Kata Pengantar ada setiap pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan tertentu diperlukan media yang sesuai dan tepat. Dari beberapa media yang dapat digunakan adalah berupa modul. Modul selain dipakai sebagai sumber belajar bagi siswa juga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan tertentu. Untuk sekolah menengah kejuruan, modul merupakan media informasi yang dirasakan efektif, karena isinya yang singkat, padat informasi dan mudah dipahamai bagi peserta belajar. Sehingga proses pembelajaran yang tepat guna akan dapat dicapai. alam modul ini akan dipelajari mengenai mengoperasikan mesin produksi dengan kendali elektronik. Mengoperasikan mesin produksi dengan kendali elektronik yang dilakukan adalah sebatas pada dasar – dasar sistim pengendalian yang sederhana, Sekarang ini dengan pesatnya kemajuan teknologi khususnyan dibidang elektronika, sistim pengendalian menggunakan elektronik lebih komplek lagi, walau bagaimana tidak akan terlepas dari alatalat pengendali seperti Transisitor, SCR,TRIAC dll, yang akan dipelajari pada modul ini. emoga materi ini dapat memberikan kontribusi yang cukup baik dalam pekerjaan pengendalian sistim elektronik, sebagai dasar dalam pekerjaan selanjutnya, maka pengetahuan akan pengendalian mesin-mesin produksi sangat bermanfaat untuk Anda pelajari. P D S Penyusun Modul PTL OPS 005 (2) Perakitan dan Pengoperasian Sistem Kendali SMK Negeri 2 Yogyakarta hal. 3 Daftar Isi Halaman Sampul ........................................................................ Halaman Francis ......................................................................... Kata Pengantar .......................................................................... Daftar Isi ................................................................................... Peta Kedudukan Modul ............................................................... Daftar Judul Modul ..................................................................... Mekanisme Pemelajaran ............................................................. Glosary ..................................................................................... I. PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F. II. 1 2 3 4 6 7 9 10 Deskripsi ............................................................................... Prasarat ................................................................................ Petunjuk Penggunaan Modul .................................................. Tujuan Akhir ......................................................................... Kompetensi ........................................................................... Cek Kemampuan ................................................................... 12 12 12 13 14 17 PEMELAJARAN A. Rencana Belajar Peserta Diklat ........................................ B. 18 Kegiatan Belajar. 1. Kegiatan Belajar 1 ...................................................... Transistor. a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran .................................... b. Uraian Materi ……………………………………………………….. c. Rangkuman .............................................................. d. Tugas ....................................................................... e. Tes Formatif .............................................................. f. Lembar Kerja ........................................................... 18 18 19 22 23 23 24 2. Kegiatan Belajar 2 ...................................................... Silicon Controlled Rectifier (SCR)dan Uni Junction Transistor (UJT) ……………………………………………………… a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran .................................... b. Uraian Materi ……………………………………………………….. c. Rangkuman ………………………………………………………….. Modul PTL OPS 005 (2) Perakitan dan Pengoperasian Sistem Kendali SMK Negeri 2 Yogyakarta hal. 32 32 32 32 40 4 d. Tugas ……………………………………………………………….….. e. Tes Formatif.............................................................. f. Lembar Kerja ........................................................... 40 40 42 3. Kegiatan Belajar 3 ...................................................... Diac, Triac dan Quadrac………………………………………….. a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran .................................... b. Uraian Materi ……………………………………………………….. c. Rangkuman .............................................................. d. Tugas ...................................................................... e. Tes Formatif ............................................................. f. Lembar Kerja ........................................................... 49 49 49 49 51 51 51 52 Kunci Jawaban Tes Formatif. A. Kegiatan Belajar 1 ................................................................. B. Kegiatan Belajar 2 ................................................................. C. Kegiatan Belajar 3 …………………………………………………………….. 59 59 60 III. EVALUASI. A. Tes Tertulis ……………………………………………………………………….. B. Tes Praktek ……………………………………………………………………….. 62 62 Kunci Jawaban Tes Tertulis ……….…………….………………………… Lembar Penilaian Tes Praktek …………………………………………… 63 64 IV. PENUTUP……………………………………………………………………………… DAFTAR PUSTAKA .………………………………………………………………. 67 68 Modul PTL OPS 005 (2) Perakitan dan Pengoperasian Sistem Kendali SMK Negeri 2 Yogyakarta hal. 5 DIAGRAM PENCAPAIAN KOMPETENSI Diagram ini menunjukan tahapan atau tata urutan kompetensi yang diajarkan dan dilatihkan kepada peserta didik dalam kurun waktu yang dibutuhkan serta kemungkinan multi exit – multi entry yang dapat diterapkan. PTL.OPS.006 PTL.OPS.005 PTL.HAR.007 PTL.OPS.004 LETAK KEDUDUKAN MODUL PTL.HAR.01208 PTL.HAR.003 PTL.KON.006 TAMATAN SMK PTL.HAR.009 PTL.KON.002 PTL.KON.001 PTL.OPS.001 PTL.OPS.002 PTL.HAR.001 PTL.HAR.005 PTL.HAR.002 PTL.HAR.006 PTL.HAR.011 PTL.KON.007 PTL.KON.008 PTL.HAR.026 PTL.HAR.004 PTL.HAR.008 PTL.OPS.003 Modul PTL OPS 005 (2) 6 Daftar Judul Modul Keterangan : PTL.KON.001(1). Melaksanakan persiapan pekerjaan awal PTL.KON.002(1). Menyiapkan bahan kebutuhan kerja PTL.HAR.001(1). Melakukan pekerjaan dasar perbaikan peralatan listrik rumah tangga PTL.KON.004(1). Memasang dan membongkar steiger/scaffolding PTL.KON.006(1). Memasang neon sign (aplikasi khusus) PTL.KON.007(1). Memasang sistem perpipaan dan saluran PTL.KON.008(1). Memasang dan menyambung sistem pengawatan PTL.OPS.001(2). Mengoperasikan peralatan pengalih daya tegangan rendah PTL.OPS.003(2). Mengoperasikan gen set PTL.OPS.004(1). Mengoperasikan elektromekanik TPL.HAR.002(1). Melakukan pekerjaan dasar perbaikan motor Listrik Modul PTL OPS 005 (2) mesin produksi dengan kendali 7 PTL.HAR.003(1). Melakukan pekerjaan dasar perbaikan rambu cahaya (Illumination Sign) PTL.HAR.006(1). Melilit dan membongkar kumparan PTL.HAR.009(1). Memelihara panel listrik PTL.OPS.002(2). Mengoperasikan peralatan pengalih daya tegangan tinggi PTL.OPS.005(2) Mengoperasikan mesin produksi dengan kendali elektronik PTL.OPS.006(2). Mengoperasikan mesin produksi dengan kendali PLC PTL.HAR.004(1). Melakukan pekerjaan dasar perbaikan penunjang (operasional support) PTL.HAR.005(1). Merakit dan menguraikan komponen listrik/elektronika pada peralatan rumah tangga PTL.HAR.007(1). Merakit dan mengurai komponen elektronika pada rambu cahaya PTL.HAR.008(1). Merakit dan mengurai komponen listrik/elektronika pada sarana penunjang (operasional support) PTL.HAR.011(1). Merawat dan memperbaiki peralatan pengalih daya tegangan rendah PTL.HAR.012(1). Memelihara dan memperbaiki peralatan listrik sistem kendali dan rangkaian terkait PTL.HAR.026(1). Memelihara dan memperbaiki peralatan listrik pada mesin-mesin listrik Modul PTL OPS 005 (2) peralatan 8 Mekanisme Pemelajaran START Lihat Kedudukan Modul Lihat Petunjuk Penggunaan Modul Kerjakan Cek Kemampuan Nilai 7>= Nilai <=7 Kegiatan Belajar 1 Kegiatan Belajar n Nilai < 7 Evaluasi Tertulis & Praktik Nilai 7>= Modul PTL OPS 005 (2) Modul berikutnya/Uji Kompetensi 9 Glosary ISTILAH KETERANGAN Junction Titik sambungan, titik pertemuan anatara dua jenis bahan yang berbeda Saturasi Keadaan dari suatu transistor yang mengalami suatu kejenuhan atau jika diumpamakan sebagai sakelar dalam keadaan menutup (ON) Cut off Keadaan dari suatu transistor, dimana transistor tersebut tidak dapat mengalirkan arus, jika diumpamakan sakelar dalam keadaan membuka (OFF) Latching Pengancing pintu, istilah ini dipakai pada dua buah transistor yang dihubungkan sedemikian rupa yang jika salah satu transistor tsb bekerja, maka kedua transistor tsb saling memperkuat. Komplemen Dua buah komponen yang mempunyai sifat-sifat yang sama dan saling berhubungan Cascade Air terjun melewati batu-batu, dua buah komponen yang saling bekerja sama sehingga dapat mengalirkan arus Triggering Picu, penyulutan (memberikan arus) pada salah satu elektroda (kaki) pada komponen, maka komponen tsb akan bekerja. Break Over System Cara mengalirkan arus pada suatu komponen dengan menaikkan tegangan pada komponen tsb sampai mencapai tegangan jatuhnya Elektron valensi Elektron yang ada di kulit terluar pada suatu atom Modul PTL OPS 005 (2) 10 Low-Current Drop-Out System Memperkecil arus pada salah satu transistor sehingga transistor yang lainnya tidak dapat bekerja, istilah ini dipakai pada dua buah transistor yang bekerja sebagai latching Holding Current Arus genggam, arus yang harus diperahankan apada suatu SCR, supaya komponen tsb terus bekerja Blocked Tidak dapat menghantarkan arus (OFF) Conduct Komponen dalam keadaan bekerja atau mengalirkan arus Homopolar Non-polar atau tidak memepunyai polaritas Chip Pecahan halus, cakera kecil, beberapa komponen yang sudah digabungkan Dope Memberi campuran pada salah satu bahan semikonduktor Conductivity Modulation Menghantarkan, mengalirkan modulasi Relaxion Oscilator Pelemahan getaran, sifat-sifat UJT yang biasanya digunakan penyulut pada SCR Ekivalen Pengganti, suatu komponen diumpamakan/ diganti dengan rangkaian yang lain Reverse Kebalikan, pemberian polaritas pada suatu komponen dengan polaritas yang salah (terbalik) Saw-Tooth Gigi gergaji, salah satu bentuk gelombang yang biasanya oleh UJT Frekuensi Banyaknya gelombang dalam satu detiknya Konstanta Tetap, harga dari suatu besaran yang tidak berubah Modul PTL OPS 005 (2) 11 BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Modul dengan judul mengoperasikan mesin produksi dengan kendali elektronik merupakan kelanjutan dari modul PTL. KON.007 dan PTL.KON.008, pada program keahlian pemanfaatan energi listrik / bidang keahlian Ketenaga Listrikan, kurikulum edisi 2004. Modul mengoperasikan mesin produksi dengan kendali elektronik diberi kode modul PTL OPS 005 (2) A. Modul ini berisikan system pengendali yang menggunakan peralatan elektronik, kemudian dimanfaatkan pada mesin produksi sehingga cara mengoperasikan mesin produksi akan lebih aman dan praktis. Setelah menguasai modul ini peserta DikLat memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap bagaimana cara mengendalikan mesin produksi dengan menggunakan kendali elektronik. B. Prasyarat Modul ini merupakan modul yang menunjang pada modul PTL.HAR.007 dan PTL.HAR.01208. C. Petunjuk Penggunaan Modul C.1. Petunjuk bagi Peserta DikLat Sebelum mempelajari materi pada bahan ajar ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan : 1. Memahami tujuan pembelajaran system dengan kompetensi yang harus dicapai. 