pengembangan bahan ajar pai dengan model pendidikan

advertisement
Supervisi Kepala Madrasah
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PAI
DENGAN MODEL PENDIDIKAN BERPARADIGMA PROFETIK
Oleh
Choirul Anam
Abstract: The article discusses the development of teaching materials of PAI with prophetic
paradigm of educational model approach. As known, the essence of Islamic teachings
included: belief, Shari'ah and morals. Three cores of Islamic teachings are then translated
in the form of Rukun Iman, Pillars of Islam and Morals. And of the three was born Sciences
Tauhid, Fiqh Arts and Sciences Morals. The third group of religious knowledge is then
fitted with a discussion of the fundamentals of Islam hkum, namely; al-Quran and al-Hadith,
and coupled with the history of Islam (dates), so that the start sequence Tauhid Science /
Faith, Science Fiqh / Shari'ah, the Quran and al-Hadith, Morals, and Date /Islam history.
To that end, teaching materials PAI largely abstract philosophical difficult to establish a
scientific approach, akliyah. However, in accordance with their specialization, teaching
materials of PAI was mostly abstract philosophical difficult to establish a scientific
approach, akliyah. Therefore, the ability and skills of educators to mengkongkritkan
abstract material was very necessary, although it was not easy. Criteria for selection and
development of teaching materials of PAI, at the lack of six criteria that the material Festive
of PAI should be able to fill the state philosophy of Pancasila, prioritizes teaching
fundamental and thorough, in accordance with the level of development and maturity of the
child, adapted to the environment that they are meaningful to the lives of children daily day. taught on the level and type of school / madrasah should be terminal. given to every
educational institution should be a continuous, integrated and aligned. Prophet Muhammad
is a true learner and professor of world civilization, he gave the example of holistic learning
method, so the selection of teaching materials of PAI should and should refer to him as a
model.
Keywords: Subjects, Approach, Prophetic
Tokoh Pendidikan, tinggal di Jombang Jawa Timur
ume 6 No. 1, Juli 2016
72
Choirul Anam
A. PENDAHULUAN
Pendidikan Agama Islam yang berlangsung selama ini di sekolah masih belum
menunjukkan hasil yang memuaskan, kalau tidak dapat dikatakan masih mengalami kegagalan
atau banyak kelemahan-kelemahan yang harus diatasi. Pendidikan agama yang dicita-citakan,
kata Soejatmoko, tidak boleh berjalan sendiri. Pendidikan agama, harus berjalan bersama-sama
dan bekerja sama dengan program-program pendidikan non-agama, baik di sekolah umum
maupun di sekolah keagamaan. Ada dua alasan yang mendasari prinsip ini. Pertama,alasan yang
fundamental adalah bahwa setiap program pendidikan pada akhirnya bertujuan membentk
manusia yang berakhlak mulia. Kedua,alasan yang pragmatis adalah bahwa untuk memperbaiki
suatu keadaan, akan lebi cepat dan lebih mudah apabila ada semacam interaksi antara programprogram pendidikan agama dengan program-program pendidikan non-agama. Apabila
sinkronisasi semacam tidak diusahakan, dikhawatirkan pendidikan agama, terutama di sekolahu
ehadirannya dalam
kurikulum hanyalah untk memuaskan keinginan kelompok kaum agama sajadan tidak untuk
membantu membina suatu generasi yang lebih mampu dalam mengelola perubahan-perubahan
sosial dalam masyarakat kita.
Kegagalan sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini tampaknya terletak pada kenyataan
bahwa proses yang terjadi dalam pendidikan tidak lebih dari sekedar pengajaran. Pendidikan
yang berlangsung di negeri ini lebih menekankan proses transfer ilmu dan keahlian; dan proses
ini pun jauh dari pencapaian yang memadai. Pendidikan di Indonesia selama ini lebih
mementingkan proses peningkatan kemampuan akal, jasmani dan keterampilan dan kurang
memperhatikan proses peningkatan kualitas kalbu, ruhani dan akhlak. Akibatnya adalah bahwa
kerusakan akhlak anak didik tidak dapat dihindari. Peristiwa-peristiwa kriminal dan a moral di
tanah air meningkat, baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas.
Apabila memperhatikan desain program kurikulum pendidikan Islam dari tingkat SD/MI
sampai dengan Perguruan Tinggi, dirasakan belum mampu menjawab persoalan-persoalan
tantangan perubahan, karena kurikulum pendidikan Islam lebih menitikberatkan pada aspek
korenpondensi tekstual, yang lebih menekankan pada hafalan teks-teks keagamaan yang sudah
ada, dan inipun baru pada wilayah aspek konitif tingkat rendah. Kurikulum Pendidikan Islam
lebih berorientasi pada aspek kognitif sehingga aspek psikomotorik sering terabaikan. Dalam
kenyataan,vproses pendidikanIslam seringkali dapat disaksikan praktek pendidikan yang kurang
menarik dari sisi materi dan metode penyampaian yang digunakan. Kondisi ini juga diperparah
dengan terisolasinya atau kurang terintgrasinya materi pendidikan Islam dengan materi
pendidikan yang lain. Desain Kurikulum pendidikan Islam sangat didominasi oleh masalahmasalah yang normatif, ritual dan eskatologis, apalagi yang kemudian dengan semangat
ortodoksi keagamaan atau menekankan ortodoksi dalam pelajaran agama, yang diidentikkan
dengan iman, dan bukan ortopraksis, yaitu bagaimana mewujudkan iman dalam tindakan yang
Soejatmoko, Etika Pembebasan: Pilihan karangan tentang Agama, Kebudayaan, Sejarah dan Ilmu Pengetahuan (jakarta: LP3ES, 1984)
hal. 274
m
Pluralisme, Konflik dan Pendidikan Agama di Indonesia, ed. Th. Sumartana, dkk (Yogyakarta: Institut DIAN, 2001), hal. 232
Rligiusitas IPTEK, ed. Abd. Munir Mulkam, et.al.,
(Yogyakarta: Pustaka pelajar, 1998), hal. 49
A. Malik Fajar,
makalah, disampaikan pada
, 31 Agustus s/d 1 September,
1995), hal. 5
73
ume 6 No. 1, Juli 2016
Pengembangan Bahan Ajar
operasional. Dengan semangat ortodoksi keagamaan yang meupakan suatu cara dimana peserta
secara taken for granted. Oleh karenanya, tidak mengherankan bila kemudian penddikan Islam
tidak fungsional dalam kehidupan sehari-hari, kecuali hanya sedikit aktivitas verbal dan formal
untuk menghabiskan materi dan kurikulum yang telah diprogramkan dengan batas waktu yang
telah ditentukan.
