BAB 2 LANDASAN TEORI

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Teori-teori
2.1.1 Knowledge Management (KM)
Knowledge Management menurut Tobing (2007: 8), adalah mekanisme dan
proses yang terpadu dalam penyimpanan, pemeliharaan, pengorganisasian informasi
bisnis dan pekerjaan yang berhubungan dengan penciptaan berbagai informasi
menjadi aset intelektual organisasi yang permanen.
Menurut Jashapara (2011: 342), KM adalah suatu proses pembelajaran yang
baik, berhubungan dengan eksplorasi, eksploitasi, dan saling berbagi pengetahuan
dengan manusia dan teknologi tepat guna serta lingkungan budaya sebuah organisasi
untuk meningkatkan modal intelektual.
Menurut Dalkir (2007: 4), KM dari sudut pandang business perspective
pengelolaan pengetahuan merupakan aktivitas bisnis yang terdiri dari dua aspek
utama, yaitu:
• Ancaman pengetahuan tentang kegiatan usaha sebagai eksplisit dari suatu
perhatian bisnis yang tercermin dalam strategi, kebijakan, dan praktek di semua
tingkat organisasi serta membuat hubungan langsung antara intelektual organisasi.
• KM adalah pendekatan kolaboratif yang terintegrasi untuk proses penciptaan,
penangkapan, pengorganisasian akses dan penggunaan aset intelektual sebuah
perusahaan.
7
8
Dari perspektif proses sumber daya manusia menurut Skyrme dalam Jashapara
(2011: 13), KM adalah manajemen eksplisit dan sistematis pengetahuan penting dan
proses yang terkait untuk menciptakan, mengumpulkan "pengorganisasian" difusi,
penggunaan dan eksploitasi, dalam mengejar tujuan organisasi.
Sedangkan dari perspektif sistem informasi menurut Mertins et al dalam
Jashapara (2011: 13), KM adalah semua metode instrument dan alat-alat yang dalam
pendekatan holistik kontribusi untuk peningkatan proses pengetahuan inti.
Maka simpulan KM yaitu proses penyimpanan dan pemeliharaan informasi
dalam organisasi untuk pengambilan keputusan di dalam suatu organisasi.
2.1.2 Knowledge Tacit dan Knowledge Explicit
Knowledge Tacit menurut Tobing (2007: 9), adalah knowledge yang terletak di
mind atau melekat di dalam diri seseorang yang diperolehnya melalui pengalaman,
gagasan. ide, persepsi, serta keahlian dalam pekerjaannya.
Knowledge explicit menurut Tobing (2007: 9), adalah knowledge yang sudah
direkam, dan didokumentasikan sehingga lebih mudah didistribusikan dan dikelola.
Menurut Polanyi yang dikutip oleh Dalkir (2011: 9), ada dua jenis knowledge
yaitu:
• Tacit knowledge
Suatu bentuk pengetahuan yang sulit untuk diartikan dalam bentuk kata, teks
maupun gambar.
• Explicit Knowledge
Yaitu konten representasi yang telah ditangkap dalam beberapa sumber.
9
Tacit Knowledge
Explicit Knowledge
o Mampu untuk beradaptasi,
o Mampu untuk menyebarkan,
mampu mengahadapi situasi
menggandakan, untuk mengakses dan
baru dan luar biasa
menerapkan keseluruh organisasi
o Sistem pakar, know-how, knowwhy, dan care-why
o Kemampuan untuk mengajar dan
melatih
o Mampu untuk
o Mampu untuk mengatur,
mengkolaborasikan, berbagi visi,
mensistematisasi, menerjamahkan visi
dan mentransmisikan budaya
kedalam pernyataan misi, untuk
menjadi pedoman operasional.
o Proses pelatihan untuk
o Mentransfer pengetahuan lewat
mentransfer pengetahuan dari
produk, pelayanan, dan proses
suatu pengalaman
pendokumentasian.