2. Membaca tahap demi tahap seluruh materi yang disajikan. 3. Materi bahan modul ini bersifat konsep dasar system pengendali elektronik, yang pelaksanaan prakteknya dapat dilakukan diruangan praktek sedangkan untuk pengembangannya dapat dilakukan di industri. 4. Untuk meyakinkan pemahaman materi bahan ajar ini, peserta DikLat harus menyelesaikan semua tugas pada lembaran tugas di akhir modul ini dan diserahkan pada guru pembimbing secara individu / perseorangan. Modul PTL OPS 005 (2) 12 5. Jika nilai hasil belajar kurang dari 80% Anda belum berhasil dan harus mengulang lagi seluruh materi pada kegiatan belajar tersebut. 6. Jika melaksanakan kegiatan praktek ikutlah prosedur petunjuk yang ditentukan pada lembar kerja dan bertanyalah pada guru pembimbing setiap ada kesulitan. C.2. Petunjuk bagi Guru Pembimbing Guru pembimbing berperan sebagai motivator,evaluator, serta administator sebagai berikut : 1. Membantu siswa/peserta DikLat dalam melaksanakan proses belajar. 2. Membimbing siswa/peserta DikLat melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap belajar. 3. Membantu siswa/peserta DikLat dalam memahami konsepkonsep teori maupun praktek melalui dialog/tanya jawab. 4. Membantu siswa/peserta DikLat untuk menambah wawasan melalui pengalaman membaca buku-buku referensi atau melalui nara sumber dari luar sekolah misal dari DUDI. 5. Merencanakan dan melaksanakan penilaian serta menyiapkan perangkatnya. 6. Menjelaskan tentang kompetensi yang harus dikuasai serta merencanakan pembelajaran selanjutnya. 7. Mencatat pencapaian kemajuan siswa. D. Tujuan Akhir Pada akhir pembahasan/pembelajaran peserta didik diharapkan dapat: 1. Menggambar rangkaian mesin produksi dengan kendali elektronik. 2. Menjelaskan cara kerja rangkaian mesin prodiksi dengan kendali elektronik. 3. Mengidentifikasikan komponen pada rangkaian mesin produksi dengan kendali elektronik. 4. Membuat rangkaian kendali mesin produksi dengan kendali elektronik 5. Mengoperasikan mesin produksi dengan kendali elektronik. 6. Membuat laporan mengoperasikan mesin produksi dengan kendali elektronik. Modul PTL OPS 005 (2) 13 E. Kompetensi KOMPETENSI KODE DURASI PEMELAJARAN : Mengoperasikan mesin produksi dengan kendali elektronik : PTL.OPS.005(2).A : 40 Jam @ 45 menit LEVEL KOMPETENSI KUNCI KONDISI KINERJA A B C D E F G 1 1 1 1 1 1 1 Dalam melaksanakan kompetensi ini harus didukung dengan tersedianya: Kebijakan yang berlaku diperusahan harus dipatuhi Peralatan dan sarana yang terkait untuk pelaksanaan harus disediakan Dalam melakukan pekerjaan ini harus diperhatikan SOP yang berlaku ditempat kerja serta peraturan keselamatan kerja yang berlaku diperusahaan harus dipatuhi SUB KOMPETENSI KRITERIA KINERJA LINGKUP BELAJAR Mempersiapkan operasi mesin produksi dengan kendali elektronik Peralatan yang berkaitan dengan pengoperasian di-identifikasi masingmasing fungsinya sesuai SOP Diagram kerja dan sistem kelistrikan dipahami berdasar-kan standar praktis Tombol dan indikator operasi diidentifikasi sesuai dengan diagram dan urutan operasi Kebijakan dan prosedur K3 dipahami Meliputi jenis pengasutan motor listrik sebagai peng-gerak mesin produksi Modul PTL OPS 005 (2) MATERI POKOK PEMELAJARAN SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN Mengikuti standar K3 dalam pengoperasian pengoperasian mesin produksi dengan kendali elektro mekanik Mengkoordinasikan persiapan pengoperasian mesin produksi dengan kendali elektro mekanik kepada pihak lain yang berwenang Memahami SOP pengoperasian mesin produksi dengan kendali elektronik Mengidentifikasi komponen pengoperasi-an mesin produksi dengan kendali elektronik Memahami fungsi komponen pengopera-sian mesin produksi dengan kendali elektronik Memahami diagram kerja dan sistem kelistrikan Memahami urutan operasi mesin produksi dengan kendali elektronik Memahami kebijakan dan prosedur K3 peng- Mempersiapkan pekerja-an pengoperasian mesin produksi dengan kendali elektronik Memeriksa komponen pengoperasian mesin produksi dengan kendali elektronik 14 SUB KOMPETENSI KRITERIA KINERJA LINGKUP BELAJAR MATERI POKOK PEMELAJARAN SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN operasian mesin produksi dengan kendali elektronik Melaksanakan operasi Personel yang berwenang di-koordinasi untuk meyakinkan bahwa pelaksanaan persiapan terkoordinasi secara efektif dengan pihak lain yang ter-kait Tombol atau indikator yang berkaitan dengan operasi dipersiapkan sesuai SOP Operasi dilaksanakan sesuai deskripsi/urutan kerja pada SOP Meliputi jenis pengasutan motor listrik sebagai peng-gerak mesin produksi Melakukan koordinasi persiapan pengoperasian dengan pihak lain yang berwenang Mengidentifikasi gambar rangkaian kendali elektronik sesuai dengan rencana kerja Mengidentifikasi bahan dan perlengkapan kerja pemeliharaan kendali elektonik Mengidentifikasi perlengkapan dan lokasi kerja pemeliharaan kendali elektronik Mengidentifikasi lokasi dan keselamatan kerja pada pekerjaan pemeli-haraan kendali elektronik Memilih bahan dan spare part kendali Elektronik Menyiapkan tombol dan indikator pengoperasian mesin produksi dengan kendali elektronik Mengoperasikan mesin produksi dengan kendali elektronik Mengamati dan menangani masalah operasi Gangguan yang berkaitan dengan penyimpangan operasi diidentifikasi, dengan memperhatikan toleransi yang ditetapkan sesuai instruksi manual Penyimpangan yang teridentifikasi penyebabnya ditentu-kan alternatif penanggulang-annya Alternatif penyelesaian masalah dikonsultasikan dengan pihak terkait di tempat kerja Pemecahan masalah ganggu-an dilaksanakan sampai dengan gangguan Meliputi jenis pengasutan motor listrik sebagai peng-gerak mesin produksi Mengkonsultasikan alternatif pemecahan masalah gangguan pada pihak terkait Menganalisa gangguan pada pengoperasian mesin produksi dengan kendali elektronik Memahami cara meng-atasi gangguan pada pengoperasian mesin produksi dengan kendali elektronik Mengatasi gangguan pada pengoperasian mesin produksi dengan kendali elektronik Modul PTL OPS 005 (2) 15 SUB KOMPETENSI KRITERIA KINERJA LINGKUP BELAJAR MATERI POKOK PEMELAJARAN SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN diselesai-kan Membuat laporan pengoperasian Modul PTL OPS 005 (2) Laporan dibuat sesuai dengan format dan prosedur yang ditetapkan oleh perusahaan. Format laporan disimpan/diarsipkan sesuai prosedur yang ditetapkan Meliputi jenis pengasutan motor listrik sebagai peng-gerak mesin produksi Mengikuti prosedur pembuatan laporan Mengikuti prosedur penyimpanan/ pengarsipan laporan Memahami cara mem-buat laporan pengopera-sian mesin produksi dengan kendali elektronik Membuat laporan pengoperasian mesin produksi dengan kendali elektonik 16 F. Cek Kemampuan Pelajari dan coba jawab pertanyaan–pertanyaan dibawah ini secara lengkap! Jika merasa telah menguasai dan mampu, Anda bisa langsung mengajukan uji kompetensi assessor internal atau eksternal melalui guru pembimbing. 1. Tuliskan 2 fungsi transistor ! 2. Gambarkan simbol transistor jenis PNP dan NPN ! 3. Apakah yang dimaksud transistor dalam keadaan saturasi ? 4. 5. Jelaskan bagaimana cara menentukan kaki basis pada transistor ! Gambarkan simbol dari sebuah SCR ! 6. Jelaskan bagaimana cara menentukan kaki gate pada SCR ! 7. Tuliskan 3 macam tipe SCR yang Anda ketahui ! 8. Singkatan dari apakah UJT ? 9. Gambarkan simbol TRIAC lengkap dengan notasi dari ketiga kakinya ! 10. Apakah fungsi dari DIAC ? Modul PTL OPS 005 (2) 17 BAB II PEMELAJARAN A. Rencana Belajar Peserta DikLat Kompetensi : A. Sub Kompetensi : A.1. A.2. A.3. A.4. Jenis Kegiatan Mengoperasikan mesin produksi dengan kendali elektronik. Mempersiapkan operasi mesin produksi dengan kendali elektronik. Melaksanakan operasi. Mengamati dan menangani masalah operasi Membuat laporan pengoperasian. Tanggal Waktu Tempat Belajar Alasan Perubahan Tanda Tangan B. Kegiatan Belajar Peserta Diklat KEGIATAN BELAJAR 1 Transistor a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran 1. Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran 1, peserta DikLat akan dapat : 1. Menjelaskan susunan bahan dan simbol transistor. 2. Mejelaskan cara kerja transistor sebagai switch. Modul PTL OPS 005 (2) 18 3. Mengidentifikasi komponen - komponen pada pengendali beban menggunakan transistor. 