BAB II LANDASAN TEORI II.1. Landasan Teori dan Literatur II.1.1 Investasi Secara harafiah, investasi adalah penyimpanan uang dengan tujuan memperoleh return yang diharapkan lebih besar dibanding bunga deposito untuk memenuhi tujuan yang ingin dicapai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan dan sesuai dengan kemampuan akan modal. Menurut Brown dan Reilly (2009, p.4) Investasi adalah dana komitmen dalam suatu periode tertentu dalam rangka untuk memperoleh benefit di masa depan sebagai kompensasi terhadap investor untuk (1) periode dana yang telah ditempatkan, (2) tingkat inflasi, (3) tingkat risiko. Menurut Charles Jones (2010, p. 3) investasi adalah suatu komitmen dana yang ditempatkan pada satu atau lebih aset. Menurut Eduardus Tandelilin (2010 : p.2) investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan di masa mendatang. Menurut Lisa Soemantro (2011, p.155) investasi adalah suatu kegiatan menanamkan uang dengan tujuan agar mendapatkan keuntungan. II.1.2 Pasar Modal II.1.2.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), 8 ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Menurut Nofie Iman (2008 : p.19) pasar modal adalah tempat bertransaksi surat berharga yang berjangka panjang. Surat berharga tersebut diperdagangkan dalam bursa (stock exchange) maupun secara langsung (over the counter / OTC). Menurut Eduardus Tandelilin (2010 : p.26) pasar modal adalah pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki periode lebih dari satu tahun, misalnya saham dan obligasi. II.1.2.2 Instrumen Pasar Modal Instrumen Pasar Modal menurut Eduardus Tandelilin (2010 : p.30) terdiri dari : 1. Sekuritas di Pasar ekuitas a. Saham Biasa (common stock) Saham biasa menyatakan kepemilikan suatu perusahaan. Saham biasa adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Sebagai pemilik, pemegang saham biasa suatu perusahaan mempunyai hak suara proporsional pada berbagai keputusan penting perusahaan antara lain pada persetujuan keputusan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). b. Saham Preferen (preferred stock) 9 Saham preferen merupakan satu jenis sekuritas ekuitas yang berbeda dalam berbagai hal dengan saham biasa. Dividen pada saham preferen biasanya dibayarkan dalam jumlah tetap dan tidak pernah berubah dari waktu ke waktu. Seperti yang disebut sebagai preferred (dilebihkan), pembagian dividen pada pemegang saham preferen lebih didahulukan sebelum diberikan kepada pemegang saham biasa. c. Bukti Right Bukti Right atau disebut sebagai Right saja merupakan sekuritas yang memberikan hak kepada pemegang saham lama untuk membeli saham baru perusahaan pada harga yang telah ditetapkan selama periode waktu tertentu. Bukti Right juga dikenal dengan sebutan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Bukti Right diterbitkan melalui penawaran umum terbatas (right issue). d. Waran (warrant) Waran (warrant) adalah hak untuk membeli saham pada waktu dan harga yang sudah ditentukan sebelumnya. Keputusan perusahaan menjual waran ditetapkan pada waktu RUPS. Seperti bukti Right, perusahaan yang menerbitkan waran harus telah mencatatkan sahamnya di bursa efek karena nantinya akan dikonversi oleh pemegang waran. Waran biasanya dijual bersamaan dengan sekuritas lainnya misalnya obligasi atau saham. 2. Sekuritas di Pasar Obligasi a. Obligasi Obligasi (bond) dikeluarkan penerbitnya sebagai surat tanda bukti hutang. Obligasi adalah sekuritas yang memuat janji untuk memberikan 10 pembayaran tetap menurut jadwal yang telah ditetapkan. Obligasi itu sendiri merupakan sertifikat atau surat berharga yang berisi kontrak antara investor sebagai pemberi dana dengan penerbitnya sebagai peminjam dana. b. Obligasi Konversi Obligasi konversi (convertible bond) memiliki karakteristik seperti obligasi biasa yang mempunyai nilai nominal, memberikan kupon, dan mempunyai jatuh tempo. Obligasi konversi adalah berbeda dengan obligasi biasa karena dapat ditukar dengan saham biasa. Obligasi konversi mencantumkan persyaratan untuk melakukan konversi. 