8 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Landasan Teori dan Literatur II.1.1

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1.
Landasan Teori dan Literatur
II.1.1 Investasi
Secara harafiah, investasi adalah penyimpanan uang dengan tujuan
memperoleh return yang diharapkan lebih besar dibanding bunga deposito untuk
memenuhi tujuan yang ingin dicapai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan
dan sesuai dengan kemampuan akan modal.
Menurut Brown dan Reilly (2009, p.4) Investasi adalah dana komitmen
dalam suatu periode tertentu dalam rangka untuk memperoleh benefit di masa
depan sebagai kompensasi terhadap investor untuk (1) periode dana yang telah
ditempatkan, (2) tingkat inflasi, (3) tingkat risiko.
Menurut Charles Jones (2010, p. 3) investasi adalah suatu komitmen dana
yang ditempatkan pada satu atau lebih aset.
Menurut Eduardus Tandelilin (2010 : p.2) investasi adalah komitmen atas
sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan
tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan di masa mendatang.
Menurut Lisa Soemantro (2011, p.155) investasi adalah suatu kegiatan
menanamkan uang dengan tujuan agar mendapatkan keuntungan.
II.1.2 Pasar Modal
II.1.2.1 Pengertian Pasar Modal
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi),
8
ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar
modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain
(misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan
demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual
beli dan kegiatan terkait lainnya.
Menurut Nofie Iman (2008 : p.19) pasar modal adalah tempat
bertransaksi surat berharga yang berjangka panjang. Surat berharga tersebut
diperdagangkan dalam bursa (stock exchange) maupun secara langsung (over the
counter / OTC).
Menurut Eduardus Tandelilin (2010 : p.26) pasar modal adalah pasar
untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki periode lebih dari
satu tahun, misalnya saham dan obligasi.
II.1.2.2 Instrumen Pasar Modal
Instrumen Pasar Modal menurut Eduardus Tandelilin (2010 : p.30) terdiri
dari :
1. Sekuritas di Pasar ekuitas
a. Saham Biasa (common stock)
Saham biasa menyatakan kepemilikan suatu perusahaan. Saham biasa
adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan.
Sebagai pemilik, pemegang saham biasa suatu perusahaan mempunyai
hak suara proporsional pada berbagai keputusan penting perusahaan
antara lain pada persetujuan keputusan dalam rapat umum pemegang
saham (RUPS).
b. Saham Preferen (preferred stock)
9
Saham preferen merupakan satu jenis sekuritas ekuitas yang berbeda
dalam berbagai hal dengan saham biasa. Dividen pada saham preferen
biasanya dibayarkan dalam jumlah tetap dan tidak pernah berubah dari
waktu ke waktu. Seperti yang disebut sebagai preferred (dilebihkan),
pembagian dividen pada pemegang saham preferen lebih didahulukan
sebelum diberikan kepada pemegang saham biasa.
c. Bukti Right
Bukti Right atau disebut sebagai Right saja merupakan sekuritas yang
memberikan hak kepada pemegang saham lama untuk membeli saham
baru perusahaan pada harga yang telah ditetapkan selama periode waktu
tertentu. Bukti Right juga dikenal dengan sebutan hak memesan efek
terlebih dahulu (HMETD). Bukti Right diterbitkan melalui penawaran
umum terbatas (right issue).
d. Waran (warrant)
Waran (warrant) adalah hak untuk membeli saham pada waktu dan harga
yang sudah ditentukan sebelumnya. Keputusan perusahaan menjual waran
ditetapkan pada waktu RUPS. Seperti bukti Right, perusahaan yang
menerbitkan waran harus telah mencatatkan sahamnya di bursa efek
karena nantinya akan dikonversi oleh pemegang waran. Waran biasanya
dijual bersamaan dengan sekuritas lainnya misalnya obligasi atau saham.
