J. Sains Tek., Desember 2004, Vol. 10, No. 3 Kekontinuan dan Derivatif Primitif untuk Fungsi Terintegral Henstock dari Ruang Euclide Rn ke Ruang Euclide Rm Amanto Jurusan Matematika, FMIPA Universitas Lampung Jl. Sumatri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145 Email : [email protected] Abstract In this paper, we investigated characteristic of the primitive of a Henstock integrable function from the Eucledean space Rn to the Eucledean space Rm with respect to αvolume in terms of derivatives. This characteristic is generalizations of the Henstock integral on the real line. The main tool in the proof of the above characterization on the real line relies on the Vitali covering theorem. However, in the higher dimensional Eucledean space, the Vitali covering theorem requires regularity. The resuts showed that the primitive of a Henstock integrable function from the Eucledean space Rn to the Eucledean space Rm with respect to α-volume is differentiable almost everywhere. Keywords: Primitive function, continuous-α, derivative-α. Pendahuluan Definisi deskriptif dari integral Henstock pada garis lurus telah dikenal dengan baik. Lebih tepatnya, fungsi f terintegral Henstock pada interval tertutup [a, b] jika dan hanya jika terdapat fungsi F yang kontinu mutlak kuat teritlak pada [a, b] sehingga F ' ( x ) = f ( x ) hampir di manamana pada [a, b] .5 Jadi, sifat primitif dari fungsi terintegral Henstock pada garis lurus telah dibahas secara lengkap. Namun, penelitian pada ruang Euclide Rn masih jauh dari kesempurnaan10. Penelitian tentang Teorema Rapat Terkendali dan syarat cukup integral Henstock pada ruang Euclide Rn terintegral mutlak dilakukan oleh Indrati dan Darmawijaya3,4. Berdasarkan hal di atas, muncul suatu pertanyaan “ Apakah sifat-sifat primitif di atas masih berlaku untuk fungsi yang terintegral Henstock dari ruang Euclide Rn ke ruang Euclide Rm ? “. Tetapi perlu dicermati bahwa teorema Liput Vitali pada ruang Euclide Rn memerlukan konsep shape10. Oleh karena itu, pada 2004 FMIPA Universitas Lampung pembahasan tentang derivatif fungsi primitif memerlukan pendekatan baru atau kecermatan, yaitu konsep shape. Pfeffer telah membahas hal ini untuk integral McShane pada ruang Euclide Rn (bernilai real)11. Pada tulisan ini dibahas sifat kontinu dan derivatif dari primitif fungsi terintegral Henstock dari ruang Euclide Rn ke ruang Euclide Rm terhadap fungsi volume- α . Konsep shape dan fungsi volume- α dikaji oleh Bullen (1996)2. Dasar Teori Penelitian ini memanfaatkan hasil penelitian mengenai primitif dari fungsi terintegral Henstock dari ruang Euclide Rn ke ruang Euclide Rm bersifat kontinu mutlak terilak. Himpunan semua bilangan real dituliskan dengan R. Untuk bilangan asli