8 II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu

advertisement
8
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang digunakan adalah penelitian yang sesuai dengan
topik penelitian. Penelitian terdahulu berguna sebagai salah satu bahan
pertimbangan dalam merumuskan hipotesis penelitian. Berikut hasil penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan topik penelitian tipe perilaku konsumen susu
UHT di Kota Surakarta.
Penelitian yang dilakukan oleh Mulyana dan Syarif (2007) yang berjudul
Analisis Sikap dan Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Produk (Studi Kasus
Produk Susu Kental Manis Indomilk pada Konsumen Jakarta) menunjukan atribut
pada suatu merek berpengaruh dalam pengambilan keputusan pembelian. Pada
penelitian ini, metode yang digunakan menggunakan analisis sikap fishbein.
Menurut Mulyana dan Syarif dalam menganalisis sikap dan perilaku konsumen
terhadap pembelian produk studi kasus produk susu kental manis coklat Indomilk
pada konsumen Jakarta menunjukan bahwa konsumen memiliki keyakinan susu
kental manis coklat Indomilk memiliki sejumlah atribut yang mendorong
konsumen untuk membeli susu kental manis Indomilk. Atribut yang diyakini
konsumen ada pada produk susu kental manis coklat Indomilk secara berurutan
sebagai berikut: (1) rasa sesuai selera, (2) warna menarik, (3) manfaat bagi
kesehatan , (4) lebih lezat, (5) lebih murah, (6) tidak ada zat berbahaya dan (7)
mengandung nilai gizi dan (8) ukuran cukup ideal. Berdasarkan hasil perhitungan
nilai fishbein konsumen memiliki sikap yang positif terhadap susu kental manis
Indomilk artinya citra produk ini cukup baik dan sikap konsumen dalam membeli
susu kental manis coklat Indomilk adalah positif dan setuju akan atribut yang ada
dalam produk susu ketal manis coklat Indomilk.
Tipe perilaku konsumen dapat diketahui setelah menganalisis keterlibatan
konsumen dan beda antar merek. Analisis tingkat keterlibatan konsumen
menggunakan desain inventaris keterlibatan dan analisis pengaruh beda antar
merek digunakan skala likert yang kemudian diuji dengan anova satu arah. Hal ini
sesuai dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Nur Chasanah
8
9
(2010) yang berjudul Analisis Perilaku Konsumen Dalam Membeli Produk Susu
Instan di Pasar Modern Surakarta. Penelitian ini menunjukan keterlibatan
konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian susu instan di Pasar
Modern Kota Surakarta tergolong tinggi, berarti konsumen bersedia mencurahkan
waktunya dan pikirannya untuk memperhatikan informasi yang nantinya
mempengaruhi keputusan pembelian terhadap susu instan. Kedua, beda antar
merek susu instant. Penilaian konsumen ini mencakup penilaian terhadap
kemasan, desain kemasan, kapasitas isi, cita rasa, pilihan rasa, distribusi, produsen
dan hadiah dari susu instan yang diteliti (SGM, Dancow, Frisian Flag, Bebelac,
Sustagen, Vitalac) sesuai susu instan yang dibeli. Menurut konsumen di Pasar
Modern Kota Surakarta beda antar merek adalah nyata, artinya konsumen melihat
banyak perbedaan antar merek susu instan. Ketiga, mengukur perilaku konsumen
dengan melihat perbedaan antar merek serta keterlibatan konsumen dengan
menggunakan teori Henry Assel. Perilaku konsumen dalam pembelian produk
susu instant di pasar modern Kota Surakarta tergolong pada perilaku pembelian
kompleks (complex buying behaviour). Artinya perilaku pembelian rumit
sehingga membutuhkan keterlibatan yang tinggi dalam pembelian dengan
menyadari perbedaan perbedaan yang jelas diantara merek-merek yang ada.
Perilaku ini cenderung terjadi untuk produk-produk yang mahal (bukan barang
yang murah). Pembeli berusaha mencari informasi-informasi mengenai produk
yang akan dibelinya. Oleh sebab itu, pemasar harus menyusun strategi untuk
memberikan informasi konsumen tentang atribut produk, kepentingannya, tentang
merek dan perusahaan.
Atribut desain kemasan, harga dan varian rasa merupakan beberapa atribut
yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam melakukan keputusan pembelian.
Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ratri
Mahardikaningtyas
(2013)
yang berjudul
Perilaku Konsumen
Terhadap
Pembelian Susu UHT (Ultra High Temperature) Di Giant Hypermarket Kota
Malang. Penelitian ini menganalisis perilaku konsumen serta faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian susu UHT di Giant
Hypermarket Kota Malang. Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini
10
adalah analisis faktor dengan bantuan SPSS for windows dan Analisis Regresi
Linear Berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa perilaku konsumen dalam
membeli susu UHT di Giant Hypermarket menunjukan penilaian yang tinggi
terhadap atribut produk yaitu merek, kemasan, kualitas atau mutu, harga, variasi
rasa,kandungan gizi dan jaminan halal. Faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen dalam melakukan pembelian susu UHT di Giant Hypermarket adalah
faktor merek, kemasan, harga dan variasi rasa. Faktor yang paling dominan adalah
faktor variasi rasa.
Cita rasa dari suatu produk makanan atau minuman merupakan hal yang
mampu menjaga loyalitas konsumen dan mampu mempengaruhi sikap dan
perilaku konsumen. Hal ini sesuai dengan penelitian Melinda L. Perkins and
Hilton C. Deeth (2001) yang berjudul Analisis Sikap Konsumen Australia
Terhadap Susu UHT. Dimana tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
rendahnya tingkat konsumsi susu UHT di Australia. Berdasarkan hasil penelitian
didapat bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi susu UHT
yaitu kebiaasaan mengkonsumsi susu, persepsi konsumen, rasa dan harga.
Mayoritas responden mengatakan alasan mereka tidak memilih susu UHT karena
kebiasaan mengkonsumsi susu jenis lain, kurangnya nilai gizi dan kurangnya rasa
dari susu UHT dibanding susu jenis lainnya. Namun, sebagian kecil responden
mengatakan susu UHT jauh lebih kaya akan rasa dari pada susu jenis lainnya.
Namun selain rasa ternyata sebagai salah satu komoditas yang berfungsi
untuk menunjang kelangsungan hidup manusia, komoditas pangan harus tersedia
dalam jumlah yang cukup dan aman untuk dikonsumsi. Konsumen kini tidak
hanya mementingkan rasa namun juga mementingkan keamanan dari suatu
produk sehingga keamanan produk menjadi pertimbangan utama bagi konsumen
saat membeli suatu produk. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Candaria Milkarani Kilamanca (2008) dengan judul Sikap
Konsumen Pasar Swalayan Terhadap Produk Susu Kedelai Di Kota Surakarta.
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah Analisis Model Sikap Angka
Ideal (The Ideal-Point Model). Hasil penelitian menunjukan bahwa atribut utama
yang diprioritaskan konsumen dalam mengkonsumsi secara berurutan adalah
11
keamanana produk. Kemudian diikuti oleh atribut lain seperti rasa, kepraktisan,
kemasan, harga, dan terakhir adalah promosi. Berdasarkan analisis masing-masing
atribut menurut ideal konsumen pasar swalayan, diketahui bahwa atribut-atribut
susu kedelai teknologi sederhana secara keseluruhan sudah mendekati ideal
konsumen, yaitu kemasan menarik, produk praktis, harga murah, promosi
maksimal, rasa kedelai terasa, dan bebas bahan pengawet. Pada susu kedelai cair
UHT dan susu kedelai cair impor, atribut-atribut secara keseluruhan sudah
mendekati ideal, kecuali atribut promosi pada susu kedelai cair UHT dan pada
susu kedelai cair impor adalah promosi dan keamanan. Sedangkan atribut-atribut
susu kedelai bubuk secara keseluruhan sudah mendekati ideal, kecuali harga.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sikap konsumen terhadap susu kedelai cair
teknologi sederhana adalah sangat baik. Sedangkan sikap konsumen terhadap susu
kedelai cair UHT (Ultra High Temperature), susu kedelai cair impor, dan susu
kedelai bubuk adalah baik. Dari hasil penelitian, saran yang dapat diberikan
adalah hendaknya produsen meningkatkan kualitas susu kedelai, lebih
memperhatikan atribut keamanan, menambah variasi rasa pada susu kedelai, dan
memberikan promosi produk susu kedelai kepada konsumen antara lain melalui
tenaga sales promotion.