2. Sekuritas di Pasar Obligasi
a. Obligasi
Obligasi (bond) dikeluarkan penerbitnya sebagai surat tanda bukti hutang.
Obligasi adalah sekuritas yang memuat janji untuk memberikan
10
pembayaran tetap menurut jadwal yang telah ditetapkan. Obligasi itu
sendiri merupakan sertifikat atau surat berharga yang berisi kontrak
antara investor sebagai pemberi dana dengan penerbitnya sebagai
peminjam dana.
b. Obligasi Konversi
Obligasi konversi (convertible bond) memiliki karakteristik seperti
obligasi biasa yang mempunyai nilai nominal, memberikan kupon, dan
mempunyai jatuh tempo. Obligasi konversi adalah berbeda dengan
obligasi biasa karena dapat ditukar dengan saham biasa. Obligasi konversi
mencantumkan persyaratan untuk melakukan konversi.
3. Sekuritas di pasar Derivatif
a. Kontrak Berjangka
Kontrak berjangka (future contract) merupakan suatu perjanjian yang
dibuat hari ini yang mengharuskan adanya transaksi di masa mendatang.
b. Kontrak Opsi
Kontrak opsi (option contract) adalah suatu perjanjian yang member
pemiliknya hak, tetapi bukan kewajiban, untuk membeli atau menjual
suatu aset tertentu (tergantung pada jenis opsi) pada harga tertentu selama
waktu tertentu.
4. Reksa Dana
Reksa Dana merupakan suatu jenis instrument investasi yang juga tersedia di
pasar modal Indonesia di samping saham, obligasi, dan sebagainya. Reksa
Dana mudahnya dapat diartikan sebagai wadah yang berisi sekumpulan
sekuritas yang dikelola oleh perusahaan investasi dan dibeli oleh investor.
11
II.1.3 Reksa Dana
II.1.3.1 Pengertian Reksa Dana
Reksa dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi investor
khususnya investor kecil dan investor yang tidak memiliki banyak waktu dan
keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. Reksa Dana dirancang
sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal,
mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu
dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu Reksa Dana juga diharapkan dapat
meningkatkan peran investor lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia.
Reksa Dana adalah suatu investasi yang terdiri dari dana yang
ditanamkan oleh pihak investor untuk tujuan investasi pada surat – surat berharga
seperti saham, obligasi.
Mengacu kepada Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal
1 ayat (27) didefinisikan bahwa Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan
untuk
menghimpun
diinvestasikan
dana
dalam
dari
masyarakat
portofolio
efek
pemoda
oleh
untuk
selanjutnya
manajer
investasi.
Menurut Eduardus Tandelilin (2010 : p.48) Reksa Dana merupakan suatu
jenis instrument investasi yang juga tersedia di pasar modal Indonesia di samping
saham, obligasi, dan sebagainya. Reksa Dana mudahnya dapat diartikan sebagai
wadah yang berisi sekumpulan sekuritas yang dikelola oleh perusahaan investasi
dan dibeli oleh investor.
Menurut Brown dan Reilly (2009, p.76) Reksa dana adalah investasi
secara tidak langsung dengan membeli surat-surat berharga dalam suatu
12
perusahaan investasi yang terdiri dari portofolio saham, obligasi, atau kombinasi
keduanya.
II.1.3.2 Jenis – Jenis Reksa Dana
Menurut Eduardus Tandelilin (2010 : p.49), Reksa Dana yang ditawarkan
dapat dikelompokkan ke dalam lima jenis sebagai berikut :
1. Reksa Dana Pasar Uang
Reksa Dana Pasar uang merupakan reksa dana yang menginvestasikan
dananya khusus pada berbagai jenis sekuritas di pasar uang. Contohnya
adalah Reksa Dana Bira Dana Kas.
2. Reksa Dana Pendapatan Tetap
Reksa
Dana
Pendapatan
Tetap
merupakan
reksa
dana
yang
menginvestasikan dananya khusu pada portofolio obligasi.
