TESIS PEMBERIAN Alpha Lipoic Acid MEMPERBAIKI PROFIL LIPID DARAH PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR DENGAN DISLIPIDEMIA CRISTHINE GUNAWAN PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 i TESIS PEMBERIAN Alpha Lipoic Acid MEMPERBAIKI PROFIL LIPID DARAH PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR DENGAN DISLIPIDEMIA CRISTHINE GUNAWAN NIM 1490761034 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 ii Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL : …………………….. Pembimbing I Pembimbing II Prof. DR. dr. Wimpie I. Pangkahila Sp.And., FAACS NIP. 194612131971071001 Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK NIP. 194606191976021001 Mengetahui, Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana DR. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc., Sp.GK NIP.1958052119850312002 iii Prof. Dr. Dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S (K) NIP.195902151985102001 Penetapan Penguji Tesis ini telah diuji pada Tanggal……………… Penguji tesis berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No : ……/UN14.4/HK/2016, Tanggal:………….. Ketua : Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS Sekretaris : Prof. dr. I Gusti.Made Aman, Sp.FK Anggota : 1. DR.dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc., Sp.GK 2. Dr. dr. Ida Sri Iswari, Sp.MK., M.Kes, M.Sc. 3. Dr. dr. Desak Made Wihandani, M. Kes iv SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT NAMA : dr. Cristhine Gunawan NIM : NIM 1490761034 PROGRAM STUDI : ILMU BIOMEDIK JUDUL TESIS : PEMBERIAN Alpha Lipoic Acid MEMPERBAIKI PROFIL LIPID DARAH PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR DISLIPIDEMIA Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 11 Juli 2016 (dr. Cristhine Gunawan) v UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis memanjatkan puji syukur yang sedalam-dalamnya kepada Tuhan untuk kasih karunia serta penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis dan penelitian ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir studi yang telah dijalankan oleh penulis untuk memperoleh gelar Magister pada Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik, Kekhususan Anti-Aging Medicine, Pascasarjana Universitas Udayana. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD KEMD, FINASIM dan Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K)., atas kesempatan yang diberikan penulis untuk menjadi mahasiswa Program Pascasarjana. Serta Dr. dr. Gde. Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc, Sp.GK Ketua Program Studi Ilmu Biomedik yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Pascasarjana di Universitas Udayana. Terima kasih Prof. Dr. dr. Wimpie I Pangkahila, Sp.And, FAACS, selaku Pembimbing I, yang telah meluangkan waktu dan pemikiran untuk membimbing, mengarahkan, mengoreksi dan memberikan tantangan serta masukan yang berharga kepada Penulis dalam penelitian dan seluruh proses pembuatan tesis ini. Terima kasih kepada Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp. FK Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana selaku dosen dan pembimbing II yang telah memberikan fasilitas tempat, peralatan, dan teknisi bagi vi terlaksananya penelitian ini, untuk waktu yang sangat berharga, yang dengan sabar dan teliti memberikan koreksi, arahan serta bimbingan dalam setiap tahap penyusunan tesis ini dan menyelesaikan studi. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada para penguji tesis ini, yaitu DR. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc., Sp.GK atas saran, kritikan serta bimbingannya yang sangat bermanfaat mengenai jurnal yang berhubungan dengan penelitian, teknis menulis ilmiah yang baku, dan memberikan motivasi selama penyusunan tesis ini. Terima kasih kepada Dr. dr. Ida Sri Iswari, Sp.MK., M.Kes, yang telah menginspirasi penulis dalam proses penelitian ini serta koreksi dan masukan yang sangat berharga yang berhubungan dengan hewan coba. Terima kasih sebesar-besarnya juga untuk Dr. dr. Desak Made Wihandani, M.Kes yang dengan sabar dan teliti memberikan koreksi, bimbingan dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Hormat dan ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh dosen Ilmu Kedokteran Biomedik, Kekhususan Anti-Aging Medicine, Program Pascasarjana Universitas Udayana yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga selama masa pendidikan yang tentunya akan bermanfaat untuk masa depan penulis. Kepada seluruh staf biomedik Bapak Eddy Suantara, Geg Wahyu , Geg Amie dan Geg Enni, Mba Yeti yang dengan penuh semangat selalu membantu serta menyemangati penulis selama menjalankan studi dan menyelesaikan tesis. Terima kasih juga untuk Bapak Gede Wiranatha selaku staf Bagian Animal Unit Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang membantu dalam proses pemeliharaan dan pengelolaan hewan coba, membimbing vii cara pengambilan darah hewan coba di dalam laboratorium serta Ferbian Siswanto, SKH untuk bantuan dan masukan dan ilmu selama penelitian. Terima kasih kepada Drs. I Ketut Tunas, M.Si, yang telah membantu dalam penyusunan data dalam bidang statistik. Dan Bagian Laboratorium Gizi Universitas Gajah Mada yang telah membantu memeriksa indikator yang penulis gunakan dalam penelitian ini. Kepada semua teman-teman Mahasiswa Program Magister Ilmu Biomedik AAM Angkatan IX terima kasih untuk kekompakan serta semangat bersama-sama menyelesaikan setiap proses dalam perkuliahan, penelitian hingga penyusunan tesis. Pada kesempatan ini pula penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih teristimewa untuk suami terkasih Dokter Tommy Castalie dan anak anak Alessandro Clarence Castalie dan Constantine Cedric Castalie untuk cinta, kesabaran, doa dan dukungan moril materiil yang luar biasa, pengertian, pengorbanan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi Program Magister ini. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan bagi kita semua. Denpasar, 11 Juli 2016 Penulis viii ABSTRAK PEMBERIAN Alpha Lipoic Acid MEMPERBAIKI PROFIL LIPID DARAH PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR DISLIPIDEMIA Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan kenaikan dan penurunan fraksi lipid dalam plasma darah yaitu kenaikan kadar kolesterol total, kadar Trigliserida, kadar LDL, serta penurunan kadar HDL. Dislipidemia merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit aterosklerosis dan penyakit kardiovaskular. Penatalaksanaan dislipidemia dengan terapi farmakologis yang lama memberikan banyak efek samping sehingga penatalaksanaan dislipidemia dengan terapi non farmakologis untuk memperbaiki profil lipid sangat dianjurkan sebelum menggunakan obat farmakologis dan salah satunya dengan suplemen. Penggunaan ALA telah banyak digunakan untuk memperbaiki profil lipid. ALA memperbaiki profil lemak dengan mekanisme langsung dan tidak langsung di dalam hepar sehingga terjadi penurunan lipogenesis ditingkat molekuler. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pemberian ALA secara oral dalam memperbaiki profil lipid dalam darah tikus Wistar dislipidemia. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Pretest - posttest control group design yang dilakukan pada 40 ekor tikus Wistar jantan, berumur 3-4 bulan, berat badan 180-200 gram yang telah diinduksi diet tinggi lemak selama 35 hari, kemudian dilanjutkan dengan pemberian ALA. Kelompok kontrol negatif (P0) diberikan diet standar dan aquades, Kelompok kontrol positif (P1) diberikan diet standar dan Simvastatin 0,18mg, Kelompok perlakuan dua (P2) diberikan diet standar dan ALA dosis 5,4mg, Kelompok perlakuan tiga (P3) diberikan diet standar dan ALA dosis 10,8mg selama 14 hari. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Animal Unit Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar Bali pada bulan Februari-April 2016. Pemeriksaan profil lipid pretest dan posttest dilaksanakan di Laboratorium Pangan dan Gizi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Data dianalisis dengan uji One Way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok P2 yang diberikan ALA dengan dosis 5,4 mg mengalami penurunan kadar kolesterol dari 218,34±6,93 mg/dl menjadi 153,26±9,84 mg/dl, penurunan kadar trigliserida dari 158,74±6,72 mg/dl menjadi 121,48±6,39 mg/dl, peningkatan kadar HDL dari 25,12±1,03 mg/dl menjadi 41,00±0,99 mg/dl dan penurunan kadar LDL dari 90,40±4,25 mg/dl menjadi 68,56±4,20 mg/dl (p<0,01). Hal yang sama dapat diamati pada kelompok perlakuan P3 yang diberikan ALA dengan dosis 10,8 mg mengalami penurunan kadar kolesterol dari 216,14±7,47 mg/dl menjadi 123,16±7,45 mg/dl, penurunan kadar trigliserida dari 156,63±7,41 mg/dl menjadi 114,38±7,79 mg/dl, peningkatan kadar HDL dari 25,73±1,70 mg/dl menjadi 47,65±1,69 mg/dl dan penurunan kadar LDL dari 89,26±6,10 mg/dl menjadi 45,84±5,61 mg/dl (p<0,01). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ALA 5,4 mg dan 10,8 mg satu kali sehari selama 14 hari pada tikus Wistar jantan, dapat memperbaiki profil lipid plasma darah. Terjadi penurunan kadar kolesterol total, trigliserida, LDL dan peningkatan HDL dalam plasma darah. Dengan demikian hasil penelitian ini dapat menjadi dasar penelitian untuk mengetahui penggunaannya pada manusia, jenis penyakit yang berhubungan dengan proses penuaan. Kata kunci: alpha lipoic acid, dislipidemia, asam lemak, kolesterol, trigliserida, HDL, LDL, profil lipid. ix ABSTRACT ADMINISTRATION of Alpha Lipoic Acid IMPROVED THE LIPID PROFILE in DYSLIPIDEMIC MALE RAT (RATTUS NORVEGICUS) Dyslipidemia is disorder on lipid metabolism characterized by increases and decreases in lipid fractions in blood plasma which manifested by elevation of the serum total cholesterol, triglycerides, LDL cholesterol, and decrease in the HDL concentration. Dyslipidemia is a major risk factor for atherosclerosis and cardiovascular disease. Management of dyslipidemia with long pharmacologic therapy provides many side effects, thus the guidelines of dyslipidemia management with non-pharmacological therapies to improve lipid profile is highly recommended prior to the drug and one of them with dietary supplements. The use of Alpha Lipoic Acid (ALA) has been widely used to improve the lipid profile. ALA may improve lipid profile with direct and indirect mechanisms in the liver resulting in decreased lipogenesis molecular level. The purpose of this study was to determine the effectiveness of orally administered ALA to improve the blood lipid profile of Wistar rats with dyslipidemic. This study was an experimental study using pretest - posttest control group design performed on 40 Wistar rats male, aged 3-4 months, body weight of 180200 grams which have induced a high-fat diet for 35 days, followed by administration of ALA. Negative control group (P0) was given a standard diet and distilled water, the positive control group(P1) is given a standard diet and Simvastatin 0,18mg, one treatment group(P2) is given a standard diet and ALA dose of 5,4mg, two treatment groups(P3) given a standard diet and ALA 10,8mg doses for 14 days. Research conducted at the Laboratory Animal Unit Section of Pharmacology Faculty of Medicine Udayana University, Denpasar Bali in February-April 2016. Examination of the lipid profile pretest and posttest conducted at the Laboratory of Food and Nutrition Science at Gajah Mada University, Yogyakarta. Data were analyzed by One Way ANOVA. The results showed that the group P2 given ALA at a dose of 5.4 mg cholesterol levels decreased from 218.34 ± 6.93 mg / dl to 153.26 ± 9.84 mg / dl, a decrease in triglyceride levels of 158.74 ± 6.72 mg / dl to 121.48 ± 6.39 mg / dL increase in HDL levels of 25.12 ± 1.03 mg / dl to 41.00 ± 0.99 mg / dl and a decrease in LDL cholesterol of 90 , 40 ± 4.25 mg / dl to 68.56 ± 4.20 mg / dl (p <0.01). The same thing can be observed in the group P3 is given ALA at a dose of 10.8 mg cholesterol levels decreased from 216.14 ± 7.47 mg / dl to 123.16 ± 7.45 mg / dl, a decrease in triglyceride levels of 156.63 ± 7.41 mg / dl to 114.38 ± 7.79 mg / dL increase in HDL levels of 25.73 ± 1.70 mg / dl to 47.65 ± 1.69 mg / dl and decreased levels LDL of 89.26 ± 6.10 mg / dl to 45.84 ± 5.61 mg / dl (p <0.01). From this study it can be concluded that the administration of ALA 5,4mg and 10,8mg once a day for 14 days in Wistar male rats, improved blood plasma lipid profile. There were decreased level of cholesterol, triglycerides, LDL and increase of HDL in the blood plasma. Thus the results of this study could be the basis for further research to determine its use in humans, diseases associated with aging process. Keywords: alpha lipoic acid, dyslipidemia, free fatty acid, cholesterol, trygliceride, HDL, LDL, lipid profile. x DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................... LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... PENETAPAN PENGUJI .................................................................................... SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT.................................................... UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................... ABSTRAK .......................................................................................................... ABSTRACT ........................................................................................................ DAFTAR ISI ....................................................................................................... DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... DAFTAR TABEL .............................................................................................. DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……..................................................................... 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................... 1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 1.4.1 Manfaat Ilmiah ................................................................... 1.4.2 Manfaat Praktis .................................................................. i iii iv v vi ix x xi xv xvi xvi xvii 1 5 5 5 6 6 6 6 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penuaan .................................................................................... 7 2.1.1 Definisi Penuaan .......................................................... 8 2.1.2 Teori Penuaan ............................................................... 8 2.1.3 Faktor yang Mempercepat Penuaan ............................. 12 2.2 Lipid ........................................................................................ 14 2.2.1 Definisi Lipid ................................................................ 14 2.2.2 Fungsi Lipid .................................................................. 14 2.2.3 Klasifikasi Lipid ............................................................ 15 2.2.4 Transport Lipid Plasma, Lipoprotein, Apolipoprotein ... 16 2.3 Metabolisme Lipid dan Lipoprotein ......................................... 22 2.4 Dislipidemia .............................................................................. 26 2.4.1 Definisi .......................................................................... 26 2.4.2 Profil Lipid Serum ......................................................... 26 2.4.3. Etiologi .......................................................................... 28 2.4.4 Klasifikasi ...................................................................... 29 2.4.5 Komplikasi Dislipidemia ............................................... 31 xi 2.4.6 Korelasi Resistensi Insulin Terhadap Dislipidemia ...... 2.4.7 Terapi Dislipidemia ....................................................... 2.4.6.1 Terapi Farmakologis Dislipidemia .................... 2.4.6.2 Terapi Non Farmakologis Dislipidemia ........... 2.5 ALA ......................................................................................... 2.5.1 Rumus Kimia ALA........................................................ 2.5.2 Sumber Alami ALA ...................................................... 2.5.3 Mekanisme Kerja ALA Terhadap Dislipidemia ........... 2.6 Statin dan Dislipidemia ........................................................... 2.7 Tikus Putih Sebagai Hewan Coba .......................................... 31 31 31 32 32 32 34 35 36 38 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Berpikir ....................................................................... 42 3.2 Konsep Penelitian ........................................................................ 44 3.3 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 45 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ....................................................................... 46 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 48 4.3 Populasi dan Besar Sampel .............................................................. 48 4.3.1 Populasi Sampel Penelitian ………......................................... 48 4.3.2 Besar Sampel Penelitian .......................................................... 49 4.4 Variabel Penelitian ........................................................................... 50 4.4.1 Klasifikasi Variabel …............................................................ 50 4.4.2 Definisi Operasional ............................................................... 50 4.5 Alat dan Bahan Penelitian ............................................................... 53 4.5.1 Alat penelitian ........................................................................ 53 4.5.2 Bahan Penelitian ..................................................................... 53 4.6 Prosedur Penelitian ......................................................................... 54 4.7 Prosedur Pemeriksaan Darah Tikus ................................................ 56 4.8 Alur Penelitian ................................................................................ 58 4.9 Analisis Data ................................................................................... 59 4.10 Etika Penelitian ............................................................................. 59 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Analisis Deskriptif ......................................................................... 5.2 Uji Normalitas Data ....................................................................... 5.3 Uji Homogenitas Data Antar Kelompok ....................................... 5.4 Uji Komparabilitas ........................................................................ 