PENGARUH KEPEMILIKAN MANAGERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN HUTANG, PROFITABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk menyelesaikan Program Sarjana (SI) Pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Dian Nuswantoro Disusun oleh: GILANG RAMADHANI B12.2008.01134 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2013 PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Gilang Ramadhani Nomor Induk Mahasiswa : B12.2008.01134 Fakultas : Ekonomi Program Studi : Akuntansi/S1 Judul Skripsi : Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas terhadap dan Ukuran Kebijakan Perusahaan Dividen (Pada Perusahaan Go Public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2010) Dosen Pembimbing : Ririh Dian Pratiwi, SE, M.si. Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan apabila di kemudian hari ditemukan adanya bukti plagiat, manipulasi dan / atau pemalsuan data maupun bentuk kecurangan lain, saya bersedia untuk menerima sanksi dari Fakultas Ekonomi Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Semarang, 8 Februari 2013 (Gilang Ramadhani) PENGESAHAN SKRIPSI Nama : Gilang Ramadhani Nomor Induk Mahasiswa : B12.2008.01134 Fakultas : Ekonomi Program Studi : Akuntansi/S1 Judul Skripsi : Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas terhadap dan Ukuran Kebijakan Perusahaan Dividen (Pada Perusahaan Go Public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2010) Dosen Pembimbing : Ririh Dian Pratiwi, SE, M.si. Semarang, 12 Februari 2013 Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi (Dr. Agus Prayitno) Dosen Pembimbing (Ririh Dian Pratiwi, SE, M.si.) PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN SKRIPSI Nama : Gilang Ramadhani Nomor Induk Mahasiswa : B12.2008.01134 Fakultas : Ekonomi Program Studi : Akuntansi/S1 Judul Skripsi : Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas terhadap dan Ukuran Kebijakan Perusahaan Dividen (Pada Perusahaan Go Public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2010) Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 21 februari 2013 Tim Penguji : 1. Ririh Dian Pratiwi, SE, Msi. (.......................................) 2. Anna Sumaryati, M.Si (.......................................) 3. Juli Ratnawati, SE, Msi. (.......................................) MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto : Terkadang, Semua yang diawali dengan rasa ragu-ragu dan kehati-hatian penuh hasilnya akan memuaskan dibandingkan dengan semua yang diawali dengan rasa optimis dan percaya diri yang tinggi tetapi pada akhirnya mengecewakan. Skripsi ini kupersembahkan untuk : Ayah, Ibu, kakak tercinta, Sahabat dan teman-teman, Yang selalu memberikan dorongan yang luar biasa dan doa yang tiada henti, membuat saya untuk terus bersemangat. ABSTRAKSI Dalam proses investasi, para penanam modal (investor) menanamkan sejumlah modalnya (investasi) pada suatu institusi atau perusahaan pasti memiliki tujuan agar memperoleh pengembalian/return yang maksimal dengan tidak melupakan dampak yang akan dihadapinya dimasa mendatang. Investor dalam bertindak melakukan investasi pada saham sangat mengharapkan laba dimasa yang akan datang. Sehingga, sebelum mengambil tindakan untuk berinvestasi investor perlu melakukan analisa terhadap kinerja perusahaan. Salah satu faktor yang dapat digunakan untuk melakukan analisis perusahaan adalah dengan melihat kebijakan dividen yaitu perbandingan antara harga per lembar saham dan laba perlembar saham. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang terdapat pada semua perusahaan go public. Sebanyak 70 perusahaan diambil sebagai sampel dari tahun 2007 - 2010. Regresi linier berganda menjadi teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel kepemilikan institusional dan Profitabilitas yang di proksikan dengan ROA berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan variabel kepemilikan manajerial, kebijakan hutang yang di proksikan dengan debt to equity ratio (DER) serta ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Pengujian secara simultan (bersama - sama) variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, dan ukuran perusahaan (size) secara bersama – sama berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Bagi investor yang akan melakukan aktivitas investasi di pasar modal dianjurkan untuk memperhatikan variabel – variabel diatas terutama variabel yang memberikan pengaruh besar terhadap kebijakan dividen yaitu kepemilikan institusional dan profitabilitas. Kata Kunci : Teori keagenan, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas, ukuran perusahaan dan ukuran perusahaan. KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan menyelesaikan rahmat dan penulisan karunia-Nya skripsi dengan kepada judul penulis, sehingga “Pengaruh dapat Kepemilikan Managerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen (Pada Perusahaan Go Public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2010)”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Dalam penyusunan skripsi penulis telah mendapatkan bantuan, dorongan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak, maka dengan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih dan menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Bapak Dr. Agus Prayitno, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 2. Bapak Yulita Setiawanta, SE, M.Si selaku Kaprogdi Akuntansi S1 Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 3. Ibu Ririh Dian Pratiwi, SE, M.si. selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen wali yang dengan tekun, sabar, dan bijaksana memberikan petunjuk, meluangkan waktu serta bantuan dan bimbingannya selama penyusunan skripsi ini. 4. Seluruh dosen ekonomi akuntansi Universitas Dian Nuswantoro Semarang yang memberikan ilmu serta para staff administrasi pengelola program yang mendukung semua kelancaran kegiatan perkuliahan. 5. Buat Ayah, Ibu, dan kakak ku tercinta yang telah memberikan dukungan moral maupun material yang luar biasa. Terimakasih untuk doanya. 6. Sahabat-sahabat penyamun, Gepeng, Kiting, Tuwek, Londo, Azis, Rio, Veki, Fahrul, Pandu, dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu. terimakasih dukungannya, bantuannya, dan terimakasih selalu ada disaat senang maupun susah. 7. Dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih. Penulis menyadari bahwa tulisan ini penuh dengan kekurangan karena segala keterbatasan penulis. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati dan kelapangan, penulis mengharapkan saran kritik yang sifatnya membangun guna kesempurnaan tulisan ini. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Semarang, 24 Februari 2013 (Gilang Ramadhani) DAFTAR ISI Halaman Judul .............................................................................................. i Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi ........................................................... ii Halaman Pengesahan Skripsi ........................................................................ iii Halaman Pengesahan Kelulusan Ujian .......................................................... iv Halaman Motto ............................................................................................. v Abstract ........................................................................................................ vi Kata Pengantar .............................................................................................. vii Daftar Tabel.................................................................................................. xiv Daftar Gambar .............................................................................................. xv Daftar Lampiran............................................................................................ xvi Bab I Pendahuluan ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah.......................................................................... 8 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 8 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 9 1.5 Sistematika Penulisan ....................................................................... 10 Bab II Tinjauan Pustaka .............................................................................. 12 2.1 Landasan Teori................................................................................ 12 2.1.1. Teori keagenan .................................................................... 12 2.1.2. Kebijakan dividen ................................................................ 13 2.1.2.1. Pengertian kebijakan dividen ................................. 13 2.1.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen .................................................................. 15 2.1.3. Kepemilikan managerial ...................................................... 16 2.1.4. Kepemilikan institusional ..................................................... 18 2.1.5. Kebijakan hutang ................................................................. 19 2.1.6. Profitabilitas ........................................................................ 21 2.1.7 Ukuran perusahaan .............................................................. 22 2.2. Penelitian Terdahulu........................................................................ 24 2.3. Kerangka Konseptual ...................................................................... 29 2.4. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 30 2.4.1. Kepemilikan managerial terhadap kebijakan dividen ............ 30 2.4.2. Kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen .......... 30 2.4.3. Kebijakan hutang terhadap kebijakan dividen ...................... 31 2.4.4. Profitabilitas terhadap kebijakan dividen .............................. 32 2.4.5. Ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen .................... 33 Bab III Metode Penelitian ............................................................................ 34 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................... 34 3.1.1. Variabel Penelitian ............................................................... 34 3.1.2. Definisi Operasional Variabel .............................................. 34 3.1.2.1. Variabel Dependen............................................... 34 3.1.2.2. Variabel Independen ............................................ 35 1. Kepemilikan managerial................................... 35 2. Kepemilikan institusional ................................. 36 3. Kebijakan hutang ............................................. 36 4. Profitabilitas ..................................................... 37 5. Ukuran perusahaan ........................................... 38 3.2. Populasi dan Sampel ............................................................................ 38 3.3. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 39 3.3.1. Jenis Data ............................................................................ 39 3.3.2. Sumber Data ........................................................................ 40 3.4. Metode Pengumpulan Data.............................................................. 40 3.5. Metode Analisis ............................................................................ 41 3.5.1. Statistik deskriptif ................................................................ 41 3.5.2. Uji asumsi klasik.................................................................. 41 3.5.3. Analisis regresi berganda ..................................................... 45 3.5.4. Uji hipotesis ......................................................................... 45 3.5.4.1. Pengujian hipotesis secara simultan...................... 45 3.5.4.2. Pengujian hipotesis secara parsial......................... 46 3.5.5. Koefisien determinan (R2).................................................... 47 Bab IV Hasil dan Pembahasan ..................................................................... 48 4.1 Data Penelitian ............................................................................ 48 4.2 Statistik Deskriptif .......................................................................... 49 4.3 Uji Asumsi Klasik ........................................................................... 53 4.3.1 Uji Normalitas ..................................................................... 53 4.3.2 Uji Multikolinearitas ............................................................ 57 4.3.3 Uji Autokorelasi .................................................................. 59 4.3.4 Uji Heterokedastisitas .......................................................... 60 4.4 Analisis Regresi ............................................................................ 63 4.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi ...................................................... 65 4.6 Uji F (pengujian secara simultan) .................................................... 66 4.7 Uji t (pengujian secara parsial) ........................................................ 67 4.8 Pembahasan 70 ............................................................................ 4.8.1 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Dividen 70 4.8.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan Dividen 71 4.8.3 Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Kebijakan Dividen .... 72 4.8.4 Pengaruh Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen............. 73 4.8.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen .. 73 Bab IV Penutup 5.1 Kesimpulan ............................................................................ 76 ............................................................................ 76 5.2 Saran ............................................................................ 77 5.2.1 Bagi Peneliti Selanjutnya ..................................................... 77 5.2.2 Bagi Perusahaan .................................................................. 77 5.2.3 Bagi Investor ....................................................................... 