FEMINISME DAN HUKUM ISLAM TENTANG PEREMPUAN Saadiyah Bachmid* Abstrak Feminism came from and grow up in the west that a movement to strunggle woman’s rights after they looked condition in the society who behavioral different, unfair for woman’s, opressioned, and the second number from man. Feminism movement arised to demand rights equalities between man and woman in all sector. Islamic Law in Alquran and Sunnah priority as resource explaned that woman and man are Abd Allah and make different both of them is taqwa. Kata Kunci: Feminisme, Perempuan, Hukum Islam. Pendahuluan Kalangan feminisine hampir seluruhnya bersepakat bahwa, agama terutama agama yang diwahyukan, Islam, Yahudi dan Kristen adalah agama yang eksis, artinya agama-agama tersebut adalah agama citra Tuhan. Laki-laki, dan kepemimpinannya memberikan superioritas, baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam ligkungan masyarakat. Agama sesungguhnya, meminjam istilah dari Johan Efendi, "merupakan unsur utama kesadaran sosial dan diterminan atas berbagai tradisi di masyarakat hal tersebut menjadikan superioritas laki-laki mendapat pembatasan. Ketidakadilan yang terjadi di masyarakat kemudian diperkuat dengan legiltmasi agama tersebut dalam pandangan feminisme adalah pangkal penindasan pada perempuan. Selain interpretasi agama, tradisi yang ada dalam masyarakat juga menganggap perempuan harus berada satu tingkat di bawah laki-laki. Baik agama maupun tradisi yang menganggap bahwa perempuan harus berada di bawah (pada tingkatan kedua) hal tersebut berlangsung ribuan tahun lamanya. Kejadian di atas mendapat sorotan dari kaum feminisme yang pada gilirannya berjuang agar hak-hak perempuan harus mendapat perhatian, seperti 160 Musawa, Vol. 1, No. 2, Desember 2009:159-172 halnya dengan laki-laki. Feminis yang berkembang di Barat tersebut yang meneriakan agar perempuan ditempatkan pada posisi yang sama dengan laki-laki. baik dalam peran publik maupun domestik. Persamaan hak dalam semua lini yang diperjuangkan oleh kaum feminis di Barat, agaknya mendapat persoalan bagi perempuan khususnya yang ada di Indonesia, sebab dikuatirkan mereka tidak memperhatikan lagi persoalan rumah tangga, hal ini nantinya akan menimbulkan kesenjangan sosial. Tuntutan persamaan hak yang diperjuangkan oleh feminis, menimbulkan masalah baru di kalangan masyarakat khususnya masyarakat di Barat. Sebab banyak di antara mereka yang telah kawin justru menuntut perceraian, disebabkan adanya pembatasan yang dilakukan oleh sang suami khususnya yang berperan di bidang industri dan tenaga kerja yang lain. Islam adalah agama yang diwahyukan melalui kitab suci al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Melalui malaikat Jibril yang di dalamnya tidak dijumpai keraguan, hal itu dapat diketahui sebagaimana firman Allah swt. Dalam sural al-Baqarah ayat 2 sebagai berikut: Itu adalah al-Qur'an (al-Kilab) yang tidak ada keraguan di dalamnya petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.11 Diantara tujuan ulama diturunkannya al-Qur'an adalah sebagai pedoman dan petunjuk bagi manusia dalam hidup dan kehidupannya. agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kalau ditelusuri sejumlah aturan-aturan yang termuat dalam al-Qur'an sebagai sumber azasi ajaran Islam, maka persamaan antara manusia baik itu laki-laki maupun perempuan serta antara bangsa ras, suku dan keturunan merupakan salah satu tema pokok yang termuat di dalamnya. Perbedaan antara seseorang dengan orang lain hanyalah ditentukan oleh 1 Departemen Agama RI. Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta Yayasan Penterjemah Al-Qur'an, 1989), h. 8. Saadiyah Bahmid, Feminisme dan Hukum Islam tentang Perempuan 161 nilai pengabdian dan ketaqwaannya kepada Allah swt, hal ini dapat dilihat pada penegasan Allah swt. dalam al-Qur'an surat al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi sebagai berikut: Hai sekalian manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di anlara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha mengenal.2 Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Allah swt. menyebutkan dan memberikan isyarat secara jelas adanya persamaan antara zakarut (lakilaki) dan untsa (perempuan) kemudian penegasan ayat selanjutnya bahwa yang menjadi penilaian atau ukuran perbedaan hanya terfokus pada ketaqwaan sebagai buah dari keimanan dan amalan shalihah di antara mcreka. kalaupun ada perbedaan maka itu adalah sebagai fungsi dan tugas utama yang dibebankan agama kepada masing-masing jenis kelamin. Melalui ajaran al-Qur'an dan as-Sunnah. sehingga perbedaan yang ada tidak mengakibatkan yang satu merasa memiliki kelebihan atas yang lainnya. Pengertian Feminisme dan Asal Usulnya Untuk membahas persoalan-persoalan feminisme dan hukum Islam mengenai perempuan adalah hal yang sanyat menarik. Oleh karena itu, agar 2 Ibid, 847 162 Musawa, Vol. 1, No. 2, Desember 2009:159-172 tidak salah memahami pandangan feminisme terhadap perempuan, ada baiknya terlebih dahulu dikemukakan pengertian feminisme. Feminis adalah merupakan bentuk usaha bagi kaum perempuan yang menuntut persamaan hak secara menyeluruh antara laki-laki dan perempuan3 Pengertian lain feminisme adalah perjuangan untuk emansipasi perempuan yang menuntut persamaan.4 Pembahasan di atas, baik dalam kamus bahasa Indonesia Maupun dalam ensiklopedi Indonesia menekankan bahwa pengertian feminisme adalah suatu paham/ajaran yang menuntut persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Mencermati pengertian tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa feminisme adalah gerakan yang memperjuangkan kepentingan perempuan dalam kehidupannya yang selama ini dianggap belum memadai bila dibandingkan dengan laki-laki. Isu-isu mengenai kepastian munculnya feminisme dalam beberapa Iiteratur tidak ditemukan kata sepakat di antara para pakar yang berbicara mengenai feminis. Isu feminis diperkirakan muncul pada abad 17, ada juga yang mengalakan bahwa isu feminis muncul diperkirakan pada abad pertengahan abad ke 19 dan awal abad ke 20 M. Berawal dari situasi dan kondisi masyarakat di Barat yang lebih mementingkan skill dan jenis kelamin, merupakan batu sandung bagi kaum perempuan yang mana pada saat itu skill lebih banyak dikuasai oleh laki-laki dibandingkan dengan kaum perempuan dalam berbagai sektor. Di Amerika Serikat pada tahun 1920 sampai pada tahun 1950 dengan kondisi yang diskriminatif membuat sekelompok kaum perempuan yang menuntut persamaan hak dalam keterlibatan menentukan pilihan pada 3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet. ke-10; Jakarta: Balai Pustaka, 1999), 275. 4 Hasan Sadili, Ensiklopedi Indonesia, 997. Saadiyah Bahmid, Feminisme dan Hukum Islam tentang Perempuan 163 pemilihan umum untuk memilih calonnya untuk duduk pada suatu parlemen. Pada tahun I960 terutama setelah Hetty Friedan (1963) menerbitkan bukunya yang berjudul "The Feminine Mislique" yang hersamaan dengan gerakan-gerakan liberal lainnya. Gerakan feminisme pada waktu itu menjadi suatu kejutan bagi masyarakat Amerika Serikat.5 Gerakan feminisme menjadi kejutan besar di kalangan masyarakat Amerika. Karena, memberikan keadaan baru terutama bagi kaum perempuan. Bahwa peran tradisional perempuan ternyata menempatkan perempuan pada posisi yang tidak menguntungkan ketimbang laki-laki. Gerakan tersebut di atas mengisukan persamaan gender, melalui kampanye dengan tuntutan bahwa peran domestik perempuan merupakan penindasan dan pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan yang tidak 6 produktif. Selain kondisi tersebut di atas, kondisi sosial, budaya, ekonomi juga memberikan suasana kondusif bayi gerakan feminisme seperti budaya materialisme, individualisme dan liberalisme. Kesemuanya itu berpengaruh dalam memunculkan