BAB I KONSEP DASAR TEORI A. Pengertian

advertisement
BAB I
KONSEP DASAR TEORI
A. Pengertian
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan
jaringan interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth,
2002)
Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul
secara hematogen atau retrograd aliran ureterik (J. C. E. Underwood, 2002).
B. Etiologi
1. Bakteri (Escherichia coli, Klebsielle pneumoniac, Streptococus fecalis,
dll). Escherichia coli merupakan penyebab 85% dari infeksi
2. Obstruksi urinari track. Misal batu ginjal atau pembesaran prostat
3. Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung kemih
kembali ke dalam ureter.
4. Kehamilan
5. Kencing Manis
6. Keadaan-keadaan menurunnya imunitas untuk malawan infeksi.
Klasifikasi pielonefritis:
a. Pyelonefritis akut
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang
karena terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang
berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai.Infeksi bakteri
dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan
mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan
dengan selimut antibodi bakteri dalam urin. Ginjal biasanya membesar
disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi. Abses dapat dijumpai pada
kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan
kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi.KronisPielonefritis kronis juga
berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena faktor lain seperti
obstruksi saluran kemih dan refluk urin.
b. Pyelonefritis kronis
Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen
akibat inflamasi yang berulangkali dan timbulnya parut dan dapat
menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal
pun membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi.
Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang
berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang
gawat.Pembagian PielonefritisPielonefritis akutSering ditemukan pada
wanita hamil, biasanya diawali dengan hidro ureter dan hidronefrosis
akibat obstruksi ureter karena uterus yang membesar.
C. Patofisiologi
Pielonefritis dapat timbul dalam bentuk akut maupun kronis. Dimana
Pielonefritis akut disebabkan oleh infeksi bakteri. Infeksi bakteri terjadi
karena bakteri menjalar ke saluran kemih dari aliran darah. Walaupun
pielonefritis akut secara temporer dapat mempengaruhi fungsi renal, jarang
sekali menjadi suatu kegagalan ginjal.
Pielonefritis kronis juga berasal dari infeksi bakteri, namun juga faktorfaktor lain seperi refluks urine dan obstruksi saluran kemih turut berperan.
Pielonefritis kronis merusak jaringan ginjal untuk selamanya (irreversible)
akibat inflamasi yang berulang kali dan timbulnya jaringan parut. Proses
perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang berulang-ulang
berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat. Diduga bahwa
pielonefritis menjadi diagnose yang sungguh-sungguh dari satu pertiga orang
yang menderita kegagalan ginjal kronis.
Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus
besar) merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit dan
penyebab dari 50% infeksi ginjal di rumah sakit. Infeksi biasanya berasal dari
daerah kelamin yang naik ke kandung kemih. Pada saluran kemih yang sehat,
naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan
membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke
kandung kemih. Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya
batu ginjal atau pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung
kemih ke dalam ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi
ginjal. Infeksi juga bisa dibawa ke ginjal dari bagian tubuh lainnya melalui
aliran darah.
D. Manifestasi klinik
1. Gejala biasanya timbul secara tiba-tiba berupa demam, menggigil, nyeri di
punggung bagian bawah, mual dan muntah.
2. Beberapa penderita menunjukkan gejala infeksi saluran kemih bagian
bawah, yaitu sering berkemih dan nyeri ketika berkemih.
3. Bisa terjadi pembesaran salah satu atau kedua ginjal. Kadang otot perut
berkontraksi kuat.
4. Bisa terjadi kolik renalis, dimana penderita merasakan nyeri hebat yang
disebabkan oleh kejang ureter. Kejang bisa terjadi karena adanya iritasi
akibat infeksi atau karena lewatnya batu ginjal.
5. Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan lebih
sulit untuk dikenali.
6. Pada infeksi menahun (pielonefritis kronis), nyerinya bersifat samar dan
demam hilang-timbul atau tidak ditemukan demam sama sekali.
Pielonefritis kronis hanya terjadi pada penderita yang memiliki kelainan
utama, seperti penyumbatan saluran kemih, batu ginjal yang besar atau
arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter (pada anak kecil).
Pielonefritis kronis pada akhirnya bisa merusak ginjal sehingga ginjal
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya (gagal ginjal).
E. Komplikasi
Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut (Patologi
Umum & Sistematik J. C. E. Underwood, 2002):
1. Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah
pada area medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila guinjal,
terutama pada penderita diabetes melitus atau pada tempat terjadinya
obstruksi.
2. Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang
dekat sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan sistem
kaliks mengalami supurasi, sehingga ginjal mengalami peregangan akibat
adanya pus.
3. Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluas
ke dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.
F. Penatalaksanaan
1. Pielonefritis Akut: pasien pielonefritis akut beresiko terhadap bakteremia
dan memerlukan terapi antimikrobial yang intensif. Terapi parentral di
berikan selama 24-48 jam sampai pasien afebril. Pada waktu tersebut,
agens oral dapat diberikan. Pasien dengan kondisi yang sedikit kritis akan
efektif apabila ditangani hanya dengan agens oral. Untuk mencegah
berkembangbiaknya bakteri yang tersisa, maka pengobatan pielonefritis
akut biasanya lebih lama daripada sistitis. Masalah yang mungkin timbul
dalam penanganan adalah infeksi kronik atau kambuhan yang muncul
sampai beberapa bulan atau tahun tanpa gejala. Setelah program
antimikrobial awal, pasien dipertahankan untuk terus dibawah penanganan
antimikrobial sampai bukti adanya infeksi tidak terjadi, seluruh faktor
penyebab telah ditangani dan dikendalikan, dan fungsi ginjal stabil.