n, Rn menyatakan himpunan semua n-pasangan berurutan atas bilangan real, yaitu Rn = R x R x … x R ( n faktor) = { x ; x = ( x1 , x 2 ,..., x n ) : xi ∈ R, 1 ≤ i ≤ n} 157 Amanto, Kekontinuan dan Derivatif Primitif Jika x ∈R n berarti x = ( x1 , x 2 ,..., x n ) dengan xi ∈ R untuk setiap i dengan 1 ≤ i ≤ n. Norma-norma pada Rn secara topologis saling ekuivalen. Oleh karena itu, dalam hal ini dipilih norma x = maks{ xi : 1 ≤ i ≤ n} dimaksudkan agar eksistensi partisi mudah dibuktikan dan memudahkan dalam perhitungan. Jika A himpunan bagian tak kosong di dalam Rn, diameter himpunan A didefinisikan sebagai diam( A) = sup{ x − y : x , y ∈ A} Suatu selang tertutup di dalam R dituliskan dengan [a,b] = {x ∈ R : a ≤ x ≤ b }. Selang [a,b] dikatakan degenerate jika b ≤ a dan dikatakan nondegenerate jika a < b. Selang [a,b] disebut sel jika ia merupakan selang yang nondegenerate. Jadi, himpunan E ⊂ Rn disebut selang tertutup nondegenerate atau sel jika n E= i =1 = [a1,b1] x [a2,b2] x … x [an,bn] = { x = ( x1 , x 2 ,..., x n ) ∈Rn : ai ≤ xi ≤ bi, untuk setiap 1 ≤ i ≤ n} dengan [ai , bi ] merupakan sel di dalam R untuk setiap 1 ≤ i ≤ n. Definisi 1 Diberikan sel E ⊂ R . (i) Divisi pada sel E adalah koleksi sel berhingga D yang tidak saling n tumpang tindih dengan U D = E. D∈D (ii) Partisi pada sel E adalah pasangan sel-titik berhingga D = {( D, x )} {(D1 , x1 ), (D1 , x2 ),..., D1 , xr } r dengan UD i i =1 160 termuat di dalam C ∈ C sehingga {D ∈ D : D ⊂ C} adalah partisi pada C. Diberikan himpunan E ⊂ Rn dan I(E) = koleksi semua sel-sel bagian di dalam E termasuk φ dan E sendiri, jika E berupa sel. Fungsi F : I(E) → R dikatakan aditif (additive) pada E, jika berlaku F ( A ∪ B ) = F ( A) + F ( B ) untuk setiap dua sel A, B ⊂ E dengan A o ∩ B o = φ dan A ∪ B sel. Definisi 211 Fungsi aditif tak negatif α pada sel E ⊂ Rn disebut volume pada sel E. Jika A sel bagian di dalam E maka bilangan α(A) disebut volume-α sel A. ∏ [a , b ] = (iii) Segmentasi pada koleksi sel-sel C adalah koleksi berhingga sel-sel D yang tak saling tumpang tindih sehingga untuk setiap D ∈ D = E dan x i ∈ Di . Definisi 3 Diberikan fungsi volume α pada sel E ⊂ Rn. Fungsi α : I(E) → R, dengan I(E) koleksi semua sel bagian di dalam E dikatakan kontinu di I ∈ I(E) jika dan hanya jika untuk setiap bilangan ε > 0 terdapat bilangan δ = δ(ε) > 0 sehingga jika sel J, K ∈ I(E) dengan J ⊂ I ⊂ K , maka (i) untuk J ⊂ I dan I − J < δ berlaku α (I − J ) < ε dan (ii) untuk I ⊂ J dan J − I < δ berlaku α (J − I ) < ε n dengan [ ] I = ∏ (bi − ai ) untuk i =1 I = a , b = [a1 , b1 ] x [a 2 , b2 ] x ... x [a n , bn ]. 