perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Pasar Modal
Pada dasarnya, pasar modal merupakan pasar untuk
berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual
belikan, baik dalam bentuk hutang, ekuitas (saham), instrumen
derivatif, maupun instrumen lainnya (Darmadji, 2008). Pasar modal
merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun istitusi lain
(misalnya pemerintah) dan sarana bagi kegiatan berinvestasi.
Dengan demikian pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan
prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.
Pasar modal mempunyai dua fungsi yaitu fungsi ekonomi
dan fungsi keuangan (Husnan, 2000). Dalam melaksanakan fungsi
ekonominya pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan
dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana (lenders) kepada
pihak yang memerlukan dana (borrowers). Fungsi keuangan
dilakukan
dengan menyediakan
dana
yang
diperlukan
oleh
borrowers dan lender menyediakan dana tanpa harus terlibat
langsung kedalam menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung
dalam kepemilikan aktivitas riil yang diperlukan untuk investasi
tersebut.
Saham
menurut
Manurung
(2009)
adalah
sekuritas
kepemilikan dalam suatu bisnis atau perusahaan, yakni klaim
terhadap pendapatan dan aset bisnis atau perusahaan. Penerbitan
commit to user
5
6
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan penjualan saham kepada publik merupakan salah satu cara
perusahaan
untuk
meningkatkan
dan
perusahaan
dalam
pembiayaan aktivitasnya.
2. Frekuensi Perdagangan Saham
Frekuensi
perdagangan
saham
sangat
mempengaruhi
jumlah saham yang beredar, jika jumlah frekuensi perdagangan
besar maka saham tersebut dinyatakan sebagai saham teraktif yang
diperdagangkan dan secara tidak langsung berpengaruh pada
volume
perdagangan
saham.
Saham
yang
frekuensi
perdagangannya besar diduga dipengaruhi transaksi saham yang
sangat aktif, hal ini disebabkan karena banyaknya minat investor.
Terjadinya peningkatan permintaan saham maka secara tidak
langsung akan terjadi peningkatan frekuensi perdagangan (Ang,
1997).
Frekuensi perdagangan menggambarkan berapa kali saham
suatu emiten diperjualbelikan dalam kurun waktu tertentu. Minat
pelaku pasar pada perdagangan saham tertentu akan dapat dilihat
disini. Frekuensi berhubungan secara positif terhadap jumlah
pemegang saham yang berarti frekuensi menggambarkan aktif
tidaknya saham dalam perdagangan pasar (Eleswarapu dan
Khrisnamurti).
3. Nilai Tukar Uang (Kurs)
Menurut Nopirin (2000) nilai tukar merupakan semacam
harga didalam pertukaran tersebut. Demikian pula pertukaran antara
dua mata uang yang berbeda maka akan terjadi perbandingan nilai
commit to user
7
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atau harga antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan inilah
yang disebut nilai tukar atau kurs (exchange rate).
Nilai tukar satu mata uang mempengaruhi perekonomian
apabila
nilai
tukar
mata
uang
tersebut
terapresiasi
atau
terdepresiasi. Nilai nilai tukar mata uang rupiah terapresiasi, barang
atau jasa luar negeri menjadi relatif lebih murah dibandingkan
barang atau jasa domestik. Sebaliknya bila nilai tukar mata uang
rupiah terdepresiasi, barang atau jasa luar negeri relatif lebih mahal
dibandingkan dengan barang atau jasa domestik (Manurung, 2009).
Nilai tukar (Exchange Rate) adalah jumlah unit suatu mata
uang yang dapay dibeli dengan satu unit mata uang lain. (Brigham
dan Houston,2004).
Dalam buku yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (2003)
Nilai tukar suatu mata uang didefinisikan sebagai harga relatif dari
suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Pada dasarnya
terdapat tiga sistem nilai tukar yaitu:
1. Sistem Nilai Tukar Tetap (Fixed exchange rate)
Pada sistem nilai tukar tetap, nilai tukar atau kurs
suatu mata uang terhadap mata uang lain ditetapkan pada
nilai tertentu. Pada sistem ini bank sentral akan siap untuk
menjual
atau
membeli
kebutuhan
devisa
untuk
mempertahankan nilai tukar yang ditetapkan. Apabila nilai
tukar tersebut tidak lagi dapat dipertahankan, maka bank
sentral dapat melakukan devaluasi ataupun revaluasi atas
nilai tukar yang ditetapkan.
commit to user
8
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Sistem Nilai Tukar Mengambang terkendali (Managed
Floating Exchange Rate)
Pada sistem nilai tukar mengambang terkendali ini,
nilai tukar ditemtukan sesuai mekanisme pasar sepanjang
dalam intervation bond atau batas pita intervensi yang
ditetapkan oleh bank sentral.
