STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI DURIAN

advertisement
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI DURIAN
(Durio zibethinus Murr) DI KECAMATAN SIRENJA
KABUPATEN DONGGALA
Siti Nutfah
(Mahasiswa Program Studi Magister Agribisnis Program Pascasarjana Universitas Tadulako)
Abstract
This study aims to analyze the feasibility of farm income durian and durian farm in the
village of the District Lende Sirenja and development strategy durian farm in the village of the
District Lende Sirenja. The population is farmers who carry out farming durian numbered 35
families. Sampling was done randomly (simple random sampling), the number of samples used as
respondents as many as 35 families. Analysis of the data used is SWOT analysis to determine the
durian farming development strategy and analysis QSPM to get the best strategy in the
development of durian farming. SWOT analysis results show that the strategy of development of
durian farm in the village Lende in the position of the quadrant I SO strategy (StrengthOpportunity) supports an aggressive strategy. Implementation of programs that can be applied
include: (1) Optimizing the resource potential of land owned by the support of agro-climate, (2)
Utilizing the motivation of farmers is high in order to increase the diversification of products
processed durian, (3) Utilizing the flesh color yellow, taste sweet and fragrance to enhance the
promotion of local durian in order to compete with local durian other, (4) Utilizing experience in
support to farm durian Durian Horticulture Development Policy of the Ministry of Agriculture,
QSPM Further analysis showed that the best strategy for the development of durian farm in the
village of Lende is one strategy that is "Strategies to optimize the potential of land resources owned
by the support of agro-climate" with a total value of attractiveness (TAS) amounted to 6,285
Keywords: Durian farming, strategy development, SWOT, and QSPM.
Buah-buahan merupakan salah satu
komoditas hortikultura yang mempunyai nilai
ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber
pendapatan bagi masyarakat dan petani baik
berskala kecil, menengah maupun besar,
karena memiliki keunggulan berupa nilai jual
yang tinggi, keragaman jenis, ketersediaan
sumberdaya lahan dan teknologi, serta
potensi serapan pasar di dalam negeri dan
internasional
yang
terus
meningkat.
Subsektor
yang
saat
ini
tengah
dikembangkan yakni subsektor hortikultura,
hal ini karena hortikultura merupakan bagian
dari pembangunan pertanian dibidang pangan
yang ditujukan untuk lebih memantapkan
swasembada
pangan,
meningkatkan
pendapatan masyarakat dan memperbaiki
keadaan gizi melalui penganekaragaman
jenis bahan makanan (Kementerian Pertanian
Ditjen Hortikultura, 2013).
Durian (Durio zibethinus Murr)
merupakan salah satu tanaman hasil
perkebunan yang telah lama dikenal oleh
masyarakat
yang
pada
umumnya
dimanfaatkan sebagai buah saja. Tanaman
durian di habitat aslinya tumbuh di hutan
belantara yang beriklim panas (tropis).
Pengembangan budidaya tanaman durian
yang paling baik adalah di daerah dataran
rendah sampai ketinggian 800 meter di atas
permukaan laut dan keadaan iklim basah
dengan suhu udara antara 25-32°C,
kelembaban udara (RH) sekitar 50-80 persen,
dan intensitas cahaya matahari 45-50%
(Wiryanta, 2008).
Nama durian diambil dari ciri khas
kulit buahnya yang keras dan berlekuk-lekuk
tajam sehingga menyerupai duri, sehingga
durian juga dikenal dengan sebutan "raja dari
segala buah" (King of Fruit). Upaya
85
86 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 3, Agustus 2015 hlm 85-102
peningkatan produksi buah bermutu dalam
jumlah yang mencukupi dapat dilakukan
dengan peningkatan populasi tanaman buah
serta peningkatan teknologi budidaya yang
dilakukan. Selain itu guna menjamin produk
buah yang aman dikonsumsi perlu dilakukan
teknologi budidaya yang memperhatikan
kelestarian lingkungan sesuai dengan SOP
(Standart Operating Procedure) dan konsep
budidaya Good Agriculture Practice (GAP),
(Dinas Pertanian Yogyakarta, 2012).
Peluang pasar durian di Indonesia
masih menjanjikan, karena permintaan
masyarakat terhadap buah ini masih begitu
tinggi sehingga harga durian berkualitas
dapat mencapai Rp 30.000,00/kg. Sementara
untuk durian dengan kualitas biasa mencapai
Rp 15.000,00/buah. Konsumsi durian di
Indonesia pada tahun 2007 adalah sebesar
1.92 kg/perkapita/tahun (Trubus edisi 483,
2010). Berdasarkan data dari Departemen
Pertanian Indonesia ekspor durian Indonesia
pada tahun 2008 hanya sebesar 2.161 kg.
Sedangkan impor durian Indonesia pada
tahun 2008 mencapai 23.148.588 kg.
Perkembangan produksi durian di Indonesia
disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Produksi Durian di
Indonesia Tahun 2006 - 2010
Tahun
Produksi (Ton)
2006
2007
2008
2009
2010
747.848
594.842
602.694
797.798
491.179
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, 2011
ISSN: 2089-8630
Tanaman durian di Propinsi Sulawesi
Tengah merupakan salah satu komoditas
unggulan selain tanaman Jeruk dan rambutan.
Data jumlah tanaman durian menghasilkan,
produksi dan produksi per pohon dari tahun
2009 sampai 2013 di Propinsi Sulawesi
Tengah dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel
2.
Jumlah
Tanaman
Durian
Menghasilkan,
Produksi
dan
Produksi Per Pohon di Sulawesi
Tengah Tahun 2009–2013.
Tahun
Tanaman
Menghasilkan
(Pohon)
2009
2010
2011
2012
2013
67.815
97.687
115.988
104.943
84.021
Produksi
(Ton)
Hasil
Per
Pohon
(Kg/Ha)
10.027
147,85
17.703
181,22
16.544
142,64
16.544,20 157,71
16.544,20 196,91
Sumber: Dinas Pertanian Daerah Propinsi Sulawesi
Tengah, 2014.
Kabupaten Donggala sebagai wilayah
penelitian merupakan salah satu kabupaten di
Sulawesi Tengah yang mengembangkan
tanaman durian selain tanaman jeruk,
semangka dan rambutan, dan durian turut
menempati posisi sebagai komoditas
hortikultura
unggulan
di
Kabupaten
Donggala yang keberadaannya layak
diperhitungkan.
Data produksi buah di
Kabupaten Donggala tahun 2013 dan 2014
disajikan pada tabel 3.
Siti Nutfah. Strategi Pengembangan Usahatani Durian (Durio Zibethinus Murr) di Kecamatan Sirenja……………87
Tabel 3. Data Produksi Buah di Kabupaten Donggala Tahun 2013 dan 2014.
Nama Tanaman
Alpukat
Duku/Langsat
Durian
Jeruk Siam
Mangga
Manggis
Nangka
Nenas
Pisang
Rambutan
Salak
Sukun
Jlh. Phn
Menghasikan
(Pohon)
4430
2911
8264
2892
8702
378
6904
7354
66236
4980
42027
1380
Tahun 2013
Produksi
Produktivitas
(Ku)
(Kg/Phn)
2621
910
9887
1695
22009
86
7129
648
83403
1125
2581
1961
59,16
31,26
119,64
58,61
252,92
22.75
103,26
8,81
125,92
22,59
6,14
142,10
Jlh. Phn
Menghasikan
(Pohon)
3034
569
5216
707
11720
549
2502
5125
39458
7870
33805
755
Tahun 2014
Produksi
Produktivitas
(Ku)
(Kg/Phn)
1769
264
3573
391
12749
173
3172
312
19505
3798
1917
491
58,31
46,40
68,50
55,30
108,78
31,51
126,78
6,09
49,43
48,26
5,67
65,03
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah, 2014.
Desa Lende merupakan salah satu desa
dari 14 (empat belas) desa di Kecamatan
Sirenja yang jumlah tanaman
durian
terbanyak yakni 1.055 pohon dengan
produksi 30,50 ton. Data jumlah tanaman
dan produksi durian menurut desa di
Kecamatan Sirenja disajikan pada tabel 4.
Tabel 4. Data Jumlah Tanaman dan Produksi
Durian
Menurut
Desa
Di
Kecamatan Sirenja Kabupaten
Donggala Tahun 2012.
