MTPH Journal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2017 DETEKSI DELESI GEN DAZ (Deleted in AZoospermia) PADA PRIA AZOOSPERMIA DENGAN METODE PCR (Polymerase Chain Reaction) V.A. Ferandra1 dan Sukarjati2 1 2 Mahasiswa Prodi Biologi FMIPA Universitas Adi Buana Surabaya Staf pengajar Prodi Biologi FMIPA Universitas Adi Buana Surabaya Abstract At this time the case of azoospermia is quite common in infertile men. Azoospermia is a condition where the semen does not contain sperm. Many causes azoospermia, including the deletion of a gene at the locus that is located on the Y chromosome long arm (YQ) known as AZF gene (Azoospermia Factor). One of the genes in the AZF region are genes that AZFc DAZ (Deleted in Azoospermia). The purpose of this study was to detect the presence of the DAZ gene deletions in men with azoospermia cases using PCR (Polymerase Chain Reaction). The study design was descriptive. Venous blood samples with EDTA anticoagulant taken from 10 men azoospeermia then extracted to obtain DNA. DNA samples were then carried out PCR with primers DAZ. The PCR products were separated by electrophoresis in 2% agarose gel and visualized using UV translluminator. Of the 10 samples, four patients including DAZ gene deletion was detected experience while the other six do not experience DAZ gene deletions. It concluded that found their DAZ gene deletions in men with azoospermia using the PCR method. Keywords: Azoospermia, DAZ (Deleted in Azoospermia), Deletions Abstrak Pada saat ini kasus azoospermia cukup banyak terjadi pada pria infertil. Azoospermia adalah keadaan dimana cairan semen tidak mengandung spermatozoa. Banyak penyebab terjadinya azoospermia, diantaranya adalah delesi gen pada lokus yang terletak pada kromosom Y lengan panjang (Yq) yang dikenal sebagai gen AZF (Azoospermia Factor). Salah satu gen pada region AZF yaitu AZFc adalah gen DAZ (Deleted in Azoospermia). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeteksi adanya delesi gen DAZ pada pria dengan kasus azoospermia dengan menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Desain penelitian adalah deskriptif. Sampel darah vena dengan antikoagulan EDTA diambil dari 10 pria azoospeermia kemudian diektraksi untuk mendapatkan DNA. DNA sampel kemudian dilakukan PCR dengan primer DAZ. Produk PCR dipisahkan secara elektroforesis dalam gel agarose 2% dan divisualisasikan menggunakan UV translluminator. Dari 10 sampel, 4 pasien diantaranya terdeteksi mengalami delesi gen DAZ sedangkan 6 lainnya tidak mengalami delesi gen DAZ. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ditemukan adanya delesi gen DAZ pada pria azoospermia dengan menggunakan metode PCR. Kata kunci: Azoospermia, DAZ (Deleted in Azoospermia), Delesi. Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) |52 dapat disebabkan karena adanya gangguan saat PENDAHULUAN Infertilitas adalah suatu keadaan dimana spermatogenesis, disfungsi ejakulasi ataupun pasangan suami-istri yang telah menikah selama karena adanya obstruksi. Kehadiran spermatozoa satu tahun atau lebih telah melakukan hubungan langka (<500.000/ml) dalam cairan mani setelah seksual secara teratur dan adekuat tanpa sentrifugasi memakai tidak Laboratorium WHO menetapkan batas toleransi memperoleh kehamilan atau keturunan (Dohle et jumlah sperma terendah yang masih dikatakan al., 2010). normal adalah ≥20 juta spermatozoa/ml atau alat kontrasepsi tetapi disebut cryptozoospermia. Faktor infertilitas pada pria adalah satu- jumlah sperma total ≥39 juta/ejakulasi (WHO, satunya penyebab