2004 FMIPA Universitas Lampung J. Sains Tek., Desember 2004, Vol. 10, No. 3 Selanjutnya diberikan pengertian ukuran yang dibangkitkan oleh volume-α Definisi 4 Diberikan E ⊂ Rn dan fungsi α : I(Rn ) → R kontinu. Bilangan ∞ ∞ µ ∗ ( E ) = inf ∑ α ( I n ) : I n sel, U I n ⊃ E n =1 n =1 disebut ukuran luar himpunan E. Sel E ⊂ Rn dikatakan terukur-α jika untuk setiap sel A ⊂ Rn berlaku µ ∗ ( A) = µ ∗ ( A ∩ E ) + µ ∗ ( A ∩ E C ) Jika Ω koleksi semua himpunan di dalam Rn yang terukur-α maka Ω merupakan aljabar-σ . Selanjutnya, fungsi µ : Ω → R* dengan µ ( I ) = µ ∗ ( I ), untuk setiap I ∈ Ω disebut ukuran pada Rn. Jadi, (Rn,Ω,µ) merupakan ruang ukuran. Definisi 511 Diberikan I1, I2,…,Ir sel-sel yang tidak saling tumpang tindih di dalam sel E ⊂ Rn dan x1 , x 2 ,..., x r di dalam E ⊂ Rn. Koleksi pasangan sel-titik P = {( I , x )} = {( I 1 , x1 ),..., ( I r , x r )} disebut (i) partisi Perron δ-fine pada E ⊂ Rn, jika I i ⊂ B( xi , δ ( xi )) dan xi ∈ I i untuk i = 1,2,…,r r dengan I i0 ∩ I 0j = φ dan U I i = E . i =1 (ii) partisi Perron δ-fine di dalam E ⊂ Rn, jika I i ⊂ B ( xi , δ ( xi )) dan xi ∈ I i untuk i = 1,2,…,r dengan r I i0 ∩ I 0j = φ dan U I i ⊂ E. Selanjutnya eksistensi partisi Perron δfine pada sel E ⊂ Rn dijamin oleh teorema berikut. Teorema 3.111 Untuk setiap fungsi positif δ pada sel E ⊂ Rn, maka terdapat partisi Perron δ-fine P pada E. Teorema 211 Jika δ1 dan δ2 fungsi positif pada sel E ⊂ Rn dan δ1 < δ2 maka setiap partisi Perron δ1-fine pada E merupakan partisi Perron δ2-fine pada E. Definisi 6 Diberikan fungsi volume α pada sel E ⊂ Rn. Fungsi f : E → Rm dikatakan terintegral Henstock pada E terhadap α, ditulis singkat dengan f ∈ R*(E,Rm,α) jika terdapat vektor a ∈ Rm sehingga untuk setiap bilangan ε > 0 terdapat fungsi positif δ pada E dan untuk setiap partisi Perron δ-fine P = {( I , x )} pada E berlaku P ∑ f ( x )α ( I ) − a = r ∑ f (x k =1 k )α ( I k ) − a <ε Vektor a = ( a1, a2, … , am ) yang dimaksud pada Definisi 6 adalah tunggal dan disebut nilai integral-α fungsi f pada E. Jika f ∈ R*(E,Rm,α) maka vektor a = ( a1, a2, … , am ) yang terkait pada Definisi6 disebut nilai integral Henstock fungsi f pada E terhadap α dan dituliskan dengan a = (R*) ∫ f dα . E Himpunan semua fungsi yang terintegral Henstock pada E terhadap α dinotasikan dengan R*(E,Rm,α). i =1 Teorema 3 xi disebut titik terkait Selanjutnya, dengan Ii (associated point of Ii). 2004 FMIPA Universitas Lampung 161 Amanto, Kekontinuan dan Derivatif Primitif Diberikan fungsi volume α pada sel E ⊂ Rn. Fungsi f = ( f1 , f 2 ,..., f m ) : E → Rm terintegral Henstock pada E terhadap α jika dan hanya jika untuk setiap fungsi fk : E → R ( k = 1,2, …, m) terintegral Henstock terhadap α pada E dan (R*) ∫ f dα = (R*) ∫ ( f1 , f 2 ,..., f m ) dα = E E * ( R ) ∫ f1dα ,( R∗ ) ∫ f 2 dα ,..., ( R* ) ∫ f m dα E E E Teorema 4 Diberikan fungsi volume α pada sel E ⊂. Rn. Jika