6721-Faktor-faktor yang

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ekonomi internasional semakin pesat sehingga hubungan
ekonomi antar negara menjadi saling terkait dan mengakibatkan peningkatan arus
perdagangan barang, jasa dan aset antar negara. Indonesia pun menerapkan sistem
perekonomian terbuka1 dan perfect capital mobility sehingga menciptakan
interaksi ekonomi dengan negara lain, terutama negara tujuan ekspor. Dalam
perdagangan internasional, setiap negara memiliki daya saing masing-masing.
Salah satu cara untuk mengukur posisi daya saing ini adalah melalui nilai tukar riil
atau Real Exchange Rate (RER). RER didefiniskan sebagai produk dari nilai tukar
nominal, yang diekspresikan sebagai nilai tukar domestik per nilai tukar asing,
dan tingkat harga relatif yang diekspresikan sebagai nilai tukar rasio tingkat harga
luar negeri terhadap tingkat harga dalam negeri. Konsep RER adalah bilateral, di
mana terdapat dua negara dalam membandingkan nilai tukar. RER yang
digunakan adalah nilai tukar rupiah per dollar Amerika Serikat (dollar US). RER
penting digunakan untuk mengukur daya saing suatu negara dalam perdagangan
internasional, terlebih lagi dalam perdagangan bebas yang semakin terbuka antar
negara. Di mana jika RER terdepresiasi, dengan asumsi harga luar negeri tetap,
maka harga domestik akan menjadi lebih murah dibanding harga luar negeri.
Untuk mendorong ekspor Indonesia dibutuhkan depresiasi karena harga yang
lebih murah untuk barang yang sama dibanding harga luar negeri akan
meningkatkan permintaan produk domestik.
Oleh karena itu, pergerakan nilai tukar yang bergejolak secara berlebihan akan
membahayakan stabilitas perekonomian. Hal ini disebabkan karena ekspor
mempunyai pengaruh terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) / Gross Domestic
Product (GDP). Hal yang sama untuk Indonesia, di mana sumbangan ekspor
1
Perekonomian terbuka adalah suatu negara melakukan transaksi ekonomi dengan pihak luar
negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno,
2004, p.1)
1
Universitas Indonesia
Faktor-faktor yang..., Elisabeth Lukas, FE UI, 2009
2
terhadap PDB mencapai rata-rata 31,9%2 selama periode Q1 1990 dan Q4 2007,
di samping itu, kenaikan ekspor disertai juga dengan kenaikan PDB Indonesia
(Grafik 1.1).
Grafik 1.1: Ekspor Barang & Jasa dan PDB Indonesia
Sumber: International Financial Statistics (IFS), “diolah”
Pergerakan nilai tukar nominal dan nilai tukar riil rupiah terkait dengan
sistem nilai tukar yang digunakan oleh otoritas moneter. Grafik 1.2
memperlihatkan pergerakan nilai tukar nominal dan nilai tukar riil rupiah yang
cenderung
terdepresiasi.
Dalam
sejarah
perekonomian,
Indonesia
telah
menerapkan sistem nilai tukar yang berbeda. Pertama adalah sistem nilai tukar
tetap (fixed exchange rate) pada tahun 1973-Maret 1983. Pada periode ini,
Indonesia menjangkar rupiah terhadap dollar US. Kedua adalah sistem nilai tukar
mengambang terkendali (managed floating), pada Maret 1983 – 14 Agustus 1997.
Tujuan dari penerapan sistem ini adalah untuk menjaga daya saing produk
domestik di pasar dunia pada struktur perekonomian Indonesia yang semakin
terbuka. Kebijakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada periode ini adalah
menetapkan rentang intervensi untuk menjangkar nilai tukar nominal rupiah.
2
Data diperoleh dari International Financial Statistics (IFS), “diolah”
Universitas Indonesia
Faktor-faktor yang..., Elisabeth Lukas, FE UI, 2009
3
Rentang intervensi dilakukan secara bertahap sebanyak delapan kali, mulai dari
0,5% pada tahun 1992 sampai terakhir menjadi 12 % pada bulan Juli 1997, atau
dalam nilai rupiah dari Rp 10 menjadi Rp 304 untuk setiap 1 dollar US dengan
batas bawah Rp 2.378/dollar US dan batas atas Rp 2.682/dollar US (Djiwandono,
2000).
