BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN Disusun Oleh : TIM ASISTEN AKUSTIK KELAUTAN Nama : NIM : Kelompok : FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015 KATA PENGANTAR Syukur alhamdulilah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga buku panduan praktikum Akustik Kelautan ini dapat disusun dengan baik. Memahami atas kekurangan dan keterbatasan referensi dalam pelaksanaan praktikum Akustik Kelautan, maka kami menyajikan suatu pedoman pelaksanaan praktikum yang pada dasarnya merupakan hasil rangkuman dari berbagai referensi sebagai tuntutan praktikan dalam melaksanakan praktikum. Dilengkapi dengan metode-metode praktis untuk memudahkan dalam pengambilan data lapang. Kami sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang secara langsung telah membantu dalam menyelesaikan buku ini. Menyadari akan keterbatasan yang kami miliki, maka kami sangat mengharap masukan-masukan berupa saran dan kritik yang konstruktif penyempurnaan buku ini di lain waktu. Besar harapan bahwa buku penuntun praktikum praktis ini dapat bermanfaat bagi praktikan dan berbagai pihak. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin. Malang, Oktober 2015 Tim Asisten BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN | i PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi akustik merupakan salah satu metode yang sangat efektif dan berguna untuk eksplorasi dasar laut. Pengambilan data dasar perairan seringkali memiliki kendala, misalnya dengan metode grab, yang hanya dapat digunakan pada wilayah kedalaman yang terbatas dengan waktu yang tidak singkat. Dengan menggunakan metode hidroakustik, pengambilan data atau informasi tentang dasar perairan menjadi lebih mudah. Dengan metode ini kita dapat mengetahui tipe dasar dari suatu perairan dengan menggunakan nilai Backscattering volume dasar perairan/substrat. Metode akustik adalah teori tentang gelombang suara dan perambatannya di suatu medium dalam hal ini mediumnya adalah air. Akustik kelautan merupakan proses pembentukan gelombang (pulsa) suara dan sifat-sifat perambatannya serta proses-proses selanjutnya yang dibatasi oleh air laut (Burczynski,1982). Instrumen akustik perikanan yang disebut echosounder merupakan instrumen yang memancarkan dan membangkitkan gelombang suara pada frekuensi tertentu ke kolom perairan. Gelombang suara tersebut melintasi air hingga membentur obyek baik di kolom air maupun dasar laut kemudian gelombang suara tersebut dipantulkan kembali untuk diterima oleh echosounder (FAO, 1984). Pendugaan survei akustik terhadap sekelompok ikan, biasanya didasarkan pada asumsi mengenai intensitas nilai total echo dari sekelompok target sama ke perhitungan aritmatik pada kontribusi echo dari ikan tunggal (Johannesson dan Mitson,1983). Metode akustik yang digunakan untuk memperoleh data kelimpahan ikan dapat menggunakan metode dasar berupa echocounting dan echo integration. Echo counting dapat menghitung densitas ikan pada saat volume yang disampling rendah, dimana nilai echo dari ikan tunggal dapat dengan mudah dipisahkan dan dihitung satu persatu. Metode echo BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN | 1 counting jarang digunakan dalam menduga kelimpahan ikan yang bergerombol. Hal ini disebabkan karena densitas ikan tidak homogen dan pada umumnya tinggi, sehingga akan menyebabkan terjadinya overlap dari echo ikan. Echo dari ikan yang berada di dasar perairan memiliki sinyal yang lebih kuat dibandingkan dengan ikan yang berada di seabed (MacLennan dan Simmonds, 1992) Pada metode echo integrator, dapat diketahui jumlah kumpulan ikan dan volume sampel yang relevan dengan ikan. Kelimpahan total dapat diperkirakan dari densitas rata -rata dikalikan dengan volume air di daerah tertentu (MacLennan et al. 2002). Masing – masing individu target merupakan sumber dari reflected sound wave, jadi output dari integrasi akan proporsional dengan kuantitas ikan dalam kelompok. Kelimpahan ikan yang bergerombol dapat dihitung dengan menggunakan echo integrator, dimana total biomassa dari ikan tunggal dan ganda dapat dipisahkan, sehingga kemungkinan terjadinya overlap akan semakin rendah. Pada dasarnya echo integrator berguna untuk mengubah energi total dari echo ikan menjadi densitas ikan dalam ikan/m3 atau kg/m3 (MacLennan dan Simmonds, 1992). B. Tujuan Adapun tujuan dari praktikum Akustik Kelautan ini adalah: 1. Mahasiswa dapat mengetahui berbagai macam alat akustik kelautan 2. Mahasiswa dapat mengetahui aplikasi dari echosounder 3. Mahasiswa dapat mengetahui cara perangkaian echosounder 4. Mahasiswa dapat mengetahui cara penggunaan echosounder BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN | 2 1. AKUSTIK KELAUTAN A. Definisi Akustik kelautan merupakan teori yang membahas tentang gelombang suara dan perambatannya dalam suatu medium air laut. Akustik kelautan merupakan satu bidang kelautan yang mendeteksi target di kolom perairan dan dasar perairan dengan menggunakan suara sebagai mediannya. Permasalahan-permasalahan yang dibahas dalam akustik kelautan ini yaitu, kecepatan gelombang suara, waktu (pada saat gelombang dipancarkan hingga gelombang dipantulkan kembali), dan kedalaman perairan. Hal-hal yang mendasari kita mempelajari akustik kelautan adalah laut yang begitu luas dan dalam (dinamis), manusia sudah pernah ke planet terjauh tetapi belum pernah ke laut terdalam, sehingga dibutuhkannya alat dan metode untuk melakukan pendeskripsian kolom dan dasar laut, dan saat ini metode yang paling baik adalah dengan menggunakan akustik. B. Sejarah Perkembangan Sejarah akustik bisa dimulai dari sekitar tahun 1490 dari catatan harian Leonardo da Vinci yang berbunyi “Dengan menempatkan ujung pipa yang panjang didalam laut dan ujung lainnya di telinga Anda, maka Anda dapat mendengarkan kapal-kapal laut di kejauhan”. Sejarah akustik perikanan dimulai dengan sonar banyaknya penelitian tentang perambatan suara di dalam air. Diantara yang terkenal adalah Daniel Colloden (1822), beliau menggunakan sebuah lonceng bawah air untuk menghitung kecepatan perambatan suara di dalam air. Lalu Lewis Nixon (1906) yang mencoba mengukur puncak gunung es. Perkembangan dipicu oleh kebutuhan militer untuk mendeteksi kondisi di bawah permukaan air terutama setelah ditemukannya kapal selam. Dalam perkembangan selanjutnya ada nama Paul Langevin yang tahun 1915 menemukan alat sonar pertama untuk mendeteksi kapal BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN | 3 selam dengan menggunakan sifat-sifat piezoelektik kuartz. Meski tak sempat terlibat lebih jauh dalam upaya perang, karya Langevin berpengaruh besar dalam desain sonar.Hasil dari perkembangannya adalah SONAR (SOUND NAVIGATION AND RANGING). Sistem SONAR ini mula-mula dikembangkan oleh Inggris yakni pada masa Pra Perang Dunia II dengan dibuatnya ASDIC (Anti Submarine Detection Investigation Committee). Kemudian pada Perang Dunia II, ASDIC tersebut sangat berperan bagi Angkatan Laut negara-negara sekutu untuk tujuan perang dan telah terbukti sukses besar dalam penggunaannya. Setelah berakhirnya Perang Dunia II, peralatan tersebut dikembangkan penggunaannya, selain untuk tujuan perang, juga untuk tujuan damai. Beberapa contoh penggunaannya pada saat itu adalah : 1) mempelajari proses perambatan suara di dalam medium (air); 2) penelitian sifat-sifat akustik dari air dan benda-benda bawah air; 3) pengamatan benda-benda, dari echo yang mereka hasilkan; 4) pendeteksian sumber-sumber suara bawah air; 5) komunikasi dan penetapan posisi dengan alat akustik bawah air. Selanjutnya pada dekade 70-an barulah