f ∈ R*(E,Rm,α), maka Definisi 7 Jika f ∈ R*(E,Rm,α) dan I(E) koleksi semua sel bagian di dalam E maka fungsi F : I ( E ) → Rm dengan rumus ( )∫ f dα F (I ) = R∗ dan F (φ ) = 0 I untuk setiap sel I ∈ I(E) disebut R*primitif-α fungsi f pada I(E) . Fungsi F merupakan fungsi sel yang aditif. Oleh karena itu, jika D = {D1 , D2 ,..., Dr } partisi pada E maka f ∈ R*(B,Rm,α), untuk setiap sel B ⊂ E. r r k =1 k =1 D∑ F ( D) = ∑ F ( Dk ) = ∑ ( R ∗ ) ∫ f dα = ( R ∗ ) ∫ f dα = F ( E ). Dk E δ-fine P = {( I , x )} Dengan adanya fungsi primitif di atas, maka definisi integral Henstock fungsi f terhadap α pada E dapat dinyatakan sebagai berikut berikut. setiap partisi Perron pada E berlaku Fungsi f ∈ R*(E,Rm,α) jika dan hanya Teorema 6 (Lemma Henstock ) jika terdapat fungsi aditif F sehingga untuk setiap bilangan ε > 0 terdapat fungsi positif δ pada E dan untuk setiap partisi Perron δ-fine P = {( I , x )} berlaku Diberikan fungsi volume α pada sel E ⊂ Rn. Jika f ∈ R*(E,Rm,α) dengan primitif P ∑ f ( x )α ( I ) − F ( E ) < ε atau P ∑ f ( x )α ( I ) − F ( I ) < ε . F , yaitu untuk setiap bilangan ε > 0 terdapat fungsi positif δ pada E sehingga untuk setiap partisi Perron δ-fine P = {( I , x )} pada E berlaku P ∑ [ f ( x )α ( I ) − F ( I )] < ε Teorema 5 Diberikan fungsi volume α pada sel E ⊂ Rn. Fungsi f ∈ R*(E,Rm,α) dengan primitif F jika dan hanya jika untuk setiap bilangan ε > 0 terdapat fungsi positif δ pada E dengan sifat untuk 162 P ∑ f ( x )α ( I ) − F ( I ) < ε maka untuk setiap jumlah bagian ∑1 dari P ∑ atas partisi Perron δ-fine P pada E berlaku ∑1 f ( x )α ( I ) − F ( I ) < 2ε . Metode Penelitian 2004 FMIPA Universitas Lampung J. Sains Tek., Desember 2004, Vol. 10, No. 3 Karakteristik primitif dari fungsi terintegral Henstock dari ruang Euclide Rn ke ruang Euclide Rm diturunkan dari karakteristik integral Henstock pada real line.Disamping itu untuk pembahasan integral Henstock pada ruang Euclide Rn, untuk teorema Liput Vitalinya memerlukan konsep shape. Hasil dan Pembahasan Diberikan fungsi volume α pada sel E ⊂ Rn dan fungsi aditif F : I(E) → Rm, I(E) adalah koleksi semua sel bagian di dalam E. Fungsi F dikatakan kontinu-α di I1 ∈ I(E) jika untuk setiap ε > 0 terdapat bilangan η > 0 sehingga jika I 2 ∈ I(E), maka (i) untuk I1 ⊂ I 2 dan α ( I 2 − I1 ) < η berlaku F ( I 2 ) − F ( I 1 ) < ε , dan (ii) untuk I 2 ⊂ I 1 dan α (I1 − I 2 ) < ε berlaku F ( I1 ) − F ( I 2 ) < ε . Teorema 7 Diberikan fungsi volume α pada sel E ⊂ Rn. Jika fungsi f ∈ R*(E,Rm,α) dengan primitif F maka F kontinu-α pada E. Bukti : Diberikan sebarang bilangan ε > 0. Karena f ∈ R*(E,Rm,α) maka terdapat fungsi positif δ pada E dengan sifat untuk setiap partisi Perron δ-fine P = {( I , x )} pada E berlaku ε 4 (1) (2) I 2 ⊂ I 1 ( I 