BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi adalah suatu kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian atau orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi yang dikelola dengan baik dan profesional menimbulkan dampak yang positif bagi pencapaian tujuan tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pace dan Faules (1994) bahwa organisasi merupakan suatu perkumpulan atas dua orang atau lebih yang melakukan aktivitas-aktivitas berdasarkan peraturan yang disepakati untuk mencapai tujuan bersama. Di dalam organisasi, terdapat beberapa komponen pokok yang salah satunya adalah karyawan sebagai sumber daya manusia. Karyawan dan organisasi memiliki hubungan timbal balik, yang artinya organisasi akan berjalan dengan semestinya dengan karyawan sebagai pendukung dalam keberhasilan organisasi tersebut. Bagi organisasi, karyawan memiliki peran penting dalam mewujudkan tujuan organisasi. Kemajuan suatu organisasi tidak lepas dari peran karyawan sebagai sumber daya manusia, sebab manusia merupakan perencana, pelaku, dan penentu tercapainya tujuan organisasi. Sementara bagi karyawan, organisasi menjadi sarana untuk memenuhi berbagai macam kebutuhannya sebagai manusia. Pentingnya peran karyawan dalam keberhasilan organisasi menuntut organisasi untuk memiliki karyawan-karyawan yang berkualitas dan berkomitmen terhadap organisasi. Hasil penelitian Judge, Thoresen, Bono, dan Patton (2001) menunjukkan bahwa karyawan yang memiliki komitmen yang tinggi akan cenderung menampilkan kerja yang lebih baik daripada karyawan yang memiliki komitmen rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gamble dan Huang (2008) bahwa seorang karyawan yang berkomitmen 1 2 memainkan peranan penting dalam keberhasilan organisasi. Karyawan yang memiliki komitmen tinggi tidak memandang pekerjaan sebagai suatu beban, namun dilakukan dengan tanggung jawab karena merasa dirinya menjadi bagian dari organisasi. Komitmen organisasi dapat dikatakan sebagai suatu wujud kecintaan seseorang terhadap pekerjaannya (Spector, Cooper, Poelmans, Allen, O’Driscoll, dan Sanchez, 2004). Komitmen organisasi menyangkut tiga sikap, yaitu identifikasi personal dengan tujuan organisasi, rasa keterlibatan dengan tugas organisasi, dan rasa kesetiaan kepada organisasi. Komitmen juga diartikan sebagai sebuah sikap yang mencerminkan kesetiaan karyawan terhadap organisasinya, di mana hal ini menjadi proses berkelanjutan yang diekspresikan melalui perhatian dan usaha karyawan dalam mencapai keberhasilan organisasi (Luthans, 2005). Sementara Allen & Meyer (1990) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai sifat hubungan individu dengan organisasi yang memungkinkan seseorang untuk berusaha sebaik mungkin serta memiliki penerimaan yang kuat terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi. Penelitian yang dilakukan Fields dan Thacker (1992) menunjukkan bahwa komitmen harus dipandang secara strategis bagi organisasi. Karyawan yang lebih tua dan lebih lama bekerja secara konsisten menunjukkan nilai komitmen yang tinggi. Komitmen dalam dunia kerja merupakan aspek yang sangat penting untuk dibahas sehingga banyak perusahaan atau organisasi baik yang bersifat profit maupun nonprofit menempatkan komitmen sebagai persyaratan kerja yang diutamakan. Komitmen dibutuhkan oleh organisasi agar sumber daya manusia yang kompeten dalam organisasi dapat terjaga dan terpelihara dengan baik karena karyawan dengan komitmen yang tinggi dapat memperlihatkan kinerja yang lebih optimal. Penelitian Mowday, Porter, dan Steers (1982) menyatakan bahwa karyawan yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi akan lebih termotivasi untuk hadir dalam organisasi dan berusaha sekuat tenaga mencapai tujuan 3 organisasi. Selain itu, karyawan yang memiliki komitmen tinggi terhadap organisasi akan bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan organisasi (Lam dan Zhang, 2003). Oleh karena itu, penting bagi organisasi untuk menjaga agar karyawan memiliki komitmen yang tinggi serta kemauan untuk berkerja keras dan loyal terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi. Beberapa faktor yang berpengaruh pada komitmen menurut Steers dan Porter (1983) di antaranya adalah usia, masa jabatan, jenis kelamin, ras, faktor kepribadian, dan motivasi berprestasi. Selain itu, dilihat dari karakteristik pekerjaan dan peran, faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen meliputi kejelasan serta keselarasan peran, umpan balik, tantangan pekerjaan, otonomi, kesempatan berinteraksi, dan dimensi inti pekerjaan. Beberapa penelitian menunjukkan dengan memperkaya peran atau pekerjaan yang ada dapat meningkatkan komitmen yang dimiliki karyawan. Menurut Allen dan Meyer (1990), yang paling berpengaruh adalah pengalaman kerja. Karyawan