PENGARUH SERUM PURIFYING DENGAN IONTOPHORESIS TERHADAP ACNE PADA REMAJA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Srata 1 pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: ARNEST LUKY MAISYA J 120 151 067 PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017 i ii iii PENGARUH SERUM PURIFYING DENGAN IONTOPHORESIS TERHADAP ACNE PADA REMAJA Abstrak Latar Belakang: Acne merupakan penyakit peradangan pada folikel pilosebasea kulit yang berperan memproduksi sebum. Iontophoresis merupakan teknik yang menggunakan arus listrik tingkat rendah untuk meningkatkan pengangkutan obat diseluruh hambatan.. Purifying merupakan antioksidan yang sangat baik dan memiliki drying effect pada kulit untuk mencegah dan mengurangi acne. Salah satu intervensi yang dapat mengurangi acne adalah teknik Iontophoresis dengan purifying lebih mudah di penetrasikan ke dalam stratum korneum melalui proses electromigration. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui pengaruh serum purifying dengan iontophoresis terhadap acne. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan jenis eksperimental dengan pendekatan quasi experimental (experimen semu) dan design penelitian pre-post test two group design. Sampel diambil dengan tehnik purposive sampling sebanyak 10 responden. Pengujian data dengan menggunakan uji Wilcoxon test dan Mann-Whitney test. Hasil Penelitian: Penelitian ini menggunakan alat ukur Global Grading Acne System (GAGS). Berdasarkan uji statistik didapatkan hasil pada kelompok perlakuan nilai signifikasi (p)=0,043 (p<0,05) dan pada kelompok kontrol nilai p=0,039 (p<0,05) yang artinya adanya pengaruh serum purifying dengan iontophoresis terhadap acne. Pada uji statistik Mann-Whitney test didapatkan hasil nilai p=0,026 (p<0,05) yang artinya ada perbedaan pada kelompok perlakuan dan kempok kontrol. Kesimpulan: Ada pengaruh serum purifying dengan iontophoresis terhadap acne dan ada perbedaan pengaruh serum purifying dengan iontophoresis terhadap acne. Kata Kunci: Iontophoresis dengan serum purifying, acne, remaja. Abstracts Background : Acne is inflammasion in folikelpilosebasea that produces sebum. Iontophoresis is a technique which uses low electric power to increase the transport of drugs in around obstacles. Purifying is an antioxidant and has drying effect to the skin to decrease Acne. An intervention which can increase face skin acne is Iontophoresis with purifying easier and it do penetration to stratum korneum through electromigration process. Purpose : To find the effect of purifying serum with iontophoresis to acne. Method : This research uses experimental with approach quasi experimental (pseudo experiment) and its design is pre-post test two group design. Sampel was taken by purposive sampling technique a total of 10 respondents. The data was tested use Wilcoxon test and Mann-Whitney test. Result : This research use measuring instrument Global Grading Acne System (GAGS). Based on the statistic test it is be obtained a result to treatment group with value significance (p)=0,043 (p<0,05) while control group get value p=0,039 1 (p<0,05) it means that there is an effect of purifying serum with iontophoresis to the acne. In statistical test Mann-Whitney test the result is p=0,026 (p<0,05) it means that there are differeces between treatment group to control group. Conclusion: There is an effect of purifying serum with iontophoresis with acne and there is difference effect purifying serum with iontophoresis to acne. Keyword : Iontophoresis with Purifying serum, Acne, Teens. 