4. Memahami dasar kerja latching. b. Uraian materi 1. Susunan bahan dan simbol transistor. Kata transistor berasal dari dua kata transfer dan resistor ini menandakan bahwa transistor ialah alat yang dapat memindahkan daya dari suatu rangkaian ke rangkaian lain. Pada saat berfungsi sebagai resistor non linear, transistor yang paling digunakan adalah junction transistor, yang akan dibahas dalam job ini. Gambar di bawah ini merupakan susunan bahan dari transistor. P N P N P N Kolektor Basis Emiter Gambar 1a. Transistor PNP Kolektor Basis Emiter Gambar 1b. Transistor NPN Transistor junction sama sederhananya dengan dioda junction. Seperti terlihat pada gambar 1a & 1b, transistor junction terbentuk dari dua cara menempatkan lempeng bahan tipe-N. Diantara bahan tipe-P atau lempeng bahan tipe-P atau diantara bahan lempeng tipe-N. Setelah itu dua kali terpasang pada dua sisi dan satu kaki di sisi lainnya. untuk membuat hubungan dengan rangkaian luar. Jika emitter dan kolektor terbuat dari bahan tipe-N, maka disebut transistor NPN. Jika emitter dan kolektor terbuat dari bahan tipe-P maka disebut transistor PNP. Keduanya digunakan pada system pengontrolan. Kolektor Kolektor Base Base Emitter Gambar1c. Simbol Transistor PNP Modul PTL OPS 005 (2) Emitter Gambar 1d. Simbol Transistor NPN 19 Transistor bekerja berdasarkan arus basis yang masuk pada junction jika basis diberi arus positif atau negatif sesuai dengan jenisnya, maka emitter dan kolektor akan konduk dan dapat memberikan arus pada beban. 2.Transistor sebagai Switch. a. Kondisi CUT-OFF Transistor Gambar2a. dibawah ini memperlihatkan transistor yang dirangkai sedemikian rupa (rangkaian Common-Emitter), dimana tahanan beban RL dianggap terhubung seri dengan lainnya. Tegangan total yang terdapat pada ujung-ujung rangkaian seri ini sama dengan tegangan catunya ( UCC ) dan diberi notasi UR dan UCE. RL IC.RL=0 Uce=Ucc RL RL IB IC.RL=Ucc RL Uce=0 Gambar 2a. Rangkaian Commen – Emitter Menurut hukum Kirchoff : UCC = UCE + UR Arus kolektor IC mengalir melalui RL dan drop tegangannya adalah IC.RL sehingga UCC = UCE + IC . RL Misalkan basis memperoleh bias negatif (reverse) yang Sedemikian besar sehingga memutuskan (cut-off) arus kolektor, dan untuk keadaan ini arus kolektor sama dengan nol. IC . RL = 0 sehingga UCC = UCE Bila transistor kita anggap sebagai switch, maka pada keadaan ini switch tersebut akan ada dalam keadaan terbuka (OFF). Modul PTL OPS 005 (2) 20 b. Kondisi Saturasi Transistor Bila sekarang basis diberi bias arus maju (forward) sampai pada titik dimana seluruh tegangan UCC muncul sebagai drop tegangan pada RL, maka pada keadaan ini dapat ditulis : IC . RL = UCC Dari persamaan : UCC = IC . RL + UCE UCE = UCC – IC . RL Karena IC . RL = UCC maka UCC – IC . RL = 0 dan UCE = 0 Dengan demikian bila IC diperbesar pada suatu titik dimana seluruh tegangan UCC muncul pada RL, maka tidak tersisa tegangan pada kolektor. Keadaan seperti ini dikatakan kondisi saturasi (jenuh) dari transistor tersebut. Dan jika transistor dianggap sebagai sakelar (switch), maka pada kondisi ini switch tersebut dalam keadaan tertutup (ON). c. Dasar Latching Dua buah transistor dari tipe PNP dan NPN dikatakan komplement jika mempunyai karakteristik yang serupa. Gambar 2c & 2d. memperlihatkan cara menghubungkan transistor yang komplementer tadi sedemikian rupa sehingga membentuk rangkaian Cascade. + Ucc RL TR1 TR2 TR1 Picu TR2 Gambar 2 c. Gambar 2d. Rangkaian ini bila diberi catu daya sedemikian rupa seperti yang terlihat pada gambar 2c & 2d, dan dimana basis dalam keadaan terbuka serta dengan suatu kancing (latch). Dalam keadaan demikian ini transistor tidak bekerja (cut-off), atau sama saja dengan switch dalam keadaan terbuka. Dengan mengabaikan arus bocor, maka dapat dikatakan IC = 0. Salah satu cara guna menutup latch ini adalah dengan Modul PTL OPS 005 (2) 21 system penyulutan (triggering) pada elektroda basis dari salah satu transistor tersebut. Misal trigger positif diberikan pada basis dari Q2 ini berarti emitter basis Q2 memperoleh forward bias dan Q2 mulai menghantar. Karena kolektor Q2 dihubungkan langsung dengan basis Q1 maka Q1 memperoleh input dan selanjutnya akan memberikan penguatan sehingga timbul IC pada Q1 dan arus ini merupakan input bagi Q2 dan akan diperkuat lagi oleh Q2 tersebut. Proses penguatan ini berlangsung terus sehingga transistortransistor tersebut mencapai keadaan saturasi, dan dalam keadaan saturasi ini transistor akan merupakan rangkaian hubung singkat sehingga tegangan pada latch akan sama dengan nol dan arus yang mengalir adalah : IC = UCC RL Guna menutup latch tersebut dapat juga dilakukan dengan memberi trigger negatif pada basis Q1 yang mana akan menyebabkan forward bias pada Q1. Cara lain adalah dengan memberi tegangan UCC sedemikian besar sehingga melampaui tegangan break-down dari dioda kolektor salah satu dari transistor tersebut. Dengan terjadinya break-down ini, maka timbul kolektor yang akan diterima basis transistor berikutnya dan diperkuat dan cara ini disebut sebagai “Break Over System”. Guna membuka latch tersebut ada beberapa cara, yaitu : 1. Mengurangi tegangan catu UCC sehingga arus beban berkurang. 2. Memperbesar nilai RL atau sama sekali mencabutnya. c. Rangkuman Transistor selain digunakan sebagai penguat juga dapat digunakan sebagai switch yang disebut Switch Statis. Switch statis berbeda dengan switch/sakelar manual atau sakelar elektromagnetik dimana pada sakelar manual atau saklar elektromagnetik hanya mengenal dua keadaan yaitu ON dan OFF. Pada transistor selain beban dapat dijalankan dan dimatikan juga dayanya dapat diatur dengan mengatur arus yang masuk ke basis dari transistor tersebut. Pengaturan arus basis tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan potensiometer atau tahanan sebagai Drop Devider. Modul PTL OPS 005 (2) 22 d. Tugas 1. Buat gambar rangkaian pengontrolan pintu garasi menggunakan trasistor dengan sensor cahaya! 2. Bawalah lima buah trasistor lengkap dengan jenis dan spesifikasinya! e. Tes Formatif 1. Jelaskan bagaimana cara memberi penyulutan pada trasistor jenis PNP ? 2. Apakah yang akan terjadi jika kaki basis transisor jenis NPN diberi polaritas negatif ? 3. Gambar dan jelaskan dua buah trasistor yang digunakan sebagai latching ? 4. Apakah yang membedakan antara transistor jenis PNP dengan transistor jenis NPN. ? 5. Apakah keuntungan pengontrolan beban menggunakan transistor dibandingkan sakelar mekanik ? Modul PTL OPS 005 (2) 23 f. Lembar Kerja. a. Pengaturan Putaran Motor Menggunakan Transistor 1. Alat dan Bahan 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. 1.6. Power Supplay 12V/ 3A …………………. Transistor C 1060. ………………………... Potensiometer 100KΩ/1W ……………… Tahanan 10KΩ/5W ………………………… Motor DC 12V………………………………… Kabel Penghubung ………………………… 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah secukupnya 2. Keselamatan Kerja 2.1. Pergunakan peralatan dan kompenen lain dengan baik! 2.2 Periksalah peralatan dan kompenen sebelum digunakan. 2.3. Matikan terlebih dahulu sumber tegangan pada saat membuat dan membongkar rangkaian pengawatan. 2.4. Lakukan pekerjaan sesuai langkah kerja! 3. Langkah Kerja 3.1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan! 3.2. Buat rangkaian percobaan seperti gambar 1a. 3.3. Yakinkan sakelar (S) pada posisi OFF dan potensiometer pada tahanan maximum! Motor DC 10K + 12V TR S 100K Gambar 1a. Pengaturan Putaran Motor menggunakan Transistor 3.4. Gerakkan sakelar (S) pada posisi ON.! Apakah yang terjadi pada motor? Ukur tegangan yang jatuh pada : a. Motor b. Emiter – Kolektor c. Emiter – Basis 3.5. Atur potensiometer pada tahanan ½ maximum.! Apakah yang terjadi pada motor? Ukur tegangan pada : a. Motor Modul PTL OPS 005 (2) 24 3.6. 3.7. 3.8. 3.9. b. Emiter – Kolektor c. Emiter – Basis Atur potensiometer pada tahanan minimum.! Apakah yang terjadi pada motor? Ukur tegangan pada : a. Motor b. Emiter – Kolektor c. Emiter – Basis Dengan mengatur tahanan potensiometer. Apakah putaran motor dapat diatur? Jelaskan.! Dari hasil pengukurani langkah 2.4. s/d 2.6. Masukan pada table1a. Matikan sakelar (S). Lepaskan semua rangkaian! Kembalikan semua peralatan pada tempat semula! Tabel 1a. Tegangan pada Potensiometer Motor E-B E-K Keadaan Motor Maximum ½ Maximum Minimum b. Membalik Arah Putaran Motor DC Menggunakan Transistor. 1. Alat dan Bahan Transformator CT, 220V/12V, 3A …………….. Dioda IN4002 ……………………………………….. Transistor A 971……………………………………. Tahanan 1KΩ. ……………………………………… Tahanan 1.5KΩ. …………………………………… Kapasitor 470μF……………………………………. Motor DC 12V ………………………………………. 1 Buah 4 Buah 2 Buah 1 Buah 2 Buah 2 Buah 1 Buah 2. Keselamatan Kerja 2.1. Pergunakan peralatan dan komponen lain dengan baik. 2.2. Periksalah peralatan dan komponen sebelum digunakan ! 2.3. Matikan terlebih dahulu sumber tegangan pada saat membuat rangkaian pengawatan! 2.4. Ikuti langkah kerja ! Modul PTL OPS 005 (2) 25 3. Langkah Kerja Siapkan alat dan bahan yang diperlukan! Buat rangkaian percobaan seperti gambar 1b. Yakinkan sakelar SPDT pada posisi OFF! Masukan sumber AC.! Apakah yang terjadi pada motor? Gerakkan sakelar SPDT pada posisi 1! Amati arah putaran motor? Ukur tergangan pada: a. Emiter – Kolektor Transistor 1 b. Emiter – Kleoktor Transistor 2 c. Motor D1 MCB D2 220V AC 1 2V 1 2V 470uF/ 50V CT D4 1.5K 1 OFF D3 470uF/ 50V + 220V 1K + 3.1. 3.4. 3.3. 3.4. 3.5. 2 TR1 1.5K TR2 Motor DC Gambar 1b. Membalik Putaran Motor DC Menggunakan Transistor 3.6. Gerakkan sakelar SPDT pada posisi OFF, sampai motor berhenti berputar.! 3.7. Gerakan sakelar SPDT pada posisi 2.! Amati arah putaran motor.! Ukur tegangan pada : a. Emiter – Kolektor Transistor 1 b. Emiter – Kolektor Transistor 2 c. Motor 3.8. Gerakkan sakelar SPST pada posisi OFF, dan lepaskan sumber AC! 3.9. Buat kesimpulan dari hasil percobaan tsb! 3.10. Dari data hasil pengukuran masukan pada table 1b. 3.11. Lepaskan semua rangkaian.! Kembalikan alat pada tempat semula! Tabel 1b. Sakelar SPDT Tegangan pada Emitter Kolektor TR1 TR2 Tegangan pada Motor Arah putaran Motor OFF POSISI 1 POSISI 2 Modul PTL OPS 005 (2) 26 c. Pengontrolan Start pada dua buah Motor secara Berurutan. 1. Alat dan Bahan 1.1. Transformator 220V/12V, 3A. ……………………… 1 Buah. 1.2. Dioda IN4002…………………………………………. . 4 Buah. 1.3. Kapasitor 470μF / 50V ……………………………… 1 Buah 1.4. Kapasitor 500 μF / 50V …………………………… 1 Buah 1.5. Transistor 2N404 ……………………………………… 1 Buah. 1.6. Relay 12VDC ……………………………………………… 2 Buah. 1.7. Potensiometer 1M / 1W ……………………………… 1 Buah. 1.8. Potensiometer 100 KΩ ……………………………… 1 Buah. 1.9. Tahanan 27 KΩ ………………………………………… 1 Buah. 1.10.Tahanan 150 Ω ………………………………………… 1 Buah. 1.11.Tahanan 47 Ω …………………………………………. 1 Buah. 1.12.Switch SPDT …………………………………………… 1 Buah 1.13.Motor Universal 220V / 75W……………………… 1 Buah. 1.14.Motor Shaded Pole 220V/25W ………………… 1 Buah 1.15.Kabel Penghubung ………………. …………………. secukupnya. 