Advance GIP_21.06.10

advertisement
Global Investment Perspective
May 2010
Highlights
Outlook & Strategy
In April, fears of Greek debt default and contagion to other peripheral
Eurozone countries caused sharp market volatility. The delay by
Germany to approve the rescue package due to opposition at home
created significant market swings in the last week of April.
To address the risk of contagion stemming from the crisis in Greece,
a series of exceptional measures have been agreed by European
Governments, IMF and the ECB. The sums involved in the rescue
plans are large, amounting to a possible EUR 750bn of EU and IMF
money; plus, the ECB will intervene in the secondary market for
private and public sector debt securities to provide liquidity as
needed. Such strong measures seem to have helped reassure
investors, with both the equity markets and the debt of the so-called
PIIGS rallying strongly as a response. While the measures definitely
help with the immediate liquidity problem and reduce contagion risk,
the medium-term challenges of restoring the public finances to
health are still to be tackled and are likely to continue cause volatility
in the market-place, especially for sovereign debt. Within fixed
income, our preference remains for developed markets' corporate
debt that continues to offer an attractive combination of improving
fundamentals, good flows and reasonably good valuations.
Reflecting the market’s growing concern, the yield on Greek debt
soared in April and credit rating agencies Moody’s and Standard &
Poor’s downgraded Greece and Portugal’s debt ratings. Adding to
investor uncertainty was the ongoing drive by US President Barack
Obama to tighten the regulation of financial institutions. If
implemented, it could restrict the level of risks that banks can take
and the market is concerned that this may hurt global demand.
April Market Recap
The MSCI World Index fell by 0.16% in April. Despite the
deterioration in Eurozone debt markets, from a macroeconomic
perspective, manufacturing data remained positive across most of
the developed and emerging markets, with the latter continuing to
lead growth, supported by encouraging retail sales and domestic
demand.
However, a contrasting inflation outlook for developed and emerging
markets has intensified. While developed-market governments have
pledged to maintain extremely low interest rates for an extended
period, further monetary tightening was seen in emerging markets.
For instance, in April, India raised interest rates in order to control
inflation and to stop the economy from overheating.
We maintain a moderate underweight in equities versus cash. Our
reasons are four-fold. First, equity markets could come under pressure
if earnings do not meet expectations, as analyst forecasts for
2010-2011 remain optimistic despite subdued demand and high
unemployment in developed markets. Second, while valuations are not
demanding, they are considerably above the attractive levels seen in
1Q09. Third, fiscal austerity packages, such as the ones needed to
repair the budget deficits in countries like Greece, may result in a
slowdown of growth during the second half of the year. Fourth,
monetary tightening in emerging markets could slow the pace of
growth and affect global markets. As such, we maintain our preference
for defensive sectors over cyclicals and financials as the more stable
earnings profile of these companies are more attractive in the current
economic cycle.
Our preference for Latin-America equities over Emerging Asia has been
beneficial. Although the valuation discount between Latin America and
Emerging Asia has narrowed, our preference for Latin America over
Emerging Asia remains. Latin America still has the potential for positive
growth surprises, especially regarding Brazil due to robust domestic
demand and strong export of commodities to Asia.
Perspektif Investasi Global
Mei 2010
Hal-Hal Utama
Pandangan & Strategi
Di bulan April, kekuatiran pemerintah Yunani akan gagal membayar
obligasinya tepat waktu dan kemungkinan kondisi tersebut dapat
terjadi pada negara-negara kecil di wilayah Eropa mendorong pasar
bergerak sangat fluktuatif. Keraguan pemerintah Jerman untuk ikut
dalam dana bantuan tersebut karena belum ada suara bulat untuk
setuju di dalam badan pemerintahan, mendorong pasar bergerak
fluktuatif di akhir minggu di bulan April.
Pemerintah-pemerintah di Eropa bekerja sama dengan IMF dan bank sentral
Eropa mengeluarkan beberapa kebijakan untuk mencegah krisis di Yunani
menyebar ke negara-negara Eropa lainnya. Salah satu langkah kebijakan adalah
memberikan dana bantuan dalam jumlah yang sangat besar, sekitar 750 milyar
euro yang berasal dari dana IMF dan dana gabungan negara-negara Uni Eropa.
Selain itu, bank sentral Eropa akan melakukan intervensi di pasar sekunder
dengan membeli obligasi pemerintah maupun korporasi untuk menyediakan
likuiditas yang dibutuhkan. Langkah-langkah tersebut membantu
mengembalikan kepercayaan investor-investor dan mendorong harga saham
dan obligasi negara-negara PIGS (Portugal, Italia, Yunani, dan Spanyol) naik di
bulan lalu, dan membantu mengatasi masalah likuiditas dan mengurangi risiko
penyebaran krisis. Namun masih ada tantangan dalam memulihkan sektor
finansial, sehingga pasar masih akan bergerak fluktuatif, terutama pada obligasi
pemerintah denominasi mata uang asing. Untuk instrumen pendapatan tetap,
kami lebih memilih obligasi korporasi negara-negara maju karena masih
memberikan imbal hasil dan valuasi yang menarik. Selain itu, fundamental
penerbit obligasi juga semakin positif dan permintaan masih besar.
Tingkat imbal hasil obligasi Yunani yang naik tajam di bulan April dan
lembaga pemeringkat Moody’s dan Standard & Poor’s menurunkan
peringkat kredit Yunani dan Portugal, mencerminkan kekuatiran
pasar. Menambah berita negatif di pasar, president AS Barack
Obama mengambil langkah untuk memperketat regulasi di sektor
finansial. Jika langkah tersebut dijalankan, maka perbankan hanya
boleh berinvetasi pada instrumen dengan tingkat risiko yang
terbatas, dan situasi ini dapat menekan pertumbuhan kredit dan
permintaan dunia.
Ulasan Pasar di Bulan April
Indeks MSCI World turun sekitar 0,16% di bulan April. Walaupun
terjadi koreksi yang cukup dalam di pasar obligasi Eropa yang
disebabkan oleh naiknya aksi pengurangan risiko, namun dari sudut
pandang makroekonomi, data manufaktur tetap positif di hampir
semua negara maju dan berkembang, terutama negara-negara
berkembang karena didukung oleh penjualan ritel dan permintaan
domestik yang terus naik.
Pandangan inflasi di negara maju dan negara berkembang semakin
bertolak belakang. Di satu sisi pemerintah di negara-negara maju
terus mempertahankan suku bunga di tingkat yang sangat rendah
untuk jangka waktu yang panjang, sedangkan di negara-negara
berkembang sudah mulai menaikkan tingkat suku bunga. Sebagai
contoh, di bulan April India menaikkan suku bunga untuk menjaga
tekanan inflasi dan menghindari ekonomi masuk ke kondisi
overheating.
