BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal didefinisikan sebagai kegiatan berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disisipkan guna memperdagangkan sahamsaham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedangang efek. Pengertian pasar modal yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat 1 adalah: ”Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.” Menurut Bambang Riyanto (2001:219) pengertian pasar modal adalah” ”Pasar modal (capital market) adalah suatu pengertian abstrak yang mempertemukan dua kelompok yang saling berhadapan tetapi berkepentingannya saling mengisi yaitu calon pemodal (investor) di satu pihak dan emiten yang membutuhkannya dana jangka panjang dilain pihak, atau dengan kata lain adalah bertemunya penawaran dan permintaan dana jangka menengah atau dana jangka panjang.” Pengertian pasar modal menurut Elton and Gruber (2003:14) adalah sebagai berikut : “Capital market securities include instruments with maturities greater than one year and those with nodesigned maturity of all.” Sedangkan menurut Gitman dan Joehnk (2005:36), pengertian pasar modal adalah: “Market in which long term securities with maturities greater than one year such as stocks, an bonds are bought and sold” Perbedaan antara definisi pasar modal dengan bursa efek dapat dilihat dari definisi menurut Bambang Riyanto (2001:219) yaitu: “Pasar modal dalam bentuk kongrit ialah bursa efek (securities/ stock exchange)” Sedangkan pengertian bursa efek menurut Undang-Undang no.8 pasal 1 butir 4 tentang pasar modal adalah: ”Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertrmukan penawaran jual dan beli efek, pihak-pihak lain dengan tujuan untuk memperdagangkan efek diantara mereka. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan pasar tempat terjadinya transaksi jual beli efek, sedangkan bursa efek adalah lembaga yang menyelenggarakan atau meyediakan sistem guna terlaksananya transaksi yang terjadi di pasar modal. 2.1.2 Fungsi Pasar modal Fungsi pasar modal pada satu negara yaitu sebagai berikut: 1. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan. 2. Pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk menentukan hasil (return) yang diharapkan. 3. Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. 4. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian, yaitu dengan membeli sebagian kecil saham perusahaan public. 5. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga. 2.1.3 Jenis-jenis Pasar Modal Penjualan saham (termasuk jenis sekuritas lain) kepada masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengann jenis ataupun bentuk Pasar Modal dimana sekuritas tersebut diperjualbelikan. Jenis-jenis Pasar Modal menurut Sunariyah (2004:12-14) ada beberapa macam, yaitu : 1. Pasar Perdana (primary market) Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan diperdagangkan oleh di pihak sebellum pasar sekunder. saham tersebut Pengertian tersebut menunjukkan, bahwa pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau sekuritas-sekuritas lainnya yang dijaul untuk pertama kalinya (penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa efek. Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang akan go-public (emiten), berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan. 2. Pasar Sekunder Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana. Jadi pasar sekunder dimana saham dan sekuritas lain diperjualbelikan secara luas, setelah melalui masa penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran pembeli dan penjual. 3. Pasar Ketiga Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar bursa (over the counter market). Bursa paralel merupakan suatu sistem perdagangan efek yang terorganisir di luar bursa efek resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Jadi, dalam pasar ketiga tidak memiliki pusat lokasi perdagangan yang dinamakan floor trading (lantai bursa). 4. Pasar Keempat Pasar Keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang saham lainnya tanpa melalui perantara perdagangan efek. Bentuk transaksi dalam perdagangan semacam ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar (block sale). 2.1.4 Peranan Pasar Modal Hampir semua negara didunia ini mempunyai pasar modal, yang bertujuan menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Pasar modal dalam suatu negara bisa berperan: Sebagai sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. (Jogiyanto 2003:11) a. Pasar Modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien. Investor dapat melakukan investasi pada beberapa perusahaan melalui pembelian efek-efek yang baru ditawarkan ataupun yang diperdagangkan di Pasar Modal. Sebaliknya, perusahaan dapat memperoleh dana yang dibutuhkan dengan menawarkan instrumen keuangan jangka panjang melalui Pasar Modal tersebut. b. Pasar Modal sebagai alternatif investasi Pasar Modal memudahkan alternatif berinvestasi dengan memberikan keuntungan dengan sejumlah risiko tertentu. c. Memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan berprospek baik. Perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek yang baik, sebaiknya tidak hanya dimiliki oleh sejumlah orang-orang tertentu saja, karena penyebaran kepemilikan secara luas akan mendorong perkembangan perusahaan menjadi lebih transparan. d. Pelaksanaan manajemen perusahaan secara profesional dan transparan. Keikutsertaan masyarakat dalam kepemilikan perusahaan mendorong perusahaan untuk menerapkan manajemen secara lebih profesional, efisien dan berorientasi pada keuntungan, sehingga tercipta suatu kondisi good corporate governance serta keuntungan yang lebih baik bagi para investor. e. Peningkatan aktivitas ekonomi nasional. Dengan keberadaan Pasar Modal, perusahaan-perusahaan akan lebih mudah memperoleh dana, sehingga akan mendorong perekonomian nasional menjadi lebih maju, yang selanjutnya akan menciptakan kesempatan kerja yang luas, serta meningkatkan pendapatan pajak bagi pemerintah. 2.1.5 Mekanisme Perdagangan Saham di Pasar Modal Suatu perusahaan (emiten) yang akan menggalang (go public) melalui bursa efek harus melakukan persiapan terlebih dahulu yaitu dengan melakukan persiapan penawaran umum kemudian mengajukan pernyataan pendaftaran di BAPEPAM. Setelah pernyataan dinyatakan efektif, emiten akan memasuki pasar perdana, yaitu penawaran efek kepada investor oleh penjamin emisi melalui agen penjualan yang ditunjuk. Proses ini kemudian dilanjutkan dengan masuknya emiten ke pasar sekunder, yaitu tempat perdagangan efek emiten setelah permohonan pencatatan efeknya di bursa diterima. Dengan masuknya emiten ke pasar sekunder berarti saham-saham perusahaan tersebut siap diperjual-belikan di antara para investor melalui perusahaan pialang dan harga saham akan terbentuknya berdasarkan adanya permintaan dan penawaran saham tersebut. Setelah perusahaan go public dan mencatatkan efeknya di bursa, maka emiten wajib menyampaikan laporannya secara rutin maupun laporan lain jika ada kejadian penting kepada BAPEPAM dan bursa efek Jakarta seluruh laporan yang di sampaikan oleh emiten kepada bursa, yaitu laporan adanya kejadian penting, secepatnya akan dipublikasikan oleh bursa kepada masyarakat pemodal melalui pengumuman di lantai bursa atau kepada masyarakat pemodal melalui pengumuman lantai bursa atau melalui papan informasi yang dapat diperoleh langsung oleh pemodal maupun melalui pialang. Hal ini menjadi penting, karena sebagian investor terutama publik tidak memiliki akses informasi langsung kepada emiten, dan untuk mengetahui kinerja perusahaan, investor sangat tergantung kepada informasi tersebut. Oleh karena itu kewajiban pelaporan di maksudkan untuk membantu penyebaran informasi, sehingga informasi tersebut dapat sampai secara tepat waktu dan tepat guna kepada investor. pelaksasanaan Kewajiban “keterbukaan pelaporan informasi” dan ini merupakan emiten yang disampaikan BAPEPAM dan bursa untuk kemudian dipublikasikan kepada masyarakat pemodal. 2.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pasar Modal Faktor-faktor yang mempengaruhi pasar modal menurut Suad Husna (1998:8) adalah sebagai berikut: 1. Supply sekuritas. Berarti harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas di pasar modal. 