3. Sistem Nilai Tukar Mengambang (Floating Exchange Rate)
Pada sistem nilai tukar mengambang, nilai tukar
dibiarkan bergerak susuai dengan kekuatan permintaan
dan penawaran yang terjadi di pasar. Dengan demikian,
nilai
tukar
akan
menguat
apabila
terjadi
kelebihan
penawaran di atas permintaan, dan sebaliknya nilai tukar
akan melemah apabila terjadi kelebihan permintaan di atas
penawaran yang ada di pasar valuta asing.
Masing-masing sistem memilki kelebihan dan kelemahan.
Pada sistem yang diterapkan akan tergantung pada situasi dan
kondisi perekonomian negara yang bersangkutan, khususnya
besarnya cadangan devisa yang dimiliki, keterbukaan ekonomi,
sistem devisa yang dianut (bebas, semi terkontro, atau terkontrol),
dan besarnya volume pasar valuta asing domestik.
commit to user
9
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan nilai tukar
adalah:
1. Tingkat Inflasi
Tingkat inflasi yang lebih tinggi di negara X daripada
di negara Y akan memimpin depresiasi mata uang negara
X terhadap mata uang negara Y, atau sebaliknya.
2. Suku Bunga
Kenaikan suku bunga X terhadap suku bunga Y,
akan menyebabkan investor di kedua negara untuk beralih
dari mata uang Y untuk surat berharga berdenominasi mata
uang X untuk mengambil keuntungan dari tingkat X lebih
tinggi mata uang.
3. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
Negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang
kuat akan menarik modal investasi untuk memperoleh aset
domestik, sehingga meningkatkan permintaan mata uang
domestik.
4. Risiko Politik dan Ekonomi
Investor lebih memilih untuk menyimpan dengan
jumlah yang lebih kecil untuk aset berisiko, sehingga
memiliki risiko lebih rendah dan lebih stabil secara politik
ekonomi suatu negara dibandingkan menyimpan dengan
jumlah yang lebih banyak untuk aset berisiko.
commit to user
10
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Mankiw (2003) kurs dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Kurs Nominal (Nominal Exchange Rate)
Kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dari dua
negara.
2. Kurs Riil (Real Exchange Rate)
Kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang di antara
dua negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa
meperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk
barang-barangdari negara lain.
4. Inflasi
Inflasi merupakan kenaikan harga secara terus menerus
dan kenaikan harga yang terjadi pada seluruh kelompok barang
dan jasa. Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua
barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut
meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga
barang-barang lain (Boediono,2000).
Menurut Bank Indonesia (2003) secara sederhana inflasi
diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja
tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau
mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan
dari inflasi disebut deflasi.
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat
inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari
waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang
commit to user
11
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Sejak Juli 2008, paket
barang dan jasa dalam keranjang IHK telah dilakukan atas dasar
Survei Biaya Hidup (SBH) Tahun 2007 yang dilaksanakan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor
perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara
bulanan di beberapa kota, di pasar tradisional dan modern
terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota.
Indikator inflasi lainnya berdasarkan international best
practice antara lain:
1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB).
Harga Perdagangan Besar dari suatu komoditas
ialah
harga
transaksi
penjual/pedagang
besar
yang
terjadi
pertama
antara
dengan
pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar
pada pasar pertama atas suatu komoditas.
2. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB).
Menggambarkan pengukuran level harga barang
akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam
suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan
membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB
atas dasar harga konstan.
Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan
ke dalam 7 kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification
of individual consumption by purpose - COICOP), yaitu :
1. Kelompok Bahan Makanan
commit to user
12
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
3. Kelompok Perumahan
4. Kelompok Sandang
5. Kelompok Kesehatan
6. Kelompok Pendidikan dan Olah Raga
7. Kelompok Transportasi dan Komunikasi.
Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan
ekonomi
yang
berkesinambungan
yang
pada
akhirnya
memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan
bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak
negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat, yaitu:
1. Inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil
masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari
masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua
orang, terutama orang miskin, bertambah miskin.
2. Inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian
(uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil
keputusan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa
inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan
masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan
produksi,
yang
pada
akhirnya
akan
menurunkan
pertumbuhan ekonomi.
3. Tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding
dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan
commit to user
13
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif
sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah.
5. Tingkat Suku Bunga
Tingkat
keuangan
yang
suku
bunga
sangat
merupakan
penting
dalam
variabel
pasar
ekonomi
keuangan.