Kami tetap menganjurkan investor untuk berhati-hati dalam mengambil
posisi yang besar pada instrumen berisiko seperti saham. Alasan
pertama adalah pasar bisa tertekan jika laporan keuangan emiten
ternyata lebih buruk dari perkiraan, apalagi perkiraan-perkiraan yang
dibuat analis-analis untuk laba korporasi tahun 2010 – 2011 cukup
optimis walaupun tingkat konsumsi domestik masih lemah dan angka
pengangguran masih tinggi di negara-negara maju. Alasan kedua adalah
valuasi sudah tidak serendah di kuartal pertama 2009. Alasan ketiga
adalah, dana yang harus dikeluarkan cukup besar untuk mengatasi
anggaran defisit yang besar seperti yang terlihat di Yunani, dan hal ini
dapat menekan pertumbuhan ekonomi di semester kedua tahun ini.
Alasan terakhir adalah, pengetatan kebijakan moneter di negara-negara
berkembang juga dapat menekan pertumbuhan ekonomi di wilayah
tersebut dan memberikan efek negatif ke pasar saham dunia. Sehingga,
kami tetap memilih untuk masuk ke saham-saham sektor divensif
dibandingkan saham-saham di sektor siklikal dan finansial, karena
pendapatan emiten sektor-sektor divensif biasanya lebih stabil untuk
kondisi ekonomi sekarang ini.
Kami tetap memilih saham-saham dari Amerika Latin dibandingkan
saham-saham negara berkembang Asia karena wilayah Amerika Latin
masih berpotensi untuk mempunyai pertumbuhan yang cepat, terutama
di Brasil, karena konsumsi domestik yang kuat dan laju ekspor komoditas
ke Asia yang masih tinggi.
Short-Term Investment Outlook (6-12 months)
ASSET CLASS
EQUITY
CURRENT
VIEW
Global Developed
Market Equity
Neutral
While equity valuations are no longer as attractive as in 1Q09, strong liquidity
remains a tailwind to support markets, given interest rates are likely to remain low
for sometime yet in developed economies.
US Equity
Neutral
US economic activity is positive, but the pace of improvement is showing signs of
slowing down and the risk from weak consumption and high unemployment
persists. As such, the sustainability of US growth is in doubt.
Europe Equity
(including the UK)
Neutral
While market liquidity support remains strong, high levels of unemployment,
fiscal-debt issues and potential reduction of stimulus support in Europe add risk to
the growth outlook.
Japan Equity
Neutral
Further JPY strength would add to Japan’s deflation pressure, although
improvement in manufacturing and trade, low interest rates and ongoing
government support are positive.
Asia ex-Japan Equity
Neutral
From a macroeconomic perspective the outlook remains generally positive given
strong domestic consumption and ample liquidity. But from a valuation perspective,
market prices have largely reflected the positive news flow.
Global Emerging
Markets
Neutral
Emerging markets are likely to continue to lead the recovery due to robust domestic
consumption and strong intra-regional trade. That said, the positive news flow is
reflected in valuations and monetary tighten could slow the pace of growth.
Latin America Equity
Positive
Economic data remains strong in the region and there is potential for positive
surprises, especially from Brazil, although the valuation discount to Emerging Asia
has narrowed.
Middle East Equity
Neutral
Economic data from the region has been highly encouraging and 2010-2011
forecasts are positive. In addition, valuations remain reasonable. Key risks include
US demand for oil could slow down and the increase in budget deficits among some
of the countries in the region.
Eastern Europe Equity
Neutral
Similar to other emerging markets, manufacturing data has been encouraging. That
said, weak labour market conditions and the high level of government debt are
weighing on the outlook for the region. While valuations are not excessively cheap,
it’s not overly demanding either.
Indonesia
Neutral
Fundamental outlook remain positive supported by strong domestic consumption,
growing exports and investment, and manageable inflation pressure. However,
uncertainty over Europe’s debt crisis and possibility of tighter monetary policies in most
Asian countries, may drive risk aversion to rise and may pressure Indonesian market.
Sovereign USD
Negative
Despite heavy supply, macroeconomic headwinds have kept the demand for US
government bonds fairly buoyant. However, within fixed-income assets, we prefer
to own corporate debt, where we see greater total return opportunities.
Sovereign EUR
Negative
Sovereign credit quality concerns surrounding the peripheral European countries such as
Greece and the risk of contagion are likely to continue to generate volatility for this asset
class. Overall, within fixed-income, given the exceptionally low yields offered by
government bonds, our preference remains for corporate debt on valuation grounds.
USD-denominated
Emerging Markets Debt
Negative
Emerging-market debt continues to look less attractive than high-yield corporate
debt on valuation grounds. Whilst not directly involved, emerging-market debt could
suffer if the situation worsens in the Eurozone.
Neutral
Carefully fiscal management and low inflation pressure may provide room for BI to keep
interest rates at low level. Combined with stable currency valuation, improving credit
rating, and attractive yield, may support this assets class. However, global uncertainty
driven by Europe’s debt crisis may drive market to fluctuate in short-term.
FIXED INCOME
Indonesia
IDR vs USD
CURRENCY
REASONING
Neutral
EUR vs USD
Neutral
Poundsterling vs
Dolar AS
Neutral
Yen vs Dolar AS
Neutral
Positive economic outlook may attract overseas investors to enter the nation’s
equity and bond market, supporting rupiah. Central bank said that it will guard the
currency’s stability, particularly when risk aversion emerge in the market driven by
negative sentiment from overseas such as debt crisis in Europe and/or tighter
monetary policy in Asia.
The Euro is susceptible to both positive and negative surprises depending on how
resolution of the ‘PIGS’ (Portugal, Italy, Greece, Spain) fiscal difficulties unfolds.
Valuation indicators are not sending any signals at present so in the short term, we
recommend a neutral Euro position overall. GBP is also susceptible to event risk
from the resolution of the hung parliament situation. Nevertheless, on a medium
term basis we continue to prefer the EUR to GBP given the weaker fiscal position of
the UK compared to the core Euro zone countries.
Pandangan Jangka Pendek Investasi (6 – 12 bulan)
ASSET CLASS
CURRENT
VIEW
Negara Maju Dunia
Netral
Walaupun valuasi saham sudah tidak semurah seperti di kuartal pertama 2009, namun
tingkat likuiditas yang tinggi masih memberikan dukungan ke pasar, terutama dengan
suku bunga yang diperkirakan masih akan berada di tingkat yang rendah dalam jangka
waktu yang lebih lama di negara-negara maju.
AS
Netral
Aktivitas ekonomi di AS semakin meningkat belakangan ini, namun laju perbaikannya
menjadi lebih lambat, dan masih ada risiko yang datang dari tingkat konsumsi yang lemah
dan angka pengangguran yang tinggi. Sehingga pertumbuhan ekonomi AS yang berlanjut
mulai diragukan.
