BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi internasional semakin pesat sehingga hubungan ekonomi antar negara menjadi saling terkait dan mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang, jasa dan aset antar negara. Indonesia pun menerapkan sistem perekonomian terbuka1 dan perfect capital mobility sehingga menciptakan interaksi ekonomi dengan negara lain, terutama negara tujuan ekspor. Dalam perdagangan internasional, setiap negara memiliki daya saing masing-masing. Salah satu cara untuk mengukur posisi daya saing ini adalah melalui nilai tukar riil atau Real Exchange Rate (RER). RER didefiniskan sebagai produk dari nilai tukar nominal, yang diekspresikan sebagai nilai tukar domestik per nilai tukar asing, dan tingkat harga relatif yang diekspresikan sebagai nilai tukar rasio tingkat harga luar negeri terhadap tingkat harga dalam negeri. Konsep RER adalah bilateral, di mana terdapat dua negara dalam membandingkan nilai tukar. RER yang digunakan adalah nilai tukar rupiah per dollar Amerika Serikat (dollar US). RER penting digunakan untuk mengukur daya saing suatu negara dalam perdagangan internasional, terlebih lagi dalam perdagangan bebas yang semakin terbuka antar negara. Di mana jika RER terdepresiasi, dengan asumsi harga luar negeri tetap, maka harga domestik akan menjadi lebih murah dibanding harga luar negeri. Untuk mendorong ekspor Indonesia dibutuhkan depresiasi karena harga yang lebih murah untuk barang yang sama dibanding harga luar negeri akan meningkatkan permintaan produk domestik. Oleh karena itu, pergerakan nilai tukar yang bergejolak secara berlebihan akan membahayakan stabilitas perekonomian. Hal ini disebabkan karena ekspor mempunyai pengaruh terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) / Gross Domestic Product (GDP). Hal yang sama untuk Indonesia, di mana sumbangan ekspor 1 Perekonomian terbuka adalah suatu negara melakukan transaksi ekonomi dengan pihak luar negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1) 1 Universitas Indonesia Faktor-faktor yang..., Elisabeth Lukas, FE UI, 2009 2 terhadap PDB mencapai rata-rata 31,9%2 selama periode Q1 1990 dan Q4 2007, di samping itu, kenaikan ekspor disertai juga dengan kenaikan PDB Indonesia (Grafik 1.1). Grafik 1.1: Ekspor Barang & Jasa dan PDB Indonesia Sumber: International Financial Statistics (IFS), “diolah” Pergerakan nilai tukar nominal dan nilai tukar riil rupiah terkait dengan sistem nilai tukar yang digunakan oleh otoritas moneter. Grafik 1.2 memperlihatkan pergerakan nilai tukar nominal dan nilai tukar riil rupiah yang cenderung terdepresiasi. Dalam sejarah perekonomian, Indonesia telah menerapkan sistem nilai tukar yang berbeda. Pertama adalah sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate) pada tahun 1973-Maret 1983. Pada periode ini, Indonesia menjangkar rupiah terhadap dollar US. Kedua adalah sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed floating), pada Maret 1983 – 14 Agustus 1997. Tujuan dari penerapan sistem ini adalah untuk menjaga daya saing produk domestik di pasar dunia pada struktur perekonomian Indonesia yang semakin terbuka. Kebijakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada periode ini adalah menetapkan rentang intervensi untuk menjangkar nilai tukar nominal rupiah. 