1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya adalah suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu materi atau unsur tertentu dalam kehidupan. Sumber daya tidak selalu bersifat fisik, tetapi juga non-fisik. Sumber daya ada yang dapat berubah, baik akan menjadi besar maupun yang akan hilang, dan ada pula sumber daya yang kekal. Selain itu ada pula sumber daya yang terbarukan dan sumber daya tak terbarukan. Sumber daya energi adalah sumber daya alam yang dapat diolah oleh manusia sehingga dapat digunakan bagi pemenuhan kebutuhan energi. Sumber daya energi ini disebut sumber energi primer, yaitu sumber daya energi dalam bentuk apapun yang ada di alam (Hetty, 2012). Indonesia harus mengantisipasi terjadinya krisis sumber daya energi terutama pada persediaan minyak mentah di perut bumi yang semakin hari semakin menipis. Menurut catatan badan pengatur hulu minyak dan gas bumi (BP Migas) cadangan minyak Indonesia sekarang ini diperkirakan sekitar 3,9 miliar barel atau hanya cukup untuk 12 tahun lagi (asumsi tidak ditemukan lagi sumur baru). Kebutuhan akan minyak bumi di indonesia mencapai 1.300.000 barel/hari, sementara cadangan yang dimiliki hanya sebesar 900.000 barel/hari. Jadi, setiap harinya kita kekurangan sekitar 400.000 barel untuk pemenuhan kebutuhan minyak bumi terutama di negara indonesia (Ika, 2009). Pencarian energi alternatif merupakan salah satu solusi yang sangat tepat bagi kelangsungan hidup manusia. Terutama pada negara indonesia yang sangat kaya akan sumber daya energinya seperti, Gas Bumi, Panas Bumi (Geotermal) dan Energi Surya. Kondisi krisis energi yang di alami oleh Indonesia, pemanfaatan energi baru dan terbarukan sangat tepat bila di kembangkan di indonesia, seperti energi surya yang dapat dikonversikan menjadi energi listrik. Proses ini sangat ramah lingkungan dan sama sekali tidak menggunakan bahan bakar minyak (BBM) yang berpotensi terjadinya polusi udara. Energi surya sangat dianjurkan untuk dimanfaatkan sebagai sumber daya energi untuk daerah yang memiliki intensitas matahari yang lebih tinggi dibandingkan daerah lain. Seperti Bali, NTB, NTT dan Papua, yang merupakan 2 daerah yang memiliki intensitas matahari yang tinggi, cocok untuk di kembangkan sebagai daerah yang memiliki pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Kebijakan pemerintah Bali yang berselogan “BALI CLEAN AND GREEN”, topik ini sangat positif untuk perkembangan teknologi pembangkit listrik tenaga surya yang sedang di kembangkan oleh pemerintah. Salah satu contoh pembangkit listrik tenaga surya terbesar di indonesia yang telah di bangun oleh pemerintah yang ada pada 2 tempat yaitu pada Kabupaten Bangli dan Karang Asem. Bali merupakan daerah pariwisata yang telah dikenal oleh dunia. Tidak salah jika bali memerlukan pasokan cadangan energi untuk menjaga kesetabilan kebutuhan daerah wisatanya seperti hotel-hotel, event-event hiburan dan event yang berskala nasional maupun internasional seperti APEC summit dan lain-lain. Jika bali terjadi padam atau mati listrik, hal tersebut akan merusak citra bali sebagai kawasan wisata berkelas dunia. Tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak daerah-daerah pelosok di bali masih kekurangan pasokan energi listrik dan salah satu solusi yang tepat adalah menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yaitu solar cell. Pembangkit listrik tenaga surya merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan radiasi panas matahari dan di konversi ke energi listrik. Biasanya menggunakan photovoltaic dengan sistem efek fotoelektrik yang mengubah secara langsung energi cahaya dikonversikan ke energi listrik. Biasanya dengan pemusatan energi surya dengan sistem cermin divariasikan dengan sistem pelacak dan memusatkan energi surya ke satu titik, dimana energi tersebut dapat diserap secara maksimal dan dikonversikan ke energi listrik. Bisa juga menggunakan metode rongga penerima (cavity receiver) cahaya yang di gunakan pada aplikasi parabola surya yang memaksimalkan penyerapan energi dari sinar matahari. Penelitian ini akan mengembangkan metode yang telah digunakan pada parabola surya dan dimodifikasi menjadi rongga penerima (cavity receiver) cahaya. Dengan solar cell diterapkan pada penelitian ini, Maka perlu adanya usaha atau ide yang dapat menghasilkan suatu output energi atau daya yang lebih besar dalam penelitian ini. Perlu adanya variasi atau penggabungan dua metode secara langsung (solar cell) dan metode secara tidak langsung (pemusatan energi surya). Menggunakan media cermin yang diletakkan di sekeliling solar cell sehingga energi surya dapat dipusatkan secara utuh oleh cermin yang diharapkan menghasilkan daya (output) yang besar dari penelitian ini. Untuk mengetahui hasil yang di peroleh dari penelitian rongga penerima (cavity receiver) cahaya tersebut berhasil atau tidak. 3 Maka diletakkan alat pembanding yaitu solar cell tanpa adanya rongga penerima (cavity receiver) cahaya persis di samping benda uji. Solar cell yang akan digunakan sebagai bahan uji, sama seperti solar cell yang ada pada pembangkit listrik tenaga surya yang ada dipasaran. solar cell tersebut terbuat dari potongan silikon yang sangat kecil dengan dilapisi bahan kimia khusus untuk membentuk dasar dari sel surya. Penelitian tentang cavity receiver ini awalnya telah dipergunakan dengan variasi sudut dengan arah solar cell menghadap kebawah. Dari hasil analisa kinerja cavity receiver yang kurang efisien maka dikembangkan penelitian ini dengan membentuk tiga tipe cavity receiver tipe A, B, dan C untuk dianalisa hasil daya maupun efisiensinya. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana performansi module solar cell dengan menggunakan cavity receiver yang berbeda sabagai alat pembanding dengan solar cell tanpa cavity receiver. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui performansi module solar cell dengan menggunakan cavity receiver yang berbeda sebagai alat pembanding dengan solar cell tanpa cavity receiver. 1.4 Batasan Masalah Batasan masalah yang di tetapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Pada setiap sisi cavity receiver akan di tempelkan cermin datar sebagai pemusat cahaya pada solar cell. 2. Debu yang menempel pada media cermin datar di abaikan. 3. Lingkungan dianggap sama saat pengujian 4 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui seberapa besar daya yang di hasilkan oleh module yang menggunakan cavity receiver. Sehingga hasil dari penelitian ini dapat di kembangkan di daerah-daerah pelosok yang belum terjamah oleh pasokan energi listrik negara. 2. Laporan penelitian dapat memberi pemahaman kepada mahasiswa maupun mahasiswi teknik mesin, terutama jurusan Konversi Energi (KE) mengenai pemanfaatan energi surya untuk kehidupan manusia. 3. Mendukung program pemerintah yaitu “BALI CLEAN and GREEN”.