Netral
Walaupun tingkat likuiditas di pasar yang besar memberikan dukungan ke pasar,
namun angka pengangguran yang tinggi, anggaran defisit yang besar, dan potensi
pengurangan paket stimulus untuk mendukung ekonomi Eropa, menekan pandangan
pertumbuhan ekonomi.
Jepang
Netral
Walaupun sudah ada perbaikan pada sektor manufaktur dan ekspor/impor, dan suku
bunga yang rendah serta paket bantuan yang diberikan oleh pemerintah mendukung
pasar, namun penguatan mata uang yen yang berlanjut terus menambah tekanan deflasi.
Asia di luar Jepang
Netral
Padangan makroekonomi secara umum masih positif karena konsumsi domestic
yang kuat dan likuiditas yang besar di pasar. Namun dari sisi valuasi, harga
saham-saham sudah mencerminkan sebagian besar berita-berita positif.
Negara-negara
Berkembang
Netral
Negara-negara diperkirakan akan memimpin pertumbuhan ekonomi global karena
konsumsi domestik yang kuat dan perdagangan di dalam wilayah yang kuat. Namun,
berita-berita positif sudah tercermin pada harga sahamnya dan pengetatan kebijakan
moneter dapat menekan pertumbuhan ekonomi.
Amerika Latin
Positif
Data-data ekonomi tetap kuat di wilayah ini dan ada potensi kenaikan pada kondisi
fundamental, terutama dari Brasil, walaupun selisih valuasinya dengan saham-saham
dari negara berkembang Asia sudah mengecil.
Timur Tengah
Netral
Data-data ekonomi dari wilayah ini sangat positif termasuk perkiraan 2010-2011. Selain
itu valuasi masih rendah. Risiko yang ada: permintaan minyak bumi oleh AS dapat
menurun dan anggaran defisit di beberapa negara di wilayah tersebut membesar.
Eropa (termasuk Inggris)
Pasar Saham
Pendapatan
Tetap
Eropa Timur
Netral
Indonesia
Netral
Mirip dengan kondisi ekonomi di negara-negara berkembang, dan data manufaktur
cukup positif. Namun, pasar tenaga kerja yang lemah dan hutang pemerintah yang
besar terlihat menekan pandangan ekonomi wilayah ini. Valuasi tidak terlalu murah
dan minat investor terhadap saham di wilayah ini juga tidak terlalu besar.
Pandangan fundamental tetap positif didukung oleh konsumsi domestik yang kuat,
pertumbuhan ekspor dan investasi yang meningkat, serta tekanan inflasi yang terjaga.
Namun, ketidakpastian seputar krisis hutang di Eropa dan kemungkinan pengetatan
kebijakan monter di beberapa negara Asia, dapat mendorong aksi pengurangan risiko
tetap ada dan berpotensi menekan pasar Indonesia.
Obligasi Pemerintah AS
Negatif
Walaupun suplai obligasi cukup besar di pasar, namun kondisi makroekonomi AS yang masih
lemah membuat permintaan obligasi pemerintah AS tetap besar. Namun, kami lebih
memilih obligasi korporasi karena melihat potensi tingkat pengembalian yang lebih besar.
Obligasi Pemerintah
Eropa
Negatif
Peringkat kredit dari negara-negara kecil Eropa seperti Yunani yang semakin memburuk dan
risiko penyebarannya, kemungkinan akan terus membuat pasar obligasi bergerak fluktuatif.
Secara umum, tingkat imbal hasil obligasi pemerintah Eropa sangat rendah, sehingga kami
tetap lebih memilih obligasi korporasi karena valuasinya yang masih lebih menarik.
Obligasi negara-negara
berkembang
(denominasi dolar AS)
Indonesia
Mata Uang
REASONING
Negatif
Netral
Rupiah
Terhadap Dolar AS
Netral
Euro Terhadap Dolar AS
Netral
Poundsterling
Terhadap Dolar AS
Netral
Yen Terhadap Dolar AS
Netral
Valuasi obligasi pemerintah negara berkembang terus terlihat kurang menarik
dibandingkan obligasi korporasi imbal hasil tinggi. Walaupun krisis yang di wilayah
Eropa tidak akan mempengaruhi secara langsung kelas aset ini, namun tetap akan
tertekan jika krisis tersebut semakin memburuk.
Pengelolaan kebijakan fiskal yang hati-hati dan tekanan inflasi yang rendah, memberikan
ruang bagi BI untuk tetap mempertahankan suku bunga di tingkat yang rendah.
Ditambah dengan nilai tukar mata uang yang stabil, membaiknya peringkat kredit, dan
imbal hasil yang menarik, dapat mendukung pasar. Namun, ketidakpastian di pasar
global yang disebabkan oleh krisis hutang di Eropa dapat membuat pasar bergerak
fluktuatif.
Pandangan ekonomi yang positif dapat mendorong dana-dana asing terus masuk ke
pasar saham dan obligasi Indonesia. Hal ini dapat memberikan dukungan pada
rupiah. BI akan terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, terutama pada saat aksi
pengurangan risiko naik di pasar yang disebabkan oleh sentimen-sentimen negatif
dari luar negeri seperti krisis hutang di Eropa dan/atau pengetatan kebijakan moneter
di Asia.
Euro rentan terhadap baik positif dan negatif kejutan tergantung pada bagaimana
keputusan 'PIG' (Portugal, Italia, Yunani, Spanyol) kesulitan fiskal terbentang. Penilaian
indikator tidak mengirim sinyal apapun saat ini sehingga dalam jangka pendek, kami
merekomendasikan posisi netral Euro secara keseluruhan. GBP juga rentan terhadap
risiko peristiwa dari resolusi parlemen tergantung situasi. Namun demikian, secara
jangka menengah kita terus memilih untuk GBP EUR diberikan posisi fiskal lebih lemah
dari Inggris dibandingkan dengan negara-negara Euro zona inti.
2
Summary
For equities, as a result of valuations and current growth
concerns, we maintain our preference for defensive sectors, such
as healthcare and telecommunication services, over financials
and cyclical stocks. By region, we continue to see potential in
Turkish equities on attractive valuations. We also maintain our
preference for Latin America over Emerging Asia, although the
valuation discount has narrowed.
Within fixed income, we continue to recommend a neutral
position on government bonds relative to cash. However, within
this asset class, we prefer to own corporate debt, where we see
greater value opportunities.
For currencies, we continue to have some conviction on longerterm strengthening of the EUR versus the GBP because of the
greater deterioration in the UK’s public sector finances compared
with those of the major Eurozone countries. However, we prefer
to hold a neutral position for the GBP versus the EUR, as
Greece’s fiscal difficulties create uncertainty for the EUR.