5.4.1 Analisis Antar Kelompok Sebelum Perlakuan .................... 5.4.2 Analisis Antar Kelompok Sesudah Perlakuan ..................... 5.5 Analisis Efek Perlakuan Pemberian ALA ...................................... 60 65 67 68 68 70 72 BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 6.1 Subjek Penelitian ........................................................................... 6.2 Distribusi dan Varian Data Hasil Penelitian .................................. 79 80 xii 6.3 Diet Tinggi Lemak Merupakan Salah Satu Penyebab Dislipidemia 81 6.4 Pengaruh Pemberian ALA Terhadap Profil Lipid Darah ............... 81 6.5 Manfaat ALA Terhadap Perkembangan Ilmu Anti Aging Medicine 84 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan ........................................................................................ 7.2 Saran .............................................................................................. 85 85 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 87 LAMPIRAN ..................................................................................................... 92 xiii DAFTAR GAMBAR Halaman 2.2 2.4 2.5 2.8 3.1 4.1 4.2 5.1 Struktur Lipoprotein ............................................................................. Transport Lipid Dalam Tubuh .............................................................. Metabolisme Lipid Dalam Tubuh ......................................................... Struktur Kimia ALA dan Dihydrolipoic Acid ...................................... Bagan Konsep Penelitian ....................................................................... Bagan Rancangan Penelitian ................................................................. Bagan Alur Penelitian ........................................................................... Grafik Perubahan Kadar Kolesterol Total Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antar Kelompok ............................... 5.2 Grafik Perubahan Kadar Trigliserida Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antar Kelompok ............................... 5.3 Grafik Perubahan Kadar HDL Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antar Kelompok ............................... 5.4 Grafik Perubahan Kadar LDL Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antar Kelompok ............................... xiv 19 25 26 32 42 44 54 70 71 72 73 DAFTAR TABEL 2.1 Klasifikasi Lipid .................................................................................... 2.3 Klasifikasi Lipoprotein Berdasarkan Densitas ........................................ 2.6 Profil Lipid Serum Normal .................................................................... 2.7 Penyebab Umum Dislipidemia ................................................................ 5.1 Hasil Analisis Deskriptif Data Kadar Kolesterol Total .......................... 5.2 Hasil Analisis Deskriptif Data Kadar Trigliserida .................................. 5.3 Hasil Analisis Deskriptif Data Kadar HDL ............................................ 5.4 Hasil Analisis Deskriptif Data Kadar LDL ............................................ 5.5 Hasil Uji Normalitas Data Kadar Kolesterol Total Antar Kelompok ..... 5.6 Hasil Uji Normalitas Data Kadar Trigliserida Antar Kelompok ............. 5.7 Hasil Uji Normalitas Data Kadar HDL Antar Kelompok ........................ 5.8 Hasil Uji Normalitas Data Kadar LDL Antar Kelompok ........................ 5.9 Hasil Uji Homogenitas Data Kadar Antar Kelompok ............................. 5.10 Rerata Nilai Variabel antar Kelompok Sebelum Perlakuan (pretest) ..... 5.11 Rerata Nilai Variabel antar Kelompok Sesudah Perlakuan (posttest) .... 5.12 Rerata Nilai Variabel Masing-Masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan ........................................................................... xv 16 22 28 30 57 58 59 60 61 62 62 63 64 65 66 68 DAFTAR SINGKATAN ALA : Alpha Lipoic Acid CETP : Cholesterol Ester Transfer Protein CHD : Congestive Heart Disease DHLA : Dehydroxy Lipoic Acid DNA : Deoxyribo Nucleic Acid FFA : Free Fatty Acid H2O2 : Hydrogen Peroxide HDL : High Density Lipoprotein HIV : Human Immunodeficiency Virus HMG-CoA : 3-Hydroxy-3-Methylglutaryl-Coenzim A HTGL : Hepatic Triglyceride Lipase IDL : Intermediate Density Lipoprotein LCAT : Lechitin Cholesterol Acyl Transferase LDL : Low Density Lipoprotein LPL : Lipoprotein Lipase O2 : Oxygen Ox-LDL : Oxidized Low Density Lipoprotein RNS : Reactive Nitrogen Species ROS : Reactive Oxygen Species SOD : Superoxide Dismutase VLDL : Very Low Density Lipoprotein xvi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Ethical Clearance Lampiran 1 Perhitungan Dosis ...................................................................... Lampiran 2 Konversi Perhitungan Dosis Untuk Hewan Coba .................... Lampiran 3 Hasil Penelitian Pendahuluan ................................................... Lampiran 4 Data Induksi Dislipidemia Dengan Pakan Tinggi Lemak ........ Lampiran 5 Data Perlakuan ......................................................................... Lampiran 6 Analisis Deskriptif .................................................................... Lampiran 7 Uji Normalitas Data .................................................................. Lampiran 8 Uji Homogenitas Data .............................................................. Lampiran 9 Analisis Komparasi One Way ANOVA ..................................... Lampiran 10 Least Significance Test Data Posttest (LSD) ........................... Lampiran 11 Analisis Efek Perlakuan ........................................................... Lampiran 12 Analisis ALA ........................................................................... Lampiran 13 Komposisi ALA 100mg ........................................................... Lampiran 14 Analisis Jumlah Pakan ............................................................ Lampiran 15 Foto Foto Penelitian ............................................................... xvii 87 88 89 90 91 92 94 96 98 100 102 104 105 106 107 111 1SsSs1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan merupakan suatu proses yang kompleks menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan serta memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses penuaan meliputi berbagai aspek biologis, fisiologis, dan biokimia di dalam tubuh. Banyak faktor yang menyebabkan dan mempengaruhi terjadinya proses penuaan itu sendiri. Dengan mengetahui penyebabnya, maka dapat dilakukan berbagai upaya berdasarkan ilmu pengetahuan terkini untuk menghambat atau memperlambat proses penuaan, sehingga seseorang dapat menua dengan kualitas hidup yang baik dapat dipertahankan (Pangkahila, 2011). Faktor-faktor itu secara garis besar dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal misalnya radikal bebas, hormon yang berkurang, proses glikasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun, dan gen. Sedangkan faktor eksternal yang memegang peranan penting sebagai penyebab terjadinya proses penuaan misalnya gaya hidup yang tidak sehat, diet yang tidak sehat, kebiasaan yang salah, polusi lingkungan, stres, dan kemiskinan (Pangkahila, 2011). 1 xviii Salah satu aspek pada proses penuaan yang dapat diukur adalah perubahan biokimiawi profil lipid yaitu terjadinya dislipidemia dalam tubuh yang merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular. Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma darah. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kenaikan kadar trigliserida dan penurunan kadar kolesterol HDL (Waspadji et al, 2010). Di Indonesia, prevalensi gangguan dislipidemia belum terdaftar dengan baik, namun diperkirakan cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan merupakan faktor risiko yang memicu penyakit kardiovaskular. Data di Indonesia berdasarkan laporan Riskesdas Bidang Biomedis tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi dislipidemia atas dasar konsentrasi kolesterol total >200 mg/dL adalah 39,8% (Perki, 2013). Dislipidemia dapat menjadi faktor tunggal terjadinya Penyakit Jantung Koroner (PJK) pada seseorang (Waspadji et al, 2010). Dislipidemia itu sendiri memberikan reaksi selanjutnya yaitu peroksidasi lipid (otooksidasi) membran dan sitosol yang mengakibatkan terjadinya serangkaian reduksi asam lemak sehingga terjadi kerusakan membran dan organel sel. Peroksidasi lipid merupakan reaksi berantai yang memberikan radikal bebas secara terus-menerus yang menginisiasi peroksidasi lebih lanjut. Hal ini akan merusak sel yang selanjutnya akan mengakibatkan bertambah cepatnya orang menjadi tua, sakit dan mati. xix Terapi non farmakologis seperti modifikasi gaya hidup merupakan pedoman penatalaksanaan terdepan untuk dislipidemia dan sangat bermanfaat untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular (Stone, 2013). demikian, pada sebagian orang tetap diperlukan strategi Namun farmakologis menggunakan obat untuk mencapai kadar lipid yang ditargetkan. Salah satu terapi farmakologis yang umum diberikan adalah obat golongan Statin. Dalam 10 tahun terakhir ini, inhibitor 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A reduktase (HMG KoA) menjadi obat yang paling banyak diresepkan sebagai obat perbaikan kadar lipid (Perki, 2013). Dosis Statin berkisar antara 10 mg – 80 mg yang dianjurkan. Semua obat golongan Statin kecuali pravastatin, rosuvastatin, dan pitavastatin mengalami metabolisme di hati melalui isoenzim sitokrom P450 sehingga akan berinteraksi dengan obat yang dimetabolisme melalui enzim tersebut. Peningkatan enzim hepar terjadi pada 0,5-2% pengguna statin terutama pada dosis tinggi. Setiap pasien hendaknya diperiksa enzim heparnya sebelum memulai terapi statin (Perki, 2013). Pada keadaan tertentu Statin tidak dianjurkan digunakan dalam jangka waktu lama dan dalam dosis toleransi yang tidak menimbulkan efek samping seperti resistensi insulin, miopati, rhabdomiolisis sampai dengan terjadi gangguan profil hepar dan empedu. Hal ini menunjukkan bahwa terapi kombinasi sangat diperlukan untuk menurunkan efek samping penggunaan obat Statin. Beberapa penelitian ilmiah, modifikasi diet dengan pemberian suplemen nutraseutikal xx digunakan dalam memperbaiki profil lipid yaitu Alpha Lipoic Acid (ALA) (Houston, 2012). ALA merupakan komponen organosulfur yang terbentuk dari asam oktanoat yang berfungsi sebagai antioksidan endogen dan koenzim dalam mitokondria. Secara spesifik ALA dapat menurunkan kadar Ox-LDL dan kolesterol plasma dengan meningkatkan aktivitas reseptor LDL hepatik yang dapat mencegah LDL-C menjadi Ox-LDL (Harding, 2012). Penurunan LDL sebesar 1 mg/dl menurunkan risiko kejadian kardiovaskuler sebesar 1% dan peningkatan kadar kolesterol High Density Lipoprotein (HDL) menurunkan risiko kejadian kardiovaskuler sebesar 2-3% (Mahdy et al, 2012). Studi yang dilakukan sebelumnya dan telah dipublikasikan dalam journal American Heart Association (AHA) menyimpulkan bahwa dengan pemberian suplementasi ALA menghambat pembentukan aterosklerosis yang bekerja sebagai antiobesitas, antitrigliserida dan antiinflamasi vaskular. Atas dasar ini ALA dapat mencegah dan dapat digunakan sebagai terapi ajuvan dalam kasus penyakit vaskular aterosklerosis (Zhang, 2008) Mekanisme ALA dalam menurunkan profil lipid dalam darah masih belum jelas. Beberapa studi menunjukkan bahwa ALA menurunkan trigliserida dan LDL melalui cara mengurangi aktivitas lipoprotein lipase (LPL), meningkatkan reseptor LDL dalam hati yang meningkatkan penyerapan kolesterol kembali ke sistem hati (portal) dan meningkatkan enzim katalase, meningkatkan enzim xxi antioksidan SOD dan meningkatkan FFA (free fatty acid) β-oksidasi (Hussein et al, 2015). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah pemberian ALA secara oral dapat menurunkan kadar kolesterol total pada tikus Wistar jantan yang dislipidemia? 2. Apakah pemberian ALA secara oral dapat menurunkan kadar trigliserida pada tikus Wistar jantan yang dislipidemia? 3. Apakah pemberian ALA secara oral dapat menurunkan kadar LDL pada tikus Wistar jantan yang dislipidemia? 4. Apakah pemberian ALA secara oral meningkatkan kadar HDL pada tikus Wistar jantan yang dislipidemia? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah : Untuk membuktikan perbaikan profil lipid darah pada tikus Wistar yang dislipidemia dengan pemberian ALA secara oral. 1.3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah : xxii 1. Untuk membuktikan pemberian ALA secara oral dapat menurunkan kadar kolesterol total pada tikus Wistar jantan yang dislipidemia. 2. Untuk membuktikan pemberian ALA secara oral dapat menurunkan kadar LDL pada tikus Wistar jantan yang dislipidemia. 3. Untuk membuktikan pemberian ALA secara oral dapat menurunkan kadar trigliserida pada tikus Wistar jantan yang dislipidemia. 4. Untuk membuktikan pemberian ALA secara oral meningkatkan kadar HDL pada tikus Wistar jantan yang dislipidemia. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Ilmiah Dari hasil penelitian diharapkan akan diperoleh informasi ilmiah tentang efektivitas pemberian ALA dalam memperbaiki profil lipid pada keadaan dislipidemia. 1.4.2 Manfaat Praktis Dengan penelitian ini dapat diketahui salah satu cara dalam memperbaiki profil lipid yaitu dengan pemberian suplementasi ALA setelah ALA melalui tahap uji klinis pada manusia, sehingga dapat dijadikan acuan. xxiii BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penuaan Penuaan atau aging, dapat digambarkan sebagai proses penurunan fungsi fisiologis tubuh secara bertahap yang mengakibatkan hilangnya kemampuan tumbuh dan kembang serta meningkatnya kelemahan. Pada umumnya, orang menganggap menjadi tua adalah suatu kemutlakan yang memang harus terjadi, sudah ditakdirkan, dan semua masalah yang muncul akibat penuaan harus di alami (Pangkahila, 2011). Aging atau penuaan bukan hanya proses menjadi tua. Penuaan adalah apa yang membuat “tua tidak sebaik baru” dan ketika laju kegagalan meningkat bersamaan dengan peningkatan usia, orang menjadi sakit, lemah, dan kadang sekarat. Aging atau penuaan secara praktis dapat dilihat sebagai suatu penurunan fungsi biologik dari usia kronologik. Aging tidak dapat dihindarkan dan berjalan dengan kecepatan berbeda, tergantung dari susunan genetik seseorang, lingkungan dan gaya hidup, sehingga aging dapat terjadi lebih dini atau lambat tergantung kesehatan masing-masing individu (Fowler, 2003). Saat ini ilmu pengetahuan di bidang kedokteran semakin berkembang dengan ditemukannya Anti Aging Medicine (AAM). AAM merupakan bagian ilmu kedokteran yang didasarkan pada penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran terkini untuk melakukan deteksi dini, pencegahan, pengobatan dan 7 xxiv perbaikan ke keadaan semula dari berbagai disfungsi, kelainan dan penyakit yang berkaitan dengan penuaan yang bertujuan untuk memperpanjang hidup dalam keadaan sehat. Dengan demikian, penuaan bukan lagi suatu keadaan normal yang tidak terhindarkan, namun penuaan dapat diperlakukan seperti suatu penyakit yang dapat dan harus dicegah, diobati dan bahkan dikembalikan ke keadaan semula. AAM secara progresif berupaya mengatasi proses penuaan agar keluhan, disfungsi, atau penyakit tidak muncul, sehingga usia harapan hidup dapat menjadi lebih panjang dengan kualitas hidup dipertahankan (Pangkahila, 2011). 2.1.1 Definisi Penuaan Definisi penuaan menurut A4M adalah kelemahan dan kegagalan fisik-mental yang berhubungan dengan aging normal disebabkan oleh disfungsi fisiologik, dalam banyak kasus dapat diubah dengan intervensi kedokteran yang tepat (Klatz, 2003). 2.1.2 Teori Penuaan Banyak teori yang menjelaskan mengapa manusia mengalami proses penuaan. Tetapi, pada dasarnya semua teori itu dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu teori wear and tear dan teori program (Pangkahila, 2007). Ada 4 teori pokok dari aging (Goldman dan Klatz, 2007), yaitu: 1) Teori “Wear and Tear” Tubuh dan selnya mengalami kerusakan karena sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse). Organ tubuh seperti hati, lambung, xxv ginjal, kulit, dan yang lainnya, menurun karena toksin di dalam makanan dan lingkungan, konsumsi berlebihan lemak, gula, kafein, alcohol, dan nikotin, karena sinar ultraviolet, dan karena stress fisik dan emosional. Namun kerusakan ini tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel. 2) Teori Neuroendokrin Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh. Hormon dikeluarkan oleh beberapa organ yang dikendalikan oleh hipotalamus, sebuah kelenjar yang terletak di otak. Hipotalamus membentuk poros dengan hipofise dan organ tertentu yang kemudian mengeluarkan hormonnya. Dengan bertambahnya usia tubuh memproduksi hormon dalam jumlah kecil, yang akhirnya mengganggu berbagai sistem tubuh. 3) Teori Kontrol Genetik Teori ini fokus pada genetik memprogram sandi sepanjang DNA, dimana kita dilahirkan dengan kode genetik yang unik, yang memungkinkan fungsi fisik dan mental tertentu. Dan penurunan genetik tersebut menentukan seberapa cepat kita menjadi tua dan berapa lama kita hidup. 4) Teori Radikal Bebas Teori ini menjelaskan bahwa penyebab penuaan akibat penumpukan kerusakan oksidatif oleh radikal bebas dalam tubuh. Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Denham Harman dari University of Nebraska Medical Center di Omaha, Amerika Serikat tahun 1956. xxvi Radikal bebas adalah senyawa kimia yang berisi satu atau lebih elektron tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya (Clarkson dan Thompson, 2000). Radikal bebas terbentuk sebagai hasil sampingan berbagai proses selular atau metabolisme normal yang melibatkan oksigen. Contohnya adalah Reactive Oxygen Species (ROS) dan Reactive Nitrogen Species (RNS) yang dihasilkan selama metabolisme normal. Elektron yang tidak berpasangan ini mudah bereaksi dengan substansi lain terutama protein dan lemak tidak jenuh. Melalui proses oksidasi, radikal bebas yang dihasilkan selama fosforilasi oksidatif pada mitokondria dan dapat menghasilkan berbagai modifikasi makromolekul. Radikal bebas juga dapat bereaksi dengan DNA, menyebabkan mutasi kromosom. Akumulasi yang terus menerus berkontribusi pada perubahan-perubahan yang berkaitan dengan penuaan dan mengakibatkan kerusakan sel yang ireversibel sehingga terjadi penurunan fungsi dan pada akhirnya terjadi kematian sel (Hulbert et al., 2007). Pada keadaan normal, secara fisiologis sel memproduksi radikal bebas sebagai konsekuensi logis pada reaksi biokimia dalam kehidupan aerobik. Organisme aerobik memerlukan oksigen untuk menghasilkan ATP, yaitu suatu senyawa yang merupakan sumber energi bagi makhluk hidup melalui fosforilasi oksidatif yang terjadi dalam mitokondria. Pada proses tersebut terjadi reduksi O2 menjadi H2O yang memerlukan pengalihan 4 elektron. Namun, dalam keadaan tertentu, pengalihan elektron tersebut berjalan kurang sempurna sehingga dapat xxvii terbentuk radikal bebas yang dapat merusak sel jika tidak diredam (Suryohudoyo, 2007). Pembentukan radikal bebas dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh dalam jumlah yang berimbang. Pengaruh negatif radikal bebas terjadi jika jumlahnya melebihi kemampuan pertahanan antioksidan tubuh sehingga menimbulkan kondisi stres oksidatif. Stres oksidatif adalah suatu keadaan ketika jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk meredam efek buruk radikal bebas yang dapat merusak membran sel, protein, dan DNA, dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup sel dan jaringan. Jika hal ini terjadi dalam waktu yang berkepanjangan, maka akan terjadi penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan yang akan menyebabkan sel/jaringan tersebut kehilangan fungsinya dan akhirnya mati (Dröge, 2002). Penumpukan hasil-hasil perusakan oleh radikal bebas tadi terutama dalam keadaan stres oksidatif akan meningkat dengan bertambahnya umur, dan diduga merpakan penyebab utama terjadinya proses penuaan (Bagiada, 2001). Radikal bebas dapat terbentuk melalui dua cara, yaitu secara endogen, sebagai respon normal dari rantai peristiwa biokimia dalam sel (intrasel) maupun luar sel (ekstrasel), dan secara eksogen radikal bebas didapat dari polutan lingkungan, asap rokok, obat-obatan, dan radiasi ionisasi atau sinar ultra violet (Supari, 1996). Kemampuan mempertahankan homeostasis menurun seiring pertambahan usia sehingga meningkatkan risiko terkena penyakit dan terjadi kematian. Proses xxviii penuaan alami mempunyai 4 karakteristik yaitu progresif, endogen, ireversible, dan terjadi penurunan. Proses penuaan bersifat progresif karena penyebab penuaan telah ada sejak organisme masih muda. Penuaan melibatkan proses yang bersifat endogen sehingga terjadi proses penuaan intrinsik. Faktor eksogen juga dapat mengakibatkan penuaan baik secara langsung atau melalui interaksi dengan faktor endogen. Faktor endogen ini yang menjelaskan tentang mengapa tiap individu mempunyai usia yang berbeda meskipun dalam lingkungan yang sama. Proses penuaan adalah proses yang tidak dapat kembali ke awal. Pada proses penuaan terjadi penurunan fungsi fisiologis tubuh. 2.1.3 Faktor yang Mempercepat Penuaan Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo, 2003), yaitu: 1) Faktor lingkungan a. Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia sebagai hasil pembakaran pabrik, otomotif, dan rumah tangga mempercepat penuaan. b. Pencemaran lingkungan berwujud suara bising. Dari berbagai penelitian ternyata suara bising mampu meningkatkan kadar hormon prolaktin dan mampu menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan tubuh. c. Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih akan meningkatkan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan kekebalan. d. Pemakaian obat-obat/jamu yang tidak terkontrol pemakaiannnya sehingga xxix menyebabkan turunnya hormon tubuh secara langsung atau tidak langsung melalui mekanisme umpan balik. e. Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit. 2) Faktor diet/makanan Jumlah nutrisi yang cukup, jenis, dan kualitas makanan yang tidak menggunakan pengawet, pewarna, perasa dari bahan kimia terlarang. Zat beracun dalam makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh, yaitu hepar. 3) Faktor genetik Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya. Tetapi faktor genetik ternyata dapat berubah karena infeksi virus, radiasi, dan zat racun dalam makanan/minuman/kulit yang diserap oleh tubuh. 4) Faktor psikis Faktor stres ini ternyata mampu memacu proses apoptosis di berbagai organ/jaringan tubuh. 5) Faktor organik Secara umum faktor organik adalah: rendahnya kebugaran, pola makan kurang sehat, penurunan GH dan IGF-I, penurunan testosteron, penurunan melatonin secara konstan setelah usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan ritme sirkadian harian selanjutnya kulit dan rambut akan berkurang pigmentasinya dan terjadi pula gangguan tidur, peningkatan prolaktin dengan perubahan emosi, stress, perubahan FSH dan LH. xxx 2.2 Lipid Lipid menjadi faktor utama penyebab dislipidemia. Konsumsi lemak jenuh yang terus menerus merupakan beban bagi tubuh. 2.2.1 Definisi Lipid Lipid atau lemak adalah molekul dengan gugus fungsional karboksil (-COOH) atau gugus ester (-COOR), yang tidak dapat larut dalam air, tapi larut dalam larutan non polar, seperti eter, chloroform, aseton, benzen, karbon tetraklorida (Murray, 2012). 2.2.2 Fungsi Lipid Beberapa fungsi lipid (Guyton, 2007), antara lain: 1. Sebagai sumber energi 2. Transportasi metabolik sumber energi 3. Sumber zat untuk sintesis hormon, kelenjar empedu, serta penunjang proses signal signal transducing 4. Struktur dasar atau komponen utama dari membran sel dan membran saraf 5. Sebagai pelindung tubuh dari suhu rendah 6. Sebagai pelarut vitamin A,D,E,dan K 7. Salah satu bahan penyusun hormon dan vitamin terutama yang mengandung sterol 8. Pemberi rasa kenyang dan kelezatan xxxi 2.2.3 Klasifikasi Lipid klasifikasi lipid berdasarkan Murray dibedakan dalam 3 kelompok, yaitu: (1) Lipid sederhana (simple lipids) Lipid sederhana merupakan ester gugus asam lemak (sering disebut juga sebagai gugus asil) dengan molekul alkohol gliserol. Lipid sederhana bisa berbentuk monogliserid, digliserid atau trigliserid. Trigliserid kadang-kadang disebut pula sebagai triasilgliserol, fat, atau oil merupakan lipid yang disimpan dalam sitoplasma sel-sel jaringan lemak (adiposa). (2) Lipid kompleks (complex lipids) Pada lipid kompleks, tidak hanya merupakan ester gugus asam lemak dengan molekul alkohol, tapi juga berikatan dengan molekul yang lain, yaitu asam fosfat dan senyawa nitrogen tertentu. (3) Turunan lipid (derived lipids) Asam lemak tidak hanya mengalami proses esterisasi menjadi molekul lipid yang lebih kompleks, tapi juga dapat mengalami poses transformasi metabolik menjadi senyawa-senyawa baru yang disebut sebagai turunan lipid. Turunan lipid dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok besar, seperti eikosanoid, isoprenoid, badan keton (keton bodies) dan sebagainya. xxxii Tabel 2.1 Klasifikasi Lipid Lipid Sederhana - Monogliserid (monoasilgliserol) - Digliserid (diasilgliserol) - Trigliserid (triasilgliserol, fat oil) - Lilin (wax) Lipid Kompleks - Fosfolipid: pospogliserid posfosfingolipid lesitin - Glikolipid (glikosfingolipid) - Aminolipid (lipoprotein) - Sulfolipid Turunan Lipid - Eikosanoid: Prostanoid: prostaglandin, prostasiklin, tromboksan Leukotrien - Isoprenoid - Asam lemak - Badan keton - Vitamin larut lemak - Hormon steroid (Murray, 2012) 2.2.4 Transport Lipid Plasma, Lipoprotein, Apolipoprotein Secara klinis lipid di dalam plasma darah ialah kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam lemak yang tidak larut dalam cairan plasma (Lichtenstein et al, 2006). Lipid – lipid ini memerlukan modifikasi dengan bantuan protein spesifik untuk dapat diangkut dalam sirkulasi darah karena sifatnya yang tidak larut dalam air dan dalam plasma. Untuk itu lipid berikatan dengan lipoprotein agar dapat larut dalam sirkulasi darah, sehingga dapat diangkut dari tempat xxxiii sintesis menuju tempat penggunaannya serta dapat didistribusikan ke jaringan tubuh. Lipoprotein merupakan molekul yang mengandung kolesterol dalam bentuk bebas maupun ester, trigliserida dan fosfolipid yang berikatan dengan protein yang disebut apoprotein. Lipoprotein memiliki dua bagian yaitu inti yang terdiri dari trigliserida dan ester kolesterol yang tidak larut air dan bagian luarnya yang mengandung kolesterol bebas, fosfolipid, dan apoprotein yang larut air. HDL, LDL, dan Lp (a) dominan intinya mengandung ester kolesterol, sedangkan pada VLDL dan kilomikron, trigliserida merupakan komponen yang dominan. Lipoprotein dibagi menjadi beberapa jenis, berdasarkan berat jenisnya, yaitu, kilomikron, Very Low Density Lipoprotein (VLDL), Intermediate Density Lipoprotein (IDL), Low Density Lipoprotein (LDL), High Density Lipoprotein (HDL). Lipoprotein ini dapat berinteraksi dengan enzim tubuh seperti Lipoprotein Lipase (LPL), Lechitin Cholesterol Acyl Transferase (LCAT), dan Hepatic Triglyceride Lipase (HTGL) sehingga lipoprotein ini dapat berubah jenisnya. Berdasarkan komposisi, densitas, dan mobilitasnya, lipoprotein dibedakan menjadi: 1. Kilomikron Kilomikron ialah lipoprotein yang diproduksi oleh usus halus dan bertugas mengangkut trigliserida dari usus makanan ke dalam jaringan kecuali ginjal. 2. VLDL (Very Low Density Lipoprotein) VLDL mengikat trigliserid di dalam hati dan mengangkutnya menuju jaringan lemak. VLDL merupakan lipoprotein yang terdiri atas 60% trigliserida, 10- xxxiv 15% kolesterol dan bertugas membawa kolesterol dari hati ke jaringan perifer. 3. LDL (Low Density Lipoprotein) LDL ialah lipoprotein pada manusia yang berguna sebagai pengangkut kolesterol ke jaringan perifer dan berguna untuk sintesis membran dan hormon steroid. LDL mengandung 10% trigliserida serta 50% kolesterol, dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya kadar kolesterol dalam makanan, kandungan lemak jenuh, dan tingkat kecepatan sintesis dan pembuangan LDL dan VLDL dalam tubuh. 4. HDL (High Density Lipoprotein) HDL mengikat kolesterol plasma dan mengangkut kolesterol ke hati. HDL Disebut juga α-lipoprotein adalah lipoprotein terkecil yang berdiameter 811nm, namun mempunyai berat jenis terbesar dengan inti lipid terkecil. Unsur lipid yang paling dominan dalam HDL ialah kolesterol dan fosfolipid. Komponen HDL adalah 20% kolesterol, <5% trigliserida, 30% fosfolipid dan 50% protein dengan inti dominan ester kolesterol dan terdiri atas Apo – I, ApoII, Apo C, Apo E, dan Apo D. HDL berfungsi sebagai pengangkut kolesterol dalam jalur ekstra hepar ke dalam hepar. HDL berfungsi sebagai penyimpan apoliporotein C dan E yang menjadi bahan dalam metabolisme kilomikron dan VLDL. HDL dalam plasma memiliki banyak macam ukuran, bentuk, komposisi dan muatan listrik. xxxv Gambar 2.2 Struktur Lipoprotein (Murray, 2012) HDL memiliki beberapa macam bentuk yaitu HDL-1, HDL-2 dan HDL-3. HDL dalam mikroskop elektron tampak sebagai partikel sferis yang terdapat dalam plasma normal atau berbentuk diskoidal. HDL merupakan hasil produksi dari hepar dan usus yang membentuk HDL dalam limfe dan plasma. Pemecahan HDL berada di dalam hepar. HDL mengalami 2 jalur transport ke hepar. Pertama melalui reseptor scavenger, kelas B, tipe 1 (SR-B1) yang merupakan reseptor skavenger hepar. Kedua, dengan berinteraksi melalui VLDL dan LDL dengan enzim CETP yang merupakan glikoprotein plasma yang berguna untuk pertukaran ester kolesterol pada HDL dengan TG pada LDL. Partikel HDL kemudian menjadi lebih kaya akan TG dan kembali ke hepar. HDL diduga dapat memiliki efek antiaterogenik, seperti menghambat oksidasi LDL, meningkatkan produksi nitrit oksida dalam endotel, menghambat inflamasi dalam endotel, meningkatkan bioavailabilitas protasiklin, menghambat koagulasi serta agregasi platelet. Fungsi HDL yaitu mengangkut kolesterol kembali ke hati untuk proses metabolisme. Fungsi LDL ialah sebagai pembawa xxxvi kolesterol ke sel-sel yang mengandung reseptor LDL guna dimanfaatkan sel tersebut. Lipoprotein mengalami metabolisme melalui 3 jalur, yakni jalur metabolisme eksogen, endogen, dan reverse cholesterol transport. Pertama, jalur eksogen berarti penyerapan trigliserida dan kolesterol dari sumber makanan yang berasal di usus untuk membentuk kilomikron selanjutnya masuk ke sirkluasi limfe, sirkulasi darah, dan dihidrolisis oleh LPL menjadi FFA yang selanjutnya diserap oleh jaringan. Kilomikron yang menjadi kilomikron remnant karena kehilangan sebagian trigliseridnya masuk ke dalam hepar. Kedua, metabolisme endogen ialah sintesis cVLDL dari TG dan kolesterol dalam hepar. cVLDL dalam darah mengalami hidrolisis oleh LPL menjadi cIDL dan dipecah lagi menjadi cLDL. Hepar dan jaringan perifer steroidogenik yang mempunyai reseptor kolesterol LDL (rLDL atau ApoB/E receptor) akan menangkap cLDL. Kolesterol LDL dioksidasi dan ditangkap oleh makrofag menjadi sel busa (foam cell). Ketiga, jalur reverse cholesterol transport ialah membawa kolesterol untuk dikembalikan ke hepar dengan bantuan cHDL yang merupakan hasil esterifikasi pre –β- HDL oleh LCAT. Sistem reseptor scavenger kelas B tipe (SR-B1) atau melalui bantuan Cholesterol Ester Transfer Protein (CETP) menukar kolesterol ester HDL dengan trigliserida pada VLDL dan LDL untuk kembali ke hepar melalui rLDL. Apolipoprotein merupakan protein yang mempertahankan struktur lipoprotein, metabolisme lipid, dan sebagai petanda jenis lipoprotein. Ada beberapa jenis Apolipoprotein: 1. Apo B berbeda dengan Apo lainnya karena ia tidak berpindah tempat dari lipoprotein satu ke partikel yang lainnya. Apo B mempunyai 2 asal yaitu xxxvii dari hepar (Apo B100) dan usus (Apo B48). Apo B100 terdapat dalam VLDL yang diproduksi oleh hepar, IDL dan LDL, Apo B 48 berada di kilomikron. 2. Apo A berada di HDL dan kilomikron. Apo A terdiri dari Apo A-1, Apo A II dan Apo A–IV. Apo A-1 adalah Apo terbanyak pada serum, Apo utama dalam HDL dan kilomikron, dan juga kofaktor dari LCAT. Apo A-II merupakan bagian penting dari HDL dan bergabung dengan Apo E melalui jembatan dimer disulfida. Apo A-IV hanya terdapat di kilomikron namun tidak pada HDL. 3. Apo C ialah kofaktor dari LPL, dan merupakan Apo yang berpindah di antara lipoprotein. Apo C memiliki 3 spesies yaitu C-1, C-II, dan C-III. 4. Apo D merupakan transport sentripetal kolesterol bersama dengan LCAT. 5. Apo E 6. Protein Lp (a) xxxviii Tabel 2.3 Klasifikasi Lipoprotein Berdasarkan Densitas Lipoprotein Diameter Density (nm) (g/mL) Composition Protein Lipid (%) (%) Source Main Lipid Com ponents Intestine Chylomicrons Chylomicrons remnants 90-1000 < 0.95 1-2 98-99 45-150 <1.006 6-8 92-94 30-90 0.95-1.006 7-10 90-93 25-35 20-25 1.006-1.019 1.019-1.063 11 21 89 79 Chylomicron s VLDL Liver (intestine) VLDL IDL LDL VLDL Triacylglyc erol Triacylglyc erol, phospholipi ds, cholesterol Triacylglyc erol Triacylglyc erol, cholesterol Cholesterol HDL HDL1 HDL2 HDL3 PREB Albumin/free fatty acid Liver, intestine, VLDL, chylomicrons Adipose tissue 20-25 20-Oct 10-May <5 1.019-1.063 1.063-1.125 1.125-1.210 >1.210 32 33 57 >1.281 99 68 67 43 Phospho lipids, cholesterol Apolipo proteins A-I,AII,AIV,B48,CI,C-II,CIII,E B-48, E B-100, C-I, CII, C-III B-100, E B-100 A-I,AII,AIV,CI,C-II,CIII,D2,E A-I 1 Free fatty acids (Murray, 2012) 2.3 Metabolisme Lipid dan Lipoprotein Dalam proses pencernaan, lipid yang berasal dari makanan mengalami emulsi oleh asam empedu lebih dahulu, sebelum dihidrolisis dengan katalisator dengan enzim-ezim lipase menjadi digliserid, monogliserid, asam lemak bebas, dan gliserol. Melalui vili-vili usus halus, sebagian asam lemak bebas dan gliserol mengalami resintesis kembali menjadi trigliserid dan selanjutnya diangkut dalam xxxix molekul kilomikron yang diproduksi oleh sel-sel mukosa usus halus, beredar dalam saluran limfe. Kilomikron kemudian beredar dalam sirkulasi darah melalui duktus limfe toraks menuju hati. Sebagian lagi asam lemak bebas berikatan dengan albumin dan beredar dalam darah menuju ke seluruh sel-sel jaringan. Di dalam hati, sebagian trigliserid diubah menjadi fosfolipid, dan berikatan dengan protein tertentu membentuk molekul lipoprotein, agar bisa larut dan beredar dalam sirkulasi darah menuju sel-sel jaringan. Jika trigliserid, fosfolipid dan kolesterol harus diangkut oleh molekul lipoprotein, asam lemak bebas harus berikatan dengan albumin lebih dahulu, agar beredar dalam sirkulasi darah. Kelebihan lemak atau trigliserid akan disimpan terutama dalam jaringan adiposa dan otot-otot. Kelebihan glukosa dalam darah akan dikonversi menjadi trigliserida dan proses sintesis triasilgliserol ini dikenal sebagai lipogenesis. Makanan yang kaya karbohidrat dapat menyebabkan proses lipogenesis di dalam hati dan jaringan adiposa meningkat. Tetapi resistensi insulin justru menghambat proses lipogenesis itu, sehingga kadar gula darah dan asam lemak bebas dalam plasma pun meningkat. Di dalam hati, akumulasi trigliserid dapat menyebabkan gangguan fungsi hati (fatty liver), bahkan sirosis hepatis di kemudian hari. Metabolisme lipoprotein dibagi menjadi tiga jalur yaitu jalur eksogen, jalur endogen, dan jalur reverse cholesterol transport. Metabolisme lipoprotein dari jalur eksogen maupun endogen berkaitan dengan metabolisme kolesterol-LDL dan trigliserida, sedangkan jalur reverse cholesterol transport berhubungan dengan metabolime kolesterol HDL. xl Pada jalur metabolisme eksogen lipoprotein, prekusor lipid (lemak) berasal dari luar tubuh, antara lain makanan dan kolesterol yang disintesis dari hati dan diekskresikan ke saluran pencernaan. Lemak yang dihasilkan dari kedua prekursor tersebut inilah yang dinamakan dengan lemak eksogen. (Adam, 2006). Sedangkan jalur metabolisme endogen, sintesis trigliserid dan kolesterol oleh tubuh dikerjakan di hepar, lalu diekskresikan langsung ke dalam sirkulasi darah dalam bentuk lipoprotein VLDL. Dalam sirkulasi, trigliserid di VLDL akan dihidrolisa oleh enzim lipoprotein lipase (LPL) menjadi IDL. IDL kemudian dihidrolisa kembali dan berubah menjadi LDL. LDL adalah lipoprotein yang paling banyak membawa kolesterol (Adam, 2006). Pada jalur reverse cholesterol transport, HDL berasal dari usus halus dan hati, berbentuk gepeng dan memiliki sedikit sekali kolesterol. HDL ini disebut dengan HDL Nascent (HDL muda). HDL Nascent akan mendekati makrofag untuk mengambil kolesterol yang ada dalam makrofag. Setelah itu, HDL Nascent akan berkembang dan berbentuk bulat menjadi HDL dewasa. Kolesterol bebas yang diambil dari makrofag akan diesterifikasi oleh enzim lecithin cholesterol acyltransferase (LCAT) menjadi kolesterol ester. HDL yang membawa kolesterol ester tersebut mengambil dua jalur. Jalur pertama langsung masuk ke hepar, sedangkan jalur kedua, kolesterol ester yang dibawa oleh HDL ditukar dengan trigliserid dari VLDL dan IDL dengan bantuan cholesterol ester transfer protein (CETP), lalu trigliserid tersebut masuk ke hepar. Secara keseluruhan, fungsi dari HDL adalah menyerap kolesterol dari makrofag untuk dikembalikan ke hepar (Adam, 2006). xli Gambar 2.4 Transpor Lipid Dalam Tubuh (Guyton and Hall, 2007) Gambar 2.5 Metabolisme Lipid Dalam Tubuh (Guyton and Hall, 2007) xlii 2.4 Dislipidemia 2.4.1 Definisi Dislipidemia yaitu kelainan metabolisme lipid dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma darah. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, low density lipoprotein (LDL), kenaikan kadar trigliserida dan penurunan kadar high density lipoprotein (HDL) (Waspadji et al., 2010). Dislipidemia bila terdapat kadar total kolesterol ≥ 240 mg/dl, kadar LDL ≥ 160 mg/dl, trigeliserida ≥ 200 mg/dl, atau HDL < 40 mg/dl. Angka patokan profil lipid tersebut sebagai pedoman klinis yang penting dikaitkan dengan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular (Bahri, 2004). 2.4.2 Profil Lipid Serum Keseimbangan lipid dalam darah diatur oleh beberapa mekanisme yaitu meningkatkan atau menurunkan kecepatan pengeluaran lipoprotein dalam darah dan mengurangi pembentukan lipoprotein serta jumlahnya yang masuk dalam darah. Kolesterol LDL meningkatkan risiko serangan jantung karena LDL dapat menembus dinding pembuluh darah dan menghambat aliran darah pada arteri koronaria yang mendarahi jantung. Kolesterol yang dibawa oleh HDL akan menurunkan risiko serangan jantung karena kolesterol ini membawa sisa kolesterol menuju hepar untuk dimetabolisme. xliii Profil lipid dislipidemia terdiri dari: 1. Kadar kolesterol total meningkat > 200 mg/dl. 2. Kadar trigliserida meningkat > 150 mg/dl. 3. Kadar kolesterol LDL meningkat > 130 mg/dl 4. Kadar kolesterol HDL menurun < 40 mg/dl Tabel 2.6 Profil Lipid Serum (Adam JM, 2009) Kadar Lipid Serum Normal Dalam Satuan mg/dL Profil Lipid Kolesterol total Kolesterol LDL Kolesterol HDL Trigliserida Nilai <200 200-239 >240 <100 100-129 130-159 160-189 >190 <40 >190 <150 150-199 200-499 >500 xliv Kategori Optimal Diinginkan Tinggi Optimal Mendekati optimal Diinginkan Tinggi Sangat Tinggi Rendah Tinggi Optimal Diinginkan Tinggi Sangat Tinggi 2.4.3 Etiologi Penyebab dislipidemia dibagi 2 berdasarkan American Association of Clinical Endocrinology (AACE, 2012), yaitu: A. Dislipidemia Primer Dislipidemia primer berkaitan dengan gen yang mengatur enzim dan apoprotein yang terlibat dalam metabolism lipoprotein maupun reseptornya. Kelainan ini biasanya disebabkan oleh mutasi genetik. Etiologi dislipidemia primer meliputi: • Hiperkolesterolemia poligenik • Hiperkolesterolemia turunan • Dislipidemia remnan • Hiperlipidemia kombinasi turunan • Sindroma kilomikron • Hipertrigliseridemia turunan • Peningkatan kolesterol HDL • Peningkatan apolipoprotein B B. Etiologi Dislipidemia Sekunder Dislipidemia sekunder disebabkan oleh penyakit atau keadaan yang mendasari. Hal ini dapat bersifat spesifik untuk setiap bentuk dislipidemia seperti diperlihatkan oleh tabel dibawah ini. xlv Tabel 2.7 Penyebab Umum Dislipidemia Sekunder Menurut American Association of Clinical Endocrinologist (AACE, 2012) Lipid Peningkatan Kolesterol Total dan LDL Peningkatan Trigliserida dan VLDL Penyebab Hipotiroid Sindrom nefrotik SLE Multiple myeloma Progestin Pengobatan anabolik steroid Penyakit hepar obstruksi Sirosis Protease inhibitor pengobatan infeksi HIV Gagal ginjal kronik Diabetes Melitus type 2 Obesitas Alkohol Hipotiroid Obat antihipertensi Ttiazid, Beta Bloker) Terapi kortikosteroid (steroid endogen meningkat akibat stres berat Estrogen oral, kontrasepsi oral, kehamilan Very low fat diet 2.4.4 Klasifikasi Dislipidemia Dislipidemia berdasarkan patogenesis penyakit menurut American Association of Clinical Endocrinology (AACE, 2012), yaitu: 1. Dislipidemia Primer yaitu kelainan penyakit genetik dan bawaan yang dapat menyebabkan kelainan kadar lipid dalam darah. 2. Dislipidemia Sekunder yaitu adanya faktor usia, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan hiperlipidemia, obesitas, menu makanan yang mengandung asam lemak jenuh, merokok, alkohol, kurang olahraga, diabetes yang tidak terkontrol dengan baik, gagal ginjal, obat - obatan tertentu yang mengganggu metabolism lemak, kelenjar tiroid yang kurang aktif. 2.4.5 Komplikasi Dislipidemia xlvi Dislipidemia yang tidak segera diatasi, maka dapat terjadi berbagai macam komplikasi. Komplikasi dislipidemia menurut American Association of Clinical Endocrinology (AACE, 2012), antara lain: 1. Aterosklerosis 2. Penyakit jantung koroner (PJK) 3. Penyakit serebrovaskular seperti stroke 4. Kelainan pembuluh darah tubuh lainnya 5. Pankreatitis akut (bila kadar trigliserida > 1000 mg/dl) 6. Diabetes Mellitus tipe 2 Adanya faktor risiko terhadap penyakit kardiovaskular dan pembuluh darah yang terjadi akibat komplikasi dislipidemia merupakan awal dari proses penuaan pada vaskular (vascular aging). Efek penuaan pada sistem vaskular melibatkan disfungsi dan morfologi endotel yang menyebabkan penyakit vaskular berkaitan dengan usia (Assar et al., 2012). Mekanisme terjadinya disfungsi endotel antara lain (1) menurunnya sintesis Nitric Oxide (NO) karena stres oksidatif yang menyebabkan pembentukan peroxynitrite (ONOO-); (2) sumber-sumber yang mungkin terlibat dalam peningkatan stres oksidatif seperti Reactive Oxygen Species (ROS); (3) peningkatan aktivitas faktor vasokonstriktor seperti cyclooxygenator (COX);dan (4) terbentuknya mediator pro-inflamasi (Assar et al., 2012). Dislipidemia merupakan komponen penting terjadinya prematur vascular aging (Nilsson, 2015). 2.4.6 Korelasi Resistensi Insulin Terhadap Dislipidemia xlvii Gangguan profil lipid dapat ditemui pada penderita DM tipe 2 yang disebut juga NIDDM. Pada keadaan ini terjadi resistensi insulin sehingga terjadi sintesis apolipoprotein B dalam hepar dan overproduksi VLDL dalam hepar. Profil lipid yang terganggu pada individu dengan resistensi insulin meliputi: (1) penurunan kadar HDL serum; (2) peningkatan serum VLDL; dan (3) peningkatan kadar LDL. Peran insulin sebagai pengatur utama dalam metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein, akan memberikan kontribusi pada gangguan metabolisme yang berkaitan dengan glukosa dan lipid. Resistensi insulin sering ditemukan pada orang dengan obesitas, hipertensi, hiperglikemia dan dislipidemia yang disertai trigliserida tinggi, partikel small dense Low-Density Lipoprotein (sdLDL) partikel, dan penurunan kadar kolesterol HDL. Resistensi insuin sering menimbulkan gangguan profil lipid (Goldberg, 2000). Karakteristik hipertrigliserida endogen telah terbukti menyebabkan resistensi insulin dan intoleransi glukosa dalam plasma. 2.4.7 Terapi Dislipidemia Tujuan pengelolaan dislipidemia jangka pendek adalah untuk mengontrol kadar LDL dan HDL dalam darah, dan menghilangkan keluhan maupun gejala yang terjadi pada penderita dislipidemia. Tujuan jangka panjang untuk mencegah terjadinya penyakit jantung koroner (PJK). 2.4.6.1 Terapi Farmakologis Dislipidemia xlviii Terapi farmakologis diberikan apabila terapi non farmakologi tidak berhasil (Bahri, 2004). Terapi dengan obat-obat yang mampu menurunkan kadar kolesterol darah seperti golongan obat statin yang merupakan drug of choice, resin, niasin, sekuestran asam empedu, ezetimibe dan obat golongan fibrat. Pada keadaan klinis tertentu penggunaan kombinasi obat sangat dianjurkan untuk menurunkan efek samping penggunaan obat. 2.4.6.2 Terapi Non Farmakologis Dislipidemia Tujuan utama terapi non farmakologis ini merupakan upaya menurunkan risiko penyakit jantung coroner (Waspadji, 2010). Terapi non farmakologis (perubahan gaya hidup) meliputi terapi nutrisi medis, aktivitas fisik, menghindari rokok, menurunkan berat badan, pembatasan asupan alkohol. 2.5 ALA ALA dikenal dengan nama lain 1,2-dithiolane-3-pentanoic acid 1,2dithiolane-3 valeric acid; dan thioctic acid 13, asam α-lipoat. ALA Pertama kali diisolasi pada tahun 1951 oleh Reed sebagai agen katalis yang berhubungan dengan piruvat dehidrogenase. 2.5.1 Rumus Kimia ALA ALA tersusun atas suatu karbon asimetris, yang terdiri dua isomer optikal dari asam lipoat yang bentuknya saling menyerupai satu sama lain. Struktur yang mengandung komponen organosulfur membentuk ikatan disulfida pada atom C6 xlix dan C8 (–C–SH or R–SH) . Rumus molekul ALA adalah C8H14O2S2. ALA terbentuk dari turunan asam oktanoat sebagai prekursornya di mitokondria hepar. Adanya cincin thiol atau disulfida membuat ikatan yang sangat kuat terhadap merkuri. ALA terdiri dari 2 bentuk yaitu R-ALA (bentuk ALA alami didalam tubuh manusia dan aktif secara biologis) dan S-ALA (bentuk ALA sintetis). A O S B OH H O S HS OH H SH Gambar 2.8 Struktur Kimia A. α-Lipoic Acid dan B. Dihydrolipoic Acid Harding et al., 2016 ALA merupakan komponen dithiol yang secara alami disintesis secara de novo di dalam mitokondria dari asam oktanoat. ALA merupakan suatu kofaktor untuk enzim - ketoacid dehydrogenase di mitokondria, dan oleh karena itu memegang peran penting dalam metabolisme energi (Shay et al., 2009). ALA memiliki potensial redoks yang rendah dan sangat mudah memberikan elektronnya ke senyawa lain, sehingga di dalam sel ALA akan cepat direduksi. Bentuk tereduksinya dikenal sebagai dihydrolipoic acid (DHLA). Keduanya baik ALA dan DHLA mampu mengikat ROS melalui cincin dithiolane. l ALA dikenal juga sebagai asam lemak baik yang diproduksi di dalam tubuh kita. Molekul ini kecil dan bersifat mirip lipid, tetapi juga bersifat hidrofilik, sehingga bisa larut dalam air dan lemak dalam membran. Ketika masuk ke dalam sel, senyawa ini siap berinteraksi dengan membran sel. Oleh karenanya molekul tersebut dapat direduksi oleh enzim seluler, terutama yang bekerja di dalam mitokondria, namun juga dalam sitosol, misalnya glutation reduktase (Packer et al., 1995). ALA adalah kofaktor enzim dari beberapa kompleks enzim di dalam mitokondria yang dapat mengkatalisis beberapa reaksi yang berhubungan dengan produksi energi, misalnya mengkatalisis perubahan piruvat menjadi asetil koenzim A pada kompleks enzim piruvat dehidrogenase. Sejak empat puluh tahun lalu, ahli biologi menemukan bahwa ALA adalah antioksidan kuat yang dapat melawan efek buruk dari radikal bebas pada berbagai penyakit, seperti penyakit jantung dan liver, kanker, penuaan sel, dan lainnya (Berkson, 2007). 2.5.2 Sumber Alami ALA ALA merupakan salah satu unsur bahan makanan non-esensial yang mengandung gugus sulfur, terdapat pada berbagai makanan alami baik hewani maupun nabati, antara lain daging, jeroan (jantung, hati, ginjal) jaringan yang mengandung lipoyllysine, bayam, brokoli, ragi (Hagen, 2012). Namun, ALA yang terdapat dalam bahan makanan alami kadarnya sangat rendah sehingga biasanya jumlah ALA yang dikonsumsi sangat kurang, dibandingkan dengan kandungan ALA dalam suplemen (Shay et al., 2009). li ALA sebagai antioksidan ideal karena perannya sebagai berikut: spesifitas dalam memadamkan radikal bebas, aktivitas mengkelasi logam, interaksi dengan antioksidan lainnya dan beberapa efek pada ekspresi gen. ALA cukup unik dengan memiliki kemampuan berperan sebagai antioksidan dalam jaringan larut lemak maupun air, didalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Asam α-lipoat juga sangat mudah diabsorbsi melalui oral. Konsumsi ALA dari makanan belum ditemukan dapat menyebabkan peningkatan free-ALA dalam plasma atau sel-sel manusia. Sebaliknya, pemberian suplemen ALA oral dapat diabsorpsi lebih baik dan cepat, sehingga menyebabkan peningkatan kadar free-ALA dalam plasma dan sel yang signifikan. Penelitian farmakokinetik pada manusia menemukan bahwa sekitar 30%-40% dosis oral ALA (campuran 50/50 R-LA dan S-LA) diabsorpsi tubuh. Kadar ALA dalam plasma biasanya memuncak dalam waktu satu jam atau kurang (Higdon, 2006). ALA serta metabolitnya dieksresikan terutama dalam urin (Shay et al., 2009). Reaksi kimiawi ALA menghasilkan bentuk lipoic acid yang teroksidasi (LA) dan bentuk tereduksi (DHLA) yang keduanya merupakan antioksidan dalam reaksi redoks (Shay et al, 2009) 2.5.3 Mekanisme Kerja ALA terhadap Dislipidemia Mekanisme ALA terhadap dislipidemia belum sepenuhnya jelas. Namun penelitian mengenai ALA dapat menurunkan kolesterol dan LDL dengan cara peningkatan aktivitas lipoprotein lipase (LPL), inisiasi sintesis reseptor LDL hepatik yang meningkatkan uptake kolesterol, dan meningkatkan sistesis lii apolipoprotein A serta meningkatkan beta oksidasi asam lemak bebas (Yamauchi et al., ). Telah disebutkan bahwa salah satu mekanisme yang mendasari terjadinya akumulasi trigliserida di dalam hepatosit adalah peningkatan sintesis asam lemak dan trigliserida secara de novo akibat peningkatan ekspresi SREBP-1c dan ChREBP, serta gen- gen lipogenik lainnya. ALA terbukti menekan peningkatan sintesis trigliserida di darah dan hati dengan jalan menghambat ekspresi gen lipogenik di hati (seperti sn- glycerol-3-phosphate acyltransferase-1 dan diacylglycerol O-acyltransferase-2), menurunkan sekresi trigliserida hepatik, dan menstimulasi clearance lipoprotein yang kaya trigliserida (Butler et al., 2009). ALA memiliki kemampuan mengurangi stres oksidatif. Valdecantos menganalisis efek hepatoprotektif dari suplementasi ALA terhadap stres oksidatif yang disebabkan oleh pola makan yang mengandung tinggi lemak (Valdecantos et al., 2012). Cara ALA memperbaiki profil lipid dengan menginhibisi aktivitas enzim HMG-CoA reduktase, meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase di hati dan lesitin kolesterol asil transferase (LCAT) serta menghambat ekspresi gen lipogenik hepatik (Mintaheri et al., 2014). 2.6 Statin dan Dislipidemia Target terapi dislipidemia adalah penurunan kadar LDL. Untuk setiap penurunan kadar LDL 1 mmol/L (40 mg/dL) berhubungan dengan penurunan 22% angka mortalitas dan morbiditas kardiovaskular (Perki, 2013). liii Target terapi LDL dengan risiko kardiovaskular sangat tinggi adalah Ë‚70 mg/dL atau penurunan ≥50% dari konsentrasi awal. Penggunaan obat antilipid yang paling umum adalah statin yang menjadi obat pilihan utama terapi dislipidemia. Statin merupakan golongan obat antilipid yang menghambat enzim HMG-CoA reduktase yaitu obat yang dapat menurunkan kadar kolesterol pada manusia. Statin menurunkan kolesterol dengan menghambat enzim HMG-CoA reduktase, yang merupakan enzim dari jalur mevalonate sintesis kolesterol. Penghambatan enzim ini dalam hasil hati sintesis kolesterol menurun serta peningkatan sintesis reseptor LDL, yang mengakibatkan peningkatan LDL dari aliran darah. Hasil pertama dapat dilihat setelah satu minggu penggunaan dan efeknya maksimal setelah empat sampai enam minggu (Perki, 2013). Statin sangat efektif bekerja terhadap lipoprotein LDL. Inhibisi terhadap enzim HMG-CoA reduktase akan menghambat langkah pertama dalam jalur mevalonat pada sintesis kolesterol. Statin juga dapat menurunkan trigliserida (melalui penghambatan sintesis trigliserida di hepar) serta menaikkan lipoprotein HDL (diduga melalui aktivasi PPAR, peroxisome proliferator-activated receptor) namun efeknya tidak terlalu menonjol dibandingkan penurunan LDL. Seluruh statin juga melewati metabolisme first-pass ekstensif; kecuali pravastatin. Metabolisme dilakukan oleh sitokrom P450 isoform 3A4 (atorvastatin, lovastatin, liv simvastatin) dan 2C9 (fluvastatin). Karena itulah, atorvastatin berinteraksi dengan antifungal azol, makrolid, dan kalsium antagonis. Dengan menginhibisi HMG-CoA reduktase, statin memblok jalur sintesis kolesterol di hati (intrahepatik). Ketika hati tidak bisa lagi menghasilkan kolesterol, kadar kolesterol dalam darah akan turun. Efek lain statin selain menurunkan profil lipid, dapat meningkatkan fungsi endotel, memodulasi respon inflamasi, menjaga stabilitas plak, dan mencegah pembentukan trombus. Namun demikian efek samping penggunaan obat statin tetap harus dipertimbangkan. Terapi kombinasi dapat dipertimbangkan bagi pasien yang target kolesterol LDL-nya tidak tercapai dengan terapi statin dosis tinggi atau bagi pasien yang tidak toleran terhadap pengobatan statin. Efek samping statin berupa miopati lebih sering terjadi pada pasien berusia lanjut karena menggunakan lebih banyak obat yang di metabolisme di sitokrom P450. Untuk menghindari efek samping terutama miopati, statin pada pasien usia lanjut sebaiknya dititrasi dari dosis kecil menuju ke dosis yang dapat menurunkan konsentrasi kolesterol LDL yang dikehendaki. 2.7 Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Sebagai Hewan Coba Tikus merupakan salah satu hewan coba dalam penelitian berbasis percobaan nutrisi (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Tikus termasuk hewan mamalia, yang memberikan hasil terhadap suatu perlakuan tidak jauh berbeda dibanding dengan mamalia lainnya (Smith and Mangkoewidjojo, 1988). lv Taksonomi tikus laboratorium adalah sebagai berikut : Kingdom : Animal Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata (Craniata) Kelas : Mamalia Subkelas : Theria Infrakelas : Eutharia Ordo : Rodentia Subordo : Myomorpha Superfamili : Muroidea Famili : Muridae Subfamili : Murinae Genus : Rattus Spesies : Rattus sp. Karakteristik tikus yaitu: (1)tidak memiliki kantung empedu (gall bladder), (2) tidak dapat memuntahkan kembali isi perutnya, (3) tidak pernah berhenti tumbuh, namun kecepatannya akan menurun setelah berumur 100 hari (Sudrajat, 2008). Berbagai jenis galur yang sering digunakan dalam penelitian, namun dalam penelitian ini menggunakan tikus putih galur Wistar berjenis kelamin jantan sebagai binatang coba karena tikus putih jantan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh adanya siklus menstruasi dan kehamilan seperti pada tikus betina (Ngatijan, 2006). lvi Tikus putih sebagai hewan percobaan relatif resisten terhadap infeksi dan sangat cerdas.Tikus putih tidak bersifat fotofobik seperti halnya mencit dan kecenderungan untuk berkumpul dengan sesamanya tidak begitu besar. Aktivitasnya tidak terganggu oleh adanya manusia di sekitarnya. Tikus laboratorium jantan jarang berkelahi seperti mencit jantan (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Pakan yang diberikan pada tikus umumnya tersusun dari komposisi alami dan mengandung nutrisi dalam komposisi yang tepat. Pakan ideal untuk tikus yang sedang tumbuh harus memenuhi kebutuhan zat makanan antara lain protein 12%, lemak 5%, dan serat 5%, cukup mengandung vitamin A, vitamin D, asam linoleat, tiamin, riboflavin, pantotenat, vitamin B12, biotin, piridoksin dan kolin serta mineral-mineral tertentu (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Selain nutrisi, pemeliharaan tikus putih sebagai hewan coba adalah perkandangan yang baik. Kandang yang digunakan untuk memelihara tikus berupa kotak yang terbuat dari metal atau plastik. Tutup untuk kandang berupa kawat dengan lubang ventilasi ukuran 1,6 cm2. Alas kandang terbuat dari guntingan kertas, serutan kayu, serbuk gergaji atau tongkol jagung yang harus bersih, tidak beracun, tidak menyebabkab alergi dan kering. Temperatur ideal kandang yaitu 18-27oC atau rata-rata 22oC dan kelembaban realtif 40-70% (Malole dan Pramono, 1989). Tikus putih dapat tinggal sendirian dalam kandang dan hewan ini lebih besar dibandingkan dengan mencit, sehingga untuk percobaan laboratorium tikus putih lebih menguntungkan daripada mencit (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). lvii Berikut ini adalah data biologis tikus laboratorium: Lama hidup : 2-3 tahun bisa mencapai 4 tahun Lama produksi ekonomis : 1 tahun Kawin sesudah beranak : 1-24 jam Umur disapih : 21 hari Umur dewasa : 40-6- hari Umur dikawinkan : 10 minggu (jantan dan betina) Berat badan dewasa : 300-400 gram jantan, 200-250 gram betina Suhu rektal : 36-39o C Denyut jantung : 330-480/menit, turun menjadi 250/menit dengan anestesi dan naik sampai 550/menit keadaan stres Volume darah : 57-70 ml/Kg lviii BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Berdasarkan teori radikal bebas bahwa penuaan adalah proses akumulasi dari kerusakan oksidatif oleh radikal bebas yang terus menerus. Pembentukan radikal bebas berasal dari sumber eksternal dan internal. Sumber internal radikal bebas adalah proses fisiologis dalam tubuh berupa umur, genetik, kerusakan DNA, hormonal, auto immune disease, Sumber eksternal radikal bebas bisa berasal dari pola makanan, polusi udara, penyakit. Pola makan yang tidak sehat adalah diet yang mengandung tinggi lemak maka dalam tubuh terakumulasi asam lemak hasil pemecahan lemak. Dengan asupan terus menerus maka tubuh dapat menjadi dislipidemia yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kadar trigliserida, kadar LDL dan penurunan kadar HDL dalam darah. Indikator ini dapat menjadi faktor penyebab utama aterogenik dalam darah sehingga dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular. Prevalensi kematian akibat penyakit kardiovaskular meningkat apabila hal ini dibiarkan. Keadaan tubuh yang dislipidemia disertai adanya stress oksidatif berperan penting dalam pembentukan aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan penebalan dinding arteri akibat plak lemak dan merupakan penyakit inflamasi kronis yang melibatkan interaksi LDL dengan sel endotelial vaskular. Untuk mencegah terjadinya efek buruk dari radikal bebas diperlukan antioksidan. 