PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pajak memiliki peranan penting dalam proses pembangunan suatu bangsa dan
merupakan sumber keuangan yang sangat besar untuk membiayai segala keperluan
pemerintah. Perusahaan sebagai salah satu wajib pajak mempunyai kewajiban untuk
membayar pajak yang besarnya dihitung dari laba bersih yang diperolehnya. Semakin
besar pajak yang dibayarkan perusahaan, maka pendapatan negara semakin banyak.
Namun sebaliknya bagi perusahaan, pajak merupakan beban yang akan mengurangi
laba bersih. Tujuan pemerintah untuk memaksimalkan penerimaan dari sektor pajak
bertentangan dengan tujuan dari perusahaan sebagai wajib pajak, dimana perusahaan
berusaha untuk mengefisiensikan beban pajaknya sehingga memperoleh keuntungan
yang lebih besar dalam rangka mensejahterakan pemilik dan melanjutkan
kelangsungan hidup perusahaannya. Perusahaan sebagai wajib pajak akan cenderung
mencari cara untuk meminimalisasi pajak yang mereka bayar, baik itu secara legal
maupun illegal.
Praktik penghindaran pajak (tax avoidance) yang dilakukan oleh perusahaan
marak terjadi di Amerika Serikat dan praktik ini pun juga marak terjadi di Asia. Di
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
Indonesia sendiri, persentase tingkat kepatuhan wajib pajak relatif rendah
dibandingkan dengan negara-negara di Asia lainnya. Hal ini semakin diperkuat
dengan adanya laporan dari Global Financial Integrity (GFI) yang mencatat bahwa
pada akhir tahun 2012, Indonesia menduduki peringkat ke sembilan sebagai salah
satu negara berkembang yang paling dirugikan akibat adanya praktek penghindaran
pajak dalam periode 2001-2010 dengan potensi kerugian sebesar US$109 miliar
(www.lampost.co). Terkait juga dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Uppal
(2005) mengenai kasus penghindaran pajak di Indonesia, ia menyatakan bahwa kasus
penghindaran pajak telah banyak terjadi di negara-negara berkembang, hal ini
dilakukan dengan cara tidak melaporkan atau melaporkan namun tidak sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya atas pendapatan yang dapat dikenakan pajak.
Pada tahun 2005 terdapat 750 perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA)
yang ditengarai melakukan penghindaran pajak dengan melaporkan rugi dalam waktu
5 tahun berturut-turut dan tidak membayar pajak (Bappenas, 2005). Berdasarkan data
pajak yang di sampaikan oleh Dirjen Pajak pada tahun 2012 ada 4.000 perusahaan
PMA yang melaporkan nilai pajaknya, perusahaan tersebut diketahui ada yang
mengalami kerugian selama 7 tahun berturut- turut. Perusahaan tersebut umumnya
bergerak pada sektor manufaktur dan pengolahan bahan baku (DJP, 2013)
Dari Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) 2012, Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) menemukan secara akumulatif dari tahun 2009 sampai dengan
tahun 2012, realisasi penerimaan pajak tidak mencapai target APBNP sebesar Rp
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
136,24 triliun atau dari APBN sebesar Rp 233,44 triliun (www. republika.co.id).
Tidak tercapainya target penerimaan itu antara lain dikarenakan adanya praktik
penghindaran pajak di Indonesia mengingat sistem perpajakan di Indonesia masih
bersifat self assessment yaitu memberikan kepercayaan yang besar kepada wajib
pajak untuk melakukan penghitungan dan pelaporan perpajakannya sendiri.
Di pertengahan tahun 2014, Eropa diguncang
perpajakan
dengan polemik fasilitas
Irlandia yang menyebabkan banyak perusahaan multinasional besar
seperti Amazone, Apple, Facebook, Paypal, Twitter memilih markas di Irlandia guna
membayar pajak yang lebih rendah dibandingkan dengan membuka cabang atau
gudang di Negara sumber penghasilan seperti di Perancis, Inggris, USA yang merasa
kontribusi pajak yang dibayarkan tidak sebanding dengan penghasilan yang diperoleh
dari Negara tersebut. Kasus lain terjadi di Indonesia, yaitu banyak perusahaan besar
Indonesia yang memilih kantor pusat di Singapura padahal sumber penghasilan
berasal dari Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya corporate tax di
Indonesia yaitu sebesar 25%, sedangkan di Singapura hanya 17% (www.pajak.go.id).