Short-Term Investment Outlook (6-12 months)
OTHER
INVESTMENTS
ASSET CLASS
CURRENT
VIEW
Oil
Range of between
US$65VIEW
- US$85
per barrel
We expect oil price to keep fluctuating in the US$65-85 range as improved demand
is balanced out by the clouded economic growth outlook. Fluctuation in risk appetite
will also contribute to oil price volatility.
Gold
Neutral
Range of between
$1,000 - $1,200
per troy ounce
Inflation pressure and concern over the USD as a reserve currency make gold an
investable long-term theme. But in the near term, gold price could be constrained by
relative USD strength and supply concerns as the IMF intends to sell some of its
gold reserves.
Commercial
Real Estate
Neutral
REASONING
High unemployment, falling occupancy rates and declining rental values in the US
and Europe warrant a cautious/negative outlook for these two markets in general.
But within Europe, we have a positive view on the UK relative to other direct markets
due to the increase in investor interest in UK properties and the lack of quality
supply. The outlook for Asia Pacific is improving, although there is regional
divergence and concern that price bubbles are forming in markets such as Hong
Kong and China.
3
Ringkasan
Karena valuasi yang sudah tidak semenarik awal tahun dan masih
adanya kekuatiran seputar pertumbuhan ekonomi, maka kami
tetap lebih memilih saham-saham divensif seperti saham-saham
sektor layanan kesehatan dan telekomunikasi, dibandingkan
saham-saham perbankan atau saham-saham siklikal. Kami melihat
adanya potensi pada saham-saham Turki karena valuasinya yang
masih menarik. Kami terus memilih saham-saham Amerika Latin
dibandingkan saham-saham negara berkembang Asia, walaupun
perbedaan valuasi saham antara ke-2 wilayah ini sudah tidak
sebesar sebelumnya.
Untuk pasar obligasi, kami tetap memberikan pandangan netral untuk
obligasi pemerintah. Namun, kami lebih memilih obligasi korporasi
karena berpotensi untuk mempunyai tingkat pengembalian yang
lebih besar dari obligasi pemerintah.
Untuk pasar mata uang, kami tetap melihat euro dapat menguat
dalam jangka panjang dibandingkan poundsterling karena kondisi
fiskal Inggris yang lebih buruk dibandingkan negara-negara utama
Eropa. Namun, kami mempertahankan pandangan netral untuk euro
terhadap poundsterling, karena masalah hutang di Yunani dapat
menekan euro dalam jangka pendek.
Pandangan Jangka Pendek Investasi (6 – 12 bulan)
Instrumen
Investasi
Lainnya
ASSET CLASS
CLASS
ASSET
CURRENT
VIEW
Minyak Bumi
Kisaran Harga
65 - 85 dolar AS
per barel
Emas
Netral
Kisaran Harga
1000 - 1200
per troy onz
Real Estat
Komersial
Netral
REASONING
Kami memperkirakan harga minyak bumi akan bergerak di kisaran 65 – 85 dolar AS
per barel, dimana membaiknya permintaan ditutupi oleh pandangan pertumbuhan
ekonomi yang mulai kurang positif. Pergerakan yang fluktuatif pada aksi ambil risiko
dapat mendorong harga minyak bumi ikut bergerak fluktuatif.
Tekanan inflasi dan kekuatiran akan pergerakan dolar AS sebagai mata uang
cadangan (reserve currency) membuat emas menjadi instrumen alternatif investasi
jangka panjang. Namun, penguatan dolar AS dan kekuatiran tingkat suplai yang dapat
naik di pasar karena IMF bermaksud untuk menjual sebagian emasnya, dapat
menekan harga emas dalam jangka pendek.
Angka pengangguran yang tinggi, menurunnya jumlah orang yang menyewa
rumah/apartemen, dan turunnya uang sewa di AS dan Eropa, membuat kami
memberikan pandangan hati-hati/negatif untuk pasar real estat di kedua wilayah
tersebut. Tetapi untuk pasar real estat di Inggris, pandangan kami masih positif
karena minat investor yang besar dan suplai di pasar yang sedikit. Pandangan sektor
real estat wilayah Asia Pasifik semakin membaik walaupun ada kekuatiran balon
harga (price bubble) untuk Hong Kong dan Cina.
3
Macro Assesment
The global economic recovery continues with a well-established lead from emerging markets, but risk
remains as government debt issues intensify in developed economies.
US
Japan
The US economic rebound is gaining momentum, but the risk from a
fiscal drag and low consumer demand persists.
Difficult labour market conditions and rising government debt remain a
concern in Japan, but overall economic activity is showing positive
improvement.
Economic data was largely positive in April, as signs of a recovery continued.
The ISM manufacturing index rose for the eighth month running in April to
60.4, beating consensus estimates and accelerating at its fastest pace since
July 2004.
Retail sales and real personal expenditure also improved, rising by 1.6%
and 0.3% m-o-m respectively, with encouraging auto sales underlining
the gradual progress in consumer activity.
However, jobless claims failed to improve, with both continuing and
initial claims coming in above consensus forecasts in April, suggesting
the private sector is still tentative on hiring.
The Bank of Japan commented that the economy "has been picking up",
after reporting that demand for bank loans had started recovering in 1Q 2010
That said, a couple of key factors remained a concern. For example,
companies were still cautious about spending and reluctant to hire, as
machine orders dropped in February, by 5.4% y-o-y, while unemployment
rose to 5.0% in March, from 4.9% a month ago.
Furthermore, despite some improvements in consumer confidence,
with the nationwide index coming in at 41 in March from 40 in February,
retail sales were still weak, with department store sales down 3.5%
y-o-y in March.
Europe
Emerging Markets
The macroeconomic picture remains mixed for the Eurozone, amid fears
of sovereign-risk contagion and disappointing labour data.
Economic activity remained strong, but potential acceleration in monetary
policy tightening is causing concern.
The economic newsflow was mixed in April with good activity data but
worrying development on the fiscal policy side.
China continued to drive the recovery in the region, as real GDP rose 11.9%
y-o-y in 1Q 2010. That said, other Asian economies also showed strong
performance, in manufacturing and trading activity.
The downgrades by Standard & Poor’s of Greece’s credit rating to “junk”
status, and Portugal’s to A-, drew all market participants’ attention to the
seriousness of fiscal challenges in the region.
Regarding Greece, a provision of funds from a combination of the IMF
and other Eurozone members was agreed at the beginning of May, but
key concerns remain, such as the ability of Greece to balance their
budgets deficit over the longer term.
In Latin America, Brazil remained a key driver of the economic rebound,
with industrial production up 18.4% y-o-y in February.
In Eastern Europe however, labour data was weak. For example in
Russia, the unemployment rate remained at 8.6% in March. Furthermore,
retail sales remained in negative territory for many countries.