gerakan feminisme di Amerika. Dalam pandangan lain dijumpai pembahasan yang mengemukakan bahwa asal-usul munculnya isu gerakan feminis dilatarbelakangi atas adanya pemahaman bahwa agama, khususnya agama Yahudi Yudaisme, Kristen dan Islam yang melegitimasi bahwa kepemimpinan laki-laki atas perempuan, dengan kata lain laki-laki menurut ketiga agama di atas lebih mempunyai kesempatan yang luas dibandingkan dengan perempuan.7 Pemahaman keagamaan tersebut di atas telah mengakar disanubari umat, sehingga membentuk suatu tradisi. Tradisi tersebut menjadi suatu pedoman bagi masyrakat sehingga muncul suatu ungkapan bahwa 5 Ratna Megawangi, “Feminisme Menindas Peran Ibu Rumah Tangga” dalam Ulumul Qur’an no. 5 & 6 Vol. 6 (Jakarta: Tata Usaha, 1994), 30 6 Ibid., 30 7 Ibid., 31 164 Musawa, Vol. 1, No. 2, Desember 2009:159-172 perempuan hanya mampu dan boleh tinggal di rumah untuk mengurus anakanak. Bahkan ada yang mengalahkan bahwa perempuan yang ideal adalah perempuan yang menjadi ibu rumah tangga dan menjadi istri yang baik. Ungkapan lain yang biasa didengar perempuan adalah berapa banyak kalimat yang anda mampu ketik selama satu hari kalau anda bekerja di kantor. Pemahaman keagamaan dan warisan budaya yang bertahun-tahun lamanya menjadikan perempuan sebagai urutan kedua dari laki-laki membuat perempuan mengintrospeksi dirinya, kemudian mengadakan suatu gugatan persamaan peran di tengah masyarakat yang disebut dengan gerakan feminisme. Gerakan feminisme yang berkembang di Barat pengaruh dari filsafat eksistensialisme, yakni suatu paham atau ajaran yang mengakui esensi keberadaan manusia di atas dunia ini. Gerakan feminisme tersebut di atas lalu tersebar ke berbagai penjuru dunia termasuk dalam dunia muslim.8 Gerakan feminisme dikenal di dunia Islam nanti setelah adanya tulisan dari Ashgar Ali Engineer, Fatima Mernissi, Aminah Wadud Muhsin dan Mazhar al-Haq Khan.9 Keempat orang tersebut di atas mencoba mengagagas kebenaran makna tafsiran yang dikemukakan oleh agama, misalnya; kepatuhan mutlak perempuan terhadap laki-laki, subordinasi perempuan dan sederetan istilah-istilah yang dialamatkan pada perempuan yang nadanya bahwa perempuan itu adalah kaum yang lemah. Pandangan Feminisme Terhadap Perempuan Konsep feminisme pada awal munculnya adalah menyadarkan kaum perempuan akan hak-hak asasinya, dan membebaskan perempuan dari 8 Nurul Agustina, Tradisionalisme Islam dan Feminisme Ulumul Qur’an (Jakarta: Tata Usaha, 1994), 52. 9 Bainar, Wacana Perempuan Dalam Keindonesiaan dan Kemoderatan (Yogyakarta; PT. Pustaka Cidesindo, 1998), 3. Saadiyah Bahmid, Feminisme dan Hukum Islam tentang Perempuan 165 belenggu yang dapat menghalangi dalam usaha mengaktualisasikan dirinya ditengah masyarakat. Hak kebebasan yang diperjuangkan itu cenderung menjadi sebuah doktrin yang seolah-olah mengajak kaum perempuan untuk menerimanya. Kampanye yang dilakukan oleh gerakan feminis adalah berusaha mengubah pandangan publik terhadap pekerjaan domestik, misalnya pekerjaan rumah tangga, pembudakan perempuan dan merampok hidup perempuan. Gerakan feminis tradisional adalah gerakan yang menuntut agar semua perempuan harus diserahkan pada perempuan itu sendiri. Kebebasan yang olek gerakan feminis tradisional adalah kebebasan sepenuhnya. Dengan kata lain, perempuan jangan dibatasi dalam beraktifitas di masyarakat. Tuntutan yang dilontarkan oleh kaum feminis di atas, karena melihat bahwa perempuan adalah kaum yang tertindas, lemah dan tidak boleh beraktifitas di luar rumah. Gerakan feminis yang semula berangkat halnya kaum perempuan berada pada posisi marginal dan subordinal terhadap laki-laki, berjuang untuk merubah sistem dan ketidakadilan itu guna mencari persamaan hak dari segala faktor. Tuntutan persamaan hak yang diperjuangkan kaum feminis adalah dilator belakangi atas kondisi masyarakat Barat pada waktu itu, yang kelihatannya menganut paham materialistik, semuanya harus dinilai berdasarkan dengan materi.10 Materi merupakan suatu hal yang mutlak. harus dimiliki dan untuk memelihnya tidak ada jalan lain kecuali harus bersain dengan kaum laki-laki. Artinya dalam masyarakat materialisme segala sesuatu yang harus diukur berdasarkan banyaknya materi yang dimiliki oleh seseorang. Perempuan harus mendapat kesempatan bekerja sama dengan lakilaki, karena persoalan kebutuhan dalam hidup antara laki-laki dan 10 Disadur dari Marwah Daud Ibrahim, Teknologi Emansipasi dan Transedensi, (Bandung: Mizan, 1995), 117. 