15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Medis 1. Kehamilan a

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Medis
1. Kehamilan
a) Pengertian
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implementasi. Bila dihitung
dari fase fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan
menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi menjadi tiga
trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu,
trimester kedua 15 minggu (minggu ke 13 samapai 27) dan trimester
ketiga 13 minggu (minggu ke 28 sampai 40 minggu) (Prawirohardjo,
2010; h. 213).
Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm adalah
sekitar 280 sampai 300 hari dengan perhitungan sebagai berikut: usia
kehamilan sampai 28 minggu dengan berat janin 1000 g bila berakhir
disebut keguguran, usia kehamilan 29 minggu sampai 36 minggu bila
terjadi persalinan disebut persalinan prematurus, usia kehamilan 37
sampai 42 minggu disebut aterm, usia kehamilan melebihi 42 minggu
disebut kehamilan lewat waktu atau postdatism (serotinus) (Manuaba,
2010; h. 106-107).
15
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
16
Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan yaitu triwulan pertama
(0-12 minggu), triwulan kedua (13 sampai 28 minggu), triwulan ketiga
(29 sampai 42 minggu) (Manuaba, 2010; h. 107).
b) Proses permulaan kehamilan
Setiap bulan saat ovulasi, seorang wanita melepaskan 1 atau
2 sel telur (ovum) dari indung telur (ovarium), yang ditangkap oleh
umbai (fimbriae) dan masuk kedalm saluran telur. Sewaktu
persetubuhan, cairan semen tumpah kedalam cairan vagina dan
berjuta-juta sel mani (sperma) bergerak memasuki rongga rahim lalu
masuk ke saluran telur. Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya
terjadi di bagian tuba uterina yang mengembang.
Disekitar
sel
telur,
banyak
berkumpul
sperma
yang
mengeluarkan ragi untuk mencairkan zat-zat yang melindungi ovum.
Kemudian pada tempat yang paling mudah dimasuki, masuklah satu
sel mani untuk kemudian bersatu dengan sel telur. Peristiwa tadi
disebut pembuahan(konsepsi = fertilisasi). Ovum yang telah dibuahi
tadi kemudian melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya
bersarang
di ruang rahim,
peristiwa tersebut
disebut
nidasi
(implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu kirakira 6-7 hari. Untuk menyuplai darah dan zat-zat makanan bagi
mudigah (embrio) dan janin, dipersiapkan uri (plasenta). Jadi dapat
dikataka bahwa untuk setiap kehamilan harus ada ovum (sel telur),
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
17
spematozoa (sel mani), pembuahan (konsepsi=fertilisasi), nidasi dan
plasenta (Mochtar, 2012; h. 16).
c) Menurut Williams (2013; h. 81) Pertumbuhan dan perkembangan
janin.
1) Ovum, Zigot, dan Blastokista
Selama 2 minggu pertama pascaovulasi, fase perkembangan
meliputi fertilisasi, pembentukan blastokista dan implantasi
plastokista.
2) Periode embrionik
Periode embrionik dimulai pada permulaan minggu ketiga setelah
ovulasi dan fertilisasi yeng terjadi bersamaan dengan perkiraan
permulaan periode menstruasi berikutnya. Pada minggu keempat
sistem kardiovaskuler telah terbentuk sehingga terbentuklah
sirkulasi sejati dalam embrio. Pada akhir minggu keempat sakus
korionik berdiameter 2 hingga 3 mm, dan embrio memiliki panjang
4-5 mm, bakal lengan dan tungkai telah terbentuk dan selubung
amnion mulai terlepas dari body stalk, yang selanjutnya menjadi
tali pusat. Pada akhir minggu keenam embrio memiliki panjang 22
hingga 24 mm serta kepala berukuran relatif besar dibandingkan
badan, jantung telah terbentuk sempurna, jari-jari tangan dan kaki
telah ditemukan dan lengan menekuk pada siku. Bibir atas telah
sempurna dan telinga dan telinga luar membentuk peninggian
definitif pada masing-masing sisi kepala.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
18
3) Periode janin
Pada usia 10 minggu setelah awitan menstruasi terakhir,
embriofetus memiliki panjang hampir 4 cm, perkembangan
selama periodik janin terdiri atas pertumbuhan dan pematangan
struktur-struktur yang dibentuk saat periode embrionik. Minggu ke
12 gestasi uterus teraba tepat diatas simpisis pubis dan panjang
kepala bokong janin adalah 6 hingga 7 cm. Pusat penulangan
telah timbul pada sebagian besar tulang janin, jari tangan dan kaki
juga telah berdiferensiasiasi, kulit dan kuku telah berkembang dan
muncul tunas-tunas rambut yang tersebar, genitalia eksternal
mulai memperlihatkn tanda pasti jenis kelamin laki-laki atau
perempuan, janin mulai melakukan pergerakan spontan. Minggu
ke 16 gestasi panjang kepala bokong janin adalah 12 cm dan
berat janin 110 g, jenis kelamin telah dapat ditentukan. Minggu ke
20 gestasi sejak saat ini janin bergerak kurang lebih setiap menit,
kulit janin telah menjadi kurang transparan, lanugo seperti beledu
menutupi seluruh tubuh janin dan telah terbentuk sebagian rambut
di kulit kepala. Minggu ke 24 gestasi kulit secara khas tampak
keriput dan penimbunan lemak dimulai, kepala masih relatif besar,
alis mata dan bulu mata biasanya dapat dikenali, periode
kanalikular perkembangan paru-paru, saat membesarnya bronkus
dan bronkiolus serta berkembanganya duktus alveolus hampir
selese. Minggu ke 28 gestasi panjang kepala bokong sekitar
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
19
25cm kulit janin yang tipis berwarna merah dan ditutupi oleh
verniks kaseosa. Minggu ke 32 gestasi janin telah mencapai
panjang kepala bokong 28 cm, kulit perkumaan masih merah dan
keriput. Minggu ke 36 gestasi panjang rata-rata kepala bokong
pada janin sekitar 32 cm, tubuh menjadi lebih bulat serta
gambaran keriput pada wajah telah menghilang. Minggu ke 40
gestasi merupakan periode saat janin dianggap aterm menurut
usia yang dihitung dari awitan periode menstruasi terakhir, janin
telah berkembang sempurna.
d) Perubahan fisiologi pada kehamilan
Menurut Manuaba (2010; h. 85-94) dengan terjadinya kehamilan
maka seluruh sistem genitalia wanita mengalami perubahan yang
mendasar
sehingga
dapat
menunjang
perkembangan
dan
pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya
mengeluarkan
hormon
somatomamotropin,
estrogen,
dan
progesteron yang menyebabkan perubahan pada bagian-bagian
tubuh di bawah ini :
(1) Uterus
Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau beratnya
30 gram akan mengalami hipertropi dan hiperplasia, sehingga
menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim
mengalami hiperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak
dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
20
janin. Pertumbuhan pada isthmus uteri(rahim) menyebabkan
isthmus menjadi lebih panjang dan lunak sehingga pada
pemeriksaan dalam seolah-olah kedua jari dapat saling sentuh.
Perlunakan isthmus disebut tanda heger. Hubungan antar
besarnya rahim dan usia kehamilan penting untuk diketahui
karena kemungkinan penyimpangan kehamilan seperti hamil
kembar, hamil mola hidatidosa, hamil dengan hidramnion yang
akan teraba lebih besar.
Sebagai gambaran dapat dikemukaan sebagai berikut :
(a) Pada usia kehamilan 16 minggu, kavum uteri seluruhnya diisi
oleh amnion, dimana desidua kapsularis dan desidua
parientalis telah menjadi satu. Tinggi rahim adalah setengah
dari jarak simfisis dan pusat. Plasenta telah terbentuk
seluruhnya.
(b) Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus rahim terletak dua jari
di bawah pusat sedangkan pada usia 24 minggu tepat di tepi
atas pusat.
(c) Pada usia kehamilan 28 minggu, tinggi fundus uteri sekitar 3
jari di atas pusat atau sepertiga jarak antara pusat dan
prosesus xifoideus.
(d) Pada usia kehamilan 32 minggu, tinggi fundus uteri adalah
setengah jarak prosesus xifoideus dan pusat.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
21
(e) Pada usia kehamilan 36 minggu tinggi fundus uteri sekitar
satu jari di bawah prosesus xifoideus, dan kepala bayi belum
masuk pintu atas panggul.
(f) Pada usia kehamilan 40 minggu fundus uteri turun setinggi
tiga jari di bawah prosesus xifoideus, oleh karena saat ini
kepala janin telah masuk pintu atas panggul.
Panjang fundus uteri pada usia kehamilan 28 minggu adalah
25 cm, pada usia kehamilan 32 minggu panjangnya 27 cm, dan
umur kehamilan 36 minggu panjangnya 30 cm. Regangan dinding
rahim karena besarnya pertumbuhan dan perkemangan janin
menyebabkan isthmus uteri makin tertarik ke atas dan menipis di
segmen bawah rahim.
Pertumbuhan rahim ternyata tidak sama ke semua arah, tetapi
terjadi pertmbuhan yang cepat di daerah implantasi plasenta,
sehingga rahim bentuknya tidak sama, bentuk rahim yang tidak
sama
disebut
tanda
piskaseck.
Pertumbuhan
konsentrasi
hormonal yang mempengaruhi rahim, yaitu estrogen dan
progesteron menyebabkan progestron mengalami penurunan dan
menimbulkan kontraksi rahim yang disebut Braxton Hicks.
(2) Vagina
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena
pengaruh estrogen sehingga tampak makin berwarna merah dan
kebiru-biruan (tanda chadwicks).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
22
(3) Ovarium
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung
korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai
terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia kehamilan 16
minggu. Kejadian ini tidak dapat lepas dari kemampuan vili
korealis yang mengeluarkan hormon korianik gonadotropin yang
mirip dengan hormon luteotropik hipofisis anterior.
(4) Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai
persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan
payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat
kehamilan, yaitu estrogen, progesteron, dan somatomamotrofin.
Penampakan payudara pada ibu hamil
(a) Payudara menjadi lebih besar.
(b) Areola payudara makin hiperpigmentasi hitam.
(c) Glandula montgomery makin tampak.
(d) Puting susu makin menonjol.
(e) Pengeluran ASI belum berlangsung karena prolktinbelum
berfungsi, karena hambatan dari PHI (prolactine inhibiting
hormone) untuk mengeluarkan ASI.
(f) Setelah melahirkan, hambatan prolaktin tidak ada sehingga
pembuatan ASI dapat berlangsung.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
23
(5) Sirkulasi darah ibu
Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor antara lain
meningkatnya
kebutuhan
sirkulasi
darah
sehingga
dapat
memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin
dalam rahim, terjadi hubungan langsung antara arteri vena pada
sirkulasi
retroplasenter,
pengaruh
hormon
estrogen
dan
progesteron makin meningkat.Akibat dari faktor tersebut dijupai
beberapa perubahan peredaran darah.
(a) Volume darah, volume darah semakin meningkatdan jumlah
serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah,
sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi), denga
puncaknya pada usia kehamiln 32 minggu. Serum darah
(volume darah) bertambah sebesar 25 sampi 30% sedankan
sel darah bertambah sekitar 20%, curah jantung akan
bertambah sekitar 30%. Bertambahnya hemodilusi darah
mulai tampak sekitar usia kehamilan 16 minggu, sehingga
penderita penyakit jantung harus berhati-hati untuk hamil
beberapa kali, kehamilan selalu memberatkan kerja jantung
sehingga wanita hamil dengan sakit jantungdapat jatuh dalam
dekompensasi kordis.
(b) Sel darah, sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk
dapat mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi
pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
24
volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai
anemia fisiologis. Jumlah sel darah putih meningkat hingga
mencapai 10.000/ml.
(c) Sistem respirasi, pada kehamilan, terjadi juga perubahan
sistem respirasi untuk dapat memenuhi oksigen, disamping itu
terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang
membesar
pada
usia
kehamilan
32
minggu,
sebagai
kompensasi terjadi desakan rahim dan kebutuhan oksigen
yang meningkat, ibu hamil akan bernapas lebih dalam sekitar
20 sampai 25% dariapada biasanya.
(d) Sistem
pencernaan,
oleh
karena
pengaruh
estrogen,
pengaruh asam lambung meningkat dan dapat menyebabkan
pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi), daerah lambung
terasa panas, terjadi mual dan sakit/pusing kepala terutama
pagi hari, yang disebut morning sickness, muntah yang terjadi
disebut hiperemesis gravidarum, progesteron menimbulkan
gerak usus makin berkurang dan dapat menyebabkan
obstipasi.
(e) Traktus urinarius, karena pengaruh desakan hamil muda dan
turunnya kepala bayi pada hamil tua , terjadi gangguan miksi
dalam
bentuk
sering
berkemih.
Desakan
tersebut
menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh. Hemodilusi
menyebabkan
metabolisme
air
makin
lancar
sehingga
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
25
pembentuntukan
urine
akan
bertambah.
Filtrasi
pada
glomelurus bertambah sekitar 69 sampai 70%.
(f) Perubahan pada kulit, pada kulit terjadi perubahan deposit
pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore
stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh
kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae
gravidarum, areola mamae, papilla mamae, linia nigra, pipi
(khloasma gravidarum).
(g) Metabolisme, dengan terjadinya kehamilan metabolisme tubuh
mengalmi perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan
nutrisi makin tinggi, untuk pertumbuhan janin dan persiapan
pemberian ASI.
e) Menurut (Manuaba, 2010; h, 108) tanda-tanda kehamilan
(1) Tanda dugaan kehamilan
Tanda-tanda dugaan adanya kehamilan :
(a) Amenorea (terlambat datang bulan). Konsepsi dan nidasi
menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de graaf dan
ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir
dengan perhitungan rumus naegle dapat ditentukan perkiraan
persalinan.
(b) Mual
dan
muntah
(emese).
Pengaruh
estrogen
dan
progesteron menyebabkan pengeluaran asam lambung yang
berlebihan. Mual dan muntah terutama pada pagi hari disebut
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
26
morning sickness. Dalam batas yang fisiologis, keadaan ini
dapat diatasi. Akibat mual dan muntah, nafsu makan
berkurang.
(c) Ngidam, wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu,
keinginan yang demikian disebut ngidam.
(d) Sinkope atau pingsan. Terjadi ganggan sirkulasi ke daerah
kepala menyebabkan iskemi susunan saraf pusat dan
menimbulkan sinkop atau pingsan. Keadaan ini menghilang
setelah usia kehamilan 16 minggu.
(e) Payudara tegang. Pengeluaran estrogen-progesteron dan
somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air, dan
garam pada payudara. Payudara membesar dan tegang.
Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit teruratam pada
hamil pertama.
(f) Sering miksi. Deskan rahim ke depan menyebabkan kandung
kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. Pada triwulan
kedua gejala ini sudah menghilang.
(g) Konstipasi
atau
obstipasi.
Pegaruh
progesteron
dapat
menghambat peristaltik usus, menyebabkan kesulitan untuk
buang air besar.
(h) Pigmentasi kulit. Keluarnya melanophore stimulating hormone
hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit disekitar pipi
(kloasma gravidarum), pada dinding perut (striae lividae, striae
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
27
nigra, linea alba makin hitam), dan sekitar payudara
(hiperpigmentasi areola mamae, puting susu makin menonjol,
kelenjar montgomery menonjol, pembuluh darah menifes
sekitar payudara), disekitar pipi (kloasma gravidarum).
(i) Epulis. Hipertropi gusi yang disebut epulis dapat terjadi bila
hamil.
(j) Varices atau penampakan pembuluh darah vena. Karena
pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi penampakan
pembuluh darah vena terutama bagi mereka yang mempunyai
bakat. Penampakan pembuluh darah itu terjadi di sekitar
genitalia
eksternal,
kaki
dan
betis,
dan
payudara.
Penampakan pembuluh darah ini dapat menghilang setelah
persalinan.
(Manuaba, 2010; h. 107-108).
(2) Tanda tidak pasti kehamilan
Tanda tidak pasti kehamilan ditentukan oleh :
(a) Rahim membesar sesuai dengan tuanya hamil
Pada pemeriksaan dalam dijumpai tanda heger, tanda
chadwicks, tanda piscaseck, kontraksi braxton hicks dan
teraba ballottement.
Menurut Prawirohardjo (2010; h. 217-219) pengertian dari :
(i) Tanda chadwick adalah perubahan warna menjadi kebiruan
atau keunguaan pada vulva, vagina dan serviks.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
28
Tanda
goodell
adalah
perubahan
konsisteni
(yang
dianalogikan dengan konsistensi bibir) serviks dianalogikan
dengan konsistensi kenyal (dianalogikan dengan ujung
hidung) pada saat tidak hamil.
(ii) Tanda heger adalah penularan dan kompresibilitas ismus
serviks sehingga ujing-ujung jari seakan dapat ditemukan
apabila imus ditekan dari arah yang berlawanan.
(iii) Tanda piskacek adalah pembesaran asimetris dan penonjolan
salah satu kornu.
(iv) Kontaksi Braxton Hicks, terjadi akibat peregangan miometrium
yang disebabkan oleh terjadinya pembesaran uterus.
(v) Ballottement yaitu fenomena bandul atau pantulan balik.
(b) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif
(3) Tanda pasti kehamilan
Tanda pasti kehamilan dapat ditentukan melalui
(a) Gerakan janin dalam rahim.
(b) Terlihat/teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin.
(c) Denyut jantung janin. Didengar dengan stetoskop leanec, alat
kardiotografi, alat doopler. Dilihat dengan ultrasonografi.
Pemeriksaan dengan alat canggih yaitu rontgen untuk melihat
kerangka janin, ultrasonografi.
(Manuaba, 2010; h. 109).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
29
f)
Ketidaknyamanan selama kehamilan
(1) Trimester I
(a) Nausea
Nausea,
dengan
atau
tanpa
disertai
muntah-muntah,
ditafsirkan keliru sebagai morning sickness, tetapi paling
sering terjadi pada siang atau sore hari atau bahkan
sepanjang hari. Nausea lebih kerap terjadi pada saat perut
kosong sehingga biasanya lebih parah di pagi hari. Penyebab
morning sickness masih belum diketahui dengan pasti kendati
sebuah ide telah dikembangkan. Ide ini mencakup perubahan
hormon selama kehamilan, kadar gula darah yang rendah,
lambung yang terlalu penuh, peristaltik yang lambat, dan
faktor-faktor emosi yang lain. Nausea merupakan masalah
umum yang dialami oleh lebih dari sebagian hingga tiga
perempat
wanita
hamil.