3. Reksa Dana Saham
Reksa Dana Saham merupakan reksa dana yang menginvestasikan dananya
khusus pada portofolio saham – saham perusahaan. Contohnya adalah reksa
dana Niaga Saham.
4. Reksa Dana Campuran
Reksa Dana Campuran merupakan reksa dana yang menginvestasikan
dananya pada berbagai jenis sekuritas yang berbeda baik di pasar modal
maupun pasar uang. Contohnya adalah Reksa Dana Anggrek yang
mengkombinasikan investasinya pada sekuritas bersifat ekuitas dan sekuritas
bersifat utang jangka panjang.
5. Reksa Dana Terproteksi
13
Reksa Dana Terproteksi merupakan reksa dana yang memberikan proteksi
atas nilai investasi awal investor melalui mekanisme pengelolaan portofolio.
Manajer investasi biasanya menginvestasikan dana nasabah pada sekuritas
bersifat utang yang masuk ke dalam katagori layak investasi seperti Surat
Hutang Negara (SUN) dan obligasi perusahaan yang berperingkat tinggi.
Berdasarkan bentuk hukumnya, Reksa Dana dibedakan menjadi dua yaitu
1. Reksa Dana berbentuk perseroan
Reksa Dana berbentuk perseroan, perusahaan yang menerbitkan reksa dana
menghimpun dana investor dengan cara menjual saham reksa dana yang
selajtnya diinvestasikan pada berbagai jenis sekuritas di pasar modal maupun
pasar modal.
2. Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK) merupakan kontrak
antara manajer investasi dan bank kustodian yang mewakili investor. Kontrak
ini memberikan wewenang kepada manajer investasi untuk mengelola
portofolio investasi kolektif dan kepada bank kustodian untuk melaksanakan
penitipan kolektif.
Menurut Lisa Soemantro (2011 : p.51), terdapat jenis reksa dana yang lainnya
yaitu :
1. Reksa Dana Syariah
Reksa Dana syariah adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana
dari masyarakat pemodal sebagai pemilik harta untuk selanjutnya
diinvestasikan dalam Portofoilo Efek oleh Manajer Investasi sebagai wakil
shahib al-mal menurut ketentuan dan prinsip Syariah Islam.
14
2. Reksa Dana dengan Penjaminan
Reksa Dana ini memberikan jaminan kepada investor sekurang-kurangnya
akan menerima nilai investasi sebesar nilai investasi awal pada saat jatuh
tempo sepanjang persyaratannya dipenuhi.
3. Reksa Dana Indeks
Reksa Dana yang portofolio efeknya terdiri atas Efek yang menjadi bagian
dari sekumpulan Efek suatu indeks tertentu yang menjadi acuannya dengan
porsi yang sama atau mendekati bobot kapitalisasi dari indeks yang
ditargetkan.
4. Exchange Traded Fund (ETF)
Exchange Traded Fund (ETF) adalaj sekumpulan efek yang menyerupai
indeks tertentu yang diperjualbelikan melalui bursa seperti saham. Bila daftar
efek dalam indeks berubah, maka isi portofolio di ETF juga harus berubah.
5. Reksa Dana Penyertaan Terbatas
Reksa Dana ini dirancang khusus untuk investor professional yang
ditawarkan secara terbatas kepada maksimum 49 pihak dengan minimum
investasi per Unit Penyertaan Rp 5 milyar.
II.1.3.3 Manfaat Investasi dalam Reksa Dana
Manfaat yang diperoleh pemodal jika melakukan investasi dalam Reksa
Dana, antara lain:
1. Pemodal walaupun tidak memiliki dana yang cukup besar dapat melakukan
diversifikasi investasi dalam Efek, sehingga dapat memperkecil risiko.