42 lix Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat menghambat atau mencegah terjadinya oksidasi. Kemampuan antioksidan tubuh semakin menurun seiring dengan proses penuaan. Tubuh membutuhkan senyawa antioksidan eksternal untuk menetralisir peningkatan radikal bebas. ALA merupakan antioksidan non enzimatik yang dapat mencegah terjadinya peroksida lipid pada membrane sel. ALA bekerja dengan cara mengkelasi logam, mengikat radikal bebas, meregenerasi antioksidan endogen dan memperbaiki kerusakan oksidatif. Walau mekanisme terjadinya aterogenesis masih memerlukan studi lebih lanjut, oksidatif LDL merupakan faktor penting terjadinya formasi inflamasi pembentukan aterogenesis. Dalam studi terkini banyak penelitian terhadap suplementasi ALA sebagai antioksidan yang dapat memproteksi tubuh terhadap reaksi stres oksidatif dan dislipidemia sehingga dapat menurunkan terbentuknya aterogenesis dan menurunkan angka prevalensi terjadinya penyakit kardiovaskular. Penelitian ini ditujukan untuk membuktikan efektivitas ALA sebagai antilipid yang dapat memperbaiki profil lemak yaitu menurunkan kolesterol total, trigliserida, LDL dan meningkatkan kadar HDL darah pada tikus Wistar. Sehingga dapat disusun kerangka konsep di mana diet tinggi lemak tinggi kolesterol pada tikus yang diberikan secara terus menerus akan menyebabkan terjadinya dislipidemia. Setelah terjadinya dislipidemia kemudian tikus diberikan suplementasi ALA. Diharapkan keadaan dislipidemia pada tikus dapat diperbaiki dengan pemberian suplementasi ALA. lx 3.2 Konsep Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan kajian pustaka, maka disusun kerangka konsep sebagai berikut: Suplementasi ALA Faktor Internal Faktor Eksternal Umur Pola Makan / Nutrisi Genetik Polusi Kerusakan DNA Aktivitas Fisik Hormonal Gaya Hidup Tikus Wistar (Rattus norvegicus) Jantan Dislipidemia Kadar Kolesterol Total, LDL, Trigliserida dan HDL Jantan Dislipidemia Keterangan : Diteliti : Tidak diteliti Gambar 3.1. Bagan Konsep Penelitian lxi 3.3. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. Pemberian ALA secara oral dapat menurunkan kadar kolesterol total pada tikus Wistar jantan yang dislipidemia. 2. Pemberian ALA secara oral dapat menurunkan kadar LDL pada tikus Wistar jantan yang dislipidemia. 3. Pemberian ALA secara oral dapat menurunkan kadar trigliserida pada tikus Wistar jantan yang dislipidemia. 4. Pemberian ALA secara oral lebih baik meningkatkan kadar HDL pada tikus Wistar jantan yang dislipidemia. lxii BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah experimental pretest-posttest control group design (Pocock, 2008). P S R O1 P0 O2 O3 P1 O4 O5 P2 O6 O7 P3 O8 Gambar 4.1. Bagan Rancangan Penelitian Keterangan: P = Populasi S = Sampel R = Randomisasi O1 = Pemeriksaan pretest pada kelompok kontrol negatif dengan pakan standard 46 lxiii O2 = Pemeriksaan posttest pada kelompok kontrol negatif dengan pakan standard P0 = Perlakuan kelompok kontrol dengan plasebo (aquades 1 cc 1x/hari) Personde pada kelompok kontrol P1 = Perlakuan kelompok kontrol dengan Simvastatin (Dosis Simvastatin 10mg/70 kgBB pada manusia jika dikonversikan berdasarkan tabel konversi Laurence & Bacharach (1964) pada tikus Wistar dengan BB 200 gram adalah 0,018 x 10 =0,18 mg/200 gram BB tikus Wistar O3 = Pemeriksaan pretest pada kelompok kontrol(+) dengan pakan standard O4 = Pemeriksaan posttest pada kelompok kontrol (+) dengan pakan standard P2 = Perlakuan dengan ALA dosis 5,4mg O5 = Pemeriksaan pretest pada kelompok perlakuan ALA 5,4mg O6 = Pemeriksaan posttest pada kelompok perlakuan ALA 5,4mg P3 = Perlakuan dengan ALA dosis 10,8mg O7 = Pemeriksaan pretest pada kelompok perlakuan ALA 10,8mg O8 = Pemeriksaan posttest pada kelompok perlakuan ALA 10,8mg Dosis ALA 300mg/70 kgBB pada manusia jika dikonversikan berdasarkan tabel konversi Laurence & Bacharach (1964) pada tikus Wistar dengan BB 200 gram adalah 0,018 x 300 =5,4 mg/200 gram BB tikus Wistar. Dosis Simvastatin 10mg/70 kgBB pada manusia jika dikonversikan berdasarkan table konversi Laurence & Bacharach (1964) pada tikus Wistar dengan BB 200 gram adalah 0,018 x 10 =0,18 mg/200 gram BB tikus Wistar. lxiv 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar, Bali. Penelitian dilakukan selama 56 hari. Adaptasi tikus dilakukan selama 7 hari. Perlakuan tikus selama 14 hari. Penelitian dimulai sejak Februari 2016 sampai dengan April 2016. Pemeriksaan profil lipid dilakukan di laboratorium Pangan dan Gizi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. 4.3 Populasi dan Besar Sampel 4.3.1 Populasi Penelitian Dalam penelitian ini digunakan tikus dengan kriteria sebagai berikut: A. Kriteria Inklusi a. Tikus galur Wistar (Rattus Norvegicus) b. Jenis kelamin jantan c. Sehat (aktif bergerak dan menunjukkan nafsu makan yang baik) d. Umur 3-4 bulan e. Berat badan awal antara 180-200 gr B. Kriteria Eksklusi Sampel dianggap drop out apabila selama penelitian dilaksanakan tikus putih jantan sakit dan mati lxv 4.3.2 Besar Sampel Penelitian Untuk mendapatkan data yang valid pengulangan sesuai dengan rumus besar sampel Pocock (2008) yaitu: 2σ2 n = X f (α-β) ( µ2- µ1 )2 Keterangan : n = jumlah subyek tiap kelompok α = type I error = 0,05 β = type II error= 0,20 f(α,β) = 10,5 σ = simpangan baku kadar kolesterol serum kontrol μ1= kadar kolesterol serum rerata kontrol μ2 = kadar kolesterol serum yang menghasilkan perbedaan klinis yang diinginkan Berdasarkan penelitian pendahuluan pada variabel Kadar LDL, didapatkan hasil sebagai berikut: σ = 8,64 μ1 = 92,39 μ2 = 78,17 n = 2 σ2 X f(α,β) 2 ( μ2 - μ 1 ) lxvi = 2. 8,642 X 10,5 2 (92,39-78,17) = 7.73835 ≈ 8 Jadi minimum sampel yang diperlukan berdasarkan hasil penelitian pendahuluan adalah 8 ekor tikus. Untuk mencegah drop out ditambahkan cadangan 20% = 10 ekor tikus tiap kelompok perlakuan. 4.4 Variabel Penelitian 4.4.1 Klasifikasi Variabel Variabel bebas (independen variable): a. Alpha Lipoic acid (ALA) Variabel tergantung (dependen variable): a. Kadar kolesterol total b. Kadar Low Density Lipoprotein (LDL) Variabel kendali meliputi: a. Suhu, kelembaban, nutrisi b. Berat badan c. Umur hewan coba d. Jenis aktivitas fisik 4.4.2 Definisi Operasional Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian, maka dibuat definisi operasional dari masing masing variabel, sebagai berikut: lxvii A. ALA 100 mg adalah dosis antioksidan Alpha Lipoic Acid dengan merk dagang Alpha Lipoic Acid® dari GNC dalam bentuk tereduksi yakni Dihidro Lipoic Acid (DHLA) dengan sisi R-Isomer yang dapat mereduksi radikal bebas dalam darah. Diberikan satu kali sehari dalam keadaan perut kosong saat sore hari. B. Pakan tinggi lemak tinggi kolesterol adalah bahan makanan yang terstandarisasi untuk memenuhi syarat tinggi lemak tinggi kolesterol dengan komposisi: kolesterol 1%, kuning telur ayam 5%, lemak hewan 10%, minyak goreng 1%, makanan standard sampai 100%. C. Plasebo adalah substansi atau preparat yang bukan zat aktif dan digunakan sebagai suatu kontrol dalam penelitian untuk menentukan efektifitas obat atau regimen terapi yang digunakan. Placebo dalam penelitian ini adalah aquades yang diberikan per oral menggunakan sonde lambung 1xsehari. D. Profil lipid adalah kadar kolesterol total, trigliserida, LDL dan HDL darah tikus yang diukur saat pretest dan posttest. E. Kolesterol total adalah jumlah keseluruhan kolesterol yang beredar dalam tubuh tikus. Kolesterol adalah metabolit yang mengandung lemak sterol yang ditemukan pada membran sel dan disirkulasikan dalam plasma darah tikus. Kadar kolesterol total tikus diukur menggunakan spektrofotometer Gold Spectrumlab 53 dengan metode uji fotometrik enzimatik Cholesterol Oxidase-Paminophenazone (CHOD-PAP). normal pada tikus: 110,85 mg/dL (Lilis, 2010). lxviii Kadar normal kolesterol F. Trigliserida yang juga dikenal sebagai triacylglycerol merupakan kombinasi gliserol dengan tiga dari lima macam asam - asam lemak yang tersedia. Kadar triglserida darah tikus diukur dengan spektrofotometer Gold Spectrumlab 53 dengan metode uji kolorimetri enzimatik menggunakan Glycerol-3Phosphatase-Oxidase (GPO-PAP). Kadar normal pada tikus : 82,47 mg/dL (Lilis, 2010). G. HDL adalah High Density Lipoprotein, merupakan lipid plasma yang terikat pada albumin, yang mengandung lipoprotein. HDL mengandung lebih banyak protein dibandingkan VLDL, ataupun LDL, bersifat kardioprotektif. Kadar HDL diukur menggunakan spektrofotometer Gold Spectrumlab 53 dengan metode uji fotometrik enzimatik Cholesterol Oxidase-Paminophenazone (CHOD-PAP). Kadar normal pada tikus = 82,47 mg/dL (Lilis, 2010). H. LDL merupakan lipid plasma yang membawa sebagian besar kolesterol dalam plasma yang terikat pada albumin. LDL terbukti berperanan menyebabkan aterosklerosis. Kadar LDL diukur menggunakan spektrofotometer Gold Spectrumlab 53 dengan metode uji fotometrik enzimatik Cholesterol Oxidase-Paminophenazone (CHOD-PAP). Kadar LDL dapat dihitung secara manual secara tidak langsung dengan rumus persamaan Friedewald, yaitu: LDL(mmol/L)=kolesterol total – ((trigliserida/5)+HDL)) Kadar normal pada tikus: 20,39 mg/dL (Lilis, 2010). lxix I. Jenis tikus dalam penelitian adalah tikus galur Wistar berkelamin jantan, dislipidemia, umur sekitar 3-4 bulan dengan berat badan 180-200 gram. 4.5 Alat dan Bahan Penelitian 4.5.1 Alat Penelitian - Kandang tikus terbuat dari bahan plastik, yang didalamnya terdapat sekam padi, tempat makan, dan botol air minum. dalam kandang yang terbuat dari wadah plastik berukuran 23cm x 17cm x 9,5cm dengan alas sekam padi dan tutup dari kawat. Kandang ditempatkan dalam ruangan berventilasi dan suhu ruang 25-30 udara alami. - Timbangan model 1140 merek Tanita. - Sonde untuk pemberian ALA per oral. - Spuit 3 dan 5 cc untuk memasukkan ALA ke dalam lambung. - Alkohol pads, masker, sarung tangan karet. - Pipet kapiler hematokrit untuk pengambilan darah. - Tabung kontainer darah yang mengandung EDTA. - Sentrifuse. - Alat spektrofotometer Gold Spectrumlab 53 - Kit Diasys - Alat tulis 4.5.2 Bahan Penelitian - Darah tikus masing masing diambil 1,5 cc - Aquadest lxx - ALA 100mg (Alpha Lipoic Acid®- GNC) - Statin tablet 10mg - Makanan standar untuk hewan coba yaitu pakan standard yang diberikan Pakan Ayam CP594 dari PT. Pokphand yang mengandung kadar air 13%, protein 17,5 – 19,5%, lemak 3%, serat 8%, abu 7%, kalsium 0,9%, dan fosfor 0,9% - Makanan tinggi lemak dan tinggi kolesterol dengan komposisi: kolesterol 1%, kuning telur 5%, lemak hewan 10%, minyak goreng 1%, makanan standard sampai 100%. - Reagen pemeriksaan kadar kolesterol, trigliserida, LDL, dan HDL. Kit reagen untuk kolesterol dan trigliserida digunakan reagen standar. - Zat anestesi Ketamin 75-100 mg/KgBB tikus - Xylazine 5-10 mg/KgBB tikus 4.6 Prosedur Penelitian 1. Hewan coba yang dipakai adalah tikus Wistar jantan yang didapat dari Laboratory Animal Unit bagian Farmakologi Universitas Udayana dengan syarat-syarat yang disesuaikan dengan kriteria inklusi. 2. Kemudian dilakukan aklimatisasi selama tujuh hari di tempat penelitian, dilakukan untuk penyesuaian dengan lingkungan (agar tidak stres). 3. Tikus setiap harinya diberikan makanan yang tinggi lemak dan tinggi kolesterol. Bahan makanan akan distandarisasi untuk memenuhi syarat tinggi lemak tinggi kolesterol dengan komposisi: kolesterol 1%, kuning lxxi telur 5%, lemak hewan 10%, minyak goreng 1%, makanan standard sampai 100%. Makanan tersebut akan menginduksi peningkatan kadar kolesterol secara eksogen. 4. Untuk memastikan hewan coba tikus telah dislipidemia maka diambil serum dari semua tikus untuk diperiksa kadar kolesterolnya pada hari ke42 (pretest). 5. Dipilih tikus dengan kadar kolesterol >200 mg/dl. 6. Setelah itu dibagi menjadi empat kelompok, yaitu untuk kelompok kontrol (P0), kelompok perlakuan 1 (P1), kelompok perlakuan 2 (P2) dan kelompok perlakuan 3 (P3) dan kemudian dimasukkan ke dalam kandang masing masing kandang berisi satu ekor tikus. 7. Pada hari ke-43 sampai hari ke-57, setiap hewan coba kelompok P2 diberikan makanan standar dan ALA dengan dosis setelah konversi sebesar 5,4 mg/200gr BB dan kelompok P3 diberikan makanan standar dan ALA 10,8 mg /200g BB, diberikan per sonde (force feeding) satu kali sehari selama 14 hari. Makanan standard yang diberikan berdasarkan buku Pemeliharaan, Pembiakan Dan Penggunaan Hewan Percobaan Di daerah Tropis oleh John B. Smith. Bahan dasar makanan tikus terdiri dari 20-25% protein, lemak 5%, pati 45-50,%, serat kasar 5% dan abu 4-5% serta berbagai vitamin dan mineral yang disesuaikan. Air minum diberikan ad libitum. Pada kelompok P1, hewan coba diberikan makanan standard dan Simvastatin dengan dosis yang telah dikonversikan sebesar 0,18 mg/200 lxxii gram BB. Setiap hari juga dilakukan pemantauan terhadap berat badan hewan coba dan kondisi kesehatannya. 8. Setiap hari pakan ditimbang untuk mengetahui jumlah pakan yang dimakan hewan coba. Pakan awal diberikan 20 gram setiap pagi. 9. Pada hari ke-58 dilakukan pengambilan darah pada kelompok hewan coba pada pembuluh darah besar tikus yaitu dari medial canthus sinus orbitalis. 10. Sample darah yang didapatkan 1,5cc melalui pipet mikro dimasukkan dalam tabung khusus yang mengandung antikoagulan EDTA kemudian dikirim ke laboratorium Pangan dan Gizi Universitas Gajah Mada Yogyakarta untuk pemeriksaan profil lipid (post test). 4.7 Prosedur Pemeriksaan Darah Tikus 1. Darah yang sudah berhasil didapatkan didiamkan selama 30 menit pada suhu kamar. Kemudian dipusingkan selama 10 menit pada kecepatan 3000 rpm. Serum yang terbentuk dipisahkan dari endapan sel-sel darah dengan menggunakan pipet mikro. 2. Pemeriksaan kadar kolesterol total sebanyak 10 µL serum direaksikan dengan reagen kolesterol sebanyak 1000 µL lalu di inkubasi pada suhu 25oC selama 10 menit atau pada suhu 37oC selama 5 menit. 3. Reagen kolesterol yang digunakan ada dua macam, yang pertama adalah reagen enzim dan yang kedua adalah reagen standar. 4. Kolesterol ester pada lipoprotein dipecah oleh enzim kolesterol esterase menjadi kolesterol dan asam lemak. Kolesterol kemudian mengalami lxxiii oksidasi dengan enzim kolesterol oksidase sebagai katalis menghasilkan senyawa peroksida (H2O2) yang direaksikan bersama fenol dan 4aminoantripyrine menghasilkan senyawa quinoneimine yang berwarna merah dan dapat diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 500 nm. 5. Pengukuran dilakukan terhadap reagent blank / method blank. Pemeriksaan kadar kolesterol total menggunakan metode ini linear hingga kadar kolesterol total yang didapat mencapai kadar 750 mg/dL (19,3 mmol/L). Apabila didapatkan kadar kolesterol total melebihi batas linearitas, maka serum diencerkan dengan perbandingan 1:2, dengan 1 adalah jumlah serum dan 2 adalah larutan salin fisiologis (NaCl 0,9%). Setelah itu hasil pemeriksaan dikalikan dengan 3 6. Prosedur Pemeriksaan Kadar Trigliserida menggunakan metode glycerol3-phosphate oxidase – phenol aminophenazone (GPO-PAP). Metode ini menggunakan prinsip oksidasi dan hidrolisis enzimatis. Sebanyak 10 µL serum direaksikan dengan reagen trigliserida sebanyak 1000 µL lalu di inkubasi pada suhu 25oC selama 10 menit atau pada suhu 37oC selama 5 menit. Reagen trigliserida yang digunakan ada dua macam, yang pertama adalah reagen enzim dan yang kedua adalah reagen standar. lxxiv 4.8 Alur Penelitian 40 ekor tikus Wistar (Rattus norvegicus) jantan Aklamatisasi selama 7 hari Induksi dislipidemia selama 35 hari Dipuasakan selama 18 jam Pemeriksaan profil lipid pretest Dipilih tikus Wistar Dislipidemia dengan kolesterol total 200 mg/dl P(O) Plasebo (Aquades) P(1) Simvastatin P(2) ALA 5,4 mg Dipuasakan selama 18 jam Pemeriksaan profil lipid posttest Analisis data Gambar 4.2 Alur Penelitian lxxv P(3) ALA 10,8 mg 4.9 Analisis Data Analisa data menggunakan program statistik SPSS 16 for Windows. Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah sebagai berikut: 1. Analisis Deskriptif disajikan dalam bentuk table dan grafik. 2. Analisis Normalitas untuk melihat sebaran distribusi data normal yaitu dengan Uji Shapiro Wilk karena data terdiri dari n>30. 3. Analisis Homogenitas dalam penelitian ini digunakan Levene’s Test, jika nilai signifikan p>0,05, maka varian dari kelompok populasi adalah sama (homogen). 