166 Musawa, Vol. 1, No. 2, Desember 2009:159-172 perempuan dalam material adalah sama. dengan demikian feminisme ada ketertindasan bagi kaum perempuan olehnya itu harus dibebaskan. A. Gney berikan kesempatan kepada perempuan untuk merumuskan dan menentukan pilihannya sendiri11 Ada 4 aliran feminisme yang muncul di Barat dalam melihat perempuan, keempat perempuan aliran tersebut yakni: 1. Femenis liberal (Liberal Femism) aliran ini berdasar pada paham liberialisme kapitalistik yang menuntut persamaan hak di segala bidang. Termasuk pekerjaan, partisipasi politik, pendidikan, aliran ini mendukung percepatan industrialisasi dan modernisasi yang dianggap sebagai gerbang peningkatan status perempuan. 2. Femenisme radikal mendasarkan pandangannya bahwa penindasan terhadap perempuan berakar idiologi fatriarki. Sebagai tata nilai dan otoritas utama yang mengatur hubungan laki-laki dan perempuan. Penekanan aliran ini adalah lebih menyoroti perlakuan kekerasan seksual terhadap perempauan aliran ini juga adalah penganjur gaya hidup lesbian karena dengan cara tersebut, perempuan dapat melepaskan diri dari ketertindasan sosial kaum laki-laki. 3. Femenisme Marxisme; aliran ini dipengaruhi oleh kelas Karl Marx yang menyatakan bahwa laki-laki adalah aktor dalam suatu perusahaan. sementara perempuan adalah kaum yang nomorduakan dalam perusahaan, perusahaan menganggap bahwa pekerjaan perempuan kurang menghasilkan barang. Penindasan yang dilakukan oleh kaum kapitalis, borjois harus ditiadakan dengan memberikan kesempatan pada kaum perempuan, hal yang paling pertama harus dilakukan adalah penghapusan kelas. 4. Femenisme sosialis, aliran ini muncul pada dekade 70-an yang berusaha, menentang era induslrialisasi yang menggiring kaum perempuan dalam dunia pekerjaan tapi digaji dengan upah yang sangat rendah. femenis sosialis ini berjuang bahwa perempuan harus dihargai seperti dengan kaum laki-laki, reproduksi bagi kaum 11 Johari, “Pandangan Feminisme Rifaat Hassan”, Makalah dipublikasikan (Makassar: Pasca Sarjana IAIN Alauddin, 1999), 2. tidak Saadiyah Bahmid, Feminisme dan Hukum Islam tentang Perempuan 167 perempuan tidak boleh dijadikan alasan untuk menindas perempuan Negara yang menganut paham ini adalah Swiss dan Jepang. Keempat aliran femenisme tersebut di atas secara ideologi mempunyai perbedaan antara satu dengan yang lainnya, tetapi ketika diteliti secara mendalam mereka mempunyai persamaan dalam memperjuangkan perempuan. Persamaan tersebut antara lain dapat dilihat pada komitmen sebagai berikut: 1. Menuntut persamaan upah dalam pekerjaan, di samping itu. mereka juga menuntut pekerjaan rumah tangga harus di nilai rupiahkan seperti upah laki-laki di luar rumah. 2. Persamaan hak dihadapan hukum 3. perempuan harus diberikan hak untuk menyontrol kehidupan seksualnya, yakni dengan mengendalikan f'ungsi reproduksinya. Dengan alat-alat kontrasepsi. Agar dapat bekerja dan lebih leluasa di luar rumah. 