Sebagai contoh, seorang pemodal dengan dana terbatas dapat memiliki
portfolio obligasi, yang tidak mungkin dilakukan jika tidak tidak memiliki
15
dana besar. Dengan Reksa Dana, maka akan terkumpul dana dalam jumlah
yang besar sehingga akan memudahkan diversifikasi baik untuk instrumen di
pasar modal maupun pasar uang, artinya investasi dilakukan pada berbagai
jenis instrumen seperti deposito, saham, obligasi.
2. Reksa Dana mempermudah pemodal untuk melakukan investasi di pasar
modal. Menentukan saham-saham yang baik untuk dibeli bukanlah
pekerjaan yang mudah, namun memerlukan pengetahuan dan keahlian
tersendiri, dimana tidak semua pemodal memiliki pengetahuan tersebut.
3. Efisiensi waktu. Dengan melakukan investasi pada Reksa Dana dimana dana
tersebut dikelola oleh manajer investasi profesional, maka pemodal tidak
perlu repot-repot untuk memantau kinerja investasinya karena hal tersebut
telah dialihkan kepada manajer investasi tersebut.
II.1.3.4 Risiko Investasi dalam Reksa Dana
Seperti halnya wahana investasi lainnya, disamping mendatangkan
berbagai peluang keuntungan, Reksa Dana pun mengandung berbagai peluang
risiko, antara lain:
1. Risiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan.
Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari Efek (saham, obligasi, dan
surat berharga lainnya) yang masuk dalam portfolio Reksa Dana tersebut.
2. Risiko Likuiditas
Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh Manajer Investasi jika
sebagian besar pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption)
atas unit-unit yang dipegangnya. Manajer Investasi kesulitan dalam
menyediakan uang tunai atas redemption tersebut.
16
3. Risiko Wanprestasi
Risiko ini merupakan risiko terburuk, dimana risiko ini dapat timbul ketika
perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan Reksa Dana tidak
segera membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai
pertanggungan saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti wanprestasi
dari pihak-pihak yang terkait dengan Reksa Dana, pialang, bank kustodian,
agen pembayaran, atau bencana alam, yang dapat menyebabkan penurunan
NAB (Nilai Aktiva Bersih) Reksa Dana.
II.1.4 Infovesta Mutual Fund Index
Infovesta Mutual Fund Index adalah indeks yang dikembangkan oleh PT
Infovesta Utama sebagai sarana indikator kinerja reksa dana di Indonesia. Latar
belakang dibuatnya indeks ini adalah sebagai acuan bagi investor untuk melihat
kinerja dari masing-masing jenis reksa dana mengingat jumlah reksa dana
semakin bertambah dari waktu ke waktu. Terdapat 3 Indeks Reksa Dana yang
dikembangkan oleh Infovesta yaitu :
1. Infovesta Fixed Income Fund Index / Indeks Reksa Dana Pendapatan Tetap
(IRDPT)
2. Infovesta Equity Fund Index / Indeks Reksa Dana Saham (IRDSH)
3. Infovesta Balanced Fund Index / Indeks Reksa Dana Campuran (IRDCP)
II.1.5 Nilai Aktiva Bersih (NAB)
NAB adalah perbandingan antara total nilai investasi yang dilakukan
manajer investasi dengan total volume reksa dana yang diterbitkannya. Setiap
17
reksa dana mempunyai apa yang disebut harga saham atau lazim disebut Nilai
Aktiva Bersih (Net Assets Value)/UP yang merupakan Nilai Aktiva Bersih
(NAB) dibagi dengan total jumlah unit penyertaan (outstanding UP) atau nilai
dari setiap satu unit saham reksa dana.
Bila pada penawaran umum suatu reksa dana terkumpul dana sebesar Rp
100 juta berarti ada 100 ribu lembar UP beredar dengan NAB/UP Rp 1.000.
