DETEKSI DELESI GEN DAZ (Deleted in AZoospermia) PADA PRIA

advertisement
MTPH Journal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2017
DETEKSI DELESI GEN DAZ (Deleted in AZoospermia) PADA PRIA AZOOSPERMIA
DENGAN METODE PCR (Polymerase Chain Reaction)
V.A. Ferandra1 dan Sukarjati2
1
2
Mahasiswa Prodi Biologi FMIPA Universitas Adi Buana Surabaya
Staf pengajar Prodi Biologi FMIPA Universitas Adi Buana Surabaya
Abstract
At this time the case of azoospermia is quite common in infertile men. Azoospermia is a
condition where the semen does not contain sperm. Many causes azoospermia, including the deletion
of a gene at the locus that is located on the Y chromosome long arm (YQ) known as AZF gene
(Azoospermia Factor). One of the genes in the AZF region are genes that AZFc DAZ (Deleted in
Azoospermia). The purpose of this study was to detect the presence of the DAZ gene deletions in men
with azoospermia cases using PCR (Polymerase Chain Reaction). The study design was descriptive.
Venous blood samples with EDTA anticoagulant taken from 10 men azoospeermia then extracted to
obtain DNA. DNA samples were then carried out PCR with primers DAZ. The PCR products were
separated by electrophoresis in 2% agarose gel and visualized using UV translluminator. Of the 10
samples, four patients including DAZ gene deletion was detected experience while the other six do
not experience DAZ gene deletions. It concluded that found their DAZ gene deletions in men with
azoospermia using the PCR method.
Keywords: Azoospermia, DAZ (Deleted in Azoospermia), Deletions
Abstrak
Pada saat ini kasus azoospermia cukup banyak terjadi pada pria infertil. Azoospermia adalah
keadaan dimana cairan semen tidak mengandung spermatozoa. Banyak penyebab terjadinya
azoospermia, diantaranya adalah delesi gen pada lokus yang terletak pada kromosom Y lengan
panjang (Yq) yang dikenal sebagai gen AZF (Azoospermia Factor). Salah satu gen pada region AZF
yaitu AZFc adalah gen DAZ (Deleted in Azoospermia). Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeteksi adanya delesi gen DAZ pada pria dengan kasus azoospermia dengan menggunakan
metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Desain penelitian adalah deskriptif. Sampel darah vena
dengan antikoagulan EDTA diambil dari 10 pria azoospeermia kemudian diektraksi untuk
mendapatkan DNA. DNA sampel kemudian dilakukan PCR dengan primer DAZ. Produk PCR
dipisahkan secara elektroforesis dalam gel agarose 2% dan divisualisasikan menggunakan UV
translluminator. Dari 10 sampel, 4 pasien diantaranya terdeteksi mengalami delesi gen DAZ
sedangkan 6 lainnya tidak mengalami delesi gen DAZ. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ditemukan
adanya delesi gen DAZ pada pria azoospermia dengan menggunakan metode PCR.
Kata kunci: Azoospermia, DAZ (Deleted in Azoospermia), Delesi.
Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) |52
dapat disebabkan karena adanya gangguan saat
PENDAHULUAN
Infertilitas adalah suatu keadaan dimana
spermatogenesis, disfungsi ejakulasi ataupun
pasangan suami-istri yang telah menikah selama
karena adanya obstruksi. Kehadiran spermatozoa
satu tahun atau lebih telah melakukan hubungan
langka (<500.000/ml) dalam cairan mani setelah
seksual secara teratur dan adekuat tanpa
sentrifugasi
memakai
tidak
Laboratorium WHO menetapkan batas toleransi
memperoleh kehamilan atau keturunan (Dohle et
jumlah sperma terendah yang masih dikatakan
al., 2010).
normal adalah ≥20 juta spermatozoa/ml atau
alat
kontrasepsi
tetapi
disebut
cryptozoospermia.