secara intensif diterapkan dalam pendeteksian dikembangkannya dan analog pendugaan echo stok integrator ikan, dan yakni dengan echo counter. Perkembangan yangmenyolok ini bukan saja di Inggris tetapi juga di Norwegia, Amerika, Jepang, Jerman dan sebagainya. Kemudian setelah diketemukan Digital Echo Integrator, dual-beam acoustic system, split-beam acoustic system, quasi ideal bem system dan aneka echo processor canggih lainnya, barulah ketelitian dan ketepatan pendugaan stok ikan dapat ditingkatkan sehingga akhir-akhir ini peralatan akustik menjadi Peralatan standard dalam pendugaan stok ikan dan manajeman sumbardaya perikanan. BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN | 4 C. Kegunaan Secara garis besar, penggunaan akustik dalam kelautan/ perikanan dapat dikelompokkan menjadi lima yakni (1) Untuk Survai, (2) Untuk Budidaya Perairan, (3) Untuk Penelitian Tingkah Laku, (4) Untuk mempelajari penampilan dan (5) selektivitas alat-alat penangkapan ikan dan lain-lain. (1) Aplikasi dalan Survai Kelautan/Perikanan untuk menduga spesies ikan; untuk menduga ukuran dari individu ikan; untuk menduga kulimpahan/stok sumberdaya hayati laut (plankton, ikan dan seterusnya). (2) Aplikasi dalam Budidaya Perairan penentuan/pendugaan jumlah ekor atau biornass dari ikan, dalam jaring/kurungan pembesaran (penned fish/ enclosure); untuk menduga ukuran dari individu ikan dalam jaring kurungan; memantau tingkah laku ikan (dengan acoustic telemetering tags), baik aktivitas makan (feeding activity) ataupun kesehatan (heart-beat) dan sebagainya. (3) Aplikasi dalam Penelitian Tingkah Laku Ikan pergerakan/migrasi ikan (baik vertikal maupun horizontal); orientasi (tilt angle); untuk eksplorasi minyak dan mineral di dasar laut; untuk mempelajari proses sedimentasi; untuk pertahanan-keamanan (pendeteksian kapal-kapal selam dengan pemasangan buoy-system); dan sebagainya. BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN | 5 (4) Aplikasi dalam Studi Penampilan dan Selektivitas Alat tangkap pembukaan mulut trawl, kedalaman dan sebagainya; selektivitas penangkapan (prosentase ikan yang tertangkap terhadap yang terdeteksi di depan mulut trawl atau di dalam lingkaran purse seine); (5) dan lain-lain. Lain-lain echo-location (komunikasi antar hewan laut); sifat-sifat akustik dari air laut dan obyek bawah air; pendeteksian kapal selam dan obyek-obyek bawah air lainnya. Kegunaan lain dari akustik bawah air/ kelautan di luar yang telah disebutkan di atas adalah: (1) penentuan kedalaman dalam pelayaran (2) penentuan jenis dan komposisi dasar laut (lumpur, pasir, kerikil, karang dan sebagainya); (3) penentuan contour dari dasar laut; (4) penentuan lokasi/ tempat kapal berlabuh atau pemasangan bangunan laut; (5) untuk eksplorasi minyak dan mineral di dasar laut; (6) untuk mempelajari proses sedimentasi; (7) untuk pertahanan-keamanan (pendeteksian kapal-kapal selam dengan pemasangan buoy-system); (8) dan sebagainya. BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN | 6 2. GPS (Global Posotioning System) A. Definisi GPS adalah singkatan dari Global Positioning System, sistem satelit yang dapat memberikan posisi Anda di mana pun di dunia ini. Satelit GPS tidak mentransmisikan informasi posisi Anda, yang ditransmisikan satelit adalah posisi satelit dan jarak penerima GPS Anda dari satelit. Informasi ini diolah alat penerima GPS Anda dan hasilnya ditampilkan kepada Anda. Penerima GPS memperoleh sinyal dari beberapa satelit yang mengorbit bumi. Satelit yang mengitari bumi pada orbit pendek ini terdiri dari 24 susunan satelit, dengan 21 satelit aktif dan 3 buah satelit sebagai cadangan. Dengan susunan orbit tertentu, maka satelit GPS bisa diterima diseluruh permukaan bumi dengan penampakan antara 4 sampai 8 buah satelit. GPS dapat memberikan