KEPEMIMPINAN - WordPress.com

advertisement
KEPEMIMPINAN
(Setiadi)
Bacalah topik kepemimpinan ini dengan seksama secara individu, dan setelah itu
selesaiakan tugas di bawah modul dengan seksama pula secara kelompok DENGAN
TULIS TANGAN dan setiap kelompok berjumlah maksimal 3 orang dan dikumpulkan
tepat selesai kuliah (jam masuk manajemen)
Setelah mempelajari bagian ini diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian disiplin kerja dengan benar
2. Menjelaskan nilai-nilai dalam disiplin kerja dengan benar
3. Menjelaskan macam-macam disiplin kerja dengan benar
4. Menjelaskan factor-faktor disiplin kerja dalam manajemen keperawatan dengan benar
5. Menjelaskan disiplin kerja dalam manajemen keperawatan dengan benar
A. Pendahuluan
Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut
mau bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Para pemimpin
merupakan manusia-manusia yang jumlahnya sedikit, namun perannya dalam organisasi
merupakan penentu keberhasilan dan suksesnya tujuan yang hendak dicapai. Berangkat
dari ide-ide pemikiran, visi para pemimpin akan menentukan arah perjalanan suatu
organisasi. Walaupun bukan satu-satunya ukuran keberhasilan dari tingkat kinerja
organisasi, akan tetapi kenyataan membuktikan tanpa kehadiran pemimpin, suatu
organisasi akan bersifat statis dan cenderung berjalan tanpa arah.
Dalam sejarah peradaban manusia, dinamika organisasi banyak tergantung pada
sekelompok kecil manusia penyelenggara organisasi. Bahkan dapat dikatakan kemajuan
umat manusia datangnya dari sejumlah kecil orang-orang istimewa yang tampil kedepan.
orang-orang ini adalah perintis, pelopor, ahli-ahli pikir, pencipta dan ahli organisasi. Para
pemimpin dalam menjalankan tugasnya tidak hanya bertanggungjawab kepada atasannya,
pemilik, dan tercapainya tujuan organisasi, mereka juga bertanggungjawab terhadap
masalah-masalah internal organisasi termasuk didalamnya tanggungjawab terhadap
pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia. Secara eksternal, para pemimpin
memiliki tanggungjawab sosial kemasyarakatan atau akuntabilitas publik.
B. Pengertian Kepemimpinan
Banyak sekali definisi mengenai kepemimpinan antara lain Stogdill & Swansburg
(1995), yang menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi
aktifitas suatu kelompok yang terorganisasi dalam usahanya mencapai penetapan dan
pencapaian tujuan. Harsey, Blanchard, & Jhonson, (1999) dalam Huber, (2000)
mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas individu
atau kelompok dalam upaya mencapai tujuan pada suatu situasi. Menurut George Terry
(1986), Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerja
dengan suka rela untuk mencapai tujuan kelompok. Lebih lanjut menurut Cyriel O'Donnell,
menyatakan kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam
mencapai tujuan umum.
Dari semua definisi
pengertian kepemimpinan diatas maka kepemimpinan
dipandang sebagai suatu proses interaktif yang dinamis yang mencakup tiga dimensi
yaitu dimensi pimpinan, bawahan dan situasi. Masing-masing dari dimensi ini saling
mempengaruhi misalnya pencapaian tujuan bukan hanya tergantung dari sifat pribadi
tetapi juga tergantung dari kebutuhan bawahan dan bentuk dari suatu kedaan. Menurut
Hersey dan Blanchard, pimpinan (p) adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang
lain atau kelompok untuk melakukan unjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai
dengan tujuan organisasi. Organisasi akan berjalan dengan baik jika pimpinan mempunyai
kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pimpinan mempunyai keterampilan yang berbeda,
seperti keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual. Sedangkan bawahan adalah
seorang atau sekelompok orang yang merupakan anggota dari suatu perkumpulan atau
pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau tugas yang telah disepakati
bersama guna mencapai tujuan. Dalam suatu organisasi, bawahan mempunyai peranan
yang sangat strategis, karena sukses tidaknya seseorang pimpinan bergantung kepada para
pengikutnya ini. Oleh sebab itu, seorang pemimpinan dituntut untuk memilih bawahan
dengan secermat mungkin. Adapun situasi menurut Hersey dan Blanchard adalah suatu
keadaan yang kondusif, di mana seorang pimpinan berusaha pada saat-saat tertentu
mempengaruhi perilaku orang lain agar dapat mengikuti kehendaknya dalam rangka
mencapai tujuan bersama. Dalam satu situasi misalnya, tindakan pimpinan pada beberapa
tahun yang lalu tentunya tidak sama dengan yang dilakukan pada saat sekarang, karena
memang situasinya telah berlainan. Dengan demikian, ketiga unsur yang mempengaruhi
gaya kepemimpinan tersebut, yaitu pimpinan, bawahan dan situasi merupakan unsur yang
saling terkait satu dengan lainnya, dan akan menentukan tingkat keberhasilan
kepemimpinan.
Pemimpin memerlukan penggunaan keterampilan khusus dalam mempengaruhi
orang lain untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
kemampuannya, sehingga dalam proses lebih lanjut diperlukan kemampuan interaksi
antara manusia dalam rangka mempengaruhi. Menurut Blake dan Moutons (1964),
kepemimpinan meliputi leaders, situasi, followers dan komunikasi, empat hal inilah yang
akan digunakan sebagai dasar dalam penyelesaian masalah kepemimpinan dalam
keperawatan. Secara bahasa teori kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memuat
dua hal pokok yaitu pemimpin sebagai subjek, dan yang dipimpin sebagai objek. Kata
pimpin mengandung pengertian mengatur, mengarahkan, mengirganisir, mengendalikan,
membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi orang
lain melalui suatu kekuasaanatau oposisi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik
secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin.
Kadang-kadang ada kecenderungan menggunakan istilah kepemimpinan dan
manajemen untuk pengertian yang sama. Sebenarnya kedua istilah ini mempunyai
pengetian yang berbeda. Manajemen merupakan pengkoordinasian dan pengintegrasian
semua sumber yang ada melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dalam pencapaian tujuan. Sebaliknya konsep kepemimpinan menekankan
pada proses perilaku yang berfungsi di dalam dan di luar sutu organisasi. Dalam konteks
organisasi, kepemimpinan terutama menekankan pada fungsi pengarahan yang meliputi
memberitahu, menunjukkan dan memotivasi bawahan. Berbeda dengan manajer yang
hanya memiliki fungsi controlling saja untuk mendorong orang lain agar mencapai tujuan,
tetapi seorang pemimpin harus dapat memotivasi dan member inspirasi orang lain secara
individu maupun secara kelompok.
Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan penggunaan keterampilan seorang
manajer perawat dalam mempengaruhi perawat lain dibawah pengawasannya untuk
pembagian tugas dan tanggung-jawabnya dalam memberikan pelayanan dan asuhan
keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai.
C. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu
perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam
memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu.