4. Uji Komparasi: Karena data berdistribusi normal dan homogen maka dilakukan uji parametrik komparasi antar kelompok dengan uji One Way Anova untuk menganalisis perbedaan antar kelompok. Analisis data dilanjutkan dengan Least Significant Difference Test (LSD) untuk membandingkan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ALA dan Simvastatin. Analisis data dinyatakan berbeda bermakna dengan P<0,05. 4.10 Etika Penelitian Telah dimintakan persetujuan ethical clearance dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana dengan surat nomor No: 1143/UN.14.2/Litbang/2016. lxxvi BAB V HASIL PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pretest dan posttest control design yang menggunakan 40 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan, dewasa, sehat, dengan berat badan tikus 180-200 gram, masing-masing kelompok berjumlah 10 ekor tikus yang diberikan pakan tinggi lemak. Kelompok kontrol Positif diberikan Simvastatin 10 mg dan kelompok perlakuan I (kelompok tikus yang diberikan ALA 5,4 mg /200gBB, 1 kali sehari). Kelompok perlakuan II (kelompok tikus yang diberikan ALA 10,8 mg /200gBB, 1 kali sehari). Hasil penelitian ini kemudian dianalisis dan disajikan menggunakan hasil analisis deskriptif, normalitas data, homogenitas data dan uji komparabilitas. 5.1 Analisis Deskriptif Kadar kolesterol total pada kelompok kontrol negatif (P0), kelompok kontrol positif (P1) yang diberikan Simvastatin 10 mg, kelompok perlakuan 1 (P1) yang diberikan ALA dosis 5,4 mg, dan kelompok perlakuan 2 (P2) yang diberikan ALA dosis 10,8 mg diamati setelah induksi dislipidemia (pretest) dan setelah 14 hari perlakuan (posttest). Hasil analisis deskriptif pada masing-masing kelompok disajikan pada Tabel 5.1 60 lxxvii Tabel 5.1 Hasil Analisis Deskriptif Data Kadar Kolesterol Total P0 pretest 10 Mean (mg/dl) 219,36 P0 posttest 10 219,82 6,70 211,18 230,91 P1 pretest 10 215,47 5,08 205,44 221,32 P1 posttest 10 105,64 4,24 99,69 111,57 P2 pretest 10 218,34 6,93 209,44 230,21 P2 posttest 10 153,26 9,84 133,37 167,31 P3 pretest 10 216,14 7,47 204,91 230,54 P3 posttest 10 123,16 7,45 112,09 137,40 Kelompok Subyek n 9,93 Minimum (mg/dl) 208,29 Maksimum (mg/dl) 240,10 SD Hasil penelitian pada variabel kolesterol total ini menunjukkan bahwa setelah perlakuan (posttest) rerata kadar kolesterol total kelompok kontrol negatif (P0) yang diberikan plasebo tidak menunjukkan perubahan. Sedangkan pada kelompok P1, kelompok P2 dan P3 mengalami penurunan kadar kolesterol total. Hal ini membuktikan bahwa dengan plasebo tidak memperbaiki kadar kolesterol total dan diet standard tanpa perlakuan, tidak memperbaiki kadar kolesterol total. lxxviii Kadar trigliserida pada kelompok kontrol negatif (P0), kelompok kontrol positif (P1) yang diberikan Simvastatin 10 mg, kelompok perlakuan 1 (P2) yang diberikan ALA dosis 5,4 mg, dan kelompok perlakuan 2 (P3) yang diberikan ALA dosis 10,8 mg diamati setelah induksi dislipidemia (pretest) dan setelah 14 hari perlakuan (posttest). Hasil analisis deskriptif pada masing-masing kelompok disajikan pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Hasil Analisis Deskriptif Data Kadar Trigliserida Mean Minimum Maksimum Kelompok Subyek n SD (mg/dl) (mg/dl) (mg/dl) P0 pretest 10 157,15 6,83 148,91 168,42 P0 posttest 10 168,60 3,64 149,23 259,32 P1 pretest 10 156,58 4,76 148,33 161,91 P1 posttest 10 86,89 4,80 78,58 92,16 P2 pretest 10 158,74 6,72 150,09 170,30 P2 posttest 10 121,48 6,39 112,37 132,43 P3 pretest 10 156,63 7,41 145,59 171,13 P3 post-test 10 114,38 7,79 103,07 129,26 Hasil penelitian pada variabel trigliserida ini menunjukkan bahwa setelah perlakuan (posttest) rerata kadar trigliserida kelompok perlakuan 1 (P1) yang diberikan Simvastatin menunjukkan perubahan signifikan. Sedangkan pada kelompok perlakuan 1 (P2) dan kelompok perlakuan 2 (P3) penurunan kadar trigliserida tidak signifikan. lxxix Kadar HDL pada kelompok kontrol negatif (P0), kelompok kontrol positif (P1) yang diberikan Simvastatin 10 mg, kelompok perlakuan 1 (P2) yang diberikan ALA dosis 5,4 mg, dan kelompok perlakuan 2 (P3) yang diberikan ALA dosis 10,8 mg diamati setelah induksi dislipidemia (pretest) dan setelah 14 hari perlakuan (posttest). Hasil analisis deskriptif pada masing-masing kelompok disajikan pada Tabel 5.3. Tabel 5.3 Hasil Analisis Deskriptif Data Kadar HDL Mean Minimum Kelompok Subyek n SD (mg/dl) (mg/dl) P0 pretest 10 25,35 1,16 23,95 Maksimum (mg/dl) 27,40 P0 posttest 10 24,30 1,15 22,91 26,34 P1 pretest 10 26,26 1,41 24,28 28,91 P1 posttest 10 59,08 1,41 57,21 61,84 P2 pretest 10 25,12 1,03 23,37 27,02 P2 posttest 10 41,00 0,99 39,80 42,90 P3 pretest 10 25,73 1,70 23,02 28,92 P3 posttest 10 47,65 1,69 44,95 50,80 Hasil penelitian pada variabel HDL ini menunjukkan bahwa terdapat kenaikan kadar HDL pada masing – masing kelompok perlakuan, baik pada P1, P2 dan P3 sesudah perlakuan (posttest). Namun tidak terjadi pada kelompok plasebo. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan sintesis apolipoprotein A yang berperan dalam pembentukkan HDL dalam tubuh. lxxx Kadar LDL pada kelompok kontrol negatif (P0), kelompok kontrol positif (P1) yang diberikan Simvastatin 10 mg, kelompok perlakuan 1 (P2) yang diberikan ALA dosis 5,4 mg, dan kelompok perlakuan 2 (P3) yang diberikan ALA dosis 10,8 mg diamati setelah induksi dislipidemia (pretest) dan setelah 14 hari perlakuan (posttest) pada (Tabel 5.4). Tabel 5.4 Hasil Analisis Deskriptif Data Kadar LDL P0 pretest 10 Mean (mg/dl) 90,98 P0 posttest 10 92,41 5,64 84,82 99,98 P1 pretest 10 89,58 4,99 79,82 95,39 P1 posttest 10 35,19 4,29 28,77 40,64 P2 pretest 10 90,40 4,25 83,15 94,77 P2 posttest 10 68,56 4,20 61,29 72,90 P3 pretest 10 89,26 6,10 78,09 95,54 P3 posttest 10 45,84 5,61 38,75 52,67 Kelompok Subyek n 5,95 Minimum (mg/dl) 83,36 Maksimum (mg/dl) 99,49 SD Hasil penelitian pada variabel LDL ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan kadar LDL pada masing – masing kelompok perlakuan, baik pada P1, P2 dan P3 sesudah perlakuan (posttest). Hal ini terjadi karena adanya peningkatan aktivitas lipoprotein lipase (LPL) yaitu enzim yang berperan dalam menghidrolisis VLDL sehingga tidak dikonversikan menjadi LDL. lxxxi 5.2 Uji Normalitas Data Kadar kolesterol total pretest dan post-test pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan bahwa data berdistribusi normal (p>0,05) dapat dilihat pada (Tabel 5.5). Tabel 5.5 Hasil Uji Normalitas Data Kadar Kolesterol Total Antar Kelompok Kelompok Subjek n p Keterangan P0 pretest 10 0,307 Normal P0 posttest 10 0,396 Normal P1 pretest 10 0,218 Normal P1 posttest 10 0,444 Normal P2 pretest 10 0,248 Normal P2 post-test 10 0,608 Normal P3 pretest 10 0,514 Normal P3 post-test 10 0,504 Normal n = jumlah sampel; p = taraf signifikansi Kadar trigliserida pretest dan posttest pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan bahwa data berdistribusi normal (p>0,05) (Tabel 5.6). lxxxii Tabel 5.6 Hasil Uji Normalitas Data Kadar Trigliserida Antar Kelompok Kelompok Subjek n p Keterangan P0 pretest 10 0,237 Normal P0 postest 10 0,879 Normal P1 pretest 10 0,146 Normal P1 posttest 10 0,128 Normal P2 pretest 10 0,252 Normal P2 posttest 10 0,134 Normal P3 pretest 10 0,680 Normal P3 posttest 10 0,770 Normal n = jumlah sampel; p = taraf signifikansi Kadar HDL pretest dan posttest pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan bahwa data berdistribusi normal (p>0,05) (Tabel 5.7). Tabel 5.7 Hasil Uji Normalitas Data Kadar HDL Antar Kelompok Kelompok Subjek n p P0 pretest 10 0,437 Normal P0 posttest 10 0,427 Normal P1 pretest 10 0,095 Normal P1 posttest 10 0,087 Normal P2 pretest 10 0,606 Normal P2 posttest 10 0,211 Normal P3 pretest 10 0,391 Normal P3 posttest 10 0,398 Normal n = jumlah sampel; p = taraf signifikansi lxxxiii Keterangan Kadar LDL pretest dan posttest pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan bahwa data berdistribusi normal (p>0,05) (Tabel 5.8). Tabel 5.8 Hasil Uji Normalitas Data Kadar LDL Antar Kelompok Kelompok Subjek n p Keterangan P0 pretest 10 0,230 Normal P0 post-test 10 0,236 Normal P1 pretest 10 0,235 Normal P1 posttest 10 0,169 Normal P2 pretest 10 0,315 Normal P2 posttest 10 0,319 Normal P3 pretest 10 0,461 Normal P3 post-test 10 0,429 Normal n = jumlah sampel; p = taraf signifikansi 5.3 Uji Homogenitas Data Antar Kelompok Masing-masing kelompok diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levene’s test. Hasil menunjukkan bahwa varian data hasil penelitian homogen (p>0,05) (Tabel 5.9) baik kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL. lxxxiv Tabel 5.9 Hasil Uji Homogenitas Data Antar Kelompok Kelompok Subjek n p Keterangan Pasca Induksi Dislipidemia (pretest) 40 0,396 Homogen Pasca 14 hari Perlakuan (posttest) 40 0,257 Homogen Pasca Induksi Dislipidemia (pretest) 40 0,764 Homogen Pasca 14 hari Perlakuan (posttest) 40 0,067 Homogen Pasca Induksi Dislipidemia (pretest) 40 0,585 Homogen Pasca 14 hari Perlakuan (posttest) 40 0,634 Homogen Pasca Induksi Dislipidemia (pretest) 40 0,493 Homogen Pasca 14 hari Perlakuan (posttest) 40 0,288 Homogen Kolesterol Total Trigliserida HDL LDL n = jumlah sampel; p = taraf signifikansi 5.4 Uji Komparabilitas 5.4.1 Uji Komparabilitas Antar Kelompok Sebelum Perlakuan (pretest) Analisis komparabilitas ini bertujuan untuk membandingkan rerata kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL antar kelompok sebelum perlakuan (pretest). Hasil analisis kemaknaan diuji dengan uji ANOVA pada Tabel 5.10. lxxxv Tabel 5.10 Rerata Nilai Variabel antar Kelompok Sebelum Perlakuan (pretest) Rerata SB (mg/dl) P0 219,36 9,93 P1 215,47 5,08 Kolesterol Total P2 218,34 6,93 P3 216,14 7,47 P0 157,15 6,83 P1 156,58 4,76 Trigliserida P2 158,74 6,72 P3 156,63 7,41 P0 25,35 1,16 P1 26,26 1,41 HDL P2 25,12 1,03 P3 25,73 1,70 P0 90,98 5,95 P1 89,58 4,99 LDL P2 90,40 4,25 P3 89,26 6,10 SB = Simpangan Baku; F = F-test; p = signifikansi Variabel Kelompok F p 0,584 0,629 0,240 0,868 1,143 0,345 0,211 0,888 Tabel 5.13 menunjukkan rerata kadar kolesterol total sebelum perlakuan (pretest) dengan sesudah perlakuan (posttest) dengan uji ANOVA menunjukkan bahwa nilai F= 0,584 dan nilai p= 0,629. Rerata kadar trigliserida sebelum perlakuan (pretest) dengan sesudah perlakuan (posttest) dengan uji ANOVA menunjukkan bahwa nilai F= 0,240 dan nilai p= 0,868. Rerata kadar HDL sebelum perlakuan (pretest) dengan sesudah perlakuan (posttest) dengan uji ANOVA menunjukkan bahwa nilai F= 1,143 dan nilai p= 0,345. Rerata kadar LDL sebelum perlakuan (pretest) dengan sesudah perlakuan (posttest) dengan uji ANOVA menunjukkan bahwa nilai F= 0,211 dan nilai p= 0,888. Hal ini berarti lxxxvi rerata kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL antar kelompok kontrol (P0), kelompok kontrol positif (P1), kelompok yang diberikan ALA dengan dosis 5,4 mg (P2) dan kelompok yang diberikan ALA dengan dosis 10,8 mg (P3) tidak berbeda bermakna (p>0,05). 5.4.2 Analisis Komparabilitas Antar Kelompok Sesudah Perlakuan (posttest) Analisis komparabilitas ini bertujuan untuk membandingkan rerata kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL antar kelompok sesudah perlakuan (posttest). Hasil analisis kemaknaan diuji dengan uji ANOVA pada Tabel 5.11. Tabel 5.11 Rerata Nilai Variabel antar Kelompok Sesudah Perlakuan (post-test) Variabel Kolesterol Total Trigliserida Kelompok P0 P1 P2 P3 P0 P1 P2 P3 Rerata (mg/dl) 219,82a 105,64b 153,26c 123,16d 168,60a 86,89b 121,48c 114,38d lxxxvii SB 6,70 4,24 9,84 7,45 3,64 4,80 6,39 7,79 F p 468,641 0,000 38,752 0,000 Variabel HDL LDL Kelompok Rerata (mg/dl) SB P0 P1 P2 24,30a b 59,08 41,00c 1,15 1,41 0,99 P3 47,65d 1,69 P0 P1 P2 P3 92,41 b 35,19 68,56c 45,84d a 5,64 4,29 4,20 5,61 F p 1174,80 0,000 259,643 0,000 SB = Simpangan Baku; F = F-test; p = signifikansi *Notasi (a,b,c) yang sama menunjukkan tidak berbeda bermakna (p>0,05), notasi yang berbeda menunjukkan berbeda bermakna. Data diuji dengan Least Significance Difference (LSD) test Analisis kemaknaan dengan ANOVA terhadap variable kadar kolesterol total menunjukkan bahwa nilai F= 468,641 dan nilai p= 0,000. Analisis ANOVA terhadap variable kadar trigliserida menunjukkan bahwa nilai F= 38,752 dan nilai p= 0,000. Analisis ANOVA terhadap variable kadar HDL menunjukkan bahwa nilai F= 1174,80 dan nilai p= 0,000. Analisis ANOVA terhadap variable kadar LDL menunjukkan bahwa nilai F= 259,643dan nilai p= 0,000. Hal ini berarti rerata kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL setelah perlakuan (posttest) antar kelompok kontrol (P0), kelompok kontrol positif (P1), kelompok yang diberikan ALA dengan dosis 5,4 mg (P2) dan kelompok yang diberikan ALA dengan dosis 10,8 mg (P3) berbeda sangat bermakna (p<0,01). Uji lanjutan untuk mengetahui perbedaan individual antar kelompok dengan menggunakan Least Significance Difference (LSD) test (Tabel 5.14) lxxxviii menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata (p<0,01) untuk tiap-tiap kelompok perlakuan pada variabel kadar kolesterol total, kadar HDL dan kadar LDL. Namun pada variabel kadar trigliserida dapat diamatai bahwa tidak terdapat perbedaan antara kelompok P1 dan P2 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa efektivitas ALA pada dosis pemberian 5,4 mg dan 10,8 mg dalam menurunkan kadar triliserida adalah sama. 5.5 Analisis Efek Perlakuan Pemberian ALA Analisis efek perlakuan pada kelompok kontrol (P0), kelompok kontrol positif (P1), kelompok yang diberikan ALA dengan dosis 5,4 mg (P2) dan kelompok yang diberikan ALA dengan dosis 10,8 mg (P3) diuji berdasarkan rerata kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL masing-masing kelompok sebelum diberikan perlakuan (pretest)dan sesudah diberikan perlakuan selama 14 hari (posttest). Tabel 5.12 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol negatif (P0) terjadi peningkatan kadar kolesterol total dan trigliserida yang tidak bermakna (p>0,05). Pada kelompok ini juga teramati penurunan kadar HDL yang sangat bermakna (p<0,01) dan dapat diamati pula terjadinya peningkatan kadar LDL yang sangat bermakna (p<0,01). lxxxix Tabel 5.12 Rerata Nilai Variabel Masing-Masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan Kelompok Variabel (pretest-posttest) t Kolesterol Total Trigliserida HDL LDL Kolesterol Total Trigliserida HDL LDL -0,217 -1,115 277,606 -7,709 181,378 1060,572 -3062,418 146,585 0,833 0,294 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 Kolesterol Total Trigliserida HDL LDL Kolesterol Total Trigliserida HDL LDL 29,589 52,218 -138,194 562,729 1316,929 191,541 -3356,413 43,312 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 P0 P1 P2 P3 p t = t hitung; p = signifikansi Pada Kelompok kontrol positif (P1) dapat diamati terjadinya penurunan kadar kolesterol total, trigliserida dan LDL yang sangat bermakna (p<0,01) disertai dengan peningkatan HDL yang sangat bermakna (p<0,01). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian obat standar Simvastatin dapat memperbaiki profil lipid secara optimum. Pada Kelompok perlakuan 1(P2) juga dapat diamati terjadinya penurunan kadar kolesterol total, trigliserida dan LDL yang sangat bermakna (p<0,01) disertai dengan peningkatan HDL yang sangat bermakna (p<0,01). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ALA dengan dosis 5,4 mg saja sudah dapat xc memperbaiki profil lipid secara optimum. Seperti halnya dapat diamati pada perlakuan 2 (P3) terjadinya penurunan kadar kolesterol total, trigliserida dan LDL yang sangat bermakna (p<0,01) disertai dengan peningkatan HDL yang sangat bermakna (p<0,01). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ALA dengan dosis 10,8 mg dapat memperbaiki profil lipid secara optimum. Perubahan profil lipid pada kelompok kontrol negatif (P0), kelompok kontrol positif (P1), kelompok perlakuan ALA dosis 5,4 mg (P2) dan kelompok perlakuan ALA dosis 10,8 mg (P3) meliputi perubahan kadar kolesterol total (Gambar 5.1), trigliserida (Gambar 5.2), kadar HDL (Gambar 5.3) serta kadar HDL (Gambar 5.4). Rerata Kolesterol Total Kadar Kolesterol Total (mg/dl) P>0,01 219.36 219.82 P<0,01 P<0,01 216.14 218.34 215.47 P<0,01 153.26 123.16 105.64 P0 P1 P2 Pretest P3 Postest Gambar 5.1 Grafik Perubahan Kadar Kolesterol Total Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antar Kelompok Terdapat perubahan profil lipid rerata kadar kolesterol total yang ditunjukkan Gambar 5.1 pada kelompok P1, kelompok P2 dengan perlakuan ALA dosis 5,4 mg dan kelompok P3 dengan perlakuan ALA dosis 10,8 mg ( p<0,01). xci Rerata Kadar Trigliserida Rerata Kadar Trigliserida (mg/dl) P>0,01 157.15 168.6 P<0,01 P<0,0 158.74 156.58 P<0,01 156.63 121.48 114.38 86.89 P0 P1 P2 Pretest P3 Postest Gambar 5.2 Grafik Perubahan Kadar Trigliserida Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antar Kelompok Terdapat perubahan profil lipid rerata kadar trigliserida yang ditunjukkan Gambar 5.2 pada kelompok kontrol P0, kelompok P1, kelompok perlakuan P2 dengan ALA dosis 5,4 mg dan kelompok perlakuan P3 dengan ALA dosis 10,8 mg (p<0,01). xcii Rerata Kadar HDL Rerata Kadar HDL (mg/dl) P<0,01 P<0,01 P<0,01 59.08 P>0,01 47.65 41 25.35 24.3 26.26 P0 25.12 P1 P2 Pretest 25.73 P3 Postest Gambar 5.3 Grafik Perubahan Kadar HDL Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antar Kelompok Terdapat perubahan profil lipid rerata kadar HDL yang ditunjukkan Gambar 5.3 pada kelompok , kelompok kontrol P0, kelompok P1, kelompok perlakuan P2 dengan ALA dosis 5,4 mg dan kelompok perlakuan P3 dengan ALA dosis 10,8 mg (p<0,01). xciii Rerata Kadar LDL (mg/dl) P>0,01 90.98 92.41 Rerata Kadar LDL P<0,01 P<0,01 90.4 89.58 P<0,01 89.26 68.56 45.84 35.19 P0 P1 P2 Pretest P3 Postest Gambar 5.4 Grafik Perubahan Kadar LDL Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antar Kelompok Terdapat perubahan profil lipid rerata kadar LDL yang ditunjukkan Gambar 5.4 pada kelompok kontrol P0, kelompok P1, kelompok perlakuan P2 dengan ALA dosis 5,4 mg dan kelompok perlakuan P3 dengan ALA dosis 10,8 mg (p<0,01). Pada tabel diatas dapat diamati bahwa variable kolesterol antar kelompok setelah perlakuan berbeda bermakna, ditunjukkan dengan hasil uji One Way ANOVA dengan nilai p<0,01. Analisis lanjutan dengan LSD menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yg signifikan antar setiap kelompok (p<0,01). Hasil uji One Way ANOVA pada variable trigliserida juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antar setiap kelompok perlakuan (p<0,01) namun analisis LSD menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kadar trigliserida antar kelompok P1 dan P2 (p>0,05; dapat diamati nilai p=0,364). Hal ini menunjukkan bahwa efektifitas ALA pada dosis 5,2 mg maupun 10,4 mg dalam menurunkan xciv trigliserida tidak berbeda bermakna. Variable HDL antar kelompok setelah perlakuan berbeda bermakna, ditunjukkan dengan hasil uji One Way ANOVA dengan nilai p<0,001. Analisis lanjutan dengan LSD menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yg signifikan antar setiap kelompok (p<0,05). Hal yg sama juga diamati pada variable LDL antar kelompok setelah perlakuan berbeda bermakna, ditunjukkan dengan hasil uji One Way ANOVA dengan nilai p<0,001. Analisis lanjutan dengan LSD menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yg signifikan antar setiap kelompok (p<0,05). BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 6.1 Subjek Penelitian Untuk mengetahui adanya manfaat ALA dalam menurunkan profil lipid maka sebagai hewan coba digunakan tikus Wistar (Rattus norvegicus) jantan, dewasa dan sehat, berat badan 180-200 gram. Tikus merupakan salah satu hewan coba dalam penelitian berbasis percobaan nutrisi (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Ada dua sifat yang membedakan tikus dari hewan percobaan lain, yaitu bahwa tikus tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat esofagus yang bermuara ke dalam lambung, serta tidak memiliki kantong empedu (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Karakteristik tikus yaitu: (1) tidak memiliki kantung empedu (gall bladder), (2) tidak dapat memuntahkan kembali isi perutnya, (3) tidak pernah berhenti tumbuh, namun kecepatannya akan menurun setelah berumur 100 hari (Sudrajat, 2008). xcv Penggunaan tikus Wistar (Rattus norvegicus) telah diketahui sifat-sifatnya dengan sempurna mudah dipelihara dan cocok untuk berbagai macam penelitian (Malole dan Pramono, 1989). Jumlah hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 40 ekor tikus Wistar yang terbagi menjadi 4 kelompok masing masing 10 ekor. 79 Yaitu kelompok kontrol negatif (P0) kelompok kontrol positif dengan Simvastatin 10 mg (P1), kelompok perlakuan dengan ALA 5,4 mg (P2) dan kelompok perlakuan dengan ALA 10,8 mg (P3). Penelitian ini dilakukan selama 56 hari dimana 42 hari pertamanya diberikan pakan tinggi lemak, yang dilanjutkan 14 hari diberikan ALA. Pengambilan waktu 14 hari berdasarkan penelitian penelitian sebelumnya yang lamanya bervariasi. Selama penelitian, hewan coba tidak ada yang mengalami drop out baik selama induksi, selama perlakuan, selama pengambilan sampel darah, sampai dengan penelitian berakhir. 