2. Demand sekuritas. Ini berarti masyarakat harus mempunyai dana yang cukup besar untuk dipergunakan untuk membeli sekuritas-sekuritas pasar saham yang ditawarkan. 3. Kondisi politik dan ekonomi. Politik yang stabil akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang akhirnya mempengaruhi supply dan demand sekuritas. 4. Hukum dan peraturan. Hukum yang jelas akan melindungi pemodal dari info yang tidak jelas. 5. Peran-peran lembaga pendukung pasar modal yang akan membantu kegiatan pasar modal secara tepat. Lembaga ini adalah: Kustodian, Biro Administrasi Efek, Wali Amanat, Akuntan, Notaris, Konsultan hukum, dan penilai. 2.1.7 Keuntungan dan Kerugian Investasi di Pasar Modal Bagi dunia pasar modal terdapat beberapa kentungan yang dapat diperoleh dalam berinvestasi di pasar modal. Keuntungan investasi di pasar modal yaitu: 1. Laba kapital, yaitu keuntungan dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi dari nilai beli sahamnnya. 2. Dividen, bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. 3. Saham perusahaan, seperti tanah atau aktiva berharga sejenis. Nilainya meningkat sejalan dengan waktu dan sejalan dengan perkembangan atau kinerja perusahaan. Dalam menjalankan suatu usaha pasti akan menemukan risiko dalam menjalankannya, investasi pasar modal pun bukan investasi tanpa risiko. Kerugian investasi di pasar modal adalah: 1. Rugi kapital, yaitu kerugian dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang rendah dari nilai beli saham. 2. Rugi kesempatan, kerugian berupa selisih suku bunga deposito dikurangi total hasil yang diperoleh dari total investasi. 3. Likuiditasi, kerugian karena perusahaan dilikuidasi dimana nilai likuidasinya lebih rendah dari harga saham. 2.2 Nilai Perusahaan 2.2.1 Pengertian Nilai Perusahaan Menurut Brigham dan Ehrhardt (2002) pengertian nilai perusahaan yaitu sebagai berikut: ”Value is determined by result as revealed in financial statement. Value of firm is stockholders wealth maximization, which translates into maximing the price of the firm’s common stock.” 2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan menurut Weston dan Copeland adalah sebagai berikut: 1. Liquidating Value Liquidating value is the amount that can be realized if an asset or a group of asset (the entire assets of a firm, for example) is sold separately from the organization that has been using them. 2. Book Value Book value is a accounting value a which asset is carried, and for stock book value per share is the firm’s total common equity common stock, capital or paid in surplus and accumulated and retained earnings-dividend by shares outstanding. 3. Market Value Market value is the price at which the asset can be sold, includes a liquidating value and a going concern value but only the higher of the two generally reffered to as the market value. 4. Reasonable Value Reasonable value basically involves estimating the future net cash flows, attributes to an asset; determining an appropriate capitalization, or discount rate; and the finding the present value of cash flow. 5. Valuation of Financial Instrument Valuation of financial instrument are characterized by varrying cash flow patterns. 2.3 Saham 2.3.1 Pengertian Saham Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau biasa yang di sebut emiten. Saham juga merupakan surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal, saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan itu. Dengan demikian jika seorang investor membeli saham, maka ia pun menjadi pemilik atau pemegang saham perusahaan. Fabozzi (2003:339) mendefinisikan saham sebagai berikut: “It represents an ownership interest in a corporation. Holders of equity securities are entitled to the earnings of the corporation when those earnings are distributed in the form of dividends; they are also entitled to a pro rata share of remaining equity in case of liquidation.” Jadi saham adalah surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), dimana saham tersebut menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan tersebut. 2.3.2 Jenis-jenis Saham Perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dana untuk membentuk struktur modal yang efisien ataupun untuk membiayai proyek yang akan dilakukan biasanya menggunakan alternative penjualan obligasi atau surat hutang perusahaan, pengunaan laba ditahan, penjualan saham baru, ataupun kombinasi diantaranya. Menurut Arifin (2004:46) menyatakan bahwa: “Saham diklasifikasikan berdasarkan tingkat penghasilan, kualitas laba perusahaan, kepekaan terhadap risiko pasar, sifat dan stabilitas EPS (Earning per Share) dan deviden, dan kepekaan terhadap pasar dan ekonomi.” Jenis-jenis saham antara lain: 1. Blue chips, yaitu saham unggulan dalam satu dan mempunyai pengalaman yang panjang dan stabil dalam laba dan dividen. 2. Income stock, yaitu saham yang memiliki pengalaman yang panjang dan berkelanjutan dalam pembayaran di atas rata-rata regular. 3. Growth stock, yaitu saham yang mengalami laju pertumbuhan yang tinggi secara konsisten dalam opersai dan laba. 4. Speculative stock, yaitu saham yang menawarkan harapan bahwa harganya akan naik. Saham tidak mengalami pengalaman sukses hasilnya tidak pasti dan tidak stabil, sering mengalami fluktuasi harga yang besar dan umumnya membayar deviden yang kecil atau tidak sama sekali. 5. Cyclical stock, yaitu saham yang penghasilannya berhubungan erat dengan kegiatan usaha umum. Harga saham ini mencerminkan keadaan ekonomi secara umum, dan naik/turun seperti dalam konjungtur. 6. Defensive stock,yaitu saham yang harganya tetap stabil (atau bahkan meningkat) bila kegiatan ekonomi menurun. Harga saham di bursa dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat kualitatif dan kuantitatif, antara lain pengaruh peraturan perdagangan saham, ketat tidaknya pengawasan atas pelanggaran oleh pelaku bursa, psikologi pemodal secara masal yang berubah-ubah antara optimistis dan pesimistis,dan lain-lain. 2.3.3 Karakteristik Saham Saham merupakan sumber dana eksternal perusahaan yang berasal dari pemilik, peserta atau pengambil bagian di dalam perusahaan yang akan tetap ditanamkan di dalam perusahaan yang bersangkutan, dan dana ini di dalam perusahaan tersebut menjadi “modal sendiri”. Adapun karakteristik modal sendiri menurut Sandig yang dikutip oleh Bambang Riyanto (2001;241) antara lain sebagai berikut: 1. Modal terutama terutama tertarik dan berkepentingan terhadap kontinuitas, kelancaran dan keselamatan perusahaan. 2. Modal dengan kekuasaannya dapat mempengaruhi politik perusahaan. 3. Modal yang mempunyai hak atas laba sesudah pembayaran bunga kepada modal asing. 4. Modal yang digunakan di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak terbatas atau tidak tertentu lamanya. 5. Modal yang menjadi jaminan, dan haknya adalah sesudah modal asing di dalam likuiditas. Menurut Tjiptono Darmaji (2001:5) beberapa karakteristik yuridis kepemilikan saham suatu perusahaan antara lain: 1) Limited risk, artinya pemegang saham hanya bertanggung jawab sampai jumlah yang disetorkan ke dalam perusahaan. 2) Ultimate control, artinya pemegang saham (secara kolektif) akan menentukan arah dan tujuan perusahaan. 3) Residual claim, artinya pemegang saham merupakan pihak terakhir yang mendapat pembagian hasil usaha perusahaan. Didalam saham terdapat hak suara, selain itu didalam saham terkandung risiko karena pemegang saham merupakan pihak terakhir yang mendapat pembagian hasil usaha perusahaan sehingga kompensasi bagi pemegang saham harus lebih tinggi dibanding pemegang modal pinjaman atau kreditur. Kesimpulannya saham sebagai modal sendiri merupakan modal jangka panjang yang diperoleh dari pemilik perusahaan atau pemegang saham. Sebagai modal sendiri, saham diharapkan tetap berada dalam perusahaan untuki jangka waktu yang tidak terbatas (tanpa jatuh tempo). 