Keputusan konsumen dalam membeli suatu produk tidak hanya dilihat
melalui atribut yang melekat pada produk namun ada faktor-faktor lain, menurut
Simamora (2004) keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik
pribadi seperti umur dan tahap daur-hidup pembeli, jabatan, keadaan ekonomi,
gaya hidup, kepribadian, dan konsep diri pembeli yang bersangkutan. Hal ini
sesuai dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Bilik Savitri (2012)
dengan judul Pengaruh Perilaku Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Susu
Merek Chil-Mil di Kota Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh antara usia, pendidikan, tingkat harga, pendapatan keluarga konsumen
terhadap keputusan pembelian susu merek Chil-Mil di Kota Surakarta.
Berdasarkan hasil uji t diperoleh variabel usia, pendidikan, tingkat harga dan
pendapatan keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian. Berdasarkan hasil uji F diperoleh adanya pengaruh yang signifikan
12
antara usia, pendidikan tingkat harga dan pendapatan keluarga secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.
Berdasarkan hasil keenam penelitian tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa faktor beda antar merek
dan keterlibatan konsumen mempengaruhi
perilaku konsumen dalam mengambil keputusan pembeliannya. Terdapat
hubungan positif dari beda antar merek dengan keterlibatan konsumen terhadap
perilaku konsumen. Berdasarkan penelitian terdahulu, dapat juga diketahui bahwa
terdapat banyak variabel dan atribut yang mempengaruhi perilaku konsumen dan
pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan sebelum melakukan pembelian
produk. Pada penelitian ini atribut yang digunakan adalah cita rasa, pilihan rasa,
kemasan, desain kemasan, distribusi, kapasitas isi, produsen. Selain itu, tidak
hanya atribut produk namun faktor pribadi konsumen juga mampu mempengaruhi
perilaku konsumen seperti umur, jabatan, keadaan ekonomi, dan kepribadian.
Penelitian terdahulu diatas memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan
dengan penelitian ini. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu dari
Nur Chasanah (2010) yaitu kesamaan metode yang digunakan yaitu menggunakan
metode desain inventaris keterlibatan konsumen untuk melihat keterlibatan
konsumen. Kemudian menggunakan skala likert yang selanjutnya akan dihitung
dengan Anova satu arah untuk melihat beda antar merek. Terakhir untuk melihat
perilaku konsumen dengan teori tipe perilaku konsumen menurut Henry Assael.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Ratri Mahardikaningtyas (2013) dan
Melinda L. Perkins and Hilton C. Deeth (2001) yaitu produk yang diteliti sama
yaitu susu UHT.
Sedangkan untuk perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu dari
Mulyana dan Syarif (2007) yaitu metode yang digunakan berbeda, dimana
penelitian terdahulu menggunakan metode fishbein dan pada penelitian Ratri
Mahardikaningtyas (2013) menggunakan metode analisis faktor dengan bantuan
SPSS for windows dan Analisis Regresi Linear Berganda untuk mengetahui sikap
dan perilaku konsumen. Selain itu, Candaria Milkarani Kilamanca (2008) juga
menggunakan metode yang berbeda yaitu Analisis Model Sikap Angka Ideal (The
Ideal-Point Model) sedangkan pada penelitian ini menggunakan metode inventaris
13
keterlibatan konsumen, skala likert dan anova satu arah serta teori perilaku
konsumen menurut Henry Assel. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
terdahulu terletak pada produk yang diteliti dimana penelitian terdahulu dari Nur
Chasanah (2010) meneliti produk susu instan, Candaria Milkarani Kilamanca
(2008) meneliti susu kedelai dan Mulyana dan Syarif (2007) meneliti produk susu
kental manis sedangkan pada penelitian ini produk yang diteliti adalah susu UHT.
Perbedaan lain yang ditemukan adalah pada penelitian terdahulu Bilik Savitri
(2012) dimana produk yang diteliti hanya satu merek yaitu Chil-Mill sedangkan
pada penelitian ini terdapat tiga merek yang diteliti yaitu Ultra, Frisian Flag
,Indomilk dan Baer Brand.
B. Tinjauan Pustaka
1. Aspek Ekonomi dan Kesehatan Susu
Menurut Anwar dan Khomsan (2009) Di negara maju, seperti Amerika
Serikat, rata rata konsumsi kalsium telah mencapai 743 mg. Sebagian besar
sumber kalsium (440 mg) tersebut berasal dari dairy products salah satunya
adalah susu. Sementara itu, kontribusi susu dalam asupan kalsium orang
Indonesia hanya mencapai 23 mg. Tren peningkatan konsumsi susu di
Indonesia berlangsung sangat lambat. Selama 30 tahun, peningkatan konsumsi
susu di Indonesia hanya sebesar 4.68 kg. Hal ini tentunya dapat menjadi
peluang untuk mengembangkan usaha peningkatan produk susu di Indonesia.
Namun saat ini permintaan susu dari waktu ke waktu semakin meningkat,
hal ini terjadi karena jumlah penduduk yang terus meningkat dan pendapatan
masyarakt juga meningkat. Produksi susu secara nasional belum dapat
mencukupi kebutuhan susu dalam negeri karena permintaan susu secara
nasional dari segi kuantitas mungkin dapat terpenuhi tetapi secara kualitas
belum dapat memenuhi keinginan produsen susu dan konsumen, sehingga
produksi susu dalam negeri baru dapat diterima sebanyak 40% sedangkan 60%
lainnya dipenuhi dari susu import. (Pusdatin, 2014)
Susu di Indonesia merupakan hasil dari hewan ternak perahan, seperti
sapi, kerbau, kambing, domba, dan kuda yang sehat dan tidak tercampur
kolostrum. Susu segar yang umum dikonsumsi masyarakat Indonesia saat ini
14
adalah susu sapi. Susu sapi segar tidak mengandung tambahan air, bahan
tambahan pangan dan antibiotik, dan belum mengalami perubahan warna, bau,
serta kekentalan. Susu sapi segar paling lezat karena asam lemak susunya
belum rusak akibat proses pengawetan. Susu sapi segar yang akan diminum
langsung sebaiknya dipanaskan (tidak dididihkan agar emulsi susu tidakpecah)
hingga mencapai suhu 700 C selama 5 - 10 menit. (Meldiyam, 2014)
Menurut Syarif dan Harianto (2011) Susu sapi merupakan minuman
alami yang kaya nutrisi. Susu dibutuhkan oleh tubuh sebagai zat pembangun,
terutama pada masa pertumbuhan. Kandungan kalsium, protein, fosfor,
magnesium, vitamin D, dan vitamin A pada susu sapi sangat berperan bagi
pertumbuhan, termasuk untuk pembentukan tulang dan gigi. Kini dengan
kemajuan teknologi yang ada, susu dijual tidak hanya dalam keadaan segar
tanpa pemrosesan namun mulai dengan proses seperti susu pasteurisasi,
maupun susu Ultra High Treatment (UHT). Harga jual susu yang telah
diproses dapat mencapai dua kali lipat per liter.
2. Susu Ultra High Treatment (UHT).
Terdapat dua jenis susu, yaitu susu tradisional dan susu modern. Susu
tradisional adalah susu mentah dan dihomogenisasi. Susu modern adalah
bentuk konversi dari susu tradisional kedalam berbagai jenis olahan susu
seperti susu cair pabrik (UHT), susu kental manis, susu bubuk dan susu bubuk
bayi. Salah satu susu modern yang disarankan adalah susu UHT.
