pengaruh kepemilikan managerial, kepemilikan institusional

advertisement
PENGARUH KEPEMILIKAN MANAGERIAL,
KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN
HUTANG, PROFITABILITAS DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN
DIVIDEN
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
Untuk menyelesaikan Program Sarjana (SI)
Pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi
Universitas Dian Nuswantoro
Disusun oleh:
GILANG RAMADHANI
B12.2008.01134
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2013
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
:
Gilang Ramadhani
Nomor Induk Mahasiswa
:
B12.2008.01134
Fakultas
:
Ekonomi
Program Studi
:
Akuntansi/S1
Judul Skripsi
:
Pengaruh
Kepemilikan
Managerial,
Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang,
Profitabilitas
terhadap
dan
Ukuran
Kebijakan
Perusahaan
Dividen
(Pada
Perusahaan Go Public yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2007-2010)
Dosen Pembimbing
:
Ririh Dian Pratiwi, SE, M.si.
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan apabila di
kemudian hari ditemukan adanya bukti plagiat, manipulasi dan / atau pemalsuan data
maupun bentuk kecurangan lain, saya bersedia untuk menerima sanksi dari Fakultas
Ekonomi Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
Semarang, 8 Februari 2013
(Gilang Ramadhani)
PENGESAHAN SKRIPSI
Nama
:
Gilang Ramadhani
Nomor Induk Mahasiswa
:
B12.2008.01134
Fakultas
:
Ekonomi
Program Studi
:
Akuntansi/S1
Judul Skripsi
:
Pengaruh
Kepemilikan
Managerial,
Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang,
Profitabilitas
terhadap
dan
Ukuran
Kebijakan
Perusahaan
Dividen
(Pada
Perusahaan Go Public yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2007-2010)
Dosen Pembimbing
:
Ririh Dian Pratiwi, SE, M.si.
Semarang, 12 Februari 2013
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
(Dr. Agus Prayitno)
Dosen Pembimbing
(Ririh Dian Pratiwi, SE, M.si.)
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN SKRIPSI
Nama
:
Gilang Ramadhani
Nomor Induk Mahasiswa
:
B12.2008.01134
Fakultas
:
Ekonomi
Program Studi
:
Akuntansi/S1
Judul Skripsi
:
Pengaruh
Kepemilikan
Managerial,
Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang,
Profitabilitas
terhadap
dan
Ukuran
Kebijakan
Perusahaan
Dividen
(Pada
Perusahaan Go Public yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2007-2010)
Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 21 februari 2013
Tim Penguji :
1. Ririh Dian Pratiwi, SE, Msi.
(.......................................)
2. Anna Sumaryati, M.Si
(.......................................)
3. Juli Ratnawati, SE, Msi.
(.......................................)
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
Terkadang, Semua yang diawali dengan rasa
ragu-ragu dan kehati-hatian penuh hasilnya
akan memuaskan
dibandingkan dengan semua yang diawali
dengan rasa optimis dan percaya diri yang
tinggi tetapi pada akhirnya mengecewakan.
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Ayah, Ibu, kakak tercinta,
Sahabat dan teman-teman,
Yang selalu memberikan dorongan yang
luar biasa dan doa yang tiada henti,
membuat saya untuk terus bersemangat.
ABSTRAKSI
Dalam proses investasi, para penanam modal (investor) menanamkan
sejumlah modalnya (investasi) pada suatu institusi atau perusahaan pasti memiliki
tujuan agar memperoleh pengembalian/return yang maksimal dengan tidak
melupakan dampak yang akan dihadapinya dimasa mendatang. Investor dalam
bertindak melakukan investasi pada saham sangat mengharapkan laba dimasa yang
akan datang. Sehingga, sebelum mengambil tindakan untuk berinvestasi investor
perlu melakukan analisa terhadap kinerja perusahaan. Salah satu faktor yang dapat
digunakan untuk melakukan analisis perusahaan adalah dengan melihat kebijakan
dividen yaitu perbandingan antara harga per lembar saham dan laba perlembar
saham.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh
antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang,
profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan go
public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sampel pada penelitian
ini menggunakan metode purposive sampling. Jenis data yang digunakan adalah data
sekunder yang terdapat pada semua perusahaan go public. Sebanyak 70 perusahaan
diambil sebagai sampel dari tahun 2007 - 2010. Regresi linier berganda menjadi
teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel kepemilikan institusional
dan Profitabilitas yang di proksikan dengan ROA berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen. Sedangkan variabel kepemilikan manajerial, kebijakan hutang
yang di proksikan dengan debt to equity ratio (DER) serta ukuran perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Pengujian secara simultan
(bersama - sama) variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
kebijakan hutang, dan ukuran perusahaan (size) secara bersama – sama berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan dividen. Bagi investor yang akan melakukan aktivitas
investasi di pasar modal dianjurkan untuk memperhatikan variabel – variabel diatas
terutama variabel yang memberikan pengaruh besar terhadap kebijakan dividen yaitu
kepemilikan institusional dan profitabilitas.
Kata Kunci : Teori keagenan, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
kebijakan hutang, profitabilitas, ukuran perusahaan dan ukuran perusahaan.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan
menyelesaikan
rahmat
dan
penulisan
karunia-Nya
skripsi
dengan
kepada
judul
penulis,
sehingga
“Pengaruh
dapat
Kepemilikan
Managerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan
Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen (Pada Perusahaan Go Public
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2010)”.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
Dalam penyusunan skripsi penulis telah mendapatkan bantuan, dorongan,
bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak, maka dengan rasa hormat penulis
mengucapkan terima kasih dan menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada :
1.
Bapak Dr. Agus Prayitno, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Dian
Nuswantoro Semarang.
2.
Bapak Yulita Setiawanta, SE, M.Si selaku Kaprogdi Akuntansi S1 Universitas
Dian Nuswantoro Semarang.
3.
Ibu Ririh Dian Pratiwi, SE, M.si. selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen
wali yang dengan tekun, sabar, dan bijaksana memberikan petunjuk,
meluangkan waktu serta bantuan dan bimbingannya selama penyusunan skripsi
ini.
4.
Seluruh dosen ekonomi akuntansi Universitas Dian Nuswantoro Semarang yang
memberikan ilmu serta para staff administrasi pengelola program yang
mendukung semua kelancaran kegiatan perkuliahan.
5.
Buat Ayah, Ibu, dan kakak ku tercinta yang telah memberikan dukungan moral
maupun material yang luar biasa. Terimakasih untuk doanya.
6.
Sahabat-sahabat penyamun, Gepeng, Kiting, Tuwek, Londo, Azis, Rio, Veki,
Fahrul, Pandu, dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
terimakasih dukungannya, bantuannya, dan terimakasih selalu ada disaat senang
maupun susah.
7.
Dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu. Terimakasih.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini penuh dengan kekurangan karena
segala keterbatasan penulis. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati dan
kelapangan, penulis mengharapkan saran kritik yang sifatnya membangun guna
kesempurnaan tulisan ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Semarang, 24 Februari 2013
(Gilang Ramadhani)
DAFTAR ISI
Halaman Judul ..............................................................................................
i
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi ...........................................................
ii
Halaman Pengesahan Skripsi ........................................................................
iii
Halaman Pengesahan Kelulusan Ujian ..........................................................
iv
Halaman Motto .............................................................................................
v
Abstract ........................................................................................................
vi
Kata Pengantar ..............................................................................................
vii
Daftar Tabel..................................................................................................
xiv
Daftar Gambar ..............................................................................................
xv
Daftar Lampiran............................................................................................
xvi
Bab I Pendahuluan ......................................................................................
1
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah..........................................................................
8
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................
8
1.4 Manfaat Penelitian ...........................................................................
9
1.5 Sistematika Penulisan .......................................................................
10
Bab II Tinjauan Pustaka ..............................................................................
12
2.1 Landasan Teori................................................................................
12
2.1.1. Teori keagenan ....................................................................
12
2.1.2. Kebijakan dividen ................................................................
13
2.1.2.1. Pengertian kebijakan dividen .................................
13
2.1.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan
dividen ..................................................................
15
2.1.3. Kepemilikan managerial ......................................................
16
2.1.4. Kepemilikan institusional .....................................................
18
2.1.5. Kebijakan hutang .................................................................
19
2.1.6. Profitabilitas ........................................................................
21
2.1.7 Ukuran perusahaan ..............................................................
22
2.2. Penelitian Terdahulu........................................................................
24
2.3. Kerangka Konseptual ......................................................................
29
2.4. Hipotesis Penelitian .........................................................................
30
2.4.1. Kepemilikan managerial terhadap kebijakan dividen ............
30
2.4.2. Kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen ..........
30
2.4.3. Kebijakan hutang terhadap kebijakan dividen ......................
31
2.4.4. Profitabilitas terhadap kebijakan dividen ..............................
32
2.4.5. Ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen ....................
33
Bab III Metode Penelitian ............................................................................
34
3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...................................
34
3.1.1. Variabel Penelitian ...............................................................
34
3.1.2. Definisi Operasional Variabel ..............................................
34
3.1.2.1.
Variabel Dependen...............................................
34
3.1.2.2.
Variabel Independen ............................................
35
1. Kepemilikan managerial...................................
35
2. Kepemilikan institusional .................................
36
3. Kebijakan hutang .............................................
36
4. Profitabilitas .....................................................
37
5. Ukuran perusahaan ...........................................
38
3.2. Populasi dan Sampel ............................................................................
38
3.3. Jenis dan Sumber Data ...........................................................................
39
3.3.1. Jenis Data ............................................................................
39
3.3.2. Sumber Data ........................................................................
40
3.4. Metode Pengumpulan Data..............................................................
40
3.5. Metode Analisis ............................................................................
41
3.5.1. Statistik deskriptif ................................................................
41
3.5.2. Uji asumsi klasik..................................................................
41
3.5.3. Analisis regresi berganda .....................................................
45
3.5.4. Uji hipotesis .........................................................................
45
3.5.4.1.
Pengujian hipotesis secara simultan......................
45
3.5.4.2.
Pengujian hipotesis secara parsial.........................
46
3.5.5. Koefisien determinan (R2)....................................................
47
Bab IV Hasil dan Pembahasan .....................................................................
48
4.1 Data Penelitian
............................................................................
48
4.2 Statistik Deskriptif ..........................................................................
49
4.3 Uji Asumsi Klasik ...........................................................................
53
4.3.1 Uji Normalitas .....................................................................
53
4.3.2 Uji Multikolinearitas ............................................................
57
4.3.3 Uji Autokorelasi ..................................................................
59
4.3.4 Uji Heterokedastisitas ..........................................................
60
4.4 Analisis Regresi ............................................................................
63
4.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi ......................................................
65
4.6 Uji F (pengujian secara simultan) ....................................................
66
4.7 Uji t (pengujian secara parsial) ........................................................
67
4.8 Pembahasan
70
............................................................................
4.8.1 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Dividen
70
4.8.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan Dividen 71
4.8.3 Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Kebijakan Dividen ....
72
4.8.4 Pengaruh Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen.............
73
4.8.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen ..
73
Bab IV Penutup
5.1 Kesimpulan
............................................................................
76
............................................................................
76
5.2 Saran
............................................................................
77
5.2.1 Bagi Peneliti Selanjutnya .....................................................
77
5.2.2 Bagi Perusahaan ..................................................................
77
5.2.3 Bagi Investor .......................................................................
78
Daftar Pustaka
............................................................................
79
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.
Classification of bussines by size ...............................................
24
Tabel 2.2.
Penelitian Terdahulu ..................................................................
25
Tabel 3.1.
Data Penelitian ..........................................................................
39
Tabel 3.2.
Keputusan autokorelasi ..............................................................
43
Tabel 4.1.
Data Sampel Penelitian ..............................................................
48
Tabel 4.2.
Statistik Deskriptif Data Penelitian Sebelum Outlier ..................
50
Tabel 4.3.
Statistik Deskriptif Data Penelitian Setelah Outlier ....................
50
Tabel 4.4.
Hasil Uji Normalitas Awal.........................................................
55
Tabel 4.5.
Hasil Uji Normalitas Setelah dilakukan Outlier ..........................
57
Tabel 4.6.
Hasil Uji Multikolinearitas ........................................................
58
Tabel 4.7.
Hasil Uji Durbin Watson ...........................................................
59
Tabel 4.8.
Durbin Watson Test Bound ........................................................
59
Tabel 4.9.
Hasil Uji Run Test .....................................................................
60
Tabel 4.10. Hasil Uji Park ............................................................................
62
Tabel 4.11. Hasil Perhitungan Regresi..........................................................
63
Tabel 4.12. Hasil Uji Koefisien Determinasi ................................................
66
Tabel 4.13. Hasil Uji f ..................................................................................
67
Tabel 4.14. Hasil Uji t ..................................................................................
68
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ................................................................
29
Gambar 4.1. Grafik Normalitas .....................................................................
54
Gambar 4.2. Grafik Normalitas Setelah Outlier .............................................
56
Gambar 4.3. Grafik Scatter Plot ....................................................................
63
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran. 1
(Daftar Sampel Perusahaan) ...................................................
82
Lampiran. 2
(Rekapitulasi Data Mentah) ...................................................
98
Lampiran. 3
(Klasifikasi perusahaan berdasarkan ukuran) .........................
113
Lampiran. 4
(Hasil Analisis Regresi Linier Berganda) ...............................
117
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Dalam proses investasi, para penanam modal (investor) menanamkan
sejumlah modalnya (investasi) pada suatu institusi atau perusahaan pasti memiliki
tujuan agar memperoleh pengembalian/return yang maksimal dengan tidak
melupakan dampak yang akan dihadapinya dimasa mendatang. Pengembalian yang
di dapat bisa berupa dividen apabila investor melakukan investasi pada saham dan
akan memperoleh pendapatan bunga apabila melakukan investasi pada surat hutang.
Dividen adalah salah satu bentuk pendapatan investasi dari pemegang saham,
pemegang saham pasti mengharapkan return yang tinggi sebagai indikator untuk
meningkatkan wealt dari pemegang saham (Arilaha,2007).
