Triaji Heri Sasongko _A14102044

advertisement
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA
PETERNAKAN KAMBING DAN DOMBA PADA
MT FARM, CIAMPEA, BOGOR
TRIAJI HERI SASONGKO
A14102044
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
RINGKASAN
TRIAJI HERI SASONGKO. Analisis Srategi Pengembangan Usaha
Peternakan Kambing dan Domba pada MT Farm, Ciampea, Bogor. Di
Bawah Bimbingan HENY K. S. DARYANTO.
Subsektor peternakan merupakan subsektor yang memainkan peran
penting dalam pembangunan pertanian. Hal ini dapat dilihat bahwa pada tahun
2004, produk domestik bruto yang dihasilkan subsektor peternakan mengalami
peningkatan sebesar 10,39 persen dibandingkan pada tahun sebelumnya yaitu
meningkat dari Rp 44.499 miliar pada tahun 2003 menjadi Rp 49.121,7 miliar
pada tahun 2004.
MT Farm adalah salah satu perusahaan peternakan kambing dan domba
yang ada di Kabupaten Bogor. Meskipun perusahaan peternakan ini telah dapat
memenuhi permintaan pelanggannya dari luar Bogor seperti Jakarta, Depok,
Tangerang, dan Bekasi, tetapi dengan keberadaannya yang masih baru MT Farm
membutuhkan strategi yang tepat dalam mengembangkan usahanya. Berdasarkan
hal tersebut, maka diperlukan strategi pengembangan usaha agar perusahaan dapat
terus bertahan dan berkembang.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis strategi pengembangan usaha
peternakan kambing dan domba di MT Farm, Ciampea, Bogor. Tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah: mengidentifikasi strategi-strategi usaha yang
sudah dilaksanakan perusahaan, menganalisis faktor- faktor eksternal dan internal
yang menjadi peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan bagi perusahaan, serta
merekomendasikan alternatif strategi yang paling sesuai bagi perusahaan untuk
mengembangkan usahanya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan
pemilihan tempat penelitian secara sengaja (purposive) di MT Farm, Ciampea,
Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan
melakukan wawancara langsung, pengamatan langsung, dan pengisian kuisioner
oleh pihak manajemen perusahaan, serta data sekunder dari dokumen-dokumen
perusahaan, Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Peternakan, internet, penelitianpenelitian terdahulu, serta literatur- literatur yang berkaitan dengan penelitian.
Metode pengolahan data yang digunakan adalah dengan menggunakan Analisis
Deskriptif, Matriks IFE dan EFE, Matriks IE, Matriks SWOT, dan Analisis
Hierarki Proses.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diidentifikasikan
bahwa strategi-strategi yang telah dikembangkan perusahaan saat ini adalah
penetapan harga jual ternak yang hampir sama dengan harga beli, peningkatan
kualitas ternak, peningkatan pelayanan kepada konsumen, merintis usaha aqiqah
baru, dan pengembangan bokasi sebagai produk sampingan perusahaan. Dari hasil
identifikasi terhadap faktor-faktor eksternal perusahaan dihasilkan peluang yang
dapat dimanfaatkan perusahaan yaitu masih tingginya permintaan ekspor produkproduk peternakan dari negara-negara ASEAN dan Timur Tengah, adanya
peluang dikembangkannya agroindustri baru dari hasil sampingan produk
peternakan, penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam, perkembangan
teknologi informasi yang semakin pesat, adanya hambatan bagi pendatang baru
dalam hal kebutuhan permodalan yang cukup besar, tidak adanya produk
substitusi ternak kambing dan domba untuk kegiatan keagamaan khususnya
aqiqah, serta adanya pemasok ternak dan konsentrat yang kontinyu dengan harga
yang sesuai. Sedangkan yang menjadi ancaman bagi perusahaan adalah kondisi
politik dan keamana n yang tidak menentu, masih rendahnya rata-rata persentase
pengeluaran untuk produk-produk peternakan, terbatasnya informasi mengenai
peluang untuk pasar ekspor, masuknya Bogor sebagai daerah yang dinyatakan
rawan penyakit antraks, adanya perusahaan pesaing dengan populasi ternak lebih
besar, serta pembelian ternak yang sering dilakukan secara kredit.
Faktor-faktor internal perusahaan yang saat ini dimiliki oleh perusahaan
dan menjadi kekuatan internal perusahaan yaitu manajemen yang bersifat
kekeluargaan serta kerjasama yang bagus, sumber daya manusia yang mempunyai
latar belakang pendidikan di bidang peternakan, ternak yang berkualitas dengan
harga murah serta pelayanan yang baik, merupakan pemasok ternak untuk
lembaga- lembaga aqiqah di Jabodetabek, kondisi permodalan dan keuangan yang
baik, lokasi kandang serta pelaksanaan produksi yang baik, serta dirintisnya
bidang usaha aqiqah baru bernama Salamah Aqiqah. Sedangkan faktor- faktor
internal yang menjadi kelemahan perusahaan adalah perencanaan yang kurang
terstruktur, promosi perusahaan melalui iklan yang tidak kontinyu, komoditas
ternak yang rentan terhadap penyakit dan kematian, teknologi produksi yang
masih terbatas, serta belum dimilikinya divisi khusus yang menangani masalah
penelitian dan pengembangan.
Dari hasil analisis dengan menggunakan matriks IFE dan EFE diperoleh
bahwa kondisi internal perusahan tergolong kuat dan perusahaan mampu
memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi kelemahan yang dimiliki. Selain itu,
saat ini perusahaan berada dalam kondisi eksternal yang kuat dan dapat
menghindari ancaman dengan memanfaatkan peluang yang ada.
Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan matriks IE, diperoleh
kesimpulan bahwa saat ini perusahaan berada pada kuadran IV yang berarti bahwa
perusahaan berada dalam kondisi grow and build atau tumbuh dan membangun.
Strategi yang paling tepat dilakukan dilakukan adalah strategi intensif (penetrasi
pasar, pengembangan pasar, atau pengembangan produk) dan strategi integratif
(integrasi ke belakang, integrasi ke depan, atau integrasi horisontal).
Prioritas strategi yang diperoleh melalui Analisis Hirarki Proses (AHP)
dari alternatif strategi pada matriks SWOT, yaitu: (1) memperbaiki perencanaan
perusahaan dengan menyusun target dan rencana penjualan berdasarkan pasokan
ternak yang ada di kandang, (2) membangun dan memperkuat jaringan usaha
dengan lembaga- lembaga aqiqah maupun pedagang, (3) mengadakan kerjasama
dengan peternakan kambing dan domba lain khususnya dalam hal penelitian
mengenai bagaimana mengurangi persentase ternak yang sakit ataupun mati, (4)
menggencarkan promosi melalui iklan khususnya pada media yang berciri Islami,
(5) mencari informasi mengenai latar belakang pelanggan yang akan melakukan
pembelian ternak secara kredit, (6) mengembangkan dan memanfaatkan teknologi
informasi berbasis internet, serta (7) mulai memperkenalkan Salamah Aqiqah
sebagai lembaga aqiqah baru yang saat ini masih berada dibawah manajemen MT
Farm.
Dari ketujuh prioritas alternatif strategi yang telah diperoleh tersebut
kemudian diband ingkan dengan strategi yang telah dilaksanakan perusahaan saat
ini secara deskriptif. Berdasarkan hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
terdapat strategi-strategi perusahaan yang telah sesuai dengan kondisi eksternal
dan internal perusahaan. Strategi tersebut yaitu merintis usaha aqiqah baru yang
saat ini masih berada di bawah manajemen MT Farm. Strategi lain yang telah
dilaksanakan perusahaan dan perlu untuk dikembangkan adalah penetapan harga
jual ternak yang murah. Strategi ini dikembangkan dengan cara penyusunan target
dan rencana penjualan. Selain itu, strategi peningkatan kualitas ternak juga perlu
dikembangkan dengan mengadakan kerjasama dengan peternakan kambing dan
domba lain khususnya dalam hal penelitian. Peningkatan pelayanan kepada
konsumen dapat dikembangkan dengan memperkuat jaringan usaha serta dengan
memanfaatkan teknologi informasi berbasis internet.
Alternatif strategi baru yang dapat dilaksanakan perusahaan antara lain:
menggencarkan promosi melalui iklan khususnya media yang berciri Islami dan
mencari informasi mengenai latar belakang pelanggan yang akan melakukan
pembelian ternak secara kredit. Sedangkan strategi yang telah dilaksanakan
perusahaan dan kurang sesuai dengan kondisi internal dan eksternal perusahaan
adalah pengembangan bokasi sebagai produk sampingan perusahaan karena
strategi tersebut tidak mendukung visi dan misi perusahaan yang ingin
menjadikan MT Farm sebagai pusat penjualan kambing dan domba di
Jabodetabek.
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA
PETERNAKAN KAMBING DAN DOMBA PADA
MT FARM, CIAMPEA, BOGOR
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
TRIAJI HERI SASONGKO
A14102044
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
Judul Skripsi
: ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA
PETERNAKAN KAMBING DAN DOMBA PADA MT
FARM, CIAMPEA, BOGOR
Nama
: TRIAJI HERI SASONGKO
NRP
: A14102044
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Heny K.S. Daryanto, M.Ec
NIP. 131 578 790
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. H. Supiandi Sabiham, M.Agr
NIP. 130 422 698
Tanggal Lulus: 31 Mei 2006
PERNYATAAN
DENGAN
BERJUDUL
INI
SAYA
MENYATAKAN
”ANALISIS
STRATEGI
BAHWA
SKRIPSI
PENGEMBANGAN
YANG
USAHA
PETERNAKAN KAMBING DAN DOMBA PADA MT FARM, CIAMPEA,
BOGOR” BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM
PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI TULISAN KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Juni 2006
TRIAJI HERI SASONGKO
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 22 Agustus 1984 di Kabupaten Kebumen
sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara keluarga Bapak Sutrisno dan Ibu
Sudiyati. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri Kutosari 1 pada tahun
1996. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP
Negeri 1 Kebumen dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum yaitu SMU Negeri 1 Kebumen dan
lulus pada tahun 2002.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2002 melalui jalur
USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Di IPB penulis diterima pada Program
Studi Manajemen Agribisnis pada Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan. Penulisan skripsi ini merupakan sua tu penelitian yang dilakukan di
MT Farm, Ciampea, Bogor dengan judul ”Analisis Strategi Pengembangan
Usaha Peternakan Kambing dan Domba pada MT Farm, Ciampea, Bogor”.
Skripsi ini merupakan laporan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi
Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis berusaha mewujudkan kesempurnaan dalam menyajikan skripsi
ini. Namun demikian, penulis menyadari bahwa sebagai manusia memiliki
keterbatasan-keterbatasan. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Juni 2006
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Sebagai salah satu bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu:
1. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan doa, perhatian dan kasih
sayang yang tak pernah putus serta kedua kakakku yang selalu memberikan
semangat bagi penulis dalam melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Heny. K. S. Daryanto, M.Ec sebagai Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatiannya yang sangat
membantu penulis dalam melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini.
3. Ir. Idqan Fahmi, M.Ec atas kesediannya menjadi Dosen Penguji Utama dalam
ujian sidang yang telah memberikan saran-saran demi kesempurnaan skripsi
ini.
4. Febriantina Dewi, SE, M.Sc selaku Dosen Penguji Wakil Departemen dalam
ujian sidang atas segala saran yang telah diberikan.
5. Ir. Dwi Rachmina, MS atas perhatiannya menjadi Dosen Pembimbing
Akademik selama penulis menjalani perkuliahan.
6. Budi Susilo Setiawan, SPt; Afnan Wasom, SPt; Amrul Lubis, Spt; dan
Bahruddin, SPt selaku pihak manajemen MT Farm yang telah membantu
penulis dalam penelitian ini.
7. Mbak Dewi, mbak Dian, mas Supre, dan mbak Etriya yang telah membantu
penulis sebelum dan sesudah seminar serta ujian sidang.
8. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu dan menjadi teman terbaik
penulis: Yenny, Suroso, Maya, Erna, Dudung, Winda, Andrie, Hevy, Asyana,
Roron, Edy, Restu, Renni dan Tisna yang telah membantu penulis dalam
melakukan penjajagan penelitian.
9. Teman-temanku AGB’ 39 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
10. Semua pihak yang telah membantu dan memperlancar penelitian ini.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
I.
PENDAHULUAN…………………........................................................
1.1. Latar Belakang ...................................................................................
1.2. Perumusan Masalah............................................................................
1.3. Tujuan Penelitian................................................................................
1.4. Kegunaan Penelitian...........................................................................
1.5. Ruang Lingkup Penelitian..................................................................
1
1
4
6
7
7
II.
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
2.1. Usaha Ternak Kambing dan Domba ..................................................
2.1.1. Jenis Ternak Kambing dan Domba ..........................................
2.1.2. Pemeliharaan Ternak Kambing dan Domba ............................
2.1.2.1. Pemilihan Bibit Kambing dan Domba ........................
2.1.2.2. Pemberian Pakan Ternak.............................................
2.1.2.3. Pengaturan Kandang Ternak .......................................
2.1.2.4. Pengendalian Penyakit Ternak ....................................
2.1.3. Manajemen Peternakan ............................................................
2.2. Penelitian Terdahulu ..........................................................................
8
8
8
10
10
11
12
13
14
16
III.
KERANGKA PEMIKIRAN...................................................................
3.1. Konsep Strategi ..................................................................................
3.2. Konsep Manajemen Strategi ..............................................................
3.3. Proses Manajemen Strategi ................................................................
3.4. Model Manajemen Strategi ................................................................
3.5. Formulasi Strategi ..............................................................................
3.5.1. Visi, Misi, dan Tujuan.............................................................
3.5.2. Analisis Lingkungan Internal ..................................................
3.5.3. Analisis Lingkungan Eksternal ...............................................
3.6. Alternatif Strategi Utama ...................................................................
3.7. Metode Proses Hierarki Analitik........................................................
3.8. Kerangka Pemikiran Operasional.......................................................
23
23
25
26
27
28
28
30
32
35
38
41
IV.
METODE PENELITIAN .......................................................................
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian..............................................................
4.2. Jenis dan Sumber Data .......................................................................
4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data...............................................
4.3.1. Analisis Deskriptif..................................................................
4.3.2. Analisis Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
dan EFE (External Factor Evaluation) ..................................
4.3.3. Analisis Matriks IE (Internal-External Matrix) .....................
44
44
44
45
45
45
50
4.3.4. Analisis SWOT
(Strengths-Weakness-Opportunities-Threats) ........................ 52
4.3.5. Metode Proses Hirarki Analitik
(Analitic Hierarchy Process) ................................................. 53
V.
VI.
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ................................................
5.1. Sejarah Umum Perusahaan................................................................
5.2. Lokasi Perusahaan.............................................................................
5.3. Fasilitas Usaha ...................................................................................
5.4. Struktur Organisasi............................................................................
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR EKSTERNALINTERNAL PERUSAHAAN DAN STRATEGI YANG
TELAH DIKEMBANGKAN .................................................................
6.1. Identifikasi Faktor-faktor Eksternal ..................................................
6.1.1. Faktor Politik...........................................................................
6.1.2. Faktor Ekonomi.......................................................................
6.1.3. Faktor Sosial............................................................................
6.1.4. Faktor Teknologi .....................................................................
6.1.5. Masuknya Pendatang Baru......................................................
6.1.6. Persaingan Antar Perusahaan..................................................
6.1.7. Ancaman Produk Substitusi ....................................................
6.1.8. Kekuatan Tawar Menawar Pihak Pembeli ..............................
6.1.9. Kekuatan Tawar Menawar Pihak Pemasok.............................
6.2. Identifikasi Faktor-faktor Internal.....................................................
6.2.1. Manajemen..............................................................................
6.2.2. Pemasaran................................................................................
6.2.3. Keuangan.................................................................................
6.2.4. Produksi dan Operasi ..............................................................
6.2.5. Penelitian dan Pengembangan.................................................
6.3. Identifikasi Strategi yang Telah Dikembangkan
Perusahaan ........................................................................................
Identifikasi Faktor-Faktor yang Menjadi Peluang,
Ancaman, Kekuatan, dan Kelemahan Perusahaan............................
Identifikasi Peluang dan Ancaman Eksternal
Perusahaan...............................................................................
Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Internal
Perusahaan...............................................................................
59
59
60
61
62
64
64
64
66
68
70
72
73
75
76
77
79
79
81
84
85
88
89
94
94
95
VII. PERUMUSAN ALTERNATIF STRATEGI
PENGEMBANGAN USAHA ................................................................. 97
7.1. Identifikasi Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan ................................ 97
7.2. Matriks External Factor Evaluation (EFE) ...................................... 98
7.3. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ........................................ 100
7.4. Matriks Internal-Eksternal (IE) ........................................................ 103
7.5. Matriks SWOT .................................................................................. 104
7.6. Tahap Pemilihan Strategi Pengembangan Usaha.............................. 109
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 112
8.1. Kesimpulan........................................................................................ 112
8.2. Saran .................................................................................................. 115
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 116
LAMPIRAN ....................................................................................................... 119
DAFTAR TABEL
Nomor
Teks
Halaman
Tabel 1.
Produk Domestik Bruto Sektor Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan Tahun 2003-2004 ...................................... 1
Tabel 2.
Populasi Berbagai Jenis Ternak Besar di Indonesia
Tahun 2001-2004 ................................................................................ 2
Tabel 3.
Hasil Penelitian Terdahulu tentang Ternak Kambing
dan Domba .......................................................................................... 17
Tabel 4.
Hasil Penelitian Terdahulu tentang Proses Hirarki
Analitik ................................................................................................ 20
Tabel 5.
Penilaian Bobot Faktor Strategi Internal Perusahaan.......................... 48
Tabel 6.
Penilaian Bobot Faktor Strategi Eksternal Perusahaan....................... 48
Tabel 7.
Matriks IFE ......................................................................................... 49
Tabel 8.
Matriks EFE ........................................................................................ 50
Tabel 9.
Nilai Skala Banding Berpasangan....................................................... 56
Tabel 10. Matriks Pendapat Individu (MPI) ....................................................... 57
Tabel 11. Matriks Pendapat Gabungan (MPG) ................................................... 57
Tabel 12. Usaha Peternakan Kambing dan Domba di Wilayah Bogor ............... 74
Tabel 13. Daftar Harga ternak MT Farm ............................................................ 83
Tabel 14. Peluang dan Ancaman Eksternal MT Farm ........................................ 95
Tabel 15. Kekuatan dan Kelemahan Internal MT Farm...................................... 96
Tabel 16. Matriks EFE MT Farm........................................................................ 99
Tabel 17. Matriks IFE MT Farm ....................................................................... 102
Tabel 18. Perumusan Strategi MT Farm dengan Matriks SWOT ..................... 105
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Teks
Halaman
Gambar 1. Grafik Penjualan Ternak Kambing dan Domba
MT Farm Tahun 2005-2006 .............................................................. 6
Gambat 2. Model Tingkatan Strategi ................................................................. 25
Gambar 3. Model Proses Manajemen Strategis .................................................. 29
Gambar 4. Model Lima Kekuatan Bersaing ...................................................... 35
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional...................................................... 43
Gambar 6. Matriks IE (Internal-External) .......................................................... 51
Gambar 7. Matriks SWOT ................................................................................. 53
Gambar 8. Model Struk tur Hierarki ................................................................... 54
Gambar 9. Struktur Organisasi MT Farm ........................................................... 63
Gambar 10. Posisi MT Farm pada Matriks IE .................................................... 103
Gambar 11. Model Hirarki Keputusan Pemilihan Strategi
Pengembangan Utama MT Farm .................................................... 109
Gambar 12. Analisis Pendapat Individu General Manager
MT Farm ......................................................................................... 110
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Pemberian Bobot dan Peringkat Faktor- faktor Eksternal
Perusahaan..................................................................................................... 120
2. Pemberian Bobot dan Peringkat Faktor- faktor Internal
Perusahaan..................................................................................................... 124
3. Hasil Pengolahan dengan Metode AHP ........................................................ 128
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian memiliki kontribusi yang besar dala m pembangunan
ekonomi Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari produk domestik bruto untuk sektor
pertanian secara kumulatif sampai tahun 2004 masih mengalami pertumbuhan
sebesar 4,06 persen dibandingkan pada tahun 2003 (BPS, 2004). Kontribusi
sektor pertanian juga terlihat dari jumlah tenaga kerja yang dapat diserap
mencapai 43,33 persen pada tahun 2004 (BPS, 2004). Hal tersebut dapat menjadi
alasan pemerintah untuk lebih menitikberatkan pengembangan sektor pertanian
sehingga dapat terwujud pertanian yang tangguh.
Subsektor peternakan merupakan subsektor yang memainkan peran
penting dalam pembangunan pertanian. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada
tahun 2004, produk domestik bruto yang dihasilkan subsektor peternakan
mengalami peningkatan sebesar 10,39 persen dibandingkan pada tahun
sebelumnya yaitu meningkat dari Rp 44.499 miliar pada tahun 2003 menjadi Rp
49.121,7 miliar pada tahun 2004 (BPS, 2004).
Tabel 1. Produk Domestik Bruto Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan
dan Perikanan Tahun 2003-2004 (miliar rupiah)
No
Subsektor
2003
2004
Persentase (%)
1 Tanaman Bahan Makanan
163825,8
170912,2
4,33
2 Tanaman Perkebunan
48829,8
57418,9
17,59
3 Peternakan
44499,0
49121,7
10,39
4 Kehutanan
20202,4
21716,6
7,50
5 Perikanan
48296,7
55265,9
14,43
Sumber: BPS (2004)
Peningkatan produk domestik bruto dari subsektor peternakan tersebut
merupakan peningkatan tertinggi ketiga setelah subsektor perkebunan dan
perikanan. Berdasarkan hal tersebut, maka diharapkan subsektor peternakan dapat
menjadi sektor pertumbuhan baru, baik dalam sektor pertanian maupun
perekonomian nasional Indonesia.
Selama tahun 2004, populasi ternak besar di Indonesia mengalami
peningkatan. Dari Tabel 2, terlihat bahwa peningkatan terjadi pada seluruh jenis
ternak besar, dengan rata-rata peningkatan sebesar 3,54 persen per tahun.
Peningkatan yang cukup signifikan terjadi pada populasi ternak kambing dan
domba yaitu sebesar 4,28 persen, dan 4,20 persen. Berdasarkan hal tersebut, maka
kambing dan domba
merupakan ternak yang cukup berpotensi untuk
dikembangkan.
Tabel 2.
Populasi Berbagai Jenis Ternak Besar di Indonesia Tahun 20012004 (000 ekor)
Peningkatan
Jenis Ternak
2001
2002
2003
2004
Rata-rata per
Tahun (%)
Sapi Perah
368,0
370,8
373,7
381,6
1,22
Sapi Potong
10096,4 10298,3
10504,3 10726,2
2,04
Kerbau
2287,0
2411,6
2459,4
2572,4
4,01
Kuda
396,9
404,9
413,0
432,1
2,87
Kambing
11861,6 12549,1
12722,4 13441,7
4,28
Domba
7294,0
7337,9
7811,2
8245,8
4,20
Babi
5867,0
5984,3
6150,5
6569,0
3,86
Total
38170,9 39356,9
40434,5 42368,8
3,54
Sumber : BPS (2004)
Kambing dan domba merupakan ternak yang mempunyai banyak manfaat
dan memiliki potensi ekonomi yang baik. Selain untuk diambil daging dan
susunya, kambing dan domba juga bermanfaat dalam kegiatan keagamaan,
misalnya pelaksanaan aqiqah dan ibadah kurban. Selama ini, produksi daging
kambing dan domba belum mencukupi permintaan yang jumlahnya kurang lebih
400.000 ton/tahun. Hal ini mengakibatkan masih dilaksanakannya impor daging
untuk mencukupi permintaan tersebut (Mulyono, 2005).
Jawa Barat adalah daerah yang mempunyai keunggulan dibandingkan
propinsi lain dalam hal populasi ternak kambing dan domba, dimana pada tahun
2004 populasi ternak domba tercatat sebanyak 3,67 juta ekor (nomor 1 secara
nasional), dan kambing 1,3 juta ekor (nomor 3 di tingkat nasional). Untuk
kebutuhan konsumsi daging, selain telah dapat memenuhi permintaan dari
konsumen di Jawa Barat sendiri, lebih dari 20,78 ribu ekor per tahun dikirim ke
DKI Jakarta. 1
Sebagai daerah yang berada dekat dengan ibukota negara DKI Jakarta,
Bogor mengalami pertumbuhan yang cukup pesat dalam perekonomiannya. Data
statistik Bogor menunjukkan adanya peningkatan produk domestik bruto sebesar
13,22 persen pada tahun 2004 dengan peningkatan pada subsektor peternakan
sebesar 12,18 persen. Peningkatan pada subsektor peternakan tersebut merupakan
peningkatan tertinggi dibandingkan dengan subsektor lain dalam sektor pertanian.
Hal ini menunjukkan pentingnya subsektor peternakan dalam pembangunan
perekonomian di Bogor.
Pada tahun 2004 jumlah populasi ternak kambing dan domba di Bogor
masing- masing adalah 117.250 ekor dan 229.637 ekor. Untuk populasi kambing,
jumlah tersebut merupakan terbesar kedua di Jawa Barat setelah Kabupaten
Karawang. Sedangkan untuk populasi domba, jumlah tersebut merupakan terbesar
kelima di Jawa Barat (BPS Jawa Barat, 2004). Jumlah populasi ternak kambing
1
http://www.disnakjabar.go.id/index.php?mod=tentangdisnak diakses tanggal 9 Februari 2006
dan domba yang cukup berpotensi serta sumber daya manusia yang mempunyai
jiwa
kewirausahaan
tinggi
merupakan
faktor
yang
dapat
mendukung
berkembangnya perusahaan peternakan kambing dan domba di Bogor.
MT Farm adalah salah satu perusahaan peternakan kambing dan domba
yang ada di Kabupaten Bogor. Meskipun perusahaan peternakan ini telah dapat
memenuhi permintaan pelanggannya dari luar Bogor seperti Jakarta, Depok,
Tangerang, dan Bekasi, tetapi untuk dapat mengembangkan usahanya MT Farm
membutuhkan strategi usaha yang tepat. Berdasarkan hal tersebut, maka
diperlukan strategi pengembangan usaha agar perusahaan dapat terus bertahan dan
berkembang.
1.2. Perumusan Masalah
MT Farm merupakan perusahaan peternakan yang telah mempunyai
pelanggan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi baik
lembaga aqiqah, pedagang maupun konsumen perorangan. Saat ini, pemasaran
yang dilakukan oleh MT Farm adalah menjual kambing dan domba kepada
pedagang dan konsumen yang datang langsung atau memesan ke perusahaan.
Frekuensi pemasaran MT Farm ini meliputi pasar harian yang menyediakan
kambing dan domba untuk kebutuhan aqiqah dan acara-acara lainnya seperti
pernikahan baik dalam bentuk hidup, siap masak (potongan daging), dan siap saji
(sate, gulai) serta pasar tahunan yang me nyediakan kambing dan domba untuk
kurban. Dalam jangka panjang, perusahaan mempunyai tujuan menjadi supplier
kambing dan domba untuk wilayah Jabodetabek, nasional dan luar negeri.
Memasuki pasar yang lebih besar bukanlah suatu hal yang mudah.
Perusahaan membutuhkan kesiapan baik dalam hal modal maupun manajemen
yang mantap untuk mengelola operasi yang semakin besar (David, 2004).
Meskipun saat ini perusahaan telah menjadi pemasok ternak kambing dan domba
untuk lembaga- lembaga aqiqah di wilayah Jabodetabek dan sekitarnya, tetapi
dalam perencanaan manajemennya masih kurang terstruktur. Hal ini dapat dilihat
bahwa perencanaan mengenai langkah- langkah yang harus dilaksanakan
perusahaan baik dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang sering
mengalami perubahan.
Selain itu, adanya perusahaan pesaing yang memiliki populasi ternak
kamb ing dan domba lebih besar serta pembelian ternak yang dilakukan secara
kredit oleh pelanggan, baik secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
aliran keuangan perusahaan2 . Perusahaan yang saat ini menjadi pesaing utama MT
Farm adalah Peternakan Barokah dengan populasi ternak yang lebih besar.
Namun, apabila dilihat dari frekuensi penjualannya, Peternakan Barokah lebih
mengincar target pasar dengan frekuensi tahunan sehingga perputaran ternak yang
diusahakannya sangat lambat.
Grafik penjualan ternak kambing dan domba MT Farm pada Gambar 1
menunjukkan bahwa penjualan kambing dan domba pada bulan Januari 2006
mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu dari 124 ekor pada bulan
Desember meningkat menjadi 768 ekor pada bulan Januari. Hal ini dikarenakan
pada bulan Januari bertepatan dengan Hari Raya Kurban. Meskipun demikian,
pada bulan Februari, penjualan kambing dan domba kembali mengalami
penurunan yang cukup tajam.
