1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, persaingan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, persaingan usaha diantara perusahaan-perusahaan semakin
tajam, terutama sejak dibukanya perdagangan bebas antara ASEAN dengan China
yang disebut ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) pada 1 Januari 2010
lalu. Perdagangan bebas tersebut telah melahirkan spesialisasi, efisiensi dan alih
teknologi sehingga pemerintah harus membuka pasarnya terhadap investasi asing,
sistem manajemen yang profesional dan handal serta impor teknologi asing. Pada
tataran inilah yang mendatangkan persaingan terutama industri manufaktur.
Investor baik dalam maupun luar negeri berusaha mengambil kesempatan tersebut
dengan berusaha membeli saham yang ada. Munculnya kekuatan baru sebagai
dampak semakin besarnya modal baik dalam maupun luar negeri yang masuk
dalam sektor industri manufaktur telah menjadikan industri tersebut menjadi
semakin besar. Disisi lain dengan semakin ketatnya persaingan dalam industri
manufaktur mengakibatkan tidak sedikit perusahaan yang mengalami financial
distress. Apabila hal ini tidak segera diselesaikan akan berdampak besar pada
perusahaan-perusahaan seperti hilangnya kepercayaan dari stakeholder, dan
bahkan perusahaan akan mengalami kebangkutan.
Kondisi demikian menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan
strategi perusahaan agar dapat mempertahankan eksistensinya. Salah satu strategi
yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah melalui penggabungan usaha.
1
2
Penggabungan usaha adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah
menjadi satu entity ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan
lain atau memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain. Dengan
penggabungan usaha diharapkan dapat menimbulkan sinergi, meningkatkan
pangsa pasar, dan diversifikasi usaha. Penggabungan usaha pada umumnya
dilakukan dalam bentuk merger, akuisisi, dan konsolidasi. Menurut Putra
(2004:86) dua bentuk penggabungan usaha yang sering dilakukan oleh perusahaan
untuk menjaga eksistensinya adalah dengan melakukan merger dan akuisisi.
Akuisisi merupakan cara pengembangan dan pertumbuhan perusahaan, dan
merupakan alternatif investasi modal pertumbuhan secara internal. Menurut
Aqimuddin (2010:218), akuisisi adalah salah satu strategi yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan. Langkah akuisisi diambil agar sebuah kelompok usaha
mampu menguasai pasaran di suatu daerah atau negara.
Aktivitas
akuisisi
semakin
meningkat
seiring
dengan
intensnya
perkembangan ekonomi yang makin mengglobal. Di Indonesia akuisisi
menunjukkan skala peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Pada
tahun 1980 dilakukan oleh bank-bank dengan harapan agar dapat memperkuat
struktur modal dan memperoleh keringanan pajak. Sementara di negara-negara
maju seperti Amerika, Kanada dan Eropa Barat, fenomena akuisisi sudah menjadi
pemandangan bisnis yang biasa. Dalam konteks keilmuan akuisisi dapat didekati
dari dua perspektif yaitu dari disiplin keuangan perusahaan (corporate finance)
dan dari menajemen strategi (strategic menagement) dari kedua sisi keuangan
perusahaan. Dari perspektif keuangan perusahaan, akuisisi merupakan salah satu
3
bentuk keputusan investasi jangka panjang (capital budgeting) yang harus
diinvestigasi dan dianalisis dari aspek kelayakan bisnisnya. Dari perspektif
menajemen strategi, akuisisi adalah salah satu alternatif strategi pertumbuhan
melalui jalur eksternal untuk mencapai tujuan perusahan (Lestari, 2011:153). Jadi,
apabila dilihat dari kedua perspektif ini maka tujuan akuisisi tidak lain adalah
keunggulan kompetitif perusahaan jangka panjang yang pada gilirannya dapat
meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimalkan kemakmuran pemegang
saham. Namun jika strategi ini tidak mampu mewujudkan tujuan normatif tersebut
berarti akuisisi akan menjadi kontra produktif. Dengan kata lain, akuisisi bukan
berdampak positif pada peningkatan kemakmuran pemilik perusahaan, tetapi yang
terjadi justru membawa perusahaan kedalam kehancuran. Hal ini sangat mungkin
terjadi mengingat masih tingginya angka kegagalan akuisisi sehingga diperlukan
rencana dan langkah-langkah yang strategis dan matang agar terhindar dari
kegagalan.
