Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DISKUSI MELALUI PENDEKATAN KONSELING BEHAVIORISTIK UNTUK MENGATASI PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 TASIKMADU TAHUN PELAJARAN 2016 / 2017 Prima Westri, SPd Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Bimbingan dan Konseling Universitas Tunas Pembangunan Surakarta [email protected] Berdasarkan observasi pada peserta didik SMP Negeri 2 Tasikmadu masih sering dijumpai permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh para peserta didik dalam proses pembelajaran, salah satunya para peserta didik yang masih sering mengerjakan tugas atau belajar sehari sebelum tugas dikumpulkan atau ujian dilaksanakan. Banyak peserta didik yang berpikiran bahwa dalam keadaan terdesak atau di bawah tekanan oleh jangka waktu pengumpulan tugas, mereka akan cepat dalam menyelesaikan tugas. Tindakan tersebut tidak efektif bahkan hasil yang diperoleh tidak akan optimal karena terbatasnya waktu yang dimiliki dalam pengerjaan tugas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan layanan bimbingan kelompok diskusi melalui pendekatan konseling behavioristik untuk mengatasi prokrastinasi akademik siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tasikmadu tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tasikmadu. Berdasarkan hasil observasi subjek yang berperilaku prokrastinasi akademik berjumlah 15 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan skala prokrastinasi akademik dan observasi temuan lapangan. Validitas data menggunakan triangulasi data dan expert judgement kedua pembimbing. Analisis data menggunakan teknik analisis persentase dan analisis deskriptif. Prosedur penelitian menggunakan model Kemmis dan MC Taggart. Hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan bimbingan kelompok diskusi melalui pendekatan konseling behavioristik efektif untuk mengatasi prokrastinasi akademik siswa. Hasil tindakan siklus I terjadi perubahan sebesar -29,28% (mengalami penurunan 29,28%) dinyatakan belum signifikan karena belum sesuai dengan acuan indikator keberhasilan minimal 50%. Hasil tindakan siklus II terjadi penurunan yang signifikan yaitu sebesar -52,36% (mengalami penurunan 52,36%). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok diskusi melalui pendekatan konseling behavioristik efektif untuk mengatasi prokrastinasi akademik siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tasikmadu tahun pelajaran 2016/2017. Kata kunci: bimbingan kelompok diskusi, pendekatan konseling behavioristik, prokrastinasi akademik Be based on observation in the greaders of SMP Negeri 2 Tasikmadu often meet problems of greaders on the learning, that is greaders often working task or study one day before collecting task or before test. The greaders thinking on pressed situation or on pressure accumulation time task, they can finished the task. This action not effective and the result not optimal because limited time for finish of task. The objective of research was to find out the effectiveness of discussion group counseling service using Behavioristic approachment to deal with academic procrastination in the VIII graders of SMP Negeri 2 Tasikmadu in the school year of 2016/2017. This study was a Guiding and Counseling action research (GCAR). This study was conducted in two cycles, each of which consisting of planning, acting, observing, and reflecting. The subject of research was the VIII graders of SMP Negeri 2 Tasikmadu. Considering the result of observation, the subject behaving academic procrastination consisted of 15 students. Technique of collecting data used was academic procrastination scale and observation on the finding in the field. The data validation was conducted using data triangulation and expert judgment from the two consultants. The data analysis employed percentage analysis technique and descriptive analysis. The research procedure used Kemmis and MC Taggart’s model. The result of research showed that the discussion group guiding service using behavioristic approachment effectively dealt with academic procrastination among the students. The result of action in cycle I showing the change of -29,28% (decreased 29,28%) was said not significant because it had not been consistent with the success indicator of at least 50%. The result of action in cycle II showed significant degression of -52,36% (decreased 52,36%). Considering the result of research, it could be concluded that the discussion group guiding service using Behavioristic approachment was effective to deal with academic procrastination in the VIII graders of SMP Negeri 2 Tasikmadu in the school year of 2016/2017. Keywords: discussion group guiding, Behavioristic approachment, academic procrastination. Universitas Tunas Pembangunan Prima Westri, SPd Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling Latar Belakang Seorang guru memiliki peran sebagai pendidik yang sekaligus sebagai seorang pembimbing. Guru sebagai pendidik dan pengajar akan melakukan pekerjaan pembimbingan, seperti bimbingan belajar tentang keterampilan dan membantu untuk mengatasi kesulitan yang dialami oleh peserta didik. Kenyataannya proses pendidikan, kegiatan mendidik, mengajar dan membimbing merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan. Guru sebagai pendidik diharapkan mampu membimbing dalam arti menuntun peserta didik sesuai dengan kaidah yang baik dan mengarahkan perkembangan anak didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan, termasuk di dalamnya ikut memecahkan persoalan-persoalan dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak didik. Tujuannya dapat menciptakan perkembangan yang lebih baik pada diri peserta didik, baik perkembangan fisik, mental dan sosialnya. Berdasarkan observasi pada peserta didik SMP Negeri 2 Tasikmadu masih sering dijumpai permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh para peserta didik dalam proses pembelajaran, salah satunya para peserta didik yang masih sering mengerjakan tugas atau belajar sehari sebelum tugas dikumpulkan atau ujian dilaksanakan. Banyak peserta didik yang berpikiran bahwa dalam keadaan terdesak atau di bawah tekanan oleh jangka waktu pengumpulan tugas, mereka akan cepat dalam menyelesaikan tugas. Tindakan tersebut tidak efektif bahkan hasil yang diperoleh tidak akan optimal karena terbatasnya waktu yang dimiliki dalam pengerjaan tugas. Perilaku yang tidak efisien dalam menggunakan waktu, dan adanya kecenderungan untuk tidak segera memulai suatu pekerjaan ketika menghadapi suatu tugas disebut sebagi prokrastinasi. Orang yang melakukan perilaku menunda disebut penunda (prokrastinator) lebih banyak dimanifestasikan dalam dunia pendidikan yang sering disebut dengan prokrastinasi akademik. Salah satu penanganan untuk mengatasi prokrastinasi akademik pada siswa SMP Negeri 2 Tasikmadu, maka penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan layanan bimbingan kelompok diskusi, yaitu layanan yang memungkinkan beberapa individu peserta didik dapat melakukan dinamika kelompok diskusi untuk memecahkan masalahnya. Layanan bimbingan kelompok diskusi tersebut dilaksanakan melalui pendekatan konseling behavioristik yang dapat memberikan stimulus pada peserta didik dalam upaya mengatasi prokrastinasi akademik. Berdasarkan pemikiran di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang bimbingan dan konseling dengan judul “Efektifitas Layanan Bimbingan Kelompok Diskusi Melalui Pendekatan Konseling Behavioristik untuk Mengatasi Prokrastinasi Akademik Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Tasikmadu Tahun Pelajaran 2016/2017”. Deskripsi Teori 1. Tinjauan Layanan Bimbingan Kelompok Diskusi a. Bimbingan Kelompok Diskusi 1) Pengertian Bimbingan Kelompok Diskusi Seorang peserta didik dalam kehidupan sehari-hari di sekolah tentu akan menghadapi berbagai permasalahan. Permasalahan tersebut bisa datang dari dalam dirinya atau karena mendapatkan pengaruh rangsangan Universitas Tunas Pembangunan dari luar. Permasalahan tersebut tentunya memerlukan penanganan secara khusus dari pihak sekolah agar tidak berlarut-larut dan menimbulkan permasalahan yang lebih berat. Penanganan terhadap permasalahan yang terjadi merupakan hal yang sangat penting karena dapat membantu seorang peserta didik untuk mencapai tugas perkembangan dengan baik. Penanganan tersebut dapat diupayakan melalui bimbingan. Berdasarkan jumlah individu yang mengalami permasalahan, bimbingan dapat dibagi menjadi dua yaitu bimbingan individual dan bimbingan kelompok (Lilik Maryanto, 2012). Bimbingan Individual merupakan pelayanan bimbingan yang diberikan kepada satu orang saja, sedangkan bimbingan kelompok diberikan kepada beberapa orang atau lebih dari dua orang. Menurut Dewa Ketut Sukardi (2008: 64), bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari pembimbing atau konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Menurut Tohirin (2007-290) penyelenggaraan bimbingan kelompok bertujuan untuk membantu mengatasi masalah bersama atau membantu seseorang yang mengalami masalah dengan menempatkannya dalam suatu kehidupan kelompok. Metode bimbingan kelompok yang bisa diterapkan dalam pelayanan bimbingan kelompok adalah: karya wisata, diskusi kelompok, home room, kegiatan kelompok, organisasi siswa, sosiodrama, psikodrama, dan pengajaran remidial. Menurut Suyanto dalam Fitrika (2012) bimbingan kelompok diskusi dilakukan dengan berkelompok dengan tujuan agar para siswa anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Tetapi yang memegang peranan adalah pembimbing. Bimbingan kelompok dapat terlaksana dengan berbagai cara, misalnya: dibentuk kelompok kecil dalam rangka layanan konseling kelompok; dibentuk kelompok diskusi; dan diberikan bimbingan karier. 