2.3.4 Harga Saham Menurut Bollhorn (2000:1) definisi harga saham adalah sebagai berikut: “financial theorist define stock price as the present value of all future earnings expectations for company divided by its number of shares outstanding”. Sedangkan Menurut Djoko Susanto dan Agus Sabardi (2002;34) yang dimaksud dengan harga saham sebagai berikut: “harga saham yaitu harga yang ditentukan secara lelang kontinu” Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa harga saham yaitu nilai pasar dari selembar saham sebuah perusahaan atau emiten yang ditentukan secara lelang yang terjadi di pasar sekunder (Bursa efek). Terdapat berbagai jenis harga saham di pasar modal. Beberapa diantaranya yang berkaitan dengan penelitian adalah : 1. Harga pasar saham adalah harga dimana penjual dan pembeli menyepakati pada saat mereka memperdagangkan saham. 2. Harga saham di pasar sekunder (secondary market) memiliki pengertian yang sama dengan harga pasar, yaitu harga dimana penjual dan pembeli menyepakati pada saat mereka memperdagangkan saham. 3. Harga saham di pasar primer (primary market) merupakan harga yang didasarkan pada kesepakatan antar perusahaan dengan investor (direct placement) atau didasarkan pada kesepakatan antara perusahaan dengan investment banker (indirect placement). 4. Harga saham di pasar Ketiga (third market) merupakan harga negosiasi. Seperti dikemukakan diatas bahwa pasar ketiga merupakan bagian dari pasar Over the counter (OTC). Pasar OTC di adakan oleh pemegang saham yang memperdagangkan saham untuk kepentingan sendiri. Dalam hal ini harga saham ditentukan berdasarkan negosiasi antara pedagang saham dan investor. 5. Harga saham di pasar keempat (fourth market) merupakan harga yang disepakati oleh institusi-institusi besar yang bertransaksi. Instistusiinstitusi ini melakukan transaksi diluar bursa efek dengan menggunakan alat komunikasi. 6. Harga saham pembukaan adalah harga saham untuk pertama kalinya diperdagangkan pada hari bursa. Harga saham penutupan adalah harga saham terakhir diperdagangkan baik dalam satu hari, satu minggu, satu bulan atau satu tahun. 7. Indeks Harga Indeks harga saham merupakan indicator yang menggambarkan pergerakan harga-harga saham. Saat ini BEJ memiliki lima macam indeks harga saham, yaitu: a) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menguraikan semua saham tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. b) Indeks sektoral, merupakan sub indeks dari IHSG. Semua saham yang tercatat di BEJ di klarifikasikan ke dalam sektor menurut klarifikasi industry yang telah ditetapkan BEJ yang diberi nama JASICA (Jakarta Stock Exchange Clasification). c) Indeks LQ 45, menggunakan 45 saham yang terpilih setelah melalui beberapa macam seleksi. Indeks ini terdiri dari 45 saham yang likuiditas tinggi, seleksi saham-saham tersebut mempertimbangkan kapitalisasi pasar. d) Jakarta Islamic Index (JII), menggunakan 30 saham yang masuk dalam criteria syariah dan termasuk saham-saham yang liquid. Criteria pemilihan saham dalam Jakarta Islamic Index melibatkan pihak pengawas dewan syariah. e) Index Individual, yaitu index masing-masing saham terhadap harga dasarnya. 2.3.5 Nilai Saham Saham adalah surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan yang go public. Nilai saham ditentukan oleh perkembangan perusahaan penerbitnya. Jika perusahaan penerbit mampu menghasilkan keuntungan yang tinggi, perusahaan tersebut akan dapat menyisihkan bagian keuntungan sebagai deviden dalam jumlah yang tinggi pula. Pemberian deviden yang tinggi akan menarik minat investor untuk membeli saham tersebut. Hal ini mengakibatkan permintaan atas saham yang bersangkutan akan meningkat yang pada akhirnya akan mendorong naiknya nilai saham. Menurut Ali Arifin (2004:45) Nilai dari suatu saham terbagi atas: 1. Nilai Intrinsik, yaitu harga yang diharapkan dari saham pada setiap akhir tahun pertama dari saham hari ini sebagaimana dilihat oleh investor tertentu pada waktu melakukan analisis. 2. Nilai Par (Par value), digunakan untuk menunjukkan nilai mominal, yakni nilai akuntansi yang menjadi dasar penilaian kewajiban hukum pemegang saham. 3. Nilai Buku (Book Value), menunjukkan besarnya penyertaan pemegang saham (stockholder’s equity) di perusahaan. Nilai buku perlembar saham diperoleh dengan membagi nilai buku ekuitas dengan jumlah lembar saham yang ada. 4. Nilai Pasar (Market Value), yaitu harga pasar yang berlaku dari suatu emisi saham, dan merupakan petunjuk bagaimana para pelaku pasar secara keseluruhan mengukur nilai dari saham itu. Nilai sebuah saham sesungguhnya ditentukan oleh kondisi fundamental suatu perusahaan. Investor membuat keputusan menanam uangnya dengan membeli saham setelah mempertimbangkan laba emiten, pertumbuhan penjualan, dan aktiva selama kurun waktu tertentu. Disamping itu, prospek perusahaan ini dimasa yang akan datang sangat penting untuk dipertimbangkan. 2.3.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Nilai saham dapat berubah setiap saat, tergantung kondisi pasar, persepsi investor terhadap perusahaan, informasi yang berkembang atau isu lain yang menerpa pasar modal. Nilai pasar saham ini dipengaruhi oleh faktor langsung dan tidak langsung. Disamping itu, harga saham pada dasarnya sangat terkait dengan kesehatan keuangan perusahaan. Ketika penghasilan perusahaan naik, keyakinan investor juga akan tinggi, maka harga sahampun biasanya naik. Jika perusahaan mengalami kerugian atau tidak mencapai target yang diharapkan harga saham biasanya jatuh. Menurut Damoddaran (2002:23) menyatakan bahwa: “Stock price determineded demand or trade between buyers and sellers. And price established flow demand.” Kemudian menurut Weston dan Brigham (2004:24), menyatakan bahwa harga saham perusahaan tergantung pada faktor-faktor berikut: 1. Proyeksi laba per saham, 2. Waktu diperolehnya laba, 3. Tingkat risiko dari proyeksi laba, 4. Proporsi utang perusahaan terhadap equitas (DER), 5. Kebijakan pembagian deviden (DPR). Selanjutnya menurut Damoddaran (2002:23) bahwa: “Stock price determineded demand or trade between buyers and sellers. And price established flow demand.” Kesimpulan dari kutipan diatas bahwa harga saham ditentukan oleh permintaan atau perdagangan harian antara penjual dan pembeli. Arus permintaan ditentukan oleh harga, apabila permintaan lebih besar dari pada penawaran, maka harga akan naik tetapi jika penawaran lebih besar dari permintaan harga akan turun. Selain itu ditentukan juga oleh kondisi perusahaan yang bersangkutan artinya makin baik kinerja perusahaan, makin tinggi laba, makin besar keuntungan yang dinikmati pemegang saham dan makin besar pula kemungkinan harga saham naik. Selain kinerja perusahaan, prospek, dan perkembangan industri dimana perusahaan berada, kondisi mikro dan makro ekonomi juga mempengaruhi harga suatu saham. 2.3.7 Analisis Terhadap Saham Dalam penentuan harga saham mengacu pada beberapa pendekatan teori penilaian. Dari investasi yang dilakukan investor, akan didapat dua potensi keuntungan yaitu dividend dan capital gain. Seperti yang diuraikan oleh Sutrisno (2001;2) tujuan investor berinvestasi sebagai berikut: “Pada umumnya para investor mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraannya yaitu dengan mengharapkan return dalam bentuk deviden maupun capital gain.” Adapun yang dapat dilakukan investor untuk mendapatkan keduan potensi keuntungan tersebut antara lain dengan membeli saham yang dalam jangka panjang menunjukan kinerja yang lebih baik dari rata-rata pasar serta membeli saham pada saat harganya murah dan menjual setelah harga naik (Rizky Permana Lukito:2006) Para analisis investasi pada umumnya menggunakan dua metode analisis untuk menjabarkan kedua formulasi diatas, yaitu metode fundamental analysis dan metode technical analysis, kedua metode ini dapatdigunakan secara terpisah atau digunakan secara sekaligus dalam menganalisis saham. 