Guinea pig

advertisement
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Marmot (Guinea pig) termasuk hewan coba yang mudah diperiksa secara
klinis. Marmot mudah dipegang dan dikendalikan dan jarang menggigit, sehingga
mudah dipalpasi dan diauskultasi. Sebagai hewan coba marmot dapat digunakan
untuk penelitian bidang imunologi, genetik, penyakit infeksius, dan nutrisi.
Kelebihan marmot yang lain adalah mudah diinfeksi dengan germ Tuberculose
dan termasuk salah satu hewan untuk diagnosa Tuberculosis pada manusia
(Kusumawati, 2004). Beberapa orang memelihara dengan tujuan khusus sebagai
hewan peliharaan maupun sebagai hewan produksi.
Motilitas usus otonom diatur oleh sistem saraf enterik, namun dipengaruhi
oleh hormon dan inervasi eksternal (Silbernagl dan Despopoulos, 2009). Sistem
saraf intrinsik pada usus halus diatur oleh sistem saraf usus (enteric nervous
system/ ENS). Enteric nervous system berasal dari pleksus-pleksus di daerah
mesenterica cranial. Enteric nervous system tersusun atas dua pleksus yaitu
pleksus Meissner di tunika submukosa dan pleksus myenterikus / Auerbach di
tunika muskularis. pleksus myenterikus tersusun atas ganglion yang berada
diantara lapisan muskularis longitudinal dan lapisan muskularis sirkuler (Tortora,
2009). Pleksus Meissner dan pleksus myenterikus / Auerbach terletak didalam
dinding saluran pencernaan dari esophagus sampai anus yang mengandung neuron
hampir sama banyaknya dengan neuron yang terdapat di korda spinalis sehingga
saluran pencernaan mampu untuk mengatur aktivitasnya sendiri (Ginting, 2008).
1
2
Pleksus mienterikus memiliki dua tipe neuron, yang bersifat eksitatorik
(neuron asetilkolinergik) dan inhibitorik (neuron nitrergik). Neuron eksitatorik
yang paling banyak yaitu kholinergik berupa acetylkholin dan peptide transmitter
antara lain substansi P dan K. Pleksus myenterikus tidak seluruhnya bisa dianggap
bersifat eksitatorik karena beberapa neuronnya bersifat menghambat, dikarenakan
ujung-ujung serabutnya mensekresikan suatu
transmitter inhibitor, contohnya
nitrit oxide, vasoactive intestinal peptide, dan somatostatin. Hasil dari sinyal
inhibitor terutama berguna untuk menghambat beberapa otot sfingter intestinal
yang menghambat pergerakan makanan sepanjang segmen-segmen traktus
gastrointestinal yang berturutan, seperti sfingter pilorik
yang mengatur
pengosongan lambung menuju ke duodenum, dan sfingter katup ileocecal yang
mengatur pengosongan dari ileum ke sekum (Cunningham, 2002).
Nitric oxide (NO) adalah sebuah neurotransmitter inhibitor nonadrenergik
nonkolinergik (i-NANC) merupakan mediator penghambat utama di otot saluran
pencernaan (Liu dkk., 2010). NO disintesis oleh enzim nitric oxide synthase
(NOS) dari asam amino l-arginin dengan NADPH sebagai kofaktor. Aktivitas
NOS dapat dideteksi menggunakan metode pewarnaan NADPH-d. Neuron yang
transmisinya dimediasi oleh neurotransmitter NO disebut nitrergik (Balekova
dkk., 2011).
Penelitian terdahulu tentang neuron nitrergik, antara lain perkembangan
postnatal NADPH-d neuron dalam sistem saraf enterik pada kambing (Liu dkk.,
2010), saraf yang menginervasi trakea dan distribusi neuron nitrergik pada trakea
codot (Musana dkk., 2009), respon peristaltik dan neuron mienterik nitrergik usus
3
halus kelinci yang diinfeksi Eimeria magna (Amelia dkk., 2011), studi morfologi
dan jumlah neuron pada atria tikus (Maifrino, 2006), neuron reaktif NADH dan
NADPH-d pada pleksus mienterikus tikus berumur 6 bulan di bagian berbeda
pada sekum (Silva dkk., 2008), karakterisasi histokemikal neuron dengan
NADPH-d (Hope dan vincent, 1989), aktivitas neuron nitrergik pada jejunum
tikus (Nakao dkk, 1998). Dalam penelitian-penelitian tersebut cairan fiksatif yang
paling banyak digunakan adalah formalin 10%, namun belum mengkaji mengenai
pengaruh lama fiksasi formalin 10% terhadap jumlah neuron nitrergik ukuran
kecil, sedang dan besar usus halus marmot lokal.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu fiksasi dengan
menggunakan larutan formalin 10% terhadap jumlah neuron nitrergik ukuran
kecil, sedang, dan besar pada usus halus segmen duodenum, jejunum, dan ileum
marmot.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini merupakan salah satu penerapan ilmu faal fisiologi, ilmu
anatomi, dan biokimia. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk
penelitian selanjutnya terhadap profil saraf nitrergik di usus halus marmot dengan
waktu fiksasi berbeda.
Download