2) Jenis-jenis Kelompok Diskusi Berdasarkan kelompok, diskusi dibedakan menjadi dua (Redhoparamitha, 2013), yaitu : a. Kelompok tidak resmi, macamnya : 1. Kelompok studi, merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh informasi yang diikuti oleh pertanyaan-pertanyaan dan komentar dari para anggota pendengar. 2. Kelompok pembentuk kebijaksanaan, merupakan suatu kelompok yang Prima Westri, SPd Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling mendiskusikan suatu karya-karya suatu pengarang. 3. Komite, adalah badan panitia yang dibentuk khusus untuk menyelenggarakan suatu usaha atau pekerjaan. b. Kelompok resmi, macamnya : 1. Konferensi, merupakan suatu bentuk kelompok diskusi resmi yang mengacu pada pengambilan tindakan yang berusaha untuk membuat suatu keputusan dan bertindak berdasarkan keputusan tersebut. 2. Diskusi panel, adalah suatu kelompok yang dari tiga sampai enam orang ahli yang ditunjuk untuk mengemukakan pandangannyadari berbagai segi mengenai suatu masalah. 3. Simposium, adalah suatu kelompok yang terdiri dari tiga atau lebih para ahli dengan pandangan-pandangan yang berbeda mengenai suatu pokok pembicaraan yang tampil mengemukakan pendapatnya. 3) Tujuan Bimbingan Kelompok Diskusi Tujuan bimbingan kelompok menurut Winkel & Sri Hastuti (2004: 547) adalah untuk memberi kesempatan kepada setiap peserta untuk mengambil suatu pelajaran dari pengalaman teman-teman peserta yang lain dalam mencapai jalan keluar suatu masalah. Menurut Redhoparamita ( 2013 ), kegiatan diskusi kelompok secara umum memiliki beberapa tujuan yaitu: 1) Suatu metode untuk memecahkan masalah melalui proses berfikir kelompok 2) Diskusi sebagai alat untuk menghasilkan ide-ide 3) Diskusi sebagai forum terbuka untuk tanya jawab 4) Diskusi sebagai forum terbuka untuk menyampaikan informasi dan memperoleh informasi yang lebih rinci 5) Diskusi sebagai forum terbuka untuk mengemukakanbahan tambahan, misalnya menyampaikan pendapat dan mengajukan pertanyaan. 4) Asas Bimbingan Kelompok Kegiatan konseling kelompok terdapat sejumlah aturan maupun asas-asas yang harus diperhatikan oleh para anggota. Asas-asas tersebut menurut Lenny Asmarany (2013), adalah : a. Asas Kesukarelaan Kehadiran, pendapat, usulan, ataupun tanggapan dari anggota kelompok harus bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Klien secara sukarela dan tanpa adanya paksaan, mau menyampaikan masalah yang dihadapi dengan mengungkapkan hal-hal yang dialaminya pada konselor. b. Asas Keterbukaan Keterbukaan dari anggota kelompok sangat diperlukan, karena jika keterbukaan tidak muncul maka akan Universitas Tunas Pembangunan c. d. e. f. terdapat keragu-raguan atau kekhawatiran dari anggota. Asas Kegiatan Hasil layanan bimbingan kelompok tidak akan berarti bila klien yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan-tujuan bimbingan. Pemimpin kelompok hendaknya menimbulkan suasana agar klien yang dibimbing mampu menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud dalam penyelesaian masalah. Asas Kekinian Masalah yang dibahas dalam kegiatan bimbingan kelompok harus bersifat sekarang. Maksudnya, masalah yang dibahas adalah masalah yang saat ini sedang dialami yang mendesak dan mengganggu keefektifan kehidupan sehari-hari yang membutuhkan penyelesaian segera, bukan masalah dua tahun yang lalu ataupun masalah waktu kecil. Asas Kenormatifan Setiap anggota dalam bimbingan kelompok harus dapat menghargai pendapat orang lain. Jika ada yang ingin mengeluarkan pendapat maka anggota yang lain harus mempersilahkannya terlebih dahulu (tidak ada yang berebut). Asas Kerahasiaan Asas kerahasiaan ini memegang peranan penting dalam bimbingan kelompok. Harapannya semua anggota kelompok menjaga semua (pembicaraan ataupun tindakan) yang ada dalam kegiatan bimbingan kelompok dan tidak layak diketahui oleh orang lain selain orangorang yang mengikuti kegiatan. 5) Bentuk-bentuk Bimbingan Kelompok Macam-macam bimbingan kelompok ini dapat digunakan pada situasi dan permasalahan tersendiri. Konselor harus dapat menilai dan melihat keadaan kliennya dan dapat menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan tepat dan terarah. Beberapa bentuk bimbingan kelompok menurut Tohirin (2007: 290) yaitu : a. Program Home Room Program ini dilakukan diluar jam pelajaran dengan menciptakan kondisi sekolah atau kelas seperti di rumah sehingga tercipta kondisi yang bebas dan menyenangkan. Tujuannya siswa dapat mengutarakan perasaanya seperti di rumah sehingga muncul suasana akrab. Tujuan umum program ini adalah agar guru dapat mengenal siswanya secara lebih dekat sehingga dapat membantunya secara efisien. b. Karyawisata Karyawisata dilaksanakan dengan mengunjungi dan mengadakan peninjauan pada objek-objek yang menarik yang berkaitan dengan pelajaran tertentu. Mereka mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Tujuannya agar siswa dapat menyesuaikan Prima Westri, SPd Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling c. d. e. f. g. h. diri, kerjasama, tanggung jawab, percaya diri, serta mengembangkan bakat dan cita-cita. Kelompok Diskusi Kelompok diskusi merupakan suatu cara dimana siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Setiap siswa memperoleh kesempatan untuk mengemukakan pikirannya masing-masing dalam memecahkan masalah. Pelaksanaan diskusi, siswa diberi peran-peran tertentu seperti pemimpin diskusi dan notulis sedangkan siswa lain menjadi peserta atau anggota. Tujuannya akan timbul rasa tanggung jawab dan harga diri. Kegiatan Kelompok Kegiata kelompok dapat menjadi suatu teknik yang baik dalam bimbingan, karena kelompok dapat memberikan kesempatan pada individu (para siswa) untuk berpartisipasi secara baik. Banyak kegiatan tertentu yang lebih berhasil apabila dilakukan secara secara kelompok. Melalui kegiatan kelompok dapat mengembangkan bakat dan menyalurkan dorongan-dorongan tertentu dan siswa dapat menyumbangkan pemikirannya sehingga timbul rasa tanggung jawab dan percaya diri. Organisasi Siswa Organisasi siswa khususnya dilingkungan sekolah dan madrasah dapat menjadi salah satu teknik dalam bimbingan kelompok. Melalui organisasi siswa banyak masalahmasalah individual atau kelompok dapat dipecahkan. Mengaktifkan siswa dalam organisasi siswa dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan memupuk rasa tanggung jawab serta harga diri siswa. Sosiodrama Sosiodrama dapat digunakan sebagai salah satu cara bimbingan kelompok dengan cara membantu memecahkan masalah siswa melalui drama. Masalah yang didramakan adalah masalah-masalah sosial. Metode ini dilakukan melalui kegiatan bermain peran. Individu dalam sosiodrama akan memerankan suatu peran tertentu dari situasi masalah sosial. Pemecahan masalah individu diperoleh melalui penghayatan peran tentang situasi masalah yang dihadapinya. Melalui pementasan peran tersebut kemudian diadakan diskusi mengenai cara-cara pemecahan masalah. Psikodrama Hampir sama dengan sosiodrama, psikodrama adalah upaya pemecahan masalah melalui drama. Bedanya adalah masalah yang didramakan. Masalah dalam sosiodrama yang diangkat adalah masalah sosial, akan tetapi pada psikodrama yang didramakan adalah masalah psikis yang dialami individu. Pengajaran Remidial Pengajaran remedial (remedial teaching) merupakan suatu bentuk pembelajaran yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang siswa untuk membantu kesulitan belajar yang dihadapinya. Pengajaran Universitas Tunas Pembangunan remedial merupakan salah satu teknik pemberian bimbingan yang dapat dilakukan secara individu maupun kelompok tergantung kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa. 5) Manfaat Bimbingan Kelompok Manfaat bimbingan kelompok menurut Dewa Ketut Sukardi (2008:67) yaitu : 1. Diberikan kesempatan yang luas untuk berpendapat dan membicarakan berbagai hal yang terjadi disekitarnya. 