Gaya kepemimpinan seseorang akan mempengaruhi proses dan kinerja bagi para
karyawannya sehingga pemilihan gaya kepemimpinan harus sesuai dengan kondisi dan
situasi tempat ia bekerja. Menurut para ahli, terdapat beberapa gaya kepemimpinan yang
diterapkan dalam suatu organisasi.
1. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis menempatkan manusia sebagai faktor utama dan
terpenting
dalam
setiap
kelompok/organisasi.
Pemimpin
memandang
dan
menempatkan orang-orang yang dipimpinnya sebagai subjek, yang memiliki
kepribadian dengan berbagai aspeknya, seperti dirinya juga. Kemauan, kehendak,
kemampuan, buah pikiran, pendapat, minat/perhatian, kreativitas, inisiatif, dan lainlain yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain selalu dihargai dan
disalurkan secara wajar.
Ciri khas dalam gaya kepemimpinan demokratis adalah adanya usaha untuk
memanfaatkan kemampuan setiap orang yang ada dalam organisasi untuk
berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Partisipasi itu disesuaikan dengan posisi/jabatan
masing-masing, di samping memperhatikan pula tingkat dan jenis kemampuan setiap
anggota kelompok/organisasi. Para pemimpin pelaksana sebagai pembantu pucuk
pimpinan, memperoleh pelimpahan wewenang dan tanggung jawab, yang sama atau
seimbang pentingnya bagi pencapaian tujuan bersama. Bagi para anggota partisipasi
dilaksanakan dan dikembangkan di berbagai kegiatan di lingkungan unit masingmasing, dengan mendorong terwujudnya kerja sama, baik antara anggota dalam satu
maupun unit yang berbeda. Dengan demikian berarti setiap anggota tidak saja diberi
kesempatan untuk aktif, tetapi juga dibantu dalam mengembangkan sikap dan
kemampuannya memimpin. Kondisi itu memungkinkan setiap orang siap untuk
dipromosikan menduduki posisi/jabatan pemimpin secara berjenjang, bilamana terjadi
kekosongan karena pensiun, pindah, meninggal dunia, atau sebab-sebab lain.
Kepemimpinan dengan gaya demokratis dalam mengambil keputusan sangat
mementingkan diskusi dan musyawarah, yang diwujudkan pada setiap jenjang dan unit
masing-masing. Dengan demikian dalam pelaksanaan setiap keputusan tidak dirasakan
sebagai kegiatan yang dipaksakan, justru sebaliknya semua merasa terdorong
mensukseskannya sebagai tanggung jawab bersama. Aktivitas dirasakan sebagai
kebutuhan dalam mewujudkan partisipasi, yang berdampak pada perkembangan dan
kemajuan kelompok/organisasi secara keseluruhan. Tidak ada perasaan tertekan dan
takut, namun pemimpin selalu dihormati dan disegani secara wajar.
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin
yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena
tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : dalam proses
penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah
makhluk yang termulia di dunia; selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan
tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya;
senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya; selalu berusaha
mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan; ikhlas
memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat
kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan
yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain; selalu berusaha
untuk
menjadikan
bawahannya
lebih
sukses
daripadanya;
dan
berusaha
mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin. Secara implisit
tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah hal yang mudah.
Namun, karena pemimpin yang demikian adalah yang paling ideal, alangkah baiknya
jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang demokratis.
2. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan otoriter merupakan gaya kepemimpinan yang paling tua dikenal
manusia. Oleh karena itu gaya kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di tangan
satu orang atau sekelompok kecil orang yang di antara mereka tetap ada seorang yang
paling berkuasa. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Orang-orang yang
dipimpin yang jumlahnya lebih banyak, merupakan pihak yang dikuasai, yang disebut
bawahan atau anak buah. Kedudukan bawahan semata-mata sebagai pelaksana
keputusan, perintah, dan bahkan kehendak pimpinan. Pemimpin memandang dirinya
lebih, dalam segala hal dibandingkan dengan bawahannya. Kemampuan bawahan selalu
dipandang rendah, sehingga dianggap tidak mampu berbuat sesuatu tanpa perintah.
Perintah pemimpin sebagai atasan tidak boleh dibantah, karena dipandang sebagai
satu-satunya yang paling benar. Pemimpin sebagai penguasa merupakan penentu nasib
bawahannya. Oleh karena itu tidak ada pilihan lain, selain harus tunduk dan patuh di
bawah kekuasaan sang pemimpin. Kekuasaan pimpinan digunakan untuk menekan
bawahan, dengan mempergunakan sanksi atau hukuman sebagai alat utama. Pemimpin
menilai kesuksesannya dari segi timbulnya rasa takut dan kepatuhan yang bersifat
kaku.
Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau
ciri sebagai berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi; Mengidentikkan
tujuan pribadi dengan tujuan organisasi; Menganggap bawahan sebagai alat sematamata; Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat; terlalu tergantung kepada
kekuasaan formalnya; Dalam tindakan penggerakkannya sering mempergunakan
pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
3. Gaya Kepemimpinan Bebas
Kepemimpinan bebas merupakan kebalikan dari tipe atau gaya kepemimpinan
otoriter. Dilihat dari segi perilaku ternyata gaya kepemimpinan ini cenderung
didominasi oleh perilaku kepemimpinan kompromi (compromiser) dan perilaku
kepemimpinan pembelot (deserter). Dalam prosesnya ternyata sebenarnya tidak
dilaksanakan kepemimpinan dalam arti sebagai rangkaian kegiatan menggerakkan dan
memotivasi anggota kelompok/organisasinya dengan cara apa pun juga. Pemimpin
berkedudukan sebagai symbol dan kepemimpinannya dijalankan dengan memberikan
kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan
melakukan kegiatan (berbuat) menurut kehendak dan kepentingan masing-masing,
baik secara perseorangan maupun berupa kelompok-kelompok kecil. Pimpinan
melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahannya dan keputusan lebih banyak
dibuat oleh para bawahan, pimpinan hanya berkomunikasi bila diperlukan dengan
memfungsikan dirinya sebagai penasihat, yang dilakukan dengan memberi kesempatan
untuk berkompromi atau bertanya bagi anggota kelompok yang memerlukannya.
Kesempatan itu diberikan baik sebelum maupun sesudah anggota yang bersangkutan
menetapkan keputusan atau melaksanakan suatu kegiatan.
Kepemimpinan dijalankan tanpa berbuat sesuatu, karena untuk bertanya atau
tidak (kompromi) tentang sesuatu rencana keputusan atau kegiatan, tergantung
sepenuhnya pada orang-orang yang dipimpin. Dalam keadaan seperti itu setiap terjadi
kekeliruan atau kesalahan, maka pemimpin selalu berlepas tangan karena merasa tidak
ikut serta menetapkannya menjadi keputusan atau kegiatan yang dilaksanakan
kelompok/organisasinya. Pemimpin melepaskan diri dari tanggung jawab (deserter),
dengan menuding bahwa yang salah adalah anggota kelompok/organisasinya yang
menetapkan atau melaksanakan keputusan dan kegiatan tersebut. Oleh karena itu
bukan dirinya yang harus dan perlu diminta pertanggungjawaban telah berbuat
kekeliruan atau kesalahan.