Investor dalam menanamkan sejumlah modalnya pada suatu institusi
memiliki tujuan utama yakni mendapatkan pendapatan atau pengembalian atas
investasi (return), itu bisa berbentuk pendapatan dari selisih harga jual saham
terhadap harga belinya (capital gain) maupun pendapatan dari investasi pada saham
itu sendiri (dividen yield). Pada umumnya, para investor pasti mengharapkan
pembagian dividen yang relatif stabil apabila dihubungkan dengan pendapatan
dividen karena dengan stabilnya pembagian dividen, kepercayaan investor kepada
perusahaan akan meningkat dan akan dapat mengurangi kemungkinan investor untuk
menanamkan modalnya ke perusahaan lain. Partington (1989) yang dikutip Nugroho
(2004)
mengidentifikasikan
bahwa
terdapat
beberapa
faktor
yang
harus
dipertimbangkan dalam kebijakan dividen antara lain: preferensi investor terhadap
dividen, pengaruh pajak, pengaruh informasi pengumuman dividen, dan stabilitas
dividen. Preferensi investor antara lain terletak pada pembayaran dividen yang
diharapkan berupa dividen saham (stock Dividend) maupun dalam bentuk dividen
tunai (cash dividend).
Berbagai risiko yang tidak diharapkan ada dan ketidakpastian yang seringkali
sulit diprediksikan oleh para investor dalam suatu aktivitas disebut aktivitas
investasi. Investor perlu memiliki berbagai macam informasi, baik berupa informasi
yang didapatkan dari kinerja perusahaan serta informasi lain-lain yang nyata
contohnya kondisi ekonomi dan politik dalam suatu Negara untuk meminimalisir
kemungkinan terjadinya risiko yang tidak diinginkan dan ketidakpastian yang akan
terjadi kepada investor. Informasi yang diperoleh investor dari perusahaan harusnya
didasarkan pada kinerja perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan
perusahaan (Nugroho, 2004).
Pada kebijakan pembayaran dividen apabila dividen dibayarkan secara
keseluruhan, akan mengabaikan kepentingan cadangan dividen. Apabila laba ditahan
secara keseluruhan, maka hal yang harus ditempuh oleh manajer keuangan yaitu
mengoptimalkan kebijakan dividen. Kedua hal tersebut merupakan dua dampak yang
saling berlawanan dari kebijakan pembayaran dividen. Teori kebijakan dividen yang
optimal diartikan sebagai rasio pembayaran dividen yang ditetapkan dengan
memperhatikan kesempatan untuk menginvestasikan dana serta berbagai preferensi
yang dimiliki para investor mengenai dividen daripada capital gain. Untuk
memaksimalkan harga saham, kebijakan dividen juga menjadi tolok ukur terciptanya
keseimbangan antara dividen pada masa sekarang dan pertumbuhan nya di masa
yang akan datang (Sudarsi, 2002).
Kebijakan dividen dari suatu perusahaan akan melibatkan pihak-pihak yang
memiliki kepentingan masing-masing dan saling berbeda antara kepentingan pihak
satu dengan kepentingan pihak lain, yakni kepentingan perusahaan untuk laba
ditahan,
dengan
mendapatkan
kepentingan
dividen.
pemegang
Kebijakan
dividen
saham
dari
(investor)
yang
masing-masing
berharap
perusahaan
mempengaruhi besar kecilnya dividen yang dibagikan oleh perusahaan. Para
pemegang saham (investor) pada umumnya lebih senang membeli dengan harga
yang lebih tinggi untuk suatu saham karena akan menghasilkan dividen yang tinggi
pula. Sehingga pembayaran dividen yang tinggi oleh perusahaan dapat menarik para
investor untuk menanamkan sahamnya kepada perusahaan tersebut. Banyak faktor
yang mempengaruhi kebijakan dividen. Menurut (Dewi, 2008), faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen terdiri dari kepemilikan managerial, kepemilikan
institusional, kebijakan hutang, profitabilitas dan ukuran perusahaan.
Aktifitas dan keputusan seorang manajer yang tidak memiliki saham atas
perusahaan akan berbeda dengan manajer yang memiliki kepemilikan saham atas
perusahaan. Manajer yang memiliki saham perusahaan bisa dianggap sekaligus
pemegang saham (investor). Pihak insider perusahaan yang memiliki saham dari
perusahaan jelas akan menselaraskan kepentingan nya sebagai pihak insider
perusahaan dengan kepentingan nya sebagai pemegang saham (investor). Dipihak
lain, manajer yang tidak memiliki kepemilikan saham perusahaan, kemungkinan
hanya mementingkan kepentingan nya sendiri. Kepemilikan saham yang dimiliki
oleh manajer ataupun pihak insider perusahaan disebut sebagai kepemilikan
manajerial (Christiawan dan Tarigan, 2007). Penelitian tentang variabel kepemilikan
managerial (managerial Ownership), pada penelitian Dewi (2008) menunjukkan
hasil bahwa apabila kepemilikan saham oleh managerial yang meningkat akan
menurunkan kebijakan pembagian dividen. Berarti kepemilikan managerial memiliki
pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini berbeda dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Fauz dan Rosidi (2007) yang menunjukkan hasil
bahwa kepemilikan managerial berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen, serta
berbeda dengan penelitian Nuringsih (2005) yang menyatakan variabel kepemilikan
managerial tidak membuktikan pengaruh yang negatif terhadap kebijakan dividen.
Kepemilikan institusi akan membedakan pengelolaan perusahaan yang pada
awal berdiri dan berjalan sesuai keinginan sendiri berubah menjadi perusahaan
dengan control atau pengawasan dari pihak lain (luar perusahaan). Di sisi lain,
kebebasan dari pihak manajemen menjadi seperti dibatasi. Pihak manajemen
perusahaan diwajibkan mampu untuk memperlihatkan kinerja yang baik, jika pihak
perusahaan memiliki kinerja yang baik maka pihak institusi lain yang menanamkan
modal nya ke perusahaan ini akan terus mendukung keberadaan manajemen dengan
kinerja baik pada perusahaan ini. Akan tetapi, pemegang saham (institusi) tersebut
bisa saja menggunakan wewenang nya sebagai salah satu pemegang saham
perusahaan ini untuk mengadakan pemilihan manajemen atau mengganti dengan
manajemen yang baru apabila manajemen perusahaan yang lama memperlihatkan
kinerja
yang buruk.
Penelitian tentang variabel kepemilikan institusional
(institutional ownership), pada penelitian Dewi (2008) menunjukkan hasil bahwa
apabila kepemilikan saham oleh institusional yang meningkat akan menurunkan
kebijakan pembagian dividen. Berarti kepemilikan institusional memiliki pengaruh
negatif terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Fauz dan Rosidi (2007) yang menunjukkan hasil bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.
Hutang atau leverage menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
semua kewajiban finansialnya apabila perusahaan tersebut pada saat itu mengalami
likuidasi (Sawir, 2001). Suatu kemampuan menggunakan hutang untuk membiayai
investasi bisa di proporsikan dalam hutang atau leverage (Sartono, 2001). Penelitian
tentang variabel kebijakan hutang (Debt Policy), pada penelitian Dewi (2008)
menunjukkan hasil bahwa apabila kebijakan hutang yang meningkat akan
menurunkan kebijakan pembagian dividen. Berarti kebijakan hutang memiliki
pengaruh yang negatif terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini sama dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Fauz dan Rosidi (2007) serta Nuringsih (2005)
yang menunjukkan hasil bahwa kebijakan hutang berpengaruh negatif terhadap
kebijakan dividen. Tetapi berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Arilaha
(2009) yang menunjukkan bahwa leverage tidak memiliki pengaruh terhadap
kebijakan dividen.
Bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis
profitabilitas, salah satunya bagi investor akan melihat laba perusahaan yang benarbenar akan diterima dalam bentuk dividen. Dividen diperoleh dari laba bersih yang
didapatkan perusahaan, maka laba tersebut akan mempengaruhi besarnya kecilnya
pembagian dividen. Profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur baik
buruknya kinerja manajemen dan seberapa besarnya efektivitas manajemen dalam
mengelola modal serta aset yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan (Halim, 2007). Perusahaan yang mengalami laba/untung cenderung akan
memberikan porsi keuntungan yang lebih besar, sebagai dividen. Pembagian dividen
juga akan semakin tinggi apabila keuntungan yang diperoleh perusahaan tersebut
semakin meningkat. Penelitian tentang variabel profitabilitas (ROA), pada penelitian
Dewi (2008) menunjukkan hasil bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap
kebijakan dividen. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Arilaha (2009) dan Suharli (2007) serta Nuringsih (2005) yang menunjukkan hasil
bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.
Sebuah perusahaan yang sudah lama berdiri dan besar pula, sudah pasti akan
memiliki akses yang mudah untuk menuju pasar modal. Di sisi lain, perusahaan yang
kecil dan baru berdiri akan banyak mengalami kesulitan memiliki akses untuk
menuju pasar modal. Fleksibilitas dan kemampuan suatu perusahaan dilihat dari
kemudahan nya masuk ke pasar modal dan itu sangatlah berarti. Dengan itu
perusahaan akan mudah memperoleh dana yang lebih besar. Sehingga perusahaan
mampu memperkirakan seberapa besar rasio pembayaran dividen yang lebih besar
daripada perusahaan kecil yang hanya mampu membayarkan dividen rendah. Ukuran
perusahaan dapat diukur dari beberapa hal antara lain Rata-rata tingkat penjualan
perusahaan, total aktiva, dan total penjualan. Hal tersebut sangatlah penting
digunakan untuk menentukan skala seberapa besar kecilnya perusahaan. (Damayanti
dan achyani, 2006). Penelitian tentang variabel ukuran perusahaan (firm size), pada
penelitian dewi (2008) menunjukkan ukuran perusahaan besar lebih cenderung untuk
meningkatkan kebijakan dividen dari pada perusahaan kecil, Hal ini menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan menunjukkan pengaruh positif bagi kebijakan dividen.
hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan Nuringsih (2005) yaitu pada variabel
ukuran perusahaan (firm size) memberikan pengaruh yang positif terhadap kebijakan
dividen, tetapi tidak signifikan.
Dikarenakan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya yang tidak
konsisten. Maka peneliti merasa tertarik dan terdorong untuk meneliti kembali.
Peneliti mereplika penelitian Dewi (2008). Penelitian yang akan dilakukan memiliki
persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaannya adalah
penggunaan kepemilikan managerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang,
profitabilitas dan ukuran perusahaan sebagai variabel-variabel yang diduga
berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Sementara itu, perbedaan dengan penelitian
sebelumnya menggunakan objek penelitian perusahaan go public yang terdaftar di
BEJ selama periode 2002-2005. Sedangkan, peneliti ini menggunakan objek
penelitian perusahaan go public yang terdaftar di BEI selama periode 2007-2010.
Peneliti baru merasa tertarik dan terdorong untuk melakukan penelitian
dengan
judul
“PENGARUH
KEPEMILIKAN
KEPEMILIKAN
INSTITUSIONAL,
PROFITABILITAS
DAN
UKURAN
MANAGERIAL,
KEBIJAKAN
HUTANG,
PERUSAHAAN
TERHADAP
KEBIJAKAN DIVIDEN” pada perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia
periode 2007-2010, untuk membuktikan apakah ada pengaruh signifikan antara
kepemilikan managerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas
dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen.
1.2. PERUMUSAN MASALAH
1. Apakah kepemilikan saham oleh managerial berpengaruh terhadap kebijakan
dividen.
2. Apakah kepemilikan saham oleh institusional berpengaruh terhadap kebijakan
dividen.
3. Apakah kebijakan hutang berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
4. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
5. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk memperoleh bukti empiris bahwa kepemilikan saham oleh managerial
berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
2. Untuk memperoleh bukti empiris bahwa kepemilikan saham oleh institusional
berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
3.
Untuk memperoleh bukti empiris bahwa kebijakan hutang berpengaruh terhadap
kebijakan dividen.
4.
Untuk memperoleh bukti empiris bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap
kebijakan dividen.
5.
Untuk memperoleh bukti empiris bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap kebijakan dividen.
1.4. MANFAAT PENELITIAN
1.4.1. Segi Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan wacana bagi pembangunan studi
akuntansi yang berkaitan dengan kinerja perusahaan.
1.4.2. Segi Praktis
a. Bagi peneliti
Diharapkan dapat dijadikan sebagai media untuk mengaplikasikan kembali teoriteori yang ada dan pernah dipelajari selama mengikuti perkuliahan serta dapat
memberikan pemahaman tentang kebijakan dividen. Selain itu, hasil dari
penelitian ini dapat memberikan wawasan dan pengertian dalam bidang
perbankan khususnya tentang kebijakan dividen.
b. Bagi akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literature bagi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro dan penelitian ini mampu memberikan
kontribusi dalam pengembangan teori akuntansi.
c. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai pengaruh
kepemilikan
managerial,
kepemilikan
institusional,
kebijakan
profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen.
1.5. SISTEMATIKA PENULISAN
Bab I: PENDAHULUAN
hutang,
Bab pendahuluan berisi latar belakang mengenai kebijakan dividen dan
hubungannya dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
kebijakan hutang, profitabilitas dan ukuran perusahaan. Dengan latar
belakang berikut diatas. Selanjutnya bab ini menjelaskan tentang tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II: TINJAUAN PUSTAKA
Bab tinjauan pustaka membahas tentang teori-teori yang melandasi penelitian
ini dan menjadi dasar acuan teori yang digunakan dalam analisis penelitian
ini. Selain itu, bab berikut ini juga menjelaskan hasil penelitian-penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Dengan
landasan teori dan penelitian terdahulu, maka dapat dibuat kerangka
penelitian dan juga menjadi dasar dalam pembentukan hipotesis-hipotesis
yang dibuat.
Bab III: METODE PENELITIAN
Bab metode penelitian menjelaskan variabel penelitian dan definisi
operasional penelitian. Selain itu, bab ini juga menjelaskan populasi dan
penentuan sampel, jenis data serta sumber data, serta metode pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini. Selanjutnya menerangkan metode
analisis yang digunakan untuk menganalisis hasil pengujian sampel.
Bab IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab hasil dan pembahasan menjelaskan deskripsi objek penelitian dan
pembahasan setiap variabel independen terhadap variable dependen nya. Bab
ini juga menjelaskan statistik deskriptif variabel dan hasil analisis data yang
terdiri dari pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis.