2. Memiliki pemahaman yang obyektif, tepat, dan cukup luas tentang berbagai hal yang mereka bicarakan. 3. Menimbulkan sikap yang positif terhadap keadaan diri dan lingkungan mereka yang berhubungan dengan hal-hal yang mereka bicarakan dalam kelompok. 4. Menyusun program-program kegiatan untuk mewujudkan penolakan terhadap yang buruk dan dukungan terhadap yang baik. 5. Melaksanakan kegiatan-kegiatan nyata dan langsung untuk membuahkan hasil sebagaimana yang mereka programkan semula. Winkel & Sri Hastuti (2004:565) juga menyebutkan manfaat layanan bimbingan kelompok adalah mendapat kesempatan untuk berkontak dengan banyak siswa; memberikan informasi yang dibutuhkan oleh siswa; siswa dapat menyadari tantangan yang akan dihadapi; siswa dapat menerima dirinya setelah menyadari bahwa teman-temannya sering menghadapi persoalan, kesulitan dan tantangan yang kerap kali sama; dan lebih berani mengemukakan pandangannya sendiri bila berada dalam kelompok; diberikan kesempatan untuk mendiskusikan sesuatu bersama; lebih bersedia menerima suatu pandangan atau pendapat bila dikemukakan oleh seorang teman daripada yang dikemukakan oleh seorang konselor. 6) Tahap Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Proses layanan sangat ditentukan pada tahap-tahap yang harus dilalui sehingga terarah, runtut, dan tepat sasaran. Dimulai dari tahap awal hingga tahap akhir akan dijabarkan disini sehingga diharapkan tidak ada kesalahan dalam proses pemberian layanan bimbingan kelompok. Menurut Prayitno (2004: 20-25) ada beberapa tahap-tahap yang perlu dilalui dalam pelaksanaan bimbingan kelompok yaitu tahap pembentukan, peralihan, kegiatan, dan pengakhiran. Tahap-tahap ini merupakan suatu kesatuan dalam keseluruhan kegiatan kelompok. Tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. Tahap Pembentukan Tahap ini merupakan tahap pengenalan dan melibatkan anggota ke dalam kelompok dengan tujuan agar anggota memahami maksud bimbingan kelompok. Pemahaman anggota kelompok memungkinkan anggota kelompok aktif berperan dalam kegiatan bimbingan kelompok yang selanjutnya dapat menumbuhkan minat pada diri mereka untuk mengikutinya. Tahap ini bertujuan untuk Prima Westri, SPd Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling menumbuhkan suasana saling mengenal, percaya, menerima, dan membantu temanteman yang ada dalam kelompok. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok dalam rangka pelayanan bimbingan kelompok; menjelaskan cara dan asas kegiatan kelompok; anggota kelompok saling memperkenalkan diri dan mengungkapkan diri dan melakukan permainan pengakraban. b. Tahap Peralihan Tahap ini merupakan tahap transisi dari tahap pembentukan ke tahap kegiatan. Penjelasan kegiatan yang akan dilaksanakan pemimpin kelompok dapat menegaskan jenis kegiatan bimbingan kelompok tugas atau bebas. Setelah jelas kegiatan apa yang harus dilakukan maka tidak akan muncul keraguraguan atau belum siapnya anggota dalam melaksanakan kegiatan dan manfaat yang diperoleh setiap anggota kelompok. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah pemimpin kelompok menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya, menawarkan atau mengamati, apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga), membahas suasana yang terjadi, meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota dan bila perlu kembali ke beberapa tahap pertama (tahap pembentukan). c. Tahap Kegiatan Tahap ini merupakan tahap inti dari kegiatan bimbingan kelompok dengan suasana yang ingin dicapai, yaitu terbahasnya secara tuntas permasalahan yang dihadapi oleh anggota kelompok dan terciptanya suasana untuk mengembangkan diri, baik yang menyangkut pengembangan kemampuan berkomunikasi maupun menyangkut pendapat yang dikemukakan oleh kelompok. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini untuk topik tugas adalah pemimpin kelompok mengemukakan suatu topik untuk dibahas oleh kelompok kemudian terjadi tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas menyangkut topik yang dikemukakan pemimpin kelompok. Selanjutnya anggota membahas topik tersebut secara mendalam dan tuntas, serta dilakukan kegiatan selingan bila diperlukan. Untuk bimbingan kelompok topik bebas, kegiatan yang dilakukan adalah masing-masing anggota secara bebas mengemukakan topik bahasan; menetapkan topik yang akan dibahas dahulu kemudian anggota membahas topik secara mendalam dan tuntas, serta diakhiri kegiatan permaianan. d. Tahap Pengakhiran Tahap ini terdapat kegiatan yaitu penilaian (evaluasi). Disebut juga tahap penutup dari serangkaian kegiatan bimbingan kelompok dengan tujuan telah tuntasnya topik yang dibahas oleh kelompok tersebut. Universitas Tunas Pembangunan Kegiatan kelompok berpusat pada pembahasan dan penjelasan tentang kemampuan anggota kelompok untuk menetapkan hal-hal yang telah diperoleh melalui bimbingan kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pemimpin kelompok berperan untuk memberikan penguatan (reinforcement) terhadap hasil-hasil yang telah dicapai oleh kelompok tersebut. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri. Pemimpin kelompok dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasilhasil kegiatan, kemudian mengemukakan pesan dan harapan. 2. Pengertian Pendekatan Konseling Behavioristik 1) Hakikat Konseling Menurut Ahmad (2013) konseling identik dengan pemberian bantuan, penyuluhan dan hubungan timbal balik antara konselor (yang memberikan konseling) dan konseli (yang membutuhkan bantuan/ klien). Menurut Patterson, konseling memiliki ciri khas yang merupakan hakekat konseling. Ciriciri tersebut adalah: a. Konseling berurusan dengan upaya mempengaruhi perubahan tingkah laku secara sadar pada pihak klien (klien mau mengubahnya dan mencari bantuan konselor bagi perubahan). b. Tujuan konseling adalah mendapatkan kondisi-kondisi yang memudahkan perubahan secara sadar (kondisi-kondisi dimaksud berupa hak-hak individual untuk membuat pilihan, untuk mandiri dan “berswatantra”, autonomous). c. Sebagaimana dalam sebuah hubungan, terdapat pembatasanpembatasan tertentu bagi konseli (pembatasan-pembatasan ditentukan oleh tujuan-tujuan konseling yang dipengaruhi oleh nilai-nilai dan falsafah konselor). d. Kondisi-kondisi yang memudahkan perubahan tingkahlaku diperoleh melalui wawancara-wawancara (tidak seluruh konseling adalah wawancara, tetapi konseling selalu melibatkan wawancara). e. Mendengarkan (dengan penuh perhatian) berlangsung dalam konseling tetapi tidak seluruh konseling selalu mendengarkan. f. Konselor memahami kliennya (perbedaan antara cara orangorang lain dengan cara konselor dalam melakukan pemahaman lebih bersifat kualitatif ketimbang Prima Westri, SPd Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling 2) kuantitatif dan pemahaman belaka tidak menjadi pembeda antara situasi konseling dengan situasi lain). g. Keberadaan konseling bersifat pribadi (privacy) dan diskusi atau pembicaraan bersifat rahasia, dasarnya bersifat rahasia (confidential). Pengertian Pendekatan Konseling Behavioristik Menurut pendapat Ahmad Virza (2013) behabioristik atau pengubahan tingkah laku adalah pengetahuan terapan yang diambil dari psikologis eksperimen binatang yang diterpakkan pada manusia dan telah dicampur dengan pegetahuanpengetahuan lain yang dapat diterima. Maksudnya bahwa analisis tingkah laku diartikan sebagai prosedur yang diterapkan secara bertahap yang setiap guru dapat belajar menggunakan untuk memperbaiki prestasi dan tingkah laku murid-muridnya. Tahap-tahap analisis tingkah laku diorganisir menjadi empat langkah sebagai berikut : 1) Memilih satu tingkah laku tertentu yang akan diubah. 2) Mengamati dengan seksama kejadian-kejadian di kelas pada saat tingkah laku muncul. 3) Mengembangkan dan melaksanakan strategi berdasarkan hasil pengamatan. 