Desa
Ombo
Tondo
Dampal
Jono
Sipi
Tg. Padang
Balentuma
Sibado
Tompe
Lompio
Lende
Lende Tovea
UPT. Meva
Ujumbou
Jumlah
Jumlah
Tanaman
(Pohon)
125
155
151
189
225
145
73
175
47
133
1.055
65
27
31
2.596
Produksi
(Ton)
50,9
50,3
40,1
45,3
47,1
45,5
37,3
48,7
40,5
35,10
30,50
25,90
497,2
Sumber: KCD Pertanian dan Peternakan Kec. Sirenja,
2013
Tanaman durian di Desa Lende
merupakan durian lokal yang sudah ada sejak
turun temurun dan dibudidayakan dilahan
kering
(kebun)
namun
pengelolaan
usahataninya masih secara sederhana
(tradisional),
belum
dikelola
dengan
teknologi budidaya yang baik dan benar yang
mengacu pada prinsip Good Agricultural
Practise (GAP). Hasil survey yang dilakukan
menunjukkan bahwa sejumlah 330 Kepala
Keluarga (KK) yang berada di Desa Lende,
semuanya memiliki tanaman durian dengan
jumlah yang bervariasi (5 pohon s.d. 10
pohon) setiap Kepala Keluarga (KK). Hal
ini tentunya sangat berpotensi untuk
dilakukan pengembangan usahatani durian
dalam suatu kawasan pengembangan areal
hortikultura tanaman durian lokal Lende.
Usahatani durian yang dilakukan di
Desa Lende memiliki luas lahan yang
bervariasi antara 0,5 ha s.d. 7 ha, dengan
kisaran umur tanaman antara 15 tahun s.d.
30 tahun. Hasil produksi durian dijual petani
dalam bentuk buah dengan kisaran harga
antara Rp. 5.000 sampai dengan Rp. 25.000
per buah. Namun ada pula yang menjual
dengan sistim borongan (per pohon) dengan
kisaran harga antara Rp. 200.000 sampai
dengan Rp. 500.000 per pohon. Tingkat
88 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 3, Agustus 2015 hlm 85-102
pendapatan
petani
durian
cukup
menguntungkan baik.
Permasalahan
mendasar
dalam
pengembangan usahatani durian di Desa
Lende yakni pada umumnya pola usahatani
petani durian masih sistem multikultur
(tanaman kakao, Pala dan Kelapa) dengan
penerapan teknologi yang tradisional,
sehingga perlu adanya upaya strategi untuk
merubah pola usahatani yang multikultur
menjadi sistem monokultur sebagai embrio
pembentukan kawasan durian melalui
penerapan teknologi pengelolaan usahatani
durian yang mengacu pada prinsip Good
Agricultural Practices (GAP) atau budidaya
tanaman yang baik dan benar.
Bertitiktolak dari pemikiran tersebut,
maka perlu dilakukan penelitian
untuk
mengetahui strategi pengembangan usahatani
durian di Desa Lende Kecamatan Sirenja
Kabupaten Donggala.
METODE
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah
petani yang melaksanakan usahatani durian
di Desa Lende yang dibagi dalam 4 strata
luas kepemilikan lahan
dengan jumlah
Kepala Keluarga sejumlah 35 KK.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Arikunto (2002), bahwa apabila populasi
kurang dari 100 orang, maka sebaiknya
semua
anggota
terpilih,
sehingga
merupakan penelitian sensus. Namun jika
jumlah populasi lebih dari 100 orang dapat
diambil sampel acak sederhana dengan
taraf kesalahan 10%, 15%, dan 20% dari
populasi.
Besarnya
pengambilan
sampel
berdasarkan strata luas kepemilikan lahan
disajikan pada Tabel 5.
ISSN: 2089-8630
Tabel 5. Pengambilan Sampel Berdasarkan
Strata Luas Kepemilikan Lahan
Strata
Luas
Jumlah
Jumlah
Kepemilikan Tanaman
KK
Lahan
Produktif
(Ha)
(Pohon)
I
II
III
IV
0,25
1,00
1,5 - 2,5
3,0 - 4,5
5,0 - 7,0
Jumlah
158
75
9
25
25
8
1
1
267
35
Pengambilan
sampel
tersebut
dilakukan berdasarkan dari strata jumlah
pohon produktif dilihat
dari
luas
kepemilikan lahan.
Teknik Pengambilan Sampel
Metode penarikan sampel dilakukan
secara Metode Sampling Acak Stratifikasi
(Stratified Random Sampling Method) yang
setiap stratum terwakili dalam sampel artinya
pengambilan sampel dilakukan terhadap
semua stratum dengan menggunakan
prosedur
sampling
acak
sederhana
(Rahmatina, 2010).
Berdasarkan
data
pengambilan
sampel diatas, maka diperoleh jumlah
sampel yang dijadikan responden adalah
sebanyak 35 KK.
Teknik Analisis Data
1. Analisis Pendapatan
Untuk
mengetahui
tingkat
pendapatan petani durian di Desa Lende
dapat diketahui dengan melakukan analisis
pendapatan yang menggunakan rumus :
π = TR – TC ………… (1)
TR= Py x Y …………… (2)
TC= FC+VC …………… (3)
Keterangan:
Π = Pendapatan Usahatani Padi Semi
Organik.
TR =Total revenue (total penerimaan
usahatani padi semi organik)
Siti Nutfah. Strategi Pengembangan Usahatani Durian (Durio Zibethinus Murr) di Kecamatan Sirenja……………89
TC=Total biaya usahatani padi semi organik
(Rp)
Py=Harga produksi usahatani padi semi
organik (Rp)
Y=Produksi usahatani padi semi organik (kg)
FC=Biaya tetap usahatani padi semi organik
VC=Biaya tidak tetap usahatani padi semi
organik (biaya variabel)
(Soekartawi, 2003)
2. Analisis SWOT
Analisis SWOT membandingkan antara
faktor internal dan eksternal dengan asumsi
bahwa suatu strategi yang efektif akan
memaksimalkan kekuatan dan peluang serta
meminimalkan kelemahan dan ancaman.
Analisis SWOT dipengaruhi oleh lingkungan
yang bersifat strategis yakni kondisi wilayah,
situasi, keadaan dan pengaruh-pengaruh yang
mengelilingi
dan
mempengaruhi
perkembangan dari waktu ke waktu. Secara
struktur lingkungan strategis yaitu faktor
kekuatan
(strengths)
dan
kelemahan
(weaknesesses) dan berupa lingkungan
eksternal yang terdiri atas
dua faktor
strategis yaitu peluang (Opportunities) dan
ancaman (Threats).
3. Analisis Quantitative Strategic Planning
Matrix (QSPM)
Teknik ini menunjukan strategi
alternatif mana yang paling baik untuk
dipilih. Menurut Umar (2003), QSPM adalah
alat yang direkomendasikan bagi para ahli
strategi untuk melakukan evaluasi pilihan
strategi
alternatif
secara
obyektif,
berdasarkan key success factors internaleksternal yang telah diidentifikasikan
sebelumnya.
Strategi alternatif terbaik dapat
ditentukan dari matriks tersebut yang dilihat
dari nilai total TAS yang tertinggi. Sehingga
dapat ditentukan apakan strategi I atau
Strategi II atau Strategi III dan seterusnya,
yang terbaik dalam upaya pengembangan
usahatani durian.
Penentuan
Strategi
Pengembangan
Usahatani Durian
Menurut Rangkuti (2005) bahwa dalam
perumusan pilihan strategi melalui analisis
SWOT dengan mencocokkan faktor-faktor
kunci yang paling berpengaruh baik faktor
internal dan eksternal, akan menghasilkan
empat set kemungkinan strategi, yaitu :
1) Strategi SO (Strength-Opportunies) atau
kekuatan dan peluang, merupakan strategi
yang dirumuskan dengan mengoptimalkan
kekuatan
yang
dimiliki
untuk
memanfaatkan berbagai peluang yang ada.
2) Strategi WO (Weaknesses-Opportunities)
atau kelemahan-peluang, merupakan
strategi
yang
dirumuskan
dengan
seoptimal
mungkin
meminimalisir
kelemahan
agar dapat memanfaatkan
peluang yang ada.
3) Strategi ST (Strength-Threats) atau
kekuatan—ancaman, merupakan strategi
yang
digunakan
dengan
cara
memanfaatkan kekuatan yang dimiliki
sambil mengantisipasi ancaman yang
mungkin dihadapi.