2. Keselamatan Kerja. 2.1. Pergunakan peralatan dan komponen lain dengan baik. 2.2. Periksalah peralatan dan komponen sebelum digunakan ! 2.3. Matikan terlebih dahulu sumber tegangan pada saat membuat rangkaian pengawatan! 2.4. Ikuti langkah kerja ! 3. Langkah Kerja 3.1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan. 3.2. Buat rangkaian percobaan seperti gambar 1c. 3.3. Yakinkan sakelar (S) pada posisi OFF, potensiometer 1 pada tahanan minimum dan potensiometer 2 pada tahanan ¼ maximum, siapkan sebuah AVO meter pada range 50VDC dimana jack positif dari AVO meter terhubung pada kaki kolektor dan jack negatif AVO meter pada negatif sumber tegangan (tegangan pada CR2). Modul PTL OPS 005 (2) 27 1A + S CR1 500uF/50V CR2 150 Trafo 12VAC 47 Bridge Diode L2 Motor Shaded Pole Motor Universal + 220V AC L1 470uF/ 50V CR1 P2 100K TR CR2 27K Gambar 1c. Pengontrolan Start Pada Dua Buah Motor Secara Berurutan 3.4. Gerakkan sakelar (S) pada posisi ON! Pada saat sakelar (S) ON, lakukan pengamatan pada gerakan jarum meter, dan dengan menggunakan stop watch catat selisih waktu start dari motor shaded pole dengan motor universal! 3.5. Matikan sakelar (S)! Atur potensiometer 1 pada tahanan minimum dan potensiometer 2 pada tahanan maximum! Ulangi langkah 3.3 s/d 3.4. 3.6. Matikan sakelar (S).! Atur potensiometer 1 pada tahanan maximum dan potensiometer 2 pada tahanan minimum! Ulangi langkah 33 s/d 3.4 3.7. Matikan sakelar (S), dan lepaskan sumber tegangan gantilah kondensator 500µF/50V (C2), dengan kapasitor 1100µF/50V! 3.8. Ulangi langkah 3.3 s/d 3.6. Masukan data hasil pengukuran pada table 1e. 3.9. Buat kesimpulan dari hasil percobaan tsb. Tabel 1c. Potensiometer (1) Potensiometer (2) Kapasitor Maximum ¼ Maximum 500µF Minimum Maximum 500µF Maximum Minimum Penundaan Waktu 500μF Minimum Maximum 1100µF Minimum ¼ Maximum 1100µF Minimum Minimum 1100µF Modul PTL OPS 005 (2) P1 1M 28 d. Pengontrolan Level Air Secara Otomatis 1. Alat dan Bahan Tranformator 220V/12V,3A ………………………….. 1Buah. Motor induksi 3 Fasa, 2HP, 220V ……………………. 1Buah. Tangki air …………………………………………………….. 1Buah. Sekering, 10A ………………………………………. ……. 3 Buah. MCB 1 Fasa, 3A ………………………………………. …. 1 Buah. Kontaktormagnit 220V, 10A ………………………….. 1 Buah. Relay 12V, 2NO, 2NC ……………………………………. 2 Buah. Transistor 2N1008 ……………………………………….. 1Buah. Sakelar Pelampung …………………………………….… 1 Buah Elektroda / Level Kontrol ……………………………… 1 Buah. Lampu Indikator ……………………………………….. …3 Buah. Over Load, 2A ………………………………………… ….1 Buah. Dioda IN5402………………………………………………..1 Buah. Dioda IN4003 …………………………………………….. 4 Buah. Tahanan 220Ω/1W ………………………………………. 1 Buah. Potensiometer, 200Ω/1W …………………………….. 1Buah. Sakelar SPST ………………………………………………. 1 Buah. 2. Keselamatan Kerja 2.1. Pergunakan peralatan dan komponen lain dengan baik. 2.2. Periksalah peralatan dan komponen sebelum digunakan! 2.3. Matikan terlebih dahulu sumber tegangan, pada saat membuat rangkaian pengawatan. 2.4. Lakukan percobaan sesuai langkah kerja! 3. Langkah Kerja 3.1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan! 3.2. Buat rangkaian percobaan seperti gambar 1d. 3.3. Yakinkan sakelar SPST pada posisi OFF, tangki air dalam keadaan kosong,potensiometer pada posisi ½ maximum dan jarak kedua elektroda 10 Cm.! 3.4. Gerakkan sakelar SPST pada posisi ON.! Apakah yang terjadi pada motor pompa air ( motor 3 fasa )? Ukur tegangan pada a. Transistor b. Relay 1 c. Relay 2 d. Kontaktormagnit 3.5. Masukan air ke dalam tangki sampai permukaan air menyentuh sakelar pelampung (batas minimum), sehingga kontaknya terdorong ke atas. Apakah yang terjadi pada motor pompa? Ukur tegangan pada : Modul PTL OPS 005 (2) 29 a. Transistor b. Relay 1 c. Relay 2 d. Kontaktormagnit 3.6. Masukan kembali air ke dalam tangki sampai permukaan air menyentuh elektroda ((batas maximum ). Apakah yang terjadi pada motor pompa.? Ukur tegangan pada : a. Transistor b. Relay 1 c. Relay 2 d. Kontaktormagnit S MCB 220V AC Hijau Relay 1 CR1 12V 220V/ 2W D1 Bridge Diode + - 2N1008 TR 200 NC CR1 R Merah NO T CR2 CR2 NO 220V/ 2W S Batas Maximum Level Control Batas Mini mum K OL 95 97 96 98 Relay 2 CR2 Tangki Air Kuning 220V/ 2W Motor 3 Fasa Gambar 1d. Pengontrolan Level Air Secara Otomatis. Modul PTL OPS 005 (2) 30 3.7. Kosongkan air sampai permukaan air tidak menyentuh elektroda.! Apakah yang terjadi pada motor pompa.? Ukur tegangan pada : a. Transistor b. Relay 1 c. Relay 2 d. Kontaktor 3.8. Kosongkan air sampai permukaan air tidak menyentuh sakelar pelampung.! Apakah yang terjadi pada motor.? Ukur tegangan pada: a. Transistor b. Relay 1 c. Relay 2 d. Kontaktormagnit 3.9. Data hasil pengukura dari langkah 3.4 s/d 3.7 masukan pada table 1d. 3.10. Buat kesimpulan dari hasil percobaan tsb. Tabel 1d. KeadaanTangki Tegangan Air pada Relay 1 Tegangan pada Relay 2 Tegangan pada EmiterKolektor Keadaan Motor 3Fasa Kosong Batas Minimum Batas Maximum Batas Minimum Modul PTL OPS 005 (2) 31 KEGIATAN BELAJAR 2 1. Silicon Controlled Rectifier (SCR) Dan Uni Junction Transistor (UJT) a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran 2. Setelah mempelajari kegiatan belajar 2, peserte DikLat akan dapat : 1. Menjelaskan susunan fisis dan prinsip kerja SCR. 2. Mejelaskan cara kerja SCR sebagai switch. 3. Mengidentifikasi komponen-komponen pada pengendali beban menggunakan SCR. 4. Memahami cara memberi peyulutan pada SCR. 5. Menjelaskan cara kerja rangkaian pengedali menggunakan SCR 6. Memahami dasar kerja dan fungsi UJT. 7. UJT sebagai relaxation oscillator. b. Uraian Materi. 1.1. Susunan Fisis dan Prinsip Kerja SCR. Pengembangan elektronika akhir-akhir ini maju dengan sangat pesat setelah ditemukan beberapa jenis rumpun Solid State diantaranya Transistor. Dioda, UJT,dll. Beberapa laboratorium elektronika berusah menemukan suatu jenis Solid State yang dapat dipergunakan untuk mengendalikan daya listrik sebagai pengganti tabung air raksa yang biasa dikenal dengan nama THYRATRON. Ternyata keinginan ini telah dicapai dengan ditemukannya apa yang disebut ”THYRISTOR” Nama telah diambil dari gabungan Thyaratron dan Transistor. Pada tahun 1957 Thyristor telah direproduksi dan telah dipasarkan pula. Thyristor dibuat dari susunan bahan silicon dan sifat-sifatnya yang hampir mirip dengan silicon rectifier juga dengan dioda 4 lapis. Keistimewaan dari Thyristor dibanding dengan silicon rectifier, adanya tambahan elektroda yang disebut Gate. Gate ini merupakan tempat dimana Thyristor dikendalikan (controlled) karena itu Thyristor juga disebut “Silicon Controlled Rectifier” disingkat menjadi SCR. Pada saat sekarang ini penggunaan SCR sangat luas karena SCR dapat mengendalikan arus listrik yang cukup besar dan dapat pula dipergunakan langsung untuk jaringan arus tukar (AC). Penggunaan yang nyata pada saat sekarang ini adalah untuk switching daya listrik yang besar yang dapat mengendalikan pengaturan beban putaran motor listrik, pengaturan alat pemanas listrik, pengatur lampu penerangan, relay dan alat-alat alarm yang sangat peka. Bahkan dalam industri-industri sekarang ini SCR digunakan sebagai sarana pelengkap automat yang menggantikan alat-alat yang sangat peka. Modul PTL OPS 005 (2) 32 A A G G K Gambar 1.1a. Susunan Fisis SCR K Gambar 1.1b. Simbol SCR 1.2. Sifat-Sifat SCR 1. Dalam keadaan gate tidak diberikan picu (trigger), SCR tidak menghantrakan arus, istilahnya dalam keadaan demikian ini “OFF” atau “Blocked”. Hal ini dapat dipersamakan (antara anoda dan katoda) dengan switch dalam keadaan terbuka. 2. Apabila tegangan picu (meskipun hanya sesaat) diberikan pada gate, maka SCR akan menghantar atau “ON”. Jadi, SCR akan bekerja sebagai silicon dioda biasa yang dapat menghantar arus pada jurusan dari anoda ke katoda, akan tetapi ”blocked” pada jurusan yang sebaliknya. 3. Sewaktu SCR telah “ON”, kemudian secara mendadak tegangan positif pada gate kita putuskan, maka SCR tetap ON. Jelasnya untuk membuat SCR dapat ON cukup dengan memberikan tegangan positif dalam waktu yang pendek karena da;am pemakain tegangan (DC), SCR akan bekerja terus-menerus seperti halnya silicon rectifier biasa bahkan kita dapat melakukan pengendalian SCR dengan memberikan pulse positif pada gatenya. 4. Hubungan antara gate dan katoda pada SCR bersifat seperti dioda silicon, sehingga antara gate dan katoda berimpedansi rendah pada rah forward (conduct). Pengendalian tegangan gate dibutuhkan antara 1-2 volt saja dengan arus gate beberapa puluh miliampere, tegangan dan arus ini sudah cukup untuk membuat SCR yang berkemampuan menghantar arus sebesar beberapa puluh ampere (arus anoda-katoda). 5. Apabila SCR telag dalam keadaan ON, cara untuk meng-OFF kan kembali tak dapat dilakukan melalui gate, melainkan kita harus menurunkan besarnya arus anoda-katoda sampai batas dibawah nilai Ih “holding current” (nilai mendekati nol). Apabila sekarang SCR digunakan untuk keperluan arus tukar AC, kita tak mendapat kesulitan sebab setiap setengah periode positif akhir, tegangan arus AC akan menurun dan kemudian nol sahingga SCR secara otomtis OFF dengan sendirinya. Modul PTL OPS 005 (2) 33 Dalam pemakain SCR dapat dipergunakan oleh pemakai/beban. Rangkaian untuk keperluan tersebut dapat mempergunakan DC maupun AC. 1.3. Sistim picu gate Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, bahwa Thyristor merupakan kompenen break over, khususnya SCR dan triac adalah kompenen break over yang tinggi tegangan konduknya, tetapi dengan mengatur melalui sinyal picu yang diberikan pada gate, sehinggga dengan tegangan yang kecil komponen tsb dapat mengalirkan arus ( konduk). Di dalam rangkaian kenverter AC, Thyristor merupakan komponen utama melalui pengontrolan lebar sudut konduk (conduction angle) atau sudut penundaan picu (firing delay angle). Rangkaian dasar SCR dan Triac beban dan sumber tegangan diperlihatkan pada gambar 1.3b. dan gambar 1.3c. memperlihatkan sudut konduk SCR 120o maka sudut picunya 60o dan bila sudut konduknya 45o, sudut picunya 135o. Selanjutnya gambar 1.2e. memperlihatkan sudut konduk dan sudut picu. SCR AC Pemicu Load Load AC Pemicu Triac Gambar 1.3a. Rangkain Dasar Pengontrol dengan SCR dan Triac Modul PTL OPS 005 (2) 34 UAK UAK 60o 135o t URL t URL 120o 45o Gambar 1.3b. Sudut Konduk dan Sudut Penyalaan pada Rangkian SCR UTriac = 150o UTriac = 60o = 30o =120o Gambar 1.2c. Sudut Konduk dan Sudut Penyalaan pada Rangkaian Triac Pengaturan sudut konduk/sudut picu dilakukan melalui pengaturan sinyal picu, pengatur ini dapat dilaksanakan dengan 2 sistem: 1. Dengan mengatur besarnya arus picu (IG) yang diberikan pada gate. Makin besar IG makin rendah UBRF sehingga makin lebar sudut konduk atau maakin sempit sudut picunya. 