3. Sekuritas di pasar Derivatif a. Kontrak Berjangka Kontrak berjangka (future contract) merupakan suatu perjanjian yang dibuat hari ini yang mengharuskan adanya transaksi di masa mendatang. b. Kontrak Opsi Kontrak opsi (option contract) adalah suatu perjanjian yang member pemiliknya hak, tetapi bukan kewajiban, untuk membeli atau menjual suatu aset tertentu (tergantung pada jenis opsi) pada harga tertentu selama waktu tertentu. 4. Reksa Dana Reksa Dana merupakan suatu jenis instrument investasi yang juga tersedia di pasar modal Indonesia di samping saham, obligasi, dan sebagainya. Reksa Dana mudahnya dapat diartikan sebagai wadah yang berisi sekumpulan sekuritas yang dikelola oleh perusahaan investasi dan dibeli oleh investor. 11 II.1.3 Reksa Dana II.1.3.1 Pengertian Reksa Dana Reksa dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi investor khususnya investor kecil dan investor yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. Reksa Dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu Reksa Dana juga diharapkan dapat meningkatkan peran investor lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia. Reksa Dana adalah suatu investasi yang terdiri dari dana yang ditanamkan oleh pihak investor untuk tujuan investasi pada surat – surat berharga seperti saham, obligasi. Mengacu kepada Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) didefinisikan bahwa Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun diinvestasikan dana dalam dari masyarakat portofolio efek pemoda oleh untuk selanjutnya manajer investasi. Menurut Eduardus Tandelilin (2010 : p.48) Reksa Dana merupakan suatu jenis instrument investasi yang juga tersedia di pasar modal Indonesia di samping saham, obligasi, dan sebagainya. Reksa Dana mudahnya dapat diartikan sebagai wadah yang berisi sekumpulan sekuritas yang dikelola oleh perusahaan investasi dan dibeli oleh investor. Menurut Brown dan Reilly (2009, p.76) Reksa dana adalah investasi secara tidak langsung dengan membeli surat-surat berharga dalam suatu 12 perusahaan investasi yang terdiri dari portofolio saham, obligasi, atau kombinasi keduanya. II.1.3.2 Jenis – Jenis Reksa Dana Menurut Eduardus Tandelilin (2010 : p.49), Reksa Dana yang ditawarkan dapat dikelompokkan ke dalam lima jenis sebagai berikut : 1. Reksa Dana Pasar Uang Reksa Dana Pasar uang merupakan reksa dana yang menginvestasikan dananya khusus pada berbagai jenis sekuritas di pasar uang. Contohnya adalah Reksa Dana Bira Dana Kas. 2. Reksa Dana Pendapatan Tetap Reksa Dana Pendapatan Tetap merupakan reksa dana yang menginvestasikan dananya khusu pada portofolio obligasi. 3. Reksa Dana Saham Reksa Dana Saham merupakan reksa dana yang menginvestasikan dananya khusus pada portofolio saham – saham perusahaan. Contohnya adalah reksa dana Niaga Saham. 4. Reksa Dana Campuran Reksa Dana Campuran merupakan reksa dana yang menginvestasikan dananya pada berbagai jenis sekuritas yang berbeda baik di pasar modal maupun pasar uang. Contohnya adalah Reksa Dana Anggrek yang mengkombinasikan investasinya pada sekuritas bersifat ekuitas dan sekuritas bersifat utang jangka panjang. 5. Reksa Dana Terproteksi 13 Reksa Dana Terproteksi merupakan reksa dana yang memberikan proteksi atas nilai investasi awal investor melalui mekanisme pengelolaan portofolio. Manajer investasi biasanya menginvestasikan dana nasabah pada sekuritas bersifat utang yang masuk ke dalam katagori layak investasi seperti Surat Hutang Negara (SUN) dan obligasi perusahaan yang berperingkat tinggi. Berdasarkan bentuk hukumnya, Reksa Dana dibedakan menjadi dua yaitu 1. Reksa Dana berbentuk perseroan Reksa Dana berbentuk perseroan, perusahaan yang menerbitkan reksa dana menghimpun dana investor dengan cara menjual saham reksa dana yang selajtnya diinvestasikan pada berbagai jenis sekuritas di pasar modal maupun pasar modal. 2. Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK) Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK) merupakan kontrak antara manajer investasi dan bank kustodian yang mewakili investor. Kontrak ini memberikan wewenang kepada manajer investasi untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan kepada bank kustodian untuk melaksanakan penitipan kolektif. Menurut Lisa Soemantro (2011 : p.51), terdapat jenis reksa dana yang lainnya yaitu : 1. Reksa Dana Syariah Reksa Dana syariah adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal sebagai pemilik harta untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofoilo Efek oleh Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-mal menurut ketentuan dan prinsip Syariah Islam. 14 2. Reksa Dana dengan Penjaminan Reksa Dana ini memberikan jaminan kepada investor sekurang-kurangnya akan menerima nilai investasi sebesar nilai investasi awal pada saat jatuh tempo sepanjang persyaratannya dipenuhi. 3. Reksa Dana Indeks Reksa Dana yang portofolio efeknya terdiri atas Efek yang menjadi bagian dari sekumpulan Efek suatu indeks tertentu yang menjadi acuannya dengan porsi yang sama atau mendekati bobot kapitalisasi dari indeks yang ditargetkan. 4. Exchange Traded Fund (ETF) Exchange Traded Fund (ETF) adalaj sekumpulan efek yang menyerupai indeks tertentu yang diperjualbelikan melalui bursa seperti saham. Bila daftar efek dalam indeks berubah, maka isi portofolio di ETF juga harus berubah. 5. Reksa Dana Penyertaan Terbatas Reksa Dana ini dirancang khusus untuk investor professional yang ditawarkan secara terbatas kepada maksimum 49 pihak dengan minimum investasi per Unit Penyertaan Rp 5 milyar. II.1.3.3 Manfaat Investasi dalam Reksa Dana Manfaat yang diperoleh pemodal jika melakukan investasi dalam Reksa Dana, antara lain: 1. Pemodal walaupun tidak memiliki dana yang cukup besar dapat melakukan diversifikasi investasi dalam Efek, sehingga dapat memperkecil risiko. Sebagai contoh, seorang pemodal dengan dana terbatas dapat memiliki portfolio obligasi, yang tidak mungkin dilakukan jika tidak tidak memiliki 15 dana besar. Dengan Reksa Dana, maka akan terkumpul dana dalam jumlah yang besar sehingga akan memudahkan diversifikasi baik untuk instrumen di pasar modal maupun pasar uang, artinya investasi dilakukan pada berbagai jenis instrumen seperti deposito, saham, obligasi. 2. Reksa Dana mempermudah pemodal untuk melakukan investasi di pasar modal. Menentukan saham-saham yang baik untuk dibeli bukanlah pekerjaan yang mudah, namun memerlukan pengetahuan dan keahlian tersendiri, dimana tidak semua pemodal memiliki pengetahuan tersebut. 3. Efisiensi waktu. Dengan melakukan investasi pada Reksa Dana dimana dana tersebut dikelola oleh manajer investasi profesional, maka pemodal tidak perlu repot-repot untuk memantau kinerja investasinya karena hal tersebut telah dialihkan kepada manajer investasi tersebut. II.1.3.4 Risiko Investasi dalam Reksa Dana Seperti halnya wahana investasi lainnya, disamping mendatangkan berbagai peluang keuntungan, Reksa Dana pun mengandung berbagai peluang risiko, antara lain: 1. Risiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan. Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari Efek (saham, obligasi, dan surat berharga lainnya) yang masuk dalam portfolio Reksa Dana tersebut. 2. Risiko Likuiditas Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh Manajer Investasi jika sebagian besar pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption) atas unit-unit yang dipegangnya. Manajer Investasi kesulitan dalam menyediakan uang tunai atas redemption tersebut. 