Dinamika Kebidanan vol.1/ no.1/ januari 2011 STUDI KUALITATIF TENTANG PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI PADA PUS DI KOTA SEMARANG Titik Kurniawati *) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi : [email protected] ABSTRACT Indonesia's population growth rate of 1.35% per year faster to require the efforts to reduce birth rates through the National Family Planning Program (NFPP). Although women have a lot of the object, but its power in decision making is still weak. So with this problem researchers are interested in doing research on the qualitative study of decision making in the choice of contraceptive methods on couple of childbearing age (CCA) in sub Pakintelan Gunungpati district of Semarang. This research was conducted in May and June 2004. The research aimed to know the description of the phenomenon of decision making in the choice of contraceptive methods on EFA in Sub Pakintelan Gunungpati District of Semarang. Design research is aimed at sampling (purposive sampling) taking of samples, with the snow ball technique. The number of respondents as many as 10 people consisting of 5 women and 5 men. Methods of data collection with in-depth interviews and observation. The results showed that the process of decision making in the choice of contraceptive methods is largely by consensus, the role of husband is very less and still there is the problem of women's family planning assumption. The conclusion that the deliberations are important in the process of finding the choice of contraceptive methods and the lack of a husband's role in family planning because of lack of knowledge about contraception . To enhance the role of EFA in terms of determining the method of contraception, namely providing IEC on EFA about the concept of contraception and eliminate gender bias. Keywords: decision making, methods of contraception, CCA. Qualitative study of decision making in the choice of contraceptive methods on EFA at Semarang City Laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang cepat yaitu 1,35% pertahun untuk memerlukan usaha untuk menurunkan angka kelahiran melalui Program Nasional Keluarga Berencana(PNKB). Meskipun perempuan telah banyak menjadi obyek, namun kekuatannya dalam pengambilan keputusan masih lemah. Maka dengan masalah tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai studi kualitatif tentang pengambilan keputusan dalam pemilihan metode kontrasepsi pada PUS di kelurahan Pakintelan kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Penelitian ini dilakukan bulan Mei dan Juni 2004. Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran fenomena pengambilan keputusan dalam pemilihan metode kontrasepsi pada PUS di Kelurahan Pakintelan Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Desain penelitian yang digunakan adalah sample bertujuan (purposive sampling) pengambilan sample dengan teknik snow ball. Jumlah responden sebanyak 10 orang yang terdiri dari 5 orang perempuan dan 5 orang laki-laki. Metode pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian didapatkan bahwa proses pengambilan keputusan dalam pemilihan metode kontrasepsi adalah sebagian besar dengan musyawarah, peran suami sangat kurang dan masih ada anggapan KB adalah masalah perempuan. Kesimpulan bahwa musyawarah merupakan hal penting dalam proses menemukan pilihan metode kontrasepsi dan masih kurangnya peran suami dalam hal KB karena kurang pengetahuan PUS tentang kontrasepsi. Untuk meningkatkan peran PUS dalam hal menentukan metode kontrasepsi, yaitu memberikan KIE pada PUS tentang konsep kontrasepsi dan menghilangkan bias gender. Kata kunci : pengambilan keputusan, metode kontrasepsi, PUS. Dinamika Kebidanan vol.1/ no.1/ januari 2011 PENDAHULUAN Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2001, jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2000 telah mencapai 203.456.005 