Tabel 2.1 Perbedaan antara Tacit Knowledge dan Explicit Knowledge
Sumber : Dalkir (2011: 10)
Menurut Nonaka dan Ichijo (2007: 283), explicit knowledge dapat
diekspresikan dalam kata dan angka, serta mudah dikomunikasikan dan disebarkan
dalam bentuk dokumen, formulasi ilmiah, atau prosedur pengkodean. Tacit
knowledge merupakan personal knowledge, sulit diungkapkan dengan bahasa formal
untuk dikomunikasikan.
2.1.3 Manfaat KM Bagi perusahaan
Menurut Andriarto, et al (2008: 3) KM memiliki manfaat serta fungsi penting
yang terbagi dalam empat hal yaitu: mengidentifikasi aset kunci dari knowledge ada
di dalam perusahaan, merefleksikan apa yang organisasi diketahui, saling berbagi
segala knowledge kepada siapapun yang membutuhkannya, menerapkan penggunaan
knowledge untuk meningkatkan kinerja organisasi.
10
Keuntungan dan manfaat KM menurut Tobing (2007: 38) sangat beragam dan
cukup banyak, antara lain:
• Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan.
• Meningkatkan kualitas penanganan pelanggan.
• Mempercepat respon terhadap isu–isu bisnis yang penting.
• Meningkatkan keterampilan karyawan.
• Meningkatkan produktivitas.
• Meningkatkan profit.
• Berbagi praktek–praktek terbaik.
• Mengurangi biaya.
• Meningkatkan kolaborasi dalam perusahaan.
• Cara kerja yang lebih baik.
• Meningkatkan pangsa pasar.
• Menciptakan peluang–peluang bisnis baru
2.1.4 Kriteria Keberhasilan KM
Menurut Tobing (2007: 137), kunci sukses dari KM adalah knowledge sharing,
karena melalui knowledge sharing terjadi peningkatan value dari knowledge yang
dimiliki perusahaan. Seseorang yang melakukan knowledge sharing tidak akan
kehilangan knowledge dimilikinya, tetapi justru melipat gandakan nilai dari
knowledge tersebut apabila sudah dimanfaatkan oleh banyak orang. Budaya berbagi
pengetahuan merupakan pondasi bagi proses learning, di mana proses learning
memperluas inovasi dan dengan inovasi perusahaan dapat tumbuh dan bertahan.
11
Menurut Tobing (2007: 137), elemen-elemen penting budaya sharing terdiri
dari beberapa hal, yaitu:
• Keterlibatan pemimpin memberi keteladanan serta monitoring.
• Membangun kepercayaan dan keterbukaan.
• Mempromosikan knowledge sharing dan kolaborasi.
• Apresiasi terhadap knowledge, pembelajaran,dan inovasi.
• Memiliki struktur organisasi yang mendukung dan adaptif.
Menurut Nonaka dan Ichijo (2007: 289), sharing knowledge dalam suatu
organisasi merupakan sebuah pemicu serta sebuah langkah awal dari suksesnya
penciptaan knowledge.
2.1.5 Proses Transformasi Informasi Menjadi Knowledge
Menurut Davenport dan Prusak (2007: 18), proses transformasi informasi
menjadi knowledge melalui 4 tahapan yaitu:
• Comparasion : membandingkan informasi pada situasi tertentu dengan situasi–
situasi lain yang telah diketahui.
• Consequences : menemukan implikasi–implikasi dari informasi yang bermanfaat
untuk pengambilan keputusan dan tindakan.
• Connections : menemukan hubungan bagian–bagian kecil dari informasi dengan
hal–hal lainnya.
• Conservations : membicarakan pandangan, pendapat serta tindakan orang lain
terkait informasi tersebut.
12
2.1.6 Tahapan dan Level dari Implementasi Knowledge Management
Stage 4
Policy & Methods fully standardized
KM control fully established
Stage 4
Policy & Methods standardized
Control largely established
Stage 3
Individual practice implemented
KM control party established
Stage 2
KM Topic addressed
KM control topic addressed
Stage 1
Existing awareness for KM
No KM control established
Gambar 2.1 Implementasi KM
Sumber: Minonne dan Turner (2009)
Menurut Minonne dan Turner (2009) dalam jurnal yang berjudul “Evaluating
Knowledge Management Performance”, ada 5 (lima) tahapan dari pengembangan
dan implementasi KM, yaitu:
• Stage 1
Pada stage 1 ini, dasar dari KM sudah mulai dimengerti. Perbedaan antara
KM dengan information management sudah mulai dimengerti dengan jelas oleh
beberapa divisi di perusahaan.