Begitu
umum
hingga
pada
kenyataannya nausea dan muntah salah satu tanda praduga
kehamilan. Jumlah puncak nausea dan muntah pada wanita
hamiladalah pada usia kandungan 11 minggu dengan awitan
rata-rata antara lima hingga enam minggu (Varney, 2007; h.
536)
(b) Ptialisme (Saliva berlebihan)
Ptialisme , merupakan kondisi yang tidak lazim, yang dapat
disebabkan oleh peningkatan keasaman di dalam mulut atau
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
30
peningkatan asupan zat pati, yang menstimulasi kelenjar
saliva pada wanita yang rentan mengalami sekresi berlebihan.
Pada wanita yang mengalami ptialisme biasanya juga
mengalami mual. Kondisi mereka berlangsung terus menerus
dan menjadi suatu siklus karena bukan saja saliva yang
berlebihan membuat rasa mual semakin kuat, tetapi keinginan
untuk menghindari nausea juga mengakibatkan pasien
menelan lebih sedikit makanan sehingga jumlah saliva di
dalam mulut meningkat (Varney, 2007; h. 537).
(c) Keletihan
Keletihan dilami pada trimester pertama, namun alasannya
belum diketahui. Salah satu dugaan adalah bahwa keletihan
diakibatkan oleh penurunan drastis laju metabolisme dasar
pada awal kehamilan, tetapi alasan ini terjadi masih belum
jelas, dugaan lain adalah bahwa peningkatan progesteron
memiliki efek menyebabkan tidur, keletihan biasanya hilang
pada akhir trimester pertama (Varney, 2007; h. 537).
(d) Nyeri punggung bagian atas (Nonpatologis)
Nyeri punggung bagian atas terjadi selama trimester pertama
akibat
peningkatan
payudara
menjadi
ukuran
berat.
payudara,
yang
Pembesaran
membuat
ini
dapat
mengakibatkan tarikan otot jika payudara tidak disokong
adekuat (Varney, 2007; h. 538).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
31
(e) Leukoria
Leukoria adalah sekresi vagina dalam jumlah besar, dengan
konsistensi kental atau cair, yang dimulai pada trimester
pertama.
Sekresi
ini
bersifat
asam
akibat
pengubahansejumlah besar glikogen pada sel epitel vagina
menjadi asam laktat oleh basil Doderlein. Meski basil ini
berfungsi melindungi ibu dan janin dari kemungkinan infeksi
yang mengancam, tetapi basil ini merupakan medium yang
dapat
mempercepat
pertumbuhan
organisme
yang
bertanggung jawab terhadap terjadinya vaginitis. Produktivitas
kelenjar serviks dalam menyekresi sejumlah besar lendirpada
saat ini guna membentuk sumbat lendir serviks ternyata juga
dapat mengakibatkan leukoria (Varney, 2007; h. 538).
(f) Peningkatan frekuensi berkemih (Nonpatologis)
Frekuensi berkemih selama trimester pertama terjadi akibat
peningkatan berat pada fundus uterus, peningkatan berat
pada fundus uterus ini membuat istmus menjadi lunak (tanda
heger),
menyebabkan
anterfleksi
pada
uterus
yang
membesar. Hal ini menimbulkan tekanan langsung pada
kandung kemih. Tekanan ini akan berkurang seiring uterus
terus membesar dan keluar dari panggul sehingga menjadi
salah satu organ abdomen, sementara kandung kemih tetap
merupakan organ panggul. Frekuensi berkemih pada trimester
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
32
ketiga paling sering dialami oleh wanita primigravida setelah
lightening terjadi. Efek lightening adalah bagian presentasi
akan menurun masuk kedalam panggul dan menimbulkan
tekanan
langsung
pada
kandung
kemih,
tekanan
ini
menyebabkan wanita merasa perlu berkemih (Varney, 2007;
h. 538).
(g) Emesis gravidaraum
merupakan keluhan umum yang disampaikan pada
kehamilan
perubahan
muda.
Terjadinya
hormonal
peningkatan
hormon
pada
kehamilan
wanita
estrogen,
menimbulkan
karena
terdapat
progesteron,
dan
dikeluarkannya human chorionic gonadothropine plasenta.
Hormon-hormon
inilah
yang
menyebabkan
emesis
gravidarum.
Gejala klinis emesis gravidarum adalah kepala pusing,
terutama pagi hari, disertai mual-muntah sampai kehamilan
berumur 4 bulan (Manuaba, 2010; h. 227).
Cara
mengatasinya
yang
pertama
pencegahan,
dengan memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan
kepada ibu dengan maksud untuk menghilangkan faktor psikis
rasa takut. Juga tentang diit ibu hamil, makan jangan
sekaligus banyak, tetapi dalam porsi sedikit-sedikit dan sering.
Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi, akan terasa
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
33
oyong-oyong, mual, dann muntah. Defeksi diusahakan teratur.
Kedua memberikan obat vitamin (B1 dan B6), antisida, anti
mual. Ketiga untuk hiperemesis grafidarum tingkat 2 dan 3
harus dirawat inap di rumah sakit.(Mochtar, 2012, h.142)
(2) Trimester II
(a) Nyeri ulu hati
Nyeri ulu hati ketidaknyamanan yang mulai timbul menjelang
akhir trimester ke dua dan bertahan hingga trimester tiga. Isi
lambung bersifat asam hidroklorida yang terdapat di dalam
lambung,
keasaman
ini
menyebabkan
materi
tersebut
membakar tenggorokan dan teras tidak enak. Penyebab nyeri
ulu hati adalah sebagai berikut :
(i)
Relaksasi sfingter jantung pada lambung akibat
pengaruh
yang
ditimbulkan
peningkatan
jumlah
progesteron.
(ii)
Penurunan motilitas gastrointestinal yang terjadi akibat
relaksasi otot halus yang kemungkinan disebabkan
peningkatan jumlah progesteron dan tekanan uterus.
(iii)
Tidak ada ruang fungsional untuk lambung akibat
perubahan tempat dan penekanan oleh uterus yang
membesar (Varney, 2007; h. 538).
(b) Konstipasi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
34
Wanita yang sebelumnya tidak mengalami konstipasi dapat
memiliki masalah ini pada trimester ke dua atau ke tiga.
Konstipasi diduga terjadi akibat penurunan peristaltis yang
disebabkan relaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi
peningkatan jumlah progesteron. Pergeseran dan tekanan
pada usus akibat pembesaran uterus atau bagian presentasi
juga dapat menurunkan motilitas pada saluran gastrointestinal
sehingga menyebabkan konstipasi. Salah satu efek samping
yang umum muncul pada penggunaan zat besi adalah
konstipasi (Varney, 2007; h. 539).
(c) Hemoroid
Hemoroid sering didahului oleh konstipai. Oleh karena itu,
semua
penyebab
konstipasi
berpotensi
menyebabkan
hemoroid. Progesteron juga menyebabkan relaksasi dinding
vena dan usus besar,
selain itu pembesaran uterus
mengakibatkan peningkatan tekanan secara spesifik juga
secara umum pada vena hemoroid (Varney, 2007; h. 539).
(3) Trimester III
(a) Edema dependen
Edema dependen pda kaki timbul akibat gangguan sirkulasi
vena dan peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian
bawah. Gagguan ini disebabkan oleh tekanan uterus yang
membesar pada vena-vena panggul saat wanita tersebut
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
35
duduk atau berdiri paa vena kava inferior sat ia berada dalam
posisi terlentang. Pakaian ketat yang menghambat aliran balik
vena dari ekstremitas bagian bawah juga memperburuk
masalah (Varney, 2007; h. 540).
(b) Varices
Varices vena lebih mudah muncul pad wanita yang memiliki
kecendurungan tersebut dalam keluarga atau memiliki faktor
predisposisi kongenital. Varices dapat diakibatkan oleh
gangguan sirkulasi vena dan peningkatan tekanan vena pada
ekstremitas
bagian
bawah.
Perubahan
ini
diakibatkan
penekanan uterus yang membesar pada vena panggul saat
wanita tersebut duduk atau berdiri dan penekanan pada vena
kava
inferior
saat
ia
berbaring,
pakaian
yang
ketat
menghambat aliran vena balik dari ekstremitas bagian bawah
atau posisi berdiri yang lama memperberat masalah tersebut.
Relaksasi dinding vena dan katup dan otot polos sekeliling
karena induksi juga turut menyebabkan timbulnya varices
(Varney, 2007; h. 540).
(c) Dispareunia
Nyeri saat berhubungan seksual dapat berasal dari sejumlah
penyebab selama kehamilan. Perubahan fisiologis dapat
menjadi penyebab, seperti kongesti vagina/panggul akibat
gangguan sirkulasi yang diakrenakan tekanan uterus yang
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
36
membesar atau tekanan bagian presentasi, masalah-masalah
fisikkemungkinan disebabkan abdomen yang membesar atau
dijumpi pada tahap akhir kehamilan saat bagian presentasi
mengalami penurunan ke dalam pelvis sejati. Faktor-faktor
psikologis
dapat
menyebabkan
dispareunia
karena
pemahaman yang salah dan kekhawatiran akan menyakiti
jabang bayi meskipun kekhawatiran ini tidak beralasan kecuali
terdapat perdarahan vagina atau pecah ketuban (Varney,
2007; h. 540).
(d) Insomnia
Insomnia baik pada wanita yang mengandung maupun tidak
dapat
disebabkan
oleh
sejumlah
penyebab,
seperti
kekhaawatiran, kecemasan, terlalu gembira, meyambut suatu
acara untuk keesokan harinya. Wanita hamil bagaimanapun
memiliki tambahan alasan fisik sebagai penyebab insomnia.
Hal ini meliputi ketidak nyamanan lain selama kehamilan dan
pergerakan janin, terutama jika janin tersebut aktif (Varney,
2007; h. 541).
(e) Nyeri pada ligamentum teres uteri
Nyeri pada ligamentum teres uteri diduga terjadi akibat
peregangan dan kemungkinan akibat penekanan berat uterus
yang meningkat pesat pada ligamen. Nyeri ini merupakan
ketidaknyamanan umum yang harus dibedakan dari penyakit
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
37
saluran gastrointestinal maupun penyakit organ abdomen
(contoh apendistis, radang kandung kemih dan ulser peptik).
Salah satu faktor yang membedakan nyeri ini adalah
penyebaran nyeri hingga ke area inguinal, yang merupakan
ciri khas nyeri pada ligamentum teres uteri (Varney, 2007; h.
541).
(f) Nyeri punggung bawah (Nonpatologis)
Nyeri punggung bawah merupakan nyeri punggung yang
terjadi pada area lumbosakral. Nyeri punggung bawah
biasanya
akan
meningkatkan
intensitasnya
seiring
pertumbuhan usia kehamilan karena nyeri ini meruoakan
akibat pergerakan pusat gravitasi wanita tersebut dan postur
tubuhnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh berat
uterus yang membesar. Jika wanita tersebut tidak memberi
perhatian penuh terhadap postur tubuhnya maka ia akan
berjalan denganayunan tubuh ke belakang akibat peningkatan
lordosis. Lengkung ini kemudiaan akan meregangkan otot
punggung dan menimbulkan rasa sakit atau nyeri (Varney,
2007; h. 542).
(g) Hiperventilasi dan sesak napas
Sesak napas merupakan ketidaknyamanan terbesar yang
dialami pada trimester ketiga. Selama periode ini, uterus telah
mengalami pembesaran hingga terjadi penekanan diafragma.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
38
Selain itu, diafragma akan mengalami elevasi kurang lebih 4
cm selama kehamilan. Meski terjadi pelebaran diameter
tranversal pada rangka iga, hal ini tidak cukup untuk
mengkonpensasi
elevensi
diafragma
sehingga
terjadi
penurunan kapasitas residu fungsional dan volume udara
residual.
Hal
ini
ditambah
pada
tekanan
diafragma,
menimbulkan perasaan atau kesadaran tentang kesulitan
bernapas atau sesak napas (Varney, 2007; h. 543).
g) Asuhan antenatal
(1) Pengertian
Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan
kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan
neonatal
melalui
serangkaian
kegiatan
pemantauan
(Prawirohardjo, 2010; h. 278).
(2) Menurut (Kemenkes, 2013; h. 22 ) Jadwal kunjungan asuhan
antenatal yaitu dilakukan minimal 4 kali yaitu pada trimester 1 satu
kali , Trimester 2 satu kali dan trimester 3 dua kali.
(3) Pemeriksaan fisik obstetri
Palpasi
(a) Leopold I yaitu untuk menentukan apa yang terletak di fundus
uteri. Pada letak membujur sungsang kepala bulat keras dan
melenting, pada goyangan pada letak kepala akan teraba
bokong pada fundus yaitu tidak keras dan tidak melenting dan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
39
tidak bulat, pada letak lintang, fundus uteri tidak diisi oleh
bagian-bagian janin.
(b) Leopold II yaitu letak membujur dapat didapatkan punggung
janin, yang teraba rata dengan tulangiga seperti papan. Pada
letak lintang dapat ditetapkan dimana kepala janin.
(c) Leopold III, menetapkan bagian apa yang terdapat di atas
simfisis pubis, kepala akan teraba bulat dan keras sedangkan
bokong teraba tidak keras dan tidak bulat. Pada letak lintang
simfisis pubis akan kosong.
(d) Leopold IV, bila bagian terendah masuk PAP telah melampaui
lingkaran
terbesarnya,
maka
tangan
yang
melakukan
pemeriksaan divergen, sedangkan bila lingkaran terbesarnya
belum masuk PAP maka tangan pemeriksa konvergen
(Manuaba, 2010; h. 117)
Detak jantung janin
Bunyi jantung janin dapat terdengar pertama kali pada usia
kehamilan 10 minggu dengan menggunakan Doppler, dan
jika menggunakan ultrasonografi dapat terdeteksi hingg
sedini 5 minggu (Williams, 2013; h. 209).
h) Komplikasi kehamilan
Menurut (Mochtar, 2012; h. 139-) komplikasi kehamilan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
40
(1) Hiperemesis
gravidarum
adalah
mual
dan
muntah
yang
berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan
sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena
terjadi dehidrasi.
(2) Toksemia gravidarum
(a) Klasifikasi :
Preeklamsia ringan dan berat
Preeklamsia ringan, bila disertai keadaan seagai
berikut, tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur
pada posisi berbaring terlentang atau kenaikan diastolik 15
mmHg atau lebih atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih,
edema umum, kaki, jari tangan dan muka atau kenaikan berat
badan 1 kg atau lebih per minggu.
Preeklamsia berat, bila disertai keadaan sebagai
berikut tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, proteinuria 5
gr atau lebih per liter, oliguria yaitu jumlah urine kurang dari
500 cc per 24 jam, adanya gangguan serebral, gangguan
visus dan rasa nyeri di epigastrium, terdapat edema paru dan
sianosis.
Eklamsia
Eklamsia dalam bahasa yunani berarti halilintar, karena
serangan kejang-kejang timbul tiba-tiba seperti petir.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
41
(3) Abortus (Keguguran)
(a) Pengertian
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. WHO IMPAC
menetapkan batas usia kehamilan kurang dari 22 minggu,
namun beberapa acuan terbaru menetapkan batasan usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram (Kementrian kesehatan, 2013; h. 84).
(b) Diagnosa abortus menurut (Kementrian kesehatan, 2013; h.
84)
yaitu
perdarahan
pervaginam
dari
bercak
hingga
berjumlah banyak, perut nyeri dan kaku, pengeluaran
sebagian produk konsepsi, serviks dapat tertutup maupun
terbuka, ukuran uterus lebih kecil dari yang seharusnya.
(c) Menurut (Mochtar, 2012; h. 151-152) macam-macam abortus
dapat dibagi atas:
(i)
Abortus
imminens,
keguguran
mengancam.
Keguguran belum terjadi sehingga kehamilan dapat
dipertahankan
dengan
cara:
tirah
baring,
tidak
berhubungan badan, evaluasi secara berkala dengan
USG untuk melihat perkembangan janin.
(ii)
Abortus insipien, adalah proses keguguran yang
sedang berlangsug. Ditandai dengan adanya rasa sakit
karena
telah
terjadi
kontraksi
rahim
untuk
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
42
mengeluarkan hasil konsepsi, ostium ditemukan sudah
terbuka dan kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.
(iii)
Abortus
inkomplitus,
hanya
sebagian
dari
hasil
konsepsi yang dikeluarkan yang tertinggal adalah
desidua atau plasenta.
(iv)
Abortus kompletus, seluruh hasil konsepsi dikeluarkan
(desidua dan fetus), sehingga rongga rahim kosong.
(v)
Missed abortus adalah keadaan dimana janin yang
telah mati masih berada didalam rahim
(4) Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan hasil konsepsi
berimplantasi di luar endometrium rahim. Kehamilan ektopik
terganggu adalah kehamilan ektopik yang terganggu, dapat terjadi
abortus atau pecah, dan hal ini dapat berbahaya bagi wanita
tersebut (Mochtar, 2012; h. 159).
(5) Mola hidatidosa
(a) Pengertian
Mola hidatidosa adalah jonjot-jonjot korion (choronic villi) yang
tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang
mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah
anggur, atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur
atau mata ikan, karena ini merupakan neoplasma trofoblas
yang jinak (Mochtar, 2012; h. 167).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
43
(b) Faktor resiko
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti akan
tetapi faktor-faktor yang dapat menyebabkan antara lain
asupan vitamin A dan lemak hewani yang rendah, defisiensi
protein, sosio ekonomi yang rendah, paritas tinggi, imuno
selektif trofoblas (Mochtar, 2012; h. 167-168).
(c) Diagnosa dan gejala menurut (Mochtar, 2012; h. 168)
(1) Keluhan
(a) Perdarahan pervaginam adalah gejala yang paling
sering terjadi, biasanya terjadi pada usia kehamilan 616 minggu.
(b) Terdapat gejala hamil muda yang sering lebih nyata
dari kehamilan biasa.
(c) Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata
ikan (tidak selalu ada) yang merupakan diagnosa
pasti.