Gillies (1994), dalam keperawatan juga menegenal tiga gaya kepemimpinan, yaitu
deokratik, otoriter dan kebebasan. Gaya kepemimpinan demokratis digunakan dalam
membimbing perawat dalam mejalankan tugasnya dalam membuat melakukan asuhan
keperawatan. Kepala ruang memotivasi, mengarahkan , dan memberikan bimbingan
kepada perawat pelaksana dan memberikan penghargaan atas kemampuan para perawat
yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam kepemimpinan otoriter dirauang rawat berguna
dalam menolong klien gawat darurat dimana diperlukan tindakan yang cepat dan tepat.
Dismaping itu juga bermanfaat bila pemimpin adalah satu-satunya orang yang mempunyai
informasi dan ketrampilan penting dan juga apabila bawahan tidak percaya diri dalam
menyelesaikan suatu tugas. Gaya kepemimpinan kebebasan dikeperawatan akan efektif
jika bawahan mempunyai kemampuan dan tanggung jawab yang tinggi. Gaya
kepemimpinan ini akan menimbulkan keresahan bila bawahan kurang mempunyai
kemampuan dan kurang tanggung jawab karena mereka tidak dapat menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya. Dari beberapa gaya kepemimpinan yang disebutkan Gillies (1994)
menyimpulkan
bahwa tidak ada gaya kepemimpinan yang jelek dan tidak ada
kepemimpinan yang selalu tepat untuk semua situasi.
D. Teori munculnya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, pada dasarnya dapat diterangkan
melalui tiga aliran teori berikut ini.
1. Teori Genetis (Keturunan).
Inti dari teori ini menyatakan bahwa “Leader are born and nor made” artinya bahwa
pemimpin itu dilahirkan (bakat lahir bukannya dibuat). Para penganut aliran teori
ini menyatakan pendapatnya, bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin
karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan yang
bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi
pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai pemimpin. Teori ini berbahaya bagi
perkembangan regenerasi pemimpin karena yang dipandang pantas menjadi
pemimpin adalah orang yang memang dari sananya dilahirkan sebagai pemimpin,
sehingga yang bukan dilahirkan sebagai pemimpin tidak memiliki kesempatan
menjadi pemimpin. Disebutkan pula bahwa gen sifat kepemimpinan diturunkan
oleh orang tuanya yang juga seorang pemimpin.
2. Teori Sosial.
Inti dari teori sosial ini ialah bahwa “Leader are made and not born” artinya
pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya lahir secara kodrati. Para penganut teori
ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi
pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.
3. Teori Ekologis
Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka
sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga yaitu teori
ekologis Teori ini pada intinya menanggap bahwa seseorang hanya akan berhasil
menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat
tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman
yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan
segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan
teori yang paling mendekati kebenaran.
E. Model Kepemimpinan.
Model kepemimpinan didasarkan pada pendekatan yang mengacu kepada hakikat
kepemimpinan yang berlandaskan pada perilaku dan keterampilan seseorang yang
berbaur kemudian membentuk gaya kepemimpinan yang berbeda. Beberapa model yang
menganut pendekatan ini, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Model Kepemimpinan Kontinum (Otokratis-Demokratis).
Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) berpendapat
bahwa pemimpin mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara
yang menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan
cara yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis.
Perilaku otokratis, pada umumnya dinilai bersifat negatif, di mana sumber kuasa atau
wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan. Jadi otoritas berada di tangan
pemimpin, karena pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada dirinya
serta memegang tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi melalui
ancaman dan hukuman. Selain bersifat negatif, gaya kepemimpinan ini mempunyai
manfaat antara lain, pengambilan keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan pada
pimpinan serta memberikan rasa aman dan keteraturan bagi bawahan. Selain itu,
orientasi utama dari perilaku otokratis ini adalah pada tugas.
Perilaku demokratis; perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa
atau wewenang yang berawal dari bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan dimotivasi
dengan tepat dan pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya berusaha
mengutamakan kerjasama dan team work untuk mencapai tujuan, di mana si pemimpin
senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya. Kebijakan di
sini terbuka bagi diskusi dan keputusan kelompok. Namun, kenyataannya perilaku
kepemimpinan ini tidak mengacu pada dua model perilaku kepemimpinan yang ekstrim
di atas, melainkan memiliki kecenderungan yang terdapat di antara dua sisi ekstrim
tersebut.
2. Model Kepemimpinan Ohio.
Dalam penelitiannya, Universitas Ohio melahirkan teori dua faktor tentang gaya
kepemimpinan yaitu struktur inisiasi dan konsiderasi (Hersey dan Blanchard, 1992).
Struktur inisiasi mengacu kepada perilaku pemimpin dalam menggambarkan hubungan
antara dirinya dengan anggota kelompok kerja dalam upaya membentuk pola
organisasi, saluran komunikasi, dan metode atau prosedur yang ditetapkan dengan
baik. Adapun konsiderasi mengacu kepada perilaku yang menunjukkan persahabatan,
kepercayaan timbal-balik, rasa hormat dan kehangatan dalam hubungan antara
pemimpin dengan anggota stafnya (bawahan). Adapun contoh dari faktor konsiderasi
misalnya pemimpin menyediakan waktu untuk menyimak anggota kelompok,
pemimpin mau mengadakan perubahan, dan pemimpin bersikap bersahabat dan dapat
didekati. Sedangkan contoh untuk faktor struktur inisiasi misalnya pemimpin
menugaskan tugas tertentu kepada anggota kelompok, pemimpin meminta anggota
kelompok mematuhi tata tertib dan peraturan standar, dan pemimpin memberitahu
anggota kelompok tentang hal-hal yang diharapkan dari mereka.
Kedua faktor dalam model kepemimpinan Ohio tersebut dalam implementasinya
mengacu pada empat kuadran, yaitu : (a) model kepemimpinan yang rendah
konsiderasi maupun struktur inisiasinya, (b) model kepemimpinan yang tinggi
konsiderasi maupun struktur inisiasinya, (c) model kepemimpinan yang tinggi
konsiderasinya tetapi rendah struktur inisiasinya, dan (d) model kepemimpinan yang
rendah konsiderasinya tetapi tinggi struktur inisiasinya.
3. Model Kepemimpinan Likert (Likert’s Management System).
Likert dalam Stoner (1978) menyatakan bahwa dalam model kepemimpinan
dapat dikelompokkan dalam empat sistem, yaitu sistem otoriter, otoriter yang
bijaksana, konsultatif, dan partisipatif. Penjelasan dari keempat sistem tersebut adalah
seperti yang disajikan pada bagian berikut ini.
a. Sistem Otoriter (Sangat Otokratis). Dalam sistem ini, pimpinan menentukan semua
keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan, dan memerintahkan semua bawahan
untuk menjalankannya. Untuk itu, pemimpin juga menentukan standar pekerjaan
yang harus dijalankan oleh bawahan. Dalam menjalankan pekerjaannya, pimpinan
cenderung menerapkan ancaman dan hukuman. Oleh karena itu, hubungan antara
pimpinan dan bawahan dalam sistem adalah saling curiga satu dengan lainnya.
b. Sistem Otoriter Bijak (Otokratis Paternalistik). Perbedaan dengan sistem
sebelumnya adalah terletak kepada adanya fleksibilitas pimpinan dalam
menetapkan standar yang ditandai dengan meminta pendapat kepada bawahan.