Bab V: PENUTUP
Bab penutup berisi kesimpulan penelitian yang didapat dari pembahasan dari
bab IV. Dengan dibuatnya kesimpulan dalam penelitian ini, maka bab ini juga
memberikan
penjelasan
mengenai
implikasi
penelitian,
keterbatasan
penelitian, dan saran penelitian selanjutnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Landasan Teori
2.1.1. Teori Keagenan
Teori keagenan Jensen dan Meckling (1976) menyatakan setiap pihak yang
akan melakukan investasi ke suatu perusahaan tidak dapat langsung dapat masuk
kedalam lingkup perusahaan tersebut, ada satu pihak yang menjembatani antara
investor yang akan menanamkan modalnya (investasi) ke perusahaan dengan
perusahaan, dan satu pihak yang menjadi perantara itu disebut agen. Hubungan
keagenan terjadi jika pihak yang disebut Principal memberi wewenang kepada pihak
lainnya yang disebut agen untuk membuat keputusan didalam menjalankan
perusahaan. Hubungan keagenan juga bisa timbul antara pemegang saham dan
manajer serta antara manajer dan kreditor. Beliau juga menyatakan bahwa
perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan akan
rentan terhadap konflik keagenan. Penyebab konflik antara manajer dan pemegang
saham diantaranya menyangkut pembuatan keputusan yang terkait dengan
bagaimana aktivitas pencarian dan pembuatan keputusan terkait dengan bagaimana
yang diperoleh tersebut diinvestasikan. Konflik ini biasa disebut agency problem.
Agency problem seringkali terjadi bila proporsi kepemilikan manajer kurang
dari 100% sehingga ia cenderung bertindak untuk mengejar kepentingan dirinya, dan
tidak mendasarkan pada usaha memaksimalkan nilai dalam pengambilan keputusan
pendanaan (Jensen dan Meckling, 1976). Kendala tersebut bisa terjadi sebagai akibat
dari pemisahan fungsi pengelolaan dan fungsi kepemilikan. Investor hanya
memperdulikan pada risiko yang sistematis dari saham perusahaan. Hal itu
disebabkan karena mereka melakukan investasi pada portofolio yang terdiversifikasi
dengan baik. Reputasi seorang manajer akan terancam apabila perusahaan yang dia
kelola mengalami kebangkrutan. Itu disebabkan karena manajer memiliki kinerja
yang tidak baik. Namun sebenarnya manajer lebih memperdulikan risiko perusahaan
secara keseluruhan, dimana ini dikarenakan bagian substantive dari kekayaan mereka
di dalam aspek human capitalis.
Masalah keagenan mengakibatkan adanya agency cost, yaitu mencakup
semua biaya yang dikeluarkan dalam mendesain, mengimplementasikan dan
mengembangkan sistem kontrol yang memadai dalam organisasi untuk mengontrol
kerugian residual yang dihasilkan oleh kerumitan dalam pemecahan masalah kontrol
secara lengkap (Jensen dan Meckling, 1976).
2.1.2. Kebijakan Dividen
2.1.2.1.
Pengertian Kebijakan Dividen
Stice et al, (2005) dikutip oleh Suharli, (2007) mengartikan dividen sebagai
pembagian laba kepada para pemegang saham perusahaan sebanding dengan jumlah
saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik. Dividen dapat berupa uang tunai
maupun saham. Terkait deviden terdapat 3 tanggal penting, yaitu pengumuman,
pencatatan, dan pembayaran/pembagian. Dividen tunai (cash dividend) umumnya
lebih menarik bagi pemegang saham dibandingkan dengan dividen saham (stock
dividend).
Yang disebut sebagai kebijakan dividen adalah keputusan laba yang
didapatkan perusahaan yang selanjutnya akan dibagikan kepada pemegang saham
sebagai dividen ataupun akan ditahan dalam bentuk laba ditahan sebagai pembiayaan
penanaman modal saham (investasi) di masa yang akan datang. Apabila perusahaan
memilih untuk membagikan keuntungan sebagai dividen, maka akan mengurangi
keuntungan yang ditahan dan setelah itu juga mengurangi total sumber dana internal
atau internal financing. Di sisi lain apabila perusahaan berinisiatif untuk menahan
laba yang didapatkannya, maka kemampuan pembentukan dana internal akan
semakin tinggi. Dengan demikian kebijakan dividen ini harus dianalisis dalam
hubungannya dengan keputusan pembelanjaan atau penentuan struktur modal secara
keseluruhan (Sartono, 2001).
A. Prosedur Pembayaran Dividen
Perusahaan mengumumkan tanggal pembayaran dividen dan besarnya dividen
per lembar saham. Pemindah bukuan atau pengalihan hak atas saham ditutup
pada saat pembayaran dividen maka pemegang yang baru yang akan menerima
pembayaran dividen. Perusahaan mengirimkan cek kepada pemegang saham
pada tanggal pembayaran. Sartono, (1995).
B. Peraturan yang mempengaruhi kebijakan dividen
Dividen harus dibayarkan dari laba ditahan saat ini atau periode yang lalu.
Selain itu dividen tidak dapat dibayarkan dari modal saham. Pembayaran
dividen tidak dapat dilakukan apabila perusahaan dalam keadaan insolvency.
Sartono, (1995)
2.1.2.2.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Menurut Sartono (1995) faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen
adalah:
1. Posisi kas atau likuiditas perusahaan perusahaan mempengaruhi kemampuan
perusahaan untuk membayarkan dividen. bagi perusahaan yang memiliki laba
ditahan yang cukup, tetapi manajemen memutuskan untuk menginvestasikan ke
dalam aktiva riil, maka perusahaan tidak dapat membayar dividen dalam bentuk
kas.
2.
Kebutuhan pembayaran kembali utang perusahaan juga berpengaruh terhadap
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. adanya batasan dalam
perjanjian pinjaman kepada kreditur, seperti misalnya pembayaran dividen
hanya dapat dilakukan setelah laba yang tersedia bagi pemegang saham
dikurangi dengan angsuran pinjaman atau apabila modal kerja mencapai tingkat
tertentu. Disamping itu persetujuan pemegang saham preferen dimana menuntut
hak pembayaran dividen sebelum pembayaran dividen kepada pemegang saham
biasa.
3.
Tingkat ekspansi yang tinggi memerlukan dana yang besar, sehingga laba yang
diperoleh lebih baik ditahan. Stabilitas earning memungkinkan perusahaan
untuk mempertahankan payout ratio yang tinggi.
4.
Akses perusahaan di pasar modal juga berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
aksesibilitas perusahaan ini dipengaruhi oleh usia dan skala perusahaan, bagi
perusahaan yang sudah established lebih mudah mempertahankan payout ratio
yang tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang kecil.
5.
Posisi pemegang saham dalam kelompok pajak juga berpengaruh terhadap
kebijakan dividen. kepemilikan perusahaan oleh investor yang kecil cenderung
untuk memiliki payout ratio yang tinggi. Sedangkan kepemilikan perusahaan
oleh pemegang saham yang termasuk dalam kelompok pembayar pajak besar
akan lebih menyukai untuk mempertahankan payout yang rendah. Lebih lanjut
posisi pembayaran pajak perusahaan berpengaruh pula terhadap kebijakan
dividen. kemungkinan adanya penalty atas kelebihan akumulasi laba ditahan
mungkin akan mendorong untuk memilih payout yang lebih tinggi.
2.1.3. Kepemilikan Managerial
Dalam laporan keuangan, keadaan dimana seorang manajer atau pihak insider
perusahaan yang memiliki saham perusahaan dapat ditunjukkan dengan besarnya
persentase kepemilikan saham perusahaan oleh pihak insider perusahaan. Karena hal
ini merupakan informasi penting bagi pengguna laporan keuangan. Kepemilikan
manajerial adalah situasi dimana manajer atau pihak insider perusahaan mempunyai
saham perusahaan atau bisa dikatakan seorang manajer tersebut sekaligus bisa
disebut sebagai investor atau pemegang saham dari perusahaan (Christiawan dan
Tarigan, 2007).
Keputusan
bisnis
yang
diambil
manajer
adalah
keputusan
untuk
memaksimalkan sumber daya perusahaan. Suatu ancaman bagi pemegang saham
apabila manajer bertindak untuk kepentingan nya sendiri, bukan untuk kepentingan
pemegang saham. Munculnya kepemilikan atas manajer menjadi hal yang menarik
jika dihubung-hubungkan dengan teori keagenan. Di dalam pengertian teori
keagenan, hubungan antara pemegang saham dan manajer dapat dinyatakan dengan
hubungan antara prinsipal dan agen. Manajer sebagai agen dan pemegang saham
sebagai principal. Principal memberikan mandat kepada agen supaya agen
menjalankan apa yang diperintahkan oleh principal untuk menjalankan bisnis demi
tercapainya semua kepentingan principal. Dalam konteks ini masing-masing pihak
memiliki kepentingan sendiri-sendiri. Inilah yang menjadi dasar dalam teori
keagenan yaitu adanya konflik keagenan (Christiawan dan Tarigan, 2007).
Manager mendapat kesempatan untuk terlibat dalam kepemilikan saham
dengan tujuan mensetarakan dengan pemegang saham. Melalui kebijakan ini
manager diharapkan menghasilkan kinerja yang baik serta mengarahkan pembagian
dividen dengan tingkatan yang rendah. Dengan penetapan dividen rendah perusahaan
memiliki laba ditahan yang tinggi sehingga memiliki sumber dana internal relatif
tinggi untuk membiayai investasi di masa mendatang (Nuringsih 2005). Jika
sebagian investor suka terhadap dividen yang tinggi berarti akan memicu adanya
perbedaan kepentingan maka akan diperlukan kenaikan dividen. Sebaliknya, dalam
kontek kepemilikan saham oleh manajer yang besar akan menjadikan kesamaan
preferensi antara pemegang saham dan manajer maka tidak diperlukan peningkatan
dividen.
2.1.4. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan oleh institusi lain selain
perusahaan, sebagai contoh perusahaan di sector yang lain seperti seperti sector
perbankan. Institusi ini secara umum biasanya dapat menguasai sebagian besar
saham disebabkan mereka mempunyai sumber daya yang lebih tinggi nilainya
dibandingkan investor yang lain. Kepemilikan institusional perusahaan mempunyai
kekuatan yang besar dan sangat berpengaruh terhadap perusahaan yaitu dengan
melalui media massa maupun komentar atau kritikan yang semuanya merupakan
kekuatan masyarakat atau public. Investasi modal perusahaan yang mengacu pada
saham biasanya dimaksudkan untuk memperoleh tambahan pemasukan perusahaan
dan juga digunakan sebagai pengawasan kepada perusahaan dimana investasi
dilakukan (Soemarso, 2005). Kepemilikan institusi akan membedakan pengelolaan
perusahaan yang pada awal berdiri dan berjalan sesuai keinginan sendiri berubah
menjadi perusahaan dengan control atau pengawasan dari pihak lain (luar
perusahaan). Di sisi lain, kebebasan dari pihak manajemen menjadi seperti dibatasi.
Pihak manajemen perusahaan diwajibkan mampu untuk memperlihatkan kinerja
yang baik, jika pihak perusahaan memiliki kinerja yang baik maka pihak institusi lain
yang menanamkan modal nya ke perusahaan ini akan terus mendukung keberadaan
manajemen dengan kinerja baik pada perusahaan ini. Akan tetapi, pemegang saham
(institusi) tersebut bisa saja menggunakan wewenang nya sebagai salah satu
pemegang saham perusahaan ini untuk mengadakan pemilihan manajemen atau
mengganti dengan manajemen yang baru apabila manajemen perusahaan yang lama
memperlihatkan kinerja yang buruk. Hal yang seperti itu bisa terjadi untuk mencapai
tujuan yang paling utama perusahaan yaitu terus menaikkan nilai perusahaan dengan
cara meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.
2.1.5. Kebijakan Hutang
Hutang atau leverage menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
seluruh kewajiban keuangannya seandainya perusahaan tersebut pada saat itu
mengalami likuidasi (Sawir, 2001). Menurut Sartono (2001) Hutang atau leverage
menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasinya.
Perusahaan yang tidak memiliki hutang bisa dikatakan perusahaan tersebut
menggunakan modalnya sendiri secara keseluruhan sedangkan perusahaan yang pada
sebagian modal nya di dapatkan dari pinjaman pada pihak lain maka bisa dikatakan
perusahaan tersebut memiliki sekaligus menanggung sejumlah hutang. Ada beberapa
dimensi yang terkandung dalam hutang suatu perusahaan
yaitu Dengan
menggunakan hutang, maka apabila perusahaan memperoleh laba yang lebih besar
dari beban tetapnya, maka laba pemilik perusahaan juga akan meningkat, Pihak
Pemberi pinjaman hutang akan menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit
pinjaman yang diberikan, Dengan menggunakan hutang, maka pihak perusahaan
mendapatkan dana dan tidak merasa kehilangan control atau pengawasan
perusahaan.
Harahap (2002) menyatakan bahwa ada beberapa rasio untuk mengukur
kebijakan hutang, yaitu meliputi :
1. Rasio Hutang atas Aktiva, Debt Asset Ratio (DAR)
Rasio berikut menunjukkan seberapa besar hutang dapat ditutupi oleh asset yang
lebih besar, maka lebih besar rasionya lebih aman. Agar terlihat aman porsi
hutang-hutang harus lebih kecil dengan kata lain, asset harus lebih besar daripada
hutang. Bisa juga dibaca dengan pembagian antara hutang dengan asset.
2. Rasio Pelunasan Hutang, Debt Service Ratio (DSR)
Rasio berikut ini menggambarkan sampai seberapa jauh laba setelah pajak
dikurangi bunga dan penyusutan serta biaya non kas dapat menutupi kewajiban
bunga dan pinjaman. Semakin besar rasio ini, semakin besar kemampuan
perusahaan menutupi hutang-hutangnya. Perusahaan yang sehat pastinya
memperoleh laba yang jauh lebih besar melebihi kewajiban pelunasan atau
pembayaran hutang.
3. Rasio Hutang atas Modal, Debt to Equity Ratio (DER)
Rasio ini menggambarkan sampai seberapa jauh ekuitas pemilik perusahaan
dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak lain. Rasio ini bisa juga disebut
rasio leverage. Rasio ini akan dinilai baik apabila rasio ini semakin kecil. Demi
keamanan pihak lain, jumlah modal harus lebih besar dibanding dengan jumlah
hutangnya atau minimal sama besar, dengan itu rasio ini akan dinilai baik.
2.1.6. Profitabilitas
Kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan perusahaan
yang maksimal disebut sebagai rasio profitabilitas. (Astuti, 2004). Menurut Halim
(2007) Untuk mengukur seberapa baiknya Pengelolaan secara efektif yang dilakukan
manajemen perusahaan terhadap modal dan asset yang dimiliki perusahaan demi
menghasilkan laba perusahaan yang maksimal disebut rasio profitabilitas.