1. Analisis Teknikal Analisis teknikal meupakan suatu analisis mengenasi perilaku yang berlangsung perdagangan saham. dan menggabungkannya dengan pola-pola Menurut Husnan (2003:349) pengertian dari analisis teknikal adalah: “Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham (kondisi pasar) diwaktu yang lalu.” Sama halnya menurut Kamarudin Ahmad (2004:81): “Analisis teknikal menganggap bahwa saham adalah komoditas perdagangan yang pada gilirannya, permintaan dan penawarannya merupakan psikologis dari pemodal. Gambar 2.1 Kerangka Analisis Teknikal manifestasi kondisi Analisis Teknikal mencoba untuk Mengidentifikasi kapan gerakan Kondisi pasar dan atau Suatu saham Dengan menganalisis Perubahan harga lewat Indikator Teknis Grafik 2. Analisis Fundamental Analisis ini digunakan untuk mengevaluasi prospek masa mendatang, pertumbuhan dan profil perusahaan dalam kaitannya dengan perekonomian secara makro ekonomi nasional, pertimbangan industry perusahaan dan kondisi perusahaan itu sendiri. Menurut Husnan (2003:315) pengertian dari analisis fundamental adalah: “Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variael tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.” Sedangkan menurut Kamarudin Ahmad (2004:81) adalah: “Analisis fundamental adalah suatu pendekatan untuk menghitung nilai instrinsik saham biasa (common stock) dengan menggunakan data keuangan perusahaan. Gambar 2.2 Kerangka Analisis Fundamental Analisis Fundamental Penilaian 1. Manfaat yang diharapkan, baik dalam bentuk dividen maupun laba. 2. Risiko investasi yang akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang layak. Dilakukan Dengan Lakukan analisa terhadap: 1. Ekonomi atau Pasar 2. Industry Gunakan model Evaluasi Dividen atau menggunakan Model PER 2.4 Ruang Lingkup Manajemen Keuangan 2.4.1 Pengertian Manajemen Keuangan Secara harfiah manajemen dapat diartikan sebagai pengelola, sementara secara luas manajemen adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara mencapai suatu tujuan dengan efektif serta efisien dengan menggunakan bantuan melalui orang lain. Manajemen merupakan seni dan juga ilmu pengetahuan. Sehingga manajemen dapat dikatakan sebagai ilmu juga sebagai seni, dikatakan seni karena usaha manusiawi yang paling kreatif, karena tidak semua orang punya bakat atau kecakapan tentang seni. Keuangan memiliki ruang lingkup yang luas dan dinamis. Keuangan dapat berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan manusia dan organisasi. Untuk dapat memperoleh laba dalam melakukan suatu usaha diperlukan keuangan yang optimal untuk dapat berjalan dengan baik sehingga untuk dapat mengoptimalkan keuangan perusahaan maka diperlukan manajemen yang baik. Keuangan berhubungan dengan proses, lembaga, pasar, dan instrumen yang terlibat dalam transfer uang, diantara individu maupun antara bisnis dan pemerintah. Oleh karena itu, keuangan mempunyai hubungan yang erat terhadap ilmu manajerial. Pengertian manajemen keuangan sendiri mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan fungsi keuangan, yaitu dari yang hanya mengutamakan pada bagaimana cara memperoleh dana, sehingga sampai kepada pengertian yang memberikan perhatian terhadap penggunaan dana tersebut. Definisi manajemen keuangan menurut Brigham dan Ehrhardt (2002:5) adalah sebagai berikut: “Financial management is the broadest of the three areas, and the one with the greatest number of job opportunities.” Manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan. Mereka yang melaksanakan kegiatan tersebut sering disebut sebagai manajer keuangan. Definisi manajer keuangan menurut Gitman (2006:4) adalah sebagai berikut: “Financial manager is actively manages the financial affairs of any type of business, whether financial or nonfinancial, private or public, large or small, profit seeking or not-for-profit.” 2.4.2 Fungsi Manajer Keuangan Manajemen kesempatan kerja Keuangan yang terluas (keuangan karena perusahaan) setiap memiliki perusahaan pasti membutuhkan seorang manajer keuangan yang menangani fungsi-fungsi keuangan. Menurut Bambang Riyanto (2001 : 6) seorang manajer keuangan harus mengetahui atas tiga fungsi utama, yaitu : a. Menyangkut tentang keputusan alokasi dana, baik yang berasal dari perusahaan maupun dari luar perusahaan atau bentuk investasi yang bagaimana yang baik bagi perusahaan. b. Menyangkut tentang pengambilan keputusan pembelanjaan atau pembiayaan investasi. Hal ini menyangkut tentang memperoleh dana investasi yang efisien, komposisi sumber dana yang dipertahankan dan penggunaan modal dari dalam atau luar. harus c. Menyangkut tentang kebijakan dividen. Pada prinsipnya kebijakan dividen menyangkut tentang keputusan apakah laba yang diperoleh harus dibagikan kepada para pemegang saham atau ditahan guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. 2.4.3 Tujuan Manajer Keuangan Keputusan yang benar adalah keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Maka, untuk bisa mengambil keputusankeputusan keuangan yang benar, manajer keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Secara normatif, tujuan keputusan keuangan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan karena dapat meningkatkan kemakmuran para pemilik perusahaan (pemegang saham). Menurut Weston dan Copeland (1995:6) tujuan manajer keuangan adalah sebagai berikut: “Tujuan manajer keuangan adalah merencanakan untuk, memperoleh, dan menggunakan daya guna memaksimalkan nilai organisasi.” Gitman (2006:15) menyatakan bahwa: “Return and risk are, in fact, the key determinants of share price, which represent the wealth of the owners in the firm.” Memaksimalkan harga saham perusahaan (saham biasa) tidak sama dengan memaksimalkan keuntungan bersih atau keuntungan per lembar saham. Memaksimalkan keuntungan bersih bukan merupakan tujuan yang baik karena mengabaikan risiko dan penghasilan per lembar saham. 2.4.4 Peran Manajer Keuangan Berkaitan dengan pengambilan keputusan investasi, manajer keuangan akan terlibat secara langsung dalam perencanaan dan pengendalian penggunaan dana. Untuk mendanai investasi dan operasi perusahaan, manajer keuangan bertanggung jawab dalam memperoleh dana yang sesuai dengan kebutuhannya, baik mengenai jangka waktu, persyaratan maupun biayanya. Dana akan diperoleh baik dari pasar modal, bank, maupun sumber-sumber dana lainnya. Kelancaran aliran kas atau dana yang masuk dari luar ke dalam perusahaan untuk membiayai investasi dan operasi perusahaan sangat tergantung kepada kemampuan manajer keuangan dalam menjalankan fungsi pendanaan. Setelah dana diinvestasikan untuk membiayai operasi perusahaan dan mampu menghasilkan keuntungan, maka selanjutnya manajer keuangan juga akan terlibat dalam pengambilan keputusan mengenai berapa bagian dari keuntungan yang akan dibayarkan kepada pemilik perusahaan atau pemberi dana, dan berapa bagian yang akan diinvestasikan kembali (di-reinvestasikan) untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Dengan demikian manajer keuangan sangat berperan dalam melancarkan aliran kas atau dana dari luar ke dalam perusahaan, ataupun sebaliknya dari dalam ke luar perusahaan, yaitu pembayaran dividen kepada pemilik perusahaan dan pembayaran kembali utang kepada para kreditur. Manajer keuangan dapat mempunyai peranan yang demikian besarnya dalam memperlancar aliran kas atau dana tersebut disebabkan karena dia bertindak sebagai perantara (intermediary) yang berada pada posisi di antara sumber atau pemberi dana (pasar modal, bank pemberi kredit, dan lain sebagainya) di satu pihak dan operasi perusahaan di lain pihak. Peranan manajer keuangan dalam melancarkan aliran kas atau dana tersebut digambarkan oleh Brealey & Myers sebagai berikut: Gambar 2.3 Operasi perusahaan (sekelompok aktiva riil) Penjelasan: (2) (1) Pasar modal (pemodal yang Manajer sangat keuangan (4a) memiliki aktiva finansial) (3) (4b) 1. Kas diperoleh dengan menjual financial assets (saham, obligasi, dan sekuritas lainnya) atau mendapatkan kredit dari bank atau sumber dana lainnya (panah nomor 1). 2. Dana yang diperoleh dari pemberi dana digunakan untuk membeli real assets yang digunakan dalam operasi perusahaan (panah nomor 2). 3. Apabila perusahaan bekerja dengan baik, real assets akan menghasilkan aliran kas masuk (cash-inflows) yang lebih besar daripada jumlah yang dibayarkan pada investasi permulaan (panah nomor 3). 4. Pada akhirnya kas tersebut direinvestasikan (panah nomor 4a) atau dikembalikan kepada pemodal yang membeli sekuritas dari perusahaan tersebut atau bank pemberi kredit atau kreditur lainnya (panah nomor 4b). 