Selain itu, pimpinan dalam sistem ini juga sering memberikan pujian dan bahkan
hadiah ketika bawahan berhasil bekerja dengan baik. Namun demikian, pada sistem
inipun, sikap pemimpin yang selalu memerintah tetap dominan.
c. Sistem Konsultatif. Kondisi lingkungan kerja pada sistem ini dicirikan adanya pola
komunikasi dua arah antara pemimpin dan bawahan. Pemimpin dalam menerapkan
kepemimpinannya cenderung lebih bersifat menudukung. Selain itu sistem
kepemimpinan ini juga tergambar pada pola penetapan target atau sasaran
organisasi yang cenderung bersifat konsultatif dan memungkinkan diberikannya
wewenang pada bawahan pada tingkatan tertentu.
d. Sistem Partisipatif. Pada sistem ini, pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang
lebih menekankan pada kerja kelompok sampai di tingkat bawah. Untuk
mewujudkan hal tersebut, pemimpin biasanya menunjukkan keterbukaan dan
memberikan kepercayaan yang tinggi pada bawahan. Sehingga dalam proses
pengambilan keputusan dan penentuan target pemimpin selalu melibatkan
bawahan. Dalam sistem inipun, pola komunikasi yang terjadi adalah pola dua arah
dengan memberikan kebebasan kepada bawahan untuk mengungkapkan seluruh
ide ataupun permasalahannya yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan.
Dengan demikian, model kepemimpinan yang disampaikan oleh Likert ini pada
dasarnya merupakan pengembangan dari model-model yang dikembangkan oleh
Universitasi Ohio, yaitu dari sudut pandang struktur inisasi dan konsiderasi.
4. Model Kepemimpinan Managerial Grid.
Jika dalam model Ohio, kepemimpinan ditinjau dari sisi struktur inisiasi dan
konsideransinya, maka dalam model manajerial grid yang disampaikan oleh Blake dan
Mouton dalam Robbins (1996) memperkenalkan model kepemimpinan yang ditinjau
dari perhatiannya terhadap tugas dan perhatian pada orang. Kedua sisi tinjauan model
kepemimpinan ini kemudian diformulasikan dalam tingkatan-tingkatan, yaitu antara 0
sampai dengan 9. Dalam pemikiran model managerial grid adalah seorang pemimpin
selain harus lebih memikirkan mengenai tugas-tugas yang akan dicapainya juga
dituntut untuk memiliki orientasi yang baik terhadap hubungan kerja dengan manusia
sebagai bawahannya, artinya bahwa seorang pemimpin tidak dapat hanya memikirkan
pencapaian tugas saja tanpa memperhitungkan faktor hubungan dengan bawahannya,
sehingga seorang pemimpin dalam mengambil suatu sikap terhadap tugas, kebijakankebijakan yang harus diambil, proses dan prosedur penyelesaian tugas, maka saat itu
juga pemimpin harus memperhatikan pola hubungan dengan staf atau bawahannya
secara baik. Menurut Blake dan Mouton ini, kepemimpinan dapat dikelompokkan
menjadi empat kecenderungan yang ekstrim dan satu kecenderungan yang terletak di
tengah-tengah keempat gaya ekstrim tersebut. Gaya kepemimpinan tersebut adalah :
a. Grid 1.1 disebut Impoverished leadership (Model Kepemimpinan yang Tandus),
dalam kepemimpinan ini si pemimpin selalu menghidar dari segala bentuk
tanggung jawab dan perhatian terhadap bawahannya.
b. Grid 9.9 disebut Team leadership (Model Kepemimpinan Tim), pimpinan menaruh
perhatian besar terhadap hasil maupun hubungan kerja, sehingga mendorong
bawahan untuk berfikir dan bekerja (bertugas) serta terciptanya hubungan yang
serasi antara pimpinan dan bawahan.
c. Grid 1.9 disebut Country Club leadership (Model Kepemimpinan Perkumpulan),
pimpinan lebih mementingkan hubungan kerja atau kepentingan bawahan, sehingga
hasil/tugas kurang diperhatikan.
d. Grid 9.1 disebut Task leadership (Model Kepemimpinan Tugas), kepemimpinan ini
bersifat otoriter karena sangat mementingkan tugas/hasil dan bawahan dianggap
tidak penting karena sewaktu-waktu dapat diganti.
e. Grid 5.5 disebut Middle of the road (Model Kepemimpinan Jalan Tengah), di mana si
pemimpin cukup memperhatikan dan mempertahankan serta menyeimbangkan
antara moral bawahan dengan keharusan penyelesaian pekerjaan pada tingkat yang
memuaskan, di mana hubungan antara pimpinan dan bawahan bersifat kebapakan.
Berdasakan uraian di atas, pada dasarnya model kepemimpinan manajerial grid
ini relatif lebih rinci dalam menggambarkan kecenderungan kepemimpinan. Namun
demikian, tidak dapat dipungkiri bahwasanya model ini merupakan pandangan yang
berawal dari pemikiran yang relatif sama dengan model sebelumnya, yaitu seberapa
otokratis dan demokratisnya kepemimpinan dari sudut pandang perhatiannya pada
orang dan tugas.
5. Model Kepemimpinan Kontingensi.
Model kepemimpinan kontingensi dikembang-kan oleh Fielder. Fielder dalam
Gibson, Ivancevich dan Donnelly (1995) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan yang
paling sesuai bagi sebuah organisasi bergantung pada situasi di mana pemimpin
bekerja. Menurut model kepemimpinan ini, terdapat tiga variabel utama yang
cenderung menentukan apakah situasi menguntukang bagi pemimpin atau tidak. Ketiga
variabel utama tersebut adalah : hubungan pribadi pemimpin dengan para anggota
kelompok (hubungan pemimpin-anggota); kadar struktur tugas yang ditugaskan
kepada kelompok untuk dilaksanakan (struktur tugas); dan kekuasaan dan
kewenangan posisi yang dimiliki (kuasa posisi).
Berdasar ketiga variabel utama tersebut, Fiedler menyimpulkan bahwa : para
pemimpin yang berorientasi pada tugas cenderung berprestasi terbaik dalam situasi
kelompok yang sangat menguntungkan maupun tidak menguntungkan sekalipun; para
pemimpin yang berorientasi pada hubungan cenderung berprestasi terbaik dalam
situasi-situasi yang cukup menguntungkan.Dari kesimpulan model kepemimpinan
tersebut, pendapat Fiedler cenderung kembali pada konsep kontinum perilaku
pemimpin. Namun perbedaannya di sini adalah bahwa situasi yang cenderung
menguntungkan dan yang cenderung tidak menguntungkan dipisahkan dalam dua
kontinum yang berbeda.