Alat ukur profitabilitas yang paling berpengaruh dapat dilihat dari laba bersih
perusahaan. Para pemegang saham dan para kreditor sangat memiliki kepentingan
dalam mengevaluasi dan memperhatikan kinerja perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan yang maksimal pada saat ini dan di masa yang akan datang (Astuti,
2004). Besar kecilnya rasio profitabilitas ini sering menjadi tolok ukur apakah
perusahaan mampu menghasilkan laba yang maksimal atau tidak menghasilkan laba
sama sekali bisa dilihat dari efektifitas kinerja manajemen dalam menggunakan asset.
Diharapkan rasio ini dapat didapatkan melebihi tingkat suku bunga atau biaya modal
dari dana yang di investasikan, efektivitas penggunaan asset dinilai baik apabila rasio
ini nilainya semakin tinggi (Halim, 2007).
Return On Asset (ROA) juga sering disebut Return on Investment (ROI)
merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur keefektivitasan
perusahaan di dalam menghasilkan laba perusahaan dengan memanfaatkan aktiva
yang dimiliki perusahaan (Ang, 1997). Return On Asset (ROA) juga merupakan
salah satu rasio yang mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Return On
Asset (ROA) digunakan untuk mengetahui besarnya laba bersih yang dapat diperoleh
dari operasional perusahaan dengan menggunakan seluruh kekayaannya. Tinggi
rendahnya Return On Asset (ROA) tergantung pada pengelolaan asset perusahaan
oleh manajemen yang menggambarkan efisiensi dari operasional perusahaan.
Semakin tinggi Return On Asset (ROA) semakin efisien operasional perusahaan dan
sebaliknya, rendahnya Return On Asset (ROA) dapat disebabkan oleh banyaknya
asset perusahaan yang menganggur, investasi dalam persediaan yang terlalu banyak,
kelebihan uang kertas, aktiva tetap beroperasi dibawah normal dan lain-lain.
2.1.7. Ukuran Perusahaan
Perusahaan yang mempunyai ukuran besar akan lebih mudah masuk ke dalam
lingkup pasar modal sehingga dengan kesempatan ini perusahaan membagikan
dividen yang besar kepada pemegang saham (investor). Tujuan pembagian dividen
sebesar ini untuk menjaga nama baik perusahaan dimata pemegang saham (investor).
Di sisi lain, perusahaan mempunyai asset yang rendah akan membagikan dividen
yang rendah pula. Terjadi pemikiran seperti ini dikarenakan profit dialokasikan pada
laba ditahan yang digunakan untuk menambah aktiva perusahaan. Berdasarkan
alasan ini perusahaan cenderung membayar dividen yang rendah (Nuringsih,2005).
Fleksibilitas dan kemampuan suatu perusahaan dilihat dari kemudahan nya
masuk ke pasar modal dan itu sangatlah berarti. Dengan itu perusahaan akan mudah
memperoleh dana yang lebih besar. Sehingga perusahaan mampu memperkirakan
seberapa besar rasio pembayaran dividen yang lebih besar daripada perusahaan kecil
yang hanya mampu membayarkan dividen rendah (Sartono, 2001).
Definisi dari ukuran menurut riyanto (2001), yaitu : “besar kecilnya
perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan, atau nilai total aktiva”.
Suatu perusahaan yang besar dikarenakan sahamnya tersebar sangat luas dimanamana, setiap perluasan modal sahamnya hanya akan mempunyai pengaruh kecil
terhadap hilang atau berpindahnya pengawasan dari pihak yang dominan terhadap
perusahaan yang bersangkutan. Disisi lain, perusahaan yang kecil dikarenakan
sahamnya hanya tersebar sebagian kecil di lingkungan kecil pula, penambahan
jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan
hilangnya pengawasan oleh pihak yang mendominasi terhadap perusahaan yang
bersangkutan. Sehingga, perusahaan yang dikatakan besar dikarenakan sahamnya
tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi
kebutuhan perusahaannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan dibandingkan
dengan perusahaan yang kecil (Riyanto, 2001).
Menurut undang-undang No.9 tahun 1995 tentang usaha kecil point b,
menjelaskan bahwa perusahaan yang memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak
Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) digolongkan ke dalam kelompok usaha
kecil. Dengan adanya ketentuan tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa perusahaan
yang memiliki hasil penjualan tahunan yang melebihi nominal diatas atau > Rp.
1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) dapat dikatakan masuk ke dalam kelompok
industry menengah dan besar. Selain itu, ukuran perusahaan yang mengacu pada total
aktiva perusahaan diatur di dalam BAPEPAM No. 11/PM/1997, yang menyatakan
bahwa: “Perusahaan menengah atau kecil adalah perusahaan dengan jumlah
kekayaan (total asset) tidak lebih dari 100 miliar rupiah”.
Small Business Organitation menyatakan bahwa pengelompokkan bisnis
yang berdasarkan ukuran perusahaan bisa digambarkan berikut ini :
Tabel 2.1
Classification of business by size
SIZE
EMPLOYEMENT
ASSET SIZE
SALES SIZE
SIZE
Small business
0 – 500 employees
$0 - $25 milion
$0 - $50 milion
Medium business 500 – 999 employees
$25 - $100 milion
$50 - $250 milion
Large business
$100
1000 or more
more
milion
or $250
milion
or
more
Sumber : www.sbo.go
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai kebijakan dividen perusahaan telah dilakukan oleh
beberapa peneliti diantaranya adalah Dewi (2008), Fauz dan Rosidi (2007), Arilaha
(2009), Suharli (2007) dan Nuringsih (2005). Hasil penelitian terdahulu dapat dilihat
pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.2
Review Penelitian Terdahulu
NO PENELITI JUDUL
VARIABEL
PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
1.
Kartika
Nuringsih
(2005)
Analisis pengaruh
kepemilikan
manajerial,
kebijakan utang,
ROA, dan ukuran
perusahaan
terhadap kebijakan
dividen.
Managerial
ownership, debt
policy, ROA,
firm size,
dividend policy.
variabel kepemilikan
managerial tidak
membuktikan pengaruh
yang negative terhadap
kebijakan dividen, pada
variabel kebijakan
utang membuktikan
pengaruh yang negative
terhadap kebijakan
dividen, variabel ROA
membuktikan pengaruh
yang positif terhadap
kebijakan dividen,
variabel ukuran
perusahaan (firm size)
membuktikan pengaruh
yang positif terhadap
kebijakan dividen,
tetapi tidak signifikan.
2.
Michell
Suharli
(2007)
Pengaruh
profitability dan
investment
opportunity Set
terhadap kebijakan
dividen tunai
Dividend,
profitabilitas,
return on
investment.
likuiditas dapat
digunakan sebagai
variabel penguat
(variabel moderator)
karena memberikan
dengan Likuiditas
sebagai variiabel
penguat
hasil yang signifikan
dalam mempengaruhi
profitabilitas dan
kesempatan investasi,
tetapi dari kedua
variabel independen
hanya profitabilitas
yang dapat
mempengaruhi
kebijakan jumlah
pembagian dividen
perusahaan.dengan
demikian kebijakan
jumlah pembagian
dividen perusahaan
dipengaruhi oleh
profitabilitas dan
diperkuat oleh likuiditas
perusahaan.
3.
Achmad
Fauz dan
Rosidi
(2007)
Pengaruh aliran kas
bebas, kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
kebijakan utang
dan collateral asset
terhadap kebijakan
dividen.
Free cash flow,
managerial
ownership, debt
policy, collateral
asset, dividend
policy
Secara rinci, dari hasilhasil pengujian
hipotesis, variabelvariabel free cash flow
kepemilikan
managerial,
kepemilikan
institusional, kebijakan
utang dan collateral
asset berpengaruh
simultan terhadap
kebijakan dividen,
tetapi secara parsial
hanya kebijakan utang
dan collateral asset
berpengaruh secara
signifikan terhadap
kebijakan dividen.
4.
Sisca
Christiant
y Dewi
(2008)
Pengaruh
Kepemilikan
managerial,
kepemilikan
institusional,
kebijakan hutang,
profitabilitas dan
ukuran perusahaan
terhadap kebijakan
dividen
Agency theory,
managerial
ownership,
institutional
ownership,
leverage policy,
profitability,
firm size and
dividend policy.
Penelitian ini
mendapatkan bukti
empiris bahwa (I)
perusahaan dengan
kepemilikan saham oleh
managerial,
kepemilikan saham oleh
institusional, kebijakan
hutang, dan
profitabilitas yang
semakin tinggi akan
menurunkan kebijakan
dividen; (2)
Perusahaan besar lebih
cenderung untuk
menaikan kebijakan
dividen daripada
perusahaan Kecil.
5.
Muhamad
Asril
Arilaha
(2009)
Pengaruh free cash
flow, Profitabilitas,
likuiditas, dan
leverage terhadap
kebijakan dividen
Sumber : berbagai jurnal.
Free cash flow,
profitabilitas,
liquidity,
leverage,
dividen policy.
(1) free cash flow
perusahaan tidak
berpengaruh terhadap
kebijakan dividen,
besar kecilnya arus kas
tidak mempengaruhi
besar kecilnya
pembagian dividen; (2)
profitabilitas
perusahaan
berpengaruh terhadap
kebijakan dividen,
besar kecilnya laba
perusahaan akan
mempengaruhi besar
kecilnya pembagian
dividen; (3) likuiditas
perusahaan tidak
memiliki pengaruh
terhadap kebijakan
dividen, tinggi
rendahnya likuiditas
perusahaan tidak berarti
mempengaruhi besar
kecilnya pembayaran
dividen; (4) laverage
perusahaan tidak
memiliki pengaruh
terhadap kebijakan
dividen.
2.3.
Kerangka konseptual
Melihat dari rumusan masalah, penelitian ini akan menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi kebijakan dividen pada perusahaan go public yang tercatat di
BEI pada tahun 2007-2010. Berikut adalah kerangka pemikiran nya :
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Institusional
Kebijakan Hutang
Kebijakan Dividen
Profitabilitas
Ukuran Perusahaan
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran :
Kepemilikan managerial, kepemilikan institusional, Kebijakan Hutang,
Profitabilitas, dan Ukuran perusahaan terhadap Kebijakan Dividen.
2.4.
Hipotesis
2.4.1. Kepemilikan Managerial Terhadap Kebijakan Dividen
Manager mendapat kesempatan untuk terlibat dalam kepemilikan saham
dengan tujuan mensetarakan dengan pemegang saham. Melalui kebijakan ini
manager diharapkan menghasilkan kinerja yang baik serta mengarahkan dividen
pada tingkat yang rendah. Dengan penetapan dividen rendah perusahaan memiliki
laba ditahan yang tinggi sehingga memiliki sumber dana internal relatif tinggi untuk
membiayai investasi di masa mendatang (Nuringsih 2005). Apabila sebagian
pemegang saham menyukai dividen tinggi maka menimbulkan perbedaan
kepentingan sehingga diperlukan peningkatan dividen. Sebaliknya, dalam kontek
kepemilikan saham oleh managerial tinggi akan terjadi kesamaan preferensi antara
pemegang saham dan manajer maka tidak diperlukan peningkatan dividen. Hasil
penelitian Dewi (2008) menunjukkan hasil bahwa apabila kepemilikan saham oleh
managerial yang semakin tinggi akan menurunkan kebijakan pembagian dividen.
Berarti kepemilikan managerial memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan
dividen. Berdasarkan artikel terpilih maka hipotesis pertama (H1):
H1: Kepemilikan managerial berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
2.4.2. Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Dividen
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan oleh pihak institusi, seperti
perusahaan lain atau Bank. Institusi tersebut biasanya dapat menguasai mayoritas
saham karena mereka memiliki sumber daya yang lebih besar dibandingkan para
pemegang saham lainnya. Kepemilikan institusional perusahaan mempunyai
kekuatan yang besar dalam mempengaruhi perusahaan baik melalui media massa
maupun kritikan atau komentar yang semuanya merupakan kekuatan public atau
masyarakat. Investasi dalam saham biasanya dimaksudkan untuk memperoleh
tambahan pendapatan dan juga digunakan sebagai kontrol terhadap perusahaan
dimana investasi dilakukan (Soemarso, 2005). Hasil penelitian Dewi (2008) serta
Fauz dan Rosidi (2007) menunjukkan hasil bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan uraian tersebut,
hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
H2: Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
2.4.3. Kebijakan Hutang berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen
Variabel kebijakan hutang dipilih sebagai variabel independen ketiga karena
bila mengalami keterbatasan laba ditahan, perusahaan cenderung memanfaatkan
utang. Namun bila penggunaan utang yang terlalu besar dapat berdampak pada
financial distress dan kebangkrutan. Berdasarkan dampak ini bila perusahaan
mamiliki utang yang tinggi, hal tersebut akan mengurangi pembayaran dividen untuk
menghindari transfer kekayaan dari kreditor kepada pemegang saham. Dalam hal ini
kepentingan kreditor tetap diperhatikan karena keuntungan
disimpan untuk
pelunasan utang.
Apabila perusahaan mengalami keterbatasan laba ditahan, perusahaan
cenderung memanfaatkan hutang namun bila penggunaan hutang terlalu besar dapat
berdampak pada financial distress dan kebangkrutan (Nuringsih 2005). Berdasarkan
dampak ini apabila perusahaan ingin menghindari hutang yang tinggi, maka laba
perusahaan dialokasikan ke laba ditahan yang digunakan untuk operasi perusahaan
dan investasi di masa yang akan datang sehingga akan mengurangi penggunaan
hutang. Hasil penelitian Dewi (2008), Fauz dan Rosidi (2007) serta Nuringsih (2005)
yang menunjukkan hasil bahwa kebijakan hutang berpengaruh negatif terhadap
kebijakan dividen. Berdasarkan logika ini maka hipotesis ketiga:
H3: Kebijakan hutang berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
2.4.4. Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen
Profitabilitas adalah untuk mengukur seberapa besar efektivitas manajemen
dalam mengelola aset dan modal yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba
(Halim, 2007). Bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan
analisis profitabilitas ini, salah satunya bagi pemegang saham akan melihat
keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen. Dividen diambil
dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan, maka keuntungan tersebut akan
mempengaruhi besarnya dividen. Perusahaan yang memperoleh keuntungan
cenderung akan membayar porsi keuntungan yang lebih besar, sebagai dividen.
