TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Cekaman Kekeringan
Cekaman kekeringan adalah kondisi perubahan lingkungan yang
kekurangan air yang akan menurunkan atau merugikan
pertumbuhan atau
perkembangan tumbuhan. Cekaman kekeringan mempengaruhi semua aspek
pertumbuhan dan metabolisme tanaman termasuk integritas membran, kandungan
pigmen, keseimbangan osmotik, aktivitas fotosintesis (Anjum et al., 2011;
Bhardwaj dan Yadav, 2012), penurunan potensial air protoplasma (Mundre,
2002), penurunan pertumbuhan (Suhartono et al., 2008), dan penurunan diameter
batang (Belitz dan Sams, 2007). Jika kebutuhan air tidak dipenuhi maka
pertumbuhan tanaman akan terhambat, karena air berfungsi melarutkan unsur hara
dan membantu proses metabolisme dalam tanaman (Wayah et al., 2014).
Kebutuhan air pada tanaman dapat dipenuhi melalui tanah dengan jalan
penyerapan oleh akar. Besarnya air yang diserap akar tanaman sangat tergantung
pada kadar air dalam tanah ditentukan oleh pF ( Kemampuan partikel tanah
memegang air), dan kemampuan akar untuk menyerapnya (Jumin, 2008). Cara
adaptasi tanaman terhadap kekeringan bervariasi tergantung jenis tumbuhan dan
tahap-tahap perkembangan tumbuhan (Anjum et al., 2011).
Respon adaptasi tanaman terhadap cekaman kekeringan dapat berupa
respon jangka panjang, seperti perubahan pertumbuhan, dan perubahan
biokimiawi. Perubahan pertumbuhan meliputi penurunan pertumbuhan batang dan
daun, sedangkan perubahan biokimia dapat berupa akumulasi senyawa organik
kompatibel yang berfungsi menjaga keseimbangan osmolit dalam tubuh tumbuhan
Universitas Sumatera Utara
(Arve et al., 2011). Salah satu senyawa organik kompatibel yang sering
diamukulasi oleh tanaman ketika berada pada kondisi kekeringan yaitu prolin
(Farooq et al., 2009). Peranan prolin adalah sebagai penampung nitrogen dari
berbagai senyawa nitrogen yang berasal dari kerusakan protein, sebagai senyawa
pelindung untuk mengurangi pengaruh kerusakan cekaman air di sel
(Universitas Gajah Mada, 2016).
Kapasitas Lapang
Kapasitas lapang adalah kondisi ketika komposisi air dan udara di dalam
tanah berimbang, biasanya dicapai 2 atau 3 hari sejak terjadi pembasahan atau
hujan, dan setelah proses drainase berhenti. Bila tanah dalam keadaan kering,
pemberian air ditujukan untuk membasahi tanah sampai mencapai kapasitas
lapangan, khususnya disekitar daerah perakaran tanaman. Kandungan air tanah
pada kapasitas lapangan sangat tergantung pada berbagai macam faktor,
diantaranya tekstur tanah, kandungan air tanah awal, dan kedalaman permukaan
air tanah (Kurnia et al., 2014).
Selama air di dalam tanah masih lebih tinggi daripada kapasitas lapang
maka tanah akan tetap lembab, ini disebabkan air kapiler selalu dapat mengganti
kehilangan air karena proses evaporasi. Bila kelembaban tanah turun sampai di
bawah kapasitas lapang maka air menjadi tidak mobile. Akar-akar akan
membentuk cabang-cabang lebih banyak, pemanjangan lebih cepat untuk
mendapatkan air bagi konsumsinya (Kurnia et al., 2014).
Oleh karena itu akar-akar tanaman yang tumbuh pada tanah-tanah yang
kandungan air di bawah kapasitas lapang akan selalu becabang-cabang dengan
hebat sekali. Kapasitas lapang sangat penting pula artinya karena dapat
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan kandungan maksimum dari tanah dan dapat menentukan jumlah air
pengairan yang diperlukan untuk membasahi tanah sampai lapisan di bawahnya.
Tergantung dari tekstur lapisan tanahnya maka untuk menaikkan kelembaban 1
feet tanah kering sampai kapasitas lapang diperlukan air pengairan sebesar 0,5 – 3
inci (Kurnia et al., 2014).