yang merasa pengalaman kerjanya cocok dengan disposisi pribadinya−misalnya terkait dengan pemenuhan kebutuhan, penempatan yang sesuai dengan kemampuan kerja, serta work values−memiliki hubungan yang positif terhadap perilaku kerja. Dengan begitu karyawan merasa nyaman berada dalam organisasi dan kompeten dalam menjalankan peran kerja. Disposisi pribadi karyawan secara keseluruhan dijelaskan secara rinci pada kualitas kehidupan kerja atau quality of work life. Istilah quality of work life pertama kali diperkenalkan pada Konferensi Buruh Internasional pada tahun 1972, tetapi baru mendapat perhatian setelah United Auto Workers dan General Motor berinisiatif mengadopsi praktek quality of work life untuk mengubah sistem kerja (Husnawati, 2006). Quality of work life merumuskan bahwa setiap proses kebijakan yang diputuskan oleh perusahaan merupakan sebuah respon atas apa yang menjadi keinginan dan harapan karyawan mereka. Hal itu diwujudkan dengan berbagi 4 persoalan dan menyatukan pandangan antara organisasi dan karyawan ke dalam tujuan yang sama, yaitu meningkatkan kinerja karyawan. Quality of work life menurut DuBrin (2004) diartikan sebagai derajat pemenuhan kebutuhan manusia (human needs) dalam suatu lingkungan kerja. Cascio (1992) menyatakan bahwa quality of work life adalah persepsi-persepsi karyawan bahwa mereka ingin merasa aman, secara relatif merasa puas dan mendapat kesempatan mampu tumbuh dan berkembang selayaknya manusia. Quality of work life menurut Nadler dan Lawler (1983) adalah segala sesuatu yang menyangkut dampak kerja bagi individu (karyawan) serta bagi efektivitas organisasi. Konsep quality of work life mengungkapkan pentingnya penghargaan terhadap manusia dalam lingkungan kerjanya. Dengan demikian peran penting dari quality of work life adalah mengubah iklim kerja agar organisasi secara teknis dan manusiawi membawa karyawan kepada kualitas yang lebih baik (Luthans, 2005). Fields dan Thacker (1992) menyatakan bahwa suksesnya implementasi program quality of work life secara keseluruhan berdampak positif terhadap komitmen karyawan terhadap perusahaan. Karyawan yang memiliki quality of work life yang tinggi akan mendorong timbulnya komitmen organisasi, sehingga dapat memacu karyawan untuk lebih produktif dan bersedia mengerahkan potensi yang dimilikinya bagi kelangsungan organisasi. Sementara penelitian Zin (2004) menunjukkan bahwa untuk meningkatkan komitmen organisasional, perusahaan harus mengembangkan quality of work life dengan memberikan kesempatan bagi karyawan untuk mengembangkan diri melalui program pelatihan dan berpartisipasi dalam setiap pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pekerjaan mereka. Adanya quality of work life juga menumbuhkan keinginan para karyawan untuk tetap tinggal dan bertahan di dalam organisasi. Hal tersebut berarti bahwa karyawan menunjukkan rasa puas akan perlakuan perusahaan terhadap dirinya. Kepuasan karyawan 5 akan dapat menumbuhkan komitmen dan loyalitas karyawan. Penelitian Elmuti dan Kathawala (1997) menunjukkan adanya hubungan positif antara praktek kualitas kehidupan kerja dengan komitmen dan kinerja karyawan. Penelitian ini dilakukan pada karyawan di salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu PT. Telekomunikasi Indonesia. BUMN merupakan agen pemerintahan yang bersifat komersil, tujuan utamanya adalah memperoleh keuntungan. Namun selain itu, BUMN merupakan wajah ekonomi Indonesia di mata dunia, artinya BUMN mengemban tanggung jawab untuk membawa nama Indonesia bersaing dengan negaranegara lain di dunia. Telkom adalah satu-satunya perusahaan BUMN yang bergerak di bidang telekomunikasi serta penyelenggaraan layanan telekomunikasi dan jaringan terbesar di Indonesia. Hingga tahun 2015, Telkom memiliki 17.223 karyawan di seluruh Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara dengan senior manajer bagian operasional Divisi Information Technology Service and Solution (ITSS) didapatkan informasi bahwa secara umum komitmen karyawan Telkom sudah cukup baik, namun masih ditemukan beberapa karyawan yang komitmennya tidak sesuai harapan perusahaan. Hal ini biasanya terjadi karena karyawan tersebut merasa memiliki kompetensi yang baik namun tidak dipromosikan, sehingga komitmennya menjadi pudar. Lebih lanjut lagi dikatakan bahwa karyawan-karyawan tersebut biasanya memilih-milih pekerjaan yang dianggap “dilihat” orang, bukan berdasarkan pembagian kerja yang sudah ditetapkan. Seperti yang terlihat pada pernyataan berikut: Ya cirinya biasanya orang seperti ini kalo bekerja tuh pilih-pilih. Pilihpilih. Artinya kalo… jadi dia tidak berdasarkan e… pekerjaan yang memang harusnya dia selesaikan. Tidak berdasarkan pekerjaan yang harusnya memang jadi tanggung jawab dia. Tapi dia justru melihat pekerjaan mana yang mm… lagi… apa itu istilahnya? Yang lagi ngetren, gitu. Yang lagi ngetren. Artinya lagi di… lagi banyak dibicarakan orang, gitu. (W1B51-56) 6 Untuk itu, sebagai salah satu cara mengurangi karyawan yang kurang loyal dan kepada perusahaan, Telkom mengadakan program pensiun dini atau pendi, di mana karyawan atau karyawati boleh mengajukan pensiun sebelum usia pensiun, yakni 55 ½ tahun. Selain itu, program ini juga ditujukan untuk karyawan yang merasa sulit untuk berkompetisi mengikuti pesatnya perubahan bisnis di Telkom. Namun, pada pelaksanaannya justru karyawan yang masih muda dan berkompetensi tinggilah yang mengajukan pendi. Berikut adalah grafik karyawan yang mengajukan pendi pada tahun 2010-2013. 