Semakin besar keuntungannya semakin besar pula dividennya. Hasil penelitian Dewi
(2008) menunjukkan hasil bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap
kebijakan dividen. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Arilaha (2009) dan Suharli (2007) serta Nuringsih (2005) yang menunjukkan hasil
bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan
uraian tersebut, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
H4: ROA berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
2.4.5. Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen
Perusahaan yang memiliki ukuran besar akan lebih mudah memasuki pasar
modal sehingga dengan kesempatan ini perusahaan membayar dividen besar kepada
pemegang saham. Tujuan pembayaran dividen sebesar ini untuk menjaga reputasi
perusahaan dimata investor. Sebaliknya perusahaan memiliki asset rendah akan
membagi dividen yang rendah. Logika ini dikarenakan profit dialokasikan pada laba
ditahan yang digunakan untuk menambah asset. Berdasarkan alasan ini perusahaan
cenderung membayar dividen yang rendah (Nuringsih,2005). Hasil penelitian Dewi
(2008) dan Nuringsih menunjukkan bahwa ukuran perusahaan besar lebih cenderung
untuk menaikkan kebijakan dividen dari pada perusahaan kecil, hal ini menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan menunjukkan pengaruh positif bagi kebijakan dividen.
Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
H5: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.1.1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 6 variabel, 5 variabel bebas
(independent variable), yaitu Kepemilikan Managerial, Kepemilikan Institusional,
Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan serta satu variabel terikat
(dependent variable) yaitu kebijakan dividen.
Variabel terikat (dependent variable)
Y = kebijakan dividen
Variabel bebas (independent variable)
X1 = kepemilikan managerial
X2 = kepemilikan institusional
X3 = kebijakan hutang
X4 = profitabilitas
X5 = ukuran perusahaan
3.1.2.
Definisi Operasional Variabel
3.1.2.1. Variabel Dependen
Definisi operasional variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kebijakan dividen. Kebijakan dividen adalah kebijakan atau keputusan apakah
laba yang diperoleh perusahaan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen
atau ditahan dengan bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang
akan datang (Sartono, 2001).
Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berkaitan dengan pembayaran
dividen oleh perusahaan, berupa penentuan besar kecilnya pembagian dividen dan
besarnya laba yang ditahan untuk kepentingan perusahaan. Kebijakan dividen dapat
diperoleh dengan membandingkan antara Dividend per share dan Earnings per
share. Earnings per share dapat diperoleh dengan pengurangan laba bersih dengan
dividen yang dibagikan kepada pemilik saham preferen lalu dibagi dengan jumlah
lembar saham yang beredar (Nuringsih 2005). Dengan demikian, kebijakan dividen
dapat diformulasikan sebagai berikut:
Dividen Per Share
Kebijakan Dividen=
Earnings Per Share
3.1.2.2. Variabel Independen
Definisi operasional variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi :
1.
Kepemilikan Managerial (managerial ownership).
Variabel berikut ini yaitu Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham
(investor) dari pihak manajemen perusahaan yang secara aktif ikut dalam
pengambilan keputusan perusahaan (Direktur dan Komisaris). Variabel ini diukur
dari jumlah prosentase saham yang dimiliki oleh manajemen. Variabel kepemilikan
managerial menggunakan variabel dummy untuk menunjukkan ada tidaknya
kepemilikan managerial. Mahadwartha (2002) dalam Dewi (2008) mengemukkan
bahwa kecenderungan data di Indonesia bersifat binomial (ada atau tidak ada) untuk
itu digunakan dummy dengan ketentuan D=l untuk perusahaan yang memiliki
kepemilikan managerial dan D=O untuk perusahaan yang tidak memiliki
kepemilikan managerial.
Rumus :
MANAGERIAL OWNERSHIP = % Saham kepemilikan Managerial
2.
Kepemilikan Institusional (institusional ownership).
Variabel ini akan menggambarkan tingkat kepemilikan saham oleh
institusional kedalam suatu perusahaan. Tingkat kepemilikan institusional yang
tinggi akan menimbulkan usaha kontrol yang lebih besar dari pihak investor untuk
menghalangi perilaku oportunistik manajer. Dengan jumlah institusi yang besar akan
mengurangi agency cost sehingga diharapkan variabel ini memiliki koefisien
terhadap kebijakan dividen dan tingkat kepemilikan insider (kepemilikan
managerial). Menggunakan sumber data sekunder dengan dengan acuan Indonesian
Capital Market Directory (ICMD).
Rumus :
INSTITUSIONAL OWNERSHIP = % Saham kepemilikan institusional
3.
Kebijakan Hutang.
Hutang atau leverage menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
segala kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut pada saat itu
mengalami likuidasi (Sawir, 2001). Secara matematis Debt to Equity Ratio (DER)
dapat diformulasikan sebagai berikut (Ang, 1997) :
Total Debt
DER =
Total Shareholder’s Equity
DER
: Debt Earning Ratio
Total Debt
: Total Hutang (baik hutang jangka panjang maupun
Jangka Pendek)
Total Shareholder’s Equity
4.
: Total Modal sendiri yang dimiliki perusahaan.
Profitabilitas (profitability).
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono 2001).
Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan
analisa profitabilitas ini. Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Analisis profitabilitas memberikan
bukti pendukung mengenai kemampuan perusahaan memperoleh laba dan sejauh
mana
keefektivan
pengelolaan
perusahaan.
Profitabilitas
diukur
dengan
menggunakan Return on Asset yang diperoleh dengan cara earnings after tax yang
diperoleh perusahaan dibagi dengan total aset yang dimiliki oleh perusahaan
(Nuringsih 2005). Secara matematis ROA dapat diformulasikan sebagai berikut
(Ang, 1997):
Net Income After Tax
ROA =
Total Asset
NIAT
= Net Income After Tax (laba bersih sesudah pajak)
Total Assets
= Total aktiva (assets) yang dimiliki perusahaan
5.
Ukuran Perusahaan (firm size)
Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva perusahaan (Damayanti dan
Achyani, 2006). Dikarenakan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan bernilai
miliaran
rupiah,
sehingga
hal
tersebut
dapat
disederhanakan
dengan
mentransformasikannya ke dalam logaritma natural, sehingga ukuran perusahaan
dapat dihitung dengan :
SIZE : Natural Log dari Total Asset (LN total asset)
(Nuringsih, 2005).
3.2.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang
mempunyai karakteristik tertentu, sedangkan sampel adalah bagian dari populasi
yang digunakan sebagai objek penelitian (Indriantoro dan Supomo, 1999). Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan go public yang
terdaftar di BEI. Sampel penelitian ditentukan berdasarkan purposive sampling yang
berarti pemilihan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Adapun kriteria perusahaan
go public yang dijadikan sampel antara lain:
1) Seluruh perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007
sampai dengan 2010.
2) Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia tahun
2007-2010 sehingga data yang diperlukan tersedia untuk penelitian.
3) Perusahaan yang membagikan dividen secara berturut-turut dari tahun 2007
sampai dengan 2010.
Tabel 3.1
Data Penelitian
No.
Keterangan
Jumlah Perusahaan
Perusahaan go public yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian
yaitu tahun 2007 – 2010.
421
Perusahaan go public yang tidak melaporkan
laporan keuangannya di Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama periode penelitian yaitu tahun 2007
– 2010.
(86)
2
Perusahaan go public yang berturut-turut
terdaftar serta menerbitkan laporan keuangannya
di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode
penelitian yaitu tahun 2007 – 2010.
335
3
Perusahaan go public yang tidak membagikan
dividen berturut – turut pada tahun 2007 – 2010.
(265)
1
Sampel Penelitian
3.3.
70
Jenis dan Sumber Data
3.3.1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah
data yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pengumpul data primer atau
oleh pihak lain (Umar, 2005). Data menggunakan seluruh perusahaan go public yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 sampai dengan 2010. Data
diperoleh antara lain dari:
a. Bursa Efek Indonesia, www.idx.co.id,
b. ICMD (Indonesian Capital Market Directory),
c. Pojok BEI Fakultas Ekonomi Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu sumber
data penelitian yang diperoleh penelitian secara tidak langsung melalui media
perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang
telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan
(Indriantoro dan Supomo, 1999). Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan
keuangan tahunan dari perusahaan-perusahaan go public yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia pada periodE 2007-2010 yang didapat dari Indonesia Stock Exchange
(IDX).
3.4.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
dokumentasi. Dokumentasi adalah mencari dan mendapatkan data-data dengan
melalui data-data naskah kearsipan dan lain sebagainya (Supardi, 2005).
Dokumentasi tersebut berupa : laporan keuangan yang diperoleh dari pojok BEI dan
Indonesian Stock Exchange (IDX) tahunan tahun 2007-2010.
3.5.
Metode analisis
Metode analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi berganda
dengan sebelumnya diuji menggunakan uji asumsi klasik.
3.5.1. Statistik Deskripsi
Statistik deskriptif adalah statistik yang berkenaan dengan metode atau cara
mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan, atau menguraikan data. Statistik
deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian ini.
Alat analisis yang digunakan adalah rata-rata (mean), deviasi standar, maksimum dan
minimum.
3.5.2. Uji Asumsi Klasik
a.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dalam uji normalitas ini ada 2
cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan
analisis grafik atau uji statistik (Ghozali, 2005). Model regresi yang baik adalah
distribusi data normal atau mendekati normal dengan menggunakan grafik normal
probability plot pada program SPSS. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,
sedangkan jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. untuk
memperkuat apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak, dapat didukung
oleh Kolmogrov smirnov test. Apabila nilai Kolmogrov smirnov lebih besar dari 0,05
maka akan dinyatakan normal (Ghozali, 2005).
b.
Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model persamaan
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Untuk mendeteksi ada
tidaknya multikolonieritas digunakan analisis perhitungan nilai variance inflation
factor (VIF) dan nilai tolerance. Apabila nilai VIF kurang dari sepuluh dan nilai
toleransi lebih kecil dari 0,1 maka tidak terjadi multikolonieritas antar variabel.
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan
oleh variabel independen lainnya (ghozali,2006).
c.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual
(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini
sering ditemukan pada data runtut waktu atau time series karena gangguan pada
individual atau kelompok yang sama pada priode berikutnya. Model regresi yang
baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
Mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi menggunakan uji Durbin-Watson
(DW
test).
Pengambilan
(Ghozali,2006):
keputusan
ada
tidaknya
autukorelasi
menurut
Tabel 3.2
Keputusan autokorelasi
Hipotesis nol
Keputusan
Jika
Tdk ada autokorelasi positif
Tolak
0<d<dl
Tdk ada autokorelasi positif
No decision
dl≤d≤d
Tdk ada korelasi negatif
Tolak
4-dl<d<4
Tdk ada korelasi negatif
No decision
4-du≤d≤4-dl
Tdk ada autokorelasi, positif/negatif
Tdk ditolak
Du<d<4-du
d.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat apakah dalam sebuah model
regresi tidak terjadi ketidaksamaan varian. Model regresi yang baik adalah tidak
terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat grafik plot antara lain prediksi variable terikat (dependen)
yaitu: ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas
dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot
antara ZPRED dan SRESID dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan
sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized.
Dasar analisis:
1.
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur
(bergelombang,
melebar
kemudian
mengidentifikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
menyempit),
maka
2.
Jika ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0
pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Adapun beberapa cara untuk mengetahui apakah dalam regresi ini terjadi
heterokedastisitas ataukah tidak, yaitu salah satunya bisa dilakukan dengan uji park.
Langkah-langkah untuk melakukan uji Park adalah sebagai berikut :
1.
Mengkuadratkan nilai unstandardized residual sehingga hasil transformasinya
menjadi U2i.
2.
Mentransformasikan kuadrat residual (U2i) dalam bentuk logaritma sehingga
menjadi LnU2i.
3.
Melakukan regresi dimana variabel LnU2i sebagai variabel dependen.
4.
Apabila ada variabel independen yang signifikan atau menunjukkan nilai
signifikansi < 0,05 atau berpengaruh terhadap variabel dependen, maka dapat
disimpulkan telah terjadi heteroskedastisitas. Sedangkan apabila hasil regresi
menunjukkan bahwa semua variabel independen tidak signifikan atau
menunjukkan nilai signifikansi > 0,05 maka dapat disimpulkan model regresi
bebas dari heteroskedastisitas.
3.5.3. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh kepemilikan managerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang,
profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. Adapun bentuk
model yang digunakan dengan persamaan sebagai berikut:
Y=B0+B1X1+B2X2+B3X3+B4X4+B5X5+e
Dimana:
Y
: Kebijakan Dividen
X1
: kepemilikan managerial
X2
: Kepemilikan institusional
X3
: Kebijakan Hutang
X4
: Profitabilitas
X5
: ukuran perusahaan
e
: error term
3.5.4. Uji Hipotesis
3.5.4.1. Pengujian Hipotesis Secara Simultan
Untuk menguji pengaruh dari seluruh variabel independen secara simultan
atau bersama – sama, maka hipotesis yang akan diajukan adalah:
H0:
Tidak ada pengaruh yang signifikan secara simultan dari seluruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
Ha:
ada pengaruh yang signifikan secara simultan dari seluruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
Kriteria yang dapat digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis jika
hipotesis independen (Ha) dapat diusulkan (Nugroho, 2005), adalah sebagai berikut:
1. Ha diterima jika signifikansi α < 0,05 maka H0 ditolak.
2. Ha ditolak jika signifikansi α > 0,05 maka H0 diterima.
3.5.4.2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variable penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen (Ghozali, 2006). Berdasarkan dengan uji yang akan dilakukan secara
individual dengan t-test maka hipotesis yang akan diajukan adalah sebagai berikut:
H0:
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel
independen (X1) terhadap variabel dependen (Y).
Ha:
Ada pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel independen (X1)
terhadap variabel dependen.
