jurnal penelitian - Universitas Tunas Pembangunan

advertisement
Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling
EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DISKUSI MELALUI PENDEKATAN KONSELING
BEHAVIORISTIK UNTUK MENGATASI PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI 2 TASIKMADU TAHUN PELAJARAN 2016 / 2017
Prima Westri, SPd
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Bimbingan dan Konseling
Universitas Tunas Pembangunan Surakarta
[email protected]
Berdasarkan observasi pada peserta didik SMP Negeri 2 Tasikmadu masih sering dijumpai permasalahan-permasalahan
yang dihadapi oleh para peserta didik dalam proses pembelajaran, salah satunya para peserta didik yang masih sering
mengerjakan tugas atau belajar sehari sebelum tugas dikumpulkan atau ujian dilaksanakan. Banyak peserta didik yang
berpikiran bahwa dalam keadaan terdesak atau di bawah tekanan oleh jangka waktu pengumpulan tugas, mereka akan cepat
dalam menyelesaikan tugas. Tindakan tersebut tidak efektif bahkan hasil yang diperoleh tidak akan optimal karena
terbatasnya waktu yang dimiliki dalam pengerjaan tugas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan layanan bimbingan kelompok diskusi melalui pendekatan
konseling behavioristik untuk mengatasi prokrastinasi akademik siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tasikmadu tahun pelajaran
2016/2017.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus,
masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa
kelas VIII SMP Negeri 2 Tasikmadu. Berdasarkan hasil observasi subjek yang berperilaku prokrastinasi akademik berjumlah
15 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan skala prokrastinasi akademik dan observasi temuan lapangan. Validitas
data menggunakan triangulasi data dan expert judgement kedua pembimbing. Analisis data menggunakan teknik analisis
persentase dan analisis deskriptif. Prosedur penelitian menggunakan model Kemmis dan MC Taggart.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan bimbingan kelompok diskusi melalui pendekatan konseling behavioristik
efektif untuk mengatasi prokrastinasi akademik siswa. Hasil tindakan siklus I terjadi perubahan sebesar -29,28% (mengalami
penurunan 29,28%) dinyatakan belum signifikan karena belum sesuai dengan acuan indikator keberhasilan minimal 50%.
Hasil tindakan siklus II terjadi penurunan yang signifikan yaitu sebesar -52,36% (mengalami penurunan 52,36%).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok diskusi melalui pendekatan konseling
behavioristik efektif untuk mengatasi prokrastinasi akademik siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tasikmadu tahun pelajaran
2016/2017.
Kata kunci: bimbingan kelompok diskusi, pendekatan konseling behavioristik, prokrastinasi akademik
Be based on observation in the greaders of SMP Negeri 2 Tasikmadu often meet problems of greaders on the learning, that is
greaders often working task or study one day before collecting task or before test. The greaders thinking on pressed situation
or on pressure accumulation time task, they can finished the task. This action not effective and the result not optimal because
limited time for finish of task.
The objective of research was to find out the effectiveness of discussion group counseling service using Behavioristic
approachment to deal with academic procrastination in the VIII graders of SMP Negeri 2 Tasikmadu in the school year of
2016/2017.
This study was a Guiding and Counseling action research (GCAR). This study was conducted in two cycles, each of which
consisting of planning, acting, observing, and reflecting. The subject of research was the VIII graders of SMP Negeri 2
Tasikmadu. Considering the result of observation, the subject behaving academic procrastination consisted of 15 students.
Technique of collecting data used was academic procrastination scale and observation on the finding in the field. The data
validation was conducted using data triangulation and expert judgment from the two consultants. The data analysis employed
percentage analysis technique and descriptive analysis. The research procedure used Kemmis and MC Taggart’s model.
The result of research showed that the discussion group guiding service using behavioristic approachment effectively dealt
with academic procrastination among the students. The result of action in cycle I showing the change of -29,28% (decreased
29,28%) was said not significant because it had not been consistent with the success indicator of at least 50%. The result of
action in cycle II showed significant degression of -52,36% (decreased 52,36%).
Considering the result of research, it could be concluded that the discussion group guiding service using Behavioristic
approachment was effective to deal with academic procrastination in the VIII graders of SMP Negeri 2 Tasikmadu in the
school year of 2016/2017.
Keywords:
discussion group guiding, Behavioristic approachment, academic procrastination.
Universitas Tunas Pembangunan
Prima Westri, SPd
Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling
Latar Belakang
Seorang guru memiliki peran sebagai pendidik
yang sekaligus sebagai seorang pembimbing. Guru
sebagai pendidik dan pengajar akan melakukan pekerjaan
pembimbingan, seperti bimbingan belajar tentang
keterampilan dan membantu untuk mengatasi kesulitan
yang dialami oleh peserta didik. Kenyataannya proses
pendidikan, kegiatan mendidik, mengajar dan
membimbing merupakan bagian yang tak dapat
dipisahkan.
Guru sebagai pendidik diharapkan mampu
membimbing dalam arti menuntun peserta didik sesuai
dengan kaidah yang baik dan mengarahkan
perkembangan anak didik sesuai dengan tujuan yang
dicita-citakan, termasuk di dalamnya ikut memecahkan
persoalan-persoalan dan kesulitan-kesulitan yang
dihadapi anak didik. Tujuannya dapat menciptakan
perkembangan yang lebih baik pada diri peserta didik,
baik perkembangan fisik, mental dan sosialnya.
Berdasarkan observasi pada peserta didik SMP
Negeri 2 Tasikmadu masih
sering dijumpai
permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh para
peserta didik dalam proses pembelajaran, salah satunya
para peserta didik yang masih sering mengerjakan tugas
atau belajar sehari sebelum tugas dikumpulkan atau ujian
dilaksanakan. Banyak peserta didik yang berpikiran
bahwa dalam keadaan terdesak atau di bawah tekanan
oleh jangka waktu pengumpulan tugas, mereka akan
cepat dalam menyelesaikan tugas. Tindakan tersebut
tidak efektif bahkan hasil yang diperoleh tidak akan
optimal karena terbatasnya waktu yang dimiliki dalam
pengerjaan tugas.
Perilaku yang tidak efisien dalam menggunakan
waktu, dan adanya kecenderungan untuk tidak segera
memulai suatu pekerjaan ketika menghadapi suatu tugas
disebut sebagi prokrastinasi. Orang yang melakukan
perilaku menunda disebut penunda (prokrastinator) lebih
banyak dimanifestasikan dalam dunia pendidikan yang
sering disebut dengan prokrastinasi akademik.
Salah satu penanganan untuk mengatasi
prokrastinasi akademik pada siswa SMP Negeri 2
Tasikmadu, maka penelitian ini difokuskan pada
pelaksanaan layanan bimbingan kelompok diskusi, yaitu
layanan yang memungkinkan beberapa individu peserta
didik dapat melakukan dinamika kelompok diskusi untuk
memecahkan masalahnya. Layanan bimbingan kelompok
diskusi tersebut dilaksanakan melalui pendekatan
konseling behavioristik yang dapat memberikan stimulus
pada peserta didik dalam upaya mengatasi prokrastinasi
akademik.
Berdasarkan pemikiran di atas, penulis merasa
tertarik untuk meneliti tentang bimbingan dan konseling
dengan judul “Efektifitas Layanan Bimbingan Kelompok
Diskusi Melalui Pendekatan Konseling Behavioristik
untuk Mengatasi Prokrastinasi Akademik Siswa Kelas
VIII SMP Negeri 2 Tasikmadu Tahun Pelajaran
2016/2017”.
Deskripsi Teori
1. Tinjauan Layanan Bimbingan Kelompok Diskusi
a. Bimbingan Kelompok Diskusi
1) Pengertian Bimbingan Kelompok Diskusi
Seorang peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari di sekolah tentu akan menghadapi
berbagai
permasalahan.
Permasalahan
tersebut bisa datang dari dalam dirinya atau
karena mendapatkan pengaruh rangsangan
Universitas Tunas Pembangunan
dari luar. Permasalahan tersebut tentunya
memerlukan penanganan secara khusus dari
pihak sekolah agar tidak berlarut-larut dan
menimbulkan permasalahan yang lebih berat.
Penanganan terhadap permasalahan yang
terjadi merupakan hal yang sangat penting
karena dapat membantu seorang peserta didik
untuk mencapai tugas perkembangan dengan
baik. Penanganan tersebut dapat diupayakan
melalui bimbingan. Berdasarkan jumlah
individu yang mengalami permasalahan,
bimbingan dapat dibagi menjadi dua yaitu
bimbingan individual dan bimbingan
kelompok
(Lilik
Maryanto,
2012).
Bimbingan Individual merupakan pelayanan
bimbingan yang diberikan kepada satu orang
saja, sedangkan bimbingan kelompok
diberikan kepada beberapa orang atau lebih
dari dua orang.
Menurut Dewa Ketut Sukardi (2008:
64), bimbingan kelompok yaitu layanan
bimbingan yang memungkinkan sejumlah
peserta
didik
secara
bersama-sama
memperoleh berbagai bahan dari nara sumber
tertentu (terutama dari pembimbing atau
konselor) yang berguna untuk menunjang
kehidupannya sehari-hari baik individu
maupun sebagai pelajar, anggota keluarga
dan masyarakat serta untuk pertimbangan
dalam pengambilan keputusan.
Menurut
Tohirin
(2007-290)
penyelenggaraan
bimbingan
kelompok
bertujuan untuk membantu mengatasi
masalah bersama atau membantu seseorang
yang
mengalami
masalah
dengan
menempatkannya dalam suatu kehidupan
kelompok. Metode bimbingan kelompok
yang bisa diterapkan dalam pelayanan
bimbingan kelompok adalah: karya wisata,
diskusi kelompok, home room, kegiatan
kelompok, organisasi siswa, sosiodrama,
psikodrama, dan pengajaran remidial.