1 ⊂ I 2 ) dan α ( B) < η = min δ ( x ), , 2 f (x) + 1 ( ε ) Berdasarkan (2) diperoleh f ( x )α ( B ) − F ( B ) < ε (3) 2 Jadi, berdasarkan (3), diperoleh F ( B) = F ( B ) − f ( x )α ( B ) + f ( x )α ( B) ≤ F ( B) − f ( x )α ( B) + f ( x )α ( B) < ε 2 ε + f ( x ) α ( B) ε = ε. 2 2 Jadi terbukti F kontinu-α pada E. < + Untuk membahas sifat derivatif fungsi primitif F cukup dibuktikan derivatif suku-suku dari F (bernilai real) , sebab Fungsi F = ( F1 , F2 ,..., Fm ) : E → Rm mempunyai derivatif di x ∈ E jika dan hanya jika untuk setiap k (k = 1,2,…,m) Fk : E → R mempunyai derivatif-α di x ∈ E dan DFα ( x ) = Fα' ( x ) = (Fα 1 , Fα 2 ,..., Fαm ) ( x ) ' ( = Fα' 1 ( x ), Fα' 2 ( x ),..., Fα'm ( x ) Selanjutnya pada (1) di atas diambil satu suku saja sehingga berdasarkan Teorema 6 diperoleh 2004 FMIPA Universitas Lampung ε 2 Diambil sebarang koleksi sel (segmentasi) B = I 1 − I 2 ( I 2 − I 1 ) ⊂ E dengan untuk setiap x ∈ B. Definisi 8 P ∑ f ( x )α ( I ) − F ( I ) < f ( x )α ( I ) − F ( I ) < ) Diberikan fungsi F : I(E) → R , dengan I(E) adalah koleksi semua sel bagian di 163 Amanto, Kekontinuan dan Derivatif Primitif n 5 5 A ∗ = ∏ c i − ri , ci + ri sh( A) sh( A) i =1 dan perhatikan bahwa (2 R A ) n 5 rA∗ = rA = 5 rA sh( A) (2r1 )...(2rn ) n dalam E. Untuk sel A = ∏ [ai , bi ] , i =1 didefinisikan bilangan sh( A) = λ ( A) [diam( A)]n dengan diam(A) menyatakan diameter A dan λ = A = n ∏ (bi − ai ) volume A. i =1 Jelas bahwa 0 < sh( A) ≤ 1. n Jika n A = ∏ [a i , bi ] , didefinisikan i =1 (a + bi ) ( b − ai ) ri = i , ci = i , 1≤ i ≤ n, 2 2 maka secara berturut-turut vektor c A = (c1 , c 2 ,..., c n ) dan bilangan rA = min{r1 , r2 ,..., rn } dan R A = maks{r1 , r2 ,..., rn } disebut pusat dan jari-jari dalam dan jari-jari luar A. Berdasarkan notasi tersebut, jelas bahwa diam( A) = 2 R A , B( c A , rA ) ⊂ A ⊂ B( c A , R A ). Selanjutnya, dibentuk himpunan DFα ( x ) = inf sup γ (x) > 0δ > 0 (RA ) n ≥5 rA = 5 R A rA ( R A ) n −1 5 λ ( A) . dan λ ( A ) = sh( A) * Jika δ : E → R fungsi positif dan γ (x ) > 0 , didefinisikan A ; A sel ⊂ E ∩ B ( x , δ ( x ), x ∈ A, Eδ ,γ = sh( A) > γ ( x ) . Lebih lanjut, jika F : I(E) → R fungsi aditif dan α fungsi volume yang kontinu pada E, maka didefinisikan bilanganbilangan F ( A) : x ∈ A ⊂ E ∩ B ( x , δ ( x )), sh( A) > γ ( x ) α ( A) dan D F α ( x ) = − D (− F α ( x ) ) = sup inf F ( A) sup : x ∈ A ⊂ E ∩ B ( x , δ ( x )), sh ( A ) > γ ( x ) α ( A) γ (x) > 0 δ > 0 yang berturut-turut disebut derivatif-α bawah dan derivatif-α atas fungsi sel F di titik x ∈ E . Jelas bahwa DFα ( x ) ≤ D Fα ( x ). Jika DFα ( x ) = D Fα ( x ) ≠ ±∞ maka F dikatakan mempunyai derivatif-α di titik x atau Fα, ( x ) ada, dengan Fα' ( x ) = DFα ( x ) = DFα ( x ) = D Fα ( x ). Dalam pembahasan