Kriteria yang dapat digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis jika
hipotesis independen (Ha) dapat diusulkan (Nugroho, 2005), adalah sebagai berikut:
1. Ha diterima jika signifikansi α < 0,05 maka H0 ditolak.
2. Ha ditolak jika signifikansi α > 0,05 maka H0 diterima.
3.5.5. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variable dependen nilai koefisien determinasi
antara 0 dan 1. Nilai R2 yang mendekati 0 berarti kemampuan variable independen
dalam menjelaskan variasi variable dependen amat terbatas. Nilai R 2 yang mendekati
1 berarti variabel – variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. (Ghozali, 2006).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Penelitian
Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan go
public yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007-2010, dengan
total perusahaan 421 perusahaan dan yang masuk kriteria sebagai data sampel adalah
70 perusahaan. Adapun perusahaan yang masuk ke dalam kriteria data sampel, dapat
dilihat pada table 4.1 berikut :
Tabel 4.1
Data Penelitian
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Nama Perusahaan
AKR Corporindo
Astra International
Astra Otoparts
Berlina
Bristol-Myers-Squibb Indonesia
Budi Acid Jaya
Colorpark Indonesia
Darya Varia Laboratoria
Delta Djakarta
Fast Food Indonesia
Goodyear Indonesia
Gudang Garam
Hexindo Adi Perkasa
HM. Sampoerna
Indocement Tunggal Perkasa
Indofood Sukses Makmur
Kalbe Farma
Lautan Luas
Lion Metal Works
Lion Mesh Prima
Merck
Metrodata Electronic
Multi Bintang Indonesia
Mustika Ratu
Semen Gersik
No.
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
Nama Perusahaan
Bakrie Sumatera Plantations
Bank Bukopin
Bank Bumi Artha
Bank Central Asia
Bank Danamon Indonesia
Bank Himpunan Saudara
Bank Mandiri
Bank Negara Indonesia
Bank rakyat Indonesia
Elnusa
Ensavel Putra Megatrading
Fortune Indonesia
Gowa Makasar Tourism Development
Indo Tambangraya Megah
Intenational Nikel Indonesia
Jasa Marga
Juasindo Tiga Perkasa
Jaya Konstruksi Manggala Pratama
Kresna Graha skurindo
Lippo General Insurance
Malindo Feedmill
Mandala Multifinance
Media Nusantara Citra
Multi Indocitra
Panca Global Securitas
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Sepatu Bata
SMART
Sucaco
Sumi Indo Kabel
Tunas Ridean
Unilever Indonesia
United Tractors
Ace Hardware Indonesia
Adira Dinamika Multi Finance
Asuransi Ramayana
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
Panin Securitas
Pembangunan Jaya Ancol
Pudjiadi & Son Estate
Pudjiadi Prestige Limited
Radiant Utama Interinsco
Summarecon Agung
Surya Citra Media
Telekomunikasi Indonesia
Tigraksa Satria
Wijaya Karya
Sumber : Data yang diolah.
Dari tabel 4.1. diatas diperoleh sampel penelitian 70 perusahaan go public di
Bursa Efek Indonesia, dimana metode yang digunakan adalah purposive sampling
yaitu suatu metode pengambilan sampel dengan cara menetapkan kriteria – kriteria
tertentu yaitu seluruh perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dari tahun 2007 sampai dengan 2010 secara berturut- turut, perusahaan yang
membagikan dividen secara berturut-turut dari tahun 2007 sampai dengan 2010,
Sampel penelitian dengan kriteria – kriteria yang telah disajikan dikali 4 (tahun 2007
– 2010), sehingga jumlah seluruh data observasi adalah 280 selama periode 2007 –
2010.
4.2. Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif bertujuan memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari jumlah sampel (N), Nilai Maksimum, Nilai Minimum, Rata-rata
(mean), dan Standart Deviasi. Karena belum terdapat nilai pasti dalam menentukan
apakah suatu data baik atau tidak maka dari analisis deskriptif ini merupakan salah
satu cara untuk mengatasi masalah tersebut. Suatu data dikatakan baik apabila nilai
Mean>Std.Deviation sehingga data bersifat homogen, namun apabila nilai
penyimpangan lebih besar daripada rata-rata dapat dikatakan kurang baik karena
bersifat heterogen. Berikut ini statistik deskriptif data penelitian yang terdiri dari
variabel :
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Data Penelitian Sebelum Outliers
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Kebijakan Dividen
280
.0003
1.2560
.379644
.2417875
Kep. Manajerial
280
0
1
.35
.479
Kep. Institusi
280
12.92
98.18
70.0461
18.73686
DER
280
.0358
16.6132
2.113805E0
2.8982658
ROA
280
.0008
.6216
.101757
.0929403
Size
280
11.03
19.92
14.7804
2.03620
Valid N (listwise)
280
Sumber : Data yang diolah.
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif Data Penelitian Setelah Outliers
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Kebijakan Dividen
269
.0003
.9805
.359101
.2092535
Kep. Manajerial
269
0
1
.36
.482
Kep. Institusi
269
12.92
98.04
69.8915
18.80108
DER
269
.0358
16.6132
2.133385E0
2.9057362
ROA
269
.0008
.4116
.097417
.0854669
Size
269
11.03
19.92
14.7716
2.03802
Valid N (listwise)
269
Sumber : Data yang diolah.
Penjelasan dari tabel 4.3 adalah sebagai berikut :
1. Nilai rata-rata kebijakan dividen yang diukur dengan dividen payout ratio adalah
sebesar 0,359101, artinya perbandingan dividen perlembar saham dengan laba
perlembar saham perusahaan sampel adalah sebesar 35,91 persen. Nilai terendah
dari dividen payout ratio adalah sebesar 0,0003, dan Dividen payout ratio
tertinggi sebesar 0,9805. Nilai standar deviasi sebesar 0,2092535 lebih kecil dari
nilai rata-rata 0,359101, dapat diartikan bahwa penyebaran data untuk variabel
dividen payout ratio adalah merata, artinya tidak terdapat perbedaan yang tinggi
data satu dengan data yang lainnya.
2. Nilai rata-rata kepemilikan manajerial
yang diukur dengan dummy 1 untuk
perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial dan dummy 0 untuk
perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan manajerial adalah sebesar 0,36.
Nilai rata-rata 0,36 mendekati nilai dummy 0 dapat diartikan bahwa perusahaan
sampel banyak yang tidak memiliki kepemilikan manajerial, yaitu 64 %,
sedangkan perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial adalah sebesar 36
%. Nilai standar deviasi sebesar 0,482 lebih besar dari nilai rata-rata 0,36, dapat
diartikan bahwa penyebaran data untuk variabel kepemilikan manajerial adalah
tidak merata, artinya terdapat perbedaan yang tinggi data satu dengan data yang
lainnya.
3. Nilai rata-rata kepemilikan institusional yang diukur dengan prosentase saham
yang dimiliki institusional dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar
adalah sebesar 69,8915, artinya perbandingan antara prosentase saham yang
dimiliki institusional dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar adalah
sebesar 69,89 %. Nilai terendah dari kepemilikan institusional adalah sebesar
12,92 persen dan kepemilikan institusional tertinggi sebesar 98,04. Nilai standar
deviasi sebesar 18,80108 lebih kecil dari nilai rata-rata 69,8915 dapat diartikan
bahwa penyebaran data untuk variabel kepemilikan institusional adalah merata,
artinya tidak terdapat perbedaan yang tinggi data satu dengan data yang lainnya.
4. Nilai rata-rata kebijakan hutang yang diukur dengan debt to equity adalah sebesar
2,133385, artinya perbandingan antara hutang dengan modal perusahaan sampel
adalah sebesar 21,33%, setiap rupiah dari modal digunakan untuk menjamin
hutang sebesar Rp. 2,1333. Nilai terendah dari DER adalah sebesar 0,358 dan
nilai tertinggi DER sebesar 16,6132. Nilai standar deviasi sebesar 2,9057362
lebih besar dari nilai rata-rata 2,133385 dapat diartikan bahwa penyebaran data
untuk variabel DER
adalah tidak merata, artinya terdapat perbedaan yang
tinggi data satu dengan data yang lainnya.
5. Nilai rata-rata profitabilitas yang diukur dengan return on asset adalah sebesar
0,097417, artinya perbandingan antara laba setelah pajak dengan asset yang
dimiliki
perusahaan adalah sebesar 0,097417, setiap rupiah asset
dapat
menghasilkan laba sesudah pajak sebesar 0,097417. Nilai terendah dari return on
asset adalah sebesar 0,08 persen dan Return on asset tertinggi sebesar 41,16
persen. Nilai standar deviasi sebesar 0,0854669 lebih kecil dari nilai rata-rata
0,097417, dapat diartikan bahwa penyebaran data untuk variabel return on asset
adalah merata, artinya tidak terdapat perbedaan yang tinggi data satu dengan data
yang lainnya.
6. Nilai rata-rata ukuran perusahaan yang diukur dengan LN_Total Asset adalah
sebesar 14,7716. Nilai terendah dari ukuran perusahaan adalah sebesar 11,03
dan ukuran perusahaan tertinggi sebesar 19.92. Nilai standar deviasi sebesar
2,03802 lebih kecil dari nilai rata-rata 14,7716, dapat diartikan bahwa
penyebaran data untuk variabel LN_total aktiva adalah merata, artinya tidak
terdapat perbedaan yang tinggi data satu dengan data yang lainnya.
4.3. Uji Asumsi Klasik
Pada penelitian ini uji asumsi klasik terhadap model regresi diolah
menggunakan program SPSS Ver. 16.0 for windows. Pengujian dengan analisis
regresi diperlukan adanya kemungkinan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
terhadap asumsi klasik, pengujian tersebut meliputi : uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heterokedastisitas.
4.3.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
independen, variabel dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal. Pengujian normalitas data menggunakan uji probability plot yang
diperkuat dengan uji Kolmogorov Smirnov. Dari hasil pengujian diperoleh :
Gambar 4.1
Grafik Normalitas
Sumber : data yang diolah
Dengan melihat tampilan grafik normal plot dapat disimpulkan bahwa pada
grafik normal plot tidak terlihat titik – titik menyebar jauh dari garis diagonal. Jadi,
grafik ini menunjukan bahwa model regresi tidak menyalahi asumsi normalitas.
Namun, untuk memperkuat hasil uji tersebut harus dilakukan uji normalitas yang
lain, maka digunakan uji Kolmogorov Smirnov yang hasil nya sebagai berikut :
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas Awal
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N
280
Normal Parameters
a
Mean
.0000000
Std. Deviation
Most Extreme Differences
.22498381
Absolute
.099
Positive
.099
Negative
-.057
Kolmogorov-Smirnov Z
1.651
Asymp. Sig. (2-tailed)
.009
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data yang diolah.
Dari tabel 4.4 diatas terlihat bahwa nilai Kolmogorov Smirnov adalah 1,651
dan signifikansi pada 0,009 yang berarti bahwa data tidak terdistribusi secara normal.
Untuk itu, dilakukan upaya perbaikan dengan melakukan outliers, sehingga jumlah
data observasi setelah outliers adalah 269 dari data observasi sebelumnya yaitu 280.
Berikut ini daftar nama perusahaan yang di outliers :
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
NAMA PERUSAHAAN
Bank Mandiri
Internasional Nikel Indonesia
Merck
Surya Citra Media
Budi Acid Jaya
Delta Djakarta
Fast Food Indonesia
HM Sampoerna
Multi Bintang Indonesia
Indo Tambang Raya Megah
Lippo General Insurance
TAHUN
2007
2007
2008
2008
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
Hasil pengujian setelah dilakukan outliers data diperoleh sebagai berikut :
Gambar 4.2
Grafik Normalitas
Sumber : data yang diolah
Dengan melihat tampilan grafik normal plot dapat disimpulkan bahwa pada
grafik normal plot terlihat titik – titik menyebar disekitar garis diagonal, serta
penyebarannya tidak menjauh dari garis diagonal. Jadi, grafik ini juga menunjukan
bahwa model regresi tidak menyalahi asumsi normalitas. Untuk hasil uji
Kolmogorov Smirnov dengan data yang telah di outlier hasilnya sebagai berikut :
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas Setelah Dilakukan Outliers Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N
269
Normal Parametersa
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000
.18788379
Absolute
.077
Positive
.077
Negative
-.038
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
1.261
.083
a. Test distribution is Normal.
Hasil pengujian setelah dilakukan outliers menunjukan bahwa nilai
Kolmogorov Smirnov adalah 1,261 dan signifikansi pada 0,083 yang berarti bahwa
data residual terdistribusi normal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data
terdistribusi normal dan model regresi dapat digunakan sebagai pengujian
berikutnya.
4.3.2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan terdapat problem Multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Pengujian ada tidaknya gejala
multikolinearitas dilakukan dengan memperhatikan nilai matriks korelasi yang
dihasilkan pada saat pengolahan data serta nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan
Tolerance-nya. Nilai dari VIF yang kurang dari 10 dan tolerance yang kurang dari 1,
menandakan tidak terjadi adanya gejala multikolinearitas. Hasil pengujian
multikolinearitas dapat dilihat dari tabel 4.6.
Tabel 4.6
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
B
1(Constant)
Std. Error
-.090
.115
Kep. Manajerial
.031
.026
Kep. Institusi
.002
DER
Coefficients
Beta
Collinearity Statistics
t
Sig.
Tolerance
VIF
-.778
.437
.071
1.165
.245
.835
1.198
.001
.201
3.313
.001
.829
1.206
.001
.005
.014
.194
.846
.595
1.681
ROA
.842
.157
.344
5.365
.000
.745
1.342
Size
.013
.007
.130
1.889
.060
.651
1.536
a. Dependent Variable: Kebijakan Dividen
Sumber : data yang diolah
Hasil perhitungan pada tabel 4.6 diperoleh nilai VIF yang kurang dari 10 dan
tolerance yang lebih dari 0,1, maka dapat disimpulkan tidak terjadi adanya gejala
multikolinearitas.
4.3.3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linier terdapat korelasi antar kesalahan pengganggu (residual) pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi
dalam penelitian ini maka dilakukan uji Durbin Watson berikut ini :
Tabel 4.7
Hasil Uji Durbin Watson
Model Summaryb
Model
1
R
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
.440a
.194
.178
Durbin-Watson
.1896613
1.772
a. Predictors: (Constant), Size, ROA, Kep. Manajerial, Kep. Institusi, DER
b. Dependent Variable: Kebijakan Dividen
Sumber : data yang diolah
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan diperoleh angka DW sebesar
1,772. Sedangkan nilai batas bawah (dl) sebesar 1,718 dan batas atas (du) sebesar
1,820. Tabel DW dapat dijelaskan dalam tabel berikut :
Tabel 4.8
Durbin Watson Test Bound
Autokorelasi
Positif
Ragu-ragu
Bebas
Autokorelasi
Ragu-ragu
Autokorelasi
Negatif
DW
0
dl
1.718
1.772
du
1.820
4-du
2.180
4-dl
2.282
4
Terlihat bahwa DW ada di antara dl≤du, maka dinyatakan ragu-ragu. Apabila
terjadi hal tersebut, maka harus dilakukan uji lain yaitu Uji Run Test yang dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.9
Hasil Uji Run Test
Runs Test
Unstandardized Residual
a
Test Value
-.02806
Cases < Test Value
134
Cases >= Test Value
135
Total Cases
269
Number of Runs
122
Z
-1.649
Asymp. Sig. (2-tailed)
.099
a. Median
Dari hasil pengujian diatas diperoleh besarnya Nilai Test menunjukkan
besaran -0,02806 dengan probabilitas 0,099. Nilai signifikansi tersebut lebih dari α =
0,05 yang berarti hipotesis nol diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual
tidak terjadi autokorelasi.