Susu Ultra High Temperature (UHT) adalah susu yang di pasteurisasi
dengan menggunakan Ultra High Temperature (UHT), 1430 C dalam 5 detik.
Waktu yang sangat singkat dalam proses pemanasannya bertujuan untuk
mempertahankan kandungan gizi, rasa, aroma, dan warna yang relatif tidak
berubah dari susu segarnya. Susu UHT dikemas menggunakan kemasan aseptik
yang kedap udara sehingga sulit untuk terkontaminasi oleh bakteri yang
mampu merusak kualitas susunya. Kemasan ini juga kedap cahaya sehingga
mampu mempertahankan kesegaran susu yang dikemasnya. Umur simpan susu
UHT jauh lebih lama dibandingkan susu yang diolah dengan pasteurisasi dan
susu UHT mampu bertahan jika disimpan dalam suhu ruang meskipun umur
15
simpannya berkurang. Dari berbagai jenis produk susu olahan, yang paling
disarankan adalah susu UHT. Berdasarkan beberapa penelitian, disebutkan
bahwa susu yang diproses secara UHT dapat mempertahankan nilai gizi lebih
baik daripada proses pengolahan lainnya (Ide,2008)
Menurut Ide (2008), kelebihan susu UHT adalah umur simpannya yang
sangat panjang pada suhu kamar, yaitu mencapai 6-10 bulan tanpa bahan
pengawet dan tidak perlu dimasukkan ke lemari pendingin. Susu UHT dapat
bertahan selama 2 tahun tanpa disimpan dalam lemari pendingin. Namun,
begitu kemasannya telah dibuka, harus disimpan di lemari pendingin dan
jangan lebih dari 5 hari. Bila dibiarkan dalan suhu ruang, susu akan menjadi
asam (rusak) dalam sehari.
3. Teori Terkait Penelitian
Teori-teori terkait penelitian berfungsi untuk menerangkan hubungan
antara beberapa konsep yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian.
Pada penelitian ini, peneliti mengkaji teori-teori yang berkaitan dengan
perilaku konsumen susu UHT di Pasar Swalayan Kota Surakarta.
Perilaku Konsumen tidak dapat dilepaskan dari kegiatan pemasaran.
Perilaku konsumen akan berpengaruh pada kelancaran dari proses pemasaran.
Sehingga perusahaan perlu terus mencari informasi mengenai perilaku
konsumen dalam pembelian susu UHT. Perilaku konsumen dapat diketahui
dengan menganalisis keterlibatan konsumen serta beda antar merek susu UHT.
Keterlibatan konsumen dikatakan tinggi atau rendah apabila konsumen
memperhatikan, meluangkan waktunya untuk melihat atribut yang ada pada
suatu susu UHT atau tidak. Beda antar merek dapat dianalisis dengan persepsi
yang diberikan oleh konsumen berdasarkan atribut yang melekat pada susu
UHT. Atribut susu UHT yang diperhatikan oleh konsumen antara lain citarasa,
pilihan rasa, kemasan, desain kemasan, distribusi, kapasitas isi, dan produsen.
Untuk mengetahui masalah secara lebih jelas, peneliti menghubungkan
konsep penelitian dengan teori-teori terkait yang berfungsi untuk membantu
dalam kegiatan penelitian. Adapun teori-teori yang berkaitan dengan analisis
16
perilaku konsumen susu UHT di pasar swalayan kota Surakarta adalah sebagai
berikut :
a. Pemasaran
Menurut Khotler dan Gary (2006) pemasaran secara luas didefinisikan
sebagai proses sosial dan manajerial dimana pribadi atau organisasi
memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan
dan pertukaran nilai dengan yang lain. Dalam arti sempit pemasaran
menciptakan hubungan pertukaran muatan nilai dengan pelanggan yang
menguntungkan. Dapat disimpulkan pemasaran sebagai proses dimana
perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan
yang kuat dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan
sebagai imbalannya.
Pemasaran juga merupakan suatu sistem keseluruhan dari kegiatan
kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan, mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan
kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial
(Stanton, 1996)
Pemasaran menjadi hal penting bagi perusahaan untuk menentukan
keberhasilan produknya. Terdapat dua kegiatan utama dalam pemasaran.
Pertama, para pemasar berusaha untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan pasar sasaran mereka. Kedua, pemasaran meliputi studi tentang
proses pertukaran dimana terdapat dua pihak yang mentransfer sumber daya
diantara keduanya. Bagi pemasar untuk menciptakan pertukaran yang
berhasil, mereka harus memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
kebutuhan dan keinginan konsumen. Hal ini karena konsumen merupakan
pusat dari seluruh usaha pemasaran (Mowen dan Minor, 2002).
Penelitian mengenai pemasaran juga memberikan informasi kepada
organisasi pemasaran mengenai kebutuhan konsumen , persepsi tentang
karakteristik merek, dan sikap terhadap pilihan merek. Ketika konsumen
telah mengambil keputusan kemudian evaluasi pembelian masa lalu,
digambarkan sebagai umpan balik kepada konsumen individu. Selama
17
evaluasi, konsumen akan belajar dari pengalaman dan pola pengumpulan
informasi mungkin berubah, evaluasi merek dan pemilihan merek.
Pengalaman konsumsi secara langsung akan berpengaruh apakah konsumen
akan membeli merek yang sama lagi ( Hamidah, 2004).
b. Perilaku Konsumen
Menurut Engel et al (1994) perilaku konsumen adalah tindakan yang
langsung terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan
produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan
mengikuti tindakan tersebut.
Sementara itu, Loundon dan Bitta dalam Simamora (2004), lebih
menekankan perilaku konsumen sebagi suatu proses pengambilan
keputusan. Mereka mengatakan bahwa perilaku konsumen adalah proses
pengambilan kuputusan yang mensyaratkan aktivitas individu untuk
mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau mengatur barang dan jasa.
Mowen dan Minor (2002) mengartikan perilaku konsumen (consumer
behaviour) sebagai studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses
pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang,
jasa, pengalaman, serta ide-ide. Perilaku konsumen menyatakan bahwa
proses pertukaran melibatkan serangkaian langkah-langkah, dimulai dengan
tahap perolehan akuisisi (acquistion phase), lalu ke tahap konsumsi
(consumption phase), dan berakhir dengan tahap disposisi (disposition
phase) produk atau jasa. Pada saat menginvestigasi tahap perolehan, para
peneliti menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan produk dan
jasa. Dalam menginvestigasi tahap konsumsi, para peneliti menganalisis
bagaimana para konsumen sebenarnya menggunakan produk atau jasa dan
pengalaman yang dilalui mereka saat menggunakannya. Tahap disposisi
mengacu pada apa yang dilakukan oleh seorang konsumen ketika mereka
selesai menggunakannya
Menurut Simamora (2004) guna mengetahui perilaku konsumen ada
beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain faktor kebudayaan, faktor
pribadi, faktor sosial, dan faktor psikologis
18
1) Faktor Kebudayaan
Faktor Kebudayaan mempunyai pengaruh paling luas dan paling
dalam terhadap perilaku konsumen. Produsen harus memperhatikan
kultur, sub-kultur, dan kelas sosial pembeli. Kultur adalah faktor penentu
paling pokok dari keinginan dan perilaku seseorang. Tiap kultur
mempunyai sub-kultur yang lebih kecil atau kelompok orang dengan
sistem nilai yang sama berdasarkan pengalaman dan situasi hidup yang
sama. Sedangkan kelas sosial merupakan susunan yang relatif permanen
dan teratur dalam suatu masyarakat yang anggotanya mempunyai nilai,
minat, dan perilaku yang sama. Kelas sosial memperlihatkan preferensi
produk dan merek yang berbeda.
