askep endokarditis

advertisement
- Ramdan Mantali
- Indah Nabila B. Qassem
- Lutfi Alfadel Razak
- Cindra S. Tute
- Fauji Ngadi
- Mukmin Thaib
- Fathan Amay
-Afriani Imran
- Fredrik S. Tudja
- Herlina Radjiman
- Yusuf Manoppo
- Indri Bawolye
- Hardiyanto Mointi
- Rian Mustafa
- Yolanda Ali
- Indra Bungkuran
- Moh. Candra Talani
- Soleha Mei Utari
- Ilhamudin Adam
- Dian Anggraini Pou
- Syarifudin Pulumolo
- Nur Ilin S. Rahmat
POLITEKES KESEHATAN KEMENKES GORONTALO
T . P 2013 - 2014
ASUHAN KEPERAWATAN
ENDOKARDITIS
A. Konsep Medik
a. Definisi
Endokarditis merupakan peradangan pada katub dan permukaan endotel
jantung. Endokarditis bisa bersifat endokarditis rematik dan endokarditis infeksi.
Terjadinya endokarditis rematik karena di sebabkan langsung oleh demam rematik
yang merupakan penyakit sistemik karena infeksi streptokokus. Endokarditis infeksi
(endokarditis bakterial) adalah infeksi yang di sebabkan oleh invasi langsung bakteri
atau organisme lain, sehingga menyebabkan deformitas bilah katub. (arif
muttaqin2009).
Endokarditis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme
pada endokard atau katub jantung. Infeksi endokarditid biasanya terjadi pada jantung
yang telah mengalami kerusakan. Penyakit ini didahului dengan endokarditis,
biasanya berupa penyakit jantung bawaan, maupun penyakit jantung yang didapat.
Dahulu Infeksi pada endokard banyak disebabkan oleh bakteri sehingga disebut
endokariditis bakterial. Sekarang infeksi bukan disebabkan oleh bakteri saja, tetapi
bisa disebabkan oleh mikroorganisme lain, seperti jamur, virus, dan lain-lain. (wajan
juni udjianti 2010).
Endokarditis adalah suatu infeksi pada lapisan endokard jantung( lapisan yang
paling dalam dari otot jantung ) akibat infeksi kuman/ mikroorganisme yang masuk.
Biasanya secara normal selalu ada kuman yang komensal di permukaan luarnya.
Pada lapisan ini didapat adanya lesi spesifik, berupa vegetasi, yang merupakan masa
dengan ukuran yang bervariasi, yang terbentuk platelet, fibrin, mikroba, dan sel- sel
inflamasi saling berkaitan satu sama lain.
b. Etiologi
a.
b.
c.
c.
Streptokokus viridans yaitu mikroorganisme yang hidup dalam saluran napas
bagian atas. Sebelum ditemukan antibiotik, maka 90 - 95 % endokarditis infeksi
disebabkan oleh streptokokus viridans, tetapi sejak adanya antibiotik
streptokokus viridans 50 % penyebab infeksi endokarditis yang merupakan 1/3
dari sumber infeksi.
Stapilokokus aureus yang menyebabkan infeksi endokarditis subakut.
Penyebab lainnya adalah stertokokus fekalis, stapilokokus, bakteri gram negatif
aerob/anaerob, jamur, virus, ragi, dan candida.
Patofisiologi
Pada Endokarditis bisa bersifat endokarditis rematik dan endokarditis infeksi.
Pada Endokarditis rematik di sebabkan langsung oleh demam rematik, suatu penyakit
rematik yang di sebabkan oleh infeksi streptokokus grup A. Demam rematik
mempengaruhi semua persendian sehingga menyebabkan poliartritis. Jantung juga
merupakan organ sasaran yang merupakan dan bagian yang kerusakannya paling
serius. Kerusakan jantung dan lesi sendi bukan akibat infeksi, artinya jantung tersebut
tidak mengalami infeksi atau secara langsung di rusak oleh organisme tersebut,
namun hal ini merupakan fenomena sensitifitas atau reaksi yang terjadi sebagai
respons terhadap streptokokus hemolitikus.
Endokarditis rematik secara anatomis di manisfestasikan dengan adanya
tumbuhan kecil yang transparan, yang menyerupai manik dengan ukuran sebesar
jarum pentul. Manik-manik kecil tadi tidak berbahaya dan dapat menghilang tanpa
merusak bilah katub, namun yang lebih sering mereka menimbulkan efek serius.
Mereka menjadi awal terjadinya suatu proses yang secar bertahap menebalkan bilahbilah katub, menyebabkan menjadi memendek dan menebal di dinding dengan bilah
katub yang normal, sehingga tidak dapat menutup dengan sempurna. Sebagai
akibatnya terjadilah kebocoran.
Pada klien lain, tepi bilah katub yang meradang menjadi lengket satu sama lain
mengakibatkan stenosis katub, yaitu penyempitan lumen katub. Sebagian kecil klien
dengan demam rematik menjadi sakit berat yang diiringi oleh gagal jantung yang
berat, disritmia serius, dan pneumonia rematik. Klien dengan kondisi seperti ini harus
di rawat di ruang perawatn intensif.
Kebanyakan klien sembah dengan segera dan terlihat normal. Namun, meskipun
klien telah bebas dari gejala, masih ada beberapa efek residual permanen yang tetap
tinggal dan sering menimbulkan deformitas katub progresif. Beratnya kerusakan
jantung atau bahkan keberadaan nya mungkin tidak tampak pada pemeriksaan fisik
selama fase akut penyakit ini namun bising jantung yang khas pada stenosis katup,
regurgitasi, atau keduanya dapat terdegar pada auskultasi.pada beberapa klien, bahkan
dapat terdeteksi adanya getaran pada saat palpasi. Miokardium biasanya dapat
mngompesasi defek katup tersebut degan baik sampai beberapa waktu tertentu.
Selama miokardium masih bisa mengompensasi, klien masih dalam keadaan sehat.
d. Manifestasi klinis
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Hiperpireksia dan menggigil
Clubbing fingers
Ptechiae pada mukosa tenggorokan di retina mata (roth’s spot) dan kulit dada
anemis pucat
Splinter hemorrhagic (emboli di bawah kuku dengan bentuk linier).
Murmur / bising jantung (karena kerusakan katup jantung).
Osler’s nodes (nodul kemerahan, merah muda atau kebiruan) dibagian jalan
dalam jari, otot tenar, dan hipotenar yang terasa nyeri.
e. Pemeriksaan penunjang