Menurut Suyanto dalam Fitrika (2012)
bimbingan kelompok diskusi dilakukan
dengan berkelompok dengan tujuan agar para
siswa anggota kelompok mendapatkan
kesempatan untuk memecahkan masalah
secara bersama-sama. Tetapi yang memegang
peranan adalah pembimbing. Bimbingan
kelompok dapat terlaksana dengan berbagai
cara, misalnya: dibentuk kelompok kecil
dalam rangka layanan konseling kelompok;
dibentuk kelompok diskusi; dan diberikan
bimbingan karier.
2) Jenis-jenis Kelompok Diskusi
Berdasarkan
kelompok,
diskusi
dibedakan menjadi dua (Redhoparamitha,
2013), yaitu :
a. Kelompok tidak resmi, macamnya :
1. Kelompok studi, merupakan suatu
kegiatan
untuk
memperoleh
informasi
yang
diikuti
oleh
pertanyaan-pertanyaan dan komentar
dari para anggota pendengar.
2. Kelompok pembentuk kebijaksanaan,
merupakan suatu kelompok yang
Prima Westri, SPd
Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling
mendiskusikan suatu karya-karya
suatu pengarang.
3. Komite, adalah badan panitia yang
dibentuk
khusus
untuk
menyelenggarakan suatu usaha atau
pekerjaan.
b. Kelompok resmi, macamnya :
1. Konferensi, merupakan suatu bentuk
kelompok diskusi resmi yang
mengacu pada pengambilan tindakan
yang berusaha untuk membuat suatu
keputusan dan bertindak berdasarkan
keputusan tersebut.
2. Diskusi panel, adalah suatu kelompok
yang dari tiga sampai enam orang
ahli
yang
ditunjuk
untuk
mengemukakan
pandangannyadari
berbagai segi mengenai suatu
masalah.
3. Simposium, adalah suatu kelompok
yang terdiri dari tiga atau lebih para
ahli dengan pandangan-pandangan
yang berbeda mengenai suatu pokok
pembicaraan
yang
tampil
mengemukakan pendapatnya.
3) Tujuan Bimbingan Kelompok Diskusi
Tujuan bimbingan kelompok menurut
Winkel & Sri Hastuti (2004: 547) adalah
untuk memberi kesempatan kepada setiap
peserta untuk mengambil suatu pelajaran dari
pengalaman teman-teman peserta yang lain
dalam mencapai jalan keluar suatu masalah.
Menurut Redhoparamita ( 2013 ),
kegiatan diskusi kelompok secara umum
memiliki beberapa tujuan yaitu:
1) Suatu metode untuk memecahkan
masalah
melalui
proses
berfikir
kelompok
2) Diskusi sebagai alat untuk menghasilkan
ide-ide
3) Diskusi sebagai forum terbuka untuk
tanya jawab
4) Diskusi sebagai forum terbuka untuk
menyampaikan
informasi
dan
memperoleh informasi yang lebih rinci
5) Diskusi sebagai forum terbuka untuk
mengemukakanbahan
tambahan,
misalnya menyampaikan pendapat dan
mengajukan pertanyaan.
4) Asas Bimbingan Kelompok
Kegiatan konseling kelompok terdapat
sejumlah aturan maupun asas-asas yang harus
diperhatikan oleh para anggota. Asas-asas
tersebut menurut Lenny Asmarany (2013),
adalah :
a. Asas Kesukarelaan
Kehadiran, pendapat, usulan, ataupun
tanggapan dari anggota kelompok harus
bersifat sukarela dan tanpa paksaan.
Klien secara sukarela dan tanpa adanya
paksaan, mau menyampaikan masalah
yang dihadapi dengan mengungkapkan
hal-hal yang dialaminya pada konselor.
b. Asas Keterbukaan
Keterbukaan dari anggota kelompok
sangat
diperlukan,
karena
jika
keterbukaan tidak muncul maka akan
Universitas Tunas Pembangunan
c.
d.
e.
f.
terdapat keragu-raguan atau kekhawatiran
dari anggota.
Asas Kegiatan
Hasil layanan bimbingan kelompok tidak
akan berarti bila klien yang dibimbing
tidak
melakukan
kegiatan
dalam
mencapai
tujuan-tujuan
bimbingan.
Pemimpin
kelompok
hendaknya
menimbulkan suasana agar klien yang
dibimbing mampu menyelenggarakan
kegiatan
yang
dimaksud
dalam
penyelesaian masalah.
Asas Kekinian
Masalah yang dibahas dalam kegiatan
bimbingan kelompok harus bersifat
sekarang. Maksudnya, masalah yang
dibahas adalah masalah yang saat ini
sedang dialami yang mendesak dan
mengganggu keefektifan kehidupan
sehari-hari
yang
membutuhkan
penyelesaian segera, bukan masalah dua
tahun yang lalu ataupun masalah waktu
kecil.
Asas Kenormatifan
Setiap anggota dalam bimbingan
kelompok harus dapat menghargai
pendapat orang lain. Jika ada yang ingin
mengeluarkan pendapat maka anggota
yang lain harus mempersilahkannya
terlebih dahulu (tidak ada yang berebut).
Asas Kerahasiaan
Asas kerahasiaan ini memegang peranan
penting dalam bimbingan kelompok.
Harapannya semua anggota kelompok
menjaga semua (pembicaraan ataupun
tindakan) yang ada dalam kegiatan
bimbingan kelompok dan tidak layak
diketahui oleh orang lain selain orangorang yang mengikuti kegiatan.
5) Bentuk-bentuk Bimbingan Kelompok
Macam-macam bimbingan kelompok
ini dapat digunakan pada situasi dan
permasalahan tersendiri. Konselor harus
dapat menilai dan melihat keadaan kliennya
dan dapat menggunakan layanan bimbingan
kelompok dengan tepat dan terarah.
Beberapa bentuk bimbingan kelompok
menurut Tohirin (2007: 290) yaitu :
a. Program Home Room
Program ini dilakukan diluar jam pelajaran
dengan menciptakan kondisi sekolah atau
kelas seperti di rumah sehingga tercipta
kondisi yang bebas dan menyenangkan.
Tujuannya siswa dapat mengutarakan
perasaanya seperti di rumah sehingga muncul
suasana akrab. Tujuan umum program ini
adalah agar guru dapat mengenal siswanya
secara
lebih dekat sehingga
dapat
membantunya secara efisien.
b. Karyawisata
Karyawisata
dilaksanakan
dengan
mengunjungi dan mengadakan peninjauan
pada objek-objek yang menarik yang
berkaitan dengan pelajaran tertentu. Mereka
mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Tujuannya agar siswa dapat menyesuaikan
Prima Westri, SPd
Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling
c.
d.
e.
f.
g.
h.
diri, kerjasama, tanggung jawab, percaya diri,
serta mengembangkan bakat dan cita-cita.
Kelompok Diskusi
Kelompok diskusi merupakan suatu cara
dimana siswa memperoleh kesempatan untuk
memecahkan masalah secara bersama-sama.
Setiap siswa memperoleh kesempatan untuk
mengemukakan pikirannya masing-masing
dalam memecahkan masalah. Pelaksanaan
diskusi, siswa diberi peran-peran tertentu
seperti pemimpin diskusi dan notulis
sedangkan siswa lain menjadi peserta atau
anggota. Tujuannya akan timbul rasa
tanggung jawab dan harga diri.
Kegiatan Kelompok
Kegiata kelompok dapat menjadi suatu teknik
yang baik
dalam bimbingan, karena
kelompok dapat memberikan kesempatan
pada
individu
(para
siswa)
untuk
berpartisipasi secara baik. Banyak kegiatan
tertentu yang lebih berhasil apabila dilakukan
secara secara kelompok. Melalui kegiatan
kelompok dapat mengembangkan bakat dan
menyalurkan dorongan-dorongan tertentu dan
siswa dapat menyumbangkan pemikirannya
sehingga timbul rasa tanggung jawab dan
percaya diri.
Organisasi Siswa
Organisasi siswa khususnya dilingkungan
sekolah dan madrasah dapat menjadi salah
satu teknik dalam bimbingan kelompok.
Melalui organisasi siswa banyak masalahmasalah individual atau kelompok dapat
dipecahkan. Mengaktifkan siswa dalam
organisasi siswa dapat mengembangkan
bakat kepemimpinan dan memupuk rasa
tanggung jawab serta harga diri siswa.
Sosiodrama
Sosiodrama dapat digunakan sebagai salah
satu cara bimbingan kelompok dengan cara
membantu memecahkan masalah siswa
melalui drama. Masalah yang didramakan
adalah masalah-masalah sosial. Metode ini
dilakukan melalui kegiatan bermain peran.
Individu
dalam
sosiodrama
akan
memerankan suatu peran tertentu dari situasi
masalah sosial. Pemecahan masalah individu
diperoleh melalui penghayatan peran tentang
situasi masalah yang dihadapinya. Melalui
pementasan peran tersebut kemudian
diadakan diskusi mengenai cara-cara
pemecahan masalah.
Psikodrama
Hampir
sama
dengan
sosiodrama,
psikodrama adalah upaya pemecahan
masalah melalui drama. Bedanya adalah
masalah yang didramakan. Masalah dalam
sosiodrama yang diangkat adalah masalah
sosial, akan tetapi pada psikodrama yang
didramakan adalah masalah psikis yang
dialami individu.
Pengajaran Remidial
Pengajaran remedial (remedial teaching)
merupakan suatu bentuk pembelajaran yang
diberikan kepada seorang atau beberapa
orang siswa untuk membantu kesulitan
belajar yang dihadapinya. Pengajaran
Universitas Tunas Pembangunan
remedial merupakan salah satu teknik
pemberian bimbingan yang dapat dilakukan
secara individu maupun kelompok tergantung
kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa.
5) Manfaat Bimbingan Kelompok
Manfaat bimbingan kelompok menurut
Dewa Ketut Sukardi (2008:67) yaitu :
1. Diberikan kesempatan yang luas untuk
berpendapat dan membicarakan berbagai hal
yang terjadi disekitarnya.
2. Memiliki pemahaman yang obyektif, tepat,
dan cukup luas tentang berbagai hal yang
mereka bicarakan.
3. Menimbulkan sikap yang positif terhadap
keadaan diri dan lingkungan mereka yang
berhubungan dengan hal-hal yang mereka
bicarakan dalam kelompok.
