BAB VII DARAH A. SEDIAAN NATIF DARAH. Tujuan

advertisement
BAB VII
DARAH
A. SEDIAAN NATIF DARAH.
Tujuan Praktikum
Mengamati darah tanpa diproses lebih lanjut.
1. Memperhatikan bentuk-bentuk sel-sel darah ada tidaknya sel eritrosit yang mengalami krenasi
(pengerutan), bentuk ”rouleaux” sel-sel eritrosit, perbedaan antara eritrosit dan leukosit.
2. Mengamati ada tidaknya mikro organisme di dalam darah. Pemeriksaan darah yang rutin
dilakukan di laboratorium klinik veteriner ialah pemeriksaan darah natif, kadar hemoglobin,
hematokrit, menghitung jumlah eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih),
trombosit, menghitung waktu beku. Dengan memilih beberapa macam pemeriksaan rutin
tersebut di atas dapat digunakan sebagai prosedur ”screening”. Hasil yang didapatkan ini
digabung dengan hasil pemeriksaan klinik dan etiologi dapat memberikan informasi diagnostik
yang sangat berharga, juga dapat dipakai sebagai indikasi jika diperlukan pemeriksaan lebih
lanjut, lebih teliti dan spesifik. Disamping itu pemeriksaan darah dapat digunakan untuk
mendapatkan gambaran kemampuan tubuh pasien untuk memerangi penyakit yang
dideritanya, juga dapat merupakan indikator parah tidaknya keadaan penyakit.
Dasar teori
Rouleau (rouleaux, jamak) : suatu formasi eritrosit yang saling berlekatan membentuk
deretan seperti uang logam yang dideretkan. Biasanya terlihat di dalam sediaan natif, darah kuda
dan kucing yang sehat juga dapat terlihat pada anjing dan babi , tetapi jarang pada sapi, kambing
dan domba.
Mikroorganisme di dalam darah, misalnya larva dari Dirofilaria immitis pada anjing,
“Trypanosoma” pada vertebrata pada umumnya dan lain-lainnya, berenang diantara sel-sel darah,
dan dapat dideteksi dalam preparat natif dengan menggunakan mikroskop.
Bahan dan alat
1.
Jarum penusuk pembuluh darah/alat pengambil darah lainnya.
2.
Alkohol 70%
3.
Larutan fisiologis NaCl 0.9 %
4.
Kapas
5.
Kaca benda (object glass) dan kaca penutup (cover glass)
6.
Mikroskop, dengan objektif 10x dan 40x, dan okuler 10x
7.
Gunting (kalau perlu)
Tata kerja
-
Bersihkan alat-alat yang akan dipakai untuk pemeriksaan ini
-
Bersihkan daerah pengambilan darah dengan alkohol 70%, bila daerah tersebut berbulu,
hilangkan bulunya terlebih dahulu dengan menggunakan gunting.
-
Pada kaca benda teteskan 1-2 tetes larutan fisiologis NaCl.
-
Tusuk pembuluh darah, ambil darah dan teteskan pada kaca benda tadi yang telah ada larutan
fisiologisnya. Campur dengan hati-hati, dan tutuplah dengan kaca penutup.
-
Letakkan di bawah mikroskop yang telah disediakan terlebih dahulu, dan amatilah dengan
cermat dengan menggunakan pembesaran 100x, kemudian 400x.
-
Bila setelah selesai mikroskop harus dibersihkan lagi.
Lembar kerja
1.
Pengamatan eritrosit :
Gambar butir-butir darah, yang diamati di bawah mikroskop.
2.
Pengamatan sel lainnya :
3.
Pengamatan terhadap ada tidaknya mikro-organisme di dalam darah :
4.
Pengamatan lainnya :
Pertanyaan
1.
Dalam keadaan apa bentukan Rouleaux meningkat di dalam darah ?
2.
Apa perlunya bulu di daerah pengambilan darah dicukur/dihilangkan ?
3.
Apakah pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengamati macam-macam bentuk leukosit
di dalam darah ? jelaskan jawaban anda !