selanjutnya dipilih fungsi volume α = λ. 164 Teorema 811 Jika E koleksi sel-sel bagian di dalam A, maka terdapat koleksi sel tak saling tumpang tindih F ∈ E sehingga untuk setiap B ∈ E terdapat suatu C∈ F dengan B ∩C ≠ φ dan B ⊂ C ∗. Khususnya U E ⊂ U C ∗ : C ∈ F . { } Definisi 911 2004 FMIPA Universitas Lampung J. Sains Tek., Desember 2004, Vol. 10, No. 3 Koleksi sel-sel E disebut liput Vitali himpunan E ⊂ Rn jika terdapat fungsi positif γ pada E sehingga untuk setiap x ∈ E dan η > 0 terdapat B ∈ E dengan x ∈ B, B ⊂ B ( x ,η ), dan sh( B ) > γ ( x ). Teorema berikut akan sangat membantu dalam pembuktian selanjutnya. Teorema 9 (liput Vitali) 11 Jika koleksi sel-sel E merupakan liput Vitali himpunan E ⊂ Rn maka terdapat koleksi sel tak saling tumpang tindih F ( ) ⊂ E sehingga µ E − U F = 0. Teorema 10 primitif f ∈ R*(E,R ,λ) dengan F maka Fλ' ( x ) ada dan Fλ' ( x ) = f ( x ) h.d. pada E. Bukti: Dibentuk himpunan ( ) x ∈ E ; Fλ'k ( x ) tidak ada atau X = ' , Fλk ( x ) ada dan Fλ'k ( x ) ≠ f k ( x ) ( ∞ Jadi X = U X n . n =1 Diberikan sebarang bilangan ε > 0. Karena f k ∈ R*(E,R, λ ) maka untuk setiap bilangan ε > 0 di atas terdapat fungsi positif δ pada E khususnya 1 sh( I ) ≥ sehingga untuk partisi n Perronδ-fine P = {( I 1 , x1 ), ( I 2 , x 2 ),..., ( I r , x r )} pada E berlaku r m Jika fungsi 1 X n = x ∈ X ;η ( x ) ≥ n ) dengan k = 1, 2, …, m.Cukup ditunjukkan µ ( X ) = 0. Berdasarkan definisi X, jika diberikan x ∈ X , dapat ditemukan η ( x ) > 0 sehingga untuk setiap bilangan β > 0 terdapat suatu sel A ⊂ E ∩ B ( x , β ( x )) dengan x ∈ A, sh( A) > η ( x ) , d ( A) < β dan Fk ( A) ≥ η(x ) λ ( A) ⇔ λ ( A) Fλ'k ( x ) − Fk ( A) ≥ η ( x )λ ( A) Fλ' k ( x ) − Atau diperoleh f k ( x )λ ( A) − Fk ( A) ≥ η ( x )λ ( A) f k ( xi )λ ( I i ) − Fk ( I i ) < ε (5) n n+1 Mudah dipahami bahwa koleksi E dari semua sel A ⊂ E sehingga A ⊂ B( x A , δ ( x A )) untuk setiap titik 1 x A ∈ A ∩ X n , dengan sh( A) ≥ dan n d ( A) < δ ( x ) serta 1 f k ( x A )λ ( A) − Fk ( A) ≥ λ ( A) (6) n merupakan liput Vitali Xn. i =1 Berdasarkan Teorema 9 (Teorema Liput Vitali), maka terdapat koleksi saling asing F ∈ E sehingga µ (X n − U F ) = 0. Berdasarkan Lemma 8 , terdapat koleksi bagian F di dalam E yang saling asing sehingga Xn ⊂ U C ∗ : C ∈ F { } Untuk setiap koleksi berhingga T ⊂ F , (4) Dipilih untuk n ≥ 1 tetap dan dibentuk himpunan X n ⊂ X sebagai berikut 2004 FMIPA Universitas Lampung ∑ koleksi {(C , xC ) : C ∈ T }merupakan partisi Perron δ-fine pada A dengan 1 sh(C ) > . Oleh karena itu, diperoleh n 163 Amanto, Kekontinuan dan Derivatif Primitif ∑ λ (C ) ≤ n ∑ C∈T f k ( xC )λ (C ) − Fk (C ) C∈T (7) ε < nn yang berakibat Daftar Pustaka µ ( X n ) ≤ ∑ λ (C * ) C∈F < (5n) n ∑ λ (C ) ≤ 5 n ε . C∈F Karena ε