(d) Perdarahan bisa sedikit atau banyak, tidak teratur
berwarna merah kecoklatan.
(e) Kadang kala timbul gejala preeklamsia.
(2) Inspeksi
(a) Muka dan kadang-kadang badan terlihat pucat
kekuning-kuningan, yang disebut muka mola.
(b) Kalau gelembung mola keluar dapat dilihat jelas.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
44
(3) Palpasi
(a) Uterus
membesar
tidak
sesuai
dengan tuanya
kehamilan, teraba lembek.
(b) Tidak teraba bagian-bagian janin dan balotemen, juga
gerakan janin.
(c) Adanya fenomena harmonika darah dan gelembung
mola keluar dan fundus uteri turun, lalu naik lagi
terkumpulnya darah baru.
(d) Fundus uteri lebih tinggi daripada usia yang dihitung
berdasarkan haid terakhir
(4) Aukultasi
(a) Tidak terdapat bunyi denyut jantung janin.
(b) Terdengar bising dan bunyi khas.
(c) Pemeriksaan dalam
(d) Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak
ada bagian-bagian janin, terdapat perdarahan dan
jarigan dalam kanalis servikalis dari vagina, serta
evaluasi keadaan serviks.
(5) Anemia dalam kehamilan
(a) Pengertian
Anemia adalah suatu kondisi dimana terdapat kekurangan
sel darah merah atau hemoglobin (Kemenkes, 2013; h. 160).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
45
(b) Penyebab Anemia umumnya menurut Mochtar (2012; h. 109)
adalah
(i)
Kurang gizi (Malnutrisi)
(ii) Kurang zat besi
(iii) Kehilangan darah dan penyakit-penyakit kronik.
Dalam kehamilan jumlah darah bertambah karena terjadi
pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding
pertambahannya dengan plasma darah. Secara fisisologis
pengenceran darah ini adalah untuk membantu meringankan
kerja jantung.
(c) Diagnosa anemia pada kehamilan menurut Manuaba (2010; h.
239 )
Untuk
menegakkan
diagnosa
anemia
kehamilan
dapat
dilakukan dengan anamnesa. Pada anamnesa didapatkan
keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang
dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakan alat sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli
dapat digolongkan sebagai berikut :
Hb 11 gr%
= tidak anemia
Hb 9-10 gr%
= anemia ringan
Hb 7-8 gr%
= anemia sedang
Hb
= anemia berat
<7
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
46
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama
kehamilan yaitu pada trimester 1 dan trimester 3.
Simanjutak mengemukakan bahwa sekitar 70 % ibu hamil di
Indonesia mengalami aneia akibat kekurangan gizi. Pada
pengamatan lebih lanjut menunjukan bahwa kebanyakan
anemia ang diserita masyarakat adalah karena kekurangan
zat besi yang dapat diatasi melalui pemberian zat besi secara
teratur dan peningkatan gizi. Selain itu di daerah pedesaan
banyak dijumpai ibu hamil dengam malnutrisi atau kekurangan
gizi, kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan
dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat ekonomi rendah.
Menurut Prawirohardjo (2010; h. 686 dan h. 697 ) komplikasi dalam
kehamilan yaitu salah satunya kehamilan postterm dan pertumbuhan
janin terhambat :
(1) Kehamilan Postterm
(a) Pengertian
Kehamilan postterm, disebut juga kehamilan serotinus,
kehamilan lewat waktu, kehamilan lewat bulan, pronologe
pregnency,
extended
pregnency,
postdate
atau
pascamaturitas adalah kehamilan yang berlangsung sampai
42 minggu atau lebih, dihitung dari haid pertama haid terakhir
menurut rumus naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
47
(b) Penyebab
terjadinya
kehamilan
postterm
menurut
Prawirohardjo (2010; h. 686).
Seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai
saat ini sebab terjadinya kehamilan postterm belum jelas.
Beberapa teori yang diajukan pada umumnya mengatakan
bahwa
terjadinya
kehamilan
postterm
sebagai
akibat
gangguan terhadap timbulnya persalianan. Beberapa teori
diajukan antara lain sebagai berikut :
(i) Pengaruh progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya
merupakan kejadian perubahn endokrin yang penting dalam
memacu
proses
meningkatkan
biomolekuler
sensitivitas
pada
uterus
persaliann
terhadap
dan
oksitosin,
sehingga terjadinya kehamilan postterm adalah karena
masih berlangsungnya pengaruh progesteron.
(ii) Teori oksitosin
Pemakaian
oksitosin
untuk
induksi
persalinan
pada
kehamilan postterm memberi kesan bahwa oksitosin secara
fisiologis memegang peranan penting dalam menimbulkan
persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis. ibu
hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga
sebagai salah satu faktor pernyebab kehamilan postterm.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
48
(iii) Teori kortisol
Dalam teori ini diajukan sebagi pemberi tanda untuk
dimulainya
persalinan
adalah
janin,
diduga
akibat
peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol
janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi
progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen,
selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi
prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anesefalus,
hipoplasi adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis
pada
janin
diproduksi
akan
dengan
menyebabkan
baik
kortisol
sehingga
janin
kehamilan
tidak
dapat
berlangsung lewat bulan.
(iv)
Saraf uterus
Tekanan
pada
ganglion
servikalis
dari
pleksus
frankenhauser akan membangkitkan kontraksi uterus. Pada
keadaan dimana tidak ada tekanan pada pleksus ini seperti
pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah
masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab
terjadinya kehamilan postterm
(v)
Hereditas
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang
mengalami kehamilan postterm mempunyai kecenderungan
untuk melahirkan lewat bulan pada kehamilan berikutnya.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
49
(2) Pertumbuhan janin terhambat
(a) Pengertian
Pertumbuhan janin terhambat ditentukan bila beraT
janin kurang dari 10% dari berat yang hars dicapai pada usia
kehamilan tertentu. Biasanya perkembangan yang terhambat
diketahui
setelah
2
minggu
tidak
ada
pertumbuhan
(Prawirohardjo, 2010; h. 697).
Seeds (1984) mengusulkan suatu definisi berdasarkan
berat badan lahir dibawah persentil ke 5. Usher dan McLean
(1969)
menyatakan
bahwa
standar
pertumbuhan
janin
seharusnya berdasarkan rata-rata berat badan sesuai usia
dengan batasan normal yakni standar deviasi kurang lebih 2.
Definisi ini akan membatasi jumlah bayi-bayi KMK sampai
sebanyak 3% kehamilan, bukan dari 10%. Seperti yang
didemonstrasikan pada analisis mereka terhadap 122.754
kehamilan. Mclntire dkk (1999) menunjukan definisi ini
memiliki arti klinis yang bermakna. Sebagian besar hasil yang
buruk terjadi pada janin yang berada dibawah persentil ke 3.
Akhirnya potensi pertumbuhan janin secara individual telah
diusulkan untuk
menggantikan nilai batas berdasarkan
populasi. Pada model ini janin yang menyimpang dari ukuran
optimal didasarkan suatu usia kehamilan tertentu dianggap
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
50
tumbuh berlebih atau tumbuh terhambat (Bukowski dkk, 2008)
dalam williams (2013; h. 889).
Tabel 2.1 persentil berat lahir terhadap usia kehamilan
Usia
(Minggu)
5
10
20
249
275
21
280
314
22
330
376
23
385
440
24
435
498
25
480
558
26
529
625
27
591
702
28
670
798
29
772
925
30
910
1085
31
1088
1278
32
1294
1495
33
1513
1725
34
1735
1950
35
1950
2159
36
2156
2354
37
2357
2541
38
2543
2714
39
2685
2852
40
2761
2929
41
2777
2948
42
2764
2935
43
2741
2907
44
2724
2885
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
51
(b) Diagnosa
Secara klinis awal pertumbuhan janin yang terhambat dikenal
setelah 28 minggu. Namun secara ultrasonografi mungkin
sudah dapat diduga lebih awal dengan adanya biometri dan
taksiran
berat
janin
yang
tidak
sesuai
dengan
usia
gestasi.secara klinik pemeriksaan fundus uteri umumnya
dalam sentimeter akan sesuai dengan usia kehamilan. Bila
lebih rendah dari 3 cm , patut dicurigai PJT, meskipun
sensivitasnya hanya 40%. Sebaiknya kepastian PTJ dapat
dibuat apabila terdapat data USG (Prawirohardjo, 2010; h.
698).
2. Persalinan
a. Pengertian
Persalinan
adalah
suatu
proses
pengeluaran
hasil
konsepsi
(janin+uri) yang dapat hidup kedunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau
dengan jalan lain (Mochtar, 2012; h. 69). Persalinan adalah proses
pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir, atau melalui jalan
lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba,
2010; h. 164). Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan
pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan
diakhiri dengan kelahiran plasenta (Varney, 2007; h. 672). Pelahiran bayi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
52
adalah periode dari awitan kontraksi uterus yang reguler sampai ekpulsi
plasenta. Proses terjadinya hal ini secara normal disebut persalinan (labor)
suatu istilah yang pada konteks obstetri mengambil beberapa konotasi dari
bahasa inggris (Williams, 2013; h. 392).
b. Menurur Rustam Mochtar (2012; h. 69) Istilah yang berhubungan dengan
partus
1) Menurut cara persalinan
a) Partus biasa (normal), disebut juga partus spontan, adalah proses
lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat,
serta tidak meluakai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung
kurang dari 24 jam.
b) Partus luar biasa (abnormal) ialah persalinan pervaginam dengan
bantuan alat atau melalui dinding perut dengan operasi kaesaria.
2) Menurut tua (umur kehamilan) :
a) Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum janin
dapat hidup (viabel) berat janin dibawah 1000 gram- tua kehamilan
dibawah 28 minggu.
b) Partus prematurus adalah persalinan (pengeluaran) hasil konsepsi
pada kehamilan 28-36 minggu janin dapat hidup tetapi prematur
berat janin antara 1000-2500 gram.
c) Partus maturus atau aterm (cukup bulan) adalah partus pada
kehamilan 37-40 minggu, janin matur, berat badan di atas 2500
gram
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
53
d) Partus maturus atau aterm ( cukup bulan) adalah partus pada
kehamilan 37-40 minggu, janin matur, berat badan di atas 2500
gram.
e) Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2
minggu atau lebih setelah waktu partus yang ditaksir janin disebut
postmatur.
f)
Partus presipitatus adalah partus yang berlangsung sangat cepat,
mungkin di kamar mandi, di atas becak dan sebagainya.
Menurut Manuaba, (2010; h. 166). Partus presipitatus yaitu
persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam
g) Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan
untuk
memperoleh
bukti
tentang
ada
tidaknya
disproporsi
sefalopelvik
3) Gravida dan para
a) Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil.
b) Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali.
c) Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang
dapat hidup.
d) Nulipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan
bayi.
e) Primipara adalah seorang wanita yang melahirkan bayi hidup untuk
pertama kali.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
54
f)
Multipara atau pleuripara adalah wanita yang pernah melahirkan
bayi beberapa kali (sampai 5 kali).
g) Grandemultipra adalah wanita yamg pernah melahirkan bayi 6 kali
atau lebih, hidup ataupun mati.
c. Predisposisi persalinan
1) Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar
panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan
lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang
keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam
persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan
lahir yang relatif kaku. ukuran
panggul harus ditentukan sebelum
persalinan dimulai. Jalan lahir dibagi atas :
a) Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul).
b) Bagian lunak seperti otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamenligamen (Mochtar, 2012; h. 58).
2) Passenger (Janin Plasenta)
Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat
interaksi faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan
posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka ia
dianggap juga sebagai bagia passenger yang menyertai janin. Namun
plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan
normal (Sumarah, dkk, 2009; h.35).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
55
3) Power (Kekuatan)
Seperti telah dikemukakan terdahulu, kekuatan yang mendorong janin
dalam persalinan adalah his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi
diafragma, dan aksi ligamen. Keempat kekuatan tersebut bekerja sama
dengan bak dan sempurna (Mochtar, 2012; h.64).
Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi involunter
dan volunteer secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan
plasenta dari uterus. Kontraksi involunter disebut juga kekuatan primer,
menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks berdilatasi, usaha
volunteer dimulai untuk mendorong, yang disebut kekuatan sekunder,
dimana kekuatan ini memperbesar kekuatan kontraksi involunter.
d. Menurut Williams (2013; h. 392-399) mekanisme persalinan
1) Letak, presentasi, sikap, dan posisi janin.
a) Letak janin
Hubungan antara aksis panjang janin terhadap ibu disebut dengan
istilah letak janin dan terbagi menjadi memanjang atau melintang.
Kadang-kadang aksis janin dan maternal dapat melewati sudut 45
derajat membentuk letak oblik, yang tidak stabil dan selalu menjadi
letak memanjang atau melintang saat persalinan.
b) Presentasi janin
Bagian terpresentasi adalah bagian tubuh janin yang terendah di
dalam maupun di bagian terdekat jalan lahir. Bagian tersebut dapat
dirasakan melalui serviks pada pemeriksaan vagina. Maka pada
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
56
letak memanjang bagian yang terpresentasi adalah kepala atau
bokong janin, sehingga disebut presentasi kepala atau bokong.
c) Postur atau sikap janin
Pada beberapa bulan terakhir kehamilan, janin membentuk postur
khusus yang disebut sebagai sikap atau habitus. Normalnya janin
membentuk massa ovoid yang secara kasar sesuai dengan bentuk
rongga rahim. Janin menjadi terlipat atau membungkuk ke arah
dirinya sendiri sedemikian rupa sehingga bagian punggung menjadi
berbentuk cembung, kepala mengalami fleksi maksimal sehingga
dagu hampir menyentuh dada, paha terfleksi di depn abdomen dan
tungkai tertekuk pada lutut. Pada semua presentasi kepala lengan
biasanya menyilang di depan dada atau sejajar pada masingmasing sisi. Pengecualian yang abnormal terhadap sikap ini terjadi
ketka kepala janin meluas secara progresif dari presentasi verteks
ke presentasi wajah.
d) Posisi janin
Posisi mengacu pada hubungan antara bagian yang dianggap
sebagai presentasi janin terhadap sisi kanan dan kiri jalan lahir.
Masing-masing presentasi dapat memiliki dua posisi kanan atau
kiri. Oksiput dagu dan sakrumjanin masing-masing adalah titik
penentu pada presentasi verteks, wajah atau bokong. Karena
bagian presentasi janin dapat berada baik di posisi kanan ataupun
kiri terdapat presentasi oksiput kanan dan kiri.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
57
2) Mekanisme persalinan dengan presentasi oksiput anterior.
Gerakan utama persalinan adalah engagement, desensus, fleksi, rotasi
internal, ekstensi, rotasi eksternal, dan ekspulsi.
a) Engagement
Mekanisme ketika diameter bipariental diameter tranversal
terbesar pada presentasi oksiput melewati apertura pelvis superior
disebut engagement. Kepala janin dapat mengalami engange
selama beberapa minggu terakhir kehamilan atau tidk mengalami
engange hingga setelah permulaan persalinan.Pada banyak
perempuan multipara dan beberapa perempuan nulipara kepala
janin bergerak bebas di atas apertura pelvis superior saat awitan
persalinan. Pada keadaan ini kepala kadang-kadang disebut
mengembang (floating). Kepala berukuran normal biasanya tidak
mengalami engange dengan sutura sagitalis yang mengarah ke
anteroposterior. Namun kepala janin biasanya memasuki spertura
pelvis superior bak secara tranversal atau oblik.
Asinklitismus,
meskipun
kepala
janin
cenderung
berakomondasi dengan aksis tranversal apertira pelvis superior,
sutura sagitalis, yang tetap paraler terhadap aksis tersebut, tidak
terletak tepat di garis setengah antara simfisis dan promontorium
ossis sakri. Sutura sagitalis umumnya mengalami defleksi baik ke
arah posterior menuju promontorium atau ke arah anterir menuju
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
58
simpfisis. Defleksi lateral ke arah posisi anterior atau posterior
pelvis disebut asinklitismus.
b) Desensus
Gerakan ini merupakn persyaratan pertama pelahiran neonatus.
Pada nulipara, engagement dapat berlangsung sebelum awitan
persalinan, dan proses desensus selanjutnya dapat tidak terjadi
hingga awotan kala dua. Pada perempuan multipara desensus
biasanya
dimulai
dengan
proses
engagement.
Desensus
ditimbulkan oleh satu atau beberpa dari empat kekuatan : tekanan
cairan amnion, tekanan langsung fundus dan bokong ssat
kontraksi, tekanan ke bawah otot-otot abdomen maternal dan
ekstensi dan pelurusan tubuh.
c) Fleksi
Pada gerakaan ini dagu mengalami kontak debih dekat dengan
dada janin, dan diameter suboksipitobregmatikum yang lebih
pendek
menggantikan
diameter
oksipitofrontalis
yang
lebih
panjang.
d) Rotasi internal
Gerakan ini terdiri dari perputaran kepala sedemikian rupa
sehingga oksiput secara bertahap bergerak ke arah simpisis pubis
di bagian anterior dari posisi awal atau yang lebih jarang ke arah
posterior menuju lengkung sakrum.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
59
e) Ekstensi
Setelah rotasi internal, kepala yang berada pada posisi fleksi
maksimal mencapai vulva dan mengalami ekstensi. Dengan
distensi progresif perineum dan pembukaan vagina bagian oksiput
perlahan-lahan akan semakin terlihat. Kepala lahir dengan urutan
oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu melewati
tepi anterior perineum. Segera setelah lahir kepala menghadap ke
bawah sengingga dagu terletak di atas anus maternal.
f)
Rotasi eksternal
Gerakan ini sesuai dengan rotasi tubuh janin dan membuat
diameter bisakrominalberkorelasi dengan diameter anteroposterior
pertura pelvis inferior. Sehingga salah satu bahuterletak anterior di
belakang simpisis pubis sedangkan bahu lainnya terletak di
posterior. Gerakan ini tampaknya ditimbulkan oleh faktor pelvis
yang sama dengan terjadinya rotasi internal kepala.
g) Ekspulsi
Hampir segera setelah rotasi eksternal bahu anterior terlihat di
bawah simfisis pubis dan perineum segera terdistensi oleh bahu
posterior. Setelah pelahiran bahu, bagian tubuh lainnya lahir
dengan cepat.