2
Hasil wawancara dengan pihak manajemen MT Farm
A
pr
il
M
ar
et
Ja
nu
ar
i
Fe
br
ua
ri
O
kto
be
r
N
ov
em
be
r
D
es
em
be
r
Ju
li
A
gu
stu
s
Se
pte
m
be
r
Ju
ni
M
ei
Penjualan (ekor)
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
Bulan (2005-2006)
Gambar 1. Grafik Penjualan Ternak Kambing dan
Domba MT Farm Tahun 2005-2006
Sumber: Bagian Administrasi MT Farm (2006)
Melihat dari kenyataan yang ada, MT Farm harus dapat melakukan
beberapa usaha agar terus dapat berkembang. Untuk mencapai suatu posisi yang
lebih unggul dibandingkan pesaing, perusahaan harus mengetahui tujuan,
kekuatan dan kelemahan serta pola reaksi perusahaan terhadap pesaing, sehingga
dapat dirumuskan suatu strategi yang sesuai (Kotler, 2002). Oleh karena itu,
proses perumusan strategi sangat diperlukan perusahaan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Dalam proses perumusan strategi, perusahaan harus mengidentifikasi
faktor- faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan serta
faktor- faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan perusahaan.
Dengan mengetahui faktor- faktor tersebut, diharapkan perusahaan dapat membuat
sejumlah strategi alternatif untuk perusahaan dan memilih strategi tertentu untuk
digunakan (David, 2004).
Sehubungan dengan hal tersebut, maka permasalahan yang dihadapi MT
Farm dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Strategi-strategi usaha apa yang sudah dilaksanakan perusahaan?
2. Faktor-faktor eksternal dan internal apa yang menjadi peluang dan ancaman
serta kekuatan dan kelemahan bagi perusahaan?
3. Alternatif
strategi
apa
yang paling
sesuai
bagi perusahaan
untuk
mengembangkan usahanya?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: Berdasarkan latar belakang dan perumusan
masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi strategi-strategi usaha yang sudah dilaksanakan perusahaan?
2. Menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi peluang,
ancaman, kekuatan, dan kelemahan bagi perusahaan.
3. Merekomendasikan alternatif strategi yang paling sesuai bagi perusahaan
untuk mengembangkan usaha nya.
1.4. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah:
1. Sebagai tambahan masukan dan pertimbangan bagi pihak manajemen MT
Farm dalam menentukan strategi pengembangan usaha.
2. Sebagai dasar acuan bagi penelitian lebih lanjut yang lebih mendalam.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini terfokus pada kondisi internal maupun eksternal perusahaan.
Penelitian dilaksanakan sampai tahap rekomendasi strategi pengembangan usaha
yang dapat dilakukan oleh perusahaan, sedangkan implementasinya diserahkan
kepada pihak manajemen perusahaan karena mereka lebih mengetahui strategi
yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi perusahaan saat ini.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usaha Ternak Kambing dan Domba
Dalam menjalankan usaha peternakan kambing dan domba, diperlukan
pengetahuan mengenai jenis ternak, pemeliharaan ternak, dan manajemen
peternakan kambing dan domba. Secara rinci, hal- hal tersebut dijelaskan sebagai
berikut:
2.1.1
Jenis Ternak Kambing dan Domba
Pengetahuan tentang jenis kambing dan domba diperlukan dalam
menjalankan usaha peternakan kambing dan domba, terutama saat melakukan
seleksi induk dan pejantan (Mulyono, 2005). Jenis-jenis kambing yang ada di
Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Kambing kacang: merupakan kambing asli Indonesia yang berbadan kecil dan
relatif pendek. Kambing ini biasa disebut juga kambing jawa. Kambing
kacang tidak mempunyai garis keturunan yang khusus karena sebagian besar
sistem perkawinannya terjadi di tanah lapang.
2. Kambing merica: juga merupakan kambing asli Indonesia. Jenis kambing ini
mempunyai ukuran badan yang relatif kecil dibandingkan dengan kambing
kacang. Kambing merica banyak terdapat di Pulau Sulawesi.
3. Kambing gembrong: juga termasuk kambing lokal Indonesia yang banyak
ditemui di Pulau Bali dengan bentuk badan yang lebih besar daripada
kambing kacang.
4. Kambing etawah: merupakan kambing yang berasal dari India. Jenis kambing
ini mempunyai kelebihan pada produksi susunya. Kambing etawah
mempunyai telinga yang panjang sampai 30 cm dan waarna bulu yang belang,
antara hitam-putih, atau cokelat-putih.
5. Kambing peranakan etawah: merupakan hasil persilangan antara kambing
kacang dengan kambing etawah dan dapat beradaptasi terhadap kondisi dan
habitat Indonesia. Kambing jenis ini mempunyai ciri-ciri antara kambing
kacang dan kambing etawah.
6. Kambing saanen: merupakan kambing yang berasal dari dataran Eropa. Jenis
kambing ini juga termasuk tipe perah. Kambing saanen mempunyai telinga
relatif kecil dan tegak, baik jantan maupun betina tidak bertanduk.
Sedangkan jenis-jenis domba yang ada di Indonesia adalah sebagai
berikut :
1. Domba ekor tipis: merupakan domba asli Indonesia. Sekitar 80 persen
populasinya ada di Jawa Barat dan Jawa Tengah (Mulyono, 2005). Domba ini
mempunyai tubuh yang kecil sehingga disebut domba kacang atau domba
jawa.
2. Domba priangan: berasal dari Jawa Barat. Jenis domba ini biasa disebut
domba garut. Apabila dibandingkan dengan domba ekor tipis, domba ini
termasuk domba tipe besar.
3. Domba ekor gemuk: banyak ditemui di Jawa Timur, Madura, Sulawesi, dan
Lombok. Jenis domba ini mempunyai ciri khas yaitu bentuk ekor yang
panjang, lebar, tebal, besar, dan semakin ke ujung semakin kecil.
4. Domba merino: berasal dari daerah Asia kecil. Jenis domba ini dikenal
sebagai pengahasil wol terbaik dengan panjang bulu mencapai 10 cm. Domba
merino berkembang baik di Spanyol, Inggris, dan Australia.
5. Domba suffolk: berasal dari Inggris dengan bobot badan yang tinggi. Domba
jenis ini unggul karena persentase daging yang tinggi, yaitu 55-65 persen
bobot badan.
6. Domba dorset: merupakan tipe pedaging yang bagus dan penghasil wol yang
sedang. Persentase daging yang dapat dihasilkan jenis domba ini adalah
sebesar 50-65 persen.
2.1.2
Pemeliharaan Ternak Kambing dan Domba
Dalam melakukan pemeliharaan ternak kambing dan domba terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan seperti pemilihan bibit, pemberian pakan,
pengaturan kandang, dan pengendalian terhadap penyakit ternak. Hal-hal tersebut
dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
2.1.2.1 Pemilihan Bibit Kambing dan Domba
Pemilihan bibit ternak harus disesuaikan dengan tujuan dari usaha, apakah
untuk pedaging atau perah, misalnya: kambing kacang untuk produksi daging,
kambing etawah untuk produksi susu, dan lain- lain (Dinas Peternakan, 1997).
Sumoprastowo (1993) menyatakan bahwa pemilihan bibit ternak merupakan
langkah penting setelah penentuan lokasi. Langkah ini bertujuan memperoleh
bibit-bibit yang akan memberikan Pertambahan Berat Badan Harian (PBBH)
tinggi pada rentang waktu pemeliharaan, sehingga keuntungan yang diperoleh
maksimal. Dalam hal usaha penggemukan kambing dan domba, beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bibit adalah jenis kambing dan domba,
jenis kelamin, dan penampilan fisik. Selain itu, pemilihan bibit harus
memperhatikan usia ternak yang masih muda dan tidak pernah terserang penyakit
yang membahayakan (Duldjaman dan Rahayu, 1996). Menurut Dinas Peternakan
(1997), bibit ternak yang baik juga harus berbulu bersih dan mengkilat serta
mempunyai daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan.
2.1.2.2 Pemberian Pakan Ternak
Pemberian pakan ternak kambing dan domba tergantung pada tujuan
pemeliharaannya. Mulyono (2005) berpendapat bahwa pakan sangat penting
diperlukan untuk pertumbuhan ternak karena mengandung zat gizi. Oleh
karenanya, pakan harus tersedia terus. Pakan dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu hijauan sebagai pakan utama dan pakan penguat seperti konsentrat sebagai
pakan tambahan (Suharno dan Nazarudin, 1994).
Menurut Mulyono (2005), pakan hijauan
kandungan
protein
relatif
rendah,
sedangkan
seperti rumput mempunyai
legum
(kacang-kacangan)
mempunyai kandungan protein relatif tinggi. Untuk ternak yang bunting,
dianjurkan komposisi rumput 60 persen dan legum 40 persen. Untuk kambing dan
domba yang baru menyusui, komposisinya adalah rumput 50 persen dan hijauan
legum 50 persen.
Pakan penguat merupakan pakan yang mempunyai kandungan zat
makanan tertentu dengan kandungan energi relatif tinggi, serat kasar rendah, dan
daya cerna yang relatif baik. Pakan ini cocok untuk menambah zat makanan yang
ada (Mulyono, 2005).
Siregar (1996) membedakan cara pemberian pakan untuk ternak menjadi
dua cara, yaitu dengan digembalakan dan dijatah dalam kandang. Ternak yang
diberi pakan dengan cara dijatah diberikan 2-3 kali sehari. Pemberian pakan
secara ekonomis dan teknis yang memenuhi persyaratan, dilandasi beberapa
kebutuhan sebagai berikut: (1) kebutuhan hidup pokok yaitu kebutuhan sejumlah
zat makanan untuk menjaga dan mempertahankan kondisi tubuh ternak kambing,
(2) kebutuhan untuk pertumbuhan, (3) kebutuhan untuk reproduksi, (4) kebutuhan
untuk laktasi yaitu kebutuhan untuk memproduksi susu untuk anaknya maupun
sebagai ternak perah (Murtidjo, 1993).
2.1.2.3 Pengaturan Kandang Ternak
Mulyono (2005) mengungkapkan bahwa dalam pemeliharaan kambing
dan domba, perkandangan perlu diperhatikan. Kandang merupakan tempat
berlindung ternak dari hujan dan terik matahari sehingga ada rasa nyaman.dalam
kandang yang baik, ternak akan mampu berkembang dan tumbuh secara normal.
Sebaliknya, dalam kandang yang jelek memungkinkan ternak menjadi lambat
tumbuh, kurang sehat, dan terjadi pemborosan pakan.
Menurut Murtidjo (1993), ada beberapa tipe kandang kambing dan domba
yang terbentuk karena perbedaan kondisi daerah pemeliharaan, tingkat skala
usaha, dan tingkat pengetahuan peternak. Kandang tersebut adalah tipe kandang
panggung dan lemprok (non panggung). Umumnya peternak membangun kandang
panggung. Kandang panggung merupakan kandang yang konstruksinya dibuat
panggung atau di bawah lantai kandang terdapat kolong untuk menampung
kotoran.
Mulyono (2005) membagi jenis kandang kambing dan domba yang
disesuaikan dengan tujuan dari pemeliharaan kambing dan domba menjadi tiga
jenis. Jenis-jenis kandang tersebut antara lain adalah:
1. Kandang koloni: merupakan kandang yang tidak ada penyekat atau kalau
disekat, ukuran kandang relatif luas, untuk memelihara beberapa kambing dan
domba sekaligus.
2. Kandang individual: merupakan kandang yang disekat-sekat sehingga hanya
cukup untuk satu ekor kambing atau domba.
3. Kandang beranak dan menyusui: merupakan kandang yang dikhususkan untuk
induk yang baru saja melahirkan dan kemudian menyusui anaknya.
2.1.2.4 Pengendalian Penyakit Ternak
Dalam usaha peternakan kambing dan domba, kesehatan merupakan hal
yang sangat penting karena berhubungan dengan produksi (Mulyono, 2005).
Tindakan pertama yang dianjurkan pada usaha pemeliharaan kambing dan domba
adalah melakukan pencegahan terjangkitnya penyakit. Duldjaman dan Rahayu
(1996) menyebutkan ada hal- hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan upaya
pencegahan dan pemberantasan penyakit antara lain: (1) memelihara kebersihan
baik ternak, pakan, tempat minum, maupun peralatannya, (2) tidak mencampur
domba yang sakit dengan yang sehat, sehingga tidak terjadi penularan, dan (3)
melakukan vaksinasi dan pemberian obat pencegahan penyakit secara teratur.
Mulyono (2005) menyatakan bahwa peningkatan suhu badan ternak
merupakan pertanda paling awal akan timbulnya suatu gangguan kesehatan. Suhu
normal adalah 100,9 sampai 103,8ºF. Penyakit-penyakit yang banyak dijumpai
antara lain adalah :
1. Blackleg, disebabkan oleh Clostridium chuveio, dengan tanda-tandanya adalah
terjadinya peradangan otot, kelumpuhan, pembengkakan pada kaki bagian atas
dan ternak terlihat kelelahan, pembengkakan terasa panas dan sakit yang
kemudian menjadi dingin kembali, nafsu makan turun dan suhu badan berada
antara 105 sampai 106ºF. Penyakit ini bersifat menular melalui kontak
langsung dengan hewan lainnya.
2. Bruselosis (Penyakit Bang), tanda utama dari penyakit ini adalah terjadinya
keguguran setelah kebuntingan berumur lima bulan. Pada ternak jantan, tanda
penyakit ini dapat terlihat melalui skrotum yang tampak membengkak dan
berwarna merah. Infeksi ini menyebabkan ternak menjadi steril.
3. Kembung (Bloat), tanda-tanda dari penyakit ini adalah pembengkakan dalam
ukuran yang abnormal pada bagian sebelah sisi kiri dari seekor hewan.
Keadaan yang parah menyebabkan timbulnya tekanan pada diafragma dan
paru-paru hingga menyulitkan pernafasan. Pakan konsentrat yang terlalu
banyak di duga menjadi penyebab terjadinya kembung.
4. Penyakit lainnya yang banyak diderita adalah foot rot, milk fever, pneumonia,
soremouth, dan tetanus.
2.1.3
Manajemen Peternakan
Rasyaf (1999) menyebutkan bahwa istilah ”peternakan” dan ”ternak”
mengandung makna tertentu yang bersifat timbal balik antara dua sistem.
Kegiatan yang mengelola ternak itulah yang disebut peternakan. Peternakan
merupakan suatu kegiatan usaha yang menerapkan prinsip-prinsip manajemen
pada aspek teknis beternak yang selaras berlandaskan ilmu peternakan yang benar
agar tujuan usaha dapat tercapai. Manajemen peternakan tidak dapat dipisahkan
dengan peternakan. Sehingga bila prinsip-prinsip peternakan tidak diterapkan
maka kegiatan itu bukanlah peternakan yang komersial.
Dalam manajemen peternakan, suatu usaha peternakan dapat dikatakan
komersil bila ada permintaan atas produk dari usaha itu (Rasyaf, 1999). Dalam hal
ini jumlah produksi disesuaikan dengan aspek permintaan. Namun, sekarang ini
jumlah produksi tidak lagi didasarkan pada permintaan konsumen, tetapi berawal
dari penawaran produsen.
Manajemen peternakan bukanlah sesuatu yang menunjukkan ”apa yang
seharusnya”, melainkan ”apa yang sebaiknya”. Oleh karena itu, hasil yang
diperoleh dapat berlainan antara suatu peternakan dengan peternakan lain
walaupun sumber ilmu manajemennya sama. Dalam hal ini pengusaha atau
peternak dihadapkan pada berbagai konsep manajemen yang kelak dapat
membantunya mencapai tujuan.
Rasyaf (1999) membagi kegiatan peternakan menjadi tiga proses yaitu
masukan berupa pemilihan lokasi, bibit, makanan, pemeliharaan, dan pencegahan
penyakit yang merupakan kegiatan awal produksi, dilanjutkan dengan kegiatan
produksi, dan diakhiri dengan kegiatan pascaproduksi.
1. Kegiatan awal produksi
Dalam kegiatan awal produksi, setiap peternakan membutuhkan tanah
sebagai lokasi bernaungnya ternak. Menurut Gumbira dan Intan (2001),
perusahaan peternakan yang dikelola dengan modal investasi yang cukup besar,
maka pemilihan lokasi tersebut akan besar pengaruhnya bagi keberhasilan dan
kesinambungan usaha. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan
lokasi adalah ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan sarana dan prasarana fisik
penunjang, lokasi pemasaran, dan ketersediaan insentif wilayah. Apabila ditinjau
dari pengelolaan hasil peternakan, maka yang sangat menentukan adalah lokasi.
Walaupun demikian, faktor bibit, pemeliharaan, dan makanan tidak dapat
disampingkan.
2. Kegiatan produksi
Gumbira dan Intan (2001) menyatakan bahwa kegiatan produksi
merupakan proses transformasi masukan menjadi suatu keluaran. Proses produksi
dalam usaha peternakan menjadi suatu kegiatan yang sangat menentukan
keberhasilan usaha dan merupakan penyedot biaya paling besar. Dengan
demikian, kegiatan produksi tersebut harus dilakukan secara efektif dan efisien
untuk mencapai produktivitas yang tinggi.
Untuk memberikan hasil yang baik sesuai selera konsumen, semua aspek
teknis produksi harus dipadukan dengan sumber daya produksi agar target
produksi dapat tercapai. Dalam hal ini, peternak perlu mengatur segala sumber
daya yang digunakan agar aktivitas internal sesuai rencana semula sehingga
aktivitas eksternal dapat dilakukan (Rasyaf, 1999).
3. Kegiatan pascaproduksi
Kegiatan pascaproduksi dimulai sejak hasil produksi dikeluarkan dari
tubuh ternak atau sejak ternak siap dijual. Tujuan pascaproduksi adalah mengelola
hasil produksi agar kualitas yang terbaik dapat diperoleh. Aktivitasnya melibatkan
manusia dan sasaran usaha. Oleh karena itu, dalam pascaproduksi terlibat
manajemen dan pengetahuan tentang pemasaran hasil produksi ternak (Rasyaf,
1999).
2.2 Penelitian Terdahulu
Dari hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penelitian yang
berkaitan dengan komoditi ternak kambing dan domba telah banyak dilakukan.
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dalam ruang lingkup
sosial ekonomi dapat dilihat dalam Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Penelitian Terdahulu tentang Ternak Kambing dan Domba
No.
Penulis
1 Asep Kosasih
Judul
Tahun
Formulasi
Model
Pengembangan 2001
Agribisnis Pembibitan Ternak Domba di
Wilayah Kabupaten Sumedang
2 Dewi Fitria
Prospek Pengembangan Usaha Ternak 2001
Domba Komersil (Studi Kasus pada
Peternakan Domba Tawakal, Kampung
Cimande Hilir, Kecamatan Caringin,
Bogor)
3 Divera Wicaksono Kajian Pengembangan Usaha Ternak 2002
Domba di Desa Cigudeg, Kecamatan
Cigudeg, Kabupaten Bogor
4 Novita Ratnawati Kajian
Kelayakan
Finansial 2002
Pengembangan Usaha Peternakan Sapi
dan Kambing Perah di Pesantren Darul
Fallah, Ciampea, Bogor
5 Ria Ulfa Maria
Analisis Harga Jual Ternak Domba di 2004
Pasar Hewan Kabupaten Bogor
Sumber: Beberapa Skripsi dari Program Studi Manajemen Agribisnis dan Sosial
Ekonomi Peternakan (2001-2004)
Kosasih (2001) dalam penelitiannya yang berjudul “Formulasi Model
Pengembangan Agribisnis Pembibitan Ternak Domba di Wilayah Kabupaten
Sumedang” menganalisis bahwa faktor- faktor yang menjadi potensi dalam
pengembangan usaha agribisnis pembibitan ternak domba adalah sumber daya
manusia yang cukup baik, sumber daya alam yang cukup mendukung, daya
dukung wilayah, kelembagaan, kebijakan pemerintah, dan potensi pasar yang
cukup baik. Berdasarkan hal tersebut, maka model pengembangan agribisnis yang
dapat dilakukan antara lain adalah pengadaan hijauan dengan menanam sendiri,
pengadaan bibit induk dari Kabupaten Garut secara kolektif dan diseleksi oleh
petugas dinas peternakan, serta melakukan kemitraan antara Kabupaten Sumedang
dengan wilayah-wilayah lain yang berpotensi unt uk penggemukan ternak domba
untuk menjamin adanya pasar.
Fitria
(2001)
telah
melakukan
penelitian
mengenai
prospek
pengembangan usaha ternak domba komersil. Dari hasil analisis, didapatkan
bahwa nilai HKP yang dicurahkan karyawan selama satu bulan, menunj ukkan
bahwa penggunaan tenaga kerja tidak efisien. Hasil analisis finansial
menunjukkan bahwa usaha ternak tersebut memperoleh keuntungan dan arus kas
(cash flow) yang cukup baik selama enam periode penggemukan. Proyeksi ternak
selama lima tahun (2002-2006) dengan koefisien teknis yang konstan setiap
tahunnya menghasilkan nilai- nilai yang memenuhi kriteria kelayakan usaha.
Namun apabila terjadi ketidakpastian dalam hal biaya maupun penerimaan sebesar
10 persen, maka peternakan akan mengalami kerugian.
Wicaksono
(2002)
melakukan
penelitian
yang
berjudul
“Kajian
Pengembangan Usaha Ternak Domba di Desa Cigudeg, Kecamatan Cigudeg,
Kabupaten Bogor”. Dari hasil analisis, didapatkan bahwa cara budidaya peternak
kredit masih lebih baik dibandingkan peternak non kredit terutama dari jenis
pakan yang diberikan, mampu menangani sendiri ternak domba yang sakit,
penyapihan anak domba, dan melakukan pemeliharaan ternak. Pengembangan
usaha ternak domba dapat dilaksanakan melalui pembentukan 15 kelompok
peternak baru yaitu penduduk yang bekerja sebagai wiraswasta dan buruh
perkebunan PTP Nusantara VIII. Sedangkan untuk penambahan jumlah ternak
domba dapat dilaksanakan melalui sistem kredit.
Ratnawati (2002) melakukan penelitian mengenai “Kajian Kelayakan
Finansial Pengembanga n Usaha Peternakan Sapi dan Kambing Perah di Pesantren
Darul Fallah, Ciampea, Bogor”. Berdasarkan hasil analisis finansial yang telah
dilakukan, rencana perluasan usaha peternakan sapi dan kambing perah pada skala
usaha 50 ekor betina dewasa secara umum layak untuk dilakukan. Sedangkan dari
analisis aspek pasar menunjukkan bahwa susu sapi maupun kambing dari Darul
Fallah masih memiliki pasar potensial. Jangkauan wilayah pemasaran susu sapi
yang masih sempit dan banyaknya permintaan yang belum dapat dipenuhi
merupakan indikasi bahwa Darul Fallah masih memiliki pasar potensial untuk
pengembangan usaha sapi perah.
Maria (2004) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Harga Jual
Ternak Domba di Pasar Hewan Kabupaten Bogor”. Berdasarkan hasil analisis
yang dilakukannya, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi harga
jual domba di pasar hewan Kabupaten Bogor adalah besarnya biaya yang harus
dikeluarkan oleh penjual dan karakteristik domba itu sendiri seperti besarnya
lingkar dada dan jenis kelamin. Dari hasil analisis regresi didapatkan bahwa
peubah yang berpengaruh nyata terhadap harga jual domba adalah biaya
pemeliharaan, lingkar dada, dan jenis kelamin ternak domba.
Imran (2003) melakukan penelitian mengenai “Strategi Pengembangan
Usaha Kecil Dodol Nenas Mekar Sari”. Dari hasil identifikasi lingkungan internal
yang dilakukan, menunjukkan bahwa industri Dodol Nenas Mekar Sari masih
relatif lemah dibanding pesaing, sedangkan dari hasil identifikasi lingkungan
eksternal dapat disimpulkan bahwa industri Dodol Nenas Mekar Sari cukup kuat
dan memiliki kemampuan di atas rata-rata dalam memanfaatkan peluang dan
mengatasi ancaman. Pengolahan yang dilakukan dengan menggunakan matriks IE
menunjukkan bahwa strategi yang dapat digunakan adalah strategi penetrasi pasar
dan pengembangan produk. Setelah dirumuskan beberapa alternatif strategi
dengan menggunakan matriks SWOT dan penentuan prioritas strategi dengan
menggunakan analisis PHA maka didapatkan bahwa strategi yang memiliki
prioritas tertinggi adalah strategi yang memaksimalkan penjualan di sepanjang
jalur lalu lintas utama, obyek wisata, dan tempat-tempat strategis lainnya serta
meningkatkan volume usaha.
Dari hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penelitian yang
menggunakan metode proses hirarki analitik telah banyak dilakukan. Penelitian
terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dengan menggunakan proses hirarki
analitik dapat dilihat dalam Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Penelitian Terdahulu dengan Menggunakan Proses Hirarki
Analitik
No.
Penulis
Judul
Tahun
1 Findri Miranty
Strategi Pengembangan Usaha Kecil 2003
Imran
Dodol Nenas Mekar Sari (Desa Tambak
Mekar, Kecamatan Jalancagak, Kabupaten
Subang, Jawa Barat)
2 Andhi Jatmiko
Penerapan Metode Proses Hirarki Analitik 2003
Nugroho
dalam Penyusunan Strategi Promosi Nata
de Coco pada PT Halilintar Bahana Prima,
Jakarta
3 Rita Mayasari
Analisis Pemilihan Jenis Strategi Utama
2003
dalam Pengembangan Kredit Tunda Jual
Gabah (Studi Kasus pada PERUM
Pegadaian)
4 S. Costanius
Analisis Strategi
Promosi
Produk 2005
Simamora
Mahkota Dewa di PT Mahkota Dewa
Indonesia, Jakarta
5 Hadi Susanto
Kajian Strategi Pengembangan Agribisnis 2005
Buah Manggis di Wilayah Agropolitan
Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Sumber: Beberapa Skripsi dari Program Studi Manajemen Agribisnis (2003-2005)
Penelitian Nugroho (2003) pada PT Halilintar Bahana Prima (HBP)
mengenai penyusunan strategi promosi, menggunakan metode proses hirarki
analitik sebagai alat analisisnya. Setelah dilakukan analisis didapatkan bahwa
anggaran merupakan faktor utama yang dipertimbangkan perusahaan karena
kegiatan promosi tidak akan berjalan dengan baik tanpa tersedianya anggaran
promosi yang mencukupi. Dari hasil perhitungan dengan metode PHA diperoleh
bahwa alternatif strategi promosi yang tepat bagi PT HBP adalah menitikberatkan
pada promosi penjualan kepada distributor yaitu dengan diskon harga dan
kuantitas serta memberikan hak pemasaran eksekutif (distributor tunggal).
Mayasari (2003) melakukan penelitian mengenai ”Analisis Pemilihan
Jenis Strategi Utama dalam Pengembangan Kredit Tunda Jual Gabah”. Dari hasil
identifikasi dapat diketahui bahwa PERUM Pegadaian memberikan perhatian
yang sama besar terhadap lingkungan internal dan eksternalnya dalam upaya
pemilihan jenis strategi yang tepat. Be rdasarkan hasil pengolahan menggunakan
analisis PHA, maka jenis strategi yang paling mungkin dilakukan oleh perusahaan
adalah jenis strategi WO. Strategi yang dapat dilakukan adalah mengusahakan
permohonan bantuan finansial kepada instansi terkait baik pemerintah maupun
swasta yang berperan dalam pelaksanaan usaha KTJG, selain itu perusahaan juga
dapat merealokasi dana dalam tubuh perusahaan agar kebutuhan finansial dalam
pengembangan unit bisnis KTJG dapat diperbaiki.
Simamora (2005) melakukan penelitian mengenai analisis strategi promosi
produk di PT Mahkota Dewa Indonesia. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa
tujuan utama yang ingin dicapai perusahaan dalam melakukan kegiatan promosi
adalah menciptakan kesadaran merek. Berdasarkan hasil analisis dengan AHP
maka dapat diketahui faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun strategi
promosi adalah anggaran, kemudian kendala yang menjadi prioritas perusahaan
adalah penetapan dana promosi. Berdasarkan hal tersebut, maka alternatif strategi
yang paling tepat untuk promosi adalah dengan menitikberatkan pada periklanan.