B. KADAR HEMOGLOBIN (METODA SAHLI)
Metoda ini masih banyak digunakan di lapangan dan laboratorium klinik, tetapi sudah jarang
digunakan dalam penelitian, karena kurang akurat.
Prinsip
Darah dengan larutan HCl 0.1 N akan membentuk hematin yang berwarna coklat. Warna
disamakan dengan warna standar sahli dengan menambahakan aquadestilata sebagai pengencer.
Bahan dan alat.
1.
Hemoglobinometer Sahli, terdiri atas :
- Tabung Sahli berskala (% atau gr %)
- Pipet Sahli 0.020 ml. (20 cmm) dan aspirator.
- standar warna Sahli
- Alat pengaduk
- Pengukur waktu (tidak selalu tersedia)
2.
HCl 0.1 N
3.
Aquadestilata
4.
Jarum penusuk pembuluh darah (lanset, franke, atau lainnya).
5.
Gunting (bila perlu)
6.
Alkohol 70 % dan kapas
Tata kerja
-
Isilah tabung Sahli dengan larutan HCl 0.1 N sampai angka 10 (garis paling bawah pada
tabung)
-
Bersihkan tempat pengambilan darah dengan menggunakan kapas beralkohol dan biarkan
kering. Bila daerahnya berbulu, misalnya telinga kelinci atau kaki anjing, gunting dahulu
bulunya.
-
Tusuklah pembuluh darah dengan menggunakan franke/lancet isaplah darah dengan pipet
sahli sampai batas 20 (0.02ml) perlahan-lahan.
-
Bersihkan ujung pipet dan segera masukkan darah ke dalam tabung Sahli. Tabung sahli
diletakkan diantara kedua bagian standar warna dalam alat hemoglobinometer.
-
Biarkan selama 3 menit sampai terbentuk asam hematin yang berwarna coklat.
-
Dengan meggunakan pipet tetes, tambahkan ke dalam tabung setetes demi setetes
aquadestilata sambil diaduk, sampai warna sama dengan warna standar.
-
Bacalah tinggi permukaan cairan pada tabung Sahli, dengan melihat skala jalur gr %, yang
berarti banyaknya hemoglobin dalam gram per 100ml darah. Jalur skala lainnya pada
tabung Sahli kalau ada yang menunjukan % Hemoglobin terhadap nilai hemoglobin normal
15.6 gr %, atau nilai normal lainya yang tertera pada alat hemoglobinometer.
Lembaran kerja
Kadar hemoglobin :
gr %
Kadar hemoglobin :
% dari nilai normal
Atau =
gr %
Pertanyaan
1.
Apakah hasil yang anda dapatkan dari kedua cara pembacaan sama ? mengapa? Jelaskan!
2.
Bila tidak ada pipet Sahli di dalam alat hemoglobinometer, (kemungkinan sudah pecah),
apakah dapat dipakai pipet buka Sahli yang volume 20 ml? Mengapa? Jelaskan?
C. HEMATOKRIT (% VOLUME BDM)
METODA MIKROHEMATOKRIT
Tujuan Praktikum
Menentukan nilai hematokrit (%volume eritrosit) di dalam darah dengan metoda
mikrohematokrit
Prinsip
Darah yang tercampur dengan antikoagulan dipusing dengan alat “centrifuge” sehingga
terbentuk lapisan-lapisan. Kolom atau lapisan yang terdiri atas butir-butir darah merah atau
eritrosit diukur dan dinyatakan sebagai % volume dari keseluruhan darah.
Bahan dan alat
-
Pipet mikrokapiler yang dilapisi heparin (heparinized microcapilary tube)
-
Alat pemusing (centrifuge) mikrokapiler
-
Alat untuk membaca hematokrit mikrokapiler (micro capilary reader)
-
Crestaseal (penyumbatan pipa kapiler ) atau microburner (api)
-
Perlengkapan untuk mengambil darah : jarum penusuk pembuluh darah atau lancet, alkohol
70%, kapas dan gunting bila perlu.
Tata kerja
-
Bersihkan daerah pengambilan darah.