Laboratorium
Leukosit dengan jenis netrofil, anemia normokrom normositer, LED meningkat,
immunoglobulin serum meningkat, uji fiksasi anti gama globulin positf, total
hemolitik komplemen dan komplemen C3 dalam serum menurun, kadar bilirubin
sedikit meningkat.
Pemeriksaan umum urine ditemukan maka proteinuria dan hematuria secara
mikroskopik. Yang penting adalah biakan mikro organisme dari darah . Biakan
harus diperhatikan darah diambil tiap hari berturut-turut dua / lima hari diambil
sebanyak 10 ml dibiakkan dalam waktu agak lama (1 - 3 minggu) untuk mencari
mikroorganisme yang mungkin berkembang agak lambat. biakkan bakteri harus
dalam media yang sesuai. NB: darah diambil sebelum diberi antibiotik . Biakan
yang positif uji resistansi terhadap antibiotik.
 Echocardiografi
Diperlukan untuk:
- melihat vegetasi pada katub aorta terutama vegetasi yang besar ( > 5 mm)
- melihat dilatasi atau hipertrofi atrium atau ventrikel yang progresif.
- mencari penyakit yang menjadi predisposisi endokarditis ( prolap mitral,
fibrosis, dan calcifikasi katub mitral ).
- penutupan katub mitral yang lebih dini menunjukkan adanya destrruktif
katub aorta dan merupakan indikasi untuk melakukan penggantian katub.
f. Penatalaksanaan medis
Pemberian obat yang sesuai dengan uji resistensi dipakai obat yang
diperkirakan sensitif terhadap mikroorganisme yang diduga. Bila penyebabnya
streptokokus viridan yang sensitif terhadpa penicillin G,diberikan dosis 2,4 - 6
juta unit per hari selama 4 minggu, parenteral untuk dua minggu, kemudian
dapat diberikan parenteral / peroral penicillin V karena efek sirnegis dengan
streptomicin, dapat ditambah 0,5 gram tiap 12 jam untuk dua minggu . Kuman
streptokokous fecalis (post operasi obs-gin) relatif resisten terhadap penisilin
sering kambuh dan resiko emboli lebih besar oleh karena itu digunakan
penisilin bersama dengan gentamisin yang merupakan obat pilihan. Dengan
dosis penisilin G 12 - 24 juta unit/hari,dan gentamisin 3 - 5 mg/kgBB dibagi
dalam 2 - 3 dosis. Ampisilin dapat dipakai untuk pengganti penisilin G dengan
dosis 6 - 12 gr/hari . Lama pengobatan 4 minggu dan dianjurkan sampai 6
minggu. Bila kuman resisten dapat dipakai sefalotin 1,5 gr tiap jam (IV) atau
nafcilin 1,5 gr tiap 4 jam atau oksasilin 12 gr/hari atau vankomisin 0,5 gram/6
jam, eritromisin 0,5 gr/8 jam lama pemberian obat adalah 4 minggu. Untuk
kuman gram negatif diberikan obat golongan aminoglikosid : gentamisin 5 - 7
mg/kgBB per hari, gentamisin sering dikombinsaikan dengan sefalotin,
sefazolia 2 - 4 gr/hari, ampisilin dan karbenisilin. Untuk penyebab
jamur dipakai amfoterisin B 0,5 - 1,2 mg/kgB per hari (IV) dan flucitosin 150
mg/Kg BB per hari peroral dapat dipakai sendiri atua kombinasi. Infeksi yang
terjadi katub prostetik tidak dapat diatasi oleh obat biasa, biasanya memerlukan
tindakan bedah. Selain pengobatan dengan antibiotik penting sekali mengobati
penyakit lain yang menyertai seperti : gagal Jantung . Juga keseimbangan
elektrolit, dan intake yang cukup .
g. Komplikasi
Komplikasi Endokarditis:
Diantara berbagai manifestasi klinik dari endokarditis komplikasi neurologi
merupakan hal yang penting karena sering terjadi, merupakan komplikasi
neurologik. Dapat melalui 3 cara:
1) penyumbatan dari pembuluh darah oleh emboli yang berasal dari
vegetasi endokardial.
2) infeksi meningen, jaringan otak, dinding pembuluh darah karena septik