Misalkan selama suatu periode MI mampu membukukan keuntungan
40% maka dana yang terkumpul akan menjadi Rp 140 juta. Jika sebelumnya
NAB/UP sebesar Rp 1.000, kini nilainya naik menjadi Rp 1.400. Misal biaya
yang dibebankan 1%, maka NAB Rp 140 juta-1%(140 juta) atau NAB/UP
menjadi Rp 1.386. Setelah dikurangi biaya-biaya tersebut, hasil investasi akan
menjadi hak investor.
Nilai NAB/UP tidak menggambarkan mahal tidaknya reksa dana.
II.1.6 Risk
Risiko atau Risk adalah kemungkinan perbedaan antara return aktual
yang diterima dengan return harapan. Ada beberapa sumber risiko yang bisa
mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi antara lain (Tandelilin : 2010,
p.103) :
1. Risiko suku bunga
Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi.
Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik,
ceteris paribus.
2. Risiko pasar
18
Fluktuasi pasar secara keseluruhan yang mempengaruhi variabilitas return
suatu investasi disebut sebagai risiko pasar. Fluktuasi pasar biasanya
ditunjukkan oleh berubahnya indeks pasar saham secara keseluruhan.
3. Risiko inflasi
Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang
telah diinvestasikan. Risiko inflasi juga bisa disebut risiko daya beli.
4. Risiko bisnis
Risiko dalam menjalankan bisnis dalam suatu jenis industri disebut sebagai
risiko bisnis.
5. Risiko finansial
Risiko finansial ini berkaitan dengan keputusan perusahan untuk
menggunakan hutang dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar proporsi
hutang yang digunakan perusahaan, semakin besar risiko finansial yang
dihadapi perusahaan.
6. Risiko likuiditas
Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan
perusahaan yang dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat
suatu sekuritas diperdagangkan, semakin likuid sekuritas tersebut, demikian
sebaliknya.
7. Risiko nilai tukar mata uang
Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik dengan
nilai mata uang negara lainnya. Risiko ini dikenal sebagai risiko mata uang
atau risiko nilai tukar.
8. Risiko negara
19
Risiko ini juga disebut sebagai risiko politik, karena sangat berkaitan dengan
kondisi perpolitikan suatu negara.
Dalam teori portofolio modern diperkenalkan bahwa risiko investasi total dapat
dipisahkan menjadi dua jenis risiko yaitu (Tandelilin : 2010, p.104) :
1. Risiko sistematis (Systematic Risk)
Risiko sistematis dikenal sebagai risiko pasar atau risiko umum merupakan
risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara
keseluruhan. Perubahan pasar tersebut akan mempengaruhi variablitias
return suatu investasi. Risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat
didiversifikasi.
2. Risiko tidak sistematis (Unsystematic Risk)
Risiko tidak sistematis dikenal dengan risiko spesifik (risiko perusahaan),
adalah risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan.
Risiko perusahaan lebih terkait pada perubahan kondisi mikro perusahaan
penerbit sekuritas. Dalam manajemen portofolio disebutkan bahwa risiko
perusahaan bisa diminimalkan dengan melakukan diversifikasi asset dalam
suatu portofolio.
II.1.7 Return
Menurut Tandelilin (2010, p.102) sumber-sumber return investasi terdiri
dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital gain (loss). Yield merupakan
komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh
secara periodik dari suatu investasi. Capital gain (loss) sebagai komponen kedua
dari return merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga (bisa
20
saham maupun surat hutang jangka panjang), yang bisa memberikan keuntungan
(kerugian) bagi investor. Capital gain (loss) dapat diartikan sebagai perubahan
harga sekuritas.
Secara sistematis return total suatu investasi dapat dituliskan sebagai
berikut :
Return total = yield + capital gain (loss)
Lalu pada konteks manajemen investasi, ada dua jenis return yaitu return
harapan (expected return) dan return aktual (realized return). Return harapan
merupakan tingkat return yang diantisipasi investor di masa datang. Return
aktual merupakan tingkat return yang telah diperoleh investor. Perbedaan antara
return harapan dengan return aktual merupakan risiko yang harus selalu
dipertimbangkan dalam proses investasi sehingga dalam berinvestasi di samping
memperhatikan tingkat return, investor harus selalu mempertimbangkan tingkat
risiko suatu investasi (Tandelilin, 2010 : p.10).
