Di dalam interaksi sosial akan menyebabkan munculnya suasana kebersamaan (togetherness) diantara individu-individu yang terlibat. Di dalam psikologi sosial kemudan muncul istilah situasi sosial , yaitu tiap-tiap situasi di mana terdapat saling hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain. Menurut M Sherif, situasi sosial dapat di bagi ke dalam dua golongan : 1. Situasi Kebersamaan (togetherness situation) Situasi dimana sejumlah orang berkumpul pada lokasi dan waktu tertentu. Diantara orang orang tersebut mungkin tidak saling kenal karena merupakan sutau kebetulan. Faktor-faktor yang penting dalam situasi kebersamaan ini adalah bukan interaksi sosial yang mendalam tetapi adanya sejumlah orang, karena kepentingan bersama, dan berkumpul di suatu tempat. Misalnya orang yang berkumpul pada sebuah warung. 2. Situasi Kelompok Sosial (Group Situation) Di dalam situasi kelompok selain individu-individu tersebut melakukan interaksi, mereka juga saling mengenal. Hubungan yang terjadi selain hubungan pribadi juga terjadi hubungan struktural dan hierarkis. Ada pembagian tugas diantara anggotanya, ada aturan-aturan atau norma yang berlaku. Situasi kebersamaan sangat mungkin berubah menjadi situasi kelompok. Jika tidak terkendali situasi kebersamaan juga bisa berubah menjadi massa (colective behavior), yang sangat mungkin juga berubah menjadi crowd (social movement). Ciri-ciri crowd adalah suatu masa yang kacau dan bersifat agresif. Timbulnya massa biasanya disebabkan : kurangnya kebutuhan pokok, ancaman dari luar, ada kejadian yang menarik. Kelompok Sosial Secara umum diartikan sebagai kumpulan individu yang sering mengadakan interkasi (face to face), selain terdapat hubungan pribadi juga terdapat hubungan struktural dan hirarkis (hubungan antara yang memimpin dengan yang dipimpin). Sifat-sifat kelompok : 1. Saling tergantung diantara para anggota kelompok sehingga membentuk pola ertentu yang mengikat mereka 2. Tiap orang / anggota mengakui dan mentaati nilai-nilai, norma-norma serta pedoman tingkah laku di dalam kelompok itu. Pada setiap kelompok akan selalu muncul norma-norma yang digunakan dakan kelompok tersebut. Norma secara umum merupakan ukuran-ukuran atau peraturaperaturan bagi perbuatan manusia. Menurut Sherif & Sherif norma adalah pengertian yang seragam antara anggota kelompok mengenai cara-cara bertingkah laku yang patut dilakukan oleh anggota kelompok bila mereka berhadapan dengan situasi yang berkaitan dengan kehidupan kelompok. Pada setiap masyarakat sebenarnya ada nilai-nilai yang dipegang oleh para angotanya dan terwujud dalam pola tingkah laku masyarakat atau dalam sistem norma sosial. Masing-masing kelompok atau masing-masing masyarakat biasanya mempunyai norma yang berbeda-beda, hal ini biasanya disebabkan oleh - faktor geografis - status sosial - faktor perbedaan tujuan kelompok. Secara umum norma ada 2 yaitu norma tertulis dan tidak tertulis. Ada beberapa alasan atau sebab mengapa seseorang memasuki atau bergabung dengan sebuah kemompok : 1. Tertarik pada individu di dalam kelompok tersebut 2. Tujuan kelompok dinilai sebagai tujuan yang bermanfaat 3. Ingin berinteraksi dengan individu lain 4. Aktivitas yang dilakukan kelompok merupakan aktivitas yang menarik 5. Agar dapat mencapai tujuan sekunder. Tahap-tahap Terbentuknya Kelompok (Tuckman, 1965 dan Have 1976) adalah : 1. Fase Forming Yaitu suatu fase dimana anggota kelompok harus mencoba menemukan sifat dan batasan tugas dan memperhatikan tingkah laku orang lain atau anggota lain. 2. Fase Storming Pada fase ini ditandai adanya ketegangan dan seringkali dijumpai adanya konflik diantara anggota kelompok. Hal ini terjadi karena masing-masing anggota nenunjukkan kepentingannya masing-masing. 