Indonesia
UK
Economic activity improved but concerns regarding the country’s fiscal
challenges continue to weigh on the outlook for growth.
The
economic
data
in
April
continued
to
reflect
a
manufacturing/industrial-led rebound in the UK. However, the strength
of the rebound continued to disappoint, which was well reflected in the
lower-than-expected GDP growth for 1Q, at 0.2% q-o-q, against
consensus of 0.4% q-o-q.
High unemployment remains the key concern for consumption, which
was partly reflected in the sharp drop in the consumer confidence index,
to 72 in March from 81 in February.
The lack of clarity over the outcome of the elections continued to fuel
uncertainty on the ability of the next government to rein in the spiralling
deficit, particularly as it will have to implement some measures of fiscal
austerity.
Strong domestic consumption and low inflation pressure support positive
economic outlook.
Difference from China and India, inflation pressure in Indonesia remained
low in April. Consumer prices was reported rising slightly by 3.91% in April,
but still below central bank’s target range of 4%-6% as food prices remained
stable due to harvest season. At such, Bank Indonesia still has room to hold
interest rates at low level of 6.5% and this may provide support to lending
growth. Government forecasted credit growth to rise around 17% - 20%
this year.
Rising automotive sales and cement usage in April, combined with faster
growth in imports rather than exports, added to signs of strong domestic
consumption. Exports rose 46.6% in April, while imports rose 68.6% on
the same month.
Gross domestic product was reported to grow at 5.7% in the first
quarter from a year earlier, faster than the 5.43% growth in the last
quarter of 2009. All economic numbers point to positive economic
outlook, and finance minister raised economic growth assumption in
2010 from 5.5% to 5.8%.
4
Penilaiaan Makro
Perbaikan pada ekonomi global terus berlanjut dimana negara-negara berkembang terlihat bertumbuh
paling besar, namun risiko masih ada terutama yang datangnya dari negara-negara maju dengan
masalah hutang yang semakin membesar.
Amerika Serikat
Jepang
Laju perbaikan ekonomi AS semakin cepat, namun risiko dari kondisi
fiskal dan konsumsi domestik yang lemah masih ada.
Kondisi di pasar tenaga kerja yang masih lemah dan meningkatnya hutang
pemerintah, terus menguatirkan pasar, namun aktivitas ekonomi secara
umum sudah meningkat.
Sebagian besar data-data ekonomi yang dilaporkan di bulan April terlihat
semakin positif. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan kondisi ekonomi
terus berlanjut. Angka indeks ISM manufaktur naik ke tingkat tertinggi dalam
8 bulan di bulan April menjadi 60,4, lebih tinggi dari perkiraan pasar dan naik
dengan laju tercepat sejak Juli 2004.
Penjualan ritel naik 1,6% dan belanja individu naik 0,3% dari bulan
sebelumnya, serta penjualan otomotif semakin meningkat, menunjukkan
perbaikan pada aktivitas belanja konsumen.
Namun, angka klaim asuransi pengangguran tidak terlalu positif, naik
melebihi perkiraan pasar di bulan April, menandakan korporasi masih
berhati-hati dalam menambah jumlah tenaga kerja.
Eropa
Gambaran makroekonomi masih beragam untuk wilayah Uni Eropa,
terutama risiko penyebaran krisis hutang dan data tenaga kerja yang
mengecewakan
Data-data ekonomi yang dilaporkan di bulan April cukup beragam, dimana
aktivitas ekonomi meningkat namun ada kekuatiran seputar masalah fiskal .
Peringkat kredit beberapa negara diturunkan oleh lembaga pemeringkat
Standard & Poor’s. Peringkat kredit Yunani diturunkan menjadi di bawah
peringkat investasi dan Portugal diturunkan menjadi A-. Hal ini membuat
pasar kuatir akan kondisi keuangan di wilayah tersebut.
Ketentuan-ketentuan bagi Yunani untuk mendapatkan paket bantuan dari
IMF dan negara-negara Uni Eropa sudah disetujui di awal bulan Mei,
namun masih ada beberapa kekuatiran utama seperti kemampuan
Yunani untuk mengurangi anggaran defisit dalam jangka panjang.
Inggris
Aktivitas ekonomi meningkat namun kekuatiran masalah fiskal masih
berlanjut dan dapat menekan pandangan pertumbuhan ekonomi.
Data-data ekonomi di bulan April terus menunjukkan perbaikan pada
sektor manufaktur/industri di Inggris. Namun laju perbaikan ekonomi
secara keseluruhan masih pelan, hal ini terlihat dari angka PDB kuartal
pertama sebesar 0,2%, lebih rendah dari perkiraan konsensus pasar
yaitu pertumbuhan sebesar 0,4%.
Angka pengangguran yang tinggi terus menekan tingkat belanja
konsumen, dan hal ini tercermin pada angka kepercayaan konsumen
yang turun dari 81 di bulan Pebruari menjadi 72 di bulan Maret.
Tidak jelasnya hasil pemilu terus mendorong adanya ketidakpastian
apakah pemerintahan yang baru mampu mengendalikan anggaran defisit
yang terus membesar.
Bank sentral Jepang mengatakan aktivitas ekonomi sudah meningkat,
terlihat dari jumlah permintaan kredit bank yang meningkat di kuartal
pertama 2010.
Masih ada beberapa faktor yang menguatirkan pasar. Salah satunya adalah,
perusahaan-perusahaan kelihatannya masih berhati-hati dalam mengeluarkan
dana untuk investasi dan masih enggan untuk menambah jumlah tenaga
kerja. Hal ini terlihat dari order mesin-mesin untuk produksi yang turun di bulan
Pebruari sebesar 5,4% dari tahun sebelumnya, dan angka pengangguran naik
menjadi 5% di bulan Maret, dari 4,9% di bulan sebelumnya.
Walaupun indeks tingkat kepercayaan konsumen naik dari 40 di bulan
Pebruari menjadi 41 di bulan Maret, namun penjualan ritel masih lemah,
terutama setelah penjualan di department store dilaporkan turun 3,5%
di bulan Maret dari bulan yang sama satu tahun sebelumnya.
Negara-negara Berkembang
Aktivitas ekonomi tetap kuat, namun pasar mulai kuatir akan potensi
pengetatan kebijakan moneter.
Ekonomi Cina terus menjadi motor pegerak pertumbuhan regional Asia,
dimana PDB riil naik 11,9% di kuartal pertama 2010 dari periode yang sama
satu tahun yang lalu. Ekonomi negara-negara Asia lainnya juga menunjukkan
pertumbuhan yang kuat, terutama di sektor manufaktur dan aktivitas
perdagangan (ekspor/impor).