Aktivitas akuisisi yang ideal adalah menambah kekuatan bagi perusahaan
yang melakukannya dan meminimalkan kelemahannya. Saat sebuah perusahaan
besar mengakuisisi perusahaan yang lebih kecil yang memenuhi persyaratan,
sebuah kekuatan bisnis baru akan tercipta. Sebagian akuisisi berjalan mulus dan
terbukti sukses. Misalnya akuisisi yang dilakukan Exxon Mobil maupun Synergy
Drive Bhd yang mengambilalih Guthrie Bhd dan Golden Hope Plantation Bhd
pada tahun 2006 yang kemudian mengalami peningkatan hingga nilai kapitalisasi
perusahaan baru diperkirakan RM 31 miliar. Sementara yang lain berujung
petaka. Pada tahun 2000, American Online (AOL) yang dikenal sebagai
4
perusahaan penyedia akses online, membeli Time Warner yang lekat dengan citra
media lama dengan nilai 164 miliar dollar AS. Dalam 18 bulan, perusahan itu
melaporkan kerugian 99 miliar dollar AS dan mencoba memperbaiki kondisi yang
ada. Selain itu, nilai perusahaan pun menyusut drastis dari 226 miliar hingga ke
20 miliar. Kasus kegagalan dari aktivitas akuisisi lainnya terjadi pada bulan April
2010, Hewlett-Packard membeli Palm yang membuat perangkat bergerak.
Namun, Palm kalah bersaing dibandingkan RIM dan makin tenggelam setelah
iPhone dan gadget Android merajai pasar. Akhirnya Palm dibeli oleh HP seharga
1,2 miliar dollar dan menjadi salah satu divisinya. Dalam waktu singkat, HP
menyadari bahwa akuisisi itu merupakan kesalahan besar dan di musim panas
2011, mereka berjuang mendapatkan pembeli untuk Palm dan memutuskan
pemberhentian produksi (http://www.ciputraentrepreneurship.com, diakses pada
tanggal 12 April 2014).
Alasan perusahaan melakukan akusisi adalah sinergi dihasilkan melalui
kombinasi aktivitas secara simultan dari kekuatan atau lebih elemen-elemen
perusahaan yang bergabung sedemikian rupa sehingga gabungan aktivitas tersebut
menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan aktivitasaktivitas perusahaan jika mereka bekerja sendiri (Brigham dan Houston,
2010:468). Alasan lain perusahaan berinvestasi adalah ingin mendapatkan
keuntungan (return) secara ekonomis. Return adalah tingkat keuntungan yang
dihasilkan dari investasi atau tingkat pengembalian dari investasi (Halim,
2003:30). Menurut Payamta dan Setiawan (2004:21) peningkatan kinerja
perusahaan akan tercermin dengan peningkatan return saham. Pengamatan return
5
saham digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dalam jangka pendek. Halpem
(1983) dalam Meilany (2008:3) berpendapat bahwa perilaku perubahan saham
dalam pengumuman merger dan akuisisi mereflesikan gabungan semua informasi
dan pengaruh yang dikeluarkan dalam pengumuman merger dan akuisisi.
Momentum pengumuman akuisisi merupakan gerbang spekulasi pasar
terhadap harga saham perusahaan. Suatu pasar akan bereaksi apabila di dalam
pengumuman tersebut memiliki kandungan informasi. Jika pengumuman
mengandung informasi, maka pasar diharapkan akan bereaksi pada waktu
pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar tersebut dapat
dipengaruhi oleh tingkat keuntungan yang diukur dengan menggunakan return
sebagai nilai perubahan harga atau menggunakan abnormal return. Suatu
peristiwa yang mengandung informasi akan memberikan abnormal return kepada
investor. Sebaliknya, peristiwa yang tidak mengandung informasi tidak akan
memberikan abnormal return kepada investor (Jogiyanto, 2003:411). Penelitian
yang dilakukan Vally Auqie (2013), mengenai dampak merger dan akuisisi
terhadap abnormal return dan kinerja keuangan bidder firm di sekitar tanggal
pengumuman merger dan akuisisi pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2009-2012. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada dampak
signifikan yang diterima oleh pemegang saham bidder firm baik dilihat dari
efisiensi pasar maupun kinerja keuangan.