2.5 Dividen 2.5.1 Pengertian Dividen Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Menurut Siegel dan Shim (1994; 152) dalam Kamus Istilah Akuntansi menyatakan dividen adalah pembagian penghasilan yang dibayarkan kepada pemegang saham berdasarkan pada banyaknya saham yang dimiliki. Sedangkan menurut Thimothy dan Andrew menyatakan bahwa: “Dividend are cash payment that corporations make to their common stoke holders. Dividend provide the return common stock holders receive form the firm for the equity capital they have supplied. Even companies that, do not currently pay dividend reinvest in the firm the earning they generate. In this way they increase the ability of the firm to pay dividend in the futures.” (1997:392) Sementara itu Ross, Westerfield dan Jeffe (2002;457) menyatakan bahwa: “Payment made by a firm to its owners, either in cash or in stock. Also called the income component of the return on investment in stock.” Arti dari pernyataan diatas bahwa pembayaran dividen dilakukan perusahaan kepada pemegang saham baik berbentuk tunai atau saham. Juga dapat dikatakan sebagai komponen pendapatan yang didapat dari pengembalian investasi saham. 2.5.2 Jenis-jenis Dividen Selain didistribusikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash atau uang tunai, dividen dapat dibayarkan dalam bentuk lain. Menurut Syahrul dan Nizar (2001:307) serta Damodaran (2001:660) jenisjenis dividen yang dibagikan kepada pemegang saham oleh perusahaan sebagai berikut: 1. Cash Dividend Adalah dividen yang dibagikan oleh perusahaan dalam bentuk tunai atau kas. 2. Stock Dividend Adalah dividen yang diberikan perusahaan kepada para pemegang saham dalam bentuk saham. Hal ini dimaksudkan untuk mengkapitalisasi pendapatan perusahaan sehingga tidak ada asset yang diberikan. 3. Property Dividend Merupakan dividen yang dibayarkan dalam bentuk aset selain kas, baik itu berupa peralatan, real estate, atau investasi, tergantung dari keputusan dewan direksi. 4. Sricp Dividend Merupakan dividend yang diberikan perusahaan dalam dua kali pembayaran atau lebih. Umumnya dividen ini dibagikan dalam bentuk khusus dari note payable. 5. Liquidating Dividend Adalah dividen yang diberikan oleh perusahaan dengan tidak berdasarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan, tetapi merupakan pengurangan paid in capital. Jenis ini jarang digunakan, biasanya dibayar ketika perusahaan menurunkan kegiatan operasinya secara permanen atau mengakhiri segala urusannya. 2.3.5 Prosedur Pembayaran Dividen Menurut Brigham dan Ehrhardt (2002:741) menyatakan bahwa prosedur pembagian dividen yang aktual adalah sebagai berikut: 1) Declaration date (Tanggal pengumuman), merupakan tanggal pada saat mana direksi perusahaan mengumumkan rencana pembagian dividen. 2) Holder of record date (Tanggal pencataan pemegang saham), merupakan hari terakhir untuk mendaftarkan diri sebagai pemegang saham agar berhak menerima dividen yang akan dibagikan perusahaan. 3) Ex-dividend date (Tanggal ex-dividen), adalah tanggal pada saat mana hak atas dividen periode berjalan dilepas dari sahamnya. Biasanya jangka waktunya adalah empat hari kerja sebelum tanggal pencatatan saham. 4) Payment date (Tanggal pembayaran), adalah tanggal pada saat perusahaan benar-benar mengirimkan cek dividen. Menurut Gitman (2006:509) menyatakan bahwa: “Whether and in what amount to pay cash dividends to corporate stockholders is decided by the firm’s board of directors at quarterly or semiannual meetings. The past period’s of financial performance and future outlook, as well as recent dividends paid, are key inputs to the dividend decision. The Payment date of cash dividend, if one declarated, must also be established. 2.5.4 Pandangan Mengenai Dividen Terdapat tiga pandangan yang dicatat oleh Brigham dan Gapenski (1996), yaitu: 1) Modigliani dan Miller Berpendapat bahwa kebijakan dividen adalah tidak relevan karena tidak mempengaruhi sama sekali nilai perusahaan atau biaya modalnya. Nilai perusahaan tergantung pada kebijakan investasi asetnya, bukan pada berapa laba yang akan dibagi untuk dividend an laba yang tidak dibagi. Oleh karena itu, menurut MM tidak akan pernah ada kebijakan optimal. 2) Gordon dan Litnert Dalam teorinya bird-in-the-hand, berpendapat bahwa dividen lebih baik daripada capital gain, karena dividen yang dibagi kurang berisiko lagi, oleh karena itu, perusahaan semestinya membentuk rasio pembayaran dividen yang tinggi yang menawarkan dividend yield yang tinggi agar dapat memaksimalkan harga sahamnya. 3) Litzenberger dan Ramaswamy Berpendapat bahwa investor lebih menyukai retained earnings daripada deviden, karena pertimbangan pajak yang dikenakan pada capital gain lebih rendah. Teori ini menyarankan agar perusahaan seharusnya membayarkan dividen yang rendah bila ingin memaksimalkan harga sahamnya. 2.6 Kebijakan Dividen 2.6.1 Pengertian Kebijakan Dividen Kebijakan dividen merupakan suatu keputusan untuk menginvestasikan kembali laba yang diperoleh dari hasil operasi atau untuk membagikannya kepada pemegang saham. Dividen merupakan faktor yang menarik bagi investor, pemegang saham dan perusahaan, karena hal ini menunjukan besarnya pendapatan yang diterima oleh pemegang saham. Menurut Shapiro, Shaldon dan Balbirer, pengertian kebijakan dividen adalah: “ Dividend policy is the decision of profits between payments to shareholders and reinvestment in the firm. As such it is an important component of the firm’s long run financing strategy. Earnings retained in the firm can fund additional investment or retire debt.” Pengertian Kebijakan Dividen menurut Gitman, Juchau, dan Flanagon adalah: “Dividend policy is affected by certain legal, contractual internal constraints as well as growth prospect, owner considerations and market considerations. The three basic type of dividend policy: with a constant-payout ratio dividend policy, the firm pays as fixed percentage of earnings out to the owners each period with this policy, dividends move up and down with earning, and no dividend is paid when a loss occurs.” 2.6.2 Teori Kebijakan Deviden Dalam teori kebijakan dividen beberapa faktor penting yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah kesempatan investasi yang tersedia, kesempatan dan biaya modal alternative, dan preferensi pemegang saham untuk menerima pendapatan saat ini atau menerimanya dimasa yang akan datang. Dalam bukunya Agus Sartono (2001:282) mengemukakan beberapa teori tentang kebijakan dividen yang telah dikenal, yaitu antara lain : 1. Dividend Irrelevance Theory Teori ini mengatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak memiliki pengaruh, baik terhadap nilai perusahaan (firm’s value) maupun biaya modal (cost of capital). Teori ini dikemukakan oleh Merton Miller dan Franco Modigliani (MM). MM mengatakan nilai dari suatu perusahan tergantung hanya dari pendapatan yang dihasilkan oleh assetnya, bukan dengan bagaimana pendapatan itu dibagikan menjadi dividend an laba ditahan. Asumsi mereka dalam teori ini adalah: 1) Tidak ada pajak pendapatan perorangan atau perusahaan 2) Tidak ada flotasi saham atau biaya transaksi. 3) Bahwa financial laverage tidak terpengaruh terhadap biaya modal. 4) Bahwa investor dan manajer memiliki informasi yang sama mengenai prospek perusahaan dimasa yang akan datang. 5) Bahwa pembagian pendapatan antara dividen dan laba ditahan tidak berpengaruh terhadap biaya kepemilikan (cost equity) perusahaan. 6) Bahwa anggaran modal perusahaan tidak tergantung pada kebijakan dividennya. Asumsi-asumsi diatas tidak terjadi pada dunia nyata. Perusahaan dan investor membayar pajak pendapatan; perusahaan mengalami flotasi biaya; manajer sering lebih kali lebih tau mengenai prospek perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan dengan investor, investor membayar biaya transaksi; dan pajak serta biaya transaksi dapat menyebabkan biaya kepemilikan oleh kebijakan dividennya. MM menyatakan bahwa semua teori ekonomi didasarkan pada asumsi-asumsi sederhana dan bahwa validitas dan suatu teori harus di uji secara empiris, bukan dengan merealisasikan asumsi-asumsi. Kesimpulan dan teori ini tidak ada kebijakan dividen yang optimal karena kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan, suatu kebijakan dividen sama baiknya dengan kebijakan dividen lainnya. 