emboli atau bakterimia.
3)
reaksi immunologis
h. Pengobatan
Pemberian obat yang sesuai dengan uji resistensi dipakai obat yang diperkirakan
sensitif terhadap mikroorganisme yang diduga. Bila penyebabnya streptokokus viridan
yang sensitif terhadpa penicillin G , diberikan dosis 2,4 - 6 juta unit per hari selama 4
minggu, parenteral untuk dua minggu, kemudian dapat diberikan parenteral / peroral
penicillin V karena efek sirnegis dengan streptomicin, dapat ditambah 0,5 gram tiap 12
jam untuk dua minggu . Kuman streptokokous fecalis (post operasi obs-gin) relatif
resisten terhadap penisilin sering kambuh dan resiko emboli lebih besar oleh karena itu
digunakan penisilin bersama dengan gentamisin yang merupakan obat pilihan. Dengan
dosis penisilin G 12 - 24 juta unit/hari,dan gentamisin 3 - 5 mg/kgBB dibagi dalam 2 - 3
dosis. Ampisilin dapat dipakai untuk pengganti penisilin G dengan dosis 6 - 12 gr/hari .
Lama pengobatan 4 minggu dan dianjurkan sampai 6 minggu. Bila kuman resisten dapat
dipakai sefalotin 1,5 gr tiap jam (IV) atau nafcilin 1,5 gr tiap 4 jam atau oksasilin 12
gr/hari atau vankomisin 0,5 gram/6 jam, eritromisin 0,5 gr/8 jam lama pemberian obat
adalah 4 minggu. Untuk kuman gram negatif diberikan obat golongan aminoglikosid :
gentamisin 5 - 7 mg/kgBB per hari, gentamisin sering dikombinsaikan dengan sefalotin,
sefazolia 2 - 4 gr/hari , ampisilin dan karbenisilin. Untuk penyebab jamur dipakai
amfoterisin B 0,5 - 1,2 mg/kgB per hari (IV) dan flucitosin 150 mg/Kg BB per hari
peroral dapat dipakai sendiri atua kombinasi. Infeksi yang terjadi katub prostetik tidak
dapat diatasi oleh obat biasa, biasanya memerlukan tindakan bedah. Selain pengobatan
dengan antibiotik penting sekali mengobati penyakit lain yang menyertai seperti : gagal
Jantung . Juga keseimbangan elektrolit, dan intake yang cukup .
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian ini terdiri atas anamnesis berupa keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, dan riwayat penyakit terdahulu.
Anamnesis :
a. Keluhan utama
Pada fase awal keluhan utama biasanya terasa sesak nafas dan nyeri tenggorokan.
Sesuai perkembangan penyakit endokarditis yang mengganggu katup jantung,
keluhan sesak nafasdan kelemahan menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian riwayat kesehatan sekarang, meliputi :
- Apakah terdapat adanya penurunan respons imunologis terhadap infeksi
seperti pada klien HIV atau AIDS.
- Apakah klin mengalami perubahan metabolisme akibat penuaan.
- Apakah klien pernah mendapat prosedur diagnostik invasif secara
intravena.
- Apakah klien mendapat pengobatan antibiotik jangka panjang.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian riwayat dahulu (RPD) yang mendukung adalah dengan mengkaji
apakah sebelumnya klien pernah menderita infeksi tenggorokan, infeksi sinus
akut, riwayat minum obat, dan adanya efek samping yang terjadi di masa lalu.
Juga harus menanyakan adanya alergi obat dan tanyakan reaksi alergi apa yang
timbul. Sering kali klien tidak dapat membedakan suatu alergi dengan efek
samping obat.
d. Riwayat keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah di alami oleh keluarga, serta
bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematiannya juga di
tanyakan.
Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan fisik yang dilakukan terdiri atas pengkajian B1-B6.