4. Kaum femenis sangat menentang penganiayaan dari kaum lakilaki. sehingga mereka bebas untuk menentukan arah langkah mereka sendiri. Melihat komitmen persamaan beberapa aliran femenis di atas, dapat ditarik benang merah bahwa femenis merupakan gerakan yang memperjuangkan perempuan sama dengan hak laki-laki. Tanpa harus memberikan lebel bahwa perempuan adalah makhluk nomor dua perempuan harus, dihargai dan diberikan kesempatan sebagaimana layaknya dengan kaum laki-laki. Tanpa harus apriori terhadap kemampuan yang mereka miliki. Berbeda dengan femenisme tradisional yang menuntut persamaan peran antara perempuan dan laki-laki dalam segala sektor. Femenisme modern juga menuntut persamaan peran perempuan dan laki-laki tanpa harus melihat reproduksi perempuan. Unsur biologis perempuan tidak bisa dipersamakan dengan unsur biologis laki-laki. 168 Musawa, Vol. 1, No. 2, Desember 2009:159-172 Femenisme modern berpandangan bahwa perempuan harus diberikan kesempatan peran yang sama dengan laki-laki, khususnya menyangkut masalah peran di masyarakat, dengan kata lain penekan femenisme modern tidak mempersoalkan kondisi biologis perempuan, melainkan bagaimana perempuan diberikan kebebasan berkiprah bersama-sama dengan kaum lakilaki. Konsep Feminisme Tentang Kedudukan Perempuan dalam Tinjauan Hukum Islam Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah sebagai khalifah di muka bumi untuk mengelola sumber daya alam. sebagai hamba yang beriman harus mengabdi kepada Allah. Untuk melaksanakan hal tersebut manusia harus dapat menjalankan fungsinya dengan baik, menggali dan mengembangkan potensi yang ada pada dirinya sendiri atau yang lebih dikenal dengan sumber daya manusia. Membahas manusia banyak analisa dan pemahaman tentang siapa sebenarnya, dan mana asalnya dan diciptakan dari bahan dasar apa?. Berbagai jawaban yang telah diberikan untuk memecahkan persoalan ini sampai kini belum usai. Maka Allah menurunkan al-Qur'an sebagai jawaban dari pertanyaan tersebut. Manusia menurut bahasa berasal dari bahasa sansekerta yaitu man dan homo yang berarti, mami berarti berfikir, berakal budi. Sedangkan homo adalah seorang yang dilahirkan dari tanah. Dapat diartikan manusia adalah suatu bentuk yang dibuat dari tanah dan dapat berpikir. Menurut W.J.S Poerwadarminta, manusia adalah makhluk berakal budi, (sebagai lawan binatang) misalnya insanul kamil artinya manusia sempurna." Ada beberapa pakar filsafat berpendapat tentang manusia yaitu: Plato manusia pada hakekatnya sebagai suatu kesatuan pikiran, kehendak dan nafsu. Aristoteles melanjutkan pembagian tersebut dan pembagian ini terus banyak menandai pemikiran tentang manusia sepanjang abad pertengahan, pandangannya tentang jiwa sebagai forma tubuh menganjurkan satu kesatuan organik yang dapat didefinisikan sebagai makhluk rasional. Saadiyah Bahmid, Feminisme dan Hukum Islam tentang Perempuan 169 Agustinus memandang manusia sebagai kesatuan jiwa dan badan dinodai oleh dosa warisan dan dimotivasi oleh prinsip kebahagiaan. Secara etimologis mencari petunjuk tentang hakikat manusia dapat dijelaskan melalui beberapa pendekatan: Pertama, materialisme antropologik yang menjelaskan manusia semala-mata dari materi yaitu pembentukan jasad. Kedua materalisme biologik yaitu manusia merupakan badan hidup yang mempersatukan segala bawaan dan kehidupan badan di dalam dirinya. Ketiga. idealisme antropologik, yaitu makhluk yang memiliki spritual inlelektual yang secara intrinsik tidak bergantung pada materi. Di dalam al-Qur"an Allah menyebut manusia dengan tiga kata yaitu: : 1. AI- Basyar Firman Allah Q.S Ar-Rum (30): 20 Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak. Kata al-basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu yang baik dan indah, dari akar yang sama lahir kala basyarah yang berarti kulit, manusia dinamakan basyah karena kulitnya jelas. Dari penjelasan ayat di atas dapat dipahami bahwa al-basyar menunjuk manusia secara materi yang dapat dilihat, materi manusia berbentuk jasad diciptakan dari saripati yang berasal dari tanah, dalam hidupnya membutuhkan makan, minum, berjalan, berbicara dan berusaha unluk mcncukupi kebutuhan hidup. Sejak Nabi Adam hingga sekarang jasad manusia diciptakan dari bahan yang sama. 2. An-Nas Firman Allah