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,35%. Propinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Semarang laju pertumbuhan penduduk relatif lebih kecil, yaitu 0,82% dan 0,96% dengan jumlah penduduk tiap dasawarsa selalu mengalami peningkatan, pada tahun 1990 kepadatan penduduk sebesar 93 jiwai/km2. Masalah demografi diatas membawa pengaruh yang kurang menguntungkan bagi kesehatan diantaranya keadaan pemukiman yang kurang sehat. Selain itu juga berpengaruh pada angka kematian ibu dan bayi, juga angka kesakitan ibu dan bayi. Gerakan Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu metode pembatasan kelahiran di samping cara lain yaitu penundaan usia kawin, pengendalian hawa nafsu dan pantangan kawin. Gambaran umum tentang keluarga yang dapat diterima masyarakat berpedoman Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) dan keluarga mempunyai fungsi sosial. Dalam mencapai sasaran NKKBS pemah dicanangkan konsep pancawarga artinya keluarga terdiri dan hanya tiga anak, sedangkan pengertian tersebut makin berkembang menjadi konsep caturwarga yaitu hanya 2 anak saja. Menurut Karini (2002) menyatakan bahwa temyata masalah kependudukan tidak hanya dilihat dan sisi demografis yang berfokus kepada aspek kuantitatif saja, namun juga memperhitungkan aspek hak-hak asasi manusia serta menampung aspirasi perempuan dan laki-laki. Dewasa ini isu global tentang bias gender dalam Keluarga Berencana adalah adanya sub ordinat perempuan dalam pemilihan alat kontrasepsi. Adanya beberapa permasalahan gender termasuk juga pengambilan keputusan ini Dinamika Kebidanan vol.1/ no.1/ januari 2011 menurut Karini (2002) dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sosial budaya, agama, ekonomi, pekerjaan dan peraturan perundang-undangan. Berkaitan dengan gender, status perempuan dan laki-laki berhubungan juga dengan pengambilan keputusan untuk memilih dan menggunakan alat kontrasepsi. Telah tercatat dalam cuplikan data BKKBN tahun 2000 proporsi pemilihan alat kontrasepsi karena pilihan suami dan tahun ke tahun mengalami penurunan yaitu 2,1% pada tahun 1994 menjadi 1,5% di tahun 1997 dan proporsi tidak ikut KB karena larangan suami masih cukup dominan dalam menentukan keputusan. Banyak perempuan mengalami kesulitan di dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. Pelbagai faktor harus dipertimbangkan antara lain status kesehatan dan persetujuan pasangan, bahkan norma. budaya, lingkungan dan orang lain (Syaifuddin, 2003). Secara statistik, pada umunmya kaum perempuan mendapat posisi yang kurang menguntungkan dalam berbagai aspek kehidupan. Situasi ini merupakan hasil akumulasi dan akses dan nilai sosio kultural suatu masyarakat (Darahim, 2003). Kenyataan memperlihatkan bahwa masih ada nilai-nilai masyarakat yang membatasi ruang gerak terutama perempuan di berbagai kehidupan. Namun data yang ada di PLKB Kecamatan Gunungpati tahun 2003, tercatat di Kelurahan Pakintelan bahwa jumlah penduduk sebanyak 3.819 jiwa dan ada 744 PUS. Dari 744 PUS tersebut tercatat 572 PUS saja yang menjadi akseptor dan 172 PUS yang tidak menjadi akseptor. Dari 572 PUS yang menggunakan alat kontrasepsi tercatat menggunakan KB suntik sebanyak 341 jiwa (59,62%), KB pil sebanyak 80 jiwa (13,19%), KB IUD sebanyak 33 jiwa (5,77%), KB impian sebanyak 66 jiwa (11,54%), KB MOW sebanyak 33 jiwa (5,77%), KB kondom sebanyak 2 jiwa Dinamika Kebidanan vol.1/ no.1/ januari 2011 (0,35%), lain-lain (KB sederhana, pantang berkala dan kalender) sebanyak 17 jiwa (3%). Dan sejumlah PUS diatas, ada sebanyak 669 jiwa (89,91 %) yang mendapat dukungan dan keluarga khususnya suami, dan 75 jiwa (10,08%) yang tidak mendapat dukungan dan keluarga. Adanya beberapa permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan mengangkat judul “Studi Kualitatif tentang Pengambilan Keputusan dalam Pemilihan Metode Kontrasepsi pada PUS di Kelurahan Pakintelan Kecamatan Gunungpati Kabupaten Semarang.” Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Peneliti dan sudut fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang yang biasa dalam situasi-situasi tertentu (Moleong, 2002). Jenis penelitian adalah deskriptif dengan metode survei yaitu mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai faktor-faktor yang merupakan pendukug terhadap kualitas, kemudian menganalisis faktor-faktor tersebut untuk dicari peranannya (Arikunto, 2002). Penelitian ini menggunakan pendekatan community survey. Menurut Van Dalen survei ini juga disebut “sosial surveys” atau “field surveys” karena di dalam survei ini peneliti bertujuan mencari informasi tentang aspek kehidupan secara luas dan mendalam (Arikunto, 2002). Populasi adalah semua Pasangan Usia Subur (PUS) baik yang belum maupun sudah menjadi akseptor dengan menggunakan sampel bertujuan (purposive sampling) .Kriteria inklusi yaitu: responden yang bertempat tinggal di Kelurahan Pakintelan Kecamatan Gunungpati Semarang, responden Pasangan Usia Subur (PUS) baik yang Dinamika Kebidanan vol.1/ no.1/ januari 2011 belum maupun yang sudah menjadi akseptor.Kriteria eksklusi yaitu: responden tidak bersedia untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian, responden tidak kooperatif, penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2004. Pengambilan data dilakukan dengan 2 cara yaitu :wawancara mendalam merupakan proses perolehan keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bentatap muka antara penanya dengan penjawab (Nasir, 1988); observasi; observasi ini ditujukan untuk : mengetahui sikap dan keadaan responden dalam menjawab pertanyaan pada saat wawancara mendalam. Peneliti menganalisa hasil wawancara mendalam dan observasi dengan membuat benang merah untuk menggeneralisasikan gambaran kompleks tentang fenomena sentralnya. Kemudian membuat interpretasi tentang makna data melalui refleksi, yaitu merefleksikan bias dan nilai, asumsi personal ke dalam laporan penelitian (Alsa, 2003 ). HASIL DAN PEMBAHASAN Peneliti memperoleh data dan sejumlah 10 responden melalui pendekatan langsung terhadap responden. Wawancara mendalam yang dilakukan peneliti terhadap 10 responden didapatkan persamaan persepsi dari pertanyaan yaitu sebagian besar dalam menentukan pilihan kontrasepsi dilakukan musyawarah terlebih dahulu. Walaupun ada sebagian hasil yang tidak musyawarah terlebih dahulu, namun nantinya suami akan langsung menyetujuinya. Hasil dari observasi yang didapatkan bahwa responden dalam menjawab dalam keadaan sadar penuh dan tidak ada unsur paksaan atau tekanan dan orang lain. Dinamika Kebidanan vol.1/ no.1/ januari 2011 1. Pertanyaan tentang siapa yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan dalam pemlihan kontrasepsi pada PUS dengan pertanyaan : a. Siapakah yang menentukan pilihan ? b. Siapakah yang lebih berperan alan lebih banyak memberikan saran ? c. Apakah ada unsur paksaan dan pihak lain ? d. Apakah ada pihak luar yang ikut dalam proses musyawarah? Dari hasil wawancara tentang “Siapa yang berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan dalam menentukan metode kontrasepsi “, didapatkan bahwa ada 2 (dua) pendapat yaitu : Pertama dari Peremluan bahwa penentuan pemilihan ada di tangan istri dan ada persetujuan dari suami; Kedua dan pihak laki-laki bahwa penentuan pilihan adalah dengan cara diputuskan bersama. Walaupun ada pihak lain yang ikut dalam proses pemilihan, namun hal ini hanya untuk memberikan masukan dan saran. Hasil observasi di masing-masing responden didapatkan kesimpulan bahwa dalam menjawab pertanyaan dalam keadaan santai dan tidak ada tekanan. Disimpulkan memang ada pihak yang memberikan saran dan masukan lewat penyuluhan yaitu dari mahasiswa yang melakukan studi lapangan dan petugas PLKB. 2. Pentanyaan tentang hal-hal yang berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan untuk memilih