4) Strategi WT (Weaknessis-threats) atau
kelemahan-ancaman, merupakan strategi
yang dirumuskan dengan cara mengurangi
kelemahan sambil mengantisipasi atau
meminimalisir ancaman yang timbul.
Selanjutnya dibuat dalam matriks analisis
SWOT yang
digunakan
untuk
merumuskan asumsi-asumsi strategis yang
dapat mendorong pengembangan usahatani
durian di Desa Lende Kecamatan Sirenja
Kabupaten Donggala.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Umur Responden
Responden
petani
durian
yang
berjumlah 35 orang memiliki umur yang
bervariasi. Umur terendah adalah 21 tahun
dan umur tertinggi adalah 67 tahun dan ratarata umur responden adalah mencapai 49
tahun (Lampiran 2). Hal ini menunjukkan
90 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 3, Agustus 2015 hlm 85-102
bahwa semua responden petani durian di
Desa Lende tergolong dalam usia kerja
produktif (usia 15-64 tahun).
Menurut
Prijono (1995), bahwa struktur umur
penduduk dibedakan menjadi tiga kelompok,
yaitu (a) kelompok umur muda, dibawah 15
tahun; (b) kelompok umur produktif, usia 15
sampai 64 tahun; dan (c) kelompok umur tua,
usia 65 tahun ke atas.
Selanjutnya
Darmasetiawan dan Wicaksono (2012),
menyatakan bahwa responden pada kategori
usia produktif
memungkinkan untuk
melaksanakan suatu usahatani, walaupun
pada kenyataannya umur berapapun tidak
menghalangi untuk berusaha tani.
Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan
petani maka akan semakin tinggi kualitas
sumberdaya manusia, yang pada gilirannya
akan semakin tinggi pula produktivitas kerja
yang dilakukannya. Oleh karena itu, dengan
semakin tingginya pendidikan petani maka
diharapkan kinerja usahatani akan semakin
berkembang.
Responden petani durian di Desa Lende
sebagian besar berpendidikan SD yakni
sejumlah 20 jiwa atau sebesar 57,14% dan
yang berpendidikan SMP sejumlah 8 jiwa
atau sebesar 22,56%. Hal itu menunjukkan
bahwa sebagian besar petani durian di Desa
Lende memiliki tingkat pendidikan yang
rendah, sehingga menyulitkan bagi petani
untuk menerima dan memahami suatu hal
yang baru dalam berusahatani. Menurut
Suzana, dkk. (2011) bahwa tingkat
pendidikan seorang petani turut memberikan
pengaruh terhadap pengelolaan usahataninya,
semakin tinggi tingkat pendidikan petani
diharapkan semakin mudah terjadi proses
adopsi.
Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga juga
merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi suatu usahatani. Semakin
banyak jumlah tanggungan keluarga, maka
ISSN: 2089-8630
semakin banyak pula biaya yang ditanggung
petani untuk memenuhi segala kebutuhan
hidup keluarganya.
Sebagian besar
responden petani durian di Desa Lende
didominasi oleh petani dengan tanggungan
keluarga antara 4 - 6 jiwa yaitu sebanyak 18
KK atau sebesar 51,43%, sedangkan sebesar
40% mempunyai jumlah tanggungan
sebanyak 1 - 3 orang. Jumlah tanggungan
keluarga rata-rata yang dimiliki responden
adalah sebanyak
4 orang. Hal ini
menunjukkan bahwa masih dimungkinkan
petani responden untuk menyisihkan
pendapatannya sebagai tambahan modal
usahataninya. Menurut Suzana dkk. (2011),
jumlah anggota keluarga petani akan
berpengaruh bagi petani dalam perencanaan
dan pengambilan keputusan petani dalam hal
usahataninya, karena anggota keluarga petani
dapat merupakan sumber tenaga kerja dalam
kegiatan usahatani terutama anggot yang
produktif.
Pengalaman Berusahatani
Pengalaman berusahatani merupakan
salah satu faktor penentu keberhasilan suatu
usaha. Semakin lama orang mengelolah suatu
usaha maka semakin luas pengalaman yang
diperoleh dan semakin besar kemampuannya
dalam mengenal usaha yang digeluti.
Pengalaman usahatani berkaitan erat dengan
tingkat usia petani karena menunjukkan
lamanya petani tersebut bekerja sebagai petani.
Semakin tinggi usia petani maka semakin lama
pengalaman berusahataninya.
Responden
petani durian di Desa Lende yang memiliki
pengalaman berusahatani antara 10‒20 tahun
yaitu sebanyak 25 jiwa atau sebesar 71,43%,
dan yang memiliki pengalaman berusahatani
21 ‒ 30 tahun berjumlah 8 orang atau sebesar
22,86%
sedangkan
yang
memiliki
pengalaman berusahatani 31 – 40 tahun
berjumlah 2 orang atau sebesar 5,71%.
Pengalaman berusahatani yang dimiliki
petani responden rata-rata selama 18 tahun
(Tabel lampiran 2). Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar responden petani
durian di Desa Lende telah berpengalaman
Siti Nutfah. Strategi Pengembangan Usahatani Durian (Durio Zibethinus Murr) di Kecamatan Sirenja……………91
dalam menggeluti usahatani durian. Petani
yang memiliki pengalaman yang cukup lama
umumnya memiliki pengetahuan yang lebih
banyak dibandingkan petani yang baru saja
menekuni
usahataninya.
Sehingga
pengalaman usahatani menjadi salah satu
ukuran kemampuan seseorang dalam
mengelolah suatu usahatani. Hal ini sesuai
dengan pendapat Nitisemito dan Burhan
(2004), bahwa semakin banyak pengalaman
maka semakin banyak pula pelajaran yang
diperoleh di bidang tersebut. Selanjutnya
dikatakan bahwa semakin lama pengalaman
usahatni, cenderung semakin memudahkan
petani dalam pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan teknis pelaksanaan
usahatani yang dilakukannya.
Penggunaan Input Produksi
Luas Lahan
Tanah merupakan salah satu faktor
produksi utama dalam usaha tani. Tanah
sebagai harta produktif adalah bagian organis
rumah tangga tani. Luas lahan usahatani
menentukan pendapatan, taraf hidup, dan
derajat kesejahteraan rumah tangga tani.
Banyak lahan-lahan pertanian yang sampai
saat ini belum diusahakan secara optimal,
sehingga jika diberikan sentuhan teknologi
maka hal itu dimaksudkan agar lahan tersebut
dapat
menghasilkan
produksi
dan
produktivitas yang maksimal. Semakin luas
lahan usahatani maka semakin besar pula
potensi produksinya, sebaliknya semakin
sempit lahan usahatani maka semakin kecil
pula produksi yang dihasilkan.
Petani
responden yang memiliki lahan sempit antara
0,25 ‒ 1,00 ha yaitu sejumlah 25 jiwa atau
sebesar 71,43%, petani yang memiliki lahan
antara 1,50 ‒ 2,50 ha yaitu 8 jiwa atau
sebesar 22,87%, dan yang memiliki luas
lahan antara 3,00 – 7,00 ha masing-masing
sejumlah 1 jiwa atau sebesar 2,85%. Lahan
yang diusahakan petani responden adalah
lahan milik sendiri dengan luas rata-rata
kepemilikan lahan petani responden adalah
seluas 1,30 ha. Data tersebut menunjukkan
bahwa sebagian besar petani durian di Desa
Lende memiliki luas lahan yang sempit.
Kegiatan berusahatani, baik pada lahan yang
sempit maupun lahan yang luas, petani harus
dapat mengoptimalkan input produksi yang
ada untuk menghasilkan produksi yang
optimum dengan luas lahan yang tersedia.
Penggunaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah salah satu unsur
penentu, terutama bagi usahatani yang
tergantung pada musim.
Tenaga kerja
merupakan faktor penting dalam usahatani
keluarga, khususnya tenaga kerja petani
bersama anggota keluarganya. Rumah tangga
tani yag umumnya sangat terbatas
kemampuannya dari segi modal, peranan
tenaga kerja keluarga sangat menentukan.