Di wilayah Amerika Latin, Brazil tetap menjadi motor pengerak ekonomi
wilayah, dimana produksi industri dilaporkan naik 18,4% di bulan Februari
dari satu tahun sebelumnya.
Di wilayah Eropa Timur, data tenaga kerja terlihat lemah. Sebagai
contoh, Rusia mempunyai angka pengangguran yang tinggi di 8,6% di
bulan Maret. Selain itu, penjualan ritel masih berada di teritori negatif
untuk sebagian besar negara di wilayah tersebut.
Indonesia
Konsumsi domestik yang kuat dan tekanan inflasi yang rendah
mendukung pandangan ekonomi yang positif.
Berbeda dengan Cina dan India, tekanan inflasi di Indonesia masih rendah dan
terjaga di bulan April. Pertumbuhan harga barang konsumen dilaporkan naik
3,91% di bulan April (dari tahun sebelumnya), sedikit lebih tinggi dari bulan
sebelumnya namun masih di bawah target pemerintah sebesar 4% - 6%,
karena harga makanan yang stabil dibantu oleh musim panen raya. Hal ini
memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk tetap mempertahankan suku
bunga di tingkat yang rendah di 6,5%, yang dimana dapat memberikan
dukungan pada pertumbuhan sektor kredit. Pemerintah memperkirakan
pertumbuhan kredit dapat naik sekitar 17% - 20% di tahun 2010.
Meningkatnya penjualan otomotif dan pemakaian semen, serta
pertumbuhan impor yang naik lebih cepat dari ekspor, menambah
tanda-tanda bahwa konsumsi domestik semakin kuat. Ekspor
dilaporkan naik 46,6% di bulan Maret, sedangkan impor naik 68,8%.
Angka Produk Domestik Bruto dilaporkan bertumbuh 5,7% di kuartal pertama
dari tahun sebelumnya, lebih cepat dari pertumbuhan di Q4-2009 sebesar
5,43%. Semua inidkator-indikator ekonomi menunjukkan pandangan ekonomi
yang semakin positif. Menteri keuangan menaikkan asumsi pertumbuhan
ekonomi 2010 dari 5,5% menjadi 5,8%.
4
Equity Markets
Global Developed Markets
We retain a moderately cautious view toward global developed market
equities. The loose monetary policy bias of central banks is likely to remain
for the medium term and should support equities. However our optimism is
tempered by the risks posed to equity market appreciation by the current
elevated equity valuations and analyst’s confident forecasts for earnings,
which could be disappointed.
US
The economic recovery is on track, but employment and government fiscal
balances remain a concern.
Furthermore, until we see more progress in US labour markets, the outlook
for consumption remains mixed. This increases the risk for disappointment
in earnings growth, as analysts’ estimates remain overly optimistic for 2010,
at 30%.
Europe
Concerns over the Eurozone debt situation pose a threat to the
improvement in confidence and economic growth for the Eurozone and
the UK. In addition, unemployment remains high and consumption
weak, supporting our view of anaemic growth in 2010.
We continue to feel that the current stock prices reflect an overly optimistic
level of earnings growth, particularly as consumption may falter.
Japan
The deterioration in unemployment has eased in Japan, but it has not given
way to improvement yet. In addition, prices continue to fall, reflecting a
deflationary environment. Finally, fiscal challenges remain high.
However, a normalisation of monetary policy is still some way off and we
expect liquidity to remain supportive in 2010 and 2011.
Global Emerging Markets
While developed nations are struggling to bring their fiscal balances under
control, many emerging nations do not share these difficulties which,
coupled with better growth prospects, provides a favourable backdrop for
their equity markets.
However, rising inflation and tightening of monetary conditions are raising
questions over the sustainability of the high levels of growth and the
potential for negative earnings surprises.
Asia ex-Japan
Asia ex Japan economies are likely to remain the driver of the global
recovery, particularly as a rebound in domestic activity is now more
established.
However, such economic strength is creating some concerns, because
inflation is rising quickly, pushing authorities to take measures to prevent
overheating.
Latin America
Economic growth in the dominant Brazilian economy remained strong, with
February industrial production rising 18.4% y-o-y and retail sales up 12.3%
y-o-y in March.
However, inflation has risen in the region and combined with the generally
strong economic rebound, this has led Brazil’s central bank to start tightening monetary policy by raising interest rates by 0.75% to 9.5%.
Middle East
The economic outlook for the MENA economies is positive and improving.
The IMF recently increased its forecast for 2010 GDP growth to 4.5% for
the region.
The key driver of the rebound remains the fiscal and monetary stimulus in
place, with government investment programs, especially in infrastructure,
boosting domestic demand in the near term.
A number of headwinds to a sustainable recovery for the region remain, however.
The key risks to economic growth continue to be the high levels of government
indebtedness, particularly for the oil-importing economies like Egypt.
Eastern Europe
In Eastern Europe, labour data was weak and access to international
credit is still limited.
However, some readings improved. Industrial production rebounded,
not only in Russia, but also in other countries like Poland, while in
Russia real wages and disposable income growth surprised on the
upside coming in at 3.4% y-o-y and 4.2% y-o-y in March respectively.
Indonesia
Indonesian market continued to outperformed other Asian market in
April, driven by rising overseas fund flow to the market particularly after
economic growth was reported to accelerate faster in the first quarter.
Low inflation pressure supported market expectation that central bank
will keep interest rates for the eight month time at low level of 6.5%
and sent positive sentiment to interest rates sensitive shares.
Combined with positive Q1-2010 earnings results, helped JCI to reach
new record high at the end of April.
5
Ulasan Pasar
Negara-negara Maju/Utama Dunia
Kami tetap mempertahankan pandangan cautious (hati-hati) untuk
saham-saham dari negara-negara maju dunia. Kebijakan moneter yang
longgar yang diperkirakan akan berlanjut dalam jangka menegah dapat
mendukung saham-saham. Namun, perkiraan analis terhadap laba
korporasi yang terlalu optimis, dapat menekan pasar terutama jika
laporan keuangan ternyata lebih buruk dari perkiraan. Selain itu pengetatan kebijakan fiskal juga berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi
di semester kedua 2010 ini.
Amerika Serikat
Perbaikan ekonomi terus berlanjut di wilayah ini, namun angka pengangguran
yang tinggi dan anggaran belanja pemerintah terus menjadi kekuatiran pasar.
Pandangan untuk tingkat belanja konsumen masih tidak menentu, sampai
adanya perbaikan yang lebih permanen pada kondisi pasar tenaga kerja AS.
Hal ini meningkatkan risiko pertumbuhan laba yang mengecewakan
terutama setelah analis-analis memberikan perkiraan yang sangat optimis
untuk tahun 2010, yaitu laba korporasi naik 30%.
