BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Pasar modal merupakan salah satu alternatif bagi perusahaan untuk
memperoleh
dana
untuk
menjalankan
kegiatan-kegiatan
operasionalnya.
Hadirnya pasar modal memperbanyak pilihan alternatif investasi bagi seorang
investor. Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber dana
lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah
keuntungan dimasa yang akan datang (Tandelilin, 2001:3)
Ada dua unsur yang melekat pada setiap investasi yang dilakukan, yaitu
hasil (return) dan risiko (risk). Kedua unsur ini memiliki hubungan yang positif,
dimana semakin tinggi hasil dari suatu investasi maka semakin tinggi risiko yang
dihadapi, sebaliknya semakin rendah hasil yang diharapkan dari suatu investasi
maka semakin rendah pula risiko yang dihadapi. Seorang investor yang membeli
saham dalam jumlah tertentu mengharapkan keuntungan dari perubahan harga
saham atau mengahapkan pembayaran deviden yang dilakukan oleh perusahaan.
Seorang investor harus memiliki analisis yang cermat dalam melakukan
investasi. Analisis ini berfungsi untuk mengurangi risiko yang dapat timbul dari
investasi. Secara umum banyak analisis yang digunakan dalam melakukan
investasi, , tetapi yang sering digunakan adalah analisis yang bersifat
fundamental, analisis teknikal, analisis ekonomi dan analisis rasio keuangan
(Anoraga dan Pakarti, 2006:108).
11
Universitas Sumatera Utara
Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang memberikan
kontribusi besar terhadap APBN, dan masih memiliki peluang besar untuk
berkembang di Indonesia yang kaya akan bahan mineral dan sumber daya alam.
Saat ini industri pertambangan di Indonesia memang belum menjadi alternatif
favorit investasi para investor lokal maupun investor asing. Tetapi bila melihat
tren yang sedang berkembang saat ini, sektor pertambangan di negara-negara
berkembang terus megalami peningkatan. Di mana arah dari perusahaan besar
sektor bertambangan kini mulai ke negara-negara berkembang, tidak lagi hanya
pada negara-negara maju sebelumnya seperti Australia, Kanada dan Amerika
Serikat. Data saat ini menunjukkan bahwa 40 % perusahaan besar di sektor
pertambangan kini berada di negara berkembang.
Dampak krisis keuangan dunia yang berawal dari Amerika Serikat dan
merembet ke negara lain termasuk kawasan Eropa, Asia, Amerika Latin dan
Australia, telah mengakibatkan lemahnya perutumbuhan ekonomi global.
Turunnya permintaan terhadap produk manufaktur, terumata di negara-negara
industri, berpengaruh pada pengurangan permintaan bahan baku industri seperti
logam dan energi. Kondisi ini menyebabkan turunnya permintaaan produk
pertambangan yang begitu besar kerena daya beli konsumen industri yang lemah
tanpa diikuti penguranagan produksi atau
pasokan dari para produsen
pertambangan. Saat ini, harga produk pertambangan dan energi sedang mencari
titik keseimbangan baru antara permintaan rill konsumen dan ketersediaan
pasokannya dipasar. Sejalan dengan pulihan ekonomi, kebutuhan akan produk
12
Universitas Sumatera Utara
pertambangan mulai meningkat. Tentunya harga akan naik dan saham-saham
perusahaan pertambangan mulai diminatii kembali oleh para investor.
Harga saham perusahaan tambang saat ini relatif rendah dari rata-rata
industri pertambangan memberi gambaran bahwa harga saham perusahaan
tambang saat ini relatif masih rendah (undervalued) dibanding harga pasar
wajarnya (fair market Value), dan potensi pertumbuhan usaha dalam jangka
panjang. Ketika pertumbuhan ekonomi dunia pulih kembali, maka harga saham
perusahaan pertambangan diharapkan memberi imbal hasil yang sangat tinggi
bagi investor yang telah berinvestasi saham pada periode pelemahan harga
saham.
Sumber : www.bloomberg.com
Gambar 1.1
Grafik Pergerekan Indeks Pertambangan Pada Bursa Efek Indonesia
Sektor pertambangan di Indonesia mengalami flluktuasi dalam tiga
tahun terakhir, terlihat dari Gambar 1.1 diatas. Dari grafik terlihat bahwa harga
saham sektor pertambangan terus naik dari bulan juli 2010 hingga juli 2011.
13
Universitas Sumatera Utara
Indeks pertambangan mencapai level tertinggi 3545,363 pada tahun 2011 dan
terus mengalami penurunan hingga level terendah 1807,902 pada tahun 2012.
Rata-rata transaksi di kuartal pertama 2012 mencapai angka 1,3M transaksi, dan
terus meningkat pada kuartal ketiga yang mencapai nilai angka
13.3 M
transaksi.