infertilitas pada sekitar 20% 2010). Secara molekuler, kasus infertilitas pada pasangan infertil, dengan tambahan 30% sampai pria berkaitan dengan adanya delesi gen pada 40% faktor sekunder yang diakibatkan oleh pria lokusnya terletak pada kromosom Y lengan dan wanita. Berarti saat evaluasi infertilitas pada panjang (Yq) yang dikenal sebagai gen AZF pria dengan analisis semen rutin termasuk (Azoospermia Factor). Pada penelitian terdahulu volume, pH, kosentrasi sperma, motilitas, dan telah membuktikan adanya korelasi positif antara morfologi. (WHO, 1999) Namun sekitar 15% kasus mutasi gen AZF dengan infertilitas. Gen pasien dengan infertilitas pria memiliki analisis AZF mensintesis protein untuk mengatur proses sperma yang normal (Agarwal et al., 2005). perkembangan sistem reproduksi khususnya Dikarenakan penyebab dalam perkembangan gonad sehingga delesi pada infertilitas, maka perlu dilakukan pemeriksaan gen ini dapat berakibat pada azoospermia untuk mengetahui penyebab infertilitas yang maupun oligospermia. Gen AZF memiliki tiga terjadi pada penderita. Kualitas sperma pria dan subregion yaitu AZFa, AZFb, dan AZFc yang cara bersenggama dirasa sangat berpengaruh masing-masing mutasinya berpengaruh terhadap pada pasangan infertil. Pemeriksaan sperma kegagalan produksi sperma. banyaknya faktor biasa dilakukan untuk megetahui kualitas Saat ini terdapat peningkatan data yang sperma. Parameter dalam pemeriksaan sperma mengajukan hubungan antara kerusakan DNA meliputi volume sperma, konsentrasi sperma, sperma dan infertilitas. Untuk mengetahui jumlah total sperma, motilitas, serta morfologi fragmentasi DNA pada sperma perlu dilakukan sperma. uji fragmentasi. Uji fragmentasi DNA Kasus azoospermia cukup banyak terjadi merupakan pemeriksaan untuk menilai integritas pada pria infertil. Azoospermia adalah keadaan nukleus NA spermatozoa dan kemampuan dimana spermatozoa cairan semen tidak mengandung spermatozoa. Azoospermia (ketiadaan sperma) untuk membuahi sel telur. Intergritas DNA yang abnormal dapat juga 53 | Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) MTPH Journal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2017 menyebabkan gangguan pada perkembangan (Blood and Tissue kit). Reaksi PCR dengan 12,5 embrio namun tidak terlihat berhubungan dengan µl 2x Master Mix(Intron); 0,5 Destillated Water; angka fertilisasi yang buruk (Agarwal et al., 1 µl primer DAZ-1 (forward) 10 pmol; 1 µl 2008). Kerusakan DNA sangat mungkin terjadi primer DAZ-2 (revers) 10 pmol; dan 5 µl DNA pada kasus azoospermia. Kerusakan DNA sampel, sehingga total reaksi menjadi 20 µl; pre- tersebut akan dianalisis dengan cara ekstraksi denaturasi 940C selama 5 menit, denaturasi 940C bahan darah EDTA dari penderita azoospermia selama 1 menit, annealing 630C selama 1 menit, dengan menggunakan KIT untuk mendapatkan extension 720C selama 1 menit, dan final DNA nya kemudia dilakukan proses PCR extension 720C selama 5 menit dengan 35 siklus. (Polymerase dengan Produk PCR di elektroforesis dengan 2 % gel menggunakan primer (penanda) dari gen DAZ. agarose selama 30 menit kemudian di amati pada Setelah proses tersebut kemudian dilanjutkan UV Transulliminator (Winarso et al., 2011). Chain Reaction) dengan elektrophoresis untuk mengetahui band atau pita yang terbentuk. Penelitian kualitatif ini deskriptif menggunakan yang bertujuan analisa untuk mengetahui frekuensi gen DAZ yang mengalami delesi pada pria azoospermia. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan penelitian Cross sectional yaitu rancangan penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN dengan melakukan pengukuran atau pengamatan Dari hasil penelitian yang diperoleh pada saat bersamaan atau sekali waktu (Hidayat, dijumpai pria azoospermia dengan rentang umur 2007). Sampel penelitian yang digunakan adalah 28 tahun hingga 35 tahun dengan 4 pria darah EDTA yang diambil dari pria dengan mengalami delesi gen DAZ. Hal ini dibuktikan azoospermia. Darah pria fertil digunakan sebagai dengan tidak terbentuknya band pada target 400 kontrol positif dan darah wanita fertil digunakan bp yang merupakan band target dari gen DAZ. sebagai kontrol negatif. Penelitian ini dilakukan Tidak ditemukan adanya delesi gen DAZ pada di Laboratorium Lembaga Penyakit Tropis pria normozoospermia sebagai kontrol positif Universitas Airlangga. yang ditandai dengan terbentuknya band (pita) PCR menggunakan satu pasang primer spesifik pada target 400 bp. Demikian pula pada forward 5’GGG TGT TAC CAG AAG GCA AA sampel wanita fertil sebagai kontrol negatif tidak 3’ dan primer revers 5’ GAA CCG TAT CTA terbentuk band (pita) spesifik pada target. CCA AAG CAG C 3’ dengan band target PCR 400 bp (Winarso et al., 2011). Isolasi DNA menggunakan reagen DNA ektraksi dari Qiagen Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) |54 bervariasi yaitu SCOS, meiosis arrest, maturation arrest pada tahap spermatosit dan spermatid. 400 bp Pada penelitian ini terlihat bahwa 40% infertilitas yang terjadi pada sampel pria M B C- C+ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 azoospermia terjadi karena faktor genetik yaitu gangguan gen penyandi spermatogenesis (delesi Gambar 1. Hasil elektroforesis produk PCR gen DAZ pada wanita fertil sebagai kontrol negatif, pria normozoospermia sebagai kontrol positif, blanko, dan sampel pria azoospermia serta marker DNA 100 bp. gen DAZ), maka langkah penggunaan teknik bantu reproduksi (Assisted Reproductive Techniques – ART) perlu difikirkan dan diadviskan pada penderita yang mengalami Berdasarkan gambar tersebut didapatkan data infertilitas selagi jumlah spermatozoa belum sebagai berikut : semakin jelek. Sedangkan 60% sisanya dideteksi masih memiliki gen DAZ walaupun dinyatakan azoospermia. Hal ini diduga karena pria tersebut tidak mengalami delesi pada gen DAZ yang letaknya adalah pada sub region AZFc melainkan pada gen yang lain dari sub region AZFc maupun sub region yang lain. Mengingat bahwa satu bagian penting dari pengaturan spermatogenesis dimainkan oleh region AZF (AZFa, AZFb, dan AZFc) yang berlokasi di bagian eukromatin Gen DAZ merupakan gen terkait dengan lengan panjang kromosom Y dan masing-masing spermatogenesis, terletak pada sub region AZF sub region memiliki gen yang bermacam- pada kromosom Y. Karena terletak pada macam. Namun demikian, secara umum delesi kromosom Y maka kelainan ini bisa diturunkan pada sub region AZFc (60%) lebih sering terjadi kepada anak laki-lakinya dengan manifestasi dibanding sub region AZFb (16%) atau AZFa kualitas sperma yang sub normal (Vogt et al., (5%) (Hoffer et al., 1999; Krausz and 1996). Pria dengan kaulitas sperma kurang bagus McElreavey, 1999; Seifer et al., 1999; Tse et al., karena faktor delesi gen DAZ, prevalensinya 2000; 8). akan meningkat karena kelainan gen tersebut Pada individu yang mengalami delesi gen akan diturunkan pada generasi berikutnya. Pria subregion AZF seperti gen DAZ, lazimnya akan azoospermia memiliki gambaran histologis yang mengalami penurunan kualitas sperma seiring 55 | Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) MTPH Journal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2017 dengan berlangsungnya waktu dan gangguan Population. Human Mol. Gen. 7: hal. 1371– seperti 1377 initidak dapat diperbaiki dengan pengobatan medikamentosa. Memilih langkah 2. Annonimus.2007. Agarose Gel pengobatan ataupun terapi yang tepat akan Electrophoresis. Treseder Lab Protocol membantu untuk efisiensi dan efektivitas dalam Molecular Techniques. Rev. 08 pencapaian tujuan mengatasi infertilitas. 