4. Menyusun program-program kegiatan untuk
mewujudkan penolakan terhadap yang buruk
dan dukungan terhadap yang baik.
5. Melaksanakan kegiatan-kegiatan nyata dan
langsung
untuk
membuahkan
hasil
sebagaimana yang mereka programkan
semula.
Winkel & Sri Hastuti (2004:565) juga
menyebutkan manfaat layanan bimbingan
kelompok adalah mendapat kesempatan
untuk berkontak dengan banyak siswa;
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh
siswa; siswa dapat menyadari tantangan yang
akan dihadapi; siswa dapat menerima dirinya
setelah menyadari bahwa teman-temannya
sering menghadapi persoalan, kesulitan dan
tantangan yang kerap kali sama; dan lebih
berani mengemukakan pandangannya sendiri
bila berada dalam kelompok; diberikan
kesempatan untuk mendiskusikan sesuatu
bersama; lebih bersedia menerima suatu
pandangan atau pendapat bila dikemukakan
oleh seorang teman daripada yang
dikemukakan oleh seorang konselor.
6) Tahap Pelaksanaan Bimbingan Kelompok
Proses layanan sangat ditentukan pada
tahap-tahap yang harus dilalui sehingga
terarah, runtut, dan tepat sasaran. Dimulai
dari tahap awal hingga tahap akhir akan
dijabarkan disini sehingga diharapkan tidak
ada kesalahan dalam proses pemberian
layanan bimbingan kelompok.
Menurut Prayitno (2004: 20-25) ada
beberapa tahap-tahap yang perlu dilalui
dalam pelaksanaan bimbingan kelompok
yaitu
tahap
pembentukan,
peralihan,
kegiatan, dan pengakhiran. Tahap-tahap ini
merupakan suatu kesatuan dalam keseluruhan
kegiatan kelompok. Tahap tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Tahap Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan
dan melibatkan anggota ke dalam kelompok
dengan tujuan agar anggota memahami
maksud bimbingan kelompok. Pemahaman
anggota kelompok memungkinkan anggota
kelompok aktif berperan dalam kegiatan
bimbingan kelompok yang selanjutnya dapat
menumbuhkan minat pada diri mereka untuk
mengikutinya. Tahap ini bertujuan untuk
Prima Westri, SPd
Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling
menumbuhkan suasana saling mengenal,
percaya, menerima, dan membantu temanteman yang ada dalam kelompok.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
adalah mengungkapkan pengertian dan
tujuan kegiatan kelompok dalam rangka
pelayanan bimbingan kelompok; menjelaskan
cara dan asas kegiatan kelompok; anggota
kelompok saling memperkenalkan diri dan
mengungkapkan
diri
dan
melakukan
permainan pengakraban.
b. Tahap Peralihan
Tahap ini merupakan tahap transisi dari
tahap pembentukan ke tahap kegiatan.
Penjelasan kegiatan yang akan dilaksanakan
pemimpin kelompok dapat menegaskan jenis
kegiatan bimbingan kelompok tugas atau
bebas. Setelah jelas kegiatan apa yang harus
dilakukan maka tidak akan muncul keraguraguan atau belum siapnya anggota dalam
melaksanakan kegiatan dan manfaat yang
diperoleh setiap anggota kelompok.
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap
ini adalah pemimpin kelompok menjelaskan
kegiatan yang akan ditempuh pada tahap
berikutnya, menawarkan atau mengamati,
apakah para anggota sudah siap menjalani
kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap
ketiga), membahas suasana yang terjadi,
meningkatkan kemampuan keikutsertaan
anggota dan bila perlu kembali ke beberapa
tahap pertama (tahap pembentukan).
c. Tahap Kegiatan
Tahap ini merupakan tahap inti dari
kegiatan bimbingan kelompok dengan
suasana yang ingin dicapai, yaitu terbahasnya
secara tuntas permasalahan yang dihadapi
oleh anggota kelompok dan terciptanya
suasana untuk mengembangkan diri, baik
yang
menyangkut
pengembangan
kemampuan
berkomunikasi
maupun
menyangkut pendapat yang dikemukakan
oleh kelompok.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
untuk topik tugas adalah pemimpin
kelompok mengemukakan suatu topik untuk
dibahas oleh kelompok kemudian terjadi
tanya jawab antara anggota dan pemimpin
kelompok tentang hal-hal yang belum jelas
menyangkut topik yang dikemukakan
pemimpin kelompok. Selanjutnya anggota
membahas topik tersebut secara mendalam
dan tuntas, serta dilakukan kegiatan selingan
bila diperlukan. Untuk bimbingan kelompok
topik bebas, kegiatan yang dilakukan adalah
masing-masing anggota secara bebas
mengemukakan topik bahasan; menetapkan
topik yang akan dibahas dahulu kemudian
anggota membahas topik secara mendalam
dan tuntas, serta diakhiri kegiatan
permaianan.
d. Tahap Pengakhiran
Tahap ini terdapat kegiatan yaitu
penilaian (evaluasi). Disebut juga tahap
penutup dari serangkaian kegiatan bimbingan
kelompok dengan tujuan telah tuntasnya
topik yang dibahas oleh kelompok tersebut.
Universitas Tunas Pembangunan
Kegiatan
kelompok
berpusat
pada
pembahasan
dan
penjelasan
tentang
kemampuan anggota kelompok untuk
menetapkan hal-hal yang telah diperoleh
melalui
bimbingan
kelompok
dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu
pemimpin
kelompok
berperan
untuk
memberikan penguatan
(reinforcement)
terhadap hasil-hasil yang telah dicapai oleh
kelompok tersebut. Kegiatan yang dilakukan
dalam tahap ini adalah pemimpin kelompok
mengemukakan bahwa kegiatan akan segera
diakhiri. Pemimpin kelompok dan anggota
kelompok mengemukakan kesan dan hasilhasil kegiatan, kemudian mengemukakan
pesan dan harapan.
2.
Pengertian
Pendekatan
Konseling
Behavioristik
1) Hakikat Konseling
Menurut Ahmad (2013) konseling
identik dengan pemberian bantuan,
penyuluhan dan hubungan timbal balik
antara konselor (yang memberikan
konseling)
dan
konseli
(yang
membutuhkan bantuan/ klien). Menurut
Patterson, konseling memiliki ciri khas
yang merupakan hakekat konseling. Ciriciri tersebut adalah:
a. Konseling berurusan dengan
upaya mempengaruhi perubahan
tingkah laku secara sadar pada
pihak
klien
(klien
mau
mengubahnya
dan
mencari
bantuan
konselor
bagi
perubahan).
b. Tujuan
konseling
adalah
mendapatkan
kondisi-kondisi
yang memudahkan perubahan
secara sadar (kondisi-kondisi
dimaksud
berupa
hak-hak
individual
untuk
membuat
pilihan, untuk mandiri dan
“berswatantra”, autonomous).
c. Sebagaimana
dalam
sebuah
hubungan, terdapat pembatasanpembatasan tertentu bagi konseli
(pembatasan-pembatasan
ditentukan oleh tujuan-tujuan
konseling yang dipengaruhi oleh
nilai-nilai dan falsafah konselor).
d. Kondisi-kondisi
yang
memudahkan
perubahan
tingkahlaku diperoleh melalui
wawancara-wawancara
(tidak
seluruh
konseling
adalah
wawancara, tetapi konseling
selalu melibatkan wawancara).
e. Mendengarkan (dengan penuh
perhatian) berlangsung dalam
konseling tetapi tidak seluruh
konseling selalu mendengarkan.
f. Konselor memahami kliennya
(perbedaan antara cara orangorang lain dengan cara konselor
dalam melakukan pemahaman
lebih bersifat kualitatif ketimbang
Prima Westri, SPd
Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling
2)
kuantitatif
dan
pemahaman
belaka tidak menjadi pembeda
antara situasi konseling dengan
situasi lain).
g. Keberadaan konseling bersifat
pribadi (privacy) dan diskusi atau
pembicaraan bersifat rahasia,
dasarnya
bersifat
rahasia
(confidential).
Pengertian Pendekatan Konseling
Behavioristik
Menurut pendapat Ahmad
Virza (2013) behabioristik atau
pengubahan tingkah laku adalah
pengetahuan terapan yang diambil
dari psikologis eksperimen binatang
yang diterpakkan pada manusia dan
telah dicampur dengan pegetahuanpengetahuan
lain
yang
dapat
diterima.
Maksudnya bahwa analisis
tingkah laku diartikan sebagai
prosedur yang diterapkan secara
bertahap yang setiap guru dapat
belajar
menggunakan
untuk
memperbaiki prestasi dan tingkah
laku murid-muridnya. Tahap-tahap
analisis tingkah laku diorganisir
menjadi empat langkah sebagai
berikut :
1)
Memilih satu tingkah laku
tertentu yang akan diubah.
2)
Mengamati dengan seksama
kejadian-kejadian di kelas pada
saat tingkah laku muncul.
3)
Mengembangkan
dan
melaksanakan
strategi
berdasarkan hasil pengamatan.
4)
Menilai hasil strategi.
Menurut
Andishimawan
(2013)
menjelaskan
bahwa
pendekatan behavioristik merupakan
proses pendidikan atau terapi
berhubungan dengan perilaku atau
tingkah
laku
seseorang
yang
dipengaruhi
oleh
lingkungan
disekitarnya. Proses konseling disini
bertujuan
membantu
klien
mempelajari tingkah laku baru untuk
memecahkan masalahnya. Peran
konselor
dalam
konseling
behavioristik adalah aktif, direktif,
sebagai guru, ahli diagnosis dan
sekaligus menjadi model. Kilen juga
dituntut aktif dan mengalami sendiri.
Menurut Gerald Corey (2003:
198), konsep dasar utama dari terapi
tingkah laku adalah bahwa tingkah
laku itu tertib dan bahwa eksperimen
yang dikendalikan dengan cermat
akan menyingkap hukum yang
mengendalikan
tingkah
laku.
Behavioristik ditandai oleh sikap
membatasi
metode-metode
dan
prosedur-prosedur pada data yang
dapat diamati.
