TEKS DASAR PREPOSISI MIKRO Berdasarkan hukum segregasi

advertisement
TEKS DASAR
1. Berdasarkan hukum segregasi, alel dibentuk dari gamet
terpisah.
Seandainya model penurunan sifat benar, hybrid F1 dari
penyilangan tanaman ercis bunga ungu dengan bunga
putih akan menghasilkan bunga ungu pucat atau
intermediet. Pada gambar 14.1 percobaan memberikan
hasil yang sangat berbeda : Keturunan F1 semuanya
berbunga ungu seperti induknya. Seandainya sifat tersebut
hilang, maka tanaman F1 hanya menghasilkan keturunan
bunga berwarna ungu pada generasi F2. Tetapi ketika
Mendel membiarkan tanaman F1 melakukan penyerbukan
sendiri dan menanam bijinya, bunga berwarna putih
muncul kembali pada generasi F2. Mendel menggunakan
ukuran sampel yang sangat besar dan mencatat secara
akurat hasil percobaannya : 705 tanaman F2 berbunga
ungu, dan 224 berbunga putih. Data ini menghasilkan
perbandingan 3 ungu dan 1 putih. Mendel beralasan
bahwa factor yang diturunkan untuk bunga putih tidak
menghilang pada tanaman F1, tetapi hanya factor bunga
ungu sajalah yang mempengaruhi warna bunga pada
hybrid tersebut. Dalam istilah Mendel, bunga ungu
bersifat dominan dan bunga putih bersifat resesif.
Munculnya tanaman bunga putih pada generasi F2
merupakan bukti bahwa factor turunan penyebab sifat
resesif tersebut tidak hilang begitu saja karena hidup
bersama-sama dengan factor bunga ungu di dalam hybrid
F1.
PREPOSISI MIKRO
1. Gamet yang terpisah membentuk alel.
2. Hasil penyilangan F1 tanaman ercis bunga ungu dan
bunga putih menghasilkan intermediet.
3. Keturunan F1 berbunga ungu menghasilkan F2 berbunga
ungu.
4. Penyerbukan sendiri memunculkan bunga putih pada
generasi F2.
5. Percobaan F2 Mendel menghasilkan rasio 3:1
6. Factor bunga putih tidak menghilang pada hybrid F1.
7. Bunga ungu bersifat dominan dan putih resesif.
8. Bunga putih yang muncul merupakan bukti sifat resesif
tidak hilang.
2. Mendel mengamati pola penurunan sifat yang sama pada
enam karakter lain yang masing-masing diwakili oleh dua
varietas yang kontras. Contohnya, biji ercis tanaman induk
bisa berbentuk bulat dan licin ataupun berkeriput. Pada
penyilangan monohybrid, semua hybrid F1 menghasilkan
biji bulat, berarti ini merupakan sifat dominan. Pada
generasi F2, 75% biji berbentuk bulat dan 25% biji
keriput, berarti rasionya 3:1. Mendel mengembangkan
hipotesis yang dapat dibagi ke dalam empat ide yang
saling berhubungan. Kita akan menggantikan beberapa
istilah Mendel yang orisinil dengan istilah modern,
contohnya, istilah “gen” akan menggantikan istilah ”factor
yang dapat diturunkan”.
9. Mendel mengamati pola penurunan sifat pada dua varietas
berbeda.
10. Penyilangan monohybrid ercis bulat dan keriput
menghasilkan F1 biji bulat (dominan).
11. Generasi F2 menghasilkan rasio 3:1.
12. Factor yang dapat diturunkan disebut gen.
3. Versi alternative gen (alel-alel yang berbeda) menjelaskan
terjadinya variasi pada karakter yang diwarisi. Gen untuk
warna bunga, contohnya ada dalam dua versi, satu bunga
ungu dan satu bunga putih. Versi alternative dari gen
disebut alel. Sekarang kita dapat menghubungkan konsep
ini dengan kromosom dan DNA. Pada Bab 13, setiap gen
terletak pada lokus yang sama dan pada kromosom yang
sama. DNA pada lokus memiliki urutan nukleotida yang
agak berbeda, demikian pula informasi didalamnya. Alel
bunga ungu dan bunga putih adalah dua variasi DNA pada
lokus kromosom tanaman ercis.
13. Gen menyebabkan adanya variasi sifat yang diwarisi.
14. Alel adalah versi alternative dari gen.
15. Gen terletak pada lokus dan kromosom yang sama.
16. DNA memiliki urutan nukleotida dan informasi yang
berbeda.
4. Setiap karakter dari organisme mewarisi dua alel dari
masing-masing induk. Mendel membuat kesimpulan ini
tanpa mengetahui peran kromosom. Organisme diploid
mempunyai pasangan kromosom yang homolog
(kromosom yang sama dengan induknya). Jadi, sebuah
lokus genetic sebenarnya terwakili dua buah sel diploid.
Lokus homolog mempunyai alel yang identik, seperti
dalam tanaman galur murni dari generasi parental Mendel.