Volume perdagangan saham merupakan suatu fungsi peningkatan dari
perubahan harga saham dimana harga mereflesikan tingkat informasi juga
merupakan salah satu indikator transaksi perdagangan efek di Bursa Efek
6
Indonesia yang diteliti untuk melihat reaksi pasar modal terhadap peristiwa
akuisisi yang dilakukan suatu perusahaan. Perubahan volume perdagangan saham
di pasar modal menunjukan aktivitas perdagangan saham di bursa dan
mencerminkan keputusan investasi investor. Pengujian reaksi pasar terhadap
informasi akuntansi dengan menggunakan pendekatan volume perdagangan
saham telah di lakukan oleh Beaver (1968) dalam Meilany (2008:4). Hasil
penelitiannya menunjukan bahwa pada periode sekitar pengumuman laporan
keuangan rata-rata kegiatan perdagangan saham 33% lebih tinggi dibandingkan
rata-rata kegiatan perdagangan saham di luar periode pengumuman.
Selain itu, untuk mengukur keberhasilan aktivitas akuisisi dapat dilihat
dari kinerja keuangan perusahaan setelah melakukan akuisisi yang tercermin
dalam laporan keuangan perusahaan (Barlian, 2003:21). Kinerja keuangan
perusahaan menjadi alat ukur bagi investor untuk menilai suatu perusahaan
sehingga perusahaan akan menjaga kondisi keuangan dalam posisi yang aman.
Dari sudut pandang manajemen, laporan keuangan berguna untuk membantu
mengantisipasi kondisi masa depan, yang lebih penting lagi adalah sebagai titik
awal untuk merencanakan tindakan-tindakan yang akan memperbaiki kinerja
dimasa depan (Brigham dan Houston, 2010:133).
Penelitian ini merupakan event study, dengan menggunakan data pasar
keuangan, event study mengukur dampak peristiwa tertentu terhadap nilai
perusahaan. Jogiyanto (2008) dalam Vally Auqie (2013:4) menjelaskan ada tiga
macam bentuk efisiensi pasar, dimana event study merupakan salah satu studi
yang digunakan untuk mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event)
7
yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman dan diukur
menggunakan realized return. Jika realized return yang dihasilkan ini positif
berarti terjadi peningkatan kemakmuran pemegang saham, tetapi jika realized
return yang dihasilkan ini negatif berarti terjadi penurunan kemakmuran
pemegang saham.
Menurut Moin (2003) dalam Vally Auqie (2013:4), ukuran perusahaan
pasti akan bertambah besar setelah melakukan merger dan akuisisi. Berdasarkan
pengukuran akuntansi, jika skala bertambah besar ditambah dengan sinergi yang
diperoleh dari penggabungan usaha, maka laba perusahaan juga meningkat
sehingga kinerja perusahaan setelah merger dan akuisisi seharusnya menjadi lebih
baik dibandingkan sebelum merger dan akuisisi. Perubahan kinerja keuangan
perusahaan sebelum dan sesudah melakukan akuisisi dapat dinilai melalui analisis
terhadap laporan keuangan dengan menggunakan rasio keuangan antara lain rasio
solvabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas.
Penelitian Hadiningsih (2007) tentang analisis dampak jangka panjang
merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi dan
perusahaan diakuisisi di Bursa Efek Jakarta (BEJ), menunjukkan bahwa merger
dan akuisis tidak berpengaruh secara signifikan pada kinerja keuangan yang
diproyeksikan dengan rasio keuangan dan return pada perusahaan pengakuisisi
dan perusahaan diakuisisi. Hasil penelitian senada dilakukan Wiriastari (2010)
dalam analisis dampak pengumuman merger dan akuisisi terhadap return saham
perusahaan akuisitor yang terdaftar di BEI tahun 2004-2008, menghasilkan
kecilnya pengaruh signifikan atau tidak berpengaruh secara signifikan.