Jika masih dapat diselesaikan oleh tenaga
kerja keluarga sediri maka tidak perlu
mengupah tenaga luar, yang berarti
menghemat biaya. responden petani durian
di Desa Lende, rata-rata penggunaan tenaga
kerja paling banyak yakni 200 HOK untuk
luasan lahan antara 0,25‒1,00 ha atau
sebesar 71,43%, sedangkan rata-rata
penggunaan tenaga kerja paling sedikit
yakni 20 HOK untuk luas lahan 3,00 – 4,50
ha atau sebesar 2,85%. Pada umumnya
petani responden menggunakan tenaga
kerja yang berasal dari keluarga maupun
dari luar keluarga, baik tenaga kerja
borongan maupun tenaga kerja harian.
Menurut Aliffiani (2013), bahwa faktor
produksi tenaga kerja merupakan faktor
produksi yang penting dan perlu diperhatikan
dalam proses produksi dalam jumlah yang
cukup bukan saja terlihat dari tersedianya
tenaga kerja, tetapi juga kualitas dan macam
tenaga kerja perlu diperhatikan. Selanjutnya
dikatakan bahwa setiap produksi diperlukan
tenaga kerja yang memadai, jumlah tenaga
kerja yang diperlukan perlu disesuaikan
dengan kebutuhan sampai dengan tingkat
tertentu sehingga jumlahnya optimal. Dalam
usahatani, sebagian besar tenaga kerja berasal
92 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 3, Agustus 2015 hlm 85-102
dari tenaga kerja keluarga petani sendiri yang
terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga,
isteri dan anak-anak petani, tenaga kerja yang
berasal dari keluarga petani merupakan
sumbangan keluarga pada produksi pertanian
secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai
dengan uang.
Analisis Pendapatan
Penerimaan Usahatani
Penerimaan dalam struktur usahatani
adalah perkalian antara produksi yang
diperoleh dengan harga jual produksi,
sehingga penerimaan sangat ditentukan oleh
besar kecilnya produksi yang diperoleh
selama satu tahun. Rata-rata penerimaan
responden petani durian di Desa Lende yaitu
sebesar Rp. 5.374.786.
Biaya Usahatani
Biaya adalah berbagai pengorbanan
yang harus dikeluarkan oleh petani selama
satu tahun untuk memperoleh suatu hasil.
Biaya usahatani menurut penggolongannya
dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
1. Biaya Tetap (fixed cost) adalah biaya yang
relatif tetap, namun tidak berpengaruh
terhadap besar kecilnya produksi yang
diperoleh. Biaya tersebut berupa biaya
sewa lahan, pajak lahan, penyusutan alatalat pertanian dan biaya lain-lain
(sumbangan).
Rata-rata biaya tetap
responden petani durian di Desa Lende
yaitu sebesar Rp. 307.036.
2. Biaya Variabel (variabel cost) adalah
biaya yang relatif selalu berubah,
tergantung dari jumlah harga input
produksi yang digunakan dan sangat
mempengaruhi besar kecilnya produksi.
Biaya variabel meliputi biaya tenaga
kerja. Rata-rata biaya variabel responden
durian di Desa Lende yaitu sebesar Rp.
714.571. Rata-rata total biaya (Tetap dan
Variabel) yang dikeluarkan responden
petani durian di Desa Lende yaitu sebesar
Rp. 1.021.607.
ISSN: 2089-8630
Pendapatan Usahatani
Pendapatan yang diperoleh petani dari
suatu usahatani adalah selisih antara total
penerimaan dengan total biaya yang
dikeluarkan. Rata-rata pendapatan responden
petani durian di Desa Lende yaitu sebesar
Rp. 4.353.179.
Rata-rata penerimaan usahatani durian
sebesar Rp. 5.374.786 serta rata-rata
pendapatan usahatani durian sebesar Rp.
4.353.179, dengan rata-rata total biaya
pengeluaran
sebesar
Rp.
1.021.607.
Sehingga R/C ratio yang diperoleh responden
petani durian di Desa Lende adalah sebesar
5,26, dengan demikian dapat dikatakan
bahwa
usahatani
durian
sangat
menguntungkan
dan
layak
untuk
dikembangkan. Nilai R/C ratio 5,26
menggambarkan bahwa setiap 1 rupiah
pengeluaran dalam usahatani durian tersebut
akan menghasilkan 5,26 satuan penerimaan.
Menurut Soekartawi (2003), jika nilai R/C
ratio lebih dari 1 (R/C ratio > 1) maka
usahtani tersebut menguntungkan secara
ekonomis dan layak diusahakan. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan melihat hasil
pendapatan dan perhitungan R/C ratio > 1
yang diperoleh dari usahatani durian, maka
dapat dimungkinkan dilakukan untuk
pengembangan usahatani durian di Desa
Lende Kecamatan Sirenja Kabupaten
Donggala.
Analisis SWOT
Berdasarkan
hasil
wawancara,
observasi dan focus group discusson dapat
diidentifikasi beberapa faktor lingkungan
internal maupun eksternal yang dianggap
paling berpengaruh dalam pencapaian tujuan
pengembangan usahatani durian di Desa
Lende Kecamatan Sirenja Kabupaten
Donggala.
Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS)
Kekuatan (Strengths) meliputi:
1. Potensi Sumber Daya Lahan
dimiliki
Yang
Siti Nutfah. Strategi Pengembangan Usahatani Durian (Durio Zibethinus Murr) di Kecamatan Sirenja……………93
Pengembangan usahatani durian di Desa
Lende sangat memungkinkan untuk
dilakukan
pengembangan
kawasan
hortikultura durian karena didukung
dengan potensi sumber daya lahan.
Potensi lahan memiliki arti penting dalam
pengolahan lahan dan pemanfaatan lahan.
Lahan yang subur untuk pertanian, dapat
menghasilkan tanaman yang memiliki
kualitas tinggi serta produksi tanaman
pertanian yang lebih banyak.
Faktor
Potensi Sumber Daya Lahan yang dimiliki
diberi rating 3 yang berarti kekuatan yang
besar.
2. Ukuran Buah Lebih Besar dari Durian
Lokal Lainnya
Durian termasuk genus Durio, tumbuh di
pekarangan dan hutan. Keunggulan buah
durian adalah rasanya disukai banyak
orang. Jenis durian lokal di Desa Lende
beragam, sehingga karakter buahnya juga
bervariasi. Buah durian berukuran besar,
dengan bobot 5 - 10 Kg, panjang 20 - 25
cm, dan diameter 15-20 cm. Bentuk buah
bulat hingga lonjong. Ukuran buah durian
di Desa Lende memiliki ukuran buah yang
lebih besar dari ukuran buah durian lokal
lainnya yang terdapat di Kecamatan
Sirenja. Faktor ini menjadi kekuatan untuk
pengembangan usahatani durian di Desa
Lende, sehingga faktor ukuran buah lebih
besar dari durian lokal lainnya diberi
rating 3 yang berarti kekuatan yang
besar.
3. Memiliki Warna Daging Buah Kuning,
Rasa yang Manis dan Aroma Harum
Daging buah bertekstur lunak dengan
tingkat kekeringan yang berbeda. Warna
daging buah kuning muda.
Menurut
Antarlina (2009), bahwa Warna daging
yang semakin kuning menunjukkan
semakin tingginya β-karoten yang
merupakan provitamin A. Selain itu
kekhasan durian lokal Desa Lende
memiliki rasa yang manis dan aroma yang
harum. Rasa daging buah manis-alkoholik
dan beraroma khas. Faktor Warna Daging
Buah Kuning, Rasa yang Manis dan
Aroma Harum merupakan kekuatan dalam
upaya pengembangan usahatani durian,
sehingga diberi rating 3 yang berarti
kekuatan yang besar.
4. Pengalaman Berusahatani
Pengalaman berusahatani merupakan
salah satu faktor penentu keberhasilan
suatu usaha. Semakin lama orang
mengelolah suatu usaha maka semakin
luas pengalaman yang diperoleh dan
semakin besar kemampuannya dalam
mengenal
usaha
yang
digeluti.
Pengalaman usahatani berkaitan erat dengan
tingkat usia petani karena menunjukkan
lamanya petani tersebut bekerja sebagai
petani. Semakin tinggi usia petani maka
semakin lama pengalaman berusahataninya.
Pengalaman petani dalam berusahatani
durian di Desa Lende rata-rata 18 tahun.
Kekuatan ini merupakan momentum
sebagai salah satu kekuatan untuk
pengembangan usahatani durian di Desa
Lende, yang diberi rating 3 yang berarti
kekuatan yang besar.