Faktor infertilitas pada pria adalah satu-
jumlah sperma total ≥39 juta/ejakulasi (WHO,
satunya penyebab infertilitas pada sekitar 20%
2010). Secara molekuler, kasus infertilitas pada
pasangan infertil, dengan tambahan 30% sampai
pria berkaitan dengan adanya delesi gen pada
40% faktor sekunder yang diakibatkan oleh pria
lokusnya terletak pada kromosom Y lengan
dan wanita. Berarti saat evaluasi infertilitas pada
panjang (Yq) yang dikenal sebagai gen AZF
pria dengan analisis semen rutin termasuk
(Azoospermia Factor). Pada penelitian terdahulu
volume, pH, kosentrasi sperma, motilitas, dan
telah membuktikan adanya korelasi positif antara
morfologi. (WHO, 1999) Namun sekitar 15%
kasus mutasi gen AZF dengan infertilitas. Gen
pasien dengan infertilitas pria memiliki analisis
AZF mensintesis protein untuk mengatur proses
sperma yang normal (Agarwal et al., 2005).
perkembangan sistem reproduksi khususnya
Dikarenakan
penyebab
dalam perkembangan gonad sehingga delesi pada
infertilitas, maka perlu dilakukan pemeriksaan
gen ini dapat berakibat pada azoospermia
untuk mengetahui penyebab infertilitas yang
maupun oligospermia. Gen AZF memiliki tiga
terjadi pada penderita. Kualitas sperma pria dan
subregion yaitu AZFa, AZFb, dan AZFc yang
cara bersenggama dirasa sangat berpengaruh
masing-masing mutasinya berpengaruh terhadap
pada pasangan infertil. Pemeriksaan sperma
kegagalan produksi sperma.
banyaknya
faktor
biasa dilakukan untuk megetahui kualitas
Saat ini terdapat peningkatan data yang
sperma. Parameter dalam pemeriksaan sperma
mengajukan hubungan antara kerusakan DNA
meliputi volume sperma, konsentrasi sperma,
sperma dan infertilitas. Untuk mengetahui
jumlah total sperma, motilitas, serta morfologi
fragmentasi DNA pada sperma perlu dilakukan
sperma.
uji
fragmentasi.
Uji
fragmentasi
DNA
Kasus azoospermia cukup banyak terjadi
merupakan pemeriksaan untuk menilai integritas
pada pria infertil. Azoospermia adalah keadaan
nukleus NA spermatozoa dan kemampuan
dimana
spermatozoa
cairan
semen
tidak
mengandung
spermatozoa. Azoospermia (ketiadaan sperma)
untuk
membuahi
sel
telur.
Intergritas DNA yang abnormal dapat juga
53 | Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal)
MTPH Journal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2017
menyebabkan gangguan pada perkembangan
(Blood and Tissue kit). Reaksi PCR dengan 12,5
embrio namun tidak terlihat berhubungan dengan
µl 2x Master Mix(Intron); 0,5 Destillated Water;
angka fertilisasi yang buruk (Agarwal et al.,
1 µl primer DAZ-1 (forward) 10 pmol; 1 µl
2008). Kerusakan DNA sangat mungkin terjadi
primer DAZ-2 (revers) 10 pmol; dan 5 µl DNA
pada kasus azoospermia. Kerusakan DNA
sampel, sehingga total reaksi menjadi 20 µl; pre-
tersebut akan dianalisis dengan cara ekstraksi
denaturasi 940C selama 5 menit, denaturasi 940C
bahan darah EDTA dari penderita azoospermia
selama 1 menit, annealing 630C selama 1 menit,
dengan menggunakan KIT untuk mendapatkan
extension 720C selama 1 menit, dan final
DNA nya kemudia dilakukan proses PCR
extension 720C selama 5 menit dengan 35 siklus.
(Polymerase
dengan
Produk PCR di elektroforesis dengan 2 % gel
menggunakan primer (penanda) dari gen DAZ.
agarose selama 30 menit kemudian di amati pada
Setelah proses tersebut kemudian dilanjutkan
UV Transulliminator (Winarso et al., 2011).
Chain
Reaction)
dengan elektrophoresis untuk mengetahui band
atau pita yang terbentuk.