2) Faktor Pribadi
Keputusan seseorang dalam membeli produk juga dipengaruhi oleh
faktor pribadi seperti usia dan tahap daur hidup, pekerjaan, keadaan
ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri. Orang akan
mengubah barang dan jasa yang mereka beli sepanjang kehidupan
mereka. Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang
dibelinya. Karena melalu penghasilan yang didapat dari pekerjaan
tersebut akan mempengaruhi keadaan perekonomian mereka dan
berpengaruh kepada pilihan produk. Orang yang berasal dari sub-kultur,
kelas sosial, pekerjaan yang sama dapat mempunyai gaya hidup yang
berbeda. Tiap orang mempunyai kepribadian yang khas dan ini akan
mempengaruhi perilaku pembelinya.
3) Faktor Sosial
Faktor sosial akan mempengaruhi perilaku konsumen seperti
kelompok kecil, keluarga, peran dan status sosial dari konsumen.
Perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil yang
akan berpengaruh langsung dalam pemilihan produk dan merek yang
akan dipilih seseorang. Pemasar perlu mengetahui bagaimana interaksi
diantara para anggota keluarga dalam mengambil keputusan dan berapa
19
besar pengaruh dari mereka sehingga dalam menerapkan strategi
pemasaran dapat secara tepat
4) Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku konsumen antara
lain motivasi, presepsi, proses belajar, serta kepercayaan dan sikap. Suatu
kebutuhan akan berubah menjadi motif apabila kebutuhan itu telah
mencapai tingkat tertentu. Motif adalah suatu kebutuhan yang cukup
menekankan seseorang untuk mengejar kepuasan. Persepsi merupakan
proses dimana individu memilih, merumuskan, dan menafsirkan
informasi untuk menggambar sesuatu yang berarti. Melalui tindakan dan
proses belajar, orang akan mendapatkan kepercayaan dan sikap yang
kemudian akan mempengaruhi perilaku pembelian.
Model tipe perilaku konsumen yang dikemukakan oleh Assael dalam
Simamora (2002), model ini mengembangkan dua faktor, yaitu keterlibatan
(involvement) dan beda antar merek (differentes amongbrands). Masingmasing faktor dibagi menjadi dua kategori, sehingga menghasilkan empat
jenis perilaku konsumen sebagai berikut :
Keterlibatan Tinggi
Keterlibatan Rendah
Perilaku
pembelian Perilaku
pembelian
Perbedaan Antar komplek
mencari
keragaman
Merek Signifikan
(complex
buying (variety seeking buying
bahaviour)
Perilaku
behaviour)
pembelian Perilaku
pembelian
mengurangi keragu raguan kebiasaan
(dissonance-reducing
Perbedaan Antar buying behaviour)
Merek
(habitual
behaviour)
Tidak
Signifikan
Gambar 1. Tipe Perilaku Konsumen menurut Henry Assel
buying
20
Keterlibatan yang tinggi ditandai dengan berlangsungnya semua
proses pengambilan keputusan. Sedangkan keterlibatan rendah adalah
apabila ada diantara tahap dalam proses tersebut terlewatkan dalam proses
pengambilan keputusan. Selain itu, keterlibatan tinggi juga ditandai oleh
upaya mencari informasi yang intensif. Keterlibatan rendah cenderung
kurang mencari informasi. Berikut empat tipe perilaku konsumen menurut
Henry Assel :
1) Perilaku pembelian komplek (complex buying bahaviour)
Perilaku membeli yang rumit membutuhkan keterlibatan yang
tinggi dalam pembelian dengan berusaha menyadari perbedaanperbedaan yang jelas diantara merek-merek yang ada. Perilaku membeli
ini terjadi pada waktu membeli produk-produk yang mahal, tidak sering
dibeli, beresiko dan dapat mencerminkan diri pembelinya.
Biasanya konsumen tidak tahu terlalu banyak tentang kategori
produk dan harus berusaha untuk mengetahuinya. Sehingga pemasar
harus menyusun strategi untuk memberikan informasi kepada konsumen
tentang atribut produk, kepentingannya, tentang merek perusahaan dan
atribut penting lainnya.
2) Perilaku Pembelian yang Mencari Keragaman (variety seeking buying
behaviour)
Perilaku ini memiliki keterlibatan rendah, namun masih terdapat
perbedaan merek yang jelas. Konsumen berperilaku dengan tujuan
mencari keragaman dan bukan kepuasan. Jadi merek dalam perilaku ini
bukan merupakan suatu yang mutlak. Sebagai market leader, pemasar
dapat melakukan strategi seperti menjaga agar jangan sampai kehabisan
stok atau dengan promosi-promosi yang dapat mengingatkan konsumen
akan produknya. Karena sekali kehabisan stok, konsumen akan beralih ke
merek lain. Apalagi para pesaing sudah menawarkan barang dengan
harga yang lebih rendah, kupon, sampel dan iklan yang mengajak
konsumen untuk mencoba sesuatu yang baru. Ini jelas harus dicermati
dengan baik. Perilaku demikian biasanya terjadi pada produk-produk
21
yang sering dibeli, harga murah dan konsumen sering mencoba merekmerek baru.
3) Perilaku Pembelian Mengurangi Keragu-raguan (dissonance-reducing
buying behaviour)
Perilaku membeli semacam ini mempunyai keterlibatan yang tinggi
dan konsumen menyadari hanya terdapat sedikit perbedaaan diantara
berbagai merek. Perilaku membeli ini terjadi untuk pembelian produk
yang harganya mahal, tidak sering dibeli, beresiko dan membeli secara
relatif cepat karena perbedaan merek tidak terlihat. Pembeli biasanya
mempunyai respon terhadap harga atau yang memberikan kenyamanan.
Konsumen
akan
memperhatikan
informasi
yang
mempengaruhi
keputusan pembelian mereka.
4) Perilaku Pembelian Kebiasaaan (habitual buying behaviour)
Konsumen dalam membeli suatu produk berdasarkan kebiasaan
dan bukan berdasarkan kesetiaan terhadap merek. Konsumen memilih
produk secara berulang bukan karena merek produk, tetapi karena
mereka sudah mengenal produk tersebut. Setelah membeli mereka tidak
mengevaluasi kembali mengapa mereka membeli produk tersebut karena
mereka tidak terlibat dengan produk. Pemasar dapat membuat
keterlibatan antara produk dan konsumen, misalnya dengan menciptakan
produk yang melibatkan situasi atau emosi personal melalui iklan.
Misalnya dengan memberikan tambahan vitamin pada minuman dan
sebagainya.
(Simamora, 2002)
c. Persepsi
Perilaku konsumen dipengaruhi oleh persepsi konsumen. Persepsi
adalah proses pemberian arti oleh seseorang kepada berbagai rangsangan
yang diterimanya. Selain kesan oleh alat indera, persepsi juga melibatkan
penafsiran seseorang atas suatu kejadian berdasarkan pengalaman yang
terjadi pada masa lalunya ( Hiam dan Schewe, 1994).