Susanto (2005) dalam penelitiannya yang berjudul ”Kajian Strategi
Pengembangan Agribisnis Buah Manggis di Wilayah Agropolitan Kabupaten
Bogor, Jawa Barat” mendapatkan kesimpulan bahwa strategi pengembangan
agribisnis buah manggis yang dilaksanakan sudah tepat. Hal ini didasarkan pada
persyaratan sebagai suatu kawasan agropolitan yang sebagian besar sudah
terpenuhi. Berdasarkan hasil identifikasi, prioritas utama dalam pengembangan
agribisnis bua h manggis adalah pengembangan sumber daya manusia dalam hal
teknik budidaya. Sedangkan alternatif strategi yang paling tepat dari hasil
pengolahan AHP adalah strategi pengembangan lembaga penunjang agribisnis
buah manggis dalam penyediaan bibit unggul dan inovasi teknologi budidaya
guna menghasilkan tanaman manggis yang memiliki produktivitas tinggi dengan
mutu yang dapat bersaing di pasar bebas.
Dari hasil penelitian-penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa
penelitian yang berkaitan dengan komoditi ternak kambing dan domba serta
metode proses hirarki analitik telah banyak dilakukan. Namun, penggunaan
metode proses hirarki analitik tersebut masih belum diterapkan dalam menentukan
prioritas strategi pengembangan usaha peternakan kambing dan domba. Oleh
karena itu, penelitian ini difokuskan pada penetapan prioritas strategi
pengembangan utama dalan usaha peternakan kambing dan domba dengan
menggunakan metode proses hirarki analitik.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Konsep Strategi
Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan-tujuan dan menentukan
keunggulan kompetitif jangka panjang (David, 2004). Strategi merupakan rencana
yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi
perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan
bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat
oleh perusahaan (Jauch dan Glueck, 1995). Maksud dari rencana yang disatukan
adalah mengikat semua bagian perusahaan menjadi satu, strategi yang bersifat
menyeluruh berarti meliputi semua aspek penting perusahaan, sedangkan strategi
yang bersifat terpadu mempunyai makna bahwa semua bagian rencana harus
serasi satu sama lain dan bersesuaian.
Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain
yang berkaitan, sangat menentukan suksesnya strategi yang disusun. Konsepkonsep tersebut adalah sebagai berikut:
a. Distinctive Competence: tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat
melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya.
b. Competitive Advantage: kegiatan spesifik yang dilambangkan oleh perusahaan
agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya. Menurut Porter (1995),
ada 3 strategi untuk memperoleh keunggulan bersaing:
1. Cost leadership
2. Diferensiasi
3. Fokus
Tujuan suatu strategi adalah untuk mempertahankan atau mencapai suatu
posisi keunggulan dibandingkan dengan pihak pesaing. Pearce dan Robinson
(1997) membagi strategi menjadi tiga tingkatan, yaitu strategi tingkat korporasi,
strategi tingkat bisnis, dan strategi tingkat fungsional.
1. Strategi Tingkat Korporasi
Dalam strategi tingkat korporasi ditetapkan sasaran dan strategi yang
mencakup bidang kegiatan dan bidang fungsional. Manajer pada tingkat korporasi
berusaha memanfaatkan kompetensi khusus perusahaan dengan menerapkan
ancangan portfolio dalam mengelola bisnisnya dan dengan mengembangkan
rencana-rencana jangka panjang.
2. Strategi Tingkat Bisnis
Strategi tingkat bisnis menerjemahkan rumusan arah dan keinginan yang
dihasilkan di tingkat korporasi ke dalam sasaran dan strategi yang konkrit untuk
masing- masing divisi. Para manajer pada tingkat bisnis menentukan bagaimana
perusahaan akan bersaing di arena pasar-produk (product-market) tertentu. Pada
tingkat ini manajer berusaha mengidentifikasi dan mengamankan segmen-segmen
pasar yang paling prospektif dalam arena tersebut.
3. Strategi Tingkat Fungsional
Dalam strategi tingkat fungsional disusun sasaran tahunan dan strategi
jangka pendek di tingkat fungsional. Strategi fungsional ini lebih bersifat
operasional karena akan langsung diimplementasikan oleh fungsi- fungsi
manajemen yang ada dibawah tanggung jawabnya, seperti fungsi manajemen
produksi/operasional, fungsi manajemen pemasaran, fungsi manajemen keuangan,
dan fungsi manajemen sumber daya manusia. Model tingkatan strategi tersebut
dapat dilihat pada Gambar 2.
Strategi Korporasi
Bisnis 1
Strategi
ProduksiOperasi/Litbang
Bisnis 1
Strategi
Keuangan
Tingkat Korporasi
Bisnis 1
Strategi
Pemasaran
Strategi
Hubungan
Karyawan
Tingkat Bisnis
Tingkat Fungsional
Gambar 2. Model Tingkatan Strategi
Sumber : Pearce dan Robinson (1997)
3.2. Konsep Manajemen Strategi
Manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan,
pelaksanaan, dan evaluasi keputusan-keputusan lintas fungsi yang memungkinkan
organisasi mencapai tujuannya (David, 2004). Menurut Nisjar dan Winardi
(1997), manajemen strategi berkaitan dengan upaya memutuskan persoalan
strategi dan perencanaan, dan bagaimana strategi tersebut dilaksanakan dalam
praktek.
Dalam
pelaksanaannya,
manajemen
strategi
dipadukan
dengan
manajemen pemasaran, keuangan, produk/operasi, informasi, penelitian dan
pengembangan untuk mencapai keberhasilan dari perusahaan. Manajemen strategi
akan membantu perusahaan melihat ancaman dan peluang di masa yang akan
datang sehingga memungkinkan perusahaan untuk dapat mengantisipasi kondisi
yang selalu berubah. Selain itu, manajemen strategi juga menyediakan sasaran
serta arah yang jelas bagi masa depan perusahaan sehingga perusahaan yang
mengembangkan sistem manajemen strategi mempunyai kemungkinan tingkat
keberhasilan lebih besar jika dibandingkan dengan yang tidak menggunakan
sistem ini (Jauch dan Glueck, 1995).
Tujuan manajemen strategis adalah memanfaatkan dan menciptakan
peluang-peluang baru dan berbeda di masa mendatang. Manajemen strategis
meliputi semua aktivitas yang menyebabkan timbulnya perumusan sasaransasaran
organisasi,
strategi-strategi, dan pengembangan rencana-rencana,
tindakan-tindakan dan kebijakan untuk mencapai sasaran-sasaran strategi tersebut
untuk organisasi yang bersangkutan secara total.
3.3. Proses Manajemen Strategi
Menurut Jauch dan Glueck (1995), proses manajemen strategis adalah
cara dengan jalan mana para perencana strategi menentukan sasaran dan
mengambil keputusan. Proses manajemen strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu
perumusan strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi.
1. Perumusan strategi
Perumusan strategi mencakup kegiatan mengembangkan visi dan misi
organisasi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan,
menentukan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan, menetapkan tujuan
jangka panjang perusahaan, membuat sejumlah strategi alternatif untuk
perusahaan, dan memilih strategi tertentu untuk digunakan.
2. Implementasi strategi
Implementasi strategi adalah proses untuk memastikan bahwa strategi
tercakup pada segala sesuatu yang dilakukan oleh sesuatu organisasi. Sasaran
implementasi adalah untuk menciptakan keserasian antara sasaran-sasaran
strategik dan aktivitas-aktivitas harian perusahaan yang bersangkutan (Nisjar dan
Winardi, 1997).
Implementasi strategi mengharuskan perusahaan untuk menetapkan
sasaran tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan
sumber daya sehingga perumusan strategi dapat dilaksanakan. Implementasi
strategi mencakup pengembangan budaya yang mendukung strategi, penciptaan
struktur organisasi yang efektif, pengarahan kembali usaha-usaha pemasaran,
penyiapan anggaran, pengembangan dan pemanfaatan sistem informasi, serta
menghubungkan kompensasi untuk karyawan dengan kinerja organisasi.
3. Evaluasi strategi
Evaluasi strategi adalah tahap akhir dalam menajemen strategis. Tahap
evaluasi strategi berarti mengevaluasi hasil implementasi dan memastikan bahwa
strategi yang telah disesuaikan dapat mencapai tujuan perusahaan (Jauch dan
Glueck, 1995). Tiga kegiatan pokok dalam evaluasi strategi adalah: (1) mengkaji
faktor- faktor eksternal dan internal yang menjadi landasan perumusan strategi
yang diterapkan sekarang, (2) mengukur kinerja, dan (3) melakukan tindakantindakan korektif.
3.4. Model Manajemen Strategi
David (2004) menyatakan bahwa dalam proses manajemen strategi paling
baik dipelajari dan diterapkan dengan menggunakan suatu model, dimana setiap
model menggambarkan semacam proses. Model ini tidak menjamin secara mutlak
keberhasilan yang diraih, tetapi menggambarkan pendekatan yang jelas dan
praktis untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi strategi.
Perubahan yang terjadi pada suatu komponen utama dalam model dapat memaksa
perubahan komponen lainnya. Oleh karena itu, aktivitas merumuskan,
mengimplementasikan, dan mengevaluasi strategi harus dilaksanakan terusmenerus. Gambar 3 memperlihatkan tahap-tahap dalam proses manajemen
strategis.
3.5. Formulasi Strategi
3.5.1. Visi, Misi dan Tujuan
Visi yang dimiliki oleh sebua h perusahaan merupakan suatu cita-cita
tentang keadaan di masa datang yang diinginkan untuk terwujud oleh seluruh
personel perusahaan, mulai dari jenjang yang paling atas sampai yang paling
bawah (Umar, 2003). Visi mengarahkan suatu misi, komponen tersebut secara
bersama-sama menyediakan kerangka kerja sebuah strategi. Oleh sebab itu maka
pernyataan visi dirancang untuk memberi inspirasi dan memotivasi pihak-pihak
yang mempunyai kepentingan terhadap masa depan organisasi itu.
Menurut Pearce dan Robinson (1997), misi suatu perusahaan adalah tujuan
(purpose) unik yang membedakannya dari perusahaan-perusahaan lain yang
sejenis
dan
mengidentifikasi
cakupan
operasinya.
Secara
ringkas
misi
menguraikan produk, pasar, dan bidang teknologi yang digarap perusahaan yang
mencerminkan nilai dan prioritas dari para pengambil keputusan strateginya.
Pernyataan misi merupakan sebuah pernyataan sikap dan pandangan yang
memungkinkan dimunculkannya dan dipertimbangkannya sejumlah tujuan dan
strategi alternatif.
Umpan Balik
Melakukan
Audit
Eksternal
Membuat
Pernyataan
Visi dan
Misi
Menetapkan
sasaran
jangka
panjang
Membuat,
Mengevaluasi,
dan Memilih
Strategi
Melaksanakan
StrategiIsu-Isu
Manajemen
Melaksanakan
StrategiIsu-Isu
Pemasaran,
Keuangan,
Akuntansi,
Litbang, SIM
Mengukur
dan
Mengevaluasi
Kinerja
Melakukan
Audit
Internal
Perumusan Strategi
Pelaksanaan Strategi
Gambar 3. Model Proses Manajemen Strategis
Sumber : David (2004)
Evaluasi Strategi
Jauch dan Glueck (1995) menyebutkan bahwa tujuan merupakan titik
sentral semua kegiatan perusahaan yang dapat digunakan sebagai alat untuk
penilaian prestasi, pengendalian, koordinasi, dan juga untuk keputusan strategi.
Umumnya suatu perusahaan memiliki tujuan yang berbeda-beda, antara lain: (1)
keuntungan, (2) efisiensi, (3) kepuasan dan pembinaan karyawan, (4) kualitas
produk dan jasa untuk konsumen dan pelanggan, (5) menjadi anggota perusahaan
yang memiliki tanggungjawab sosial dan hubungan yang baik dengan masyarakat,
(6) pemimpin pasar, (7) maksimisasi deviden atau harga saham untuk para
pemegang saham, (8) kelangsungan hidup, (9) kemampuan adaptasi, dan (10)
pelayanan masyarakat.
Tujuan perusahaan atau organisasi akan mempunyai banyak manfaat pada
proses perumusan dan implementasi strategi jika manajemen puncak dapat dengan
baik merumuskan, melembagakan, mengkomunikasikan dan menguatkan tujuan
tersebut melalui perusahaan.
3.5.2. Analisis Lingkungan Internal
Lingkungan internal merupakan lingkungan organisasi yang berada di
dalam organisasi tersebut dan secara normal memiliki implikasi langsung dan
khusus pada perusahaan. Pearce dan Robinson (1997) mengungkapkan bahwa
lingkungan internal meliputi faktor- faktor internal perusahaan yang teridentifikasi
sebagai kekuatan (strengths) atau kelemahan (weaknesses) yang digunakan untuk
mengembangkan serangkaian langkah strategik bagi perusahaan. Tujuan analisis
lingkungan internal adalah untuk dapat menilai kekuatan dan kelemahan dalam
mencapai tujuan perusahaan. Identifikasi faktor yang menjadi kekuatan dan
kelemahan adalah dalam upaya untuk memanfaatkan peluang dan menghindari
ancaman.
David (2004) membagi bidang fungsional bisnis yang menjadi variabel
dalam analisis internal menjadi lima, yaitu:
1. Manajemen
Manajemen merupakan suatu tingkatan sistem pengaturan organisasi yang
mencakup sistem produksi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia,
dan keuangan. Fungsi manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar yaitu :
perencanaan,
pengorganisasian,
pemotivasian,
penunjukkan
staf,
dan
pengendalian.
2. Pemasaran
Pemasaran dapat diuraikan sebagai proses menetapkan, menciptakan, dan
memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan akan produk dan jasa. Menurut
Umar (2003), agar posisi produk di pasar sesuai dengan harapan, faktor- faktor
yang perlu diperhatikan antara lain adalah : pangsa pasar, pelayanan purna
jual, kepemilikan informasi tentang pasar, pengendalian distributor, kondisi
satuan kerja pemasaran, kegiatan promosi, harga jual produk, komitmen
manajemen puncak, loyalitas pelanggan dan kebijakan produk baru.
3. Keuangan
Kondisi keuangan sering dianggap ukuran tunggal terbaik dari posisi bersaing
perusahaan dan daya tarik keseluruhan bagi investor. Menetapkan kekuatan
dan kelemahan keuangan amat penting untuk merumuskan strategi secara
efektif.
4. Produksi/Operasi
Fungsi produksi/operasi dari suatu usaha terdiri dari semua aktivitas yang
mengubah masukan menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi/operasi
menangani masukan, pengubahan dan keluaran yang bervariasi antar industri
dan pasar.
5. Penelitian dan Pengembangan
Perusahaan
yang
menjalankan
strategi
pengembangan
produk
harus
mempunyai orientasi penelitian dan pengembangan yang kuat.
Selain dilakukan ana lisis terhadap bidang fungsional bisnis, pada analisis
internal juga penting dilakukan analisis terhadap struktur organisasi perusahaan.
Struktur organisasi perusahaan merupakan suatu pola hubungan di dalam suatu
perusahaan atau bentuk formal peraturan-peraturan dan hubungan antar orang,
sehingga setiap pekerjaan dapat diarahkan dalam mencapai tujuan dan misi
perusahaan.
3.5.3. Analisis Lingkungan Eksternal
David (2004) menjelaskan bahwa analisis terhadap lingkungan eksternal
bertujuan untuk mengidentifikasi pelua ng kunci dan ancaman yang dihadapi suatu
perusahaan sehingga manajemen perusahaan memiliki kemampuan untuk dapat
merumuskan suatu strategi. Analisis lingkungan eksternal menekankan pada
evaluasi terhadap peristiwa di luar kendali sebuah perusahaan. Tujuan dari analisis
lingkungan eksternal adalah untuk mengembangkan daftar terbatas peluang yang
dapat dimanfaatkan perusahaan dan ancaman yang dihindari.
Lingkungan eksternal perusahaan merupakan lingkungan yang terdiri dari
faktor- faktor yang dapat menjadi peluang (opportunities) dan ancaman (threats)
yang berada di luar pengawasan dan kontrol pihak manajemen perusahaan (Pearce
dan Robinson, 1997).
Pearce dan Robinson (1997) membagi lingkungan eksternal menjadi tiga
sub kategori faktor yang saling berkaitan yakni faktor-faktor dalam lingkungan
jauh (remote), faktor- faktor dalam lingkungan industri, dan faktor- faktor dalam
lingkungan operasional. Faktor-faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Lingkungan Jauh
Lingkungan jauh perusahaan terdiri dari faktor- faktor yang pada dasarnya
di luar dan terlepas dari perusahaan. Menurut Pearce dan Robinson (1997),
lingkungan jauh adalah faktor- faktor yang bersumber dari luar, dan biasanya tidak
berhubungan dengan situasi operasional suatu perusahaan tertentu. Faktor- faktor
tersebut meliputi faktor politik, ekonomi, sosial, dan teknologi (PEST).
Faktor
politik
adalah
peraturan-peraturan,
undang- undang
dan
kebijaksanaan pemerintah baik pada tingkat nasional, propinsi maupun daerah
yang menentukan beroperasinya suatu perusaha an. Arah, kebijakan, dan stabilitas
politik pemerintah menjadi faktor penting bagi para pengusaha untuk berusaha.
Oleh
karena
itu,
faktor- faktor
politik,
pemerintah,
dan
hukum
dapat
mencerminkan peluang atau ancaman kunci untuk organisasi kecil dan besar
(David, 2004).
Faktor ekonomi berkaitan dengans sifat dan arah sistem ekonomi tempat
sustu perusahaan beroperasi (Pearce dan Robinson, 1997). Beberapa faktor kunci
yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor ekonomi adalah siklus bisnis,
ketersediaan energi, inflasi, suku bunga, investasi, harga-harga produk dan jasa,
produktivitas dan tenaga kerja (Umar, 2003).
Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan adalah kepercayaan,
nilai, sikap, opini, dan gaya hidup orang-orang di lingkungan ekstern perusahaan.
Faktor-faktor tersebut biasanya dikembangkan dari kondisi kultural, ekologis,
demografis, religius, pendidikan dan etnis.
Faktor teknologi perlu diperhatikan untuk menghindari keusangan dan
mendorong inovasi karena dapat mempengaruhi industri. Adaptasi teknologi yang
kreatif dapat membuka kemungkinan terciptanya produk baru, penyempurnaa
produk yang sudah ada, atau penyempurnaan dalam teknik produksi dan
pemasaran.
2. Lingkungan Industri
Struktur industri mempunyai pengaruh yang kuat dalam menentukan
aturan persaingan dan strategi yang secara potensial tersedia bagi perusahaan.
Menurut Porter (1995), analisis struktur industri merupakan penunjang
fundamental untuk menentukan posisi relatif perusahaan yang kemudian dapat
digunakan untuk merumuskan strategi keunggulan bersaing.
Lingkungan industri terdiri dari hambatan masuk, kekuatan pemasok,
kekuatan pembeli, ketersediaan substitusi dan persaingan antar perusahaan.
Pendekatan yang dipakai secara luas dalam analisis persaingan untuk
mengembangkan strategi adalah Model Lima Kekuatan dari Porter seperti pada
Gambar 4.
3. Lingkungan Operasional
Strategi dan tujuan perusahaan dipengaruhi oleh daya tarik industri
dimana mereka memilih untuk menjalankan bisnis dan posisi daya saingnya
dalam industri tersebut. Lingkungan operasional terdiri dari pesaing, pelanggan,
kreditor, tenaga kerja, dan pemasok.
Pendatang Baru
Ancaman
pendatang baru
Pesaing Industri
Pemasok
Kekuatan tawar
menawar pemasok
Kekuatan tawar
menawar pembeli
Persaingan di antara
perusahaan yang ada
Pembeli
Ancaman produk
atau jasa substitusi
Substitusi
Gambar 4. Model Lima-Kekuatan Bersaing
Sumber : Porter (1995)
3.6. Alternatif Strategi Utama
Menurut David (2004), strategi alternatif yang dapat dia mbil oleh
perusahaan dapat dikelompokkan menjadi 13 tindakan, yaitu:
1. Integrasi ke Depan
Integrasi ke depan (forward integration) adalah upaya memiliki atau
meningkatkan kendali atas distributor atau pengecer. Strategi ini dilakukan
apabila perusahaan mendapatkan banyak masalah dengan pendistribusian
produk mereka.
2. Integrasi ke Belakang
Merupakan strategi untuk mencoba memiliki atau meningkatkan control
terhadap perusahaan pemasok. Strategi ini sangat tepat digunakan ketika
perusahaan pemasok saat ini tidak dapat diandalkan, terlalu mahal, atau tidak
dapat memenuhi kebutuhan perusahaan.
3. Integrasi Horisontal
Integrasi horisontal adalah strategi mencoba memiliki atau meningkatkan
kendali perusahaan pesaing. Strategi ini bertujuan meningkatkan pengawasan
terhadap para pesaing.
4. Penetrasi Pasar
Strategi penetrasi pasar berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk
atau jasa yang sudah ada di pasar melalui usaha pemasaran yang gencar.
Strategi ini sering digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan strategi
lainnya.
5. Pengembangan Pasar
Pengembangan pasar terdiri dari upaya memperkenalkan produk atau jasa
yang ada ke wilayah geografis baru. Strategi ini dilakukan ketika perusahaan
memiliki jaringan serta adanya pasar yang belum jenuh.
6. Pengembangan Produk
Merupakan
strategi
yang
berupaya
meningkatkan
penjualan
dengan
memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang sudah ada.
7. Diversifikasi Konsentrik
Strategi ini dapat dilaksanakan dengan menambah produk atau jasa baru,
namun masih berkaitan. Biasanya dilakukan ketika organisasi bersaing dalam
industri yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya lambat.
8. Diversifikasi Horisontal
Strategi ini dilakukan dengan menambahkan produk atau jasa pelayanan yang
baru, tetapi tidak saling berkaitan untuk ditawarkan pada para pelanggan yang
sudah ada.
9. Diversifikasi Konglomerat
Merupakan strategi yang dilakukan dengan menambah produk atau jasa baru
yang tidak berkaitan. Hal ini dilakukan, jika industri di sektor ini telah
mengalami kejenuhan, ada peluang untuk memiliki bisnis yang tidak berkaitan
yang masih berkembang baik, serta memiliki sumberdaya untuk memasuki
industri baru tersebut.
10. Usaha Patungan
Strategi ini terjadi apabila dua atau lebih perusahaan membentuk perusahaan
atau organisasi terpisah dengan tujuan kerja sama. Hal ini dilakukan apabila
mereka merasa tidak mampu untuk bersaing dengan perusahaan lain yang
lebih besar, atau bermaksud mendapatkan kemudahan-kemudahan lain.
11. Penciutan
Penciutan dilaksanakan melalui penghematan biaya dan aset perusahaan untuk
mendongkrak penjualan dan laba yang menurun. Strategi ini dilakukan ketika
perusahaan sering mengalami kegagalan dalam berusaha padahal sumberdaya
yang dimiliki cukup tersedia, kurang efisien dalam berusaha, atau diperlukan
reorganisasi internal karena perusahaan terlalu cepat tumbuh.
12. Divestasi
Strategi divestasi dilaksanakan dengan menjual suatu divisi atau bagian dari
perusahaan. Divestasi sering digunakan untuk meningkatkan modal yang
selanjutnya akan digunakan untuk akusisi atau investasi strategi lebih lanjut.
13. Likuidasi
Merupakan strategi yang menjual semua aset sebuah perusahaan secara
bertahap sesuai nilai nyata aset tersebut. Likuidasi merupakan pengakuan
kekalahan dan akibatnya bias merupakan strategi yang secara emosional sulit
dilakukan. Hal ini dilakukan apabila perusahaan sudah tidak dapat
dipertahankan keberadaannya.
14. Kombinasi
Strategi pada umumnya diterapkan dalam perusahaan besar dimana di antara
divisi yang berbeda melakukan strategi yang berbeda. Selain itu, strategi ini
juga bisa dilakukan oleh perusahaan yang sedang berusaha keras untuk
bertahan hidup.
3.7. Metode Proses Hierarki Analitik (AHP)
Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process) dikembangkan
oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business pada tahun 1970-an
untuk mengorganisasikan informasi dan judgement dalam memilih alternatif yang
paling disukai. Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan yang akan
dipecahkan
dalam
suatu
kerangka
berpikir
yang
terorganisir,
sehingga
memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas
persoalan tersebut.
Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang
tidak terstruktur, strategik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata
dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai
numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif
dibandingkan dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut
kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas
tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut.
AHP dapat digunakan untuk merangsang timbulnya gagasan untuk
melaksanakan tindakan kreatif dan untuk merangsang timbulnya gagasan untuk
melaksanakan tindakan kreatif dan untuk mengevaluasi keefektifan tindakan
tersebut. Selain itu untuk membantu para pemimpin menetapkan informasi apa
yang patut dikumpulkan guna mengevaluasi pengaruh faktor- faktor yang relevan
dalam situasi kompleks (Saaty, 1993).
Saaty (1993) menyebutkan keuntungan yang dapat diperoleh apabila
mengambil keputusan dengan menggunakan AHP adalah:
1. Kesatuan: AHP memberikan satu model tunggal yang mudah dimengerti,
luwes untuk aneka ragam persoalan tidak terstruktur.
2. Kompleksitas:
AHP
memadukan
ancangan
deduktif
dan
ancangan
berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks.
3. Saling ketergantungan: AHP dapat menangani saling ketergantungan elemenelemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.
4. Penyusunan hierarki: AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk
memilah- milah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan
dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.
5. Pengukuran: AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal- hal dan terwujud
suatu metode untuk menetapkan prioritas.
6. Konsistensi: AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan
yang digunakan untuk menetapkan berbagai prioritas.
7. Sintesis: AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan
setiap alternatif.
8. Tawar- menawar: AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari
berbagai faktor sistem dan memungkinkan organisasi memilih alternatif
terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka.
9. Penilaian dan konsensus : AHP tidak memaksakan konsensus tetapi
mensintesiskan suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang
berbeda.
10. Pengulangan proses: AHP memungkinkan organisasi memperhalus definisi
mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian
mereka melalui pengulangan.
Menurut Saaty (1993), ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan,
yaitu: prinsip penyusunan hirarki, penetapan prioritas, dan konsistensi.
1. Prinsip Penyusunan Hirarki
Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu
kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki.
2. Prinsip Penetapan Prioritas
Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan
(pairwise comparisons). Nilai- nilai perbandingan relatif kemudian diolah
untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif.
3. Prinsip Konsistensi
Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingatkan secara konsisten
sesuai dengan suatu kriteria yang logis.
3.8. Kerangka Pemikiran Operasional
Alur kerangka pemikiran dalam penelitian ini diawali dengan identifikasi
visi, misi, dan tujuan perusahaan, kemudian penelitian langsung diarahkan dengan
mengidentifikasi
faktor-faktor
kunci
internal
dan
eksternal
yang
perlu
dipertimbangkan perusahaan dalam pemilihan alternatif strategi. Analisis
lingkungan internal dilakukan untuk menilai hal- hal yang menjadi kekuatan dan
kelemahan perusahaan, sedangkan analisis lingkungan eksternal dilakukan untuk
menentukan hal- hal yang menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan.
Dari hasil identifikasi tersebut kemudian akan dimasukkan ke dalam
kerangka kerja perumusan strategi ya ng terdiri dari tiga tahapan yaitu :
1. Tahap Masukan (Input Stage) yaitu tahap meringkas informasi atau input
dasar yang diperlukan dalam merumuskan strategi. Pada tahap ini dihasilkan
matriks EFE (External Factor Evaluation) dan matriks IFE (Internal Factor
Evaluation).
2. Tahap Pencocokan (Matching Stage) yaitu tahap memfokuskan dan
menghasilkan alternatif strategi yang sesuai dengan kondisi perusahaan
dengan memadukan faktor- faktor internal dan eksternal. Pada tahap ini
dihasilkan matriks IE (Internal-External) dan matriks SWOT (Strengths,
Weaknesses, Opportunities and Threats).
3. Tahap Pemilihan Strategi (Decision Stage) yaitu tahap pemilihan strategi
berdasarkan sejumlah alternatif strategi yang telah ditetapkan sebelumnya
pada Tahap 2. Metode yang digunakan pada tahap ini adalah Metode Proses
Hirarki Analitik (Analitic Hierarchy Process) untuk mengetahui prioritas
strategi yang paling sesuai dengan kondisi perusahaan.
Dari hasil prioritas strategi yang telah diperoleh tersebut, selanjutnya
dilakukan perbandingan dengan strategi yang telah dilaksanakan perusahaan. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui apakah strategi yang telah dilaksanakan
perusahaan telah sesuai dengan kondisi internal dan eksternal perusahaan saat ini.
Berdasarkan hal- hal tersebut, maka bagan kerangka pemikiran operasional
dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5.