ng Agama
dan Diklat Keagamaan tahun 2000, bahwa merosotnya moral peserta didik disebabkan antara
lain akibat kurikulum pendidikan agama yang terlampau padat materi dan materi tersebut lebih
mengedepankan aspek pemikran ketimbang membangun kesadaran keberagamaan yang utuh.
Di sisi lain, PAI sendiri hingga saat ini masih berhadapan dengan kritik-kritik internal,
antara lain: pertama, PAI kurang bisa mengubah pengetahuan agama yang kognitif menjadi
ong penjiwaan terhadap nilai-nilai keagamaan yang
perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik. PAI selama inilebih menekankan pada aspek
knowing dan doing, dan belum banyak mengarah ke aspek being. Kedua, PAI kurang dapat
berjalanbersama dan bekerja sama dengan program-program pendidikan non-agama. Ketiga,
PAI kurang mempunyai relevansi terhadap perubahan sosial yang terjadi di masyarakat atau
kurang ilustrasi konteks sosial budaya dan bersifat statis akontekstual, dan lepas dari sejarah,
sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam
keseharian. Berbagai persoalan tersebut hingga kini belum terpecahkan secara memadai, di sisi
lain juga berhadapan dengan faktor-faktor eksternal yang antara lain menguatnya pengaruh
budaya materialisme, konsumerisme dan hedonisme yang menyebabkan terjadinya perubahan
life-style (gaya hidup)masyarakat dan peserta didik pada umumnya.
Diagram 1
Proses Pemilihan Bahan Ajar
Pilih kompetensi dasar yangakan
diajarkan
Apakah kompetensi dasar berupa
mengingat fakta
ya
Materi pembelajaran berupa fakta contoh: Jenis-jenis binatang
memamah biak, tanaman berbiji tunggal, nama-nama bulan
dalam setahun. Kata kunci: Nama, jenis, jumlah, waktu, tempat
tidak
Kompas 12 Pebruari, 1999
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum pendidikan Agama islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan tinggi, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2005), hal. 25-26.
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam dari Paradigma Pengembagan, Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi
Pembelajran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hal. 56.
Depdikbud, Kurikulum 2004: Pedoman Umum Pengembangan silabus, (Surabaya: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Sub Din
Dikmenum, 2003), hal. 51.
ume 6 No. 1, Juli 2016
74
Choirul Anam
Apakah kompetensi dasar berupa
mengemukakan definisi,
menjelaskan, mengklasifikasikan
beberapa contoh sesuai dengan
definisi?
ya
Materi pembelajaran berupa konsep contoh: Bujur sangkar
adalah empat persegi panjang yang keempat sisinya sama
panjang.
Kata kunci : definisi, klasifikasi, identifikasi, ciri-ciri
tidak
Apakah kompetensi dasar berupa
menjelaskan hubungan antara
berbagai konsep sebab akibat?
Materi pembelajaran berupa prinsip contoh:
Jika permintaan naik sedang penawaran tetap, maka harga akan
naik. Kata kunci: hubungan, sebab akibat, jika... maka...
ya
Apakah kompetensi dasar yang
harus dikuasai berupa
menjelaskan langkah-langkah
mengerjakan sesuatu sesuai
dengan prosedur tertentu
Materi pembelajaran berupa prosedur contoh:
Cara mengukur suhu badan menggunakan termometer.
Kata kunci: langkah-langkah mengerjakan tugas secara
urut/prosdural.
ya
B. PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
Sebagaimana diketahui, bahwa inti pokok ajaran Islam itu
akhlak. Tiga inti ajaran Islam tersebut kemudian dijabarkan dalam bentuk Rukun Iman, Rukun
Islam dan Akhlak. Dan dari ketiganya lahirlah Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqh dan Ilmu Akhlak. Ketiga
kelompok ilmu agama ini kemudian dilengkapi dengan pembahasan dasar-dasar hkum Islam,
yaitu; al-Hadits serta ditambah lagi dengan sejarah Islam (tarikh), sehingga secara
berurutan mulai Ilmu Tauhid/Keimanan,
, Al-Hadist, Akhlak,
dan Tarikh /Sejarah Islam.