Eropa
Kekuatiran akan tingkat hutang di wilayah Uni Eropa terus menekan
kepercayaan pasar dan pertumbuhan ekonomi di wilayah Uni Eropa
dan Inggris. Selain itu, angka pengangguran masih tinggi dan tingkat
belanja domestik masih lemah, mendukung pandangan kami bahwa
pertumbuhan ekonomi di wilayah ini masih lemah di tahun 2010.
Kami terus melihat harga saham yang sekarang ini sudah mencerminkan
pandangan yang sangat optimis untuk pertumbuhan laba koproasi, terutama
karena tingkat belanja konsumen dapat melemah.
Jepang
Angka pengangguran sudah lebih turun di Jepang, namun kondisi sektor
tenaga kerja belum pulih. Selain itu, harga-harga barang masih terus turun,
menunjukkan tekanan deflasi terus berlanjut. Kondisi fiskal negara juga
belum membaik.
Kebijakan moneter masih akan tetap longgar dan kami memperkiran tingkat
likuiditas yang besar terus mendukung pasar di tahun ini dan tahun depan.
Negara-negara Berkembang
Negara-negara berkembang tidak menghadapi kesulitan pada penanganan
kebijakan fiskal seperti yang dihadapi oleh negara-negara maju. Ditambah
dengan prospek pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan negara-negara
maju, memberikan dukungan pada saham-saham di wilayah ini.
Namun, naiknya tekanan inflasi dan pengetatan kebijakan moneter
meningkatkan kekuatiran pasar seberapa permanent pertumbuhan
ekonomi yang kuat akan berlangsung. Selain itu juga masih ada
kemungkinan hasil laba korporasi lebih buruk dari perkiraan.
Asia ex-Japan
Ekonomi wilayah ini diperkirakan akan tetap menjadi motor penggerak
pertumbuhan ekonomi global, terutama konsumsi domestik yang semakin
kuat.
Namun, pertumbuhan ekonomi yang cepat mendorong tekanan inflasi juga
naik dengan cepat, mendorong pemerintah untuk mengambil langkah-langkah
pencegahan jangan sampai ekonomi menjadi overheating.
Latin America
Pertumbuhan ekonomi Brasil tetap kuat, dimana produksi industri di bulan
Pebruari naik 18,4% dari bulan yang sama di tahun sebelumnya dan penjualan
ritel naik 12,3% di bulan Maret dari bulan yang sama di tahun sebelumnya.
Namun, tekanan inflasi juga meningkat di wilayah ini dan ditambah
dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat, mendorong bank sentral
Brasil untuk mulai memperketat kebijakan moneter dengan menaikkan
tingkat suku bunga sebesar 75 basis point menjadi 9,5%.
Timur Tengah
Pandangan ekonomi negara-negara di wilayah ini semakin membaik dan
positif. IMF baru-baru ini menaikkan perkiraan pertumbuhan 2010 untuk
wilayah ini menjadi 4,5%.
Pendorong utama pertumbuhan ekonomi adalah tetap adanya stimulus
fiskal dan moneter ditambah dengan program-program investasi
pemerintah, terutama di sektor infrasturktur, yang mendorong naik
permintaan domestik dalam jangka pendek di sebagian besar negaranegara di wilayah ini.
Eastern Europe
Kondisi tenaga kerja di wilayah Eropa Timur masih lemah.
Namun, produksi industri mulai meningkat, tidak hanya di Russia
namun di negara-negara lainnya seperti Polandia. Pendapatan individu
riil Rusia naik 3,4% dari tahun sebelumnya dan pendapatan setelah
total pengeluaran (disposable income) naik 4,2% dari tahun sebelumnya di bulan Maret.
Indonesia
Kinerja pasar saham Indonesia tetap yang tertinggi di Asia di bulan April,
dibantu oleh derasnya aliran dana asing yang masuk ke pasar, terutama
setelah pertumbuhan ekonomi dilaporkan naik lebih cepat di kuartal
pertama.
Tekanan inflasi yang masih rendah mendukung ekspektasi pasar
bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga untuk ke-8
kalinya di 6,5% dan memberikan positif sentimen ke saham-saham
yang berkaitan dengan tingkat suku bunga. Ditambah dengan
laporan keuangan emiten kuartal pertama yang positif, mendorong
IHSG mencetak rekor tertinggi baru di bulan April.
5
Fixed Income
Sovereign USD
Rising risk aversion has kept the demand for US government bonds
reasonably buoyant, despite heavy supply and increasing concerns
regarding long-term deficits.
We do not expect any changes to the Federal funds rate over the next
six months and possibly longer, given our concerns surrounding the
sustainability of current economic growth, coupled with an expectation
of benign inflation during 2010.
Sovereign EUR
Sovereign credit quality across the developed world is coming under question
as public finances worsen. Greece is particularly at risk while the negative
sentiment has impacted other Eurozone countries perceived to be fiscally
challenged, such as Portugal and Spain.
Greece’s fiscal situation is likely to continue to generate volatility in
markets, and the risk of contagion to other peripheral Eurozone nations is a
concern, although this is not our central scenario.
USD-denominated Emerging Markets
On a valuation basis, emerging-market debt continues to look less
attractive than high-yield corporate debt.
Sovereign credit quality across the developed world is coming under
question as public finances worsen. Whilst not directly involved,
emerging-market debt could suffer if the situation worsens in the
Eurozone.
Indonesia
Low inflation pressure helped central bank to keep interest rates at
low level and sent positive sentiment to local bond market in April.
Attractive yields, stable currency, and possibility of rating upgrade to
investment grade in one to two years time, drove demand from
overseas on local debts to rise and supported their prices.
Currency
Market news in April was dominated by developments surrounding the
proposed solutions to the fiscal difficulties of the southern Eurozone
countries, particularly Greece, causing the EUR to continue its weak trend.
In the UK, given uncertainty over the resolution of the hung parliament,
this has raised concerns that the next government will not have a
strong enough mandate to push through fiscal adjustments. But
despite this potentially negative backdrop, the GBP was nevertheless
stronger against the EUR in April
Event risk remains high in Eurozone. The EUR is susceptible to both
positive and negative surprises depending on how resolution of the
‘PIGS’ (Portugal, Italy, Greece, Spain) fiscal difficulties unfolds.
Valuation indicators are not sending any signals at present so in the
short term, we recommend a neutral EUR position overall.
The GBP is also susceptible to event risk from the general elections
result. Nevertheless, on a medium-term basis we continue to prefer
the EUR to the GBP given the weaker fiscal position of the UK
compared to the core Eurozone countries and the possibility of ongoing
political concerns if the next UK government is a coalition.
That said, if events in the Eurozone worsen significantly, for example,
with a default from Greece, this would place significant additional
pressure on the EUR.