22
Persepsi yang merupakan interpretasi dan arti yang diperoleh dari
rangsangan adalah hasil dari pemprosesan informasi. Orang yang berbeda
sering kali memiliki pandangan yang berlainan terhadap rangsangan yang
sama, karena persepsi rangsangan ini dipengaruhi oleh harapan mereka serta
latar belakang masing-masing. (Boyd, et al., 2000)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang
antara lain, yaitu :
1) Faktor Internal
a. Terdiri dari pengalaman
b. Kebutuhan saat itu
c. Nilai-nilai yang dianutnya
d. Ekspetasi/pengharapan
2) Faktor Eksternal
a. Tampakan Produk
b. Sifat-sifat stimulus
c. Situasi Lingkungan
Jadi, reaksi individu terhadap suatu stimulus akan sesuai dengan
pandangan atau versi subjektifnya terhadap realitas yang dibentuk. Dari
faktor-faktor diatas (Prasetijo dan John, 2005)
Konsumen sering kali memutuskan pembelian suatu produk
berdasarkan persepsi terhadap produk tersebut. Memahami persepsi
konsumen adalah penting bagi para pemasar dan produsen. Dua orang
konsumen yang menerima dan memperhatikan stimulus tersebut berbeda
(Sumarwan, 2003)
d. Keterkaitan Pemasaran dengan Perilaku Konsumen
Pemasaran berkaitan langsung dengan perilaku konsumen, dimana
perilaku konsumen akan sangat
mempengaruhi
kelancaran proses
pemasaran. Perilaku konsumen sebagai displin ilmu pemasaran sangat
berguna karena salah satu alasan mengenai pentingnya pemasaran adalah
perusahaan tidak hanya memproduksi produk lalu menjualnya untuk
mendapatkan laba yang besar, tetapi perusahaan juga ingin agar konsumen
23
menjadi loyal kepada perusahaan. Dalam mewujudkan tujuan pemasaran
dalam meningkatkan loyalitas pelanggan atau konsumen terhadap barang
atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan tersebut, maka perlu memahami
perilaku konsumen. Perilaku konsumen sangatlah berkaitan dengan
pemasaran. Pemasaran harus bisa memahami perilaku atau sikap dari
masing masing individu yang menjadi sasarannya dalam memasarkan
produk atau jasa (Jodie, 2007).
Ketika perilaku atau sikap dari konsumennya dapat dipahami oleh
pelaku pemasaran, maka kegiatan pemasaran untuk mempengaruhi pembeli
sehingga bersedia membeli barang dan jasa perusahaan dapat tercapai. Hal
ini sangat penting bagi manajer pemasaran untuk memahami mengapa dan
bagaimana tingkah laku konsumen tersebut demikian sehingga perusahaan
dapat
mengembangkan
menentukan
harga,
mempromosikan,
dan
mendistribusikan produknya secara lebih baik. Dengan mempelajari
perilaku pembeli, manajer akan mengetahui kesempatan baru yang berasal
dari belum terpenuhinya kebutuhan dan kemudian mengidentifikasikannya
untuk mengadakan segmentasi pasar (Basu dan Irawan, 1999).
e. Keterlibatan Konsumen
Keterlibatan adalah tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan dan
atau minat yang dibangkitkan oleh stimulus didalam situasi spesifik. Hingga
jangkauan kehadirannya, konsumen bertindak dengan sengaja untuk
meminimumkan risiko dan memaksimumkan manfaat yang diperoleh dari
pembelian dan pemakaian. (Engel dan Roger, 1994)
Peter dan Olson dalam Sangdji (2013) membagi jenis keterlibatan
menjadi dua, yaitu keterlibatan situsional (situsional involvement) dan
keterlibatan abadi ( enduring involvement)
1) Keterlibatan situasional, terjadi selama periode waktu yang pendek dan
diasiosasikan dengan situasi yang spesifik, seperti kebutuhan untuk
mengganti sebuah produk yang telah rusak (misalnya, kendaraan
bermotor)
24
2) Keterlibatan abadi, terjadi ketika konsumen menunjukkan minat yang
tinggi dan konsisten terhadap sebuah produk dan sering kali
menghabiskan waktunya untuk memikirkan produk tersebut.
Zaichkowsky dalam Engel,et al (1994) telah mendesain inventaris
keterlibatan yang sangat bermanfaat. Penetapan skornya yaitu semakin
tinggi skornya maka semakin besar keterlibatannya.
Tabel 3. Desain Inventaris Keterlibatan menurut Zaichkowsky dalam
Engel,et al
(Disisipkan nama objek yang akan diteliti)
Penting
_:_:_:_:_:_:_
Tidak Menarik Perhatian
_:_:_:_:_:_:_
Tidak Relevan
_:_:_:_:_:_:_
Sangat Berarti bagi saya
_:_:_:_:_:_:_
Tidak Berguna
_:_:_:_:_:_:_
Bernilai
_:_:_:_:_:_:_
Sepele
_:_:_:_:_:_:_
Menguntungkan
_:_:_:_:_:_:_
Penting Bagi saya
_:_:_:_:_:_:_
Tidak Tertarik
Signifikan
Vital
Membosankan
Tidak menggairahkan
Menggugah
Biasa
Esensial
Tidak dikehendaki
Diinginkan
Tidak Diperlukan
_:_:_:_:_:_:_
_:_:_:_:_:_:_
_:_:_:_:_:_:_
_:_:_:_:_:_:_
_:_:_:_:_:_:_
_:_:_:_:_:_:_
_:_:_:_:_:_:_
_:_:_:_:_:_:_
_:_:_:_:_:_:_
_:_:_:_:_:_:_
_:_:_:_:_:_:_
Tidak Penting*
Menarik Perhatian
Relevan
Tidak berarti bagi saya*
Berguna
Tidak bernilai*
Mendasar
Tidak menguntungkan
Tidak penting bagi
saya*
Tertarik
Tidak signifikan*
Berlebihan
Menarik
Menggairahkan
Tidak Menggugah*
Mempesona
Tidak esensial
Dikehendaki
Tidak diinginkan*
Diperlukan
Sumber : Engel,et al (1994)
Keterangan * : menunjukkan butir yang diberi skor kebalikan
Butir pada sisi kiri diberi skor (1) keterlibatan rendah hingga (7)
keterlibatan tinggi pada sisi kanan. Dengan menjumlahkan ke-20 butir
tersebut diperoleh skor dari yang rendah 20 hingga yang tinggi 140. Proses
evaluasi alternatif berdasarkan model pengambilan
keputusan
menurut
Mowen dan Minor (2002) yaitu:
1) Model pengambilan keputusan keterlibatan tinggi : proses evaluasi
25
alternatifnya dengan membandingkan kepercayaan terhadap atribut, dan
membandingkan sikap yang muncul.
2) Model pengambilan keputusan keterlibatan rendah : proses evaluasi
alternatifnya dengan membandingkan sejumlah kecil kepercayaan
atribut.
3) Model pengambilan keputusan model eksperiensial : proses evaluasi
alternatifnya dengan membandingkan sikap yang muncul.
4) Model pengambilan keputusan model perilaku : proses evaluasi
alternatifnya dengan proses perbandingan tidak dilakukan sebelum
pembelian.
Konsumen akan cenderung memiliki keterlibatan tinggi ketika harga
produk yang akan dibeli memiliki harga yang cukup mahal. Keterlibatan
rendah akan cenderung kurang mencari informasi, seperti membeli permen
yang harganya murah maka konsumen akan membeli secara spontan tanpa
harus mengumpulkan informasi terlebih dahulu. Produk yang berharga
tinggi akan dianggap memiliki risiko keuangan yang tinggi bagi konsumen,
karena itu akan mendorong konsumen mencari informasi yang lebih banyak
(Simamora, 2003).
f. Atribut Produk
Atribut memiliki dua pengertian. Pertama, atribut sebagai karakteristik
yang membedakan merek atau produk dari yang lain. Kedua, faktor-faktor
yang dipertimbangkan konsumen dalam mengambil keputusan tentang suatu
merek atau kategori produk, yang melekat pada produk atau menjadi bagian
dari produk itu sendiri. Kedua pengertian ini akan menghasilkan perbedaan
atribut produk. Kalau memakai pengertian pertama, atribut produk meliputi
dimensi-dimensi yang terkait dengan produk atau merek, seperti kinerja,
daya tahan, keandalan, desain, gaya, reputasi, dan lain-lain. Sementara jika
menggunakan pengertian kedua, atribut produk meliputi dimensi-dimensi
produk, juga menyangkut apa saja yang dipertimbangkan dalam
pengambilan keputusan untuk membeli, menonton, memperhatikan suatu
26
produk seperti harga, ketersediaan produk, merek, harga jual kembali,
ketersediaan suku cadang, layanan purna jual dan lain-lain (Haryadi, 2007).