Dalam perkembangan berikutnya, organisasi kurikulumnya diubah dari bentuk sparated
subject curriculum menjadi correlated curriculum, sehingga formulasinya menjadi : alHadits, Akidah-Akhlak, Fiqh dan SKI, sebagaimana yang diajarkan di Madrasah, baik MI, MTs,
maupun MA. Sedangkan di sekolah Umum (SD/SMP/SMA/SMK), menggunakan bentuk
integrated curriculum, sehingga hanya ada mata pelajaran Agama (Islam)/PAI.
Lingkup mapun urutan ketiga materi PAI ini sebenarnya telah dicontohkan oleh Lukman
al-Hakim ketika mendidik putranya, sebagaimana digambarkan dalam srah Lukman, ayat 13,
14,17, 18, dan 19.
Keluasan dan kedalaman bahan ajar PAI disesuaikan dengn jenis lembaga dan jenjang
pendidikan, tingkatan kelas, tujuan, tingkat kemampuan peserta didik sebagai konsumennya.
Untuk madrasah tentunya bahan ajarnya lebih luas dan mendalam serta terperinci dari pada di
sekolah umum.Adapun sistematika bahan ajar dan teknik penyajiannya diserahkan kepada
kebijakan masing-masing lembaga dan para pendidiknya, dengan memperhatikan standar isi dan
waktu yang tersedia sesuai dengan jadual yang telah ditetapkan.
Hal lain yang sangat perlu mendapat perhatian ialah bahwa sesuai dengan kekhususannya,
maka bahan ajar PAI itu sebagian besar bersifat abstrak filosofis yang sulit diadakan pendekatan
75
ume 6 No. 1, Juli 2016
Pengembangan Bahan Ajar
secara ilmiah, akliyah. Oleh karena itu, kemampuan dan ketrampilan pendidik untuk
mengkongkritkan bahan yang abstrak tadi sangat diperlukan, walaupun itu tidak mudah.
1. Orientasi Pengembangan Bahan Ajar PAI
Orientasi strategis pengembangan bahan ajar PAI adalah sebagai berikut:
a. Konsep agama yang luas, artinya bahwa bahan ajar PAI itu sebagai penuntun hidup yang
menanamkan nilai-nilai dan sikap terhadap segala kehidupan.
b. Panggilan Islam sebagai tigas suci, artinya bahwa pengembangan bahan aja PAI itu
merupakan tugas suci bagi siapa yang meneruskannya.
c. Berpusat pada tauhid, artinya bahan ajar PAI itu titik sentral dan landasannya adalah
ajaran tauhid.
d. Berpangkal pada pengendalian diri, disiplin dalam diri sebagai suara hati nurani.
e. Bermakna bagi pribadi dan masyrakat lingkungannya.
Pendidikan Agama Islam baik di sekolah maupun di madrasah meliputi aspek aspek yang
sama, yakni: 1). Hubungan manusia dengan Allah swt, 2). Hubungan manusia dengan
sesamanya, dan 3). Hubungan manusia denan alam.
Adapun kriteria pemilihan dan pengembangan bahan ajar PAI, sekurang-kuranganya ada
enam kriteria, di antaranya:
a. Bahan Ajar PAI harus dapat mengisi falsafah negara Pancasila.
b. Bahan Ajar PAI hendaknya mengutamakan ajaran yang pokok dan menyeluruh.
c. Bahan Ajar PAI harus sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan anak.
d. Bahan Ajar PAI hendaknya disesuaikan dengan lingkungan sehingga bermakna bagi
kehidupan anak sehari-hari.
e. Bahan Ajar PAI yang diajarkan pada tingkat dan jenis sekolah/madrasah harus bersifat
terminal.
f. Bahan Ajar PAI yang diberikan pada setiap lembaga pendidikan hendaknya
berkesinambungan, terpadu dan sejalan.
Dalam upaya mengembangkan program ada beberapa prinsip dasar yang harus
diperhatikan, agar hasilnya nanti dapat memenuhi harapan semua pihak. Prinsip-prinsip
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Prinsip relevansi:
1) Relevansi pendidikan dengan ajaran Islam
2) Relevansi dengan perkembangan kehidupan masa sekarang dan masa yang akan
datang.
3) Relevansi dengan lingkungan murid.
4) Relevansi dengan tuntutan dunia kerja.
b. Prinsip efektivitas:
1) Efektifias mengajar guru, dan
2) Efektifitas belajar siswa.
c. Prinsip Efisiensi: waktu, tenaga dan peralatan yang pada akhirnya akan menghasilkan
efisiensi pembiayaan.
d. Prinsip Kontinuitas:
1) Kontinuitas vertikal, antara berbagai tingkat sekolah/madrasah
Departemen Agama RI, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam, 1984/1985), hal. 127-131.
ume 6 No. 1, Juli 2016
76
Choirul Anam
2) Kontinuitas antara berbagai bidang studi
e. Prinsip fleksibilitas
1) Fleksibilitas dalam memilih program ketrampilan, takhassus atau penjurusan.
2) Fleksibilitas dalam mengembangkan program pengajaran, yang memungkinkan guru
untuk mengembangkan sendiri program-program pengajaran dengan berpegang pada
tujuan dan bahan yang disediakan.