Atau, kedua alel tersebut bisa saja berbeda, seperti dalam
hybrid F1. Dalam contoh warna bunga, hybrid-hibrid
tersebut mewarisi alel bunga ungu dari satu induk dan alel
bunga putih dari induk lain. Ini membawa kita ke bagian
ketiga hipotesis Mendel.
17. Setiap organisme mewarisi dua alel dari masing-masing
induk.
18. Organisme diploid memiliki kromosom yang homolog.
19. Lokus genetic terwakili dua buah sel diploid.
20. Lokus homolog mempunyai alel yang identik.
21. Lokus genetic bisa juga memiliki dua alel yang berbeda.
5. Jika kedua alel berbeda, maka salah satunya alel dominan,
diekspresikan dalam penampakan organisme; dan satunya
alel resesif,tidak ditampakkan. Menurut hipotesis,
tanaman F1 Mendel mempunyai bunga ungu karena
alelnya dominan dan alel bunga putih adalah resesif.
22. Penampakan organisme merupakan alel dominan.
23. Sifat yang tidak ditampakkan merupakan alel resesif.
6. Kedua alel untuk setiap karakter berpisah selama produksi
gamet. Jadi setiap ovum dan sperma hanya mendapatkan
satu dari kedua alel yang ada dalam sel somatic
organisme. Pemisahan (segregasi) disertai dengan
penurunan jumlah kromosom secara meiosis dari jumlah
diploid menjadi haploid. Jika suatu organisme mempunyai
24. Alel berpisah selama produksi gamet.
25. Ovum dan sperma mendapatkan satu alel dalam sel
somatic.
26. Segregasi disertai dengan penurunan jumlah kromosom
secara meiosis.
27. Organisme yang memiliki alel identik merupakan galur
alel yang identik untuk karakter tertentu, berarti organisme
tersebut adalah galur murni, maka alel tersebut akan hadir
dalam sebuah salinan tunggal dalam semua gamet. Tetapi
jika ada alel-alel yang berlawanan, seperti pada hibrid F1,
maka 50% merupakan gamet alel dominan, sementara
50% alel resesif. Hipotesis bagian terakhir adalah
pemisahan alel menjadi gamet-gamet yang terpisah, yang
menjelaskan mengapa kita menggunakan nama hukum
segregasi Mendel.
murni.
28. Alel yang tidak identik memiliki 50% gamet dominan dan
50% resesif.
29. Pemisahan alel menjadi gamet menjelaskan hukum
segregasi Mendel.
7. Pengujian untuk hipotesis segregasi Mendel adalah apakah
hipotesis ini dapat menjelaskan rasio 3:1 yang ia amati
pada generasi F2 dari begitu banyak penyilangan
monohybrid yang ia lakukan. Hipotesis memprediksi
bahwa hybrid F1 akan menghasilkan dua kelas gamet.
Ketika alel terpisah, setengah dari gamet berbunga ungu,
sementara setengah lainnya berbunga putih. Selama
penyerbukan sendiri,gamet-gamet dari dua kelas akan
bersatu secara acak. Ovum dengan alel bunga ungu
mempunyai kesempatan yang sama untuk dibuahi oleh
sperma dari alel bunga ungu atau oleh sperma dari alel
bunga putih. Hal yang sama juga berlaku untuk ovum
dengan alel bunga putih, secara keseluruhan terdapat
empat kombinasi sperma dan ovum yang peluang
terjadinya sama besar. Gambar 14.4 menggambarkan
kombinasi dengan menggunakan sebuah tipe diagram
yang disebut segi empat Punnet, yaitu sebuah alat yang
praktis untuk memprediksi hasil dari sebuah penyilangan
30. Mendel menjelaskan rasio 3:1 melalui pengujian.
31. Hybrid F1 menghasilkan dua gamet.
32. Setengah gamet berbunga ungu dan setengah lagi
berbunga putih saat alel terpisah.
33. Ovum dari bunga ungu dan putih mempunyai kesempatan
yang sama untuk dibuahi oleh sperma dari bunga ungu
dan bunga putih.
34. Diagram segi empat Punnet adalah alat praktis untuk
memprediksi hasil penyilangan genetic.
35. Symbol huruf besar menyatakan alel dominan dan huruf
kecil menunjukkan alel resesif.
36. P adalah alel bunga ungu dan p alel bunga putih.
genetic. Symbol huruf besar menyatakan alel dominan dan
huruf kecil menunjukkan alel resesif. Dalam contoh ini, P
adalah alel bunga ungu dan p adalah alel bunga putih.
8. Seperempat dari tanaman mempunyai dua alel penentu
bunga ungu, maka tanaman akan berbunga ungu. Tetapi
setengah dari keturunan F2 telah mewarisi sebuah alel
bunga ungu dan sebuah alel bunga putih; seperti halnya
tanaman F1, tanaman-tanaman ini pun akan mempunyai
bunga berwarna ungu, sifat yang dominan. Akhirnya,
seperempat dari tanaman F2 mewarisi dua alel penentu
bunga putih, yang kenyataannya mengekspresikan sifat
resesif. Jadi, Mendel mendapatkan rasio 3:1 untuk
pengamatan generasi F2.