B1 (Breathing)
Apabila gangguan sudah mengenai katup jantung, biasanya klien terlihat
sesak dan frekuensi nafas melebihi normal.sesak nafas ini terjadi akibat
pengerahan tenaga dan kenaikan tekanan akhir diastolik pada ventrikel kiri yang
meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat ke gagalan
eningkatan curah darah ventrikel kiri pada waktu melakukan kegiatan fisik. Bila
sudah parah, dispnea kardiak dapat timbul pada waktu beristirahat. Klien biasanya
di dapat kan batuk.


B2 (Bleeding)
-
Inspeksi
Inspeksi adanya parut. Keluhan lokasi nyeri di daerah substernal atau
nyeri di atas perikardium. Penyebaran dapat meluas di dada, terjadi nyeri,
serta ketidakmampuan bahu dan tangan.
-
Palpasi
o
o
Denyut nadi perifer melemah, panas tinggi (38,9 - 40 C), dan menggigil.
-
Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup.
Gejala sistemik yang terjadi sesuai dengan virulensi organisme yang
menyerang. Bila di temukan mur-mur pada seseorang yang menderita infeksi
sistemik maka harus di curigai adanya infeksi endokarditis. Perkembangan
murmur yang progresif sesuai perkembangan waktu dapat terjadi dan
menunjukan adanya kerusakan katup akibat vegetasi atau perforasi katup atau
chordae tendineae. Pembesaran jantung atau adanya bukti gagal jantung
kongestif juga bisa terjadi.
-
Perkusi
Pada batas jantung terjadi pergeseran untuk kasus lanjut pembesaran
jantung.
B3 (Brain)
Kesadaran biasanya CM, sakit tenggorokan, dan kemerahan pada
tenggorokan di sertai eksudat (awitannya mendadak) serta nyeri sendi dan
punggung. Sinusitis akut dan otitis media akut terjadi mungkin karena
streptokokus. Manifestasi sistem saraf pusat mencakup sakit kepala, iskemia
serebral transien atau sementara, dan stroke yang mungkin di akibatkan oleh
emboli pada arteri serebral.