metode kontrasepsi antara lain : a. Peran serta suami dalam hal kontrasepsi. b. Peran serta istri dalam hal kontrasepsi. c. Pengetahuan suami dan istri tentang kontrasepsi. Dari hasil wawancara tentang hal-hal yang berpengaruh dalam proses pcngambilan keputusan untuk memilih metode kontrasepsi, didapatkan kesimpulan bahwa peran suami dalam hal kontrasepsi jarang sekali yang menjadi akseptor, Dinamika Kebidanan vol.1/ no.1/ januari 2011 walaupun demikian suami tetap ikut andil dalam masalah KB, misalkan dengan memberikan saran dan ikut memutuskan dalam pemilihan kontrasepsi yang akan dipakai. Terlihat juga bahwa suami tidak mengantarkan istri untuk pergi ke pelayanan kesehatan, dikarenakan kesibukan pekerjaan. Dalam hal pengetahuan, suami sudah tahu tentang macam-macam alat kontrasepsi, namun untuk masalah keuntungan, kerugian, efek samping masih kurang. Walaupun istri tidak diantar oleh suami, namun tidak ada masalah yang muncul. Karena istri dapat mengerti dengan keadaan suami yang sedang bekerja. PEMBAHASAN Responden berjumlah 10 orang yang terdiri dan 5 orang perempuan dan 5 lima orang laki-laki. Responden perempuan adalah para istri dari keluarga yang telah memiliki anak lebih atau sama dengan satu orang, baik yang sudah maupun yang belum menjadi akseptor. Responden laki-laki adalah para suami dan keluarga yang sudah memiliki anak lebih atau sama dengan satu orang, baik yang sudah maupun yang belum pernah sama sekali menjadi akseptor. 1. Proses pengambilan keputusan dalam pemilihan metode kontrasepsi Data dan 10 responden sesuai pengakuan dan keterangan mereka bahwa untuk menentukan pilihan metode kontrasepsi sebagian besar menggunakan musyawarah antara suami dan istri, namun ada juga sebagian kecil tidak melakukan musyawarah, pilihan tersebut ditentukan oleh satu pihak yaitu istri sendiri dan nantinya suami akan setuju. Observasi yang peneliti lakukan, didapatkan hasil bahwa selama proses wawancara responden dalam keadaan sadar dan tidak ada unsur paksaan atau tekanan dan orang lain. Dinamika Kebidanan vol.1/ no.1/ januari 2011 Dengan demikian proses pengambilan keputusan dalam menentukan metode kontrasepsi sebagian besar sudah sesuai dengan teori dimana dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan bersama sebaiknya mengutamakan musyawarah karena Bangsa Indonesia mengakui harkat dan martabat setiap orang. Kepentingan bersama tentunya meminta perhatian dan pertimbangan bersama yang terbaik dan suatu keputusan yang dilakukan secara bersama. Hasil yang diputuskan merupakan kesepakatan bersama dan hal ini disebut mufakat (Wahab, 1997). Masyarakat kelurahan Pakintelan dalam setiap bulan juga mengadakan musyawarah. Yaitu kelompok bapak-bapak yasin tahlil, selain mengadakan kegiatan keagamaan juga melaksanakan musyawarah untuk membahas masalah atau kegiatan dan masing-masing Rukun Tetangga (RT). Di sini terlihat bahwa ada peran bapak dalam musyawarah walaupun dalam konteks kelompok, namun dapat mencerminkan dalam menenemkan budaya bahwa musyawarah termasuk rumah tangga mereka, telah membahas masalah KB. Kelompok ibu- ibu tidak jauh beda, mereka mengadakan musyawarah dalam kegiatan “ beranu”, untuk membahas masalah atau kegiatan bersama untuk menemukan keputusan bersania. Dari keadaan seperti mi dapat ditarik kesimpulan bahwa musyawarah adalah hal yang baik dan penting dilakukan menentukan suatu pilihan. Dalam keluarga untuk selalu menanamkan musyawarali untuk menentukan pilihan metode kontrasepsi, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. 