5. Motivasi Petani Tinggi
Motivasi petani durian di Desa Lende
sangat tinggi, hal ini dibuktikan dengan
setiap kepala keluarga memiliki pohon
durian 5 - 10 pohon/KK. Selain itu dari
Pemerintahan Desa Lende mewajibkan
setiap kepala keluarga untuk menanam 10
pohon durian. Motivasi petani untuk
menanam
durian
adalah
untuk
meningkatkan
pendapatan
dan
kemampuan individu (pengalaman) yang
telah dilakukan secara turun temurun.
Kekuatan ini merupakan salah satu upaya
untuk pengembangan usahatani durian di
Desa Lende, yang diberi rating 3 yang
berarti kekuatan yang besar.
Kelemahan (Weaknesses) meliputi:
1. Usahatani Durian Yang Dilakukan Petani
Masih Tradisional
Usahatani durian di Desa Lende dalam
pengelolaannya masih dilakukan secara
94 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 3, Agustus 2015 hlm 85-102
tradisional oleh pemiliknya. Pertanaman
yang ada umumnya dalam bentuk kebun
polikultur yang ditanam dengan tanaman
lainnya
(kelapa/kakao/pala)
ataupun
masih berada di hutan. Peluang untuk
mengembangkan tanaman durian amat
terbuka luas, asalkan pengelolaannya
dilakukan secara optimal atau intensif.
Usahatani durian yang dilakukan petani
masih
tradisional
menjadi
faktor
kelemahan yang diberi rating 2 artinya
kelemahan yang berarti.
2. Belum Adanya Kelompok Tani Durian
Petani durian di Desa Lende masih
berusahatani secara individu, belum
membentuk suatu wadah kelembagaan
atau kelompok tani. Hal ini tentunya
merupakan faktor pembatas dalam
pengelolaan usahataninya sehingga petani
berada dipihak yang lemah. Petani jika
berusahatani secara individu terus berada
di pihak yang lemah karena petani secara
individu akan mengelola usahatani dengan
luas garapan kecil dan terpencar serta
kepemilikan modal yang rendah. Sehingga
pemerintah
perlu
memperhatikan
penguatan kelembagaan lewat kelompok
tani karena dengan berkelompok maka
petani tersebut akan lebih kuat, baik dari
segi
kelembagaannya
maupun
permodalannya. Belum adanya kelompok
tani durian di Desa Lende menjadi faktor
kelemahan yang diberi rating 2 artinya
kelemahan yang berarti.
3. Akses Permodalan Terbatas
Modal usahatani dapat dinyatakan sebagai
faktor utama yang sangat perlu
diperhitungkan oleh para petani dalam
pengelolaan usahataninya. Usaha tani
merupakan suatu usaha yang harus
dibarengi
dengan
faktor-faktor
produksinya, diantaranya faktor produksi
yang paling signifikan adalah modal.
Modal sangat diperlukan oleh petani
dalam usaha taninya, namun modal sangat
sulit didapatkan oleh para petani, karena
pada dasarnya para petani adalah sebagian
ISSN: 2089-8630
masyarakat yang berekonomi sangat paspasan dan pengetahuan yang kurang.
Hasil wawancara dengan petani responden
diketahui bahwa akses petani untuk
memperoleh modal usahataninya belum
terakses, walaupun pemerintah telah
berupaya
membantu
petani
untuk
memperoleh modal usahatani melalui
program PUAP, namun hal ini terutama
karena para petani tidak mau menanggung
resiko untuk mengembalikan pinjaman
modal usahataninya. Keterbatasan akses
modal usahatani ini merupakan faktor
kelemahan yang diberi rating 2 artinya
kelemahan yang berarti.
4. Rendahnya Kualitas SDM Petani
Sumber daya manusia (SDM) petani
durian Desa Lende masih tergolong
rendah. Petani responden dari 35 orang
menunjukkan bahwa sebesar 57, 14% atau
20 orang masih berpendidikan Sekolah
Dasar, sedangkan 8 orang atau sebesar
22,86% berpendidikan SMP. Hal ini
tentunya menyulitkan petani durian Desa
Lende dalam memahami dan menerima
suatu hal yang baru dalam berusahatani.
Rendahnya
Kualitas
SDM
petani
merupakan faktor kelemahan yang diberi
rating 2 artinya kelemahan yang berarti.
5. Belum Adanya Pelatihan Teknologi
Penanganan Pasca Panen Durian
Pada umumnya petani durian di Desa
Lende belum pernah memperoleh
pelatihan tentang Teknologi Penanganan
Pasca Panen Durian.
Hal ini dapat
berpengaruh
terhadap
penguasaan
teknologi pengolahan buah durian. Secara
keseluruhan petani durian di Desa Lende
menjual hasil durian dalam bentuk buah
segar. Tidak ada petani yang melakukan
optimalisasi olahan buah durian kecuali
pembuatan dodol durian yang dilakukan
secara sederhana dan hanya untuk
dikonsumsi
sendiri
tidak
untuk
diperjualbelikan. Hal ini karena belum
adanya pengetahuan petani tentang
teknologi pengolahan hasil buah durian.
Siti Nutfah. Strategi Pengembangan Usahatani Durian (Durio Zibethinus Murr) di Kecamatan Sirenja……………95
Belum adanya Pelatihan
Teknologi
Penanganan Pasca Panen Buah Durian
merupakan faktor kelemahan yang diberi
rating 2 artinya kelemahan yang berarti.
Evaluasi
(EFAS)
Faktor
Strategi
Eksternal
Peluang (Opportunities)
1. Adanya
Kebijakan
Pengembangan
Hortikultura Durian dari Kementerian
Pertanian
Kebijakan Pengembangan Hortikultura
Durian dari Kementerian Pertanian bahwa
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hortikultura menetapkan dua kategori
komoditas dalam pelaksanaan kegiatan
penelitian dan pengembangan hortikultura
berdasarkan Renstra Badan Litbang
Pertanian dalam 2010-2014, yaitu : (1)
Komoditas Utama, dan (2) Komoditas
Potensial. Komoditas Utama merupakan
komoditas prioritas penelitian dan
pengembangan yang mencakup manggis,
durian, jeruk, kentang, bawang merah,
anggrek, dan krisan. Komoditas potensial
adalah komoditas selain komoditas utama
yang memiliki potensi dan peluang tinggi
untuk
dikembangkan.
Kebijakan
Pengembangan Hortikultura Durian dari
Kementerian
Pertanian
merupakan
peluang bagi upaya pengembangan
usahatani durian di Desa Lende,
sehingga diberi rating 3 yang berarti
peluang yang besar.
1. Kondisi
Agroklimat
Mendukung
Usahatani Durian
Kondisi agroklimat dan potensi wilayah
sangat menentukan prioritas dan model
pengembangan komoditas unggulan.
Unsur-unsur iklim dalam mendukung
usahatani durian antara lain curah hujan,
penerimaan radiasi dan lama penyinaran
matahari, kelembaban udara, suhu udara,
ketinggian tempat dari permukaan laut.
Desa Lende Kecamatan Sirenja sangat
cocok untuk pertanaman durian dengan
dukungan curah hujan 1.742 mm/tahun,
dan termasuk tipe iklim A dimana ratarata bulan basah sebanyak 9 bulan.
Berdasarkan data curah hujan dari tahun
2010–2014 dapat diketahui sebaran curah
hujan bulanan bervariasi, dengan rata-rata
curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
Januari dengan nilai 272,1 mm dan ratarata curah hujan terendah adalah 95,7 mm
yang terjadi pada bulan September.
Sedangkan ketinggian tempat dari
permukaan laut adalah 8 meter dengan
didominasi pegunungan 60% dan dataran
40%.
Kondisi
agroklimat
dalam
mendukung usahatani durian merupakan
faktor
peluang
dalam
upaya
pengembangan usahatani durian, sehingga
diberi rating 3 yang berarti peluang yang
besar.
2. Dukungan dari Pemerintahan Desa Lende
Tanaman durian di Desa Lende
merupakan usahatani yang telah dilakukan
secara turun temurun. Tanaman durian
ditanam di kebun secara polykultur
dengan tanaman kelapa, kakao dan
tanaman pala. Hal ini tentunya menjadi
tolok ukur secara sosial budaya dalam
pengembangan ekonomi lokal di Desa
Lende
dalam
rangka
peningkatan
pendapatan masyarakat Desa Lende.