3. Fase Norming Dalam fase ini mulai ada proses yang lancar, mulai ada saling pengertian dan harmonis, mulai terbentuk kepaduan dimana anggota saling menerima satu sama lain, mulai mengembangkan struktur kelompok dan peranan anggota dalam kelompok. Interaksi yang terjadi ditandai saling hormat. 4. Fase Performing Orientasi kelompok pada fase ini sudah memusat pada tugas dan tujuan. Seiring dengan terbentuknya kelompok, maka akan terbentuk pula kohesivitas kelompok. Menurut Sherif & Sherif (1969), indikator kohesivitas kelompok adalah : 1. Interpersonal attractiveness. Yaitu ketertarikan terhadap anggota kelompok. 2. Attractives of the group. Yaitu ketertarikan seseorang terhadap kelompok, misalnya ada rasa bangga dengan kelompok. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepaduan kelompok : 1. Penderitaan / siksaan bersama 2. Gaya kepemimpinan 3. Jumlah anggota 4. Kesuksesan kelompok dalam merealisir tujuan 5. Ancaman dari luar Konformitas Konformitas adalah menyerahnya seseorang untuk menerima tekanan kelompok. Berlawanan dengan perilaku konformitas maka ada perilaku yang berlawanan yaitu perilaku non-konformis. Ada 2 tipe parilaku non-konformis : 1. Anti konformitas Terjadi bila seseorang justru mempunyai pendapat, sikap, atau perilaku yang berbeda atau berlawanan dengan kelompok. 2. Independent Perbedaan independen dengan anti konformitas adalah seseorang melakukan atau mempunyai sikap yang berbeda dengan tidak terpengaruh oleh orang lain tetapi karena memang sesuai dengan isi pikirannya. Sikap atau perilaku non-konformis bisa disebabkan oleh : 1. Reactance (penolakan) Terjadi karena individu merasa kebebasan dirinya dirampas melalui tekanan konformitas. Teori ini pertama kali disampaikan oleh Brahm (1966). 2. Mencari perhatian Pada umumnya orang yang meminta perhatian terhadap lingkungan terlalu berlebihan dan apabila lingkungan tidak memberikan hal tersebut akan berakibat orang tersebut menjadi non konformis. 3. Ingin menjadi unik Menurut Maslach (1982) bahwa orang yang menilai tinggi keunikan cenderung menolak konformitas. Selain itu ada sejumlah orang yang memang senang apabila dirinya bisa menjadi beda dengan kebanyakan orang, eksklusif. 4. De-individuation Yaitu seseorang yang tidak mempunyai tanggung jawab pribadi karena berada dalam situasi kelompok. De-individuasi bisa mendorong orang untuk tidak konform dengan kelompoknya karena orang tidak di kenal identitasnya. Orang itu akan merasa lebih bebas melakukan segala sesuatu menurut kehendaknya. Dengan tanpa identitas diri ia merasa lebih mudah untuk melepas tanggung jawab yang sebenarnya ditanggung A. Situasi Sosial yang Mempengaruhi Tingkah Laku Manusia Situasi Sosial adalah suatu kondisi tertentu dimana berlangsung hubungan antara individu yang satu dengan individu yang lain atau terjadi saling hubungan antara dua individu atau lebih. Hubungan yang terjadi antara individu tersebut tidak terlepas dari rangsangan-rangsangan sosial. Secara garis besar perangsang sosial tersebut terbagi menjadi dua yaitu: 1. Orang lain, terdiri dari a. Individu-individu lain sebagai perangsang. b. Kelompok, Kelompok ini dapat dibedakan atas : • Hubungan intragroup : hubungan antara individu lain dalam kelompok lain atau antara kelompok dengan kelompok • Hubungan intergroup : hubungan individu dengan kelompok lain dalam kelompok itu sendiri. 