6.2 Distribusi dan Varian Data Hasil Penelitian Data hasil penelitian dari 40 ekor tikus Wistar (Rattus norvegicus) jantan, berupa variable kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL, dan kolesterol HDL, terlebih dahulu dilakukan uji distribusi dan variannya. Untuk uji distribusi digunakan uji Shapiro-Wilk, yaitu untuk mengetahui normalitas data dan uji xcvi homogenitas dengan uji Levene test. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa masing-masing kelompok baik sebelum perlakuan (pretest) maupun sesudah perlakuan (posttest) varian data berdistribusi normal dengan nilai p > 0,05 dan homogen dengan nilai p > 0,05. Uji ANOVA seperti pada table berikut menunjukkan bahwa seluruh variable, baik kadar kolesterol total, kadar TG, HDL dan LDL sebelum perlakuan (pretest) menunjukkan tidak berbeda bermakna karena P>0,05. 6.3 Diet Tinggi Lemak Merupakan Salah Satu Penyebab Dislipidemia Diet tinggi lemak jenuh yang terus menerus merupakan salah satu faktor penyebab dislipidemia. Pada penelitian ini diberikan pakan tinggi lemak dan tinggi kolesterol yaitu kolesterol 1%, kuning telur ayam 5%, lemak hewan 10%, minyak goreng 1%, makanan standard sampai 100%. Dengan pemberian diet tinggi lemak selama 35 hari kepada 40 ekor tikus jantan galur Wistar didapatkan kenaikan kolesterol total dari 110,85 mg/dl menjadi 219,36 mg/dl atau sebesar 97,89 persen, kenaikan trigliserida dari 82,47 mg/dl menjadi 157,15 sebesar 90,55 persen, kenaikan kolesterol LDL dari 20,39 mg/dl menjadi 90,98 mg/dl atau sekitar 346,20 persen dan penurunan kolesterol HDL dari 82,47 mg/dl menjadi 25,35 mg/dl atau sekitar 69,26 persen. Data dari hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Hussein at al, 2015 yang menyatakan diet tinggi lemak akan meningkatkan kadar kolesterol total dalam plasma. Lemak jenuh akan merangsang hati untuk memproduksi banyak kolesterol dan menyebabkan pengurangan pembuangan kolesterol LDL dalam xcvii darah. Diet tinggi lemak dan kelebihan triasilgliserol menyebabkan jaringan adiposa patogenik (Adiposopathy) yang menstimulasi peningkatan TNF-α. Adanya peningkatan TNF-α menyebabkan meningkatnya oksidasi asam lemak pada hepar sehingga terjadi hipertrigliseridemia, peningkatan sintesis kolesterol sehingga terjadi hiperkolesterolimia, terjadinya resistensi insulin (Kersshaw dan Filier, 2004 ; Barzilia dan Rudin, 2005). Resistensi insulin pada adiposit dapat menurunkan aktivitas enzim lipoprotein lipase dan clearance VLDL menurun, akibatnya kadar VLDL dalam darah meningkat, meningkatkan hidrolisis trigliserida, sehingga lipolisis meningkat dan terjadi hipertrigliseridemia. Hipertrigliseridemia meningkatkan aktivitas CETP (Cholesterol ester transfer protein) sehingga akibatnya kadar HDL dalam darah menurun. LDL kaya trigliserida dapat mengalami lipolisis menjadi small dense LDL (Shulman, 2000). Hal ini terjadi pada keadaan resistensi insulin. 6.4 Pengaruh Pemberian ALA Terhadap Profil Lipid Darah Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bradley Carrier (2014) pada tikus Zucker yang diberi pakan lemak tinggi didapati kadar profil lipid yang tinggi, yang dikenal dengan dislipidemia dilakukan pemberian ALA dosis kisaran 50-1800 mg memberikan hasil yang bermakna dalam menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, LDL dan meningkatkan HDL. xcviii Dalam penelitian sebelumnya telah digunakan ALA karena ALA memiliki manfaat sebagai anti obesitas, antihiperlipidemia dan antiinflamasi. Kemampuan ini dapat digunakan untuk memperbaiki profil lemak dalam tubuh (Zhang, 2007). Dosis ALA yang dapat memberikan efek perbaikan lipid darah adalah 300 mg (Hussein et al, 2015). Dalam penelitian ini hewan coba diinduksi dislipidemia dengan pakan tinggi lemak diberikan ALA 5,8 mg dan 10,8 mg selama 14 hari secara per sonde. Pemberian selama 14 hari ini berdasarkan penelitian Zhang et al sudah dapat memperbaiki profil lipid pada tikus. Dalam penelitian ini, ALA yang digunakan dalam bentuk tereduksi yaitu Dehidro Lipoic Acid (DHLA) R-Isomer. ALA R-Isomer secara alami banyak terdapat pada sumber makanan hewani dan nabati yang mengandung asam amino leusin yang nantinya akan berfungsi sebagai kofaktor enzim pada proses respirasi mitokondria. Namun suplementasi diperlukan karena jumlah ALA yang sangat terbatas yang dihasilkan tubuh. Dalam penelitian ini kelompok P2 diberikan ALA secara oral 5,4 mg dan kelompok P3 diberikan ALA secara oral 10,8 mg secara oral selama 14 hari. Terdapat perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan peneliti sebelumnya dalam segi lamanya waktu pemberian ALA, di mana sebelumnya ALA diberikan selama 30 hari perlakuan. Hasil penelitian pada variabel kolesterol total menunjukkan bahwa setelah perlakuan (posttest) rerata kadar kolesterol total kelompok kontrol negatif (P0) yang diberikan plasebo tidak menunjukkan perubahan. Sedangkan pada kelompok P1, kelompok P2 dan P3 mengalami penurunan kadar kolesterol total. Hal ini xcix membuktikan bahwa dengan plasebo tidak memperbaiki kadar kolesterol total dan perubahan diet standard tanpa perlakuan, juga tidak memperbaiki kadar kolesterol total. Hal ini disebabkan karena selama masa induksi dengan pemberian pakan tinggi lemak dan tinggi kolesterol telah terjadi resistensi insulin. Hasil penelitian pada variabel trigliserida ini menunjukkan bahwa setelah perlakuan (posttest) rerata kadar trigliserida kelompok perlakuan 1 (P1) yang diberikan Simvastatin menunjukkan perubahan signifikan. Sedangkan pada kelompok perlakuan 1 (P2) dan kelompok perlakuan 2 (P3) penurunan kadar trigliserida tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa ALA tidak menurunkan kadar trigliserida secara spesifik. Pada variabel HDL menunjukkan kenaikan kadar HDL pada masing – masing kelompok perlakuan, baik pada P1, P2 dan P3 sesudah perlakuan (posttest). Hal ini terjadi karena adanya peningkatan sintesis apolipoprotein A yang berperan dalam pembentukkan HDL dalam tubuh. Pada kelompok P0 yang diberikan plasebo tidak terjadi peningkatan HDL, hal ini membuktikan bahwa diet standard tidak dapat meningkatkan kadar HDL. Hasil penelitian pada variabel LDL terdapat penurunan kadar LDL pada masing – masing kelompok perlakuan, baik pada P1, P2 dan P3 sesudah perlakuan (posttest). Hal ini terjadi karena adanya peningkatan aktivitas lipoprotein lipase (LPL) yaitu enzim yang berperan dalam menghidrolisis VLDL sehingga tidak dikonversikan menjadi LDL. 6.5 Manfaat ALA Terhadap Perkembangan Ilmu Anti Aging Medicine c Penuaan merupakan suatu proses yang kompleks dan akumulasi menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan dan memperbaiki kerusakannya yang meliputi berbagai aspek biologis, fisiologis, dan biokimia di dalam tubuh. Salah satu aspek pada proses penuaan yang dapat diukur adalah perubahan biokimiawi profil lipid yaitu terjadinya dislipidemia dalam tubuh. Proses penuaan meningkat dan semakin berat apabila disertai sindroma metabolik seperti dislipidemia, hiperinsulinemia, inflamasi, dan obesitas. Dengan adanya Anti Aging Medicine yang merupakan bagian ilmu kedokteran yang menerapkan prinsip prinsip dasar dalam pencegahan berbagai disfungsi, kelainan dan penyakit yang berkaitan dengan penuaan dapat mencegah dan memperbaiki keadaan dislipidemia sehingga dapat mengurangi faktor resiko terjadinya aterosklerosis yang mengancam jiwa. ALA dalam penelitian ini merupakan salah satu suplemen oral yang digunakan untuk memperbaiki dislipidemia yang menjadi faktor risiko utama terjadinya aterosklerosis. ALA mampu menurunkan profil lipid pada dislipidemia baik yang terbentuk endogen yaitu pembentukan lipoprotein plasma yang dibentuk oleh hati maupun dislipidemia yang dibentuk karena eksogen yaitu induksi makanan tinggi lemak dan tinggi kolesterol. Perbaikan profil lipid cukup dengan dosis ALA 5,4 mg dan menunjukkan bahwa dosis ini dapat digunakan untuk menurunkan profil lipid darah sehingga mencegah terjadinya penyakit yang berkaitan dengan ci penuaan. Sehingga tujuan AAM untuk memperpanjang masa hidup dalam keadaan sehat dan sejahtera tercapai. cii BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian pemberian ALA pada tikus Wistar jantan selama empat belas hari dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Pemberian ALA secara oral dapat menurunkan kadar kolesterol total pada tikus Wistar (Rattus norvegicus) jantan yang dislipidemia. 2. Pemberian ALA secara oral dapat menurunkan kadar LDL pada tikus Wistar (Rattus norvegicus) jantan yang dislipidemia. 3. Pemberian ALA secara oral dapat menurunkan kadar trigliserida pada tikus Wistar (Rattus norvegicus) jantan yang dislipidemia. 4. Pemberian ALA secara oral dapat meningkatkan HDL pada tikus Wistar (Rattus norvegicus) jantan yang dislipidemia. Hal tersebut membuktikan bahwa ALA dapat memperbaiki profil lipid pada keadaan dislipidemia, di mana ALA sebagai antilipid dengan meningkatkan enzim enzim lipogenik di liver namun tidak lebih baik dari Simvastatin sebagai pilihan obat yang utama dalam pengobatan dislipidemia. 7.2 Saran 1. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih lama dan jumlah sampel yang lebih banyak untuk mengetahui efek penurunan profil lipid yang maksimal. 85 ciii 2. Pada penelitian ini tidak dilakukan pengukuran berat badan tikus di akhir penelitian sehingga tidak diketahui pengaruh obesitas terhadap kenaikan profil lipid, sehingga masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meneliti pengaruh berat badan tersebut. 3. Pada penelitian ini juga tidak dilakukan pemeriksaan kadar VLDL plasma dan resistensi insulin yang terjadi dalam kaitannya dengan dislipidemia. civ DAFTAR PUSTAKA Adam, J.M. Dislipidemia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Editor Sudoyo AW dkk. 2006. Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI: 1948-54. Amom,Z., Zakaria,Z., Mohamed,J., Azlan,A., Bahari,H., Baharuldin,M.T.H., Moklas,M.A., Osman,K., Asmawi,Z., Hassan,M.K.N. 2008. Lipid Lowering Effect of Antioxidant Alpha-Lipoic Acid in Experimental Atherosclerosis. J.Clin.Biochem.Nutr.,43, 88-94. Andreassen, E. 2001. Lipoic Acid Improves Survival In Transgenic Mouse Model’s Of Huntington’s Disease. In Neuroreport. Volume 12. P: 33713373. Antioxidant; In Free Biology and Medicine. P: 227-250. Arivazhagan,P., Panneerselvam,S.R., Panneerselvam,C. 2003. Effect of DL-αLipoic Acid on the Status of Lipid Peroxidation and Lipids in Aged Rats. Journal of gerontology:Biologycal Sciences 2003, Vol. 58A, N0.9, 788-791. Aiman, U., Najmi, A., Khan,R. 2014. "Statin Induced Diabetes And Its Clinical Implications". Journal of Pharmacology and Pharmacotherapeutics 5.3:181. Bagiada, N. A. 2001. Proses Penuaan dan Penanggulangannya. Denpasar: Fakultas Kedokteran. Universitas Udayana. Bahri,T. 2004. Dislipidemia Sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung. Berkson, B.M. 2007. Alpha Lipoic Acid and Liver Disease. Townsend Letter. Available From: www.townsendletter.com/Dec2007/alphalipo1207.htm. Accessed 0n December 22nd 2011. Biewenga, G.P., Haenen, G.R., dan Bast, A. 2007. The Pharmacology of the Antioxidant Lipoic Acid; In General Pharmacology. P: 315-331. Bustamante, J. 1998. Alpha Lipoic Acid in Liver Metabolism and Disease. Available From: www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/9607614. Accesed on January 20th 2012. Cadenas, E., and Packer, L. 2002. Food-Derived Antioxidants: How to Evaluate Their Importance in Food and In Vivo. Handbook of Antioxidants. Second Edition. California: Marcel Dekker, Inc. p: 57. cv Catala, A. 2006. Lipid Peroxidation. International Journal Biochemistry In Cell Biology. Volume 38. p:1482-1495. Condouris, G.A. 1996. "Evaluation Of Drug Activities: Pharmacometrics. Volumes 1 & 2. D. R. Laurence A. L. Bacharach". The Quarterly Review of Biology 41.4. Carrier, B., Wen, S., Zigouras, S., Browne, R. W., Li, Z., Patel, M. S., Williamson, D. L. and Rideout, T. C. 2014. Alpha-Lipoic Acid Reduces LDL-Particle Number and PCSK9 Concentrations in High-Fat Fed Obese Zucker Rats. Clarkson, P.M. And Thompson, H.S. 2000. Antioxidants: What Role Do They Play in pH Activity and Health?. American Journal of Clinical Nutrition, 72(suppl), 637S-646S. Debnath, S., Bindhu, H.P., Babu, N.M., Kureshi, I., Vanitha, G. 2014. Scandinavian Journal of Pharmaceutical Science and Research. Donne, D., Isabella, R., and Ranieri, C. 2006. Biomarkers of Oxidatif Damaged in Human Disease. Clinical Chemistry 52.4:601-623. Dröge, W.2002. Aging-Related Changes In The Thiol/Disulfide Redox State: Implications For The Use Of Thiol Antioxidants. Experimental Gerontology, 37(12), pp.1333-1345. El Assar, M., Angulo, J., Vallejo, S., Peiro, C., Sanchez-Ferrer, C., and Rodriguez-Manas, L. 2012. Mechanisms Involved in the Aging-Induced Vascular Dysfunction. Frontier in Physiology 3. Franklin, N.C. 2009. Lifestyle and Successful Aging: An Overview. American Journal of Lifestyle Medicine. Vol.3. No.1. P:6-11. Friedewald W.T., Levy R.I., Fredrickson D.S. 1972. Estimation of the concentration of low-density lipoprotein cholesterol in plasma, without use of the preparative ultracentrifuge. Clin. Chem;18:499–502. Fowler, B. 2003. Functional and Biological Markers of Aging. In:Klatz, R. 2003. Aging-Aging Medical Therapeutic volume 5. Chicago : the A4M Publications.p 43. Goldberg A.C. 2013. Lipid disorders: Dyslipidemia. The Merck Manual., http://www.merckmanuals.com/professional/endocrine_and_metabolic_di sord ers/lipid_disorders/dyslipidemia.html., 15 May 2014. cvi Goldberg, I.J. 2001. Diabetic Dyslipidemia: Causes and Consequenses. Clinical Review. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, 86(3), pp.965971. Goldman, R., and Klatz, R. 2003. The New Anti Aging Revolution. Australasian Edition. Theories of Aging. p: 19-20. Grundy, S. 1995. Role of low density lipoproteins in atherogenesis and development of coronary heart disease. Clin. Chem;41:139–146. Gunawan, C. 2016. Pemberian Alpha Lipoic Acid Pada Tikus Wistar Jantan Dislipidemia. Denpasar. Universitas Udayana. (Unpublished). Guyton, A.C., Hall, J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran: Metabolisme lipid. Dalam: Luqman YR, Hartanto, Novrianti, Wulandari, editors. edisi 11. Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC. h. 882-894. Harding, S.V.,Todd, C.R., and Jones, P.J.H. 2012. “Evidence For Using Alphalipoic Acid In Reducing Lipoprotein And Inflammatory Related Atherosclerotic Risk” Journal of Dietary Supplement 9.2: 116-127. Houston,M. 2012. "The Role Of Nutraceutical Supplements In The Treatment Of Dyslipidemia". The Journal of Clinical Hypertension 14.2: 121-132. Hussein, S.A., Abdel-mageid, A.D., and Abu-ghazalla, A.M. Biochemical study on the effect of alpha-lipoic acid on lipid metabolism of rats fed high fat diet. Hulbert, A.J., Pamplona, R. Buffenstein, R., Buttemer, W.A. 2007. Life and Death: Metabolic Rate, Membrane Composition and Life Span of Animals. Physiol Rev 87:1175-1213. Klatz, R. 2003. Anti Aging Medical Therapeutic, vol. 5. Chicago:AFM Publication, pp. 43-9. Lilis. 2010. “Pemberian Astaxanthin Oral Memperbaiki Profil Lipid Darah Tikus Putih Jantan (Albino Rat) Dislipidemia” (Tesis). Denpasar: Universitas Udayana. Mahdy, A.K., Wonnerth, A., Huber, K., Wojta, J. 2012. Cardiovascular Disease Risk Reduction by Raising HDL Cholesterol Current Therapies and Future Opportunities. British Journal of Pharmacology. Vol.167 (6). p:11771194. Malole, M.B.M., Pramono C.S.U. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di Laboratorium. Pusat antar universitas, Institut Pertanian Bogor, Bogor. cvii Mirtaheril,E., Pourghassem,B., Gargari. Effect of Alpha-lipoic Acid Supplementation on Serum Lipid Profile in Women with Rheumatoid Arthritis. Vol.1.No.1.P:11-18. Murray, R. K. (2012). Harper's Illustrated Biochemistry. New York, McGrawHill Medical. Nilsson, P. 2015. Early Vascular Ageing-A Concept in Development. European Endocrinology, 11(1),p.26. Packer, L., Witt, E.H., dan Tritschler, H.J. 1995. Alpha Lipoic Acid as a Biological Antioxidant; In Free Biology and Medicine. p:227-250. Pangkahila, W. 2007. Anti Aging Medicine : Memperlambat Penuaan, Meningkatkan Kualitas Hidup. Cetakan ke-1. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Hal:8-9. Pocock, S. J. 2008. The Size Of a Clinical Trials, A Practical Approach, Copyright 2008. John Willey & Sons Ltd, The Atrium, Southern Gate, Cjicester, West Sussex, England. Puspadewi, A. 2012. Alpha Lipoic Acid Dapat Menurunkan Kadar Malondialdehyde Darah Tikus Wistar (Rattus Norvegicus) Yang Diinduksi Borak Secara Oral. Dalam Penelitian Pendahuluan. Universitas Udayana. Hal 26. Santoso, E. 2011. Buku Ajar Etik Penelitian Kesehatan. Malang: Universitas Brawijaya Press. Seo, E.Y., Ha, A.W., Kim,W.K. 2012. Α Lipoic Acid Reduced Weight Gain And Improved The Lipid Profile In Rats Fed With High Fat Diet. Nutrition Research and Practice 6(3):195-200. Shay, K. P., Moreau, R. F., Smith, E. J., Smith, A. R., & Hagen, T. M. 2009. Alpha- lipoic acid as a dietary supplement: Molecular Mechanisms and Therapeutic Potential. Biochimica et Biophysica Acta (BBA), 1790(10), 11491160. Smith, J.B. dan Mangkoewidjojo,S. 1987. Pemeliharaan, Pembiakan Dan Penggunaan Hewan Percobaan Di Daerah Tropis Oleh. Jakarta: International Development Program of Australian Universities and Colleges. Stone, N.J. 2013. “ACC/AHA Guideline On The Treatment Of Blood Cholesterol To Reduce Atherosclerotic Cardiovascular Risk In Adults”. Circulation 129.25 suppl 2: S1-S45. cviii Stone N.J., Robinson J.G., Lichtenstein A.H., et al; 2013 ACC/AHA guideline on the treatment of blood cholesterol to reduce atherosclerotic cardiovascular risk in adults: a report of the American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines. J Am Coll Cardiol. 2014;63:2889-2934. Suryohudoyo, P. 2007. Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler. Jakarta: Sagung Seto Valdecantos, M., Pérez-Matute, P., González-Muniesa, P., Prieto-Hontoria, P., Moreno-Aliaga, M. and Martínez, J. (2012). Lipoic acid administration prevents nonalcoholic steatosis linked to long-term high-fat feeding by modulating mitochondrial function. The Journal of Nutritional Biochemistry, 23(12), pp.1676-1684. Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami & Radikal Bebas. Potensi dan Aplikasinya dalam Kesehatan. Penerbit Kanisius. Jogjakarta. hal: 191-196. Waspadji, S. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Penerbit FK UI. Jakarta. Yulies,S. 2010. “Pemberian Astaxanthin Oral Memperbaiki Profil Lipid Darah Tikus Putih Jantan (Albino Rat) Dislipidemia” (Tesis). Denpasar: Universitas Udayana. Yamauchi, T. Zhang,Y., Han,P., Wu,N., He,B., Lu,Y., Li,S., Liu,Y., Zhao,S., Liu,L., Li,Y. 2011. Amelioration of Lipid Abnormalities by α –Lipoic acid Through Antioxidative and Anti-Inflammatory Effects. Obesity 19, p:1647-1653. Zulkhairi,A., Zaiton,Z., Khairul,O., Zanariyah,O., Jamaluddin,M. 2001.The Effect of Alpha Lipoic Acid in Blood Lipid Levels and Malondialdehyde in Atherosclerotic Induced New Zealand White Rabbit. Malaysian Journal of Medical Sciences. Vol.8,No.1, Januari 2001 (46-52). cix LAMPIRAN Lampiran 1 PERHITUNGAN DOSIS Perhitungan Dosis berat badan rata-rata tikus galur Wistar jantan = 200 g. 1. Dosis Statin orang dewasa 10mg (Journal AHA, 2014). Dosis yang digunakan dalam penelitian adalah 10gram. Dosis konversi Statin dari 70kgBB manusia untuk tikus: 0,018 x 10mg = 0,18 mg 2. Dosis ALA yang digunakan adalah 300mg dan 600mg. Konversi dosis ALA 70kgBB manusia untuk tikus 0,018 x 300mg = 5,4 mg Konversi dosis ALA 70kgBB manusia untuk tikus 0,018 x 600mg = 10,8 mg Dosis Statin ( AHA Guideline 2013) High-Intensity Statin Therapy Moderate-Intensity Statin Therapy Low-Intensity Statin Therapy Daily dose lowers LDL-C on average, by approximately >50% Daily dose lowers LDL-C, by approximately 30% to <50% Daily dose lowers LDL-C, on average by <30% Atorvastatin 40-80 mg Rosuvastatin 20-40 mg Atorvastatin 10(20) mg Rosuvastatin 5(10) mg Simvastatin 20-40 mg Pravastatin 40(80) mg Lovastatin 40 mg Fluvastatin XL 80 mg Fluvastatin 40 mg BID Pitavastatin 2-4 mg Simvastatin 10 mg Pravastatin 10-20 mg Lovastatin 20 mg Fluvastatin 20-40 mg Pitavastatin 1 mg BID indicates twice daily cx Lampiran 2 KONVERSI PERHITUNGAN DOSIS UNTUK HEWAN COBA Konversi perhitungan dosis antar spesies berdasarkan luas permukaan tubuh sebagai berikut: cxi Lampiran 3 HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN Kelompok Kontrol (-) Kontrol (-) Kontrol (-) Kontrol (-) Rerata Standar Deviasi Kolesterol TG HDL LDL 211.18 149.23 26.34 84.82 220.08 158.66 24.04 99.98 228.34 169.71 22.98 85.01 219.03 156.9 24.3 99.76 219.6575 158.625 24.415 92.3925 7.019641 8.448276 1.4046 8.635089 Kelompok Dosis 5,4mg (P1) Dosis 5,4mg (P1) Dosis 5,4mg (P1) Dosis 5,4mg (P1) Rerata Standar Deviasi Kolesterol TG HDL LDL 165.36 130.45 39.89 82.52 155.5 121.15 41.34 78.6 157.93 123.06 40.25 68.65 167.31 132.43 39.8 82.9 161.525 126.7725 40.32 78.1675 5.697897 5.505345 0.707248 6.63603 Setelah semua variable dicoba, variable yg paling feasible untuk digunakan sebagai dasar perhitungan besar sample menggunakan rumus Pocock adalah kadar LDL (panah merah). cxii Lampiran 4 DATA INDUKSI DISLIPIDEMIA DENGAN PAKAN TINGGI LEMAK cxiii Lampiran 5 DATA PERLAKUAN cxiv Lampiran 6 ANALISIS DESKRIPTIF Data Pretest Report Kelompok Kontrol (-) kolesterol N 10 10 219.3620 157.1560 25.3540 90.9800 9.93309 6.83507 1.16494 5.95598 217.2650 155.9900 25.2150 91.3550 Minimum 208.29 148.91 23.95 83.36 Maximum 240.10 168.42 27.40 99.49 10 10 10 10 215.4730 156.5870 26.1650 89.5840 5.08102 4.76444 1.41130 4.99980 217.4100 158.6250 25.9500 91.4800 Minimum 205.44 148.33 24.28 79.82 Maximum 221.32 161.91 28.91 95.39 10 10 10 10 218.3440 158.7430 25.1210 90.4080 6.93838 6.72764 1.03099 4.25888 218.2250 158.6100 25.3900 92.2950 Minimum 209.44 150.09 23.37 83.15 Maximum 230.21 170.30 27.02 94.77 10 10 10 10 216.1440 156.6350 25.7350 89.2620 7.47777 7.41044 1.70361 6.10099 218.2950 158.1400 25.3600 92.5600 Minimum 204.91 145.59 23.02 78.09 Maximum 230.54 171.13 28.92 95.54 40 40 40 40 217.3307 157.2803 25.5938 90.0585 7.43690 6.31819 1.35967 5.21535 217.6950 158.2900 25.3800 91.7600 Minimum 204.91 145.59 23.02 78.09 Maximum 240.10 171.13 28.92 99.49 Median N Mean Std. Deviation Median N Mean Std. Deviation Median Dosis 10,8mg (P2) N Mean Std. Deviation Median Total LDL 10 Std. Deviation Dosis 5,4mg (P1) HDL 10 Mean Kontrol (+) TG N Mean Std. Deviation Median cxv Data Posttest Report kelompok Kontrol (-) kolesterol N 10 10 219.8260 168.6000 24.3030 92.4100 6.70601 3.64080 1.15842 5.64757 220.0900 158.2200 24.1700 92.9800 Minimum 211.18 149.23 22.91 84.82 Maximum 230.91 259.32 26.34 99.98 10 10 10 10 105.6430 86.8970 59.0850 35.1960 4.24671 4.80201 1.41317 4.29654 106.5200 88.8950 58.8300 36.7300 Minimum 99.69 78.58 57.21 28.77 Maximum 111.57 92.16 61.84 40.64 10 10 10 10 153.2680 121.4870 41.0010 68.5620 9.84317 6.39855 .99602 4.20846 155.2150 120.8600 41.3250 70.3750 Minimum 133.37 112.37 39.80 61.29 Maximum 167.31 132.43 42.90 72.90 10 10 10 10 123.1670 114.3870 47.6590 45.8430 7.45430 7.79581 1.69251 5.61014 125.4100 115.3050 47.3050 45.7250 Minimum 112.09 103.07 44.95 38.75 Maximum 137.40 129.26 50.80 52.67 40 40 40 40 Mean 150.4760 122.8428 43.0120 60.5027 Std. Deviation 44.62640 34.08262 12.81508 22.80323 Median 135.3850 119.6750 43.9250 56.9800 Minimum 99.69 78.58 22.91 28.77 Maximum 230.91 259.32 61.84 99.98 Median N Mean Std. Deviation Median N Mean Std. Deviation Median Dosis 10,8mg (P2) N Mean Std. Deviation Median Total LDL 10 Std. Deviation Dosis 5,4mg (P1) HDL 10 Mean Kontrol (+) TG N cxvi Lampiran 7 UJI NORMALITAS DATA Data Pretest Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova kelompok kolesterol df Sig. .914 10 .307 Kontrol (+) .248 10 .083 .900 10 .218 10 .200 * .905 10 .248 .200 * .936 10 .514 .200 * .903 10 .237 .196 .212 10 .200 Statistic * 10 Kontrol (-) .190 10 Kontrol (+) .235 10 .125 .884 10 .146 Dosis 5,4mg (P1) .184 10 .200* .906 10 .252 10 .200 * .951 10 .680 .200 * .929 10 .437 Dosis 10,8mg (P2) LDL Sig. .183 Dosis 10,8mg (P2) HDL df Kontrol (-) Dosis 5,4mg (P1) TG Statistic Shapiro-Wilk .156 Kontrol (-) .188 10 Kontrol (+) .287 10 .019 .868 10 .095 * .945 10 .606 Dosis 5,4mg (P1) .199 10 .200 Dosis 10,8mg (P2) .283 10 .023 .924 10 .391 * .902 10 .230 Kontrol (-) .173 10 Kontrol (+) .247 10 .085 .903 10 .235 Dosis 5,4mg (P1) .344 10 .001 .802 10 .315 Dosis 10,8mg (P2) .294 10 .015 .852 10 .461 cxvii .200 Lampiran 7 UJI NORMALITAS DATA Data Posttest Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova kelompok kolesterol Kontrol (-) Kontrol (+) TG LDL .174 .182 df Sig. 10 10 Statistic df Sig. .200 * .924 10 .396 .200 * .930 10 .444 .200 * .945 10 .608 Dosis 5,4mg (P1) .173 10 Dosis 10,8mg (P2) .217 10 .199 .935 10 .504 Kontrol (-) .386 10 .000 .567 10 .879 Kontrol (+) .230 10 .143 .879 10 .128 Dosis 5,4mg (P1) .238 10 .114 .881 10 .134 10 .200 * .959 10 .770 .200 * .928 10 .427 Dosis 10,8mg (P2) HDL Statistic Shapiro-Wilk .170 Kontrol (-) .187 10 Kontrol (+) .287 10 .019 .865 10 .087 Dosis 5,4mg (P1) .222 10 .178 .899 10 .211 Dosis 10,8mg (P2) .282 10 .024 .925 10 .398 * .903 10 .236 Kontrol (-) .179 10 Kontrol (+) .239 10 .112 .890 10 .169 Dosis 5,4mg (P1) .345 10 .001 .810 10 .319 Dosis 10,8mg (P2) .255 10 .064 .825 10 .429 cxviii .200 Lampiran 8 UJI HOMOGENITAS DATA Data Pretest Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic kolesterol Based on Mean df1 df2 Sig. 1.108 3 36 .359 Based on Median .742 3 36 .534 Based on Median and with .742 3 30.364 .535 1.043 3 36 .385 Based on Mean .386 3 36 .764 Based on Median .366 3 36 .778 Based on Median and with .366 3 34.614 .778 Based on trimmed mean .409 3 36 .747 Based on Mean .656 3 36 .585 Based on Median .323 3 36 .808 Based on Median and with .323 3 29.576 .808 Based on trimmed mean .610 3 36 .613 Based on Mean .816 3 36 .493 Based on Median .436 3 36 .729 Based on Median and with .436 3 33.264 .729 .787 3 36 .509 adjusted df Based on trimmed mean TG adjusted df HDL adjusted df LDL adjusted df Based on trimmed mean cxix UJI HOMOGENITAS DATA Lampiran 8 Data Posttest Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic kolesterol Based on Mean df1 df2 Sig. 1.405 3 36 .257 Based on Median .845 3 36 .478 Based on Median and with .845 3 25.700 .482 Based on trimmed mean 1.354 3 36 .272 Based on Mean 2.603 3 36 .067 Based on Median 1.189 3 36 .328 Based on Median and with 1.189 3 10.084 .362 1.849 3 36 .156 Based on Mean .577 3 36 .634 Based on Median .266 3 36 .849 Based on Median and with .266 3 28.868 .849 .528 3 36 .666 Based on Mean 1.304 3 36 .288 Based on Median 1.309 3 36 .286 Based on Median and with 1.309 3 28.700 .290 1.330 3 36 .280 adjusted df TG adjusted df Based on trimmed mean HDL adjusted df Based on trimmed mean LDL adjusted df Based on trimmed mean cxx Lampiran 9 ANALISIS KOMPARASI Data Pretest ANOVA Sum of Squares kolesterol TG HDL LDL Between Groups df Mean Square 100.123 3 33.374 Within Groups 2056.871 36 57.135 Total 2156.994 39 30.520 3 10.173 Within Groups 1526.344 36 42.398 Total 1556.864 39 6.273 3 2.091 Within Groups 65.827 36 1.829 Total 72.099 39 Between Groups 18.309 3 6.103 Within Groups 1042.487 36 28.958 Total 1060.796 39 Between Groups Between Groups cxxi F Sig. .584 .629 .240 .868 1.143 .345 .211 .888 Lampiran 9 ANALISIS KOMPARASI Data Posttest ANOVA Sum of Squares kolesterol Between Groups HDL 3 25243.324 1939.138 36 53.865 Total 77669.109 39 Between Groups 34591.606 3 11530.535 Within Groups 10711.778 36 297.549 Total 45303.384 39 6340.067 3 2113.356 64.761 36 1.799 6404.828 39 19383.640 3 6461.213 895.861 36 24.885 20279.500 39 Between Groups Within Groups Total LDL Mean Square 75729.971 Within Groups TG df Between Groups Within Groups Total cxxii F Sig. 468.641 .000 38.752 .000 1174.800 .000 259.643 .000 Lampiran 10 LEAST SIGNIFICANCE DIFFERENT TEST DATA POST TEST Analisis LSD Perbandingan Rerata Seluruh Variabel antar Kelompok Variabel Kolesterol Total Kelompok I Kelompok II P0 P1 P2 P3 Trigliserida P0 P1 P2 P3 P1 P2 P3 P0 P2 P3 P0 P1 P3 P0 P1 P2 P1 P2 P3 P0 P2 P3 P0 P1 P3 P0 P1 P2 cxxiii Rerata Perbedaan 114,18300 66,55800 96,65900 -114,18300 -47,62500 -17,52400 -66,55800 47,62500 30,10100 -96,65900 17,52400 -30,10100 81,70300 47,11300 54,21300 -81,70300 -34,59000 -27,49000 -47,11300 34,59000 7,1000 -54,21300 27,49000 -7,1000 p 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,001 0,000 0,000 0,364 0,000 0,001 0,364 Analisis LSD Perbandingan Rerata Seluruh Variabel antar Kelompok Variabel Kelompok I Kelompok II HDL P0 P1 P2 P3 P0 P2 P3 P0 P1 P3 P0 P1 P2 P1 P2 P3 P0 P2 P3 P0 P1 P3 P0 P1 P2 P1 P2 P3 LDL P0 P1 P2 P3 cxxiv Rerata Perbedaan -34,78200 -16,69800 -23,3560 34,78200 18,08400 11,42600 16,69800 -18,08400 -6,6580 23,35600 -11,42600 6,65800 57,21400 23,84800 46,5670 -57,21400 -33,36600 -10,64700 -23,84800 33,3660 22,71900 -46,56700 10,64700 -22,71900 p 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 ANALISIS EFEK PERLAKUAN Lampiran 11 Kelompok P0 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean Pair 1 Kolesterol.Pre - Std. Std. Error Sig. (2- Deviation Mean Lower Upper t df tailed) -.46400 6.74783 2.13385 -5.29111 4.36311 -.217 9 .833 -11.44400 32.44265 10.25927 -34.65207 11.76407 -1.115 9 .294 Kolesterol.Post Pair 2 TG.Pre - TG.Post Pair 3 HDL.Pre - HDL.Post 1.05100 .01197 .00379 1.04244 1.05956 277.606 9 .000 Pair 4 LDL.Pre - LDL.Post -1.43000 .58657 .18549 -1.84961 -1.01039 -7.709 9 .000 Kelompok P1 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean Pair 1 Kolesterol.Pre - Std. Std. Error Deviation Mean Sig. (2Lower 109.83000 1.91486 .60553 69.69000 .20779 .06571 69.54135 Upper 108.46019 111.19981 t df tailed) 181.378 9 .000 69.83865 1060.572 9 .000 Kolesterol.Post Pair 2 TG.Pre - TG.Post Pair 3 HDL.Pre - HDL.Post -32.92000 .03399 .01075 -32.94432 -32.89568 -3062.418 9 .000 Pair 4 LDL.Pre - LDL.Post 54.38800 1.17331 .37103 53.54866 55.22734 146.585 9 .000 cxxv Kelompok P2 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean Pair 1 Kolesterol.Pre - Std. Std. Error Sig. (2- Deviation Mean Lower Upper t df tailed) 65.07600 6.95499 2.19936 60.10070 70.05130 29.589 9 .000 37.25600 2.25619 .71347 35.64202 38.86998 52.218 9 .000 -15.62005 -138.194 9 .000 9 .000 Kolesterol.Post Pair 2 TG.Pre - TG.Post Pair 3 HDL.Pre - HDL.Post -15.88000 .36338 .11491 -16.13995 Pair 4 LDL.Pre - LDL.Post 21.84600 .12276 .03882 21.75818 21.93382 562.729 Kelompok P3 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean Pair 1 Kolesterol.Pre - Std. Std. Error Deviation Mean Sig. (2Lower Upper t df tailed) 92.97700 .22326 .07060 92.81729 93.13671 1316.929 9 .000 42.24800 .69750 .22057 41.74904 42.74696 191.541 9 .000 .00653 -21.93878 -21.90922 -3356.413 9 .000 9 .000 Kolesterol.Post Pair 2 TG.Pre - TG.Post Pair 3 HDL.Pre - HDL.Post -21.92400 .02066 Pair 4 LDL.Pre - LDL.Post 43.41900 3.17013 1.00248 cxxvi 41.15123 45.68677 43.312 ANALISIS ALA Lampiran 12 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA UPT. LAB. ANALITIK Kampus Bukit Jimbaran, Telp. 0361701954, HP.081803134550 No 1 Kode Sampel Alpha Lipoic Acid (%) METODE Sampel 1 100 HPLC Bukit Jimbaran, 29 Maret 2016 Kepala UPT Laboratorium Analitik Universitas Udayana cxxvii IDA BAGUS PUTRA MANUABA Lampiran 13 KOMPOSISI GNC 100MG Kegunaan: Dapat digunakan untuk penderita diabetes. Petunjuk Penggunaan: Minum satu atau dua kapsul lunak sehari. Directions: Take one or two softgel capsules daily. Komposisi Tiap kapsul lunak mengandung: Alpha Lipoic Acid (from Thioctic Acid) 100mg Other Ingredients: Soybean oil, Gelatin from bovine, Glycerin (from Vegetable), Riboflavin, Titanium Dioxide (Natural Mineral Whitener). Potency verified by GNC procedure#5275. Conforms to USP <2091> for weight. Meets USP <2040> disintegration. Peringatan & Perhatian: - Hanya untuk penderita kencing manis yag telah ditetapkan oleh dokter. - Selama penggunaan, konsultasikan pada dokter secara berkala. - Penggunaan dosis tinggi sebaiknya dihindari karena dapat menyebabkan hipoglikemia (sakit kepala, dizziness, fatigue) yang biasanya dihubungkan dengan kadar gula darah rendah. cxxviii - Apabila gejala berlanjut konsultasikan kepada tenaga medis/dokter. Penyimpanan di luar jangkauan anak-anak KEEP OUT OF REACH OF CHILDREN Simpan di tempat sejuk dan kering Store in a cool, dry place. cxxix ANALISIS PAKAN TIKUS Lampiran 14 Data BB dan Sisa Pakan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Klp K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 P1.1 P1.2 P1.3 P1.4 P1.5 P1.6 P1.7 P1.8 P1.9 P1.10 P2.1 P2.2 P2.3 P2.4 P2.5 P2.6 P2.7 P2.8 P2.9 P2.10 P3.1 P3.2 P3.3 P3.4 P3.5 P3.6 P3.7 P3.8 P3.9 P3.10 BB Awal BB akhir 211 209 208 210 205 204 200 213 215 207 209 215 214 208 213 210 214 215 216 208 209 212 214 209 210 215 216 207 209 206 212 213 210 211 207 206 210 211 213 209 213 214 211 215 210 209 205 215 219 211 212 219 216 213 217 214 219 219 219 213 213 216 217 212 214 219 220 211 214 209 216 217 215 214 211 211 214 215 216 213 1 12 10 11 13 12 14 13 15 14 11 12 14 15 11 12 13 13 14 16 11 10 11 12 14 12 10 11 15 13 12 14 12 13 11 10 11 13 12 10 12 2 11 12 12 10 12 11 13 11 10 12 13 10 11 12 13 10 12 11 10 11 11 13 14 11 12 11 10 12 13 14 10 11 10 11 12 10 11 10 10 12 3 9 9 7 7 8 9 8 12 7 9 8 8 12 7 7 7 7 8 8 7 5 8 11 12 5 6 9 8 7 12 10 8 8 8 9 9 8 9 7 8 4 11 8 9 8 9 10 7 11 8 10 9 9 13 8 9 9 8 19 7 8 8 9 12 9 7 8 10 7 6 11 9 9 7 9 9 8 9 9 10 9 Keteranga: Setiap pagi diberikan 20 gr pakan Jumlah yang dicatat jumlah sisa pakan ditimbang tiap pagi cxxx 5 8 7 8 10 10 8 9 10 9 11 10 7 11 9 10 10 7 8 9 6 10 5 8 11 10 9 7 9 8 12 8 10 10 7 7 9 7 10 11 8 SISA PAKAN HARI KE 6 7 8 9 9 10 11 12 9 10 11 9 12 11 10 9 11 7 10 9 11 9 10 8 7 6 8 9 9 9 7 9 12 13 11 8 10 8 9 10 9 8 9 10 11 8 9 8 10 11 8 11 14 12 12 10 8 20 8 9 11 10 9 7 11 12 8 9 8 10 11 7 9 7 9 10 7 8 8 7 9 6 7 8 7 9 6 9 7 9 10 11 7 10 6 13 7 10 11 10 11 7 8 12 10 9 7 11 8 11 8 7 9 7 8 10 5 8 9 10 8 9 10 11 9 11 12 10 7 8 9 10 8 7 9 10 10 11 8 9 8 10 8 7 10 9 10 9 10 8 11 9 7 9 8 9 6 9 10 11 9 10 8 9 10 10 9 10 8 7 7 7 10 7 9 9 7 8 7 9 7 9 8 8 7 8 7 15 9 7 10 9 8 9 9 9 9 9 7 9 10 8 10 12 10 11 8 10 12 11 8 7 9 12 8 9 7 8 7 9 6 9 8 9 10 8 10 9 8 15 9 11 9 7 8 8 8 6 8 9 7 11 7 7 9 9 12 10 11 15 10 9 6 7 8 7 7 8 10 12 8 9 7 9 7 8 6 9 9 7 9 10 7 9 6 7 7 9 7 9 10 8 10 7 8 7 8 13 7 12 11 11 7 8 8 11 9 7 9 8 12 10 10 9 6 6 7 9 10 7 10 6 10 9 10 8 8 9 10 9 7 9 6 7 9 9 12 9 14 8 8 8 8 9 9 9 12 9 8 9 9 10 8 8 8 7 7 9 7 9 9 11 10 9 8 9 9 9 10 9 10 10 10 9 6 5 7 7 10 Lampiran 15 FOTO – FOTO PENELITIAN Dokumen Kelompok Kontrol Dan Perlakuan cxxxi Dokumen Pemberian Makanan Yang Ditimbang cxxxii Dokumen Zat Anestesi ALA 100 mg GNC cxxxiii Tikus putih (Rattus norvegicus) sebagai hewan coba cxxxiv Dokumen Pengambilan Sample Darah cxxxv Dokumen Dalam Laboratorium Animal cxxxvi