3) Perubahan bentuk kepala janin
a) Caput succedaneum
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
60
Pada prentasi verteks, kepala janin berubah bentuk akibat tekanan
saat persalinan. Pada persalinan yang memanjang sebelum dilatasi
serviks lengkap bagian kulit kepala janin yang terletak tepat di atas
os servikalis menjadi odema. Pembenggakakan ini dikenal sebagai
caput succedaneum. Yang lebih sering caput terbentuk ketika
kepala berada di bagian terbawah jalan lahir dan umumnya hanya
setelah mengalami tahanan dari saluran keluar vagina yang kaku.
b) Molase
Perubahan bentu kepala janin akiat daya kompresi eksternal
disebut molase. Diduga berkaitan dengan kontraksi Braxton Hicks,
berapa molase terjadi sebelum lahir, Sebagian besar penelitian
menunjukkan bahwa jarang terjadi tumpang tindih os parietal.
Molase
meyebabkan
pemendekn
diameter
mentovertikalis.
Perubahan tersebut memiliki makna yang penting pada perempuan
dengan kontraktur pelvis atau presentasi asinklitik. Pada keadaan
tersebut, derajat kemampuan molase kepala dapat membuat
perbedaan ntara pelahiran spontan pervagina dengan pelahiran
operatif. Beberapa literarur yang lebih tua menyatakan molase
kepala, berat diduga sebagai penyebab trauma serebral.
e. Menurut Varney (2008; h. 686-688) Peruahan Fisiologis Maternal selama
persalinan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
61
Tabel 2.2 perubahan fisiologis maternal selama persalinan.
Makna
Perubahan Fisiologis
A.
Tekanan darah
Meningkat selama kontraksi disertai
peningkatan sistolik rata-rata 15 (10-20)
mmHg dan diastolik rata-rata 5-10
mmHg.
Pada waktu-waktu di antara kontraksi,
tekanan darah kembali ke tingkat
sebelum persalinan.
Dengan mengubah posisi tubuh dari
telentang ke posisi miring, perubahan
tekanan darah selama kontraksi dapat
dihindari.
Nyeri, rasa taukut dan kekhawatiran
dapat semakin meningkatkan tekanan
darah.
B.
Metabolisme
Selama
persalinan,
metabolisme
karbohidrat baik aerob maupun anaerob
meningkat dengan kecepatan tetap.
Peningkatan
ini
disebabkan
oleh
ansietas dan aktivitas otot rangka.
Peningkatan aktivitas metabolik terlihat
dari peningkatan suhu tubuh, nadi,
pernapasan, curah jantung dan cairan
yang hilang.
C.
Suhu
Sedikit peningkatan selama persalinan,
tertinggi selama dan segera setelah
melahirkan.
Yang
dianggap
normal
ialah
peningkatan suhu yang tidak lebih dari
0,5 sampai 1derajat celcius yang
mencerminkan penigkatan metabolisme
selama persalinan.
D.
Denyut nadi (frekuensi jantung)
Perubahan yang mencolok selama
kontraksi disertai peningkatan selama
fase peningkatan, penurunan selam titik
puncak sampai frekuensi yang lebih
rendah dari pada frekuensi di antara
Untuk memastikan tekanan darah yang
sebenarnya,
pastikan
mengeceknya
dengan baik pada interval antarkontaksi,
lebih disukai dengan posisi ibu berbaring
mring.
Apabila seorang wanita terasa sangat
takut atau khawatir, pertimbangkan
kemungkinan bahwa rasa takutnya (bukan
preeklampsianya)
menyebabkan
peningkatantekanan
darah.
Berikan
perawatan atau obat-obatan penunjang
yang dapat merelakasi wanita sebelum
menegakkan diagnosis akhir.
Peningkatan curah jantung dan cairan
yang hilang mempengaruhi fungsi ginjal
dan perlu medapat perhatian serta tindak
lanjut guna mencegah terjadinya dehidrasi
Peningkatan suhu sedikit normal. Namun
bila persalinan berlangsunglebih lama,
peningkatan suhu dapat mengndikasikan
dehidrasi dan parameter lain harus dicek.
Begitu pula pada kasus ketuban pecah
dini, peningkatan suhu tubuh dapat
mengindikasikan infeksi dan tidak dapat
dianggap normal pada keadaan ini.
Sedikit
peningkatan
frekuensi
nadi
dianggap normal. Cek parameter lain
untuk menyingkirkan proses infeksi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
62
kontaksi dan peningkatan selama fase
penurunan hingga mencapai frekuensi
lazim di antara kontraksi.
Penurunan yang mencolok selama
puncak kontaksi uterus tidak terjadi jika
wanita berada pada posisi miring, bukan
terlentang.
Frekuensi denyut nadi di antara kntraksi
sedikit lebih tinggi dibanding selama
periode menjelang persalinan
E.
Pernapasan
Sedikit peningkatan frekunsi pernapasan
masih normal selama persalinan dan
mencerminkan
peningkatan
metabolisme yang terjadi.
Hiperventilasi yang memanjang adalah
temuan
abnormal
dan
dapat
menyebabkan alkalosis.
F.
Perubahan pada Gijal
Poliuria sering terjadi selama persalinan,
kondisi
ini
dapat
diakibatkan
peningkatan lebih lanjut curah jantung
selama persalinan dan kemungkinan
peningkatan laju filtrai glomerulus dan
aliran plasma ginjal. Poliuria menjadi
kurang jelas pada posisi terlentang
karena posisi ini membuat aliran urine
berkurang selama kehamilan.
Sedikit proteinuria (renik 1+) umum
ditemukan pada sepertiga sampai
setengah jumlah wanita bersalin
Proteinuria 2+ dan lebih adalah data
yang abnormal
G. Perubahan pada saluran cerna.
Motilitas dan absorsi lambung terhadap
makanan padat jauh berkurang. Apabila
kondisi ini diperburuk oleh penurunan
lebih lanjut sekresi asam lambung sela
persalinan, maka saluran cerna bekerja
dengan
lambat
sehingga
waktu
pengkosongan lambung menjadi lebih
lama. Cairan tidak dipengaruhi dan
waktu
yang
dibutuhkan
untuk
Sulit untuk memperoleh temuan yang
akurat dalam hal pernapasan karena
frekuensi
dan
irama
pernapasan
dipengaruhi oleh rasa senang, nyeri rasa
takut dan peggunaan teknik pernapasan.
Amati pernapasan wanita dan bantu ia
mengendalikannya untuk menghindari
hiperventilasi yang panjang yang ditandai
oleh rasa kesemutan pada ekstremitas
dan perasaan pusing
Kandung kemih harus sering di evaluasi
setiap dua jam untuk mengetahui adanya
distensi juga harus dikosongkan untuk
mencegah obstruksi persalinan akibat
kandung kemih penuh, yang akan
mencegah penurunan bagian presentasi
janin dan trauma pada kandung kemih
akibat penekanan yang lama, yang akan
menyebabkan hipotonia kandung kemih
dan retensi urine selama periode
pascapartum awal.
Lebih sering terjadi pada wanita primipara
atau yang mengalami anemia atau yang
persalinannya lama.
Mengindikasikan preeklampsia
Lambung
yang
penuh
dapat
menimbulakan ketidaknyamanan dan
penderitaan umum selama masa transsi.
Oleh karena itu wanita harus dianjurkan
untuk tidak makan dalam porsi besar atau
minum berelebihan, tetapi makan dan
minum
ketika
timbul
guna
mempertahankan energi dan hidrasi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
63
pencernaan di lambung tetap seperti
biasa. Makahan yang diingesti selama
periode menjelang persalinan atau fase
prodnormal ata fase laten persalinan
cenderung akan tetap berada di dalam
lambung selama persalinan.
Mual dan muntah umum terjadi selama
fase transisi yang menandai akhir fase
pertama persalinan.
H.
Perubahan hematologi
Hemoglobin
meningkat
rata-rata
1,2gm/100 Ml selama persalinan dan
kembali ke kadara sebelum persalinan
pada hari pertama pascapartum jika
tidak ada kehilangan darah yang
abnormal.
Pemberian obat-obatan oral tidak efektif
selama persalinan. Perubahan pada
saluran
cerna kemungkinan
timbul
sebagai respon terhadap salah satu atau
kombinasi faktor-faktor berikut : kontraksi
uterus, nyeri, rasa takut dan khawatir, obat
dan komplikasi
Perubahan
ini
menurunkan
resiko
perdarahan pascapartum pada wanita
normal
Waktu koagulasi darah berkurang dan
terdapat peningkatan fibrinogen plasma
lebih lanjut sela persalinan.
Hitung sel darah putih secara progresif
meningkat selama kala satu persalinan
sebesar kurang lebih 5000 hingga
jumlah rata-rata 15.000 pada saat
pembukaan
lengkap,
tidak
ada
peningkatan lebih lanjut setelah ini.
Gula darah menurun selama persalinan,
penurunan drastis pada persalinan yang
lama dan sulit, kemungkinan besar
akibat peningkatan aktivitas otot uterus
dan rangka
Sumber (varney, 2008; h. 686-688).
f.
Persalinan terbagi menjadi tiga kala yaitu :
1)
Kala satu persalinan
Kala satu persalinan dimulai ketika telah tercapai kontraksi
uterus dengan frekuensi, intensitas dan durasi yang cukup untuk
menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang progresif. Kala
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
64
satu persalinan selesai ketika serviks sudah membuka lengkap (10
cm) sehingga memungkinkan kepala janin dapat lewat. Oleh karena
itu, kala satu persalinan disebut stadium pendataran dan dilatasi
serviks (Prawirohardjo, 2010; h. 297).
Kala
satu
persalinan
didefinisikan
sebagai
permulaan
kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan serviks
yang progresif dan diakhiri dengan pembukaan lengkap (10cm)
(Varney, 2008; h. 672).
Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak
begitu
kuat
sehingga
ibu/wanita
masih
dapat
berjalan-jalan
(Manuaba, 2010; h.173)
a)
Menurut Varney (2008; h. 672-674) tanda dan gejala menjelang
persalinan yaitu :
(1)
Lightening
Lightening
dirasakan
kira-kira
dua
minggu
sebelum
prsalinan, lightening adalah penurunan bagian presentasi
bayi ke dalam pelvis minor. Pada presentasi sefalik, kepala
bayi biasanya menancap (engaged) setelah lightening.
Wanita sering menyebut lightening sebagai kepala bayi
telah turun. Sesak nafas yang dialami pada trimester tiga
kehamilan akan berkurang karena kondisi lightening akan
menciptakan ruang yang lebih besar di dalam abdomen
atas untuk ekspansi paru. Namun tetap saja lightening
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
65
menimbulkan rasa tidak nyaman yang lain akibat tekanan
bagian presentasi pada struktur di area pelvis minor. Halhal spesifik yang akan dialami ibu :
(a)
Ibu jadi sering berkemih karena kandung kemih
ditekan sehingga ruang yang tersisa untuk ekspansi
berkurang.
(b)
Perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang
menyeluruh, yng membuat ibu merasa tidak enak dan
timbul sensasi terus-menerus bahwa sesuatu perlu
dikeluarkan atau ia perlu defekasi.
(c)
Kram pada tungkai yang disebabkan oleh tekanan
bagian presentasi pada sarafyang menjalar melalui
foramen iskiadikum mayor dan menuju ke tungkai.
(d)
Peningkatan statis vena yang menghasilkan edema
dependen akibat tekanan bagian presentasi pada
pelvis minor menghambat aliran balik darah dari
ekstremitas bawah. Lightening menyebabkan tinggi
fundus menurun ke posisi yang sama dengan posisi
fundus pada usia kehamilan 8 bulan.
(2)
Perubahan serviks
Mendekati persalina serviks semakin matang selama hamil,
serviks dalam keadaan menutup, panjang dan lunak, jika
mendekati persalinan serviks lunak dengan konsistensi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
66
seperti
puding
dan
mengalami
sedikit
penipisan
(effacement) dan kemungkinan sedikit dilatasi. Evaluasi
ematangan serviks akan tergantung pada individu wanita
dan paritasnya.
Perubahan serviks terjadi akibat peningkatan intensitas
kontraksi broxton hicks. Serviks menjadi matang selama
periode
yang
berbeda-beda
sebelum
persalinan.
Kematangan serviks mengindikasikan kesiapan untuk
persalinan.
(3)
Persalinan palsu
Persalina palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat
nyeri yang memberi pengaruh signifikan terhadap serviks.
Kontraksi pada persalinan palsu sebenarnya timbul akibat
kontraksi Braxton Hicks yang tidk nyeri, yang telah terjadi
sejak sekitar enam minggu kehamilan.
Persalinan palsu dapat terjadi selama berhari-hari atau
secara intermiten bahkan tiga atau empat minggu sebelum
awitan persalinan sejati. Persalinan palsu sangat nyeri dan
wanita dapat mengalami kurang tidur dan kekurangan
energi dalam menghadapinya. Wanita tersebut tidak tau
cara memastikan apakah ia benar-benar mengalami
persalinan sebenarnya karena hal tersebut hanya dapat
dipastikan dengan pemeriksaan dalam.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
67
(4)
Ketuban pecah dini
Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala satu
persalinan. Apabila terjadi sebelum awitan persalinan,
kondisi tersebut disebut ketuban pecah dini (KPD).
(5)
Bloody Show
Plak lendir disekresi serviks sebagai hasil proliferasi
kelenjar lendir serviks pada awal kehamilan. Plak ini
menjadi sawar pelindung dan penutup jalan lahir selama
kehamilan. Pengeluaran plak lendir inilah yang dimaksud
sebagai bloody show.
Bloody show merupakan tanda persalinan yang akan terjadi
biasanya dalam 24-48 jam.
b)
Menurut Mochtar (2012; h. 70) tanda-tanda inpartu
(1)
Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering
dan teratur.
Menurut Prawirohardjo ( 2010; h. 290) kekuatan his
menentukan kemajuan persalinan karena menyebabkan
pembukan dan penipisan pada serviks dan tekanan air
ketuban pada kala I, menghitung His berdasarkan durasi
dan frekuensi dalam 10 menit, his maksimal 5 kali dalam 10
menit, pada awal persalinan berlangsung 15-20 detik
sedangkan mendekati persalian 45-90 detik.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
68
(2)
Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena
robekan-robekn kecil pada serviks.
(3)
Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
(4)
Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada
pembukaan
c)
Menurut Mochtar (2012; h. 71) kala pembukaan dibagi atas 2
fase:
(1)
Fase laten
Pembukaan serviks yang berlangsung lambat samapai
pembukaan 3 cm lamanya 7-8 jam.
(2)
Fase aktif
Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase:
(a) Periode
akselerasi,
berlangsung
2,
pembukaan
mencadi 4 cm
(b) Periode dilatasi maksimal, selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
(c) Periode deselerasi, berlangsung lambat dlam
(d) waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).
Tabel 2.3 Perbedaan pembukaan serviks primigravida dan
multigravida
Primi
Multi
Serviks mendatar (effacement) dulu,
baru berdilatasi berlangsung 13-14
jam.
Mendatar dan membuka dapat
terjadi bersamaan. Berlangsung 6-7
jam
Sumber Mochtar, 2012; h. 71
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
69
d)
Menurut Varney ( 2008; h. 695- 716 ) asuhan yang diberikan
untuk ibu bersalin yaitu :
(1)
Pemberian Makan dan minum
Ibu akan lebih berenekgi dan memiliki hidrasi yang lebih
adekuat jika mendapat makanan, ibu yang berada pada
situasi yang memungkinkan makan sesuka hati sering kali
makan pada awal persalinan, sementara selama fase aktif
persalinan umumnya mereka hanya menginginkan cairan.
(2)
Posisi dan ambulasi
Ibu yang menjalani persalinan harus mengupayakan posisi
yang
nyaman
baginya
dengan
catatan
tidak
ada
kontraindikasi untuk posisi terkait, posisiyang aman diambil
antara lain miring kiri, duduk, berdiri dan jongkok. Posisi
tersebut dapat membantu rotasi janin dari posisi posterior
ke anterior.
(3)
Evaluasi kesejahteraan ibu dan janin
Mengevaluasi kesejahteraan ibu dan janin secara kontinu
mencakup
pemantauan
untuk
ibu
tanda-tanda
vital,
kandung kemiih harus diperhatikan karena mengalami
penekanan sehingga terjadi distensi jika kandung kemih
tidak dikosongkan hal tersebut dapat terjadi persalinan
terhambat, ketidaknyaman pada ibu, kondisi umum ibu
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
70
untuk bayi frekuensi dan pola denyut janin denyut jantung
janin normal 120-160 x/menit.
Menurut APN (2008; h. 58)
Pemantauna kondisi ibu dan bayi memantau denyut jantung
janin ½ jam, lamanya kontraksi setiap ½ jam, nadi setiap ½
jam, pembukaan serviks setiap 4 jam , tekanan darah dan
temperatur suhu setiap 4 jam.
(4)
Mengajarkan teknik relaksasi
Ada tiga latihan relaksasi yang dapat membantu wanita
bersalin :
(a) Relaksasi progresif,
yaitu memperoleh kesempatan
tidur singkat di antara kontraksi.
(b) Relaksasi
terkendali,
latihan
dilakukan
dengan
mengupayakan sekelompok otot berkontraksi sembari
mempertahankanotot lain berelaksasi.
(c) Relaksai dengan Mengambil napas dalam setelah
masing-masing kontraksi
2)
Kala dua persalinan
Kala dua persalinan dimulai ketika dilatasi serviks sudah
lengkap, dan berakhir ketika janin sudah lahir. Kala dua persalinan
disebut juga sebagai stadiumekspulsi janin (Prawirohardjo, 2010; h.
297).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
71
Kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat, dan
lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan
masuk ke ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot
dasar panggul yang melalui lengkung refleks menimbulkan rasa
mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu merasa seperti mau
buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala
janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang.
Dengan his dan mengedan yang terpim[in akan lahir kepala, diikuti
oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi berlangsung selama 1 ½
- 2 jam pada multi ½-1 jam (Mochtar, 2012; h. 71)
3)
Kala tiga persalinan
Kala tiga persalinan dimulai segera setelah janin lahir, dan
berakhir dengan lahirnya plasentadan selaput ketuban janin. Kala tiga
persalinan disebut sebagai stadium pemisahan dan ekspulsi plasenta
(Prawirohardjo, 2010; h. 297).