Universitas Tunas Pembangunan
3)
Berdasarkan
beberapa
pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa
pendekatan
konseling
behavioristik adalah suatu pandangan
ilmiah tentang tingkah laku manusia,
dalil dasarnya bahwa tingkah laku itu
tertib dan bahkan eksperimen yang
dikendalikan dengan cermat akan
menyingkapkan hukum-hukum yang
mengendalikan
tingkah
laku.
Behavioristik ditandai oleh sikap
membatasi
metode-metode
dan
prosedur-prosedur pada data yang
biasa diamati.
Konsep
Dasar
Pendekatan
Behavioristik
Konsep dasar yang dipakai
oleh Behavior Therapy adalah
belajar. Perilaku dipandang sebagai
respon terhadap stimulasi atau
perangsangan eksternal dan internal.
Tujuannya
untuk
memodifikasi
koneksi-konneksi dan metode-metode
Stimulus-Respon
(S-R)
sedapat
mungkin. Kontribusi terbesar dari
konseling behaviorstik (perilaku)
menurut Sofyan S. Willis (2004: 69)
adalah diperkenalkannya metode
ilmiah dibidang psikoterapi, yaitu
bagaimana memodifikasi perilaku
melalui
rekayasa
lingkungan
sehingga terjadi proses belajar untuk
perubahan perilaku, dalam penelitian
ini memotivasi siswa untuk belajar
melalui bimbingan kelompok.
Pendekatan
behavioristik
dipandang efektif untuk mengatasi
prokrastinasi
akademik
karena
melalui behavioral peserta didik
belajar mengenai perkembangan
kepribadian tingkah laku yang
diperoleh
dari
belajar
dan
berkembang
melalui
proses
kematangan dan belajar. Fischer dan
Gochros (1975:115-19 dalam Payne,
2005) serta Hudson dan MacDonald
(1986:165-6 dalam Payne, 2005)
mengutip beberapa studi yang
menunjukkan bahwa pendekatan
behavioral dapat digunakan secara
efektif pada groupwork. Penggunaan
kelompok konvensional sebagai
pendukung dan penguat terhadap
individu yang menjalankan program
perilaku
atau
yang
sekaligus
melakukan
intervensi
dengan
beberapa orang dalam kelompok.
Pengaturan tersebut dapat menolong
orang-orang
yang
memiliki
permasalahan yang mirip.
Beberapa
pengertian
pengubahan tingkah laku di atas
masih bersifat umum dan memang
pengubahan tingkah laku merupakan
istilah yang umum, namun di dalam
pendidikan sendiri istilah pengubahan
tingkah laku muncul label-label lain
Prima Westri, SPd
Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling
seperti
“Precision
Teaching”,
“Enginered Classroom”, “Behaviour
Analys”, dan label-label lain.
Behaviour analysis (analisis tingkah
laku)
yang
merupakan
pengembangan dari pengubahan
tingkah laku dibidang pendidikan
mempunyai pengertian yang lebih
khusus.
Berdasarkan pendapat di atas
dapat penulis simpulkan bahwa hal
terpenting dalam analisa tingkah laku
adalah strategi pengetahuan selalu
dikembangkan dari suatu pengukuran
yang cermat terhadap lingkungan
sekitar. Strategi ini menekankan
bagaimana menolong murid agar
berhasil dalam bidang akademiknya.
Bila kita menjumpai kemauan pada
murid, perlu memberikan gambaran
sebagai tanda bahwa dia mengalami
kemauan.
Sikap
positif
yang
demikian menjadi strategi analisis
tingkah laku akan lebih berhasil.
b. Pengertian
Bimbingan
Kelompok
Diskusi Behavioristik
Bimbingan
kelompok
dalam
penyelenggaraannya dibagi menjadi dua
yaitu bimbingan yang bersifat informatif
dan bimbingan yang bersifat therapeutic
atau penyembuhan (Budi Ediya Permana,
2009). Bentuk-bentuk dalam pelaksanaan
bimbingan informatif antara lain adalah
bimbingan sambil mengajar, ceramah di
kelas, pemberian nasihat, pemberian
informasi langsung atau lisan. Aktivitas
bimbingan kelompok yang bersifat
therapeutic memiliki beberapa macam
bentuk teknik antara lain sosiodrama,
psikodrama, konseling kelompok dan
psikoterapi kelompok. Penelitian ini
menggunakan bimbingan kelompok diskusi
yang
bersifat
therapeutic
dengan
menggunakan pendekatan behavioristik.
Pengertian tersebut dapat dimaknai
sebagai suatu bentuk pemecahan masalah
dengan memberikan stimulus pada siswa
yang mengalami prokrastinasi akademik
dengan bimbingan konseling kelompok
diskusi.
Behaviorisme mencakup pula apa
yang dinamakan radical behaviorist,
seperti B.F. Skinner. Terlingkup pula
cognitive behavioristik, seperti David
Mechenbaum (1977) dan Aaron Beck
(1976) yang percaya bahwa permainan
pikiran merupakan bagian utama dalam
menentukan tindakan dan pemikiran
merupakan perilaku. Bagi pendekatan
behavioral: perilaku, kognisi dan perasaan
bermasalah terbentuk karena dipelajari,
oleh karenanya dapat diubah melalui proses
belajar. Pandangan behavioristik yang
terbaru mengatakan bahwa manusia
memiliki kebebasan untuk memilih
perilaku
seseorang
berdasarkan
Universitas Tunas Pembangunan
pemahamannya
(Lubis
dalam
Hayatisaputriana, 2013).
Secara
umum
dapat
penulis
simpulkan bahwa secara sederhana
behavioristik dapat didefinisikan sebagai
proses belajar, yang di dalam proses
tersebut konselor mengggunakan prosedur
sistematis
untuk
membantu
klien
menyempurnakan suatu perubahan khusus
dalam perilaku.
c. Tujuan Bimbingan Kelompok Diskusi
Behavioristik
Terapi tingkah laku diarahkan pada
tujuan-tujuan memperoleh tingkah laku
baru, penghapusan tingkah laku yang
maladaptif,
serta
memperkuat
dan
mempertahankan tingkah laku yang
diinginkan (Gerald Corey, 2003: 200).
Analisis tingkah laku diartikan sebagai
prosedur yang ditetapkan secara bertahap
yang
setiap
guru
dapat
belajar
menggunakan untuk memperbaiki prestasi
dan tingkah laku murid-muridnya. Tahaptahap analisis tingkah laku diorganisir
menjadi empat langkah sebagai berikut :
1.
Memilih satu tingkah laku tertentu
yang akan diubah
2.
Mengamati
dengan
seksama
kejadian-kejadian di kelas pada saat
tingkah laku muncul
3.
Mengembangkan dan melaksanakan
strategi
berdasarkan
hasil
pengamatan
4.
Memilih hasil strategi
Beberapa tujuan layanan behaviour di
sekolah menurut Sofyan S. Willis
(2004:70) adalah sebagai berikut :
1)
Tujuan layanan bagi murid
a) Membantu
murid
untuk
mengembangkan pemahman diri
sesuai dengan kecakapan, minat,
pribadi, hasil belajar serta
kesempatan yang ada.
b) Membantu proses sosialisasi dan
sensitivitas kepada kebutuhan
orang lain.
c) Membantu
murid
untuk
mengembangkan
motif-motif
intrinsik dalam belajar, sehingga
tercapai kemajuan pengajaran
yang berarti dan bertujuan.
d) Memberikan dorongan di dalam
mengarahkan diri, pemecahan
masalah, pengambilan keputusan
dan keterlibatan diri dalam proses
pendidikan.
e) Mengembangkan nilai dan sikap
secara
menyeluruh,
serta
perasaan
sesuai
dengan
penerimaan diri.
f) Membantu di dalam memahami
tingkah laku manusia.
g) Membantu murid-murid untuk
memperoleh kepuasan pribadi
dan dalam penyesuaian diri
secara
maksimum
terhadap
masyarakat.
Prima Westri, SPd
Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling
2)
3)
h) Membantu murid-murid untuk
hidup di dalam kehidupan yang
seimbang di dalam aspek fisik,
mental dan sosial.
Tujuan layanan bagi guru
a) Membantu keseluruhan program bagi
pendidikan
untuk
menemukan
kebutuhan-kebutuhan seluruh murid
b) Membantu dalam memperoleh usaha
memahami
individu
dan
individualisasi pengajaran dalam
mencapai
penyesuaian
antara
keunikan
individu
dengan
pendidikan.
Tujuan layanan bagi sekolah
a) Menyusun dan menyesuaikan data
tentang murid yang bermacammacam.
b) Sebagai penengah antara sekolah dan
masyarakat.
c) Mengadakan penelitian tentang murid
dan latar belakangnya.
d) Menyelenggarakan program testing,
baik untuk keperluan seleksi maupun
penempatan.
e) Membantu
menyelenggarakan
kegiatan bagi para guru dan personil
linnya, yang berhubungan dengan
kegiatan bimbingan.
f) Menyelenggarakan
penelitian
lanjutan terhadap murid-murid yang
telah meninggalkan sekolah.
Meskipun telah memanfaatkan
jasa
para
konselor
yang
setia
mendampinginya setiap saat. Menurut
Sofyan S. Willis (2004:70) tujuan
behaviour adalah untuk membantu klien
membuang respon-respon yang lama
yang merusak diri, dan mempelajari
respon-respon yang baru yang lebih
sehat.
Maksudnya
bahwa
terapi
behaviour ini berbeda dengan terapi lain,
dan pendekatan ini ditandai oleh :
1)
Fokusnya pada perilaku yang
spesifik
2)
Kecermatan dan penguraian tujuantujuan treatment (perilaku)
3)
Formulasi
prosedur
treatment
khusus sesuai dengan masalah
khusus
4)
Penilaian objektif mengenai hasil
konseling.
Pengertian ini berarti bahwa hal
yang dicapai dengan terapi behaviour
adalah tingkat perkembangan yang
optimal bagi setiap individu sesuai
dengan kemampuannya, agar dapat
menyesuaikan
dirinya
dengan
lingkungan.