II.1.8 Beta (β)
Beta adalah kovarians return sekuritas dengan return pasar yang
distandarisasi dengan varians return saham (Tandelilin : 2010, p.521).
Menurut pendapat Berk, Demarzo, dan Harford dalam bukunya
menjelaskan beta adalah perubahan persentase yang diharapkan dalam kelebihan
pengembalian surat – surat berharga untuk 1% perubahan dalam kelebihan
pengembalian dari portfolio market.
Sedangkan menurut pendapat Charles Jones (2009 : p. 224) beta
merupakan ukuran relatif dari resiko – resiko dari surat berharga individual yang
21
relatif terhadap portofolio semua surat berharga di pasar. Beta menghubungkan
covariance asset dengan portfolio pasar dengan varians dari portfolio saham dan
didefinisikan sebagai berikut :
β = Covi,M /σ2M
Di mana :
β
= Beta
Covi,M = covariance surat-surat berharga dengan pasar
= varians return pada portfolio saham
i
= asset
M
= market portfolio
Security return
σ2 M
β =1.5
β =1.0
β = 0.6
Market return
Surat – surat berharga dengan perbedaan slope (kemiringan) mempunyai
perbedaan sensitifitas pada pengembalian indeks pasar. Jika slope dari hubungan
untuk surat – surat berharga adalah 45 derajat, maka beta adalah 1.0 yang artinya
22
bahwa setiap satu persen perubahan dalam pengembalian pasar, rata – rata
pengembalian surat – surat berharga berubah 1 persen. Portfolio pasar
mempunyai beta 1.0.
II.1.9 Peringkat Obligasi
Obligasi perusahaan yang diterbitkan melalui penawaran umum wajib
diperingkat oleh lembaga pemeringkat yang terdaftar oleh Bapepam seperti PT
Pefindo atau PT Kasnic Credit Rating Indonesia. Ada tiga komponen utama yang
digunakan oleh agen pemeringkat untuk menentukan peringkat (rating) obligasi.
Pertama adalah kemampuan perusahaan penerbit untuk memenuhi kewajiban
finansialnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Kedua adalah struktur dan
berbagai ketentuan yang diatur dalam surat hutang. Ketiga adalah perlindungan
yang diberikan maupun posisi klaim dari pemegang surat hutang tersebut bila
terjadi pembubaran/likuidasi serta hukum lainnya yang mempengaruhi hak – hak
kreditur.
Tingkatan peringkat obligasi bervariasi dari satu lembaga pemeringkat ke
lembaga pemeringkat lainnya. Peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh Pefindo
diperlihatkan pada tabel 2.1
23
Tabel 2.1
Peringkat Obligasi yang Dikeluarkan Pefindo
Peringkat obligasi Kemampuan dalam memenuhi kewajiban finansial
jangka panjang
idAAA
idAA
idA
idBBB
idBB
Superior, peringkat tertinggi
Sangat kuat
Kuat
Memadai
Agak lemah
idB
Lemah
idCCC
Rentan
idSD
idD
Gagal sebagian
Gagal bayar (default)
Peringkat dari idAAA sampai idB dapat dimodifikasi dengan tambahan tanda plus
(+) atau minus (-) untuk menunjukkan kekuatan relative dalam kategori
peringkat. Ini disebut rating outlook.