2. Dengan mengatur waktu (saat) diberikannya sudut picu. Dalam hal ini besarnya IG agar UBRF ~ 0 volt langsung dipenuhi, hanya waktu pemberian picunya diatur, makin awal datangnya sinyal picu makin lebar sudut konduknya dan sebaliknya makin tertunda sinyal picu maikn sempit sudut konduknya. Modul PTL OPS 005 (2) 35 Di dalam praktek pada umumnya menggunakan cara ke-2 dan sinyal picunya menggunakan sinyal berbentuk pulsa atau tegangan tajam (spike voltage). 2. UNI JUNCTION TRANSISTOR ( UJT ). 2.1. Simbol dan Konsrtuksi dari UJT UJT disimbolkan sebagai gambar 2.1a. dan konsrtuksinya diperlihatkan pada gambar 2.1b. dimana sebatang bahan semikonduktor silicon di-dop ringan dengan unsur dari golongan 5 sehingga menjadi tipe N. Ujung batang ini menjadi B1 dan B2 dengan nilai resistansi antara B1 dan B2 cukup besar kira-kira 10KΩ. Kira-kira ditengah-tengah batang B1 dan B2 diberikan dope agak berat dari unsur golongan 3 sehingga terbentuk tipe P yang berfungsi sebagai emitter (E). Rangkian ekuivalen dari UJT yang sederhana dapat dilihat pada gambar 2.1c. Antara emitter ke persambungan (junction) basis tampak sebagai sebuah PN dioda. Tahanan antara basis RBB dari batang silicon tipe N, merupakan dua buah resistor RB1 dan RB2. Jika ada arus yang mengalir dari emitter ke basis 1 dan UJT akan “ON” dimana RB1 nilainya kan turun secara tajam. B2 B2 E E P N B1 B1 Gambar 2.1a. Simbol dari UJT Gambar 2.1b. Konstruksi dari UJT Nilai tahanan RB1 akan berubah-ubah tergantung dari besarnya arus emitter yang mengalir. Modul PTL OPS 005 (2) 36 B2 RB1 E + - Up UBB RB2 B1 Gambar 2.1c. Rangkaian Ekuivalen dari UJT Sejak terjadi penghantaran, RB1 merupakan fungsi dari arus emitter, variasi tahahan RB1 disebabkan oleh perubahan arus emitter dan dalam hal ini disebut sebagai “Conductivity Modulation”. Jika tidak terdapat aliran arus emitter IE tegangan UAB1 dari titik A ke B1 dapat ditulis sebagai berikut: RB1 UAB1 = UBB x RB1 + RB2 = UBB x RB1 RBB = ไ UBB dimana : UBB adalah tegangan antara basis RB1 adalah tahanan basis 1 RBB adalah tahanan antara basis, dan ไ adalah instrinsic standar off ratio UJT = RB1 RBB Harga ไ terletak antara 0.51 sampai 0.81. Jika tegangan bias UE lebih rendah dari UBB, maka junction emitter ke basis adalah reverse bias dan pada keadaan ini arus emitter tidak mengalir kecuali arus bocornya saja. Jika pemberian tegangan UE lebih besar daripada ไ UBB, junction emitter ke basis 1 adalah forward bias dan arus emitter akan mengalir. Karakteristik konduktivitas emitter adalah sebagai berikut : Jika IE naik, tegangan emitter ke basis 1 turun dan dapat dilihat pada gambar 2.1d. Modul PTL OPS 005 (2) 37 UP IP VALLEY UV POINT IEO Saturasi IV UEB1 EMITTER CURRENT Gambar 2.1d. Karakteristik Konduktivitas Emitter Pada daerah sebelah kiri dari UP, emitter ke basis adalah reverese bias dan pada saat ini tidak ada arus emitter dan daerahnya disebut daerah cut-off. Pada daerah sebelah kanan dari UP, emitter ke basis adalah forward bias dan IE mengalir. Daerah sebelah kanan dari UV disebut daerah saturasi. Tegangan puncak UP memenuhi persamaan: UP = ไ UBB + UD dimana UD = ± 0.70 Dari persamaan tersebut tampak bahwa UP tergantung pada tegangan antara basis UBB dan pada tegangan forward yang melewati dioda emitter ke basis. Stabilisasi UP dapat dicapai dengan cara memasang R2 seri pada base 2 seperti yang terlihat pada gambar 2.1e. R2 + Us R1 Gambar 2.1e. Stabilisasi UP dapat dicapai dengan cara memasang R2 seri pada Base 2 Dalam rangkaian ini R1, RBB dan R2 merupakan pembagi tegangan. Dalam hal ini agar UJT dapat “ON” maka tegangan UE harus menyamai UP dan IE juga harus lebih besar daripada IP-nya. Modul PTL OPS 005 (2) 38 2.2. UJT Sebagai Relaxation Oscilator. Dalam gambar 2.2a. memperlihatkan UJT yang dihubungkan sebagai Relaxion Oscilator dimana rangkaian ini dapat membangkitkan bentuk gelombang tegangan UB1 yang dapat digunakan sebagai pemicu gate sebuah SCR. S R2 A Us UB1 R1 UE + + R3 C1 B UB1 Gambar 2.2a. Relaxation Oscilator UJT Prinsip kerja rangkaian ini adalah: Jika sakelar (S) ditutup maka sumber akan melayani rangkaian tersebut. CE mulai diisi secara eksopnensial lewat RE sehingga mencapai tegangan U1. Tegangan yang mengisi CE adalah tegangan UE yang digunakan emitter UJT. Jika CE sudah diisi sehingga mencapai UP maka UJT akan “ON” tahanan RB1 akan turun dengan cepat. Pulsa tajam dari arus IE mengalir dari emitter ke basis 1 dan merupakan arus pengosongan dari CE. Jika tegangan CE jatuh mendekati 2 volt maka UJT akan “OFF” dan periode ini akan berulang. Bentuk gelombang pada gambar diatas merupakan tegangan gigi gergaji (saw-tooth) dan dibangkitkan pada pengisian CE dan pulsa output UB1 dibangkitkan lewat R1. UB1 adalah pulsa yang digunakan untuk memicu SCR. Frekuensi dari Oscilator ini tergantung pada konstanta waktu CE.RE dan pada karakteristik UJT-nya. Untuk R1 = 100Ω perioda dari oscillator T dapat diambil dengan rumus pendekatan: T= 1 = RE.CE ln 1 1-ไ f untuk ไ = ± 0.60 T = RE.CE Jadi, FRO.UJT = 1 RE.CE Modul PTL OPS 005 (2) 39 Gambar 2b.2. dibawah ini memperlihatkan contoh penggunaan Relaxion Oscilator dalam rangkaian pengontrol SCR. R1 LOAD R2 P1 DC FULL WAVE SCR B2 Z1 C1 B1 + UJT R3 Gambar 2b.2. Pengontrol SCR dengan UJT c. Rangkuman SCR disebut juga dioda empat lapis, berpungsi sebagai pengontrol juga sebagai penyearah jika digunakan untuk mengontrol tegangan AC. SCR mempunyai tiga kaki atau tiga elektroda yang diberi notasi anoda, katoda dan gate. Kaki gate pada SCR berfungsi sebagai pengatur arus yang akan mengalir dari anoda ke katoda, dengan mengatur arus dapat mengatur daya pada beban juga dapat diatur dengan cara megatur sudut kerja dari SCR tsb. Penguturan sudut keja dari SCR dapat dilakukan dengan menggunakan tahanan, kapasior atau UJT. d. Tugas 1. Berikan dua buah SCR lengkap dengan spesifisinya? 2. Buat gambar rgkaian pengaturan cahaya lampu menggunakan SCR dengan penyulutan UJT? e. Tes Formatif 1. 2. 3. 4. 5. Apakah singkatan dari SCR? Terbuat dari apakah bahan SCR itu? Gambarkan simbol SCR lengkap dengan notasi kaki-kakinya? Tuliskan dua fungsi dari SCR? Jelaskan! Bagaimana kerja SCR jika digunakan untuk mengontrol tegangan DC? 6. Apakah yang dimaksud dengan holding current? 7. Jelaskan! Bagaimana cara memberikan penyulutan pada kaki-kaki SCR? Modul PTL OPS 005 (2) 40 8. Jelaskan! Kenapa SCR jika digunakan untuk mengontrol tegangan DC, dengan sekali trigger SCR akan terus bekerja? 9. Gambarkan simbol dari UJT? 10. Jelaskan! Keuntungan penyulutan menggunakan UJT pada SCR? Modul PTL OPS 005 (2) 41 f. Lembar Kerja a. Mengoperasikan Motor Universal menggunakan SCR dengan tegangan AC. 1. Alat dan Bahan 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. 1.6. 1.7. SCR, TIC101 D …………………………………………… 1 Buah. Tahanan 10 KΩ ………………………………………….. 1 Buah. Potensiomeer 1KΩ / 5W ……………………………… 1 Buah. Sakelar SPST 250 V / 3A ………………………………. 1 Buah. Motor universal 220V …………………………………… 1 Buah. MCB, 2A ……………………………………………………… 1 Buah. Kabel penghubung ……………………………………secukupnya 2. Keselamatan Kerja 2.1. Pergunakan peralatan dan komponen lain dengan baik. 2.2. Periksalah peralatan dan komponen sebelum digunakan! 2.3. Matikan terlebih dahulu sumber tegangan, pada saat membuat rangkaian pengawatan. 2.4. Lakukan pekerjaan sesuai langkah kerja. 3. Langkah Kerja 3.1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan! 3.2. Buat gambar ranngkaian seperti gambar 2a. MCB 33K 220V AC 5.6K 1 S 2 33K SCR A 1K B Motor Universal Gambar 2a. Mengoperasikan Motor Universal menggunakn SCR dengan Tegangan AC 3.3. Yakinkan sakelar (S) pada posisi OFF dan tahanan potensiometer pada tahanan maximum ( posisi” B” )! 3.4. Gerakkan sakelar (S) pada posisi 1, kemudian masukan sumber AC. Apakah yang terjadi pada motor! Amati putaran motor.! Ukur tegangan pada : a. Anoda – Katoda ( VDC ) b. Motor ( VDC ) Modul PTL OPS 005 (2) 42 3.5. Gerakkan sakelar (S) pada posisi OFF.! Sampai motor berhenti berputar, kemudian gerakan sakelar (S) pada posisi 2 !. Apakah yang terjadi pada motor, Amati putaran motor ( bandingkan putaran motor tsb dengan putaran pada langkah 3.4 ) Jelaskan? Ukur tegangan pada : a. Anoda – Katoda (VAC) b. Motor (VAC). 3.6. Lepaskan sumber AC, juga pengawatan pada rangkaian.! 3.7. Kembalikan alat-alat pada tempat semula.! 3.8. Buat kesimpulan dari hasil percoban tsb. b. Mengoperasikan Motor Universal menggunakan SCR dengan Tegangan DC Gelomgang Penuh. 1. Alat dan Bahan 1.1. SCR, TIC101 D ………………………………………………. 1 Buah. 1.2. Dioda, IN5404 ………………………………………………..4 Buah. 1.3. Kapasitor 500V/250V ………………………………………..1 Buah. 1.4. Tahanan 10KΩ/5W ……………………………………………1 Buah. 1.5. Potensiometer 1KΩ/5W ……………………………………. 1 Buah. 1.6. Sakelar SPST, 250V/3A ……………………………………. 1 Buah 1.7. Motor universal 220V ……………………………………….. 1 Buah 1. MCB 2A …………………………………………………………… 1 Buah. 1.9. Kabel penghubung …………………………………….. secukupnya. 2. Keselamatan Kerja 2.1. Pergunakan peralatan dan komponen lain dengan baik. 2.2. Periksalah peralatan dan komponen sebelum digunakan! 2.3. Matikan terlebih dahulu sumber tegangan, pada saat membuat rangkaian pengawatan. 2.4. Lakukan pekerjaan sesuai langkah kerja! 3. Langkah Kerja. 3.1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan! 3.2. Buat rangkaian percobaan seperti gambar 2b. Motor Universal 2A - + 100K + 220V AC 500uF/ 250V 5.6K 33K S SCR A 1K B Gambar 2b. Mengoperasikan Motor Universal menggunakan SCR dengan tegangan DC Gelombang Penuh. Modul PTL OPS 005 (2) 43 3.3. Yakinkan sakelar SPST pada posisi OFF dan tahanan potensiometer pada tahanan maximum ( posisi “B” ).! 