Menurut Gerald Corey (2003: 205)
menjelaskan bahwa terapi tingkah laku
secara khas adalah : “Sebagai guru,
pengarah, dan ahli dalam mendiagnosa
tingkah laku yang mal adaptif dan dalam
menentukan
prosedur-prosedur
penyembuhan
yang
diharapkan,
mengarah pada tingkah laku yang baru
Universitas Tunas Pembangunan
(adjustive)”. Berarti bahwa peran seorang
konselor sesungguhnya adalah sebgai
mesin perkuatan. Konselor pada dasarnya
terlihat dalam pemberian penguatanpenguatan sosial, baik yang positif
maupun
negatif.
Meskipun
mempersiapkan dirinya sebagai pihak
yang
netral
sehubungan
dengan
pertimbangan-pertimbangan
nilai,
konselor membentuk tingkah laku klien
dengan cara langsung maupun tidak
langsung.
Ketidakberhasilan konseling yang
dimaksud bukan semata-mata karena
faktor dari klien atau siswa sendiri dan
juga bukan semata-mata faktor dari
konselor. Kecakapan memilih serta
mengaplikasikan teori atau pendekatan
konseling tertentu, nampaknya menjadi
salah satu penyebabnya. Logikanya,
karena setiap idividu tidak sama
masalahnya, maka teknik konseling yang
dipergunakan oleh konselor selayaknya
disesuaikan dengan perbedaan individu
tersebut. Untuk menguasai teori atau
pendekatan dalam konseling, perlu
mempelajari teori-teori atau pendekatanpendekatan dalam psikoterapi dan
konseling. Fungsinya adalah agar kita
dapat fleksibel memilih teknik-teknik
mana yang cocok untuk membantu klien
sesuai dengan karakteristiknya.
Bimbingan
kelompok
pada
umumnya dilaksanakan dengan tujuan
untuk menangani individu-individu yang
memiliki masalah yang sama. Bennett
(dalam Tatiek Romlah 2006: 14)
mengemukakan bahwa tujuan dari
bimbingan kelompok yaitu memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk
belajar hal-hal yang penting bagi dirinya,
memberikan layanan melalui kegiatan
secara kelompok, mencapai tujuan
bimbingan secara lebih praktis dan
ekonomis.
Pendapat ahli tersebut menegaskan
bahwa melalui bimbingan kelompok,
individu akan memperoleh kesempatan
untuk mengenali diri sendiri baik
kelebihan maupun kekurangannya serta
memperoleh pelajaran tentang cara
berkelompok.
Secara praktis, dalam kelompok
hampir semua materi konseptual dan
teoritikal yang berasal dari teori behavior
diintegrasikan ke dalam wilayah terapi
behavior. Kelompok-kelompok diskusi
behavioristik
dalam
terapi,
baik
kelompok interpersonal yang bersifat
mendidik dan meliputi tujuan-tujuan
khusus, biasanya terpusat pada selfimprovement (perbaikan diri). Kelompok
transaksional lebih heterogen dan
terfokus pada keluasan, tujuan yang
spesifik (Nur Aeni Latifah, 2011).
Berdasarkan beberapa penjelasan di
atas, diketahui bahwa bimbingan
Prima Westri, SPd
Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling
d.
kelompok
diskusi
dengan
teknik
behavioristik adalah layanan bimbingan
yang diberikan kepada individu secara
berkelompok dalam mengatasi suatu
permasalahan yang dihadapi dengan cara
berdiskusi yang bersifat mendidik dengan
tujuan self-improvement (perbaikan diri).
Manfaat Bimbingan Kelompok Diskusi
Behavioristik
Bimbingan kelompok memiliki
berbagai macam manfaat. Winkel dan Sri
Hastuti
(2004:565)
mengemukakan
bahwa bimbingan kelompok memiliki
banyak keuntungan diantaranya yaitu,
memberikan informasi yang dibutuhkan
oleh siswa; siswa dapat menyadari
tantangan yang akan dihadapi; siswa
dapat
menerima
dirinya
setelah
menyadari bahwa teman-temannya sering
menghadapi persoala, kesulitan, dan
tantangan yang kerap kali sama;
diberikan
kesempatan
untuk
mendiskusikan bersama; dan menerima
pendapat dari orang lain.
Paparan
tersebut
menegaskan
bahwa di dalam bimbingan kelompok,
anggota kelompok diharapkan mampu
mengungkapkan permasalahan yang
dihadapi dan mampu bertukar pendapat
sehingga dapat menyelesaikan dengan
baik permasalahan yang dihadapi.
Manfaat bimbingan kelompok
diskusi dengan teknik Behavioral (Nur
Aeni Latifah, 2011) sebagai berikut:
a. Lebih menyadari perilaku-perilaku
spesifik dan kebutuhan lain untuk
berubah
dan
bagaimana
menyelesaikannya.
b. Partisipan akan mampu menilai
bagaimana
sebaiknya
mereka
mengubah perilakunya, sebagaimana
dibutuhkan
dalam
lingkungan
kehidupan keseharian mereka.
c. Anggota akan lebih mengetahui modelmodel baru untuk mencapai tujuan
yang mereka inginkan. Berhubungan
dengan fokus hasil kedua. Kelompok
behavioral berkisar di sekitar belajar,
pelajaran pokok yang dipelajari
dalam adegan ini adalah berbagai
cara untuk memodifikasi perilaku.
Perubahan yang besar dan pengaruh
yang
kuat
dalam
kelompok
bergantung
pada
bagaimana
kelompok berfungsi dengan baik dan
dedikasi anggota-anggota kelompok.
Manfaat tersebut dapat dijelaskan
lebih lanjut bahwa bimbingan kelompok
diskusi behavioristik adalah mampu
mengembangkan pemikiran rasional
dalam
memecahkan
permasalahan,
memberikan dukungan untuk mengubah
perilaku
yang
dibutuhkan
dalam
lingkungannya, membangkitkan motivasi
dalam
mengutarakan
pendapatnya,
meningkatkan percaya diri dalam
bimbingan kelompok, menumbuhkan
Universitas Tunas Pembangunan
e.
g.
partisipasi dan semangat yang tinggi
dalam belajar, dan meningkatkan
kedisiplinan dalam belajar.
Tahap-tahap Bimbingan Kelompok
Diskusi Behavioristik
Pelaksanaan bimbingan kelompok
dapat berjalan dengan baik apabila
dilaksanakan sesuai dengan tahap-tahap
yang sudah ditentukan. Rusmana (dalam
Hariadi Ahmad, 2011) menjelaskan
tahap-tahap
bimbingan
kelompok
behavioristik yaitu: 1) eksperientasi
(experience), 2) identifikasi (identify), 3)
analisis (analize), dan 4) generalisasi
(generalize). Tahap-tahap tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Eksperientasi (experience)
Anggota
kelompok
melakukan
kegiatan yang diarahkan pada upaya
memfasilitasi anggota kelompok
yang lain untuk mengekplorasi
perasaan-perasaan negatif dan positif.
2) Identifikasi (identify)
Tahap ini anggota kelompok melihat
secara mendalam keadaan dirinya
dikaitkan dengan permasalahan yang
sedang di diskusikan.
3) Analisis (analize)
Anggota kelompok merefleksikan
perasaan-perasaan dengan kondisi
nyata yang dihadapi sesuai dengan
jalannya diskusi.
4) Generalisasi (generalize)
Klien
diharapkan
mampu
menerapkan perilaku-perilaku baru
sebagai hasil diskusi dan diharapkan
mampu mengatasi permasalahan
yang dihadapi.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
penulis simpulkan bahwa tahap-tahap
bimbingan kelompok behavioristik yaitu:
1)
eksperientasi
(experience),
2)
identifikasi
(identify),
3)
analisis
(analize),
dan
4)
generalisasi
(generalize).
Kelebihan
dan
Kekurangan
Pendekatan Behavioristik
Kelebihan
dan
kekurangan
pendekatan
behavioristik
menurut
Hayatisaputriana (2013) adalah :
1)
Kelebihan
Pendekatan
Behavioristik
1. Ada hasil konkrit/ nyata yang
didapat
(yaitu
perubahan
perilaku). Jika client centered
therapy, humanistik, dll lebih
bersifat
abstrak
dan
menakankan pada insight yang
diperoleh klien.
2. Pembuatan tujuan terapi antara
terapis dan klien di awal sesi
terapi dan hal itu dijadikan
acuan keberhasilan proses
terapi.
Prima Westri, SPd
Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling
3.
Memiliki berbagai macam
teknik konseling yang teruji
dan selalu diperbaharui.
4. Waktu konseling relatif singkat.
5. Kolaborasi yang baik antara
konselor dan konseli dalam
penetapan tujuan dan pemilihan
teknik.
2) Kekurangan
Pendekatan
Behavioristik
1. Behavior
therapy dapat
mengubah perilaku, tetapi tidak
mengubah perasaan.
2. Behavior therapy mengabaikan
faktor-faktor penting dalam
hubungan terapi.
3. Behavior
therapy tidak
menimbulkan insight.
4. Behavior
therapy lebih
mementingkan memperlakukan
simtom-simtomya
daripada
penyebab.
5. Behavior
therapy meliputi
kontrol dan manipulasi oleh
terapis.
3.
Prokrastinasi Akademik Siswa
a.
Pengertian Prokrastinasi Akademik
Istilah prokrastinasi pertama kali
dicetuskan oleh Brown & Holtzman pada
tahun 1967 (dalam Risalatuna, 2013).
Prokrastinasi adalah menangguhkan atau
menunda sampai hari berikutnya. Pada
kalangan ilmuwan istilah prokrastinasi
akademik digunakan untuk menunjukkan
suatu kecenderungan menunda-nunda
penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan.
Seseorang
yang
mempunyai
kecenderungan untuk menunda atau tidak
segera menyelesaikan tugas dalam kurun
waktu yang tidak sesuai dengan harapan.
Orang yang melakukan perilaku menunda
disebut penunda (prokrastinator) lebih
banyak dimanifestasikan dalam dunia
pendidikan yang sering disebut dengan
prokrastinasi akademik.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut
dapat
penulis
simpulkan
bahwa
prokrastinasi akademik adalah menunda
dengan sengaja kegiatan yang diinginkan
walaupun
mengetahui
bahwa
penundaannya
dapat
menghasilkan
dampak buruk.