•
•
•
Permasalahan MT Farm:
Perencanaan yang kurang terstruktur
Adanya perusahaan pesaing dengan
populasi ternak lebih besar
Pembelian ternak yang dilakukan
secara kredit oleh konsumen
Pengembangan Usaha
Peternakan MT Farm
Identifikasi
Strategi yang
Telah
Dikembangkan
Perusahaan
Identifikasi Visi, Misi,
dan Tujuan MT Farm
Analisis Faktor-faktor
Internal Perusahaan
Analisis Faktor-faktor
Eksternal Perusahaan
Identifikasi Kekuatan dan
Kelemahan Perusahaan
Identifikasi Peluang dan
Ancaman Perusahaan
Analisis Matriks IFE
Analisis Matriks IE
Analisis Matriks EFE
Analisis SWOT
Pemilihan Strategi Utama
dengan AHP
Prioritas Alternatif Strategi
Pengembangan Usaha
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MT Farm yang berlokasi di Jalan Baru AMD
No.51 RT. 04/RW. 05 Desa Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan
pertimbangan bahwa perusahaan tersebut merupakan perusahaan peternakan yang
memiliki prospek yang cerah karena telah dapat menjadi supplier ternak kambing
dan domba untuk lembaga- lembaga aqiqah di wilayah Jabodetabek meskipun
masih baru berdiri. Pengumpulan data untuk penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Februari – Mei 2006.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di
lapangan, wawancara langsung dengan pihak perusahaan, serta dari hasil
pengisian kuisioner oleh pihak manajemen yang terkait di dalamnya. Sedangkan,
data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan, Badan Pusat
Statistik (BPS), Dinas Peternakan, internet, penelitian-penelitian terdahulu, serta
literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian.
Jumlah responden yang dipilih untuk pemberian bobot dan rating pada
matriks IFE dan EFE adalah sebanyak empat orang yaitu general manager,
manajer pemasaran, manajer produksi, dan bagian administrasi atau manajer
keuangan. Pemilihan ini didasarkan bahwa keempat orang manajer tersebut
memiliki pengetahuan yang cukup terhadap kondisi internal dan eksternal
perusahaan karena didukung oleh latar belakang pendidikan dan kerjasama yang
erat diantara tiap-tiap manajer tersebut. Sedangkan untuk pemberian nilai skala
banding pada Analisis Hierarki Proses hanya dilakukan oleh seorang responden
yaitu General Manager MT Farm. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
terjadinya inkonsistensi yang besar karena responden harus memiliki tingkat
penguasaan yang tinggi terhadap seluruh kondisi perusahaan yang akan diteliti
dan berwenang dalam menentukan setiap strategi dan kebijakan perusahaan.
4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah dengan
pendekatan konsep manajemen strategis. Data dan informasi yang terkumpul
diolah dan dianalisa secara kualitatif dan kuantitatif untuk memperoleh alternatif
strategi bagi perusahaan. Alat analisis yang digunakan antara lain :
4.3.1. Analisis Deskriptif
Nazir (1999) mendefinisikan metode deskriptif adalah metode penelitian
untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini
berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka. Dalam penelitian ini,
metode analisis deskriptif bertujuan untuk mendefinisikan visi, misi, dan tujuan
perusahaan, strategi yang telah dikembangkan perusahaan, serta data-data yang
berkaitan dengan pemasaran, keuangan, dan produksi.
4.3.2. Analisis Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External
Factor Evaluation)
Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) digunakan untuk menganalisis
faktor- faktor internal perusahaan yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan
perusahaan. David (2004) menyatakan bahwa alat perumusan strategi ini
meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam berbagai
bidang fungsional dalam suatu usaha. Matriks ini juga menjadi landasan untuk
mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan di antara bidang-bidang ini.
Matriks EFE (External Factor Evaluation) digunakan untuk menganalisis
faktor- faktor eksternal perusahaan. Menurut David (2004), Matriks Evaluasi
Faktor Eksternal (EFE) membuat perencana strategi dapat meringkas dan
mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik,
pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan. Faktor- faktor eksternal yang telah
diperoleh tersebut kemudian diklasifikasikan menjadi peluang dan ancaman yang
dihadapi perusahaan.
Identifikasi faktor- faktor internal dan eksternal perusahaan dalam matriks
IFE dan EFE dapat dikembangkan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Identifikasi Faktor Eksternal dan Internal Perusahaan
Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor internal
perusahaan yaitu dengan cara mendaftarkan semua kelemahan dan kekuatan yang
dimiliki perusahaan. Kekuatan didaftarkan terlebih dahulu, kemudian kelemahan
perusahaan. Sedangkan untuk identifikasi faktor eksternal dilakukan dengan cara
mendaftarkan peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Pertama
didaftarkan peluang dahulu, baru kemudian ancaman perusahaan.
Dalam penelitian ini, identifikasi faktor eksternal dan internal perusahaan
dilakukan oleh peneliti. Selanjutnya, dilakukan diskusi dengan pihak manajemen
perusahaan untuk menentukan apakah faktor- faktor tersebut telah sesuai dengan
kondisi eksternal dan internal perusahaan saat ini. Pihak manajemen perusahaan
dapat menambahkan dan mengurangi faktor- faktor yang telah ditentukan, apabila
hal tersebut relevan serta memiliki alasan dan data yang mendukung.
2. Penentuan Bobot Setiap Variabel
Menurut Kinnear dan Taylor (1991), penentuan bobot setiap variabel yang
telah didaftar dilakukan dengan mengajukan identifikasi faktor strategis eksternal
dan internal tersebut kepada pihak manajemen atau pakar dengan menggunakan
metode “Paired Comparison”. Paired Comparison adalah suatu metode untuk
membandingkan secara bersamaan dua variabel yang terdapat dalam seperangkat
variabel dan memilih salah satu variabel yang dinilai responden lebih penting
melalui skala penilaian.
Bobot yang diberikan pada setiap faktor memiliki rentang nilai antara 0,0
(tidak penting) sampai 1,0 (amat penting). Bobot menunjukkan kepentingan
relatif dari faktor tersebut agar berhasil dalam industri tersebut. Jumlah seluruh
bobot yang diberikan pada faktor di atas harus sama dengan 1,0 (David, 2004).
Metode tersebut bertujuan untuk memberikan penilaian terhadap setiap
faktor penentu internal dan eksternal. Dalam menentukan bobot setiap variabel
digunakan skala 1,2, dan 3 dengan kriteria skala sebagai berikut:
1 = Jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horisontal sama penting dengan indikator vertikal
3 = Jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal
Tabel 5. Penilaian Bobot Faktor Strategi Internal Perusahaan
Faktor Strategis
A
B
C
…
Internal
A
B
C
…
Total
Sumber : Kinnear dan Taylor (1991)
Total
Indikator horisontal merupakan faktor- faktor eksternal atau internal pada
lajur horisontal. Sedangkan, ind ikator vertikal merupakan faktor- faktor eksternal
dan internal pada lajur vertikal.
Tabel 6. Penilaian Bobot Faktor Strategi Eksternal Perusahaan
Faktor Strategis
A
B
C
…
Eksternal
A
B
C
…
Total
Sumber : Kinnear dan Taylor (1991)
Total
Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel
terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus:
αi =
Xi
n
∑X
i =1
Keterangan:
a i = Bobot variabel ke-i
Xi = Nilai variabel ke-i
i
i = 1,2,3,…,n
n = Jumlah variabel
3. Penentuan Peringkat (Rating)
Penentuan peringkat diajukan berdasarkan skala yang akan diisi oleh
pihak responden. Peringkat didasarkan atas keadaan perusahaan, sedangkan bobot
didasarkan pada industri (David, 2004). Skala yang digunakan dalam menentukan
nilai peringkat adalah skala 1, 2, 3, dan 4 yang menandakan seberapa efektif
strategi perusahaan menjawab faktor- faktor strategi tersebut. Skala nilai peringkat
yang digunakan dalam matriks IFE adalah:
1 = kelemahan besar
3 = kekuatan kecil
2 = kelemahan kecil
4 = kekuatan besar
Skala nilai peringkat yang digunakan dalam matriks EFE adalah:
1 = Respon jelek
3 = Respon diatas rata-rata
2 = Respon rata-rata
4 = Respon luar biasa
Tabel 7. Matriks Internal Factor Evaluation
Faktor-faktor Internal
Bobot
Kunci (1)
(2)
Kekuatan
1.
2.
.
.
10.
Kelemahan
1.
2.
.
.
10.
Sumber : David (2004)
Peringkat
(3)
Skor
Selanjutnya nilai dari pembobotan dikalikan dengan peringkat pada setiap
faktor untuk menentukan nilai yang di bobot untuk setiap variabel. Kemudian
semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor
pembobotan yang menunjukkan bagaimana perusahaan bereaksi terhadap faktorfaktor strategis eksternal dan internalnya.
Total skor hasil pembobotan berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata-rata
2,5. Apabila total nilai IFE dan EFE yang dibobot dibawah 2,5 berarti kondisi
internal dan respon perusahaan terhadap kondisi eksternal perusahaan lemah.
Sedangkan apabila total nilai IFE dan EFE yang dibobot di atas 2,5 maka
menunjukkan kondisi internal dan respon perusahaan terhadap kondisi eksternal
perusahaan yang kuat.
Tabel 8. Matriks External Factor Evaluation
Faktor-faktor Eksternal
Bobot
Kunci (1)
(2)
Peluang
1.
2.
.
.
10.
Ancaman
1.
2.
.
.
10.
Sumber : David (2004)
Peringkat
(3)
Skor
4.3.3. Analisis Matriks IE (Internal-External Matrix)
Matriks IE merupakan hasil penggabungan antara matriks EFE dan
matriks IFE. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci total nilai IFE yang
diberi bobot pada sumbu-x dan total nilai EFE yang diberi bobot pada sumbu- y.
Dari total nilai yang dibobot dari setiap divisi, dapat disusun Matriks IE pada
tingkat korporasi. Pada sumbu-x Matriks IE, total nilai IFE yang dibobot dari 1,0
sampai 1,99 menunjukkan posisi internal yang lemah; nilai 2,0 sampai 2,99
dianggap sedang, sedangkan nilai 3,0 sampai 4,0 dianggap kuat. Pada sumbu- y,
total nilai EFE yang diberi bobot dari 1,0 sampai 1,99 dianggap rendah, nilai 2,0
sampai 2,99 dianggap sedang, sedangkan nilai 3,0 sampai 4,0 dianggap tinggi.
Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yang mempunyai
dampak strategi berbeda, yaitu:
1. Divisi yang masuk dalam sel I, II, atau IV dapat disebut tumbuh dan
membangun. Strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar atau
pengembangan produk) atau integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke
depan, integrasi horisontal) merupakan strategi yang tepat untuk divisi-divsi
ini.
2. Divisi yang masuk dalam sel III, V, atau VII paling baik dikelola dengan
strategi pertahankan dan pelihara. Strategi yang dilakukan adalah strategi
penetrasi pasar dan pengembangan produk.
3. Divisi yang masuk dalam sel VI, VIII, atau IX paling baik dikelola dengan
strategi panen atau divestasi.
Total Nilai IFE yang Diberi Bobot
Total Nilai
EFE yang
Diberi
Bobot
3,0
Rata-rata
4,0
Kuat
2,0
Lemah 1,0
Tinggi
I
II
III
Sedang
IV
V
VI
2,0
Rendah
VII
VIII
IX
3,0
1,0
Gambar 6. Matriks IE (Internal-Eksternal)
Sumber : David (2004)
4.3.4. Analisis SWOT (Strengths-Weakness-Opportunities-Threats)
Analisis SWOT merupakan alat pencocokan yang digunakan dalam
mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
perusahaan. Matriks ini menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman
eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya. Model matriks SWOT dapat dilihat pada Gambar 7.
Matriks SWOT menghasilkan empat tipe strategi:
1. Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang menggunakan kekuatan internal
perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal.
2. Strategi WO atau strategi kelemahan-peluang bertujuan untuk memperbaiki
kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal.
3. Strategi ST
atau
strategi
kekuatan-ancaman
menggunakan
kekuatan
perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal.
4. Strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman merupakan taktik defensif yang
diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman
eksternal.
Delapan langkah yang diperlukan untuk menyusun matriks SWOT yaitu:
1. Tuliskan peluang eksternal kunci perusahaan.
2. Tuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan.
3. Tuliskan kekuatan internal kunci perusahaan.
4. Tuliskan kelemahan internal kunci perusahaan.
5. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat
resultan Strategi SO dalam sel yang tepat.
6. Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat
resultan Strategi WO dalam sel yang tepat.
7. Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat
resultan Strategi ST dalam sel yang tepat.
8. Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat
resultan Strategi WT dalam sel yang tepat.
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Peluang – O
Daftar Peluang
Ancaman – T
Daftar Ancaman
Kekuatan – S
Kelemahan – W
Daftar Kekuatan
Daftar Kelemahan
Strategi SO
Strategi WO
Gunakan kekuatan
Atasi kelemahan
untuk memanfaatkan dengan memanfaatkan
peluang
peluang
Stategi ST
Strategi WT
Gunakan kekuatan
Meminimalkan
untuk menghindari
kelemahan dan
ancaman
menghindari ancaman
Gambar 7. Matriks SWOT
Sumber : David (2004)
4.3.5. Metode Proses Hirarki Analitik (Analitic Hierarchy Process)
Tahap selanjutnya yang dilakukan setelah perumusan strategi adalah
dengan mencari alternatif strategi mana yang terbaik. Pada tahap ini digunakan
Metode Proses Hirarki Analitik (PHA) yang diolah dengan menggunakan
program komputer Expert Choice Version 2000 untuk mengetahui nilai- nilai skala
prioritas.
Menurut Saaty (1993), kerangka kerja PHA pada dasarnya dibagi menjadi
delapan langkah kerja utama yaitu:
1. Mendefinisikan permasalahan dan merinci pemecahan yang diinginkan.
Pada tahap ini permasalahan yang akan diteliti harus dirinci secara jelas
agar tidak menimbulkan bias dalam penentuan pemilihan tujuan, kriteria,
aktivitas, dan berbagai elemen atau faktor yang membentuk struktur hirarki
pemecahan masalah tersebut. Komponen sistem dapat diidentifikasikan peneliti
sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
2. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh.
Penyusunan
model
suatu
hirarki
ditentukan
berdasarkan
jenis
permasalahan dan keputusan yang akan diambil. Pada tingkat puncak hirarki
hanya terdapat satu elemen yang disebut fokus, yaitu seluruh sasaran yang ingin
dicapai. Tingkat berikut nya terbagi menjadi beberapa elemen yang terbagi dalam
kelompok-kelompok homogen agar dapat dibandingkan secara efektif dengan
elemen-elemen yang berada di tingkat sebelumnya.
G
Tingkat 1 : Fokus
Tingkat 2 : Faktor
F1
F2
F3
…...
Fn
Tingkat 3 : Pelaku
A1
A2
A3
…...
An
Tingkat 4 : Tujuan
O1
O2
O3
…...
On
Tingkat 5 : Skenario
S1
S2
S3
…...
Sn
Gambar 8. Model Struktur Hirarki
Sumber : Saaty (1993)
Dalam penelitian ini, hanya terdapat tiga tingkat model struktur hirarki
yaitu: fokus, tujuan, dan skenario. Untuk hirarki pada tingkat 2 yaitu faktor, tidak
digunakan dalam penyusunan hirarki karena telah dilakukan analisis dengan
menggunakan matriks IFE dan EFE. Sedangkan untuk hirarki pada tingkat 3 yaitu
pelaku, tidak dianalisis karena dalam proses perumusan strategi dilihat aspekaspek fungsional manajemen secara keseluruhan, tidak secara terpisah.
3. Menyusun matriks banding berpasangan.
Penyusunan matriks ini merupakan dasar untuk melakukan pembandingan
berpasangan antar elemen yang terkait yang ada pada hirarki di bawahnya.
Pembandingan berpasangan pertama dilakukan pada variabel tingkat kedua yaitu
:F1, F2, F3, dan seterusnya sampai Fn.
4. Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan dari hasil melakukan
pembandingan berpasangan antar elemen pada langkah 3.
Pada langkah ini dilakukan perbandingan berpasangan antara setiap
variabel pada kolom ke-j dengan setiap variabel pada baris ke- i yang berhubungan
dengan fokus G (Goal). Perbandingan antar elemen tersebut dapat dilakukan
dengan pertanyaan: “Seberapa kuat elemen baris ke- i didominasi atau dipengaruhi
oleh fokus Goal, dibandingkan dengan elemen kolom ke-j?” Pengisian matriks
banding berpasangan menggunakan skala band ing berpasangan, seperti yang
tertera pada Tabel 9.
Tabel 9. Nilai Skala Banding Berpasangan
Nilai Skala
1
3
5
7
9
2, 4, 6, 8
Kebalikan nilainilai di atas
Definisi
Kedua
elemen
sama
pentingnya
Elemen yang satu sedikit
lebih penting daripada yang
lainnya
Elemen yang satu sangat
penting daripada elemen
yang lainnya
Satu elemen jelas lebih
penting daripada elemen
yang lainnya
Satu elemen mutlak lebih
penting daripada elemen
yang lainnya
Penjelasan
Dua elemen menyumbang sama besar
pada sifat tersebut
Pengalaman dan pertimbangan sedikit
menyokong satu elemen atas yang
lainnya
Pengalaman dan pertimbangan dengan
kuat menyokong satu elemen atas elemen
yang lainnya
Satu elemen dengan kuat disokong dan
dominannya telah terlihat dalam praktek
Bukti yang menyokong elemen yang satu
atas yang lainnya memiliki tingkat
penegasan yang tertinggi yang mungkin
menguatkan
Kompromi diperlukan diantara dua
pertimbangan
Nilai-nilai
antara
dua
pertimbangan
yang
berdekatan
Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka (x), bila dibandingkan dengan
aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikan dibandingkan dengan i yaitu
(1/x)
Sumber :Saaty (1993)
5. Memasukkan
bilangan
1
sepanjang
diagonal
utama
dan
nilai- nilai
kebalikannya.
Nilai 1 sampai 9 digunakan jika Fi lebih mempengaruhi sifat fokus hirarki
dibandingkan dengan Fj. Sedangkan jika Fi kurang mempengaruhi sifat fokus
puncak hirarki dibandingkan dengan Fj, maka digunakan angka kebalikannya.
Misalnya apabila elemen F12 memiliki nilai 5, maka nilai elemen F21 adalah
kebalikannya, ya itu 1/5.
6. Melaksanakan langkah 3, 4, dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam
hirarki.
Pembandingan dilanjutkan untuk semua elemen pada tiap tingkat
keputusan yang ada dalam hirarki. Ada dua macam matriks pembandingan dalam
metode PHA, yaitu:
a. Matriks Pendapat Individu (MPI)
MPI merupakan matriks hasil pembandingan yang dilakukan oleh
individu. Elemennya disimbolkan dengan aij, artinya adalah elemen matriks ke- i
dan kolom ke-j (Tabel 10).
Tabel 10. Matriks Pendapat Individu (MPI)
G
A1
A2
A1
a11
a12
A2
a21
a22
A3
a31
a32
…
…
…
An
an1
an2
Sumber : Saaty (1993)
A3
a13
a23
a33
…
an3
…
…
…
…
…
…
An
a1n
a2n
a3n
…
ann
b. Matriks Pendapat Gabungan (MPG)
MPG merupakan matriks baru yang elemennya berasal dari rata-rata
geometrik pendapat individu yang rasio inkonsistensinya lebih kecil atau sama
dengan 0,1 atau 10 persen. Elemen pada matriks ini disimbolkan dengan gij, yaitu
elemen matriks ke- i dan kolom ke-j (Tabel 11).
Tabel 11. Matriks Pendapat Gabungan (MPG)
G
G1
G2
G3
G1
g11
g12
g13
G2
g21
g22
g23
G3
g31
g32
g33
…
…
…
…
Gn
gn1
gn2
gn3
Sumber : Saaty (1993)
…
…
…
…
…
…
Gn
g1n
g2n
g3n
…
gnn
7. Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas.
Menggunakan komposisi secara hirarki untuk membobotkan vektor- vektor
prioritas tersebut dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai
prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah
berikutnya, dan seterusnya. Dalam pengolahan matriks pendapat terdapat dua
tahap pengolahan, yaitu:
a. Pengolahan horisontal, yaitu meliputi penentuan vektor prioritas, uji
konsistensi, dan revisi pendapat bila dibutuhkan.
b. Pengolahan vertikal, yaitu meliputi penyusunan prioritas pengaruh setiap
variabel pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau
fokus.
8. Mengevaluasi konsistensi untuk seluruh hirarki.
Pada saat pengisian judgement pada tahap Matriks Perbandingan
Berpasangan
terdapat
kemungkinan
terjadinya
penyimpangan
dalam
membandingkan elemen-elemen yang ada sehingga diperlukan suatu uji
konsistensi. Dalam metode PHA, penyimpangan yang masih diperbolehkan
apabila nilai CR (Rasio Inkonsistensi) dibawah 10 persen. Langkah ini dapat
dilakukan dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas-prioritas
kriteria yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya.
Rasio Inkonsistensi diperoleh setelah matriks diolah secara horisontal
dengan menggunakan program komputer Expert Choice 2000, apabila nilai CR
lebih besar dari 10 persen, maka mutu informasi harus ditinjau kembali dan
diperbaiki, antara lain dengan memperbaiki cara menggunakan pertanyaan pada
saat pengisian ulang kuisioner atau dengan lebih mengarahkan responden dalam
membuat perbandingan berpasangan.
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah Umum Perusahaan
Mitra Tani Sejahtera atau MT Farm merupakan sebuah perusahaan
agribisnis yang bergerak dalam bidang peternakan kambing dan domba.
Perusahaan ini didirikan oleh alumni-alumni Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor yaitu Budi Susilo Setiawan, SPt, M. Afnan Wasom, SPt;
Bahruddin, SPt; dan Amrul Lubis, SPt pada bulan September 2004. Sebelum
mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang peternakan kambing dan domba
ini, semasa kuliah mereka telah menjalankan usaha sebagai supplier kambing dan
domba, tetapi usaha tersebut hanya dijalankan saat Hari Raya Kurban. Hal ini
disebabkan belum adanya investor yang mau menginvestasikan modalnya ke
dalam usaha tersebut, sehingga saat itu modal yang mereka dapatkan cukup kecil
yaitu hanya berasal dari Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Melihat
prospek yang cukup menjanjikan dari usaha peternakan kambing dan domba
tersebut, akhirnya setelah menyelesaikan perkuliahan, mereka bersama-sama
mendirikan kelompok usaha yang diberi nama Mitra Tani Sejahtera atau MT Farm
tersebut.
Pada awal berdirinya, MT Farm mendapatkan modal usaha dari seorang
investor yaitu Drs. Muhtadi sebesar Rp 100 juta dengan persentase bagi hasil
sebesar 30 persen dari sisa usaha yang dibagikan. Modal tersebut kemudian
digunakan untuk pembuatan kandang ternak dan kantor, pembelian ternak, serta
pembelian sarana dan prasarana penunjang lainnya seperti komputer, peralatan
kantor, serta peralatan kandang.
Sebelumnya, MT Farm hanya melayani jual beli ternak kurban, tetapi
sekarang MT Farm telah mampu menyediakan kambing dan domba unt uk
lembaga- lembaga aqiqah, pedagang atau tukang jagal, serta permintaan dari
konsumen perorangan seperti untuk acara hajatan. Lembaga- lembaga aqiqah di
wilayah Jabodetabek yang saat ini telah menjadi mitra perusahaan antara lain:
Fajar Harapan, Ihsan Indotama, Cahaya Sejahtera, Al Amien Aqiqah di Jakarta
Selatan, serta Nurul Aqiqah di Depok.
Lokasi Perusahaan
MT Farm mempunyai kantor dan kandang pada tempat yang sama yaitu
terletak di Jalan Baru AMD No.51 RT. 04/RW. 05 Desa Tegalwaru Ciampea,
Bogor. Luas lahan yang dimiliki perusahaan untuk kantor dan kandang ± 776 m2
sedangkan luas kebun yang digunakan untuk menanam rumput gajah sebagai
makanan ternak adalah seluas ± 1 ha dengan lokasi yang terpisah-pisah tetapi
masih berdekatan dengan lokasi kantor dan kandang. Kantor digunakan sebagai
pusat kegiatan untuk mengelola administrasi perusahaan dan tempat menyimpan
dokumen-dokumen penting perusahaan. Selain itu, juga digunakan sebagai tempat
tinggal dari tiga orang manajernya, yaitu manajer pemasaran, produksi, serta
keuangan.
Lahan yang digunakan untuk kandang ini cukup luas, karena
diperlukan untuk kegiatan bongkar muat ternak baik yang dipasok maupun yang
akan dikirim, sehingga dibutuhkan tempat untuk masuk truk maupun parkir dari
kendaraan operasional perusahaan.
Fasilitas Usaha
Perusahaan menggunakan fasilitas usaha yang dimilikinya terutama dalam
pelaksanaan proses produksi, pemasaran, dan kegiatan administrasi perusahaan.
Fasilitas usaha yang ada di perusahaan antara lain adalah kandang ternak, tempat
pemotongan hewan ternak, tempat pembuatan pupuk bokasi, dan kantor untuk
melaksanakan kegiatan administrasi perusahaan.
Kandang Ternak
Kandang ternak yang digunakan perusahaan dalam melaksanakan
usahanya adalah kandang ternak yang berjenis kandang koloni, dimana untuk
setiap kandang dapat diisi 2-5 ekor ternak. Kapasitas ternak maksimal yang dapat
ditampung dalam kandang yang dimiliki perusahaan tersebut adalah berjumlah
750 ekor.
Tempat Pemotongan Ternak
Perusahaan juga mempunyai tempat pemotongan ternak ya ng terletak di
belakang kandang. Tempat pemotongan ini digunakan perusahaan untuk
memotong ternak yang telah dipesan konsumen untuk memotongnya baik untuk
acara aqiqah maupun hajatan. Untuk setiap pemotongan satu ekor ternak,
perusahaan dibebani retribusi sebesar Rp 1.000 oleh pemerintah daerah
Kabupaten Bogor.
Tempat Pembuatan Pupuk Bokasi
Tempat pembuatan pupuk bokasi berada di belakang kandang perusahaan.
Selain digunakan sebagai tempat pembuatan dan penyimpanan pupuk, tempat ini
juga digunakan sebagai tempat penyimpanan kulit ternak yang sudah dipotong
dan dikeringkan.
Peralatan dan perlengkapan yang digunakan oleh perusahaan dalam
menjalankan usahanya antara lain adalah 1 unit mobil pickup, 2 unit sepeda
motor, 1 unit komputer dan printer, freezer, pesawat telepon, serta peralatan
kandang seperti sprayer, timbangan, sabit, dan sebagainya. Kendaraan operasional
digunakan dalam pemasaran dan distribusi. Komputer dan printer berfungsi
sebagai alat bantu dalam melakukan kegiatan administrasi perusahaan. Sedangkan
freezer digunakan untuk menyimpan daging ternak yang telah dipotong, tetapi
belum diantarkan kepada konsumen.
Struktur Organisasi
MT Farm merupakan suatu kelompok usaha yang mempunyai struktur
organisasi yang sangat sederhana, dimana pada tingkat paling atas terdapat
seorang direktur sebagai penyandang dana sekaligus pengawas dan penasehat
perusahaan. Direktur tidak mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap
setiap pengambilan keputusan. Pada satu tingkat dibawahnya terdapat seorang
General Manager yang mempunyai tanggung jawab membantu, menilai dan
mengevaluasi jalannya usaha, menetapkan strategi dan kebijakan umum sebagai
dasar bagi kegiatan usaha dalam mencapai tujuan perusahaan serta melaporkan
hasil evaluasi bulanan kepada direktur. Pada level selanjutnya terdapat tiga orang
manajer yaitu manajer pemasaran, produksi, dan administrasi atau keuangan yang
bertanggung jawab kepada general manager.
Manajer pemasaran bertugas mengurusi masalah penjualan ternak seperti
pelayanan konsumen, transportasi, ekspansi pasar, koordinasi kegiatan penjualan,
serta melakukan tagihan kepada konsumen yang melakukan pembelian secara
kredit. Manajer produksi memimpin bagian produksi dengan dibantu oleh asisten
kandang dan bertugas mengatur masalah pemberian pakan ternak, produktifitas
ternak, pemotongan ternak, dan menyusun rencana serta anggaran produksi.
Bagian administrasi atau keuangan bertugas sebagai bendahara yang melakukan
pencatatan keuangan dan mengurusi masalah pengarsipan. Gambaran struktur
organisasi MT Farm dapat dilihat pada Gambar 9.