Hal ini berdampak pada pendapatan pajak di Indonesia lebih rendah dibanding
pendapatan pajak di Singapura
Maraknya kasus penghindaran pajak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
terus menjadi tanda tanya, mengapa sebagian perusahaan melakukan salah satu
praktek tindakan penghindaran pajak tersebut. Menurut Erle dan Schon (2008) dalam
Lanis dan Richardson (2012), penghindaran pajak perusahaan dapat dianggap sebagai
aktivitas yang tidak bertanggung jawab secara sosial. Sementara Watson (2011)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai peringkat yang rendah dalam
corporate social responsibility (CSR) dianggap sebagai perusahaan yang tidak
bertanggung jawab secara sosial sehingga dapat melakukan strategi pajak yang lebih
agresif dibandingkan perusahaan yang sadar sosial.
Menurut Williams dalam Carolina dan Sari (2013) membayar pajak
merupakan salah satu bentuk CSR kepada pemerintah. Dimana pemerintah
merupakan salah satu stakeholder perusahaan. Munculnya kewajiban perusahaan
untuk melaksanakan CSR menjadi beban tambahan bagi perusahaan, disamping harus
membayar pajak kepada pemerintah, perusahaan juga harus menyediakan dana
tambahan untuk program CSR. Upaya pemerintah dalam mendorong perusahaan
untuk melakukan CSR demi terciptanya kesejahteraan masyarakat dan terjaganya
lingkungan hidup, tidak hanya melalui penerapan undang-undang yang mewajibkan
perusahaan untuk melakukan CSR tetapi juga mengenai sanksi pada perusahaan yang
tidak melakukannya.
Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak juga memberikan apresiasi atau
insentif bagi perusahaan yang melakukan CSR antara lain dengan menerapkan
kebijakan deductible expense for CSR expenditure sebagaimana yang tertuang dalam
Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 (selanjutnya disebut UU
PPh). Hal tersebut diatas menunjukkan pemerintah terus melakukan upaya untuk
semakin
mendorong
perusahaan
untuk
melaksanakan
CSR
yaitu
dengan
pembaharuan undang-undang yang mengatur tentang CSR. Dengan ditetapkannya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
CSR menjadi deductible expense maka diharapkan perusahaan tidak akan melakukan
tindakan penghidaran pajak dikarenakan pajak yang dibayarkan oleh perusahaan akan
lebih ringan dibandingkan sebelum peraturan UU PPh tersebut dikeluarkan. Namun,
di sisi lain penerapan UU PPh ini dikhawatirkan pula dapat membuat tingkat
penghidaran pajak perusahaan meningkat. Hal tersebut dikarenakan adanya usaha
perusahaan untuk terus memperkecil nilai pajaknya dengan sengaja meningkatkan
biaya CSR perusahaan.
Sebuah perusahaan merupakan Wajib Pajak sehingga kenyataannya bahwa
suatu aturan struktur corporate governance mempengaruhi cara sebuah perusahaan
dalam memenuhi kewajiban pajaknya, tetapi di sisi lain perencanaan pajak tergantung
pada dinamika corporate governance dalam suatu perusahaan (Friese, Link dan
Mayer, 2006). Dalam mekanisme corporate governance telah diatur penerapanpenerapan yang harus dilakukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat terus
berkembang namun tidak melanggar aturan pemerintah, seperti tetap patuh dalam hal
pembayaran pajak. Corporate governance (CG) menunjukkan perbedaan kepentingan
antara manajer dan pemilik suatu perusahaan yang berkaitan dengan keadaan baik
buruknya tata kelola suatu perusahaan terhadap tindakan pengambilan keputusan
perpajakannya. Banyaknya perusahaan yang melakukan penghindaran pajak
membuktikan bahwa corporate governance belum sepenuhnya dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan publik di Indonesia.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
Corporate governance yang lemah menjadi salah satu penyebab terjadinya
kendala tersebut. Ciri utama dari lemahnya corporate governance adalah adanya
tindakan mementingkan diri sendiri di pihak manajer perusahaan (Darmawati dkk,
2004). Investor sebagai principal, mempercayakan dananya kepada perusahaan dan
tidak bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan dan operasional perusahaan.
Tetapi manajer sebagai agent, melakukan manipulasi demi kepentingannya sendiri,
sehingga membuat investor kehilangan kepercayaan dan menyebabkan penarikan
dana oleh investor atas dana yang telah ditanam sebelumnya (Frysa, 2011).