2. Siapa yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan untuk menentukan pilihan metode kontrasepsi pada PUS. Dinamika Kebidanan vol.1/ no.1/ januari 2011 Hasil wawancara menurut responden perempuan menyatakan bahwa yang menentukan pilihan metode kontrasepsi adalah istri atau pihak perempuan dan nantinya suami akan menyetujui dengan keputusan tersebut. Namun pendapat responden laki-laki, bahwa yang menentukan pilihan metode kontrasepsi adalah berdua yaitu suami dan istri. Dalam proses musyawarah sebagian kecil ada pihak luar yang ikut campur dalam proses musyawarah tapi tidak memberikan paksaan atau tekanan namun memberikan masukan atau saran tentang kontrasepsi. Sesuai dalam teori bahwa ada 2 komponen yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan yaitu adanya pengaruh tekanan-tekanan dari luar dan pengaruh kebiasaan lama. Pengambilan keputusan sendi dapat Di dasari oleh berbagai hal yaitu : pengambilan keputusan berdasarkan intuisi (perasaan), secara rasional, fakta, pengalaman dan wewenang. Menurut Darahim (2003) hal-hal yang sering dianggap sebagai istri gender dalam keluarga berencana adalah pertama kesetaraan ber KB yang timpang antara laki-laki dan perempuan. Kedua perempuan tidak mempunyai kekuatan untuk memutuskan metode diinginkan antara lain karena kontrasepsi yang ketergantungan pada keputusan suami, informasi yang kurang lengkap dan petugas kesehatan, penyediaan alat dan obat kontrasepsi yang tidak memadai ditempat pelayanan. Ada anggapan bahwa KB dalah urusan perempuan karena kodrat perempuan untuk hamil dan melahirkan. Dalam budaya dan adat istiadat masyarakat Indonesia yang masih menganut sistem patriarkhal, menyebabkan peranan pria lebih dominan dibanding dengan pencapaian dalain pengambilan keputusan keluarga. Dinamika Kebidanan vol.1/ no.1/ januari 2011 Menurut Indonesia Karini dam hal (2002), penggunaan salah satu masalah kontrasepsi yaitu perempuan keputusan di untuk menjadi peserta KB ada di tangan suami. Pengambilan keputusan lain yang diperoleh dan hasil SDKI tahun 1997 adalah pengambilan keputusan pemakaian alat kontrasepsi, baik alasan pemilihan alat atau cara KB maupun alasan tidak menggunakanya. Proporsi pemilihan alat atau cara KB karena pilihan suami, pada tahun 1991 sebesar 3,9%, tahun 1994 sebesar 2,1% dan tahun 1997 sebesar 1,5%. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan dalam pemilihan alat atau cara KB karena pilihan suami, namun sebaliknya meskipun prosentasenya kecil peran suami masih cukup domonan diantara wanita yang tidak ber KB, yaitu 7,3% pada tahun 1994 meningkat menjadi 8,2% pada tahun 1997. Maka dapat disimpulkan bahwa orang yang menentukan pilihan metode kontrasepsi adalah dipihak istri dan akhimya suami menyetujui dengan keputusan tersebut, hal im dipengaruhi oieh masih adanya anggapan bahwa masa I ah kontrasepsi adalah in asalah perempuan dikarenakan alat yang tersedia Iebih hanyak dan mudah didapatkan. 3. Hal-hal yang berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan untuk menentukan pilihan metode kontrasepsi. Hal ini dikaitkan dengan peran serta suami dan istri dalam hal KB dan pengetahuan suami dan istri tdntang kontrasepsi. Didapatkan hasil wawancara bahwa peran suami dikaitkan dengan kontrasepsi sebagian besar mereka tidak mengantar istri pergi ke tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan KB dengan alasan Dinamika Kebidanan kesibukan vol.1/ no.1/ januari 2011 kerja, rasa malu dengan tetangga. Sebagian kecil ada yang mengantar tapi bila istri minta diantarkan. Suami hanya diam saja dalam hal KB, namun bila istri mengalami keluhan karena pemakaian kontrasepsi baru suami memberikan saran kepada istri agar pergi untuk periksa ke tenaga kesehatan. Bila dikaitkan dengan menjadi akseptor, masih sebagian kecil laki-laki yang menjadi akseptor karena takut operasi dan merasa KB adalah urusan perempuan. Mereka berpendapat bahwa KB yang dipakai perempuan lebih mudah dan murah beda dengan laki-laki yaitu harus dioperasi. Keikutsertaan ini juga di pengaruhi arah pengelahuan suami tentang KB. Dalam teori tertuang menurut darhim (2003), bahwa system patriarkhal menyebabkan peranan pria lebih dominan dibanding dengan pencapaian dalam pengambilan keputusan keluarga. Hal ini berpengaruh