78 Daftar Pustaka ............................................................................ 79 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Classification of bussines by size ............................................... 24 Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu .................................................................. 25 Tabel 3.1. Data Penelitian .......................................................................... 39 Tabel 3.2. Keputusan autokorelasi .............................................................. 43 Tabel 4.1. Data Sampel Penelitian .............................................................. 48 Tabel 4.2. Statistik Deskriptif Data Penelitian Sebelum Outlier .................. 50 Tabel 4.3. Statistik Deskriptif Data Penelitian Setelah Outlier .................... 50 Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas Awal......................................................... 55 Tabel 4.5. Hasil Uji Normalitas Setelah dilakukan Outlier .......................... 57 Tabel 4.6. Hasil Uji Multikolinearitas ........................................................ 58 Tabel 4.7. Hasil Uji Durbin Watson ........................................................... 59 Tabel 4.8. Durbin Watson Test Bound ........................................................ 59 Tabel 4.9. Hasil Uji Run Test ..................................................................... 60 Tabel 4.10. Hasil Uji Park ............................................................................ 62 Tabel 4.11. Hasil Perhitungan Regresi.......................................................... 63 Tabel 4.12. Hasil Uji Koefisien Determinasi ................................................ 66 Tabel 4.13. Hasil Uji f .................................................................................. 67 Tabel 4.14. Hasil Uji t .................................................................................. 68 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ................................................................ 29 Gambar 4.1. Grafik Normalitas ..................................................................... 54 Gambar 4.2. Grafik Normalitas Setelah Outlier ............................................. 56 Gambar 4.3. Grafik Scatter Plot .................................................................... 63 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran. 1 (Daftar Sampel Perusahaan) ................................................... 82 Lampiran. 2 (Rekapitulasi Data Mentah) ................................................... 98 Lampiran. 3 (Klasifikasi perusahaan berdasarkan ukuran) ......................... 113 Lampiran. 4 (Hasil Analisis Regresi Linier Berganda) ............................... 117 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam proses investasi, para penanam modal (investor) menanamkan sejumlah modalnya (investasi) pada suatu institusi atau perusahaan pasti memiliki tujuan agar memperoleh pengembalian/return yang maksimal dengan tidak melupakan dampak yang akan dihadapinya dimasa mendatang. Pengembalian yang di dapat bisa berupa dividen apabila investor melakukan investasi pada saham dan akan memperoleh pendapatan bunga apabila melakukan investasi pada surat hutang. Dividen adalah salah satu bentuk pendapatan investasi dari pemegang saham, pemegang saham pasti mengharapkan return yang tinggi sebagai indikator untuk meningkatkan wealt dari pemegang saham (Arilaha,2007). Investor dalam menanamkan sejumlah modalnya pada suatu institusi memiliki tujuan utama yakni mendapatkan pendapatan atau pengembalian atas investasi (return), itu bisa berbentuk pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain) maupun pendapatan dari investasi pada saham itu sendiri (dividen yield). Pada umumnya, para investor pasti mengharapkan pembagian dividen yang relatif stabil apabila dihubungkan dengan pendapatan dividen karena dengan stabilnya pembagian dividen, kepercayaan investor kepada perusahaan akan meningkat dan akan dapat mengurangi kemungkinan investor untuk menanamkan modalnya ke perusahaan lain. Partington (1989) yang dikutip Nugroho (2004) mengidentifikasikan bahwa terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam kebijakan dividen antara lain: preferensi investor terhadap dividen, pengaruh pajak, pengaruh informasi pengumuman dividen, dan stabilitas dividen. Preferensi investor antara lain terletak pada pembayaran dividen yang diharapkan berupa dividen saham (stock Dividend) maupun dalam bentuk dividen tunai (cash dividend). Berbagai risiko yang tidak diharapkan ada dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor dalam suatu aktivitas disebut aktivitas investasi. Investor perlu memiliki berbagai macam informasi, baik berupa informasi yang didapatkan dari kinerja perusahaan serta informasi lain-lain yang nyata contohnya kondisi ekonomi dan politik dalam suatu Negara untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya risiko yang tidak diinginkan dan ketidakpastian yang akan terjadi kepada investor. Informasi yang diperoleh investor dari perusahaan harusnya didasarkan pada kinerja perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan (Nugroho, 2004). Pada kebijakan pembayaran dividen apabila dividen dibayarkan secara keseluruhan, akan mengabaikan kepentingan cadangan dividen. Apabila laba ditahan secara keseluruhan, maka hal yang harus ditempuh oleh manajer keuangan yaitu mengoptimalkan kebijakan dividen. Kedua hal tersebut merupakan dua dampak yang saling berlawanan dari kebijakan pembayaran dividen. Teori kebijakan dividen yang optimal diartikan sebagai rasio pembayaran dividen yang ditetapkan dengan memperhatikan kesempatan untuk menginvestasikan dana serta berbagai preferensi yang dimiliki para investor mengenai dividen daripada capital gain. Untuk memaksimalkan harga saham, kebijakan dividen juga menjadi tolok ukur terciptanya keseimbangan antara dividen pada masa sekarang dan pertumbuhan nya di masa yang akan datang (Sudarsi, 2002). Kebijakan dividen dari suatu perusahaan akan melibatkan pihak-pihak yang memiliki kepentingan masing-masing dan saling berbeda antara kepentingan pihak satu dengan kepentingan pihak lain, yakni kepentingan perusahaan untuk laba ditahan, dengan mendapatkan kepentingan dividen. pemegang Kebijakan dividen saham dari (investor) yang masing-masing berharap perusahaan mempengaruhi besar kecilnya dividen yang dibagikan oleh perusahaan. Para pemegang saham (investor) pada umumnya lebih senang membeli dengan harga yang lebih tinggi untuk suatu saham karena akan menghasilkan dividen yang tinggi pula. Sehingga pembayaran dividen yang tinggi oleh perusahaan dapat menarik para investor untuk menanamkan sahamnya kepada perusahaan tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Menurut (Dewi, 2008), faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen terdiri dari kepemilikan managerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas dan ukuran perusahaan. Aktifitas dan keputusan seorang manajer yang tidak memiliki saham atas perusahaan akan berbeda dengan manajer yang memiliki kepemilikan saham atas perusahaan. Manajer yang memiliki saham perusahaan bisa dianggap sekaligus pemegang saham (investor). Pihak insider perusahaan yang memiliki saham dari perusahaan jelas akan menselaraskan kepentingan nya sebagai pihak insider perusahaan dengan kepentingan nya sebagai pemegang saham (investor). Dipihak lain, manajer yang tidak memiliki kepemilikan saham perusahaan, kemungkinan hanya mementingkan kepentingan nya sendiri. Kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajer ataupun pihak insider perusahaan disebut sebagai kepemilikan manajerial (Christiawan dan Tarigan, 2007). Penelitian tentang variabel kepemilikan managerial (managerial Ownership), pada penelitian Dewi (2008) menunjukkan hasil bahwa apabila kepemilikan saham oleh managerial yang meningkat akan menurunkan kebijakan pembagian dividen. Berarti kepemilikan managerial memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fauz dan Rosidi (2007) yang menunjukkan hasil bahwa kepemilikan managerial berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen, serta berbeda dengan penelitian Nuringsih (2005) yang menyatakan variabel kepemilikan managerial tidak membuktikan pengaruh yang negatif terhadap kebijakan dividen. Kepemilikan institusi akan membedakan pengelolaan perusahaan yang pada awal berdiri dan berjalan sesuai keinginan sendiri berubah menjadi perusahaan dengan control atau pengawasan dari pihak lain (luar perusahaan). Di sisi lain, kebebasan dari pihak manajemen menjadi seperti dibatasi. Pihak manajemen perusahaan diwajibkan mampu untuk memperlihatkan kinerja yang baik, jika pihak perusahaan memiliki kinerja yang baik maka pihak institusi lain yang menanamkan modal nya ke perusahaan ini akan terus mendukung keberadaan manajemen dengan kinerja baik pada perusahaan ini. Akan tetapi, pemegang saham (institusi) tersebut bisa saja menggunakan wewenang nya sebagai salah satu pemegang saham perusahaan ini untuk mengadakan pemilihan manajemen atau mengganti dengan manajemen yang baru apabila manajemen perusahaan yang lama memperlihatkan kinerja yang buruk. Penelitian tentang variabel kepemilikan institusional (institutional ownership), pada penelitian Dewi (2008) menunjukkan hasil bahwa apabila kepemilikan saham oleh institusional yang meningkat akan menurunkan kebijakan pembagian dividen. Berarti kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fauz dan Rosidi (2007) yang menunjukkan hasil bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Hutang atau leverage menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban finansialnya apabila perusahaan tersebut pada saat itu mengalami likuidasi (Sawir, 2001). Suatu kemampuan menggunakan hutang untuk membiayai investasi bisa di proporsikan dalam hutang atau leverage (Sartono, 2001). Penelitian tentang variabel kebijakan hutang (Debt Policy), pada penelitian Dewi (2008) menunjukkan hasil bahwa apabila kebijakan hutang yang meningkat akan menurunkan kebijakan pembagian dividen. Berarti kebijakan hutang memiliki pengaruh yang negatif terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fauz dan Rosidi (2007) serta Nuringsih (2005) yang menunjukkan hasil bahwa kebijakan hutang berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Tetapi berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Arilaha (2009) yang menunjukkan bahwa leverage tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen. Bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas, salah satunya bagi investor akan melihat laba perusahaan yang benarbenar akan diterima dalam bentuk dividen. Dividen diperoleh dari laba bersih yang didapatkan perusahaan, maka laba tersebut akan mempengaruhi besarnya kecilnya pembagian dividen. Profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur baik buruknya kinerja manajemen dan seberapa besarnya efektivitas manajemen dalam mengelola modal serta aset yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (Halim, 2007). Perusahaan yang mengalami laba/untung cenderung akan memberikan porsi keuntungan yang lebih besar, sebagai dividen. Pembagian dividen juga akan semakin tinggi apabila keuntungan yang diperoleh perusahaan tersebut semakin meningkat. Penelitian tentang variabel profitabilitas (ROA), pada penelitian Dewi (2008) menunjukkan hasil bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arilaha (2009) dan Suharli (2007) serta Nuringsih (2005) yang menunjukkan hasil bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Sebuah perusahaan yang sudah lama berdiri dan besar pula, sudah pasti akan memiliki akses yang mudah untuk menuju pasar modal. Di sisi lain, perusahaan yang kecil dan baru berdiri akan banyak mengalami kesulitan memiliki akses untuk menuju pasar modal. Fleksibilitas dan kemampuan suatu perusahaan dilihat dari kemudahan nya masuk ke pasar modal dan itu sangatlah berarti. Dengan itu perusahaan akan mudah memperoleh dana yang lebih besar. Sehingga perusahaan mampu memperkirakan seberapa besar rasio pembayaran dividen yang lebih besar daripada perusahaan kecil yang hanya mampu membayarkan dividen rendah. Ukuran perusahaan dapat diukur dari beberapa hal antara lain Rata-rata tingkat penjualan perusahaan, total aktiva, dan total penjualan. Hal tersebut sangatlah penting digunakan untuk menentukan skala seberapa besar kecilnya perusahaan. (Damayanti dan achyani, 2006). Penelitian tentang variabel ukuran perusahaan (firm size), pada penelitian dewi (2008) menunjukkan ukuran perusahaan besar lebih cenderung untuk meningkatkan kebijakan dividen dari pada perusahaan kecil, Hal ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan menunjukkan pengaruh positif bagi kebijakan dividen. hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan Nuringsih (2005) yaitu pada variabel ukuran perusahaan (firm size) memberikan pengaruh yang positif terhadap kebijakan dividen, tetapi tidak signifikan. Dikarenakan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya yang tidak konsisten. Maka peneliti merasa tertarik dan terdorong untuk meneliti kembali. Peneliti mereplika penelitian Dewi (2008). Penelitian yang akan dilakukan memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaannya adalah penggunaan kepemilikan managerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas dan ukuran perusahaan sebagai variabel-variabel yang diduga berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Sementara itu, perbedaan dengan penelitian sebelumnya menggunakan objek penelitian perusahaan go public yang terdaftar di BEJ selama periode 2002-2005. Sedangkan, peneliti ini menggunakan objek penelitian perusahaan go public yang terdaftar di BEI selama periode 2007-2010. Peneliti baru merasa tertarik dan terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH KEPEMILIKAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, PROFITABILITAS DAN UKURAN MANAGERIAL, KEBIJAKAN HUTANG, PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN” pada perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2010, untuk membuktikan apakah ada pengaruh signifikan antara kepemilikan managerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. 