1. PENDAHULUAN Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, cantik merupakan kata sifat yang berarti molek, indah, dan mengacu pada bentuk fisik seperti tubuh ataupun wajah seseorang (Kbbi, 2005). Kecantikan dan kesehatan lahir batin merupakan vitalitas hidup yang harus dimiliki oleh setiap insan, baik wanita maupun pria. Penilaian bentuk dan rupa serta norma-norma kecantikan berubah sesuai dengan tuntutan zaman, dan dipengaruhi oleh perubahan teknologi, jenis-jenis kosmetik yang tersedia, peralatan perawatan kecantikan atau teknik perawatan (Kustanti et al.,, 2008). Kulit merupakan bagian tubuh yang paling utama yang perlu diperhatikan. Bagian kulit yang harus diperhatikan adalah kulit wajah. Jika terjadi kerusakan pada kulit wajah maka akan sulit untuk dipulihkan dan dapat mengurangi penampilan seseorang (Kustanti et al., 2008). Salah satu akibat dari kerusakan kulit wajah adalah acne. Acne merupakan penyakit peradangan pada folikel pilosebasea kulit yang berperan memproduksi sebum (Zaenglein et al., 2008). Gambaran klinis pada acne meliputi produksi minyak yang berlebihan, lesi non-inflamasi (komedo terbuka dan komedo tertutup), dan lesi inflamasi (papula dan pustula). Distribusi acne, berdasarkan kerapatan dari unit pilosebasea, meliputi antara lain sebagai berikut: wajah, dada bagian atas, bahu, dan punggung (Kusantati et al., 2008). Factor penyebab acne antara lain meningkatnya produksi sebum, keratinisasi folikel, peradangan, kebiasaan memencet acne, dan pemakaian kosmetik berlebihan. Puncak keparahan acne terjadi lebih dini pada anak perempuan daripada laki-laki, namun apabila terjadi pada laki-laki cenderung lebih parah (Williams et al., 2012). 2 Pemberian obat secara topikal memiliki keterbatasan untuk onychomosis (ketidakmampuan untuk menembus masuk kedalam sel). Iontophoresis merupakan teknik yang menggunakan arus listrik tingkat rendah untuk meningkatkan pengangkutan obat diseluruh hambatan. Dengan hambatan tersebut iontophoresis diharapkan dapat menembus matriks karena iontophoresis memiliki efek antijamur tertinggi pada dermatophytes in vitro (Gupta et al., 2012). Iontophoresis merupakan cara untuk memasukkan bahan nutrisi kekulit, seperti serum purifying sehingga bahan tersebut akan lebih cepat diserap oleh lapisan kulit yang lebih dalam (Gupta et al., 2012). Purifying merupakan antioksidan yang sangat baik. Purifying yang artinya membersihkan. Diformulasikan dengan bahan-bahan tambahan waterhydroxyethylcellulose, sehingga tidak menimbulkan komedo, melembabkan kulit dan mengontrol kadar minyak di wajah. Manfaat dari purifying ini adalah untuk mencegah dan mengurangi inflamasi pada acne (Sun et al., 2009). Iontophoresis dengan purifying lebih mudah di penetrasikan ke dalam stratum korneum melalui proses electromigration. Propylene glikol dalam purifying dapat mempengaruhi stratum korneum untuk melakukan intercalation ke lipid terstruktur kulit. Purifying memiliki drying effect pada kulit, yang dapat mengurangi produksi minyak berlebih serta mencegah penyumbatan di pori– pori penyebab acne (Sun et al., 2009). Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ebihara et al., (2008) Didapatkan hasil penelitian nilai korelasi sebesar (p= 0,003, p<0,05) antara kadar vitamin C dalam serum dengan derajat keparahan acne. Penelitian tersebut bermakna semakin tinggi nilai korelasi antara kadar vitamin C dalam serum maka semakin ringan derajat keparahan acne. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Purnasari (2015) yang berjudul “Pengaruh Iontophoresis dengan Ser-C terhadap turgor kulit wajah pada wanita usia 30-40 tahun” ternyata efek Iontophoresis sangat berpengaruh untuk perbaikan turgor kulit wajah. Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dari itu peneliti ingin 3 melakukan penelitian yang berjudul pengaruh serum Purifying dengan Iontophoresis terhadap acne. 2. METODE Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode quasi experiment. Dalam penelitian ini, menggunakan desain penelitian two groups pre test and post test design, untuk mengetahui Pengaruh Serum Purifying Dengan Iontophoresis Terhadap Acne Pada Remaja. Penelitian ini dilakukan di ruang praktek fisioterapi kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta dan dilakukan selama satu bulan pada tanggal 17 Oktober -12 November 2016. Kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II diberikan intervensi sebanyak dua kali dalam seminggu selama dua minggu. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik penetapan sampling yang dilakukan dengan pertimbangan tertentu. Teknik pengambilan sampel ini mendasarkan pada kriteria tertentu dari suatu tujuan yang spesifik yang sebelumnya ditetapkan oleh peneliti, subjek yang memenuhi kriteria tersebut menjadi anggota sampel (Nasir et al., 2011). Sampel penelitian ini adalah pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun yang termasuk kriteria inklusi dan eksklusi, kriteria inklusi: Responden berusia 1724 tahun, tidak melakukan perawatan kulit wajah (skin care), yaitu tidak menggunakan obat-obatan / cream yang sifatnya kosmoceutical, tidak terdapat bahan logam di area wajah responden, tidak ada luka terbuka, indikasi acne: acne juvenil, acne vulgaris, acne rosacea, acne nitrosica. Sedangkan yang termasuk kriteria eksklusi adalah Responden memiliki kulit sensitive, responden merupakan penderita DM, Hipertensi, Asma, Epilepsi, dan Sinusitis, responden memiliki pembuluh darah tampak di area wajah (telangiektasia), tidak kelainan hormon tiroid. Penelitian ini diawali dengan melakukan observasi pada mahasiswi fisioterapi semester VI universitas muhammadiyah surakarta yang mengalami acne. Setelah itu responden di berikan penjelasan tentang tujuan dan mafaat 4 penelitian sebelum melakukan penelitian. Kemudian, memberikan lembar informed consent yaitu suatu lembar persetujuan tindakan fisioterapi mengikuti program penelitian yang akan dilakukan terhadap responden. Penelitian ini melalui tiga tahap yaitu: Tahap pertama melakukan pengukuran menggunakan alat ukur GAGS dan seluruh responden diberi nilai 0. Tahap kedua yaitu treatment, 5 responden diberikan perlakuan iontophoresis dengan serum purifying dan 5 responden sebagai kontrol dengan diberi serum purifying topikal. Tahap ketiga yaitu pengamatan kembali dengan menggunakan alat ukur GAGS. Setelah dilakukan pengumpulan data, kemudian dilakukan analisis data, karena data berdistribusi tidak normal karena jumlah sampel kurang dari 30 orang setiap kelompok perlakuan maka untuk mengetahui pengaruh serum purifying dengan iontophoresis terhadap acne pada remaja menggunakan uji wilcoxon test dan untuk mengetahui beda pengaruh antara menggunakan uji mann whitney. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan usia responden baik kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol adalah sebagai berikut : 3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin terdiri dari dua kelompok yaitu responden laki-laki dan perempuan. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol Laki-Laki Frequensi 0 Prosentase 0% Frequensi 1 Prosentase 10% Perempuan 10 100% 9 90% Berdasarkan tabel 1. diketahui bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1 orang (10%) dan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 9 orang (90%). 5 3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Tabel 2. Usia Kelompok Perlakuan Variabel (Usia) 17-18 Tahun 19-20 Tahun 21-22 Tahun 23-24 Tahun Jumlah Mean Median Modus Kelompok Perlakuan Frequensi Prosentase 0 3 2 0 5 20 tahun 20 tahun 19 tahun 0% 60% 40% 0% 100% Kelompok Kontrol Frequensi Prosentase 0 4 1 0 5 19,80 tahun 20 tahun 19 tahun 0% 80% 20% 0% 100% Berdasarkan tabel 2. dapat diketahui sebagian besar responden yang paling menonjol berusia 19-20 tahun sebanyak 3 orang (60%), dan sebagian kecil responden berusia 21-22 tahun sebanyak 2 orang (40%). Dari tabel diatas juga dapat diketahui bahwa nilai rata-rata usia responden (mean) adalah 20 tahun. Nilai tengah usia (median) dari kelompok perlakuan yaitu 20 tahun dan nilai usia yang sering muncul (modus) dari kelompok perlakuan 19 tahun. Berdasarkan tabel 2. dapat diketahui sebagian besar responden yang paling menonjol berusia 19-20 tahun sebanyak 4 orang (80%). Dan sebagian kecil responden berusia 21-22 tahun sebanyak 1 orang (20%). Dari tabel diatas juga dapat diketahui bahwa nilai rata-rata usia responden (mean) adalah 19,80 tahun. Nilai tengah usia (median) dari kelompok perlakuan yaitu 20 tahun dan nilai usia yang sering muncul (modus) dari kelompok kontrol 19 tahun. 