16 3. Risiko Wanprestasi Risiko ini merupakan risiko terburuk, dimana risiko ini dapat timbul ketika perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan Reksa Dana tidak segera membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti wanprestasi dari pihak-pihak yang terkait dengan Reksa Dana, pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam, yang dapat menyebabkan penurunan NAB (Nilai Aktiva Bersih) Reksa Dana. II.1.4 Infovesta Mutual Fund Index Infovesta Mutual Fund Index adalah indeks yang dikembangkan oleh PT Infovesta Utama sebagai sarana indikator kinerja reksa dana di Indonesia. Latar belakang dibuatnya indeks ini adalah sebagai acuan bagi investor untuk melihat kinerja dari masing-masing jenis reksa dana mengingat jumlah reksa dana semakin bertambah dari waktu ke waktu. Terdapat 3 Indeks Reksa Dana yang dikembangkan oleh Infovesta yaitu : 1. Infovesta Fixed Income Fund Index / Indeks Reksa Dana Pendapatan Tetap (IRDPT) 2. Infovesta Equity Fund Index / Indeks Reksa Dana Saham (IRDSH) 3. Infovesta Balanced Fund Index / Indeks Reksa Dana Campuran (IRDCP) II.1.5 Nilai Aktiva Bersih (NAB) NAB adalah perbandingan antara total nilai investasi yang dilakukan manajer investasi dengan total volume reksa dana yang diterbitkannya. Setiap 17 reksa dana mempunyai apa yang disebut harga saham atau lazim disebut Nilai Aktiva Bersih (Net Assets Value)/UP yang merupakan Nilai Aktiva Bersih (NAB) dibagi dengan total jumlah unit penyertaan (outstanding UP) atau nilai dari setiap satu unit saham reksa dana. Bila pada penawaran umum suatu reksa dana terkumpul dana sebesar Rp 100 juta berarti ada 100 ribu lembar UP beredar dengan NAB/UP Rp 1.000. Misalkan selama suatu periode MI mampu membukukan keuntungan 40% maka dana yang terkumpul akan menjadi Rp 140 juta. Jika sebelumnya NAB/UP sebesar Rp 1.000, kini nilainya naik menjadi Rp 1.400. Misal biaya yang dibebankan 1%, maka NAB Rp 140 juta-1%(140 juta) atau NAB/UP menjadi Rp 1.386. Setelah dikurangi biaya-biaya tersebut, hasil investasi akan menjadi hak investor. Nilai NAB/UP tidak menggambarkan mahal tidaknya reksa dana. II.1.6 Risk Risiko atau Risk adalah kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return harapan. Ada beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi antara lain (Tandelilin : 2010, p.103) : 1. Risiko suku bunga Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik, ceteris paribus. 2. Risiko pasar 18 Fluktuasi pasar secara keseluruhan yang mempengaruhi variabilitas return suatu investasi disebut sebagai risiko pasar. Fluktuasi pasar biasanya ditunjukkan oleh berubahnya indeks pasar saham secara keseluruhan. 3. Risiko inflasi Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan. Risiko inflasi juga bisa disebut risiko daya beli. 4. Risiko bisnis Risiko dalam menjalankan bisnis dalam suatu jenis industri disebut sebagai risiko bisnis. 5. Risiko finansial Risiko finansial ini berkaitan dengan keputusan perusahan untuk menggunakan hutang dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan perusahaan, semakin besar risiko finansial yang dihadapi perusahaan. 6. Risiko likuiditas Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan yang dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu sekuritas diperdagangkan, semakin likuid sekuritas tersebut, demikian sebaliknya. 7. Risiko nilai tukar mata uang Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik dengan nilai mata uang negara lainnya. Risiko ini dikenal sebagai risiko mata uang atau risiko nilai tukar. 8. Risiko negara 19 Risiko ini juga disebut sebagai risiko politik, karena sangat berkaitan dengan kondisi perpolitikan suatu negara. Dalam teori portofolio modern diperkenalkan bahwa risiko investasi total dapat dipisahkan menjadi dua jenis risiko yaitu (Tandelilin : 2010, p.104) : 1. Risiko sistematis (Systematic Risk) Risiko sistematis dikenal sebagai risiko pasar atau risiko umum merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Perubahan pasar tersebut akan mempengaruhi variablitias return suatu investasi. Risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat didiversifikasi. 