B4 (Bladder)
Pengukuran volume keluaran urine yang berhubungan dengan adanya
penurunan suplai darah ke ginjal yang merupakan manifestasi dari penurunan
perfusi perifer.

B5 (Bowel)
Klien biasanya di dapatkan mual dan muntah, tidak nafsu makan dan berat
badan turun. Pembesaran dan nyeri tekan pada kelenjar limfe, nyeri abdomen
(lebih sering pada anak).

B6 (Bone)
Aktivitas. Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup
menetap, dan jadwal olahraga tidak teratur. Tanda : takikardia, dispnea, pada
istirahat / aktivitas. Higiene : kesulitan melakukan tugas perawatan diri.
2. Diagnosa keperawatan
a.
b.
c.
d.
Berdasarkan patofisiologi di atas dan dari data pengkajian, diagnosis keperawatan
utama pada klien tersebut adalah sebagai berikut :
Aktual/risiko nyeri yang berhubungan dengan penurunan suplai ke miokardium
sekunder karena penurunan perfusi.
Aktual/risiko tinggi intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokardium dengan kebutuhan.
Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status
kesehatan, situasi krisis, dan ancaman atau perubahan kesehatan.
Kurang pengetahuan (mengenai kondisi dan tindakan) yang berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang proses penyakit, cara pencegahan, dan terjadinya
komplikasi.
3. Rencana keperawatan
Tujuan rencana keperawatan adalah membantu klien dalam mengatasi masalah
kebutuhan dasarnya, meningkatkan kesehatan klien secara optimal, dan
mengurangi dampak kekambuhan pada endokarditis rematik. Sehingga
komplikasi yang paling parah dari kerusakan katup dapat di kurangi. Untuk
rencana keperawan fase akut yang di lakukan perawat, meliputi :
Diagnosa I :
Aktual/risiko nyeri b/d penurunan suplai ke miokardium sekunder karena
penurunan perfusi.
Tujuan :
Dalam waktu dalam 3 x 24 jam terdapat pnurunan nyeri dada.
Kriteria :
Secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri dada, secara
objektif di dapat kan TTV dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi
penurunan perfusi perifer, urine output > 600ml/hari.
Intervensi
Rasional
 Catat karakteristik nyeri, lokasi, Variasi penampilan dan perilaku
intensitas, lama dan penyebarannya.
klien karena nyeri terjadi sebagai
temuan pengkajian.
 Menejemen lingkungan : lingkungan Lingkungan
tenang
akan
tenang dan batasi pengunjung.
menurunkan stimulus nyeri eksternal
dan pembatasan pengunjung akan
membantu meningkatkan kondisi
O2 yang akan berkurang apabila
banyak pengunjung yang berada di
ruangan.
 Ajarkan tehnik relaksasi pernafasan Meningkatkan asupan O2 sehingga
dalam
akan menurunkan nyeri sekunder
dari iskemia jaringan otak
 Ajarkan teknik distraksi pada saat Distraksi (pengalihan perhatian)
nyeri
dapat menurunkan stimulus internal
dengan
mekanisme
peningkatan produksi endorfin dan
enkefalin yang dapat mem Blok
reseptor nyeri untuk tidak di
kirimkan ke korteks serebri,
sehingga
menurunkan
persepsi
nyeri.
 Lakukan menejemen sentuhan
Menejemen sentuhan pada saat nyeri
berupa
sentuhan
dukungan
psikologis
dapat
membantu
menurunkan nyeri. Mesase ringan
dapat meningkatkan aliran darah
sehingga secara otomatis membantu
suplai darah dan oksigen ke area
nyeri serta menurunkan sensasi
nyeri.
Kolaborasi :
Obat-obat anti nyeri akan memblok
pemberian
terapi
farmakologis stimulus nyeri supaya tidak di
antiangina
persepsikan oleh korteks serebri.
Diagnosa II :
Intoleransi aktivitas b/d penurunan perfusi perifer sekunder akibat
ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokardium dengan kebutuhan.
Tujuan :
Dalam waktu 3 x 24 jam aktivitas klien mengalami peningkatan.
Kriteria :
Klien tidak mengeluh pusing, alat dan saran untuk memenuhi aktivitas
tersedia dan mudah klien jangkau, TTV dalam batas normal, CRT < 3 detik, urine
> 600 ml/hari.
Intervensi
Rasional