1.2. PERUMUSAN MASALAH 1. Apakah kepemilikan saham oleh managerial berpengaruh terhadap kebijakan dividen. 2. Apakah kepemilikan saham oleh institusional berpengaruh terhadap kebijakan dividen. 3. Apakah kebijakan hutang berpengaruh terhadap kebijakan dividen. 4. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen. 5. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen. 1.3. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk memperoleh bukti empiris bahwa kepemilikan saham oleh managerial berpengaruh terhadap kebijakan dividen. 2. Untuk memperoleh bukti empiris bahwa kepemilikan saham oleh institusional berpengaruh terhadap kebijakan dividen. 3. Untuk memperoleh bukti empiris bahwa kebijakan hutang berpengaruh terhadap kebijakan dividen. 4. Untuk memperoleh bukti empiris bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen. 5. Untuk memperoleh bukti empiris bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen. 1.4. MANFAAT PENELITIAN 1.4.1. Segi Teoritis Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan wacana bagi pembangunan studi akuntansi yang berkaitan dengan kinerja perusahaan. 1.4.2. Segi Praktis a. Bagi peneliti Diharapkan dapat dijadikan sebagai media untuk mengaplikasikan kembali teoriteori yang ada dan pernah dipelajari selama mengikuti perkuliahan serta dapat memberikan pemahaman tentang kebijakan dividen. Selain itu, hasil dari penelitian ini dapat memberikan wawasan dan pengertian dalam bidang perbankan khususnya tentang kebijakan dividen. b. Bagi akademik Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literature bagi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro dan penelitian ini mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan teori akuntansi. c. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan managerial, kepemilikan institusional, kebijakan profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. 1.5. SISTEMATIKA PENULISAN Bab I: PENDAHULUAN hutang, Bab pendahuluan berisi latar belakang mengenai kebijakan dividen dan hubungannya dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas dan ukuran perusahaan. Dengan latar belakang berikut diatas. Selanjutnya bab ini menjelaskan tentang tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II: TINJAUAN PUSTAKA Bab tinjauan pustaka membahas tentang teori-teori yang melandasi penelitian ini dan menjadi dasar acuan teori yang digunakan dalam analisis penelitian ini. Selain itu, bab berikut ini juga menjelaskan hasil penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Dengan landasan teori dan penelitian terdahulu, maka dapat dibuat kerangka penelitian dan juga menjadi dasar dalam pembentukan hipotesis-hipotesis yang dibuat. Bab III: METODE PENELITIAN Bab metode penelitian menjelaskan variabel penelitian dan definisi operasional penelitian. Selain itu, bab ini juga menjelaskan populasi dan penentuan sampel, jenis data serta sumber data, serta metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini. Selanjutnya menerangkan metode analisis yang digunakan untuk menganalisis hasil pengujian sampel. Bab IV: HASIL DAN PEMBAHASAN Bab hasil dan pembahasan menjelaskan deskripsi objek penelitian dan pembahasan setiap variabel independen terhadap variable dependen nya. Bab ini juga menjelaskan statistik deskriptif variabel dan hasil analisis data yang terdiri dari pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis. Bab V: PENUTUP Bab penutup berisi kesimpulan penelitian yang didapat dari pembahasan dari bab IV. Dengan dibuatnya kesimpulan dalam penelitian ini, maka bab ini juga memberikan penjelasan mengenai implikasi penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran penelitian selanjutnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Teori keagenan Jensen dan Meckling (1976) menyatakan setiap pihak yang akan melakukan investasi ke suatu perusahaan tidak dapat langsung dapat masuk kedalam lingkup perusahaan tersebut, ada satu pihak yang menjembatani antara investor yang akan menanamkan modalnya (investasi) ke perusahaan dengan perusahaan, dan satu pihak yang menjadi perantara itu disebut agen. Hubungan keagenan terjadi jika pihak yang disebut Principal memberi wewenang kepada pihak lainnya yang disebut agen untuk membuat keputusan didalam menjalankan perusahaan. Hubungan keagenan juga bisa timbul antara pemegang saham dan manajer serta antara manajer dan kreditor. Beliau juga menyatakan bahwa perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan. Penyebab konflik antara manajer dan pemegang saham diantaranya menyangkut pembuatan keputusan yang terkait dengan bagaimana aktivitas pencarian dan pembuatan keputusan terkait dengan bagaimana yang diperoleh tersebut diinvestasikan. Konflik ini biasa disebut agency problem. Agency problem seringkali terjadi bila proporsi kepemilikan manajer kurang dari 100% sehingga ia cenderung bertindak untuk mengejar kepentingan dirinya, dan tidak mendasarkan pada usaha memaksimalkan nilai dalam pengambilan keputusan pendanaan (Jensen dan Meckling, 1976). Kendala tersebut bisa terjadi sebagai akibat dari pemisahan fungsi pengelolaan dan fungsi kepemilikan. Investor hanya memperdulikan pada risiko yang sistematis dari saham perusahaan. Hal itu disebabkan karena mereka melakukan investasi pada portofolio yang terdiversifikasi dengan baik. Reputasi seorang manajer akan terancam apabila perusahaan yang dia kelola mengalami kebangkrutan. Itu disebabkan karena manajer memiliki kinerja yang tidak baik. Namun sebenarnya manajer lebih memperdulikan risiko perusahaan secara keseluruhan, dimana ini dikarenakan bagian substantive dari kekayaan mereka di dalam aspek human capitalis. Masalah keagenan mengakibatkan adanya agency cost, yaitu mencakup semua biaya yang dikeluarkan dalam mendesain, mengimplementasikan dan mengembangkan sistem kontrol yang memadai dalam organisasi untuk mengontrol kerugian residual yang dihasilkan oleh kerumitan dalam pemecahan masalah kontrol secara lengkap (Jensen dan Meckling, 1976). 2.1.2. Kebijakan Dividen 2.1.2.1. Pengertian Kebijakan Dividen Stice et al, (2005) dikutip oleh Suharli, (2007) mengartikan dividen sebagai pembagian laba kepada para pemegang saham perusahaan sebanding dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik. Dividen dapat berupa uang tunai maupun saham. Terkait deviden terdapat 3 tanggal penting, yaitu pengumuman, pencatatan, dan pembayaran/pembagian. Dividen tunai (cash dividend) umumnya lebih menarik bagi pemegang saham dibandingkan dengan dividen saham (stock dividend). Yang disebut sebagai kebijakan dividen adalah keputusan laba yang didapatkan perusahaan yang selanjutnya akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen ataupun akan ditahan dalam bentuk laba ditahan sebagai pembiayaan penanaman modal saham (investasi) di masa yang akan datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan keuntungan sebagai dividen, maka akan mengurangi keuntungan yang ditahan dan setelah itu juga mengurangi total sumber dana internal atau internal financing. Di sisi lain apabila perusahaan berinisiatif untuk menahan laba yang didapatkannya, maka kemampuan pembentukan dana internal akan semakin tinggi. Dengan demikian kebijakan dividen ini harus dianalisis dalam hubungannya dengan keputusan pembelanjaan atau penentuan struktur modal secara keseluruhan (Sartono, 2001). A. Prosedur Pembayaran Dividen Perusahaan mengumumkan tanggal pembayaran dividen dan besarnya dividen per lembar saham. Pemindah bukuan atau pengalihan hak atas saham ditutup pada saat pembayaran dividen maka pemegang yang baru yang akan menerima pembayaran dividen. Perusahaan mengirimkan cek kepada pemegang saham pada tanggal pembayaran. Sartono, (1995). B. Peraturan yang mempengaruhi kebijakan dividen Dividen harus dibayarkan dari laba ditahan saat ini atau periode yang lalu. Selain itu dividen tidak dapat dibayarkan dari modal saham. Pembayaran dividen tidak dapat dilakukan apabila perusahaan dalam keadaan insolvency. Sartono, (1995) 2.1.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Menurut Sartono (1995) faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah: 1. Posisi kas atau likuiditas perusahaan perusahaan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen. bagi perusahaan yang memiliki laba ditahan yang cukup, tetapi manajemen memutuskan untuk menginvestasikan ke dalam aktiva riil, maka perusahaan tidak dapat membayar dividen dalam bentuk kas. 2. Kebutuhan pembayaran kembali utang perusahaan juga berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. adanya batasan dalam perjanjian pinjaman kepada kreditur, seperti misalnya pembayaran dividen hanya dapat dilakukan setelah laba yang tersedia bagi pemegang saham dikurangi dengan angsuran pinjaman atau apabila modal kerja mencapai tingkat tertentu. Disamping itu persetujuan pemegang saham preferen dimana menuntut hak pembayaran dividen sebelum pembayaran dividen kepada pemegang saham biasa. 3. Tingkat ekspansi yang tinggi memerlukan dana yang besar, sehingga laba yang diperoleh lebih baik ditahan. Stabilitas earning memungkinkan perusahaan untuk mempertahankan payout ratio yang tinggi. 4. Akses perusahaan di pasar modal juga berpengaruh terhadap kebijakan dividen. aksesibilitas perusahaan ini dipengaruhi oleh usia dan skala perusahaan, bagi perusahaan yang sudah established lebih mudah mempertahankan payout ratio yang tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang kecil. 5. Posisi pemegang saham dalam kelompok pajak juga berpengaruh terhadap kebijakan dividen. kepemilikan perusahaan oleh investor yang kecil cenderung untuk memiliki payout ratio yang tinggi. Sedangkan kepemilikan perusahaan oleh pemegang saham yang termasuk dalam kelompok pembayar pajak besar akan lebih menyukai untuk mempertahankan payout yang rendah. Lebih lanjut posisi pembayaran pajak perusahaan berpengaruh pula terhadap kebijakan dividen. kemungkinan adanya penalty atas kelebihan akumulasi laba ditahan mungkin akan mendorong untuk memilih payout yang lebih tinggi. 2.1.3. Kepemilikan Managerial Dalam laporan keuangan, keadaan dimana seorang manajer atau pihak insider perusahaan yang memiliki saham perusahaan dapat ditunjukkan dengan besarnya persentase kepemilikan saham perusahaan oleh pihak insider perusahaan. Karena hal ini merupakan informasi penting bagi pengguna laporan keuangan. Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer atau pihak insider perusahaan mempunyai saham perusahaan atau bisa dikatakan seorang manajer tersebut sekaligus bisa disebut sebagai investor atau pemegang saham dari perusahaan (Christiawan dan Tarigan, 2007). Keputusan bisnis yang diambil manajer adalah keputusan untuk memaksimalkan sumber daya perusahaan. Suatu ancaman bagi pemegang saham apabila manajer bertindak untuk kepentingan nya sendiri, bukan untuk kepentingan pemegang saham. Munculnya kepemilikan atas manajer menjadi hal yang menarik jika dihubung-hubungkan dengan teori keagenan. Di dalam pengertian teori keagenan, hubungan antara pemegang saham dan manajer dapat dinyatakan dengan hubungan antara prinsipal dan agen. Manajer sebagai agen dan pemegang saham sebagai principal. Principal memberikan mandat kepada agen supaya agen menjalankan apa yang diperintahkan oleh principal untuk menjalankan bisnis demi tercapainya semua kepentingan principal. Dalam konteks ini masing-masing pihak memiliki kepentingan sendiri-sendiri. Inilah yang menjadi dasar dalam teori keagenan yaitu adanya konflik keagenan (Christiawan dan Tarigan, 2007). Manager mendapat kesempatan untuk terlibat dalam kepemilikan saham dengan tujuan mensetarakan dengan pemegang saham. Melalui kebijakan ini manager diharapkan menghasilkan kinerja yang baik serta mengarahkan pembagian dividen dengan tingkatan yang rendah. Dengan penetapan dividen rendah perusahaan memiliki laba ditahan yang tinggi sehingga memiliki sumber dana internal relatif tinggi untuk membiayai investasi di masa mendatang (Nuringsih 2005). Jika sebagian investor suka terhadap dividen yang tinggi berarti akan memicu adanya perbedaan kepentingan maka akan diperlukan kenaikan dividen. Sebaliknya, dalam kontek kepemilikan saham oleh manajer yang besar akan menjadikan kesamaan preferensi antara pemegang saham dan manajer maka tidak diperlukan peningkatan dividen. 2.1.4. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional adalah kepemilikan oleh institusi lain selain perusahaan, sebagai contoh perusahaan di sector yang lain seperti seperti sector perbankan. Institusi ini secara umum biasanya dapat menguasai sebagian besar saham disebabkan mereka mempunyai sumber daya yang lebih tinggi nilainya dibandingkan investor yang lain. Kepemilikan institusional perusahaan mempunyai kekuatan yang besar dan sangat berpengaruh terhadap perusahaan yaitu dengan melalui media massa maupun komentar atau kritikan yang semuanya merupakan kekuatan masyarakat atau public. Investasi modal perusahaan yang mengacu pada saham biasanya dimaksudkan untuk memperoleh tambahan pemasukan perusahaan dan juga digunakan sebagai pengawasan kepada perusahaan dimana investasi dilakukan (Soemarso, 2005). Kepemilikan institusi akan membedakan pengelolaan perusahaan yang pada awal berdiri dan berjalan sesuai keinginan sendiri berubah menjadi perusahaan dengan control atau pengawasan dari pihak lain (luar perusahaan). Di sisi lain, kebebasan dari pihak manajemen menjadi seperti dibatasi. Pihak manajemen perusahaan diwajibkan mampu untuk memperlihatkan kinerja yang baik, jika pihak perusahaan memiliki kinerja yang baik maka pihak institusi lain yang menanamkan modal nya ke perusahaan ini akan terus mendukung keberadaan manajemen dengan kinerja baik pada perusahaan ini. Akan tetapi, pemegang saham (institusi) tersebut bisa saja menggunakan wewenang nya sebagai salah satu pemegang saham perusahaan ini untuk mengadakan pemilihan manajemen atau mengganti dengan manajemen yang baru apabila manajemen perusahaan yang lama memperlihatkan kinerja yang buruk. Hal yang seperti itu bisa terjadi untuk mencapai tujuan yang paling utama perusahaan yaitu terus menaikkan nilai perusahaan dengan cara meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. 