Air
merupakan
menguntungkan
dan
komponen
sering
pula
penting
dalam
merugikan.
tanah
Beberapa
yang
peranan
dapat
yang
menguntungkan dari air dalam tanah adalah sebagai pelarut dan pembawa ion-ion
hara dari rhizosfer ke dalam akar tanaman, sebagai agen pemicu pelapukan bahan
induk, perkembangan tanah, sebagai pelarut dan pemicu reaksi kimia dalam
penyediaan hara, sebagai penopang aktivitas mikroba dalam merombak unsur hara
yang semula tidak tersedia menjadi tersedia bagi akar tanaman, sebagai pembawa
oksigen terlarut ke dalam tanah, sebagai stabilisator temperatur tanah dan
mempermudah dalam pengolahan tanah (Hanafiah, 2007).
Air di dalam tanah adalah salah satu faktor penting dalam produksi
tanaman. Air harus tersedia dalam tanah untuk menggantikan air yang hilang
karena evaporasi dari tanah dan transpirasi dari tanaman. Air dalam tanah selalu
membawa nutrisi dalam larutannya untuk pertumbuhan tanaman (Thorne, 1979).
Selain
beberapa
peranan
yang
menguntungkan,
air
tanah
juga
menyebabkan beberapa hal yang merugikan, yaitu mempercepat proses
pemiskinan hara dalam tanah akibat proses pencucian yang terjadi secara intensif,
mempercepat proses perubahan horizon dalam tanah akibat terjadinya eluviasi
dari lapisan tanah atas ke lapisan tanah bawah dan menghambat aliran udara ke
dalam tanah apabila dalam kondisi jenuh air yang menjadikan ruang pori secara
Universitas Sumatera Utara
keseluruhan terisi air sehingga mengganggu respirasi dan serapan hara oleh akar
tanaman, serta menyebabkan perubahan reaksi tanah dari reaksi aerob menjadi
reaksi anaerob (Yulipriyanto, 2010).
Menurut Hardjowigeno (2003), bahwa air terdapat dalam tanah karena
ditahan (diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena
keadaan drainase yang kurang baik. Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah
karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi. Kapasitas lapang adalah
jumlah air maksimum yang dapat disimpan oleh suatu tanah. Keadaan ini dapat
dicapai jika kita memberi air pada tanah sampai terjadi kelebihan air, setelah itu
kelebihan airnya dibuang. Jadi pada keadaan ini semua rongga pori terisi air
(Sutanto, 2005).
Setelah semua pori terisi udara (terjadi kapasitas penyimpanan air
maksimum) pemberian air dihentikan. Karena adanya gaya gravitasi, gerakan air
tanah tetap berlangsung. Gerakan ini makin lama makin lambat dan setelah
kurang lebih dua sampai tiga hari gerakan tersebut praktis terhenti, pada keadaan
ini air dalam tanah dalam keadaan kapasitas lapang. Jika proses kehilangan air
dibiarkan berlangsung terus, pada suatu saat akhirnya kandungan air tanah
sedemikian rendahnya
sehingga energi potensialnya sangat tinggi dan
mengakibatkan tanaman tidak mampu menggunakan air tersebut. Hal ini ditandai
dengan layunya tanaman terus menerus, oleh karena itu keadaan air tanah pada
keadaan ini disebut titik layu permanen (Sutanto, 2005).
Air tanah yang berada diantara kapasitas lapang dan titik layu permanen
merupakan air yang dapat digunakan oleh tanaman, oleh karena itu disebut air
tersedia (available water). Perbedaan tekstur, kadar bahan organik dan
Universitas Sumatera Utara
kematangannya merupakan penyebab berbedanya tingginya kadar air pada
masing-masing kondisi kapasitas lapang, titik layu permanen dan air tersedia. Hal
ini dikarenakan kandungan air pada saat kapasitas lapang dan titik layu permanen
berbeda pada setiap tanah yang memiliki tekstur berbeda. Pada tanah pasir nilai
titik layu permanen maupun kapasitas lapang berada pada nilai terendah. Nilainilai itu semakin meningkat dengan semakin tingginya kadar debu, liat dan bahan
organik tanah (Islami dan Utomo, 2011).
Kadar air tanah dipengaruhi oleh kadar bahan organik tanah dan
kedalaman solum, makin tinggi kadar bahan organik tanah akan makin tinggi
kadar air, serta makin dalam kedalaman solum tanah maka kadar air juga semakin
tinggi (Hanafiah, 2007).
Hijauan Makanan Ternak
Hijauan merupakan pakan utama bagi ternak ruminansia dan juga
berfungsi sebagai suplai zat gizi seperti protein, energi, vitamin, dan mineral.