Selain itu, keuntungan potensial yang bisa didapatkan dari KM mulai
dibahas dan menjadi perhatian perusahaan. Pada stage 1 ini, belum ada standar
pengukuran dan metric yang digunakan.
13
• Stage 2
Pada stage 2 ini, program KM sudah mulai dijalankan secara
resmi.Dukungan-dukungan dari divisi-divisi dan unit kerja di dalam perusahaan
sudah mulai terlihat, dan model dari KM sudah ditetapkan. Kegiatan-kegiatan
untuk eksplorasi knowledge telah mendapatkan dukungan dari perusahaan, dan
mulai aktif dipromosikan kepada para staff di perusahaan. Pada stage 2 ini,
struktur dari knowledge yang ada di dalam perusahaan sudah mulai terbentuk,
dengan harapan akan adanya knowledge - knowledge baru yang masuk ke dalam
repository knowledge perusahaan. Pada stage 2 ini, beberapa metric pengukuran
kualitatif mulai digunakan untuk mengawal implementasi KM lebih lanjut di
dalam perusahaan.
• Stage 3
Pada stage 3 ini, personil-personil dari tim KM sudah ditetapkan, dan dana
sudah dialokasikan untuk menjalankan proyek KM. Pada stage 3 ini, aktivitas dari
pengumpulan knowledge sudah memasuki tahapan knowledge innovation. Dengan
knowledge innovation, perusahaan mengakomodasi ide-ide dan knowledge baru,
asimilasi dari knowledge-knowledge yang ada di perusahaan, dan penciptaaan
inovasi-inovasi baru, yang membantu perusahaan untuk pembuatan produk dan
jasa yang baru dan inovatif. Pada stage 3 ini, metric pengukuran yang hampir
semuanya adalah kualitatif, ditambah beberapa metrik pengukuran kuantitatif
digunakan untuk mengukur efektivitas dan efisiensi dari implementasi KM.
• Stage 4
Pada stage 4 ini, KM sudah menjadi bagian dari proses bisnis perusahaan.
Knowledge dissemination mulai dilaksanakan, dan dipromosikan secara aktif di
perusahaan.
14
Fokus dari knowledge dissemination ini adalah membangun strategi untuk
menyebarkan knowledge yang tersimpan di dalam perusahaan, dan bagaimana
cara mengubah explicit knowledge yang tersimpan di dalam perusahaan menjadi
tacit knowledge para staff di perusahaan. Hasil utama yang diharapkan dari stage
4 ini adalah kinerja KM ditinjau dari sisi ekonomisnya, telah mencapai, bahkan
melebihi ekspektasi perusahaan. Gabungan antara metric pengukuran kualitatif
dan kuantitatif digunakan dalam stage 4 ini untuk mengukur efektivitas dan
efisiensi dari implementasi KM, yang menjadi bahan pertimbangan untuk arah
perusahaan ke depannya.
• Stage 5
Pada stage 5 ini, KM sudah menjadi bagian dari strategi pengembangan
perusahaan. Perusahaan mulai mengimplementasikan knowledge automation,
yang menggunakan sistem dan teknologi informasi secara maksimal untuk
mengotomatisasi proses pengembangan knowledge. Fokus utama dari stage 5 ini
adalah efisiensi dan skala keekonomisan dari pemanfaatan sistem KM, dan
peningkatan keefektivitasan dan efisiensi dari manajemen asset knowledge
perusahaan. Pengukuran atau KPI (Key Performance Indicator) kualitatif dan
kuantitatif digunakan untuk mengukur kinerja dari sistem KM, dan mengukur
efektivitas dan efisiensi dari strategi KM yang diimplementasikan oleh
perusahaan.