Positive
Peringkat bisa ditingkatkan
Negative
Peringkat bisa diturunkan
Stable
Developing
Peringkat mungkin tidak berubah
Peringkat bisa dinaikkan atau diturunkan
Peringkat suatu obligasi berentang dari
superior) sampai dengan
idD
idAAA
(sangat istimewa atau
(gagal bayar). Berdasarkan evaluasi regulernya,
24
lembaga pemeringkat dapat menaikkan atau menurunkan peringkat suatu
obligasi. Pefindo juga menetapkan rating outlook pada suatu obligasi yang
diperingkat untuk menentukan arah potensial peringkat kredit di masa
mendatang. Sebagai contoh pada 31 maret 2003, Pefindo memeberikan peringkat
idA
dan stable outlook pada obligasi PT lautan Luas Tbk seri A tahun 2000, serta
peringkat idD pada obligasi I bakrie Finance Corporation Tbk tahun 1997.
Semakin dekat peringkat obligasi dengan idAAA berarti semakin bagus
peringkatnya dan semakin kecil kemungkinan obligasi akan gagal dalam
memenuhi kewajiban membayar bunga dan pokok pinjamannya. Ini berarti
semakin tinggi peringkat obligasi, semakin rendah risiko yang dihadapi investor.
Dan sebaliknya, semakin rendah peringkat obligasi, semakin tinggi risiko
investor untuk mengalami hutang yang macet (Tandelilin, 2010 : p.250 – 252).
II.1.10 Metode Pengukuran Treynor Ratio
Menurut Eduardus Tandelilin (2010, p.497), Treynor Ratio meupakan
ukuran kinerja portofolio yang dikembangkan oleh Jack Treynor, dan indeks ini
sering disebut juga dengan reward to volatility ratio. Reward to volatility ratio
adalah suatu asumsi bahwa portofolio sudah terdiversifikasi dengan baik
sehingga risiko yang relevan adalah risiko sistematis (beta). Portofolio pada
indeks Treynor dilihat dengan cara menghubungkan tingkat return portfolio
dengan besarnya risiko dari portfolio tersebut.
Perbedaan dengan Sharpe Ratio adalah penggunaan garis pasar sekuritas
sebagai patok duga. Asumsi yang digunakan Treynor adalah portofolio sudah
25
terdiversifikasi dengan baik sehingga risiko yang dianggap relevan adalah risiko
sistematis.
Cara mengukur Treynor Ratio pada dasarnya sama dengan cara
menghitung Sharpe Ratio, hanya risiko yang diukur dengan standar deviasi pada
Sharpe Ratio diganti dengan beta portofolio.
Rumus Treynor Ratio yaitu sebagai berikut :
Tp =
Di mana :
Tp
=
Indeks Treynor portofolio
=
Rata – rata return portofolio p selama periode pengamatan
=
Rata – rata tingkat return bebas risiko selama periode
pengamatan
βp
=
Beta portofolio p
Sharpe Ratio dan Treynor Ratio akan memberikan informasi peringkat
kinerja portofolio yang berbeda. Risiko yang dianggap relevan dalam Sharpe
Ratio adalah risiko total (penjumlahan risiko sistematis dan risiko tidak
sistematis) dan pada Treynor Ratio hanya menggunakan risiko sistematis (beta).
II.1.11 Metode Pengukuran Sharpe Ratio
Menurut Eduardus Tandelilin (2010, p.494), Sharpe Ratio sering juga
disebut dengan reward to variability ratio. Reward to variability ratio itu
mengukur premi risiko untuk setiap unit risiko pada portofolio. Sharpe Ratio
26
mendasarkan perhitungannya pada konsep garis pasar modal (capital market
line) sebagai patok duga, yaitu dengan cara membagi premi risiko portofolio
dengan standar deviasinya. Sharpe Ratio akan dapat dipakai untuk mengukur
premi risiko untuk setiap unit risiko pada portofolio tersebut.
Rumus Sharpe Ratio yaitu sebagai berikut :
Sp =
Di mana :
Sp
=
Indeks Sharpe portofolio
=
Rata – rata return portofolio p selama periode pengamatan
=
Rata – rata tingkat return bebas risiko selama periode
pengamatan
σTR
=
Standar deviasi return portofolio p selama periode pengamatan
Premi risiko portofolio, Rp – Rf, merupakan kompensasi untuk memikul
risiko. Standar deviasi return portofolio adalah pengukur total risiko untuk suatu
sekuritas atau portofolio.