2.1.5. Kebijakan Hutang Hutang atau leverage menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban keuangannya seandainya perusahaan tersebut pada saat itu mengalami likuidasi (Sawir, 2001). Menurut Sartono (2001) Hutang atau leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak memiliki hutang bisa dikatakan perusahaan tersebut menggunakan modalnya sendiri secara keseluruhan sedangkan perusahaan yang pada sebagian modal nya di dapatkan dari pinjaman pada pihak lain maka bisa dikatakan perusahaan tersebut memiliki sekaligus menanggung sejumlah hutang. Ada beberapa dimensi yang terkandung dalam hutang suatu perusahaan yaitu Dengan menggunakan hutang, maka apabila perusahaan memperoleh laba yang lebih besar dari beban tetapnya, maka laba pemilik perusahaan juga akan meningkat, Pihak Pemberi pinjaman hutang akan menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit pinjaman yang diberikan, Dengan menggunakan hutang, maka pihak perusahaan mendapatkan dana dan tidak merasa kehilangan control atau pengawasan perusahaan. Harahap (2002) menyatakan bahwa ada beberapa rasio untuk mengukur kebijakan hutang, yaitu meliputi : 1. Rasio Hutang atas Aktiva, Debt Asset Ratio (DAR) Rasio berikut menunjukkan seberapa besar hutang dapat ditutupi oleh asset yang lebih besar, maka lebih besar rasionya lebih aman. Agar terlihat aman porsi hutang-hutang harus lebih kecil dengan kata lain, asset harus lebih besar daripada hutang. Bisa juga dibaca dengan pembagian antara hutang dengan asset. 2. Rasio Pelunasan Hutang, Debt Service Ratio (DSR) Rasio berikut ini menggambarkan sampai seberapa jauh laba setelah pajak dikurangi bunga dan penyusutan serta biaya non kas dapat menutupi kewajiban bunga dan pinjaman. Semakin besar rasio ini, semakin besar kemampuan perusahaan menutupi hutang-hutangnya. Perusahaan yang sehat pastinya memperoleh laba yang jauh lebih besar melebihi kewajiban pelunasan atau pembayaran hutang. 3. Rasio Hutang atas Modal, Debt to Equity Ratio (DER) Rasio ini menggambarkan sampai seberapa jauh ekuitas pemilik perusahaan dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak lain. Rasio ini bisa juga disebut rasio leverage. Rasio ini akan dinilai baik apabila rasio ini semakin kecil. Demi keamanan pihak lain, jumlah modal harus lebih besar dibanding dengan jumlah hutangnya atau minimal sama besar, dengan itu rasio ini akan dinilai baik. 2.1.6. Profitabilitas Kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan perusahaan yang maksimal disebut sebagai rasio profitabilitas. (Astuti, 2004). Menurut Halim (2007) Untuk mengukur seberapa baiknya Pengelolaan secara efektif yang dilakukan manajemen perusahaan terhadap modal dan asset yang dimiliki perusahaan demi menghasilkan laba perusahaan yang maksimal disebut rasio profitabilitas. Alat ukur profitabilitas yang paling berpengaruh dapat dilihat dari laba bersih perusahaan. Para pemegang saham dan para kreditor sangat memiliki kepentingan dalam mengevaluasi dan memperhatikan kinerja perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang maksimal pada saat ini dan di masa yang akan datang (Astuti, 2004). Besar kecilnya rasio profitabilitas ini sering menjadi tolok ukur apakah perusahaan mampu menghasilkan laba yang maksimal atau tidak menghasilkan laba sama sekali bisa dilihat dari efektifitas kinerja manajemen dalam menggunakan asset. Diharapkan rasio ini dapat didapatkan melebihi tingkat suku bunga atau biaya modal dari dana yang di investasikan, efektivitas penggunaan asset dinilai baik apabila rasio ini nilainya semakin tinggi (Halim, 2007). Return On Asset (ROA) juga sering disebut Return on Investment (ROI) merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur keefektivitasan perusahaan di dalam menghasilkan laba perusahaan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki perusahaan (Ang, 1997). Return On Asset (ROA) juga merupakan salah satu rasio yang mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengetahui besarnya laba bersih yang dapat diperoleh dari operasional perusahaan dengan menggunakan seluruh kekayaannya. Tinggi rendahnya Return On Asset (ROA) tergantung pada pengelolaan asset perusahaan oleh manajemen yang menggambarkan efisiensi dari operasional perusahaan. Semakin tinggi Return On Asset (ROA) semakin efisien operasional perusahaan dan sebaliknya, rendahnya Return On Asset (ROA) dapat disebabkan oleh banyaknya asset perusahaan yang menganggur, investasi dalam persediaan yang terlalu banyak, kelebihan uang kertas, aktiva tetap beroperasi dibawah normal dan lain-lain. 2.1.7. Ukuran Perusahaan Perusahaan yang mempunyai ukuran besar akan lebih mudah masuk ke dalam lingkup pasar modal sehingga dengan kesempatan ini perusahaan membagikan dividen yang besar kepada pemegang saham (investor). Tujuan pembagian dividen sebesar ini untuk menjaga nama baik perusahaan dimata pemegang saham (investor). Di sisi lain, perusahaan mempunyai asset yang rendah akan membagikan dividen yang rendah pula. Terjadi pemikiran seperti ini dikarenakan profit dialokasikan pada laba ditahan yang digunakan untuk menambah aktiva perusahaan. Berdasarkan alasan ini perusahaan cenderung membayar dividen yang rendah (Nuringsih,2005). Fleksibilitas dan kemampuan suatu perusahaan dilihat dari kemudahan nya masuk ke pasar modal dan itu sangatlah berarti. Dengan itu perusahaan akan mudah memperoleh dana yang lebih besar. Sehingga perusahaan mampu memperkirakan seberapa besar rasio pembayaran dividen yang lebih besar daripada perusahaan kecil yang hanya mampu membayarkan dividen rendah (Sartono, 2001). Definisi dari ukuran menurut riyanto (2001), yaitu : “besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan, atau nilai total aktiva”. Suatu perusahaan yang besar dikarenakan sahamnya tersebar sangat luas dimanamana, setiap perluasan modal sahamnya hanya akan mempunyai pengaruh kecil terhadap hilang atau berpindahnya pengawasan dari pihak yang dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Disisi lain, perusahaan yang kecil dikarenakan sahamnya hanya tersebar sebagian kecil di lingkungan kecil pula, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya pengawasan oleh pihak yang mendominasi terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sehingga, perusahaan yang dikatakan besar dikarenakan sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhan perusahaannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan dibandingkan dengan perusahaan yang kecil (Riyanto, 2001). Menurut undang-undang No.9 tahun 1995 tentang usaha kecil point b, menjelaskan bahwa perusahaan yang memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) digolongkan ke dalam kelompok usaha kecil. Dengan adanya ketentuan tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa perusahaan yang memiliki hasil penjualan tahunan yang melebihi nominal diatas atau > Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) dapat dikatakan masuk ke dalam kelompok industry menengah dan besar. Selain itu, ukuran perusahaan yang mengacu pada total aktiva perusahaan diatur di dalam BAPEPAM No. 11/PM/1997, yang menyatakan bahwa: “Perusahaan menengah atau kecil adalah perusahaan dengan jumlah kekayaan (total asset) tidak lebih dari 100 miliar rupiah”. Small Business Organitation menyatakan bahwa pengelompokkan bisnis yang berdasarkan ukuran perusahaan bisa digambarkan berikut ini : Tabel 2.1 Classification of business by size SIZE EMPLOYEMENT ASSET SIZE SALES SIZE SIZE Small business 0 – 500 employees $0 - $25 milion $0 - $50 milion Medium business 500 – 999 employees $25 - $100 milion $50 - $250 milion Large business $100 1000 or more more milion or $250 milion or more Sumber : www.sbo.go 2.2. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai kebijakan dividen perusahaan telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya adalah Dewi (2008), Fauz dan Rosidi (2007), Arilaha (2009), Suharli (2007) dan Nuringsih (2005). Hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel berikut ini: Tabel 2.2 Review Penelitian Terdahulu NO PENELITI JUDUL VARIABEL PENELITIAN HASIL PENELITIAN 1. Kartika Nuringsih (2005) Analisis pengaruh kepemilikan manajerial, kebijakan utang, ROA, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. Managerial ownership, debt policy, ROA, firm size, dividend policy. variabel kepemilikan managerial tidak membuktikan pengaruh yang negative terhadap kebijakan dividen, pada variabel kebijakan utang membuktikan pengaruh yang negative terhadap kebijakan dividen, variabel ROA membuktikan pengaruh yang positif terhadap kebijakan dividen, variabel ukuran perusahaan (firm size) membuktikan pengaruh yang positif terhadap kebijakan dividen, tetapi tidak signifikan. 2. Michell Suharli (2007) Pengaruh profitability dan investment opportunity Set terhadap kebijakan dividen tunai Dividend, profitabilitas, return on investment. likuiditas dapat digunakan sebagai variabel penguat (variabel moderator) karena memberikan dengan Likuiditas sebagai variiabel penguat hasil yang signifikan dalam mempengaruhi profitabilitas dan kesempatan investasi, tetapi dari kedua variabel independen hanya profitabilitas yang dapat mempengaruhi kebijakan jumlah pembagian dividen perusahaan.dengan demikian kebijakan jumlah pembagian dividen perusahaan dipengaruhi oleh profitabilitas dan diperkuat oleh likuiditas perusahaan. 3. Achmad Fauz dan Rosidi (2007) Pengaruh aliran kas bebas, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan utang dan collateral asset terhadap kebijakan dividen. Free cash flow, managerial ownership, debt policy, collateral asset, dividend policy Secara rinci, dari hasilhasil pengujian hipotesis, variabelvariabel free cash flow kepemilikan managerial, kepemilikan institusional, kebijakan utang dan collateral asset berpengaruh simultan terhadap kebijakan dividen, tetapi secara parsial hanya kebijakan utang dan collateral asset berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen. 4. Sisca Christiant y Dewi (2008) Pengaruh Kepemilikan managerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen Agency theory, managerial ownership, institutional ownership, leverage policy, profitability, firm size and dividend policy. Penelitian ini mendapatkan bukti empiris bahwa (I) perusahaan dengan kepemilikan saham oleh managerial, kepemilikan saham oleh institusional, kebijakan hutang, dan profitabilitas yang semakin tinggi akan menurunkan kebijakan dividen; (2) Perusahaan besar lebih cenderung untuk menaikan kebijakan dividen daripada perusahaan Kecil. 5. Muhamad Asril Arilaha (2009) Pengaruh free cash flow, Profitabilitas, likuiditas, dan leverage terhadap kebijakan dividen Sumber : berbagai jurnal. Free cash flow, profitabilitas, liquidity, leverage, dividen policy. (1) free cash flow perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen, besar kecilnya arus kas tidak mempengaruhi besar kecilnya pembagian dividen; (2) profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen, besar kecilnya laba perusahaan akan mempengaruhi besar kecilnya pembagian dividen; (3) likuiditas perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen, tinggi rendahnya likuiditas perusahaan tidak berarti mempengaruhi besar kecilnya pembayaran dividen; (4) laverage perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen. 2.3. Kerangka konseptual Melihat dari rumusan masalah, penelitian ini akan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen pada perusahaan go public yang tercatat di BEI pada tahun 2007-2010. Berikut adalah kerangka pemikiran nya : Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Institusional Kebijakan Hutang Kebijakan Dividen Profitabilitas Ukuran Perusahaan Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran : Kepemilikan managerial, kepemilikan institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Ukuran perusahaan terhadap Kebijakan Dividen. 2.4. Hipotesis 2.4.1. Kepemilikan Managerial Terhadap Kebijakan Dividen Manager mendapat kesempatan untuk terlibat dalam kepemilikan saham dengan tujuan mensetarakan dengan pemegang saham. Melalui kebijakan ini manager diharapkan menghasilkan kinerja yang baik serta mengarahkan dividen pada tingkat yang rendah. Dengan penetapan dividen rendah perusahaan memiliki laba ditahan yang tinggi sehingga memiliki sumber dana internal relatif tinggi untuk membiayai investasi di masa mendatang (Nuringsih 2005). Apabila sebagian pemegang saham menyukai dividen tinggi maka menimbulkan perbedaan kepentingan sehingga diperlukan peningkatan dividen. Sebaliknya, dalam kontek kepemilikan saham oleh managerial tinggi akan terjadi kesamaan preferensi antara pemegang saham dan manajer maka tidak diperlukan peningkatan dividen. Hasil penelitian Dewi (2008) menunjukkan hasil bahwa apabila kepemilikan saham oleh managerial yang semakin tinggi akan menurunkan kebijakan pembagian dividen. Berarti kepemilikan managerial memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan artikel terpilih maka hipotesis pertama (H1): H1: Kepemilikan managerial berpengaruh terhadap kebijakan dividen. 2.4.2. Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Dividen Kepemilikan institusional adalah kepemilikan oleh pihak institusi, seperti perusahaan lain atau Bank. Institusi tersebut biasanya dapat menguasai mayoritas saham karena mereka memiliki sumber daya yang lebih besar dibandingkan para pemegang saham lainnya. Kepemilikan institusional perusahaan mempunyai kekuatan yang besar dalam mempengaruhi perusahaan baik melalui media massa maupun kritikan atau komentar yang semuanya merupakan kekuatan public atau masyarakat. Investasi dalam saham biasanya dimaksudkan untuk memperoleh tambahan pendapatan dan juga digunakan sebagai kontrol terhadap perusahaan dimana investasi dilakukan (Soemarso, 2005). Hasil penelitian Dewi (2008) serta Fauz dan Rosidi (2007) menunjukkan hasil bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H2: Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan dividen. 