Adapun cara mengembangkan program PAI, sesuai dengan KTSP adalah dengan
pendekatan tujuan atau berbasis pada standar kompetensi. Sekurang-kurangnya ada lima
alasan mengapa harus menggunakan pendekatan ini:
a. Agama Islam mengajarkan bahwa setiap pekerjaan itu harus disertai niat.
b. Karena ketidak jelasan tujuan, maka guru hanya cenderung menggunakan satu metode
saja untuk menyampaikan bahan ajar.
c. Semakin jelas rumusan tujuan, semakin mudah pula bagi guru untuk memilih alat
penilaian yang tepat dalam mengukur keberhasilan tujuan.
d. Tanpa perumusan tujuan yang jelas akan menimbulkan kesulitan dalam mengorganisir
belajar siswa
e. Karena tujuan jelas, maka guru dapat melihat, meneliti kembali sejauh mana hasil yang
telah dicapai.
2. Model Pendidikan Berparadigma Profetik
Yang dimaksud dengan model pendidikan berparadigma profetik adalah model
pendidikan yang menggunakan paradigma prrofetik. Sedangkan paradigma profetik
ialah:seperangkat reori yang tidak hanya mendeskripsikan dan mentransformasikan gejala
sosial dan tak pula hanya mengubah suatu hal demi perubahan, namun lebih dari itu,
diharapkan dapat mengarahkan perubahan atas dasar cita-cita etik dan profetik. Sedangkan
nilai-nilai profetik yang dapat dijadikan bingkai acuan dalam mengarahkan perubahan
masyarakat, adalah hunanisasi, lberasi dan transendensi yang merupakan derivasi dari aluntuk menegakkan kebaikan (humanisasi), mencegah kemungkaran (liberasi) dan beriman
kepada Allah (trnsend
Kuntowijoyo memberi petunjuk kerah mana transformasi itu dilakukan, untuk apa dan
untuk siapa. Dengan humanisasi, Islam menekankan pentingnya memanusiakan manusia
dalam proses perubahan; dengan liberasi, Islam mendorong gerakan pembebasan terhadap
segala determinisme kultural dan struktural, seperti kemiskinan dan kebodohan. Dan dengan
transdensi, perubahan dicoba diberi sentuhan yang lebih maknawi, yaitu perubahan yang
bali
dunia ini sebagai rahmat Tuhan. Kita ingin hidup kembali dalam suasana yang lepas dari
Dalam konteks pendidikan Islam, humanisasi berarti proses penyadaran akan eksistensi
diri manusia sendiri (menurut pandangan Islam) terhadap realitashistoris yang obyektif dan
aktual sebagai bentuk tuntutan yang menghendaki pertanggungjawaban akan makna hidup di
tengah-tengah lingkungan masyarakat.Sedangkan liberasi adalah menghidupkan aktifitas
Ibid., hal. 136-146
Moh. Shofan, Pendidikan Berparadigma Profertik: Upaya konstruktif Membongkar Dikotomi SistemPendidikan Islam,
(Yogyakarta: IRCiSoD, 2004), hal. 131, 149-150
77
ume 6 No. 1, Juli 2016
Pengembangan Bahan Ajar
belajar-mengajar secara bersama-sama, yang terbangun atas kerjasama sinergis antara murid
dan guru. Dan transendensi, maksudnya harus tetap berpijak dan berporos pada alHadits. Ini berarti berangkat dari filsafat teosentris. Disinilah letak perbedaan antara
pendidikan umum dengan pendidikan Islam.
3. Metode Pendidikan Nabi Muhammad SAW
Sebelum penulis menguraikan metode pendidikan Nabi Muhammad SAW, bahwa variasi
metode pendidikan berdasarkan al,
sebagimanadapat dilihat pada tabel berikut ini:
TABEL 1
METODE PENDIDIKAN DALAM AL-
1.
2.
3.
4.
Metode Verbal
Metode Non Verbal
Metode Cerita
Metode Metafora
Metode Pertanyaan
Metode deduksi
Bersandar pada kata
1. Metode demonstrasi
2. MetodePerjalanan
ilmiah
3. Metode Penelitian
Bersandar bukan pada kata
Sedangkan menurut Ali al-Jumbulati, beberapa metodologi pendidikan dalam aladalah sebgai berikut:
a. Metode pembiasaan dan pengalaman
b. Metode pengulangan (review)
c. Metode pengaruh kejiwaan
d. Metode memberikan motivasi
e. Metode logika
f. Metode tanya jawab
g. Metode cerita
h. Metode bimbingan dan penyuluhan
i. Metode contoh (teladan)
j. Metode peringatan dan penghargaan
k. Metode pengampunan (pemberian maaf).
Pribadi Nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul akhir zaman penyampai ajaran agama
Isl
Beliau dalam segala kesempatan selalu mendorong untuk belajar ilmu dengan disertai ucapan
dan perbuatan. Semua aktivitas kependidikan Nabi Muhammad SAW dapat dikategorikan
Ibid., hal. 144-148
Abdur Rahman Shalih, Abdullah, Landasan dan Tujuan Pendidikan menurut alMutamman (Bandung: Diponegoro, 1991), hal. 218, 231.
Ali al-Jumbulati, Perbandingan Pendidikan Islam, terj. H.M Arifin (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hal. 47.
Malik Ibn Anas, al, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), 602, hadits no. 1662
ume 6 No. 1, Juli 2016
terj.
78
Choirul Anam
sebagai metode pendidikannya, karena sangat musahil apa yang dilakukan Nabi itu destruktif
dalam mendidik dan mengajar umatnya. Nabi juga diutus untuk memperbaiki akhlak
. Di antara petunjuk nabi untuk
mend
(Mudahkanlah dan
jangan mempersulit, gembirakanlah dan jangan mereka lari) Ikhtisar metode pendidikan Nabi
tabel-tabel sebagai berikut:
TABEL 2
METODE PENDIDIKAN NABI DI BIDANG AKIDAH
JENIS METODE
KETERANGAN
SUMBER RUJUKAN
1.