3.4. Masukan sumber 220V AC, Gerakan sakelar SPST pada posisi ON.! Apakah yang terjadi pada motor.! Amati putaran motor dan ukur tegangan pada : a. Anoda – Katoda. ( VDC) b. Motor. ( VDC ) 3.5. Gerakan sakelar SPST pada posisi OFF.! Apakah yang terjadi pada motor.? Jelaskan.! Ukur tegangan pada : a. Anoda – Katoda ( VDC ). b. Motor. ( VDC ). 3.6. Lepaskan sumber AC 220V dan pengawatannya.! Kembalikan semula peralatan pada tempat semula . 3.7. Masukan data hasil percobaan pada table 2b. 3.8. Buat kesimpulan dari hasil percobaan tsb.! Tabel 2b. Posisi Sakelar SPST Tegangan pada Anoda - Katoda Motor Keadaan Motor ON OFF ON c. Pengontrolan Permukaan Air Secara Otomatis. 1. Alat dan Bahan. 1.1. Trafo step down 220V/12V, 1A ……………………1 Buah. 1.2. Dioda IN4001 ………………………………………… 4 Buah. 1.3. Transistor BC 547 ……………………………………… 1 Buah. 1.4. SCR SS3288 …………………………………………….. 1 Buah. 1.5. Relay 12V DC …………………………………………… 1 Buah. 1.6. Motor kapasitor 125W/220V …………………….. 1 Buah. 1.7. Fuse 2A ………………………………………………… . 1 Buah. 1.8. Tahanan 1KΩ ………………………………………….. 1 Buah. 1.9. Kapasitor 470µF/25V ………………………………. 1 Buah 1.10. Plat sebagai elektroda…………………………. Secukupnya. 1.10 Kabel penghubung………………………………. Secukupnya. Modul PTL OPS 005 (2) 44 2. Keselamatan Kerja. 2.1. Pergunakan peralatan dan komponen lain dengan baik. 2.2. Periksalah peralatan dan komponen sebelum digunakan! 2.3. Matikan terlebih dahulu sumber tegangan, pada saat membuat rangkaian pengawatan. 2.3. Lakukan pekerjaan sesuai langkah kerja.! 3. Langkah Kerja. 3.1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan. 3.2 Buat rangkaian seperti gambar 3c. Fuse 2A 1K S3 SCR S2 Relay 12 V Q1 BC547 Water S1 220V AC Q2 BC547 1 0uF/ 25V + 470F Motor D1-D4 IN4001 Trafo 220V/12V/1A 12V S 220V Gambar 3c. Pengontrolan Permukaan Air secara Otomatis 3.3. 3.4. 3.5. Yakinkan sakelar (S) pada posisi OFF dan tangki air dalam keadaan kosong.! Masukan sumber AC 220V, Gerakan sakelar (S) pada posisi ON.! Apakah pada motor.? Jelaskan.! Dengan menggunakan AVO meter pada skala 50V DC. Ukur tegangan pada : a. Transistor 1. b. Transistor 2. c. SCR. d. Relay. Masukan air ke dalam tangki sampai permukaan air menyentuh elektroda 1.! Apakah motor berputar.? Jelaskan.! Ukur tegangan pada : a. Transistor 1. b. Transistor 2. c. SCR. d. Relay. Modul PTL OPS 005 (2) 45 3.6. Masukan kembali air ke dalam tangki sampai permukaan air menyentuh elektroda 2.! Jelaskan.! Apakah motor berputar.? Ukur tegangan pada : a. Transistor 1. b. Transistor 2. c. SCR. d. Relay. 3.7. Masukan kembali air ke dalam tangki sampai permukaan air menyentuh elektroda 3.! Apakah yang terjadi pada motor.? Jelaskan.! Ukur tegangan pada : a. Transistor 1. b. Transistor 2. c. SCR. d. Relay. 3.8. Kosongkan air di dalam tangki sampai permukaan air tidak menyen tuh elektroda 3.! Apakah yang terjadi pada mtor.? Jelaskan.! 3.9. Lepaskan sumber AC dan pengawatan pada rangkaian, dan kembalikan alat-alat pada tempat semula.! 3.10. Dari data hasil pengukuran masukan pada table 3h. 3.11. Buat kesimpulan dari percobaan tsb.! Tabel 3c. Keadaan Air Tegangan Tegangan Tegangan Tegangan Keadaan Pd TR 1 Pd TR 2 Pd SCR Pd Relay Motor Kosong Menyentuh elektroda 1 Menyentuh Elektroda 2 Menyentuh Elektroda 3 d. Pengaturan Putaran Motor AC menggunakan SCR 1. Alat dan Bahan 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. 1.6. 1.7. 1.8. 1.9. 1.10. 1.11. SCR, GE – C30B ……………………………………………. Dioda, 3A …………………………………………………….. Kapasitor 0,1μF ………………………………………… Tahanan 100KΩ/5W ……………………………………… Tahanan 33KΩ/5W ………………………………………… Tahanan 9.1K …………………………………………….. Tahanan 2.7 K …………………………………………… Potensiometer 250 KΩ/5W …………………………… Sakelar SPST, 250V/3A ………………………………. Motor universal 220V …………………………………… Ampere meter 0 – 5A ……………………………………. Modul PTL OPS 005 (2) 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Buah. Buah. Buah. Buah. Buah Buah Buah Buah. Bua Buah. Buah 46 1.12. 1.13. Fuse, 2A ………………………………………………………… 1 Buah. Kabel penghubung ………………………………… Secukupnya. 2. Keselamatan Kerja. 2.1. Pergunakan peralatan dan komponen lain dengan baik. 2.2. Periksalah peralatan dan komponen sebelum digunakan.! 2.3. Matikan terlebih dahulu sumber tegangan, pada saat membuat rangkaian pengawatan.! 2.4. Lakukan pekerjaan sesuai langkah kerja.! 3. Langkah Kerja. 3.1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan. 3.2. Buat gambar rangkaian percobaan seperti gambar 2d. 3.3. Yakinkan sakelar (s) pada posisi OFF dan tahanan potensiometer pada tahanan maximum ( posisi “B”).! Motor 1 Fasa Kapasitor C S A Start 100K Run 9.1K 220V AC - + SCR Triac A 250K 33K B 2.7K 0.1uF Gambar 2d. pengaturan Putaran Motor AC menggunakan SCR 3.4. Masukkan sumber 220 AC dan gerakan sakelar (s) pada posisi ON.! Apakah yang terjadi pada motor.? Ukur tegangan pada : a. Anoda – Katoda ( VDC ) b. Motor ( VAC ) c. Gate – Katoda ( VDC ) d. Arus beban 3.5. Atur potensiometer pada ½ maximum.! Apakah yang terjadi pada motor.? Ukur tegangan pada : a. Anoda – Katoda ( VDC ) b. Motor ( VAC ) c. Gate – Katoda ( VDC ) d. Arus beban Modul PTL OPS 005 (2) 47 3.6. Atur potensiometer pada tahanan minimum (posisi “A”).! Apakah yang terjadi pada motor.? Ukur tegangan pada : a. Anoda – Katoda ( VDC ) b. Motor ( VAC ) c. Gate – Katoda ( VDC ) d. Arus beban 3.7. Dari data hasil percobaan, masukan pada table 2d. 3.8. Lepaskan sumber 220V AC, kembalikan alat-alat pada tempat semula. 3.9. Buat kesimpulan dari hasil percobaan tsb.! Tabel 2d. Posisi Tegangan Tegangan Tegangan Arus Potensiometer Pd A - K Pd Motor Pd G - K Beban Keadaan Motor Minimum ½ Maximum Maximum Modul PTL OPS 005 (2) 48 KEGIATAN BELAJAR 3 Diac, Triac, Quadrac a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran 3. Setelah mempelajari kegiatan belajar 3, peserta DikLat akan dapat: 1. Menjelaskan susunan fisis dan simbol Diac. 2. Mejelaskan fungsi dari Diac. 3. Menjelaskan susunan fisi dan simbol Triac. 4. Menjelaskan fungsi Triac. 5. Memahami cara memberi peyulutan pada Triac. 6. Mengidentifikasi komponen-komponen pada pengendali beban menggunakan Diac dan Triac. 7. Menjelaskan cara kerja rangkaian pengedali menggunakan Diac dan Triac. 8. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan Quadrac. b. Uraian Materi. 1.1. Diac Kecuali SCR, masih banyak kompenen-kompenen elektronika yang lainnya yang termasuk dalam keluarga Thyristor. Diantaranya yang paling banyak digunakan adalah DIAC, TRIAC, dan QUADRAC. Komponen-kompenen tersebut bekerja atas dasar prinsip kerja dioda 4 lapis dan SCR. Susunan fisis DIAC merupakan dua buah dioda 4 lapis yang digabung secara paralel terbalik. DIAC adalah piranti elektronik yang termasuk jenis dari bidirectional thyristor disebut juga sebagai trigger dioda. Rangkaian ekuivalen dari DIAC dapat digambarkan seperti gambar 1a. dan juga dapat dianggap sebagai susunan dua buah lacth seperti terlihat pada gambar 1b. T1 A K K A T1 T2 T2 Gambar 1a. Modul PTL OPS 005 (2) Gambar 1b. 49 DIAC tidak mempunyai polaritas atau dianggap sebagai homopolar atau juga non-polar sehingga dalam penggunaannya sangat mudah. Untuk mengetahui prinsip kerja DIAC maka kita anggap DIAC tersebut diberi catu daya dengan polaritas seperti yang terlihat pada gambar 1.1a. Bila tegangan yang diberikab pada DIAC menyamai atau melewati tegangan Break Over-nya maka lacth sebelah kiri akan menutup dan arus akan mengalir demikian jika sebaliknya, maka latch yang sebelah kanan akan menutup. Untuk membuka kembali latch tersebut adalah dengan cara mengurangi arus latch sehingga dibawah ini nilai holding currentnya (Ih). Simbol Diac adalah seperti terlihat pada gambar 1.1c. T2 T1 Gambar 1.1c. Simbol Diac 1.2. Triac Susunan fisis TRIAC merupakan gabungan dari dua buah SCR yang terpasang secara paralel terbalik. Rangkaian ekuivalen TRIAC sebagaimana terlihat pada gambar 1.2a. TRIAC dapat ditrigger dengan menberikan arus gate positif atau negatif. TRIAC disimbolkan seperti terlihat pada gambar 1.2b. T2 T2 Gate G T1 T1 Gambar 1.2a. Rangkaian Ekuivalen TRIAC Gambar 1.2b. Simbol TRIAC Efek arus gate pada tegangan Braek Over sebuah TRIAC adalah sama seperti pada SCR. Pada umumnya rangkaian pengontrol dengan TRIAC lebih ekonomis dan menguntungkan untuk pengaturan daya arus bolak-balik. Dengan mengatur arus gate, maka daya AC pada beban dapat diatur besar kecilnya dan karena tegangan sumber AC tidak perlu Modul PTL OPS 005 (2) 50 disearahkan terlebih dahulu, maka sederhana dibandingkan dengan SCR. rangkainnya jauh lebih 1.3. QUADRAC QUADRAC adalah gabungan antara TRIAC dan DIAC yang dibuat dalam satu chip sehingga lebih efisien dalam penggunaannya. Simbolnya digambarkan seperti terlihat pada gambar 3a. Sedangkan contoh dari QUADRAC sepertterlihat pada gambar 3b. dimana QUADRAC mempunyai tiga buah terminal yaitu Main terminal 1, Main Terminal 2 dan Gate. c. Rangkuman DIAC merupakan piranti elektronik yang susunan fisisnya merupakan dioda empat lapis yang tersambung secara paralel terbalik. DIAC tergolong pada komponen bi-directional yang dapat mengalirkan dari dua arah yang berfungsi sebagai trigger( penyulut ) pada TRIAC. TRIAC merupakan keluarga thyristor, yang berfungsi sebagai alat pengendali ( pengontrol ) yang mengalirkan arus dari dua arah, untuk itu TRIAC banyak digunakan untuk mengontrol tegangan arus bolak-balik. Beban yang dikontrol menggunakan TRIAC dapat diatur dayanya dengan cara mengatur arus gatenya. Gabungan dari Triac dengan Diac yang sudah kemas dalam satu chip disebut QUADRAC. d. Tugas. 1. Berikan 3 buah contoh DIAC lengkap dengan spesifikasinya? 2. Berikan 2 buah contoh TRIAC lengkap dengan spesifikasinya? 3. Berikan 2 buah contoh QUADRAC lengkap dengan spesifikasinya? e. Tes Formatif. 1. Gambarkan susunan fisis dan simbol TRIAC? 2. Apakah fungsi Triac? 3. Jelaskan,Bagaimana cara mengatur daya pada beban yang dikontrol dengan TRIAC? 4. Apakah fungsi dari DIAC? 5. Apakah yang dimaksud dengan komponen bi-directional? 6. Apakah perbedaan antara TRIAC dengan SCR, jika digunakan untuk mengontrol tegangan A 7. Apakah keuntungan beban yang kontrol menggunakan TRIAC jika dibandingkan dengan SCR? 8. Apakah yang disebut dengan QUADRAC? Modul PTL OPS 005 (2) 51 f. Lembar Kerja a. Pengontrolan Putaran Motor Menggunakan Triac Dengan Sensor Cahaya. 1. Alat dan bahan. 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. 