Grafik 1.2: Pergerakan Nilai Tukar Nominal dan Nilai Tukar Riil Rupiah terhadap
Dollar US
Sumber: International Financial Statistics (IFS), “diolah”
Ketiga adalah sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating/flexible
exchange rate) sejak 14 Juli 1997. Perubahan sistem nilai tukar tersebut karena
adanya krisis nilai tukar di awal Q2 1997 akibat efek penularan (contagion effect)
dari krisis ekonomi yang terjadi di Thailand. Nilai tukar nominal rupiah
terdepresiasi
tajam
dari
Rp2791,3/dollar
US
pada
Q3
1997
menjadi
Rp4005,7/dollar US pada Q4 1997 akibat tekanan spekulan (Grafik 1.2). Kondisi
ini membuat BI mengambil kebijakan mengambangkan nilai tukar nominal
rupiah.
Menurut
Gubernur
BI pada
saat
itu,
Soedrajad
Djiwandono,
pengambangan bebas ini sebagai sistem, berarti tidak ada kewajiban BI untuk
melakukan intervensi di pasar valas, nilai tukar rupiah bebas bergerak. Disinilah
Universitas Indonesia
Faktor-faktor yang..., Elisabeth Lukas, FE UI, 2009
4
arti penyelamatan timbul, karena dengan cara ini cadangan devisa yang dikelola
BI tidak harus digunakan untuk intervensi (Djiwandono, 2000).
Secara rumusan matematikanya, RER dapat dituliskan dengan formula
sebagai berikut (Kipici dan Kesriyeli, 1997, p. 2):
(1.1)
Di mana e adalah nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar US, P* adalah indeks
tingkat harga luar negeri, dan P adalah indeks tingkat harga dalam negeri. Dengan
kata lain, nilai tukar riil rupiah (RER) dipengaruhi oleh nilai tukar nominal rupiah,
indeks tingkat harga luar negeri dan indeks tingkat harga dalam negeri. Indeks
tingkat harga luar negeri (P*) merupakan variabel eksogen yang tidak dapat
dipengaruhi, sedangkan indeks tingkat harga dalam negeri (P) dapat dipengaruhi
oleh perubahan pada aggregate demand (AD) dan aggregate supply (AS). AD
antara lain dipengaruhi oleh penawaran uang / money supply (Ms) dan
pengeluaran pemerintah / government expenditure (G). Penawaran uang dan
pengeluaran pemerintah memiliki hubungan positif dengan AD, di mana
peningkatan
penawaran
uang
dan/atau
pengeluaran
pemerintah
akan
meningkatkan AD. Tambahan lagi, penawaran uang dapat dipengaruhi oleh suku
bunga, di mana kenaikan suku bunga akan meningkatkan penawaran uang karena
opportunity cost3 untuk memegang uang menjadi tinggi saat suku bunga naik.
Sesuai dengan hukum permintaan, AD dan tingkat harga memiliki hubungan yang
berbanding lurus, di mana peningkatan AD akan meningkatkan harga dalam
negeri. Jika peningkatan harga dalam negeri tidak disertai dengan peningkatan
harga luar negeri, akan menyebabkan penurunan terhadap permintaan barangbarang dalam negeri dibandingkan dengan luar negeri sehingga nilai tukar riil
dalam negeri terdepresiasi.
Selain itu, nilai tukar riil rupiah juga dipengaruhi oleh nilai tukar nominal
yang dalam sistem nilai tukar mengambang bebas dipengaruhi oleh permintaan
dan penawaran terhadap dollar US. Permintaan terhadap dollar US antara lain
3
Opportunity Cost adalah pengorbanan suatu barang yang harus diberikan untuk mendapatkan
barang lainnya (Mankiw, 2004)
Universitas Indonesia
Faktor-faktor yang..., Elisabeth Lukas, FE UI, 2009
5
dipengaruhi oleh impor, pembayaran hutang luar negeri, dan investasi di negara
lain. Sementara itu, penawaran dari dollar US antara lain dipengaruhi oleh ekspor
dan investasi asing di dalam negeri, bisa dalam bentuk portfolio dan foreign direct
investment (FDI).