2. Risiko tidak sistematis (Unsystematic Risk) Risiko tidak sistematis dikenal dengan risiko spesifik (risiko perusahaan), adalah risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan. Risiko perusahaan lebih terkait pada perubahan kondisi mikro perusahaan penerbit sekuritas. Dalam manajemen portofolio disebutkan bahwa risiko perusahaan bisa diminimalkan dengan melakukan diversifikasi asset dalam suatu portofolio. II.1.7 Return Menurut Tandelilin (2010, p.102) sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital gain (loss). Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Capital gain (loss) sebagai komponen kedua dari return merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga (bisa 20 saham maupun surat hutang jangka panjang), yang bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor. Capital gain (loss) dapat diartikan sebagai perubahan harga sekuritas. Secara sistematis return total suatu investasi dapat dituliskan sebagai berikut : Return total = yield + capital gain (loss) Lalu pada konteks manajemen investasi, ada dua jenis return yaitu return harapan (expected return) dan return aktual (realized return). Return harapan merupakan tingkat return yang diantisipasi investor di masa datang. Return aktual merupakan tingkat return yang telah diperoleh investor. Perbedaan antara return harapan dengan return aktual merupakan risiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses investasi sehingga dalam berinvestasi di samping memperhatikan tingkat return, investor harus selalu mempertimbangkan tingkat risiko suatu investasi (Tandelilin, 2010 : p.10). II.1.8 Beta (β) Beta adalah kovarians return sekuritas dengan return pasar yang distandarisasi dengan varians return saham (Tandelilin : 2010, p.521). Menurut pendapat Berk, Demarzo, dan Harford dalam bukunya menjelaskan beta adalah perubahan persentase yang diharapkan dalam kelebihan pengembalian surat – surat berharga untuk 1% perubahan dalam kelebihan pengembalian dari portfolio market. Sedangkan menurut pendapat Charles Jones (2009 : p. 224) beta merupakan ukuran relatif dari resiko – resiko dari surat berharga individual yang 21 relatif terhadap portofolio semua surat berharga di pasar. Beta menghubungkan covariance asset dengan portfolio pasar dengan varians dari portfolio saham dan didefinisikan sebagai berikut : β = Covi,M /σ2M Di mana : β = Beta Covi,M = covariance surat-surat berharga dengan pasar = varians return pada portfolio saham i = asset M = market portfolio Security return σ2 M β =1.5 β =1.0 β = 0.6 Market return Surat – surat berharga dengan perbedaan slope (kemiringan) mempunyai perbedaan sensitifitas pada pengembalian indeks pasar. Jika slope dari hubungan untuk surat – surat berharga adalah 45 derajat, maka beta adalah 1.0 yang artinya 22 bahwa setiap satu persen perubahan dalam pengembalian pasar, rata – rata pengembalian surat – surat berharga berubah 1 persen. Portfolio pasar mempunyai beta 1.0. II.1.9 Peringkat Obligasi Obligasi perusahaan yang diterbitkan melalui penawaran umum wajib diperingkat oleh lembaga pemeringkat yang terdaftar oleh Bapepam seperti PT Pefindo atau PT Kasnic Credit Rating Indonesia. Ada tiga komponen utama yang digunakan oleh agen pemeringkat untuk menentukan peringkat (rating) obligasi. Pertama adalah kemampuan perusahaan penerbit untuk memenuhi kewajiban finansialnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Kedua adalah struktur dan berbagai ketentuan yang diatur dalam surat hutang. Ketiga adalah perlindungan yang diberikan maupun posisi klaim dari pemegang surat hutang tersebut bila terjadi pembubaran/likuidasi