Kaji respons aktivitas pasien. Catat
adanya/timbulnya
perubahan
keluhan seperti : kelemahan,
kelelahan, dan sesak nafas saat
beraktivitas.

Pantau denyut atau irama jantung,
tekanan
darah,
dan
jumlah
pernafasan sebelum/ sesudah serta
selama aktivitas sesuai kebutuhan.

Rencanakan
perawatan
dengan
pengaturan istirahat /oeriode tidur.

Jelaskan pola peningkatan bertahap
dari tingkat aktivitas, contoh :
bangun dari kursi, bila tak ada nyeri
ambulasi, dan istirahat selama 1 jam
setelah makan.
Evaluasi respons emosional terhadap Kecemasan akan timbul karena
situasi / pemberian dukungan.
infeksi
dan
kardiak
respons
(psikologis). Baik di timbulkan oleh
kemungkinan sakit yang mengancam
kehidupan.
Rujuk ke program rehabilitasi Meningkatkan jumlah oksigen yang
jantung.
ada untuk pemakaian miokardium
sekaligus
mengurangi
ketidaknyamanan karea iskemia.


Miokarditis menyebabkan inflamasi
dan memungkinkan gangguan pada
sel-sel
otot
yang
dapat
mengakibatkan CHF.
Penurunan pengisian jantung kardiak
output akan menyebabkan cairan
terkumpul pada rongga perikardial
(bila ada perikarditis) yang pada
akhirnya
endokarditis
dapat
menimbulkan gangguan fungsi katup
dan
kecenderungan
penurunan
kardiak output.
Membantu menggambarkan tingkat
dekompensasi jantung dan paru.
Penurunan tekanan darah takikardi,
dan takipnea adalah indikasi
gangguan aktivitas jantung.
Memelihara
keseimbangan
kebutuhan
aktivitas
jantung,
meningkatkan proses penyembuhan,
dan kemampuan koping mosional.
Aktivitas yang maju memberikan
kontrol
jantung,
meningkatkan
regangan, dan mencegah aktivitas
berlebihan.
Diagnosa III :
Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan
status kesehatan, situasi krisis, dan ancaman atau perubahan kesehatan.
Tujuan :
dalam waktu 1 x 24 jam kecemasan klien berkurang.
Kriteria :
klien mengatakan kecemasan berkurang, mengenal perasaannya, dapat
mengidentifikasi penyebab atau faktor yang mempengaruhinya, kooperatif
terhadap tindakan, dan wajah rileks.
Intervensi