Indeks Sharpe dapat digunakan untuk membuat peringkat dari beberapa
portofolio berdasarkan kinerjanya. Semakin tinggi indeks Sharpe portofolio
dibanding portofolio lainnya, maka semakin baik kinerja portofolio tersebut.
II.1.12 Metode Pengukuran Jensen Ratio
Menurut Eduardus Tandelilin (2010, p.500), Jensen Ratio merupakan
indeks yang menunjukkan perbedaan antara tingkat return aktual yang diperoleh
27
portofolio dengan tingkat return harapan jika portofolio tersebut berada pada
garis pasar sekuritas. Jensen Ratio adalah kelebihan return di atas atau di bawah
garis pasar sekuritas (security market line). Rasio yang bernilai positif berarti
portofolio memberikan return lebih besar dari return harapannya (berada di atas
garis pasar sekuritas) sehingga merupakan hal yang bagus karena portofolio
mempunyai return yang relatif tinggi untuk tingkat risiko sistematisnya. Rasio
yang bernilai negatif menunjukkan bahwa porofolio mempunyai return yang
relatif rendah untuk tingkat risiko sistematisnya.
Rumus Jensen Ratio adalah sebagai berikut :
Jp =
+(
) βp
Di mana :
Jp
=
Indeks Jensen portofolio
Rp
=
Rata – rata return portofolio p selama periode pengamatan
RF
=
Rata – rata tingkat return bebas risiko selama periode pengamatan
βp
=
Beta portofolio p
Rm =
II.2
return pada indeks pasar
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Neuneung Ratna Hayati pada tahun 2006
yang meneliti tentang kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap (konvensional dan
syariah) dengan metode Sharpe, Treynor dan Jensen menyimpulkan bahwa
Reksa Dana Pendapatan Tetap Konvensional memiliki rata – rata tingkat
keuntungan di bawah tingkat keuntungan pasar sebesar 93%. Reksa Dana
28
Pendapatan Tetap Konvensional memiliki rata – rata risiko yang lebih tinggi
dibanding pasar yaitu sebesar 67,94% dan penilaian kinerja berdasarkan Sharpe,
Treynor dan Jensen sebanyak 64% mempunyai hasil yang positif.
Kemudian untuk Reksa Dana Pendapatan Tetap Syariah memiliki tingkat
return sebanyak 15,66%. Rata – rata tingkat resiko secara individual seluruhnya
memiliki rata – rata tingkat risiko lebih rendah dari tingkat risiko pasar. Penilaian
kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap Syariah terdapat 4 (empat) dari 6 (enam)
Reksa Dana Pendapatan Tetap yang mempunyai hasil return yang positif.
Jerry Dennis P., Adler H. Manurung dan Nachrowi D. Nachrowi pada
tahun 2004 meneliti tentang determinasi kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap
dengan menggunakan metode Jensen dan Gudikunst diperoleh kesimpulan
bahwa kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap tidak lebih baik daripada kinerja
pasar dan hanya 1 (satu) Reksa Dana yang mempunyai kinerja outperform
terhadap kinerja pasar sedangkan 14 (empat belas) Reksa Dana lainnya
menunjukkan kinerja yang underperform terhadap kinerja pasar.
Fajar Tinur Gumilang dan Heru Subiyantoro pada tahun 2008 meneliti
tentang Reksa Dana Pendapatan Tetap periode 2006 – 2008 diperoleh
kesimpulan bahwa kinerja Reksa Dana oleh kelompok II (dengan Under Asset
Management antara Rp 3,9 triliun sampai dengan Rp 7 triliun) lebih baik
dibandingkan kinerja Reksa Dana kelompok lainnya yang terbukti menghasilkan
tingkat average return yang lebih tinggi.
29
Download