Direktur
General Manager
Manajer Produksi
Manajer Pemasaran
Administrasi/Keuangan
Asisten Kandang
Gambar 9. Struktur Organisasi MT Farm
Sumber: Bagian Administrasi MT Farm (2006)
VI. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR EKSTERNALINTERNAL PERUSAHAAN DAN STRATEGI YANG
TELAH DILAKSANAKAN
6.1. Identifikasi Faktor-faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal perusahaan merupakan segala sesuatu yang berada
di luar kendali perusahaan tetapi sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
perusahaan. Identifikasi faktor- faktor eksternal
bertujuan untuk menge tahui
kecenderungan-kecenderungan dan kejadian-kejadian yang berada di luar kendali
perusahaan. Identifikasi yang dilakukan juga berfokus pada penentuan faktorfaktor kunci yang menjadi ancaman dan peluang bagi perusahaan, sehingga dapat
memudahkan manajemen perusahaan untuk menentukan strategi-strategi dalam
meraih peluang serta menghindari ancaman. Identifikasi faktor- faktor eksternal
yang dilakukan meliputi identifikasi faktor politik, ekonomi, sosial, dan teknologi,
serta faktor- faktor dari lingkungan industri yang merupakan analisis model lima
kekuatan Porter.
6.1.1. Faktor Politik
Saat ini, Indonesia telah memasuki era perdagangan bebas di kawasan
AFTA pada tahun 2003 dan sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi
persaingan yang akan jauh lebih besar di kawasan APEC pada tahun 2010.
Liberalisasi perdagangan dunia dimana komitmen dari WTO adalah untuk
menurunkan segala bentuk proteksi tarif maupun non-tarif perdagangan hasil
pertanian termasuk produksi peternakan didalamnya, merupakan tantangan
sekaligus peluang yang dapat dimanfaatkan secara optimal. Bagi negara yang
mampu meningkatkan daya saingnya, akan terbuka peluang untuk memperbesar
pangsa pasarnya baik domestik maupun pasar internasional.
Akan tetapi, kondisi politik dan keamanan di Indonesia yang tidak
menentu sampai sekarang ini, merupakan salah satu ancaman yang kuat dan harus
segera dipulihkan agar setiap sektor usaha yang salah satunya adalah sektor usaha
peternakan dapat berkembang dengan baik. Kondisi yang demikian ini juga secara
langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap minat investor khususnya
investor asing dalam menanamkan modalnya di Indonesia karena situasi yang
kurang mendukung. Oleh karena itu, perlu adanya kebijakan pemerintah yang
dapat mendukung terciptanya iklim yang cukup kondusif bagi perkembangan
yang sehat bagi dunia usaha khusunya peternakan. Untuk menarik minat investor,
pemerintah melalui Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan telah berusaha
untuk mendapatkan masukan dari berbagai forum seminar, temu usaha, serta
dialog langsung dengan asosiasi dan pengusaha dalam negeri maupun asing.
Selain itu, saat ini pemerintah juga telah melaksanakan langkah- langkah
untuk menumbuhkembangkan usaha peternakan, yaitu dengan mengeluarkan
peraturan dan pedoman antara lain:
1. Keputusan Presiden RI Nomor 127 Tahun 2001
Keputusan Presiden RI Nomor 127 Tahun 2001 tentang Bidang/Jenis
Usaha yang Dicadangkan untuk Usaha Kecil dan Bidang/Jenis Usaha yang
Terbuka untuk Usaha Menengah dan Besar dengan Syarat Kemitraan.
Bidang/jenis usaha ya ng dicadangkan untuk usaha kecil adalah bidang/jenis usaha
yang ditetapkan untuk usaha kecil yang perlu dilindungi, diberdayakan, dan
diberikan peluang berusaha agar mampu dan sejajar dengan pelaku ekonomi
lainnya untuk mengoptimalkan peran sertanya dalam pembangunan. Bidang/jenis
usaha terbuka untuk usaha menengah dan usaha besar dengan syarat kemitraan
pada subsektor peternakan tidak ada dan untuk usaha di subsektor peternakan
kemitraan sepenuhnya diserahkan kepada perusahaan peternakan dan peternakan
rakyat.
2. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 404/Kpts/OT.210/6/2002
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 404/Kpts/OT.210/6/2002 tentang
Pedoman
Perizinan
dan
Pendaftaran
Usaha
Peternakan.
Peraturan
ini
dimaksudkan memberikan pedoman bagi aparatur yang bertugas di bidang
pelayanan perizinan, pembinaan, dan pengawasan usaha peternakan di
kabupaten/kota dengan tujuan untuk mempermudah dan memberikan kepastian
usaha di subsektor peternakan. Dengan adanya keputusan ini, diharapkan dapat
menumbuhkan kembali subsektor peternakan yang sempat terpuruk
6.1.2. Faktor Ekonomi
Diawali dengan adanya krisis moneter yang melanda negara- negara Asia
yang kemudian melanda Indonesia pada pertengahan Juli tahun 1997 ternyata
membawa dampak yang cukup besar yaitu terjadinya penurunan daya beli
masyarakat maupun pemutusan hubungan kerja. Hal ini mengakibatkan
menurunnya sebagian besar kegiatan produksi dan usaha di subsektor peternakan
dalam negeri yang juga disebabkan oleh gangguan penyakit yang silih berganti
serta tetap gigihnya sekelompok kepentingan untuk mengimpor produk
peternakan dari luar. Padahal, pada era pertumbuhan ekonomi nasional yang
rendah seperti pada saat ini seharusnya sektor agribisnis dimana subsektor
peternakan berada didalamnya harus mampu berperan dalam meningkatkan
pertumb uhan ekonomi nasional ke arah pertumbuhan yang lebih baik, karena
diduga dalam jangka pendek hanya sektor pertanian dalam arti luas yang mampu
menyediakan pangan yang cukup bagi 219 juta penduduk Indonesia 3 . Salah satu
sebab menurunnya produktifitas tersebut dikarenakan subsektor peternakan masih
menggunakan pakan konsentrat yang 30 persen komponennya terdiri dari bahan
baku impor.
Berdasarkan data BPS, pengeluaran perkapita rata-rata untuk makanan
yang dikeluarkan oleh masyarakat Indonesia mencapai 56,89 persen dari total
penghasilan. Sebanyak 10,36 persen digunakan untuk belanja bahan makanan
padi-padian, sedangkan hanya 5,04 persen yang digunakan untuk konsumsi susu,
daging dan telur. Dari jumlah tersebut, mengindikasikan bahwa konsumsi
masyarakat Indone sia untuk produk-produk peternakan masih cukup rendah.
Saat ini pemerintah sedang berusaha untuk memulihkan kembali subsektor
peternakan yang telah mengalami kemunduran dengan cara membidik pasar
ekspor untuk produk-produk peternakan serta berusaha mendorong terciptanya
suatu agroindustri baru dari hasil sampingan produk peternakan. Misalnya
agroindustri kulit bulu serta tulang dan tanduk yang belum dikembangkan dengan
baik di Indonesia. Hal ini dilandaskan bahwa permintaan ekspor produk-produk
peternakan untuk negara-negara ASEAN dan Timur Tengah yang sejumlah 40004500 ton per tahun dan 200.000-250.000 ekor per tahun pada saat ini belum dapat
terpenuhi.
Pasar ekspor diyakini dapat mengembalikan sekaligus meningkatkan
kembali kondisi peternakan di Indonesia. Hal tersebut didasarkan bahwa untuk
3
http:/www.republika.co.id/koran.asp?kat_id=152 diakses tanggal 7 Mei 2006
pasar ekspor, permintaan yang ada dilakukan dalam kontrak jangka panjang,
jumlah yang relatif besar, harga yang relatif tinggi, serta pembayaran yang
dilakukan dengan menggunakan mata uang asing. Penerimaan pembayaran
dengan mata uang asing tersebut diharapkan dapat digunakan untuk menutup
biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan bahan baku pakan yang
sebagian masih import tersebut.
Akan tetapi, hal itu tidak berarti produk-produk peternakan Indonesia
dapat diterima dengan mudah di negara tujuan ekspor karena masih terbatasnya
informasi peluang pasar dan persyaratan ekspor yang ditentukan oleh negara
tujuan serta minimumnya sarana dan prasarana penunjang ekspor hasil
peternakan. Selain itu, langkanya pelaku usaha yang berorientasi ekspor,
terbatasnya promosi serta yang paling penting adalah jaminan proteksi untuk
produk-produk peternakan sampai di negara tujuan juga menjadi hambatan yang
harus dapat diatasi oleh produk-produk peternakan Indonesia.
6.1.3. Faktor Sosial
Sebagai negara dengan mayoritas penduduk adalah beragama Islam,
produk-produk yang berhubungan dengan kegiatan keagamaan bagi umat muslim
sangat berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu produk khususnya peternakan
yang berhubungan dengan kegiatan keagamaan adalah ternak kambing dan
domba. Ternak ini banyak digunakan umat muslim yang memiliki kemampuan
dari segi materi untuk menjalankan ibadah kurban pada Hari Raya Idul Adha serta
pelaksanaan aqiqah anak-anak mereka. Ibadah kurban diyakini selain sebagai
ibadah yang berhubungan dengan Tuhan juga berhubungan dengan kemanusiaan
dan apabila diklasifikasikan maka persyaratan yang berhubungan dengan
kemanusiaan jauh lebih banyak.
Di samping untuk kegiatan keagamaan, ternak kambing dan domba juga
digunakan dalam kegiatan-kegiatan di beberapa daerah sebagai cinderamata
(hadiah) bagi pemenang lomba, misalnya di daerah Sumatera Barat terdapat
perlombaan sepak bola atau layang- layang yang berhadiah ternak kambing. Selain
itu, pada zaman dahulu jumlah pemilikan ternak juga merupakan indikasi bagi
strata sosial seseorang.
Pada tahun 2005, jumlah penduduk Indonesia adalah sebesar 219,9 juta
jiwa dan diperkirakan akan terus meningkat menjadi sekitar 273,7 juta jiwa pada
tahun 2025. Sejalan dengan perkiraan pertambahan pendud uk tersebut, diharapkan
konsumsi masyarakat akan produk-produk hasil peternakan khususnya daging
kambing dan domba akan mengalami peningkatan juga. Berdasarkan data
Bappenas, perkembangan konsumsi daging nasional hingga tahun 2004
menunjukkan peningkatan rata-rata sebesar 1,07 persen4 .
Pertambahan jumlah penduduk Indonesia tersebut juga akan berpengaruh
pada jumlah angkatan kerja yang ada. Berdasarkan data BPS, pertumbuhan
angkatan kerja di Indonesia pada tahun 2004 mencapai 0,98 persen. Dengan
pertumbuhan angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan penambahan jumlah
lapangan pekerjaan, mengakibatkan tidak sepenuhnya angkatan kerja tersebut
mampu diserap oleh lapangan pekerjaan yang telah ada.
Meskipun pada saat ini, MT Farm masih bersifat padat modal dimana
tenaga kerja yang dibutuhkannya tidak banyak, tetapi tidak menutup kemungkinan
4
http://www.bappenas.go.id/index.php? diakses tanggal 9 Mei 2006
untuk ke depannya perusahaan akan lebih membutuhkan tenaga kerja khususnya
di bagian produksi seiring dengan perkembangan usahanya. Berdasarkan hal
tersebut, maka dengan semakin bertambahnya jumlah angkatan kerja dapat
menjadi peluang bagi perusahaan untuk mendapatkan dan memilih tenaga kerja
yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
6.1.4. Faktor Teknologi
Perkembangan di bidang teknologi saat ini dapat membawa perubahan
yang cukup signifikan ke arah kemajuan. Penelitian-penelitian mengenai
teknologi
peternakan
telah
banyak
dilakukan
dan
diharapkan
mampu
meningkatkan posisi tawar produk-produk peternakan di Indonesia dan tidak
hanya dianggap sebagai komoditas pangan semata. Meskipun demikian, pesatnya
perkembangan
bio-teknologi
khususnya
di
sektor
peternakan
tersebut
mengakibatkan teknologi yang ada tidak ekonomis lagi untuk dipakai. Perusahaan
yang masih menggunakan teknologi lama menjadi kurang mampu bersaing
dengan perusahaan yang menggunakan teknologi baru.
Untuk komoditas peternakan sendiri, perkembangan teknologi yang ada
saat ini tidak terlepas dari peran yang dilakukan oleh Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) di setiap daerah sebagai lembaga yang sangat berperan dalam
memunculkan teknologi-teknologi baru di sektor peternakan. Perkembangan
teknologi itu dapat berupa teknik atau tata cara dalam usaha penggemukan ternak
seperti teknologi pakan lengkap, keunggulan kandang koloni, pengadaan vaksin
serta penggunaan mikroba probioti untuk meningkatkan kinerja dari ternak itu
sendiri. Untuk saat ini, pengadaan vaksin untuk pengobatan penyakit ternak
sangat dibutuhkan. Hal ini disebabkan enam wilayah di Jawa Barat yaitu Bogor,
Bekasi, Karawang, Purwakarta, Subang dan Depok dinyatakan rawan penyakit
antraks. Untuk daerah Bogor sendiri membutuhkan 78.000 tetes vaksin, dimana
hanya 50.000 tetes yang sudah dipenuhi, sedangkan 28.000 tetes lainnya masih
menunggu dari pusat.
Selain perkembangan teknik atau tata cara dalam usaha tersebut,
perkembangan teknologi yang ada juga dapat berupa perkembangan pada alat-alat
yang mendukung kegiatan produksi di suatu perusahaan peternakan, meskipun
perkembangan yang ada untuk alat-alat tersebut masih sangat lambat. Saat ini,
peralatan dengan teknologi yang lebih maju dalam usaha penggemukan ternak
masih berupa perkembangan teknologi secara mekanis yaitu seperti salah satunya
adalah adanya mesin pencacah rumput gajah sebagai makanan ternak. Namun,
perkembangan yang ada tersebut kurang efektif dan efisien dalam meningkatkan
produktivitas yang dimiliki perusahaan. Hal ini disebabkan rumput gajah hanya
diberikan sekali dalam sehari sehingga biaya produksi yang dikeluarkan tidak
sebanding dengan manfaat yang diperoleh. Berdasarkan hal tersebut, hingga saat
ini MT Farm masih menggunakan peralatan-peralatan yang masih sederhana.
Dalam pengembangan usaha peternakan, perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi yang terus mengalami inovasi dan kemajuan dalam
waktu yang relatif singkat, baik secara la ngsung atau tidak langsung berpengaruh
pada semakin cepatnya informasi yang diperoleh perusahaan. Penggunaan
jaringan komputer dan internet yang telah banyak dilakukan oleh para pelaku
bisnis akan dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi usaha, baik dalam hal
waktu maupun biaya. Melalui internet, para pelaku bisnis bisa melakukan
negosiasi, transaksi, dan pemasaran produknya kepada setiap relasinya. Saat ini
MT Farm masih menggunakan telepon dalam kegiatan operasionalnya dan belum
menggunakan fasilitas internet secara optimal tetapi perusahaan telah mempunyai
rencana untuk dapat memiliki akses ke dalam internet dengan membuat alamat
website sendiri yang diharapkan dapat membantu kegiatan operasional perusahaan
dan pengembangan usahanya.
6.1.5. Masuknya Pendatang Baru
Usaha peternakan kambing dan domba merupakan salah satu usaha dalam
sektor pertanian khususnya subsektor peternakan yang cukup menjanjikan. Hal ini
dapat dilihat dari kebutuhan daging kambing dan domba yang cukup tinggi ketika
Hari Raya Kurban. Namun untuk dapat memasuki industri peternakan kambing
dan domba tidaklah mudah. Agar pihak yang ingin mendirikan usaha peternakan
kambing dan domba tersebut dapat tergolong ke dalam perusahaan peternakan
sehingga dapat memperoleh izin maka jumlah ternak minimal yang harus
diusahakan oleh pihak tersebut haruslah berjumlah minimal 300 ekor kambing
dan domba. Apabila jumlah ternak yang diusahakan masih dibawah ketentuan
tersebut, maka peternakan tersebut hanya bisa digolongkan dalam usaha kecil atau
peternakan rakyat.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa untuk
mendirikan suatu perusahaan peternakan kambing dan domba membutuhkan
modal yang cukup besar. Disamping untuk pengadaan kambing dan domba yang
lebih dari 300 ekor, modal yang cukup besar juga dibutuhkan untuk pembuatan
kandang yang layak produksi, dimana kebersihan kandang sangat penting untuk
diperhatikan. Selain itu, kebun rumput yang luas juga dibutuhkan untuk menjaga
ketersediaan pakan hijauan untuk ternak.
Secara legalitas, pemerintah Kabupaten Bogor tidak menetapkan suatu
bentuk peraturan yang menyulitkan bagi pihak-pihak yang berkeinginan untuk
mendirikan usaha peternakan kambing dan domba. Prosedur untuk mendirikan
usaha peternakan adalah mendaftarkan serta bersedia memberikan laporan
perkembangan perusahaannya setiap bulan kepada Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Bogor. Izin dan pelaporan tersebut sangat penting bagi suatu
bentuk usaha peternakan khususnya kambing dan domba agar perusahaan yang
akan berdiri tersebut dapat memperoleh surat keterangan sehat untuk ternakternak yang diusahakannya.
Selain itu, pihak yang ingin mendirikan peternakan juga harus
mendapatkan Surat Keterangan Izin Lingkungan yang berisi izin dari masyarakat
sekitar mengenai keberadaan perusahaan. Ketentuan yang ada didalamnya adalah
mengenai komitmen dari pihak perusahaan untuk tidak menimbulkan pencemaran
serta dapat saling menjaga keamanan, ketertiban, kebersihan, dan kepedulian
lingkungan.
6.1.6. Persaingan Antar Perusahaan
MT
Farm
merupakan
salah
satu
perusahaan
peternakan
yang
memfokuskan kegiatan usahanya pada penggemukan ternak kambing dan domba.
Untuk daerah pemasaran Jabodetabek, perusahaan yang dapat menjadi pesaing
utama adalah perusahaan yang sama-sama mempunyai lokasi produksi di wilayah
Bogor karena mempunyai jarak pemasaran yang relatif sama.
Untuk perusahaan-perusahaan peternakan lain yang berada di Kediri dan
Cianjur lebih berperan sebagai pemasok bagi perusahaan-perusahaan peternakan
yang ada di Bogor. Hal ini disebabkan peternakan-peternakan tersebut masih
menyediakan ternak-ternak bakalan. Persaingan diantara perusahaan peternakan
yang ada di Bogor tersebut terjadi baik dalam hal harga, kualitas ternak, maupun
dari segi pelayanannya.
Di wilayah Bogor sendiri, terdapat beberapa perusahaan yang bergerak
dalam bidang peternakan kambing dan domba baik dalam unit usaha pembibitan,
penggemukan, maupun pengusahaan kambing perah. Tabel 12 menunjukkan
beberapa perusahaan yang bergerak dalam bidang peternakan kambing dan domba
di wilayah Bogor.
Tabel 12. Usaha Peternakan Kambing dan Domba di Wilayah Bogor.
No
Jenis Peternakan
Lokasi
Populasi Ternak (ekor)
1 Peternakan Barokah
Cimande
1.200
2 Peternakan MT Farm
Ciampea
750
3 Pembibitan Domba
Cisalopa, Cinagara
600
Garut
4 Pembibitan Domba
Pagelaran
300
Garut “Lesang”
5 Pengusahaan Kambing
Cibuntu, Ciampea
200
Perah
6 Penggemukan Domba
Leuwiliang
200
7 Pembibitan Domba
Desa Benteng, Gn.
150
Lokal
Leutik
8 Penggemukan Domba
Cimanggu
150
9 Pengusahaan Kambing
Pesantren Darul
100
Perah
Fallah, Ciampea
Sumber: Bagian Administrasi MT Farm (2006), diolah
Berdasarkan Tabel 12, apabila dilihat dari jumlah populasi ternak yang
diusahakan, MT Farm merupakan perusahaan dengan populasi ternak terbesar
kedua dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya. Hal tersebut didukung dengan
target pasar yang diincar perusahaan yaitu target pasar dengan frekuensi harian
sehingga perputaran ternak yang terjadi dalam perusahaan sangat cepat. Untuk
pesaing utamanya, yaitu Peternakan Barokah lebih mengincar target pasar dengan
frekuensi tahunan sehingga perputaran ternak yang diusahakannya sangat lambat.
6.1.7. Ancaman Produk Substitusi
Dalam suatu usaha peternakan kambing dan domba, produk utama yang
dihasilkan oleh perusahaan adalah ternak atau daging kambing dan domba itu
sendiri. Apabila dilihat dari jenis produknya yang berupa daging, tentu saja
banyak terdapat produk lain yang dapat menjadi produk substitusi dari daging
kambing atau domba tersebut seperti daging ayam, sapi, serta lauk pauk hewani
lainnya. Namun apabila dilihat dari segi fungsional dari daging kambing dan
domba tersebut yaitu untuk kegiatan keagamaan seperti kurban serta aqiqah,
produk substitusi dari daging kambing dan domba tersebut dapat dikatakan belum
ada. Hal ini disebabkan, berkurban atau mengaqiqahkan anak dengan
menyembelih ternak kambing dan domba tersebut merupakan hal yang menjadi
ajaran serta tuntunan bagi umat muslim yang merupakan umat mayoritas di
Indonesia.
Selain untuk kegiatan keagamaan tersebut, berdasarkan suatu penelitian
apabila dilihat dari manfaatnya daging kambing juga dapat membantu
menyembuhkan berbagai penyakit seperti penyakit kardiovaskuler5 . Hal tersebut
merupakan sesuatu yang dapat menjadi kekuatan bagi produk peternakan ini
terhadap produk-produk substitusi lainnya.
5
http://www.jphpk.gov.my/index1.htmdiakses tanggal 9 Februari 2006
6.1.8. Kekuatan Tawar Menawar Pihak Pembeli
Dalam memasarkan ternaknya, perusahaan melayani sistem pembelian
baik secara tunai maupun kredit. Pembelian secara kredit dapat dilakukan oleh
pembeli yang biasanya adalah pedagang dan lembaga aqiqah berdasarkan
perjanjian yang telah dibuat sebelumnya. Untuk lembaga aqiqah yang melakukan
pembelian kredit dengan frekuensi pembelian ternak adalah sekali atau dua kali
dalam sebulan sebanyak rata-rata 25 ekor, sistem pembayaran yang biasanya
dilakukan adalah dengan membayar pada saat perusahaan memasok ternak pada
bulan atau pengiriman berikutnya. Sedangkan bagi pedagang yang frekuensi
pembelian ternaknya lebih sering yaitu sekali atau dua kali dalam seminggu,
sistem pembayaran yang dilakukan adalah dengan membayar ternak yang telah
diambil pada saat pembelian ternak selanjutnya baik pada pembelian pertama atau
yang kedua sesudahnya sesuai dengan perjanjian awal. Pembelian kredit tersebut,
baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap aliran
keuangan perusahaan.
Konsumen perorangan biasanya membeli ternak secara tunai dengan cara
memesan melalui telepon. Pemesanan tersebut dapat berupa ternak yang masih
hidup atau yang sudah siap saji untuk acara aqiqah atau hajatan. Dalam
melakukan pemesanan, pembeli hanya menyebutkan berapa berat kambing dan
domba yang diinginkannya untuk kemudian dicarikan ternak yang sesuai dengan
pesanannya tersebut.
Untuk acara aqiqah, dimana pembeli menginginkan ternak yang dibelinya
sudah siap saji, selain menyebutkan berapa berat ternak yang diinginkannya dan
menu apa saja yang diinginkan, konsumen juga dapat mewakilkan penyembelihan
ternak aqiqahnya kepada perusahaan dengan memberikan nama anak yang ingin
diaqiqahkannya tersebut. Untuk pembayarannya dilakukan ketika pesanan
tersebut diantar sampai kepada konsumen.
Perusahaan menyediakan jasa transportasi untuk mengantarkan pesanan
ternak tersebut pada pembelinya. Untuk pemesanan melebihi 5 ekor, perusahaan
dapat
mengantarkan
ternaknya
dengan
menggunakan
mobil
operasional
perusahaan, dimana biaya transportasi ditanggung oleh pembeli sesuai dengan
jarak antarnya.
Pelayanan kepada pembeli merupakan hal yang senantiasa sangat
diperhatikan oleh perusahaan. Perusahaan akan berusaha untuk memberikan
pelayanan terbaiknya kepada setiap pembeli baik itu lembaga aqiqah, pedagang
atau tukang jagal, maupun pembeli perorangan. Pelayanan yang baik serta harga
ternak yang murah sangat penting bagi perusahaan untuk dapat mempertahankan
loyalitas dari setiap pembelinya mengingat di Bogor juga terdapat perusahaan
peternakan kambing dan domba lainnya sehingga konsumen akan memiliki
alternatif untuk memilih perusahaan peternakan lainnya. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa pembeli memiliki kekuatan tawar menawar yang sedang.
6.1.9. Kekuatan Tawar Menawar Pihak Pemasok
Sebagai perusahaan yang bergerak dalam peternakan kambing dan domba,
perusahaan sangat membutuhkan pasokan ternak dari berbagai pemasok yang
dapat memasok ternak kambing dan domba secara kontinyu. Oleh karena itu,
perusahaan menjalin kerjasama dengan beberapa pemasok ternak kambing dan
domba dari beberapa daerah. Saat ini terdapat dua pemasok ternak utama bagi
perusahaan yang berasal dari daerah Kediri dan Cianjur. Meskipun demikian, juga
terdapat pemasok lainnya yang belum dapat memasok ternak secara kontinyu
yaitu dari Karawang, Cirebon, serta dari warga di sekitar perusahaan.
Ternak
yang
dijual
perusahaan
sebagian
besar
ditujukan
untuk
kepentingan ibadah yaitu kurban dan aqiqah. Oleh karena itu, perusahaan sangat
membutuhkan pasokan ternak yang benar-benar berkualitas. Perusahaan sangat
selektif dalam menentukan pemasok yang akan diajak bekerjasama, dimana
kesanggupan pemasok untuk menyediakan ternak berkualitas secara kontinyu
dengan harga yang murah merupakan hal yang paling diperhatikan oleh
perusahaan.
Saat ini perusahaan mendapatkan pasokan ternaknya sekali dalam
seminggunya dengan jumlah pasokan adalah sebanyak rata-rata 150 ekor. Hal ini
disebabkan frekuensi perputaran ternak di perusahaan yang cukup sering,
sehingga apabila dalam kandang, ternak yang ada sudah hampir kosong,
perusahaan akan mencari pemasok yang dapat memasok ternak. Untuk sistem
pembayarannya, perusahaan harus membayar secara tunai kepada pemasok
ditambah biaya transportasinya. Pembayaran dilakukan ketika ternak yang dikirim
sudah sampai ke perusahaan.
Untuk faktor produksi penting lainnya seperti konsentrat, perusahaan telah
bekerjasama dengan pemasok pakan ternak yaitu KPS Cibungbulang dengan
frekuensi pemasokan adalah seminggu sekali. Berdasarkan hal tersebut, dimana
kerangka kerjasama perusahaan dan pemasok yang dijalankan adalah bersifat
saling menguntungkan, maka kekuatan tawar- menawar pemasok dapat dikatakan
sedang.
6.2. Identifikasi Faktor-faktor Internal
Dalam menjalankan usahanya, perusahaan sangat dipengaruhi oleh faktorfaktor internal yang berasal dari dalam perusahaan. Faktor- faktor internal tersebut
merupakan faktor-faktor yang dapat menjadi kekuatan dan kelemahan bagi
perusahaan dan masih dalam kendali pihak perusahaan. Usaha yang dapat
dilakukan oleh perusahaan dalam merumuskan strategi yang akan digunakan
adalah dengan cara mengidentifikasi faktor-faktor internal yang dimiliki
perusahaan tersebut. Untuk mengidentifikasikan faktor-faktor internal perusahaan,
dapat digunakan analisis dengan pendekatan fungsional. Dalam analisis ini faktorfaktor yang diidentifikasikan meliputi faktor manajemen, pemasaran, keuangan,
produksi dan operasi serta penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh
perusahaan.
6.2.1. Manajemen
Dilihat dari struktur organisasi perusahaan dan pembagian tugasnya, saat
ini perusahaan masih menggunakan sistem manajemen yang sederhana. Dalam hal
ini, tiap-tiap manajer menempati posisinya dan mengatur bagian-bagian yang
menjadi tanggung jawabnya masing- masing. Meskipun demikian, terdapat
hubungan yang sangat erat pada setiap divisi dalam perusahaan yaitu bahwa
dalam melaksanakan tanggung jawabnya, manajer dari suatu divisi akan sangat
membutuhkan informasi- informasi yang berkaitan dengan tugasnya dari divisi
lain.
