BANK INDONESIA MELANJUTKAN KEBIJAKAN MONETER

advertisement
No. 6/129/BGub/Humas
KONDISI EKONOMI SESUAI PERKIRAAN AWAL : BANK INDONESIA
MELANJUTKAN KEBIJAKAN MONETER CENDERUNG KETAT
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang diselenggarakan pada hari ini
memutuskan untuk melanjutkan kebijakan moneter yang cenderung ketat agar
perkembangan tingkat inflasi ke depan tetap selaras dengan upaya pencapaian
sasaran inflasi jangka menengah. Dalam kerangka kebijakan tersebut, Bank Indonesia
akan berupaya menyerap kelebihan likuiditas secara optimal. Keputusan tersebut
diambil setelah mempertimbangkan bahwa pertama, perkembangan pertumbuhan
ekonomi dan tingkat inflasi untuk triwulan IV-2004 dan keseluruhan tahun 2004
masih sesuai dengan perkiraan awal tahun. Kedua, pola ekspansi ekonomi yang masih
didominasi oleh peningkatan konsumsi domestik mempunyai potensi untuk
meningkatkan tekanan terhadap kestabilan ekonomi pada waktu yang akan datang.
Disamping itu, Rapat Dewan Gubernur tersebut juga mencatat perkembangan di
bidang perbankan yang cukup menggembirakan seperti tercermin antara lain pada
fungsi intermediasi perbankan yang secara bertahap telah meningkat, profitabilitas
yang membaik dan permodalan yang masih memadai.
Sejalan dengan tetap kondusifnya kondisi eksternal dan permintaan domestik yang
tetap tumbuh tinggi, pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2004 diperkirakan mencapai
5,0 - 5,5% (yoy). Pertumbuhan ekonomi tersebut masih didominasi oleh
pertumbuhan konsumsi. Hal tersebut telah diikuti dengan peningkaan penggunaan
kapasitas produksi oleh sektor swasta yang telah mendorong peningkatan impor
bahan baku dan barang modal. Ekspor mulai tumbuh meningkat walaupun masih
relatif terbatas karena terbatasnya peningkatan kapasitas produksi dan daya saing.
Sementara itu, investasi tumbuh cukup tinggi pada beberapa triwulan terakhir
walaupun secara keseluruhan belum cukup untuk meningkatkan kapasitas
perekonomian secara optimal.
Inflasi IHK pada akhir Oktober 2004 tercatat mencapai 6,22% (yoy). Perkembangan
harga-harga (inflasi) dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan bahwa faktor
eksternal terkait dengan melemahnya nilai tukar, meningkatnya imported inflation
dan meningkatnya permintaan domestik merupakan faktor-faktor yang berperan
penting terhadap tingkat inflasi. Nilai tukar rupiah bergerak stabil dengan volatilitas
yang menurun dengan rata-rata harian selama Oktober Rp9.099 per dolar AS.
Pergerakan rupiah terutama dipengaruhi oleh dampak rambatan pelemahan dolar AS
terhadap mata uang regional karena kekhawatiran akan memburuknya kinerja
perekonomian AS dan membubungnya harga minyak dunia. Namun demikian, sampai
dengan akhir 2004 tingginya harga minyak tersebut diperkirakan belum memberikan
tekanan terhadap Rupiah yang signifikan.
Sejalan dengan kondisi ekonomi makro yang relatif stabil, kinerja perbankan nasional
juga menunjukkan kestabilan dan kecenderungan yang membaik. Fungsi intermediasi
perbankan nasional secara bertahap menunjukkan perbaikan tercermin dari
peningkatan dana pihak ketiga dan jumlah kredit perbankan. Berdasarkan data
sampai dengan September 2004, kredit menunjukkan peningkatan sebesar Rp77,9
triliun (16,32%) dari posisi akhir tahun 2003 sebesar Rp477,19 triliun, sementara
dana pihak ketiga meningkat 4,3% menjadi sebesar Rp926,4 triliun dari posisi akhir
tahun sebelumnya. Kredit baru selama bulan September 2004 menunjukkan
peningkatan sebesar Rp12,9 triliun, dengan demikian total kredit baru sejak Januari
s.d. September 2004 telah mencapai Rp70 triliun. Sementara itu, kredit UMKM (s.d.
Agustus 2004) tumbuh 3,1% sehingga jumlah UMKM menjadi Rp256,4 triliun. Bila
dibandingkan dengan posisi Desember 2003, pertumbuhan UMKM yang sebesar
16,9% masih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan total kredit.
Ke depan, Bank Indonesia akan terus memonitor berbagai indikator ekonomi
khususnya inflasi dengan seksama. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih akan
meningkat didorong oleh permintaan domestik khususnya konsumsi, investasi, dan
impor. Sementara ekspor akan tumbuh meningkat meskipun masih relatif terbatas.
Dengan perkembangan tersebut, ekonomi pada tahun 2004 diperkirakan akan
tumbuh sekitar 5%. Tekanan inflasi dari sisi permintaan diperkirakan meningkat yang
diikuti oleh peningkatan ekspektasi inflasi yang terkait dengan pola musiman
menyambut hari raya keagamaan dan tahun baru maupun inflasi inti. Sampai dengan
akhir tahun 2004 inflasi IHK diperkirakan akan berada pada kisaran sesuai dengan
perkiraan awal tahun. Untuk tahun 2005, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi
akan lebih tinggi dari 5% sementara tingkat inflasi diperkirakan relatif sama dengan
tahun 2004.
Mencermati perkembangan ekonomi-moneter ke depan, Bank Indonesia akan
melanjutkan kebijakan moneter yang cenderung ketat (tight bias) dengan secara
optimal menyerap ekses likuiditas dalam rangka mencapai sasaran inflasi jangka
menengah. Sementara itu, untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah yang
berpotensi mempengaruhi pencapaian sasaran inflasi, Bank Indonesia akan tetap
melakukan pemantauan secara cermat arus modal yang mempunyai potensi mobilitas
tinggi. Di bidang perbankan, Bank Indonesia akan tetap melanjutkan kebijakan untuk
mempertahankan stabilitas sistem perbankan dan melanjutkan upaya-upaya untuk
mendorong fungsi intermediasi perbankan serta menghimbau perbankan untuk terus
memfungsikan pengawasan internal secara intensif dalam rangka peningkatan good
governance.
Jakarta, 11 November 2004
BIRO KOMUNIKASI
Rizal A. Djaafara
Kepala Biro
Download