6. Model Kepemimpinan Tiga Dimensi.
Model kepemimpinan ini dikembangkan oleh Redin. Model tiga dimensi ini, pada
dasarnya merupakan pengembangan dari model yang dikembangkan oleh Universitas
Ohio dan model Managerial Grid. Perbedaan utama dari dua model ini adalah adanya
penambahan satu dimensi pada model tiga dimensi, yaitu dimensi efektivitas,
sedangkan dua dimensi lainnya yaitu dimensi perilaku hubungan dan dimensi perilaku
tugas tetap sama.
Intisari dari model ini terletak pada pemikiran bahwa kepemimpinan dengan
kombinasi perilaku hubungan dan perilaku tugas dapat saja sama, namun hal tersebut
tidak menjamin memiliki efektivitas yang sama pula. Hal ini terjadi karena perbedaan
kondisi lingkungan yang terjadi dan dihadapi oleh sosok pemimpin dengan kombinasi
perilaku hubungan dan tugas yang sama tersebut memiliki perbedaan. Secara umum,
dimensi efektivitas lingkungan terdiri dari dua bagian, yaitu dimensi lingkungan yang
tidak efektif dan efektif. Masing-masing bagian dimensi lingkungan ini memiliki skala
yang sama 1 sampai dengan 4, dimana untuk lingkungan tidak efektif skalanya bertanda
negatif dan untuk lingkungan yang efektif skalanya bertanda positif.
F. Kompetensi Kepemimpinan
Suatu persyaratan penting bagi efektivitas atau kesuksesan pemimpin dalam
mengemban peran, tugas, fungsi, atau pun tanggung jawabnya masing-masing adalah
kompetensi mereka dalam bekerja. Konsep mengenai kompetensi untuk pertama
kalinya dipopulerkan oleh Boyatzis (1982) yang didefinisikan kompetensi sebagai
“kemampuan yang dimiliki seseorang yang nampak pada sikapnya yang sesuai dengan
kebutuhan kerja dalam parameter lingkungan organisasi dan memberikan hasil yang
diinginkan”.
Dalam hubungan ini Kouzes dan Posner (1995) meyakini bahwa suatu kinerja
yang memiliki kualitas unggul berupa barang atau pun jasa, hanya dapat dihasilkan oleh
para pemimpin yang memiliki kualitas prima. Berdasarkan penelitiannya, ditemukan
bahwa terdapat 5 (lima) praktek mendasar pemimpin yang memiliki kualitas
kepemimpinan unggul, yaitu; (1) pemimpin yang menantang proses, (2) memberikan
inspirasi wawasan bersama, (3) memungkinkan orang lain dapat bertindak dan
berpartisipasi, (4) mampu menjadi penunjuk jalan, dan (5) memotivasi bawahan.
Sedangkan
Burwash
(1996)
menyatakan
bahwa,
beberapa
kriteria
kualitas
kepemimpinan manajer yang baik antara lain, memiliki komitmen organisasional yang
kuat, visionary, disiplin diri yang tinggi, tidak melakukan kesalahan yang sama,
antusias, berwawasan luas, kemampuan komunikasi yang tinggi, manajemen waktu,
mampu menangani setiap tekanan, mampu sebagai pendidik atau guru bagi
bawahannya, empati, berpikir positif, memiliki dasar spiritual yang kuat, dan selalu siap
melayani.
Berikut ini merupakan penjelasan dari 10 ketrampilan untuk menjadi seorang pemimpin
yang sukses
1. Tentukan Visi Anda
Visi adalah sesuatu hal yang sederhana tetapi idealistis. Visi merupakan idealisme dari
suatu organisasi, harus menantang tapi tetap realistis.Visi dapat berupa harapan atau
nilai yang ingin dicapai. Seorang pemimpin harus mempunyai visi yang jelas. Ini yang
membedakan pemimpin dengan manajer. Pemimpin bekerja berdasarkan visi, sedang
manajer bekerja berdasarkan visi orang lain. Harold Geneen seorang pendiri ITT
mengatakan “ Jika Anda membaca buku, bacalah dari awal sampai akhir. Jika Anda
memimpin organisasi, laukan dengan cara yang berbeda dengan merenencanakan
tujuan akhir, dan lakukan sebisa Anda meraihnya”
2. Jelaskan Visi Anda
Pemimpin harus dapat menggunakan imajinasinya untuk dapat menjelaskan visinya
kepada orang lain. Jelaskan visi Anda pada semua lini dalam organisasi. Penyebaran visi
ini dapat dilakukan secara formal ataupun informal, lewat diskusi perorangan atau saat
makan diruang makan. Jika visi ini dapat disosialisasikan dengan baik, akan lebih
mudah menjalankan organisasi sampai ke tujuan yang diinginkan
3. Kenali Gaya Kepemimpinan Anda
Setiap pemimpin mempunyai gaya natural yang berbeda. Seperti tipe fasilitatif yang
dimiliki Bill Clinton, atau autocratic seperti Margaret Thatcher, dan atau tipe karismatik
seperti J.F Kennedy. Pemimpin yang sukses, dapat menggunakan berbagai gaya
kepemimpinan sesuai situasi yang ada.
4. Bedakan Kepemimpinan dengan Manajemen
Tugas pemimpin dan manajer berbeda. Pemimpin yang sukses dapat membedakan
kedua tugas ini dengan baik. Kepemimpinan termasuk didalamnya bagaimana
mengkomunikasikan visinya, sedang manajemen bertugas mengimplementasikan visi.
Cara membedakannya juga dengan melihat bagaimana mereka menilai resiko dari
pekerjaan
dan
organisasi.
Pemimpin
yang
sukses
mempunyai
kemampuan
memperhitungkan semua resiko dari setiap kebijakan yang akan berimplikasi pada
organisasi dan jika diperlukan harus mengambil resiko demi tujuan organisasi. Manajer
yang sukses mempunyai kompetensi untuk meminimalisir semua resiko yang ada.
Pemimpin yang sukses harus dapat menjaga keseimbangan antara keduanya. Mereka
harus dapat mengkonsep organisasi ke arah yang lebih baik dan tidak perlu
mengerjakan pekerjaan yang sifatnya harian atau rutinitas. Mereka harus dapat
memahami visi dalam konteks organisasi, mengarahkan organisasi agar dapat
mencapai visi.
5. Pelajari dan Taati Aturan
Pemimpin yang sukses harus mengetahui semua peraturan yang ada. Peraturan peraturan ini dapat digunakan untuk mengetahui batasan kekuasaan, pengambilan
keputusan. Mengetahui peraturan organisasi dan menghormatinya adalah salah satu
cara pemimpin membangun kepercayaan terhadap bawahan. Tanpa kepercayaan,
kesuksesaan pemimpin adalah sebuah hal yang mustahil.
6. Jaga Kepercayaan Kolega Anda
Pemimpin yang sukses selalu membangun kepercayaan baik dengan bawahan maupun
dengan kolega atau pihak eksternal. Mereka adalah pendengar yang baik, sedikit
berbicara dan selalu konsisten dengan nilai-nilai yang ada.