2. Bird-in-the-hand Theory Teori menyatakan dimana nilai suatu perushaan akan maksimal dengan rasio pembayaran dividen yang tinggi. Pendapat ini dinyatakan oleh Myron Gordon dan John Lintner diberi nama Bird-in-the-hand Theory karena menurut mereka investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen daripada menunggu capital gain. Gordon dan Litner beranggapan bahwa investor memandang satu burung ditangan akan lebih berharga dari seribu burung di udara. Kesimpulan dari teori ini adalah suatu perusahaan harus menetapkan rasio pembayaran dividen yang tinggi dan menawarkan perolehan dividen yang tinggi untuk memaksimalkan harga sahamnya. 3. Tax Preference Theory Pertama harus disadari bahwa bagi investor yang dikenai pajak pendapatan perorangan, pendapatan yang relevan baginya adalah pendapatan setelah pajak. Dengan demikian tingkat keuntungan yang diisyaratkan juga setelah pajak. Pendapat ketiga setelah Mondigliani-Miller dan Gordon Lintner adalah pendapat dari kelompok para akademisi yang cenderung menyarankan bahwa perusahaan sebaiknya menentukan dividend pay out yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen. Pendapat ketiga ini ternyata bertentangan dengan pendapat Gordon-Lintner sebelumnya. Kesimpulan dari teori ini adalah investor lebih memilih laba ditahan dari pada dengan dividen karena keuntungan pajak capital gain. Teori ini menyarankan perusahaan harus menahan pembayaran dividennya pada tingkat yang rendah jika mereka ingin memaksimalkan harga sahamnya. Teori-teori lain yang dapat mempengaruhi pandangan kita mengenai kebijakan dividen menurut Ross (2002 ; 514-515) sebagai berikut : a. Information Content of Dividend (Information Content, or Signaling hypothesis) Bila diperhatikan kembali pendapat Moligliani-Miller (MM) bahwa kebijakan dividen adalah tidak relevan dengan mengasumsikan baik investor mauoun manajer memiliki penilaian yang sama terhadap perusahaan dan kebijakan dividen atau kebijakan distribusi pendapatan dimasa yang akan datang. Dalam kenyataannya manajer cenderung memiliki informasi yang lebih baik tentang prospek perusahaan dibandingkan dengan investor atau pemegang saham. Hal ini mengakibatkan investor menilai bahwa capital gain lebih beresiko dibandingkan dengan dividen dalam bentuk kas. Pada kenyataannnya sering terjadi bahwa pembayaran dividen selalu diikuti dengan kenaikan harga saham, sedangkan penurunan dividen akan diikuti dengan penurunan harga saham (Ross, 2002 : 514). Hal ini menunjukan bahwa investor secara keseluruhan lebih menyukai pembayaran dividen dari pada capital gain. Tapi MM melihat kecenderungan ini dengan menyatakan bahwa perusahaan cenderung enggan untuk menurunkan tingkat dividen mereka, sehingga perusahaan hanya akan meningkatkan dividen apabila prospek keuntungan dimasa yang akan datang lebih baik atau paling tidak stabil. MM selanjutnya berpendapat bahwa kenaikan dividen ini oleh investor dilihat sebagai tanda atau sinyal bahwa prospek perusahaan dimasa yang akan datang lebih baik. Sebaliknya penurunan dividen akan dilihat sebagai tanda bahwa prospek perusahaan menurun. Kenyataan bahwa harga saham mengikuti perubahaan dividen semata-mata karena adanya information content dalam pengumuman dividen. b. Clientele Effect Teori ini merupakan teori mengenai kecenderungan suatu perushaan untuk menarik investor yang menyenangi kebijakan dividen perusahaan tersebut. Misalnya suatu perusahaan menetapkan kebijakan perusahaan tertentu, yang di anggap menarik bagi orang-orang yang terdiri dari investor-investor yang menyenangi kebijakan dividen. Contohnya para pemegang saham seperti pensiunan dan janda, mereka lebih menyukai current income dibandingkan capital gain dimasa mendatang, sehingga mereka menginginkan perusahaan membayar rasio dividen yang tinggi. Pemegang saham lainnya, yang tidak memerlukan current investment income akan menginvestasikan kembali dividen yang diterimannya, setelah membayar pajak pendapatannya, sehingga mereka lebih menginginkan rasio pembayaran dividen yang rendah. Kesimpulannya adalah investor yang menginginkan current investment income akan membeli saham perusahaan dengan pembayaran dividen tinggi, sementara mereka tidak menginginkan current cash income akan melakukan investasi pada perusahaan yang membayar dividen rendah. Hal ini menekankan bahwa perusahaan harus menetapkan kebijakan khusus yang dianggap sangat layak oleh manajemen dan membiarkan para pemegang saham yang tidakmenyukai kebijakan tersebut untuk menjual saham mereka kepada investor yang menyukai kebijakan tersebut. Tapi dengan pergantian investor akan menimbulkan biaya, karena biaya perantara, pemegang saham yang menjual sahamnya harus membayar pajak untuk capital gain yang mereka terima, kemungkinannya bahwa hanya sedikit pemegang saham yang menyukai kebijakan dividen perusahaan yang baru. Oleh sebab itu maka sebaiknya perusahaan tidak terlalu sering untuk mengubah kebijakan dividennya, karena perusahaan semacam itu akan mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian. Namun jika perusahaan mempuunyai alasan yang baik yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan, dan juka cukup banyak investor yang menyukai kebijakan baru tersebut maka permintaan terhadap saham dapat melebihi biaya yang berhubungan dengan perubahan kebijakan yang terjadi sehingga mengarah pada kenaikan harga saham. 2.6.3 Jenis-jenis Kebijakan Dividen Kebijakan dividen suatu perusahaan mewakili rencana dari tindakan yang diikuti kapanpun keputusan dividen harus dibuat. Tujuan dasar dari kebijakan dividen yaitu memaksimalkan kemakmuran pemilik perusahaan dan menyediakan keuangan yang mencukupi. Tipe-tipe kebijakan dividen menurut Gitman (2003, 571:572) sebagai berikut: a. Constant-Payout-ratio dividend policy Menurut Gitman (2003:570) pengertian dari payout ratio adalah sebagai berikut: “Indicates the percentage of each dollar earned that is distributed to the owners in the from cash; calculated dividing the firm’s cash dividend per share by it’s earning per share.” Yang artinya mengindikasikan persentase atas tiap dollar dari pendapatan yang dibagikan kepada pemilik saham dalam bentuk kas atau tunai; perhitungan pembagian dividen tunai perusahaan per lembar dari pendapatan perlembar sahamnya. Yang dimaksud dengan Constant-Payout-ratio dividend policy menurut Gitman (2003:570) adalah: “A dividend policy based on the payment of a certainty percentage of earnings to owners each dividend period.” Yang artinya suatu kebijakan dividen berdasar pada pembayaran dengan persentase pasti dari pendapatan kepada pemilik saham pada setiap periode dividen. b. Regular Dividen Policy Yang dimaksud dengan regular dividend policy menurut Gitman (2003:571) adalah: “A dividend policy based on payment of a fixed dollar dividend in each period” Yang artinya kebijakan dividen berdasarkan pembayaran dengan dividen dalam jumlah dollar yang tetap dalam setiap periode. Adapun yang dimaksud dengan target dividend payout ratio itu sendiri menurut Gitman (2003:571) adalah sebagai berikut: “A policy under which the firm attempt to payout ratio a certain percentage of earnings as a stead dollar dividend, which it adjust toward a target payout as proven earning in creases occur” Yang artinya suatu kebijakan dimana perusahaan mencoba untuk membayar persentase tertentu dari pendapatan sebagai dividen dollar, yang mana kebijakan tersebut membuat penyesuaian kearah suatu target pembayaran ketika terbukti terjadi penggandaan dalam pendapatan. Dalam kebijakan dividen ini jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relative tetap selama jangka waktu tertentu, meskipun pendapatan per lembar sahamnya tiap tahun berfluktuasi. Dividen yang stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun, kemudian apabila pendapatan perusahaan meningkat dan kenaikan tersebut tampak mantap dan relative permanen barulah dividen per lembar saham dinaikan dan dividen yang sudah dinaikan ini akan dipertahankan untuk waktu yang relative panjang. c. Low-Regular- and Extra Dividend Policy Pengertian Low-Regular- and Extra Dividend Policy menurut Gitman (2003:572) adalah sebagai berikut: “A dividend policy based on paying a low regular dividend, supplemented by an additional dividend when earnings want it” Yang artinya suatu kebijakan dividen yang didasarkan pada pembayaran suatu dividen regular rendah, ditambah oleh suatu dividen tambahan ketika menjamin pendapatannya. Dengan kebijakan ini, perusahaan dapat menghilangkan ketidakpastian bagi investor mengenai pendapatan dividen yang diterimanya. Kebijakan semacam ini cocok untuk perusahaan yang pendapatannyaberfluktuasi. 