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 <30 tahun 30-40 tahun 41-50 tahun >50 tahun Gambar 1 Grafik Karyawan Pensiun Dini PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 20102013 Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa mayoritas karyawan yang mengajukan pendi berada pada kategori usia 41-50 tahun, yang masih dikatakan sangat produktif untuk bekerja. Hasil wawancara menjelaskan bahwa motivasi karyawan tersebut mengajukan pensiun dini adalah karena mereka mendapatkan peluang kerja lain yang lebih menjanjikan. Hal ini terlihat dari pernyataan: Nah pada saat saya tanya dia, dia itu ternyata di luar itu e… punya peluang yang secara take home pay, dia itu punya kans yang lebih besar. Dan mungkin dia sudah berhitung, gitu ya, artinya dia Pendi itu kan tetep di… 7 dapet gaji dari perusahaan. Dapet gaji pensiun. Nah pada saat di luar bekerja lagi, dia tentunya akan dapat penghasilan yang… tambahan. Gitu. Jadi di sini dia, apa namanya, karena dia punya potensi tadi, punya knowledge, punya kompetensi yang dia bisa gunakan untuk bekerja lagi di luar Telkom. (W1B103-109) Dibandingkan dengan beberapa perusahaan lain, dalam kehidupan kerjanya, Telkom merupakan perusahaan dengan pekerjaan yang aman, nyaman, dengan fasilitas yang menjanjikan. Namun, sebagai perusahaan yang menjangkau ke seluruh negeri, karyawan Telkom harus siap ditempatkan di mana saja di seluruh Indonesia. Hal ini sesuai dengan pernyataan: Seperti itu. Jadi kalo kehidupan e… kerja di Telkom itu sudah cukup bagus gitu ya. Cuma di sini ada beberapa yang sempet saya amati, e… karyawan kalo mau dimutasikan itu cenderung tidak mau. (W1B128-130) Keengganan dimutasi ini kemudian menyebabkan perusahaan kesulitan untuk menaikkan jabatan karyawan-karyawan berprestasi, hal ini terlihat dari pernyataan: Padahal kalo karyawan itu ingin promosi, ingin dipromosikan, itu sudah tidak melihat ini, e… tempat. Karena kan di mana posisi jabatan yang akan, yang kosong itu tadi kan tidak tergantung dari tempat. Di mana ada tempat yang kosong dan butuh kompetensi dari karyawan yang bisa menduduki posisi itu, tentunya ya karyawan Telkom harus siap ke situ. Apalagi dulu pada saat karyawan itu mendaftar sebagai calon karyawan di Telkom, itu ada kontrak bahwa akan bersedia ditempatkan di seluruh Indonesia. Itu yang… keluhan-keluhan terkait dengan e…. apa namanya, lingkungan kerja di Telkom yang sering dikeluhkan karyawan. (W1B138-146) Keterbatasan ini menimbulkan ketidaknyamanan pada karyawan sehingga karyawan menganggap bahwa kualitas kehidupan kerja mereka tidak terpenuhi dan kemudian mencari alternatif lain di luar. Sementara itu, di sisi lain Telkom membutuhkan karyawan-karyawan yang mampu berdedikasi tinggi, loyal, serta bertanggung jawab dalam pekerjaannya. Dibutuhkan komitmen yang tinggi dari para karyawan yang diasosiasikan dengan keinginan untuk berbagi dan berkorban bagi organisasinya demi mencapai tujuan organisasi melalui 8 agenda-agenda inovatif, baik dalam negeri yakni dengan menjadikan Indonesia Digital Network, maupun luar negeri yakni dengan International Expansion. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara kualitas kehidupan kerja dengan komitmen organisasi pada karyawan PT. Telekomunikasi Indonesia. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara quality of work life yang diberlakukan pada perusahaan terhadap komponen komitmen organisasi, yaitu komitmen afektif, kontinuan, dan normatif. Selain itu, penelitian ini juga berusaha untuk mengungkap berapa besar peran quality of work life terhadap komponen komitmen organisasi. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan membawa 2 (dua) manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi ilmu Psikologi, khususnya dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada karyawankaryawan dalam organisasi atau perusahaan dalam memahami quality of work life dan pengaruhnya terhadap komitmen setiap karyawannya. 9 b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi tambahan bagi peneliti berikutnya yang ingin meneliti tentang quality of work life serta komitmen kerja.