informasi posisi dan waktu dengan ketelitian sangat tinggi. Gambar 1. GPS (Global Positioning System) B. Sejarah Satelit GPS pertama diluncurkan tahun 1978 dan konstelasi 24 satelit berhasil dilengkapi tahun 1994. Setelah itu satelit-satelit baru rutin diluncurkan untuk meng-upgrade satelit lama atau mengganti satelit yang rusak/tidak berfungsi lagi. Tiap satelit mentransmisikan data navigasi dalam sinyal CDMA (Code Division Multiple Access)-sama seperti jenis sinyal untuk telepon seluler CDMA. Sinyal CDMA menggunakan kode pada transmisinya sehingga penerima GPS tetap bisa mengenali sinyal navigasi GPS walaupun ada gangguan pada frekuensi yang sama. BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN | 7 Frekuensi yang digunakan adalah L1 (1575,42 MHz) dan L2 (1227,6 MHz). C. Kegunaan Militer GPS digunakan untuk keperluan perang, seperti menuntun arah bom, atau mengetahui posisi pasukan berada. Dengan cara ini maka kita bisa mengetahui mana teman mana lawan untuk menghindari salah target, ataupun menentukan pergerakan pasukan. Navigasi GPS banyak juga digunakan sebagai alat navigasi seperti kompas. Beberapa jenis kendaraan telah dilengkapi dengan GPS untuk alat bantu navigasi, dengan menambahkan peta, maka bisa digunakan untuk memandu pengendara, sehingga pengendara bisa mengetahui jalur mana yang sebaiknya dipilih untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sistem Informasi Geografis Untuk keperluan Sistem Informasi Geografis, GPS sering juga diikutsertakan dalam pembuatan peta, seperti mengukur jarak perbatasan, ataupun sebagai referensi pengukuran. Pelacak Kendaraan Kegunaan lain GPS adalah sebagai pelacak kendaraan, dengan bantuan GPS pemilik kendaraan/pengelola armada bisa mengetahui ada dimana saja kendaraannya/aset bergeraknya berada saat ini. Pemantauan Gempa Bahkan saat ini, GPS dengan ketelitian tinggi bisa digunakan untuk memantau pergerakan tanah, yang ordenya hanya mm dalam setahun. Pemantauan memperkirakan terjadinya pergerakan tanah berguna gempa, baik pergerakan untuk vulkanik ataupun tektonik. BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN | 8 3. ECHOSOUNDER A. Definisi Echosounder Adalah Suatu alat navigasi elektronik dengan menggunakan system gema yang dipasang pada dasar kapal yang berfungsi untuk mengukur kedalaman perairan, mengetahui bentuk dasar suatu perairan dan untuk mendeteksi gerombolan ikan dibagian bawah kapal secara vertical. Gambar 2. Echosounder B. Sejarah Salah satu referensi bahwa sinyal suara sudah digunakan mulai sekitar tahun 1490 berasal dari catatan harian Leonardo da vinci yang menuliskan “Dengan menempatkan ujung pipa yang panjang didalam laut dan ujung lainnya di telinga anda, dapat mendengarkan kapal-kapal laut dari kejauhan”. Ini mengindikasikan bahwa suara dapat berpropagasi di dalam air. Ini yang disebutkan dengan Sonar pasif (passive Sonar) karena kita hanya mendengar suara yang ada. Pada abad ke 19, Jacques and Pierre Currie menemukan piezoelectricity, sejenis kristal yang dapat membangkitkan arus listrik jika kristal tersebut ditekan, atau jika sebaliknya jika kristal tersebut dialiri arus listrik maka kristal akan mengalami tekanan yang akan menimbulkan perubahan tekanan di permukaan kristal yang bersentuhan dengan air. Selanjutnya signal suara BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN | 9 akan berpropagansi didalam air. Ini yang selanjutnya disebut dengan Sonar Aktif( Active Sonar). Penggunaan akustik bawah air mulai berkembang pesat pada saat pecahnya Perang Dunia pertama terutama untuk pendeteksian kapal selam dengan penempatan 12 hydrophone (yang setara dengan microphone untuk penggunaan didarat) yang diletakan memanjang di bawah kapal laut untuk mendengarkan sinyal suara yang berasal dari kapal selam. Setelah