2.6.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham menurut Sutrisno (2001:304): 1. Posisi Solvabilitas Perusahaan Apabila perusahaan dalam kondisi insolvensi atau solvabilitasnya kurang menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini disebabkan yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki posisi struktur modal perusahaan. 2. Posisi Likuiditas Perusahaan Cash Dividend merupakan arus kas keluar bagi perusahaan, oleh karena itu bila perusahaan membayarkan dividen berarti harus bisa menyediakan uang yang cukup banyak dan ini akan menurunkan tingkat likuiditas perusahaan. 3. Kebutuhan Untuk Melunasi Hutang Salah satu sumber dana perusahaan yaitu dari kreditor berupa hutang,baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang. Hutanghutang ini harus segera dibayarkan pada saat jatuh tempo, dan untuk membayar hutang-hutang tersebut harus disediakan dana. Semakin banyak hutang yang harus dibayar, semakin besar dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. 4. Rencana Perluasan Perusahaan yang berkembang di tandai dengan semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan, hal ini bisa dilihat dari perluasan yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin pesat pertumbuhan perusahaan, semakin pesat perluasan yang dilakukan perusahaan, semakin kecil dividend payoutnya. 5. Kesempatan Investasi Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibagi. Semakin terbuka kesempatan investasi, semakin kecil dividen yang dibayarkan sebab dananya digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi. Namun bila kesempatan investasi kurang baik, maka dananya lebih baik digunakan untuk membayar dividen. 6. Stabilitas Pendapatan Bagi perusahaan yang pendapatannya stabil, dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil. 7. Pengawasan Terhadap Perusahaan Apabila perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri, kemungkinan akan masuk investor baru dan tentunya akan mengurangi kekuasan pemilik lama dalam mengendalikan perusahaan. Menurut Gallagher dan Andrew (2004:463) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakn dividen adalah sebagai berikut: 1. Need for Fund Dividend to stockholders use fund that the firm could otherwise invest. Therefore, a company running short of cash or with ample capital investment opportunities may decide to pay little or no dividends. Alternatively, there may than abundances of cash or a dearth of good capital budgeting project available. This could lead to very large dividend payments. 2. Managements Expectations and Dividend Policy Firm’s managers perceive the future as relatively bright, on the one hand, may begin paying larges dividends in anticipation of being able to keep out during he good times a head. 3. Stockholders’ Preferences Investing earnings internally, instead of paying dividends, would lead to other stock prices and greater percentage of the total return coming from capital gains. Capital gains are profit earned when the price of a capital assets, with as common stock, increases. 4. Restrictions on Dividend Payments Firm may have dividend payments restrictions in its exiting bond indentures agreement. Sedangkan menurut C.Vanhorne (2002:446) menyatakan: “Yet when a company establishes a policy, it looks a number things. These considerations should be related back to the theory of dividend payout and the valuations of the firm. In what follows, we take up various factors that the firms in practice can and should analyze when approaching a dividend decisions.” 1. Funds Needs of the Firm 2. Liquidity 3. Ability to Borrow 4. Assessment of Any Valuation Information 5. Control 6. Restrictions in Bond indenture or Loan Agreement 7. Some Final Observations” 2.6.5 Kebijakan Dividen yang Optimal Kebijakan dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah kebijakan yang menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham. Salah satu fungsi yang terpenting dari dari financial manager adalah menetapakan alokasi dari keuntungan neto sesudah pajak atau pendapatan untuk pembayaran dividen di satu pihak dan untuk laba ditahan dilain pihak, dimana keputusan tersebut mempunyai pengaruh yang menentukan terhadap nilai dari perusahaan (the value of the firm). Menurut Brigham dan Ehrhardt (2002:699): “The firm’s optimal dividend policy must strike a balance between current dividends and future growth so as to maximize the stock price.” Oleh karena itu, manajer keuangan dalam menentukan kebijakan dividen perusahaan harus hati-hati, karena jika perusahaan menjalankan kebijakan untuk membagikan tambahan dividen tunai sehingga jumlah dividen yang dibagikan naik, hal ini dapat meningkatkan harga saham. Tetapi, meningkatnya dividen tunai, akan mengakibatkan jumlah dana yang tersedia untuk reinvestasi menjadi sedikit, sehingga tingkat pertumbuhan yang diharapkan untuk masa mendatang akan rendah, dan hal ini akan mengakibatkan turunnya harga saham. Jadi, perubahan besarnya dividen tersebut mengandung dua akibat yang saling bertentangan (Siti Komariah:2003). 2.6.6 Hubungan Kebijakan Dividen dengan Harga Saham keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam setiap periodenya akan didistribusikan kepada para pemegang saham, dan sebagian lagi akan ditahan untuk diinvestasikan lagi dalam bentuk yang lebih menguntungkan. Oleh karenannya manajemen harus dapat membuat suatu keputusan tentang besarnya keuntungan yang harus dibagikan kepada pemegang saham, dan beberapa yang harus ditahan untuk mendanai perkembangan atau pertumbuhan demi kelangsungan hidup perusahaan. Keputusan ini akan mempunyai pengaruh yang menentukan nilai perusahaan, dalam hal ini nilai perusahaan tercermin dalam harga sahamnya. Menurut Bollhorn (2000;1) definisi harga saham antara lain sebagai berikut : “Financial theorist define stock price as the present value of all future earning expectations for company dividend by its number of share outstanding” Yang artinya teori keuangan mendefinisikan harga saham sebagai nilai sekarang atas seluruh penndapatan yang diharapkan dimasa yang akan datang. Dividen adalah salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham tersebut. Menurut Sutrisno (2001;2) tujuan investor berinvestasi adalah sebagai berikut : “Pada umumnya para investor mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan yaitu dengan mengharapkan return dalam bentuk dividen maupun capital gain.” Dengan salah satu tujuan investor membeli saham untuk memperoleh return yang salah satunya dalam bentuk dividen, hal tersebut dapat membentuk permintaan investor terhadap saham-saham yang menawarkan dividen. Sesuai hukum permintaan dan penawaran, permintaan terhadap saham yang menawarkan return berupa dividen ini pada perkembangannya dapat menyebabkan perubahan harga saham. Menurut Sartono (2001;281) bahwa yang dimaksud dengan kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang. Pada perinsipnya kebijakan dividen ini menyangkut tentang apakan laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang. Semakin besar dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham, semakin sedikit dana yang tersedia untuk reinvestasi, sehingga tingkat pertumbuhan akan rendah dan hal ini akan menekan kepada harga saham. Kebijakan dividen tersebut menimbulkan dua akibat yang bertentangan. Oleh karena itu, penetapan besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham menjadi sangat penting dan merupakan tugas manajer keuangan untuk mengambil kebijakan dividen yang optimal. Artinya manajer keuangan harus mampu menjaga keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang yang memaksimumkan harga saham (Brigham dan Houston, 2004:14) Menurut Musklih (2001) Pengambilan keputusan yang tepat akan berdampak positif terhadap nilai perusahaan yang tercermin dalam speningkatan harga saham. Kebijakan dividen berpengaruh terhadap harga saham. Naik turunnya harga saham itu sendiri ditentukan oleh faktor internal perusahaan dan faktor eksternal. Faktor eksternal bersifat uncontrollable, untuk faktor internal seperti kebijakan dividen. Dengan mengetahui bagaimana kebijakan dividen dengan pengaruhnya terhadap harga pasar saham akan dapat membantu perusahaan dalam menentukan bagaimana seharusnya kebijakan dividen harus dilakukan sehingga tujuan perusahaan untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat tercapai melalui peningkatan harga saham. Menurut Sutrisno (2003;253) bahwa kemakmuran para pemegang saham diperhatikan dalam wujud semakin tingginya harga saham yang merupakan pencerminan dari keputusan kebijakan deviden. 