2.1.7 Proses Penciptaan Knowledge
Menurut Nonaka, dan Ichijo (2007: 297), suatu organisasi tidak dapat
menciptakan knowledge sendiri, karena harus mengerahkan tacit knowledge dan
mengakumulasikan mulai dari level individu.
15
Pengerahan tacit knowledge ini diperkuat dengan namanya knowledge spiral, di mana
hal ini merupakan interaksi antara tacit knowledge dengan explicit knowledge.
Menurut Bambang et al (2009: 35), Faktor budaya memegang peran yang
sangat penting dalam mendukung proses penciptaan knowledge organisasi dan
keberhasilan knowledge manajemen diorganisasi.
Berbagi knowledge berarti setiap anggota organisasi menyadari pentingnya
knowledge bagi organisasi, bersama-sama ingin membangun knowledge organisasi,
serta rela membangun budaya knowledge sharing di dalam diri SDM organisasi.
• Sosialisasi
Proses sosialisasi antar SDM di organisasi salah satunya dilakukan melalui
pertemuan tatap muka (rapat, diskusi, dan pertemuan bulanan). Melalui pertemuan
tatap muka ini, SDM dapat saling berbagi knowledge dan pengalaman yang
dimilikinya sehingga tercipta knowledge baru. Rapat dan diskusi yang dilakukan
secara berkala harus memiliki notulen rapat. Notulen rapat ini kemudian menjadi
bentuk explicit (dokumentasi) dari knowledge.
Di dalam sistem KM yang akan dikembangkan, fitur-fitur Collaboration,
seperti e-mail, diskusi elektronik, komunitas praktis (communities of practice)
memungkinkan pertukaran tacit knowledge (informasi, pengalaman, dan keahlian)
dimiliki seseorang sehingga organisasi semakin mampu belajar serta melahirkan
ide-ide baru yang kreatif dan inovatif. Organisasi telah mendorong penggunaan
intranet dan e-mail kepada seluruh karyawannya. Hal ini baik untuk dilakukan
karena bermanfaat untuk meningkatkan koordinasi, mempercepat proses aktivitas,
dan menumbuhkan budaya belajar.
16
• Eksternalisasi
Sistem KM akan sangat membantu proses eksternalisasi ini, yaitu proses
untuk mengartikulasikan tacit knowledge akan menjadi suatu konsep yang jelas.
Dukungan
terhadap
proses
eksternalisasi
ini,
dapat
diberikan
dengan
mendokumentasikan notulen rapat (bentuk eksplisit dari knowledge yang tercipta
saat diadakannya pertemuan) kedalam bentuk elektronik untuk kemudian dapat
dipublikasikan kepada yang berkepentingan.
• Kombinasi
Proses konversi knowledge melalui kombinasi adalah mengkombinasikan
berbagai explicit knowledge yang berbeda untuk disusun ke dalam sistem KM.
Media untuk proses ini dapat melalui intranet (forum diskusi), database organisasi
dan internet untuk memperoleh sumber eksternal. Fitur-fitur enterprise portal
seperti
knowledge
organization
system
yang
memiliki
fungsi
untuk
pengkategorian informasi (taksonomi), pencarian, dan sebagainya sangat
membantu dalam proses ini.
Data yang telah tersimpan dalam sistem (datawarehouse) dianalisis
terutama untuk analisis data kondisi daerah, keuangan, operasional, serta yang
bersifat strategis, seperti pembuatan indikator-indikator kinerja. Demikian pula
content management memiliki fungsi untuk mengolah informasi organisasi baik
terstruktur (database) maupun tidak terstruktur (dokumen, laporan, notulen) dapat
mendukung proses kombinasi ini.
• Internalisasi
Semua
dokumen
data,
informasi
dan
knowledge
yang
sudah
didokumentasikan dapat di-sharing. Inilah terjadi peningkatan knowledge sumber
daya manusia.
17
Sumber-sumber explicit knowledge dapat diperoleh melalui media intranet
(database organisasi), surat edaran atau surat keputusan, papan pengumuman dan
internet serta media massa sebagai sumber external untuk dapat mendukung
proses ini sistem perlu memiliki alat bantu pencarian dan pengambilan dokumen.