3. Arabia Mengingat pentingnya pemeriksaan ini, M. 2004. infertility:assessing DNA Nicotinic and plasma maka perlu dilakukan analisis mikrodelesi lebih membrane integrity of human spermatozoa. lanjut dengan jumlah sampel dan target gen pada Andrologia. http://www.ncbi.nlm.nih.gov. kromosom Y yang lebih banyak. Pemeriksaan Tanggal unduh 12 Desember 2015 delesi kromosom Y pada pria infertil 4. Depkes.2015. Rencana Kesehatan RI 2015. azoospermia memiliki implikasi klinis dan etik www.depkes.go.id. yang Desember 2015 penting, terutama dengan semakin Tanggal akses 21 meningkatnya keberhasilan teknik reproduksi 5. Duyk, G.M., Kim, S., Meyers, R.M., Cox, berbantuan pada pasien azoospermia. Analisis D.R., 1990. Exon Trapping: A Genetic mikrodelesi diharapkan akan membantu ahli Screen To Identify Candidate Transcribed andrologi dalam diagnosis dan pemberian terapi. Sequences In Cloned Mammalian Genomic DNA. Proc. Natl. Acad. Sci. (USA) 87; hal. 8995–8999. SIMPULAN Berdasarkan penelitian tersebut dapat 6. El Awwady MK, El Shater SF, Ragan AE, disimpulkan bahwa terdeteksi adanya delesi gen Atef K, Shaheen IM.2004. Molecular Study DAZ on pada pria azoospermia dengan Y Chromosome Microdeletion in menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Egyptian Mlaes With Idiopatic Infertility. Reaction). Asian J Androl. 6 (1) : hal. 53-57 7. Ferlin A, Andrea Betella, Elena Salata, REFERENSI Bruno Dallapiccola, Carlo Foresta.2004. 1. Agulnik A, Zharkikh A, Boettger-Tong H, Analysis of the DAZ Gene Family in Bourgeron T,McElreavey C.1998. Evolution K, Bishop of DAZ Gene Family Suggests that Ylinked DAZ Plays Little, or Role in Spermatogenesis but Underlines A Recent African Origin for Human Cryptochidism and Idiopathic Male Infertility. Science Direct. April Vol. 81 (4); hal. 1013-1018 8. Foresta C, Ferlin A, Moro E, Marin P, Rossi A, Scandellari C.2001. Microdeletion Of Chromosome Y In Male Infertility: Role Of Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) |56 The DAZ Gene. Ann Ital Med Int. April-Juni Recurrent Deletions In Infertile Men. Nat. 16(2):hal. 82-92. Genet. 29; hal. 279–286. 9. Frenandes JL, Lourdes Muriel, Vicente 15. Loginova JA, Nagoryana II, Shlikova Goyanes, Rosana V, Juan G.2003. The SA.2003. Molecular Genetic Analysis Of Y Sperm Chromatin Dispersion Test : A Chromosom Microdeletion In Men With Simple For Determination Of Sperm DNA Severe Spermatogenic Deffects. Molecular Frragmentation. Biology. 37 : hal. 67-72. American Society of Andrology, Vol. 24 (1); hal. 59-66. 16. Ma K, Inglish JD, Sharkey A.1993. A Y 10. Hanizar E, 2004. Delesi Region AZF Chromosome Gene Family With RNA- (Azoospermic Factor) dalam Kromosom Y Binding Protein Homology : Candidates For Pria Pasangan Infertil Berdasarkan Etnis Di The Azoospermia Factor AZF Controlling Indonesia. Human Spermatogenesis. Cell, 75; hal. Disertasi, Pascasarjana Universitas Airlangga. 1287-1295. 