Sumber : www.bloomberg.com
Gambar 1..2
Pergerakan Harga Indeks Pertambangan Tahun 2012
Berdasarkan Gambar 1.2 terlihat bagaimana indeks pertambangan terus
mengalami penurunan pada tahun 2012. Pada tahun 2012 indeks pertambangan
mencapai level tertinggi 2848,207 pada bulan Februari dan mencapai level
terendah 1877,819 pada bulan Juni 2012.
Keputusan investasi lebih banyak mengacu pada pertimbangan aspek
fundamental perusahaan, yaitu berupa emiten yang memiliki kinerja baik atau
yang dapat memberikan return yang tinggi. Sejauh ini LQ 45 merupakan salah
satu indeks yang dianggap dapat mewakili saham-saham yang mempunyai kinerja
14
Universitas Sumatera Utara
yang baik di Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 2012 saham-saham perusahaan
sektor pertambangan yang masuk kedalam indeks LQ 45, yaitu PT. Aneka
Tambang (persero) Tbk, PT. Bumi Resources Tbk, PT. Borneo Lumbung Energi
dan Metal, PT Energi Meta Persada Tbk, PT Harum Energy, PT International
Nickel Indonesia Tbk, PT Indika Energy Tbk, PT Indo Tambangraya Megah Tbk,
PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk dan
PT Timah Tbk. Kesuluruh
perusahaan tambang yang masuk kedalam indeks LQ45 tersebut berasal
subsektor-subsektor yang berbeda.
Subsektor batubara dalam lima tahun terakhir telah menjadi primadona
disektor pertambangan menggantikan subsektor minyak dan gas. Subsektor
batubara di Indonesia sendiri mengalami peningkatan produksi mulai dari 50 juta
ton pertahun pada tahun 1996 hingga diperkirakan menjadi 340-350 juta ton
pertahun pada tahun 2012. Namun seiring dengan perlambatan ekonomi China,
produsen sektor batu bara Indonesia harus memangkas produksinya. PT Adaro
Energy misalnya, yang merasakan pernurunan harga batu bara tahun ini yang
turun hingga 20%. Moody’s Investor mengatakan beban industri batu bara di 2012
akan naik 15% . Sedangkan Indonesia menyediakan sekitar separuh dari impor
cina. Selain itu kendala lain yang dihadapi oleh subsektor batu bara datang dari
kebijakan pemerintah yang mengenakan pajak ekspor sebesar 15-50% guna
mengendalikan eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan (inilah.com,
2012). Selain resiko itu, sektor pertambangan batubara juga sering menghadapi
risiko finansial akibat dari kebijakan manajemen perusahaan, seperti yang dialami
oleh PT Bumi Resources. Menurut Kulkarni ( Analis Standard & Poor’s), risiko
15
Universitas Sumatera Utara
finansial Bumi Resources pada level agresif, dimana rasio dana dari operasional
terhadap total utang mencapai level sekitar 10% dalam 12 bulan hingga 18 bulan
ke depan sehingga membatasi upaya pembayaran maupun pembiayaan kembali
utang. Kondisi infrastrutur yang tidak memadai juga menambah risiko kecelakaan
kerja, tercatat bahwa 25% kecelekaan pada sektor batu bara terjadi dijalan yang
disebabkan baik oleh kondisi kendaraan, maupun kurangnya kepedulian dari para
pekerja..
Subsektor Minyak dan Gas di Indonesia menyumbang hampir 20% dari
total pendapatan nasional. Perkembangan industri minyak dan gas Indonesia
tealah mengalami perubahaan dari dominasi minyak bumi ke gas bumi, namun
tahun 2012 ke depan akan menjadi titik balik produksi minyak dan gas Indonesia
(Investor.co.id). Potensi cadangan minyak dan gas bumi Indonesia masih cukup
besar untuk dikembangkan terutama didaerah-daerah terpencil, laut dalam, sumursumur tua dan kawasan Indonesia timur yang relatif belum dieksplorasi secara
intensif. Peraturan pemerintah yang berlaku saat ini juga belum menjamin investor
asing untuk masuk akibat dari tingginya konsumsi minyak dan gas dalam negeri.
Ditambah lagi dengan ladang produksi minyak di Indonesia yang hampir 90%
telah berusia diatas 30 tahun. Resiko lain yang dihadapi oleh sektor ini adalah
ketidakpastian hukum, hal ini terlihat dari perubahan pemilik kuasa pengelola
minyak dan gas di Indonesia mulai dari Pertamina yang berubah menjadi BP
Migas dan kini menjadi SKK Migas.
Subsektor Logam dan mineral lainya merupakan sektor yang hampir tidak
memiliki fluktuasi harga saham. Dari data yang ada harga saham emiten disektor
16
Universitas Sumatera Utara
ini cenderung stabil dan tidak mengalami pergerakan yang signifikan. Saat ini
salah satu industri yang menjadi pondasi sektor ini adalah industri baja.