4) Menilai hasil strategi. Menurut Andishimawan (2013) menjelaskan bahwa pendekatan behavioristik merupakan proses pendidikan atau terapi berhubungan dengan perilaku atau tingkah laku seseorang yang dipengaruhi oleh lingkungan disekitarnya. Proses konseling disini bertujuan membantu klien mempelajari tingkah laku baru untuk memecahkan masalahnya. Peran konselor dalam konseling behavioristik adalah aktif, direktif, sebagai guru, ahli diagnosis dan sekaligus menjadi model. Kilen juga dituntut aktif dan mengalami sendiri. Menurut Gerald Corey (2003: 198), konsep dasar utama dari terapi tingkah laku adalah bahwa tingkah laku itu tertib dan bahwa eksperimen yang dikendalikan dengan cermat akan menyingkap hukum yang mengendalikan tingkah laku. Behavioristik ditandai oleh sikap membatasi metode-metode dan prosedur-prosedur pada data yang dapat diamati. Universitas Tunas Pembangunan 3) Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan konseling behavioristik adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia, dalil dasarnya bahwa tingkah laku itu tertib dan bahkan eksperimen yang dikendalikan dengan cermat akan menyingkapkan hukum-hukum yang mengendalikan tingkah laku. Behavioristik ditandai oleh sikap membatasi metode-metode dan prosedur-prosedur pada data yang biasa diamati. Konsep Dasar Pendekatan Behavioristik Konsep dasar yang dipakai oleh Behavior Therapy adalah belajar. Perilaku dipandang sebagai respon terhadap stimulasi atau perangsangan eksternal dan internal. Tujuannya untuk memodifikasi koneksi-konneksi dan metode-metode Stimulus-Respon (S-R) sedapat mungkin. Kontribusi terbesar dari konseling behaviorstik (perilaku) menurut Sofyan S. Willis (2004: 69) adalah diperkenalkannya metode ilmiah dibidang psikoterapi, yaitu bagaimana memodifikasi perilaku melalui rekayasa lingkungan sehingga terjadi proses belajar untuk perubahan perilaku, dalam penelitian ini memotivasi siswa untuk belajar melalui bimbingan kelompok. Pendekatan behavioristik dipandang efektif untuk mengatasi prokrastinasi akademik karena melalui behavioral peserta didik belajar mengenai perkembangan kepribadian tingkah laku yang diperoleh dari belajar dan berkembang melalui proses kematangan dan belajar. Fischer dan Gochros (1975:115-19 dalam Payne, 2005) serta Hudson dan MacDonald (1986:165-6 dalam Payne, 2005) mengutip beberapa studi yang menunjukkan bahwa pendekatan behavioral dapat digunakan secara efektif pada groupwork. Penggunaan kelompok konvensional sebagai pendukung dan penguat terhadap individu yang menjalankan program perilaku atau yang sekaligus melakukan intervensi dengan beberapa orang dalam kelompok. Pengaturan tersebut dapat menolong orang-orang yang memiliki permasalahan yang mirip. Beberapa pengertian pengubahan tingkah laku di atas masih bersifat umum dan memang pengubahan tingkah laku merupakan istilah yang umum, namun di dalam pendidikan sendiri istilah pengubahan tingkah laku muncul label-label lain Prima Westri, SPd Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling seperti “Precision Teaching”, “Enginered Classroom”, “Behaviour Analys”, dan label-label lain. Behaviour analysis (analisis tingkah laku) yang merupakan pengembangan dari pengubahan tingkah laku dibidang pendidikan mempunyai pengertian yang lebih khusus. Berdasarkan pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa hal terpenting dalam analisa tingkah laku adalah strategi pengetahuan selalu dikembangkan dari suatu pengukuran yang cermat terhadap lingkungan sekitar. Strategi ini menekankan bagaimana menolong murid agar berhasil dalam bidang akademiknya. Bila kita menjumpai kemauan pada murid, perlu memberikan gambaran sebagai tanda bahwa dia mengalami kemauan. Sikap positif yang demikian menjadi strategi analisis tingkah laku akan lebih berhasil. b. Pengertian Bimbingan Kelompok Diskusi Behavioristik Bimbingan kelompok dalam penyelenggaraannya dibagi menjadi dua yaitu bimbingan yang bersifat informatif dan bimbingan yang bersifat therapeutic atau penyembuhan (Budi Ediya Permana, 2009). Bentuk-bentuk dalam pelaksanaan bimbingan informatif antara lain adalah bimbingan sambil mengajar, ceramah di kelas, pemberian nasihat, pemberian informasi langsung atau lisan. Aktivitas bimbingan kelompok yang bersifat therapeutic memiliki beberapa macam bentuk teknik antara lain sosiodrama, psikodrama, konseling kelompok dan psikoterapi kelompok. Penelitian ini menggunakan bimbingan kelompok diskusi yang bersifat therapeutic dengan menggunakan pendekatan behavioristik. Pengertian tersebut dapat dimaknai sebagai suatu bentuk pemecahan masalah dengan memberikan stimulus pada siswa yang mengalami prokrastinasi akademik dengan bimbingan konseling kelompok diskusi. Behaviorisme mencakup pula apa yang dinamakan radical behaviorist, seperti B.F. Skinner. Terlingkup pula cognitive behavioristik, seperti David Mechenbaum (1977) dan Aaron Beck (1976) yang percaya bahwa permainan pikiran merupakan bagian utama dalam menentukan tindakan dan pemikiran merupakan perilaku. Bagi pendekatan behavioral: perilaku, kognisi dan perasaan bermasalah terbentuk karena dipelajari, oleh karenanya dapat diubah melalui proses belajar. Pandangan behavioristik yang terbaru mengatakan bahwa manusia memiliki kebebasan untuk memilih perilaku seseorang berdasarkan Universitas Tunas Pembangunan pemahamannya (Lubis dalam Hayatisaputriana, 2013). Secara umum dapat penulis simpulkan bahwa secara sederhana behavioristik dapat didefinisikan sebagai proses belajar, yang di dalam proses tersebut konselor mengggunakan prosedur sistematis untuk membantu klien menyempurnakan suatu perubahan khusus dalam perilaku. c. Tujuan Bimbingan Kelompok Diskusi Behavioristik Terapi tingkah laku diarahkan pada tujuan-tujuan memperoleh tingkah laku baru, penghapusan tingkah laku yang maladaptif, serta memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang diinginkan (Gerald Corey, 2003: 200). Analisis tingkah laku diartikan sebagai prosedur yang ditetapkan secara bertahap yang setiap guru dapat belajar menggunakan untuk memperbaiki prestasi dan tingkah laku murid-muridnya. Tahaptahap analisis tingkah laku diorganisir menjadi empat langkah sebagai berikut : 1. Memilih satu tingkah laku tertentu yang akan diubah 2. Mengamati dengan seksama kejadian-kejadian di kelas pada saat tingkah laku muncul 3. Mengembangkan dan melaksanakan strategi berdasarkan hasil pengamatan 4. Memilih hasil strategi Beberapa tujuan layanan behaviour di sekolah menurut Sofyan S. Willis (2004:70) adalah sebagai berikut : 1) Tujuan layanan bagi murid a) Membantu murid untuk mengembangkan pemahman diri sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi, hasil belajar serta kesempatan yang ada. b) Membantu proses sosialisasi dan sensitivitas kepada kebutuhan orang lain. c) Membantu murid untuk mengembangkan motif-motif intrinsik dalam belajar, sehingga tercapai kemajuan pengajaran yang berarti dan bertujuan. d) Memberikan dorongan di dalam mengarahkan diri, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan keterlibatan diri dalam proses pendidikan. e) Mengembangkan nilai dan sikap secara menyeluruh, serta perasaan sesuai dengan penerimaan diri. f) Membantu di dalam memahami tingkah laku manusia. g) Membantu murid-murid untuk memperoleh kepuasan pribadi dan dalam penyesuaian diri secara maksimum terhadap masyarakat. Prima Westri, SPd Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling 2) 3) h) Membantu murid-murid untuk hidup di dalam kehidupan yang seimbang di dalam aspek fisik, mental dan sosial. Tujuan layanan bagi guru a) Membantu keseluruhan program bagi pendidikan untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan seluruh murid b) Membantu dalam memperoleh usaha memahami individu dan individualisasi pengajaran dalam mencapai penyesuaian antara keunikan individu dengan pendidikan. Tujuan layanan bagi sekolah a) Menyusun dan menyesuaikan data tentang murid yang bermacammacam. b) Sebagai penengah antara sekolah dan masyarakat. c) Mengadakan penelitian tentang murid dan latar belakangnya. d) Menyelenggarakan program testing, baik untuk keperluan seleksi maupun penempatan. e) Membantu menyelenggarakan kegiatan bagi para guru dan personil linnya, yang berhubungan dengan kegiatan bimbingan. f) Menyelenggarakan penelitian lanjutan terhadap murid-murid yang telah meninggalkan sekolah. Meskipun telah memanfaatkan jasa para konselor yang setia mendampinginya setiap saat. Menurut Sofyan S. Willis (2004:70) tujuan behaviour adalah untuk membantu klien membuang respon-respon yang lama yang merusak