2.7 Ownership Stucture Digunakan istilah struktur kepemilikan, Jensen dan Meckling (1976:120) memberikan alasan sebagai berikut : “We use the term ownership structure rather than capital structure to highlight the fact that crucial variables to be determined are not just the relative amount of debt and equity but also the fraction of the equity hold by the management.” Dalam perusahaan yang modern, yang berkenaan dengan kebijakan pembiayaan atau financing tidak hanya bagaimana menentukan proporsi long-term debt dengan modal sendiri (struktur modal) atau proporsi keseluruhan hutang dengan modal sendiri (struktur keuangan) tapi juga bagaimana pemisahan dari modal sendiri yang di pegang oleh manajemen perusahaan (insider) dengan pihak luar manajemen (outsider). Menurut Weston et al (1990:457) Pemahaman terhadap struktur kepemilikan ini sangat penting karena berhubungan dengan perusahaan seperti yang di ungkapkan bahwa: “The control mechanism called upon at a particular instance depend on the ownership structure of the firm, the composition of the firm’s board, the availability of outside bidders and dissident, and so on.” Untuk mencapai kinerja yang tinggi dapat dicapai oleh manajemen dengan menetapkan program dan kebijakan yang telah ditetapkan. Stuktur kepemilikan tercermin baik melalui instrument saham maupun instrument hutang sehingga melalui struktur tersebut dapat ditelaah kemungkinan dalam bentuk masalah keagenan yang mungkin terjadi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam struktur kepemilikan, antara lain: a. Kepemilikan sebagian kecil saham perusahaan oleh manajemen mempengaruhi kecenderungan untuk memaksimalkan nilai pemegang saham dibanding sekedar mencapai tujuan perusahaan semata. b. Kepemilikan yang terkonsentrasi memberi insentif kepada pemegang saham mayoritas untuk berpartisipasi secara aktif dalam perusahaan. c. Identitas pemilik menentukan prioritas tujuan sosial perusahaan dan d. maksimalisasi nilai pemegang saham, misalnya perusahaan milik pemerintah cenderung untuk mengikuti tujuan politik dibanding tujuan perusahaan. 2.7.1 Insider Ownership Insider ownership merupakan sebuah variabel determinan yang penting dalam kebijakan dividen suatu perusahaan (Taswan:2003). Perusahaan dengan insider ownership yang jumlahnya lebih besar mempunyai kinerja investasi yang lebih baik daripada perusahaan yang insider ownership kecil. Insider ownership yang besar juga merupakan sinyal yang baik bagi pemegang saham. Perusahaan yang mempunyai kinerja investasi yang baik cenderung menahan pendapatan perusahaan sebagai laba yang ditahan daripada membagikannya kepada pemilik saham dalam bentuk deviden. Sesuai dengan teori keagenan, konflik antara manajer dengan pemegang saham timbul karena adanya pemisah atas kepemilikan dan kontrol, pihak insider atau manajemen cenderung menginginkan pembagian deviden yang kecil, karena mereka menginginkan kelebihan aliran kas untuk membiayai investasi perusahaan, namun pihak insider cenderung memanfaatkan kelebihan aliran kas tersebut untuk memperkaya diri sendiri dan melakukan kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan kegitan utama perusahaan tanpa memikirkan kesejahteraan pemegang saham, dan cenderung merugikan pemegang saham. 2.7.2 Pengukuran Struktur Kepemilikan Menurut Jensen dan Meckling (1976:120), variable struktur kepemilikan terdiri dari tiga variable, yakni : insider equity (held by manager), outside equity (held by anyone outside of the firm), and debt (held by anyone outside of the firm). Dengan demikian modal sendiri dipisahkan antara pemegang saham dari dalam (manajer), dan pemegang saham dari luar (seseorang di luar perusahaan). Pemegang saham dari perusahaan ini masih dapat dilihat dari berapa besar share terhadap keseluruhan modal sendiri. Dalam penelitian ini, struktur kepemilikan diukur dengan prosentase kepemilikan saham oleh pihak direksi dan komisaris, karena kedua pihak tersebut dianggap sebagai pihak yang secara aktif ikut dalam pengambilan kebijakan perusahaan. 2.7.3 Teori Keagenan (Agency Theory) Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (principal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama principal serta memberi wewenang kepada agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi principal. Menurut Hendriksen (2000:221) menyatakan bahwa jika kedua belah pihak tersebut mempunyai yang sama untuk memaksimumkan utilitas, maka di yakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan principal. Dalam kerangka kerja manajemen keuangan, hubungan keagenan terdapat diantara pemegang saham dengan manajer, pemegang saham dengan kreditor (pemberi pinjaman) hubungan ketiganya dikemukakan oleh Brigham, Gapensky dan Daves (1999) yang dikutip dari Suhartono (2004;45). Berbagai konflik kepentingan dalam perusahaan baik antara manajer dengan pemegang saham, manajer dengan kreditur, atau antar pemegang saham disebabkan adanya hubungan keagenan atau agency relationship. Pihak principal dapat membatasi perbedaan kepentingannya dengan memberikan tingkat insentif yang layak kepada agen dan harus bersedia mengeluarkan biaya pengawasan atau monitoring cost untuk mencegah penyimpangan (hazard) dari agen. Hal tersebut dinamakan dengan biaya keagenan atau agency theory (Hendiksen,2000:221). Pada suatu perusahaan, konflik kepentingan ini terjadi antara manajemen dan pemegang saham atau stock holders. Konflik kepentingan tersebut dapat timbul dari adanya kelebihan aliran kas atau excess cash flow. Menurut Keown (2000:609) menyatakan bahwa: “perbedaan antara pemegang saham yang lebih meyukai investasi yang bersiko tinggi dengan memperoleh harapan return yang tinggi, sementara manajemen memilih investasi resiko yang lebih rendah untuk melindungi posisinya.” Ada beberapa Alternatif untuk mengurangi konflik kepentingan dan biaya keagenan atau agency cost: 1. Meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen. Kepemilikan ini akan menyejajarkan kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang saham. 2. Meningkatkan rasio deviden terhadap laba bersih atau dividend payout ratio, dengan demikian akan memperkecil jumlah aliran kas bebas atau free cash flows sehingga manajemen harus mencari sumber dana eksternal untuk pembiayaan investasi. Pengertian free cash flows itu sendiri adalah ketersediaan dana dalam jumlah yang melebihi kebutuhan untuk pendanaan investasi yang menguntungkan. Pembiayaan eksternal ini akan meningkatkan pengawasan oleh pihak eksternal seperti pengawas pasar modal, banker investasi atau investment banker dan investor. Apabila laba yang diperoleh dibagi sebagai dividen, maka kebutuhan investasi harus dicari dari sumber dana eksternal Pandu Pradessya (2006). 3. Meningkatkan pendanaan dengan hutang. Peningkatan hutang akan menurunkan skala konflik antara pemegang saham dan manajemen. Apabila perusahaan memerlukan kredit, maka harus siap untuk dievaluasi dan dimonitor oleh pihak eksternal dan akan mengurangi konflik antara manajemen dan pemegang saham. Selain itu, hutang juga dapat mengurangi kelebihan aliran kas atau excess cash flows yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan yang dilakukan oleh manajemen.