Content management, selain mendukung proses kombinasi, juga dapat
memfasilitasi proses internalisasi pemicu untuk proses ini adalah penerapan
“learning by doing”. Fitur-fitur terdapat pada fungsi learning akan sangat
membantu terlaksananya proses ini. Selain itu pendidikan dan pelatihan (training)
dapat mengubah berbagai pelajaran tertulis (explicit knowledge) menjadi tacit
knowledge pada karyawan.
Menurut Nonaka dan Takeuchi yang dikutip oleh Dalkir (2011: 64),
menyatakan bahwa proses penciptaan knowledge perusahaan terjadi karena adanya
konversi antara tacit knowledge dan explicit knowledge, melalui proses sosialisasi,
eksternalisasi, kombinasi, dan internalisasi.
Gambar 2.2 Pemetaan Infrastruktur TI ke dalam Proses SECI
Sumber : Dalkir (2011: 66)
18
2.1.8 Knowledge Management Cycle (KMC)
Menurut Bukowitz dan Williams yang dikutip oleh Dalkir (2011: 38), KMC
adalah suatu kerangka kerja yang terdiri dari tempat penyimpanan pengetahuan,
hubungan, TI, infrastuktur komunikasi, keahlian fungsional, lingkungan, kecerdasan
organisasi dan sumber daya eksternal.
Fungsi siklus KM menurut Turban clan Volonino (2010: 394) meliputi:
• Create Knowledge : knowledge tercipta sebagai suatu cara baru dalam melakukan
sesuatu atau menggambarkan know-how, terkadang external knowledge termasuk
di dalamnya.
• Capture Knowledge : knowledge baru harus diidentifikasi sebagai sesuatu yang
bernilai dan dapat direpresentasikan dengan beralasan.
• Refine Knowledge : knowledge baru harus ditempatkan dalam suatu makna
sehingga dapat ditindak lanjuti.
• Store Knowledge : knowledge yang berguna harus disimpan dalam knowledge
repository dengan format sistematis, sehingga semua bagian dalam organisasi
dapat mengaksesnya.
• Manage Knowledge : knowledge harus tetap update dan dapat di review untuk
memastikan knowledge tersebut relevan dan akurat.
• Disseminate Knowledge : knowledge harus tersedia dalam format yang berguna
bagi organisasi kapan dan di mana saat dibutuhkannya.
2.1.9 Inukshuk KM Model
Menurut Girard yang dikutip oleh Dalkir (2011: 91) Inukshuk KM model
dikembangkan untuk membantu departemen pemerintahan Canada dalam membantu
mengelola pengetahuan.
19
Inukshuk telah digunakan selama berabad-abad, keterampilan membangun
sebuah Inukshuk secara tradisional melewati turun dari satu generasi ke generasi
berikutnya dengan masing-masing struktur memiliki tujuan tertentu. Awalnya
digunakan untuk menunjukan jalan ke tempat memancing atau ke desa terdekat di
mana traveler mungkin menemukan suatu arah, tetapi kemudian berkembang
memiliki kegunaan spiritual, menandai tempat penghakiman, dan pengambilan
keputusan.
MEASUREMENT
Tacit Knowledge
Explicit Knowledge
Socialization
Externalization
Combination
Internalization
LEADERSHIP
TECHNOLOGY
CULTURE
Gambar 2.3 Overview of the Inukshuk KM Model
Sumber : Dalkir (2011: 91)
Menurut Girard yang dikutip oleh Dalkir (2011: 91), Proses elemen Inukshuk
secara langsung berasal dari Model SECI. Technology dan culture merupakan
elemen struktur penting yang membantu menjaga integritas sebuah penelitian.
Measure dan leadership ditempatkan di bagian paling atas untuk mewakili
pentingnya fungsi secara menyeluruh dalam mengukur dampak KM dan
menyediakan kepemimpinan serta dukungan untuk implementasi tersebut.
20
2.1.10 Knowledge Taxonomy
Menurut Dalkir (2011: 124), taxonomy merupakan sistem aplikasi dasar yang
berguna untuk memaparkan konsep-konsep dalam bentuk Hierarchical Model.