Metode
bertanya/melempar
pertanyaan
Pertanyaan berasal dari Nabi
kepada sahabat.
Nabi Sahabat
Masyk Matn al-Bukhory (4), hal 48, 72, (1),
Hal 21.
Shahih Muslim (1), hal. 40, 48
2.
Metode Menjawab
pertanyaan (hiwar/dialog)
Pertanyaan berasal dari
sahabat kepada Nabi
Nabi ---< Sahabat
Shahih Muslim (1), hal. 29, 31, 32.
Sunan Abi Dawud (2), hal. 414
3.
Metode kisah/ceritera
Kisah profetik menekankan
unsur obyektif (tujuan)
Riyadl al-Shalihin, hal. 15-16, 23-24
Metode
nasihat/ceramah/khutbah
Nasihat nabi bersifat logis,
singkat dan argumentatif.
Nasihat dengan metafora
(mitsal)
Alat peraga berupa garis.
Shahih Muslim (1), hal. 44
Masyk Matn al-Bukhary (1), hal. 12
Al-Shaghir li Suyuthi, hal. 289,290
4.
5.
, hal. 717
Metode
peragaan/demostrasi
TABEL 3
METODE PENDIDIKAN NABI DI BIDANG IBADAH
JENIS METODE
1. Metode
dialog/dis
Kusi/tanya jawab
KETERANGAN
SUMBER RUJUKAN
Berkaitan dengan pensyariatan
Sunan Abi Dawud (1), hal. 128
azan, ibadah haji
A-
Ibid., 605, hadits no. 1677
Al- Bukhory, masyk matn al-Bukhari,
Untung, Muhammad Sang Pendidik, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2005)
79
ume 6 No. 1, Juli 2016
Pengembangan Bahan Ajar
2. Metode praktik/
Berkaitan dengan ibadah
shalat
Contoh
3. Metode
Berkaitan dengan ibadah
eksplanasi/
wudlu, shalat, puasa, zakat
Nasehat/metafora
Berkaitan dengan ibadah
4. Metode targhib
shalat,
5. Metode tadrij
Berkaitan dengan ibadah puasa
Shahih Muslim (1), hal. 183, 188
Masyk Matn al-Bukhari (1), hal.
42, 186
Shahih Muslim (1), hal 451
Shahih Muslim (1), hal. 294
Shahih Muslim (1), hal. 495
TABEL 4
METODE PENIDIKAN NABI DI BDANAG AKHLAK
JENIS METODE
KETERANGAN
SUMBER RUJUKAN
1. Metode pengalihan
Inderawi kepadaKepada
ruhani/spiritual
Nilai spiritual lebih tinggi dari pada nilai
inderawi
Masyk Matn al-Bukhari (3), hal. 242
2. Metode kisah/ ceritera
Kisah Juraij dan bayi yang dapat bicara
Shahih Muslim (2), hal. 511
Kisah tiga orang pemuda yang terjebak
di dalam gua
Masyk Matn al-Bukhari (4), hal. 47
3. Metode dialog
Keutamaan seorang ibu dibanding ayah
Shahih Muslim (2), hal. 510
4. Metode nasihat
Keharaman ghibah Variasi metode
Nasihat melalui sindiran halus,
argumentasi dan teguran langsung
Sunan Abi Dawud (2), hal 457
Masyk Matn al-Bukhari (3), hlm. 237
5. Metode peragaan
Tubuh (lidah)
-Shalihin, hal. 128, 288
6. Metode contoh/
Teladan
Tentang tawakkal
Shahih Muslim (2), hal. 397
7. Metode metafora
Perumpamaan orang alim yang
Al-
-Shaghir, hal. 290
mengajarkan ilmunya
TABEL 5
METODE NABI DI BIDANG MUAMALAH
JENIS
KETERANGAN
SUMBER RUJUKAN
Metode eksplanasi
Tentang jual beli
Masyk Matn al-Bukhari (2), hal. 8
Metode kisah
Tentang riba
Masyk Matn al-Bukhari (2), hal. 9
Metode dialog
Tentang peradilan mencuri
Shahih Muslim (2), hal. 124 1714
ume 6 No. 1, Juli 2016
80
Choirul Anam
Metode nasihat
Tentang nikah dan meminang
pinangan orang lain
Shahih Muslim (2), hal. 638, 645
4. Landasan Model Pendidikan Berparadigma Profetik
Menurut Muhammad Syafii Antonio , Rasulullah Muhammad SAW adalah pembelajar
sejati dan guru besar peradaban dunia beliau memberikan teladan holistic learning method,
sebagai berikut:
a. Learning Condition (Mengkondisikan Proses Belajar)
Learning condition sangat berguna untuk menjaga konsentrasi siswa agar mereka tidak
memikirkan hal-hal lain diluar pelajaran jika mengacu kepada ajaran Rasulullah
Sallallahu Alaihi Wasallam ada tiga strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk
menciptakan kondisi belajar.
1) Meminta Siswa Untuk Diam
Rasulullah pernah bersabda ketika Haji Wada Wahai Manusia Tenanglah kalian
kemudian melanjutkan lagi Diamlah jangan kalian kembali kafir setelah kematianku
yaitu sebagian kamu memukul tengkuk sebagaian yang lain (nukilan Haji Wada).