dipilih sebarang maka hal ini menunjukkan µ ( X n ) = 0, dan karena ∞ X = U X n , maka n =1 ∞ ∞ ≤ ∑ µ ( X n ) = 0. n =1 Dengan kata lain untuk setiap k (k = 1,2,…,m), Fλ'k ada dan Fλ'k ( x ) = f k ( x ) hampir di mana-mana pada E , dengan Fλ'k : I ( E ) → R dan fk : E ⊂ Rn→ R. Jadi terbukti bahwa Fλ' ( x ) = Fλ' 1 ( x ), Fλ' 2 ..., Fλ'm ( x ) ada dan ( Fλ' ( x ) = f ( x ) pada E. 1. Amanto dan Darmawijaya, S. 2002. Primitif Fungsi Terintegral Henstock dari Ruang Euclide Rn ke Ruang Euclide Rm Bersifat Kontinu Mutlak Teritlak, Jurnal Matematika dan Pembelajarannya Tahun VIII Edisi Khusus Juli 2002. µ ( X ) = µ U X n n =1 Penelitian ini memperoleh pembiayaan dari PPD Forum HEDS tahun 2003. Penulis mengucapkan terima kasih atas pendanaan tersebut sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan lancar. ) hampir di mana-mana Kesimpulan Sifat kontinu-α dari primitif fungsi terintegral Henstock dari R ke R atau dari Rn ke R ternyata masih berlaku untuk primitif fungsi terintegral Henstock dari Rn ke Rm. Sedangkan untuk primitifnya, derivatif-αnya ada dan hampir di mana-mana pada E ⊂ Rn juga masih berlaku untuk fungsi yang terintegral Henstock dari ruang Euclide Rn ke ruang Euclide Rm. Tetapi dalam ini memerlukan kecermatan, sebab pada ruang Euclide Rn memerlukan konsep shape. 2. Bullen, P.S. 1996. Notes on Real Ana-lysis: A Short Course for Ph.D. Students of the Departement of Mathematics. Gadjah Mada University, Yogya-karta. 3. Indrati, Ch. R. dan Darmawijaya, S., 1998. Syarat Cukup Fungsi Terintegral Henstock-Kurzweil Mutlak Dalam Ruang Euclide Berdimensi-n, BIMIPA 8 (1) : 24-34. 4. Indrati, Ch. R. dan Darmawijaya, S. 2000, Teorema Rapat Terkendali untuk Integral Henstock-Kurzweil Dalam Ruang Berdimensi-n, MIHMI 6 (3) : 134 – 138. 5. Lee P.Y. 1989. Lanzhou Lectures on Henstock Integration, World Scientific, Singapore. 6. Lee P.Y. 1995. Measurability and the Henstock Integral. Proceeding Internat Math. Conference 1994, Kaohsiung, World Scientific. 7. Lee T.Y., Chew T.S. dan Lee P.Y. 1996-1997. On Henstock Integrability in the Eucledean Space, Real Analysis Exchange 22 (1) : 382-389. Ucapan Terimakasih 164 2004 FMIPA Universitas Lampung J. Sains Tek., Desember 2004, Vol. 10, No. 3 8. Lu Jitan dan Lee P.Y. 1999. The Primitive of Henstock Integrabel Functions in the Eucledean Space, Bull London Math. Soc 31 : 173-180. 9. Lee P.Y. 2000. Some Recent Results on the Henstock Integral, Calcutta Society 92nd Foundation Anniversary, India. 2004 FMIPA Universitas Lampung 10. Lee P.Y. and Vyborny, R. 2000. Integral : An Easy Approach after Kurzweil and Henstock, Cambridge University Press, UK. 11. Pfeffer, W.F. 1993. The Riemann Approach to Integration. Cambridge University Press, New York, USA. 165