Bantu
klien
mengekspresikan
perasaan marah, kehilangan, dan
takut.
Kaji tanda verbal dan non verbal
kecemasan, dampingi klien, dan
lakukan tindakan bila menunjukan
perilaku merusak.
Mulai melakukan tindakan untuk
mengurangi
kecemasan.
Beri
lingkungan yang tenang dan suasana
penuh istirahat.
Orientasikan klien terhadap prosedur
rutin dan aktivitas yang di harapkan.
Beri kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan ansietasnya.
Rasional
Cemas berkelanjutan memberikan
dampak
serangan
jantung
selanjutnya.
Reaksi verbalnon verbal dapat
menunjukan rasa agitasi, marah, dan
gelisah.
Mengurangi rangsangan eksternal
yang tidak perlu.
Orientasi
dapat
menurunkan
kecemasan.
Dapat menghilangkan ketegangan
terhadap ke khawatiran yang tidak di
ekspresikan.
Berikan privasi untuk klien dan Memberi
waktu
untuk
orang terdekat.
mengekspresikan
perasaan,
menghilangkan cemas, dan perilaku
adaptasi.
Adanya keluarga dan teman-teman
yang di pilih klien mengalami
aktivitas dan pengalihan (misalnya
membaca)
akan
menurunkan
perasaan terisolasi.
Kolaborasi : berikan anti cemas Menghilangkan
relaksasi
dan
sesuai indikasi, contohnya diazepam menurunkan kecemasan.
Diagnosa IV :
Kurangnya pengetahuan (mengenai kondisi dan tindakan) b/d kurangnya
informasi tentang proses penyakit, cara pencegahan terjadinya komplikasi.
Tujuan :
terpenuhinya pengetahuan klien tentang kondisi penyakit.
Kriteria :
- Mengungkapkan pengertian tentang proses infeksi, tindakan yang di
butuhkan dengan kemungkinan komplikasi.
- Mengenal perubahan gaya hidup/tingkah laku untuk mencegah
terjadinya komplikasi.
Intervensi

Mandiri :
Jelaskan efek emosi inflamasi pada
jantung secara individual. Berikan
penjelasan mengenai gejala-gejala
komplikasi dan tanda0tanda tersebut
Rasional
Untuk bertanggung jawab kepada
kesehatannya. Pasien membutuhkan
pengerrtian
tentang
penyebab
khusus, tindakan, dan efek jangka
panjang yang mungkin terjadi pada

harus segera di laporkan pada
petugas kesehatan seperti demam,
peningkatan nyeri dada yang luar
biasa.
Beritahukan pasien/ orang terdekat
mengenai dosis, aturan, dan efek
pengobatan.

Identifikasi tindakan-tindakan untuk
mencegah endokarditis seperti :
perawatan ggi yang baik, cegah
penderita agar tidak terkontaminasi
infeksi (khususnya infeksi saluran
pernafasan)

Pilihlah metode yang tepat untuk KB
(pada penderita wanita)

Hindari pemakaian obat suntik per
intravena

Patuhi imunisasi seperti
influenza sesuai indikasi.
vaksin
kondisi inflamasi, baik tanda dan
gejala atau komplikasinya.
Informasi di butuhkan untuk
meningkatkan perawatn diri, untuk
menambah kejelasan efektivitas
pengobatan,
dan
pencegahan
komplikasi.
Bakteri umumnya di dapatkan di
dalam mulut. Pada gusi dapat masuk
sirkulasi sistemik. Perkembangan
infeksi
khususnya
infeksi
streptokokus dan pneumokokus.
Atau
influenza
meningkatkan
kemungkinan
risiko
gangguan
jantung.
Penggunaan IUD dapat menjadikan
mata rantai risiko terjadinya proses
infeksi pelvis.
Mengurangi
risiko
langsung
terjadinya / masuknya patogen
melalui sirkulasi sistemik.
Mengurangi risiko terjadinya infeksi
yang dapat menyebabkan infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & suddarth. 2002.buku ajar keperawatan medikal bedah edisi 8.jakarta: EGC
Corwin elizabeth j.2001.buku patofisiologi.jakarta : EGC
Doengoes marilynn E.1999. rencana asuhan keperawatan edisi 3. jakarta : EGC
Muttaqin arif.2009. asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
kardiovaskular dan hematologi.Jakarta : salemba medika.
Download