Bank Indonesia, sebagai bank sentral di Indonesia, mempunyai satu tujuan
tunggal yakni mencapai dan menjaga kestabilan nilai tukar rupiah, berdasarkan
UU. No 3/2004 tanggal 15 Januari 2004 tentang Bank Indonesia. Hal ini
mengandung dua aspek yakni kestabilan nilai mata uang rupiah terhadap barang
dan jasa yang tercermin pada laju inflasi; serta kestabilan nilai mata uang rupiah
terhadap mata uang negara lain yang tercermin pada perkembangan nilai tukar.
Oleh karena itu, berbagai upaya telah dilakukan oleh Bank Indonesia dalam
mencapai sasaran-sasaran
yang telah ditetapkan tersebut,
baik
dengan
menggunakan instrumen-instrumen moneter yang tersedia maupun dengan
penyempurnaan peraturan dan ketentuan nilai tukar.
Salah satu instrumen yang digunakan adalah suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI). Berdasarkan model Mundell-Flemming, peningkatan suku bunga
akan meningkatkan capital inflow sehingga akan menyebabkan nilai tukar riil
dalam negeri (RER) terapresiasi. Tetapi peningkatan suku bunga SBI, yang
merupakan suku bunga nominal, juga akan menyebabkan ekspektasi depresiasi
nilai tukar riil rupiah (RER). Oleh karena itu, suku bunga nominal akan diuji
dampaknya terhadap RER. Pengujian suku bunga nominal ini berdasarkan
penelitian Husman (2005).
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa ekspor Indonesia memiliki
proporsi yang cukup besar dalam PDB Indonesia. PDB merupakan indicator bagi
pertumbuhan ekonomi suatu negara. PDB juga akan memberikan pengaruh
terhadap nilai tukar riil suatu negara. Selain itu, PDB juga merupakan proksi dari
pendapatan nasional.
Di sisi lain, tingkat harga relatif
4
juga mempengaruhi nilai tukar riil melalui
nilai tukar nominal. Jika tingkat harga dalam negeri meningkat (dengan asumsi
tingkat harga luar negeri tetap), maka permintaan barang dalam negeri menurun
sehingga nilai tukar nominal dalam negeri cenderung terdepresiasi. Sebaliknya,
4
Tingkat harga relatif adalah perbandingan antara tingkat harga dalam negeri dan tingkat harga
luar negeri.
Universitas Indonesia
Faktor-faktor yang..., Elisabeth Lukas, FE UI, 2009
6
jika tingkat harga luar negeri meningkat (dengan asumsi tingkat harga dalam
negeri tetap), maka permintaan barang dalam negeri akan meningkat, dan nilai
tukar nominal dalam negeri cenderung terapresiasi karena barang-barang
domestik akan berlanjut terjual baik bahkan dengan nilai mata uang domestik
yang lebih tinggi. Jadi dalam jangka panjang, peningkatan tingkat harga domestik
(relatif terhadap tingkat harga luar negeri) menyebabkan nilai tukar nominal
dalam negeri terdepresiasi sehingga nilai tukar riil dalam negeri juga akan
terdepresiasi terdepresiasi, dan penurunan tingkat harga dalam negeri relatif akan
menyebabkan nilai tukar nominal dan riil dalam negeri terapresiasi (Mishkin,
2007, p. 437). Hal ini juga berlaku bagi faktor luar negeri, yaitu tingkat harga luar
negeri, di mana peningkatan tingkat harga luar negeri akan menyebabkan nilai
tukar riil dalam negeri terapresiasi, dan penurunan tingkat harga luar negeri akan
menyebabkan nilai tukar riil dalam negeri terdepresiasi.
1.2 Rumusan Masalah
Nilai tukar adalah sesuatu hal yang penting dalam perdagangan internasional
karena nilai tukar mempengaruhi harga barang dalam negeri dan barang luar
negeri. Nilai tukar riil mempengaruhi daya saing ekspor suatu negara dan dapat
mempengaruhi Produk Domestik Bruto (PDB) / Gross Domestic Product (GDP)
suau negara. Pergerakan nilai tukar rupiah pada grafik (1.2) menunjukkan bahwa
pada sebelum krisis ekonomi relatif stabil karena pemerintah menetapkan sistem
nilai tukar mengambang terkendali (managed floating) sejak Maret 1983. Namun
krisis ekonomi di Indonesia pada 1997 – 2000 telah membuat nilai tukar rupiah
terdepresiasi tajam hingga membuat pemerintah mengganti sistem nilai tukarnya
menjadi sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating) pada 14 Juli 1997.