Perang Dunia I, perkembangan penggunaan akustik bawah air berjalan dengan lambat dan hanya terkonsentrasi pada aplikasi untuk militer. Setelah pecah perang Dunia II kembali pengguanaan akustik bawah air berkembang dengan pesat. Penggunaan torpedo yang menggunakan sinyal akustik untuk mencari kapal musuh adalah penemuan yang hebat pada jaman itu. C. Kegunaan Pengidentifikasian Jenis-jenis Lapisan Sedimen Dasar Laut (Subbottom Profilers). Pemetaan Dasar Laut (Sea bed Mapping). Pencarian kapal-kapal karam di dalam laut. Penentuan jalur pipa dan kabel dibawah dasar laut. Analisa Dampak Lingkungan di Dasar laut. D. Macam-macam Echosounder Berdasarkan jumlah pancaran gelombang suaranya, ada beberapa mecam echosounder salah satu contohnya adalah single-beam echosounder dan multi-beam echosounder. a. Single-Beam Echosounder Single-beam echosounder merupakan alat ukur kedalaman air yang menggunakan pancaran tunggal sebagai pengirim dan pengiriman sinyal gelombang suara. Komponen dari single-beam terdiri dari transciever (transducer atau receiver) terpasang pada lambung kapal. Sistem ini mengukur kedalaman air secara langsung dari BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN | 10 kapal penyelidikan. Transciever mengirimkan pulsa akustik dengan frekuensi tinggi yang terkandung dalam beam (gelombang suara) menyusuri bagian bawah kolom air. Energi akustik memantulkan sampai dasar laut dari kapal dan diterima kembali oleh tranciever. Transciever terdiri dari sebuah transmiter yang mempunyai fungsi sebagai pengontrol panjang gelombang pulsa yang dipancarkan dan menyediakan tenaga elektris untuk besar frekuensi yang diberikan. b. Multi-Bean Echosounder Multi-Beam Echosounder merupakan alat untuk menentukan kedalaman air dengan cakupan area dasar laut yang luas. Prinsip operasi alat ini secara umum adalah berdasar pada pancaran pulsa yang dipancarkan secara langsung ke arah dasar laut dan setelah itu energi akustik dipantulkan kembali dari dasar laut (sea bad), beberapa pancaran suara (beam) secara elektronis terbentuk menggunakan teknik pemrosesan sinyal sehingga diketahui sudut beam. Multi beam echosounder dapat menghasilkan data batimetri dengan resolusi tinggi (0,1 m akurasi vertikal dan kurang dari 1 m akurasi horizontalnya) (Urick, 1983). E. Prinsip Instrumen Akustik Sistem sonar adalah suatu instrumen yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang obyek-obyek bawah air dengan memancarkan gelombang suara dan mengamati/menganalisis echo yang dihasilkan. Dengan menyebut sistem sonar ini sebenarnya yang dimaksud adalah “active sonar system'' yang digunakan untuk mendeteksi dan meneliti target-target bawah air. Sedangkan “passive sonar system" adalah instrumen yang hanya untuk menerima suara-suara yang dihasilkan oleh obyek-obyek bawah air (ikan dan binatang air lainnya).Secara prinsip, sistem sonar tersebut terdiri dari lima komponen utama yakni Time Base, Transmitter, Transducer, Receiver dan Display/Recorder. BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN | 11 Gambar 3. Prinsip Instrumen Akustik a. Time Base Time base berfungsi sebagai penanda pulsa listrik untuk mengaktifkan pemancaran pulsa yang akan dipancarkan oleh transmitter melalui transducer. Suatu perintah dari time base akan memberikan saat kapan pembentuk pulsa bekerja pada unit transmitter dan receiver. b. Transmitter komponen pemancar pulsa listrik yang didalamnya terdapat amplifier yang berfungsi sebagai penguat tenaga dari sinyal pulsa listrik. Adapun fungsi dari transmitter adalah untuk memperkuat pulsa, media antara time base ke transducer, penstabilan kekuatan pulsa. c. Transducer Transducer adalah komponen terpenting dari sistem echosounder karena betapapun canggihnya rangkaian listrik yang menghasilkan transmitter receiver