-
Tusuk pembuluh darah dan setelah darah keluar, tempelkan ujung mikrokapiler yang bertanda
(merah atau biru) pada tetesan darah tadi. Biarkan darah mengalir sendiri mengisi 4/5 bagian
pipa kapiler.
-
Sumbat pipa ujung kapiler yang bertanda (tidak selalu bertanda ) dengan crestaseal atau bakar
ujung pipa tersebut dengan hati-hati.
-
Tempatkan pipa kapiler dalam alat pemusing, bagian yang tersumbat ditempatkan menjauhi
pusat alat pemusing.
-
Pusing dengan alat pemusing mikrokapiler (microcentrifuge) selama 5 menit dengan
kecepatan 11.500-15.00 RPM atau 15 menit dengan kecepatan 2.500-4.000 RPM.
-
Setelah dipusing, terbentuk lapisan-lapisan yang terdiri atas lapisan plasma yang jernih
dibagian teratas, kemudian lapiasan putih abu-abu (buffy coat) ialah trombosit dan leukosit
dan lapisan merah yang terdiri atas eritrosit.
-
Nilai Hematokrit ditentukan dengan mengukur % volume eritrosit (lapisan merah) dari darah
dengan menggunakan alat baca mikrohematokrit (microcapilary hematoksit reader).
- Ada beberapa macam alat untuk mengukurnya, yang sederhana cara memakainya adalah:
a. Letakkan dasar lapisan merah pada pipa kapiler tepat pada garis (pipa tegak lurus) dan
permukaan lapisan plasma (pertemuan antara plasma dan udara) memotong garis
horizontal 100%.
b. % Hematokrit dapat dibaca pada bagian kanan yang bertepatan dengan tinggi
kolom/lapisan eritrosit dalam pipa kapiler.
Pipa mikrokapier yang berlapis heparin setelah diisi darah dan di pusing dengan alat microcentrifuge terbentuk lapisan-lapisan sebagai berikut :
Terbuka !
Lapisan jernih : plasma
Laisan putih abu-abu (buffy coat) : trombosit dan leukosit.
Lapisan merah : eritrosit (BDM)
Cresta seal
Gambar 25. Pipet mikrokapiler yang berlapis heparin
D. MENGHITUNG JUMLAH BUTIR DARAH MERAH DAN JUMLAH
BUTIR DARAH PUTIH
Tujuan Praktikum
1. Menghitung jumlah butir darah merah (BDM, eritrosit) per mm3 (cmm)
2. Menghitung jumlah butir darah putih (BDP, lekosit) per mm3 (cmm)
Prinsip
Dengan menggunakan pipet eritrosit/lekosit, darah dicampur dengan larutan pengencer.
Kemudian dengan menggunakan Hemositometer (kamar hitung), banyaknya butir darah per mm 3
dihitung di bawah mikroskop dan setelah dikoreksi terhadap faktor pengenceran, jumlah
BDM/BDP per mm3 darah dapat ditentukan.
Bahan dan alat
-
Hemositometer Neubauer atau merk lainnya, yang terdiri atas :
a. Kamar hitung dan kaca penutupnya.
b. Pipet (pengencer) eritrosit, dengan ciri di dalamnya terdapat butiran berwarna merah dan
skala pada pipet tersebut :0.5-1.0-101.
c. Pipet (pengencer) lekosit, dengan ciri di dalamnya terdapat butiran berwarna putih, dan
skala pada pipet ini :0.5-1.0-11. kedua pipet tersebut dilengkapi dengan aspirator.
d. Mikroskop biasa, dengan objektif 10x dan 45x.
Okuler : 10x
Larutan pengencer (dapat dipilih) :
Untuk eritrosit misalnya, larutan Hayem :
Untuk lekosit pada mamalia, misalnya larutan Turk.
Lekosit aves : modifikasi Rees dan Ecker (larutan BCB 0.3 %).
e. Alat pengambil darah : lanset/jarum Franke : alkohol 70% kertas atau kain penyerap yang
halus (kertas tissue): gunting kalau perlu.
f. Cawan/mangkok kecil (2) untuk tempat larutan pengencer.
g. Alat untuk menghitung (hand tally).