11. Hargreave TB, 1999. Understanding the Y 17. Mark S. Fox Renee A. Reijo Pera.2001. Chromosome. Lancet. Nov.20. Male Infertility, Genetic Analysis Of The 12. Innis MA, Myambo, Gelfand, dan Brow DAZ Genes On The Human Y Chromosome MAD.1990. DNA Sequencing With Thermus And Genetic Analysis Of DNA Repair. Aquaticus DNA Polymerase And Direct Molecular and Cellular Endocrinology 184: Sequencing Of Polymerase Chain Reaction hal. 41–49. Amplified DNA. Proc. Natl. Sci. USA 85; 18. Poongothai J, Gopenath TS, Manonayaki hal. 9436-9440. S.2009. Genetics of human male infertility. 13. Kim, B., Lee, Y., Kim, Y., Lee, K. H., Chun, Singapore Medical Journal, 50(4): hal. 336- S., Rhee, K., Seo, J. T., Kim, S. W., and Paick, J. S. 2009. Polymorphic Expression 347. 19. Qiagen.2006. Blood and Tissue Handbook. Of DAZ Proteins In The Human Testis. Hum. www.qiagen.com. Reprod, 24; hal. 1507–1515. Desember 2015. 14. Kuroda-Kawaguchi, T., Skaletsky, Tanggal unduh 19 H., 20. Reijo, R., Lee T., Alagappan, R.1995. Brown, L. G., Minx, P. J., Cordum, H. S., Diverse Spermatogenic Defects In Human Waterston, R. H., Wilson, R. K., Silber, S., Caused By Y Chromosome Deeletions Oates, R., Rozen, S., and Page, D. C.2001. Encompassing The Azfc Region Of The Y Chromosome Protein Gene. Nature Genet, 10; hal. 383- Features Massive Palindromes And Uniform 393. 57 | Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) A Novel RNA-Binding MTPH Journal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2017 21. Singh A dan Agarwal A.2011. The Role Of Human Y Chromosome Azoospermia Factor Sperm Chromatin Integrity And DNA (AZF) Mapped To Different Sub-Region In Damage On Male Infertility. The Open Yg11. Human Mole. Gen. 5: hal. 933–943. Reproductive Science Journal 3: hal. 65-71. 27. Winarso Hudi *, P.G. Konthen*, F.M. 22. Sunarno, Joko Malis.2009. Distribusi Gen Judajana*. 2011. Mikrodelesi Gen RBM Dan Azoospermia Factor (AZF) pada Pasien DAZ Pada Pria Pasangan Infertil Dalam dengan Hipospadia. Tesis, Pascasarjana Masyarakat Universitas Diponegoro. Kerabat. JBP Vol. 13, No. 1. Yang Melakukan Kawin 23. Suryandari Dwi Anita, Nukman Moeloek, 28. Woodruff Leigh Ann. 2012. Fertility Clinic Mila Citrawati, Puji Sari, Yanuardi. 2006. Testing for Sperm DNA Fragmentation. Analisis Mikrodelesi Kromosom Y pada Pria https://www.scsadiagnostics.com. Tanggal Azoospermia 12 Desember 2015. di Indonesia. Makara, Kesehatan Vol.10 No.1 : 41-46. 29. Yen PH, Chai NN, Salido EC.1997. The 24. Valko.2006. Genes And Population. In I.D. Human DAZ Genes, A Putative Male Young (Eds), Medical Genetics 1st Edition. Infertility Factor On The Y Chromosome, New York: Oxford University Press, Inc. Are Highly Polymorphic In The DAZ Repeat Hal. 136-151. Regions. Mamm Genome. Oktober; 8(10): 25. Van Gompel and Xu Yujun E.2010. A Novel Requirement In Mammalian Spermatid Differentiation For The DAZ-Family Protein Boule. Human Molecular genetic. 26. Vogt P.H, Edelmann A, Kirsch S, Henegariu hal. 756-9. 30. Yoshida K. 1998. The Mouse Reca-Like Gene Dmc1 Is Required For Homologous Chromosome Synapsis During Meiosis. Mol. Cell 1, hal. 707–718. O, Hirschmann P, Kiesewetter F, Kohn F.M, 31. Zini A, Bielecki R, Phang D, Zenzes MT. Schill W.B, Farah S, Ramos C, Hartmann M, 2001. Correlations Between Two Markers Hartschuh W, Meschede D, Behre H.M, Of Sperm DNA Integrity, DNA Denaturation Castel A, Nieschlag E, Weidner W, Grone And DNA Fragmentation, In Fertile And H.J, Jung A, Engel W & Haidl G.1996. Infertile Men. Fertil Steril, 75: hal. 674–677. Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) |58 PEDOMAN PENULISAN MEDICAL TECHNOLOGY AND PUBLIC HEALTH JOURNAL (MTPH) Medical Technology and Public Health Journal merupakan jurnal yang berisi kumpulan artikel berupa penelitian asli, tinjauan pustaka, studi kasus, pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan masyarakat, gizi dan teknologi medik. Jurnal ini diterbitkan oleh Fakultas Kesehatan, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya dengan sistem peer review untuk seleksi artikel. Berikut adalah ketentuan penulisan untuk masing-masing jenis artikel: 1. Artikel Penelitian berisi hasil penelitian asli terkait kesehatan. format terdiri ats pendahuluan, bahan dan metode serta pembahasan. 2. Telaah Pustaka membahas tentang pengkajian ulang terkait masalah kesehatan maupun kedokteran terbaru. Format terdiri atas pendahuluan, isi, ringkasan dan kesimpulan. 3. Studi/laporan kasus membahas tentang kasus menarik bidang kesehatan maupun kedokteran yang baik untuk disebarluaskan. Format terdiri atas pendahuluan, laporan kasus dan pembahasan. 4. Penyegar Ilmu Kesehatan berupa artikel ini memuat hal yang bersifat lama tetapi masih up to date. Format terdiri atas pendahuluan, isi, dan kesimpulan. Format Penulisan Naskah disusun menggunakan bahasa indonesia atau bahasa inggris dalam bentuk word (doc/x), format A4 (210mm x 297mm), font Times New Roman, ukuran 12, spasi 1,5, batas margin kiri 2 cm, kanan 2 cm, atas 2,44 cm, dan bawah 3 cm. Format artikel dibuat dalam dua kolom (kecuali judul dan abstrak). Naskah maksimal sebanyak 10 halaman. Komponen artikel meliputi: 1. Judul Judul maksimal terdiri dari 15 kata dan ditulis dalam huruf besar/kapital, berupa bahasa Inggris atau bahasa Indonesia dan tidak menggunakan singkatan atau jargón. Penulisan judul menggunakan font Times New Roman ukuran 14, center, bold. Nama penulis ditulis di bawah judul dengan memberi 1 spasi (enter 1x). Afiliasi penulis ditulis di bawah nama penulis dengan memberi 1 spasi (enter 1x). Afiliasi berisikan nama departemen, fakultas, universitas, kota, negara, dan alamat email (hanya pada penulis pertama). Nama penulis dan afiliasi ditulis menggunakan font Times new Roman ukuran 12. 2. Abstrak Abstrak berisi maksimal 200 kata dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Abstrak ditulis dalam 1 (satu) kolom. Susunan abstrak meliputi Introduction, Method, Result dan Conclusion. 59 | Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) MTPH Journal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2017 Abstrak ditulis menggunakan font Times new roman, ukuran 12 pts, justify spasi 1. Kata kunci dicantumkan dibawah abstrak pada halaman yang sama sebanyak 3-5 buah kata (maksimal 5 kata atau frase). Kata kunci ditulis menggunakan font Times new roman, ukuran 12 pts, tebal (bold). 3. Isi Artikel Isi artikel penelitian mencakup pendahuluan, metode penelitian (kecuali artikel selain penelitian), hasil dan pembahasan, simpulan, saran dan referensi. Isi artikel ditulis dalam format 2 kolom. Lebar setiap kolom harus 8,15 cm dengan jarak 0,7 cm antara dua kolom. Ukuran font judul 12 pts, bold dan center. Jarak paragraf dengan margin kiri adalah 0,4 cm (1 tab atau 4 spasi). a. Pendahuluan berisi latar belakang masalah, urgensi, hasil kajian pustaka, dan tujuan penelitian. b. Metode Penelitian berisi rancangan penelitian, populasi sampel, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, uji analisis data, termasuk jika menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi. Dalam metode penelitian juga memungkinkan menulis rumus/persamaan. Rumus/persamaan ditulis di tengah (centered) dan keterangan persamaan misal persamaan 1 ditulis rata kiri. Penulisan persamaan ini menggunakan Microsoft Equation Editor atau MathType. Contoh: c. Hasil dan pembahasan berisi paparan hasil analisis dan interpretasinya yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian yang disertai tabel dan grafik/gambar secara rinci dan perbandingan dengan teori dan/atau hasil penelitian sejenis. Penulisan tabel menggunakan garis tabel (table border) horizontal. Gambar pada artikel disisipkan dengan mode “inline wrapping”. Penulisan judul di bawah gambar dan ditengah (centered). Jangan menggunakan warna gambar kecuali menginterpretasikan hasil yang tepat. Jangan menggunakan border/kotak pada gambar. Tulisan “tabel dan nomor” di bold, dan judul tabel ditulis dengan huruf awalan kapital dan penomoran menggunakan angka romawi. Judul tabel ditulis di atas tabel dan rata kiri. Judul gambar dan tabel ditulis dengan ukuran huruf 8pts dan spasi antara gambar/tabel 10 pts. Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) |60 Tabel.1 Specifications Adopted for the Simulated Inverter Dimension Value (mm) d 1.5254 h 11.524 t 2 b 10 (Tidak ada garis vertikal) Gambar 1. Judul Gambar d. Simpulan dan Saran Dapat meninjau hasil utama, namun tidak menduplikasi abstrak atau pendahuluan. Kesimpulan berisi temuan penelitian yang penting dan perlu tindak lanjut. Saran berkaitan dengan ide atau rekomendasi pelaksanaan untuk perbaikan dan hal penting untuk penelitian selanjutnya. e. Referensi Penulisan mengikuti kaidah penulisan vancouver. Semua referensi yang digunakan dalam penulisan di daftar rujukan diberi nomor urut sesuai dengan pemunculan dalam artikel, bukan menurut abjad. Hanya mencantumkan kepustakaan yang dipakai dan relevan dengan isi artikel. Dalam penulisan referensi menggunakan mendeley, zotero dll. Referensi ditulis dengan jarak 8 pts dan 1 spasi. Kutipan Jurnal [1] R. L. Fante, M. T. McCormack, Reflection properties of the Salisbury screen, IEEE Trans. Antennas Propag., Volume 36, (Issue 1), January 2010, Pages 1443–1454. Kutipan Buku [2] D.E. Dudgeon, R.M. Mersereau, Multidimensional Digital Signal Processing (PrenticeHall, 1984). 61 | Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) MTPH Journal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2017 Kutipan Bab dari buku [3] D.E. Dudgeon, R.M. Mersereau, Multidimensional Digital Signal Processing (PrenticeHall, 1984, pp. 581-600). Kutipan Tesis [4] J. Williams, Narrow-band analyzer, Ph.D. dissertation, Dept. Elect. Eng., Harvard Univ., Cambridge, MA, 1993. Kutipan Proceeding [5] D. Gorinevsky, S. Boyd, G. Stein, Optimization-based tuning of low-bandwidth control in spatially distributed systems, American Control Conference, Vol. 3, pp. 2658–2663, Denver, CO, June 2003. Pengiriman Naskah Naskah dapat dikirimkan secara elektronik melalui email [email protected] Sistem pendaftaran secara online melalui web http://lppm.unusa.ac.id Pengiriman naskah disertai scan pernyatan tertulis berisi: a. Semua penulis telah membaca dan menyetujui materi yang disampaikan b. Teks dan temuan yang dilaporkan adalah karya penulis dan tidak memiliki permasalahan hak cipta . c. Naskah yang dikirimkan belum pernah dipublikasikan atau diterima untuk dipublikasikan dalam jurnal lain dan tidak sedang dipertimbangkan untuk dipublikasikan di tempat lain. Kepastian pemuatan atau penolakan naskah akan diinformasikan secara tertulis melalui email paling lama 1 bulan sejak naskah dikirimkan. Bagi penulis yang artikelnya dimuat berhak mendapatkan1 eksemplar jurnal MTPH (Bila membutuhkan tambahan eksemplar dapat menghubungi petugas administrasi Jurnal). Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) |62