Rasulullah meminta kaum muslimin untuk diam agar mereka dapat mendengarkan isi
pembicaraannya karena kondisi saat itu sangat gaduh akibat banyaknya jamaah.
2) Menyeru Siswa Untuk Memperhatikan
Mengenai seruan terhadap siswa ini Rasulullah telah memberikan contoh melalui
sabdanya. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu, ia berkata Rosulullah naik ke atas
mimbar. Majelis tersebut merupakan majelis terakhir yang beliau hadiri. beliau
Menggunakan mantel yang beliau lingkarkan Pada pada bahu beliau. kepala beliau
ter
sesungguhnya sebagian dari kelompok anshor ini mempersedikit dan memperbanyak
manusia. Siapa yang menjadi umat Muhammad lalu ia dapat mendatangkan bahaya
dari khutbah Haji Wada).
i Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam untuk
menarik perhatian orang orang yang sedang mendengarkan khutbah nya agar mereka
tenang dan tetap fokus sehingga learning condition tetap terjaga.
3) Menarik Perhatian dengan Bahasa Kiasan
Rasulullah pernah memberikan teladan strategi pembelajaran seperti itu. Dari Ubadah
ibn Aldariku! Allah telah memberikan jalan keluar bagi mereka, (Perzinaan) yang dilakukan
antara seorang perjaka dengan seorang gadis, maka cambuklah 100 kali dan
Antonio dan TIM TAZKIA, Sang Pembelajar dan Gutu Peradaban (leaner & Educater), Eksiklopedia
62-189.
HR Muslim No. 3009, Kitab Al-Hajji, Bab Hajjatinabiyi
81
ume 6 No. 1, Juli 2016
Pengembangan Bahan Ajar
diasingkan selama setahun. Adapun seorang duda dengan janda maka dicambuk 100
kali dan dirajam.
Bila dipelajari lebih jauh kalimat Ambillah dariku mengandung makna yang sangat
mendalam dalam kalimat ini terdapat ungkapan kiasan yang bernada permintaan
perhatian dan menarik perhatian untuk dapat mendengarkan apa yang beliau
sampaikan
b. Active Interaction (Interaksi Aktif dalam Proses Pembelajaran)
Mengacu pada pendapat Vernon A. Magnessen, dapat dipahami awal belajar adalah 10%
dari membaca, 20% dari apa yang didengar, 30% dari yang dilihat, 50% dari apa yang
dilihat dan didengar 70% dari apa yang dikatakan 90% dari apa yang dikatakan dan
dilakukan. Maka dari itu, terjadinya interaksi antara pelaku pembelajaran dapat dikatakan
sebagai puncak dari proses pembelajaran itu sendiri,karena pada tahap itulah seorang
siswa bisa mengatakan sesuatu dan sekaligus melaksanakan hasil belajarnya, baik dalam
proses pembelajaran di kelas maupun dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Oleh
karena itu, seorang guru yang baik harus mampu menciptakan suasana belajar yang
interaktif.Untuk menciptakan suasana pembelajaran interaktif, guru harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1) Interaksi Pendengaran
Bila seorang guru ingin menciptakan interaksi pendengaran yang baik dengan
siswanya maka ia harus melakukan hal-hal sebagai berikut :
a) Menguasai Teknik Bicara
Mengenai tata cara berbicara ini Rasulullah SAW sudah memberikan teladannya
pula.
Dari Aisyah r.a. berkata Rasulullah SAW tidak berbicara seperti kalian
berbicara.. beliau berbicara dengan ucapan yang terdapat jeda di dalamnya.
Sehingga orang yang duduk bersamanya akan dapat mengingat ucapan beliau .
b) Berbicara Tidak Bertele-tele Dan Terlalu Bernada Puitis
Mengenai hal ini, dalam sebuah Hadis disebutkan Abdullah bin Umar r.a.
berkata, Rasulullah SAW pernah bersabda janganlah terlalu banyak bicara,
kecuali dalam bentuk dzikir kepada Allah,karena sesungguhnya terlalu banyak
berbicara selain dzikir kepada Allah menyebabkan keras hati, dan sesungguhnya
orang yang paling jauh dari Allah adalah orang yang keras hatinya .
c) Memperlihatkan Intonasi Suara
Mengatur intonasi dan tempo suara dalam mengajar sangat penting, agar siswa
tetap fokus pada penjelasan guru.Pengaturannya disesuaikan dengan situasi dan
kondisi di kelas.
HR Abu Dawud No. 4417, Kitab Al-Hudud, bab fi ArHR. Bukhari No. 3567, Kitab AlAt-Tasabuti Fil Hadis
HR. At Turmudzi No. 2411, Kitab Az Zuhd, Bab Minhu, HR Al-
qaiq, bab
-Silsilah
ume 6 No. 1, Juli 2016
82
Choirul Anam
Dalam sebuah hadits, Rasulullah
Nabi ketika berkhutbah dan memberikan
peringatan tentang hari akhir, maka beliau akan terlihat sangat murka dan suaranya
terdengar keras
d) Fokus Terhadap Penjelasan
Seorang guru hendaknya menjelaskan pelajarannya secara runtut dan tidak
terpotong potong.