4.3.4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut
homoskedastisitas
dan
jika
berbeda
disebut
heteroskedastisitas.
Uji
heteroskedastisitas pada penelitian ini dideteksi dengan menggunakan Grafik
Scatterplot dan Uji Park yang diperoleh sebagai berikut :
Gambar 4.3
Grafik Scatterplot
Dengan melihat tampilan grafik scatterplot dapat disimpulkan bahwa pada
grafik scatterplot terlihat tidak terjadi pola yang jelas seperti titik-titik yang
menyebar
diatas
dan
dibawah
angka
0
(Nol)
pada
sumbu
Y
maka
mengindikasikasikan tidak terjadi Heteroskedastisitas. Jadi, grafik ini menunjukkan
bahwa model regresi bebas dari Heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi bahwa model
regresi tidak mengandung adanya Heteroskedastisitas juga dapat dilakukan dengan
melihat tabel Uji Park sebagai berikut :
Tabel 4.10
Hasil Uji Park
a
Coefficients
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
-4.779
1.412
-.211
.323
.000
DER
Beta
Collinearity Statistics
t
Sig.
Tolerance
VIF
-3.384
.001
-.043
-.654
.513
.835
1.198
.008
-.005
-.077
.939
.829
1.206
-.078
.063
-.097
-1.237
.217
.595
1.681
ROA
3.423
1.926
.125
1.777
.077
.745
1.342
Size
-.001
.086
.000
-.012
.991
.651
1.536
Kep. Manajerial
Kep. Institusi
a. Dependent Variable: LNu2t
Sumber : data yang diolah
Dari tabel 4.10 diperoleh bahwa tingkat signifikansi Kepemilikan Manajerial
adalah sebesar 0,513. Tingkat signifikansi Kepemilikan Institusional adalah sebesar
0,939. Tingkat signifikansi DER adalah sebesar 0,217. Tingkat signifikansi ROA
sebesar 0,077. Dan tingkat signifikansi Size sebesar 0,991. Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa setiap variabel memiliki tingkat signifikansi diatas 0,05. Jadi,
model regresi bebas dari heterokedastisitas. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa data tidak mengandung adanya heteroskedastisitas dan model regresi dapat
digunakan sebagai pengujian berikutnya.
4.4. Analisis Regresi
Berdasarkan data – data yang diuraikan sebelumnya, selanjutnya akan dikaji
mengenai pengaruh variabel bebas yaitu Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional, DER, ROA, SIZE terhadap Kebijakan Dividen. Hasil perhitungan
dengan menggunakan rumus regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan
program komputer Statistic Package for Social Scince (SPSS) versi 16.0, dapat
diperoleh hasil pada tabel berikut ini :
Tabel 4.11
Hasil Perhitungan Regresi
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
-.090
.115
Kep. Manajerial
.031
.026
Kep. Institusi
.002
DER
Beta
Collinearity Statistics
t
Sig.
Tolerance
VIF
-.778
.437
.071
1.165
.245
.835
1.198
.001
.201
3.313
.001
.829
1.206
.001
.005
.014
.194
.846
.595
1.681
ROA
.842
.157
.344
5.365
.000
.745
1.342
Size
.013
.007
.130
1.889
.060
.651
1.536
a. Dependent Variable: Kebijakan Dividen
Sumber : data yang diolah
Berdasarkan tabel 4.11 diatas dapat diperoleh persamaan regresi untuk
mengetahui faktor – faktor dalam memprediksi Kebijakan Dividen adalah sebagai
berikut :
Y = -0,090 + 0,031 X1 + 0,002X2 + 0,001 X3 + 0,842 X4 + 0,013 X5 + e
Dari persamaan regresi berganda tersebut maka dapat diketahui sebagai berikut :
1. Berdasarkan tabel 4.11 diatas diperoleh nilai konstanta adalah sebesar -0,090.
Apabila masing-masing nilai variabel independen adalah 0 maka besarnya
variabel dependen Kebijakan Dividen adalah sebesar nilai konstanta yaitu -0,090.
Hasil persamaan regresi tersebut menunjukan bahwa koefisien regresi variabel
Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, DER, ROA, dan SIZE
bertanda positif.
2. Berdasarkan tabel 4.11 Nilai koefisien regresi kepemilikan manajerial sebesar
0,031 menyatakan perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial cenderung
akan lebih meningkatkan kebijakan dividen dibandingkan dengan perusahaan
yang tidak memiliki kepemilikan manajerial.
3. Berdasarkan tabel 4.11 diatas diperoleh bahwa variabel Kepemilikan Institusional
menunjukan koefisien regresi sebesar 0,002. Hal ini menunjukan bahwa 1 satuan
kenaikan Kepemilikan Institusional, akan dapat menaikkan Kebijakan Dividen
sebesar 0,002.
4. Berdasarkan tabel 4.11 diatas diperoleh bahwa variabel Kebijakan Hutang
menunjukan koefisien regresi sebesar 0,001,. Hal ini menunjukan bahwa
1
satuan kenaikan Kebijakan Hutang akan meningkatkan Kebijakan Dividen
sebesar 0,001.
5. Berdasarkan tabel 4.11 diatas diperoleh bahwa variabel Profitabilitas
menunjukan koefisien regresi sebesar 0,842,. Hal ini menunjukan bahwa
1
satuan kenaikan Profitabilitas akan meningkatkan Kebijakan Dividen sebesar
0,842.
6. Berdasarkan tabel 4.11 diatas diperoleh bahwa variabel Ukuran Perusahaan
menunjukan koefisien regresi sebesar 0,013. Hal ini menunjukan bahwa 1 satuan
kenaikan Ukuran Perusahaan akan meningkatkan Kebijakan Dividen sebesar
0,013. Hasil persamaan yang terbentuk dari hasil perhitungan regresi yang
ditujukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas dan variabel terikat tersebut
selanjutnya masih memerlukan pengujian statistik lebih lanjut untuk mengetahui
keabsahan model yang telah terbentuk.
4.5. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah antara 0 dan satu. Nilai koefisien determinasi kecil, berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat
terbatas. Nilai koefisien determinasi mendekati satu, berarti kemampuan variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen. Dalam penelitian ini menggunakan adjusted
R square, karena menurut Ghozali (2005:83) kelemahan mendasar penggunaan
koefisien determinasi adalah bisa terhadap jumlah variabel independen yang
dimasukan dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti
meningkat. Oleh karena itu banyak peneliti yang menganjurkan menggunakan
adjusted R square pada saat mengevaluasi model regresi. Tidak seperti R2, nilai
adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke
dalam model.
Persentase variabel dependen (kebijakan dividen) dapat dijelaskan oleh variabel
independen (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang,
profitabilitas dan ukuran perusahaan) dalam model penelitian ditunjukkan oleh
besarnya Koefisien Determinasi. Koefisien Determinasi ini menunjukan seberapa
besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel dependent atau bebas yang
dinyatakan dalam persen (%). Nilai koefieisn determinasi dalam penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 4.12 sebagai berikut :
Tabel 4.12
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model
1
R
.440
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.194
.178
Durbin-Watson
.1896613
1.772
a. Predictors: (Constant), Size, ROA, Kep. Manajerial, Kep. Institusi, DER
b. Dependent Variable: Kebijakan Dividen
Dari tabel 4.12 dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi (Adjusted R2 )
adalah sebesar 0,178 atau 17,8%. Hal ini berarti 17,8% variasi Kebijakan Dividen
dapat dijelaskan oleh variasi dari kelima variabel independen yaitu Kepemilikan
manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan hutang, Profitabilitas, dan Ukuran
perusahaan, sedangkan sisanya 82,2% (100% - 17,8%) dijelaskan oleh variabel lain
diluar model.
4.6. Uji F (pengujian secara simultan)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas dan ukuran perusahaan
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil
pengujian ini dapat dilihat pada tabel 4.13
Tabel 4.13
Hasil Uji F
b
ANOVA
Model
Sum of Squares
1
df
Mean Square
Regression
2.274
5
.455
Residual
9.460
263
.036
11.735
268
Total
F
12.646
Sig.
a
.000
a. Predictors: (Constant), Size, ROA, Kep. Manajerial, Kep. Institusi, DER
b. Dependent Variable: Kebijakan Dividen
Sumber : data yang diolah
F
hitung
(12,646) dan nilai signifikasi 0,000 < 0,05, dengan demikian
persamaan semua variabel bebas (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
kebijakan hutang, profitabilitas dan ukuran perusahaan) secara bersama-sama
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel kebijakan dividen. Dengan demikian
dapat dijelaskan bahwa model regresi dalam penelitian ini adalah layak untuk di
analisis.
4.7. Uji t (pengujian secara parsial)
Uji hipotesis t atau uji secara parsial (individual) antara variabel independen
terhadap variabel dependen yaitu antara kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, kebijakan hutang, profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap
kebijakan dividen. Berikut ini table hasil uji t dari masing-masing variabel:
Tabel 4.14
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
1 (Constant)
Std. Error
-.090
.115
Kep. Manajerial
.031
.026
Kep. Institusi
.002
DER
Beta
Collinearity Statistics
t
Sig.
Tolerance
VIF
-.778
.437
.071
1.165
.245
.835
1.198
.001
.201
3.313
.001
.829
1.206
.001
.005
.014
.194
.846
.595
1.681
ROA
.842
.157
.344
5.365
.000
.745
1.342
Size
.013
.007
.130
1.889
.060
.651
1.536
a. Dependent Variable: Kebijakan Dividen
1. Pengaruh Variabel Kepemilikan Manajerial
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 16.0
pada tabel 4.14 diatas, diperoleh hasil bahwa nilai t-hitung sebesar 1,165 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,245 yang berarti lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hipotesis 1 ditolak, yang artinya variabel Kepemilikan
Manajerial
tidak berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan Dividen. Dengan
demikian besar kecilnya kepemilikan manajerial tidak dapat mempengaruhi besar
kecilnya kebijakan dividen.
2. Pengaruh Variabel Kepemilikan Institusional
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 16.0
pada tabel 4.14 diatas, diperoleh hasil bahwa nilai t-hitung sebesar 3,313 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,001 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hipotesis 2 diterima, yang artinya variabel Kepemilikan
Institusional berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan Dividen. Dengan demikian
besar kecilnya kepemilikan institusional dapat mempengaruhi besar kecilnya
kebijakan dividen.
3. Pengaruh Variabel Kebijakan Hutang
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 16.0
pada tebel 4.12 diatas, diperoleh hasil bahwa nilai t-hitung sebesar 0,194 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,846 yang berarti lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hipotesis 3 ditolak, yang artinya variabel Kebijakan Hutang tidak
berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan Dividen. Dengan demikian
besar
kecilnya kebijakan hutang tidak dapat mempengaruhi besar kecilnya kebijakan
dividen.
4. Pengaruh Variabel Profitabilitas
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 16.0
pada tebel 4.12 diatas, diperoleh hasil bahwa nilai t-hitung sebesar 5,365 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hipotesis 4 diterima, yang artinya variabel Profitabilitas
berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan Dividen. Dengan demikian
kecilnya profitabilitas dapat mempengaruhi besar kecilnya kebijakan dividen.
besar
5. Pengaruh Variabel Ukuran Perusahaan
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 16.0
pada tebel 4.12 diatas, diperoleh hasil bahwa nilai t-hitung sebesar 1,889 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,060 yang berarti lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hipotesis 5 ditolak, yang artinya variabel Ukuran Perusahaan
tidak berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan Dividen. Dengan demikian besar
kecilnya ukuran perusahaan tidak dapat mempengaruhi besar kecilnya kebijakan
dividen.
4.8. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat dijelaskan bahwa, dari 5
hipotesis yang diajukan, 2 hipotesis diterima, yaitu pengaruh kepemilikan
institusional dan profitabilitas terhadap kebijakan dividen, sedangkan 3 hipotesis di
tolak, yaitu pengaruh antara kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, dan Ukuran
perusahaan terhadap kebijakan dividen. Penjelasan masing-masing variabel adalah
sebagai berikut :
4.8.1. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Dividen
Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kebijakan dividen, hal ini mengindikasikan bahwa jumlah sampel perusahaan yang
memiliki kepemilikan manajerial adalah relatif kecil, yaitu sebesar 35,4 %, sehingga
kurang menjelaskan kebijakan dividen. Sebagai beberapa contoh, PT. AKR
Corporindo, PT. Astra International, PT. Berlina, PT. Goodyear Indonesia, PT.
Gudang Garam, PT. Lautan Luas, PT. Lion Mesh Prima, PT. Sumi Indo Kabel, PT.
Metrodata Electronic, PT. Asuransi Ramayana, PT. Bank Central Asia, PT. Bank
Himpunan Saudara, PT. Elnusa, PT. Indo Tambangraya Megah, PT. Juasindo Tiga
Perkasa, PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama, PT. Kresna Graha skurindo, PT.
Mandala Multifinance, PT. Multi Indocitra, PT. Pudjiadi & Son Estate, PT. Pudjiadi
Prestige Limited, PT. Radiant Utama Interinsco, PT. Summarecon Agung, PT.