2.4.3. Kebijakan Hutang berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen Variabel kebijakan hutang dipilih sebagai variabel independen ketiga karena bila mengalami keterbatasan laba ditahan, perusahaan cenderung memanfaatkan utang. Namun bila penggunaan utang yang terlalu besar dapat berdampak pada financial distress dan kebangkrutan. Berdasarkan dampak ini bila perusahaan mamiliki utang yang tinggi, hal tersebut akan mengurangi pembayaran dividen untuk menghindari transfer kekayaan dari kreditor kepada pemegang saham. Dalam hal ini kepentingan kreditor tetap diperhatikan karena keuntungan disimpan untuk pelunasan utang. Apabila perusahaan mengalami keterbatasan laba ditahan, perusahaan cenderung memanfaatkan hutang namun bila penggunaan hutang terlalu besar dapat berdampak pada financial distress dan kebangkrutan (Nuringsih 2005). Berdasarkan dampak ini apabila perusahaan ingin menghindari hutang yang tinggi, maka laba perusahaan dialokasikan ke laba ditahan yang digunakan untuk operasi perusahaan dan investasi di masa yang akan datang sehingga akan mengurangi penggunaan hutang. Hasil penelitian Dewi (2008), Fauz dan Rosidi (2007) serta Nuringsih (2005) yang menunjukkan hasil bahwa kebijakan hutang berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan logika ini maka hipotesis ketiga: H3: Kebijakan hutang berpengaruh terhadap kebijakan dividen. 2.4.4. Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen Profitabilitas adalah untuk mengukur seberapa besar efektivitas manajemen dalam mengelola aset dan modal yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba (Halim, 2007). Bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini, salah satunya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen. Dividen diambil dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan, maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya dividen. Perusahaan yang memperoleh keuntungan cenderung akan membayar porsi keuntungan yang lebih besar, sebagai dividen. Semakin besar keuntungannya semakin besar pula dividennya. Hasil penelitian Dewi (2008) menunjukkan hasil bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arilaha (2009) dan Suharli (2007) serta Nuringsih (2005) yang menunjukkan hasil bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H4: ROA berpengaruh terhadap kebijakan dividen. 2.4.5. Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan yang memiliki ukuran besar akan lebih mudah memasuki pasar modal sehingga dengan kesempatan ini perusahaan membayar dividen besar kepada pemegang saham. Tujuan pembayaran dividen sebesar ini untuk menjaga reputasi perusahaan dimata investor. Sebaliknya perusahaan memiliki asset rendah akan membagi dividen yang rendah. Logika ini dikarenakan profit dialokasikan pada laba ditahan yang digunakan untuk menambah asset. Berdasarkan alasan ini perusahaan cenderung membayar dividen yang rendah (Nuringsih,2005). Hasil penelitian Dewi (2008) dan Nuringsih menunjukkan bahwa ukuran perusahaan besar lebih cenderung untuk menaikkan kebijakan dividen dari pada perusahaan kecil, hal ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan menunjukkan pengaruh positif bagi kebijakan dividen. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H5: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 6 variabel, 5 variabel bebas (independent variable), yaitu Kepemilikan Managerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan serta satu variabel terikat (dependent variable) yaitu kebijakan dividen. Variabel terikat (dependent variable) Y = kebijakan dividen Variabel bebas (independent variable) X1 = kepemilikan managerial X2 = kepemilikan institusional X3 = kebijakan hutang X4 = profitabilitas X5 = ukuran perusahaan 3.1.2. Definisi Operasional Variabel 3.1.2.1. Variabel Dependen Definisi operasional variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen. Kebijakan dividen adalah kebijakan atau keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau ditahan dengan bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang (Sartono, 2001). Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berkaitan dengan pembayaran dividen oleh perusahaan, berupa penentuan besar kecilnya pembagian dividen dan besarnya laba yang ditahan untuk kepentingan perusahaan. Kebijakan dividen dapat diperoleh dengan membandingkan antara Dividend per share dan Earnings per share. Earnings per share dapat diperoleh dengan pengurangan laba bersih dengan dividen yang dibagikan kepada pemilik saham preferen lalu dibagi dengan jumlah lembar saham yang beredar (Nuringsih 2005). Dengan demikian, kebijakan dividen dapat diformulasikan sebagai berikut: Dividen Per Share Kebijakan Dividen= Earnings Per Share 3.1.2.2. Variabel Independen Definisi operasional variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 1. Kepemilikan Managerial (managerial ownership). Variabel berikut ini yaitu Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham (investor) dari pihak manajemen perusahaan yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (Direktur dan Komisaris). Variabel ini diukur dari jumlah prosentase saham yang dimiliki oleh manajemen. Variabel kepemilikan managerial menggunakan variabel dummy untuk menunjukkan ada tidaknya kepemilikan managerial. Mahadwartha (2002) dalam Dewi (2008) mengemukkan bahwa kecenderungan data di Indonesia bersifat binomial (ada atau tidak ada) untuk itu digunakan dummy dengan ketentuan D=l untuk perusahaan yang memiliki kepemilikan managerial dan D=O untuk perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan managerial. Rumus : MANAGERIAL OWNERSHIP = % Saham kepemilikan Managerial 2. Kepemilikan Institusional (institusional ownership). Variabel ini akan menggambarkan tingkat kepemilikan saham oleh institusional kedalam suatu perusahaan. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha kontrol yang lebih besar dari pihak investor untuk menghalangi perilaku oportunistik manajer. Dengan jumlah institusi yang besar akan mengurangi agency cost sehingga diharapkan variabel ini memiliki koefisien terhadap kebijakan dividen dan tingkat kepemilikan insider (kepemilikan managerial). Menggunakan sumber data sekunder dengan dengan acuan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Rumus : INSTITUSIONAL OWNERSHIP = % Saham kepemilikan institusional 3. Kebijakan Hutang. Hutang atau leverage menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut pada saat itu mengalami likuidasi (Sawir, 2001). Secara matematis Debt to Equity Ratio (DER) dapat diformulasikan sebagai berikut (Ang, 1997) : Total Debt DER = Total Shareholder’s Equity DER : Debt Earning Ratio Total Debt : Total Hutang (baik hutang jangka panjang maupun Jangka Pendek) Total Shareholder’s Equity 4. : Total Modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Profitabilitas (profitability). Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono 2001). Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisa profitabilitas ini. Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Analisis profitabilitas memberikan bukti pendukung mengenai kemampuan perusahaan memperoleh laba dan sejauh mana keefektivan pengelolaan perusahaan. Profitabilitas diukur dengan menggunakan Return on Asset yang diperoleh dengan cara earnings after tax yang diperoleh perusahaan dibagi dengan total aset yang dimiliki oleh perusahaan (Nuringsih 2005). Secara matematis ROA dapat diformulasikan sebagai berikut (Ang, 1997): Net Income After Tax ROA = Total Asset NIAT = Net Income After Tax (laba bersih sesudah pajak) Total Assets = Total aktiva (assets) yang dimiliki perusahaan 5. Ukuran Perusahaan (firm size) Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva perusahaan (Damayanti dan Achyani, 2006). Dikarenakan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan bernilai miliaran rupiah, sehingga hal tersebut dapat disederhanakan dengan mentransformasikannya ke dalam logaritma natural, sehingga ukuran perusahaan dapat dihitung dengan : SIZE : Natural Log dari Total Asset (LN total asset) (Nuringsih, 2005). 3.2. Populasi dan Sampel Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu, sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan sebagai objek penelitian (Indriantoro dan Supomo, 1999). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan go public yang terdaftar di BEI. Sampel penelitian ditentukan berdasarkan purposive sampling yang berarti pemilihan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Adapun kriteria perusahaan go public yang dijadikan sampel antara lain: 1) Seluruh perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 sampai dengan 2010. 2) Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2010 sehingga data yang diperlukan tersedia untuk penelitian. 3) Perusahaan yang membagikan dividen secara berturut-turut dari tahun 2007 sampai dengan 2010. Tabel 3.1 Data Penelitian No. Keterangan Jumlah Perusahaan Perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian yaitu tahun 2007 – 2010. 421 Perusahaan go public yang tidak melaporkan laporan keuangannya di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian yaitu tahun 2007 – 2010. (86) 2 Perusahaan go public yang berturut-turut terdaftar serta menerbitkan laporan keuangannya di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian yaitu tahun 2007 – 2010. 335 3 Perusahaan go public yang tidak membagikan dividen berturut – turut pada tahun 2007 – 2010. (265) 1 Sampel Penelitian 3.3. 70 Jenis dan Sumber Data 3.3.1. Jenis Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pengumpul data primer atau oleh pihak lain (Umar, 2005). Data menggunakan seluruh perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 sampai dengan 2010. Data diperoleh antara lain dari: a. Bursa Efek Indonesia, www.idx.co.id, b. ICMD (Indonesian Capital Market Directory), c. Pojok BEI Fakultas Ekonomi Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 3.3.2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu sumber data penelitian yang diperoleh penelitian secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 1999). Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan keuangan tahunan dari perusahaan-perusahaan go public yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada periodE 2007-2010 yang didapat dari Indonesia Stock Exchange (IDX). 3.4. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi. Dokumentasi adalah mencari dan mendapatkan data-data dengan melalui data-data naskah kearsipan dan lain sebagainya (Supardi, 2005). Dokumentasi tersebut berupa : laporan keuangan yang diperoleh dari pojok BEI dan Indonesian Stock Exchange (IDX) tahunan tahun 2007-2010. 3.5. Metode analisis Metode analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi berganda dengan sebelumnya diuji menggunakan uji asumsi klasik. 3.5.1. Statistik Deskripsi Statistik deskriptif adalah statistik yang berkenaan dengan metode atau cara mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan, atau menguraikan data. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian ini. Alat analisis yang digunakan adalah rata-rata (mean), deviasi standar, maksimum dan minimum. 3.5.2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dalam uji normalitas ini ada 2 cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik atau uji statistik (Ghozali, 2005). Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal dengan menggunakan grafik normal probability plot pada program SPSS. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, sedangkan jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. untuk memperkuat apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak, dapat didukung oleh Kolmogrov smirnov test. Apabila nilai Kolmogrov smirnov lebih besar dari 0,05 maka akan dinyatakan normal (Ghozali, 2005). b. Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolonieritas digunakan analisis perhitungan nilai variance inflation factor (VIF) dan nilai tolerance. Apabila nilai VIF kurang dari sepuluh dan nilai toleransi lebih kecil dari 0,1 maka tidak terjadi multikolonieritas antar variabel. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya (ghozali,2006). c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu atau time series karena gangguan pada individual atau kelompok yang sama pada priode berikutnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi menggunakan uji Durbin-Watson (DW test). Pengambilan (Ghozali,2006): keputusan ada tidaknya autukorelasi menurut Tabel 3.2 Keputusan autokorelasi Hipotesis nol Keputusan Jika Tdk ada autokorelasi positif Tolak 0<d<dl Tdk ada autokorelasi positif No decision dl≤d≤d Tdk ada korelasi negatif Tolak 4-dl<d<4 Tdk ada korelasi negatif No decision 4-du≤d≤4-dl Tdk ada autokorelasi, positif/negatif Tdk ditolak Du<d<4-du d. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat apakah dalam sebuah model regresi tidak terjadi ketidaksamaan varian. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik plot antara lain prediksi variable terikat (dependen) yaitu: ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara ZPRED dan SRESID dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar analisis: 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian mengidentifikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. menyempit), maka 2. Jika ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Adapun beberapa cara untuk mengetahui apakah dalam regresi ini terjadi heterokedastisitas ataukah tidak, yaitu salah satunya bisa dilakukan dengan uji park. Langkah-langkah untuk melakukan uji Park adalah sebagai berikut : 1. Mengkuadratkan nilai unstandardized residual sehingga hasil transformasinya menjadi U2i. 2. Mentransformasikan kuadrat residual (U2i) dalam bentuk logaritma sehingga menjadi LnU2i. 3. Melakukan regresi dimana variabel LnU2i sebagai variabel dependen. 4. Apabila ada variabel independen yang signifikan atau menunjukkan nilai signifikansi < 0,05 atau berpengaruh terhadap variabel dependen, maka dapat disimpulkan telah terjadi heteroskedastisitas. Sedangkan apabila hasil regresi menunjukkan bahwa semua variabel independen tidak signifikan atau menunjukkan nilai signifikansi > 0,05 maka dapat disimpulkan model regresi bebas dari heteroskedastisitas. 3.5.3. Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemilikan managerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. Adapun bentuk model yang digunakan dengan persamaan sebagai berikut: Y=B0+B1X1+B2X2+B3X3+B4X4+B5X5+e Dimana: Y : Kebijakan Dividen X1 : kepemilikan managerial X2 : Kepemilikan institusional X3 : Kebijakan Hutang X4 : Profitabilitas X5 : ukuran perusahaan e : error term 3.5.4. Uji Hipotesis 3.5.4.1. Pengujian Hipotesis Secara Simultan Untuk menguji pengaruh dari seluruh variabel independen secara simultan atau bersama – sama, maka hipotesis yang akan diajukan adalah: H0: Tidak ada pengaruh yang signifikan secara simultan dari seluruh variabel independen terhadap variabel dependen. Ha: ada pengaruh yang signifikan secara simultan dari seluruh variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria yang dapat digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis jika hipotesis independen (Ha) dapat diusulkan (Nugroho, 2005), adalah sebagai berikut: 1. Ha diterima jika signifikansi α < 0,05 maka H0 ditolak. 2. Ha ditolak jika signifikansi α > 0,05 maka H0 diterima. 3.5.4.2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variable penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2006). Berdasarkan dengan uji yang akan dilakukan secara individual dengan t-test maka hipotesis yang akan diajukan adalah sebagai berikut: H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel independen (X1) terhadap variabel dependen (Y). Ha: Ada pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel independen (X1) terhadap variabel dependen. Kriteria yang dapat digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis jika hipotesis independen (Ha) dapat diusulkan (Nugroho, 2005), adalah sebagai berikut: 1. Ha diterima jika signifikansi α < 0,05 maka H0 ditolak. 2. Ha ditolak jika signifikansi α > 0,05 maka H0 diterima. 3.5.5. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variable dependen nilai koefisien determinasi antara 0 dan 1. Nilai R2 yang mendekati 0 berarti kemampuan variable independen dalam menjelaskan variasi variable dependen amat terbatas. Nilai R 2 yang mendekati 1 berarti variabel – variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. (Ghozali, 2006). BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Penelitian Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan go public yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007-2010, dengan total perusahaan 421 perusahaan dan yang masuk kriteria sebagai data sampel adalah 70 perusahaan. Adapun perusahaan yang masuk ke dalam kriteria data sampel, dapat dilihat pada table 4.1 berikut : Tabel 4.1 Data Penelitian No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Nama Perusahaan AKR Corporindo Astra International Astra Otoparts Berlina Bristol-Myers-Squibb Indonesia Budi Acid Jaya Colorpark Indonesia Darya Varia Laboratoria Delta Djakarta Fast Food Indonesia Goodyear Indonesia Gudang Garam Hexindo Adi Perkasa HM. Sampoerna Indocement Tunggal Perkasa Indofood Sukses Makmur Kalbe Farma Lautan Luas Lion Metal Works Lion Mesh Prima Merck Metrodata Electronic Multi Bintang Indonesia Mustika Ratu Semen Gersik No. 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 Nama Perusahaan Bakrie Sumatera Plantations Bank Bukopin Bank Bumi Artha Bank Central Asia Bank Danamon Indonesia Bank Himpunan Saudara Bank Mandiri Bank Negara Indonesia Bank rakyat Indonesia Elnusa Ensavel Putra Megatrading Fortune Indonesia Gowa Makasar Tourism Development Indo Tambangraya Megah Intenational Nikel Indonesia Jasa Marga Juasindo Tiga Perkasa Jaya Konstruksi Manggala Pratama Kresna Graha skurindo Lippo General Insurance Malindo Feedmill Mandala Multifinance Media Nusantara Citra Multi Indocitra Panca Global Securitas 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Sepatu Bata SMART Sucaco Sumi Indo Kabel Tunas Ridean Unilever Indonesia United Tractors Ace Hardware Indonesia Adira Dinamika Multi Finance Asuransi Ramayana 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 Panin Securitas Pembangunan Jaya Ancol Pudjiadi & Son Estate Pudjiadi Prestige Limited Radiant Utama Interinsco Summarecon Agung Surya Citra Media Telekomunikasi Indonesia Tigraksa Satria Wijaya Karya Sumber : Data yang diolah. Dari tabel 4.1. diatas diperoleh sampel penelitian 70 perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia, dimana metode yang digunakan adalah purposive sampling yaitu suatu metode pengambilan sampel dengan cara menetapkan kriteria – kriteria tertentu yaitu seluruh perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 sampai dengan 2010 secara berturut- turut, perusahaan yang membagikan dividen secara berturut-turut dari tahun 2007 sampai dengan 2010, Sampel penelitian dengan kriteria – kriteria yang telah disajikan dikali 4 (tahun 2007 – 2010), sehingga jumlah seluruh data observasi adalah 280 selama periode 2007 – 2010. 4.2. Statistik Deskriptif Analisis deskriptif bertujuan memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari jumlah sampel (N), Nilai Maksimum, Nilai Minimum, Rata-rata (mean), dan Standart Deviasi. Karena belum terdapat nilai pasti dalam menentukan apakah suatu data baik atau tidak maka dari analisis deskriptif ini merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut. Suatu data dikatakan baik apabila nilai Mean>Std.Deviation sehingga data bersifat homogen, namun apabila nilai penyimpangan lebih besar daripada rata-rata dapat dikatakan kurang baik karena bersifat heterogen. Berikut ini statistik deskriptif data penelitian yang terdiri dari variabel : Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Data Penelitian Sebelum Outliers Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Kebijakan Dividen 280 .0003 1.2560 .379644 .2417875 Kep. Manajerial 280 0 1 .35 .479 Kep. Institusi 280 12.92 98.18 70.0461 18.73686 DER 280 .0358 16.6132 2.113805E0 2.8982658 ROA 280 .0008 .6216 .101757 .0929403 Size 280 11.03 19.92 14.7804 2.03620 Valid N (listwise) 280 Sumber : Data yang diolah. Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Data Penelitian Setelah Outliers Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Kebijakan Dividen 269 .0003 .9805 .359101 .2092535 Kep. Manajerial 269 0 1 .36 .482 Kep. Institusi 269 12.92 98.04 69.8915 18.80108 DER 269 .0358 16.6132 2.133385E0 2.9057362 ROA 269 .0008 .4116 .097417 .0854669 Size 269 11.03 19.92 14.7716 2.03802 Valid N (listwise) 269 Sumber : Data yang diolah. Penjelasan dari tabel 4.3 adalah sebagai berikut : 1. Nilai rata-rata kebijakan dividen yang diukur dengan dividen payout ratio adalah sebesar 0,359101, artinya perbandingan dividen perlembar saham dengan laba perlembar saham perusahaan sampel adalah sebesar 35,91 persen. Nilai terendah dari dividen payout ratio adalah sebesar 0,0003, dan Dividen payout ratio tertinggi sebesar 0,9805. Nilai standar deviasi sebesar 0,2092535 lebih kecil dari nilai rata-rata 0,359101, dapat diartikan bahwa penyebaran data untuk variabel dividen payout ratio adalah merata, artinya tidak terdapat perbedaan yang tinggi data satu dengan data yang lainnya. 2. Nilai rata-rata kepemilikan manajerial yang diukur dengan dummy 1 untuk perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial dan dummy 0 untuk perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan manajerial adalah sebesar 0,36. Nilai rata-rata 0,36 mendekati nilai dummy 0 dapat diartikan bahwa perusahaan sampel banyak yang tidak memiliki kepemilikan manajerial, yaitu 64 %, sedangkan perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial adalah sebesar 36 %. Nilai standar deviasi sebesar 0,482 lebih besar dari nilai rata-rata 0,36, dapat diartikan bahwa penyebaran data untuk variabel kepemilikan manajerial adalah tidak merata, artinya terdapat perbedaan yang tinggi data satu dengan data yang lainnya. 3. Nilai rata-rata kepemilikan institusional yang diukur dengan prosentase saham yang dimiliki institusional dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar adalah sebesar 69,8915, artinya perbandingan antara prosentase saham yang dimiliki institusional dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar adalah sebesar 69,89 %. Nilai terendah dari kepemilikan institusional adalah sebesar 12,92 persen dan kepemilikan institusional tertinggi sebesar 98,04. Nilai standar deviasi sebesar 18,80108 lebih kecil dari nilai rata-rata 69,8915 dapat diartikan bahwa penyebaran data untuk variabel kepemilikan institusional adalah merata, artinya tidak terdapat perbedaan yang tinggi data satu dengan data yang lainnya. 4. Nilai rata-rata kebijakan hutang yang diukur dengan debt to equity adalah sebesar 2,133385, artinya perbandingan antara hutang dengan modal perusahaan sampel adalah sebesar 21,33%, setiap rupiah dari modal digunakan untuk menjamin hutang sebesar Rp. 2,1333. Nilai terendah dari DER adalah sebesar 0,358 dan nilai tertinggi DER sebesar 16,6132. Nilai standar deviasi sebesar 2,9057362 lebih besar dari nilai rata-rata 2,133385 dapat diartikan bahwa penyebaran data untuk variabel DER adalah tidak merata, artinya terdapat perbedaan yang tinggi data satu dengan data yang lainnya. 5. Nilai rata-rata profitabilitas yang diukur dengan return on asset adalah sebesar 0,097417, artinya perbandingan antara laba setelah pajak dengan asset yang dimiliki perusahaan adalah sebesar 0,097417, setiap rupiah asset dapat menghasilkan laba sesudah pajak sebesar 0,097417. Nilai terendah dari return on asset adalah sebesar 0,08 persen dan Return on asset tertinggi sebesar 41,16 persen. Nilai standar deviasi sebesar 0,0854669 lebih kecil dari nilai rata-rata 0,097417, dapat diartikan bahwa penyebaran data untuk variabel return on asset adalah merata, artinya tidak terdapat perbedaan yang tinggi data satu dengan data yang lainnya. 6. Nilai rata-rata ukuran perusahaan yang diukur dengan LN_Total Asset adalah sebesar 14,7716. Nilai terendah dari ukuran perusahaan adalah sebesar 11,03 dan ukuran perusahaan tertinggi sebesar 19.92. Nilai standar deviasi sebesar 2,03802 lebih kecil dari nilai rata-rata 14,7716, dapat diartikan bahwa penyebaran data untuk variabel LN_total aktiva adalah merata, artinya tidak terdapat perbedaan yang tinggi data satu dengan data yang lainnya. 4.3. Uji Asumsi Klasik Pada penelitian ini uji asumsi klasik terhadap model regresi diolah menggunakan program SPSS Ver. 16.0 for windows. Pengujian dengan analisis regresi diperlukan adanya kemungkinan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi terhadap asumsi klasik, pengujian tersebut meliputi : uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heterokedastisitas. 4.3.1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel independen, variabel dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pengujian normalitas data menggunakan uji probability plot yang diperkuat dengan uji Kolmogorov Smirnov. Dari hasil pengujian diperoleh : Gambar 4.1 Grafik Normalitas Sumber : data yang diolah Dengan melihat tampilan grafik normal plot dapat disimpulkan bahwa pada grafik normal plot tidak terlihat titik – titik menyebar jauh dari garis diagonal. Jadi, grafik ini menunjukan bahwa model regresi tidak menyalahi asumsi normalitas. Namun, untuk memperkuat hasil uji tersebut harus dilakukan uji normalitas yang lain, maka digunakan uji Kolmogorov Smirnov yang hasil nya sebagai berikut : Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Awal One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 280 Normal Parameters a Mean .0000000 Std. Deviation Most Extreme Differences .22498381 Absolute .099 Positive .099 Negative -.057 Kolmogorov-Smirnov Z 1.651 Asymp. Sig. (2-tailed) .009 a. Test distribution is Normal. Sumber : Data yang diolah. Dari tabel 4.4 diatas terlihat bahwa nilai Kolmogorov Smirnov adalah 1,651 dan signifikansi pada 0,009 yang berarti bahwa data tidak terdistribusi secara normal. Untuk itu, dilakukan upaya perbaikan dengan melakukan outliers, sehingga jumlah data observasi setelah outliers adalah 269 dari data observasi sebelumnya yaitu 280. Berikut ini daftar nama perusahaan yang di outliers : NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 NAMA PERUSAHAAN Bank Mandiri Internasional Nikel Indonesia Merck Surya Citra Media Budi Acid Jaya Delta Djakarta Fast Food Indonesia HM Sampoerna Multi Bintang Indonesia Indo Tambang Raya Megah Lippo General Insurance TAHUN 2007 2007 2008 2008 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 Hasil pengujian setelah dilakukan outliers data diperoleh sebagai berikut : Gambar 4.2 Grafik Normalitas Sumber : data yang diolah Dengan melihat tampilan grafik normal plot dapat disimpulkan bahwa pada grafik normal plot terlihat titik – titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya tidak menjauh dari garis diagonal. Jadi, grafik ini juga menunjukan bahwa model regresi tidak menyalahi asumsi normalitas. Untuk hasil uji Kolmogorov Smirnov dengan data yang telah di outlier hasilnya sebagai berikut : Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Setelah Dilakukan Outliers Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 269 Normal Parametersa Mean Std. Deviation Most Extreme Differences .0000000 .18788379 Absolute .077 Positive .077 Negative -.038 Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) 1.261 .083 a. Test distribution is Normal. Hasil pengujian setelah dilakukan outliers menunjukan bahwa nilai Kolmogorov Smirnov adalah 1,261 dan signifikansi pada 0,083 yang berarti bahwa data residual terdistribusi normal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal dan model regresi dapat digunakan sebagai pengujian berikutnya. 