Pergerakan tingkat bunga akan memengaruhi pergerakan imbal
hasil jatuh tempo (yield to maturity-YTM) sebagai ukuran tingkat
bunga yang paling akurat. Tingkat bunga pasar utang berbeda
dengan tingkat bunga bank sentral karena tingkat bunga bank
sentral merupakan salah satu instrumen kebijakan moneter, tetapi
tingkat bunga bank sentral terintregasi dengan tingkat bunga pasar
utang (Manurung dan Manurung,2009).
Menurut Mankiw (2003) dalam perekonomian terdapat dua
tingkat suku bunga, yaitu tingkat suku bunga riil dan tingkat suku
bunga nominal. Suku bunga riil adalah suku bunga yang telah
dikoreksi terhadap dampak inflasi sedangkan suku bunga nominal
adalah suku bunga yang biasa dilaporkan tanpa koreksi terhadap
dampak inflasi.
Tingkat suku bunga dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang
memiliki otoritas moneter di Indonesia yang biasa disebut BI Rate
atau Suku Bunga Bank Indonesia.
Menurut Bank Indonesia (2003) BI Rate adalah suku bunga
kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan
moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan
kepada publik.
commit to user
14
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia
setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan
pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui
pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk
mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.
Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada
perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight
(PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan
diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada
gilirannya suku bunga kredit perbankan.
Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam
perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan
BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran
yang
telah
ditetapkan,
sebaliknya
Bank
Indonesia
akan
menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada
di bawah sasaran yang telah ditetapkan.
6. Harga Minyak Mentah Indonesia
Menurut
Direktorat
Jenderal
Anggaran
(2009)
ICP
(Indonesian Crude oil Price) adalah harga rata-rata minyak mentah
Indonesia di pasar internasional yang dipakai sebagai indikator
perhitungan bagi hasil minyak. ICP atau harga minyak mentah
Indonesia merupakan basis harga minyak mentah yang digunakan
dalam APBN. ICP ditetapkan setiap bulan dan dievaluasi setiap
semester.
commit to user
15
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sesuai dengan karakteristik dan kualitasnya, sampai
dengan saat ini terdapat 50 jenis minyak mentah Indonesia yang
masing-masing mempunyai harga yang berbeda. 50 jenis ICP
tersebut pada dasarnya terbagi tiga kelompok yaitu :
1. 8 jenis minyak mentah (SLC, Cinta, Widuri, Duri, Attaka,
Belida, Arjuna, dan Senipah Condensate); harganya
berdasarkan formula ICP yang mengacu pada publikasi
APPI, RIM dan PLATT’S;
2. 1
jenis
minyak
Condensate/BRC)
mentah
harganya
(Bontang
dihitung
Return
berdasarkan
Publikasi MOPS Naphta;
3. 41 jenis minyak mentah lainnya harganya dihitung
berdasarkan formula yang mengacu pada 8 jenis ICP
tersebut di atas (huruf a).
ICP sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar minyak
internasional.
Kondisi
pasar
minyak
internasional
yang
mempengaruhi ICP dimaksud, yaitu:
1. Faktor Fundamental
Faktor
yang
dipengaruhi
mekanisme
penawaran
(produksi, stok, kondisi kilang, fasilitas pipa dan
kebijakan
pertumbuhan
produksi)
ekonomi
dan
permintaan
kebutuhan
musim
ketersediaan teknologi sumber tenaga alternatif).
commit to user
(tingkat
dan
16
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Faktor Non Fundamental
Faktor
lain
di
luar
mekanisme
penawaran
dan
permintaan, seperti kekhawatiran pasar akibat gangguan
politik, keamanan dan aksi spekulasi di pasar minyak.
Sejak periode 1968 s.d. 1989, Harga resmi minyak mentah
Indonesia (ICP) ditetapkan dengan mengacu Patokan Minyak
mentah OPEC dan Penerapan TRP (Tax Reference Price) untuk
perhitungan pajak KPS, dan ASP (Agreed Selling Price) - untuk
harga ekspor. Sejak April 1989 diberlakukan Formula ICP. ICP
ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini oleh Menteri yang
membawahi bidang perminyakan.
Formula ICP harus memenuhi 4 prinsip utama, yaitu:
1. Fairness & transparency (jelas, obyektif dan transparan)
2. International Competitiveness (dapat bersaing dengan
harga minyak mentah dari kawasan atau negara lain)
3. Stability (formula relatif stabil dan ICP yang dihasilkan
dari formua tidak berfluktuatif)
4. Continuity (diberlakukan dalam periode yang cukup
panjang)
Untuk memenuhi 4 prinsip yang dimaksud, formula ICP
mengacu
pasar
publikasi
yang
diterbitkan
oleh
lembaga
independen internasional, yaitu:
1. Platts adalah penyedia jasa informasi energi terbesar di
dunia, jasa informasi tidak terbatas pada minyak, namun
commit to user
17
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
juga gas alam, kelistrikan, petrokimia, batubara dan
tenaga nuklir.
