PENGARUH PELATIHAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL SISWA AKSELERASI NASKAH PUBLIKASI Oleh: JENNIA RITA SYAMRIL 03 320 120 IRWAN NURYANA. K PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Mengikuti arus zaman yang terus melaju pesat, harus diikuti juga dengan kemampuan intelektual yang tinggi dan mencetak generasi-generasi baru yang juga dituntut untuk memiliki kemampuan kognitif dan mental yang tinggi agar dapat bertahan dan bersaing untuk mencapai sukses. Salah satu antisipasi atau cara yang ditempuh pemerintah Indonesia untuk membentuk generasi yang unggul adalah dengan mengadakan terobosan dalam dunia pendidikan, yaitu dengan membentuk program akselerasi atau percepatan. Menurut Hawadi (2004) akselerasi adalah kemajuan yang diperoleh dalam program pengajaran pada waktu yang lebih cepat atau dalam usia yang lebih muda daripada usia konvensional. Tujuan dari program akselerasi adalah memberikan pelayanan untuk anak berbakat secara intelektual untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih awal. Program akselerasi dirancang khusus untuk mengasah kemampuan intelektual dan sekaligus memberikan kematangan emosi dan pemantapan spiritual (http.// www.mail-archieve.com ) Program akselerasi pada pelaksanaannya ternyata ditemukan berbagai masalah. Seorang Wakil Kepala Sekolah salah satu SMU di Yogyakarta mengeluarkan pernyataannya tentang kelas akselerasi, yaitu “selama pelaksanaan akselerasi di sekolah ini saya menemukan beberapa hal aneh seperti, siswa terlihat kurang berkomunikasi, mengalami ketegangan, kurang bergaul, dan tidak suka pada pelajaran olahraga. Mereka tegang seperti robot, Kami juga mendapat laporan dari orangtua bahwa mereka sulit berkomunikasi dengan anaknya. (http.// www.republika.co.id 30 April 2005). Pernyataan yang sama juga diberikan oleh seorang guru salah satu sekolah menengah di Jakarta yang mengatakan bahwa anak akselerasi memiliki pergaulan yang lebih terbatas daripada kelas umum karena teman satu ruangannya dan guru-gurunya dalam 2 tahun selalu sama. Guru menjadi khawatir bahwa percepatan belajar dapat menimbulkan dampak negatif dikemudian hari karena masa remaja dan bermain mereka terenggut (http.// www.kompas.com 23 Juli 2005) Kecerdasan emosional dapat diasah dengan adanya pelatihan-pelatihan atau training yang cendrung akan lebih efektif. Untuk itu berdasarkan latar belakang masalah diatas maka perlu diadakannya training atau pelatihan kecerdasan emosi untuk meningkatkan kemampuan siswa akselerasi dalam mengembangkan keterampilan sosialnya. Pelatihan kecerdasan emosi juga diharapkan mampu meningkatkan karakteristik siswa akselerasi yang tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual tapi juga memiliki kecerdasan emosional, yang sangat berperan dalam kesuksesan siswa dalam berkiprah di dunia pekerjaan nantinya. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan menguji secara empirik apakah pelatihan kecerdasan emosi secara signifikan mampu meningkatkan kemampuan interaksi sosial pada siswa-siswa SMU yang mengikuti program akselerasi C. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini secara teoritis adalah untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dibidang psikologi, khususnya psikologi perkembangan dan pendidikan, dengan adanya tambahan referensi teoritis yang ilmiah tentang efektivitas pelatihan kecerdasan emosi pada siswa akselerasi. Sedangkan manfaat praktis yang didapat dari penelitian ini adalah : 1. Jika hipotesis dalam penelitian dapat dibuktikan kebenarannya, maka diharapkan dapat meningkatkan keterampilan sosial anak. 2. Melalui penelitian ini dapat diketahui keterampilan sosial siswa akselerasi dan memberikan kontribusi langsung pada subjek. D. Keaslian Penelitian Berbagai penelitian baik di dalam dan di luar negri telah dilakukan dengan menggunakan ketrampilan sosial sebagai variabel. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sari (2004), Olviana (2006) dan Rachmawatie (2006), untuk melihat efektivitas dari pelatihan kecerdasan emosi. Namun penelitian eksperimen dengan memberikan pelatihan kecerdasan emosi dengan orientasi ketrampilan sosial masih belum pernah dilakukan. Hal ini menyebabkan penelitian ini berbeda baik dari segi topik, teori dan alat ukur, dengan penelitianpenelitian sebelumnya. Berdasarkan perbedaan-perbedaan tersebut maka penelitian ini dapat dianggap asli atau orisisnil. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Sosial Siswa Akselerasi 1. Pengertian keterampilan sosial siswa akselerasi Menurut Michelson (Prawitasari & Hadjnar, 2002) keterampilan sosial meliputi keterampilan-keterampilan memberikan pujian, mengeluh karena tidak setuju terhadap sesuatu hal, menolak permintaan orang lain, kemampuan bertukar pengalaman, menuntut hak pribadi, memberikan saran kepada orang lain, pemecahan konflik atau masalah, serta berhubungan dengan orang lain yang lebih tua atau lebih tinggi statusnya. Keterampilan sosial merupakan kemampuan yang beraneka ragam untuk mengeluarkan prilaku-prilaku yang tampak, baik berupa tingkah laku positif maupun negatif dan tidak mengeluarkan prilaku yang dilarang atau tidak disukai orang lain (Libet & Lewinson dalam Cartledge & Milburn , 1995). Sementara itu menurut Saphiro (1997) keterampilan sosial yaitu kemampuan anak untuk bergaul dengan orang lain, mengenali dan mampu bereaksi dengan tepat terhadap situasi-situasi sosial, serta mampu mencari titik temu antara kebutuhan dan harapannya dengan harapan dan kebutuhan orang lain. Sejalan dengan hal itu, Goleman (1999) menambahkan bahwa keterampilan sosial adalah kemampuan anak untuk mengendalikan emosinya dengan baik pada saat berhubungan dengan orang lain, memiliki kemampuan untuk membaca situasi dan mampu berinteraksi dengan lancar serta menjalin persahabatan yang sehat. Sementara itu akselerasi adalah program percepatan belajar untuk SD, SLTP, SMU dirancang oleh pemerintah pada tahun 2000. Akselerasi didefenisikan sebagai salah satu bentuk pelayanan pandidikan yang diberikan bagi siswa dengan kecerdasan dan kemampuan luar biasa untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih awal dari waktu yang ditentukan (http//www.depdiknas.go.id) 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial siswa akselerasi Cartledge dan Milburn (1995) mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya keterampilan sosial remaja, yaitu : a. Karakteristik remaja Karakteristik pribadi dan lingkungan tempat anak tumbuh adalah salah satu hal yang sangat mempengaruhi keterampilan sosial remaja. Remaja dengan tipe kepribadian tertutup (introvert) akan mengalami kesulitan untuk mulai berinteraksi dan bergaul dengan orang lain Karakteristik remaja yang membentuk keterampilan sosial meliputi : 1. Fase perkembangan 2. Jender 3. Kemampuan kognitif b. Kriteria lingkungan sosial Lingkungan sosial itu mencakup : 1. Konteks budaya 2. Situasi yang spesifik 3. Hubungan dengan teman sebaya 3. Aspek – aspek Keterampilan Sosial Siswa Akselerasi Menurut Mager (Cartledge & Milburn, 1995), aspek-aspek keterampilan sosial remaja adalah : a. Kesopanan Meliputi perilaku remaja dalam menunjukkan sikap yang positif terhadap teman-teman sebaya maupun orang dewasa. Sikap tersebut antara lain memberikan pujian dan senyuman, mengucapkan terima kasih, membuat pernyataan yang positif dan prilaku yang baik dalam situasi yang beraneka ragam. b. Kerjasama Meliputi kemampuan remaja untuk berpartisipasi dalam pekerjaan kelompok dengan teman sebaya atau orang yang lebih dewasa, kemampuan menjalankan pertemanan dan dapat mengikuti aturan yang berlaku dalam kelompoknya. B. Pelatihan Kecerdasan Emosi 1. Pengertian pelatihan kecerdasan emosi Pelatihan secara etimologis atau bahasa berdasarkan kamus psikologi dari Kartono dan Gulo (2000) mengartikan sebagai sebuah instruksi, perlakuan, manipulasi, yang harus dijalani oleh seekor binatang atau seorang manusia agar dapat memahami atau sanggup melaksanakan tugas atau peran tertentu. Sementara itu menurut Wexel dan Yukl (As’ad 2002), pelatihan dan pengembangan adalah istilah-istilah yang menyangkut usaha-usaha yang terencana dan diselengarakan agar mencapai penguasaan akan keterampilan pengetahuan dan sikap-sikap yang relevan terhadap pekerjaan. Sikula (As’ad 2002) juga berpendapat bahwa training adalah proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir, dimana tenaga non_managerial mempelajari pengetahuan dan ketrampilan teknis untuk tujuantujuan