Pendekatan
berdasarkan
atribut
memudahkan
pengelompokan
responden kedalam grup-grup berdasarkan persepsi yang serupa. Namun,
pendekatan ini mengasumsikan bahwa daftar atribut yang digunakan untuk
mendapatkan penilaian dari responden relatif akurat serta lengkap, dan
bahwa persepsi atau evaluasi seseorang responden terhadap suatu objek
adalah penjumlahan reaksi reaksi individual dengan atribut atribut objek
bersangkutan. Akan tetapi, konsumen mungkin tidak menilai atau
mengevaluasi objek berdasarkan atribut-atribut yang mendasarinya tetapi
memandang sebagai suatu kesatuan untuh yang tidak bisa diuraikan menjadi
atribut-atribut yang terpisah (Churchill 2005).
g. Merek
Pasar Konsumen, memiliki begitu banyak konsumen yang tidak
terindentifikasi, sehingga sulit bagi perusahaan untuk membangun
hubungan personal dengan setiap pelanggan ( Lau dan Lee, 1999). Cara lain
yang ditempuh oleh pemasar untuk membangun hubungan personal dengan
pelanggan adalah melalui sebuah simbol, yaitu merek. Dalam situasi
tersebut, merek berperan sebagai subsitute hubungan person-to-person
antara perusahaan dengan pelanggannya.
Merek adalah nama, istilah, logo, tanda atau lambang dan kombinasi
dari dua atau lebih unsur tersebut yang dimaksud untuk mengidentifikasikan
barang barang atau jasa dari seorang penjual atau kelompok penjual untuk
membedakannya dari produk pesaing. Sedangkan Bill Gates mengatakan
bahwa merek adalah salah satu faktor terpenting bagi keberhasilan
penguasaan pasar. Tidak heran jika banyak produsen dan pengusaha yang
rela menghabiskan miliaran rupiah untuk berpromosi. Semua barang pada
dasarnya dikaitkan dengan merek, seperti Coca-cola, Fedex, Starmild, dan
lain lain. Suatu merek adalah label yang mengandung arti dan asosiasi.
Merek yang hebat dapat berfungsi lebih dalam memberi warna dan getaran
pada produk atau jasa (Ambadar dan Abidin 2007).
27
Menurut Amien (2009), fungsi merek antara lain :
1) Sebagai tanda pengenal untuk membedakan hasil produksi yang
dihasilkan seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau
badan hukum dengan produksi seseorang atau beberapa orang atau badan
hukum lainnya.
2) Sebagai alat promosi, sehingga mempromosikan hasil produksinya cukup
dengan menyebut merek.
3) Sebagai jaminan atas mutu
Menurut Khotler (2000) strategi merek merupakan segi terpenting
dari strategi produk. Setiap tokoh pemasaran harus memutuskan barangbarang manakah yang perlu diberi merek, bagaimana mengatur pemberian
itu dan cara bagaimana harus dikelola aneka mereknya. Pengertian merek
adalah suatu “nama, istilah, tanda, lambang atau kombinasi dari dua atau
lebih unsur tersebut yang dimaksudkan untuk menandakan barang atau jasa
dari pihak penjual tunggal atau pihak kelompok penjual untuk
memperbedakannya. Dari barang yang berasal dari pihak pesaingnya.
Merek ternyata juga mampu mempengaruhi pengambilan keputusan
dilihat dari tinggi rendahnya keterlibatan konsumen. Hal ini terlihat ketika
terdapat perbedaan antar merek yang signifikan atau tidak. Perbedaan antar
merek dalam hal ini diukur berdasarkan persepsi konsumen terhadap
kualitas merek produk. Merek adalah alat utama yang digunakan oleh
pemasar untuk membedakan produk mereka dari produk pesaing. Merek
mempunyai tiga manfaat utama, yaitu identifikasi produk, penjualan
berulang, dan penjualan produk baru. Dan tujuan yang paling utama adalah
identifikasi produk. Merek memperbolehkan para pemasar membedakan
produk mereka dari semua produk lain (Lamb, et al., 2001).
Gardner dan Levy dalam Gilania et all (2011) menulis bahwa,
keberhasilan jangka panjang dari sebuah merek tergantung pada
kemampuan pemasar untuk memilih makna merek sebelum masuk pasar,
mengoperasionalkan makna dalam bentuk gambar, dan menjaga citra dari
waktu ke waktu. Sebuah konsep merek harus dipandang sebagai investasi
28
jangka panjang dikembangkan dan dipelihara untuk mencapai jangka
panjang guna mencapai keunggulan kompetitif
h. Pasar Swalayan
Seiring dengan perkembangan zaman, banyak sekali jenis pasar yang
dapat digunakan sebagai tempat menyalurkan produksi. Jenis-jenis pasar
tersebut antara lain pasar umum, pasar swalayan, pasar khusus, dan pasar
ekspor. Menurut Mahyuddin (2008) pasar swalayan, yaitu pasar yang
memungkinkan pembeli memilih dan mengambil sendiri barang-barang
yang dibutuhkan. Selain itu, harga barang pada pasar swalayan sudah
tercantum dan tidak diadakan tawar menawar.
Fasilitas yang ditawarkan di pasar swalayan lebih baik dari pasar
tradisional karena dikelola secara lebih modern. Pasar modern atau
swalayan memiliki fasilitas parkir yang luas, ruang ber AC, kasir yang
berjajar, bersih dan luas. Hal ini tentunya menggeser kedudukan pasar
tradisional, dapat dilihat beberapa dekade ini di Indonesia banyak
bermunculan pasar modern atau pasar swalayan dari luar negeri dan lokal
semacam hypermat yang menjual aneka barang dengan ruangan yang luas.
Pengunjung pasar swalayan ada beberapa tipe. Bisa jadi mereka adalah
benar-benar belanja dalam skala besar untuk kebutuhan rumah tangga atau
sekedar membeli sedikit kebutuhan dan selebihnya jalan-jalan. (Alamsyah,
2009)
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Susu merupakan salah satu minuman kesehatan yang baik bagi tubuh.
Kemajuan teknologi yang pesat menyebabkan susu kini mulai banyak mengalami
diferensiasi produk, seperti susu bubuk, susu pasteurisasi, susu kental manis, susu
UHT, dan lain-lain. Namun kini, konsumen lebih memilih produk yang mampu
memberikan nilai praktis dan salah satunya adalah susu UHT.
Susu UHT merupakan susu yang di pasteurisasi dengan menggunakan
Ultra High Temperature (UHT), 1430 C dalam 5 detik dan dikemas menggunakan
kemasan aseptik yang kedap udara. Susu ini dirancang agar susu lebih tahan lama
tanpa mengurangi kandungan gizi yang ada pada susu. Selain itu konsumen dapat
29
dengan praktis meminumnya sehingga diharapkan konsumsi susu dapat
meningkat.
Susu UHT merupakan salah satu produk yang banyak ditawarkan di pasar
swalayan menyebabkan setiap produsen susu UHT berusaha untuk menonjolkan
kelebihan susu UHT yang diproduksi dengan berbagai atribut yang ada. Atribut
merupakan karakteristik yang membedakan merek atau produk dari yang lain.
Selain itu atribut merupakan faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam
mengambil keputusan tentang pembelian suatu merek ataupun kategori produk
(Simamora, 2003). Atribut yang dimiliki akan menjadi keunggulan dari suatu
merek. Keunggulan produk melekat pada atribut produk seperti citarasa, pilihan
rasa, kemasan, desain kemasan, distribusi, kapasitas isi, produsen. Hal ini
menyebabkan terjadi beda antar merek susu UHT yang ada dipasar. Beda antar
merek susu UHT dianalisis dengan skala likert menjajarkan setiap atribut dan
diberi bobot antara 1 (kategori paling rendah) sampai 5 (kategori paling tinggi),
kemudian dianalisis dengan anova satu arah. Beda antar merek akan menimbulkan
persepsi yang berbeda dari konsumen. Sehingga konsumen juga akan melihat
beda antar merek yang nyata atau tidak nyata. Dimana persepsi konsumen tersebut
akan membentuk suatu perilaku konsumen.