diri, dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat. Maksudnya bahwa terapi behaviour ini berbeda dengan terapi lain, dan pendekatan ini ditandai oleh : 1) Fokusnya pada perilaku yang spesifik 2) Kecermatan dan penguraian tujuantujuan treatment (perilaku) 3) Formulasi prosedur treatment khusus sesuai dengan masalah khusus 4) Penilaian objektif mengenai hasil konseling. Pengertian ini berarti bahwa hal yang dicapai dengan terapi behaviour adalah tingkat perkembangan yang optimal bagi setiap individu sesuai dengan kemampuannya, agar dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. Menurut Gerald Corey (2003: 205) menjelaskan bahwa terapi tingkah laku secara khas adalah : “Sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosa tingkah laku yang mal adaptif dan dalam menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan, mengarah pada tingkah laku yang baru Universitas Tunas Pembangunan (adjustive)”. Berarti bahwa peran seorang konselor sesungguhnya adalah sebgai mesin perkuatan. Konselor pada dasarnya terlihat dalam pemberian penguatanpenguatan sosial, baik yang positif maupun negatif. Meskipun mempersiapkan dirinya sebagai pihak yang netral sehubungan dengan pertimbangan-pertimbangan nilai, konselor membentuk tingkah laku klien dengan cara langsung maupun tidak langsung. Ketidakberhasilan konseling yang dimaksud bukan semata-mata karena faktor dari klien atau siswa sendiri dan juga bukan semata-mata faktor dari konselor. Kecakapan memilih serta mengaplikasikan teori atau pendekatan konseling tertentu, nampaknya menjadi salah satu penyebabnya. Logikanya, karena setiap idividu tidak sama masalahnya, maka teknik konseling yang dipergunakan oleh konselor selayaknya disesuaikan dengan perbedaan individu tersebut. Untuk menguasai teori atau pendekatan dalam konseling, perlu mempelajari teori-teori atau pendekatanpendekatan dalam psikoterapi dan konseling. Fungsinya adalah agar kita dapat fleksibel memilih teknik-teknik mana yang cocok untuk membantu klien sesuai dengan karakteristiknya. Bimbingan kelompok pada umumnya dilaksanakan dengan tujuan untuk menangani individu-individu yang memiliki masalah yang sama. Bennett (dalam Tatiek Romlah 2006: 14) mengemukakan bahwa tujuan dari bimbingan kelompok yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar hal-hal yang penting bagi dirinya, memberikan layanan melalui kegiatan secara kelompok, mencapai tujuan bimbingan secara lebih praktis dan ekonomis. Pendapat ahli tersebut menegaskan bahwa melalui bimbingan kelompok, individu akan memperoleh kesempatan untuk mengenali diri sendiri baik kelebihan maupun kekurangannya serta memperoleh pelajaran tentang cara berkelompok. Secara praktis, dalam kelompok hampir semua materi konseptual dan teoritikal yang berasal dari teori behavior diintegrasikan ke dalam wilayah terapi behavior. Kelompok-kelompok diskusi behavioristik dalam terapi, baik kelompok interpersonal yang bersifat mendidik dan meliputi tujuan-tujuan khusus, biasanya terpusat pada selfimprovement (perbaikan diri). Kelompok transaksional lebih heterogen dan terfokus pada keluasan, tujuan yang spesifik (Nur Aeni Latifah, 2011). Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, diketahui bahwa bimbingan Prima Westri, SPd Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling d. kelompok diskusi dengan teknik behavioristik adalah layanan bimbingan yang diberikan kepada individu secara berkelompok dalam mengatasi suatu permasalahan yang dihadapi dengan cara berdiskusi yang bersifat mendidik dengan tujuan self-improvement (perbaikan diri). Manfaat Bimbingan Kelompok Diskusi Behavioristik Bimbingan kelompok memiliki berbagai macam manfaat. Winkel dan Sri Hastuti (2004:565) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok memiliki banyak keuntungan diantaranya yaitu, memberikan informasi yang dibutuhkan oleh siswa; siswa dapat menyadari tantangan yang akan dihadapi; siswa dapat menerima dirinya setelah menyadari bahwa teman-temannya sering menghadapi persoala, kesulitan, dan tantangan yang kerap kali sama; diberikan kesempatan untuk mendiskusikan bersama; dan menerima pendapat dari orang lain. Paparan tersebut menegaskan bahwa di dalam bimbingan kelompok, anggota kelompok diharapkan mampu mengungkapkan permasalahan yang dihadapi dan mampu bertukar pendapat sehingga dapat menyelesaikan dengan baik permasalahan yang dihadapi. Manfaat bimbingan kelompok diskusi dengan teknik Behavioral (Nur Aeni Latifah, 2011) sebagai berikut: a. Lebih menyadari perilaku-perilaku spesifik dan kebutuhan lain untuk berubah dan bagaimana menyelesaikannya. b. Partisipan akan mampu menilai bagaimana sebaiknya mereka mengubah perilakunya, sebagaimana dibutuhkan dalam lingkungan kehidupan keseharian mereka. c. Anggota akan lebih mengetahui modelmodel baru untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Berhubungan dengan fokus hasil kedua. Kelompok behavioral berkisar di sekitar belajar, pelajaran pokok yang dipelajari dalam adegan ini adalah berbagai cara untuk memodifikasi perilaku. Perubahan yang besar dan pengaruh yang kuat dalam kelompok bergantung pada bagaimana kelompok berfungsi dengan baik dan dedikasi anggota-anggota kelompok. Manfaat tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa bimbingan kelompok diskusi behavioristik adalah mampu mengembangkan pemikiran rasional dalam memecahkan permasalahan, memberikan dukungan untuk mengubah perilaku yang dibutuhkan dalam lingkungannya, membangkitkan motivasi dalam mengutarakan pendapatnya, meningkatkan percaya diri dalam bimbingan kelompok, menumbuhkan Universitas Tunas Pembangunan e. g. partisipasi dan semangat yang tinggi dalam belajar, dan meningkatkan kedisiplinan dalam belajar. Tahap-tahap Bimbingan Kelompok Diskusi Behavioristik Pelaksanaan bimbingan kelompok dapat berjalan dengan baik apabila dilaksanakan sesuai dengan tahap-tahap yang sudah ditentukan. Rusmana (dalam Hariadi Ahmad, 2011) menjelaskan tahap-tahap bimbingan kelompok behavioristik yaitu: 1) eksperientasi (experience), 2) identifikasi (identify), 3) analisis (analize), dan 4) generalisasi (generalize). Tahap-tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Eksperientasi (experience) Anggota kelompok melakukan kegiatan yang diarahkan pada upaya memfasilitasi anggota kelompok yang lain untuk mengekplorasi perasaan-perasaan negatif dan positif. 2) Identifikasi (identify) Tahap ini anggota kelompok melihat secara mendalam keadaan dirinya dikaitkan dengan permasalahan yang sedang di diskusikan. 3) Analisis (analize) Anggota kelompok merefleksikan perasaan-perasaan dengan kondisi nyata yang dihadapi sesuai dengan jalannya diskusi. 4) Generalisasi (generalize) Klien diharapkan mampu menerapkan perilaku-perilaku baru sebagai hasil diskusi dan diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi. Berdasarkan pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa tahap-tahap bimbingan kelompok behavioristik yaitu: 1) eksperientasi (experience), 2) identifikasi (identify), 3) analisis (analize), dan 4) generalisasi (generalize). Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Behavioristik Kelebihan dan kekurangan pendekatan behavioristik menurut Hayatisaputriana (2013) adalah : 1) Kelebihan Pendekatan Behavioristik 1. Ada hasil konkrit/ nyata yang didapat (yaitu perubahan perilaku). Jika client centered therapy, humanistik, dll lebih bersifat abstrak dan menakankan pada insight yang diperoleh klien. 2. Pembuatan tujuan terapi antara terapis dan klien di awal sesi terapi dan hal itu dijadikan acuan keberhasilan proses terapi. Prima Westri, SPd Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling 3. Memiliki berbagai macam teknik konseling yang teruji dan selalu diperbaharui. 4. Waktu konseling relatif singkat. 5. Kolaborasi yang baik antara konselor dan konseli dalam penetapan tujuan dan pemilihan teknik. 2) Kekurangan Pendekatan Behavioristik 1. Behavior therapy dapat mengubah perilaku, tetapi tidak mengubah perasaan. 2. Behavior therapy mengabaikan faktor-faktor penting dalam hubungan terapi. 3. Behavior therapy tidak menimbulkan insight. 4. Behavior therapy lebih mementingkan memperlakukan simtom-simtomya daripada penyebab. 5. Behavior therapy meliputi kontrol dan manipulasi oleh terapis. 