Kala tiga persalinan (kala pengeluaran uri), setelah bayi lahir
kontraksi rahim beristirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan
fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang beberapa saat
kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 510 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina, dan
akan lahir spontan atau sedikit dorongan dari atas simfisis atau
fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran
darah kira-kira 100-200cc (Mochtar, 2012; h. 73).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
72
4)
Kala empat persalinan
Kala empat persalinan kala pengawasan 1 – 2 jam setelah
bay lahir dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama
terhadap bahaya perdarahan postpartum
Darah yang keluar harus diakar sebaik-bainya, kehilangan
darah pada persalinan biasanya disebabkan oleh luka pada
pelepasan uri dan robekan pada serviks dan perineum, jumlah
perdarahan rata-rata yang dianggap normal adalah 250 cc, biasanya
100-300 cc, apabila perdarahan lebih dari 500 cc hal tersebut sudah
dianggap abnormal dan harus dicari sebab-sebabnya (Mochtar, 2012;
h. 81)
g. 60 langah asuhan persalinan normal menurut (Prawirohardjo, 2010; h. 341347)
Melihat tanda dan gejala kala dua
1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua
a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan
atau vaginanya.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
Menyiapkan pertolongan persalinan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
73
2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap
digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit internasional dan
menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
Menurut APN (2008; h. 78) menjelaskan bahwa dalam melakukan
pertolongan persalinan harus memakai alat perlindungan diri secara
lengkap seperti celemek, penutup kepala, masker, kacamata.
4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan
mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang
bersih.
5) Memakai sarung tangan dengan DTT atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam.
6) Mengisap oksitosin 10 UI ke dalam tabung suntik (dengan memakai
sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan
kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa
mengkontaminasi tabung suntik.
Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik
7) Memastikan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah
dibasahi air desinfeksitingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau
anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan
seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
74
kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar.
Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi.
8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila
selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan telah lengkap
lakukan amniotomi.
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%
dan
kemudian
melepaskannya
dalam
keadaan
terbalik
serta
merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci
kedua tangan.
10) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal.
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah kengkap dan keadan janin baik.
Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta
janin
sesuai
dengan
pedoman
persalinan
aktif
dan
mendokumentasikan temuan-temua .
b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai
meneran.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
75
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran
(pada saat ada His, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan
pastikan ia merasa nyaman).
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran:
a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan
untuk meneran.
b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan
pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).
d) Menganjurkan ibu untuk beristirahatdiantara kontraksi.
e) Menganjurkan
keluarga
untuk
mendukung
dan
memberi
semangatpada ibu.
f)
Menganjurkan asupan cairan per oral.
g) Menilai DJJ.
h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera
dalam waktu 120 menit (2jam) meneran untuk ibu primipara atau 60
menit (1jam) untuk ibu multipara, merujuk segera.
i)
Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil
posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit,
anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi
tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
76
j)
Jika bayi belum lahir atau kelainan bayi belum akan terjadi segera
setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm,
letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong.
16) Membuka partus set
17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
18) Saat kepala bayu membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan
yang lain di kepala bayi danlakukan tekanan yang lembut dan tidak
menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahanlahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas
cepat saat kepala lahir.
19) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain
atau kasa yang bersih (langkah ini tidak harus dilakukan).
20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi dan kemudian meneruskan segera poses kelahiran bayi.
a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklem di dua
tempat dan memotongnya.
21) Menunggu hingga kepala bayi melakukkan putar aksi luar secara
spontan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
77
22) Setelah kepala melakukkan putaran paksi luar, tempatkan kedua
tangan masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya kearah
bawah dan ke arah luarhingga bahu anterior muncul dibawah arkus
pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan kearah
luar untuk melahirkan bahu posterior.
23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi
yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan
lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku
dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian
bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan
tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan iku dan tangan
anterior bayi saat keduanya lahir.
24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusuran tangan yang ada di atas
(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat
punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati
membantu kelahiran bayi.
25) Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi diatas perut ibu
dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali
pusat terlalu pendek, mletakkan bayi di tempat yang memungkinkan).
Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.
26) Segera membungkus kepala bayi dan badan bayi dengan handuk dan
biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukkan penyuntikan oksitosin/IM.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
78
27) Menjepit tali pusat dengan menggunakan klem kira-kira 3 cm dari tali
pusat bayi. Melakukkan urutan tali pusat mulai dari klem ke arah ibu
dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.
28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting
dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti
bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian
kepala membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi kesulitan bernapas
ambil tindakan yang sesuai.
30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
31) Meletakkan kain yang bersh dan kering. Melakukan palpasi abdomen
untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32) Memberi tahu ibu bahwa ia akan disuntik.
33) Dalam waktu 2 menitsetelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin
10 UI IM di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu.
34) Memindahkan klem pada tali pusat.
35) Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas
tulang pubis dan menggunakan tangan ini untuk melakukkan palpasi
kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem
dengan tangan yang lain.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
79
36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan
ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang
berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan
uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk
membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir
sekitar 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu
hingga kontraksi berikut mulai.
a) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota
keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.
37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik
tali pusat ke adarh bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva
jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5 – 10 cm dari vulva.
b) Jika plasenta tidak lepas setelh melakukan penengangan tali pusat
selama 15 menit.
(1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 UI IM.
(2) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung
kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.
(3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
(4) Mengulangi penegangan tali pusat selma 15 menit berikutnya.
(5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalm waktu 30 menit sejak
kelahiran bayi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
80
38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua
tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
a) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi
tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu
dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau
forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian
selaput yang tertinggal.
39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massage
uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukkan massage
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus menjadi keras).
40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun
janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam
kantung plastik atau tempat khusus.
a) Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan massage selama
15 detik mengambil tindakan yang sesuai.
41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
42) Menialai ulang uterus dan memastikan berkontraksi dengan baik.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
81
43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung angan ke dalam
larutan klorin 0,5%, membilas kedua tangan yang masih bersarung
tangan
tersebut
dengan
air
disinfeksi
tingkat
tinggi
dan
mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
44) Menenmpatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau
mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling
tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan
dengan simpul mati yang pertama.
46) Melepaskan klem bedah dan meletakannya ke dalam larutan klorin
0,5%.
47) Menyelimuti kembali bayi dn menutupi bagian kepalanya. Memastikan
handuk atau kainnya bersih atau kering.
48) Menganjurkan ibu untuk memuali pemberian ASI.
49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam:
a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.
c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan
yang sesuai untuk menatalaksanaan antonia uteri.
e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anastesi lokal dan menggunakan teknik yang
sesuai.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
82
50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus
dan memeriksa kontraksi uterus.
51) Mengevaluasi kehilangan darah.
52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan kandung kemih setiap 15 menit
selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama
jam kedua pascapersalinan.
a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam
perama pascapersalinan.
b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Mencuci dn membilas peralatan setelah
dekontaminasi.
54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi
ke dalam tempat
sampah yang sesuai.
55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.
Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu
memakai pakaian yang bersih dan kering.
56) Memastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu memberikan ASI,
menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman danmakanna
yang diinginkan.
57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan
larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
83
58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.
59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
60) Melengkapi patograf (halaman depan dan belakang).
h. Patograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu
persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik (JNPK-KR,
2008; h.57).Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk
mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan, mendeteksi apakah
proses persalinan berjalan normal, dan untuk membuat keputusan klinik.
Jika digunakan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong
persalinan untuk :
1) Mencatat kemajuan persalinan
2) Mencatat kondisi ibu dan janin
3)
Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
4)
Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit
persalinan
e). Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik
yang sesuai dan tepat waktu
i.
Komplikasi persalinan
1) Temuan Keadaan Normal dan Abnormal dari Partograf Kala II
a) Perineum
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
84
Pada kala II bila perineum sangat teregang dan kulit perineum
terlihat putih, terlihat jaringan parut pada perineum/vagina,
perineum kaku dan pendek, adanya rupture yang membakat pada
perineum, maka perlu dilakukan tindakan episiotomi (Sumarah,
Widyastuti.Y, Wiyati.N, 2009; h.116).
b) Gawat janin
Bila DJJ<100 atau >160 kali per menit, lemah, tidak teratur maka
persalinan kala II perlu segera diakhiri dengan episiotomi dan
tindakan seperti vakum ekstrasi, forcep atau SC.
c) His
Bila his menjadi lemah, atau dalam 10 menit tidak terjadi 3 kali
perlu dipertimbangkan tindakan untuk
menanganinya, misalnya
mengoreksi pemberian cairan dan elektrolit, pemberian stimulasi
uterotonika (Sumarah, Widyastuti.Y, Wiyati.N, 2009; h.116-117).
d) Distosia Bahu atau Bahu Macet
Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukakannya tambahan
manuver obstetrik oleh karena dengan tarikan bisa kearah
belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi
(Prawirohardjo, 2010; h.599). Pada presentasi kepala, bahu
anterior terjepit di atas simpisis pubis sehingga bahu tidak dapat
melewati panggul kecil atau bidang sempit panggul. Distosia bahu
terjadi jika bahu masuk kedalam panggul kecil dengan diameter
biakrominal pada posisi anteroposterior dari panggul sebagai
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
85
pengganti diameter oblik panggul yang mana diameter oblik
sebesar 12,75 cm lebih panjang dari diameter anteroposterior (11
cm). Waktu untuk menolong distosia bahu kurang lebih 5-10 menit.
e) Presentasi bokong
Yang dimaksud dengan presentasi bokong diartikan bahwa bagian
terendah janin adalah bokong. Presentasi bokong merupakan suatu
keadaan dimana janin dalam posisi membujur/memanjang, kepala
berada pada fundus sedangkan bagian terendah adalah bokong
(Sumarah, Widyastuti.Y, Wiyati.N, 2009; h.122).
f)
Letak Lintang
Letak lintang adalah letak janin dengan posisi sumbu panjang tubuh
janin memotong atau tegak lurus dengan sumbu panjang ibu. Pada
letak oblik biasanya hanya bersifat sementara, sebab hal ini
merupakan perpindahan letak janin menjadi letak lintang atau
memanjang pada persalinan.Dalam posisi letak lintang keadaan
akan lebih berbahaya lagi karena persalinan spontan tidak mungkin
berlangsung. Satu-satunya jalan yang dapat dicapai hanyalah
dengan jalan seksio sesaria (Manuaba, 2010; h.381).
2) Komplikasi kala III
a)
Perdarahan Postpartum
Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi dalam 24
jam setelah persalinan berlangsung. Perdarahan postpartum dibagi
menjadi primer dan sekunder. Perdarahan primer terjadi pada 24
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
86
jam pertama. Penyebabnya adalah atonia uteri, retensio plasenta,
sisa plasenta, dan robekan jalan lahir.P Perdarahan sekunder
terjadi setelah 24 jam pertama. Penyebabnya adalah robekan jalan
lahir, sisa plasenta atau membran (Manuaba, 2010; h.395).
b) Antonia Uteri
Antonia uteri adalahsuatu kondisi dimana miometrium tidak dapat
berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas
tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. Keadaan ini
dapat terjadi apabila uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik
setelah dilakukan rangsangan taktil (masase) fundus uteri dan
untuk mengatasinya segera dilakukan kompresi bimanual internal
(KBI)
dan
kompresi
bimanual
eksternal
(KBE)
(Sumarah,
Widyastuti.Y, Wiyati.N, 2009; h.154).
c) Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama
setengah jam setelah persalinan bayi. Plasenta harus dikeluarkan
karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi karena
sebagai benda mati, polip plasenta. Dalam melakukan plasenta
manual perlu diperhatikan tehniknya sehingga tidak menimbulkan
komplikasi seperti bahaya infeksi dan inversio uteri (Manuaba,
2010; h. 399).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
87
d) Robekan Jalan Lahir
Persalinan sering kali menyebabkan perlukan jalan lahir. Luka yang
terjadi biasanya ringan tetapi seringkali juga terjadi lika yang luas
dan berbahaya, untuk itu setelah persalinan harus dilakukan
pemeriksaan vulva dan perineum. Pemeriksaan vagina dan serviks
dengan
spekulum
perlu
dilakukan
setelah
pembedahan
pervaginam.
(1) Derajat I : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum.
(2) DerajatII : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum.
(3) Derajat III : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum,
otot spinter ani eksterna.
(4) Derajat IV : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum,
otot spinter ani eksterna,dinding rektum anterior(Sumarah,
Widyastuti.Y, Wiyati.N, 2009; h.156-158).
e) Sisa Plasenta
Sebagian plasenta yang tertinggal disebut sisa plasenta atau
plasenta rest. Komplikasi sisa plasenta adalah polip plasenta
artinya plasenta masih tumbuh dan dapat menjadi besar,
perdarahan terjadi intermiten sehingga kurang mendapat perhatian
(Manuaba, 2010; h.413).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
88
3. Nifas
a. Pengertian
Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu persalinan setelah
kelahiran. Lamanya periode ini tidak pasti sebagian besar menganggapnya
antara 4 sampai 6 minggu (Williams, 2013; h. 674).
Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil,
lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 2012; h. 87).
b. Menurut Mochtar (2012; h. 87) nifas dibagi dalam 3 periode :
1) Puerperium dini yaitu kepulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
2) Puerperium intermediet, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia
yang lamanya 6-8 minggu.
3) Puerperium
lanjut, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
kembali sehat sempurna, terutama jika selama hamil atau seaktu
persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk mencapai kondisi sehat
sempurna dapat berminggu-minggu, bulanan, atau bahwan taunan.
c. Menurut Varney (2008; h. 958) perubahan fisiologis dan anatomis
puerperium.
1) Uterus
Involusi
uterus
meliputu
reorganisasi
dan
pengeluaran
desidua/endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
89
ditandai dengan penuruna ukuran dan berat serta perubahan pada
lokasi uterus juga ditandai dengan warna dan jumlah lochea.
Banyaknya lochea dan kecepatan involusi tidak dipengaruhi oleh
pemberian rangkaian Metergin, yang hanya mempunyai efek jangka
pendek. Akan tetapi, menyusui akan mempercepat proses involusi.
Regenerasi endometrium lengkap pada tempat perlekatan plasenta
memakan waktu hampir enam minggu.
Uterus segerasetelah pelahiran bay, plasenta, dan selaput janin,
beratnya sekitar 1000 gram. Berat uterus menurun sekitar 500 gram
pada akhir minggu pertama pascapartum dan kembali pada berat yang
biasanya pada saat tidak hamil, yaitu 70 gram pada minggu kedelapan
pascapartum.
Menurut Mochtar (2012; h. 87) tinggi fundus uteri menurut masa
involusi
Tabel 2.4 Tinggi fundus uteri menurut masa involusi.
Involusi
Tinggi fundus uteri
Bayi lahir
Setinggi pusat
Uri lahir
2 jari bawah pusat
1 minggu
Pertengahan pusat simfisis
2 minggu
Tidak teraba diatas simfisis
6 minnggu
Bertambah kecil
8 minggu
Sebesar normal
Berat uterus
1000 gram
750 graam
500 gram
350 gram
50 gram
30 ram
Sumber (Mochtar, 2012).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
90
2) Lochea
Lochea adalah istilah untuk secret dari uterus yang keluar melalui
vagina selama puerperium. Karena perubahan warnanya , nama
deskriptif lochea berubah:
a) Lochea rubra, berwarna merah karena mengandung darah. Ini
adalah loche pertama yang mulai keluar segera setelah kelahiran
dan terus berlanjut selama dua hingga tiga hari pertama
pascapartum. Lochea rubra terutama mengandung darah dan
jaringan desidua.
b) Lochea serosa, mulai terjadi sebagai bentukyang lebih pucat dari
lochea rubra, serosa dan merah muda. Lochea ini berhenti sekitar 7
hingga 8 hari kemudian dengan warna merah muda, kuning, atau
putih hingga transisi menjadadi lochea alba. Lochea serosa
terutama mengadung cairan serosa, jaringan desidua, leukosit dan
eritrosit.
c) Lochea alba, mulai terjadi sekitar hari ke sepuluh pascapartum dan
hlang sekitar periode 2 hingga 4 minggu. Pada beberapa wanita
lochea ini tetap ada pada saat pemeriksaan pascapartum. Warna
lochea alba putih krem dan terutama mengandung leukosit dan sel
desidua.
(Varney, 2008; h. 960)
Lochea dalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina dalam masa nifas.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
91
a) Lochea rubra berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,
sel-sel desidua, verniks caseosa, lanugo, dan mekonium,
selama dua hari pasca persalinan.
b) Lochea sanguinolenta, berwarna merah kuning, berisi darah
dan lendir, hari ketiga sampai ke tuju pascapersalinan.
c) Lochea alba, cairan putih, seteah dua minggu.
d) Lochea purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti ananh
berbau busuk.
e) Lochea setatis, lochea tidak lancar keluarnya.
(Mochtar, 2012; h.87)
3) Vagina dan perineum
Segera setelah pelahiran, vagina tetap terbuka lebar, mungkin
mengalami beberapa derajat odema dan memar, dan celah pada
introitus. Setelah satu hingga dua hari pertama pascapartum, tonus otot
vagina kembali, celah vagina tidak lebar dan vagina tidak lagi odema.
Sekarang vagina menjadi berdinding lunak lebih besar dari biasanya,
dan umumnya longgar. Ukurannya menurun dengan kembalinya rugae
vagina sekitar mingguketiga pascapartum.
4) Payudara
Laktasi dimulai pada semua wanita dengan perubahan hormon saat
melahirkan. Wanita yang menyusui merespon terhadap menstimulasi
bayi yang disusui akan terus melepaskan hormon dan stimulasi alveoli
yang memproduksi susu. Bagi wanita yang memilih pemberian
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
92
makanan
formula,
involusi
jaringan
payudara
terjadi
dengan
menghindari stimulasi.
Pengkajian payudara pada periode awal pascapartum, meliputi
penampilan dan integritas puting susu, memar atau iritasi jaringan
payudara karena posisi bayi pada payudara, adanya kolostrum, apakah
payudara terisi susu dan adanya sumbatan duktus, kongesti dan tandatanda mastitis potensial.
d. Menurut Varney (2008; h. 961-962) tanda-tanda vital dan tanda, gejala,
serta perubahan fisik lain :
1) Tekanan darah, setelah melahirkan, banyak wanita mengalami
peningkatan sementara tekanan darah sistolik dan diastolik, yang
kembali secara spontan ke tekanan darah sebelum hamil selama
beberapa hari.