2. Hasil Kebudayaan ( Materi dan Non Materi) Contohnya : bangunan rumah, perkakas, candi hasil ukiran, bahasa, seni, musik norma dan lain-lain. Situasi sosial ini dibedakan kepada Togetherness Situation (situasi kebersamaan) dan Group Situation atau situasi kelompok. Togetherness Situation adalah situasi dimana sejumlah individu berkumpul pada suatu tempat dan pada waktu tertentu. Contonya : sejumlah orang berbelanja di toko, pasar, bioskop dan lain-lain. Terakadang situasi kebersamaan ini bisa saja berubah menjadi situasi massa. Yaitu situasi dimana tingkah laku kelompok timbul secara spontan, relatif tidak terorganisasi, tidak terduga dan tidak terencana dalam arah perkembanganya dan terjadi saling pengaruh antara individu dengan individu lain. Dalam situasi massa ini para pelakunya merasa memiliki kedudukan yang sama, tidak ada perbedaan diantara mereka. Contoh : Penonton sepak bola yang gelisah dan kecewa melihat wasit berat sebelah (curang). Sehingga akan menimbul kemarahan dari para penonton. Para penonton akan berteriak-teriak. Melemparkan kata-kata kotor bahkan sampai melempar wasit dengan sandal. Move ini akhirnya menggerakkan penonton untuk bersatu dan memperlihatkan rasa marah kepada wasit. 3. Kenyataan Sosial Kenyataan sosial terbagi kepada dua macam yaitu : a. Social Things (Benda-benda Sosial) Nilai dari sosial Things ini ditentukan oleh beberapa faktor yaitu : kebutuhan, minat dan kepercayaan. Jadi suatu barang atau benda akan bernilai tinggi jika memenuhi syarat-syarat tersebut. b. Social Fact (Kenyataan Sosial) Kenyataan sosial ini biasanya akan menimbulkan sikap yang berbedabeda pada masing-masing individu. Sebagai contoh kenyataan sosial seperti yang berhubungan dengan hak, pinjam meminjam, kontrak kerja dan sebagainya. Seseorang dapat saja memiliki sebidang tanah misalnya, tanpa adanya peran orang lain atau tanpa harus ada pihak ke dua. Tetapi dalam hal jual beli, kontrak kerja hanya dapat terjadi bila terdapat lebih dari satu orang dengan arti ada harus ada pihak kedua. Suatu pekerjaan yang awalnya hanya kenyataan individual, tetapi seiring berjalanya waktu produktivitas pekerjaan tersebut meningkat dan hasilnya cukup menjanjikan, sehingga lama kelamaan banyak orang yang menginginkan pekerjaan tesebut dengan sendirinya kenyataan yang tadinya individual berubah menjadi kenyataan sosial. Dalam kehidupan sosial selalu ada hubungan timbal balik, sehingga suatu ketika jawaban (respon) akan menjadi perangsang (stimulus) terhadap kehidupan sosial. Dengan kata lain setiap perbuatan yang dilakukan oleh individu lain akan menimbulkan perbuatan lain lagi dan seterusnya. Secara umum bisa dikatakan setiap perbuatan yang dilakukan oleh seseorang adalah sosial. Sebab pekerjaan tersebut selalu menimbulkan respon terhadap orang lain. Jika kita lanjutkan pembicaraan tentang individu, individu selalu dan mesti berhubungan dengan lingkungan. Hubungan antara individu tersebut sering berupa adaptasi. Yaitu manusia menyesuaikan diri dengan lingkungan. Baik secara pasif atau aktif. Atau berupa Autoplastis (mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan) dan Aloplastis mengubah lingkungan sesuai keadaan (keinginan) diri. Sebagai contoh adalah ketika melihat suatu tindakan orang lain baik itu buruk ataupun baik, maka timbullah reaksi atau keinginan dari diri kita untuk melakukan sesuatu. 