Tata kerja
-
Siapkan kamar hitung. Dengan hati-hati bersihkan dengan kain yang bersih dan lunak, juga
siapkan mikroskop.
-
Periksa/amati kamar hitung di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x (objektif 10x dan
okuler 10x), maka akan terlihat gambar kotak-kotak seperti contoh gambar 7.
-
Ukuran-ukuran kamar hitung sebagai berikut.
a. Panjang seluruh kamar hitung
:
3mm
b. Lebar seluruh kamar hitung
:
3mm
c. Kamar hitung dibagi dalam 9 butir sangkar besar, yang masing-masing mempunyai luas
1mm2 .
d. Empat bujur sangkar yang terletak di keempat sudut kamar hitung, masing-masing terdiri
atas 16 buah bujur sangkar yang luasnya 1/16 mm2.
e. Satu dari 9 bujur sangkar yang besar, yang terletak ditengah-tengah, terdiri atas 25 buah
bujur sangkar kecil (dibatasi oleh garis tebal). Setiap bujur sangkar yang kecil ini dibagi
dalam 16 bujur sangkar yang lebih kecil lagi (terkecil), dengan ukuran luas(1/20 x 1/20)
mm2 = 1/400mm2
f. Kedalaman kamar hitung (tinggi) ialah jarak antara dasar kamar hitung dan kaca penutupnya
= 1/10 mm.
Teknik menghitung
a. Untuk menghitung butir darah putih digunakan 4 kotak yang terletak di keempat sudut
kamar hitung (yang masing-masing terdiri atas 16 bujur sangkar, pada gambar diberi tanda
huruf W). Satu kotak mempunyai luas 1mm2 dan dalamnya 1/10 mm, jadi ruangan untuk
menghitung jumlah butir darah putih seluruhnya mempunyai ukuran isi = (4x1x1/10)mm3
= 4/10 mm3.
Gambar 26. Hemositometer Neubauer.
Dilihat dari atas
dilihat dari samping
(dengan kaca penutupnya)
Kamar hitung Neubauer
(dilihat di bawah mikroskop)
Kotak W untuk menghitung BDP : 4 buah
Kotak R untuk menghitung BDM : 5 buah
Gambar dikutip dari buku Brown, B.A :Hematology : Principles And Procedures)
b. untuk menghitung butir darah merah digunakan 5 kotak kecil (R) yang terletak di bagian
tengah kamar hitung, ialah 4 buah yang terletak di sudut, dan sebuah terletak di tengahtengah. Masing-masing kotak kecil ini terdiri atas 16 kotak dengan ukuran terkecil yang
berukuran 1/20 mm x 1/20 mm = 1/400 mm2 luasnya, dan kedalamanya 1/10 mm. (ukuran
ini yang biasanya tercantum pada alat Hemositometer).
c. Satu kotak kecil mempunyai luas (16 x 1/400) mm2 dan dalamnya 1/10 mm, sehingga
jumlah isi ruangan yang dihitung eritrositnya = 5 x (16x1/400x1/10) mm3 = 80/4000 mm3
= 1/50 mm3.
d. Semua butir darah yang terletak di dalam kotak yang telah ditentukan dihitung jumlahnya.
Bila ada butir-butir darah yang terletak pada garis-garis tepi bujur sangkar, maka yang
dimasukkan dalam perhitungan ialah yang terletak pada dua buah garis (sisi) yang
membentuk sebuah sudut, misalnya garis (sisi) atas dan samping kiri, dan ini harus
konsisten. Lihatlah gambar di bawah.