Solomon dan Rothblum (dalam
Dini, 2010) mengemukakan bahwa
prokrastinasi
akademik
adalah
kecenderungan untuk menunda dalam
memulai maupun menyelesaikan tugas
untuk melakukan aktivitas lain yang tidak
berguna, sehingga kinerja menjadi
terhambat, tidak dapat menyelesaikan
tugas tepat waktu, serta sering terlambat
datang ke sekolah.
Universitas Tunas Pembangunan
Berdasarkan pendapat tersebut
dapat
penulis
simpulkan
bahwa
prokrastinasi
akademik
adalah
kecenderungan untuk menunda dalam
memulai maupun menyelesaikan tugas
untuk melakukan aktivitas lain yang tidak
berguna.
Ellis dan Knaus (dalam Gufron,
2003) mengatakan bahwa prokrastinasi
akademik adalah kebiasaan penundaan
yang tidak bertujuan dan proses
penghindaran tugas. Hal tersebut
seharusnya tidak perlu dilakukan
seseorang karena adanya ketakutan untuk
gagal, serta adanya pandangan bahwa
segala sesuatu harus dilakukan dengan
benar, dan penundaan yang telah menjadi
respon tetap atau kebiasaan dapat
dipandang sebagai suatu trait yang
menghasilkan dampak yang tidak baik.
Pendapat ahli tersebut dapat penulis
simpulkan bahwa prokrastinasi akademik
seharusnya tidak perlu dilakukan
seseorang karena akan menghasilkan
dampak yang tidak baik.
Suatu penundaan dikatakan sebagai
prokrastinasi
akademik,
apabila
penundaan dilakukan berulang-ulang
secara sengaja dan menimbulkan
perasaan tidak nyaman, secara subjektif
dirasakan oleh seseorang prokrastinator
(Solomon dan Rothblum dalam Dini
2010).
Berdasarkan pendapat di atas dapat
penulis simpulkan bahwa seseorang yang
melakukan penundaan secara berulangulang akan mengakibatkan munculnya
perasaan tidak nyaman karena pada
dasarnya
seorang
prokrastinator
memahami penundaan yang dilakukan
tersebut tidak baik untuk dirinya sendiri.
Menurut Millgram (dalam Gufron,
2003) menunjukkan bahwa prokrastinasi
akademik adalah suatu perilaku spesifik,
yang meliputi :
1) Perilaku yang melibatkan unsur
penundaan, baik untuk memulai
maupun menyelesaikan suatu tugas
atau aktivitas.
2) Menghasilkan akibat-akibat lain yang
lebih jauh, misalnya keterlambatan
menyelesaikan
tugas
maupun
kegagalan dalam mengerjakan tugas.
3) Melibatkan suatu
tugas yang
dipersepsikan
oleh
pelaku
prokrastinasi akademik sebagai suatu
tugas yang penting untuk dikerjakan.
4) Menghasilkan keadaan emosional
yang tidak menyenangkan, misalnya
perasaan cemas, perasaan bersalah,
marah, panik.
Berdasarkan pendapat beberapa
ahli di atas dapat dijelaskan bahwa
prokrastinasi akademik adalah perilaku
penundaan yang khusus terjadi di dalam
konteks tugas-tugas akademik. Pelaku
melakukan penundaan, baik untuk
Prima Westri, SPd
Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling
memulai maupun menyelesaikan suatu
tugas atau aktivitas, menghasilkan akibatakibat lain yang melibatkan suatu tugas
yang dipersepsikan oleh seorang pelaku
prokrastinasi akademik sebagai suatu
tugas yang penting untuk di kerjakan, dan
menghasilkan keadaan emosional yang
tidak menyenangkan.
b. Bentuk-Bentuk
Prokrastinasi
Akademik
Menurut Ferrari dkk (dalam Dini,
2010)
bentuk-bentuk
prokrastinasi
akademik ada dua yaitu : (1) Prokrastinasi
akademik
Fungsional
(Functional
Procrastination), dan (2) Prokrastinasi
akademik Disfungsional (Disfunctional
Procrastination).
Berdasarkan pendapat di atas dapat
dijelaskan bahwa prokrastinasi akademik
fungsional adalah penundaan mengerjakan
tugas bertujuan memperoleh informasi
yang lebih lengkap atau akurat.
Prokrastinasi akademik Disfungsional
adalah penundaan yang tidak bertujuan
sehingga
berakibat
buruk
dan
menimbulkan masalah.
Menurut pendapat ahli tersebut
dapat
penulis
simpulkan
bahwa
prokrastinasi akademik dibagi menjadi
dua
yaitu
prokrastinasi
akademik
disfungsional dan prokrastinasi akademik
fungsional.
Solomon dan Rothblum (dalam
Dini, 2010) secara lebih jelas membagi
kinerja tugas akademik dalam beberapa
area yang lebih spesifik yaitu : (1) Tugas
mengarang, (2) Tugas belajar menghadapi
ujian, (3) Tugas membaca, (4) Tugas
administratif, (5) Menghadiri pertemuan
akademik, dan (6) Performansi tugas
akademik secara keseluruhan.
Penelitian ini membahas tentang
performasi tugas akademik secara
keseluruhan. Sasaran dalam penelitian
tersebut untuk para peserta didik yang
mengalami masalah dalam menentukan
prioritas waktu yang dimilikinya.
c. Ciri-Ciri Prokrastinasi Akademik
Ferrari dkk (dalam Gufron, 2003)
menjelaskan
bahwa
prokrastinasi
akademik dapat termanifestasikan dalam
indikator tertentu yang dapat diukur dan
diamati ciri-ciri tertentu berupa:
1) Penundaan untuk memulai maupun
menyelesaikan kerja pada tugas yang
dihadapi.
2) Keterlambatan dalam menyelesaikan
tugas
3) Kesenjangan waktu antara rencana
dan kinerja aktual.
4) Melakukan aktivitas lain yang lebih
menyenangkan daripada melakukan
tugas yang harus dikerjakan.
Ciri-ciri di atas dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Penundaan untuk memulai maupun
menyelesaikan kerja pada tugas yang
Universitas Tunas Pembangunan
2)
3)
4)
dihadapi.
Seorang
pelaku
prokrastinasi menyadari bahwa tugas
yang
dihadapi
harus
segera
diselesaikan dan berguna bagi
dirinya, akan tetapi sikap yang
ditunjukkan
cenderung
untuk
menunda-nunda mengerjakan atau
menyelesaikan tugas sampai tuntas.
Keterlambatan dalam mengerjakan
tugas. Orang yang melakukan
prokrastinasi akademik memerlukan
waktu yang lebih lama daripada
waktu yang dibutuhkan pada
umumnya dalam mengerjakan suatu
tugas.
Seorang
prokrastinator
menghabiskan
waktu
yang
dimilikinya untuk mempersiapkan
diri secara berlebihan, maupun
melakukan hal-hal yang tidak
dibutuhkan dalam penyelesaian suatu
tugas, tanpa memperhitunngkan
keterbatasan waktu yang dimilikinya.
Terkadang
tindakan
tersebut
mengakibatkan
seseorang
tidak
berhasil menyelesaikan tugasnya
secara memadai. Kelambanan, dalam
arti, lambatnya kerja seseorang
dalam melakukan suatu tugas dapat
menjadi ciri yang utama dalam
prokrastinasi akademik.
Kesenjangan waktu antara rencana
dan
kinerja
aktual.
Seorang
prokrastinator mempunyai kesulitan
untuk melakukan sesuatu sesuai
dengan batas waktu yang telah
ditentukan
sebelunya.
Seorang
prokrastinator sering mengalami
keterlambatan dalam memenuhi
batas waktu yang telah ditentukan,
baik oleh orang lain maupun
rencana-rencana yang telah tentukan
sendiri. Seseorang mungkin telah
merencanakan
untuk
mulai
mengerjakan tugas pada waktu yang
telah ditentukan sendiri, akan tetapi
ketika saatnya tiba orang tersebut
tidak juga melakukannya sesuai
dengan yang telah direncanakan,
sehingga
menyebabkan
keterlambatan maupun kegagalan
untuk menyelesaikan tugas secara
memadai.
Melakukan aktivitas lain yang lebih
menyenangkan daripada melakukan
tugas yang harus dikerjakan. Seorang
prokrastinator dengan sengaja tidak
segera melakukan tugasnya, akan
tetapi menggunakan waktu yang
dimiliki untuk melakukan aktivitas
lain
yang
dipandang
lebih
menyenangkan dan mendatangkan
hiburan, antara lain membaca,
nonton,
ngobrol,
jalan-jalan,
mendengarkan musik, sehingga
menyita waktu luang yang dimiliki
untuk mengerjakan tugas yag harus
diselesaikan.
Prima Westri, SPd
Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling
Karakteristik
prokrastinasi
akademik menurut Young (dalam Dini,
2010),
karakteristik
orang
yang
melakukan perilaku menunda yaitu:
1)
Kurang dapat mengatur waktu
2)
Percaya diri yang rendah
3)
Menganggap diri terlalu sibuk jika
harus mengerjakan tugas
4)
Keras
kepala,
dalam
arti
menganggap orang lain tidak dapat
memaksanya
mengerjakan
pekerjaan
5)
Memanipulasi tingkah laku orang
lain dan menganggap pekerjaan
tidak dapat dilakukan tanpanya
6)
Menjadikan penundaan sebagai
coping
untuk
menghindarkan
tekanan
7)
Merasa dirinya sebagai korban
yang tidak dapat mengerjakan
sesuatu yang dapat dikerjakan
orang lain.
Karakteristik
di
atas
dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Kurang dapat mengatur waktu.
Seorang prokrastinator sering kali
merasa kesulitan untuk mengatur
waktu luang yang dimiliki, waktu
luang yang ada sering kali
dimanfaatkan dengan kegiatan yang
kurang ada manfaatnya.
2) Percaya diri yang rendah. Seorang
prokrastinator memiliki tingkat
kepercayaan diri yang rendah,
karena setiap dihadapkan pada
penyelesaian tugas mereka merasa
ragu untuk dapat menyelesaikannya.