Secara umum pergerakan nilai tukar riil dan nilai tukar nominal Rupiah
cenderung terdepresiasi selama periode Q1 1990 – Q4 2007. Selama periode
tersebut, persentase depresiasi nilai tukar nominal dan nilai tukar riil rupiah
masing-masing adalah sebesar 109,43% dan 98%5. Hal ini menimbulkan
pertanyaan apakah faktor-faktor yang menyebabkan pergerakan nilai tukar riil dan
5
Angka diperoleh dengan formula:
Universitas Indonesia
Faktor-faktor yang..., Elisabeth Lukas, FE UI, 2009
7
nilai tukar nominal Rupiah tersebut sehingga cenderung terdepresiasi.
Dibandingkan nilai tukar nominal, nilai tukar riil lebih berpengaruh dalam
perdagangan internasional karena nilai tukar riil diperhitungkan dalam
menentukan daya saing ekspor dan impor. Faktor-faktor yang diduga
mempengaruhi nilai tukar riil (RER) diantaranya adalah suku bunga Sertifikat
Bank Indonesia (SBI), Produk Domestik Bruto nominal Indonesia (PDB), dan
tingkat harga luar negeri (WPI USA). Sedangkan untuk melihat apakah periode
krisis memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar riil rupiah
(RER), maka digunakan variabel dummy (CRISIS).
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan skripsi ini adalah:
1. Menguji apakah variabel-variabel seperti suku bunga Sertifikat Bank Indonesia
(SBI), Produk Domestik Bruto Nominal (PDB), dan tingkat harga luar negeri
(WPI_USA), dan variabel dummy (CRISIS) mempengaruhi nilai tukar riil
Rupiah (RER) dalam jangka pendek dan jangka panjang.
1.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis awal dalam penelitian ini adalah:
1. Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) mempengaruhi nilai tukar riil
rupiah (RER) secara negatif dalam jangka pendek dan secara positif dalam
jangka panjang. Berarti dalam jangka pendek, peningkatan suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) akan menyebabkan nilai tukar riil rupiah
(RER) terapresiasi, sedangkan dalam jangka panjang, peningkatan suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) akan menyebabkan nilai tukar riil rupiah
(RER) terdepresiasi.
2. Produk Domestik Bruto Nominal (PDB) Indonesia dapat mempengaruhi nilai
tukar riil rupiah (RER) secara positif dan secara negatif dalam jangka pendek
dan jangka panjang. Berarti peningkatan PDB nominal Indonesia dapat
menyebabkan nilai tukar riil rupiah (RER) terdepresiasi ataupun terapresiasi
3. Pengeluaran pemerintah (G) mempengaruhi nilai tukar riil rupiah (RER) secara
negatif dalam jangka pendek dan jangka panjang. Berarti dalam jangka pendek
Universitas Indonesia
Faktor-faktor yang..., Elisabeth Lukas, FE UI, 2009
8
dan jangka panjang, peningkatan pengeluaran pemerintah (G) akan
menyebabkan nilai tukar riil rupiah (RER) terapresiasi.
4. Tingkat harga luar negeri (WPI_USA) mempengaruhi nilai tukar riil rupiah
(RER) secara negatif dalam jangka pendek dan jangka panjang. Berarti dalam
jangka pendek dan jangka panjang, peningkatan tingkat harga luar negeri
(WPI_USA) akan menyebabkan nilai tukar riil rupiah (RER) terapresiasi.
5. variabel dummy (CRISIS) mempengaruhi nilai tukar riil rupiah secara positif
dalam jangka pendek dan jangka panjang.