1.6. 1.7. 1.8. Triac Pic 123 …………………………………………………1 Buah. Potensiometer 50Ω/5W…………………………………….1 Buah. Transformator 220V/6V, 1A…….. ……………………. 1 Buah. Motor 1 Fasa, 125W, 220V AC ……………………….. 1 Buah. Sakelar SPST 250V,2A …………………………………… 1 Buah. LDR 10KΩ ………………………………………………………1 Buah. Lampu 12V/2W ……………………………………………… 1 Buah. Kabel penghubung ……………………………………Secukupnya. 2. Keselamatan Kerja. 2.1. Pergunakan peralatan dan komponen lain dengan baik. 2.2. Periksalah peralatan dan komponen sebelum digunakan! 2.3. Matikan terlebih dahulu sumber tegangan, pada saat membuat rangkaian pengawatan. 2.4 Lakukan pekerjaan sesuai langkah kerja.! 3. Langkah Kerja. 3.1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.! 3.2. Buat rangkaian percobaan seperti gambar 3a. Motor 1 Fasa Kapasitor C Start 220V AC S 33K Run A 100K B Triac P 220V S 12V 33K LDR Gambar 3a. Pengaturan Putaran Motor Menggunakan Triac Dengan Sensor Cahaya. 3.3. Yakinkan sakelar SPST pada posisi OFF, Masukan sumber AC 220V dan atur potensiometer sampai motor tidak berputar.! Dengan menggunakan AVO meter, ukur tegangan : a. T1 – T2. b. Motor. 3.4. Tutup permukaan LDR. Apakah yang terjadi pada motor.! Ukur tegangan pada : Modul PTL OPS 005 (2) 52 a. T1 – T2. b. Motor. 3.5. Gerakan sakelar SPST pada posisi ON.! Sinari permukaan LDR dengan lampu.! Apakah yang terjadi pada motor.! Ukur tega ngan pada : a. T1 – T2. b. Motor. 3.6. Dengan cara mendekatkan dan menjauhkan cahaya lampu pada permukaan LDR, Apakah yang terjadi pada putaran motor.? 3.7. Lepaskan sumber AC 220V dan pengawatan pada rangkaian.! 3.8. Kembalikan peralatan pada tempat semula.! 3.9. Buat kesimpulan dari hasil percobaan tsb.! b. Pengontrolan Dua Buah Motor Secara Berganian ( Interlocking ). 1. Alat dan bahan. 1.1. Triac Q4004L3 …………………………………………………… 1 Buah. 1.2.. Potensiometer 250KΩ/5W …………………………………. 1. Buah. 1.3. Transistor 2N235 ……………..………………………………. 1. Buah. 1.4. Transistor 2N204 …………………………………………….. 1. buah. 1.5. Kapasitor 500μF/250V ……………………………………… 1. Buah. 1.6. SCR S4003LS3 ………………………………………………… 1. Buah. 1.7. Dioda IN15401……………………………………………….. 1. Buah. 1.8. Tahanan 4.7KΩ/5W…………………………………………… 1. Buah 1.9. Tahanan 3.3KΩ/5W… ………………………………………… 1. Buah. 1.10.Tahanan 68KΩ/5W … …………………………………………1. Buah. 1.11.Tahanan 47KΩ/5W… … ……………………………………… 1. Buah. 1.3. Motor Universal220V………………………….………………..1 . Buah. 1.4. Motor Shaded Pole 220V…………………………………….. 1. Buah. 1.5. Fuse 2A ……………………………………………………………..1. Buah. 1.6. Sakelar SPST 250V/2A ………………………………………..1. Buah. 1.8. Kabel penghubung …………………………………………Secukupnya 2. Keselamatan Kerja. 2.1. Pergunakan peralatan dan komponen lain dengan baik. 2.2. Periksalah peralatan dan komponen sebelum digunakan! 2.3. Matikan terlebih dahulu sumber tegangan, pada saat membuat rangkaian pengawatan. 2.4. Lakukan pekerjaan sesuai langkah kerja.! 3. Langkah Kerja. 3.1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.! 3.2. Buat rangkaian percobaan seperti gambar 3b.! Modul PTL OPS 005 (2) 53 S1 Fuse 2A S D1 68K 220V AC SCR TR1 Motor Universal 4.7K + 100K - C A 47K B 250K 3.3K TR2 Triac Motor Shaded Pole Gambar 3b. Pengontrolan dua buah motor secara bergantian 3.3. Yakinkan sakelar SPST pada posisi OFF dan atur potensiomete pada posisi di tengah – tengah.! 3.4. Masukan sumber AC 220V.! Apakah yang terjadi pada motor universal dan motor shaded pole.! Ukur tegangan pada : a. Triac ( VAC ). b. SCR ( VAC ). c. Motor universal ( VAC ). d. Motor shaded pole. ( VAC ) 3.5. Atur potensiometer pada posisi “A”.! Motor manakah yang berputar.! Ukur tegangan pada : a. Triac ( VAC ). b. SCR ( VDC ). c. Motor universal ( VDC ). d. Motor shaded pole. ( VAC ). 3.6. Atur potensiometer pada posisi “B”.! Motor manakah yang berputar.! Ukur tegangan pada : a. Triac ( VAC ). b. SCR ( VAC ). c. Motor universal ( VAC ). d. Motor shaded pole. ( VAC ). 3.7. Dengan mengatur potensiometer, Apakah kedua motor dapat bekerja secara bersamaan.? Apakah nama sistim pengontrolan tsb.? 3.8. Lepaskan sumber AC 220V dan pengawatan pada rangkaian.! Kembalikan alat – alat pada tempat semula.! 3.9. Dari data hasil percobaan masukan pada table 3b. 3.10. Buat kesimpulan dari hasil percobaan tsb.! Modul PTL OPS 005 (2) 54 Tabel 3b. Posisi Potensiometer Tegangan Tegangan Pada SCR Pada Triac Tegangan pada Motor Universal Tegangan pada Motor Shade Pole Keadaan Motor Di tengah – te ngah A B c. Pengereman Dinamik dan Pengontrolan Putaran Pada Motor Shaded Pole 1. Alat dan Bahan 1.1. Transformator 1 phasa 220V/12V, 1A………………….. 1 Buah. 1.2. Dioda IN5401 …………………………………………………… 4 Buah. 1.3. Sakelar DPDT 250V/3A ……………………………………….1 Buah. 1.4. Relay 12V DC ……………………………………………………1 Buah. 1.5. Triac PIC123 … ……………………………………………… 1 Buah. 1.6. Diac GE – X13 … ………………………………………………. 1 Buah. 1.7. Kapasior 500μF/50V………………………………………… 1 Buah. 1.8. Kapasitor 0.1μF …… ……………………………………… 1 Buah. 1.9. Potensiometer 20KΩ/5W…………………………………. 1 Buah. 1.10. Tahanan 10 KΩ ………… ……………………………….. 1 Buah. 1.11. Tahanan 270 Ω/1W ……… ……….. ……………………… 1 Buah. 1.12. Tahanan 220Ω/W ……………………………………………. 1 Buah. 1.13. Diada IN5501……………………………………………………. 1 Buah. 1.14. Motor Shaded Pole 220V …………………………………… 1 Buah. 1.15. Kabel Penghubung ……… …………………………… Secukupnya. 2. Keselamatan Kerja. 2.1. Pergunakan peralatan dan komponen lain dengan baik. 2.2. Periksalah peralatan dan komponen sebelum digunakan! 2.3. Matikan terlebih dahulu sumber tegangan, pada saat membuat rangkaian pengawatan. 2.4. Lakukan pekerjaan sesuai langkah kerja.! 3. Langkah Kerja. 3.1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.! 3.2. Buat rangkaian percobaan seperti gambar 3c. Modul PTL OPS 005 (2) 55 B Run Brake 220V AC P 220V 33K OFF 12V A CR 220 220 S 12V - Triac 2.7K Diac + 20K + 500uF/50V 0.1uF Motor Shaded Pole Gambar 3c. Pengereman Dinamik Dan Pengaturan Putaran Motor Shaded Pole. 3.3. Yakinkan sakelar DPDT pada posisi OFF dan potensiometer pada posisi “B”.! Masukan sumber 220V AC. Apakah yang terjadi pada motor.? Ukur tegangan pada : a. Triac. b. Motor. c. Relay. 3.4. Gerakan sakelar DPDT pada posisi “B”.! Apakah yangterjadi pada motor.? Ukur tegangan pada : a. Triac. b. Motor. c. Relay. 3.4. Atur potensiomeer pada posisi ½ maximum. ! Apakah yang terjadi pada motor,? Ukur tegangan pada : a. Triac. b. Motor. c. Relay. 3.5. Atur potensiometer pada posisi “A”.! Apakah yang terjadi pada motor.? Ukur tegangan pada : a. Triac. b. Motor. c. Relay 3.6. Pada saat sakelar DPDT posisi “B”, pada putaran motor cepat. Gerakan sakelar DPDT pada posisi OFF.! Catat waktu yang diperlukan sampai putaran motor berhenti.? 3.7. Pada saat sakelar DPDT posisi “B” dan putaran motor cepat. Gerakan sakelar DPDT pada posisi “A” Catat waktu yang Modul PTL OPS 005 (2) 56 33K diperlukan sampai putaran motor berhenti.! Apakah putaran motor berhenti lebih cepat. Jelaskan.! 3.8. Gerakan sakelar DPDT pada posisi OFF, lepaskan sumber 220V AC dan pengawatan pada rangkaian.! 3.9. Buat kesimpulan dari hasil percobaan tsb.! d. Pengontrolan Phase Gelombang Penuh Pada Motor Induksi. 1. Alat dan Bahan. 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. 1.6. 1.7. 1.8. 1.9. 1.10. 1.11. 1.12. 1.13. Dioda 1N5060…………………………………………………….5 Buah. Triac Q4004L4……………………………………………………1 Buah. SCR C106D ……………………………………………………….1 Buah. UJT 2N2646 ……………………………………………………..1 Buah. Zener Dioda Z4X16 ………………………………………….. 1 Buah. Potensiometer 100K/1W …………………………………… 1 Buah. Kapasitor 0,1μF………………………………………………… 2 Buah. Tahanan 15K/5W ………………………………………………2 Buah. Tahanan 470Ω…………………………………………………..1 Buah. Tahanan 47Ω ………………………………………………….. 1 Buah. Tahanan 10Ω ……………………………………………………1 Buah. Tahanan 22Ω ………………………………………………….. 1 Buah. Tahanan 100Ω ………………………………………………. 1 Buah. 2. Keselamatan Kerja. 2.1. Pergunakan peralatan dan komponen lain dengan baik. 2.2. Periksalah peralatan dan komponen sebelum digunakan! 2.3. Matikan terlebih dahulu sumber tegangan, pada saat membuat rangkaian pengawatan. 2.4. Lakukan pekerjaan sesuai langkah kerja.! 3. Langkah Kerja. 3.1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan. 3.2. Buat rangkaian percobaan seperti gambar 3d. Motor Induksi 15K D1 220V AC S D2 15K D5 A IN5060 100K B D3 D4 24x16 470 UJT 0.14F 47 SCR 10 D6 22 Triac 100 0.14F Gambar 3d. Pengontrolan phase Gelombang Penuh pada Motor induksi. Modul PTL OPS 005 (2) 57 3.3. Yakinkan sakelar (S) pada posisi OFF dan tahanan potensiometer pada tahanan maximum ( posisi “B” ).! 3.4. Masukan sumber AC dan gerakan sakelar (S) pada posisi ON.! Apakah yang terjadi pada motor.? Dengan menggunakan AVO meter pada skala 120V DC. Ukur tegangan pada : a. Gate - Katoda b. SCR ( Anoda – Katoda ). c. Triac ( T1 – T2 ). d. Motor. 3.5. Dengan menggunakan oscilooscope. Ukur bentuk gelombang pada a. Gate – Katoda. b. Anoda – Katoda. c. T1 – T2. d. Motor. 3.6. Atur potensiometer pada posisi ½ maximum.! Ukur tegangan pada a. Gate – Katoda. b. Anoda – Katoda. c. T1 – T2. d. Motor. 3.7. Dengan menggunakan oscilooscope. Ukur bentuk gelombang pada a. Gate – Katoda. b. Anoda – Katoda. c. T1 – T2. d. Motor. 3.8. Atur potensiometer pada tahanan minimum ( posisi “A” ).! Ukur tegangan pada : a. Gate – Katoda. b. Anoda – Katoda. c. T1 – T2. d. Motor. 3.9. Dengan menggunakan oscilooscope. Ukur bentuk gelombang pada a. Gate – Katoda. b. Anoda – Katoda. c. T1 – T2. d. Motor. 3.10. Gerakan sakelar (S) pada posisi OFF dan lepaskan sumber tegangan AC 220V. Lepaskan pengawatan pada rangkaian. 3.11. Buat kesimpulan dari hasil percobaan tsb.! Modul PTL OPS 005 (2) 58 KUNCI JAWABAN TES FORMATIF A. Kegiatan Belajar 1. 1. Cara memberi penyulutan pada transistor PNP adalah : Emiter harus mendapatkan polarias positif. Basis harus mendapatkan polaritas negatif. Kolektor harus mendapatkan polaritas lebih negatif 2. Transistor tidak akan mengalirkan arus dari emitter ke kolektor 3. Gambar dua buah transistor yang bekerja sebagai latching + Ucc TR1 TR2 Cara kerja dua buah transistor yang bekerja Sebagai laching adalah: Jika transistor 2 diberi trigger positif, berarti emiter transistor2 mendapatkan forward bias dan transistor2 mulai bekerja karena transistor 2 terhubung langsung dengan kolektor transistor 2 dengan basis transistor1 maka transist juga Akan bekerja yang akan memberikan penguatan pada transistor 2 4. Yang membedakan dari kedua jenis transistor, yaitu susunan bahannya, sehingga cara memberikan penyulutan pada kedua transistor tsb menjadi berbeda. 