Penelitian
kualitatif
ini
deskriptif
menggunakan
yang
bertujuan
analisa
untuk
mengetahui frekuensi gen DAZ yang mengalami
delesi pada pria azoospermia.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian
Cross sectional yaitu rancangan penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan melakukan pengukuran atau pengamatan
Dari hasil penelitian yang diperoleh
pada saat bersamaan atau sekali waktu (Hidayat,
dijumpai pria azoospermia dengan rentang umur
2007). Sampel penelitian yang digunakan adalah
28 tahun hingga 35 tahun dengan 4 pria
darah EDTA yang diambil dari pria dengan
mengalami delesi gen DAZ. Hal ini dibuktikan
azoospermia. Darah pria fertil digunakan sebagai
dengan tidak terbentuknya band pada target 400
kontrol positif dan darah wanita fertil digunakan
bp yang merupakan band target dari gen DAZ.
sebagai kontrol negatif. Penelitian ini dilakukan
Tidak ditemukan adanya delesi gen DAZ pada
di Laboratorium Lembaga Penyakit Tropis
pria normozoospermia sebagai kontrol positif
Universitas Airlangga.
yang ditandai dengan terbentuknya band (pita)
PCR menggunakan satu pasang primer
spesifik pada target 400 bp. Demikian pula pada
forward 5’GGG TGT TAC CAG AAG GCA AA
sampel wanita fertil sebagai kontrol negatif tidak
3’ dan primer revers 5’ GAA CCG TAT CTA
terbentuk band (pita) spesifik pada target.
CCA AAG CAG C 3’ dengan band target PCR
400 bp (Winarso et al., 2011). Isolasi DNA
menggunakan reagen DNA ektraksi dari Qiagen
Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) |54
bervariasi
yaitu
SCOS,
meiosis
arrest,
maturation arrest pada tahap spermatosit dan
spermatid.
400 bp
Pada penelitian ini terlihat bahwa 40%
infertilitas yang terjadi pada sampel pria
M B C- C+ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
azoospermia terjadi karena faktor genetik yaitu
gangguan gen penyandi spermatogenesis (delesi
Gambar 1.
Hasil elektroforesis produk PCR gen DAZ pada
wanita fertil sebagai kontrol negatif, pria
normozoospermia sebagai kontrol positif,
blanko, dan sampel pria azoospermia serta
marker DNA 100 bp.
gen DAZ), maka langkah penggunaan teknik
bantu
reproduksi
(Assisted
Reproductive
Techniques – ART) perlu difikirkan dan
diadviskan pada penderita yang mengalami
Berdasarkan gambar tersebut didapatkan data
infertilitas selagi jumlah spermatozoa belum
sebagai berikut :
semakin jelek. Sedangkan 60% sisanya dideteksi
masih memiliki gen DAZ walaupun dinyatakan
azoospermia. Hal ini diduga karena pria tersebut
tidak mengalami delesi pada gen DAZ yang
letaknya adalah pada sub region AZFc melainkan
pada gen yang lain dari sub region AZFc maupun
sub region yang lain. Mengingat bahwa satu
bagian penting dari pengaturan spermatogenesis
dimainkan oleh region AZF (AZFa, AZFb, dan
AZFc) yang berlokasi di bagian eukromatin
Gen DAZ merupakan gen terkait dengan
lengan panjang kromosom Y dan masing-masing
spermatogenesis, terletak pada sub region AZF
sub region memiliki gen yang bermacam-
pada kromosom Y. Karena terletak pada
macam. Namun demikian, secara umum delesi
kromosom Y maka kelainan ini bisa diturunkan
pada sub region AZFc (60%) lebih sering terjadi
kepada anak laki-lakinya dengan manifestasi
dibanding sub region AZFb (16%) atau AZFa
kualitas sperma yang sub normal (Vogt et al.,
(5%) (Hoffer et al., 1999; Krausz and
1996). Pria dengan kaulitas sperma kurang bagus
McElreavey, 1999; Seifer et al., 1999; Tse et al.,
karena faktor delesi gen DAZ, prevalensinya
2000; 8).
akan meningkat karena kelainan gen tersebut
Pada individu yang mengalami delesi gen
akan diturunkan pada generasi berikutnya. Pria
subregion AZF seperti gen DAZ, lazimnya akan
azoospermia memiliki gambaran histologis yang
mengalami penurunan kualitas sperma seiring
55 | Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal)
MTPH Journal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2017
dengan berlangsungnya waktu dan gangguan
Population. Human Mol. Gen. 7: hal. 1371–
seperti
1377
initidak
dapat
diperbaiki
dengan
pengobatan medikamentosa. Memilih langkah
2. Annonimus.2007.
Agarose
Gel
pengobatan ataupun terapi yang tepat akan
Electrophoresis. Treseder Lab Protocol
membantu untuk efisiensi dan efektivitas dalam
Molecular Techniques. Rev. 08
pencapaian tujuan mengatasi infertilitas.
