perusahaan juga baik, karena
perusahaan dapat membiayai seluruh beban yang dikeluarkan perusahaan baik
beban operasi maupun beban non operasi. Jika net profit meningkat berarti kinerja
perusahaan juga meningkat. Dengan meningkatnya net profit margin akan
memberikan sinyal positif kepada para investor, sebagai jaminan bahwa
perusahaan mampu membayar dividen setiap tahunnya. Sehingga investor tertarik
untuk membeli saham, semakin banyak investor yang membeli saham, maka
harga saham perusahaan akan meningkat.
Beaver (1972) meneliti pergerakan harga saham dalam jangka panjang
dan diumumkan pada akhir tahun. Perubahanharga saham dapat dihitung degan
rumus sebagai berikut:
Perubahan harga saham =
HS t − HS (t −1)
HS (t −1)
Dimana :
HSt
= Harga saham periode sekarang
HS(t-1) = Harga saham periode sebelumnya
Ringkasan informasi akuntansi seperti laba dapat menjelaskan harga
saham dan tingkat pengembalian suatu perusahaan. Laba yang baik akan diikuti
dengan tingkat pengembalian yang baik pula, sedangkan laba yang buruk akan
diikuti dengan tingkat pengembalian yang negatif. Makin baik atau makian buruk
tingkat laba, semakin besar reaksi harga saham yang mengikutinya.
Gambar 2.1
Paradigma Penelitian
OPM
(X1)
Harga
Saham (Y)
NPM
(X2)
Berdasarkan uaraian di atas maka hipotesis penelitian yang diajukan
penulis adalah
sebagai berikut: OPM dan NPM mempunyai hubungan yang
signifikan dengan harga saham baik secara simultan maupun parsial.
Download