37. Seperempat tanaman mempunyai dua alel penentu bunga
ungu.
38. Setengah dari keturunan F2 mewarisi alel bunga ungu dan
bunga putih yang menghasilkan bunga ungu yang bersifat
dominan.
39. Seperempat lagi dari tanaman F2 mewarisi dua alel
penentu bunga putih yang mengekspresikan sifat resesif.
40. Mendel mendapatkan rasio 3:1 untuk pengamatan generasi
F2.
9. Beberapa perbendaharaan istilah genetika yang berguna.
Organisme yang mempunyai sepasang alel identik untuk
sebuah karakter disebut homozigot. Contohnya adalah
tanaman ercis galur murni untuk bunga ungu (PP).
Tanaman ercis bunga putih bersifat homozigot tetapi
untuk alel yang resesif (pp). Jika kita menyilangkan
homozigot dominan dengan homozigot resesif, setiap
keturunan akan mempunyai dua alel yang berbeda-Pp
untuk kasus hybrid F1 dari percobaan warna bunga kita.
Organisme yang mempunyai dua alel berbeda untuk
sebuah gen disebut heterozigot. Heterozigot bukanlah
41. Organisme yang mempunyai sepasang alel identik disebut
homozigot.
42. Homozigot dominan disilangkan dengan homozigot
resesif menghasilkan dua alel yang berbeda-Pp.
43. Organisme yang mempunyai dua alel berbeda disebut
heterozigot.
44. Heterozigot bukanlah galur murni sebab menghasilkan
gamet berbeda.
galur murni, sebab heterozigot menghasilkan gamet yang
mempunyai satu jenis alel atau jenis alel lain dari alel-alel
yang berbeda. Tanaman Pp dari generasi F1 akan
menghasilkan keturunan baik bunga ungu maupun bunga
putih ketika tanaman tersebut melakukan penyerbukan
sendiri.
10. Karena adanya dominasi dan keresesifan, penampakan
organisme tidak selalu mengungkapkan komposisi
genetiknya. Penampakan organisme disebut fenotipe, dan
penyusun genetiknya disebut genotype. Pada kasus bunga
tanaman ercis, tanaman PP dan Pp mempunyai fenotipe
yang sama (ungu) tetapi genotipenya berbeda. Fenotipe
berhubungan dengan sifat fisiologis dan juga dengan sifat
yang berhubungan langsung dengan penampakan.
Contohnya adalah varietas kacang ercis yang kehilangan
sifat normalnya pada saat melakukan penyerbukan sendiri.
45. Dominansi dan keresesifan mempengaruhi penampakan
organisme.
46. Penampakan organisme disebut fenotipe, dan penyusun
genetiknya disebut genotype.
47. Fenotipe berhubungan dengan sifat fisiologis.
11. Testcross
Misalkan kita mempunyai tanaman ercis dengan bunga
berwarna ungu. Kita tidak dapat menentukan apakah
tanaman ini homozigot atau heterozigot berdasarkan
warna bunganya sebab genotype PP dan Pp dihasilkan di
dalam fenotipe yang sama. Tetapi jika kita menyilangkan
tanaman ercis tersebut dengan tanaman berbunga putih,
48. Genotype PP dan Pp menghasilkan fenotipe yang sama
pada homozigot maupun heterozigot.
49. Penampakan keturunan mengungkapkan genotype induk
bunga ungu saat disilangkan ercis bunga ungu dengan
putih.
50. Genotype bunga putih bersifat resesif pasti homozigot.
51. Penyilangan PP x pp menghasilkan keturunan Pp.
penampakan keturunan akan mengungkapkan genotype
induk yang berbunga ungu. Genotype pada tanaman
berbunga putih diketahui, karena warna putih bersifat
resesif, tanaman ini pasti homozigot. Jika semua
keturunan dari penyilangan tersebut mempunyai bunga
ungu, maka induk lainnya pasti homozigot untuk alel
dominan; penyilangan PP x pp tidak akan menghasilkan
keturunan lain selain keturunan Pp. Tetapi jika fenotipe
berwarna ungu dan putih kedua-duanya muncul di antara
keturunan, induk bunga ungu pasti heterozigot. Keturunan
dari penyilangan Pp x pp akan mempunyai rasio fenotipe
1:1. Perkawinan homozigot resesif dengan organisme
yang mempunyai fenotipe dominan, tetapi genotipenya
tidak diketahui, disebut testcross (pengujian silang).
52. Fenotipe berwarna ungu dan putih keduanya muncul di
antara keturunan, pasti induknya heterozigot.
53. Keturunan penyilangan Pp x pp mempunyai rasio fenotipe
1:1.
54. Perkawinan homozigot resesif dengan organisme
berfenotipe dominan, tetapi genotipenya tidak diketahui,
disebut testcross (pengujian silang).
Download