Hasil wawancara dengan Kepala Desa
Lende bahwa setiap masyarakat di Desa
Lende diwajibkan menanam 10 pohon
durian setiap kepala keluarga, yang telah
menjadi kewajiban secara sosial budaya
masyarakat Lende. Sehingga Desa Lende
terkenal dengan semboyan Desa DURIAN
yang artinya Dinamis, Ulet, Ramah,
Indah, Nyaman. Kondisi ini tentunya
merupakan
suatu
peluang
bagi
pengembangan usahatani durian, sehingga
diberi rating 3 yang berarti peluang yang
besar.
3. Diversifikasi Produk Olahan Buah Durian
Komoditas Durian menjadi salah satu
buah primadona di Desa Lende
Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala,
96 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 3, Agustus 2015 hlm 85-102
dimana Durian dapat dijual secara
langsung. Namun belum terdapat petani
durian di Desa Lende yang melakukan
atau membuat olahan buah durian dengan
berbagai diversifikasi hasil produksi.
Olahan buah durian hanya sebatas
pembuatan dodol durian yang dilakukan
secara tradisional dan hanya sebatas untuk
dikonsumsi sendiri tidak diperjual belikan
untuk dapat menambah pendapatan petani.
Padahal kita ketahui buah durian dapat
diolah dengan berbagai ragam hasil
olahannya (diversifikasi olahan buah
durian), antara lain: Dodol durian,
Pancake durian, sirup durian, tepung biji
durian, keripik biji durian, selai durian dan
lain sebagainya.
Salah satu faktor
pembatas adalah rendahnya pengetahuan
petani tentang teknologi pengolahan buah
durian karena belum adanya pelatihan atau
penyuluhan tentang penanganan pasca
panen buah durian.
Fenomena yang
ditemukan adalah pada saat musim durian
tiba yang biasanya berlangsung dari bulan
Desember sampai bulan Maret hasil
produksi durian melimbah.
Namun,
belum ada upaya dari petani untuk
mengolah buah durian tersebut sebagai
panganan sehingga dapat meningkatkan
nilai ekonomisnya.
Petani hanya
menunggu pedagang
yang datang
membeli buah durian langsung dari kebun
milik petani.
Kondisi ini tentunya
merupakan
suatu
peluang
bagi
pengembangan usahatani durian, sehingga
diberi rating 2 yang berarti peluang yang
cukup besar.
4. Komoditas Unggulan Daerah Kabupaten
Donggala
Tanaman durian merupakan salah satu
tanaman buah-buahan unggulan di
Kabupaten Donggala selain tanaman
jeruk, semangka dan rambutan. Durian
turut menempati posisi sebagai komoditas
hortikultura unggulan di Kabupaten
Donggala yang keberadaannya layak
diperhitungkan. Pada tahun 2014 jumlah
ISSN: 2089-8630
pohon durian menghasilkan di Kabupaten
Donggala sejumlah 5.216 pohon dan
produksi
3.573
kuintal
dengan
produktivitas sebesar 68,50 kg/pohon.
Peluang ini merupakan momentum
sebagai salah satu peluang untuk
pengembangan usahatani durian di Desa
Lende, yang diberi rating 3 yang berarti
peluang yang besar.
Ancaman (threaths)
1. Persaingan Dengan Durian Lokal Lainnya
Pesaing durian Lende adalah durian
montong dan durian lokal lainnya dari
Kecamatan Sojol dan daerah lainnya.
Wilayah pemasaran durian montong yang
lebih luas sehingga kerapkali orang lebih
mudah mendapatkan durian montong.
Durian lokal Lende selain bentuknya yang
besar, daging buahnya warna kuning,
aroma yang harum juga rasanya yang
manis, memiliki ciri khas tersendiri
dibanding durian lokal lainnya. Namun
karena kurangnya promosi secara lebih
luas (promosi hanya dilakukan dari mulut
kemulut) sehingga menjadikan durian
lokal Lende belum begitu dikenal luas
masyarakat
Kabupaten
Donggala
khususnya dan masyarakat Sulawesi
Tengah pada umumnya. Persaingan yang
dimaksud adalah persaingan secara
kompetitif (keunggulan bersaing) terhadap
komoditi sejenis disuatu wilayah. Hal ini
tentunya dapat memberikan keuntungan
terhadap durian lokal Lende dalam
persaingan yang tinggi dipasaran, yang
memungkinkan durian lokal Lende dapat
mendatangkan keuntungan yang tinggi
dari proses penjualannya, sehingga secara
tidak lansung memberikan peluang untuk
peningkatan pendapatan petani durian di
Desa Lende.
Kondisi ini tentunya
merupakan
suatu
ancaman
bagi
pengembangan usahatani durian, sehingga
diberi rating 1 yang berarti ancaman
yang sangat berarti.
Siti Nutfah. Strategi Pengembangan Usahatani Durian (Durio Zibethinus Murr) di Kecamatan Sirenja……………97
2. Kehilangan Hasil Akibat Pencurian
Durian di Desa Lende dikala menjelang
panen diperhadapkan satu masalah yakni
adanya pencurian buah durian. Sehingga
disaat menjelang panen petani durian Desa
Lende secara bergantian dalam satu
keluarga melakukan penjagaan pohon
durian baik di malam hari maupun disiang
hari. Hasil wawancara dengan petani
durian bahwa sudah sering terjadi
kehilangan hasil buah durian yang sudah
menjelang panen, hal ini tentunya dapat
mempengaruhi hasil panen petani dan
akibatnya akan menurunkan tingkat
pendapatan petani durian.
Menurut
informasi petani durian bahwa kehilangan
hasil akibat pencurian buah durian
mencapai 25–50%. Pencurian buah durian
tersebut lebih sering dilakukan pada
malam hari dengan cara memanjat pohon
durian. Terkadang sebagian petani
memelihara anjing dikebun untuk
membantu menjaga pencuri buah durian di
malam hari. Kehilangan hasil akibat
pencurian merupakan faktor ancaman
yang diberi rating 2 artinya ancaman yang
berarti.
3. Fluktuasi Harga Durian
Umumnya petani durian di Desa Lende
menjual durian dengan sistim ijon. Hal ini
karena petani ingin segera mendapatkan
hasil penjualannya dan petani tidak
kesulitan
dalam
menunggu
atau
melakukan panen.Petani kesulitan menjual
hasil panennya karena tidak punya jalur
pemasaran sendiri, akibatnya petani
menggunakan sistim tebang jual/ sistim
ijon. Melalui sistim ini sebanyak 40% dari
hasil penjualan panenan menjadi milik
tengkulak. Harga durian lokal Lende pada
saat panen berkisar antara Rp. 10.000–Rp.
75.000 per buah. Perbedaan harga durian
dilihat dari ukuran atau berat buahnya.
Ukuran atau berat buah 5–7 kg seharga
Rp. 75.000 dan ukuran buah dibawahnya
berkisar Rp. 10.000–Rp. 25.000 per buah.
Harga durian tersebut merupakan harga
eceran ditingkat petani, berbeda dengan
harga beli pedagang perantara secara
borongan. Harga durian secara borongan
Rp. 1.500.000 per pohon. Buah durian di
Desa Lende bervariasi dalam bentuk, rasa,
aroma dan warna daging buah. Petani
durian di Desa Lende membagi klasifikasi
buah durian berdasarkan penamaan petani
setempat dengan harga yang berbeda-beda
pula. Terdapat durian Kasumba seharga
Rp. 13.000 per buah; durian Senyuman,
Sarikaya, Panjavole, Kancil seharga Rp.
7.000 per buah; durian Lovuna, Mentega,
Kapora, Badak seharga Rp. 10.000 per
buah; durian Limbonga seharga Rp.
25.000 per buah; durian Lagaja seharga
Rp. 60.000–RP. 75.000 per buah; durian
Raja Rimba seharga Rp. 75.000–Rp.
100.000 per buah. Harga tersebut
merupakan harga pembelian pedagang
pengumpul ditingkat petani. Fluktuasi
harga durian merupakan ancaman dalam
pengembangan usahatani durian, sehingga
diberi rating 3 artinya ancaman yang
cukup berarti.