7. Pahami Aturan Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dan pastikan semua
ide-ide kita sudah dimasukan dalam suatu keputusan kita. Kekuasaan itu berasal dari
persetujuan dari yang dipimpin (bawahan).
8. Bertindaklah seperti Seorang Pemimpinng
Semua yang dilakukan oleh seorang pemimpin selalu diamati oleh bawahannya. Mereka
menentukan apa yang akan terjadi dengan melihat perilaku pemimpin mereka. Maka
sebagai seorang pemimpin, mereka harus selalu mengingat setiap saat atas peranperannya karena semua orang melihatnya. Seorang pemimpin harus menentukan
contoh-contoh tentang nilai, pola kerja dan tindakan-tindakan individu. Pemimpin yang
baik datang lebih awal, bekerjasama dengan baik, tanggap terhadap opini kolega dan
selalu membawa ide-ide baru dalam organisasi. Mereka adalah sebagai model yang baik
yang ingin dilihat dalam suatu organisasi. Pemimpin harus berada dimanapun. Mereka
harus menghadiri pertemuan-pertemuan yang penting baik yang bersifat internal
maupun ekstrenal. Disisi lain, pemimpin adalah seseorang yang membawa pesan-pesan
organisasi kepada pihak luar. Disisi internal pemimpin sebagai pembuat keputuan
penting dan dia harus bisa menjadi seorang pembimbing.
9. Kaderisasi kepemimpinan
Salah satu tugas penting pemimpin adalah bagaimana dia menjadikan bawahannya
kelak dapat menjadi pemimpin juga. Dalam hal ini, merekrut personal dengan potensi
yang baik dapat membantu proses kaderisasi ini.
10. Jaga Keseimbangan Hidup Anda
Pemimpin yang baik dapat menjaga keseimbangan dalam hidup mereka. Mereka harus
belajar mengatakan ‘tidak’.Mereka mempunyai waktu untuk keluarga dan organisasi.
William A Cohen, penulis Seni dalam Kepemimpinan, “ Kesuksesan tidak datang dari
bekerja keras. Sukses datang dari ‘playing hard’.Jika ingin sukses harus dapat
memposisikan dirimu pada tugas, tidak peduli pada kesulitan atau tantangan, anggap
sebagai permainan, bukan sebagai pekerjaan. Jika anda melakukan ini, tidak hanya
sukses yang datang, tetapi juga kesenangan dalam melakukannya.
Menjadi Pemimpin yang Sukses
Kepemimpinan yang sukses bukanlah suatu misteri, yang hanya bisa didapat oleh
orang-orang yang sudah ditakdirkan memiliki karisma dan kekuasaan seperti
Napoleon.
Adapun 5 Dimensi kepercayaan tersebut adalah:
a. Integritas: merujuk pada kejujuran dan kebenaran. Merupakan dimensi terpenting
dalam seseorang menilai sifat dapat dipercaya atas pihak lain.
b. Kompetensi: mencakup pengetahuan dan ketrampilan tehnis dan interpersonal.
c. Konsistensi terkait dengan kehandalan, prediktabilitas dan pertimbangan baik
seseorang dalam menangani situasi-situasi. Ketidak sesuaian antara kata-kata dan
tindakan mengikis kepercayaan.
d. Loyalitas adalah keinginan untuk melindungi dan menyelamatkan wajah untuk
orang lain. Kepercayaan menuntut bahwa anda dapat bergantung pada seseorang
untuk tidak bertindak oportunis.
e. Keterbukaan: Anda mengandalkan orang untuk memberikan ke anda kebenaan
senyatanya.
Referensi
Robert B. Taylor, MD http://www.medscape.com/viewarticle/463194
Gary
Yukl,
Leadership
in
Organization,
Prentice
Hall,
2001
http://charlybuchari.wordpress.com/2006/08/25/sepuluh-10-kepribadian-orangsukses/
Gustiarti, 2002. Stress dan Kepuasan Kerja. http library.usu.ac.id, diperoleh tanggal 28
Oktober 2007, pada pukul 11.41
Huber, D (2000). Leadership and Nursing Care Management , 2 Ed, Philadelpia. WB
Saunders Company
Houston, (2000). Leadership roles and management function in nursing; theory and
application. Third edition. Philadelphia: Lippincott
Hidayat, AAA. 2004. Pengantar Konsep Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Irwan (2004). Dinamika kelompok. Diambil tanggal 24 Sept 2007
http://www.unsoed.ac.id/cmsfak/userfiles/file/PSKp/Dinamikakelompok.doc
dari
Luthans F. (2006). Perilaku Organisasi Edisi 10. Penerbit : Andi Yogyakarta.
Marriner-Tomey, (2003). Guide to nursing management and leadership. Sixth edition.
Philipines: Elsevier science (Singapore) PTE LTD under special arrangement with Mosby
Soal essay
1. Jelaskan pengertian kepemimpinan menurut Stogdill & Swansburg (1995) :
2. Jelaskan pengertian kepemimpinan menurut Blake dan Moutons (1964),
3. Jelaaskan perbedaan kepemimpinan dengan manajemen
4. Jelaskan 5 (lima) praktek mendasar pemimpin yang memiliki kualitas
kepemimpinan unggul, menurut Kouzes dan Posner (1995) yaitu;:
5. Dimensi kepercayaan dimana keinginan untuk melindungi dan menyelamatkan
wajah untuk orang lain. Kepercayaan menuntut bahwa anda dapat bergantung pada
seseorang untuk tidak bertindak oportunis disebut :
Soal MC:
Pertanyaan:
Kasus
Di sebuah bangsal perawatan RS daerah didapatkan 60% perawatnya lulusan SPK, sedangkan
40% sisanya lulusan D3. Kepala ruangan di sini memiliki pengaruh besar terhadap kinerja
perawat di ruangan dan sebagai sumber informasi utama, baik mengenai masalah intervensi
keperawatan di ruangan maupun masalah kebijakan di rumah sakit. Hampir semua kebijakan,
dan keputusan ditentukan langsung oleh Kepala ruangan.
1.
Dari ilustrasi di atas, gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan oleh Kepala Ruangan di
ruang tersebut adalah …..
a. Demokratis
b. Otokratis
c. Bebas
d. Partisipatif
e. Kontingensi
2.
Pemilihan gaya kepemimpinan dari ilustrasi di atas lebih ditekankan pada factor …..
a.
b.
c.
d.
e.
Pinpinan
Bawahan
Situasi
Jawaban a dan b benar
Jawaban a, b dan c benar
3.
Berikut ini alasan pemilihan gaya kepemimpinan pada ilustrasi di atas adalah …..
1. Kemampuan bawahan yang terbatas
2. Karu yang memiliki kepribadian otoriter
3. Karu sebagai satu-satunya sumber informasi
4. Kondisi/situasi yang gawat/darurat
4.
Jika kepala ruangan tidak berhati-hati dalam mengintruksikan dan mengambil keputusan,
maka dampak negative tersering dari gaya kepemimpinan ini adalah …..
a. Bawahan akan mutung (putus asa) karena tidak diberi kesempatan untuk aktualisasi diri
b. Bawahan akan mengungguli pimpinan dalam hal kemampuan dan kemandirian
pengambilan keputusan
c. Pemimpin sering menjadi pembelot (deserter) yang lepas dari tanggung jawab
d. Jawaban a dan b benar
e. Semua jawaban benar
5.