4.3.2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem Multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Pengujian ada tidaknya gejala multikolinearitas dilakukan dengan memperhatikan nilai matriks korelasi yang dihasilkan pada saat pengolahan data serta nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance-nya. Nilai dari VIF yang kurang dari 10 dan tolerance yang kurang dari 1, menandakan tidak terjadi adanya gejala multikolinearitas. Hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat dari tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model B 1(Constant) Std. Error -.090 .115 Kep. Manajerial .031 .026 Kep. Institusi .002 DER Coefficients Beta Collinearity Statistics t Sig. Tolerance VIF -.778 .437 .071 1.165 .245 .835 1.198 .001 .201 3.313 .001 .829 1.206 .001 .005 .014 .194 .846 .595 1.681 ROA .842 .157 .344 5.365 .000 .745 1.342 Size .013 .007 .130 1.889 .060 .651 1.536 a. Dependent Variable: Kebijakan Dividen Sumber : data yang diolah Hasil perhitungan pada tabel 4.6 diperoleh nilai VIF yang kurang dari 10 dan tolerance yang lebih dari 0,1, maka dapat disimpulkan tidak terjadi adanya gejala multikolinearitas. 4.3.3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antar kesalahan pengganggu (residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini maka dilakukan uji Durbin Watson berikut ini : Tabel 4.7 Hasil Uji Durbin Watson Model Summaryb Model 1 R Adjusted R Std. Error of the Square Estimate R Square .440a .194 .178 Durbin-Watson .1896613 1.772 a. Predictors: (Constant), Size, ROA, Kep. Manajerial, Kep. Institusi, DER b. Dependent Variable: Kebijakan Dividen Sumber : data yang diolah Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan diperoleh angka DW sebesar 1,772. Sedangkan nilai batas bawah (dl) sebesar 1,718 dan batas atas (du) sebesar 1,820. Tabel DW dapat dijelaskan dalam tabel berikut : Tabel 4.8 Durbin Watson Test Bound Autokorelasi Positif Ragu-ragu Bebas Autokorelasi Ragu-ragu Autokorelasi Negatif DW 0 dl 1.718 1.772 du 1.820 4-du 2.180 4-dl 2.282 4 Terlihat bahwa DW ada di antara dl≤du, maka dinyatakan ragu-ragu. Apabila terjadi hal tersebut, maka harus dilakukan uji lain yaitu Uji Run Test yang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.9 Hasil Uji Run Test Runs Test Unstandardized Residual a Test Value -.02806 Cases < Test Value 134 Cases >= Test Value 135 Total Cases 269 Number of Runs 122 Z -1.649 Asymp. Sig. (2-tailed) .099 a. Median Dari hasil pengujian diatas diperoleh besarnya Nilai Test menunjukkan besaran -0,02806 dengan probabilitas 0,099. Nilai signifikansi tersebut lebih dari α = 0,05 yang berarti hipotesis nol diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual tidak terjadi autokorelasi. 4.3.4. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas pada penelitian ini dideteksi dengan menggunakan Grafik Scatterplot dan Uji Park yang diperoleh sebagai berikut : Gambar 4.3 Grafik Scatterplot Dengan melihat tampilan grafik scatterplot dapat disimpulkan bahwa pada grafik scatterplot terlihat tidak terjadi pola yang jelas seperti titik-titik yang menyebar diatas dan dibawah angka 0 (Nol) pada sumbu Y maka mengindikasikasikan tidak terjadi Heteroskedastisitas. Jadi, grafik ini menunjukkan bahwa model regresi bebas dari Heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi bahwa model regresi tidak mengandung adanya Heteroskedastisitas juga dapat dilakukan dengan melihat tabel Uji Park sebagai berikut : Tabel 4.10 Hasil Uji Park a Coefficients Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error -4.779 1.412 -.211 .323 .000 DER Beta Collinearity Statistics t Sig. Tolerance VIF -3.384 .001 -.043 -.654 .513 .835 1.198 .008 -.005 -.077 .939 .829 1.206 -.078 .063 -.097 -1.237 .217 .595 1.681 ROA 3.423 1.926 .125 1.777 .077 .745 1.342 Size -.001 .086 .000 -.012 .991 .651 1.536 Kep. Manajerial Kep. Institusi a. Dependent Variable: LNu2t Sumber : data yang diolah Dari tabel 4.10 diperoleh bahwa tingkat signifikansi Kepemilikan Manajerial adalah sebesar 0,513. Tingkat signifikansi Kepemilikan Institusional adalah sebesar 0,939. Tingkat signifikansi DER adalah sebesar 0,217. Tingkat signifikansi ROA sebesar 0,077. Dan tingkat signifikansi Size sebesar 0,991. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa setiap variabel memiliki tingkat signifikansi diatas 0,05. Jadi, model regresi bebas dari heterokedastisitas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data tidak mengandung adanya heteroskedastisitas dan model regresi dapat digunakan sebagai pengujian berikutnya. 4.4. Analisis Regresi Berdasarkan data – data yang diuraikan sebelumnya, selanjutnya akan dikaji mengenai pengaruh variabel bebas yaitu Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, DER, ROA, SIZE terhadap Kebijakan Dividen. Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan program komputer Statistic Package for Social Scince (SPSS) versi 16.0, dapat diperoleh hasil pada tabel berikut ini : Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Regresi Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error -.090 .115 Kep. Manajerial .031 .026 Kep. Institusi .002 DER Beta Collinearity Statistics t Sig. Tolerance VIF -.778 .437 .071 1.165 .245 .835 1.198 .001 .201 3.313 .001 .829 1.206 .001 .005 .014 .194 .846 .595 1.681 ROA .842 .157 .344 5.365 .000 .745 1.342 Size .013 .007 .130 1.889 .060 .651 1.536 a. Dependent Variable: Kebijakan Dividen Sumber : data yang diolah Berdasarkan tabel 4.11 diatas dapat diperoleh persamaan regresi untuk mengetahui faktor – faktor dalam memprediksi Kebijakan Dividen adalah sebagai berikut : Y = -0,090 + 0,031 X1 + 0,002X2 + 0,001 X3 + 0,842 X4 + 0,013 X5 + e Dari persamaan regresi berganda tersebut maka dapat diketahui sebagai berikut : 1. Berdasarkan tabel 4.11 diatas diperoleh nilai konstanta adalah sebesar -0,090. Apabila masing-masing nilai variabel independen adalah 0 maka besarnya variabel dependen Kebijakan Dividen adalah sebesar nilai konstanta yaitu -0,090. Hasil persamaan regresi tersebut menunjukan bahwa koefisien regresi variabel Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, DER, ROA, dan SIZE bertanda positif. 2. Berdasarkan tabel 4.11 Nilai koefisien regresi kepemilikan manajerial sebesar 0,031 menyatakan perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial cenderung akan lebih meningkatkan kebijakan dividen dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan manajerial. 3. Berdasarkan tabel 4.11 diatas diperoleh bahwa variabel Kepemilikan Institusional menunjukan koefisien regresi sebesar 0,002. Hal ini menunjukan bahwa 1 satuan kenaikan Kepemilikan Institusional, akan dapat menaikkan Kebijakan Dividen sebesar 0,002. 4. Berdasarkan tabel 4.11 diatas diperoleh bahwa variabel Kebijakan Hutang menunjukan koefisien regresi sebesar 0,001,. Hal ini menunjukan bahwa 1 satuan kenaikan Kebijakan Hutang akan meningkatkan Kebijakan Dividen sebesar 0,001. 5. Berdasarkan tabel 4.11 diatas diperoleh bahwa variabel Profitabilitas menunjukan koefisien regresi sebesar 0,842,. Hal ini menunjukan bahwa 1 satuan kenaikan Profitabilitas akan meningkatkan Kebijakan Dividen sebesar 0,842. 6. Berdasarkan tabel 4.11 diatas diperoleh bahwa variabel Ukuran Perusahaan menunjukan koefisien regresi sebesar 0,013. Hal ini menunjukan bahwa 1 satuan kenaikan Ukuran Perusahaan akan meningkatkan Kebijakan Dividen sebesar 0,013. Hasil persamaan yang terbentuk dari hasil perhitungan regresi yang ditujukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas dan variabel terikat tersebut selanjutnya masih memerlukan pengujian statistik lebih lanjut untuk mengetahui keabsahan model yang telah terbentuk. 4.5. Hasil Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan satu. Nilai koefisien determinasi kecil, berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai koefisien determinasi mendekati satu, berarti kemampuan variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Dalam penelitian ini menggunakan adjusted R square, karena menurut Ghozali (2005:83) kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bisa terhadap jumlah variabel independen yang dimasukan dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat. Oleh karena itu banyak peneliti yang menganjurkan menggunakan adjusted R square pada saat mengevaluasi model regresi. Tidak seperti R2, nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model. Persentase variabel dependen (kebijakan dividen) dapat dijelaskan oleh variabel independen (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas dan ukuran perusahaan) dalam model penelitian ditunjukkan oleh besarnya Koefisien Determinasi. Koefisien Determinasi ini menunjukan seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel dependent atau bebas yang dinyatakan dalam persen (%). Nilai koefieisn determinasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.12 sebagai berikut : Tabel 4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb Model 1 R .440 R Square a Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .194 .178 Durbin-Watson .1896613 1.772 a. Predictors: (Constant), Size, ROA, Kep. Manajerial, Kep. Institusi, DER b. Dependent Variable: Kebijakan Dividen Dari tabel 4.12 dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi (Adjusted R2 ) adalah sebesar 0,178 atau 17,8%. Hal ini berarti 17,8% variasi Kebijakan Dividen dapat dijelaskan oleh variasi dari kelima variabel independen yaitu Kepemilikan manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan hutang, Profitabilitas, dan Ukuran perusahaan, sedangkan sisanya 82,2% (100% - 17,8%) dijelaskan oleh variabel lain diluar model. 4.6. Uji F (pengujian secara simultan) Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas dan ukuran perusahaan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil pengujian ini dapat dilihat pada tabel 4.13 Tabel 4.13 Hasil Uji F b ANOVA Model Sum of Squares 1 df Mean Square Regression 2.274 5 .455 Residual 9.460 263 .036 11.735 268 Total F 12.646 Sig. a .000 a. Predictors: (Constant), Size, ROA, Kep. Manajerial, Kep. Institusi, DER b. Dependent Variable: Kebijakan Dividen Sumber : data yang diolah F hitung (12,646) dan nilai signifikasi 0,000 < 0,05, dengan demikian persamaan semua variabel bebas (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas dan ukuran perusahaan) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel kebijakan dividen. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa model regresi dalam penelitian ini adalah layak untuk di analisis. 4.7. Uji t (pengujian secara parsial) Uji hipotesis t atau uji secara parsial (individual) antara variabel independen terhadap variabel dependen yaitu antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. Berikut ini table hasil uji t dari masing-masing variabel: Tabel 4.14 Hasil Uji t Coefficientsa Model Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B 1 (Constant) Std. Error -.090 .115 Kep. Manajerial .031 .026 Kep. Institusi .002 DER Beta Collinearity Statistics t Sig. Tolerance VIF -.778 .437 .071 1.165 .245 .835 1.198 .001 .201 3.313 .001 .829 1.206 .001 .005 .014 .194 .846 .595 1.681 ROA .842 .157 .344 5.365 .000 .745 1.342 Size .013 .007 .130 1.889 .060 .651 1.536 a. Dependent Variable: Kebijakan Dividen 1. Pengaruh Variabel Kepemilikan Manajerial Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 16.0 pada tabel 4.14 diatas, diperoleh hasil bahwa nilai t-hitung sebesar 1,165 dengan nilai signifikansi sebesar 0,245 yang berarti lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 ditolak, yang artinya variabel Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan Dividen. Dengan demikian besar kecilnya kepemilikan manajerial tidak dapat mempengaruhi besar kecilnya kebijakan dividen. 2. Pengaruh Variabel Kepemilikan Institusional Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 16.0 pada tabel 4.14 diatas, diperoleh hasil bahwa nilai t-hitung sebesar 3,313 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2 diterima, yang artinya variabel Kepemilikan Institusional berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan Dividen. Dengan demikian besar kecilnya kepemilikan institusional dapat mempengaruhi besar kecilnya kebijakan dividen. 3. Pengaruh Variabel Kebijakan Hutang Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 16.0 pada tebel 4.12 diatas, diperoleh hasil bahwa nilai t-hitung sebesar 0,194 dengan nilai signifikansi sebesar 0,846 yang berarti lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3 ditolak, yang artinya variabel Kebijakan Hutang tidak berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan Dividen. Dengan demikian besar kecilnya kebijakan hutang tidak dapat mempengaruhi besar kecilnya kebijakan dividen. 4. Pengaruh Variabel Profitabilitas Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 16.0 pada tebel 4.12 diatas, diperoleh hasil bahwa nilai t-hitung sebesar 5,365 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis 4 diterima, yang artinya variabel Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan Dividen. Dengan demikian kecilnya profitabilitas dapat mempengaruhi besar kecilnya kebijakan dividen. besar 5. Pengaruh Variabel Ukuran Perusahaan Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 16.0 pada tebel 4.12 diatas, diperoleh hasil bahwa nilai t-hitung sebesar 1,889 dengan nilai signifikansi sebesar 0,060 yang berarti lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis 5 ditolak, yang artinya variabel Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan Dividen. Dengan demikian besar kecilnya ukuran perusahaan tidak dapat mempengaruhi besar kecilnya kebijakan dividen. 4.8. Pembahasan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat dijelaskan bahwa, dari 5 hipotesis yang diajukan, 2 hipotesis diterima, yaitu pengaruh kepemilikan institusional dan profitabilitas terhadap kebijakan dividen, sedangkan 3 hipotesis di tolak, yaitu pengaruh antara kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, dan Ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. Penjelasan masing-masing variabel adalah sebagai berikut : 4.8.1. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Dividen Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen, hal ini mengindikasikan bahwa jumlah sampel perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial adalah relatif kecil, yaitu sebesar 35,4 %, sehingga kurang menjelaskan kebijakan dividen. Sebagai beberapa contoh, PT. AKR Corporindo, PT. Astra International, PT. Berlina, PT. Goodyear Indonesia, PT. Gudang Garam, PT. Lautan Luas, PT. Lion Mesh Prima, PT. Sumi Indo Kabel, PT. Metrodata Electronic, PT. Asuransi Ramayana, PT. Bank Central Asia, PT. Bank Himpunan Saudara, PT. Elnusa, PT. Indo Tambangraya Megah, PT. Juasindo Tiga Perkasa, PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama, PT. Kresna Graha skurindo, PT. Mandala Multifinance, PT. Multi Indocitra, PT. Pudjiadi & Son Estate, PT. Pudjiadi Prestige Limited, PT. Radiant Utama Interinsco, PT. Summarecon Agung, PT. Tigraksa Satria, perusahaan-perusahaan tersebut yang masuk kedalam perusahaan yang memiliki kepemilikan managerial tahun berturut-turut 2007, 2008, 2009, dan 2010 bisa dilihat pada lampiran 2 untuk nilai kepemilikan dan lampiran 4 untuk melihat frekuensi persentase kepemilikan managerial. Kepemilikan manajemen dalam penelitian ini adalah relatif kecil, sehingga kurang bisa menjembatani masalah agency termasuk di dalamnya kebijakan dividen. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Kartika Nuringsih (2005), yang menyatakan variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. 4.8.2. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Dividen Kepemilikan institusional berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen. Sebagai beberapa contoh yang dapat dilihat pada lampiran 2, PT AKR Corporindo pada tahun 2007 sampai 2010 memiliki kepemilikan institusional sebesar 71,21%; 71,11%; 71,11%; 59,39% dengan kebijakan dividen pada tahun 2007-2010 sebesar 0,3115; 0,3134; 0,2841; 0,0244, PT Astra Otoparts pada tahun 2007-2010 memiliki kepemilikan institusional sebesar 84,72%; 86,72%; 93,91%; 95,65% dengan kebijakan dividen pada tahun 2007 sampai 2010 sebesar 0,1949; 0,4074; 0,6386; 0,3135, dan PT Bank Danamon Indonesia pada tahun 2007 sampai 2010 memiliki kepemilikan institusional sebesar 73,88%; 67,88%; 67,76%; 67,42% dengan kebijakan dividen pada tahun 2007-2010 sebesar 0,4927; 0,2978; 0,4971; 0,3494. Dilihat dari contoh berikut, bisa dikatakan bahwa kepemilikan institusional pada perusahaan dengan jumlah besar akan menghasilkan kebijakan dividen yang rendah, Oleh karena itu perusahaan dengan tingkat kepemilikan institusional yang besar menghadapi masalah agensi yang relatif kecil sehingga membagikan dividen dalam jumlah yang lebih kecil. Investasi dalam saham biasanya dimasudkan untuk memperoleh tambahan pendapatan dan juga digunakan sebagai kontrol terhadap perusahaan dimana investasi dilakukan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Dewi (2008) yang menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. 4.8.3. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen Kebijakan hutang yang diproksikan menggunakan DER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen. Sebagai beberapa contoh pada PT. AKR Corporindo pada tahun 2007 memiliki kebijakan hutang yang di proksikan dengan DER sebesar 1,5653, kebijakan dividen sebesar 0,3115, PT. Astra International pada tahun 2007 memiliki DER sebesar 1,1687, kebijakan dividen sebesar 0,1863, PT. Hexindo Adi Perkasa pada tahun 2007 memiliki DER sebesar 2,6761, kebijakan dividen sebesar 0,0471, PT. Indofood Sukses Makmur pada tahun 2008 memiliki DER sebesar 3,1105, kebijakan dividen sebesar 0,3983 dari beberapa contoh diatas dapat dikatakan bahwa besar nya kebijakan hutang yang dimiliki perusahaan tidak mempengaruhi besarnya pembagian dividen karena perusahaan lebih cenderung untuk melunasi hutangnya. Untuk melihat besar nya DER dan kebijakan dividen, contoh-contoh lain dilihat pada lampiran 2. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Arilaha (2009), yang menyatakan kebijakan hutang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen. Sehingga kepentingan kreditur harus tetap diperhatikan karena keuntungan disimpan untuk pelunasan hutang, bukan untuk pembagian dividen. 4.8.4. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen Profitabilitas yang diproksikan dengan ROA (return on asset) berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen, hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas adalah untuk mengukur seberapa efektif manajemen dalam mengelola asset dan modal yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba. Sebagai contoh pada PT. Astra International pada tahun 2007 memiliki profitabilitas sebesar 0,1026, kebijakan dividen sebesar 0,1863, PT. Astra Otoparts tahun 2007 memiliki profitabilitas sebesar 0,1317, kebijakan dividen sebesar 0,1949, PT. HM Sampoerna pada tahun 2008 memiliki profitabilitas sebesar 0,2414, kebijakan dividen sebesar 0,2475 bisa dikatakan bahwa perusahaan yang memperoleh keuntungan besar akan membayar porsi keuntungan yang lebih besar, sebagai dividen. Sehingga bisa dikatakan kebijakan dividen dilihat dari porsi besar kecilnya pembagian dividen yang dibagikan, sesuai dengan tingkat keuntungan/profit yang didapatkan oleh perusahaan. Untuk melihat contoh perusahaan lain dan perhitungan profitabilitas dan nilai kebijakan dividennya dapat dilihat pada lampiran 2. Hasil ini mendukung penelitian Arilaha (2009), yang menyatakan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. 4.8.5. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen, secara teori mengindikasikan bahwa perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan besar akan mudah memasuki pasar modal. Sebaliknya perusahaan memiliki asset rendah akan membagi dividen yang rendah, tetapi pada penelitian ini ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen artinya tidak ada pengaruh perusahaan besar maupun perusahan kecil dalam melakukan pembayaran dividen. Pada penelitian ini menggunakan semua perusahaan go public yang terdaftar di BEI sehingga terjadi keanekaragaman jenis perusahaannya serta ukuran perusahaan apabila dilihat dari assetnya. Jumlah perusahaan yang memiliki asset yang masuk ke dalam klasifikasi perusahaan menengah dan besar jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki asset yang kecil tetapi cenderung lebih banyak perusahaan yang memiliki asset yang besar. Dalam penelitian ini perusahaan dengan ukuran besar (large) berjumlah 173 perusahaan memiliki persentase 61,8%, perusahaan dengan ukuran menengah (medium) berjumlah 82 perusahaan memiliki persentase sebesar 29,3%, dan sisanya yaitu perusahaan dengan ukuran kecil (small) berjumlah 25 perusahaan memiliki presentase 8,9%, persentase tersebut dihitung dengan Frequencies yang terdapat pada SPSS 16 dan tabelnya bisa dilihat pada lampiran 4. Dapat dikatakan bahwa berapapun besarnya size selama periode pengamatan tidak berpengaruh terhadap tingkat dividen yang dibayarkan, Sebagai beberapa contoh PT Akr Corporindo yang termasuk perusahaan besar dilihat dari asetnya pada tahun 2010 yang di proksikan dengan LN total asset sebesar 15,85 dengan kebijakan dividen sebesar 0,024, PT Bank Mandiri yang termasuk perusahaan besar, pada tahun 2009 memiliki nilai LN total asset sebesar 19,79 dengan kebijakan dividen sebesar 0,0574, PT SMART yang termasuk perusahaan besar, pada tahun 2007 memiliki nilai LN total asset sebesar 15,90 dengan kebijakan dividen sebesar 0,0145, pada tahun 2010 PT Sepatu Bata yang termasuk perusahaan medium memiliki nilai LN total asset sebesar 13,09 dengan kebijakan dividen sebesar 0,0003. Sedangkan PT Panca Global Securitas yang dikategorikan perusahaan kecil pada tahun 2008 memiliki LN total asset sebesar 11,79 dengan kebijakan dividen sebesar 1,3333 perusahaan ini memiliki kebijakan dividen lebih besar dibandingkan perusahaan-perusahaan besar diatas dan PT Juasindo Tiga Perkasa yang termasuk perusahaan kecil dilihat dari LN total asset pada tahun 2010 sebesar 12,37 dengan kebijakan dividen sebesar 0.6481, perusahaan ini memiliki kebijakan dividen lebih besar dibandingkan perusahaan-perusahaan besar diatas padahal PT Juasindo Tiga Perkasa masuk dalam kategori perusahaan kecil, sehingga dapat dikatakan bahwa besarnya asset tidak mempengaruhi besar nya kebijakan dividen. Perusahaan besar pun belum tentu membagikan dividen dengan nilai yang besar dan ukuran perusahaan tidak bisa dijadikan tolok ukur untuk pembagian dividen. Untuk melihat klasifikasi perusahaan-perusahaan lainnya, besarnya ukuran yang di proksikan dengan LN total asset dan berapa kebijakan dividennya, bisa dilihat pada lampiran 3. Hasil pada penelitian ini bertentangan dengan penelitian Dewi (2008), yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan besar lebih cenderung untuk menaikkan kebijakan dividen dari pada perusahaan kecil. BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut : 1. Variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan dividen tidak terbukti (H1 ditolak). Dengan demikian besar kecilnya kepemilikan manajerial tidak dapat mempengaruhi besar kecilnya kebijakan dividen. 2. Variabel kepemilikan institusional berpengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan dividen terbukti (H2 diterima). Dengan demikian besar kecilnya kepemilikan institusional dapat mempengaruhi besar kecilnya kebijakan dividen. 3. Variabel kebijakan hutang tidak berpengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa kebijakan dividen berpengaruh terhadap kebijakan dividen tidak terbukti (H3 ditolak). Dengan demikian besar kecilnya kebijakan hutang tidak dapat mempengaruhi besar kecilnya kebijakan dividen. 4. Variabel profitabilitas berpengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. Dengan demikian hipotesis keempat yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen terbukti (H4 diterima). Dengan demikian besar kecilnya profitabilitas dapat mempengaruhi besar kecilnya kebijakan dividen. 5. Variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. Dengan demikian hipotesis kelima yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen terbukti (H5 ditolak). Dengan demikian besar kecilnya ukuran perusahaan tidak dapat mempengaruhi besar kecilnya kebijakan dividen. 5.2. Saran 5.2.1. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah : 1. Menambah periode tahun penelitian, sehingga akan banyak perusahaan yang menjadi sampel penelitian. 2. Menambah jumlah variabel independen, yang mungkin bisa dipergunakan dalam penelitian selanjutnya. Misalnya : Pertumbuhan laba (earnings growth). 5.2.2. Bagi Perusahaan Pihak perusahaan sebaiknya juga memperhatikan kebijakan dividen yang diberikan, jangan sampai pihak perusahaan hanya memperhatikan keuntungan perusahaan saja, tanpa memperhatikan kemakmuran pemegang saham dengan tidak membagikan dividen. 5.2.3. Bagi Investor Investor sebaiknya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen seperti kepemilikan institusional dan profitabilitas. Perusahaan dengan laba yang tinggi akan cenderung menggunakan laba ditahan untuk membagikan dividen, hal ini untuk menjaga image perusahaan. Daftar Pustaka Arilaha, M.A. 2009. “Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage terhadap Kebijakan Dividen”. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol.13, No.1, hal. 78-87. Astuti, Dewi.2004. Manajemen Keuangan Perusahaan. Cetakan Pertama. Ghalia Indonesia. Jakarta. Christiawan, Yulius Jogi dan Josua Tarigan. 2007. “Kepemilikan Manajerial : Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan”. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan. Vol. 9. No.1. Mei. Hal. 1-8. Universitas Kristen Petra. Surabaya. Damayanti, Susana dan Fatchan Achyani. 2006. “Analisis Pengaruh Investasi, Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividend Payout Ratio (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEJ)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.5. No.1. April 2006. Hal.51-62. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Dewi, S.C. 2008. “Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol.10, No.1, hal.47-58. Fauz, A. Dan Rosidi. 2007. “Pengaruh Aliran Kas Bebas, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Utang dan Collateral Asset terhadap Kebijakan Dividen”. Jurnal Ekonomi dan Manajemen. Vol.8, No.2, hal. 259-267. Ghozali, Imam (2005). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Ghozali, Imam (2006). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Halim, Abdul.2007. Manajemen Keuangan Bisnis. Ghalia Indonesia. Bogor. Harahap, Sofyan Syafri. 2002. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Cetakan Ketiga. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta. Jensen, M.C., dan Meckling, W.H, 1976. “Theory of The Firm: Managerial Behaviour, Agency Costs and Ownership Structure”. Journal of Financial and Quantitative Analysis. Hlm.236-247. Keputusan Ketua Bapepam No. kep-11/PM/1997. Peraturan nomor IX.C.7. Perusahaan Menengah atau Kecil. Nugroho, Bhuana Agung. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Edisi 1. Jogyakarta. Nugroho, Setya. 2004. Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Pada Perusahaan yang terdaftar di BEJ. Tesis Magister Manajemen (dipublikasikan). Semarang Nuringsih, Kartika. 2005. “Analisis Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kebijakan Hutang, ROA Dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen: Studi 1995-1996”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juli-Desember, Vol. 2, No. 2, hlm.103-123. Riyanto, Bambang.2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Yogyakarta. Cetakan Ketujuh. BPFE Robbert Ang. 1997. Buku Pintar: Pasar Modal Indonesia. Mediasoft Indonesia. Sartono, R.A. 1995. Manajemen Keuangan Edisi 1, Yogyakarta: BPFE. Sartono, R.A. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Keempat. Cetakan Pertama. BPFE. Yogyakarta. Sawir, Agnes. 2001. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Soemarso, S.R.2005. Akuntansi Suatu Pengantar. Salemba 4, Semarang. Sudarsi, Sri. 2002. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividen Payout Ratio Pada Industri Perbankan yang Listed Di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol. 9. No.1. Maret. Hal.76-88. STIE Stikubank. Semarang. Suharli, M. 2007. “Pengaruh Profitabilitas dan Invesment Opportunity Set terhadap Kebijakan Dividen Tunai dengan Likuiditas sebagai Variabel Penguat”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.9, No.1, hal. 9-17. Supardi. 2005. Metode Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Cetakan Pertama. UII Press. Yogyakarta. Umar, Husein. 2005. Metode Penelitian : Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Edisi Baru Cetakan Ketujuh. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.