4. Akses Jalan ke Lokasi Masih Sulit
Hasil survey di lapangan menunjukkan
bahwa akses jalan ke lokasi/lahan
usahatani durian di Desa Lende masih
sulit (jalan setapak), yang hanya bisa
dijangkau dengan jalan kaki. Hal ini
tentunya sangat menyulitkan petani dalam
pengangkutan hasil panen dari lokasi/
lahan durian ke tempat pengumpulan hasil
produksi. Sehingga kemampuan petani
dalam mengangkut hasil panen durian
sangatlah terbatas dan terkadang petani
durian melakukan sistem borongan pada
pedagang pengumpul dari desa atau
kecamatan, agar tidak menyulitkan petani
dalam hal pengangkutan, namun secara
tidak langsung mempengaruhi pendapatan
petani durian karena nilai jual borongan
lebih rendah dibanding nilai jual per
buah. Akses jalan ke lokasi/lahan yang
masih sulit merupakan ancaman dalam
pengembangan usahatani durian, sehingga
98 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 3, Agustus 2015 hlm 85-102
diberi rating 2 artinya ancaman yang
berarti.
5. Serangan Hama Penyakit
Serangan
hama
penyakit
yang
mendominasi petani durian di Desa Lende
adalah serangan hama penggerek batang
dan
penyakit
busuk
buah
oleh
Phytophthora maupun busuk buah pasca
panen. Pada umumnya petani durian di
Desa Lende menunggu panen durian jatuh
ke tanah, namun ada beberapa petani yang
ISSN: 2089-8630
memasang jaring di bawah pohon durian.
Serangan hama penyakit merupakan
ancaman dalam pengembangan usahatani
durian, sehingga diberi rating 2 artinya
ancaman yang berarti.
Berdasarkan nilai skor yang diperoleh
pada faktor pada IFAS dan EFAS dibuat
matriks gabungan IFAS dan EFAS
sebagai dasar perumusan asumsi strategi
matriks SWOT. Matriks IFAS dan EFAS
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Matriks IFAS dan EFAS dalam Pengembangan Usahatani Durian di Desa Lende
Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala.
IFAS
Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
Peluang (O)
Strategi (SO)
1,92 + 1,54 = 3,46
Strategi (WO)
0,74 + 1,54 = 2,28
Ancaman (T)
Strategi (ST)
1,92 + 0,87 = 2,79
Strategi (WT)
0,74 + 0,87 = 1,61
EFAS
Nilai yang diperoleh dari hasil analisis
IFAS dan EFAS tersebut selanjutnya
dijabarkan dalam suatu Diagram Analisis
SWOT.
Perumusan Asumsi Strategi
Berdasarkan matriks IFAS dan EFAS
dan diagram analsis SWOT maka dapat
dirumuskan asumsi strategi.
Siti Nutfah. Strategi Pengembangan Usahatani Durian (Durio Zibethinus Murr) di Kecamatan Sirenja……………99
Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
1. Potensi Sumber Daya Lahan 1. Usahatani yang dilakukan masih
E
F
A
S
F
F
yang Dimiliki
tradisional
2. Ukuran Buah Lebih Besar dari 2. Belum adanya kelompok tani
Durian Lokal lainnya
3. Memiliki Warna Daging Buah 3.
Kuning, Rasa yang Manis dan 4.
Aroma Harum
5.
4. Pengalaman Berusahatani
5. Motivasi Petani Tinggi
durian
Akses Permodalan Terbatas
Rendahnya kualitas SDM Petani
Belum
Adanya
Pelatihan
Teknologi Penanganan Pasca
Panen Buah Durian.
F
Peluang (O)
Kebijakan
1.
Pengembangan
Hortikultura Durian
dari
Kementerian
Pertanian
2. Kondisi Agroklimat
Mendukung
Usahatani Durian
1. Adanya
3. Dukungan
dari
Pemerintahan Desa
Lende.
4. Diversifikasi Produk
Olahan buah durian
5. Komoditas
Unggulan
Daerah
Kab. Donggala
Ancaman (T)
Strategi SO
1. Mengoptimalkan potensi sumber
daya lahan yang dimiliki melalui
dukungan agroklimat (S1, O2)
2. Memanfaatkan motivasi petani
yang tinggi dalam rangka
meningkatkan diversifikasi
produk olahan buah durian
(S5, O4)
3. Memanfaatkan warna daging
buah kuning, rasa yang manis
dan aroma harum untuk
meningkatkan promosi durian
lokal agar bisa bersaing dengan
durian lokal lainya
(S3, O4)
4. Memanfaatkan pengalaman
berusahatani durian dalam
mendukung Kebijakan
Pengembangan Hortikultura
Durian dari Kementerian
Pertanian (S4, O1)
Strategi WO
durian dalam menunjang
komoditas unggulan daerah Kab.
Donggala (W1, O5)
2. Mengupayakan
pembentukan
Kelompok Tani durian melalui
dukungan dari Pemerintah Desa
Lende (W1, O3)
3. Meningkatkan kualitas SDM
petani melalui dukungan dari
Pemerintahan Desa Lende
(W4, O3)
4. Mengupayakan Pelatihan
Teknologi Penanganan Pasca
Panen Buah Durian dalam rangka
menunjang Kebijakan
Pengembangan Hortikultura
Durian dari Kementerian
Pertanian (W5, O1)
Strategi ST
Strategi WT
1. Meningkatkan sistim Usahatani
1. Persaingan dengan 1. Mengoptimalkan potensi sumber 1. Meningkatkan sistim usahatani
daya lahan yang dimiliki melalui
Durian untuk mengantisipasi
durian lokal lainya
pembukaan akses jalan ke lahan
serangan hama penyakit
2. Kehilangan hasil
usahatani durian (S1, T4)
(W1, T5)
akibat pencuriian
2. Memanfaatkan ukuran buah lebih 2. Mengupayakan peningkatan
3. Fluktuasi Harga
durian
4. Akses Jalan kelokasi
Masih Sulit
5. Serangan Hama
Penyakit.
besar dengan warna daging buah
kuning, rasa yang manis dan
aroma yang harum untuk
meningkatkan promosi durian
lokal agar bisa bersaing dengan
durian lokal lainya (S2, T1)
3. Memanfaatkan pengalaman
beruhatani untuk menekan
serangan hama penyakit (S4, T5)
SDM petani untuk mengetahui
fluktuasi harga pemasaran durian
(W4, T2)
3. Mengupayakan peningkatan
SDM petani untuk
mengantisipasi serangan hama
penyakit (W4, T5)
Sumber : Data primer setelah diolah, 2015.
Berdasarkan jumlah nilai skor yang
diperoleh dan hasil evaluasi faktor internal
dan eksternal diketahui bahwa skor tertinggi
berada pada kuadran I mendukung strategi
agresif dengan nilai skor 3,46.
Berdasarkan hasil analisis SWOT,
strategi yang digunakan adalah SO
(Strength–Opportunity), maka ke 4 (empat)
program tersebut akan diimplementasikan
100 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 3, Agustus 2015 hlm 85-102
dalam bentuk kegiatan dan sasaran kegiatan
yaitu :
1. Mengoptimalkan potensi sumber daya
lahan yang dimiliki melalui dukungan
agroklimat,
akan
diimplementasikan
melalui kegiatan pelatihan teknis tentang
Standard Operating Procedure (SOP)
budidaya durian dan GAP durian. Sasaran
dari kegiatan pelatihan teknis tentang SOP
budidaya durian dan Good Agriculture
Practices (GAP) durian adalah petani
durian di Desa Lende.
2. Memanfaatkan motivasi petani yang
tinggi dalam rangka meningkatkan
diversifikasi produk olahan buah durian,
akan diimplementasikan melalui kegiatan
pelatihan pembuatan produk olahan buah
durian, kegiatan penyuluhan SDM tentang
motivasi petani dalam berusahatani
durian. Sasaran dari kegiatan pelatihan
dan penyuluhan tersebut adalah petani
durian dan wanita tani Desa Lende.
3. Memanfaatkan warna daging buah kuning,
rasa yang manis dan aroma harum untuk
meningkatkan promosi durian lokal agar
bisa bersaing dengan durian lokal lainya,
akan diimplementasikan melalui kegiatan
pelatihan tentang peningkatan mutu dan
hasil durian, kegiatan pelatihan sistim
pemasaran durian, serta kegiatan promosi
buah durian lokal. Sasaran dari kegiatan
pelatihan dan promosi tersebut adalah
petani durian, PPL, KCD dan aparat
pemerintahan Desa Lende.