3. Arabia
Mengingat pentingnya pemeriksaan ini,
M.
2004.
infertility:assessing
DNA
Nicotinic
and
plasma
maka perlu dilakukan analisis mikrodelesi lebih
membrane integrity of human spermatozoa.
lanjut dengan jumlah sampel dan target gen pada
Andrologia. http://www.ncbi.nlm.nih.gov.
kromosom Y yang lebih banyak. Pemeriksaan
Tanggal unduh 12 Desember 2015
delesi
kromosom
Y
pada
pria
infertil
4. Depkes.2015. Rencana Kesehatan RI 2015.
azoospermia memiliki implikasi klinis dan etik
www.depkes.go.id.
yang
Desember 2015
penting,
terutama
dengan
semakin
Tanggal
akses
21
meningkatnya keberhasilan teknik reproduksi
5. Duyk, G.M., Kim, S., Meyers, R.M., Cox,
berbantuan pada pasien azoospermia. Analisis
D.R., 1990. Exon Trapping: A Genetic
mikrodelesi diharapkan akan membantu ahli
Screen To Identify Candidate Transcribed
andrologi dalam diagnosis dan pemberian terapi.
Sequences In Cloned Mammalian Genomic
DNA. Proc. Natl. Acad. Sci. (USA) 87; hal.
8995–8999.
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian tersebut dapat
6. El Awwady MK, El Shater SF, Ragan AE,
disimpulkan bahwa terdeteksi adanya delesi gen
Atef K, Shaheen IM.2004. Molecular Study
DAZ
on
pada
pria
azoospermia
dengan
Y
Chromosome
Microdeletion
in
menggunakan metode PCR (Polymerase Chain
Egyptian Mlaes With Idiopatic Infertility.
Reaction).
Asian J Androl. 6 (1) : hal. 53-57
7. Ferlin A, Andrea Betella, Elena Salata,
REFERENSI
Bruno Dallapiccola, Carlo Foresta.2004.
1. Agulnik A, Zharkikh A, Boettger-Tong H,
Analysis of the DAZ Gene Family in
Bourgeron
T,McElreavey
C.1998. Evolution
K,
Bishop
of DAZ Gene Family
Suggests that Ylinked DAZ Plays Little, or
Role in Spermatogenesis but Underlines A
Recent
African
Origin
for
Human
Cryptochidism
and
Idiopathic
Male
Infertility. Science Direct. April Vol. 81 (4);
hal. 1013-1018
8. Foresta C, Ferlin A, Moro E, Marin P, Rossi
A, Scandellari C.2001. Microdeletion Of
Chromosome Y In Male Infertility: Role Of
Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) |56
The DAZ Gene. Ann Ital Med Int. April-Juni
Recurrent Deletions In Infertile Men. Nat.
16(2):hal. 82-92.
Genet. 29; hal. 279–286.
9. Frenandes JL, Lourdes Muriel, Vicente
15. Loginova JA, Nagoryana II, Shlikova
Goyanes, Rosana V, Juan G.2003. The
SA.2003. Molecular Genetic Analysis Of Y
Sperm Chromatin Dispersion Test : A
Chromosom Microdeletion In Men With
Simple For Determination Of Sperm DNA
Severe Spermatogenic Deffects. Molecular
Frragmentation.
Biology. 37 : hal. 67-72.
American
Society
of
Andrology, Vol. 24 (1); hal. 59-66.
16. Ma K, Inglish JD, Sharkey A.1993. A Y
10. Hanizar E, 2004. Delesi Region AZF
Chromosome Gene Family With RNA-
(Azoospermic Factor) dalam Kromosom Y
Binding Protein Homology : Candidates For
Pria Pasangan Infertil Berdasarkan Etnis Di
The Azoospermia Factor AZF Controlling
Indonesia.
Human Spermatogenesis. Cell, 75; hal.
Disertasi,
Pascasarjana
Universitas Airlangga.
1287-1295.
11. Hargreave TB, 1999. Understanding the Y
17. Mark S. Fox Renee A. Reijo Pera.2001.
Chromosome. Lancet. Nov.20.
Male Infertility, Genetic Analysis Of The
12. Innis MA, Myambo, Gelfand, dan Brow
DAZ Genes On The Human Y Chromosome
MAD.1990. DNA Sequencing With Thermus
And Genetic Analysis Of DNA Repair.