2 Data diperoleh dari International Financial Statistics (IFS), “diolah” Universitas Indonesia Faktor-faktor yang..., Elisabeth Lukas, FE UI, 2009 3 Rentang intervensi dilakukan secara bertahap sebanyak delapan kali, mulai dari 0,5% pada tahun 1992 sampai terakhir menjadi 12 % pada bulan Juli 1997, atau dalam nilai rupiah dari Rp 10 menjadi Rp 304 untuk setiap 1 dollar US dengan batas bawah Rp 2.378/dollar US dan batas atas Rp 2.682/dollar US (Djiwandono, 2000). Grafik 1.2: Pergerakan Nilai Tukar Nominal dan Nilai Tukar Riil Rupiah terhadap Dollar US Sumber: International Financial Statistics (IFS), “diolah” Ketiga adalah sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating/flexible exchange rate) sejak 14 Juli 1997. Perubahan sistem nilai tukar tersebut karena adanya krisis nilai tukar di awal Q2 1997 akibat efek penularan (contagion effect) dari krisis ekonomi yang terjadi di Thailand. Nilai tukar nominal rupiah terdepresiasi tajam dari Rp2791,3/dollar US pada Q3 1997 menjadi Rp4005,7/dollar US pada Q4 1997 akibat tekanan spekulan (Grafik 1.2). Kondisi ini membuat BI mengambil kebijakan mengambangkan nilai tukar nominal rupiah. Menurut Gubernur BI pada saat itu, Soedrajad Djiwandono, pengambangan bebas ini sebagai sistem, berarti tidak ada kewajiban BI untuk melakukan intervensi di pasar valas, nilai tukar rupiah bebas bergerak. Disinilah Universitas Indonesia Faktor-faktor yang..., Elisabeth Lukas, FE UI, 2009 4 arti penyelamatan timbul, karena dengan cara ini cadangan devisa yang dikelola BI tidak harus digunakan untuk intervensi (Djiwandono, 2000). Secara rumusan matematikanya, RER dapat dituliskan dengan formula sebagai berikut (Kipici dan Kesriyeli, 1997, p. 2): (1.1) Di mana e adalah nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar US, P* adalah indeks tingkat harga luar negeri, dan P adalah indeks tingkat harga dalam negeri. Dengan kata lain, nilai tukar riil rupiah (RER) dipengaruhi oleh nilai tukar nominal rupiah, indeks tingkat harga luar negeri dan indeks tingkat harga dalam negeri. Indeks tingkat harga luar negeri (P*) merupakan variabel eksogen yang tidak dapat dipengaruhi, sedangkan indeks tingkat harga dalam negeri (P) dapat dipengaruhi oleh perubahan pada aggregate demand (AD) dan aggregate supply (AS). AD antara lain dipengaruhi oleh penawaran uang / money supply (Ms) dan pengeluaran pemerintah / government expenditure (G). Penawaran uang dan pengeluaran pemerintah memiliki hubungan positif dengan AD, di mana peningkatan penawaran uang dan/atau pengeluaran pemerintah akan meningkatkan AD. Tambahan lagi, penawaran uang dapat dipengaruhi oleh suku bunga, di mana kenaikan suku bunga akan meningkatkan penawaran uang karena opportunity cost3 untuk memegang uang menjadi tinggi saat suku bunga naik. Sesuai dengan hukum permintaan, AD dan tingkat harga memiliki hubungan yang berbanding lurus, di mana peningkatan AD akan meningkatkan harga dalam negeri. Jika peningkatan harga dalam negeri tidak disertai dengan peningkatan harga luar negeri, akan menyebabkan penurunan terhadap permintaan barangbarang dalam negeri dibandingkan dengan luar negeri sehingga nilai tukar riil dalam negeri terdepresiasi. Selain itu, nilai tukar riil rupiah juga dipengaruhi oleh nilai tukar nominal yang dalam sistem nilai tukar mengambang bebas dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran terhadap dollar US. Permintaan terhadap dollar US antara lain 3 Opportunity Cost adalah pengorbanan suatu barang yang harus diberikan untuk mendapatkan barang lainnya (Mankiw, 2004) Universitas Indonesia Faktor-faktor yang..., Elisabeth Lukas, FE UI, 2009 5 dipengaruhi oleh impor, pembayaran hutang luar negeri, dan investasi di negara lain. Sementara itu, penawaran dari dollar US antara lain dipengaruhi oleh ekspor dan investasi asing di dalam negeri, bisa dalam bentuk portfolio dan foreign direct investment (FDI). Bank Indonesia, sebagai bank sentral di Indonesia, mempunyai satu tujuan tunggal yakni mencapai dan menjaga kestabilan nilai tukar rupiah, berdasarkan UU. No 3/2004 tanggal 15 Januari 2004 tentang Bank Indonesia. Hal