Penyediaan pakan yag berkesinambungan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat produksi seekor ternak (Murtidjo, 2001).
Makanan hijauan adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman
dalam bentuk daun, termasuk kedalamnya rumput (gramineae), leguminose dan
hijauan dari tumbuh-tumbuhan lain seperti daun nangka. Untuk dapat dijadikan
bahan makanan yang sempurna, hijauan harus memenuhi 3 syarat penting, yaitu;
mempunyai nilai nutrisi yang tinggi, mudah dicerna, diberikan dalam jumlah yang
cukup (Sumaprastowo, 2000).
Leguminosa merupakan tanaman yang mempunyai kemampuan untuk
menghasilkan bahan organik tinggi dan dapat membantu meningkatkan kesuburan
Universitas Sumatera Utara
tanah. Mengikat nitrogen dari udara oleh leguminosa dapat membantu
meningkatkan ketersediaan hara terutama nitrogen bagi tanaman disampingnya
(Mansyur et al., 2005).
Leguminosa memiliki sifat yang berbeda dengan rumput-rumputan.
Leguminosa adalah tanaman dikotiledon (bijinya terdiri dari dua kotiledon atau
disebut juga berkeping dua. Leguminosa mempunyai sifat-sifat yang baik sebagai
bahan
pakan
dan
mempunyai
kandungan
nutrisi
cukup
tinggi
(Susetyo et al., 2001).
Ditinjau dari bentuknya, tanaman leguminosa dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
1.
Leguminosa Pohon; merupakan jenis tanaman leguminosa yang berkayu dan
mempunyai tinggi lebih dari 1,5 meter.
2.
Leguminosa Semak; merupakan jenis tanaman leguminosa yang mempunyai
tinggi kurang dari 1,5 meter. Sifat tumbuhnya memanjat (twinning) dan
merambat (trilling) (Dodymisa, 2015).
Stylosanthes guianensis
Legum Styloshanthes guianensis (Stylo) merupakan salah satu tanaman pakan
yang sangat disukai ternak, kaya akan protein dan mineral. Kandungan nutrisi
hasil uji lab BPMSP Bekasi Tahun 2015: kadar air 76,63%, abu 10,98%, protein
kasar 19,87%, lemak kasar 1,51%, serat kasar 32,27%, Ca 1,82% dan P 0,19%.
Stylo ini sangat disukai ternak ruminansia seperti kambing, domba maupun sapi
dan kerbau, bahkan dapat digunakan pula sebagai feed suplement untuk ternak
ayam, babi dan ikan. Tanaman ini dapat diberikan dalam keadaan segar atau
kering yang diproses dalam bentuk tepung daun. Salah satu kelebihan dari legum
ini adalah daun dan batang lembut walaupun umur tanaman sudah cukup tua
Universitas Sumatera Utara
karena panen/ pemotongan yang terlambat, sehingga pemberiannya kepada ternak
masih baik dilakukan karena tidak berpengaruh terhadap palatabilitas ternak
(Balai Inseminasi Buatan Lembang, 2016).
Sistematika Stylosanthes guianensis adalah Phylum :Spermatophytae,
Sub phylum: Angiospermae, Classis: Dicotyledoneae, Ordo: Rosales, Sub Ordo:
Rosinae, Famili: Leguminoseae, Sub Famili: Papilionaceae, Genus: Stylosanthes,
Species: Stylosanthes guianensis (Reksohadiprodjo, 2005).
Legum stylo (Stylosanthes guianensis) termasuk tanaman berumur
panjang (menahun) yang tumbuh tegak dengan tinggi dapat mencapai 100–150
cm menyerupai semak. Tanaman ini mempunyai batang yang kasar, berbulu serta
rimbun menutupi tanah. Tanaman ini setiap tangkai berdaun tiga helai dan
berbentuk elips atau pedang yang ujungnya meruncing. Panjang daun 1-6 cm,
agak berbulu dengan tangkai daun panjangnya 1-10 mm. Bunganya berbentuk
kupu-kupu kecil tersusun dalam tandan dan berwarna kuning, karangan bunga
terdiri dari beberapa kumpulan bunga yang setiap karangan bunga mengandung
40 bunga. Stylo (Stylosanthes guianensis) berbuah polong, setiap polongnya
mengandung satu biji yang berwarna coklat kekuningan. Panjang tiap polongnya
2-3 mm, lebarnya 1,5-2,5 mm. Sedangkan system perakarannya luas masuk jauh
ke dalam tanah, sehingga tahan terhadap kekeringan (Hardjowigeno, 2003).