dan echo signal processor yang akurat ketelitiannya tetapi jika transducernya tidak memadai, maka tidak ada arti nya. BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN | 12 Fungsi utama transducer adalah untuk mengubah energi listrik menjadi energi suara dan sebaliknya. Dengan demikian, ditinjau dari fungsinya ini, maka transducer dibagi menjadi dua kelom.pok yakni transducer yang berfungsi untuk pemancaran suara (transmitting transducer) disebut projector dan yang berfungsi untuk penerimaan suara (receiving transduce) disebut hydrophone. Akhir-akhir ini untuk menunjukkan perbedaan fungsi tersebut, digunakan kode Transducer “T” jika berfungsi hanya untuktransmisi/pemancaran suara dan “R” untuk penerimaan. Dengan demikian untuk transducer yang sebenarnya di mana berfungsi baik untuk.transmisi maupun penerimaan, maka digunakan kode TR. d. Receiver Sinyal echo (energi listrik) yang lemah yang dihasilkan oleh transducer harus diperkuat beberapa ribu kali sebelum diteruskan ke Recorder. Penguatan echo ini dilakukan oleh Receiver Amplifier dan besarnya penguatan dapat diatur oleh sensitivitas (sensitivity control) ataupun pengatur volume. Untuk mungurangi atau menghilangkan echo dari target yang terlalu dekat dengan transducer sensitivitas receiver secara otomatis dapat diatur (dikurangi). e. Display/Recorder Komponen yang berfungsi untuk mengukur selang waktu, mencatat data, mengumpulkan data, penerus data untuk target strength analyzer, serta melakukan koordinasi dengan time base. BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN | 13 RESUME JURNAL BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN | 14 BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN | 15 RESUME PRAKTIKUM KAMPUS BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN | 16 BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN | 17 RESUME PRAKTIKUM LAPANG BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN | 18 BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN | 19 TABEL DATA HASIL PRAKTIKUM Hari, Tanggal Tempat : : Pengamatan Posisi Koordinat Suhu Kedalaman Perairan Kedalaman Ikan Keterangan I II III BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN | 20 ASISTEN AKUSTIK KELAUTAN No. NIM NAMA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 125080200111083 125080201111010 125080200111017 125080201111031 125080201111007 125080201111025 125080200111025 125080200111068 125080200111005 125080200111040 125080201111003 135080200111006 135080200111011 135080200111021 135080200111042 135080201111098 135080200111090 135080201111124 135080207111006 DIAN PRANOTO (Co) CITRA NILAM CAHYA FITRI MARGIANA AJENG WAHYU PRANSISKA RISKA KURNIAWATI IKA NURUL RAHMAWATI DIMAS BOBBY ERGANDA SEMBADHANI BAYU A. FAYAKUN TRI YULA SAHADATI RIZA JUWITA DEWI SARA KRISTIANA L. KHOLISHATUN N ASROFUL MUJIB ARSEN TRIADE M. NURUL LAILI F. HILALIYAH. H.D DIMAS GALANG F. MUHAMMAD FEBRIYAN R. Contact Person 085755785154 081216901224 085641108829 085730583793 085854489991 085733644798 081944996028 085646466780 089677361323 085791933876 085707499267 085708152390 085646708929 085732279607 085735531311 081333878282 081290303073 085755069976 081314087774 BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN | 21 KARTU KENDALI ASISTENSI PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN SEMESTER GANJIL 2015/2016 Identitas mahasiswa/praktikan: Foto berwarna 3x4 No. Asistensi 1 Praktikum Kampus 2 Praktikum Lapang 3 Laporan Ketik Nama : NIM : Program Studi : Kelompok : Kelas : Tanggal Nilai Akhir :__________ Keterangan TTD Asisten Dinyatakan : LULUS / TIDAK LULUS Malang, .............................. 2015 Kordinator Asisten Praktikum Akustik Kelautan Dian Pranoto NIM. 125080200111083 BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN | 22