Permintaan pada Industri baja pada semester I 2011 tercatat naik 12% dari
semester I 2010 dan diperkirakan naik pada 2012 hingga 5%. Hal ini didorong
dengan program pemerintah untuk mengembangkan Masteplan Percepatan dan
Perluasan Ekonomi Indonesia ( MP3EI ) yang akan mendongkrak permintaan baja
hingga berlipat dari predeksi yang telah ada. Selain baja, industri timah di
Indonesia juga mengalami peningkatan ekspor sebesar 12% pada Oktober 2012.
Hal ini didorong naiknya harga timah internasional di London Metal Exchange.
Komoditas disektor ini sangat sensitif dengan harga dimana ketika ada harga
bagus pasti akan dilepas. Salah masalah pada sektor ini adalah banyak
penambangan ilegal yang membuat pasokan menjadi tinggi dan akhirnya akan
berimbas pada penurunan harga komoditas yang ada.
Sedangkan untuk subsekor batu-batuan merupakan subsektor yang masih
kurang diminati para investor. Harga saham emiten yang ada dalam subsektor ini
tertinggal jauh dari harga Indeks Pertambangan, harga saham disubsektor ini
cenderung stabil dan tidak banyak mengalami perubahan yang signifikan.
Penjualan bersih pada subsektor ini ada yang menurun pada tahun 2011 seperti
yang dialami PT Citatah Tbk yang penjualan bersihnya menurun 2,7% pada
2011. Berbeda dengan PT Mitra Investindo yang mencatat pertumbuhan penjualan
sebesar 63,72% pada 2011. Resiko yang dihadapi oleh perusahaan disektor ini
adalah ketidakpastian seperti risiko perpanjangan izin penambangan.
17
Universitas Sumatera Utara
Investor tentunya sangat tertarik untuk menanamkan dana yang dimiliki
pada industri atau perusahaan yang dapat memberikan pendapatan atau return
yang tinggi. Untuk memperoleh pendapatan yang tinggi tentunya ada faktorfaktor yang harus diperhatikan atau dipertimbangkan oleh investor. Salah satunya
adalah risiko karena semakin tinggi pendapatan atau return yang diinginkan maka
semakin besar pula risiko yang dihadapi.
Risiko merupakan kemungkinan perbedaaan antara return aktual yang
diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinannya maka
semakin besar risiko investasi tersebut. Ada beberapa sumber risiko yang bisa
mempengaruhi besarnya risiko investasi seperti risiko suku bunga, risiko pasar,
risiko inflasi, risiko bisnis,risiko finansial, risiko likuiditas, risiko nilai tukar mata
uang, dan risiko negara. ( Tandelilin, 2001:48).
Disamping sumber risiko diatas, dalam manajemen investasi modern
dikenal pembagian risiko total investasi yang dibagi ke dalam dua jenis risiko,
yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis atau dikenal
dengan risiko pasar merupakan risiko yang diukur dari sudut pandang pemegang
saham yang melakukan diversifikasi dengan baik. Yakni risiko yang
memperhitungkan fakta bahwa investasi ini hanya salah satu dari bagian banyak
investasi yang ada didalam perusahaan dan saham perusahaan hanya salah satu
dari banyak saham dalam portofolia pemegang saham. Sedangkan risiko tidak
sistematis merupakan bagian dari variasi dalam pengembalian investasi yang
dapat dihilangkan melalui diversifikasi oleh investor. Risiko yang dapat
18
Universitas Sumatera Utara
didiversifikasi ini merupakan hasil dari fakto-faktor yang unik dengan perusahaan
tertentu itu. (Arthur J. dkk, 2011:190).
Menurut teori CAPM (Capital Assets Pricing Models), risiko sistematis
yang diukur dengan Beta
merupakan satu-satunya risiko yang patut
dipertimbangkan dalam mempengaruhi pendapatan saham. Beta (β) yaitu
koefisien risiko suatu saham terhadap pasar terhadap pasar. Sedangkan untuk
mengukur risiko tidak sistematis dapat dilakukan dengan menghitung varians dan
standar deviasi return investasi yang bersangkutan.
Berdasarkan permasalahan tersebut,
melakukan penelitian yang berjudul
maka
penulis
tertarik
untuk
“Analisis Risiko Saham Perusahaan
Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar
belakang
permasalahn
yang
dikemukakan
sebelumnya, maka dirumuskan masalah sebagai berikut : “ Apakah terdapat
perbedaan risiko sistematis dan risiko tidak sistematis antara subsektor batu
bara, subsektor minyak dan gas, subsektor logam dan mineral lainnya, serta
subsektor batu-batuan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”
1.3
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko sistematis dan risiko
tidak sistematis yang ada pada setiap perusahaan-perusahaan
subsektor
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
19
Universitas Sumatera Utara
1.4
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermafaat bagi :
1. Investor atau calon investor
Penelitian ini digunakan sebagai bahan referensi atau salah satu
sumber informasi dalam mempertimbangkan keputusan melakukan
investasi pada perusahaaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia
2. Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pola pikir
penulis tentang risiko saham.
3. Peneliti Lanjutan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian
lanjutan pada ruang lingkup dan kajian yang lebih luas.
20
Universitas Sumatera Utara
Download