3. Prokrastinasi Akademik Siswa a. Pengertian Prokrastinasi Akademik Istilah prokrastinasi pertama kali dicetuskan oleh Brown & Holtzman pada tahun 1967 (dalam Risalatuna, 2013). Prokrastinasi adalah menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya. Pada kalangan ilmuwan istilah prokrastinasi akademik digunakan untuk menunjukkan suatu kecenderungan menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan. Seseorang yang mempunyai kecenderungan untuk menunda atau tidak segera menyelesaikan tugas dalam kurun waktu yang tidak sesuai dengan harapan. Orang yang melakukan perilaku menunda disebut penunda (prokrastinator) lebih banyak dimanifestasikan dalam dunia pendidikan yang sering disebut dengan prokrastinasi akademik. Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat penulis simpulkan bahwa prokrastinasi akademik adalah menunda dengan sengaja kegiatan yang diinginkan walaupun mengetahui bahwa penundaannya dapat menghasilkan dampak buruk. Solomon dan Rothblum (dalam Dini, 2010) mengemukakan bahwa prokrastinasi akademik adalah kecenderungan untuk menunda dalam memulai maupun menyelesaikan tugas untuk melakukan aktivitas lain yang tidak berguna, sehingga kinerja menjadi terhambat, tidak dapat menyelesaikan tugas tepat waktu, serta sering terlambat datang ke sekolah. Universitas Tunas Pembangunan Berdasarkan pendapat tersebut dapat penulis simpulkan bahwa prokrastinasi akademik adalah kecenderungan untuk menunda dalam memulai maupun menyelesaikan tugas untuk melakukan aktivitas lain yang tidak berguna. Ellis dan Knaus (dalam Gufron, 2003) mengatakan bahwa prokrastinasi akademik adalah kebiasaan penundaan yang tidak bertujuan dan proses penghindaran tugas. Hal tersebut seharusnya tidak perlu dilakukan seseorang karena adanya ketakutan untuk gagal, serta adanya pandangan bahwa segala sesuatu harus dilakukan dengan benar, dan penundaan yang telah menjadi respon tetap atau kebiasaan dapat dipandang sebagai suatu trait yang menghasilkan dampak yang tidak baik. Pendapat ahli tersebut dapat penulis simpulkan bahwa prokrastinasi akademik seharusnya tidak perlu dilakukan seseorang karena akan menghasilkan dampak yang tidak baik. Suatu penundaan dikatakan sebagai prokrastinasi akademik, apabila penundaan dilakukan berulang-ulang secara sengaja dan menimbulkan perasaan tidak nyaman, secara subjektif dirasakan oleh seseorang prokrastinator (Solomon dan Rothblum dalam Dini 2010). Berdasarkan pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa seseorang yang melakukan penundaan secara berulangulang akan mengakibatkan munculnya perasaan tidak nyaman karena pada dasarnya seorang prokrastinator memahami penundaan yang dilakukan tersebut tidak baik untuk dirinya sendiri. Menurut Millgram (dalam Gufron, 2003) menunjukkan bahwa prokrastinasi akademik adalah suatu perilaku spesifik, yang meliputi : 1) Perilaku yang melibatkan unsur penundaan, baik untuk memulai maupun menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas. 2) Menghasilkan akibat-akibat lain yang lebih jauh, misalnya keterlambatan menyelesaikan tugas maupun kegagalan dalam mengerjakan tugas. 3) Melibatkan suatu tugas yang dipersepsikan oleh pelaku prokrastinasi akademik sebagai suatu tugas yang penting untuk dikerjakan. 4) Menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan, misalnya perasaan cemas, perasaan bersalah, marah, panik. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat dijelaskan bahwa prokrastinasi akademik adalah perilaku penundaan yang khusus terjadi di dalam konteks tugas-tugas akademik. Pelaku melakukan penundaan, baik untuk Prima Westri, SPd Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling memulai maupun menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas, menghasilkan akibatakibat lain yang melibatkan suatu tugas yang dipersepsikan oleh seorang pelaku prokrastinasi akademik sebagai suatu tugas yang penting untuk di kerjakan, dan menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan. b. Bentuk-Bentuk Prokrastinasi Akademik Menurut Ferrari dkk (dalam Dini, 2010) bentuk-bentuk prokrastinasi akademik ada dua yaitu : (1) Prokrastinasi akademik Fungsional (Functional Procrastination), dan (2) Prokrastinasi akademik Disfungsional (Disfunctional Procrastination). Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa prokrastinasi akademik fungsional adalah penundaan mengerjakan tugas bertujuan memperoleh informasi yang lebih lengkap atau akurat. Prokrastinasi akademik Disfungsional adalah penundaan yang tidak bertujuan sehingga berakibat buruk dan menimbulkan masalah. Menurut pendapat ahli tersebut dapat penulis simpulkan bahwa prokrastinasi akademik dibagi menjadi dua yaitu prokrastinasi akademik disfungsional dan prokrastinasi akademik fungsional. Solomon dan Rothblum (dalam Dini, 2010) secara lebih jelas membagi kinerja tugas akademik dalam beberapa area yang lebih spesifik yaitu : (1) Tugas mengarang, (2) Tugas belajar menghadapi ujian, (3) Tugas membaca, (4) Tugas administratif, (5) Menghadiri pertemuan akademik, dan (6) Performansi tugas akademik secara keseluruhan. Penelitian ini membahas tentang performasi tugas akademik secara keseluruhan. Sasaran dalam penelitian tersebut untuk para peserta didik yang mengalami masalah dalam menentukan prioritas waktu yang dimilikinya. c. Ciri-Ciri Prokrastinasi Akademik Ferrari dkk (dalam Gufron, 2003) menjelaskan bahwa prokrastinasi akademik dapat termanifestasikan dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati ciri-ciri tertentu berupa: 1) Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi. 2) Keterlambatan dalam menyelesaikan tugas 3) Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual. 4) Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan. Ciri-ciri di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang Universitas Tunas Pembangunan 2) 3) 4) dihadapi. Seorang pelaku prokrastinasi menyadari bahwa tugas yang dihadapi harus segera diselesaikan dan berguna bagi dirinya, akan tetapi sikap yang ditunjukkan cenderung untuk menunda-nunda mengerjakan atau menyelesaikan tugas sampai tuntas. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas. Orang yang melakukan prokrastinasi akademik memerlukan waktu yang lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam mengerjakan suatu tugas. Seorang prokrastinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri secara berlebihan, maupun melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa memperhitunngkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Terkadang tindakan tersebut mengakibatkan seseorang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya secara memadai. Kelambanan, dalam arti, lambatnya kerja seseorang dalam melakukan suatu tugas dapat menjadi ciri yang utama dalam prokrastinasi akademik. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual. Seorang prokrastinator mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelunya. Seorang prokrastinator sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi batas waktu yang telah ditentukan, baik oleh orang lain maupun rencana-rencana yang telah tentukan sendiri. Seseorang mungkin telah merencanakan untuk mulai mengerjakan tugas pada waktu yang telah ditentukan sendiri, akan tetapi ketika saatnya tiba orang tersebut tidak juga melakukannya sesuai dengan yang telah direncanakan, sehingga menyebabkan keterlambatan maupun kegagalan untuk menyelesaikan tugas secara memadai. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan. Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak segera melakukan tugasnya, akan tetapi menggunakan waktu yang dimiliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan, antara lain membaca, nonton, ngobrol, jalan-jalan, mendengarkan musik, sehingga menyita waktu luang yang dimiliki untuk mengerjakan tugas yag harus diselesaikan. Prima Westri, SPd Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling Karakteristik prokrastinasi akademik menurut Young (dalam Dini, 2010), karakteristik orang yang melakukan perilaku menunda yaitu: 1) Kurang dapat mengatur waktu 2) Percaya diri yang rendah 3) Menganggap diri terlalu sibuk jika harus mengerjakan tugas 4) Keras kepala, dalam arti menganggap orang lain tidak dapat memaksanya mengerjakan pekerjaan 5) Memanipulasi tingkah laku orang lain dan menganggap pekerjaan tidak dapat dilakukan tanpanya 6) Menjadikan penundaan sebagai coping untuk menghindarkan tekanan 7) Merasa dirinya sebagai korban yang tidak dapat mengerjakan sesuatu yang dapat dikerjakan orang lain. Karakteristik di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Kurang dapat mengatur waktu. Seorang prokrastinator sering kali merasa kesulitan untuk mengatur waktu luang yang dimiliki, waktu luang yang ada sering kali dimanfaatkan dengan kegiatan yang kurang ada manfaatnya. 