2) Suhu, suhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat
selama periode intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama
pascapartum.
3) Nadi, denyut nadi, yang meningkat selama persalinan akhir, kembali
normal setelah beberapa jam pertama pascapartum. Hemoragi, demam
selama persalinan, dan nyeri akut atau presisten dapat mempengaruhi
proses ini. Apabila denyut nadi diatas 100 selama puerperium, hal
tersebut abnormal dan mungkin menunjukan adanya infeksi.
4) Perubahan sistem renal, pelvis renalis dan ureter, yang meregang dan
dilatasi selama kehamilan, kembali normal pada minggu keempat
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
93
pascapartum. Segera stelah pascapartum kandung kemih, edema,
mengalami kongesti, dan hipotonik, yang dapat menyebabkan
overdistensi, pengosongan yang tidak lengkap, dan residu urine yang
berlebihan kecuali perawatan dberikan untuk memastikan berkemih
secara periodik. Uretra jarang mengalami obstruksi, tetapi mungkin
tidak dapat dihindari akibat persalinan lama dengan kepala janin dan
panggul. Efek persalinan pada kandung kemih dan uretra menghilang
dalam 24 jam pertama pascapartum, kecuali wanita mengalami infeksi
saluran kemih.
5) Penurunan berat badan, wanita mengalami penuruna berat badan rata
– rata 12 pon (4,5 kg) pada waktu melahirkan. Penurunan ini mewakili
gabungan berat bayi, plasenta, dan cairan aminon. Wanita dapat
kembali mengalami penurunan berat badan sebanyak 5 pon selama
minggu pertama pascapartum karena kehilangan cairan. Salah satu
studi bahwa berat badan mayoritas wanita mendekati berat badan
prakehamilan dalam 6 bulan pascapartum. Penentu utama penurunan
berat badan pascapartum adalah peningkatan bert badan saat hamil,
wanita yang mengalami peningkatan bert badan paling banyak akan
mengalami penurunan berat badan yang paling besar pula. Akan tetapi,
menyusui yang banyak dilaorkan mempengaruhi penurunan berat
badan setelah melahirkan, tidak memiliki efek yang signifikan pada
studi ini. Rata – rata wanita multipara mengalami penurunan berat
badan lebih sedikit.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
94
6) Perubahan gastrointestinal, konstipasi mungkin jadi masalah pada
puerperium awal karena kurangnya makanan padat selama persalinan
karena wanita menahan defekasi. Wanita mungkin menahan defekasi
karena pereneumnya mengalami perlukaan atau karena ia kurang
pengetahuan dan takut akan merobek atau merusak jahitan jika
melakukan defekasi.
Dinding abdomen, striae abdomen tidak dapat dihilangan secara
sempurna, tetapi dapat berubah menjadi garis putih keprakan yang
halus setelah periode beberapa bulan.
e. Perubahan psikologis masa nifas
1) Adaptasi Psikologis Pada Masa Nifas
Periode ini diekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi pada tiga tahap
berikut ini :
a) Taking in period.
Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat
bergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya,
ibu akan mengulang-ulang pengalaman waktu bersalin dan
melahirkan (Bahiyatun, 2009; h.64).
b) Taking hold period.
Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi pada
kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya
terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
95
sensitif, sehingga membutuhkan bimbingan da dorongan perawat
untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu (Saleha, 2009; h.64).
c) Letting go period.
Dialami setelah ibu dan bayi tiba di rumah. Ibu mulai secara penuh
menerima tanggung jawab sebagai “seorang ibu” dan menyadari
atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung dirinya (Saleha,
2009; h.64).
2) Depresi postpartum
Banyak ibu yang mengalami perasaan let down setelah melahirkan
sehubungan dengan seriusnya pengalaman waktu melahirkan dan
keraguan
akan
kemampuan
mengatasi
secara
efektif
dalam
membesarkan anak. Umumnya depresi ini sedang dan mudah berubah
mulai 2-3 hari setelah melahirkan dan dapat diatasi 1-2 minggu
kemudian (Bahiyatun, 2009; h.65).
3) Postpartum Blues/Baby Blues
Kondisi ini adalah periode emosional stres yang terjadi antara hari ke-3
dan ke-10 setelah persalinan yang terjadi 80% pada ibu postpartum.
Karakteristik kondisi ini adalah iritabilitas meningkat, perubahan mood,
cemas, pusing, serta perasaan sedih sendiri (Bahiyatun, 2009; h.65).
f.
Patologis masa nifas
1) Perdarahan Sekunder
Perdarahan sekunder adalah perdarahan yang terjasi setelah 24 jam
pertama. Kejadiannya tidak terlalu besar, apalagi dengan makin
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
96
gencarnya penerimaan gerakan keluarga berencana. Penyebab utama
perdarahan kala nifas sekunder adalah terdapatnya sisa plasenta atau
selaput ketuban (pada grandemultipara dan kelainan untuk implatansi
plasenta), infeksi endometrium, dan sebagian kecil terjadi dalam bentuk
mioma uteri bersamaan dengan kehamilan dan inversio uteri
(Manuaba, 2010; h.418).
2) Infeksi Saluran Kemih
Kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas relatif tinggi dan hal ini
dihubungkan dengan hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung
kemih waktu persalinan, pemeriksaan dalam yang terlalu sering,
kontaminasi kuman dari perineum, atau kateterisasi yang sering.Sistitis
biasanya memberikan gejala berupa nyeri berkemih (disuria), sering
berkemih, dan tak dapat menahan untuk berkemih. Demam biasanya
jarang terjadi. Adanya retensi urine pasca persalinan umumnya
merupakan tanda adanya infeksi.
3) Infeksi Masa Nifas
Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi pasca persalinan. Infeksi
masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi angka kematian ibu
(AKI). Infeksi alat genetalia merupakan infeksi masa nifas. Infeksi yang
meluas ke saluran urinari payudara dan pembedahan merupakan
penyebab tinggi (AKI). Gejala umun infeksi yang dapat dilihat dari suhu
pembengkakan takikardia dan malaise. Gejala lokalnya berupa uterus
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
97
lembek, kmerahan, rasa nyeri pada payudara, atau adanya disuria
(Bahiyatun, 2009;115).
4) Payudara Bengkak
Payudara
bengkak
yang
tidak
disusui
secara
adekuat
dapat
menyebabkan payudara menjadi merah, panas, terasa sakit, dan
akhirnya mastitis. Putting lecet akan memudahkan masuknya kuman
dan
terjadinya
payudara
bengkak.
Bra
yang
terlslu
ketat
mengakibatkan engorgement segmental (Bahiyatun, 2009; h. 117).
5) Mastitis dan Abses Payudara
Pada kondisi ini terjadi bendungan ASI merupakan kemungkinan
infeksi payudara. Bakteri yang sering menyebabkan infeksi payudara
adalah stafilokus aureus yang masuk melalui luka putting susu. Infeksi
menimbulk an demam, nyeri lokal pada payudara, terjadi pemadatan
payudara,dan terjadi perubahan warna kulit payudara.
Infeksi payudara (mastitis) dapat berkelanjutan menjadi abses dengan
kriteria warna kulit menjadi merah, terdapat masa nyeri, dan pada
pemeriksaan terdapat pembengkakan, di bawak kulit terdapat cairan.
Dalam keadan abses payudara perlu dilakukan insisi agar pus dapat
dikeluarkan untuk mempercepat kesembuhan (Manuaba, 2010; h. 420).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
98
g. Jadwal kunjungan rumah
Tabel 2.5 Jadwal Kunjungan rumah
Kunjungan
Waktu
Tujuan
1
6-8 jam
setelah
persalinan.
2
6
hari
persalinan.
3
2
Mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri.
a. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, rujuk bila perdarahan
berlanjut.
b. Memberikan konseling pada ibu atau
salah
satu
anggota
keluarga
bagaimana mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri.
c. Pemberian ASI awal.
d. Melakukan hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir.
e. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermia.
a. Memastikan involusi uterus berjalan
normal, uterus berkontraksi, fudus di
bawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal, dan tidak ada bau.
b. Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, cairan, dan istirahat.
c. Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyakit.
d. Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat, dan
perawatan bayi sehari-hari.
Sama seperti di atas (6 hari setelah
persalinan).
a. Menanyakan
pada
ibu
tentang
penyulit-penyulit yang ia alami atau
bayinya.
b. Memberikan konseling KB secara
dini.
c. Menganjurkan/mengajak
ibu
membawa bayinya ke posyandu atau
puskesmas untuk penimbangan dan
imunisasi.
4
setelah
minggu
setelah
persalinan.
6 minggu setelah
persalinan.
Sumber Saleha (2009; h.6)
.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
99
4. Bayi Baru Lahir
a. Pengertian
Menurut (Sondakh, 2013; h. 150) dikutip dari (Sarwono, 2005) pengertian
bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42
minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram.
b. Menurut Sondakh (2013; h. 151-) adaptasi fisiologis bayi baru lahir yaitu:
1) Adaptasi pernapasan
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik
sesudah kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas
normal sistem saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa
rangsangan lainnya. Semua ini menyebabkan perangsangan pusat
pernapasan dalam otak yang melanjutkan rangsangan tersebut untuk
menggerakan diafragma, serta otot-otot pernapasan lainnya. Tekanan
rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir per vaginam
mengakibatkan paru-paru kehilangan 1/3 dari cairan yang hilang
tersebut akan diganti dengan udara.
2) Adaptasi kardiovaskuler
a) Berbagai perubahan anatomi berlangsung setelah lahir, beberapa
perubahan terjadi dengan cepat dan sebagian lagi terjadi seiring
dengan waktu.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
100
Tabel 2.6 adaptasi kardiovaskuler.
Struktur
Sebelum lahir
Setelah lahir
Vena umbilikalis
Membawa darah arteri ke
hati dan jantung
Menutup
menjadi
ligamentum
teres
hepatis
Arteri umbilikalis
Membawa drah
arteriovenosa ke plasenta
Menutup
menjadi
ligamentu venosum
Duktus venosus
Pirau darah arteri ke dalam
vena cava inferior
Menutup
menjadi
ligamentum
arteriosum
Foramen ovale
Menghubungkan
kanan dan kiri
Biasanya menutup :
kadang-kadang
terbuka
Paru-paru
Tidak mengandung udara
dan sangat sedikit
mengandung darah berisi
cairan.
Membawa sedikit darah ke
paru
Berisi udara dan
disuplai darah
dengan baik
Aorta
Menerima darah dari
kedua ventrikel
Menerima darah
hanya dari ventrikel
kiri
Vena cava inferior
Membawa darah vena dari
tubuh dn darah arteri dari
plasenta.
Membawa darah
hanya dari atrium
kanan
Arteri pulmonalis
atrium
Membawa banyak
darah ke paru
Sumber (Sondakh, 2013).
b) Sirkulasi perifer lambat, yang menyebabkan akrosianosis (pada
tangan,kaki, dan sekitar mulut).
c) Denyut nadi berkisar 120-160 kali/menit saat bangun dan 100
kali/menit saat tidur.
d) Rata-rata tekanan darah 80/46 mmHg dan bervariasi sesuai
dengan ukuran dan tingkat aktivitas bayi.
e) Nilai hematologi normal pada bayi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
101
Dengan berkembangnya paru-paru, pada alveoli akan terjadi
peningkatan tekanan oksigen. Sebaliknya tekanan karbon dioksida
akan mengalami penurunan. Hal ini mengakibatkan terjadinya
penurunan resistansi pembuluh darah dan arteri pulmonalis
mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus tertutup. Setelah tali
pusat dipotong aliran darah dari plasenta terhenti dan foramen
ovale tertutup.
3) Perubahan termoagulasi dan metabolik
a) Suhu tubuh bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat karena
lingkungan eksternal lebih dingin daripada lingkungan pada uterus.
b) Suplai lemak sub kutan yang terbatas dan area permukaan kulit
yang besar dibandingkan dengan berat badan menyebabkan bayi
mudah menghantarkan panas pada lingkungan.
c) Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi
melalui konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi.
d) Trauma dingin (hipotermi) pada bayi baru lahir dalam hubungannya
dengan asidosis metabolik dapat bersifat mematikan, bahkan pada
bayi cukup bulan yang sehat.
Sesaat sesudah bayi lahir, ia akan berada di tempat yang suhunya
lebih rendah dari dalam kandungan dan dalam keadan basah.
Keadaan basah bila bayi dibiarkan dalam suhu kamar 25 derajat
celcius, maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi,
konveksi, konduksi, dan radiasi sebanyak 200 kalori/kgBB/menit.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
102
Sementara itu pembentukan panas yang dapat diproduksi hanya
sepersepuluh dari pada yang tersebut diatas dalam waktu yang
bersamaan. Hal ni akan menyebabkan penurunan suhu tubuh
sebanyak 2 derajat celcius dalam waktu 15 menit. Suhu lingkungan
yang tidak baik akan menyebabkan bayi menderita hipotermi dan
trauma dingin.
4) Adaptasi neurologis
a) Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum
berkembang sempurna.
b) Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidk terkoordinasi,
pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk, mudah terkejut
dan tremor pada ekstremitas.
c) Perkembangan neonatus terjadi cepat. Saat bayi tumbuh, perilaku
yang lebih kompleks (misalnya kontrol kepala, tersenyum dan
merah dengan tujuan) akan berkembang.
d) Refleks bayi baru lahir merupakan indikator penting perkembangan
normal.
Tabel 2.7 Refleks pada bayi baru lahir
Refleks
Respon normal
Rooting dan
menghisap
Bayi baru lahir
menolehkan kepala ke
arah stimulus, membuka
mulut dan mulai
menghisap bila pipi, bibir,
atau sudut mulut bayi
disentuh denga jari atau
puting
Respon abnormal
Respon yang lemah
atau tidak ada respon
terjadi
pada
prematuritas,
penurunan,
atau
cedera neurologis, atau
depresi sistem saraf
pusat
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
103
Menelah
Bayi baru lahir menelan
berkoordinasi
dengan
mengisap bila cairan
ditaruh bi belakang lidah
Muntah, batuk, atau
regurgitasi,
cairan
dapat
terjadi,
kemungkinan
berhubungan dengan
sianosis
sekunder
karena
prematurus,
defisit neurologis atau
cedera.
Ekstrusi
Bayi
barulahir
menjulurkan lidah keluar
bila ujung lidah disentuh
dengan jari atau puting.
Ekstrusi lidah secara
kontinu
atau
menjulurkan lidah yang
berulang
Morro
Ekstensi simetris bilateral
dan
abduksi
seluruh
ekstremitas, dengan ibu
jari dan jari telunjuk
membentuk
huruf
c,
diikuti dengan adduksi
ekstremitas dan kembali
ke fleksi relaks jika posisi
bayi berubah tiba-tiba
atau jika bayi diletakkan
terlentang
pada
permukaan yang datar.
Bayi
akan
berusaha
untuk merangkak ke
depan dengan kedua
tangan dan kaki bila
diletakkan
tekungkup
pada permukaan datar
Bayi akan melangkah
dengan satu kaki dan
kemudian kaki lainnya
dengan
gerakkan
berjalan bila satu kaki
disentuh
pada
permukaan rata
Ekstremitas pada satu
sisi dimana saat kepala
ditolehkan akan ekstensi,
dan ekstremits yang
berlawanan akan fleksi
bila kepala bayi
ditolehkan ke satu sisi
selagi beristirahat.
Respon asimetris
terlihat padacedera
saraf perifer atau
fraktur klavikula atau
fraktur tulang panjang
legan atau kaki.
Merangkak
Melangkah
Tonik leher
fancing
atau
Respon
asimetris
terlihat pada cedera
saraf
SSP
dan
gangguan neurologis.
Respon
asimetris
terlihat pada cedera
saraf SSP atau perifer
atau
fraktur
tulang
panjang kaki.
Respon
persisten
setelah bulan keempat
dapat
menandakan
cedera
neurologis.
Respon
menetap
tampak pada cedera
SSP dan gangguan
neurologis.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
104
Ekstensi silang
Kaki
bayi
yang
berlawanan akan fleksi
dan kemudian ekstensi
dengan cepat seolaholah berusaha untuk
memindahkan stimulasi
ke kaki yang lain bila
diletakkan
terlentang,
bayi
akan
mengekstensikan
satu
kaki
sebagai
respon
terhadap stimulus pada
telapak kaki
Bayi akan berkedip bila
dilakukkan 4 atau 5 ketuk
pertama pada batang
hidung saat mata terbuka
Respon yang
atau tidak ada
yang
terlihat
cedera saraf
atau
fraktur
panjang.
Palmar grasp
Jari bayi akan melekuk di
sekeliling benda dan
menggenggamnya
seketika
bila
jari
diletakkan di tengah jari
Respon ini berkurang
pada
prematurus.
Asimetris terjadi pada
kerusakan saraf perifer
(pleksus brakialis) atau
fraktur humelus. Tidak
ada
respons
yang
terjadi
pada
defisit
neurologis yang berat.
Tanda babinski
jari-jari kaki bayi akan
hiperekstensi
dan
terpisah seperti kipas dari
dorsofleksi ibu jari kaki
bila satu sisi kaki digosok
dari
tumit
ke
atas
melintas bantalan kaki
Tidak ada respon yang
terjadi pada defisit SSP
Glabellar blink
lemah
respon
pada
perifer
tulang
Terus berkedip dan
gagal untuk berkedip
menandakan
kemungkinan
gangguan neurologis.
Sumber (Sondakh, 2013).
5) Adaptasi gestrointestinal
Oleh karena kadar gula darah tali usat 65 mg/100 ml akan menurun
menjadi 50 mg/100ml dalam waktu dua jam sesudah lahir, energi
tambahan yang diperlukana neonatus pada jam-jam pertama sesudah
lahir diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar gula
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
105
akan mencapai 120 mg/100ml. Bila perubahan glukosa menjadi
glikogen meningkat atau adanya gangguan metabolisme asam lemak
yang tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus, maka kemungkinan
bayi mengalami hipoglikemia.