Dalam hadits Rasulullah saw bersabda dari Abu Hurairah r.aberkata ketika Nabi
SAW sedang berbicara dengan suatu kaum dalam suatu majelis, datang seorang
Arab Badui dan bertanya kepada Nabi, kapan hari kiamat itu datang? Rasulullah
terus melanjutkan apa yang sedang beliau bicarakan.Sebagaian orang berkata,
beliau mendengar apa yang dikatakan orang itu.Beliau sedang memikirkan apa
yang dikatakan orang itu.Sebagian yang lain berkata beliau tidak mendengarnya
setelah selesai berbicara Rasulullah berkata, mana orang yang bertanya tentang
hari kiamat tadi?Orang Badui itu menjawab, Saya di sini wahai Rasulullah! beliau
bersabda jika engkau menyia-nyiakan amanah, maka tunggulah kedatangan hari
kiamat
Dalam hadits itu jelas bahwa Rasulullah SAW tidak langsung menjawab
pertanyaan orang Arab Badui tersebut, karena beliau tidak ingin pembicaraannya
terpotong sehingga merusak konsentrasi para sahabat yang sedang tekun
mendengarkan penjelasan beliau.
e) Berhenti Sejenak di Tengah-tengah Penjelasan
Dalam sejenak ditengah-tengah penjelasan memiliki beberapa manfaat, antara lain
menarik perhatian siswa membawa kejiwaan seorang guru kembali rileks, dan
memberikan waktu kepada guru untuk mendengar pemikirannya. Dalam sebuah
Hadis disebutkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi bersabda Bulan apa
sekarang ini Kami menjawab Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.Beliau
kemudian diam sehingga kami mengira beliau akan menjawab dengan jawaban
yang salah.Beliau berkata bukankah sekarang ini bulan Dzulhijjah
Kami
Jawa benar Beliau bertanya lagi,hari apa ini?Kami menjawab Allah dan RasulNya lebih mengetahui.Beliau kembali terdiam hingga kami mengira beliau akan
menjawab dengan jawaban yang salah.Lalu beliau bertanya hari apa sekarang
ini Kami menjawab Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.Beliau kembali
terdiam Hanya kami mengira ia akan menjawab dengan jawaban yang salah.
Beliau berkata Bukankah sekarang ini hari Idul Kurban?Kami menjawab
benar Beliau kemudian bersabda Sesungguhnya adalah kalian, harta kalian (lalu
terdiam...) Abu Bakar Aku mengira beliau akan berkata, dan kehormatan kalian
akan tetapi beliau melanjutkan Adalah haram bagi kalian, seperti diharamkannya
(berlaku keji) pada hari ini, di tanah ini, dan di bulan ini
Diamnya Rasulullah saw di tengah-tengah khutbah haji wada tersebut menarik
perhatian para sahabat.Mereka menjadi sangat fokus dan menunggu-nunggu
penjelasan Rasulullah SAWselanjutnya.
HR. Muslim No. 2042, kitab AlHR. Muslim No. 2042, Kitab AlHR. Muslim No. 3009, Kitab Al-Hajji, Bab Hajatinnabiyi
83
h
ume 6 No. 1, Juli 2016
Pengembangan Bahan Ajar
2) Interaksi Pandangan
Menciptakan interaksi pandangan yang positif antara guru dan siswa akan
mendatangkan manfaat yang banyak sekali baik bagi guru maupun siswanya dengan
interaksi pandangan yang penuh makna seorang guru bisa mengendalikan siswasiswanya agar tetap fokus dalam pembelajaran untuk menciptakan interaksi
pandangan yang bermakna guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Kontak Penuh Makna
Dalam menciptakan kontak pandangan yang baik antara guru dan siswa, perlu
dilakukan pengaturan terhadap tempat duduk guru dan siswa.Supaya guru dapat
melempar pandangannya kepada seluruh siswa sebaiknya tempat duduk guru
lebih tinggi sedikit daripada tempat duduk siswa.Meletakkan posisi meja guru
lebih tinggi daripada meja siswa ini sama persis dengan apa yang dilakukan
Rasulullah saw ketika menjelaskan ajaran Islam kepada para sahabatnya.Dalam
berbagai riwayat disebutkan mimbar Rasulullah SAW lebih tinggi 3 (tiga)
derajat.Dalam sebuah Hadis disebutkan dari Abu Sa'id al-Khudri
r.a.berkata suatu hari Rasulullah duduk di atas mimbar dan kami pun duduk di
sekitar beliau.
b) Memanfaatkan Ekspresi Wajah
Mengenai penggunaan ekspresi wajah dalam mengajar ini, Rasulullah pernah
bersabda dari Anas r.a. bahwasanya Rasulullah pernah melihat ludah pada arah
kiblat. Hal itu membuat beliau marah, dan kemarahannya itu terlihat pada wajah
beliau.Beliau pun berdiri dan mengelapnya dengan tangan beliau. Lalu beliau
bersabda Salah seorang kalian bila berdiri melakukan sholat, ia sedang munajat
kepada Rabbnya atau Rabbnya berada diantara dirinya dan arah kiblat.Maka dari
itu, janganlah salah seorang diantara kalian membuang ludah ke arah kiblatnya.
Pada hadis ini terlihat bahwa Rasulullah tidak menyampaikan kemarahannya
dengan bahasa verbal yang kasar, tetapi cukup dengan memperlihatkan ekspresi
wajah yang dapat dimengerti oleh pendengarnya.
c) Tersenyum
Senyuman yang tulus dari seorang guru akan sangat menentramkan jiwa para
siswanya.Senyuman seorang guru juga akan membuat siswa merasa nyaman,
sehingga merasa siap menerima pelajaran.Maka dari itu seorang guru harus selalu
terlihat ceria di hadapan siswanya.