Struktur organisasi yang digunakan oleh perusahaan dapat dikatakan
sebagai struktur organisasi yang sangat sederhana. Meskipun terdapat direktur
dalam perusahaan, tetapi dalam pelaksanaan usahanya pihak yang paling
berwenang untuk perumusan strategi dan kebijakan yang akan dilaksanakan
perusahaan adalah General Manager. Hal ini disebabkan direktur yang ada
merupakan direktur yang bersifat pasif dan hanya bertindak sebagai investor.
Dalam perumusan strategi dan kebijakan tersebut, General Manager dibantu
manajer-manajer lain dalam perusahaan yang bertanggung jawab terhadap
divisinya masing- masing.
Dalam perusahaan tidak dikenal adanya pihak yang paling berkuasa,
semua pihak saling membantu dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
masing- masing. Berdasarkan hal tersebut, maka tercipta hubungan kekeluargaan
yang sangat harmonis serta kerjasama yang kompak antara para manajer dan juga
asisten atau pekerja kandang. Dengan demikian, maka seluruh pihak yang ada
dalam struktur organisasi perusahaan akan ikut bertanggung jawab dalam
memajukan perusahaan, bekerja dengan maksimal serta memiliki loyalitas yang
tinggi terhadap perusahaan dan pekerjaannya.
Saat ini, fungsi perencanaan manajemen perusahaan masih belum
dilaksanakan dengan cukup baik. Perencanaan mengenai langkah- langkah yang
harus dilakukan perusahaan baik dalam jangka pendek, jangka menengah atau
jangka panjang meskipun telah dilaksanakan tetapi dalam pelaksanaannya tersebut
masih kurang terstruktur. Meskipun demikian, untuk fungsi- fungsi manajemen
lainnya seperti pengorganisasian sudah dijalankan dengan cukup baik, dimana
setiap manajer telah mempunyai tanggung jawab dan tugasnya masing- masing.
Dalam menjalankan tanggung jawabnya tersebut, masing- masing manajer
membutuhkan kerjasama, contohnya adalah General Manager yang membantu
manajer pemasaran dalam pencarian pasar baru serta mengantar ternak yang telah
dipesan baik oleh lembaga aqiqah maupun perorangan. Dalam struktur organisasi
perusahaan, tidak terdapat divisi sumberdaya manusia. Hal ini disebabkan karena
jumlah pekerja kandang yang sedikit, sehingga kurang efisien apabila terdapat
manajer yang hanya mengatur masalah sumber daya manusia.
Pencatatan yang dilakukan perusahaan saat ini masih bersifat umum.
Pencatatan tersebut berisi data-data pasokan dan penjualan ternak serta daftar
pemesanan ternak. Evaluasi pekerjaan yang dilakukan perusahaan, biasanya
diadakan setiap sebulan sekali, dimana dalam evaluasi dihitung jumlah ternak
yang dapat dijual perusahaan selama satu bulan yang telah berjalan untuk
kemudian dibandingkan dengan bulan sebelumnya, apakah terjadi peningkatan
atau tidak.
6.2.2. Pemasaran
Pada awal berdirinya, perusahaan hanya berorientasi pemasaran ternaknya
pada kegiatan kurban dan aqiqah untuk lembaga-lembaga aqiqah baik yang berada
di dalam wilayah Bogor maupun luar Bogor. Namun dalam perkembangannya,
sekarang perusahaan sudah tidak hanya berorientasi penjualan pada lembagalembaga aqiqah tetapi lebih berorientasi sebagai supplier ternak kambing dan
domba pada semua segmen pasar yang menjadi sasarannya.
Pengorganisasian pemasaran yang dilakukan perusahaan ditangani oleh
seorang manajer pemasaran. Namun, General Manager juga sangat berperan
dalam mencari target pasar yang hendak dibidik. Dalam perusahaan, divisi
pemasaran sangat berkaitan dengan divisi produksi, dimana dalam memasarkan
ternak kambing dan domba manajer pemasaran harus mengetahui jumlah populasi
ternak yang ada di dalam kandang. Disamping itu, manajer pemasaran juga harus
mengetahui seberapa besar biaya produksi yang dikeluarkan, sehingga dapat
menentukan harga jual yang cukup bersaing.
Dalam penentuan harga jual ternaknya, perusahaan menjamin bahwa harga
kambing dan domba yang dijualnya adalah harga yang paling murah apabila
dibandingkan dengan peternakan-peternakan lain yang berada di daerah Bogor.
Hal ini dilakukan karena dalam menjalankan usahanya, perusahaan lebih
menginginkan adanya kontinyuitas pembelian dibandingkan dengan keuntungan
yang cukup tinggi tetapi tidak kontinyu. Keuntungan yang diperoleh perusahaan
saat ini adalah berasal dari penambahan bobot badan ternak yang dijualnya
dengan rata-rata ADG adalah sebesar 100 gram sehari untuk domba ekor gemuk
dan 70 gram sehari untuk domba ekor tipis. Hal ini didasarkan bahwa apabila
hanya mengandalkan dari selisih harga jual dengan harga beli ternak yaitu sebesar
Rp 500 per kilogram hidup, maka jumlah tersebut belum dapat menutupi biaya
produksi.
Target pasar utama yang dibidik perusahaan saat ini adalah lembaga
aqiqah dan pedagang atau tukang jagal. Sedangkan untuk konsumen individu,
meskipun perusahaan juga melayaninya tetapi kurang dapat dijadikan sebagai
target pasar utama karena frekuensi pembeliannya yang tidak sering. Lembaga
aqiqah di wilayah Jabodetabek yang telah menjadi pelanggan bagi perusahaan
antara lain: Fajar Harapan, Ihsan Indotama, Al Amien, Nurul, dan Cahaya
Sejahtera.
Dalam menjalankan pemasarannya kepada tiap-tiap segmen pasarnya
tersebut terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Untuk
segmen lembaga aqiqah dan pedagang, harga serta kualitas ternak merupakan hal
yang senantiasa sangat diperhatikan oleh perusahaan. Sedangkan bagi konsumen
individu, harga serta pelayanan yang baik lebih diperhatikan. Meskipun demikian,
ternak yang ditawarkan juga harus berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, maka
strategi harga/kualitas yang sedang dijalankan perusahaan saat ini adalah strategi
nilai super, dimana perusahaan berusaha untuk menjual ternaknya yang
berkualitas tinggi dengan harga yang murah.
Dalam penentuan harga ternak untuk masing- masing pasar dibedakan.
Harga yang paling murah diberikan kepada pedagang atau tukang jagal dan
lembaga aqiqah. Sedangkan untuk konsumen individu, harga yang diberikan
merupakan harga yang lebih tinggi. Penentuan harga tersebut ditentukan
berdasarkan seberapa besar kontinyuitas pembelian dari masing- masing segmen.
Untuk pedaga ng diberikan harga yang paling murah karena kontinyuitas
pembelian ternak yang mereka lakukan, dimana setiap tiga hari sekali mereka
melakukan pembelian ternak pada perusahaan. Tabel 13 menunjukkan daftar
harga ternak di MT Farm.
Tabel 13. Daftar Harga Ternak MT Farm (Rp/Kg Hidup)
Harga Pembelian Tunai
Domba
Lembaga Aqiqah
14.500
Pedagang/Tukang Jagal
14.500
Konsumen individu
20.000
Harga Pembelian Kredit
Domba
Lembaga aqiqah dan
17.000
pedagang/tukang jagal
Harga Saat Hari Raya Kurban
Domba
Semua konsumen
20.000
Sumber: Bagian Pemasaran MT Farm (2006), diolah
Kambing
16.000
16.000
25.000
Kambing
18.500
Kambing
25.000
Dalam
setiap
bulannya,
perusahaan
juga
menargetkan
penjualan
ternaknya. Penentuan target penjualan tersebut ditujukan agar penerimaan dari
hasil penjualan ternaknya setidaknya dapat menutupi biaya produksinya. Jumlah
penjualan ternak yang sudah dapat menutupi biaya produksinya adalah sebanyak
kurang lebih 500 ekor tiap bulannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perusahaan
berusaha untuk meningkatkan penjualannya agar mencapai jumlah yang
ditargetkan tersebut baik dengan iklan maupun pendekatan-pendekatan pada
lembaga- lembaga aqiqah dan juga para pedagang atau tukang jagal.
Prioritas promosi yang dianggap paling efektif bagi perusahaan saat ini
adalah melalui pendekatan dari pihak perusahaan kepada pelanggan untuk
menjaga loyalitas pembeliannya. Pendekatan tersebut dapat berupa silaturahmi ke
lembaga aqiqah serta pedagang atau tukang jagal untuk menawarkan kerjasama,
mendatangi pasar-pasar hewan untuk menambah relasi dan menjalin kerjasama
dengan rumah bersalin atau bidan. Meskipun demikian, perusahaan juga berusaha
menjalankan pendekatan promosi lainnya seperti pemasangan stiker-stiker di
tempat yang strategis, serta dengan pemasangan iklan di dalam media cetak
seperti Radar Bogor. Namun promosi yang dilakukan perusahaan melalui iklan
dalam media cetak tidak dijalankan secara kontinyu karena kurang efisiennya
pemasangan iklan tersebut dalam meningkatkan penjualan ternak.
6.2.3. Keuangan
Modal merupakan sesuatu yang sangat penting bagi perusahaan dalam
mengembangkan usahanya lebih lanjut. Berdasarkan keterangan yang diperoleh
dari pihak manajemen perusahaan, selama ini perusahaan mendapatkan modal
usahanya dari investor yang bersifat pasif. Investor yang bersangkutan hanya
menyerahkan investasinya pada perusahaan dan tidak mempunyai wewenang serta
tanggung jawab terhadap kebijakan dan strategi yang dijalankan oleh perusahaan.
Pada awal berdirinya, perusahaan melaksanakan pembagian hasil
usahanya setiap bulan. Namun melihat dari jumlah keuntungan yang tidak cukup
besar pada bulan-bulan biasa, maka perusahaan memutuskan untuk melakukan
pembagian hasil usaha setiap satu tahun sekali yaitu setelah Hari Raya Kurban,
dimana perusahaan mendapatkan keuntungan yang cukup besar. Untuk sistem
pembagian hasilnya, perusahaan menetapkan sebesar 50 persen dari hasil
usahanya untuk bagi hasil dan 50 persen sisanya untuk pengembangan usaha. Dari
50 persen tersebut, 30 persen dibagikan pada investor, sedangkan 70 persen
sisanya dibagikan pada para manajer.
Saat ini kondisi keuangan perusahaan berada pada kondisi yang cukup
baik. Hal ini dapat dilihat dari laba yang diperoleh perusahaan pada bulan Maret
mencapai Rp. 13.777.849. Berdasarkan hasil analisis R/C, didapatkan bahwa
usaha peternakan kambing dan domba tersebut layak diusahakan dan
menguntungkan karena nilai R/C sebesar 1,56 yang berarti bahwa setiap Rp 1.000
biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan sebesar
Rp 1.560. Sedangkan dari hasil analisis B/C diperoleh nilai 0,56 yang artinya
bahwa
setiap
Rp
1.000
biaya
yang
dikeluarkan,
akan
menghasilkan
manfaat/keuntungan sebesar Rp 560.
6.2.4. Produksi dan Operasi
Dalam menjalankan usaha peternakannya saat ini, lokasi perusahaan sudah
cukup strategis. Lokasi yang cukup strategis tersebut dapat dilihat dari beberapa
faktor seperti faktor produksi dimana lokasi perusahaan berada di sekitar kebun
rumput gajah, sehingga dalam hal kebutuhan makanan ternak sudah cukup
memadai. Selain itu, lokasi perusahaan juga tidak berada di dekat jalan raya yang
cukup bising dan berpolusi karena dapat mengganggu perkembangan ternak.
Sedangkan dilihat dari faktor sosial, pemilihan lokasi perusahaan juga sudah
memperhatikan keadaan lingkungan sekitar, dimana lokasi perusahaan tidak
berada di daerah perumahan penduduk sehingga tidak mengganggu kenyamanan
penduduk.
Saat ini pemasok ternak bagi perusahaan berasal dari beberapa daerah baik
di Jawa Barat maupun Jawa Timur seperti Kediri, Cianjur, Karawang, Cirebon,
serta warga sekitar. Pemilihan pemasok didasarkan pada kemampuannya dalam
mensuplai ternak secara kontinyu dengan harga yang murah. Pemasokan yang
dilakukan terjadwal, dimana setiap sekali dalam satu minggu dipasok ternak
sejumlah rata-rata 150 ekor dengan sistem pembayaran ternak secara tunai.
Penentuan pemasok juga didasarkan pada kemampuannya dalam mensuplai ternak
sesuai dengan jumlah yang diminta, berkualitas, serta harga yang cocok.
Kualitas ternak merupakan hal yang senantiasa diperhatikan perusahaan.
Ternak bakalan yang akan diterima oleh perusahaan harus memenuhi syarat
kualitas yang telah ditentukan oleh perusahaan. Kriteria atau syarat-syarat bakalan
tersebut antara lain adalah bahwa ternak bakalan harus sehat dan tidak cacat, berat
minimal 13 kilogram, gigi seri belum ganti, jenis kelamin jantan, serta harga yang
disesuaikan dengan harga pasar dan kondisi stok ternak di kandang. Ternak yang
baru datang dari pemasok akan mendapatkan penanganan seperti penimbangan
bobot awal ternak ketika datang untuk mengetahui harga dasar pembelian per
kilogram, pemberian obat cacing, vitamin dan antibiotik serta pencukuran rambut
ternak untuk kemudian dimandikan dan siap digemukkan. Idealnya vitamin
diberikan pada hari pertama, antibiotik diberikan pada hari kedua dan obat cacing
diberikan pada hari ketiga. Namun, cara ini akan menyulitkan manajemen
produksi apabila bakalan yang masuk tidak bersamaan dan jumlahnya sedikit
(tidak banyak sekaligus dalam satu hari). Untuk pencukuran bulu bertujuan untuk
memberantas kutu domba, mengurangi stress panas dan memperbaiki penanpilan
domba agar terkesan tidak kumal atau gembel.
Meskipun perusahaan telah bekerjasama dengan Dinas Peternakan Bogor
dalam pemeriksaan kesehatan ternak, tetapi dalam pelaksanaannya kurang ada
perhatian dari Dinas Peternakan. Pemeriksaan kesehatan ternak sangat jarang
dilakukan walaupun perusahaan sudah melakukan pembayaran kepada Dinas
Peternakan untuk mendapatkan surat sehat. Namun dengan pengalaman dari
manajer produksi yang merupakan sarjana peternakan, masalah pemeriksaan
kesehatan ternak tersebut dapat ditangani sendiri oleh perusahaan.
Pemberian pakan kepada ternak dilakukan perusahaan secara teratur tiga
kali dalam sehari. Pada pagi hari pukul 06.00-07.00 ternak diberikan pakan berupa
konsentrat, untuk siang hari pukul 13.00 diberikan pakan rumput gajah sebanyak
rata-rata 0,5-1 kilogram per ekor, sedangkan pada sore harinya pukul 15.00
diberikan lagi konsentrat sebagai pakan untuk ternak. Dengan pemberian makanan
yang dijatah tersebut, maka kesehatan ternak lebih terjamin dibandingkan bila
ternak diberi pakan dengan cara digembalakan. Meskipun demikian, kadangkadang ternak juga terkena penyakit seperti Orf atau skabies yang tidak berbahaya
dan dapat disembuhkan. Penyakit ini dapat menurunkan nafsu makan yang
berakibat pada turunnya ADG. Untuk penyakit-penyakit ternak lainnya dapat
berupa penyakit mata (buta), penyakit paru-paru, dan penyakit kulit yang apabila
sudah cukup parah sangat sulit untuk disembuhkan.
Untuk permintaan pelanggan berupa ternak yang sudah dipotong,
perusahaan melakukan pemotongan ternak secara Islami. Tempat pemotongan dan
semua peralatan yang digunakan harus bersih, pisau yang digunakan harus benarbenar tajam, dan jangan menguliti atau melepas kepala ternak sebelum ternak
tersebut benar-benar mati. Sebaiknya tukang potong mampu meng-handling
ternak yang dipotong tanpa bantuan orang lain.
Dalam menjalankan usaha produksi peternakannya, perusahaan belum
menerapkan suatu teknologi yang modern. Penimbangan berat badan dilakukan
pekerja kandang tiap akhir bulan, dimana untuk setiap ternak yang telah
ditimbang akan ditandai dengan cara diberi cat pada bagian kepala ternak. Hal ini
ditujukan agar tidak terjadi kesalahan dan penimbangan ganda karena kandang
ternak yang dimiliki perusahan merupakan kandang koloni, yaitu dalam satu
kandang terdapat beberapa ekor ternak.
6.2.5. Penelitian dan Pengembangan
Perusahaan belum memiliki divisi yang khusus untuk menangani
penelitian
dan
pengembangan.
Meskipun
demikian,
penelitian-penelitian
mengenai bagaimana suatu perlakuan terhadap ternak dapat mempengaruhi
peningkatan berat badan ternak sudah sering dilakukan baik oleh bagian produksi
perusahaan, maupun oleh peneliti- peneliti dari mahasiswa peternakan yang sering
melakukan penelitian di perusahaan. Untuk pengembangan sendiri, meskipun saat
ini perusahaan belum memiliki divisi khusus yang menangani pengembangan baik
dalam segi produk maupun usaha tetapi hal tersebut telah dilakukan oleh
perusahaan. Pengembangan dalam segi produk dilakukan perusahaan dengan cara
memanfaatkan kotoran dari ternak yang diusahakannya menjadi pupuk bokasi.
Pengembangan dalam segi usaha juga telah dilakukan oleh perusahaan, yaitu
dengan merintis suatu usaha aqiqah baru bernama Salamah Aqiqah yang
direncanakan akan hadir di tiga kota yaitu Bogor, Bandung, dan Solo. Usaha
aqiqah tersebut ditujukan untuk melayani permintaan ternak kambing dan domba
bagi kebutuhan aqiqah serta hajatan.
6.3. Identifikasi Strategi yang Telah Dilaksanakan Perusahaan
Setiap
membutuhkan
perusahaan
adanya
dalam
menjalankan
strategi-strategi
yang
kegiatan
dapat
usahanya sangat
membantu
kegiatan
operasionalnya. Dalam merumuskan suatu strategi yang baru dibutuhkan
identifikasi dari strategi-strategi yang telah dilaksanakan oleh perusahaan. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui apakah strategi-strategi yang telah ada tersebut telah
sesuai dengan keadaan dan posisi internal serta eksternal perusahaan, sehingga
diharapkan strategi yang akan dirumuskan dapat berjalan secara efektif dan
efisien. Strategi-strategi yang telah dilaksanakan perusahaan saat ini antara lain:
1. Penetapan Harga Jual Ternak yang Hampir Sama dengan Harga Beli
Pada mulanya, penetapan harga jual yang ditentukan oleh perusahaan
adalah dengan cara meningkatkan harga beli ternak yang diperolehnya.
Peningkatan harga yang dilakukan perusahaan adalah sebesar Rp 2.000 per
kilogram hidupnya. Untuk memenuhi permintaan lembaga- lembaga aqiqah,
tingkat harga tersebut memang sudah cukup bersaing. Namun, untuk memenuhi
permintaan pedagang atau tukang jagal, tingkat harga tersebut dinilai perusahaan
kurang dapat bersaing karena sebagian besar pedagang melihat harga beli ternak
berdasarkan tingkat harga daging per kilo di pasar. Melihat dari kondisi yang ada
tersebut, akhirnya perusahaan menetapkan tingkat harga jual ternak yang hampir
sama dengan tingkat harga belinya. Hal ini disebabkan pedagang merupakan
pelanggan yang lebih disukai perusahaan karena tingkat keuntungan yang dapat
diperoleh dari segmen pasar ini lebih tinggi.
Saat ini, harga karkas (daging dan tulang) yang ada di pasaran adalah Rp
30.000 per kilogramnya. Untuk satu ekor domba gemuk mempunyai berat karkas
sebesar 47-50 persen, sehingga agar dapat bersaing perusahaan harus sanggup
untuk menetukan harga jual ternaknya senilai kurang dari Rp 15.000 per kilogram
hidupnya. Melihat dari kondisi tersebut, perusahaan akhirnya menetapkan harga
jual ternaknya untuk segmen pedagang dan lembaga aqiqah senilai Rp 14.500 per
kilogram hidupnya. Tingkat harga tersebut hanya mempunyai selisih senilai Rp
500 per kilogram hidup dibandingkan dengan tingkat harga beli ternaknya.
Dengan penentuan harga yang rendah tersebut, permintaan ternak khususnya dari
pedagang
mengalami
peningkatan
yang
cukup
tinggi
sehingga
dapat
meningkatkan keuntungan yang diperoleh perusahaan.
2. Peningkatan Kualitas Ternak
Kualitas ternak merupakan suatu hal yang senantiasa diperhatikan
perusahaan dalam menjalankan usahanya. Hal ini didasarkan bahwa apabila ingin
bersaing dengan para pesaing-pesaingnya, perusahaan harus mampu menyediakan
ternak-ternak yang berkualitas dengan harga yang murah. Bagi perusahaan
kualitas ternak yang baik harus memenuhi beberapa syarat-syarat tertentu seperti
persentase karkas yang tinggi, ternak yang sehat, serta kebersihan dari ternak itu
sendiri (pencukuran rambut). Untuk persentase karkas yang tinggi hanya
didapatkan apabila perusahaan dapat menyediakan hewan ternak yang gemuk
sehingga persentase karkas yang didapatkan bisa mencapai 47-50 persen berat
ternaknya. Untuk peningkatan kualitas ternaknya itu sendiri dilakukan perusahaan
dengan cara menjaga kebersihan kandang, pemberian pakan dan minum ternak
yang selalu ada, serta pemberian vitamin untuk rekondisi ternak dan obat untuk
pencegahan ternak terhadap sakit.
Untuk pemberian pakan dan minum yang selalu ada (ad libitum),
dijalankan perusahaan agar ternak kambing dan domba yang mereka usahakan
berada pada kondisi yang kenyang setiap saat, sehingga ketika ada pembeli yang
datang setiap saat, ternak tersebut ditimbang dalam kondisi yang kenyang. Hal ini
sangat berpengaruh terhadap ADG (Average Daily Gain) atau PBBH
(Pertambahan Berat Badan Harian) dari ternak yang diusahakan tersebut. Namun,
yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa pemberian konsentrat 100 persen
secara mendadak dapat mengakibatkan kematian serta menurunnya nafs u makan
dari ternak. Oleh karena itu, pemberian pakan dilakukan sedikit demi sedikit
dalam frekuensi yang tinggi.
Pemberian vitamin untuk rekondisi ternak dan obat untuk pencegahan
penyakit juga dilakukan perusahaan untuk menjaga kualitas ternaknya. Pemberian
vitamin bertujuan untuk mengurangi stress akibat dari transportasi, mencegah
kekurangan vitamin, meningkatkan daya tahan tubuh dan mempercepat proses
kesembuhan dari infeksi. Sedangkan pemberian obat cacing dan antibiotik
bertujuan untuk mencegah dan mengobati penyakit dalam pencernaan serta
penyakit-penyakit lain seperti Pneumonia, Antraks, dan Enteritis. Pencegahan dan
pengobatan terhadap penyakit tersebut dilakukan perusahaan karena ternak yang
mengidap suatu penyakit dapat menurunkan konsumsi pakan dan berakibat pada
penurunan ADG-nya. Oleh karena itu apabila terlihat suatu gejala akan
munculnya suatu penyakit, maka akan segera diberikan obat.
3. Peningkatan Pelayanan Kepada Konsumen
Pelayanan yang baik kepada setiap orang yang datang ke perusahaan
terutama konsumen merupakan hal yang harus selalu dijaga oleh perusahaan.
Dalam menjaga hubungan dan pelayanan yang baik dengan para pelanggannya
tersebut, perusahaan telah menjalankan silaturahmi secara rutin setiap bulannya
baik secara langsung atau melalui telepon ke konsumen atau pelanggan untuk
mendapatkan saran dan kritik atau hanya sekedar mempererat hubungan antara
perusahaan dengan pelanggan. Pelayanan yang baik juga dilaksanakan perusahaan
dengan cara siap untuk mengantarkan kambing dan domba kepada konsumen
yang membutuhkan serta yang tidak kalah pentingnya adalah keamanan
pengangkutan ternak sampai ke konsumen.
4. Merintis Usaha Aqiqah Baru
Saat ini, perusahaan sedang berusaha untuk dapat memperluas usahanya
dengan cara memisahkan antara konsumen yang merupakan lembaga aqiqah dan
pedagang dengan konsumen perorangan yang membeli ternak dengan jumlah
kecil dan tidak kontinyu karena harga yang ditetapkan diantara masing- masing
konsumen tersebut tidak sama. Untuk konsumen perorangan diharapkan akan
dapat dilayani oleh suatu bentuk usaha baru bernama Salamah Aqiqah yang
nantinya dapat berdiri sendiri dan lepas dari manajemen MT Farm.
Hal yang mendasari dirintisnya usaha baru tersebut adalah karena seiring
dengan perkembangan usahanya, MT Farm saat ini hanya ingin menjadi supplier
kambing dan domba yang mempunyai visi menyediakan domba murah,
berkualitas dan dalam jumlah yang banyak. Karena penjualan ternaknya dalam
kuantitas yang banyak, maka harga yang ditetapkan juga harus serendah mungkin
untuk dapat tetap bersaing. Sedangkan untuk permintaan kambing dan domba
secara satuan baik untuk aqiqah maupun acara hajatan dengan harga yang lebih
mahal diharapkan akan dapat dilayani oleh Salamah Aqiqah, meskipun saat ini
usaha tersebut masih dibawah manajemen dari MT Farm. Untuk Salamah Aqiqah
tersebut akan hadir di tiga kota, yaitu: Bogor, Bandung dan Solo.
5. Pengembangan Bokasi Sebagai Produk Sampingan Perusahaan
Melihat dari peluang yang ada dari produk sampingan peternakan yaitu
kotoran ternak itu sendiri, saat ini perusahaan sedang berusaha untuk
mengembangkan suatu produk baru yaitu bokasi yang diproduksi dari sisa kotoran
ternak tersebut. Meskipun pengembangan produk bokasi tersebut masih dalam
tahap pengkajian, dimana perusahaan belum berani untuk mempublikasikan
kepada masyarakat umum mengenai produk barunya tersebut, tetapi perusahaan
telah mendapatkan order pesanan untuk pupuk bokasi tersebut. Oleh karena itu,
kegiatan produksi pupuk bokasi tetap berjalan dan diharapkan dapat menjadi salah
satu produk perusahaan selain ternak kambing dan dombanya.
6.4. Identifikasi Faktor-Faktor yang Menjadi Peluang, Ancaman, Kekuatan
dan Kelemahan Perusahaan
Berdasarkan hasil identifikasi faktor-faktor eksternal dan internal yang
dimiliki perusahaan serta identifikasi strategi yang telah dikembangkan
perusahaan, maka akan didapatkan faktor- faktor yang dapat menjadi peluang,
ancaman, kekuatan serta kelemahan yang dimiliki perusahaan. Berikut ini akan
diidentifikasikan mengenai peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan dari
perusahaan peternakan kambing dan domba MT Farm.
6.4.1. Identifikasi Peluang dan Ancaman Eksternal Perusahaan
Identifikasi faktor eksternal dilakukan untuk mengetahui peluang dan
ancaman yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan usahanya. Sejumlah
peluang dan ancaman yang diperoleh dari hasil analisis yang dilakukan secara
ringkas dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Peluang dan Ancaman Eksternal MT Farm
Faktor Eksternal
A. Lingkungan Jauh
1. Politik
2.
Ekonomi
3.
Sosial
4.
Teknologi
Peluang
1. Masih tingginya
permintaan ekspor produkproduk peternakan dari
negara-negara ASEAN dan
Timur Tengah
2. Adanya peluang
dikembangkannya
agroindustri baru dari hasil
sampingan produk
peternakan
3. Penduduk Indonesia yang
mayoritas beragama Islam
4. Perkembangan teknologi
informasi yang semakin
pesat
B. Lingkungan Industri
1. Persaingan antar
perusahaan
2.
Ancaman pendatang
baru
3.
Ancaman produk
substitusi
4.
Kekuatan tawar
pemasok
5.