Semakin tinggi suatu konsep diletakan, maka semakin umum dan dapat dirincikan.
Begitu juga sebaliknya, semakin rendah suatu konsep, maka semakin spesifik nama
dari satu subclass.
Plants
House plants
Landscaping plants
Flowering
Foliage
Native / wild plants
Ground
Cover
Trees
Cacti
Deciduous
Evergreen
Gambar 2.4 Example of Knowledge Taxonomy
Sumber : Dalkir (2011: 125)
Menurut Dalkir (2011: 124), konsep penting yang menggaris bawahi
taksonomi adalah gagasan tentang turunan. Setiap node merupakan suatu sub
kelompok dari kelas atasnya, itu mengartikan bahwa simpul yang lebih tinggi akan di
pindahkan dari kelas induk ke kelas anak/cabang.
21
2.2
Pengertian Object-oriented analysis and design (OOAD)
Menurut satzinger et al (2010: 60), Object-Oriented Analysis (OOA)
mendefinisikan semua jenis benda yang melakukan pekerjaan dalam sistem dan
menunjukkan apa yang pengguna interaksi, disebut kasus penggunaan, diperlukan
untuk menyelesaikan tugas.
Menurut satzinger et al (2010: 60), Object-Oriented Design (OOD)
mendefinisikan semua jenis tambahan benda yang diperlukan untuk berkomunikasi
dengan orang-orang dan perangkat dalam sistem, menunjukkan bagaimana objek
berinteraksi untuk menyelesaikan tugas-tugas, dan menyempurnakan definisi dari
masing-masing jenis objek sehingga dapat diimplementasikan dengan bahasa tertentu
atau lingkungan.
2.3
Analisa dan Perancangan Sistem Informasi
2.3.1 Analisis Sistem
Menurut Satzinger (2010: 4), analisis adalah proses pemahaman dan
menentukan secara rinci informasi apa yang harus dilakukan pada perusahaan.
Dalam membuat perancangan sistem informasi ini harus memakai metode yang tepat
sehingga dapat mendekati atau tercapai tujuan dari pembuatan sistem.
Menurut Laudon (2010: 208) analisis sistem adalah suatu masalah yang coba
diselesaikan perusahaan dengan SI. Tahap ini terdiri atas pendefinisian masalah,
identifikasi penyebab, pencarian solusi, dan identifikasi kebutuhan informasi yang
harus dipenuhi oleh suatu solusi sistem.
Analisis sistem menurut McLeod dan Schell (2007: 154), adalah suatu
penelitian terhadap sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem
baru dan kemudian diimplementasikan.
22
Maka simpulan dari analisis sistem adalah suatu penelitian dari sistem yang
telah ada untuk mendapatkan kebutuhan informasi untuk merancang sistem baru dan
kemudian diimplementasikan dalam suatu organisasi.
2.3.2 Pengertian Perancangan Sistem
Menurut Laudon (2008: 210) perancangan sistem adalah keseluruhan rencana
atau model untuk sistem. Perancangan sistem menggambarkan apa yang harus
dilaksanakan oleh sistem dalam memenuhi kebutuhan informasi.
Menurut McLeod dan Schell (2011: 192), perancangan sistem adalah proses
penentuan data yang diperlukan oleh sistem baru dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan pemakai dan memberikan gambaran serta perancangan bangun secara
lengkap dari pihak terlibat di dalamnya.
Simpulan dari perancangan sistem adalah suatu spesifikasi dengan cara
melakukan fungsi-fungsi yang telah diidentifikasi pada saat analisis sistem dengan
tujuan untuk menangani dan
mengatasi masalah yang terjadi di dalam suatu
organisasi.
2.4
Pemodelan Analisa dan Perancangan Sistem Informasi
Menurut Satzinger (2010: 4) dalam memakai metode perancangan ada
beberapa tahapan yang dipakai dalam merancang sistem yaitu information system
analysis dan information design dari sistem yang berjalan.
2.4.1 Activity Diagram
Menurut Satzinger (2010: 141)
activity diagram adalah jenis alur kerja
diagram yang menggambarkan pengguna kegiatan dan mereka berurutan aliran.