Dalam sebuah Hadis disebutkan,Jabir bin Abdullah al-Bajli r.a. berkata tidaklah
Rasulullah SAW melarangku (untuk masuk ke rumahnya setelah aku minta izin)
sejak aku masuk Islam, dan tidaklah beliau melihatku kecuali beliau selalu
menampakan senyum di depan wajahku
Demikian cara Rasulullah saw mendidik sahabatnya, sehingga pantas disebut
sebagai guru terbaik sepanjang masa.
HR. Bukhari, No. 921, Kitab Al-Qouma
HR. Bukhari, No. 6111, Kitab Al-Adab, Bab MAYajuzu Minal Ghadlab
ume 6 No. 1, Juli 2016
84
Choirul Anam
C. KESIMPULAN
Inti pokok ajaran Islam yang
tersebut kemudian dijabarkan dalam bentuk Rukun Iman, Rukun Islam dan Akhlak. Dan dari
ketiganya lahirlah Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqh dan Ilmu Akhlak. Ketiga kelompok ilmu agama ini
kemudian dilengkapi dengan pembahasan dasar-dasar hkum Islam, yaitu; alHadits serta ditambah lagi dengan sejarah Islam (tarikh), sehingga secara berurutan mulai Ilmu
Tauhid/Keimanan,
, Al-Hadist, Akhlak, dan Tarikh /Sejarah
Islam. Untuk itu, bahan ajar PAI sebagian besar bersifat abstrak filosofis yang sulit diadakan
pendekatan secara ilmiah, akliyah. Namun sesuai dengan kekhususannya, bahan ajar PAI itu
sebagian besar bersifat abstrak filosofis yang sulit diadakan pendekatan secara ilmiah, akliyah.
Oleh karena itu, kemampuan dan ketrampilan pendidik untuk mengkongkritkan bahan yang
abstrak tadi sangat diperlukan, walaupun itu tidak mudah. Adapun kriteria pemilihan dan
pengembangan bahan ajar PAI, sekurang-kuranganya ada enam criteria bahwa bahan Ajar PAI
harus dapat mengisi falsafah negara Pancasila, mengutamakan ajaran yang pokok dan
menyeluruh, sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan anak, disesuaikan dengan
lingkungan sehingga bermakna bagi kehidupan anak sehari-hari. diajarkan pada tingkat dan jenis
sekolah/madrasah harus bersifat terminal. yang diberikan pada setiap lembaga pendidikan
hendaknya berkesinambungan, terpadu dan sejalan. Rasulullah Muhammad SAW adalah
pembelajar sejati dan guru besar peradaban dunia, beliau memberikan teladan holistic learning
method, sehingga pemilihan bahan ajar PAI harus dan sudah seharusnya mengacu pada beliau.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,
Religiusitas
IPTEK, ed. Abd. Munir Mulkam, et.al., Yogyakarta: Pustaka pelajar, 1998
Abdur Rahman Shalih, Abdullah, Landasan dan Tujuan Pendidikan menurut alimplementasinya, terj. Mutamman, Bandung: Diponegoro, 1991
Ali al-Jumbulati, Perbandingan Pendidikan Islam, terj. H.M Arifin Jakarta: Rineka Cipta, 1994
Antonio, Syafi'i Muhammad dan TIM TAZKIA, Sang Pembelajar dan Gutu Peradaban (Leaner
Jakarta: Tazkia Publishing, 2010
Depdikbud, Kurikulum 2004: Pedoman Umum Pengembangan silabus, Surabaya: Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan, Sub Din Dikmenum, 2003
85
ume 6 No. 1, Juli 2016
Pengembangan Bahan Ajar
Departemen Agama RI, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Dirjen Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, 1984/1985
Fajar, A. Malik, Menyiasati Kebutuhan Masyarakat Modern Terhadap Pendidikan Agama Luar
tus s/d 1 September, 1995
HR Abu Dawud No. 4417, Kitab Al-Hudud, bab fi Ar-rajmi,
Abi Dawud No. 4415
HR. Bukhari No. 3567, Kitab Al-Amannaqib Bab Sifatinnabiyi, HR. Muslim No. 7701, Kitab
-Tasabuti Fil Hadis
HR. At Turmudzi No. 2411, Kitab Az Zuhd, Bab Minhu, HR AlHR. Muslim No. 2042, kitab AlKetidakberdayaan
Pluralisme, Konflik dan
Pendidikan Agama di Indonesia, ed. Th. Sumartana, dkk, Yogyakarta: Institut DIAN,
2001
Malik Ibn Anas, al, Beirut: Dar al-Fikr, 1989
Mangunwijaya,
Kritik Manajemen Pendidikan Na
Kompas 12 Pebruari, 1999
Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama di Sekolah, Madrasah dan
Perguruan Tinggi. Jakarta: Raja Grafindo, 2005
Shofan, Moh. Pendidikan Berparadigma Profertik: Upaya konstruktif Membongkar Dikotomi
SistemPendidikan Islam, Yogyakarta: IRCiSoD, 2004
Soejatmoko, Etika Pembebasan: Pilihan karangan tentang Agama, Kebudayaan, Sejarah dan
Ilmu Pengetahuan:Jakarta: LP3ES. 1984
Untung, Muhammad Sang Pendidik, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2005
Untung Slamet dan Moh. Muhammad Sang Pendidik. Semarang: Program Pasca Sarjana IAIN
Walisongo Semarang dan Pustaka Rizki Putra, 2005
ume 6 No. 1, Juli 2016
86
Download