6) Adaptasi ginjal
a) Laju filtrasi glomelurus relatif rendah pada saat lahir disebabkan
oleh tidak adekuatnya area permukaan kapiler glomelurus.
b) Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama
setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah itu
mereka berkemih 5-20 kali dalam 24 jam
7) Adaptasi hati
a) Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu setelah lahir,
hati terus membantu pembentukan darah.
b) Selama periode neonatus, hati memproduksi zat yang esensial
untuk pembekuan darah.
c) Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai 5
bulan kehidupan ekstrauterin, pada saat ini bayi baru lahir menjadi
rentan terhadap defisiensi zat besi.
d) Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi yang
bersirkulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan dilepaskan
bersamaan dengan pemecahan sel-sel darah merah.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
106
8) Adaptasi imun
a) Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang di
pintu masuk
b) Infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
selama periode neonatus.
c. Penilaian APGAR
Penilaian keadaan umum bayi dimulai satu menit setelah lahir dengan
menggunakan nilai apgar, penilaian berikutnya dilakukan pada menit
kelima dan kesepuluh penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi
menderita asfiksia atau tidak (Sondakh, 2013; h. 158).
Tabel 2.8 Nilai Apgar
0
1
2
Appearance (warna
kulit)
Pucat
Badan
merah
ekstremitas biru
Seluruh
tubuh
kemerah-merahan
Pulse rate
(frekuensi nadi)
Tidak ada
Kurang dari 100
Lebih dari 100
Grimace
rangsang)
Tidak ada
Sedikit
gerakan
mimik (grimace)
Batuk/bersin
Activity (tonus otot)
Tidak ada
Ekstremitas dalam
sedikit fleksi
Gerakan aktif
Respiration
(pernpasan)
Tidak ada
Lemah/tidak teratur
Baik/menangis
(reaksi
Sumber : (Sndakh, 2013).
Menurut Mead (1996) dikutip dari Sondakh (2013) setiap variabel diberi
nilai 0, 1, 2 sehingga nilai tertinggi adalah 10, nilai 7-10 pada menit
pertama menunjukkan bahwa bayi berada dalam kondisi baik. Nilai 4-6
menunjukkan adanya deresi sedang dan membutuhkan beberapa jenis
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
107
tindakan resusitasi. Bayi dengan nilai 0-3 menunjukkan depresi serius dan
membutuhkan resusitasi segera dan mungkin memerlukan ventilasi.
d. Menurut (Sondakh, 2013; h.159) Perawatan bayi baru lahir
1) Pertolongan pada saat bayi baru lahir
a) Sambil menilai penanganan secara cepat, letakkan bayi dengan
handuk di atas perut ibu.
b) Dengan kain yang bersih dan kering atau kasa, bersihkan darah
atau lendir dari wajah bayi agar jalan udara tidak terhalang. Periksa
ulang pernapasan bayi, sebagian besar bayi akan menangis atau
bernapas secara spontan dalam waktu 30 detik setelah lahir.
2) Perawatan mata
Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk
mencegah penyakit mata akibat klamidia (penyakit menular seksual).
Obat perlu diberikan pada jam pertama setelah persalinan.
3) Pemeriksaan fisik bayi
a) Kepala:
pemeriksaan
terhadap
ukuran,
bentuk,
sutura
menutup/melebar, adanya caput succedancum, cepal hematoma.
b) Mata: pemeriksaan terhadap perdarahan, subkonjungtiva, tandatanda infeksi.
c) Hidung
dan
mulut:
pemeriksaan
terhadap
labioskisis,
labiopalatoskisis dan refleks isap ( dinilai dengan mengamati bayi
saat menyusu.
d) Telinga : pemeriksaan terhadap kelainan daun/bentuk telinga
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
108
e) Leher: pemeriksaan terhadap hematom sternocleidomastoideus,
ductus thyroglossalis, hygroma colli.
f)
Dada: pemeriksaan terhadap bentuk, pembesaran buah dada,
pernapasan,
retraksi
intercostal,
subcostal
sifoid,
merintih,
pernapasan cuping hidung, serta bunyi paru-paru (senor, vesikular,
bronkial dan lain-lain).
g) Jantung: pemeriksaan terhadap pulsasi, frekuensi bunyi jantung,
kelainan bunyi jantung.
h) Abdomen: pemeriksaan terhadap membuncit (pembesaran hati,
limpa, tumor aster), scaphoid (kemungkinan bayi menderita
diafragmatika/atresia esofgus tanpa fistula).
i)
Tali pusat: pemeriksaan terhadap perdarahan, jumlah darah pada
tali pusat, warna dan besar tali pusat, hernia di talipusat atau di
selangkangan.
j)
Alat kelamin: pemeriksaan terhadap testis apakah berada dalam
skrotum, penis berlubang pada ujung (pada bayi laki-laki), vagina
berlubang, apakah laboa mayora menutupi labia minora (pada bayi
perempuan).
k) Lain-lain: mekonium harus keluar dalam 24 jam sesudah lahir, bila
tidak harus waspada terhadap atresia ani atau obstruksi usus.
Selain itu, urin juga harus keluar dalam 24 jam. Kadang
pengeluaran urin tidak diketahui karena pada saat bayi lahir, urin
keluar bercampur dengan air ketuban. Bila urin tidak keluar dalam
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
109
24 jam, maka harus diperhatikan kemungkinan adanya obstruksi
saluran kemih.
4) Pemeriksaan antropometri
a) Berat badan bayi normal
: 2500-4000 gram
b) Panjang badan
: 48 – 52 cm
c) Lingkar kepala
: 33-34 cm
d) Lingkar lengan atas
: 10-11 cm
(Sondakh, 2013; h.164).
5) Perawatan lain-lain
a) Lakukan perawatan tali pusat
(1) Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar
terkena udara dan ditutupi dengan kain bersih secara longgar.
(2) Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja, dicuci dengan sabun
dan air bersih, kemudian dikeringkan sampai benar-benar
kering.
b) Orangtua diajarkan tanda-tanda bahaya bayi dan mereka diberitahu
agar merujuk bayi dengan segera untuk perawatan lebih lanjut jika
ditemui hal-hal berikut:
(1) Pernapasan sulit atau lebih dari 60 kali/menit.
(2) Warna: kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau
pucat.
(3) Tali pusat: merah, bengkak, keluar.
6) Kunjungan neonatal
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
110
1) Kunjungan neonatal 1 pada usia 6-48 jam
2) Kunjungan neonatal ke 2 pada usia 3-7 hari
3) Kunjungan neonatal ke 3 pada usia 8 – 28 hari
(Kemenkes, 2013; h. 56).
7) Komplikasi neonatus
1)
Asfiksia neonaturum
Adalah keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan tidak segera
bernapas secara spontan dan teratur setelah kelahiran (Mochtar,
2012; h. 291).
2) Kaput suksedaneum
Kaput suksedaneum muncul karena kepala janin terlalu lama
tertekan di dalam panggul. Kaput melampaui batas tulang dan
akan menghilang beberapa hari, dan segera berkurang setelah hari
pertama (Manuaba, 2010; h. 424).
3) Sefalhematoma
Sefalhematoma adalah perdarahan subperitonial, dengan batas
jelas pada satu tulang tengkorak. Sefalhematoma dapat terjadi
pada persalinan normal dan terutama pada persalinan dengan
cunam (Forsep) (Manuaba, 2010; h. 424).
4) Fraktur tulang klavikula
Sering terjadi pada kesulita persalinan bahu, gejala yang mungkin
terjadi adalah hilangnya kekuatan pada sisi fraktur dan refleks
morro hilang. Diagnosa pasti adalah dengan melakukkan palpasi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
111
untuk menemukan letak fraktur dan melakukan foto rontgen
(Manuaba, 2010; h. 429).
5) Kelainan kongenital
Kelainan kongenital merupakan kelainan pertumbuhan struktur
organ janin sejak saat pembuahan. Kelainan kongenital yang
sering di jumpai adalah anensefali (tidak terbentuk otak janin
sehingga bentuk janin seperti kodok), kelainan fusi jaringan organ
tubuh,
labiokisis,
palatokisis,
labiopalatokisis,
gangguan
pembentukan alat tubuh (atresia ani(tidak terbentuk anus)), atresia
vagina (tidak terbentuk vagina), gangguan migrasi alat tubuh
seperti migrasi testis, hipospadia, atresia esofagus (Manuaba,
2010; h. 429)
6) Sepsis neonaturum dan meningitis
Sepsis neonatus atau meningitis sering didahului oleh keadaan
hamil dan persalinan sebelumnya seperti : ibu telah menderita
penyakit infeksi, ketuban pecah dini, persaliann lama atau
terlambat, persalinan dengan tindakan operasi.
Gejala klinis infeksi neonaturum yaitu bayi malas minum, tampak
gelisah, pernapasan cepat, berat badan cepat menurun, terjadi
diare, panas, pergerakan makin melemah, pada pemeriksaan
mungkin dijumpai bayi berwarna kuning, pembesarah hati dan
limpa dan kejang-kejang. (Manuaba, 2010; h. 432-433).
7) Tetanus neonaturum
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
112
Masuknya kuman tetanus sebagian besar melalui tali pusat.
Tetanus neonaturum menyebabkan kerusakan pada pusat motorik,
jaringan otak, pusat pernapasan, dan jantung (Manuaba, 2010; h.
434).
a)
Gambaran klinis
(1) Kejang-kejang sampai pada otot pernapasan.
(2) Leher kaku diikuti spasme umum.
(3) Dinding abdomen keras.
(4) Mulut mecucu seperti mulut ikan.
8) Ikterus neonaturum
Ikterus atau warna kuning sering dijumpai pada bayi baru lahir
dalam batas normal pada hari kedua sampai hari ketiga dan
menghilang pada hari kesepuluh (Manuaba, 2010; h. 435).
9) Bayi dengan berat badan lahir rendah
Istilah prematuritas telah diganti dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi
dengan berat badan kurang dari 2500 gram yaitu karena usia
kehamilan kurang dari 37 minggu, berat lebih rendah dari
semstinya, sekalipun cukup bulan karena kombinasi keduanya
(Manuaba, 2010; h. 436).
e.
Menurut (M0chtar, 2012; h. 306) Perawatan bayi berat badan lahir rendah
yaitu yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungannya,
pemberian makanan dan siap sedia dengan tabung oksigen.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
113
1.
Pengaturan suhu lingkungan
Bayi dimasukkan dalam inkubator dengan suhu yang diatur bayi berat
badan dibawah 2 kg suhu 35 derajat celcius, bayi berat badan 2 kg
sampai 2,5 kg suhu 34 derajat celcius.
Suhu inkubator diturunkan 1 derajat celcius setiap minggu sampai
bayi dapat ditempatkan pada suhu lingkungan 24-27 derajat celcius.
2. Makanan bayi berat badan lahir rendah
Umumnya bayi prematur belum sempurna refleks menghisap dan
batuknya,
kapasitas
lambung
masih
kecil
dan
daya
enzim
pencernaan, terutama lipase, masih kurang. Maka makanan diberikan
dengan pipet sedikit-sedikit namun lebih sering.
5. Keluarga Berencana
a. Pengertian
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.
Kontrasepsi adalah cara, alat, atau obat-obatan untuk mencegah terjadinya
konsepsi (Mochtar, 2012; h. 195).
b. Penapisan klien
Tujian utama penapisan klien sebelum pemberian suatu metode
kontrasepsi (misalnya pil, suntik atau AKDR) untuk menentukan apakan
ada kehamilan, keadaan yang membutuhkan perhatian khusu, masalah
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
114
(misalnya diabetes atau tekanan darah tinggi) yang membutuhkan
pengamatan dan pengelolaan lanjut (Affandi, 2012; h. U-9).
Tabel 2.9 daftar tilik penapisan klien metode nonoperatif
Metode hormonal (pil kombinasi,pil progestin, suntik dan susuk)
ya
Tidak
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih
Apakah anda menyusui dan kurang dari 6 minggu
pascappersalinan
Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata
Apakah pernah nyeri hebat pada betis pada paha atau tungkai
bengkak.
Apakah pernah tekanan darah di atas 160 mmHg (sistolik) atau
90 mmHg (Diastolik)
Apakah ada massa atau benjolan di payudara
Apahah anda sedang minum obat-obatan anti kejang (epilepsi).
AKDR (semua jenis pelepas tembga dan progestin)
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu
Apakah klien mempunyai pasangan seks lain
Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual
Apakah pernah pengalami haid banyak (lebih dari 1-2 pembalut
tiap 4 jam)/
Apakah pernah mengalami haid lama
Apakah pernah mengalami dismenorhea berat yang
membutuhkan analgetika dan atau istirahat baring.
Apakah pernah megalami perdarahan bercak antara haid setelah
senggama
Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung valvuler atau
kongenital.
Sumber (Affandi, 2012; h. U-10).
c. Jenis – jenis keluarga berencana
1) KB Non Hormonal
a) Senggama Terputus (Coitus Interuptus)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
115
(1) Definisi
Senggama terputus adalah penarikan penis dari vagina
sebelum terjadinya ejakulasi (Prawirihardjo, 2014; h.438).
(2) Efek Samping
Efek samping dari metode ini adalah kepuasan, dalam
berhubungan seksual tidak normal dan menimbulkan tekanan
jiwa (Manuaba, 2009; hal. 244).
(3) Kekurangan
Kekurangan metode ini adalah mengganggu kepuasan kedua
belah pihak, kegagalan hamil sekitas 30 sampai 35% karena
semen
keluar
sebelum
mencapai
puncak
kenikmatan
(Manuaba, 2010; h. 596).
(4) Keuntungan
keuntungan dari metode ini adalah tidak membutuhkan biaya,
tidak mengganggu ASI, dapat digunakan setiap waktu dan lainlain (Affandi Biran, 2012; h.MK-15).
(5) Indikasi
Indikasi metode ini adalah pasangan yang berhubungan
seksualnya
tidak
teratur,
pasangan
yang
memerlukan
kontrasepsi segera, pasangan yang membutuhkan metode
mendukung (Affandi Biran, 2012; h. MK-16).
(6) Kontra Indikasi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
116
Kontra indikasi dari metode ini adalah suami yang sulit
melakukan senggama terputus, pasangan yang tidak bersedia
melakukan senggama terputus, suami dengan ejakulasi dini
(Affandi Biran, 2012; h.MK-16).
b) Pembilasan Pasca Senggama
(1) Definisi
Pembilasan
Pasca
Senggama
adalah
pembilasan
yang
dilakukan setelah melakukan senggama (Prawirohardjo, 2014;
h.439).
(2) Efek Samping
Jadi dalam metode ini setelah melakukan senggama dengan
pasangan maka langsung dilakukan pembilasan diarea vagina
(Prawirihardjo, 2014; h.439).
(3) Kekurangan
Kekurangan
dari
metode
ini
ialah
harus
langsung
membersihkan area vagina untuk mengeluarkan sperma
tersebut agar tidak terjadi konsepsi.
(4) Kentungan
Keuntungan dari metode ini adalah tidak mengganggu ASI,
dapat digunakan untuk kontrasepsi lainya, tidak memerlukan
biaya dan lain-lain.
c) Kondom
(1) Definisi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
117
Kondom adalah merupakan selubung/sarung karet yang dapat
terbuat dari berbagai bahan yang diantaranya lateks (karet),
plastik (vinil), atau bahan alami yang digunakan pada saat
hubungan seksual (Affandi Biran, 2012; h.MK-17).
(2) Efek Samping
Efek samping dari metode ini adalah tidak ada, kecuali bila ada
alergi dengan bahan kondom itu sendiri (Prawirohardjo, 2014; h.
442).
(3) Kekurangan
Kekurangan dari metode ini adalah harus selalu menyediakan
kondom
sebelum
melakkan
koitus,
agak
mengganggu
kenimatan pasangan, efektifitas tidak terlalu tinggi (Affandi
Biran, 2012; h.MK-19).
(4) Keuntungan
Keuntungan dari metode ini adalah dapat menghindari penyakit
hubungan seks seperti AIDS/Inveksi HIV, bagi mereka yang
mengalami kelemahan ejakulasi dini dapat bertindak sebagai
penghambat orgasme (Manuaba, 2009; h. 244).
(5) Indikasi
Indikasi
dari
metode
ini
adalah
asangan
yang
ingin
berpartisipasi untuk keluarga berencana, ingin menggunakan
kontrasepsi sementara, ingin kontrasepsi tambahan (Affandi
Biran, 2012; h.MK-19).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
118
(6) Kontra Indikasi
Kontra indikasi dari metod ini adalah pasangan yang tidak ingin
berpartisipasi dalam keluarga berencana, pasangan yang tidak
mau terganngu dalam hubungan seksual (Affandi Biran, 2012;
h.MK-19).
d) Pantang Berkala
(1) Definisi
Pantang berkala adalah berpantang (tidak koitus) beberapa hari
sebelum hingga beberapa setelah ovulasi (Mochtar Rustam,
2012; h. 198).
(2) Kekurangan
Kekurangan dari metode ini ialah sulit menentukan waktu yang
tepat pada ovulasi. Dengan demikian untuk wanita yang
siklusnya tidak teratur , sangat sulit atau sama sekali tidak
dapat diperhitungkan saat terjadinya ovulasi (Prawirohardjo,
2014; h.439).
(3) Keuntungan
Keuntungan dari metode ini adalah dapat menghitung masa
subur dari pasangan tersebut (Manuaba, 2010; h. 596).
(4) Indikasi
Indikasi dari metode ini adalah bagi pasangan yang mampu
bekerja sama untuk penggunaan metode ini, pasangan yang
menstruasinya teratur (Manuaba, 2010; h. 594).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
119
(5) Kontra Indikasi
Kontra indikasi dari metode ini adalah bagi pasangan yang
siklus menstruasinya tidak teratur, pasangan yang tidak mau
bekerja sama (Manuaba, 2010; h. 594).
e) Spermisida
(1) Definisi
Spermisisda adalah bahan kimia yang digunakan untuk
menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk
aerosol (busa), tablet vagina, suppositoria, dan krim (Affandi
Biran, 2012; h.MK24).
(2) Efek Samping
Efek samping dari metode ini adalah dapat menimbulkan alergi
atau iritasi (Manuaba, 2010;h. 596).