4. Proses Sosialisasi Zajonc mengatakan bahwa dengan orang yang baru atau yang belum di kenal, faktor yang memudahkan komunikasi adalah pertemuan yang berulang-ulang, sejauh reaksi pada saat kali pertama bertemu tidak terlalu negatif. Interaksi adalah masalah yang paling unik yanng timbul dalam diri manusia, interaksi timbul dari berbagai macam hal yang merupakan dasar dari peristiwa sosial yang lebih luas, pada dasarnya kejadian yang terjadi di tengah-tengah masyarakat di sebabkan interaksi yag terjaedi antara individu dengan individu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap orang adalah sumber dan pusat psikologis yang berlangsung pada kehidupan. Perasaan pemikiran dan keinginan ada pada tiap-tiap seseorang tidak hanya sebagai tenaga yang bisa menegakkan individu itu sendiri, melainkan merupakan dasar pula bagi aktivitas psikoligi dari orang lain, dan semua proses sosialisasi baik yang bersipafat operatiaon, coorporation adalah hasil daripada interaksi individu . 5. Norma-norma dalam kelompok sosial Norma sosial atau norma kelompok adalah ketentuan umum tentang tingkah laku anggota-anggota kelompok, yang patut atau tidak patut dilakukan oleh anggota-anggota kelompok dengan ketentuan yang bersifat perintah-perintah dan larangan-larangan. Reaksi atas pelanggaran norma akan berbeda sesuai berat ringannya akibat yang ditimbulkan atas pelanggaran norma, maka atas perbedaan reaksi tersebut terdapat beberapa macam norma kelompok atau norma sosial yang dikenal sebagai norma kesopanan, norma kesusilaan dan norma hukum. Norma kesopanan dan norma kesusilaan bila dilanggar akan berakibat terhadap si pelanggar dengan adanya celaan-celaan langsung dari kelompoknya, sehingga yang bersangkutan merasakan bahwa dirinya tidak disukai oleh kelompoknya. Sedangkan norma hukum bertujuan untuk mewujudkan dan menjamin ketertiban juga untuk keadilan. Dan dengan faktor sanksi yang terdapat pada norma hukum akan mampu mengatur dan mengarahkan kelompok ke arah kehidupan yang lebih maju dan bahagia. B. Kelompok Sosial dan Jenis-jenis Kelompok Sosial Kelompok sosial, secara singkat dirumuskan sebagai sejumlah orang yang saling berhubungan secara teratur, atau dengan rumusan lain : kelompok sosial ialah suatu kumpulan yang nyata, teratur dan tetap dari orang-orang yang melaksanakan peranan yang saling berkaitan guna mencapai tujuan yang sama. Rumusan umum mengenai kelompok sosial menurut M. Sherif adalah suatu kesatuan sosial yang terdiri atas dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur sehingga di antara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur, dan normanorma tertentu yang khas bagi kesatuan sosial tersebut. Dari rumusan ini ternyata bahwa kelompok sosial dapat terdiri atas individu saja, seperti suami istri tetapi juga dapat tediri atas puluhan orang dan lebih dari itu dengan syarat mereka merupakan kesatuan yang sudah berinteraksi agak lama dan mempunyai ciri-ciri yang khas seperti suatu bangsa. Kelompok sosial dapat digolongkan kedalam bermacam-macam jenis. Charles H. Cooley mengolongkan kelompok sosial menjadi dua yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder. 1. Kelompok Primer Kelompok primer (face to face group) yaitu kelompok yang anggotaanggotanya sering berhadapan muka dan saling mengenal dari dekat dan karena itu hubungannya lebih erat. Peranan kelompok primer dalam kehidupan individu besar sekali karena di dalam kelompok primer, manusia pertama-tama berkembang dan dididik sebagai mahluk sosial. Di sini, manusia memperoleh kerangka yang memugkinkannya untuk mengembangkan sifat-sifat sosialnya, antara lain mengindahkan normanorma, melepaskan kepentingan dirinya demi kepentingan kelompok sosialnya, belajar bekerja sama dengan individu-individu lainnya, dan mengembangkan kecakapannya guna kepentingan kelompok. Contoh kelompok primer adalah keluarga, rukun tetangga, kelompok belajar, kelompok agama dan lain sebagainya. Sifat interaksi dalam kelompokkelompok primer ini bercorak kekeluargaan dan lebih berdasarkan simpati. 