6 3.3 Deskripsi Nilai Pre-Post Test Acne Kelompok Perlakuan Tabel 3. Deskripsi Nilai Pre-Post Test Acne Kelompok Perlakuan Nilai Kelompok Perlakuan Pre 1-18 (Ringan) 19-30 (Sedang) 31-38 (Berat) >39(Sangat Berat) Jumlah Frequensi 0 2 1 2 5 Post Prosentase 0% 40% 20% 40% 100% Frequensi 3 2 0 0 5 Prosentase 60% 40% 0% 0% 100% Berdasarkan tabel 3. dapat diketahui bahwa responden yang mengalami perubahan yang paling cepat mendapat skor 1-18 (Ringan) dengan nilai pre test 0% mengalami peningkatan setelah post test sebanyak 60%. Tabel 4. Deskripsi Acne Pada Kelompok Perlakuan Pre Post Selisih N Mean Standar Deviasi Nilai Min Nilai Max 5 5 0 40,00 16,20 23,80 13,874 6,261 7,613 28 12 16 61 26 35 Berdasarkan tabel 4. dapat terlihat bahwa pada kelompok perlakuan sebelum diberikan serum purifying dengan iontophoresis nilai mean dari semua sampel didapat sebesar 40,00 setelah diberikan perlakuan didapat sebesar 16,20 dan nilai selisih didapat sebesar 23,80. 3.4 Deskripsi Nilai Pre-Post Test Acne Kelompok Kontrol Tabel 5. Deskripsi Nilai Pre-Post Test Acne Kelompok Kontrol Nilai Kelompok Kontrol Pre 1-18 (Ringan) 19-30 (Sedang) 31-38 (Berat) >39(Sangat Berat) Jumlah Frequensi 0 2 1 2 5 Post Prosentase 0% 40% 20% 40% 100% 7 Frequensi 1 3 1 0 5 Prosentase 20% 60% 20% 0% 100% Berdasarkan tabel 5. dapat diketahui bahwa responden yang mengalami perubahan yang paling cepat mendapat skor 1-18 (Ringan) dengan nilai pre test 0% mengalami peningkatan setelah post test sebanyak 20%, dan yang mendapat skor 19-30 (Sedang) juga mengalami perubahan dengan nilai pre test 40% mengalami peningkatan setelah post test 60%. Tabel 6. Deskripsi Acne Pada Kelompok Kontrol N Mean Standar Deviasi Nilai Min Nilai Max Pre 5 38,40 11,014 28 53 Post 5 25,40 7,861 18 38 Selisih 0 13 3,153 10 15 Berdasarkan tabel 6. dapat terlihat bahwa pada kelompok kontrol sebelum diberikan serum purifying nilai mean dari semua sampel didapat sebesar 38,40 setelah diberikan perlakuan didapat sebesar 25,40, dan nilai selisih didapat sebesar 13. 3.5 Analisis Data Uji pengaruh serum purifying dengan iontophoresis terhadap acne pada remaja baik kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Tabel 7. Hasil uji Wilcoxon Test pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol Z P-value Kesimpulan Perlakuan -2,023 0,039 Ha diterima Kontrol -2,060 0,043 Ha diterima Berdasarkan tabel 7. menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan nilai p= 0,039 yang berarti nilai p<0,05 yang berarti serum purifying dengan iontophoresis berpengaruh terhadap acne pada remaja. Sedangkan pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa nilai p= 0,043 yang berarti nilai p<0,05 yang berarti serum purifying dengan cara topikal berpengaruh terhadap acne pada remaja. 8 3.6 Uji beda pengaruh pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol Uji beda pengaruh serum purifying dengan iontophoresis terhadap acne pada remaja baik pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Tabel 8. Hasil uji beda pengaruh Mann-Whitney pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol Analisis Beda Pengaruh Kelompok Kontrol & Perlakuan P-value Kesimpulan 0,026 Ha diterima Berdasarkan tabel 8. menunjukkan bahwa p=0,026 yaitu p<0,05 yang berarti ada beda pengaruh antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol terhadap acne pada remaja. 