(3) Kekurangan
Keefektivitasannya hanya berkisar antara 1-2 jam, pengguna
harus menunggu 10-15 menit sebelum melakukan koitus,
bergantung pada kepatuhan menggunakannya (Affandi Biran,
2012; h.MK-25), timbulnya perasaan kurang enak pada kedua
belah pihak karena “becek”, kadang timbul alergi (Mochtar
Rustam, 2012; h.202).
(4) Keuntungan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
120
Metode ini sulit digunakan secara masal dan hanya dapat
diajarkan pada kalangan terbatas yang mempunyai pendidikan
(Manuaba, 2010; h.597).
(5) Indikasi
Indikasi dari metode ini adalah bagi pasangan yang masih
menyusiu dan perlu kontrasepsi, atau sambil menunggu
kontrasepsi yang lain (Affandi Biran, 2012; h.MK-26).
(6) Kontra Indikasi
Kontra Indikasi dari metode ini adalah bagi pasangan yang
menginginkan kontrasepsi yang efektif (Affandi Biran, 2012;
h.MK-25).
f)
Diafragma
(1) Definisi
Diafragma adalah kap bentuk bulat cembung, terbuat dari lateks
(karet) yang diinsersikan kedalam vagina sebelum berhubungan
seksual dan menutup serviks (Affandi Biran, 2012; h.MK-21).
(2) Efek Samping
Efek samping dari metode ini adalah rasa nyeri pada tekanan
terhadap kandung kemih, dugaan alergi terhadap bahan
diafragma (Affandi Biran, 2012; h.MK-23).
(3) Kekurangan
Kekurangan dari metode ini ialah diperlukannya motivasi yang
cukup kuat, umumnya cocok untuk wanita terpelajar dan tidak
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
121
digunakan untuk secara masal, pemakaian yang tidak teratur
dapat menjadi kegagalan (Prawirohardjo, 2014; h.443.
(4) Keuntungan
Keuntungan dari metode ini hampir tidak ada efek sampingnya
dengan motivasi yang baik dan cara pemakaian yang betul
hasilnya memuaskan (Prawirohardjo, 2014; h.443).
(5) Indikasi
Indikasi dari metode ini adalah bagipasangan yang memerlukan
dengan menunggu metode yang lain, menyusui dan perlu
kontrasepsi (Affandi Biran, 2012; h.MK-22).
(6) Kontra Indikasi
Kontra
indikasi
metode
ini
adalah
bagipasangan
yang
menggunakan kontrasepsi yang efektif (Affandi Biran, 2012; h.
MK-22).
g) Metode Amenorea Laktasi (MAL)
(1) Definisi
Metode amenor laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI) secara ekslusif,
artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau
minuman apapun lainnya (Affandi Biran, 2012; h.MK-1).
(2) Kekurangan
Kekurangan dari metode ini adalah mungkin sulit dilakukan
karena
kondisi
sosial,
efektifitas
tinggi
hanya
sampai
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
122
kembalinya haid atau hanya sampai 6 bulan, tidak melindungi
dari IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS (Affandi
Biran, 2012; h.MK-2).
(3) Keuntungan
Keuntungan dari metode ini adalah mengurangi perdarahan
pasca persalinan, mengurangi resiko anemia, meningkatkan
hubungannpsikologik ibu dan bayi (Affandi Biran, 2012; h.MK2).
(4) Indikasi
Indikasi metode ini adalah ibu yang menyusui secra ekslusif,
bayinya berumur kurang dari 6 bulan, dan belum mendapat haid
setelah melahirkan (Affandi Biran, 2012; h.MK-2).
(5) Kontra Indikasi
Kontra indikasi dari metode ini adalah bagi ibu yang tidak
menyusui secara ekslusif, bayinya berumur lebih dari 6 bulan
(Affandi Biran, 2012; h.MK-2).
2) KB Hormonal
a) Pil Kombinasi
(1) Definisi
Sebuah kontrasepsi yang menggunakan obat/pil yang harus
selalu di minum setiap hari (Affandi Biran, 2012; h.MK-30).
(2) Efek Samping
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
123
Efek samping dari metode ini adalah mual, pusing, muntah,
tidak haid (Affandi Biran, 2012; h.MK-35).
(3) Kekurangan
Pil harus diminum setiap hari, kurang cocok nagi wanita yang
pelupa,motivasi harus diberikan secara lebih intensif (Mochtar
Rustam, 2012, h.- 2004).
(4) Keuntungan
Keuntungan dari Pil ini adalah memiliki efektifitas yang tinggi
jika digunakan setiap hari, resiko kesehatan kecil, tidak
mengganggu hubungan seksual, mencegah anemia (Affandi
Biran, 2012; h.MK-31).
(5) Indikasi
Indikasi dari metod ini adalah bagi wanita yang haidnya tidak
teratur, haid yang terlambat (Mochtar Rustam, 2012; h.207).
(6) Kontra Indikasi
Kontra indikasi metode ini adalah bagi wanita yang tidak rajin
meminum pil setiap hari, wanita yang mempunyai tekanan
darah tinggi (Mochtar Rustam, 2012; h.206).
b) Kontrasepsi Suntikan
(1) Definisi
Kontrasepsi yang penggunaannya dilakukan dengan suntikan.
(2) Efektivitas
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
124
Evektifitas depo provera tinggi, cara pemberiannya sederhana,
cukup aman, kesuburan dapat kembali setelah beberapa lama
dn cocok untuk ibu yang sedang menyususi bayinya, angka
kegagalan adalah 0-0,8 (Mochtar; 2010; h. 209)
(3) Mekanisme
kerja
komponen
progesteron
atau
derivat
testosteron adalah :
Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi
pelepasan ovum, mengentalkan lendir serviks sehingga sulit
ditembus spermatozoa, mengganggu peristaltik tuba falopi
sehingga konsepsi dihambat, mengubah suasana endometrium
sehingga tidak sempurna untuk implantasi hasil konsepsi
(Manuaba, 2010; h. 601).
(4) Keuntungan
Pemberiannya sederhana setiap 8-12 minggu, tingkat efektivitas
tinggi, hubungan seks dengan suntik KB bebas, pengawasan
medis yang ringan, dapat diberikan pascapersalinan, pasca
keguguran
atau
pascamenstruasi,
tidak
mengganggu
pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi (Manuaba,
2010; h. 601).
(5) Kerugian
Perdarahan yang tidak menentu, terjadi amenorhea (tidak
datang bulan) berkepanjangan, masih terjadi kemungkinan
hamil (Manuba, 2010; h. 601).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
125
(6) Indikasi mengunakan kontrasepsi suntik progestin
Usia
reproduksi,
nilipara
yang
telah
memiliki
anak,
menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki
efektivitas tinggi, menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang
sesuai, setelah melahirkkan, setelah abortus, telah banyak anak
tetapi belum menghendaki tubektomi, tekanan darah < 180/110
mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah. Sering
lupa menggunkaan pil kontrasepsi, anemia defisiensi besi
(Affandi, 2010; h. MK-45).
(7) Kontra indikasi penggunaan kontrasepsi suntik progestin
Hamil atau dicuriagi hamil, perdarahn pervaginam yang belum
jelas penyebabnya, tidak dapat menerima terjadinya gangguan
haid, terutama amenorea, menderita kanker payudara atau
riwayat kanker payudara, diabetes mellitus disertai komplikasi
Affandi, 2010; h. MK-45).
(8) Cara pemberian
Setelah persalinan, dapat diberikan suntik KB pada hari ke 3-5
postpartum, atau sesudah air susu ibu berproduksi, atau
sebelum ibu pulang dari rumah sakit, atau 6-8 minggu
pascabersalinan, asal dipastikan bahwa ibu tidak hamil atau
belum melakukan koitus. Pada pasca keguguran, dapat
diberikan segera setelah selesai kuretase atau sewaktu ibu
hendak pulang dari rumah sakit asal ibu belum hamil lagi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
126
Dalam masa interval diberikan pada hari 1-5 haid (Mochtar,
2010; h. 209).
(9) Cara penggunaan kontrasepsi suntikan
i. Kontrasepsi suntikan diberikan setiap 3 buln dengan
disuntik intramaskuler dalam di daerah pantat. Apabila
suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi
suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif.
ii. kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembunggelembung
udara.
Kontrasepsi
suntik
tidak
perlu
didinginkan, bila terdapat endapan putih dan dasar ampul,
upayakan menghilangkannya.
iii. Bersihkan kulit yang akan disuntikan dengan kapas alkohol,
biarkan kulit kering sebelum disuntik, setelah kulit kering
baru disuntik.
c) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
(1) Definisi
AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukan kedalam rongga
rahim wanita untuk tujuan kontrasepsi (Mochtar Rustam, 2012;
h.220).
(2) Efek Samping
Efek samping metode ini adalah perdarahan yang tidak teratur,
berat badan yang meningkat (Affandi Biran, 2012; h.MK-63).
(3) Kekurangan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
127
Kekurangan metode ini adalah harus dilakukan pemeriksaan
dalam sebelum pemasangan AKDR, Diperlukan tenaga terlatih
untuk pemasangan dan pencabutan AKDR, kejadian kehamilan
ektopik cukup tinggi dan lain-lain (Affandi Biran, 2012; h.MK70).
(4) Keuntungan
Keuntungan dari metode ini adalah pemulihan kesuburan yang
cepat, kontrol medis yang ringan, jangka panjang dan lain-lain
(Manuaba, 2010, h.611).
(5) Indikasi
Indikasi dari metode ini adalah wanita yang ingin menggunakan
kontrasepsi jangka panjang, sering lupa menggunakan pil
(Affandi Biran, 2012; h.MK-71).
(6) Kontra Indikasi
Kontra Indikasi dari metode ini adalah hamil atau diduga hamil,
kannker genetalia (Affandi Biran, 2012; h. MK-71).
d)
Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)
(1) Definisi
AKBK adalah metode kontasepsi hormonal yang efektif, tidak
permanen dan implan mencegah terjadinya kehamilan antara 3
sampai 5 tahun (Affandi Biran, 2012; h.MK-55).
(2) Efek Samping
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
128
Efek samping dari metode ini adalah tidak haid, masa
perdarahan panjang (Mochtar Rustam, 2012; h.210).
(3) Kekurangan
Kekurangan dari metode ini adalah menimbulkan gangguan
menstruasi, berat badan bertambah, liang senggama menjadi
kering, menimbulkan acne, ketegangan payudara dan lainlainnya (Manuaba, 2010; h.603).
(4) Keuntungan
Keuntungan dari metode ini adalah KB jangka panjang, kontrol
medis ringan, dapat dilayani didaerah pedesaan, penyulit medis
tidak terlalu tinggi (Manuaba, 2010; h.603).
(5) Indikasi
Indikasi dari metode ini adalah wanita yang ingin menggunakan
kontraseps jangka panjang, tida
ingin mempunyai anak lagi
(Affandi Biran, 2012; h. MK-64).
(6) Konta Indikasi
Kontra Indikasi dari metode ini adalah diduga hamil atau hamil
(Affandi Biran, 2012; h.MK-65).
3) Kontrasepsi Mantap
a) Tubektomi (Sterilisasi pada Wanita)
(1) Definisi
Tubektomi adalah kontrasepsi permanen yang dilakukan pada
wanita dengan cara melakukan suatu tindakan pada kedua
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
129
saluran telur sehingga menghalangi saluran telur dengan sel
sperma (Mochtar Rustam, 2012; h. 230).
(2) Efek Samping
Jarang sekali ditemukan efek samping, baik jangka pendek atau
jangka panjang (Affandi Biran, 2012; h.MK-89).
(3) Kekurangan
Kekurangan dalam metode ini adalah harus dipertimbangkan
sifat permanen metode ini, klien dapat menyesal dikemudian
hari, tidak melindungi diri dari IMS (Affandi Biran, 2012; h.92).
(4) Keuntungan
Keuntungan dari metode ini adalah metode dengan jangka
panjang, efektifitas hampir 100%, tidak mempengaruhi libido
seksualitas,
tidak
adanya
kegagalan
dari
pihak
pasien
(Prawiroharjo, 2014; h.457).
(5) Indikasi
Indikasi dari metode ini adalah wanita dengan paritas >2, pasca
persalinan, sudah mantap ingin menggunakan metode ini
(Affandi Biran, 2012; h.92).
(6) Kontra Indikasi
Kontra indikasi dari metode pemakaian ini adalah wanita hamil,
kurang yakin dengan metode ini (Affandi Biran, 2012; h.MK-93).
b) Vasektomi (Sterilisasi pada Laki-laki)
(1) Definisi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
130
Vasektomi adalah operasi kecil dan dapat dilakukan oleh
seseorang yang telah mendapat latihan khusus untuk itu
(Prawirohardjo, 2014; h.461).
(2) Efek Samping
Efek samping metode ini tidak ada efek samping jangka
panjang maupun jangka pendek (Affandi Biran, 2012; h.MK-97).
(3) Kekurangan
Kekurangan dari metode ini adalah cara ini tidak langsung
efektif, perlu menunggu beberapa waktu hingga sperma benar
benar tidak ditemukan berdarkan analisis semen, karena
namanya masih metupakan tindakan operasi para pria masih
takut (Mochtar Rustam, 2012; h.249).
(4) Keuntungan
Keuntungan dari metode ini adalah komplikasi yang dijumpai
sedikit, hasil yang diperoleh (efektivitas) 100%, biayanya murah
dan terjangkau bagi masyarakat (Mochtar Rustam, 2012;
h.249).
(5) Indikasi
Indikasi metode ini adalah laki-laki yang tidak ingin mempunyai
anak lagi, yang merasa yakin dengan metode ini (Affandi Biran,
2012; h. 97).
(6) Kontra Indikasi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
131
Kontra indikasi dari metode ini adalah laki-laki yang kurang
mantap dalam kontrasepsi ini (Affandi Biran, 2012;h. 97).
4)
Kontrasepsi Darurat
a) Definisi
Yang dimaksud dengan kontrasepi darurat adalah kontrasepsi yang
dapat mencegah kehamilan bila digunakan seger setelah hubungan
seksual (Affandi Biran, 2012; h.U-61).
b) Efek Samping
Efek samping dari metode ini adalah mual, muntah, perdarahan
(Affandi Biran, 2012; h.U-62).
c)
Kekurangan
Kekurangan dalam metode ini adalah pil kombinasi hanya efektif
bila digunakan dalam 72 jam sesudah hubungan seksual tanpa
perlindungan, AKDR hanya efektif jika dipasang dalam 7 hari
sesudah hubungan seksual, pil kombinasi dapat menyebabkan
nausea, muntah, dan nyeri payudara (Affandi Biran, 2012; h.U-60).
d)
Keuntungan
Keuntungan dari metode ini adalah sangat efektif (tingkat
kehamilan < 3%), AKDR juga bermanfaat jangka panjang (Affandi
Biran, 2012; h.U-61).
e) Indikasi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
132
Indikasi metode ini adalah bila terjadi kesalahan dalam pemakaian
kontrasepsi seperti lupa minum pil tablet 2 hari, kondom boocor,
salah hitung masa subur (Affandi Biran, 2012; h.u-62).
B.
Tinjauan Asuhan Kebidanan
Menurut Varney (1997) dikutip oleh (Muslihatun W.A. Mufdiah. Setiawati, 2009;
h. 114) dalam bukunya menjelaskan bahwa proses penyelesaian masalah
merupakan salah satu teori yang dapat digunakan dalam manajemen
kebidanan.Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang
berurutan dan setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai
dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.
1. Pengumpulan data dasar
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data
yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu :
a) Riwayat kesehatan.
b) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuannya.
c) Meninjau catatan terbaru atau catatn sebelumnya.
d) Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi.
Pada langkah ini bidan mengumpulkan data dasar yang lengkap. Bila
klien mengajukan komplikasi yang dikonsulkan kepada dokter dalam
menejemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.
2. Interpretasi data
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
133
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar pada diagnosis atau
masalah pada kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
dasar data-data yang telah dikumpulkan, data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis
yang spesifik.
3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi.
4. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera.
Mengidentifikasi perlunya tidakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
yang lain sesuai dengan kondisi klien.
5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh ditentukkan
langkah-langkah sebelumnya, langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
6. Melaksanaan perencanaan
Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh di langkah keliha harus
dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi
oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
7. Evaluasi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
134
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar
telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagai mana telah diidentifikasi
didalam masalah dan diagnosis.
C. Aspek Hukum
1. Landasan hukum kewenangan bidan
Peraturan
Mentri
Kesehatan
Republik
Indonesia
nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 yang berisi tentang izin dan penyelenggara
praktik
bidan.
Pada
pasal
9
disebutkan
bahwa
bidan
dalam
menyelenggarakan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang
meliputi: pelayanan kesehatan ibu yang diberikan pada masa prahamil,
kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara
kedua kehamilan. Kemudian pelayanan kesehatan anak yang diberikan
pada bayi baru lahir,kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana dengan memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan
repsoduksi perempuan dan keluarga berencana.
Bidan dalam melakukan tugasnya wajib melakukan pencatatan dan
pelaporan sesuai dengan pelayanan yang diberikan kemudian ditunjukan ke
puskesmas wilayah tempat praktek, dikecualikan untuk bidan yang bekerja
difasilitas pelayanan kesehatan.
2. Kompetensi bidan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
135
a)
Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan, dan keterampilan dari
ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk
dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk
wanita, bayii baru lahir dan keluarganya (Yanti, 2010; h.59).
b)
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan
yang
tanggap
terhadap
budaya
dan
pelayanan
menyeluruh
dimasyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga
yang sehat, perencanaan kehamilan, dan kesiapan menjadi orang
tua(Yanti, 2010; h.60).
c)
Bidan
memberikan
asuhan
antenatal
bermutu
tinggi
untu
mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi deteksi
dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu(Yanti, 2010;
h.61).
d)
Bidan
memberikan
asuhan
bermutu
tinggi,
tanggap
terhadap
kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama persalinan
yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu,
untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir
(Yanti, 2010; h.64).
e)
Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu
tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat (Yanti, 2010; h.66).
f)
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada
bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan(Yanti, 2010; h.67).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
136
g)
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada
bayi dn balita sehat (1 bulan sampai 5 tahun) (Yanti, 2010; h.69).
h)
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, dan komprehensif
pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya
setempat (Yanti, 2010; h.70).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Chusna Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
Download