2. Kelompok Sekunder Interaksi dalam kelompok sekunder terdiri atas saling hubungan yang tidak langsug, jauh dari formal, dan kurang bersifat kekeluargaan hubunganhubungan kelompok skunder biasanya lebih bersifat objektif. Peranan atau fungsi kelompok sekunder dalam kehidupan manusia adalah untuk mencapai tujuan tertentu dalam masyarakat dengan bersama, secara objektif dan rasional. Perbandingan atau pergaulan dalam kelompok primer dan sekunder juga dapat digambarkan dengan uraian dari Tonnies, seorang ahli kemasyarakatan, yaitu bahwa kelompok primer bersifat gemeinschaft atau bersifat kekeluargaan, bantu-membantu, dan berdasarkan simpati, sedangkan kelompok sekunder bersifat gesselschaft atau berdasarka perhitungan rasional, objektif, dan sebagainya. Contoh kelompok sekunder adalah partai politik dan serikat pekerja. Sifat interaksi rasional atas dasar petimbangan perhitungan untung rugi tertentu. 3. Kelompok Formal dan Kelompok Informal Terdapat pula pembagian kelompok sosial ke dalam kelompok formal dan kelompok informal. Inti perbedaannya adalah bahwa kelompok informal tidak berstatus resmi dan tidak didukung oleh peraturan-peraturan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga tertulis seperti pada kelopok formal. Kelompok informal juga mempunyai pembagian tugas, perananperanan dan hierarki tertentu, serta norma pedoman tingkah laku anggotanya dan konvensi-konvensinya, tetapi hal ini tidak dirumuskan secara tegas dan tertulis seperti pada kelompok formal. Ciri-ciri interaksi kelompok tidak resmi lebih mirip dengan cirri-ciri kelompok primer dan bersifat kekeluagaan dengan corak simpati. Sedangkan ciri-ciri kelompok resmi lebih mirip dengan ciri-ciri interaksi kelompok sekunder, bercorak pertimbangan-pertimbangan rasional objektif. Dasar-dasar Pembentukan Kelompok Sosial. Bertolak dari pengalaman sederhana dapat disebutkan beberapa dasar yang melandasi orang membentuk kelompok yaitu: 1. Kepentingan yang sama (Common Interest). Disini kepentingan yang sama ini dilihat sebagai dasar orang-orang yang hendak mendirikan kumpulan-kumpulan yang tetap atau organisasi yang mantap, yang dalam pengertian sosiologis disebut kelompok kepentingan atau asosiasi sebagai contoh asosiasi kaum buruh, asosiasi kaum seniman, asosiasi keagamaan. 2. Darah dan Keturunan yang sama.(Common Ancestry) Keturunan yang sama sejak zaman dahulu merupakan dasar persatuan dan tali persaudaraan yang terkuat bagi umat manusia. Namun pada zaman modern saat kehidupan bersama menjadi sangat kompleks dan mobilitas sosial melaju cepat, faktor darah dan keturunan menjadi berkurang pentingnya. Kesatuan yang disebut klan, marga, dan suku tidak lagi menjadi dasar penentu yang terkuat bagi pembentukan kelompokkelompok kepentingan. 