Tigraksa Satria, perusahaan-perusahaan tersebut yang masuk kedalam perusahaan
yang memiliki kepemilikan managerial tahun berturut-turut 2007, 2008, 2009, dan
2010 bisa dilihat pada lampiran 2 untuk nilai kepemilikan dan lampiran 4 untuk
melihat frekuensi persentase kepemilikan managerial. Kepemilikan manajemen
dalam penelitian ini adalah relatif kecil, sehingga kurang bisa menjembatani masalah
agency termasuk di dalamnya kebijakan dividen. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian Kartika Nuringsih (2005), yang menyatakan variabel kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
4.8.2. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Dividen
Kepemilikan institusional berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan
dividen. Sebagai beberapa contoh yang dapat dilihat pada lampiran 2, PT AKR
Corporindo pada tahun 2007 sampai 2010 memiliki kepemilikan institusional sebesar
71,21%; 71,11%; 71,11%; 59,39% dengan kebijakan dividen pada tahun 2007-2010
sebesar 0,3115; 0,3134; 0,2841; 0,0244, PT Astra Otoparts pada tahun 2007-2010
memiliki kepemilikan institusional sebesar 84,72%; 86,72%; 93,91%; 95,65%
dengan kebijakan dividen pada tahun 2007 sampai 2010 sebesar 0,1949; 0,4074;
0,6386; 0,3135, dan PT Bank Danamon Indonesia pada tahun 2007 sampai 2010
memiliki kepemilikan institusional sebesar 73,88%; 67,88%; 67,76%; 67,42%
dengan kebijakan dividen pada tahun 2007-2010 sebesar 0,4927; 0,2978; 0,4971;
0,3494. Dilihat dari contoh berikut, bisa dikatakan bahwa kepemilikan institusional
pada perusahaan dengan jumlah besar akan menghasilkan kebijakan dividen yang
rendah, Oleh karena itu perusahaan dengan tingkat kepemilikan institusional yang besar
menghadapi masalah agensi yang relatif kecil sehingga membagikan dividen dalam
jumlah yang lebih kecil. Investasi dalam saham biasanya dimasudkan untuk
memperoleh tambahan pendapatan dan juga digunakan sebagai kontrol terhadap
perusahaan dimana investasi dilakukan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian
Dewi (2008) yang menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan dividen.
4.8.3. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen
Kebijakan hutang yang diproksikan menggunakan DER tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kebijakan dividen. Sebagai beberapa contoh pada PT.
AKR Corporindo pada tahun 2007 memiliki kebijakan hutang yang di proksikan
dengan DER sebesar 1,5653, kebijakan dividen sebesar 0,3115, PT. Astra
International pada tahun 2007 memiliki DER sebesar 1,1687, kebijakan dividen
sebesar 0,1863, PT. Hexindo Adi Perkasa pada tahun 2007 memiliki DER sebesar
2,6761, kebijakan dividen sebesar 0,0471, PT. Indofood Sukses Makmur pada tahun
2008 memiliki DER sebesar 3,1105, kebijakan dividen sebesar 0,3983 dari beberapa
contoh diatas dapat dikatakan bahwa besar nya kebijakan hutang yang dimiliki
perusahaan tidak mempengaruhi besarnya pembagian dividen karena perusahaan
lebih cenderung untuk melunasi hutangnya. Untuk melihat besar nya DER dan
kebijakan dividen, contoh-contoh lain dilihat pada lampiran 2. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian Arilaha (2009), yang menyatakan kebijakan hutang tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen. Sehingga kepentingan
kreditur harus tetap diperhatikan karena keuntungan disimpan untuk pelunasan
hutang, bukan untuk pembagian dividen.
4.8.4. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen
Profitabilitas yang diproksikan dengan ROA (return on asset) berpengaruh
secara signifikan terhadap kebijakan dividen, hal ini menunjukkan bahwa
profitabilitas adalah untuk mengukur seberapa efektif manajemen dalam mengelola
asset dan modal yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba. Sebagai contoh
pada PT. Astra International pada tahun 2007 memiliki profitabilitas sebesar 0,1026,
kebijakan dividen sebesar 0,1863, PT. Astra Otoparts tahun 2007 memiliki
profitabilitas sebesar 0,1317, kebijakan dividen sebesar 0,1949, PT. HM Sampoerna
pada tahun 2008 memiliki profitabilitas sebesar 0,2414, kebijakan dividen sebesar
0,2475 bisa dikatakan bahwa perusahaan yang memperoleh keuntungan besar akan
membayar porsi keuntungan yang lebih besar, sebagai dividen. Sehingga bisa
dikatakan kebijakan dividen dilihat dari porsi besar kecilnya pembagian dividen yang
dibagikan, sesuai dengan tingkat keuntungan/profit yang didapatkan oleh
perusahaan. Untuk melihat contoh perusahaan lain dan perhitungan profitabilitas dan
nilai kebijakan dividennya dapat dilihat pada lampiran 2. Hasil ini mendukung
penelitian Arilaha (2009), yang menyatakan profitabilitas berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan dividen.
4.8.5. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen
Ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan
dividen, secara teori mengindikasikan bahwa perusahaan yang memiliki ukuran
perusahaan besar akan mudah memasuki pasar modal. Sebaliknya perusahaan
memiliki asset rendah akan membagi dividen yang rendah, tetapi pada penelitian ini
ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen artinya tidak ada
pengaruh perusahaan besar maupun perusahan kecil dalam melakukan pembayaran
dividen. Pada penelitian ini menggunakan semua perusahaan go public yang terdaftar
di BEI sehingga terjadi keanekaragaman jenis perusahaannya serta ukuran
perusahaan apabila dilihat dari assetnya.
Jumlah perusahaan yang memiliki asset yang masuk ke dalam klasifikasi
perusahaan menengah dan besar jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan
perusahaan yang memiliki asset yang kecil tetapi cenderung lebih banyak perusahaan
yang memiliki asset yang besar. Dalam penelitian ini perusahaan dengan ukuran
besar (large) berjumlah 173 perusahaan memiliki persentase 61,8%, perusahaan
dengan ukuran menengah (medium) berjumlah 82 perusahaan memiliki persentase
sebesar 29,3%, dan sisanya yaitu perusahaan dengan ukuran kecil (small) berjumlah
25 perusahaan memiliki presentase 8,9%, persentase tersebut dihitung dengan
Frequencies yang terdapat pada SPSS 16 dan tabelnya bisa dilihat pada lampiran 4.
Dapat dikatakan bahwa berapapun besarnya size selama periode pengamatan
tidak berpengaruh terhadap tingkat dividen yang dibayarkan, Sebagai beberapa
contoh PT Akr Corporindo yang termasuk perusahaan besar dilihat dari asetnya pada
tahun 2010 yang di proksikan dengan LN total asset sebesar 15,85 dengan kebijakan
dividen sebesar 0,024, PT Bank Mandiri yang termasuk perusahaan besar, pada
tahun 2009 memiliki nilai LN total asset sebesar 19,79 dengan kebijakan dividen
sebesar 0,0574, PT SMART yang termasuk perusahaan besar, pada tahun 2007
memiliki nilai LN total asset sebesar 15,90 dengan kebijakan dividen sebesar 0,0145,
pada tahun 2010 PT Sepatu Bata yang termasuk perusahaan medium memiliki nilai
LN total asset sebesar 13,09 dengan kebijakan dividen sebesar 0,0003.
Sedangkan PT Panca Global Securitas yang dikategorikan perusahaan kecil
pada tahun 2008 memiliki LN total asset sebesar 11,79 dengan kebijakan dividen
sebesar 1,3333 perusahaan ini memiliki kebijakan dividen lebih besar dibandingkan
perusahaan-perusahaan besar diatas dan PT Juasindo Tiga Perkasa yang termasuk
perusahaan kecil dilihat dari LN total asset pada tahun 2010 sebesar 12,37 dengan
kebijakan dividen sebesar 0.6481, perusahaan ini memiliki kebijakan dividen lebih
besar dibandingkan perusahaan-perusahaan besar diatas padahal PT Juasindo Tiga
Perkasa masuk dalam kategori perusahaan kecil, sehingga dapat dikatakan bahwa
besarnya asset tidak mempengaruhi besar nya kebijakan dividen.
Perusahaan besar pun belum tentu membagikan dividen dengan nilai yang
besar dan ukuran perusahaan tidak bisa dijadikan tolok ukur untuk pembagian
dividen. Untuk melihat klasifikasi perusahaan-perusahaan lainnya, besarnya ukuran
yang di proksikan dengan LN total asset dan berapa kebijakan dividennya, bisa
dilihat pada lampiran 3. Hasil pada penelitian ini bertentangan dengan penelitian
Dewi (2008), yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan besar lebih cenderung
untuk menaikkan kebijakan dividen dari pada perusahaan kecil.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dibuat
kesimpulan sebagai berikut :
1. Variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh yang signifikan terhadap
kebijakan dividen. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan dividen tidak terbukti
(H1 ditolak). Dengan demikian besar kecilnya kepemilikan manajerial tidak
dapat mempengaruhi besar kecilnya kebijakan dividen.
2. Variabel kepemilikan institusional berpengaruh yang signifikan terhadap
kebijakan dividen. Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan dividen terbukti (H2
diterima). Dengan demikian besar kecilnya kepemilikan institusional dapat
mempengaruhi besar kecilnya kebijakan dividen.
3. Variabel kebijakan hutang tidak berpengaruh yang signifikan terhadap kebijakan
dividen. Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa kebijakan
dividen berpengaruh terhadap kebijakan dividen tidak terbukti (H3 ditolak).
Dengan demikian besar kecilnya kebijakan hutang tidak dapat mempengaruhi
besar kecilnya kebijakan dividen.
4. Variabel profitabilitas berpengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen.
Dengan demikian hipotesis keempat yang menyatakan bahwa profitabilitas
berpengaruh terhadap kebijakan dividen terbukti (H4 diterima). Dengan
demikian besar kecilnya profitabilitas dapat mempengaruhi besar kecilnya
kebijakan dividen.
5. Variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh yang signifikan terhadap
kebijakan dividen. Dengan demikian hipotesis kelima yang menyatakan bahwa
ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen terbukti (H5
ditolak). Dengan demikian besar kecilnya ukuran perusahaan tidak dapat
mempengaruhi besar kecilnya kebijakan dividen.
5.2. Saran
5.2.1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan,
diantaranya adalah :
1. Menambah periode tahun penelitian, sehingga akan banyak perusahaan yang
menjadi sampel penelitian.
2. Menambah jumlah variabel independen, yang mungkin bisa dipergunakan dalam
penelitian selanjutnya. Misalnya : Pertumbuhan laba (earnings growth).
5.2.2. Bagi Perusahaan
Pihak perusahaan sebaiknya juga memperhatikan kebijakan dividen yang
diberikan, jangan sampai pihak perusahaan hanya memperhatikan keuntungan
perusahaan saja, tanpa memperhatikan kemakmuran pemegang saham dengan tidak
membagikan dividen.
5.2.3. Bagi Investor
Investor sebaiknya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan dividen seperti kepemilikan institusional dan profitabilitas. Perusahaan
dengan laba yang tinggi akan cenderung menggunakan laba ditahan untuk
membagikan dividen, hal ini untuk menjaga image perusahaan.
Daftar Pustaka
Arilaha, M.A. 2009. “Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas, Likuiditas, dan
Leverage terhadap Kebijakan Dividen”. Jurnal Keuangan dan Perbankan.
Vol.13, No.1, hal. 78-87.
Astuti, Dewi.2004. Manajemen Keuangan Perusahaan. Cetakan Pertama. Ghalia
Indonesia. Jakarta.
Christiawan, Yulius Jogi dan Josua Tarigan. 2007. “Kepemilikan Manajerial :
Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan”. Jurnal Akuntansi Dan
Keuangan. Vol. 9. No.1. Mei. Hal. 1-8. Universitas Kristen Petra. Surabaya.
Damayanti, Susana dan Fatchan Achyani. 2006. “Analisis Pengaruh Investasi,
Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan
terhadap Kebijakan Dividend Payout Ratio (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di BEJ)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan.
Vol.5. No.1. April 2006. Hal.51-62. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta.
Dewi, S.C. 2008. “Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan Institusional,
Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan
Dividen”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol.10, No.1, hal.47-58.
Fauz, A. Dan Rosidi. 2007. “Pengaruh Aliran Kas Bebas, Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional, Kebijakan Utang dan Collateral Asset terhadap
Kebijakan Dividen”. Jurnal Ekonomi dan Manajemen. Vol.8, No.2, hal.
259-267.
Ghozali, Imam (2005). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Ghozali, Imam (2006). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Halim, Abdul.2007. Manajemen Keuangan Bisnis. Ghalia Indonesia. Bogor.
Harahap, Sofyan Syafri. 2002. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Cetakan
Ketiga. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Edisi
Pertama. Salemba Empat. Jakarta.
Jensen, M.C., dan Meckling, W.H, 1976. “Theory of The Firm: Managerial
Behaviour, Agency Costs and Ownership Structure”. Journal of Financial
and Quantitative Analysis. Hlm.236-247.
Keputusan Ketua Bapepam No. kep-11/PM/1997. Peraturan nomor IX.C.7.
Perusahaan Menengah atau Kecil.
Nugroho, Bhuana Agung. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian
dengan SPSS. Edisi 1. Jogyakarta.
Nugroho, Setya. 2004. Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Dividen Pada Perusahaan yang terdaftar di BEJ. Tesis Magister Manajemen
(dipublikasikan). Semarang
Nuringsih, Kartika. 2005. “Analisis Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kebijakan
Hutang, ROA Dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen: Studi
1995-1996”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juli-Desember,
Vol. 2, No. 2, hlm.103-123.
Riyanto, Bambang.2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat.
Yogyakarta. Cetakan Ketujuh. BPFE
Robbert Ang. 1997. Buku Pintar: Pasar Modal Indonesia. Mediasoft Indonesia.
Sartono, R.A. 1995. Manajemen Keuangan Edisi 1, Yogyakarta: BPFE.
Sartono, R.A. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Keempat. Cetakan Pertama. BPFE.
Yogyakarta.
Sawir, Agnes. 2001. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Soemarso, S.R.2005. Akuntansi Suatu Pengantar. Salemba 4, Semarang.
Sudarsi, Sri. 2002. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividen Payout
Ratio Pada Industri Perbankan yang Listed Di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”.
Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol. 9. No.1. Maret. Hal.76-88. STIE
Stikubank. Semarang.
Suharli, M. 2007. “Pengaruh Profitabilitas dan Invesment Opportunity Set terhadap
Kebijakan Dividen Tunai dengan Likuiditas sebagai Variabel Penguat”.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.9, No.1, hal. 9-17.
Supardi. 2005. Metode Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Cetakan Pertama. UII
Press. Yogyakarta.
Umar, Husein. 2005. Metode Penelitian : Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Edisi
Baru Cetakan Ketujuh. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Download