Karakterisitik gaya kepemimpinan demokratis adalah…..kecuali …..
1. Kemampuan staf dihargai oleh pimpinan
2. Kekuasaan dan posisi pimpinan digunakan untuk memotivasi bawahan
3. Adanya kesempatan bagi bawahan untuk dipromosikan jabatan
4. Pemimpin hanya sebagai sumber informasi dan pengendali minimal
6.
“Tidak ada gaya kepemimpinan yang jelek dan tidak ada kepemimpinan yang selalu tepat
untuk semua situasi” adalah pernyataan dari salah satu tokoh dalam manajemen
kepemimpinan, yaitu….
a. Willam C. Miller
b. Hersey
c. Gillies
d. Likert
e. Blake
7. Kecakapan memimpin atau sering dikenal dengan managerial skill, perlu dikuasai. Untuk itu
agar seorang pemimpin dapat menjadi efektif dalam kepemimpiannya , perlu memiliki skill
dari:
1) Conceptual skill
2) Human sklii
3) Technical skill
4) managerial sill
8. Gaya kepemimpinan seseorang dipengaruhi oleh beberapa factor utama, yaitu:
1) Bersumber pada dirinya sendiri sebagai pemimpin
2) Bersumber pada kelompok yang dipimpin..
3) Tergantung pada situasi.
4) Tergantung sumberdaya
9. kehandalan, prediktabilitas dan pertimbangan baik seseorang dalam menangani situasisituasi. Ketidak sesuaian antara kata-kata dan tindakan mengikis kepercayaan dalam
dimensi kepercayaan disebut sebagai:
i.
integritas
ii.
kompetensi
iii.
konsistensi
iv.
loyaitas
v.
keterbukaan
10.
merujuk pada kejujuran dan kebenaran. Merupakan dimensi terpenting dalam
seseorang menilai sifat dapat dipercaya atas pihak lain, diemnsi ini disebut:
a. integritas
b. kompetensi
c. konsistensi
d. loyaitas
e. keterbukaan
11. Model kepemimpinan tiga dimensi, pada dasarnya merupakan pengembangan dari model yang
dikembangkan oleh Universitas Ohio dan model Managerial Grid. Perbedaan utama dari dua model ini
adalah adanya penambahan satu dimensi pada model tiga dimensi, yaitu dimensi efektivitas, sedangkan
dua dimensi lainnya yaitu dimensi perilaku hubungan dan dimensi perilaku tugas tetap sama. Model ini
dikembangkan oleh:
a) Redin.
b) Swanburg
c) Gillis
d) Fielder
e) Blake dan Mouton
12.
model kepemimpinan yang ditinjau dari perhatiannya terhadap tugas dan perhatian
pada orang dimana kegiatan diformulasikan dalam tingkatan-tingkatan, yaitu antara 0
sampai dengan 9, model ini dikembangkan oleh :
a) Redin.
b) Swanburg
c) Gillis
d) Fielder
e) Blake dan Mouton
13.
Gaya dimana pemimpin fleksibilitas dalam menetapkan standar yang ditandai
dengan meminta pendapat kepada bawahan. Selain itu, pimpinan dalam sistem ini juga
sering memberikan pujian dan bahkan hadiah ketika bawahan berhasil bekerja dengan
baik. Namun demikian, pada sistem inipun, sikap pemimpin yang selalu memerintah
tetap dominan. Kondisi ini menurut teori kepemimpinan likert adalah disebut:
a) Otoriter
b) Otokratis Paternalistik
c) Sistem Konsultatif
d) Sistem Partisipatif
e) Demokratis terpimpin
14.
pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang lebih menekankan pada kerja
kelompok sampai di tingkat bawah. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemimpin
biasanya menunjukkan keterbukaan dan memberikan kepercayaan yang tinggi pada
bawahan. Sehingga dalam proses pengambilan keputusan dan penentuan target
pemimpin selalu melibatkan bawahan. Dalam sistem inipun, pola komunikasi yang
terjadi adalah pola dua arah dengan memberikan kebebasan kepada bawahan untuk
mengungkapkan seluruh ide ataupun permasalahannya yang terkait dengan
pelaksanaan pekerjaan. Kondisi ini menurut teori kepemimpinan likert adalah disebut:
a) Otoriter
b) Otokratis Paternalistik
c) Sistem Konsultatif
d) Sistem Partisipatif
e) Demokratis terpimpin
15.
Kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerjasama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan adalah definisi dari …..
a. Gaya Kepemimpinan
b. Kepemimpinan
c. Model kepemimpinan
d. Manajemen
e. Manajer
16.
pemimpin mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang
menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara
yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis. Model
kepemimpinan ini adalah :
a) Otoriter
b) Otokratis Paternalistik
c) Sistem Konsultatif
d) Sistem Partisipatif
e) Otokratis demokratis
17.
Gaya kepemimpinan yang menempatkan kekuasaan di tangan satu orang atau
sekelompok kecil , Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal dan kedudukan bawahan
semata-mata sebagai pelaksana keputusan, perintah, dan bahkan kehendak pimpinan, disebut
gaya kepemimpinan :
a. Demokrasi
b. Otoriter (otokratik)
c. Partisipatif
d. Bebas tindak (Laisser-faire)
e. Bukan salah satu diatas
18.
Bahwa pemimpin itu dilahirkan (bakat lahir bukannya dibuat), sehingga dalam keadaan
yang bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin,
paham ini adalah Teori munculnya kepemimpinan dalam kasus ini disebut :
a. Teori Genetis
b. Teori Sosial
c. Teori Ekologis
d. Teori kepemimpinan
e. Teori manajemen
19.
Seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki
bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang
teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut sehingga
seseorang akan layak menjadi pemimpin. Teori munculnya kepemimpinan model ini disebut :
a. Teori Genetis
b. Teori Sosial
c. Teori Ekologis
d. Teori kepemimpinan
e. Teori manajemen
20.
Pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya lahir secara kodrati. bahwa setiap orang bisa
menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup. Penganut teori
ini disebut :
a. Teori Genetis
b. Teori Sosial
c. Teori Ekologis
d. Teori kepemimpinan
e. Teori manajemen
21.
Tingkatan manajemen paling rendah dalam suatu organisasi yang memimpin dan
mengawasi tenaga-tenaga operasional dalam suatu organisasi disebut :
a. Manajer lini garis-pertama (first line)
b. Manajer menengah (Middle Manager)
c. Manajer Puncak (Top Manager)
d. Manajer staf
e. Manajer lini
22.
Perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin yang menyangkut kemampuannya
dalam memimpin disebut …..
a. Gaya Kepemimpinan
b. Kepemimpinan
c. Model kepemimpinan
d. Manajemen
e. Manajer
1.
2.
3.
4.
Pernyataan berikut ini yang benar tentang “kepemimpinan” adalah….