4. PENUTUP Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat ada nya pengaruh pemberian serum purifying dengan iontophoresis terhadap acne. Perbaikan acne pada kelompok perlakuan terjadi akibat pemberian serum purifying dengan iontophoresis yang dapat meningkatkan pengurangan jumlah acne pada wajah. Adapun kelompok kontrol dengan pemberian serum purifying topikal juga terjadi peningkatan pengurangan jumlah acne, namun tidak sebanyak kelompok perlakuan. PERSANTUNAN Terima Kasih kepada Ibu Dwi Rosella Komala Sari, S,FIS, M.Fis, Dipl.Cidesco selaku pembimbing penelitiandan semua responden yang telah bersedia menjadi subjek penelitian. DAFTAR PUSTAKA Akib, N. I., Latifah, R., & Marianti, A., Manggau. 2012. Uji Permeasi in vitro gel etosom purifying. Majalah Farmasi dan Farmakologi. Alexander, A., Shubhangi, D., Ajazuddin, Tapan, K., Swarnlata, S., Shailendra, S., & Dulal, K. 2012. Approaches for breaking the barriers of drug 9 permeation through transdermal drug delivery. Journal of Controlled Release. 164.10: 26–40. Anilkumar, J., Shinde, Amit, Kevin C., Garala., Sachin, A., Kandekar., Harinath, N., 2010. Physical Penetration Enhancement By Iontophoresis : A Review. Journal Bharati Vidyapeeth College of Pharmacy. 2.1: 1-9. Cuncliffe, W.J., Perera, D.H., Thackeray, P., Williams, M., Froster, R.A., & Williams, S.M.,. 2007. Pilo Sebaceuous duct physiology, observation on the number and size pilo sebaceuous ducts in acne vulgaris. But J Dermatol. 95. 153:5 Doshi, A., Zaheer, A., & Stiller, M., 1997. „A comparison of current acne grading systems and proposal of a novel system’, Int J Dermatol. 36: 416– 418. Ebihara, M., Akiyama, M., Ohnishi, Y., Tajima, S., Komata., Mitsui, Y., 2008. Correlation Of vit.C promotes percutaneous absorbtion of L-ascorbic acid in rat skin. 32.217:22. Dhote, V., Bhatnagar, P., Mishra, K, Mahajan, S., Mishra, K. 2011. Iontophoresis: A Potential Emergence of a Transdermal Drug Delivery System. Scientia Pharmaceutica. 80:1-28. Gupta, A., & Fiona S., 2012. Device Based Therapies For Onychomycosis Treatment. Medscape Journal of Dermatology Skin Therapy Laser. 17 9: 201-235. Kbbi, 2005. Arti kata cantik menurut kbbi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Khan A., Yasir M., Asif M., Chauhan., Alok P., Singh., Rajat S., Pradeep S., and Shubham. 2011. Iontophoretic drug delivery: History and applications. Journal of Applied Pharmaceutical Science. 01(10): 234-236. Kusantati, H, dkk., 2008. Tata Kecantikan Kulit untuk SMK JILID 1, Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Lee, G. K. 2008. Intravenous vitamin C in the treatment of post- laser hyperpigmentation for melasma: A short report. Journal of Cosmetic and Laser Therapy. 01(10): 234-236. Mitsui, Y., & Tokorozawa. 2008. Skin Beautification Cosmetic System using Iontophoresis Device, Ultrasonic Facial Stimulator and Cosmetic Additive. United States Patent. 7(11): 17-66. Purnasari, T, 2015. Pengaruh Iontophoresis Dengan Ser-c Terhadap Turgor Pada Kulit Wajah Pada Wanita Usia 30-40 Tahun. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta Touitou, E., & Barry, B. W. (2007). Enhancement in Drug Delivery. New York: CRC Press. Wathoni Nasrul., Sriwidodo., & Panji, M., 2012. Effect of iontophoresis and propylene glycol on the in vitro diffusion of ethyl puremed serum. Williams, H. C., Dellavalle P.R., Garner, S., 2012. Acne Vulgaris. Lancet; 379: 361-72. 10 Ying, S., Belle M, N. J., Jeffrey., Warrington, P. A., Jue, C. L., Jeannette, C., Princeton, N. J., 2009. Methods Of Treating acne And Rosacea With galvanic generated Electricity. United States Patent; 10/874,917. Zaenglein, A. L., Graber, E. M., Thiboutot, D. M., Strauss, J. S., Wolff, K., 2007. Acne Vulgaris and Acneiform Eruptions & Dermatology in General Medicine 7th ed. New York: Mc Graw Hill; 2007.p: 690-703. 11