tertentu. Goleman (2000) sendiri berpendapat kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri dan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dalam berhubungan dengan orang lain, kemampuan untuk bertahan menghadapi frustrasi, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, serta berempati dan berdoa. Mayer (Goleman, 2000) menambahkan kecerdasan emosi adalah kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain serta menggunakan perasaanperasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan. Sementara itu menurut BarOn kecerdasan emosi adalah sekumpulan kecakapan dan sikap yang jelas perbedaannya, namun saling tumpang tindih. Kumpulan ini dapat dikelompokkan ke dalam lima tema umu atau ranah, yaitu intrapribadi, antarpribadi, penanganan terhadap stres, penyesuaian diri, dan suasana hati. Kelima ranah ini kemudian dikelompokkan lagi ke dalam lima belas unsur yaitu, kesadaran diri, asertifitas, kemandirian, pengahargaan diri, aktualisasi diri, empati, tanggung jawab sosial, hubungan antarpribadi, pemecahan masalah, uji realitas, sikap fleksibel, ketahanan menanggung stres, pengendalian impuls, kebahagiaan, dan yang terakhir adalah optimisme (Stein & Book, 2002). 2. Aspek – aspek kecerdasan emosi aspek kecerdasan emosi yang telah ditemukan oleh penelitian Goleman (1996), yang mengemukakan bahwa komponen kecerdasan emosi terdiri dari aspek-aspek: a) kesadaran diri : memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri. b) pengaturan diri : menangani emosi sehingga berdampak positif, mampu pulih dari tekanan emosi. c) motivasi : menggunakan hasrat terdalam untuk menggerakkan dan menuntun seseorang menuju sasaran, inisiatif untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi . d) empati : mampu memahami sesuatu berdasarkan perspektif orang lain. e) ketrampilan sosial : menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, bernteraksi dengan lancar, menggunakan ketrampilan untuk mempengaruhi dan memimpin orang lain, menyelesaikan perselisihan dan bekerjasama dengan baik dalam tim D. Pengaruh Pelatihan Kecerdasan Emosi Terhadap Keterampilan Sosial pada Siswa Akselerasi Penyelenggaraan sistem percepatan kelas (akselerasi) bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa merupakan salah satu strategi alternatif yang relevan, disamping bertujuan untuk memberikan pelayanan pendidikan sesuai dengan potensi siswa, juga bertujuan untuk mengimbangi kekurangan yang terdapat dalam kelas klasikal atau reguler. Nasichin (Hawadi, 2004) mengelompokkan tujuan dari penyelenggaraan program percepatan belajar kedalam 2 kelompok, tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum antara lain: 1. memberikan pelayanan kepada peserta didik yang memiliki karakteristik khusus dari aspek kognitif dan afektifnya 1. memenuhi hak asasi selaku peserta didik sesuai dengan kebutuhan pendidikan dirinya 2. memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik. 3. menyiapkan peserta didik menjadi pemimpin masa depan. Tujuan khususnya adalah : 1. menghargai peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih cepat. 2. memacu kualitas atau mutu siswa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual, inteletual dan emosional secara berimbang. Sementara itu, kenyataan yang terjadi adalah siswa yang masuk kelas akselerasi mengalami gangguan emosi dan cendrung lebih fokus pada diri sendiri karena dibebani oleh muatan pelajaran yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Memahami kecerdasan emosi pada siswa akselerasi merupakan suatu hal yang kompleks. Siswa akselerasi merupakan sosok yang sama dengan anak biasa pada umumnya, yaitu sama-sama membutuhkan ruang yang cukup untuk meningkatkan aspek afektif atau kecerdasan emosi dalam diri mereka. Mereka juga memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial serta kebutuhan untuk memiliki kualitas waktu yang seimbang antara kegiatana personal dan interpersonal, agar siswa dapat memaksimalkan potensi dan mengembangkan kecerdasan emosinya. Berdasarkan arti penting keberadaan kecerdasan emosi bagi siswa akselerasi terutama dalam lingkungan afektifnya, maka sangat dibutuhkan upaya untuk meningkatkan pemahaman tentang arti penting kecerdasan emosi pada siswa akselerasi. Salah satu upaya tersebut adalah dengan mengadakan pelatihan kecerdasan emosi. Pelatihan kecerdasan emosi akan menumbuhkan pemahaman tentang peran penting kecerdasan emosi dalam membangun ketrampilan sosial pada siswa akselerasi. D. Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah : “ Adanya pengaruh yang signifikan pelatihan kecerdasan emosi terhadap keterampilan sosial siswa akselerasi “. BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas : pelatihan kecerdasan emosi 2. Variabel tergantung : keterampilan sosial pada siswa kelas akselerasi. B. Defenisi Operasional Variabel Penelitian a. Pelatihan kecerdasan emosi Pelatihan kecerdasan emosi adalah suatu usaha yang terencana dan diselenggarakan agar mencapai penguasaan terhadap kemampuan seorang individu dalam memahami perasaan dirinya sendiri dan orang lain, sehingga nantinya ia mampu mengelola, mengontrol dan mengekspresikannya dalam bentuk sikap dan perilaku secara tepat, sehingga mampu mengatasi berbagai tekanan dan permasalahan, mampu berinteraksi dengan orang lain secara tepat dan mengkombinasikannya dengan kecerdasan intelektual yang dimiliki b. Keterampilan sosial Keterampilan sosial adalah kemampuan individu untuk berprilaku sesuai dengan aturan yang ada ataupun yang diinginkan oleh orang lain sehingga seseorang dapat berinteraksi ataupun memulai interaksi dengan orang lain. Perilaku tersebut diantaranya adalah dapat menghargai dan memahami perasaan orang lain, lebih mampu mengontrol diri, menjalin kerjasama, dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku. Ketrampilan sosial siswa akselerasi diukur dengan menggunakan skala ketrampilan sosial Rand Social Baterry. Ketrampilan sosial siswa akselerasi diketahui melalui skor yang diperoleh subjek setelah mengisi skala Rand Social Baterry. Semakin tinggi skor yang diperoleh anak, maka semakin baik keterampilan sosialnya. Sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh anak semakin rendah pula keterampilan sosialnya. C. Subjek Peneletian Populasi penelitian ini adalah siswa sekolah menengah atas yang mengikuti program akselerasi. Sementara yang diambil menjadi sampel adalah siswa kelas X program akselerasi di SMU 3 Yogyakarta. Seluruh sampel akan diberikan pelatihan kecerdasan emosi. D. Rancangan Eksperimen Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimen, yaitu suatu pendekatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya pengaruh di antara variabel-variabel pelatihan kecerdasan emosi dan ketrampilan sosial siswa akselerasi dengan cara membandingkan skor yang diperoleh subyek setelah dan sebelum diberikan pelatihan. Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah treatments by subject design. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis menyusun rancangan eksperimen sebagai berikut : Y1 X Y2 Keterangan : Y1 : Pengukuran Pretes Y2 : Pengukuran Posttest X : Perlakuan berupa pelatihan kecerdasan emosi E. Metode Pengumpulan Data Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode skala dan observasi. Metode skala nantinya akan dibandingkan dengan observasi pada saat analisis penelitian. F. Metode Analisis Data Menggunakan metode paired sample t-tes, perbandingan antara skor pretest dan posttest dari kelompok eksperimen. Analisis data dilakukan dengan SPSS versi 11.5 for windows. BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan di SMUN 3 Yogyakarta. Alasan dipilihnya sekolah tersebut sebagai kelompok eksperimen dari penelitian ini adalah : a. SMUN 3 Yogyakarta adalah salah satu dari beberapa sekolah di Yogyakarta yang memiliki kelas untuk program percepatan belajar atau akselerasi. b. Prosedur perijinan dilakukannya penelitian di sekolah tersebut tidak sulit dan tidak berbelit-belit. Setelah menentukan SMUN 3 yang akan menjadi tempat penelitian, penulis melakukan diskusi dan observasi untuk menentukan kelas akselerasi mana yang akan dipilih sebagai kelompok eksperimen dari penelitian ini. Setelah melalui diskusi dengan guru bimbingan konseling yang khusus menangani siswa akselerasi, akhirnya diputuskan bahwa siswa kelas X yang akan menjadi kelompok eksperimen dari penelitian ini. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai orientasi kancah pada kelompok penelitian, yaitu SMUN 3 Yogyakarta: SMUN 3 Yogyakarta terletak di jalan Yos Sudarso no 7, Kelurahan Kotabaru, Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekolah Menengah Umum yang berdiri pada tahun 1942 ini berstatus negri dengan jenjang akreditas A. C. Hasil Penelitian Hasil analisis untuk perbedaan skor pretest dan posttest subjek adalah nilai beda (t) sebesar 0.823 dengan p = 0.423 (p > 0.01). Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest pada subjek (analisis lengkap pada lampiran ) Lebih lanjut, walaupun tidak terdapa perbedaan yang signifikan pada skor subjek antara sebelum dan setelah dilakukannya pelatihan, tetapi terjadi penurunan nilai rerata skala interaksi sosial pada skor pretest dan posttest dari 30.5 menjadi 29.5 pada rerata posttest setelah dilakukannya eksperimen. Berdasarkan hasil analisis di atas, maka hipotesis penelitian yang berbunyi ada pengaruh yang signifikan pelatihan kecerdasan emosi terhadap kemampuan interaksi sosial siswa akselerasi ditolak. 3. Pembahasan Tujuan penelitian yang ingin menguji secara empirik apakah pelatihan kecerdasan emosi mampu secara efektif meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa akselerasi tidak mendapat support empirik. Hipotesis penelitian yang berbunyi ada pengaruh pelatihan kecerdasan emosi terhadap keterampilan sosial siswa akselerasi ditolak. Ini berarti penelitian ini belum efektif dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa akselerasi. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pelatihan kecerdasan emosi tidak mampu meningkatkan kemampuan keterampilan. sosial pada siswa akselerasi. B. Saran Penulis memberikan beberapa saran yang ditujukan kepada beberapa pihak, antara lain : 1. Saran terhadap orangtua murid Orangtua murid sebagai keluarga utama dari subjek harus mampu menjalin interaksi sosial yang harmonis dan bersifat dua arah kepada subjek, sehingga nantinya diharapkan subjek mampu berinteraksi dengan baik dengan lingkungannya. 2. Saran terhadap guru Penulis mengharapkan agar selain memberikan materi yang isinya pelajaran, guru dapat juga memberikan materi-materi berupa keterampilan dan kompetensi sosial anak yang terdapat dalam pelatihan kecerdasan emosi. 3. Saran terhadap peneliti selanjutnya Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya pada kelompok subjek, alat ukur, pelaksanaan eksperimen, serta kurangnya penggalian informasi tambahan. Pada penggunaan kelompok subjek, penulis mengharapkan agar peneliti selanjutnya dapat menggunakan dua kelompok subjek yaitu kelompok eksperimen dan kontrol. Hal ini dimaksudkna agar pengaruh eksperimen dapat benar-benar dilihat dnegan cara membandingkan kedua kelompok tersebut. DAFTAR PUSTAKA As’ad, Moh, S.U. 2002. Psikologi Industri, Seri Ilmu Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Liberty Cartledge, G & Milburn, J. F. 1995. Teaching Social Skill to Children and Youth Third Edition. USA : Allyn and Bacon Goleman, D. 1999. Working With Emotional Intelligence (Terjemahan). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama ___________. 2000. Executive EQ : Kecerdasan Emosional Dalam Kepemimpinan dan Organisasi (Terjemahan). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Hawadi, R.A. 2004. Akselerasi A-Z Info Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual. Jakarta : Gramedia Widya Sarana Ind Kartono, Kartini, & Gulo, Dali. 2000. Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jaya Olviana, A. 2005. Pengaruh Pelatihan kecerdasan Emosional Terhadap Peningkatan perkembangan Moral Anak SD. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia. Sari, H. 2004. Pengaruh Pelatihan Kcerdasan Emosi Terhadap Penurunan Agresivitas Anak Di Sekolah. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia. Shapiro L. 1997. Mengajarkan Emosional Intelligence pada Anak. Jakarta: Buana Printing. Stein, S. J. & Book, H. E. 2000. Ledakan Eq : 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses (Terjemahan). Bandung: Kaifa http : //www.kompas.com 23/07/05 http : //www.republika.co.id 30/08/05 ---------------------------. 2005. Sistem Percepatan Kelas (Akselerasi) Bagi Siswa Yang Memiliki Kemampuan Luar Biasa. http//www.depdiknas.go.id