4. Memanfaatkan pengalaman berusahatani
durian dalam mendukung Kebijakan
Pengembangan Hortikultura Durian dari
Kementerian
Pertanian,
akan
diimplementasikan
melalui
kegiatan
magang ke luar daerah pengembangan
kawasan durian. Sasaran dari kegiatan
magang tersebut adalah petani durian,
PPL dan KCD
Analisis Quantitive Strategic Planning
Matrix (QSPM)
Quantitive Strategic Planning Matrix
(QSPM) adalah alat yang memungkinkan
ISSN: 2089-8630
para penyusun strategi mengevaluasi
berbagai strategi alternatif secara objektif,
berdasarkan
faktor-faktor
keberhasilan
penting eksternal dan internal yang
diidentifikasi sebelumnya (Richard dkk.,
2012).
Berdasarkan hasil analisis QSPM
bahwa prioritas strategi terpilih dengan Total
Attractiveness Score (TAS) sebesar 6.285
adalah strategi mengoptimalkan
potensi
sumber daya lahan yang dimiliki melalui
dukungan agroklimat. Selanjutnya strategi
yang kedua adalah strategi memanfaatkan
motivasi petani yang tinggi dalam rangka
meningkatkan diversifikasi produk olahan
buah durian dengan total nilai TAS sebesar
6.241, strategi yang ketiga adalah strategi
memanfaatkan warna daging buah kuning,
rasa yang manis dan aroma harum untuk
melakukan persaingan dengan durian lokal
lainya dengan total nilai TAS sebesar 6.188,
dan strategi
yang keempat
adalah
memanfaatkan pengalaman berusahatani
durian dalam
mendukung Kebijakan
Pengembangan Hortikultura Durian dari
Kementerian Pertanian dengan total nilai
TAS sebesar 6.181. Hal ini menunjukkan
bahwa strategi terbaik untuk pengembangan
usahatani durian di Desa Lende adalah
strategi 1 yakni “Strategi mengoptimalkan
potensi sumber daya lahan yang dimiliki
melalui dukungan agroklimat” dengan total
nilai daya tarik (TAS) sebesar 6.285.
Strategi ini menjadi strategi terbaik karena
dengan mengoptimalkan potensi sumber
daya lahan yang dimiliki dan dukungan
agroklimat diharapkan dapat mendukung
kebijakan pengembangan hortikultura durian
oleh Kementerian Pertanian, sehingga secara
tidak langsung dapat meningkatkan nilai
pendapatan petani durian di Desa Lende
Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala.
Siti Nutfah. Strategi Pengembangan Usahatani Durian (Durio Zibethinus Murr) di Kecamatan Sirenja…………101
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
UCAPAN TERIMA KASIH
Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil analisa pendapatan
usahatani durian di Desa Lende
Kecamatan Sirenja diperoleh rata-rata
pendapatan sebesar Rp. 4.353.179.
Sedangkan R/C ratio yang diperoleh
responden petani durian di Desa Lende
adalah sebesar
5,26, sehingga dapat
dikatakan bahwa usahatani durian sangat
menguntungkan
dan
layak
untuk
dikembangkan.
2. Berdasarkan hasil analisis SWOT maka
strategi yang tepat dalam upaya
pengembangan usahatani durian adalah
strategi S-O (Strength-Opportunities),
dengan nilai skor sebesar 3,46 yang
berada pada kudran pertama.
3. Hasil analisis QSPM diperoleh strategi
S-O (Strength-Opportunities) yang terbaik
dari empat program untuk pengembangan
usahatani durian di Desa Lende
Kecamatan Sirenja yakni program ke-1
“Strategi mengoptimalkan potensi sumber
daya lahan yang dimiliki melalui
dukungan agroklimat” dengan total nilai
daya tarik (TAS) sebesar 6.285.
Ucapan terimakasih dan rasa hormat
yang setinggi - tingginya kepada Bapak Dr.
Ir. Max Nur Alam, MS dan Ibu Dr. Lien
Damayanti, SP., MP yang selalu memberi
bimbingan
kepada
penulis
dalam
menyelesaikan artikel ini.
Rekomendasi
1. Peningkatan
SDM
petani
melalui
pelatihan dan penyuluhan tentang
Pengelolaan usahatani durian sesuai SOP
dan GAP durian.
2. Perhatian dan komitmen dari pemerintah
daerah
sangat
diharapkan
dalam
pengembangan usahatani durian lokal.
3. Hasil
dari
penelitian
strategi
pengembangan usahatani durian ini,
diharapkan dapat menjadi acuan atau
sebagai langkah awal untuk melakukan
pengembangan usahatani durian berbasis
kawasan
di Desa Lende Kecamatan
Sirenja Kabupaten Donggala.
4. Membangun kerjasama dengan Perguruan
Tinggi dan lembaga-lembaga penelitian
untuk dapat melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai aspek pemasaran durian
lokal Lende.
DAFTAR PUSTAKA
Aliffiani,U. 2013. Analisis Curahan Tenaga
Kerja pada Usahatani Padi Sawah di
Kabupaten Sleman. Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Antarlina S.S., 2009. Identifikasi Sifat Fisik
dan Kimia Buah-Buahan Lokal
Kalimantan. Balai Penelitian Pertanian
Lahan Rawa. Buletin Plasma Nutfah
Vol.15 No. 2 Tahun 2009. Hal. 85.
Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Rineka Cipta,
Jakarta.
Badan Litbang Pertanian, 2012. Panduan
Umum
Program
Dukungan
Pengembangan Kawasan Agribisnis
Hortikultura. Kementerian Pertanian –
Jakarta.
Badan Pusat Statistik Indonesia, 2010.
Produksi Buah-buahan di Indonesia.
http://www.bps.go.id. Diakses pada
tanggal 19 Agustus 2014.
Darmasetiawan dan Wicaksono, 2012.
Pengaruh Faktor Internal Petani
Terhadap Peningkatan Mutu Tembakau
di
Desa
Pacekelan
Kecamatan
Purworejo
Kabupaten
Purworejo.
Jurnal Surya Agritama, Volume 1
Nomor 1, Maret 2012. Diterbitkan
oleh Fakultas Pertanian Program Studi
Agribisnis Universitas Muhammadiyah
Purworejo.
Dinas
Pertanian
Daerah
Istimewa
Yogyakarta, 2012. Standard Operating
Procedure (SOP) Durian Kabupaten
Gunungkidul.
102 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 3, Agustus 2015 hlm 85-102
Kementerian Pertanian, 2013.
Petunjuk
Teknis
Pengembangan
Buah.
Direktorat
Jenderal
Hortikultura,
Jakarta.
Nitisemito dan Burhan, 2004. Wawasan Studi
Kelayakan dan Evaluasi Proyek Edisi
Revisi. Bumi Aksara, Jakarta.
Prijono, 1995. Arah Kebijaksanaan Makro
Pemerintah dalam Mengantisipasi
Pasar Global. Makalah disampaikan
pada Seminar Bisnis STIEIPWI.
Jakarta, 31 Oktober 1995.
Rahmatina, 2010. Prosedur Menggunakan
Stratified Random Sampling Method
Dalam
Mengestimasi
Parameter
Populasi. Jurnal JEMI, Universitas
Maritim Raja Ali Haja, Volume 1 No. 1
Desember 2010, Hal 79.
Rangkuti, F., 2005. Analisis SWOT dan
Balanced, PT. Gramedia, Jakarta.
ISSN: 2089-8630
Richard A. Purnomo S. Rudy S. dan Murty
A., 2013. Strategi Perencanaan Dan
Pengembangan Industri Pariwisata
Dengan Menggunakan Metode Swot
Dan Qspm (Studi Kasus Kecamatan
Leitimur Selatan Kota Ambon). Jurnal
Rekayasa Mesin Volume 4 No. 2 Tahun
2013. Hal. 113.
Soekartawi, 1995.
Analisis Usahatani.
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Soekartawi, 2003. Teori Ekonomi Produksi.
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Suzana B., Dumais J. dan Sudarti, 2011.
Analisis efisiensi Penggunaan Faktor
Produksi Pada Usahatani Padi Sawah
Di Desa Mopuya Uatara Kecamatan
Dumoga Utara Kabupaten Bolaang
Mongondow. Jurnal ASE Volume 7
No. 1 Januari 2011, Hal. 5
Umar, 2003. Riset Strategi Perusahaan. PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Wiryanta B..T Wahyu, 2008.
Sukses
Bertanam Durian. Agromedia Pustaka,
Jakarta Selatan.
Download