3. Daerah yang sama Disamping faktor-faktor tersebut diatas unsur kesamaan daerah merupakan pula dasar orientasi untuk pembentukan kelompok sosial serta organisasi yang mantap. Daerah yang sama dapat memberikan keuntungan bagi berfungsinya suatu organisasi berkat dekatnya jarak fisik orang yang satu dengan yang lain. Selain itu daerah yang sama pada umumnya membentuk kebudayaan sama seperti pola berfikir yang sama, pola kerja dan pola kerjasama yang sama. 4. Ciri-ciri badaniah yang sama. Faktor ini amat dekat kaitannya dengan faktor keturunan. Ciri-ciri badaniah yang sama antara lain warna kulit, ras, usia yang sama. Dalam masyarakat modern faktor warna kulit yang sama dipandang sebagai dasar yang baik untuk mendirikan organisasi. Misalnya organisasi buruh berkulit hitam, himpunan pelajar Irian Jaya. Disamping itu ada pula kumpulan atau asosiasi menurut kelamin atau usia yang sama, seperti perkumpulan Dharma Wanita, perkumpulan kaum pria untuk cabang kepimpinan tertentu. BAB II SITUASI KELOMPOK SOSIAL Individu sebagai makhluk sosial tidak bisa dilepaskan dari situasi tempat ia berada dan situasi ini sangat berpengaruh terhadap kelompok yang terbentuk akibat situasi tersebut. Situasi yang dihadapi oleh individu salah satunya adalah situasi kelompok sosial. Situasi kelompok sosial (group-situation)adalah sebagai suatu situasi ketika terdapat dua individu atau lebih mengadakan interaksi sosial yang mendalam satu sama lain. Karena terdapat situasi ini maka terbentuklah kelompok sosial, artinya suatu kesatuan sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga diantara individu sudah terdapat pembagian tugas, struktur, norma-norma tertentu. I. Jenis-jenis Kelompok Sosial Kelompok sosial dapat dikelompokan menjadi 2 jenis yaitu primary group dansecondary group (Charles H. Cooley) atau kelompok primer dan kelompok sekunder. a. Kelompok primer (primary group) yaitu suatu kelompok yang anggota-anggotanya mempunyai hubungan/interaksi yang lebih intensif dan lebih erat antar anggotanya. Contoh: keluarga, rukun tetangga/kelompok kawan sepermainan, kelompok agama. b. Kelompok sekunder (secondary group)adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya saling mengadakan hubungan yang tidak langsung, berjauhan (pertemuan tidak harus face to face) dan formal, dan kurang bersifat kekeluargaan. Contohnya: partai politik, perhimpunan serikat kerja. Berdasarkan tingkat keformalan kelompok dibagi menjadi: Kelompok formal/kelompok resmi Yaitu suatu kelompok yang sengaja dibentuk untuk pelaksanaan dan realisasi tugas tertentu, anggota-anggotanya diangkat dan dilegimitasi oleh suatu badan/organisasi. Kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan serta anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Contohnya adalah komite, panitia, organisasi pemuda. Kelompok informal Kelompok yang terbentuk dari proses interaksi, daya tarik dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Anggota kelompok tidak diatur dan diangkat atau dilegalisasikan dalam pernyataan normal. Kelompok ini tidak didukung oleh peraturan atau anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Kelompok ini bisa berkembang dalam kelompok formal, karena adanya beberapa anggota yang secara tertentu memiliki nilai-nilai yang perlu dibagi dengan sesama anggota. II. Ciri-ciri Utama Kelompok Suatu kelompok bisa disebut sebagai kelompok social apabila memiliki ciri-ciri berikut: a. Terdapat dorongan (motif) yang sama antar individu satu dengan yang lainnya (dapat menyebabkan terjadinya interaksi dalam mencapai tujuan bersama) b. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu satu dengan yang lain berdasarkan rasa dan kecakapan yang berbeda-beda antara individu yang terlibat di dalamnya. c. Adanya penegasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan-peranan dan kedudukan masing-masing d. Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang ada. IV. Keunggulan dan Kelemahan Kelompok Dalam proses dinamika kelompok terdapat faktor yang menghambat maupun memperlancar proses tersebut yang dapat berupa kelebihan maupun kekurangan dalam kelompok tersebut3. a. Kelebihan Kelompok Keterbukaan antar anggota kelompok untuk memberi dan menerima informasi dan pendapat anggota yang lain[3]. Kemauan anggota kelompok untuk mendahulukan kepentingan kelompoknya dengan menekan kepentingan pribadi Kemampuan secara emosional dalam mengungkapkan kaidah dan telah disepakati kelompok[4]. b. Kekurangan Kelompok Kelemahan pada kelompok bisa disebabkan karena waktu penugasan, tempat atau jarak anggota kelompok yang berjauhan yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas pertemuan. 2. Klasifikasi Menurut Kualitas Hubungan Antar Anggota a. Kelompok Primer (Primary Group) Merupakan suatu kelompok yang hubungan antar anggotanya saling kenal mengenal dan bersifat informal. Contoh : keluarga, kelompok sahabat, teman, teman sepermainan b. Kelompok Sekunder (secondary Group) Merupakan hubungan antar anggotanya bersifat formal, impersonal dan didasarkan pada asas manfaat. Contoh : sekolah, PGRI 3. Klasifikasi Menurut Pencapaian Tujuan a. Kelompok Formal Merupakan kelompok yang memiliki peraturan-peraturan dan tugas dengan sengaja dibuat untuk mengatur hubungan antar anggotanya. Contoh : Parpol, lembaga pendidikan b. Kelompok Informal Merupakan kelompok sosial yang terbentuk karena pertemuan yang berulang-ulang dan memiliki kepentingan dan pengalaman yang sama. Contoh : anggota OSIS 1). Kelompok primer (primary group), suatu kelompok yang anggotaanggotanya mempunyai hubungan/interaksi yang lebih intensif dan lebih erat antar anggotanya. Contoh: keluarga, rukun tetangga/kelompok kawan sepermainan, kelompok agama. 2). Kelompok sekunder (secondary group), suatu kelompok yang anggotaanggotanya saling mengadakan hubungan yang tidak langsung, berjauhan (pertemuan tidak harus face to face) dan formal, dan kurang bersifat kekeluargaan. Contohnya: partai politik, perhimpunan serikat kerja. Berdasarkan tingkat keformalan kelompok dibagi menjadi 1). Kelompok formal/kelompok resmi, suatu kelompok yang sengaja dibentuk untuk pelaksanaan dan realisasi tugas tertentu, anggota-anggotanya diangkat dan dilegimitasi oleh suatu badan/organisasi. Kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan serta anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Contohnya adalah komite, panitia, organisasi pemuda. 2). Kelompok informal, kelompok yang terbentuk dari proses interaksi, daya tarik dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Anggota kelompok tidak diatur dan diangkat atau dilegalisasikan dalam pernyataan normal. Kelompok ini tidak didukung oleh peraturan atau anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Kelompok ini bisa berkembang dalam kelompok formal, karena adanya beberapa anggota yang secara tertentu memiliki nilai-nilai yang perlu dibagi dengan sesama anggota. Kaitan dengan Desain Komunikasi Visual Dalam perkembangannya selama beberapa abad, desain komunikasi visual menurut Cenadi (1999:4) mempunyai tiga fungsi dasar, yaitu sebagai sarana identifikasi, sebagai sarana informasi dan instruksi, dan yang terakhir sebagai sarana presentasi dan promosi. a. Desain Komunikasi