Aquaticus DNA Polymerase And Direct
Molecular and Cellular Endocrinology 184:
Sequencing Of Polymerase Chain Reaction
hal. 41–49.
Amplified DNA. Proc. Natl. Sci. USA 85;
18. Poongothai J, Gopenath TS, Manonayaki
hal. 9436-9440.
S.2009. Genetics of human male infertility.
13. Kim, B., Lee, Y., Kim, Y., Lee, K. H., Chun,
Singapore Medical Journal, 50(4): hal. 336-
S., Rhee, K., Seo, J. T., Kim, S. W., and
Paick, J. S. 2009. Polymorphic Expression
347.
19. Qiagen.2006. Blood and Tissue Handbook.
Of DAZ Proteins In The Human Testis. Hum.
www.qiagen.com.
Reprod, 24; hal. 1507–1515.
Desember 2015.
14. Kuroda-Kawaguchi,
T.,
Skaletsky,
Tanggal
unduh
19
H.,
20. Reijo, R., Lee T., Alagappan, R.1995.
Brown, L. G., Minx, P. J., Cordum, H. S.,
Diverse Spermatogenic Defects In Human
Waterston, R. H., Wilson, R. K., Silber, S.,
Caused By Y Chromosome Deeletions
Oates, R., Rozen, S., and Page, D. C.2001.
Encompassing
The Azfc Region Of The Y Chromosome
Protein Gene. Nature Genet, 10; hal. 383-
Features Massive Palindromes And Uniform
393.
57 | Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal)
A
Novel
RNA-Binding
MTPH Journal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2017
21. Singh A dan Agarwal A.2011. The Role Of
Human Y Chromosome Azoospermia Factor
Sperm Chromatin Integrity And DNA
(AZF) Mapped To Different Sub-Region In
Damage On Male Infertility. The Open
Yg11. Human Mole. Gen. 5: hal. 933–943.
Reproductive Science Journal 3: hal. 65-71.
27. Winarso Hudi *, P.G. Konthen*, F.M.
22. Sunarno, Joko Malis.2009. Distribusi Gen
Judajana*. 2011. Mikrodelesi Gen RBM Dan
Azoospermia Factor (AZF) pada Pasien
DAZ Pada Pria Pasangan Infertil Dalam
dengan Hipospadia. Tesis, Pascasarjana
Masyarakat
Universitas Diponegoro.
Kerabat. JBP Vol. 13, No. 1.
Yang
Melakukan
Kawin
23. Suryandari Dwi Anita, Nukman Moeloek,
28. Woodruff Leigh Ann. 2012. Fertility Clinic
Mila Citrawati, Puji Sari, Yanuardi. 2006.
Testing for Sperm DNA Fragmentation.
Analisis Mikrodelesi Kromosom Y pada Pria
https://www.scsadiagnostics.com. Tanggal
Azoospermia
12 Desember 2015.
di
Indonesia.
Makara,
Kesehatan Vol.10 No.1 : 41-46.
29. Yen PH, Chai NN, Salido EC.1997. The
24. Valko.2006. Genes And Population. In I.D.
Human DAZ Genes, A Putative Male
Young (Eds), Medical Genetics 1st Edition.
Infertility Factor On The Y Chromosome,
New York: Oxford University Press, Inc.
Are Highly Polymorphic In The DAZ Repeat
Hal. 136-151.
Regions. Mamm Genome. Oktober; 8(10):
25. Van Gompel and Xu Yujun E.2010. A Novel
Requirement In Mammalian Spermatid
Differentiation
For
The
DAZ-Family
Protein Boule. Human Molecular genetic.
26. Vogt P.H, Edelmann A, Kirsch S, Henegariu
hal. 756-9.
30. Yoshida K. 1998. The Mouse Reca-Like
Gene Dmc1 Is Required For Homologous
Chromosome Synapsis During Meiosis.
Mol. Cell 1, hal. 707–718.
O, Hirschmann P, Kiesewetter F, Kohn F.M,
31. Zini A, Bielecki R, Phang D, Zenzes MT.
Schill W.B, Farah S, Ramos C, Hartmann M,
2001. Correlations Between Two Markers
Hartschuh W, Meschede D, Behre H.M,
Of Sperm DNA Integrity, DNA Denaturation
Castel A, Nieschlag E, Weidner W, Grone
And DNA Fragmentation, In Fertile And
H.J, Jung A, Engel W & Haidl G.1996.