Gambar 27. Panduan cara menghitung butir darah
-
Teknik mengisi kamar hitung
Untuk menghitung butir darah merah (eritrosit) :
a. Pasang aspirator pada ujung pipet eritrosit
b. Setelah dibersihkan daerah tempat pengambilan darah, tusuk pembuluh darahnya. Darah
yang pertama keluar dihapus dulu, dengan menggunakan aspirator pada pipet, isaplah
darah yang keluar berikutnya, sampai batas angka 0.5 atau 1.0 pada pipet eritrosit.
c. Bersihkanlah ujung pipet dengan kertas atau kain yang halus (kertas tissue)
d. Dengan cepat dan hati-hati, isaplah larutan pengencer Hayem sampai tanda 101 yang
tertera pada pipet. Harus diperhatikan pada saat mengisap darah atau larutan pengencer,
tidak boleh ada gelembung udara. Bila hal ini terjadi, harus diulang , juga bila terdapat
bekuan. Bila kelebihan sedikit larutan yang diisap, dengan hati-hati singgungkanlah ujung
pipet pada kertas tissue. Jangan ditiup.
e. Lepaskan aspirator dengan hati-hati dari pipetnya. Harus dijaga agar tidak ada cairan yang
keluar dari pipet.
f. Dengan menutup kedua ujung pipet dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan,
kocoklah isi pipet dengan cara membuat gerakan angka (8) atau gerakan, agar yang
tercampur hanyalah yang terdapat dibagian pipet yang membesar saja (1.0-101)
g. Buang cairan pada ujung pipet yang tidak ikut terkocok.
h. Masukkan dengan hati-hati setetes cairan kedalam kamar hitung dengan cara menempelkan
ujung pipet pada tempat pertemuan antara dasar kamar hitung dan kaca penutup. Jangan
ditutup!
i. Biarkan butir-butir darah yang ada di dalam kamar hitung mengendap.
j. Hitung jumlah butir darah merah dengan menggunakan teknik yang telah dikemukakan
tadi.
Gambar 28. Pipet eritrosit dan aspiratornya (0.5-1-101)
Gambar 29. Pipet leukosit dan aspiratornya (0.5-1-11)
Pengencer darah didalam pipet eritrosit dan leukosit
0.5
0.5
Vol. Darah
vol. Darah
+99.5 vol. Lar
Pengencer
100x
Untuk eritrosit
+9.5 vol. Lar
pengencer
20x
untuk leukosit
Teknik untuk menghitung jumlah butir darah putih (leukosit) sama dengan menghitung butir darah
merah, perbedaanya terdapat pada macam pipet, larutan pengencer, dan ruang hitungnya.
-
Dengan pipet leukosit, darah diisap sampai tanda 0.5 atau sampai 1.0
-
Kemudian larutan pengencer Turk diisap sampai tanda 11 pada ujung lain pipet ini.
-
Selanjutnya caranya sama dengan untuk BDM.
Perhitungan
:
Untuk BDM :
Volume ruangan kamar hitung yang digunakan 5 kotak R (lihat contoh gambar 14) = 5 x
16 x 1/4000mm3 = 1/50 mm3. bila jumlah BDM dalam ruangan tersebut = a butir, maka
1/50 mm3
a butir
1 mm3
a x 50 butir
Faktor koreksi pengenceran. Darah 0.5, larutan pengencer sampai 101 dikurangi 1 bagian
yang tidak ikut dicampur (dibuang), sehingga pengenceranya 200 x.
Jadi : Jumlah butir darah merah per mm3 darah = 200 x 50 x a butir =
a x 104 butir.
Untuk BDP :
Volume ruangan kamar hitung yang digunakan dalam perhitungan
BDP : 4 kotak besar (kotak W dalam gambar 14) = 4 x 1 mm2 x 1/10 mm
= 4/10 mm3
Bila jumlah BDP dalam ruangan tersebut = b butir, maka
1 mm3
10/4 x b
Faktor pengenceran.
Darah 0.5 larutan pengencer sampai 11 dikurangi 1 bagian yang tidak ikut tercampur
(dibuang), sehingga pengencerannya 20 x.
Jadi :
Jumlah BDP per mm3 darah =
=
20 x 10/4 x b butir
b x 50 butir
Pertanyaan
1. Untuk Tujuan Praktikum apa dilakukan penghitungan jumlah butir darah merah per mm
darah ? dan jumlah butir darah putih ?
2. Terangkan :
a. apa yang dimaksud dengan MCV ; MCH ; MCHC.
b. Bagaimana cara mendapatkan nilainya ?
c. Apa gunanya mengetahui nilai-nilai tersebut ?
Download