2. RIM Intelligence Co, adalah badan independen yang
berpusat di Tokyo dan Singapore, mereka menyediakan
data harga minyak untuk pasar asia pasific dan timur
tengah.
3. APPI (Asian Petroleum Price Index), menggunakan
sistem panel (panel pricing) dimana penentuan harga
minyak dilakukan oleh partisipan pelaku industri (seperti:
trader, refiner dan producer). APPI dikeluarkan oleh
SeaPac Services di Hongkong. APPI dianggap sebagai
mekanisme penentuan harga yang standar untuk
wilayah Asia Timur.
Formula ICP diberlakukan sejak April 1989 yang dalam
perkembangannya terus dievaluasi untuk dilakukan penyesuaian.
Untuk menjaga akurasi dari ICP agar dapat mencerminkan harga
sebenarnya, setiap 6 bulan tim harga melakukan evaluasi kinerja
dari hasil publikasi-publikasi yang dijadikan acuan pada formulasi
ICP dengan publikasi-publikasi lainya serta membandingkan
dengan perbadingan harga minyak tertentu dari beberapa
publikasi yang ada.
B. Penelitian terdahulu
1. Nowak. Et al (2014) dalam penelitian yang berjudul “How does public
information affect the frequency of trading in airline stocks?”. Mereka
meneliti tentang bagaimana pengumuman infomasi spesifik dari
commit to user
18
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perusahaan dan pengumuman makroekonomi mempengaruhi naik
turunnya transaksi di saham penerbangan Amerika. Fokus penelitian
ini
adalah
hubungan
antara
informasi
dengan
probabilitas
perdagangan saham. Data yang digunakan adalah data dari
perusahaan
penerbangan
di
Amerika
pada periode
agustus-
september 2006. Metode penelitian menggunakan alat analisis ADC
(Autoregressive Conditional Duration dan AHC (Autoregressive
Conditional Hazard).
Hasil penelitian yang didapat adalah informasi makroekonomi memilki
hubungan positif dan harga minyak dunia memilki hubungan positif
terhadap probabilitas perdagangan.
2. Makan, et al (2012) dalam penelitian yang berjudul “A study of the
efect of macroeconomi: Variabels on Stock Market”. Mereka meneliti
mengenai pengaruh antara inflasi, kurs nilai tukar, harga emas, ratarata pertumbuhan, dan harga minyak. Pengamatan dilakukan selama
7 tahun dari April 2005 sampai Maret 2012. Metode penelitian
menggunakan analisis kolerasi dengan data bulanan. Hasil penelitian
yang didapat adalah inflasi memiliki hubungan negatif dengan pasar
saham.
3. Hayo dan Kutan (2004) dalam penelitian yang berjudul “The Impact
Of News, Oil Prices, adn Global Market Developments on Russian
Financial Market”, menguji pengaruh harga minyak dunia, efek dari
berita dan perkembangan ekonomi dunia terhadap pasar uang Rusia.
Varibel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks
S&P 500, Indeks Pasar Modal Rusia, tingkat harga minyak dunia, dan
commit to user
19
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berita yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan ekonomi
Rusia. Metode analisis penelitian ini menggunakan metode kausalitas
Granger. Hasil penelitian mereka menunjukan bahwa pasar modal
Rusia sangat sensitif terhadap pergerakan harga minyak dunia.
4. Adaramola, Olugbenga (2011) dalam penelitiannya yang berjudul
“The Impact of Macroeconomic Indicators on Stocks Prices in
Nigeria”.
Variabel
penelitan
yang
digunakan
adalah
jumlah
penawaran uang, tingkat suku bunga, kurs nilai tukar, inflasi, harga
minyak, dan PDB. Metode analisis penelitian ini mengggunakan
metode time series dan cross-sectional data dari Januari 1985 sampai
April 2009. Hasil penelitiannnya adalah Kurs nilai tukar memilki
hubungan positif terhadap harga saham di Nigeria.
5. Prasati, et al (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Internet Financial Reporting dan Tingkat Pengumngkapan Informasi
Website Terhadap Frekuensi Perdagangan Saham”. Mereka meneliti
mengenai pengaruh Internet Financial Reporting (IFR) dan tingkat
pengungkapan informasi website terhadap frekeunsi perdagangan
saham pada perusahaan finansial. Objek penelitian ini adalah
perusahaan finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2008-2012. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu Internet
Financial Reporting dan tingkat pengungkapan informasi website.