Infertile Men. Fertil Steril, 75: hal. 674–677.
Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) |58
PEDOMAN PENULISAN
MEDICAL TECHNOLOGY AND PUBLIC HEALTH JOURNAL (MTPH)
Medical Technology and Public Health Journal merupakan jurnal yang berisi kumpulan
artikel berupa penelitian asli, tinjauan pustaka, studi kasus, pengetahuan dan teknologi dalam bidang
kesehatan masyarakat, gizi dan teknologi medik. Jurnal ini diterbitkan oleh Fakultas Kesehatan,
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya dengan sistem peer review untuk seleksi artikel.
Berikut adalah ketentuan penulisan untuk masing-masing jenis artikel:
1. Artikel Penelitian berisi hasil penelitian asli terkait kesehatan. format terdiri ats pendahuluan,
bahan dan metode serta pembahasan.
2. Telaah Pustaka membahas tentang pengkajian ulang terkait masalah kesehatan maupun
kedokteran terbaru. Format terdiri atas pendahuluan, isi, ringkasan dan kesimpulan.
3. Studi/laporan kasus membahas tentang kasus menarik bidang kesehatan maupun kedokteran
yang baik untuk disebarluaskan. Format terdiri atas pendahuluan, laporan kasus dan pembahasan.
4. Penyegar Ilmu Kesehatan berupa artikel ini memuat hal yang bersifat lama tetapi masih up to
date. Format terdiri atas pendahuluan, isi, dan kesimpulan.
Format Penulisan
Naskah disusun menggunakan bahasa indonesia atau bahasa inggris dalam bentuk word (doc/x),
format A4 (210mm x 297mm), font Times New Roman, ukuran 12, spasi 1,5, batas margin kiri 2 cm,
kanan 2 cm, atas 2,44 cm, dan bawah 3 cm. Format artikel dibuat dalam dua kolom (kecuali judul
dan abstrak). Naskah maksimal sebanyak 10 halaman. Komponen artikel meliputi:
1. Judul
Judul maksimal terdiri dari 15 kata dan ditulis dalam huruf besar/kapital, berupa bahasa Inggris
atau bahasa Indonesia dan tidak menggunakan singkatan atau jargón. Penulisan judul
menggunakan font Times New Roman ukuran 14, center, bold. Nama penulis ditulis di bawah
judul dengan memberi 1 spasi (enter 1x). Afiliasi penulis ditulis di bawah nama penulis dengan
memberi 1 spasi (enter 1x). Afiliasi berisikan nama departemen, fakultas, universitas, kota, negara,
dan alamat email (hanya pada penulis pertama). Nama penulis dan afiliasi ditulis menggunakan
font Times new Roman ukuran 12.
2. Abstrak
Abstrak berisi maksimal 200 kata dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Abstrak ditulis
dalam 1 (satu) kolom. Susunan abstrak meliputi Introduction, Method, Result dan Conclusion.
59 | Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal)
MTPH Journal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2017
Abstrak ditulis menggunakan font Times new roman, ukuran 12 pts, justify spasi 1. Kata kunci
dicantumkan dibawah abstrak pada halaman yang sama sebanyak 3-5 buah kata (maksimal 5 kata
atau frase). Kata kunci ditulis menggunakan font Times new roman, ukuran 12 pts, tebal (bold).
3. Isi Artikel
Isi artikel penelitian mencakup pendahuluan, metode penelitian (kecuali artikel selain penelitian),
hasil dan pembahasan, simpulan, saran dan referensi. Isi artikel ditulis dalam format 2 kolom.
Lebar setiap kolom harus 8,15 cm dengan jarak 0,7 cm antara dua kolom. Ukuran font judul 12
pts, bold dan center. Jarak paragraf dengan margin kiri adalah 0,4 cm (1 tab atau 4 spasi).
a. Pendahuluan
berisi latar belakang masalah, urgensi, hasil kajian pustaka, dan tujuan penelitian.
b. Metode Penelitian
berisi rancangan penelitian, populasi sampel, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, uji
analisis data, termasuk jika menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi. Dalam metode
penelitian juga memungkinkan menulis rumus/persamaan. Rumus/persamaan ditulis di tengah
(centered) dan keterangan persamaan misal persamaan 1 ditulis rata kiri. Penulisan persamaan
ini menggunakan Microsoft Equation Editor atau MathType. Contoh:
c. Hasil dan pembahasan
berisi paparan hasil analisis dan interpretasinya yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian
yang disertai tabel dan grafik/gambar secara rinci dan perbandingan dengan teori dan/atau
hasil penelitian sejenis. Penulisan tabel menggunakan garis tabel (table border) horizontal.