Kekuatan tawar
pembeli
Ancaman
1. Kondisi politik dan
keamanan yang tidak
menentu
2. Masih rendahnya rata-rata
persentase pengeluaran
untuk produk-produk
peternakan
3. Terbatasnya informasi
mengenai peluang untuk
pasar ekspor
4. Masuknya Bogor sebagai
daerah yang dinyatakan
rawan penyakit antraks
5. Adanya perusahaan
pesaing dengan populasi
ternak lebih besar
5. Adanya hambatan bagi
pendatang baru dalam hal
kebutuhan permodalan
yang cukup besar
6. Tidak adanya produk
substitusi ternak kambing
dan domba untuk kegiatan
keagamaan khususnya
aqiqah
7. Adanya pemasok ternak
dan konsentrat yang
kontinyu dengan harga
yang sesuai
6. Pembelian ternak yang
dilakukan secara kredit
6.4.2. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Internal Perusahaan
Identifikasi faktor internal dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan dan dapat berpengaruh terhadap
kemampuan bersaing perusahaan di dalam lingkungan industrinya. Sejumlah
kekuatan dan kelemahan yang dihasilkan diperoleh dari hasil analisis yang
dilakukan terhadap kondisi internal perusahaan, untuk kemudian hasil tersebut
diajukan kepada pihak perusahaan untuk mengetahui apakah hasil analisis yang
dilakukan tersebut dapat diterima oleh perusahaan. Berdasarkan hal tersebut,
maka kekuatan dan kelemahan perusahaan secara ringkas dapat dilihat pada Tabel
15.
Tabel 15. Kekuatan dan Kelemahan Internal MT Farm
Faktor Internal
A. Manajemen
B. Pemasaran
C. Keuangan
D. Produksi/operasi
E.
Penelitian dan
pengembangan
Kekuatan
1. Manajemen yang bersifat
kekeluargaan serta kerjasama
yang kuat
2. Sumber daya manusia yang
mempunyai latar belakang
pendidikan di bidang
peternakan
3. Ternak yang berkualitas
dengan harga murah serta
pelayanan yang baik
4. Merupakan pemasok ternak
untuk lembaga-lembaga aqiqah
di Jabodetabek
5. Kondisi modal dan keuangan
yang baik
6. Lokasi kandang serta
pelaksanaan produksi yang
baik
7. Mulai d irintisnya bidang usaha
aqiqah baru bernama Salamah
Aqiqah
Kelemahan
1. Perencanaan yang kurang
terstruktur
2. Promosi melalui iklan yang
tidak kontinyu
3. Komoditas ternak yang
rentan terhadap penyakit
dan kematian
4. Teknologi produksi yang
masih terbatas
5. Belum dimilikinya divisi
khusus yang menangani
masalah penelitian dan
pengembangan
VII. PERUMUSAN ALTERNATIF STRATEGI
PENGEMBANGAN USAHA
7.1. Identifikasi Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan
Identifikasi visi, misi, dan tujuan merupakan hal yang sangat penting
dalam perumusan strategi bisnis. Dengan visi, misi, maka akan diketahui secara
jelas ke arah mana perusahaan akan dibawa dan langkah- langkah apa harus
dilakukan untuk dapat mencapai tujuan dari perusahaan. Pada saat ini, perusahaan
telah merumuskan secara tertulis mengenai visi dan misi perusahaan. Namun,
dalam perkembangan usahanya perumusan visi dan misi perusahaan tersebut
kadang mengalami perubahan serta penambahan yang disebabkan karena
manajemen perusahaan yang masih belum tertata rapi.
Visi yang telah ditetapkan perusahaan adalah menjadikan MT Farm
sebagai pusat penjualan domba-kambing di Jabodetabek. Sedangkan misi yang
ditetapkan perusahaan adalah menyediakan domba-kambing murah, sehat, dan
berkualitas. Pada saat ini, perusahaan telah merumuskan secara jelas tujuan dari
perusahaan baik untuk jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.
Untuk jangka pendek, tujuan yang diharapkan perusahaan dapat dicapai
dalam jangka waktu satu tahun antara lain adalah menjadi market leader atau
pemimpin pasar khususnya untuk wilayah pemasaran Jabodetabek, merintis
pembentukan cabang usaha lain yaitu Salamah Aqiqah yang bergerak dalam
pelayanan aqiqah, serta memperbaiki manajemen khususnya pada tahap
perencanaan yang masih belum efektif. Sedangkan untuk tuj uan jangka menengah
yang diharapkan dapat dicapai perusahaan dalam jangka waktu lima tahun adalah
mendirikan suatu usaha rumah makan khusus berbasis peternakan domba-
kambing yang mempunyai konsep tradisionalis modern, serta mengembangkan
usahanya agar dapat melakukan breeding sendiri.
7.2. Matriks External Factor Evaluation (EFE)
Berdasarkan identifikasi terhadap lingkungan eksternal perusahaan
diperoleh sejumlah peluang dan ancaman yang dapat berpengaruh terhadap
pengembangan usaha yang akan dijalankan. Selanjutnya dari sejumlah peluang
dan ancaman tersebut dilakukan pembobotan dengan menggunakan metode
Paired Comparison. Pembobotan dilakukan oleh empat orang responden yang
merupakan manajer dari tiap-tiap divisi yang ada di perusahaan.
Setelah melakukan pembobotan, selanjutnya masing- masing responden
yang bersangkutan menentukan nilai peringkat (rating) dari setiap faktor strategis
eksternal yang menandakan seberapa efektif perusahaan saat ini merespon faktorfaktor tersebut. Hasil pemberian bobot dan peringk at terhadap faktor- faktor
eksternal perusahaan yang dilakukan oleh keempat responden dapat dilihat pada
Lampiran 3.
Dari bobot yang dihasilkan, dapat diambil kesimpulan bahwa keempat
orang responden menganggap faktor peluang yang paling penting adalah adanya
pemasok ternak dan konsentrat dengan harga yang sesuai. Sedangkan faktor
ancaman yang paling kuat adalah pembelian ternak yang dilakukan secara kredit
oleh pelanggan. Bobot dan rating yang diperoleh kemudian dikalikan dan dirataratakan sehingga dapat diketahui skor dari masing- masing faktor strategis
eksternal tersebut. Hasil skor rata-rata yang didapatkan dapat dilihat pada Tabel
16.
Tabel 16. Matriks EFE MT Farm
No.
Faktor –faktor Eksternal Strategis
Peluang
1
Masih tingginya permintaan ekspor produk-produk peternakan dari
negara-negara ASEAN dan Timur Tengah
2
Adanya peluang dikembangkannya agroindustri baru dari hasil
sampingan produk peternakan
3
Penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam
4
Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat
5
Adanya hambatan bagi pendatang baru dalam hal kebutuhan
permodalan yang cukup besar
6
Tidak adanya produk substitusi ternak kambing dan domba untuk
kegiatan keagamaan khususnya aqiqah
7
Adanya pemasok ternak dan konsentrat yang kontinyu dengan harga
yang sesuai
Ancaman
1
Kondisi politik dan keamanan yang tidak menentu
2
Masih rendahnya rata-rata persentase pengeluaran masyarakat
untuk produk-produk peternakan
3
Terbatasnya informasi mengenai peluang untuk pasar ekspor
4
Masuknya Bogor sebagai daerah yang dinyatakan rawan penyakit
antraks
5
Adanya perusahaan pesaing dengan populasi ternak yang lebih
besar
6
Pembelian ternak yang sering dilakukan secara kredit oleh
pelanggan
Total Skor EFE
Skor (Bobot x Rating) Responden ke1
2
3
4
Jumlah
Ratarata
0,3590
0,0609
0,3333
0,1346
0,8878
0,2220
0,1795
0,0609
0,2051
0,2981
0,7436
0,1859
0.2308
0,2788
0,1859
0,3590
0,3846
0,0641
0,4103
0,2692
0,1795
0,3974
0,1538
0,0545
1,3974
1,0865
0,4840
0,3494
0,2716
0,1210
0,0929
0,3846
0,1923
0,1795
0,8494
0,2123
0,3718
0,4231
0,4615
0,2596
1,5160
0,3790
0,0417
0,1154
0,1282
0,1474
0,1218
0,1538
0,0513
0,0641
0,3429
0,4808
0,0857
0,1202
0,1442
0,2308
0,0577
0,0545
0,1474
0,1795
0,1026
0,2885
0,4519
0,7532
0,1130
0,1883
0,1154
0,0609
0,1667
0,2404
0,5833
0,1458
0,2692
0,4615
0,2051
0,4359
1,3718
0,3429
2,6154
2,6474
3,0256
2,6603
2,7372
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 16, didapatkan bahwa faktor
adanya pemasok ternak dan konsentrat yang kontinyu dengan harga yang sesuai
merupakan peluang dengan skor yang tertinggi yaitu sebesar 0,3790. Peluang
adanya pemasok ternak dan konsentrat yang kontinyu tersebut merupakan hal
yang sangat berpengaruh terhadap kegiatan operasional perusahaan karena dengan
adanya pasokan ternak dan konsentrat yang kontinyu dari pemasok, perusahaan
akan dapat memenuhi permintaan ternak dari para pelanggannya di wilayah
Jabodetabek.
Sebagai ancaman utama bagi MT Farm adalah seringnya pembelian ternak
yang dilakukan secara kredit dengan skor 0,3429. Pembelian ternak secara kredit
tersebut merupakan ancaman bagi perusahaan karena dapat mengganggu
perputaran aliran keuangan perusahaan. Secara umum, total skor perusahan yaitu
sebesar 2,7372 menggambarkan bahwa pengaruh eksternal yang dihadapi
perusahaan cukup kuat
dan berada di atas rata-rata (2,50) yang berarti
kemampuan perusahaan dalam merespon peluang dan ancaman tergolong baik.
7.3. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Berdasarkan identifikasi terhadap faktor- faktor internal perusahaan
didapatkan sejumlah kekuatan dan kelemahan yang kemudian dapat disebut
sebagai faktor strategis internal perusahaan. Hasil pemberian bobot dan peringkat
terhadap faktor- faktor internal perusahaan yang dilakukan oleh keempat
responden dapat dilihat pada Lampiran 4.
Dari bobot yang dihasilkan, dapat diambil kesimpulan bahwa keempat
orang responden menganggap faktor kekuatan perusahaan yang paling penting
adalah kondisi modal dan keuangan yang baik. Selanjutnya setelah dilakukan
pembobotan dan pemberian rating seperti yang dilakukan pada Matriks EFE oleh
keempat orang responden, maka didapatkan hasil seperti pada Tabel 17.
Dari hasil perhitungan matriks IFE pada Tabel 17, diperoleh bahwa faktor
yang menjadi kekuatan internal utama perusahaan adalah kondisi modal dan
keuangan yang baik dengan skor 0,4261 serta ternak yang berkualitas dengan
harga murah serta pelayanan yang baik dengan skor 0,4129. Skor tertinggi yang
dimiliki oleh faktor- faktor tersebut merupakan kekuatan perusahaan yang
berpengaruh besar dan sangat diandalkan untuk dapat lebih unggul dibandingkan
pesaingnya. Kekuatan internal perusahaan yang memiliki skor terendah sebesar
0,2633 adalah dirintisnya cabang usaha baru perusahaan bernama Salamah
Aqiqah.
Faktor-faktor yang menjadi kelemahan perusahaan mendapatkan skor yang
hampir sama antara masing- masing faktor. Kelemahan pada faktor manajemen
adalah perencanaan yang kurang terstruktur dengan skor 0,1231. Kelemahan
faktor pemasaran adalah promosi melalui iklan yang tidak kontinyu dengan skor
0,1061. Untuk faktor produksi, kelemahan yang dimiliki perusahaan adalah
komoditas yang rentan terhadap penyakit dengan skor 0,1146 dan teknologi
produksi yang masih terbatas dengan skor 0,1288. Belum dimilikinya divisi
khusus yang menangani masalah penelitian dan pengembangan merupakan
kelemahan pada faktor penelitian dan pengembangan dengan skor 0,1155.
Secara umum total skor perusahaan adalah 3,1345 yang menggambarkan
bahwa posisi internal perusahaan berada di atas rata-rata yaitu 2,50. hal ini
menggambarkan bahwa MT Farm memiliki posisi internal yang relatif kuat
dibanding dengan pesaing.
Tabel 17. Matriks IFE MT Farm
No.
Faktor –faktor Internal Strategis
Kekuatan
1
Manajemen yang bersifat kekeluargaan serta kerjasama yang bagus
2
Sumber daya manusia yang mempunyai latar belakang pendidikan di
bidang peternakan
3
Ternak yang berkualitas dengan harga murah serta pelayanan yang baik
4
Merupakan pemasok ternak untuk lembaga-lembaga aqiqah di
Jabodetabek
5
Kondisi modal dan keuangan yang baik
6
Lokasi kandang dan pelaksanaan produksi yang baik
7
Mulai dirintisnya bidang usaha aqiqah baru bernama Salamah Aqiqah
Kelemahan
1
Perencanaan yang kurang terstruktur
2
Promosi melalui iklan yang tidak kontinyu
3
Komoditas ternak yang rentan terhadap penyakit dan kematian
4
Teknologi produksi yang masih terbatas
5
Belum dimilikinya divisi khusus yang menangani masalah penelitian
dan pengembangan
Total Skor IFE
Skor (Bobot x Rating) Responden ke1
2
3
4
Jumlah
Ratarata
0,3939
0,4091
0,4394
0,4394
0,3030
0,1818
0.3939
0.3182
1,5303
1,3485
0,3826
0,3371
0,3788
0,3788
0,4394
0,3333
0,4242
0,4545
0.4091
0.3788
1,6515
1,5455
0,4129
0,3864
0,4394
0,3788
0,3333
0,4394
0,2614
0,1591
0,3409
0,2727
0,2121
0.4848
0.4394
0.3485
1,7045
1,3523
1,0530
0,4261
0,3381
0,2633
0,1742
0,0909
0,1439
0,1212
0,1136
0,1061
0,1212
0,0568
0,1136
0,1136
0,0758
0,0985
0,0909
0,1742
0,1439
0,1364
0,1136
0,1667
0,1061
0,0909
0,4924
0.4242
0.4583
0.5152
0.4621
0,1231
0,1061
0,1146
0,1288
0,1155
3,3561
3,0227
2,7727
3,3864
3,1345
7.4. Matriks Internal-Eksternal (IE)
Matriks IE diperoleh dari hasil analisis internal dan eksternal perusahaan
yang merupakan penggabungan antara total skor pada matriks EFE dan matriks
IFE. Dengan disusunnya matriks IE, maka akan diketahui posisi perusahaan saat
ini sehingga akan lebih mudah untuk menentukan alternatif strategi yang akan
diterapkan. Nilai rata-rata EFE sebesar 2,7372 menggambarkan bahwa respon
yang diberikan oleh MT Farm kepada lingkungan eksternal tergolong sedang
untuk memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada. Sedangkan nilai
IFE sebesar 3,1345 menggambarkan bahwa perusahaan berada dalam kondidi
internal yang kuat.
Berdasarkan nilai matriks EFE dan IFE tersebut diperoleh hasil bahwa
posisi perusahaan berada pada kuadran IV seperti dapat dilihat pada Gambar 10.
Pada kuadran ini, perusahaan berada dalam kondisi grow and build atau tumbuh
dan membangun. Strategi yang paling tepat dilakukan dilakukan adalah strategi
intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau pengembangan produk) dan
strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, atau integrasi
horisontal).
Total Nilai IFE yang Diberi Bobot
Total Nilai
EFE yang
Diberi
Bobot
3,0
Rata-rata
4,0
Kuat
2,0
Lemah 1,0
Tinggi
I
II
III
Sedang
IV
V
VI
2,0
Rendah
VII
VIII
IX
3,0
1,0
Gambar 10. Posisi MT Farm pada Matriks IE
7.5. Matriks SWOT
Matriks SWOT digunakan untuk merumuskan alternatif strategi yang
dapat dijalankan perusahaan berdasarkan pada penyesuaian antara peluang dan
ancaman dengan kekuatan serta kelemahan yang dimiliki perusahaan. Keunggulan
yang dimiliki model ini adalah kemampuannya dalam memformulasikan strategi
berdasarkan gabungan faktor eksternal dan internal tersebut. Empat strategi utama
yang dihasilkan yaitu strategi S-O, W-O, S-T, dan W-T dapat dilihat pada Tabel
18.
Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT pada Tabel 18, maka alternatif
strategi yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut:
STRATEGI S-O
1. Mulai memperkenalkan Salamah Aqiqah sebagai lembaga aqiqah baru yang
saat ini masih berada dibawah manajemen MT Farm.
Sebagai perusahaan yang berada pada posisi yang tumbuh dan
membangun, MT Farm membutuhkan suatu strategi integratif yang salah satunya
adalah strategi integrasi ke depan. Salah satu strategi integratif yang dapat
dikembangkan perusahaan saat ini adalah dengan lebih memperkenalkan cabang
usaha baru perusahaan yaitu Salamah Aqiqah. Strategi ini juga didukung dengan
kekuatan perusahaan yaitu ternak yang berkualitas dengan harga murah dan
pelayanan yang baik, pemasaran yang meliputi wilayah Jabodetabek, serta kondisi
modal dan keuangan yang baik.
Tabel 18. Perumusan Strategi MT Farm dengan Matriks SWOT
Faktor -faktor
Internal
Faktor -faktor
Eksternal
PELUANG (O)
8. Masih tingginya permintaan ekspor produk-produk
peternakan dari negara-negara ASEAN dan Timur Tengah
9. Adanya peluang dikembangkannya agroindustri baru dari
hasil sampingan produk peternakan
10. Penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam
11. Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat
12. Adanya hambatan bagi pendatang baru dalam hal kebutuhan
permodalan yang cukup besar
13. Tidak adanya produk substitusi ternak kambing dan domba
untuk kegiatan keagamaan khususnya aqiqah
14. Adanya pemasok ternak dan konsentrat yang kontinyu
dengan harga yang sesuai
ANCAMAN (T)
7. Kondisi politik dan keamanan yang tidak menentu
8. Masih rendahnya rata-rata persentase pengeluaran
masyarakat untuk produk-produk peternakan
9. Terbatasnya informasi mengenai peluang untuk pasar ekspor
10. Masuknya Bogor sebagai daerah yang dinyatakan rawan
penyakit antraks
11. Adanya perusahaan pesaing dengan populasi ternak yang
lebih besar
12. Pembelian ternak yang sering dilakukan secara kredit oleh
pelanggan
KEKUATAN (S)
8. M anajemen yang bersifat kekeluargaan serta kerjasama
yang bagus
9. Sumber daya manusia yang mempunyai latar belakang
pendidikan di bidang peternakan
10. Ternak yang berkualitas dengan harga murah serta
pelayanan yang baik
11. Merupakan pemasok ternak untuk lembaga-lembaga aqiqah
di Jabodetabek
12. Kondisi modal dan keuangan yang baik
13. Lokasi kandang serta pelaksanaan produksi yang baik
14. Mulai dirintisnya bidang usaha aqiqah baru bernama
Salamah Aqiqah
STRATEGI S-O
1. Mulai memperkenalkan Salamah Aqiqah sebagai lembaga
aqiqah baru yang saat ini masih berada dibawah manajemen
MT Farm
(S3,S4,S5,S7,O3,O6)
2. Mengembangkan dan memanfaatkan teknologi informasi
berbasis internet (S5,O1,O4)
KELEMAHAN (W)
6. Perencanaan yang kurang terstruktur
7. Promosi melalui iklan yang tidak kontinyu
8. Komoditas ternak yang rentan terhadap penyakit
dan kematian
9. Teknologi produksi yang masih terbatas
10. Belum dimilikinya divisi khusus yang menangani
masalah penelitian dan pengembangan
STRATEGI S-T
1. Membangun dan memperkuat jaringan usaha dengan
lembaga-lembaga
aqiqah
maupun
pedagang
(S1,S3,S4,S5,T1,T3,T5)
2. Mencari informasi mengenai latar belakang pelanggan yang
akan melakukan pembelian ternak secara kredit
(S1,S5,T1,T6)
STRATEGI W-T
1. Mengadakan kerjasama dengan peternakan
kambing dan domba lain khususnya dalam hal
penelitian mengenai bagaimana mengurangi
persentase ternak yang sakit ataupun mati
(W3,W4,W5,T4,T5)
STRATEGI W-O
1. Memperbaiki perencanaan perusahaan dengan
menyusun
target
dan
rencara
penjualan
berdasarkan pasokan ternak yang ada di kandang
(W1, O4,O7)
2. Menggencarkan promosi melalui iklan khususnya
pada media yang berciri Islami (W2,O3,O4,O6)
2. Mengembangkan dan memanfaatkan teknologi informasi berbasis internet.
Melihat peluang yang dimiliki perusahaan, khususnya dalam hal
perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat maka dengan didukung
kondisi keuangan yang kuat, perusahaan perlu mengembangkan dan lebih
memanfaatkan teknologi informasi berbasis internet. Selain perusahaan dapat
memperoleh informasi- informasi mengenai peluang pasar yang dimiliki,
pemanfaatan teknologi informasi ini diharapkan juga dapat membantu kegiatan
operasional perusahaan.
STRATEGI W-O
1. Memperbaiki perencanaan perusahaan dengan menyusun target dan rencana
penjualan berdasarkan pasokan ternak yang ada di kandang.
Untuk mengembangkan usahanya, diperlukan komitmen perusahaan untuk
dapat lebih menata kembali manajemen perusahaan, khususnya dalam hal
perencanaan penjualan yang saat ini masih belum efektif dan kurang terstruktur.
Dengan perencanaan yang lebih terstruktur serta dukungan pasokan ternak yang
kontinyu tersebut, diharapkan perusahaan dapat mempertahankan dan lebih
meningkatkan penjualan ternaknya.
2. Menggencarkan promosi melalui iklan khususnya pada media yang berciri
Islami.
Melihat dari jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam,
hal ini merupakan salah satu peluang yang dapat digunakan sebagai dasar bagi
perusahaan untuk lebih menggencarkan promosi melalui iklan di media yang
berciri Islami. Dengan menggencarkan promosi melalui iklan tersebut, diharapkan
dapat meningkatkan penjualan ternak perusahaan khususnya untuk konsumen
perorangan.
STRATEGI S-T
1. Membangun dan memperkuat jaringan usaha dengan lembaga- lembaga aqiqah
maupun pedagang.
Strategi ini dibutuhkan perusahaan untuk menjaga hubungan yang baik
antara perusahaan dengan konsumennya yaitu lembaga- lembaga aqiqah maupun
pedagang. Selain itu, dengan strategi ini diharapkan perusahaan dapat lebih
memperkuat posisi tawarnya terhadap konsumen.
2. Mencari informasi mengenai latar belakang pelanggan yang akan melakukan
pembelian ternak secara kredit.
Pembelian ternak yang dilakukan oleh konsumen secara kredit, baik
langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap aliran keuangan
perusahaan. Informasi mengenai latar belakng konsumen, dibutuhkan perusahaan
untuk menilai apakah konsumen tersebut mempunyai kemampuan unt uk
membayar hutangnya tepat waktu sesuai dengan perjanjian.
STRATEGI W-T
1. Mengadakan kerjasama dengan peternakan kambing dan domba lain
khususnya dalam hal penelitian mengenai bagaimana mengurangi persentase
ternak yang sakit ataupun mati
Strategi ini diperlukan perusahaan, karena saat ini perusahaan masih
belum memiliki divisi khusus yang menangani masalah penelitian dan
pengembangan.
Dengan
kerjasama
yang
saling
menguntungkan
dengan
peternakan kambing dan domba lain khususnya dalam hal penelitian dan
pengembangan, diharapkan dapat mengurangi jumlah ternak yang sakit dan mati.
Dari ketujuh alternatif strategi yang diperoleh kemudian dibandingkan
dengan strategi yang telah dilaksanakan perusahaan saat ini secara deskriptif.
Berdasarkan hal tersebut dapat dia mbil kesimpulan bahwa terdapat strategistrategi perusahaan yang telah sesuai dengan kondisi eksternal dan internal
perusahaan. Strategi tersebut yaitu merintis usaha aqiqah baru yang saat ini masih
berada di bawah manajemen MT Farm. Strategi lain yang telah dilaksanakan
perusahaan dan perlu untuk dikembangkan adalah penetapan harga jual ternak
yang murah. Strategi ini dikembangkan dengan cara penyusunan target dan
rencana penjualan. Selain itu, strategi peningkatan kualitas ternak juga perlu
dikembangkan dengan mengadakan kerjasama dengan peternakan kambing dan
domba lain khususnya dalam hal penelitian. Peningkatan pelayanan kepada
konsumen dapat dikembangkan dengan memperkuat jaringan usaha serta dengan
memanfaatkan teknologi informasi berbasis internet.
Alternatif strategi baru yang dapat dilaksanakan perusahaan antara lain:
menggencarkan promosi melalui iklan khususnya media yang berciri Islami dan
mencari informasi mengenai latar belakang pelanggan yang akan melakukan
pembelian ternak secara kredit. Sedangkan strategi yang telah dilaksanakan
perusahaan dan kurang sesuai dengan kondisi internal dan eksternal perusahaan
adalah pengembangan bokasi sebagai produk sampingan perusahaan karena
strategi tersebut tidak mendukung visi dan misi perusahaan yang ingin
menjadikan MT Farm sebagai pusat penjualan kambing dan domba di
Jabodetabek.
7.6. Tahap Pemilihan Strategi Pengembangan Usaha
Dari hasil analisis matriks SWOT didapatkan sebanyak tujuh alternatif
strategi yang dapat diterapkan MT Farm. Untuk menentukan priorit as strategi
yang paling tepat, maka dilakukan analisis pemilihan strategi dengan metode
Proses Hirarki Analitik (PHA) menggunakan bantuan software komputer Expert
Choice 2000 untuk pengambilan keputusan seperti terlihat pada Gambar 11.
Goal: Pemilihan Prioritas
Strategi Pengembangan Utama
Level 1: Goal
(Prioritas Strategi)
Level 2:
Tujuan
Pemimpin Pasar
Level 3:
Alternatif
Strategi
SO1
SO2
WO1
Manajemen yang Baik
WO2
ST1
ST2
WT1
Gambar 11. Model Hirarki Keputusan Pemilihan
Strategi Pengembangan Utama MT Farm
Analisis PHA dalam penelitian ini dibagi ke dalam 3 hirarki atau tingkatan
yaitu level 1 yang merupakan Goal (pemilihan prioritas strategi pengembangan
utama), level 2 adalah tujuan jangka pendek perusahaan yaitu menjadi pemimpin
pasar dan mempunyai manajemen yang baik, sedangkan level 3 adalah alternatif
strategi perusahaan yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan jangka pendek
perusahaan yang berada pada level 2. Pada level 3 ini terdiri dari alternatif strategi
yang dihasilkan dari matriks SWOT yaitu strategi SO1, SO2, WO1, WO2, ST1,
ST2, dan WT1.
Strategi yang diprioritaskan haruslah sesuai dengan kondisi dalam
perusahaan saat ini. Oleh karena itu, dalam analisis hirarki proses ini hanya
digunakan analisis pendapat individu dari satu orang pakar yaitu Budi Susilo
Setiawan S.Pt selaku General Manager MT Farm yang mempunyai wewenang
dan tanggung jawab paling besar dalam menetapkan dan mengambil keputusan
mengenai strategi atau kebijakan perusahaan. Hasil analisis hirarki proses dengan
satu orang responden tersebut secara rinci dapat dilihat pada Gambar 12 dan
Lampiran 5.
Goal: Strategi WO1
(0,248)
Level 1: Goal
(Prioritas Strategi)
Level 2:
Tujuan
Level 3:
Alternatif
Strategi
Pemimpin Pasar
(0,500)
SO1
(0,091)
SO2
(0,100)
WO1
(0,248)
Manajemen yang Baik
(0,500)
WO2
(0,124)
ST1
(0,186)
ST2
(0,107)
WT1
(0,144
Gambar 12. Analisis Pendapat Individu General Manager MT Farm
Dari hasil pengolahan horisontal pada level 2 yaitu antara pemimpin pasar
dan manajemen yang baik dihasilkan bahwa prioritas perusahaan untuk kedua
tujuan jangka pendek perusahaan tersebut adalah sama yaitu sebesar 0,500. Untuk
pengolahan horisontal pada level 3 terhadap tujuan perusahaan menjadi pemimpin
pasar diperoleh hasil bahwa strategi yang mendapatkan prioritas utama adalah
strategi ST1 dengan bobot 0,278 yaitu membangun dan memperkuat jaringan
usaha dengan lembaga- lembaga aqiqah maupun pedagang. Sedangkan dari hasil
pengolahan horisontal pada level 3 terhadap tujuan perusahaan untuk memiliki
manajemen yang baik didapatkan bahwa strategi yang menjadi prioritas utama
adalah strategi WO1 dengan bobot 0,299 yaitu memperbaiki perencanaan
perusahaan dengan menyusun target dan rencana penjualan berdasarkan pasokan
ternak yang ada di kandang.
Setelah dilakukan pengolahan horisontal, dilanjutkan dengan pengolahan
vertikal terhadap Goal dari perusahaan yaitu prioritas strategi pengembangan MT
Farm. Dari pengolahan vertikal tersebut, dihasilkan bahwa lima strategi utama
yang mendapat prioritas tertinggi adalah strategi WO1 yaitu memperbaiki
perencanaan perusahaan dengan menyusun target dan rencana penjualan
berdasarkan pasokan ternak yang ada dengan bobot 0,248. Strategi berikutnya
adalah strategi ST1 yaitu membangun dan memperkuat jaringan usaha dengan
lembaga- lembaga aqiqah maupun pedagang dengan bobot sebesar 0,186.