Variabel dependen yaitu frekeunsi perdagangan saham. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive
sampling. Metode pengumpulan data yaitu studi dokumentasi, studi
pustaka, observasi website. Pengukuran data IFR menggunakan
commit to user
20
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
skala dummy sedangkan tingkat pengungkapan informasi website
menggunakan
skala
poin
4
sistem.
Data
dianalisis
dengan
menggunakan analisis regresi berganda dengan bantuan program
SPSS versi 19.0.
Hasil penelitian menunjukan (1) Internet Financial Reporting (IFR)
berpengaruh positif terhadap frekeunsi perdagangan saham, (2)
Tingkat
pengungkapan
informasi
website
berpengaruh
positif
terhadap frekeunsi perdagangan saham, (3) Internet Financial
Reporting (IFR) dan tingkat pengungkapan informasi website secara
bersama-sama berpengaruh positif terhadap frekeunsi perdagangan
saham
C. Kerangka Berpikir
NILAI TUKAR
(KURS)
INFLASI
Frekuensi Perdagangan
Saham
TINGKAT SUKU
BUNGA
HARGA MINYAK
MENTAH INDONESIA
Gambar II.1
Kerangka Berpikir
commit to user
21
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Hipotesis
1. Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) terhadap Frekuensi Perdagangan
Saham.
Indoensia merupakan sebuah negara yang didominasi oleh
impor untuk negara yang didominasi oleh impor depresiasi mata uang
akan memiliki dampak yang kurang baik pada pasar saham domestik.
Rupiah yang terus mengalami depresiasai oleh dollar Amerika
menyebabkan produk impor memiliki harga yang mahal. Akibat dari
hal tersebut permint,kaan akan barang-barang inpor akan bergerak
secara elastis, volume impor akan meningkat, yang akan berakibat
pada arus kas yang lebih rendah, keuntungan dan harga saham
perusahaan domesti akan menurun. Dengan keadaan kurs rupiah
melemah, para investor akan cenderung untuk melakukan trading di
bursa untuk menghindari kerugian lebih lanjut.
H1: Nilai tukar memiliki pengaruh positif terhadap Frekuensi
perdagangan saham.
2. Pengaruh Inflasi terhadap Frekuensi Perdagangan Saham.
Inflasi yang terjadi di suatu negara akan menekan keuntungan
perusahaan yang berakibat para investor akan berpikir ulang untuk
melakukan investasi. Apabila tingkat inflasi naik, maka frekuensi
perdagngan saham akan meningkat.
H2: Tingkat Inflasi memiliki pengaruh positif terhadap Frekuensi
perdagangan saham.
3. Pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap Frekuensi Perdagangan
Saham.
commit to user
22
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kebijakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk menaikkan
tingkat suku bunga akan mempengaruhi kinerja perusahaan yang
menggunakan sebagian modal dengan hutang, naiknya tingkat suku
bunga akan menaikkan bunga hutang perusahaan yang akan
mempengaruhi biaya modal perusahaan yang dikeluarkan. Biaya
modal yang tinggi akan membuat beban yang berat bagi perusahaan
dan akan mengurangi keuntungan perusahaan, harga saham akan
ikut turun apabila keuntungan menurun.
Dengan adanya keadaan tersebut akan membuat para investor
khawatir dan mendorong mereka untuk melakukan trading di bursa
untuk meminalkan ataupun mencegah kerugian lebih lanjut. Hal
tersebut akan meningkatkan frekuensi perdagangan saham di bursa.
H3: Tingkat suku bunga memiliki pengaruh positif terhadap
Frekuensi Perdagangan saham.
4. Pengaruh Harga Minyak Mentah Indonesia terhadap Frekuensi
Perdagangan Saham.
Dalam beberapa sektor yang ada di pasar modal, harga minyak
mentah merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
harga saham. Naiknya harga minyak dunia akan menaikkan biaya
perusahaan dan akan berdampak pada pendapatan perusahaan.
Para investor akan melihat hal tersebut sebagai sinyal yang tidak baik
yang akan mendorong para investor untuk melakukan trading di bursa
untuk mencegah kerugian lebih lanjut.
Hal tersebut akan menyebabkan frekuensi perdagangan saham
di bursa mengalami peningkatan.
commit to user
23
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H4: Harga minyak mentah Indonesia memilki pengaruh positif
terhadap frekuensi perdagangan saham.
commit to user
Download