Penelitian mengenai tax avoidance, corporate governance dan corporate
social responsibility telah banyak dilakukan di luar negeri di antaranya Khurana dan
Moser (2009), Timothy (2010), Kim, Li, dan Li (2010), Sartori (2010), Huseynov dan
Klamm (2012), dan Lanis dan Richardson (2012). Di Indonesia sendiri, isu-isu
mengenai corporate governance, corporate social responbility, dan tax avoidance
merupakan hal yang sangat menarik untuk diperbincangkan mengingat Indonesia
menganut sistem self assessment dalam pembayaran pajaknya sehingga ada
kemungkinan wajib pajak untuk melakukan tindakan perencanaan pajak. Namun
penelitian mengenai pengaruh corporate governance dan corporate social
responbility terhadap tax avoidance masih terbatas dilakukan di Indonesia.
Berikut ini beberapa penelitian sebelumnya
yang meneliti tentang
penghindaran pajak, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh I Dewa Ayu Intan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
Pradnyadari (2015) yang menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap agresivitas pajak.
Penelitian yang dilakukan oleh Yasti Maesarah, Siti Atikah, Wahidatul
Husnaini (2014) hanya mampu memberikan bukti secara empiris bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Sedangkan leverage, capital
intensity, inventory intensity dan corporate social responsibility serta variabel kontrol
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu profitabilitas perusahaan dan pertumbuhan
perusahaan tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Penelitian Jessica dan Agus Arianto Toly (2014) menunjukan tidak adanya
pengaruh signifikan antara pengungkapan CSR terhadap agresivitas pajak. Namun
jika pengungkapan pajak diuji secara bersama sama dengan variable control antara
lain ukuran perusahaan, leverage, capital intensity, Research & Development
Intensity, Return On Asset menunjukan terdapat pengaruh terhadap agresivitas pajak.
Penelitian Poppy Ayuni Putri, Zaitul, dan Herawati menunjukan bahwa
Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance,
Komposisi Dewan Komisaris Independen tidak berpengaruh signifikan terhadap tax
avoidance,
Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance,
Kualitas Auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance, CSR
berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance, Variabel kontrol dalam penelitian
yaitu SIZE dan LEV tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
Berdasarkan latar belakang dan fenomena serta ketidak konsistenan penelitian
terdahulu, maka penulis ingin melakukan penelitian kembali terkait penghindaran
pajak. Penulis terdorong melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Performa
Corporate Social Responsibility dan Mekanisme Penerapan Good Corporate
Governance terhadap Tax Avoidance Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur
sektor industri barang konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun
2011-2014.
Pada penelitian selanjutnya, terdapat perbedaan variable independen, yaitu
Performa Corporate Social Responsibility dan Mekanisme Penerapan Good
Corporate Governance yang diproksikan dengan Komite audit dan Komisaris
Independen. Penulis juga menambahkan Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan
sebagai variabel kontrol. Selain itu, terdapat juga perbedaan pengambilan sampel
pada tahun periode, yaitu tahun 2011-2014 dengan tetap mengambil data sekunder
pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut :
1. Apakah performa corporate social responsibility berpengaruh secara
signifikan terhadap tax avoidance?
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
2. Apakah mekanisme penerapan good corporate governance yang diproksikan
dengan komite audit dan komisaris independen berpengaruh secara signifikan
terhadap tax avoidance?
C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris hal-hal berikut :
1. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh performa corporate social
responsibility terhadap tax avoidance
2. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh mekanisme penerapan good
corporate governance terhadap tax avoidance.
2. Kontribusi Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi semua pihak,
diantaranya sebagai berikut :
a. Bagi bidang akademik, penelitian ini dapat berkontribusi terhadap literatur
penelitian terkait dengan tax avoidance.
b. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat menunjukkan bahwa sikap perusahaan
akan memberikan dampak secara luas tidak hanya pada kinerja perusahaan
saja, tetapi juga sikapnya terhadap pajak.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
c. Bagi investor, bermanfaat sebagai bahan pertimbangan untuk mengevaluasi
tanggung jawab sosial suatu perusahaan yang dapat mempengaruhi
sustainability dan image perusahaan tersebut.
d. Bagi pihak regulator, seperti Direktorat Jenderal Pajak, penelitian ini
diharapkan
dapat memberikan manfaat untuk senantiasa
meningkatkan
pengawasan terhadap perpajakan sehingga aktivitas penghindaran pajak
minim
dan
penerimaan
pajak
meningkat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
secara
optimal.
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download