IutamaI Heboh Repo Fiktif Triple A Kabar tentang Repo fiktif merebak akhir 2014 lalu, menyeret serta nama AAA Securities. Beberapa saat sebelum kasus itu merebak, telah terjadi perubahan kepemilikan saham, yang diikuti perubahan nama perusahaan. P ada masanya, nama PT An­ dalan Artha Advisindo (AAA) atau beken disebut Triple A merupakan patron untuk emisi obligasi. Setiap ada emisi obligasi baru hasil garapan Triple A sebagai penjamin emisi, seperti jadi jaminan mutu. Para investor pasti berebut membeli. Ketika krisis Eropa dan Amerika merebak ta­ hun 2008 dan imbasnya berlangsung panjang, nama Triple A pun seperti redup, bersama redupnya pasar obligasi. S etelah lama tak terdengar, nama Triple A kembali jadi hangat diper­ bincangkan,meski dalam konteks yang jauh berbeda. Namanya kembali ramai diperbincangkan setelah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menemukan transaksi Utama Feb15.indd 4 repo yang mencurigakan, yang bermula dari pemeriksaan rutin atas modal perusahaan sekuritas. Perusahaan ini masuk daftar pemantauan serius OJK setelah Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD) tidak memenuhi ketentuan minimal. Karena ada sejumlah indikasi yang mencurigakan, OJK memutuskan memberikan suspensi atas perusahaan ini sejak awal Desember 2014 lalu. Mengacu aturan Otoritas Jasa Keuang­ an (OJK), batas minimum MKBD adalah Rp 25 miliar atau 6,25% dari total kewa­ jiban tanpa utang. Ketika OJK melaku­ kan supervisi pada awal Desember 2014, AAA Securities dan Harita Kencana Se­ curities kedapatan tak memenuhi standar minimum MKBD. Keduanya harus me­ nerima risiko disuspen. Harita kemudian mampu memenuhi tuntutan MKBD dua hari kemudian setelah disuspen, sehingga bisa kembali beroperasi. Sedangkan AAA Securities punya persoalan berbeda. OJK harus bekerjakeras berupaya menemukan kejanggalan lain yang mem­ buat perusahaan ini tidak bisa memenuhi persyaratan modal harian. Sumber ma­ salah akhirnya ditemukan. Ada transak­si Reverse Repo yang tidak wajar, bernilai Rp 262 miliar yang ber­kaitan dengan BPD Maluku, juga pembelian Reverse Repo Rp 146 miliar dan US$ 1,25 juta di Bank ANDA. Dua transaksi ber­ sama AAA, ditemukan ti­dak ditopang underlying transaction sebagaimana tertera dalam perjanjian. Padahal, AAA harus menempatkan surat berharga yang ditransaksikan pada sub account masing-masing bank yang juga harus resmi tercatat di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jika proses penerbitan Repo berjalan sesuai prosedur. Hal ini mengindikasikan, Repo yang diterbitkan tidak memenuhi ketentuan seharusnya, alias bodong. Jika memenuhi standar, ada record resmi di KSEI. Oto­ ritas pun mengambil tindakan tegas. Deputi Komisioner OJK Pengawas Pasar Modal Sarjito mengatakan, pihaknya langsung menghentikan sementara kegiatan usaha AAA sebagai Perantara Pedagang Efek terhitung sejak awal Desember 2014 karena tidak memenuhi persyaratan minimum MKBD. Pemicu utama tidak lain akibat transaksi Repo. Transaksi repo adalah merupakan transaksi jual surat berharga (efek) dengan janji dibeli kembali pada waktu dan harga yang telah ditetapkan. Se­ dangkan untuk transaksi reverse repo adalah kebalikan dari transaksi repo, Edisi 64 / 1 Februari 2015 / DANA PENSIUN >> 3/6/2015 6:57:23 PM