1.5 Data dan Metodologi
1.5.1. Model
Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar riil
rupiah, penulis menggunakan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitan
Saxena (2002), Atmadja (2002), Clark dan MacDonald (2004), Husman (2005), Wibowo
dan Amir (2005), Dufrenot, Lardic, et al. (2006), MacDonald dan Dias (2007), Hyder dan
Mahboob (2006), Yajie, Xiaofeng, dan Soofi (2007), Rogers (1998). Berdasarkan
penggunaan variabel pada penelitian sebelumnya, maka spesifikasi model yang
akan dijadikan model penelitian ini adalah sebagai berikut:
RERt = F {(SBIt), (PDBt), (WPI_USAt), (CRISISt)}
(1.2)
Di mana RERt adalah nilai tukar riil rupiah terhadap dollar US, SBIt adalah
suku bunga nominal, yaitu suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI rate), PDBt
adalah Produk Domestik Bruto Nominal Indonesia, WPI_USAt adalah tingkat
harga luar negeri (WPI Amerika Serikat), dan CRISIS adalah variabel dummy
krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia (Q3 1997 – Q4 2000)
1.5.2. Data
Data yang digunakan adalah data sekunder dengan periode observasi mulai
Q1 1990 sampai dengan Q4 2007. Pemilihan periode ini mencakup periode
sebelum dan setelah krisis ekonomi di Indonesia. Data dalam penelitian ini
adalah:
Universitas Indonesia
Faktor-faktor yang..., Elisabeth Lukas, FE UI, 2009
9
a.
Nilai tukar nominal Rupiah terhadap Dollar US (IDR/USD) yang akan
diperoleh dari International Financial Statistics (IFS)
b.
Consumer Price Index (CPI) Amerika Serikat dan Consumer Price Index
(CPI) Indonesia yang akan diperoleh dari International Financial Statistics
(IFS)
c.
Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia 1 bulan (SBI rate) yang akan diperoleh
dari International Financial Statistics (IFS)
d.
Produk Domesti Bruto Nominal (PDB) Indonesia yang akan diperoleh dari
International Financial Statistics (IFS)
e.
Wholesale Price Index (WPI) Amerika Serikat yang akan diperoleh dari
International Financial Statistics (IFS)
1.5.3. Metodologi
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Ordinary Least Square
(OLS) untuk mengestimasi persamaan nilai tukar riil rupiah (RER) dalam jangka
panjang. Kemudian dilakukan uji kointegrasi dengan metode Johansen
Cointegration Test untuk melihat hubungan kointegrasi antara nilai tukar riil
rupiah (RER) jangka panjang dan nilai tukar riil rupiah (RER) jangka pendeknya.
Jika terdapat hubungan kointegrasi, maka dilakukan regresi model dengan metode
Error Correction Model (ECM) untuk mempelajari dinamika persamaan nilai
tukar riil rupiah (RER) dalam jangka pendek.
Universitas Indonesia
Faktor-faktor yang..., Elisabeth Lukas, FE UI, 2009
10
1.6 Sistematika Penulisan
Penelitian ini disusun mengikuti sistematika penulisan sebagai berikut:
•
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, hipotesa
penelitian yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang
dirumuskan, data dan metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.
•
BAB 2 TINJAUAN LITERATUR
Bab ini berisi landasan teori yang menjelaskan tentang nilai tukar dan faktorfaktor yang diduga mempengaruhinya. Selain itu, dalam bab ini pula akan
dijabarkan mengenai studi terdahulu yang relevan dengan masalah penelitian
•
BAB 3 SISTEM NILAI TUKAR DI INDONESIA DAN PERKEMBANGAN
UMUM NILAI TUKAR SERTA VARIABEL-VARIABEL PENELITIAN DI
INDONESIA
Bab ini berisi analisa kondisi dan perkembangan nilai tukar dan variabelvariabel yang digunakan di Indonesia selama periode yang digunakan dalam
skripsi ini.
•
BAB IV DATA DAN METODOLOGI
Bab ini berisi definisi operasional variabel, pendekatan model penelitian,
penentuan variabel-variabel penelitian, data dan sumbernya, metode
pengolahan data, dan metode analisis data.
•
BAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISA
Bab ini berisi hasil pengolahan data dan pengujian terhadap permasalahan dan
penelitian. Kemudian dijelaskan analisa ekonomi mengenai hasil tersebut.
•
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan keterbatasan dari penelitian yang telah
dilakukan serta saran yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
Universitas Indonesia
Faktor-faktor yang..., Elisabeth Lukas, FE UI, 2009
Download