23
Simbol-simbol dasar yang digunakan dalam activity diagram yaitu:
• Oval mewakili kegiatan individu dalam sebuah alur kerja.
• Panah menghubungkan mewakili urutan antara kegiatan.
• Lingkaran hitam yang digunakan untuk menunjukkan awal dan akhir dari alur
kerja.
• Berlian adalah titik keputusan di mana aliran proses tersebut akan mengikuti satu
jalur atau jalan lain.
• Garis padat adalah sinkronisasi bar, baik yang membagi jalan ke jalan bersamaan
atau recombines jalan bersamaan.
• Swimlane tersebut merupakan agen yang melakukan kegiatan.
Scynchronization
bar (Split)
Swimlane
Starting activity
(Pleseduo)
Scynchronization
bar (Join)
Transation arow
Decision activity
Activity
Ending Activity
(Pleseduo)
Gambar 2.5 Activity Diagram Symbol
Sumber : Satzinger (2010: 142)
Another way to
show decision
24
2.4.2 Class Diagram
Menurut Satzinger (2010: 60) Domain Model Class Diagram adalah model
grafis yang digunakan dalam berorientasi objek pendekatan untuk menunjukkan
kelas benda dalam system.
Notasi untuk class diagram yaitu :
• Class yang berisi atribut dan method
• Struktur relasi pada class diagram, yaitu:
o Asosiasi adalah hubungan umum antar class.
o Agregasi adalah relasi yang menggambarkan class bagian dari class lain.
o Generalisasi adalah pengelompokkan beberapa class secara umum.
Multiplicity atau hubungan antara objek dengan objek
o
yang lain pada class diagram.
Gambar 2.6 Class Diagram
Sumber : Satzinger (2010: 142)
2.4.3 Use Case Diagram
Menurut Satzinger (2010: 242), usecase diagram adalah diagram untuk
menunjukkan berbagai pengguna peran dan bagaimana peran menggunakan system.
25
Langkah-langkah mendokumentasikan kasus dalam sebuah usecase diagram yaitu:
• Sebuah tongkat digunakan untuk mewakili seorang aktor. Tongkat diberi nama
yang mencirikan peran.
• Proses kegiatan sendiri dilambangkan oleh oval dengan nama kegiatan di
dalamnya.
• Garis penghubung antara aktor, menunjukkan aktor yang melakukan kegiatan.
Connecting line to
show which actors
participate in which
use cases
Stick figure called
an actor and
representing a role
(for now, think
“has hands” to
remember the
direct contact with
the automated
system)
Gambar 2.7 Use Case Diagram
Sumber : Satzinger (2010: 243)
2.4.4 Use Case Description
Menurut Satzinger (2010: 171) use case description adalah deskripsi yang
berisi daftar rincian proses untuk use case.
Biasanya, uraian kasus ditulis pada tiga tingkat yang terpisah:
• Brief Description
Sebuah deskripsi singkat dapat digunakan untuk pengunaan kasus yang sangat
sederhana, terutama ketika sistem yang akan dikembangkan juga kecil.
• Intermediate Description
Sebuah
deskripsi tingkat menengah
menggunakan
uraian
kasus untuk
mengembangkan penjelasan singkat dengan menyertakan aliran kegiatan internal.
26
• Fully Developed Description
Sebuah deskripsi pengembangan sepenuhnya adalah metode yang paling formal
untuk mendokumentasikan kasus.
2.4.5 System Sequence Diagram
Menurut Satzinger (2010: 242) system sequence diagram adalah diagram yang
menunjukkan urutan pesan antara eksternal aktor dan sistem selama kasus
penggunaan atau scenario.
The actor
Intercating
with the system
An object (Underlined)
representing the
automated system
An input message
The object lifeline; shows
the “sequence” of
messages, top the bottom
A returned value
Optional note to explain
something in a diagram
Gambar 2.8 System Sequence Diagram
Sumber : Satzinger (2010: 253)
2.4.6 First Cut Class Diagram
Menurut Satzinger (2010: 415)
Aturan dalam mendesain first cut class
diagram yaitu :
• Hubungan
satu
banyak
(one
to
many) yang menunjukkan
hubungan
superior/subordinate, biasanya panah navigasi dari superior ke subordinate.