Rupiah continued to strengthen in April driven by rising foreign inflow
to the nation’s equity and bond markets. In addition, the nation’s
foreign reserve continued to rise to a new record high of $ 78.58 bn in
April, providing enough amunition for central bank to guard currency
stability whenever there is sudden outflow in equity and bond markets
driven by rising risk aversion due to global uncertainty over Europe’s
debt crisis.
6
Pendapatan Tetap
Obligasi Pemerintah AS
Meningkatnya aksi pengurangan risiko mendorong naik permintaan
obligasi pemerintah AS dan mendukung pasar, walaupun suplai obligasi
cukup besar dan membesarnya kekuatiran investor seputar defisit
anggaran negara jangka panjang.
Kami tidak melihat adanya perubahan pada suku bunga acuan AS untuk
6 bulan ke depan ataupun dalam jangka yang lebih banyak, karena
kondisi ekonomi yang masih belum stabil ditambah dengan tekanan
inflasi yang rendah selama 2010.
Obligasi Pemerintah Eropa
Kualitas dari obligasi pemerintah di negara-negara maju masih
dipertanyakan oleh investor-investor seiring dengan memburuknya
kondisi sektor finansial. Yunani mempunyai risiko yang paling besar dan
hal ini memberikan sentimen negatif pada obligasi pemerintah wilayah
Eropa lainnya yang kondisi fiskalnya juga menguatirkan seperti Portugal
dan Spanyol.
Kondisi fiskal Yunani kemungkinan masih akan mendorong pasar
bergerak fluktuatif, dan investor-investor kuatir apa yang terjadi di
Yunani bisa menyebar ke negara-negara kecil lainnya di Eropa.
Obligasi Negara Berkembang Denominasi Dolar AS
Valuasi obligasi pemerintah negara-negara berkembang tidak semenarik
valuasi obligasi korporasi imbal hasil tinggi.
Peringkat kredit hutang negara-negara maju masih dipertanyakan oleh
investor-investor karena kondisi sektor finansial yang memburuk.
Walaupun pengaruhnya tidak langsung ke negara berkembang, namun
memburuknya kondisi di wilayah Eropa dapat menekan pasar obligasi
negara-negara berkembang
Indonesia
Tekanan inflasi yang rendah membantu Bank Indonesia tetap
mempertahankan suku bunga di tingkat yang rendah dan memberikan
sentimen positif ke pasar obligasi di bulan April.
Tingkat imbal hasil yang menarik, stabilnya nilai tukar rupiah, dan
kemungkinan bahwa peringkat kredit Indonesia dapat mencapai peringkat
investasi dalam 1-2 tahun ke depan mendorong dana asing untuk
masuk lebih besar ke pasar dan mendukung harga-harga obligasi.
Mata Uang
Berita-berita di pasar di bulan April didominasi oleh perkembangan
seputar usulan-usulan untuk menghadapi kondisi fiskal yang
memburuk di wilayah selatan Eropa, terutama Yunani, yang mendorong euro melanjutkan tren pelemahannya.
Di Inggris, ketidakpastian akan perolehan suara yang hampir sama pada
pemilu, meningkatkan kekuatiran bahwa pemerintah yang nanti terpilih
mungkin tidak mempunyai mandat yang cukup kuat untuk memperbaiki
kondisi fiskal. Walaupun terdapat faktor-faktor yang dapat menekan
poundsterling, mata uang ini masih lebih kuat dibandingkan euro di
bulan April.
Risiko-risiko yang ada di wilayah Eropa masih besar dan sentimen
pasar bisa positif atau negatif, tergantung pada solusi masalah fiskal
negara-negara PIGS (Portugal, Italia, Yunani, dan Spanyol).
Pergerakan mata uang belum terlalu jelas dalam jangka pendek,
sehingga kami tetap memberikan pandangan netral untuk euro.
Pergerakan poundsterling akan rentan pada hasil dari pemilu. Namun,
dalam jangka menengah kami masih lebih memilih euro dibandingkan
poundsterling karena kondisi fiskal Inggris yang lebih lemah dibandingkan
negara-negara utama Eropa. Selain itu juga poundsterling bisa
mendapatkan tekanan dari kondisi politik terutama jika pemerintahan
yang baru adalah pemerintah koalisi.
Jika kondisi di wilayah Eropa sangat memburuk, misalnya Yunani
gagal membayar obligasinya, maka hal ini dapat memberikan
tekanan tambahan pada euro.
Rupiah terus menguat di bulan April, dibantu oleh derasnya aliran dana
asing yang masuk ke pasar saham dan obligasi Indonesia. Selain itu,
cadangan devisa yang terus mencapai rekor tertinggi di bulan April
sebesar 78,58 milyar dolar AS, memberikan amunisi yang cukup bagi
bank sentral untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah jika dana asing
tiba-tiba keluar dari Indonesia, seperti karena naiknya aksi pengurangan
risiko di pasar global yang disebabkan oleh ketidakpastian seputar
masalah krisis hutang Eropa.
6
DISCLAIMER. This document is prepared by HSBC Investment and distributed by HSBC through Indonesian office. The views, numbers and any
information contained in this document have not been reviewed in the light of anybody personal financial circumstances. The information is not and
should not be constructed as an offer to sell or a solicitation for an offer to buy financial products, and should not be considered as investment advice.
Past performance figures shown are not indicative of future performance. The relevant product offering documents should be read for further detail. Any
forecast. projection or target where provided is indicative only and is not guaranteed in any way. We shall not be reliable for any direct, indirect or
consequential loss arising from the use of or reliance on the information of this document. The opinions in this document constitute our present
judgement, which therefore is subject to change without notice.
7
CATATAN PENTING. Dokumen ini dipersiapkan oleh HSBC Investment dan didistribusikan oleh HSBC Indonesia. Gambaran-gambaran, angka-angka,
dan seluruh informasi yang dimuat dalam dokumen ini tidak dipersiapkan sehubungan dengan keadaan keuangan perseorangan manapun. Informasi
ini bukan dan tidak seharusnya dianggap sebagai suatu penawaran untuk menjual atau suatu ajakan untuk membeli suatu produk keuangan, dan tidak
seharusnya dianggap sebagai suatu nasihat investasi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikasi kinerja masa depan. Dokumen penawaran atas
produk terkait harus dipelajari secara lebih jauh. Setiap perkiraan, proyeksi, atau target yang ditampilkan disini hanya merupakan suatu indikasi dan
tidak dijamin dalam bentuk apapun. Kami tidak bertanggung jawab atas segala kerugian baik langsung, tidak langsung, ataupun sebagai konsekuensi
yang timbul karena penggunaan dari dan ketergantungan atas informasi yang berasal dari dokumen ini. Opini-opini yang terdapat dalam dokumen ini
mencerminkan keadaan saat ini, dan karenanya, dapat berubah, tanpa pemberitahuan.
7
Download