Legume stylo dapat tumbuh di tanah yang luas kisaran kondisinya dengan
curah hujan sedang sampai tinggi di daerah tropik dan subtropik, sangat toleran
terhadap kesuburan tanah yang rendah (Reksohadiprodjo, 2005). Legume stylo
(Stylosanthes guianensis) dapat tumbuh baik pada tanah-tanah kering maupun
basah serta cocok ditanam pada daerah-daerah yang mempunyai curah hujan
Universitas Sumatera Utara
minimal 875 mm setahun dengan ketinggian 0 – 1000 mm di atas permukaan laut.
Legume stylo merupakan jenis legume yang memberikan harapan baik untuk
sebagian besar daerah di Indonesia (Manetje dan Jones, 2000).
Disamping itu tanaman stylo dapat berfungsi dengan baik terhadap
penutupan tanah dengan perakaran yang dalam mampu mencegah terjadinya
evaporasi yang berlebihan sehingga lebih memungkinkan tersedianya air dalam
tanah yang merupakan faktor penting dalam mekanisme penyerapan hara dimana
akar lebih banyak mengabsorbsi hara dalam suasana lembab dari pada bila akar
tumbuh dalam suasana kering (Sabiham et al., 2007).
Umur tanaman berpengaruh pada kandungan nutrisi dan produksi legum
stylo. Pemotongan lebih awal akan meningkatkan kandungan protein kasar pada
daun dan batang, namun menurun pada produksi biomassa dan menurun pada
kandungan dinding sel. Pada pemotongan yang lebih lama produksi tanaman
meningkat, namun kualitasnya menurun berhubungan dengan kandungan dinding
sel meningkat dan kandungan protein kasar menurun (Boschini, 2002).
Legum stylo tidak tahan terhadap pemotongan yang pendek karena harus ada
tunas batang untuk pertumbuhan kembali, sehingga pemotongan yang baik
dilakukan 20-25 cm di atas permukaan tanah. Berbeda dengan jenis rumputan,
umur panen lebih singkat. Panen pertama 3 bulan (90 hari setelah masa tanam)
sedangkan penen berikutnya 30-40 hari pada musim penghujan dan 40-50 hari
pada musim kemarau dengan tinggi pemotongan 5-10 cm dari permukaan tanah
(Reksohadiprodjo, 2005).
Universitas Sumatera Utara
Pueraria javanica
Genus Pueraria berasal dari Asia bagian Timur dan Kepulauan Pasifik.
Legum ini bersifat membelit, merambat, dan dapat membentuk semak yang
rimbun dengan perakaran yang berbentuk tuber yang kuat dengan pokok akar
yang disebut mahkota (crown). Nama lain Pueraria javanica adalah puero atau
kacang ruji (Reksohadiprodjo, 2005).
Pueraria javanica digunakan sebagai makanan ternak, sangat palatabel
untuk ruminansia (Allen, 1981). Kandungan nutrisi Pueraria javanica terdiri dari
protein kasar 20,5 %, serat kasar 37, 9 %, dan lemak kasar 2,0 % (Gohl, 1981),
produksi bahan kering dari hijauan Pueraria javanica berkisar antara 5-10 ton/
hektar (Rukmana, 2005).
Pueraria javanica memiliki kultur teknis dikembangbiakkan dengan biji.
Puero termasuk tanaman jenis legum berumur panjang yang berasal dari daerah
subtropis, tetapi bisa hidup didaerah tropik dengan kelembapan yang tinggi.
Tanaman ini tumbuh menjalar (membelit), bisa membentuk hamparan dengan
ketinggian 60-75 cm (Sutopo, 1985), tanaman ini mempunyai panjang sulur
sekitar 1-3 m (Skerman, 1997). Puero berasal dari india Timur, siklus hidupnya
perenial. Ciri-cirinya tumbuh merambat, membelit dan memanjat. Sifat
perakarannya dalam, daun muda tertutup bulu berwarna coklat, daunnya berwarna
hijau tua dan bunganya berwarna ungu kebiruan (Soegiri, 1982).
Puero mempunyai stolon yang dapat mengeluarkan akar dari tiap ruas
batangnya yang bersinggungan dengan tanah. Perakarannya dalam dan bercabangcabang, sehingga puero dapat berfungsi sebagai pencegah erosi, tahan musim
kemarau yang tidak terlalu panjang. Puero tahan pula terhadap tanah masam dan
Universitas Sumatera Utara
tanah kekurangan kapur dan fospor, tahan permukaan air yang tinggi, dapat hidup
ditanah liat maupun berpasir (Reksohadiprodjo, 2005). Jenis legum ini tergolong
tanaman pioner dan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk menekan
pertumbuhan gulma (Maulidesta, 2005).
Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan merupakan rangkaian proses fisiologis dalam tanaman
berupa perubahan bentuk dan ukuran akibat pembelahan, pembesaran dan
perbanyakan sel (Anderson et al., 2001). Pertumbuhan adalah proses dalam
kehidupan tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman menjadi
semakin besar dan menentukan hasil tanaman. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi
oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik akan mempengaruhi
proses fisiologi tanaman, sedangkan faktor lingkungan dipengaruhi oleh
temperatur, kadar air tanah dan unsur hara (Sitompul dan Guritno, 1995).
Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara terus menerus
seumur hidup. Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama yaitu faktor
eksternal/faktor lingkungan yang terdiri dari iklim (cahaya, suhu, air, panjang
hari, angin, gas) edapik atau tanah (tekstur, struktur, bahan organik, kapasitas
pertukaran kation, pH, kejenuhan basa dan ketersediaan nutrien tanah). Faktor
internal/dari dalam tanaman seperti ketahanan terhadap iklim dan tanah
(Gardner et al., 2008).
Semua organisme mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan merupakan
proses pertambahan volume dan jumlah sel yang mengakibatkan bertambah
besarnya organisme. Pertumbuhan bersifat ireversibel, artinya organisme yang
tumbuh tidak akan kembali keukuran semula (Anderson et al., 2001).
Universitas Sumatera Utara
Pengukuran hasil proses pertumbuhan dapat diukur melalui pertambahan
tinggi tanaman, jumlah daun, produksi segar, produksi bahan kering, dan diameter
tanaman. Parameter berat basah atau berat segar kurang dapat digunakan sebagai
ukuran pertumbuhan tanaman, hal ini dikarenakan sering terjadi fluktuasi berat
yang bergantung pada kelembapan tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995).
Tinggi Tanaman
Pertumbuhan tanaman didefenisikan sebagai pertambahan ukuran yang
dapat diketahui dengan adanya pertambahan panjang, diameter, dan luas bagian
tanaman. Tinggi tanaman rnerupakan salah satu kornponen tumbuh pada
tanaman, tinggi tanaman juga merupakan indikator yang sering dilihat dalam
pertumbuhan tanaman maupun parameter yang digunakan untuk mengukur
pertumbuhan tanaman. Pengukuran dilakukan secara vertikal pada bagian
tanaman yang paling tinggi dari permukaan tanah (Harjadi, 1993).
Produksi Bahan Segar
Produksi hijauan pakan merupakan produksi kumulatif panen selama satu
tahun seluas lahan penanaman. Produksi segar diperoleh dari produk total hijauan
saat tanaman dipanen. Bagian tanaman yang dipanen adalah semua bagian areal
tanaman yang dipotong pada ketinggian ±10 cm dari tanah kemudian langsung
ditimbang. Komponen produksi segar yang paling utama adalah biomassa daun
dan batang (Susetyo et al., 2001).
Produksi Bahan Kering
Bahan kering adalah bahan pakan yang tidak mengandung air. Di dalam
bahan kering ini sendiri terdapat mineral dan bahan organik (Kartadisastra, 1997).
Universitas Sumatera Utara
Bahan kering merupakan salah satu hasil dari pembagian fraksi yang berasal dari
bahan pakan setelah dikurangi kadar air. Kadar air adalah persentase kandungan
air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau
berat kering (dry basis) (Immawatitari, 2014).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar bahan kering antara lain : jenis
tanaman, fase pertumbuhan, waktu pemotongan, air tanah serta kesuburan tanah.
Kandungan bahan kering tanaman pada musim penghujan relatif rendah karena
pertumbuhan tanaman lebih cepat, air tercukupi dan kondisi lingkungan lembab
sehingga transpirasi berkurang (Reksohadiprodjo, 2005).
Proses respirasi masih dapat terjadi pada hijauan segar yang telah
dipotong, respiprasi akan mengambil O2 dari lingkungan serta menggunakan
cadangan makanan berupa karbohidrat dan bahan lain untuk menghasilkan energi,
uap air serta panas. Respirasi adalah salah satu faktor utama kehilangan bahan
kering pada proses pengeringan karena proses respiasi menggunakan substrat
berupa gula dan asam-asam lainnya. Suhu diidentifikasi sebagai faktor lingkungan
utama yang menyebabkan proses respirasi pada produk segar. Reaksi biologisnya
meningkat terus dengan bertambahnya suhu lingkungan (naik setiap penambahan
suhu 100C) (Ludlow et al., 1980).