ini mengandung dua aspek yakni kestabilan nilai mata uang rupiah terhadap barang dan jasa yang tercermin pada laju inflasi; serta kestabilan nilai mata uang rupiah terhadap mata uang negara lain yang tercermin pada perkembangan nilai tukar. Oleh karena itu, berbagai upaya telah dilakukan oleh Bank Indonesia dalam mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan tersebut, baik dengan menggunakan instrumen-instrumen moneter yang tersedia maupun dengan penyempurnaan peraturan dan ketentuan nilai tukar. Salah satu instrumen yang digunakan adalah suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Berdasarkan model Mundell-Flemming, peningkatan suku bunga akan meningkatkan capital inflow sehingga akan menyebabkan nilai tukar riil dalam negeri (RER) terapresiasi. Tetapi peningkatan suku bunga SBI, yang merupakan suku bunga nominal, juga akan menyebabkan ekspektasi depresiasi nilai tukar riil rupiah (RER). Oleh karena itu, suku bunga nominal akan diuji dampaknya terhadap RER. Pengujian suku bunga nominal ini berdasarkan penelitian Husman (2005). Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa ekspor Indonesia memiliki proporsi yang cukup besar dalam PDB Indonesia. PDB merupakan indicator bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. PDB juga akan memberikan pengaruh terhadap nilai tukar riil suatu negara. Selain itu, PDB juga merupakan proksi dari pendapatan nasional. Di sisi lain, tingkat harga relatif 4 juga mempengaruhi nilai tukar riil melalui nilai tukar nominal. Jika tingkat harga dalam negeri meningkat (dengan asumsi tingkat harga luar negeri tetap), maka permintaan barang dalam negeri menurun sehingga nilai tukar nominal dalam negeri cenderung terdepresiasi. Sebaliknya, 4 Tingkat harga relatif adalah perbandingan antara tingkat harga dalam negeri dan tingkat harga luar negeri. Universitas Indonesia Faktor-faktor yang..., Elisabeth Lukas, FE UI, 2009 6 jika tingkat harga luar negeri meningkat (dengan asumsi tingkat harga dalam negeri tetap), maka permintaan barang dalam negeri akan meningkat, dan nilai tukar nominal dalam negeri cenderung terapresiasi karena barang-barang domestik akan berlanjut terjual baik bahkan dengan nilai mata uang domestik yang lebih tinggi. Jadi dalam jangka panjang, peningkatan tingkat harga domestik (relatif terhadap tingkat harga luar negeri) menyebabkan nilai tukar nominal dalam negeri terdepresiasi sehingga nilai tukar riil dalam negeri juga akan terdepresiasi terdepresiasi, dan penurunan tingkat harga dalam negeri relatif akan menyebabkan nilai tukar nominal dan riil dalam negeri terapresiasi (Mishkin, 2007, p. 437). Hal ini juga berlaku bagi faktor luar negeri, yaitu tingkat harga luar negeri, di mana peningkatan tingkat harga luar negeri akan menyebabkan nilai tukar riil dalam negeri terapresiasi, dan penurunan tingkat harga luar negeri akan menyebabkan nilai tukar riil dalam negeri terdepresiasi. 1.2 Rumusan Masalah Nilai tukar adalah sesuatu hal yang penting dalam perdagangan internasional karena nilai tukar mempengaruhi harga barang dalam negeri dan barang luar negeri. Nilai tukar riil mempengaruhi daya saing ekspor suatu negara dan dapat mempengaruhi Produk Domestik Bruto (PDB) / Gross Domestic Product (GDP) suau negara. Pergerakan nilai tukar rupiah pada grafik (1.2) menunjukkan bahwa pada sebelum krisis ekonomi relatif stabil karena pemerintah menetapkan sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed floating) sejak Maret 1983. Namun krisis ekonomi di Indonesia pada 1997 – 2000 telah membuat nilai tukar rupiah terdepresiasi tajam hingga membuat pemerintah mengganti sistem nilai tukarnya menjadi sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating) pada 14 Juli 1997. Secara umum pergerakan nilai tukar riil dan nilai tukar nominal Rupiah cenderung terdepresiasi selama periode Q1 1990 – Q4 2007. Selama periode tersebut, persentase depresiasi nilai tukar nominal dan nilai tukar riil rupiah masing-masing adalah sebesar 109,43% dan 98%5. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah faktor-faktor yang menyebabkan pergerakan nilai tukar riil dan 5 Angka diperoleh dengan formula: Universitas Indonesia Faktor-faktor yang..., Elisabeth Lukas, FE UI, 2009 7 nilai tukar nominal Rupiah tersebut sehingga cenderung terdepresiasi. Dibandingkan nilai tukar nominal, nilai tukar riil lebih berpengaruh dalam perdagangan internasional karena nilai tukar riil diperhitungkan dalam menentukan daya saing ekspor dan impor. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi nilai tukar riil (RER) diantaranya adalah suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Produk Domestik Bruto nominal Indonesia (PDB), dan tingkat harga luar negeri (WPI USA). Sedangkan untuk melihat apakah periode krisis memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar riil rupiah (RER), maka digunakan variabel dummy (CRISIS). 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penulisan skripsi ini adalah: 1. Menguji apakah variabel-variabel seperti suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Produk Domestik Bruto Nominal (PDB), dan tingkat harga luar negeri (WPI_USA), dan variabel dummy (CRISIS) mempengaruhi nilai tukar riil Rupiah (RER) dalam jangka pendek dan jangka panjang. 1.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis awal dalam penelitian ini adalah: 1. Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) mempengaruhi nilai tukar riil rupiah (RER) secara negatif dalam jangka pendek dan secara positif dalam jangka panjang. Berarti dalam jangka pendek, peningkatan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) akan menyebabkan nilai tukar riil rupiah (RER) terapresiasi, sedangkan dalam jangka panjang, peningkatan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) akan menyebabkan nilai tukar riil rupiah (RER) terdepresiasi. 2. Produk Domestik Bruto Nominal (PDB) Indonesia dapat mempengaruhi nilai tukar riil rupiah (RER) secara positif dan secara negatif dalam jangka pendek dan jangka panjang. Berarti peningkatan PDB nominal Indonesia dapat menyebabkan nilai tukar riil rupiah (RER) terdepresiasi ataupun terapresiasi 3. Pengeluaran pemerintah (G) mempengaruhi nilai tukar riil rupiah (RER) secara negatif dalam jangka pendek dan jangka panjang. Berarti dalam jangka pendek Universitas Indonesia Faktor-faktor yang..., Elisabeth Lukas, FE UI, 2009 8 dan jangka panjang, peningkatan pengeluaran pemerintah (G) akan menyebabkan nilai tukar riil rupiah (RER) terapresiasi. 4. Tingkat harga luar negeri (WPI_USA) mempengaruhi nilai tukar riil rupiah (RER) secara negatif dalam jangka pendek dan jangka panjang. Berarti dalam jangka pendek dan jangka panjang, peningkatan tingkat harga luar negeri (WPI_USA) akan menyebabkan nilai tukar riil rupiah (RER) terapresiasi. 5. variabel dummy (CRISIS) mempengaruhi nilai tukar riil rupiah secara positif dalam jangka pendek dan jangka panjang. 