Kemampuan menggerakkan dan membimbing orang lain
Proses interaktif yang dinamis
Proses yang mencakup 3 dimensi
Berfokus pada pencapaian tujuan pribadi/individu
a.
b.
c.
d.
e.
Berikut ini yang termasuk dalam dimensi kepemimpinan adalah….., kecuali ……
Pimpinan
Situasi
Lingkungan
Bawahan
Semua jawaban benar
23.
24.
Situasi :
Arman adalah kepala ruang F rumah sakit husada. Dalam proses kepemimpinan arman
mengganggap para perawat yang dipimpinnya sebagai subjek yang setiap kali diikutsertakan
dalam proses pembuatan kebijakan. Dalam etos kerjanya arman selalu mendaya gunakan
teamwork
25.
Dilihat dari gaya kepemimpinan arman menggunakan gaya kepemimpinan :
a. Demokrasi
b. Otoriter (otokratik)
c. Partisipatif
d. Bebas tindak (Laisser-faire)
e. Bukan salah satu diatas
KASUS
Suster R adalah Kepala Ruangan ruang rawat Inap Dahlia di RSUD Bangkalan, Madura. Suster
R lulusan S1 Keperawatan salah satu perguruan tinggi negeri di Jakarta. Dia memiliki
kedisiplinan dan tanggung jawab yang tinggi terhadap peran dan tugasnya, termasuk dalam
memberikan contoh bagi bawahannya. Suster R membawahi 5 orang perawat pelaksana, dimana
kelima perawat tersebut lulusan D3 Keperawatan yang memiliki dengan skill rata-rata yang
bagus.
1.
2.
3.
4.
Dari ilustrasi di atas, yang termasuk dalam dimensi pimpinan adalah …..
Pribadi yang disiplin dan tanggung jawab
Pendidikan terakhir D3 Keperawatan dengan skill yang bagus
Pendidikan terakhir S1 Keperawatan
Ruang rawat inap RSUD
1.
2.
3.
4.
Sedangkan yang termasuk dimensi situasi yaitu …..
Pribadi yang disiplin dan tanggung jawab
Pendidikan terakhir D3 Keperawatan dengan skill yang bagus
Pendidikan terakhir S1 Keperawatan
Ruang rawat inap RSUD
26.
27.
28.
Pada suatu ruangan didapatkan 2 perawat sedang berselisih pendapat terhadap intervensi
yang diberikan kepada pasien G. Saat itu Suster K selaku Kepala Ruangan datang
menghampiri kedua perawat tadi dan menengahi perselisihan mereka berdua. Maka
peranpemimpin (Kepala Ruangan) dari contoh kasus di atas adalah …..
a. Advokat
b. Instruktur
c. Evaluator
d. Diplomat
e. Buffer
29.
a.
b.
c.
d.
e.
Gaya kepemimpinan tertua di dunia adalah ….
Demokratis
Kontingens
Bebas
Otokratis
Partisipatif
30.
Untuk membangkitkan semangat dan regenerasi jiwa kepemimpinan pada generasi muda
terutama yang berasal dari kalangan rakyat kecil, maka aliran teori kepemimpinan yang dapat
ditanamkan adalah …..
a. Teori genetis
b. Teori Ekologis
c. Teori Praktis
d. Teori keturunan
e. Teori Sosial
31.
1.
2.
3.
4.
“Leader are born and nor made” adalah inti dari teori kepemimpinan …..
Teori genetis
Teori Ekologis
Teori keturunan
Teori Sosial
32.
Adanya usaha untuk memanfaatkan kemampuan setiap orang yang ada dalam organisasi
untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan merupakan ciri khas dari gaya kepemimpinan …..
a. Demokratis
b. Kontingens
c. Bebas
d. Otokratis
e. Partisipatif
33.
Di ruang ICCU terdapat 6 perawat pelaksana lulusan D3 Keperawatan, 2 Katim lulusan
D4 Keperawatan dan 1 Kepala ruangan lulusan S1 Keperawatan. Hampir semua perawat di
ruang ini pernah mengikuti pelatihan penanganan pasien kritis di Intensive Care Unite dan
memiliki skill yang mumpuni. Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi intervensi, maka
pemilihan gaya kepemimpinan yang sesuai untuk situasi di atas adalah …..
a. Partisipatif
b. Bebas
c. Otokrat
d. Demokratis
e. Kontingens
34.
Alasan utama pemilihan gaya kepemimpinan untuk situasi di atas adalah …..
1. Pendidikan akademis perawat hampir merata
2. Jumlah perawat yang banyak dalam satu ruangan
3. Skill perawat hamper merata
4. Ruangan ICCU yang perlu penanganan cepat dan tepat
35.
Menurut Willam C. Miller “Kita perlu membuat suatu keputusan bersama” adalah salah
satu kalimat yang digunakan dalam model kepemimpinan …..
a. Participative
b. Tell
c. Sell
d. Delegate
e. DEMOKRATIF
36.
Berdasarkan gaya kepepmimpinan William C. Miller, jika si X adalah pegawai yang
dapat memberikan masukan-masukan yang bermakna kepada pimpinan, maka model
kepemimpinan yang dapat digunakan adalah …..
a. Participative
b. Tell
c. Sell
d. Delegate
e. DEMOKRATIF
37.
…..
a.
b.
c.
d.
e.
Gaya kepemimpinan yang merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis adalah
Bebas
Partisipatif
Laissez faire
Liberal
Direktif
Kasus
Di ruang CVCU (Cardiovascular Care Unite) RS umum daerah didapatkan 6 perawat pelaksana
sekaligus Katim dengan pendidikan D4 Keperawatan Kardiovaskuler. Rata-rata dari mereka
telah memiliki kemandirian dalam melakukan intervensi keperawatan dan knowlage tentang
kardiovaskuler yang mumpuni, sehingga tidak jarang dokter-dokter PPDS konsul kepada
mereka. Dan tiap 1 bulan sekali diadakan diskusi kasus dan pertemuan ilmiah di ruangan tersebut
yang terdiri atas dokter spesialis jantung dan seluruh perawat CVCU. Partisipasi perawat dalam
acara ini oleh dokter diakui sangat luar biasa, walaupun Karu di ruang ini memiliki kesibukan
yang cukup tinggi. Sehingga di saat ada atau tidak ada Karu, perawat di sini mampu menjalankan
fungsinya dengan penuh kesadaran dan kemandirian.
38.
Dari ilustrasi di atas, gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan oleh Kepala Ruangan di
ruang tersebut adalah …..
a. Demokratis
b. Otokratis
c. Bebas
d. Partisipatif
e. Kontingensi
39.
a.
b.
c.
d.
e.
40.
Pemilihan gaya kepemimpinan dari ilustrasi di atas lebih ditekankan pada factor …..
Pinpinan
Bawahan
Situasi
Jawaban a dan c benar
Jawaban a, b dan c benar
Karakteristik bawahan yang paling menonjol dari ilustrasi di atas adalah …..
a. Jumlah anggota kelompok
b. Bentuk kelompok
c. Kemampuan dan pengalaman individu anggota kelompok
d. Pola komunikasi dalam kelompok
e. Informasi serta prestasi
Download