Gambar pada artikel disisipkan dengan mode “inline wrapping”. Penulisan judul di bawah
gambar
dan
ditengah
(centered).
Jangan
menggunakan
warna
gambar
kecuali
menginterpretasikan hasil yang tepat. Jangan menggunakan border/kotak pada gambar.
Tulisan “tabel dan nomor” di bold, dan judul tabel ditulis dengan huruf awalan kapital dan
penomoran menggunakan angka romawi. Judul tabel ditulis di atas tabel dan rata kiri. Judul
gambar dan tabel ditulis dengan ukuran huruf 8pts dan spasi antara gambar/tabel 10 pts.
Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) |60
Tabel.1 Specifications Adopted for the Simulated Inverter
Dimension
Value (mm)
d
1.5254
h
11.524
t
2
b
10
(Tidak ada garis vertikal)
Gambar 1. Judul Gambar
d. Simpulan dan Saran
Dapat meninjau hasil utama, namun tidak menduplikasi abstrak atau pendahuluan.
Kesimpulan berisi temuan penelitian yang penting dan perlu tindak lanjut. Saran berkaitan
dengan ide atau rekomendasi pelaksanaan untuk perbaikan dan hal penting untuk penelitian
selanjutnya.
e. Referensi
Penulisan mengikuti kaidah penulisan vancouver. Semua referensi yang digunakan dalam
penulisan di daftar rujukan diberi nomor urut sesuai dengan pemunculan dalam artikel, bukan
menurut abjad. Hanya mencantumkan kepustakaan yang dipakai dan relevan dengan isi
artikel. Dalam penulisan referensi menggunakan mendeley, zotero dll. Referensi ditulis
dengan jarak 8 pts dan 1 spasi.
Kutipan Jurnal
[1] R. L. Fante, M. T. McCormack, Reflection properties of the Salisbury screen, IEEE Trans.
Antennas Propag., Volume 36, (Issue 1), January 2010, Pages 1443–1454.
Kutipan Buku
[2] D.E. Dudgeon, R.M. Mersereau, Multidimensional Digital Signal Processing (PrenticeHall, 1984).
61 | Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal)
MTPH Journal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2017
Kutipan Bab dari buku
[3] D.E. Dudgeon, R.M. Mersereau, Multidimensional Digital Signal Processing (PrenticeHall, 1984, pp. 581-600).
Kutipan Tesis
[4] J. Williams, Narrow-band analyzer, Ph.D. dissertation, Dept. Elect. Eng., Harvard Univ.,
Cambridge, MA, 1993.
Kutipan Proceeding
[5] D. Gorinevsky, S. Boyd, G. Stein, Optimization-based tuning of low-bandwidth control
in spatially distributed systems, American Control Conference, Vol. 3, pp. 2658–2663,
Denver, CO, June 2003.
Pengiriman Naskah
Naskah dapat dikirimkan secara elektronik melalui email [email protected] Sistem
pendaftaran secara online melalui web http://lppm.unusa.ac.id Pengiriman naskah disertai scan
pernyatan tertulis berisi:
a. Semua penulis telah membaca dan menyetujui materi yang disampaikan
b. Teks dan temuan yang dilaporkan adalah karya penulis dan tidak memiliki permasalahan hak cipta
.
c. Naskah yang dikirimkan belum pernah dipublikasikan atau diterima untuk dipublikasikan dalam
jurnal lain dan tidak sedang dipertimbangkan untuk dipublikasikan di tempat lain.
Kepastian pemuatan atau penolakan naskah akan diinformasikan secara tertulis melalui email
paling lama 1 bulan sejak naskah dikirimkan. Bagi penulis yang artikelnya dimuat berhak
mendapatkan1 eksemplar jurnal MTPH (Bila membutuhkan tambahan eksemplar dapat menghubungi
petugas administrasi Jurnal).
Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) |62
Download