1.5 Data dan Metodologi 1.5.1. Model Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar riil rupiah, penulis menggunakan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitan Saxena (2002), Atmadja (2002), Clark dan MacDonald (2004), Husman (2005), Wibowo dan Amir (2005), Dufrenot, Lardic, et al. (2006), MacDonald dan Dias (2007), Hyder dan Mahboob (2006), Yajie, Xiaofeng, dan Soofi (2007), Rogers (1998). Berdasarkan penggunaan variabel pada penelitian sebelumnya, maka spesifikasi model yang akan dijadikan model penelitian ini adalah sebagai berikut: RERt = F {(SBIt), (PDBt), (WPI_USAt), (CRISISt)} (1.2) Di mana RERt adalah nilai tukar riil rupiah terhadap dollar US, SBIt adalah suku bunga nominal, yaitu suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI rate), PDBt adalah Produk Domestik Bruto Nominal Indonesia, WPI_USAt adalah tingkat harga luar negeri (WPI Amerika Serikat), dan CRISIS adalah variabel dummy krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia (Q3 1997 – Q4 2000) 1.5.2. Data Data yang digunakan adalah data sekunder dengan periode observasi mulai Q1 1990 sampai dengan Q4 2007. Pemilihan periode ini mencakup periode sebelum dan setelah krisis ekonomi di Indonesia. Data dalam penelitian ini adalah: Universitas Indonesia Faktor-faktor yang..., Elisabeth Lukas, FE UI, 2009 9 a. Nilai tukar nominal Rupiah terhadap Dollar US (IDR/USD) yang akan diperoleh dari International Financial Statistics (IFS) b. Consumer Price Index (CPI) Amerika Serikat dan Consumer Price Index (CPI) Indonesia yang akan diperoleh dari International Financial Statistics (IFS) c. Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia 1 bulan (SBI rate) yang akan diperoleh dari International Financial Statistics (IFS) d. Produk Domesti Bruto Nominal (PDB) Indonesia yang akan diperoleh dari International Financial Statistics (IFS) e. Wholesale Price Index (WPI) Amerika Serikat yang akan diperoleh dari International Financial Statistics (IFS) 1.5.3. Metodologi Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Ordinary Least Square (OLS) untuk mengestimasi persamaan nilai tukar riil rupiah (RER) dalam jangka panjang. Kemudian dilakukan uji kointegrasi dengan metode Johansen Cointegration Test untuk melihat hubungan kointegrasi antara nilai tukar riil rupiah (RER) jangka panjang dan nilai tukar riil rupiah (RER) jangka pendeknya. Jika terdapat hubungan kointegrasi, maka dilakukan regresi model dengan metode Error Correction Model (ECM) untuk mempelajari dinamika persamaan nilai tukar riil rupiah (RER) dalam jangka pendek. Universitas Indonesia Faktor-faktor yang..., Elisabeth Lukas, FE UI, 2009 10 1.6 Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun mengikuti sistematika penulisan sebagai berikut: • BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, hipotesa penelitian yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang dirumuskan, data dan metodologi penelitian, serta sistematika penulisan. • BAB 2 TINJAUAN LITERATUR Bab ini berisi landasan teori yang menjelaskan tentang nilai tukar dan faktorfaktor yang diduga mempengaruhinya. Selain itu, dalam bab ini pula akan dijabarkan mengenai studi terdahulu yang relevan dengan masalah penelitian • BAB 3 SISTEM NILAI TUKAR DI INDONESIA DAN PERKEMBANGAN UMUM NILAI TUKAR SERTA VARIABEL-VARIABEL PENELITIAN DI INDONESIA Bab ini berisi analisa kondisi dan perkembangan nilai tukar dan variabelvariabel yang digunakan di Indonesia selama periode yang digunakan dalam skripsi ini. • BAB IV DATA DAN METODOLOGI Bab ini berisi definisi operasional variabel, pendekatan model penelitian, penentuan variabel-variabel penelitian, data dan sumbernya, metode pengolahan data, dan metode analisis data. • BAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISA Bab ini berisi hasil pengolahan data dan pengujian terhadap permasalahan dan penelitian. Kemudian dijelaskan analisa ekonomi mengenai hasil tersebut. • BAB VI PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan keterbatasan dari penelitian yang telah dilakukan serta saran yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. Universitas Indonesia Faktor-faktor yang..., Elisabeth Lukas, FE UI, 2009