• Hubungan wajib, dimana class yang satu tidak bisa tanpa objek dari class lain,
biasanya panah navigasi dari yang independent ke yang dependent.
27
• Ketika sebuah objek memerlukan informasi dari objek lain maka panah navigasi
akan dibutuhkan.
• Panah navigasi juga bisa bidirectional.
Customer
-accountNo: string (key)
-name: string
-billingAddress: string
-shippingAddress: string
-dayPhone: string
-nightPhone: string
-myOrder: order
Order
-orderID: int (key)
-orderDate: date
-priorityCode: string
-shipping&Handling: float
-tax: float
-grandTotal: float
Gambar 2.9 First Cut Class Diagram
Sumber : Satzinger (2010: 414)
2.4.7 User Interface
Menurut Satzinger (2010: 531) User interface (UI) adalah bagian-bagian dari
suatu sistem informasi membutuhkan pengguna interaksi untuk menciptakan input
dan output.
Menurut Satzinger (2010: 541) Delapan aturan ini disebut dengan Eight
Golden Rules of Interface Design, yaitu:
• Berusaha konsisten.
Konsistensi dilakukan pada urutan tindakan, perintah, dan istilah yang digunakan
pada prompt, menu, serta layar bantuan.
• Memungkinkan pengguna untuk menggunakan shortcut.
Ada kebutuhan dari pengguna yang sudah ahli untuk meningkatkan kecepatan
interaksi, sehingga diperlukan singkatan, tombol fungsi, perintah tersembunyi,
dan fasilitas makro.
28
• Memberikan umpan balik informative.
Untuk setiap tindakan operator, sebaiknya disertakan suatu sistem umpan balik.
Misalnya muncul suatu suara ketika salah menekan tombol pada waktu
memasukan data atau muncul pesan kesalahannya.
• Merancang dialog untuk menghasilkan suatu penutupan.
Umpan balik informatif akan memberikan indikasi penutupan bahwa cara yang
dilakukan sudah benar dan dapat mempersiapkan langkah berikutnya.
• Memberikan penanganan kesalahan yang sederhana.
Sedapat mungkin sistem dirancang sehingga pengguna tidak dapat melakukan
kesalahan fatal. Jika kesalahan terjadi, sistem dapat mendeteksi kesalahan dengan
cepat dan memberikan mekanisme yang sederhana dan mudah dipahami untuk
penanganan kesalahan.
• Mudah kembali ke tindakan sebelumnya.
Hal ini dapat mengurangi ke khawatiran pengguna, karena pengguna mengetahui
kesalahan yang dilakukan dapat dibatalkan, sehingga pengguna tidak takut untuk
mengeksplorasi pilihan-pilihan lain yang belum biasa digunakan.
• Mendukung tempat pengendali internal.
Pengguna ingin menjadi pengontrol sistem dan sistem akan merespon tindakan
yang dilakukan pengguna dari pada pengguna merasa bahwa sistem mengkontrol
pengguna.
• Mengurangi beban ingatan jangka pendek.
Keterbatasan ingatan manusia membutuhkan tampilan sederhana atau banyak
tampilan halaman yang sebaiknya disatukan, serta diberikan cukup waktu
pelatihan untuk kode, dan urutan tindakan.
29
2.5 Kerangka Pikir
Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi,
dibutuhkannya sebuah teknologi yang dapat membantu
perusahaan dalam memperoleh informasi sehingga dapat
dijadikan knowledge bagi perusahaan.
Masalah
Belum adanya sarana yang memfasilitasi penyimpanan dan
pendokumentasian ide atau knowledge karyawan mengenai
perusahaan
Company
Analysis
Inukshuk
Analysis
Software Design
Unified Modeling Language (UML)
• Class Diagram
• Use Case Diagram
• Sequence Diagram
• User Interface
Software Construction
Adobe Dreamweaver
Implementation
PT Pos Indonesia
Tabel 2.2 Kerangka Pikir
Penentuan
Fitur
Download