Selain persepsi, perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh tingkat
keterlibatan konsumen yang merupakan tingkat kepedulian atau minat terhadap
proses pembelian (Simamora, 2003). Pengukuran keterlibatan konsumen
dilakukan menggunakan desain inventaris keterlibatan (involvement inventory).
Skala ini mengukur dimensi-dimensi keterlibatan terhadap produk. Skala yang
digunakan adalah semantic-differential scale yang berisikan tujuh skala yaitu
menggunakan skor 1 (sisi negatif) yaitu keterlibatan rendah sampai 7 (sisi positif)
yaitu keterlibatan tinggi.
Dengan menghubungkan antara faktor keterlibatan konsumen dan beda
antar merek, maka menurut Simamora (2002) dapat dibuat suatu model tipe
perilaku konsumen menurut Henry Assael yaitu membagi jenis perilaku
konsumen menjadi empat. Tipe perilaku tersebut adalah perilaku pembelian
30
komplek, perilaku pembelian mengurangi keragu-raguan, perilaku pembelian
berdasarkan kebiasaan, perilaku pembelian mencari keragaman.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan, maka dapat dibuat skema
kerangka pemikiran pendekatan masalah, sebagai berikut :
Konsumsi Susu Ultra High
Temperature (UHT)
Atribut-atribut dari Susu UHT :
1. Kemasan
2. Desain Kemasan
3. Cita rasa
4. Pilihan Rasa
5. Kapasitas isi
6. Distribusi
7. Harga
8. Produsen
Beda Antar Merek
Konsumen
Persepsi
Keterlibatan Konsumen
Tipe Perilaku Konsumen
Susu UHT
Gambar 2. Skema Kerangka Pendekatan Masalah
D. Hipotesis
Berdasarkan penelitian terdahulu dan landasan teori yang ada, maka dapat
diambil hipotesis sebagai berikut :
1. Adanya perbedaan antar merek pada suatu produk dapat dilihat dari atribut
yang melekat pada produk. Atribut tersebut mampu mempengaruhi konsumen
31
dalam perilaku konsumen. Karena menurut Kotler (2000) dalam Simamora
(2003) mengatakan bahwa konsumen memproses informasi tentang pilihan
merek untuk membuat keputusan terakhir. Konsumen akan mencari manfaat
tertentu dan selanjutnya mengevaluasi atribut produk. Konsumen akan
memberikan bobot yang berbeda untuk setiap atribut produk sesuai dengan
kepentingannya. Konsumen mengharapkan kepuasan produk bervariasi
menurut tingkat alternatif tiap ciri. Menurut Henry Assel dalam Simamora
(2000) tingkat perbedaan antar merek yang signifikan dan tidak signifikan.
Perbedaan antar merek yang signifikan ditandai dengan konsumen menyadari
akan perbedaan yang jelas terlihat antara merek satu dengan merek lainnya
dengan memperhatikan setiap atribut yang ada pada produk. Seperti pada
penelitian Mulyana dan Syarif (2007) yang berjudul Analisis Sikap dan
Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Produk Studi Kasus Produk Susu
Kental Manis Indomilk pada Konsumen Jakarta menunjukan atribut pada suatu
merek berpengaruh dalam pengambilan keputusan pembelian. Dimana atribut
yang diyakini konsumen ada pada produk susu kental manis coklat Indomilk
secara berurutan sebagai berikut: (1) rasa sesuai elera, (2) warna menarik, (3)
manfaat bagi kesehatan , (4) lebih lezat, (5) lebih murah, (6) tidak ada zat
berbahaya dan (7) mengandung nilai gizi dan (8) ukuran cukup ideal.
Berdasarkan teori diatas, sehingga hipotesis mengenai beda antar merek
susu UHT di Pasar Swalayan Kota Surakarta adalah
H1 : Diduga terdapat perbedaan antar merek susu UHT di Pasar Swalayan Kota
Surakarta
2. Keterlibatan konsumen tinggi yaitu konsumen memperhatikan setiap atribut
yang melekat pada produk yang akan dibelinya . Hal ini sesuai dengan
penelitian Nur Chasanah (2010) yang berjudul Analisis Perilaku Konsumen
Dalam Membeli Produk Susu Instan di Pasar Modern Surakarta. Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
keterlibatan
konsumen
dalam
proses
pengambilan keputusan tergolong tinggi. Artinya konsumen memperhatikan
setiap atribut yang melekat pada produk susu instant yang dibeli. Menurut
Engel et al (1994) sendiri, keterlibatan adalah tingkat kepentingan pribadi yang
32
dirasakan dan atau minat yang dibangkitkan oleh stimulus didalam situasi
spesifik. Konsumen bertindak dengan sengaja untuk meminimumkan resiko
dan memaksimalkan manfaat yang diperoleh dari pembelian dan pemakaian
produk.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu serta pengertian dari keterlibatan
maka dapat dirumuskan hipotesis mengenai keterlibatan konsumen susu UHT
di Pasar Swalayan Kota Surakarta adalah sebagai berikut :
H2 : Diduga bahwa konsumen memiliki keterlibatan tinggi (high involment)
dalam proses pengambilan keputusan pembelian produk susu UHT di Kota
Surakarta
3. Berdasarkan Teori Tipe Perilaku Konsumen Henry Assael dalam Simamora
(2003) jika terjadi keterlibatan yang tinggi dalam perilaku pembelian
konsumen dan terdapat perbedaan antar merek yang nyata maka konsumen
masuk dalam tipe pembelian komplek dan jika terjadi keterlibatan yang tinggi
dalam perilaku pembelian konsumen dan terdapat perbedaan merek yang tidak
nyata maka konsumen masuk dalam tipe pembelian untuk mengurangi keraguraguan, sedangkan jika keterlibatan konsumen tergolong rendah dan terdapat
perbedaan antar merek yang tidak nyata maka konsumen masuk dalam tipe
pembelian yang mencari keragaman.
Hal ini didukung dengan hasil penelitian dari Nur Chasanah (2010) yang
berjudul Analisis Perilaku Konsumen Dalam Membeli Produk Susu Instan di
Pasar Modern Surakarta. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah
dilakukan dapat diketahui, perilaku konsumen dalam pembelian produk susu
instant di pasar modern Kota Surakarta tergolong pada perilaku pembelian
kompleks (complex buying behaviour). Artinya adanya keterlibatan yang tinggi
dalam perilaku pembelian susu instant oleh konsumen dan terdapat perbedaan
antar merek yang nyata. Dari kedua teori ini maka dapat ditarik hipotesis
sebagai berikut :
H3 : Diduga tipe perilaku konsumen susu UHT di Kota Surakarta adalah
perilaku pembelian yang komplek (complex buying behaviour)
33
E. Asumsi Asumsi
Asumsi penelitian mencakup anggapan dasar membantu penelitian dalam
menjalankan penelitian. Asumsi dianggap benar tanpa dibuktikan terlebih dahulu.
Asumsi Penelitian perilaku konsumen terhadap Susu UHT Di Kota Surakarta
adalah sebagai berikut :
1. Variabel-variabel yang tidak diteliti dianggap konstan
2. Responden merupakan pengambil keputusan dalam pembelian susu UHT yang
mewakili rumah tangga.
3. Keputusan diambil secara rasional dengan mengevaluasi atribut atribut produk
( susu UHT) yang dipertimbangkan.
F. Pembatasan Masalah
1. Pada penelitian ini hanya ada dua masalah yang diteliti untuk sampai pada
kesimpulan dari perilaku konsumen susu UHT, yaitu keterlibatan konsumen
terhadap pembelian susu UHT dan beda antar merk susu UHT.