Q.S Al-Hujurat (49): 13 170 Musawa, Vol. 1, No. 2, Desember 2009:159-172 Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. Kata an-nas pada ayat di atas menunjuk kepada seluruh manusia merujuk pada jenis keturunan. Jika diperhatikan redaksi ayat di atas bahwa manusia mempunyai nenek moyang yang sama yaitu Adam dan Hawa, maka keturunan Adam dan hanya disebut dalam al-Qur'an denyan an-nas. 3. Al-Ins atau al-Insan Firman Allah Q.S Az Zariyat (51): 56 Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Kata al-ins atau al-insan dalam pengertian bahasa merupakan lawan dari binatan liar, kata a;-ins yakni sejenis makhluk yang harus yang tidak bermateri yang hidup di luar manusia, sedangkan al-insan mengandung arti makhluk yang dibebani tanggung jawab. Sebagai khalifah di muka bumi segala apa yang diperbuat maka di hari kemudian akan dipertanggung jawabkan. Karena khususnya dapal membedakan antara yang baik dan yang buruk, mempunyai akal, ilmu dan memiliki kemampuan berbicara. Hal ini membedakan manusia dengan makhluk lainnya. yang mana dan mampu menerima aturan-aturan yang jelas dan digariskan oleh Allah Saadiyah Bahmid, Feminisme dan Hukum Islam tentang Perempuan 171 swt. Dapat menjalankan perintah yang termktub dalam al-Qur'an sebagai pedoman dalam mengemban amanah yang diberikan oleh Allah swt. 2. Proses Kejadian Manusia. Setelah proses kejadian manusia yang pertama (Adam) dijelaskan di aeas, selanjutnya Allah swt. Menyatakan pula tentang kejadian manusia keturunan Adam as. Dalam surat as-Sajadah ayal 8-9 yang berbunyi sebagai berikut: Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. Dalam tafsir an-Nasyafi dijelaskan tentang penciptaan segala sesuatu yang diciptakan Allah terutama prorses penciptaan manusia pertama dan keturunannya sebagai berikut; Allah swt. menciptakan segala sesuatu dengan teratur, tertib sesuai apa yang la kehendaki secara hikmah, dalam penciptaan Allah memberikan kecukupan yang berfaedah serta kemurahan yang sesuai dengan sifat-sifal-Nya yakni memperindah segala ciptaan-Nya. seperti firman-Nya " Kesimpulan Dari uraian dan penjelasan yang telah penulis kemukakan dalam tulisan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Feminisme merupakan suatu gerakan yang bermula di Barat yang bermula di Barat, berusaha untuk mengkampayekan persamaan hak 172 Musawa, Vol. 1, No. 2, Desember 2009:159-172 antara perempuan dan laki-laki. Feminisme menganggap bahwa terjadinya ketidakadilan dan kekerasan terhadap perempuan diakibatkan oleh karena perempuan dianggap sebagai kaum yang lemah, yang dinomorduakan, yang berlangsung cukup lama, baik dalam pandangan tradisional maupun dalam interpretasi ajaran. 2. semua aliran feminisme berusaha untuk memperjuangkan hak perempuan sama dengan laki-laki. Reproduksi perempuan tidak boleh menjadi alasan, oleh karena itu peran di tengah masyarakat harus disamakan. Pandangan hukum Islam, baik laki-laki maupun perempuan sama-sama hamba Allah yang harus dihargai dan diberi peran yang sama di tengah masyarakat. Daftar Pustaka Agustina, Nurul, Tradisionalisme Islam dan Feminisme Ulumul Qur’an, Jakarta: Tata Usaha, 1994. Bainar, Wacana Perempuan Dalam Keindonesiaan dan Kemoderatan, Yogyakarta: PT. Pustaka Cidesindo, 1998. Departemen Agama RI. Al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta Yayasan Penterjemah Al-Qur'an, 1989. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. ke-10; Jakarta: Balai Pustaka, 1999. Hasan Sadili, Ensiklopedi Indonesia. Johari, “Pandangan Feminisme Rifaat Hassan”, Makalah Makassar: Pasca Sarjana IAIN Alauddin, 1999 Marwah Daud Ibrahim, Teknologi Emansipasi dan Transedensi, Bandung: Mizan, 1995. Megawangi, Ratna, “Feminisme Menindas Peran Ibu Rumah Tangga” dalam Ulumul Qur’an, no. 5 & 6 Vol. 6, 1994. *Dosen Jurusan Ushuluddin STAIN Datokarama Palu Saadiyah Bahmid, Feminisme dan Hukum Islam tentang Perempuan 173