Strategi yang menduduki prioritas ketiga adalah strategi WT1 yaitu
mengadakan kerjasama dengan peternakan kambing dan domba lain dalam hal
penelitian mengenai bagaimana mengurangi persentase ternak yang sakit ataupun
mati dengan bobot 0,144. Strategi WO2 merupakan strategi yang mendapat
prioritas keempat yaitu dengan menggencarkan promosi melalui iklan khususnya
pada media yang bercirikan Islami dengan bobot 0,124. Sedangkan strategi yang
mendapatkan prioritas kelima adalah strategi ST2 yaitu mencari informasi
mengenai latar belakang pelanggan yang akan melakukan pembelian ternak secara
kredit dengan bobot 0,107. Dari hasil pengolahan vertikal yang telah dilakukan,
dihasilkan rasio inkonsistensi sebesar 0,06 yang artinya bahwa hasil penilaian
responden memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi dengan rasio bias sebesar 6
persen (Lampiran 5). Nilai rasio inkonsistensi sebesar 6 persen tersebut
merupakan penyimpangan yang masih diperbolehkan dalam analisis hirarki proses
karena masih memiliki nilai dibawah 10 persen.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan dalam
penelitian yang berjudul Analisis Strategi Pengembangan Usaha Peternakan
Kambing dan Domba dengan Pendekatan Metode Proses Hirarki Analitik ini,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil identifikasi, didapatkan bahwa strategi-strategi yang telah
dikembangkan perusahaan saat ini antara lain: penetapan harga jual ternak
yang hampir sama dengan harga beli, peningkatan kualitas ternak, peningkatan
pelayanan kepada konsumen, merintis usaha aqiqah baru, dan pengembangan
bokasi sebagai produk sampingan perusahaan.
2. Dari hasil identifikasi terhadap faktor- faktor eksternal perusahaan dihasilkan
peluang yang dapat dimanfaatkan perusahaan yaitu masih tingginya
permintaan ekspor produk-produk peternakan dari negara-negara ASEAN dan
Timur Tengah, adanya peluang dikembangkannya agroindustri baru dari hasil
sampingan produk peternakan, penduduk Indonesia yang mayoritas beragama
Islam, perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat, adanya
hambatan bagi pendatang baru dalam hal kebutuhan permodalan yang cukup
besar, tidak adanya produk substitusi ternak kambing dan domba untuk
kegiatan keagamaan khususnya aqiqah, serta adanya pemasok ternak dan
konsentrat yang kontinyu dengan harga yang sesuai. Sedangkan yang menjadi
ancaman bagi perusahaan adalah kondisi politik dan keamanan yang tidak
menentu, masih rendahnya rata-rata persentase pengeluaran untuk produkproduk peternakan, terbatasnya informasi mengenai peluang untuk pasar
ekspor, masuknya Bogor sebagai daerah yang dinyatakan rawan penyakit
antraks, adanya perusahaan pesaing dengan populasi ternak lebih besar, serta
pembelian ternak yang sering dilakukan secara kredit.
3. Dari hasil identifikasi terhadap faktor-faktor internal perusahaan didapatkan
kekuatan yang saat ini dimiliki oleh perusahaan yaitu manajemen yang
bersifat kekeluargaan serta kerjasama yang bagus, sumber daya manusia yang
mempunyai latar belakang pendidikan di bidang peternakan, ternak yang
berkualitas dengan harga murah serta pelayanan yang baik, merupakan
pemasok ternak untuk lembaga- lembaga aqiqah di Jabodetabek, kond isi
permodalan dan keuangan yang baik, lokasi kandang serta pelaksanaan
produksi yang baik, serta dirintisnya bidang usaha aqiqah baru bernama
Salamah Aqiqah. Faktor-faktor internal yang menjadi kelemahan perusahaan
adalah perencanaan yang kurang terstruktur, promosi perusahaan melalui iklan
yang tidak kontinyu, komoditas ternak yang rentan terhadap penyakit dan
kematian, teknologi produksi yang masih terbatas, serta belum dimilikinya
divisi khusus yang menangani masalah penelitian dan pengembangan.
4. Dari hasil analisis dengan menggunakan matriks IFE dan EFE diperoleh
bahwa kondisi internal perusahan tergolong kuat dan perusahaan mampu
memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi kelemahan yang dimiliki. Selain itu,
saat ini perusahaan berada dalam kondisi eksternal yang kuat dan dapat
menghindari ancaman dengan memanfaatkan peluang yang ada.
5. Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan matriks IE, diperoleh kesimpulan
bahwa saat ini perusahaan berada pada kuadran IV yang berarti bahwa
perusahaan berada dalam kondisi grow and build atau tumbuh dan
membangun. Strategi yang paling tepat dilakukan dilakukan adalah strategi
intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau pengembangan produk)
dan strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, atau integrasi
horisontal).
6. Prioritas strategi yang diperoleh melalui Analisis Hirarki Proses dari alternatif
strategi pada matriks SWOT dan sesuai dengan keadaan perusahaan saat ini,
yaitu: (1) memperbaiki perencanaan perusahaan dengan menyusun target dan
rencana penjualan berdasarkan pasokan ternak yang ada di kandang, (2)
membangun dan memperkuat jaringan usaha dengan lembaga- lembaga aqiqah
maupun pedagang, (3) mengadakan kerjasama dengan peternakan kambing
dan domba lain khususnya dalam hal penelitian mengenai bagaimana
mengurangi persentase ternak yang sakit ataupun mati, (4) menggencarkan
promosi melalui iklan khususnya pada media yang berciri Islami, (5) mencari
informasi mengenai latar belakang pelanggan yang akan melakukan
pembelian ternak secara kredit, (6) mengembangkan dan memanfaatkan
teknologi informasi berbasis internet, serta (7) mulai memperkenalkan
Salamah Aqiqah sebagai lembaga aqiqah baru yang saat ini masih berada
dibawah manajemen MT Farm.
8.2. Saran
Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan kepada MT Farm dalam
rangka pengembangan usahanya yaitu:
1. Untuk mengembangkan usahanya dimasa mendatang diperlukan adanya
komitmen dari pihak perusahaan untuk memperbaiki dan mempersiapkan
manajemen perusahaan khususnya dalam hal perencanaan ke arah yang lebih
baik dari kondisi yang ada pada saat ini melihat adanya peluang yang cukup
besar bagi perusahaan untuk tumbuh lebih besar dari kondisi yang ada
sekarang.
2. Perusahaan sebaiknya lebih memperkuat jaringan usahanya baik dengan
konsumen, pemasok ternak, maupun peternakan-peternakan kambing dan
domba lainnya sehingga dapat lebih memperkuat posisi tawar perusahaan.
3. Mempersiapkan dan menggencarkan promosi perusahaan baik melalui media
cetak yang bercirikan Islami maupun melalui internet yang dalam waktu dekat
akan diusahakan oleh perusahaan.
4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dari pihak perusahaan terhadap kondisi
internal dan eksternal perusahaan, sehingga dalam proses implementasi
strategi selanjutnya dapat dilaksanakan dengan lebih tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2004. Buku Statistik Indonesia. BPS Jakarta. Jakarta.
David, Fred R. 2004. Manajemen Strategis: Konsep-Konsep. Prentice Hall
Dinas Peternakan. 1997. Brosur Peternakan Kambing. Dinas Peternakan. Jakarta.
Duldjaman, M & S Rahayu. 1996. Budidaya Ternak Domba dalam: Prospek
Pengembangan Usaha Ternak Ayam dan Domba Lokal di Pedesaan.
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Fitria, Dewi. 2001. Prospek Pengembangan Usaha Ternak Domba Komersil
(Studi Kasus pada Peternakan Domba Tawakal, Kampung Cimande Hilir,
Kecamatan Caringin, Bogor). Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi
Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Gumbira, Sa’id & Harizt Intan. 2001. Manajemen Agribisnis. Ghalia Indonesia.
Imran, Findri Miranty. 2003. Strategi Pengembangan Usaha Kecil Dodol Nenas
Mekar Sari (Desa Tambak Mekar, Kecamatan Jalancagak, Kabupaten
Subang, Jawa Barat). Skripsi. Jurusan Ilmu- Ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Jauch, Lawrence R & William F. Glueck. 1995. Manajemen Strategis dan
Kebijakan Perusahaan. Cetakan Ketiga. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Kinnear, Thomas C & James R. Taylor. 1991. Marketing Research: An Applied
Approach. Fourth Edition. Mc Graw-Hill. Inc. USA.
Kosasih, Asep. 2001. Formulasi Model Pengembangan Agribisnis Pembibitan
Ternak Domba di Wilayah Kabupaten Sumedang. Skripsi. Jurusan Sosial
Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Prenhallindo.
Jakarta.
Maria, Ria Ulfa. 2004. Analisis Harga Jual Ternak Domba di Pasar Hewan
Kabupaten Bogor. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mayasari, Rita. 2003. Analisis Pemilihan Jenis Strategi Utama dalam
Pengembangan Kredit Tunda Jual Gabah (Studi Kasus pada PERUM
Pegadaian). Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mulyono, Subangkit. 2005. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Murtidjo. 1993. Memelihara Domba. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
1993. Memelihara Kambing sebagai Ternak Potong dan
Perah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Nazir, Mohammad. 1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia.
Nisjar, Karhi & Winardi. 1997. Manajemen Strategik. CV Mandar Maju.
Bandung.
Nugroho, Andhi Jatmiko. 2003. Penerapan Metode Proses Hirarki Analitik dalam
Penyusunan Strategi Promosi Nata de Coco pada PT Halilintar Bahana
Prima, Jakarta. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pearce, Jhon A & Rhicard B. Robinson. 1997. Manajemen Strategik: Formulasi,
Implementasi, dan Pengendalian. Jilid Satu. Binarupa Aksara. Jakarta.
Porter, Michael. 1995. Competitive Advantage: Creating and Sustaining Superior
Performance. The Free Press. New York.
Ratnawati, Novita. 2002. Kajian Kelayakan Finansial Pengembangan Usaha
Peternakan Sapi dan Kembing Perah di Pesantren Darul Fallah,
Ciampea, Bogor. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rasyaf, Muhammad. 1999. Memasarkan Hasil Peternakan. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Saaty, Thomas. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Proses
Hierarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang
Kompleks. PT Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.
Simamora, Costanius. 2005. Analisis Strategi Promosi Produk Mahkoya Dewa di
PT Mahkota Dewa Indonesia, Jakarta. Skripsi. Jurusan Ilmu- Ilmu Sosial
Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Siregar, A. 1996. Usaha Ternak Kambing. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Suharno, B & Nazarudin. 1994. Ternak Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sumoprastowo, R.M. 1993. Beternak Domba Pedaging dan Wol. Bhatara Karya.
Jakarta.
Susanto, Hadi. 2005. Kajian Strategi Pengembangan Agribisnis Buah Manggis di
Wilayah Agropolitan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Jurusan
Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Umar, Husein. 2003. Strategic Management in Action. Cetakan Ketiga. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Wicaksono, Divera. 2002. Kajian Pengembangan Usaha Ternak Domba di Desa
Cigudeg, Kecamatan Cigudeg. Kabupaten Bogor. Skripsi. Jurusan Sosial
Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Lampiran 1. Pemberian Bobot dan Peringkat Faktor-faktor Eksternal Perusahaan
Pemberian Bobot dan Peringkat Faktor-faktor Eksternal Perusahaan oleh General Manager
Faktor -faktor Eksternal
Tingginya permintaan ekspor produk
peternakan dari negara ASEAN
Peluang dikembangkannya agroindustri baru
hasil peternakan
Penduduk Indonesia yang mayoritas beragama
Islam
Perkembangan teknologi informasi yang
semakin pesat
Hambatan pendatang baru dalam hal modal
yang besar
Tidak adanya produk substitusi ternak kambingdomba untuk kebutuhan aqiqah
Adanya pemasok ternak dan konsentrat dengan
harga yang sesuai
Kondisi politik dan keamanan yang tidak
menentu
Rendahnya rata-rata pengeluaran masyarakat
untuk produk peternakan
Terbatasnya informasi mengenai peluang untuk
pasar ekspor
Masuknya Bogor sebagai daerah yang
dinyatakan rawam penyakit antraks
Adanya perusahaan pesaing dengan populasi
ternak lebih besar
Pembelian ternak yang dilakukan secara kredit
oleh pelanggan
Total
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
Total
Bobot
Peringkat
Bobot x
Peringkat
2
2
2
2
2
2
3
3
3
2
3
2
28
0.0897
4
0.3590
2
2
2
2
2
3
3
3
2
3
2
28
0.0897
2
0.1795
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
24
0.0769
3
0.2308
2
2
2
3
3
3
3
3
2
29
0.0929
3
0.2788
2
2
3
3
3
3
3
2
29
0.0929
2
0.1859
2
3
3
3
3
3
2
29
0.0929
1
0.0929
3
3
3
3
3
2
29
0.0929
4
0.3718
1
1
1
1
1
13
0.0417
1
0.0417
3
1
2
1
18
0.0577
2
0.1154
1
1
1
15
0.0481
3
0.1442
3
2
24
0.0769
3
0.2308
1
18
0.0577
2
0.1154
28
0.0897
3
0.2692
312
1.0000
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
3
1
1
2
1
1
1
1
3
1
2
2
2
1
1
1
1
3
3
3
1
1
2
1
1
1
1
3
2
3
1
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
2
3
20
20
24
19
19
19
19
35
30
33
24
30
20
2.6154
Pemberian Bobot dan Peringkat Faktor-faktor Eksternal Perusahaan oleh Manajer Produksi
Faktor -faktor Eksternal
Tingginya permintaan ekspor produk
peternakan dari negara ASEAN
Peluang dikembangkannya agroindustri baru
hasil peternakan
Penduduk Indonesia yang mayoritas beragama
Islam
Perkembangan teknologi informasi yang
semakin pesat
Hambatan pendatang baru dalam hal modal
yang besar
Tidak adanya produk substitusi ternak
kambing-domba untuk kebutuhan aqiqah
Adanya pemasok ternak dan konsentrat
dengan harga yang sesuai
Kondisi politik dan keamanan yang tidak
menentu
Rendahnya rata-rata pengeluaran masyarakat
untuk produk peternakan
Terbatasnya informasi mengenai peluang
untuk pasar ekspor
Masuknya Bogor sebagai daerah yang
dinyatakan rawam penyakit antraks
Adanya perusahaan pesaing dengan populasi
ternak lebih besar
Pembelian ternak yang dilakukan secara kredit
oleh pelanggan
Total
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
Total
Bobot
Peringkat
Bobot x
Peringkat
2
1
1
2
1
1
2
2
2
2
2
1
19
0.0609
1
0.0609
1
1
2
1
1
2
1
2
3
2
1
19
0.0609
1
0.0609
2
3
2
1
2
2
3
3
3
1
28
0.0897
4
0.3590
3
2
2
3
2
3
3
3
1
30
0.0962
4
0.3846
1
1
2
1
3
3
2
1
20
0.0641
1
0.0641
1
3
3
3
3
3
1
30
0.0962
4
0.3846
3
3
3
3
3
1
33
0.1058
4
0.4231
2
2
2
2
1
20
0.0641
2
0.1282
2
2
2
1
23
0.0737
2
0.1474
2
2
1
18
0.0577
1
0.0577
2
1
17
0.0545
1
0.0545
1
19
0.0609
1
0.0609
36
0.1154
4
0.4615
312
1.0000
2
3
3
3
3
2
2
2
1
1
3
3
2
2
3
3
3
3
2
3
3
2
2
2
1
2
1
1
2
3
2
2
3
1
1
2
2
2
1
1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
1
1
2
1
1
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
29
29
20
18
28
18
15
28
25
30
31
29
12
2.6474
Pemberian Bobot dan Peringkat Faktor-faktor Eksternal Perusahaan oleh Manajer Pemasaran
Faktor -faktor Eksternal
Tingginya permintaan ekspor produk
peternakan dari negara ASEAN
Peluang dikembangkannya agroindustri baru
hasil peternakan
Penduduk Indonesia yang mayoritas beragama
Islam
Perkembangan teknologi informasi yang
semakin pesat
Hambatan pendatang baru dalam hal modal
yang besar
Tidak adanya produk substitusi ternak kambingdomba untuk kebutuhan aqiqah
Adanya pemasok ternak dan konsentrat dengan
harga yang sesuai
Kondisi politik dan keamanan yang tidak
menentu
Rendahnya rata-rata pengeluaran masyarakat
untuk produk peternakan
Terbatasnya informasi mengenai peluang untuk
pasar ekspor
Masuknya Bogor sebagai daerah yang
dinyatakan rawam penyakit antraks
Adanya perusahaan pesaing dengan populasi
ternak lebih besar
Pembelian ternak yang dilakukan secara kredit
oleh pelanggan
Total
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
Total
Bobot
Peringkat
Bobot x
Peringkat
1
1
3
3
3
1
3
3
3
1
3
1
26
0.0833
4
0.3333
1
1
3
1
1
1
1
1
1
1
1
16
0.0513
4
0.2051
3
3
3
1
3
3
3
3
3
1
32
0.1026
4
0.4103
3
3
1
1
3
2
1
1
1
21
0.0673
4
0.2692
3
1
1
1
1
1
1
1
14
0.0449
4
0.1795
1
2
1
1
1
1
1
15
0.0481
4
0.1923
3
3
3
3
3
3
36
0.1154
4
0.4615
1
1
1
1
1
19
0.0609
2
0.1218
1
1
3
3
24
0.0769
2
0.1538
1
1
1
23
0.0737
2
0.1474
1
1
28
0.0897
2
0.1795
1
26
0.0833
2
0.1667
32
0.1026
2
0.2051
312
1.0000
3
3
3
1
3
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
3
3
3
3
3
3
1
3
1
3
3
2
1
1
3
1
1
3
3
1
3
1
3
1
2
3
3
1
3
3
3
3
1
3
3
3
1
3
3
3
1
3
1
3
3
3
1
3
1
3
3
3
3
3
3
3
3
1
3
1
3
3
3
22
32
16
27
34
33
12
29
24
25
20
22
16
3.0256
Pemberian Bobot dan Peringkat Faktor-faktor Eksternal Perusahaan oleh Manajer Keuangan
Faktor -faktor Eksternal
Tingginya permintaan ekspor produk
peternakan dari negara ASEAN
Peluang dikembangkannya agroindustri baru
hasil peternakan
Penduduk Indonesia yang mayoritas beragama
Islam
Perkembangan teknologi informasi yang
semakin pesat
Hambatan pendatang baru dalam hal modal
yang besar
Tidak adanya produk substitusi ternak kambingdomba untuk kebutuhan aqiqah
Adanya pemasok ternak dan konsentrat dengan
harga yang sesuai
Kondisi politik dan keamanan yang tidak
menentu
Rendahnya rata-rata pengeluaran masyarakat
untuk produk peternakan
Terbatasnya informasi mengenai peluang untuk
pasar ekspor
Masuknya Bogor sebagai daerah yang
dinyatakan rawam penyakit antraks
Adanya perusahaan pesaing dengan populasi
ternak lebih besar
Pembelian ternak yang dilakukan secara kredit
oleh pelanggan
Total
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
Total
Bobot
Peringkat
Bobot x
Peringkat
1
1
2
3
1
1
3
1
3
1
3
1
21
0.0673
2
0.1346
2
3
3
3
2
3
3
3
2
2
2
31
0.0994
3
0.2981
3
3
2
2
3
3
3
2
3
2
31
0.0994
4
0.3974
2
1
1
2
1
2
1
1
1
16
0.0513
3
0.1538
1
3
2
1
2
1
1
1
17
0.0545
1
0.0545
2
3
3
3
2
2
1
28
0.0897
2
0.1795
3
3
3
2
2
1
27
0.0865
3
0.2596
2
2
1
1
1
16
0.0513
1
0.0513
2
1
1
1
20
0.0641
1
0.0641
1
1
1
16
0.0513
2
0.1026
3
1
30
0.0962
3
0.2885
1
25
0.0801
3
0.2404
34
0.1090
4
0.4359
312
1.0000
3
3
2
2
1
1
1
1
1
2
3
1
2
3
3
3
2
2
3
1
2
1
1
1
2
2
1
1
3
1
1
3
3
1
1
2
1
1
1
2
2
1
1
2
2
3
2
2
3
3
2
2
3
3
3
1
2
1
3
3
2
2
3
3
3
1
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
27
17
17
32
31
20
21
32
28
32
18
23
14
2.6603
Lampiran 2. Pemberian Bobot dan Peringkat Faktor-faktor Internal Perusahaan
Pemberian Bobot dan Peringkat Faktor-faktor Internal Perusahaan oleh General Manager
Faktor -faktor Internal
Manajemen yg bersifat kekeluargaan serta
kerjasama yang bagus
SDM yang mempunyai latar belakang pendidikan
di bidang peternakan
Ternak berkualitas dengan harga murah serta
pelayanan yang baik
Pemasok ternak untuk lembaga-lembaga aqiqah di
Jabodetabek
Kondisi modal dan keuangan yang baik
Lokasi kandang dan produksi yang baik
Dirintisnya Salamah Aqiqah
Perencanaan kurang terstruktur
Promosi melalui iklan tidak kontinyu
Komoditas ternak yang rentan terhadap penyakit
dan kematian
Teknologi produksi yang masih terbatas
Belum dimilikinya divisi penelitian dan
pengembangan
Total
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
Total
Bobot
Peringkat
Bobot x
Peringkat
2
2
2
2
2
2
3
3
2
3
3
26
0.0985
4
0.3939
2
2
2
2
3
2
3
3
3
3
27
0.1023
4
0.4091
2
2
2
2
2
3
2
3
3
25
0.0947
4
0.3788
2
2
2
2
3
2
3
3
25
0.0947
4
0.3788
3
3
3
3
3
3
3
29
0.1098
4
0.4394
2
3
3
3
2
3
25
0.0947
4
0.3788
2
2
2
3
3
22
0.0833
4
0.3333
3
3
3
3
23
0.0871
2
0.1742
1
1
1
12
0.0455
2
0.0909
2
2
19
0.0720
2
0.1439
2
16
0.0606
2
0.1212
15
0.0568
2
0.1136
264
1.0000
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
2
2
1
2
1
2
2
2
1
1
2
1
1
1
1
1
1
2
1
2
1
2
2
1
1
2
1
3
1
1
1
1
1
2
1
1
3
2
1
1
1
1
1
1
1
1
3
2
2
18
17
19
19
15
19
22
21
32
25
28
29
3.3561
Pemberian Bobot dan Peringkat Faktor-faktor Internal Perusahaan oleh Manajer Produksi
Faktor -faktor Internal
Manajemen yg bersifat kekeluargaan serta
kerjasama yang bagus
SDM yang mempunyai latar belakang pendidikan
di bidang peternakan
Ternak berkualitas dengan harga murah serta
pelayanan yang baik
Pemasok ternak untuk lembaga-lembaga aqiqah di
Jabodetabek
Kondisi modal dan keuangan yang baik
Lokasi kandang dan produksi yang baik
Dirintisnya Salamah Aqiqah
Perencanaan kurang terstruktur
Promosi melalui iklan tidak kontinyu
Komoditas ternak yang rentan terhadap penyakit
dan kematian
Teknologi produksi yang masih terbatas
Belum dimilikinya divisi penelitian dan
pengembangan
Total
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
Total
Bobot
Peringkat
Bobot x
Peringkat
2
2
3
2
3
3
2
3
3
3
3
29
0.1098
4
0.4394
2
3
2
3
3
2
3
3
3
3
29
0.1098
4
0.4394
3
2
3
3
2
3
3
3
3
29
0.1098
4
0.4394
1
2
3
1
3
3
3
3
22
0.0833
4
0.3333
3
3
2
3
3
3
3
29
0.1098
4
0.4394
3
2
3
3
3
3
23
0.0871
3
0.2614
1
1
2
2
2
14
0.0530
3
0.1591
3
3
3
3
28
0.1061
1
0.1061
2
2
2
16
0.0606
2
0.1212
2
2
15
0.0568
1
0.0568
2
15
0.0568
2
0.1136
15
0.0568
2
0.1136
264
1.0000
2
2
2
1
1
1
2
2
2
3
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
3
2
2
3
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
2
1
2
2
1
1
1
1
1
1
2
1
2
2
2
15
15
15
22
15
21
30
16
28
29
29
29
3.0227
Pemberian Bobot dan Peringkat Faktor-faktor Internal Perusahaan oleh Manajer Pemasaran
Faktor -faktor Internal
Manajemen yg bersifat kekeluargaan serta
kerjasama yang bagus
SDM yang mempunyai latar belakang pendidikan
di bidang peternakan
Ternak berkualitas dengan harga murah serta
pelayanan yang baik
Pemasok ternak untuk lembaga-lembaga aqiqah di
Jabodetabek
Kondisi modal dan keuangan yang baik
Lokasi kandang dan produksi yang baik
Dirintisnya Salamah Aqiqah
Perencanaan kurang terstruktur
Promosi melalui iklan tidak kontinyu
Komoditas ternak yang rentan terhadap penyakit
dan kematian
Teknologi produksi yang masih terbatas
Belum dimilikinya divisi penelitian dan
pengembangan
Total
A
B
C
D
E
F
G
H
J
J
K
L
Total
Bobot
Peringkat
Bobot x
Peringkat
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
20
0.0758
4
0.3030
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
12
0.0455
4
0.1818
3
1
3
3
1
3
3
3
3
28
0.1061
4
0.4242
3
3
3
3
3
3
3
3
30
0.1136
4
0.4545
3
3
3
3
3
3
3
30
0.1136
3
0.3409
3
1
1
1
1
3
18
0.0682
4
0.2727
1
1
1
1
1
14
0.0530
4
0.2121
1
1
1
1
20
0.0758
1
0.0758
3
3
3
26
0.0985
1
0.0985
3
3
24
0.0909
1
0.0909
3
23
0.0871
2
0.1742
19
0.0720
2
0.1439
264
1.0000
2
2
3
2
3
1
2
3
3
1
2
3
1
1
1
2
3
1
1
1
1
2
3
3
1
1
3
3
2
3
1
1
1
3
3
3
2
3
1
1
1
3
3
3
1
3
3
1
1
1
3
3
3
1
1
3
3
1
1
1
1
3
3
1
1
1
24
32
16
14
14
26
30
24
18
20
21
25
2.7727
Pemberian Bobot dan Peringkat Faktor-faktor Internal Perusahaan oleh Manajer Keuangan
Faktor -faktor Internal
Manajemen yg bersifat kekeluargaan serta
kerjasama yang bagus
SDM yang mempunyai latar belakang pendidikan
di bidang peternakan
Ternak berkualitas dengan harga murah serta
pelayanan yang baik
Pemasok ternak untuk lembaga-lembaga aqiqah di
Jabodetabek
Kondisi modal dan keuangan yang baik
Lokasi kandang dan produksi yang baik
Dirintisnya Salamah Aqiqah
Perencanaan kurang terstruktur
Promosi melalui iklan tidak kontinyu
Komoditas ternak yang rentan terhadap penyakit
dan kematian
Teknologi produksi yang masih terbatas
Belum dimilikinya divisi penelitian dan
pengembangan
Total
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
Total
Bobot
Peringkat
Bobot x
Peringkat
3
2
2
1
2
2
3
3
2
3
3
26
0.0985
4
0.3939
1
2
1
1
1
3
3
2
3
3
21
0.0795
4
0.3182
2
1
2
3
3
3
2
3
3
27
0.1023
4
0.4091
1
1
2
3
3
3
3
3
25
0.0947
4
0.3788
2
3
3
3
3
3
3
32
0.1212
4
0.4848
2
3
3
3
3
3
29
0.1098
4
0.4394
3
2
2
2
3
23
0.0871
4
0.3485
3
2
3
3
18
0.0682
2
0.1364
1
2
3
15
0.0568
2
0.1136
3
3
22
0.0833
2
0.1667
2
14
0.0530
2
0.1061
12
0.0455
2
0.0909
264
1.0000
1
2
3
2
2
2
3
3
3
3
2
3
2
3
2
2
3
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
2
2
1
1
1
2
2
3
1
1
1
1
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
18
23
17
19
12
15
21
26
29
22
30
32
3.3864
Lampiran 3. Hasil Pengolahan dengan Metode AHP
Hasil Pengolahan Horisontal Level 2
Hasil Pengolahan Horisontal Level 3 untuk Kriteria Pemimpin Pasar
Hasil Pengolahan Horisontal Level 3 untuk Kriteria Manajemen yang Baik
Hasil Pengolahan Vertikal
Download