2. Atribut susu UHT yang diteliti antara lain cita rasa, pilihan rasa, kemasan,
desain kemasan, distribusi, harga, kapasitas isi, dan produsen
3. Merek susu UHT yang akan diteliti adalah merek susu UHT yang sedang di
beli oleh konsumen pada saat penelitian dilakukan yaitu Ultra, Frisian Flag,
Indomilk dan Bear Brand. Keempat Produk tersebut diambil karena
berdasarkan Top Brand Award keempat produk tersebut masuk kedalam
kategori susu cair dalam kemasan siap minum dan telah mendapatkan Top
Brand Award. Sehingga dapat disimpulkan masyarakat jauh lebih mengenal
keempat produk tersebut.
4. Responden yang diteliti adalah konsumen akhir, yaitu yang bertujuan untuk
dikonsumsi sendiri dan tidak untuk dijual kembali.
5. Responden dalam penelitian ini adalah konsumen susu UHT yang sedang
membeli susu UHT di pasar swalayan pada saat penelitian dilakukan.
G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Produk susu UHT adalah susu yang di pasteurisasi dengan menggunakan Ultra
High Temperature (UHT), 1430 C dalam 5 detik dan dikemas menggunakan
kemasan aseptik yang kedap udara.
34
2. Konsumen susu adalah seseorang yang membeli dan mengkonsumsi produk
susu UHT
3. Perilaku konsumen susu UHT adalah kegiatan individu yang secara langsung
terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan susu UHT, termasuk
didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan
kegiatan-kegiatan tersebut. Perilaku konsumen diukur dari tingkat keterlibatan
konsumen dan perbedaan antar merek susu UHT melalui pertanyaanpertanyaan terstruktur yang ada didalam kuisioner.
4. Persepsi konsumen adalah proses pemberian arti atau nilai oleh seseorang
kepada berbagai rangkaian rangsangan yang diterimanya. Presepsi ini dapat
diukur dengan melakukan wawancara kepada konsumen susu UHT atas produk
susu UHT yang dikonsumsinya
5. Keterlibatan konsumen susu UHT adalah tingkat kepentingan yang dirasakan
atau minat konsumen susu UHT dalam pembelian susu UHT.
6. Merek susu UHT adalah suatu nama, istilah, simbol, desain, atau kombinasi
yang dimaksudkan untuk memberi tanda pengenal pada produk susu UHT dari
penjual dan untuk membedakannya dari produk susu UHT yang dihasilkan
oleh pesaing. Merek susu UHT diukur dengan menanyakan merek apa yang
dibeli, kemudian penilaian atribut susu UHT berdasarkan persepsi konsumen
mengenai kualitas dan merek tersebut dengan pertanyaan-pertanyaan yang ada
di kuisioner. Pengukuran perbedaan merek dilakukan dengan uji Anova satu
arah sehingga didapatkan beda antar merek tersebut signifikan
7. Atribut Susu UHT adalah karakteristik atau ciri yang melekat pada produk susu
UHT yang berfungsi sebagai kriteria penilaian dalam pengambilan keputusan
pembelian susu UHT. Dalam penelitian atribut yang diteliti adalah lain cita
rasa, pilihan rasa, kemasan, desain kemasan, distribusi, kapasitas isi, dan
produsen
8.
Kemasan susu UHT adalah pengemasan yang membuat suatu merek susu UHT
terlihat lebih menarik sehingga dapat menciptakan suatu kesan dalam benak
konsumen yang dapat mendorong mereka untuk membeli atau tidak membeli
suatu merek susu UHT tersebut. Diukur dengan pemberian skor sesuai
35
penilaian konsumen yaitu 1 (sangat kurang), 2 (kurang), 3 (cukup), 4 (baik), 5
(sangat baik) dalam menilai kemasan susu UHT.
9.
Desain kemasan susu UHT adalah rancangan kemasan suatu merek susu UHT.
Pembuatan desain kemasan susu UHT ini bertujuan untuk memberikan
indentitas bagi suatu merek susu UHT, sebagi daya tarik, informasi dan cermin
inovasi produk susu UHT. Diukur dengan pemberian skor sesuai penilaian
konsumen yaitu 1 (sangat kurang), 2 (kurang), 3 (cukup), 4 (baik), 5 (sangat
baik) dalam menilai desain kemasan susu UHT.
10. Cita rasa susu UHT adalah sensasi susu UHT yang menggugah seorang
konsumen untuk bertindak dengan cara yang tepat. Diukur dari penilaian
konsumen terhadap cita rasa tersebut dengan pemberian skor yaitu 1 (sangat
tidak enak), 2 (tidak enak), 3 (cukup), 4 (enak), 5 (sangat enak) dalam menilai
cita rasa susu UHT.
11. Pilihan rasa susu UHT adalah perpaduan dan jumlah varian rasa yang berbedabeda dari suatu merek susu UHT, misalnya vanila, coklat dan lain-lain. Diukur
dengan pemberian skor sesuai penilaian konsumen yaitu 1 (sangat kurang), 2
(kurang), 3 (cukup), 4 (banyak), 5 (sangat banyak) dalam menilai pilihan rasa
susu UHT.
12. Kapasitas isi susu UHT adalah ukuran berat suatu merek susu UHT per
bungkus, yang dinyatakan dalam satuan miligram. Diukur dengan pemberian
skor sesuai penilaian konsumen yaitu 1 (sangat kurang), 2 (kurang), 3 (cukup),
4 (baik), 5 (sangat baik) dalam menilai kapasitas isi susu UHT.
13. Distribusi susu UHT adalah kemudahan konsumen dalam memperoleh suatu
merek susu UHT, apakah suatu merek susu UHT tersebut sudah tersebar ke
berbagai tempat baik supermarket, pasar tradisional maupun warung-warung
rumah tangga. Diukur dengan pemberian skor sesuai penilaian konsumen yaitu
1 (sangat sulit), 2 (agak sulit), 3 (sedang), 4 (mudah), 5 (sangat mudah) dalam
menilai distribusi susu UHT.
14. Harga susu UHT adalah nilai yang ditetapkan oleh produsen, dan yang harus
dibayarkan oleh konsumen untuk dapat membeli produk susu UHT tersebut.
15. Produsen susu UHT adalah perusahaan-perusahaan yang menghasilkan susu
36
UHT dan terdaftar resmi dalam daftar produsen susu UHT, misalnya PT
Indomilk, PT Frisianflag Indonesia, Nestle dan PT. Ultrajaya. Diukur dengan
pemberian skor sesuai penilaian konsumen yaitu 1 (sangat buruk), 2 (buruk), 3
(cukup), 4 (baik), 5 (sangat baik) dalam menilai produsen susu UHT.
16. Pasar Swalayan adalah pasar yang memungkinkan pembeli memilih dan
mengambil sendiri barang-barang yang dikehendakinya. Selain itu, harga
barang pada pasar swalayan sudah tercantum dan tidak diadakan tawar
menawar.
17. Skala Likert adalah teknik pengukuran sikap yang paling luas yang digunakan
dalam riset pemasaran. Pertanyaan yang diberikan adalah pertanyaan tertutup.
Pilihan dibuat berjenjang mulai dari intensitas paling rendah sampai paling
tinggi. Sedangkan pilihan jawaban berjumlah ganjil.
18. Desain Inventaris Keterlibatan Konsumen (involvement inventory) adalah
metode yang digunakan untuk mengukur keterlibatan konsumen dalam
membeli
produk
susu
UHT
dengan
mengukur
penilaian
seseorang
berdasarakan persepsi dalam menilai susu UHT. Untuk mengukur tingkat
keterlibatan konsumen dalam membeli susu UHT yaitu dengan memberi skor
antara 1 sampai 7. Skor 1 untuk keterlibatan rendah (pada sisi negatif) dan skor
7 untuk keterlibatan tinggi (pada sisi positif) sesuai dengan persepsi konsumen
menilai susu UHT mengenai dimensi yang diteliti sesuai dengan keterlibatan
yang dikembangkan oleh Zaickhowsky dalam Engel, et al (1994)
19. Tipe Perilaku Konsumen yang dikemukakan oleh Henry Assael adalah dengan
membedakan tipe perilaku konsumen berdasarkan keterlibatan konsumen dan
tingkat perbedaan antar merek.
Download