serta hukum lainnya yang mempengaruhi hak – hak kreditur. Tingkatan peringkat obligasi bervariasi dari satu lembaga pemeringkat ke lembaga pemeringkat lainnya. Peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh Pefindo diperlihatkan pada tabel 2.1 23 Tabel 2.1 Peringkat Obligasi yang Dikeluarkan Pefindo Peringkat obligasi Kemampuan dalam memenuhi kewajiban finansial jangka panjang idAAA idAA idA idBBB idBB Superior, peringkat tertinggi Sangat kuat Kuat Memadai Agak lemah idB Lemah idCCC Rentan idSD idD Gagal sebagian Gagal bayar (default) Peringkat dari idAAA sampai idB dapat dimodifikasi dengan tambahan tanda plus (+) atau minus (-) untuk menunjukkan kekuatan relative dalam kategori peringkat. Ini disebut rating outlook. Positive Peringkat bisa ditingkatkan Negative Peringkat bisa diturunkan Stable Developing Peringkat mungkin tidak berubah Peringkat bisa dinaikkan atau diturunkan Peringkat suatu obligasi berentang dari superior) sampai dengan idD idAAA (sangat istimewa atau (gagal bayar). Berdasarkan evaluasi regulernya, 24 lembaga pemeringkat dapat menaikkan atau menurunkan peringkat suatu obligasi. Pefindo juga menetapkan rating outlook pada suatu obligasi yang diperingkat untuk menentukan arah potensial peringkat kredit di masa mendatang. Sebagai contoh pada 31 maret 2003, Pefindo memeberikan peringkat idA dan stable outlook pada obligasi PT lautan Luas Tbk seri A tahun 2000, serta peringkat idD pada obligasi I bakrie Finance Corporation Tbk tahun 1997. Semakin dekat peringkat obligasi dengan idAAA berarti semakin bagus peringkatnya dan semakin kecil kemungkinan obligasi akan gagal dalam memenuhi kewajiban membayar bunga dan pokok pinjamannya. Ini berarti semakin tinggi peringkat obligasi, semakin rendah risiko yang dihadapi investor. Dan sebaliknya, semakin rendah peringkat obligasi, semakin tinggi risiko investor untuk mengalami hutang yang macet (Tandelilin, 2010 : p.250 – 252). II.1.10 Metode Pengukuran Treynor Ratio Menurut Eduardus Tandelilin (2010, p.497), Treynor Ratio meupakan ukuran kinerja portofolio yang dikembangkan oleh Jack Treynor, dan indeks ini sering disebut juga dengan reward to volatility ratio. Reward to volatility ratio adalah suatu asumsi bahwa portofolio sudah terdiversifikasi dengan baik sehingga risiko yang relevan adalah risiko sistematis (beta). Portofolio pada indeks Treynor dilihat dengan cara menghubungkan tingkat return portfolio dengan besarnya risiko dari portfolio tersebut. Perbedaan dengan Sharpe Ratio adalah penggunaan garis pasar sekuritas sebagai patok duga. Asumsi yang digunakan Treynor adalah portofolio sudah 25 terdiversifikasi dengan baik sehingga risiko yang dianggap relevan adalah risiko sistematis. Cara mengukur Treynor Ratio pada dasarnya sama dengan cara menghitung Sharpe Ratio, hanya risiko yang diukur dengan standar deviasi pada Sharpe Ratio diganti dengan beta portofolio. Rumus Treynor Ratio yaitu sebagai berikut : Tp = Di mana : Tp = Indeks Treynor portofolio = Rata – rata return portofolio p selama periode pengamatan = Rata – rata tingkat return bebas risiko selama periode pengamatan βp = Beta portofolio p Sharpe Ratio dan Treynor Ratio akan memberikan informasi peringkat kinerja portofolio yang berbeda. Risiko yang dianggap relevan dalam Sharpe Ratio adalah risiko total (penjumlahan risiko sistematis dan risiko tidak sistematis) dan pada Treynor Ratio hanya menggunakan risiko sistematis (beta). II.1.11 Metode Pengukuran Sharpe Ratio Menurut Eduardus Tandelilin (2010, p.494), Sharpe Ratio sering juga disebut dengan reward to variability ratio. Reward to variability ratio itu mengukur premi risiko untuk setiap unit risiko pada portofolio. Sharpe Ratio 26 mendasarkan perhitungannya pada konsep garis pasar modal (capital market line) sebagai patok duga, yaitu dengan cara membagi premi risiko portofolio