8
Hanifah (2010) melakukan penelitian mengenai kinerja keuangan
perusahaan manufaktur sebelum dan sesudah akuisisi menggunakan analisis rasio
keuangan. Hasil penelitian yang dilakukannya menunjukkan kinerja keuangan
perusahaan manufaktur yang diukur dengan Quick Ratio, Current Ratio, ROA,
ROE, dan Price Per Earning Ratio mengalami penurunan setelah melakukan
akuisisi. Kinerja keuangan dalam lima aspek tersebut lebih baik ketika perusahaan
sebelum melakukan akuisisi. Sedangkan kinerja keuangan perusahaan manufaktur
yang diukur dengan Inventory Turnover dan Debt to Equity Ratio mengalami
sedikit peningkatan setelah perusahaan melakukan akuisisi. Oleh karenanya,
kegiatan akuisisi memberi dampak yang positif terhadap kinerja keuangan
perusahaan jika diukur dari dua rasio tersebut meskipun dampak yang diberikan
tidak signifikan.
Penelitian lainnya dilakukan Wibowo (2012), mengenai analisis
perbandingan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah merger dan
akuisisi periode 2004-2010) terhadap perusahaan pengakuisisi tidak menunjukan
perubahan signifikan dibandingkan sebelum dan sesudah akuisisi, tetapi pada
perusahaan target ratio ROI, EPS dan Debt terdapat perbedaan signifikan antara
sebelum dan sesudah merger. Bertolak belakang dengan hasil penelitian tersebut,
penelitian Rahmawati (2007), tentang pengaruh merger dan akuisisi terhadap
kinerja keuangan perusahaan manufaktur go public di Indonesia periode 20012003, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kinerja keuangan
9
(Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, dan Net Profit Margin) sebelum
dan sesudah dilakukannya merger dan akuisisi.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian
mengenai pengaruh akuisisi sangat menarik untuk dilakukan karena adanya hasil
yang tidak konsisten (research gap) sehingga peneliti bermaksud meneliti
kembali dengan beberapa variable dan dengan tahun penelitian yang berbeda.
Penelitian ini secara spesifik mengambil topik “Analisis Perbedaan Return
Saham,Volume Perdagangan Saham, Kinerja Keuangan Sebelum dan
sesudah Akuisisi pada Perusahaan Pengakuisisi di Bursa Efek Indonesia
(Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang melakukan akuisisi
periode 2006 - 2010)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan kajian dan penelitian terdahulu terdapat perbedaan hasil yang
tidak selalu konsisten (research gap) untuk beberapa variabel, pengaruh akuisisi
terhadap return saham, volume perdagangan saham dan kinerja perusahaan dan
juga diketahui terdapat beberapa permasalahan yaitu ketidak sesuaian antara teori
dengan kenyataan yang terjadi di lapangan (fenomena gap) dari perbedaan
tersebut dapat ditarik pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah terdapat perbedaan return saham 10 hari sebelum dan 10 hari sesudah
akuisisi pada perusahaan pengakuisisi di Bursa Efek Indonesia?
10
2. Apakah terdapat perbedaan volume perdagangan saham 10 hari sebelum dan
10 hari sesudah akuisisi pada perusahaan pengakuisisi di Bursa Efek
Indonesia?
3. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan 2 tahun sebelum dan
2 tahun sesudah akuisisi pada perusahaan pengakuisisi di Bursa Efek
Indonesia?
C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk menganalisis secara
empiris :
a. Perbedaan return saham 10 hari sebelum dan 10 hari sesudah akuisisi.
b. Perbedaan volume perdagangan saham 10 hari sebelum dan 10 hari
sesudah akuisisi.
c. Perbedaan kinerja perusahaan 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah
akuisisi.
2. Kontribusi Penelitian
Kontribusi yang diharapkan dari dilaksanakannya penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Secara Teoritis
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pengembangan
keilmuan
dalam
dunia
akademis
terutama
mengenai pengaruh akuisisi terhadap return saham, volume
perdagangan saham, dan kinerja keuangan.
11
2) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti
lainnya yang sejenis dengan cara pandang yang berbeda.
b. Secara Paktis
1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan
pertimbangan bagi perusahaan (emiten) dalam menentukan strategi
penggabungan usaha di masa mendatang.
2) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber
informasi bagi investor dalam memutuskan untuk berinvestasi di
pasar modal.
3) Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan informasi dan
referensi bagi pemerhati pasar modal khususnya dan masyarakat
umumnya dalam berinvestasi di pasar modal.
Download