3) Menganggap diri terlalu sibuk jika
harus mengerjakan tugas. Seorang
prokrastinator memiliki anggapan
bahwa tidak ada waktu luang yang
dimiliki sehingga membuat sibuk
dan tidak sempat mengerjakan
tugas.
4) Keras
kepala,
dalam
arti
menganggap orang lain tidak dapat
memaksanya
mengerjakan
pekerjaan. Seorang prokrastinator
memiliki anggapan bahwa setiap
kegiatan yang dilakukan merupakan
kehendaknya sendiri sehingga orang
lain tidak dapat memaksanya.
5) Memanipulasi tingkah laku orang
lain dan menganggap pekerjaan
tidak dapat dilakukan tanpanya.
Seorang
prokrastinator
segala
kegiatan yang ada tidak akan dapat
berjalan tanpa dirinya, sehingga
tidak dapat orang lain memaksanya
untuk melakukan sesuatu pekerjaan.
6) Menjadikan penundaan sebagai
alasan
untuk
menghindarkan
tekanan. Prokrastinator menjadikan
penundaan sebagai perlindungan
untuk dirinya.
7) Merasa dirinya sebagai korban yang
tidak dapat mengerjakan sesuatu
Universitas Tunas Pembangunan
d.
yang dapat dikerjakan orang lain.
Seorang
prokrastinator
sering
beranggapan bahwa apabila dirinya
gagal dalam menyelesaikan tugas
tersebut berarti bahwa dirinya
seorang korban yang tidak mampu
mengerjakan tugas seperti orang
lain.
Sapadin dan Maquire (dalam Dini ,
2010)
mengemukakan
karateristik
perilaku prkrastinasi akademik antara
lain:
1)
Perfeksionisme
2)
Pemimpi
3)
Pencemas
4)
Penentang
5)
Pembuat masalah
6)
Terlalu banyak tugas
Karakteristik
di
atas
dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1)
Perfeksionisme, yaitu mengerjakan
suatu tugas diharapkan mencapai
keberhasilan
yang
sempurna,
apabila belum mencapai yang
diharapkan maka akan lebih baik
menundanya.
2)
Pemimpi, yaitu banyak mempunyai
ide besar tapi sulit untuk
merealisasikan.
3)
Pencemas, yaitu banyak diwarnai
perasaan takut gagal yang tanpa
alasan.
4)
Penentang, yaitu tidak mau
diperintah atau dinasehati orang
lain, akibatnya pekerjaan tidak
terarah bahkan tertunda.
5)
Pembuat masalah, yaitu segala
tindakan yang dilakukan dapat
menimbulkan suatu permasalahan
baru
yang
tidak
tahu
pemecahannya.
6)
Terlalu banyak tugas, yaitu merasa
bahwa dirinya terlalu sibuk,
sehingga tidak tahu atau sulit
membuat pekerjaan yang harus
dikerjakan lebih dulu
Faktor-Faktor Penyebab Prokrastinasi
Akademik
Biordy (dalam Dini,
2010)
mengemukakan
faktor-faktor
yang
menyebabkan prokrastinasi akademik
yang dapat dikategorikan menjadikan tiga
macam yaitu:
1) Karakteristik
tugas
yang
dipersepsikan peserta didik sebagai
tugas yang menyenangkan atau
membosankan mempengaruhi peserta
didik untuk menunda penyelesaian
tugas.
2) Faktor kepribadian prokrastinator.
3) Faktor situasional.
Faktor-faktor
prokrastinasi
akademik tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1) Karakteristik
tugas
yang
dipersepsikan peserta didik sebagai
tugas yang menyenangkan atau
Prima Westri, SPd
Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling
membosankan
mempengaruhi
peserta didik untuk menunda
penyelesaian tugas. Karakteristik
tugas yang membosankan pada
umumnya membuat peserta didik
melakukan penundaan terhadap suatu
tugas karena peserta didik lebih
memilih kegiatan lain yang lebih
menyenangkan.
2) Faktor kepribadian prokrastinator.
Individu yang memiliki kepercayaan
diri yang rendah akan lebih
cenderung melakukan prokrastinasi
akademik.
3) Faktor situasional, gangguan atau
distraksi lingkungan mempengaruhi
seorang untuk menunda pekerjaan.
Artinya seseorang akan cenderung
mengabaikan atau menunda dalam
penyelesaian tugas karena gangguan
yang dialaminya, seperti adanya
saudara yang berkunjung.
Menurut Ayu Apriyana (2013),
berpendapat
bahwa
prokrastinasi
akademik
dipengaruhi
faktor-faktor
sebagai berikut: 1) Tidak yakin diri, 2)
Toleransi frustrasi yang rendah, 3)
Menuntut kesempurnaan, 4) Perbedaan
jenis kelamin, dan 5) Pandangan fatalistik.
Paparan di atas dapat dimaknai
sebagai berikut:
1) Tidak yakin diri
Merupakan faktor yang muncul
dalam diri individu karena kurang
percaya diri akan kemampuan yang
dimiliki sehingga merasa tidak
mampu untuk menyelesaikan tugas
yang menjadi tanggung jawabnya.
2) Toleransi frustasi yang rendah
Kemampuan untuk
menghadapi
frustasi yang kurang atau tidak siap
menerima kenyataan terburuk yang
akan terjadi akibat situasi yang
ditimbulkannya sendiri.
3) Menuntut kesempurnaan
Seseorang
yang
menuntut
kesempurnaan akan cenderung untuk
menunda-nunda penyelesaian tugas
dengan alasan mencari bahan yang
lebih banyak untuk mendapatkan
hasil yang sempurna, padahal dengan
menunda-nunda penyelesaian tugas
akan menimbulkan dampak yang
lebih buruk dan tidak akan
menghasilkan kesempurnaan yang
diinginkannya.
4) Perbedaan jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin dapat
memepengaruhi
hasil
kerja
seseorang, seorang perempuan pada
umumnya memiliki kemampuan
untuk menerima tekanan lebih tinggi
dibandingkan dengan pria.
5) Pandangan fatalistik
Pemikiran seseorang yang negatif
tentang hasil yang akan di capainya
Universitas Tunas Pembangunan
e.
akan menimbulkan hasil yang buruk
dalam pekerjaan yang dilakukannya.
Beberapa faktor yang menyebabkan
munculnya
perilaku
prokrastinasi
akademik, Ferrari (dalam Dini, 2010)
menyebutkan beberapa faktor yang
mempengaruhi prokrastinasi akademik,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang berasal
dari dalam diri individu yang turut
membentuk
perilaku
prokrastinasi
akademik, meliputi faktor fisik seperti
kondisi
fisiologis
seseorang
yang
mendorong kearah prokrastinasi akademik
seperti kelelahan dan faktor psikologis
seseorang yang meliputi tipe kepribadian
dan motivasi. Semakin tinggi motivasi
intrinsik yang dimiliki individu ketika
menghadapi suatu tugas, akan semakin
rendah kecenderungan untuk melakukan
prokrastinasi akademik. Faktor eksternal
meliputi banyaknya tugas yang menuntut
penyelesaian pada waktu yang hampir
bersamaan, pola asuh orang tua, pengaruh
teman sebaya, dan kondisi lingkungan.
Braid (dalam Timpe terjemahan
Susanto Boedidharmo, 1999 : 352) juga
mengemukakan bahwa
prokrastinasi
akademik dapat dipengaruhi beberapa
faktor yaitu: 1) Kerumitan, 2) Ketakutan.
Paparan di atas dapat dimaknai sebagai
berikut:
1) Kerumitan merupakan suatu
pemikiran yang salah yang muncul
ketika seseorang mendapatkan
suatu masalah yang dianggap susah
untuk diselesaikan.
2) ketakutan pada umumnya akan
muncul ketika seseorang merasa
tidak mampu untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi dan merasa
tidak mampu untuk menanggung
resiko yang akan diterimanya.
Menurut pendapat para ahli
tersebut di atas, dapat penulis simpulkan
bahwa faktor penyebab prokrastinasi
akademik dapat berasal dari dalam
dirinya sendiri maupun dari lingkungan
luar.z
Akibat Prokrastinasi Akademik
Perilaku
menunda
dapat
mempengaruhi keberhasilan akademik
dan pribadi individu. Sirois (dalam Dini,
2010) mengemukakan bahwa konsekuensi
negatif yang timbul dari perilaku
menunda, yaitu: 1) performa akademik
yang rendah, 2) stress yang tinggi, 3)
menyebabkan penyakit, 4) kecemasan
yang tinggi.
1) Performa akademik yang rendah
Performa akademik yang rendah
adalah akibat dari pemikiran negatif
yang
terdapat
dalam
pikiran
seseorang sehingga menimbulkan
konsekuensi yang negatif pula dalam
Prima Westri, SPd
Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling
2)
3)
4)
perilaku
akademik
yang
dilakukannya.
Stress yang tinggi
Stress merupakan tekanan yang
terjadi dalam pikiran seseorang,
seorang
yang
melakukan
prokrastinasi akademik cenderung
akan mengalami stress karena tugas
yang terbengkalai padahal waktu
pengumpulan sudah semakin dekat.
Hal tersebut akan mengakibatkan
stress bagi individu yang mengalami
prokrastinasi akademik.
Menyebabkan penyakit
Setiap pekerjaan yang ditunda akan
menimbulkan konsekuensi di akhir,
seperti orang harus memforsir
kemampuan pikiran dan fisiknya
untuk
dapat
mengejar
target
pengumpulan tugas sehingga dapat
berakibat kelelahan fisik atau
menjadikan sakit.
Kecemasan yang tinggi
Seseorang
yang
melakukan
prokrastinasi akademik sebenarnya
sadar akan konsekuensi yang akan
dihadapinya. Hal tersebut akan selalu
membayangi dalam pikiran seorang
prokrastinator
sehingga
menimbulkan
kecemasan
yang
tinggi.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan
bimbingan dan konseling (PTBK) yang terdiri dari dua
siklus dan tiap siklus dimulai dengan perencanaan
(planning),
pelaksanaan
(action),
pengamatan
(observation), dan refleksi (reflecting).