2) Percaya diri yang rendah. Seorang prokrastinator memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah, karena setiap dihadapkan pada penyelesaian tugas mereka merasa ragu untuk dapat menyelesaikannya. 3) Menganggap diri terlalu sibuk jika harus mengerjakan tugas. Seorang prokrastinator memiliki anggapan bahwa tidak ada waktu luang yang dimiliki sehingga membuat sibuk dan tidak sempat mengerjakan tugas. 4) Keras kepala, dalam arti menganggap orang lain tidak dapat memaksanya mengerjakan pekerjaan. Seorang prokrastinator memiliki anggapan bahwa setiap kegiatan yang dilakukan merupakan kehendaknya sendiri sehingga orang lain tidak dapat memaksanya. 5) Memanipulasi tingkah laku orang lain dan menganggap pekerjaan tidak dapat dilakukan tanpanya. Seorang prokrastinator segala kegiatan yang ada tidak akan dapat berjalan tanpa dirinya, sehingga tidak dapat orang lain memaksanya untuk melakukan sesuatu pekerjaan. 6) Menjadikan penundaan sebagai alasan untuk menghindarkan tekanan. Prokrastinator menjadikan penundaan sebagai perlindungan untuk dirinya. 7) Merasa dirinya sebagai korban yang tidak dapat mengerjakan sesuatu Universitas Tunas Pembangunan d. yang dapat dikerjakan orang lain. Seorang prokrastinator sering beranggapan bahwa apabila dirinya gagal dalam menyelesaikan tugas tersebut berarti bahwa dirinya seorang korban yang tidak mampu mengerjakan tugas seperti orang lain. Sapadin dan Maquire (dalam Dini , 2010) mengemukakan karateristik perilaku prkrastinasi akademik antara lain: 1) Perfeksionisme 2) Pemimpi 3) Pencemas 4) Penentang 5) Pembuat masalah 6) Terlalu banyak tugas Karakteristik di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Perfeksionisme, yaitu mengerjakan suatu tugas diharapkan mencapai keberhasilan yang sempurna, apabila belum mencapai yang diharapkan maka akan lebih baik menundanya. 2) Pemimpi, yaitu banyak mempunyai ide besar tapi sulit untuk merealisasikan. 3) Pencemas, yaitu banyak diwarnai perasaan takut gagal yang tanpa alasan. 4) Penentang, yaitu tidak mau diperintah atau dinasehati orang lain, akibatnya pekerjaan tidak terarah bahkan tertunda. 5) Pembuat masalah, yaitu segala tindakan yang dilakukan dapat menimbulkan suatu permasalahan baru yang tidak tahu pemecahannya. 6) Terlalu banyak tugas, yaitu merasa bahwa dirinya terlalu sibuk, sehingga tidak tahu atau sulit membuat pekerjaan yang harus dikerjakan lebih dulu Faktor-Faktor Penyebab Prokrastinasi Akademik Biordy (dalam Dini, 2010) mengemukakan faktor-faktor yang menyebabkan prokrastinasi akademik yang dapat dikategorikan menjadikan tiga macam yaitu: 1) Karakteristik tugas yang dipersepsikan peserta didik sebagai tugas yang menyenangkan atau membosankan mempengaruhi peserta didik untuk menunda penyelesaian tugas. 2) Faktor kepribadian prokrastinator. 3) Faktor situasional. Faktor-faktor prokrastinasi akademik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Karakteristik tugas yang dipersepsikan peserta didik sebagai tugas yang menyenangkan atau Prima Westri, SPd Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling membosankan mempengaruhi peserta didik untuk menunda penyelesaian tugas. Karakteristik tugas yang membosankan pada umumnya membuat peserta didik melakukan penundaan terhadap suatu tugas karena peserta didik lebih memilih kegiatan lain yang lebih menyenangkan. 2) Faktor kepribadian prokrastinator. Individu yang memiliki kepercayaan diri yang rendah akan lebih cenderung melakukan prokrastinasi akademik. 3) Faktor situasional, gangguan atau distraksi lingkungan mempengaruhi seorang untuk menunda pekerjaan. Artinya seseorang akan cenderung mengabaikan atau menunda dalam penyelesaian tugas karena gangguan yang dialaminya, seperti adanya saudara yang berkunjung. Menurut Ayu Apriyana (2013), berpendapat bahwa prokrastinasi akademik dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut: 1) Tidak yakin diri, 2) Toleransi frustrasi yang rendah, 3) Menuntut kesempurnaan, 4) Perbedaan jenis kelamin, dan 5) Pandangan fatalistik. Paparan di atas dapat dimaknai sebagai berikut: 1) Tidak yakin diri Merupakan faktor yang muncul dalam diri individu karena kurang percaya diri akan kemampuan yang dimiliki sehingga merasa tidak mampu untuk menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. 2) Toleransi frustasi yang rendah Kemampuan untuk menghadapi frustasi yang kurang atau tidak siap menerima kenyataan terburuk yang akan terjadi akibat situasi yang ditimbulkannya sendiri. 3) Menuntut kesempurnaan Seseorang yang menuntut kesempurnaan akan cenderung untuk menunda-nunda penyelesaian tugas dengan alasan mencari bahan yang lebih banyak untuk mendapatkan hasil yang sempurna, padahal dengan menunda-nunda penyelesaian tugas akan menimbulkan dampak yang lebih buruk dan tidak akan menghasilkan kesempurnaan yang diinginkannya. 4) Perbedaan jenis kelamin Perbedaan jenis kelamin dapat memepengaruhi hasil kerja seseorang, seorang perempuan pada umumnya memiliki kemampuan untuk menerima tekanan lebih tinggi dibandingkan dengan pria. 5) Pandangan fatalistik Pemikiran seseorang yang negatif tentang hasil yang akan di capainya Universitas Tunas Pembangunan e. akan menimbulkan hasil yang buruk dalam pekerjaan yang dilakukannya. Beberapa faktor yang menyebabkan munculnya perilaku prokrastinasi akademik, Ferrari (dalam Dini, 2010) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang turut membentuk perilaku prokrastinasi akademik, meliputi faktor fisik seperti kondisi fisiologis seseorang yang mendorong kearah prokrastinasi akademik seperti kelelahan dan faktor psikologis seseorang yang meliputi tipe kepribadian dan motivasi. Semakin tinggi motivasi intrinsik yang dimiliki individu ketika menghadapi suatu tugas, akan semakin rendah kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi akademik. Faktor eksternal meliputi banyaknya tugas yang menuntut penyelesaian pada waktu yang hampir bersamaan, pola asuh orang tua, pengaruh teman sebaya, dan kondisi lingkungan. Braid (dalam Timpe terjemahan Susanto Boedidharmo, 1999 : 352) juga mengemukakan bahwa prokrastinasi akademik dapat dipengaruhi beberapa faktor yaitu: 1) Kerumitan, 2) Ketakutan. Paparan di atas dapat dimaknai sebagai berikut: 1) Kerumitan merupakan suatu pemikiran yang salah yang muncul ketika seseorang mendapatkan suatu masalah yang dianggap susah untuk diselesaikan. 2) ketakutan pada umumnya akan muncul ketika seseorang merasa tidak mampu untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dan merasa tidak mampu untuk menanggung resiko yang akan diterimanya. Menurut pendapat para ahli tersebut di atas, dapat penulis simpulkan bahwa faktor penyebab prokrastinasi akademik dapat berasal dari dalam dirinya sendiri maupun dari lingkungan luar.z Akibat Prokrastinasi Akademik Perilaku menunda dapat mempengaruhi keberhasilan akademik dan pribadi individu. Sirois (dalam Dini, 2010) mengemukakan bahwa konsekuensi negatif yang timbul dari perilaku menunda, yaitu: 1) performa akademik yang rendah, 2) stress yang tinggi, 3) menyebabkan penyakit, 4) kecemasan yang tinggi. 1) Performa akademik yang rendah Performa akademik yang rendah adalah akibat dari pemikiran negatif yang terdapat dalam pikiran seseorang sehingga menimbulkan konsekuensi yang negatif pula dalam Prima Westri, SPd Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling 2) 3) 4) perilaku akademik yang dilakukannya. Stress yang tinggi Stress merupakan tekanan yang terjadi dalam pikiran seseorang, seorang yang melakukan prokrastinasi akademik cenderung akan mengalami stress karena tugas yang terbengkalai padahal waktu pengumpulan sudah semakin dekat. Hal tersebut akan mengakibatkan stress bagi individu yang mengalami prokrastinasi akademik. Menyebabkan penyakit Setiap pekerjaan yang ditunda akan menimbulkan konsekuensi di akhir, seperti orang harus memforsir kemampuan pikiran dan fisiknya untuk dapat mengejar target pengumpulan tugas sehingga dapat berakibat kelelahan fisik atau menjadikan sakit. Kecemasan yang tinggi Seseorang yang melakukan prokrastinasi akademik sebenarnya sadar akan konsekuensi yang akan dihadapinya. Hal tersebut akan selalu membayangi dalam pikiran seorang prokrastinator sehingga menimbulkan kecemasan yang tinggi. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan bimbingan dan konseling (PTBK) yang terdiri dari dua siklus dan tiap siklus dimulai dengan perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflecting). Subjek penelitian yaitu 15 siswa dari kelas VIII A,B,C,D SMPN 2 Tasikmadu Karanganyar yang mengalami prokrastinasi akademik tinggi. Adapun instrumen pokok yang digunakan adalah berupa angket skala prokrastinasi akademik dan instrumen pelengkapnya yaitu observasi dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan analisis persentasi dan analisis deskriptif yaitu: Data hasil skala prokrastinasi akademik yang diperoleh sebelum tindakan (pre-test) ditetapkan sebagai base rate, sedangkan yang diperoleh setelah pelaksanaan tindakan (post-test) ditetapkan sebagai post rate. ℎ = 100 % (D.L Godwin dan T. J Coates, 1976:57) Kriteria Keberhasilan Indikator kinerja dalam penelitian adalah ketercapaian hasil tindakan yang ditunjukkan oleh perilaku subjek. Subjek mengalami perubahan secara berkala dalam setiap siklus yang diberikan. D.L Godwin dan T. J Coates (1976:57) menyatakan bahwa tindakan dikatakan berhasil jika terjadi perubahan perilaku sebesar 50% pada diri individu. Mengacu pada perumusan tersebut maka bimbingan kelompok menggunakan metode diskusi kelompok dinyatakan berhasil jika setelah ( ) Universitas Tunas Pembangunan pemberian tindakan terjadi perubahan perilaku pada subjek minimal 50% dari keadaan semula. Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian ini merupakan penelitian tindakan bimbingan dan konseling (PTBK) tentang efektivitas layanan bimbingan kelompok diskusi melalui pendekatan konseling behavioristik untuk mengatasi prokrastinasi akademik siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tasikmadu. Berdasarkan hasil observasi yang ditindak lanjuti dengan menggunakan skala prokrastinasi akademik. Berdasarkan hasil pengerjaan skala prokrastinasi akademik dapat digolongkan menjadi 3 kriteria tingkatan, yaitu tinggi 101-114, Sedang 87-100, Rendah 73-86. Bagi subjek yang mendapat nilai tinggi dalam pengisian skala prokrastinasi akademik, maka subjek tersebut mengalami kecenderungan prokrastinasi akademik tinggi dan memerlukan penanganan. 50 subjek yang mengikuti pretest terdapat 15 subjek yang mengalami tingkat prokrastinasi akademik yang tinggi. Hasil penilitian menunjukkan persentase perubahan pada siklus I sebesar -29,28% (mengalami penurunan 29,28%) dan perubahan persentase pada siklus II sbesar 52,36% (mengalami penurunan 52,36%). Berdasarkan prosentase perubahan yang dicapai pada siklus II menunjukkan bahwa para subjek telah memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan, maka layanan bimbingan kelompok menggunakan metode diskusi kelompok dinyatakan efektif untuk mengatasi prokrastinasi akademik pada subjek Kelas VIII SMP Negeri 2 Tasikmadu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian layanan bimbingan kelompok diskusi melalui pendekatan konseling behavioristik efektif untuk mengatasi prokrastinasi akademik pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tasikmadu Tahun Pelajaran 2016/ 2017. Simpulan Berdasarkan penelitian tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK) yang telah dilaksanakan dengan dua siklus maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Penelitian tindakan mengenai layanan bimbingan kelompok diskusi melalui pendekatan konseling behavioristik untuk mengatasi prokrastinasi akademik siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tasikmadu tahun pelajaran 2016/2017. Hal tersebut dapat dibuktikan berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada siklus I dengan rata-rata penurunan yang diperoleh masing-masing subjek sebesar -29,28 (mengalami penurunan 29,28%). Hasil tersebut belum mencapai target pada indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, sehingga harus dilanjutkan ke siklus II. Pelaksanaan tindakan pada siklus II persentase perubahan pada masing-masing subjek yaitu rata-rata sebesar -52,36% (mengalami penurunan 52,36%). 2. Subjek penelitian mampu mengikuti kegiatan bimbingan kelompok diskusi melalui pendekatan konseling behavioristik dengan baik. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan antusiasme kesiapan saat pelaksanaan diskusi. Subjek yang sebelumnya sering terlambat mengumpulkan tugas, setelah mengikuti kegiatan bimbingan kelompok diskusi melalui pendekatan konseling behavioristik menjadi lebih rajin dalam pengumpulan tugas di sekolah yaitu tepat dalam pengumpulan tugas. Perubahan yang terjadi tersebut menjadi bukti bahwa layanan bimbingan Prima Westri, SPd Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling kelompok diskusi melalui pendekatan konseling behavioristik terbukti efektif untuk mengatasi prokrastinasi akademik siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tasikmadu tahun pelajaran 2016/2017. Lilik Maryanto. (2012). Produk Perencanaan Penilaian Layanan. Https://lilikmaryanto.wordpress.com/author/lilik maryanto/ Referensi Ahmad. 2013. Science Hakekat Bimbingan dan Konseling. Http://ahmadscr. blogspot.co.id/2012/05/hakekat-bimbingan-dankonseling.html?m=1 M. Nur Ghufron. (2003). Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Ditinjau dari Regulasi Diri dalam Belajar. Http://journal.stainkudus.ac.id/ index.php/Quality/article/view/2097 Ahmad Virza. 2013. Behavioristik. Http://ahmadvirz.blogspot. co.id/2013/04.behavioristik.html?m=1 Andishimawan. (2013). Makalah Behavioristik. Http://andishimawan.blogspot. co.id/2013/06/makalah-behavioristik.html Moloeng, lexy J. (2004). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosda. http:// goyangkarawang.com/2010/02/triangulasi-dankeabsahan-data-penelitian Nasution. (2003). Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Nur Ayu Apriyana. 2013. Prokrastinasi. Http://ayuapriyana.blogspot. co.id/2013/11/prokrastinasi.html?m=1 Budi Ediya Permana. 2009. Program bimbingan kelompok dengan pendekatan halaqah untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri remaja. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia. Dewa Ketut Sukardi. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta. Dini Ahmaini. 2010. Perbedaan prokrastinasi akademik antara mahasiswa yang aktif dan mahasiswa yang tidak aktif dalam organisai kemahasiswaan PEMA USU. Skripsi. USU. Sumatera. Tidak diperdagangkan Fitrika. 2012. Teknik Diskusi Http://fitrika1127.blogspot. co.id/2012/05/teknik-diskusikelompok.html?m=1 Kelompok. Aeni Latifah. 2011.Psikologi Umum Http://psikologi45.blogspot.co.id/ 2011/03/psikologi-umum-ii.html?m=1 II. Payne Malcom. (2005). Modern Social Work Theory 3r Edition. New York : Palgrave Macmillan Prayitno. (2004). Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok Dasar Dan Profil. Jakarta : Ghalia Indonesia. Redhoparamitha. (2013). Diskusi Kelompok. Https://redhoparamitha.wordpress.com/2013/05/1 6/diskusi-kelompok/ Risalatuna. (2013). Prokrastinasi Akademik. Http://risalatuna.blogspot.co.id/2013/01/prokrast inasi-akademik.html?m=1 Sofyan S. Willis. (2004). Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. bandung. CV Alfabeta. Gerald Corey. 2003. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama. Suharsimi Arikunto.(2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktika. Jakarta. Rineka Cipta. Gufron. (2003). Hubungan Prokrastinasi dan Control Diri. Available FTP. Damandiri. Or .id/file/mnugrgfronugmbab 1.pdf. Sukiman. (2011). Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru Pembimbing. Yogyakarta: Paramitra Publishing. Hariadi Ahmad. 2011. Konseling Kelompok Behavioral. Http://hariadimemed. blogspot.co.id/2011/06/konseling-kelompokbehavioral.html?m=1 Sutrisno Hadi. (2004). Statistik. Yogyakarta: Fakultas Program UGM. Hayatisaputriana. (2013). Behavior Http://hayatisaputriana.blogspot. co.id/2013/04/behavior-therapy.html Therapy. Komalasari dkk. (2011). Asesmen Teknik Non Tes Perspektif BK Komprehensif. Jakarta: PT. Indeks. Leny Asmarany. (2013). Bimbingan Kelompok. Http://aktifkonsultasi.blogspot. co.id/p/bimbingan-kelompok.html?m=1 Universitas Tunas Pembangunan Tatiek Romlah. 2006. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Um Press: Malang. Timpe, A.D. (1999). Seri Manajemen Sumber Daya Manusia, Mengelola Waktu. Terjemahan Susanto Boedidharmo. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia Tohirin. (2007). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis integrasi). Jaakarta : Raja Grafindo Persada. Prima Westri, SPd Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti. (2004). Bimbingan dan Konseling di Insttersebutsi Pendidikan. Jakarta : PT Grasindo. Universitas Tunas Pembangunan Prima Westri, SPd