dengan standar deviasinya. Sharpe Ratio akan dapat dipakai untuk mengukur premi risiko untuk setiap unit risiko pada portofolio tersebut. Rumus Sharpe Ratio yaitu sebagai berikut : Sp = Di mana : Sp = Indeks Sharpe portofolio = Rata – rata return portofolio p selama periode pengamatan = Rata – rata tingkat return bebas risiko selama periode pengamatan σTR = Standar deviasi return portofolio p selama periode pengamatan Premi risiko portofolio, Rp – Rf, merupakan kompensasi untuk memikul risiko. Standar deviasi return portofolio adalah pengukur total risiko untuk suatu sekuritas atau portofolio. Indeks Sharpe dapat digunakan untuk membuat peringkat dari beberapa portofolio berdasarkan kinerjanya. Semakin tinggi indeks Sharpe portofolio dibanding portofolio lainnya, maka semakin baik kinerja portofolio tersebut. II.1.12 Metode Pengukuran Jensen Ratio Menurut Eduardus Tandelilin (2010, p.500), Jensen Ratio merupakan indeks yang menunjukkan perbedaan antara tingkat return aktual yang diperoleh 27 portofolio dengan tingkat return harapan jika portofolio tersebut berada pada garis pasar sekuritas. Jensen Ratio adalah kelebihan return di atas atau di bawah garis pasar sekuritas (security market line). Rasio yang bernilai positif berarti portofolio memberikan return lebih besar dari return harapannya (berada di atas garis pasar sekuritas) sehingga merupakan hal yang bagus karena portofolio mempunyai return yang relatif tinggi untuk tingkat risiko sistematisnya. Rasio yang bernilai negatif menunjukkan bahwa porofolio mempunyai return yang relatif rendah untuk tingkat risiko sistematisnya. Rumus Jensen Ratio adalah sebagai berikut : Jp = +( ) βp Di mana : Jp = Indeks Jensen portofolio Rp = Rata – rata return portofolio p selama periode pengamatan RF = Rata – rata tingkat return bebas risiko selama periode pengamatan βp = Beta portofolio p Rm = II.2 return pada indeks pasar Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Neuneung Ratna Hayati pada tahun 2006 yang meneliti tentang kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap (konvensional dan syariah) dengan metode Sharpe, Treynor dan Jensen menyimpulkan bahwa Reksa Dana Pendapatan Tetap Konvensional memiliki rata – rata tingkat keuntungan di bawah tingkat keuntungan pasar sebesar 93%. Reksa Dana 28 Pendapatan Tetap Konvensional memiliki rata – rata risiko yang lebih tinggi dibanding pasar yaitu sebesar 67,94% dan penilaian kinerja berdasarkan Sharpe, Treynor dan Jensen sebanyak 64% mempunyai hasil yang positif. Kemudian untuk Reksa Dana Pendapatan Tetap Syariah memiliki tingkat return sebanyak 15,66%. Rata – rata tingkat resiko secara individual seluruhnya memiliki rata – rata tingkat risiko lebih rendah dari tingkat risiko pasar. Penilaian kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap Syariah terdapat 4 (empat) dari 6 (enam) Reksa Dana Pendapatan Tetap yang mempunyai hasil return yang positif. Jerry Dennis P., Adler H. Manurung dan Nachrowi D. Nachrowi pada tahun 2004 meneliti tentang determinasi kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap dengan menggunakan metode Jensen dan Gudikunst diperoleh kesimpulan bahwa kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap tidak lebih baik daripada kinerja pasar dan hanya 1 (satu) Reksa Dana yang mempunyai kinerja outperform terhadap kinerja pasar sedangkan 14 (empat belas) Reksa Dana lainnya menunjukkan kinerja yang underperform terhadap kinerja pasar. Fajar Tinur Gumilang dan Heru Subiyantoro pada tahun 2008 meneliti tentang Reksa Dana Pendapatan Tetap periode 2006 – 2008 diperoleh kesimpulan bahwa kinerja Reksa Dana oleh kelompok II (dengan Under Asset Management antara Rp 3,9 triliun sampai dengan Rp 7 triliun) lebih baik dibandingkan kinerja Reksa Dana kelompok lainnya yang terbukti menghasilkan tingkat average return yang lebih tinggi. 29