5. Daya beban dapat diatur dari nol sampai maximal. B. Kegiatan Belajar 2. 1. SCR singkatan dari Silicon Controlled Rectifier. 2. SCR terbuat dari bahan silicon. 3. Simbol SCR A G Modul PTL OPS 005 (2) K 59 4. Dua fungsi SCR adalah : a. Sebagai switch/pengontrol. b. Sebagai penyearah/rectifier. 5. Jika SCR digunakan untuk mengontrol tegangan DC, SCR akan terus konduk dengan sekali trigger. 6. Holding current adalah arus genggam atau arus yang harus dipertahankan supaya SCR terus bekerja. 7. Cara memberikan penyulutan pada SCR yaitu : Anoda harus mendapatkan polaritas positif. Katoda harus mendapatkan polaritas negatif. Gate harus mendapatkan polaritas positif. 8. Tegangan DC merupakan tegangan yang tidak berubah-ubah dan besar tegangan tsb selalu sama di atas daerah holding current, dengan demikian ma ka, SCR dengan sekali trigger akan terus kunduk/bekerja. 9. Simbol UJT 10. Gambar rangkaian pengaturan cahaya lampu R1 DC FULL WAVE R2 P1 UJT Z1 B2 SCR + B1 C1 R3 C. Kegiatan Belajar 3. 1. Susunan fisis dan simbol Triac. T2 T2 Gate G T1 T1 Modul PTL OPS 005 (2) 60 2. Fungsi TRIAC adalah sebagai pengontrol ( pengendali ). 3. Beban dipasang seri dengan terminal (TI) atau terminal (T2). Daya pada beban dapat dikontrol dengan mengatur arus yang masuk gatenya. 4. DIAC merupakan piranti elektronik yang tidak mempunyai polaritas dan berfungsi sebagai penyulut pada gate TRIAC. 5. Bi-directional artinya komponen yang dapat melalukan arus dari dua arah. 6. SCR merupakan komponen elektronik yang dapat melalukan arus hanya satu arah saja, hampir sama dengan sebuah dioda. Jika beban dikontrol oleh SCR, maka tegangan yang jatuh pada beban merupakan tegangan DC setengah gelombang. Sedangkan jika beban dikontrol menggunakan TRIAC, tegangan yang jatuh pada beban masih merupakan tegangan arus bolak-balik. 7. Beban yang dikontrol menggunakan Triac dayanya hampir tidak mengalami perubahan sedangkan jika menggunakan Scr daya pada beban akan berkurang. 8. QUADRAC merupakan gabungan dari DIAC dan TRIAC yang sudah dikemas dalam satu chip. Modul PTL OPS 005 (2) 61 BAB III EVALUASI A. TES TERTULIS Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat dan jelas! 1. Tuliskan dua fungsi transistor? 2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan switch statis? 3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan keadaan cut off pada transisor? 4. Jelaskan apa yang disebut dengan laching? 5. Tuliskan persamaan tegangan kondisi saturasi pada transistor? 6. Tuliskan 3 komponen yang tergolong pada keluarga thyristor? 7. Jelaskan kenapa SCR jika digunakan untuk mengontrol tegangan DC dengan sekali triger, SCR akan terus konduk? 8. Jelaskan bagaimana bekerjanya SCR yang dipicu menggunakan UJT? 9. Buat gambar rangkaian pengaturan cahaya lampu mengunakan SCR? 10. Apakah keuntungan pengontrolan beban menggunakan Triac dibandingkan dengan SCR? B. TES PRAKTEK Buat rangkaian pengontrolan motor induksi 3 fasa, 2HP, 220V/380V;∆/Y, yang dikontrol menggunakan TRIAC, disulut oleh SCR dan UJT mengunakann sensor cahaya dengan urutan kerja sbb: 1. Jika LDR disinari maka motor 3 induksi 3 fasa akan bekerja. 2. Jika permukaan LDR ditutup maka motor induksi 3 fasa akan mati. 3. Dalam keadaan stand by, hanya lampu hijau yang menyala. 4. Dalam keadaan beroperasi, hanya lampu merah yang menyala 5. Jika terjadi over load, hanya lampu kuning yang menyala. Rangkaian pengontrolan ini dilengkapi dengan dua pengaman, yaitu Sikering ( MCB ) dan over load. Tentukan besarnya sikering dan over load sehingga motor akan aman jika terjadi gangguan. Modul PTL OPS 005 (2) 62 KUNCI JAWABAN Tes Tertulis 1. Dua fungsi transistor adalah : a). Merupakan alat yang berfungsi sebagai penguat. b). Merupakan alat / komponen yang berfungsi sebagai pengontrol (switch statis ). 2. Switch statis adalah dimana switch tsb pada saat ON maupun OFF tidak ada bagian yang bergerak dari alat tsb. 3. Yang dimaksud dengan kondisi cut off pada transistor adalah dimana tran sistor tsb tidak dalam mengalirkan arus dari emiter ke kolektor atau jikadiumpamakan sakelar dimana sakelar tsb dalam keadaan membuka (off). 4. Yang dimaksud dengan Laching disebut juga kancing, adalah dua buah transistor yang dihubungkan sedemikian rupa yang jika salah satu transistor tsb diberi penyulutan maka akan terjadi aliran arus dari kedua transistor tsb. 5. Persamaan tegangan pada trasistor dalam keadaan saturasi adalah : IC . RL = UCC, dari persamaan UCC = IC . RL + UCE UCE = UCC – IC . RL Karena : IC . RL = UCC, maka UCC – IC . RL = 0 Dan UCE = 0. 6. Komponen-komponen Yang termasuk keluarga Thyristor adalah : a. SCR. b. Triac. c. Quadrac. 7. Tegangan DC adalah tegangan yang setiap saat harganya sama ( DC murni ), jika SCR di gunakan untuk mengontrol tegangan DC maka arus genggam ( holding Current ) harganya akan selalu di bawah harga arus/tegangan DC tsb (tegangan DC tidak mengalami harga nol). Untuk itu jika SCR digunakan untuk mengontrol tegangan DC dengan sekali triger maka SCR akan terus konduk. 8. Jika SCR dipicu menggunakan UJT, tegangan/arus yang dikeluarkan oleh UJT kemudian masuk pada gate SCR. Bentuk tegangan/arus yang masuk tsb berupa gigi gergaji sehingga sudut kerja SCR akan lebih kecil, dengan demikian maka daya pada beban akan lebih besar. 9. Rangkaian pengaturan cahaya lampu menggunakan SCR. 10. Keuntungan pengontrolan beban menggunakan TRIAC dibandingkan SCR adalah tegangan/arus yang jatuh pada beban akan tetap berupa arus bolak-balik sedangkan jika menggunakan SCR maka tegangan yang jatuh pada beban akan menjadi DC ½ gelombang. Modul PTL OPS 005 (2) 63 Lembar Penilaian Tes Praktek. Nama Peserta No. Induk Program Keahlian Nama Jenis Pekerjaan : : : : PEDOMAN PENILAIAN No. Aspek Penilaian Skor Maks. Skor Keterangan Perolehan 1 2 3 4 I Perencanaan 1.1. Persiapan alat dan bahan 1.2. Membaca gambar rangkaian Sub total II Proses ( Sistematika & Cara Kerja ) 2.1. Penempatan komponen /Alat 2.2. Pengawatan rangkaian kontrol. 2.3. Pengawatan rangkaian tenaga. 2.4. Penggunaan alat ukur. Sub total 111 Hasil Kerja. 3.1. Rangkaian pengendali. 3.2. Rangkaian tenaga. 3.3. Kerapihan & tata letak komponen. 3.4. Hasil pengukuran. Sub total 1V Sikap Kerja. 4.1. Penggunaan alat. 4.2. Keselatan kerja. VI Laporan 6.1. Sistimatika penyusunan laporan 6.2. Kelengkapan bukti fisik Sub total Total Modul PTL OPS 005 (2) 5 5 5 10 5 10 10 5 30 15 15 5 5 40 5 5 10 4 6 10 100 64 KRITERIA PENILAIAN No. Aspek Penilaian I Perencanaan 1.1. Persiapan alat dan bahan Kriteria Penilaian 1.2. Membaca gambar rangkaian. II Proses (Sistematika & Cara kerja ) 2.1. Penempatan komponen. 2.2. Pengawatan rangkaian pengontrol. 2.3. Pengawatan rangkaian tenaga 2.4. Penggunaan alat ukur. III Hasil Kerja. 3.1. Rangkaian pengontrol 3.2. Rangkaian tenaga. Modul PTL OPS 005 (2) Skor Alat dan bahan disiapkan 5 sesuai kebutuhan Alat dan bahan disiapkan tidak 1 sesuai kebutuhan. Menjelaskan cara kerja rangkai an dengan benar. Tidak dapat menjelaskan cara kerja rangkaian dengan benar 5 Komponen ditempatkan pada tempat yang benar. Komponen ditempatkan pada tempat yang salah. 5 Pengawatan rangkaian kontrol dibuat dengan benar. Pengawatan rangkaian kontrol salah. 10 Pengawatan rangkaian tenaga dibuat dengan benar. Pengawatan rangkaian tenaga dibuat salah. 10 Alat ukur digunakan dengan benar. Alat ukur digunakan dengan cara yang salah. 5 1 1 2 2 1 Cara kerja rangkaian kontrol 15 benar. Cara kerja rangkaian kontrol 3 salah. Cara kerja rangkaian tenaga 15 benar. Cara kerja rangkaian tenaga 3 65 salah 3.3. Kerapihan & tata letak komponen Komponen rapih. Komponen ditata tidak rapih. Hasil pengukuran benar. Hasil pengukuran salah. 3.4. Hasil pengukuran. V Sikap/Etos Kerja 5.1. Tanggung jawab 5.2. Ketelitian 5 1 Membereskan kembali alat dan 2 bahan yang dipergunakan Tidak membereskan alat dan 1 bahan yang dipergunakan Tidak banyak melakukan kesalahan kerja Banyak melakukan kesalahan kerja 3 1 Bekerja tanpa banyak diperintah Bekerja dengan banyak diperintah 2 1 Laporan disusun sesuai sistimatika yang telah ditentukan Laporan disusun tanpa sistimatika 4 Melampirkan bukti fisik hasil penyusunan Tidak melampirkan bukti fisik 6 5.4. Kemandirian 6.2. Kelengkapan bukti fisik Modul PTL OPS 005 (2) 1 3 1 5.3. Inisiatif Laporan 6.1. Sistimatika penyusunan laporan dengan 5 Memiliki inisiatif bekerja Kurang/tidak memiliki inisiatif kerja VI ditata 1 2 66 BAB. IV PENUTUP S etelah menyelesaikan modul ini, maka Anda berhak untuk mengikuti tes praktik untuk menguji kompetensi yang telah dipelajari. Dan apabila Anda dinyatakan memenuhi syarat kelulusan dari hasil evalusi dalam modul ini, maka Anda berhak untuk melanjutkan ke topik/modul berikutnya. M intalah pada pengajar/instruktur untuk melakukan uji kompetensi dengan sistem penilaiannya dilakukan langsung dari pihak dunia industri atau asosiasi profesi yang berkompeten apabila Anda telah menyelesaikan suatu kompetensi tertentu. Atau apabila Anda telah menyelesaikan seluruh evaluasi dari setiap modul, maka hasil yang berupa nilai dari instruktur atau berupa porto folio dapat dijadikan sebagai bahan verifikasi bagi pihak industri atau asosiasi profesi. emudian selanjutnya hasil tersebut dapat dijadikan sebagai penentu standard pemenuhan kompetensi tertentu dan bila memenuhi syarat Anda berhak mendapatkan sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh dunia industri atau asosiasi profesi. K Modul PTL OPS 005 (2) 67 DAFTAR PUSTAKA 1. B.K SIXSMITH, J.E, FUNDAMENTALS OF ELECTRICAL CONTROL. 2. FARDO AND PATRICK, ELECTRICAL POWER SYSTEMS. 3. MC INTYRE, ELECTRICAL MOTOR CONTROL FUNDAMENTAL THIRD EDITION. 4. MORRIS TISCHLER, BS, MA, INSTRUCTION MANUAL FOR INDUSTRIAL MOTOR CONTROL ELEKTRONIC AIDS, INC. 5. ROBERT ROSENBERG, ELECTRICAL MOTOR REPAIR, SECOND EDITION. 6. ELMER S. McKEE. PH.D. INDUSTRIAL CONTROL SYSTEMS. 7. D. R. Grafhan dan J. C. Hey. SCR MANUAL FIFTH EDITION. 8. TECH / ECA ASIA – PACIFIC EDITION, UP – TO – DATE WORRDS, TRANSISTOR – DIODA, THYRISTOR & IC’S Modul PTL OPS 005 (2) 68