terhadap tingkat partisipasi pria dalam masih rendah menggunakan kontrasepsi yang dan usaha pembrdayaan perempuan yang termasuk didalamnya kesetaraan dan keadilan gender, serta hak-hak reproduksi dan lain-lain. laki Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya peran laki- dalam kesetaraan kesehatan ibu dan kesehatan reproduksi termasuk pemeliharaan anak pencegahan kematian matemal dan keluarga berencana dan KB, faktor sosial budaya yang gender sehingga menyebabkan kekurang pedulian laki-laki dan beranggapan masalah KB adalah masalah perempuan serta terbatasnya informasi laki-laki tentang KB. Karini (2002) menambahkan bahwa permasalahan Gender tersebut dapat dipengaruhi pengetahuan. dan Pengetahun beberapa juga aspek salah menyumbangkan satunya adalah peran dalam Dinamika Kebidanan vol.1/ no.1/ januari 2011 menentukan pengambilan keputusan untuk memilih alat kontrasepsi, semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang alat kontrasepsi, maka makin meningkat pula perannya sebagai pengambilan keputusan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa hal-hal yang berpengaruh dalam menentukan pilihan hari metode kontrasepsi terlihat bahwa peran suami masih kurang terlibat, karena beranggapan bahwa masalah KB adalah masalah perempuan. Dari hasil observasi dapat ditarik kesimpulan secara umum bahwa semua responden dalam menjawab pertanyaan, keadaan responden sadar dan tidak ada unsur paksaan. A. Kesimpulan o Karakteristik pernikahan, responden pekerjaan mengenai dan umur, pendidikan jumlah mendasari anak, dalam lama proses pengambilan keputusan untuk pemilihan metode kontrasepsi. o Dalam menentukan pilihan metode kontrasepsi yaitu dengan cara musyawarah untuk menghasilkan keputusan bersama dan menyepakati keputusan tersebut. o Pihak yang menentukan dalam pemdihan metode kontrasepsi adalah dipihak istri dan akhirnya suami akan menyetujui dengan keputusan tersebut. o Bahwa hal-hal yang berpengaruh dalam kontrasepsi menentukan pilihan metode terlihat bahwa peran suami masih kurang terlibat, karena berangapan bahwa masalah KB adalah masalah perempuan. KEPUSTAKAAN Alsa, A. (2003). Pendekatan kualitatif dan kuantitatif serta kombinasi dalam penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dinamika Kebidanan vol.1/ no.1/ januari 2011 Arikunto, S.( 1996). Prosedur Penelitian Suatu Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Atmosudirdjo, P. (1996). Beberapa pandangan Keputusan (Decision Making). Jakarta : BKKBN. Pengambilan Bungin, B. (2003). Metodelogi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis Ke Arah Ragam Varian Konteporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Depdikbud. (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Fakih, M. (2001). Anlisa gender dan transformasi sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hartanto, H.(2002). KB dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Karini, S. W.(2002). Pemberdayaan Perempuan dalam Mewujudkan Kesetaraan Gender. Buletin SM-PFA.01.1. Manuaba, 1. B. G. (1 998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC. Manuaba, J.B.G. (1998). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC. Manulang. M. (1994). Pedoman Praktis pengambilan Keputusan. Yogyakarta : BPFE Mochtar, R. (2001). Sinopsis Obtetri. Jilid 1. Jakarta : EGC Moeleong, L.J. (2002). Metode Rosdakarya. Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Notoatmodjo, S. (2002,). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. PLKB. (2003). Laporan Semarang. Bulanan Berencana Kelurahan Pakintelan. Ramali, A. (2000). Kamus kedokteran. Jakarta : Djambatan. Saifuddin, A.B. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Material dan Neonatal. Jakarta : YBPSP. Syamsi, I. (2000). Pengambilan keputusan Dan Sistem informasi. Jakarata Bumi Aksara Wahab, A.A. (1997). Pendidikan pancasila 2. Jakarta : Departemen pendidikan dan Kebudayaan