Subjek penelitian yaitu 15 siswa dari kelas VIII
A,B,C,D SMPN 2 Tasikmadu Karanganyar yang
mengalami prokrastinasi akademik tinggi. Adapun
instrumen pokok yang digunakan adalah berupa angket
skala
prokrastinasi
akademik
dan
instrumen
pelengkapnya yaitu observasi dan wawancara. Teknik
analisis data menggunakan analisis persentasi dan
analisis deskriptif yaitu:
Data hasil skala prokrastinasi akademik yang diperoleh
sebelum tindakan (pre-test) ditetapkan sebagai base rate,
sedangkan yang diperoleh setelah pelaksanaan tindakan
(post-test) ditetapkan sebagai post rate.
ℎ =
100 %
(D.L Godwin dan T. J Coates, 1976:57)
Kriteria Keberhasilan
Indikator
kinerja dalam penelitian adalah
ketercapaian hasil tindakan yang ditunjukkan oleh
perilaku subjek. Subjek mengalami perubahan secara
berkala dalam setiap siklus yang diberikan. D.L Godwin
dan T. J Coates (1976:57) menyatakan bahwa tindakan
dikatakan berhasil jika terjadi perubahan perilaku sebesar
50% pada diri individu. Mengacu pada perumusan
tersebut maka bimbingan kelompok menggunakan
metode diskusi kelompok dinyatakan berhasil jika setelah
(
)
Universitas Tunas Pembangunan
pemberian tindakan terjadi perubahan perilaku pada
subjek minimal 50% dari keadaan semula.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
bimbingan dan konseling (PTBK) tentang efektivitas
layanan bimbingan kelompok diskusi melalui pendekatan
konseling behavioristik untuk mengatasi prokrastinasi
akademik siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tasikmadu.
Berdasarkan hasil observasi yang ditindak lanjuti dengan
menggunakan skala prokrastinasi akademik. Berdasarkan
hasil pengerjaan skala prokrastinasi akademik dapat
digolongkan menjadi 3 kriteria tingkatan, yaitu tinggi
101-114, Sedang 87-100, Rendah 73-86. Bagi subjek
yang mendapat nilai tinggi dalam pengisian skala
prokrastinasi akademik, maka subjek tersebut mengalami
kecenderungan prokrastinasi akademik tinggi dan
memerlukan penanganan. 50 subjek yang mengikuti
pretest terdapat 15 subjek yang mengalami tingkat
prokrastinasi akademik yang tinggi.
Hasil penilitian menunjukkan persentase perubahan
pada siklus I sebesar -29,28% (mengalami penurunan
29,28%) dan perubahan persentase pada siklus II sbesar 52,36% (mengalami penurunan 52,36%). Berdasarkan
prosentase perubahan yang dicapai pada siklus II
menunjukkan bahwa para subjek telah memenuhi
indikator keberhasilan yang ditetapkan, maka layanan
bimbingan kelompok menggunakan metode diskusi
kelompok dinyatakan efektif untuk mengatasi
prokrastinasi akademik pada subjek Kelas VIII SMP
Negeri 2 Tasikmadu. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penelitian layanan bimbingan kelompok diskusi
melalui pendekatan konseling behavioristik efektif untuk
mengatasi prokrastinasi akademik pada siswa kelas VIII
SMP Negeri 2 Tasikmadu Tahun Pelajaran 2016/ 2017.
Simpulan
Berdasarkan penelitian tindakan Bimbingan dan
Konseling (PTBK) yang telah dilaksanakan dengan dua
siklus maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Penelitian tindakan mengenai layanan bimbingan
kelompok diskusi melalui pendekatan konseling
behavioristik
untuk
mengatasi
prokrastinasi
akademik siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tasikmadu
tahun pelajaran 2016/2017. Hal tersebut dapat
dibuktikan berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh pada siklus I dengan rata-rata penurunan
yang diperoleh masing-masing subjek sebesar -29,28
(mengalami penurunan 29,28%). Hasil tersebut
belum mencapai target pada indikator keberhasilan
yang telah ditetapkan, sehingga harus dilanjutkan ke
siklus II. Pelaksanaan tindakan pada siklus II
persentase perubahan pada masing-masing subjek
yaitu rata-rata sebesar -52,36% (mengalami
penurunan 52,36%).
2. Subjek penelitian mampu mengikuti kegiatan
bimbingan kelompok diskusi melalui pendekatan
konseling behavioristik dengan baik. Hal tersebut
dapat dibuktikan dengan antusiasme kesiapan saat
pelaksanaan diskusi. Subjek yang sebelumnya sering
terlambat mengumpulkan tugas, setelah mengikuti
kegiatan bimbingan kelompok diskusi melalui
pendekatan konseling behavioristik menjadi lebih
rajin dalam pengumpulan tugas di sekolah yaitu tepat
dalam pengumpulan tugas. Perubahan yang terjadi
tersebut menjadi bukti bahwa layanan bimbingan
Prima Westri, SPd
Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling
kelompok diskusi melalui pendekatan konseling
behavioristik terbukti efektif untuk mengatasi
prokrastinasi akademik siswa kelas VIII SMP Negeri
2 Tasikmadu tahun pelajaran 2016/2017.
Lilik Maryanto. (2012). Produk Perencanaan Penilaian
Layanan.
Https://lilikmaryanto.wordpress.com/author/lilik
maryanto/
Referensi
Ahmad. 2013. Science Hakekat Bimbingan dan
Konseling.
Http://ahmadscr.
blogspot.co.id/2012/05/hakekat-bimbingan-dankonseling.html?m=1
M. Nur Ghufron. (2003). Prokrastinasi Akademik
Mahasiswa Ditinjau dari Regulasi Diri dalam
Belajar.
Http://journal.stainkudus.ac.id/
index.php/Quality/article/view/2097
Ahmad
Virza.
2013.
Behavioristik.
Http://ahmadvirz.blogspot.
co.id/2013/04.behavioristik.html?m=1
Andishimawan. (2013). Makalah Behavioristik.
Http://andishimawan.blogspot.
co.id/2013/06/makalah-behavioristik.html
Moloeng, lexy J. (2004). Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung
:
Rosda.
http://
goyangkarawang.com/2010/02/triangulasi-dankeabsahan-data-penelitian
Nasution. (2003). Metode Research: Penelitian Ilmiah.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Nur
Ayu
Apriyana.
2013.
Prokrastinasi.
Http://ayuapriyana.blogspot.
co.id/2013/11/prokrastinasi.html?m=1
Budi Ediya Permana. 2009. Program bimbingan
kelompok dengan pendekatan halaqah untuk
meningkatkan kemampuan penyesuaian diri
remaja.
Tesis.
Universitas
Pendidikan
Indonesia.
Dewa Ketut Sukardi. 2008. Proses Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.
Dini Ahmaini. 2010. Perbedaan prokrastinasi akademik
antara mahasiswa yang aktif dan mahasiswa
yang
tidak
aktif
dalam
organisai
kemahasiswaan PEMA USU. Skripsi. USU.
Sumatera. Tidak diperdagangkan
Fitrika.
2012.
Teknik
Diskusi
Http://fitrika1127.blogspot.
co.id/2012/05/teknik-diskusikelompok.html?m=1
Kelompok.
Aeni Latifah. 2011.Psikologi Umum
Http://psikologi45.blogspot.co.id/
2011/03/psikologi-umum-ii.html?m=1
II.
Payne Malcom. (2005). Modern Social Work Theory 3r
Edition. New York : Palgrave Macmillan
Prayitno. (2004). Layanan Bimbingan dan Konseling
Kelompok Dasar Dan Profil. Jakarta : Ghalia
Indonesia.
Redhoparamitha.
(2013).
Diskusi
Kelompok.
Https://redhoparamitha.wordpress.com/2013/05/1
6/diskusi-kelompok/
Risalatuna.
(2013).
Prokrastinasi
Akademik.
Http://risalatuna.blogspot.co.id/2013/01/prokrast
inasi-akademik.html?m=1
Sofyan S. Willis. (2004). Konseling Individual Teori
dan Praktek. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan.
bandung. CV Alfabeta.
Gerald Corey. 2003. Teori dan Praktek Konseling dan
Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama.
Suharsimi Arikunto.(2002). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktika. Jakarta. Rineka Cipta.
Gufron. (2003). Hubungan Prokrastinasi dan Control
Diri.
Available
FTP.
Damandiri.
Or
.id/file/mnugrgfronugmbab 1.pdf.
Sukiman. (2011). Penelitian Tindakan Kelas untuk
Guru Pembimbing. Yogyakarta: Paramitra
Publishing.
Hariadi Ahmad. 2011. Konseling Kelompok Behavioral.
Http://hariadimemed.
blogspot.co.id/2011/06/konseling-kelompokbehavioral.html?m=1
Sutrisno Hadi. (2004). Statistik. Yogyakarta: Fakultas
Program UGM.
Hayatisaputriana.
(2013).
Behavior
Http://hayatisaputriana.blogspot.
co.id/2013/04/behavior-therapy.html
Therapy.
Komalasari dkk. (2011). Asesmen Teknik Non Tes
Perspektif BK Komprehensif. Jakarta: PT.
Indeks.
Leny
Asmarany. (2013). Bimbingan Kelompok.
Http://aktifkonsultasi.blogspot.
co.id/p/bimbingan-kelompok.html?m=1
Universitas Tunas Pembangunan
Tatiek Romlah. 2006. Teori dan Praktek Bimbingan
Kelompok. Um Press: Malang.
Timpe, A.D. (1999). Seri Manajemen Sumber Daya
Manusia, Mengelola Waktu. Terjemahan
Susanto Boedidharmo. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, Kelompok Gramedia
Tohirin. (2007). Bimbingan dan Konseling di Sekolah
dan Madrasah (berbasis integrasi). Jaakarta :
Raja Grafindo Persada.
Prima Westri, SPd
Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling
W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti. (2004). Bimbingan
dan Konseling di Insttersebutsi Pendidikan.
Jakarta : PT Grasindo.
Universitas Tunas Pembangunan
Prima Westri, SPd
Download