Visual Sebagai Sarana Identifikasi Fungsi dasar yang utama dari desain komunikasi visual adalah sebagai sarana identifikasi. Identitas seseorang dapat mengatakan tentang siapa orang itu, atau dari mana asalnya. Demikian juga dengan suatu benda, produk ataupun lembaga, jika mempunyai identitas akan dapat mencerminkan kualitas produk atau jasa itu dan mudah dikenali, baik oleh baik oleh produsennya maupun konsumennya. Kita akan lebih mudah membeli minyak goreng dengan menyebutkan merek X ukuran Y liter daripada hanya mengatakan membeli minyak goreng saja. Atau kita akan membeli minyak goreng merek X karena logonya berkesan bening, bersih, dan “sehat”. Jika desain komunikasi visual digunakan untuk identifikasi lembaga seperti sekolah, misalnya. Maka orang akan lebih mudah menentukan sekolah A atau B sebagai favorit, karena sering berprestasi dalam kancah nasional atau meraih peringkat tertinggi di daerah itu. b. Desain Visual Sebagai Sarana Informasi dan Instruksi Sebagai sarana informasi dan instruksi, desain komunikasi visual bertujuan menunjukkan hubungan antara suatu hal dengan hal yang lain dalam petunjuk, arah, posisi dan skala, contohnya peta, diagram, simbol dan penunjuk arah. Informasi akan berguna apabila dikomunikasikan kepada orang yang tepat, pada waktu dan tempat yang tepat, dalam bentuk yang dapat dimengerti, dan dipresentasikan secara logis dan konsisten. Simbol-simbol yang kita jumpai sehari-hari seperti tanda dan rambu lalu lintas, simbol-simbol di tempat-tempat umum seperti telepon umum, toilet, restoran dan lain-lain harus bersifat informatif dan komunikatif, dapat dibaca dan dimengerti oleh orang dari berbagai latar belakang dan kalangan. Inilah sekali lagi salah satu alasan mengapa desain komunikasi visual harus bersifat universal. c. Desain Komunikasi Visual Sebagai Sarana Presentasi dan Promosi Tujuan dari desain komunikasi visual sebagai sarana presentasi dan promosi adalah untuk menyampaikan pesan, mendapatkan perhatian (atensi) dari mata (secara visual) dan membuat pesan tersebut dapat diingat; contohnya poster. Penggunaan gambar dan kata-kata yang diperlukan sangat sedikit, mempunyai satu makna dan mengesankan. Umumnya, untuk mencapai tujuan ini, maka gambar dan kata-kata yang digunakan bersifat persuasif dan menarik, karena tujuan akhirnya adalah menjual suatu produk atau jasa. Desain komunikasi visual adalah desain yang mengkomunikasikan informasi dan pesan yang ditampilkan secara visual. Desainer komunikasi visual berusaha untuk mempengaruhi sekelompok pengamat. Mereka berusaha agar kebanyakan orang dalam target group (sasaran) tersebut memberikan respon positif kepada pesan visual tersebut. Oleh karena itu desain komunikasi visual harus komunikatif, dapat dikenal, dibaca dan dimengerti oleh target group tersebut. Seorang desainer komunikasi visual yang profesional harus memiliki pengetahuan dan kemampuan yang luas tentang komunikasi visual. Selain visualisasi dan bakat yang baik dalam berkomunikasi secara visual, ia juga harus mempunyai kemampuan untuk menganalisa suatu masalah, mencari solusi masalah tersebut dan mempresentasikan secara visual. Alat-alat canggih seperti komputer dan printer yang upto-date hanya berfungsi sebagai sarana untuk meningkatkan produktifitas. Dalam perkembangannya selama beberapa abad, desain komunikasi visual mempunyai tiga fungsi dasar, yaitu sebagai sarana identifikasi, sebagai sarana informasi dan instruksi, dan yang terakhir sebagai sarana presentasi dan promosi.