Biomassa Akar
Akar adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tanaman dan
mempunyai fungsi yang sama pentingnya dengan bagian atas tanaman, potensi
pertumbuhan akar perlu dicapai sepenuhnya untuk mendapatkan potensi
pertumbuhan bagian atas tanaman, ini berarti bahwa semakin banyak akar
semakin tinggi hasil tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995). Pertumbuhan akar
Universitas Sumatera Utara
yang kuat lazimnya diperlukan untuk kekuatan dan pertumbuhan pucuk pada
umumnya. Apabila akar mengalami kerusakan dan kurang berfungsi, maka
pertumbuhan pucuk juga akan kurang berfungsi (Gardner et al., 2008).
Pengukuran biomassa total tanaman akan merupakan parameter yang
paling baik digunakan sebagai indikator pertumbuhan tanaman, alasan pokok lain
dalam penggunaan biomassa total tanaman adalah bahwa bahan kering tanaman
dipandang sebagai manifestasi dari semua proses dan peristiwa yang terjadi dalam
pertumbuhan tanaman. Karena itu parameter ini dapat digunakan sebagai ukuran
global pertumbuhan tanaman dengan segala peristiwa yang dialaminya
(Sitompul dan Guritno, 1995).
Tanah Latosol
Tanah latosol adalah tanah yang terbentuk dari batuan beku, sedimen dan
metafomorf (proses terjadinya batuan hingga tanah setelah meletusnya gunung
berapi). Tanah latosol memiliki ciri-ciri yaitu: merupakan jenis tanah yang telah
berkembang atau terjadi deferensiasi horison, solum dalam, tekstur lempung,
warna coklat, merah hingga kuning, terseba di daerah beriklim basah, curah hujan
lebih dari 3000 mm/tahun, ketinggian tempat berkisar antara 300-1000 meter
diatas permukaan laut, mudah menyerap air, kandungan bahan organik sedang,
memiliki pH 6-7 (netral) hingga asam, memiliki zat fosfat yang mudah
bersenyawa dengan unsur besi dan Aluminium, kadar humusnya mudah menurun
(Purwaningsih, 2013).
Tanah ini tersebar di kawasan bukit barisan (Sumatera), jawa, Kalimantan
Timur dan Selatan, Bali, Papua, dan Sulawesi. Tanah ini juga bersuhu sedang
Universitas Sumatera Utara
karena
merupakan
bagian
dari
tanah
vulkanis
yang
bersuhu
sedang
(Purwaningsih, 2013).
Tanah latosol disebut juga sebagai tanah inseptisol. Tanah ini mempunyai
lapisan solum tanah yang tebal sampai sangat tebal yaitu dari 130 cm sampai 5
meter bahkan lebih, sedangkan batas antara horizon tidak begitu jelas. Warna dari
tanah latosol adalah merah, coklat sampai kekuning-kuningan. Kandungan bahan
organiknya berkisar antara 3-9% tapi biasanya sekitar 5% saja. Reaksi tanah
bekisar antara pH 4,5 – 6,5 yaitu dari asam sampai agak asam. Tekstur seluruh
solum tanah ini umumnya adalah liat, sedangkan strukturnya remah dengan
konsistensi adalah gembur. Dari warna bisa dilihat unsur haranya. Semakin merah
tanah, kadar unsur haranya semakin sedikit. Pada umumnya kandungan unsur hara
ini dari rendah sampai sedang. Sedikit lebih sukar merembes air, daya menahan
air cukup baik dan agak tahan terhadap erosi (Purwaningsih, 2013).
Pada umunya tanah latosol ini kadar unsur hara dan organiknya cukup
rendah, sedangkan produktivitas tanahnya dari sedang sampai tinggi. Tanah ini
memerlukan input yang memadai. Tanaman yang bisa ditanam didaerah ini adalah
padi (persawahan), sayur-sayuran dan buah-buahan, palawija, kemudian kelapa
sawit, karet, cengkeh, kopi dan lada. Secara keseluruhan tanah latosol mempunyai
sifat-sifat fisik yang baik akan tetapi sifat-sifat kimianya kurang baik
(Purwaningsih, 2013).
Universitas Sumatera Utara
Download