Kadarnya pada terapi jangka panjang.
2. Pielonefritis
kronik:agens
antimikrobial
pilihan
di
dasarkanpada
identifikasi patogen melalui kultur urin, nitrofurantion atau kombinasi
sulfametoxazole dan trimethoprim dan digunakan untuk menekan
pertumbuhan bakteri. Fungsi renal yang ketat, terutama jika medikasi
potensial toksik.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Urinalisis
a. Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya
ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang
pandang besar (LPB) sediment air kemih
b. Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment
air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik
berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis
a. Mikroskopis : satu bakteri lapangan pandang minyak emersi. 102 -103
organisme koliform / mL urin plus piuria
b. Biakan bakteri
c. Tes kimiawi : tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada
uji carik
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari
urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap
sebagai criteria utama adanya infeksi.
5. Metode tes
a. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes
Griess untuk pengurangan nitrat).
b. Tes esterase lekosit positif: maka pasien mengalami piuria.
c. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang
mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
d. Penyakit Menular Seksual (PMS):Uretritia akut akibat organisme
menular
secara
seksual
(misal,
klamidia
trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
6. Tes- tes tambahan :
a. Urogram intravena (IVU).
b. Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan
untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus
urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau
hiperplasie prostate.
c. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur
urodinamik dapat dilakukan untuk
d. Mengidentifikasi
penyebab
kambuhnya
infeksi
yang
resisten.
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : pekerjaan mononton, pekerjaan di masa terpajan pada lingkungan,
Keterbatsan
aktivitas/imobilitas
sehubungan
dengan
kondisi
sebelumnya (contoh penyakit tak sembuh-sembuh medulla spinalis)
2. Sirkulasi
Tanda: peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal ). Kulit hangat
dan kemerahan : pucat
3. Eliminasi
Gejala : riwayat adanya/ISK kronis, obstruksi kalkulus ), penurunan
haluaran urine, kandung kemih penuh, rasa terbakar, dorongan
berkemih, diare.
Tanda : Oliguria, hematuria, perubahan pola berkemih
4. Makanan / Cairan
Gejala : mual/muntah, nyeri tekan abdomen. Diet tinggi purin, kalsium
oksalat, dan/atau fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak
minum air dengan cukup
Tanda : Distensi abdominal, penurunan/tak adanya bising usus, muntah.
5. Nyeri Kenyamanan
Gejala : Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Nyeri dangkal konstan
menunjukkan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri dapat
digambarkan sebagai akut hebat tidak hilang dengan posisi atau
tindakan lain.
Tanda : Melindungi, perilaku distriksi, nyeri tekan pada area ginjal pada
palpasi
6. Keamanan
Gejala : Penggunaan alcohol, dernam, menggigil
7. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat kalkulus dalam keluarga penyakit ginjal, hipertensi,
gout, ISK kronis, riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen
sebelumnya
hiperparatiroidisnie.
antihipertensi,
natrium
bikarbonat,
Penggunaan
alupurinol,
antibiotic,
fosfat,
tiazid,
pemasukan berlebihan kaslium atau vitamin.
8. Diagnosa keperawatan
1. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada ginjal.
2. Hipertermi berhubungan dengan respon imunologi terhadap infeksi.
3. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau
nokturia) yang berhubungan dengan infeksi pada ginjal.
4. Nyeri yang berhubungan dengan infeksi pada ginjal.
5. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di
rumah.
9. Intervensi keperawatan
1. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada ginjal
Intervensi :
a. Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38,50 C
Rasional: Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh
b. Catat karakteristik urine
Rasional: Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau
penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
c. Anjurkan pasien untuk minum 2 – 3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Rasional: Untuk mencegah stasis urine
d. Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensivitas untuk
menentukan respon terapi.
Rasional: Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan
penderita.
e. Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit
setiap kali kemih.
Rasional: Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih
f. Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering.
Rasional: Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang
membuat infeksi uretra
2. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau
nokturia) yang berhubungan dengan infeksi pada ginjal.
Intervensi :
a. Ukur dan catat urine setiap kali berkemih
Rasional: Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk
mengetahui input/out put
b. Anjurkan untuk berkemih setiap 2 – 3 jam
Rasional : Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika
urinaria.
c. Palpasi kandung kemih tiap 4 jam
Rasional : Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih.
d. Bantu klien ke kamar kecil, memakai pispot/urinal
Rasional : Untuk memudahkan klien di dalam berkemih.
e. Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang nyaman
Rasional : Supaya klien tidak sukar untuk berkemih.
3.
Nyeri yang berhubungan dengan infeksi pada ginjal.
Intervensi :
a. Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat atau meringankan
nyeri.
Rasional : Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi
b. Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di
toleran.
Rasional : Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan
otot-otot
c. Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Rasional : Untuk membantu klien dalam berkemih
d. Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.
Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri
4. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di
rumah.
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan
Rasional : Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien
b. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap
perawatan dan pengobatan
c. Beri support pada klien
d. Beri penjelasan tentang penyakitnya
Rasional : Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang
dialaminya.
5. Hipertermi berhubungan dengan respon imunologi terhadap infeksi.
Intervensi:
a. Pantau suhu
Rasional: Tanda vital dapat menandakan adanya perubahan di dalam
tubuh.
b. Pantau suhu lingkungan
Rasional: Suhu ruangan dan jumlah selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati normal
c. Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik
Rasional:
Mengurangi
hipotalamus
demam
dengan
aksi
sentralnya
pada
Download