HUBUNGAN POSISI IBU MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI di DESA JETAK KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG Merri Andani1), Surjani2),Chicik Nirmasari3) 1) Mahasiswa AKBID Ngudi Waluyo 2) Staf Dosen AKBID Ngudi Waluyo 3) Staf Dosen AKBID Ngudi Waluyo [email protected] ABSTRAK Regurgitasi adalah kembalinya sejumlah makanan yang belum dicerna dari lambung dan jumlahnya hanya sedikit tanpa disertai kontraksi pada dinding lambung, meskipun normal regurgitasi yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi. Regurgitasi dapat terjadi dikarenakan posisi menyusui yang tidak tepat, aktivitas yang berlebihan, bayi tidak disendawakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan posisi ibu menyusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Penelitian ini menggunakan deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional yang jenis datanya berupa data primer dan sekunder. Populasinya adalah semua ibu yang menyusui bayi usia 0-6 bulan di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang sebanyak 38 ibu. Sampel yang digunakan juga 38 ibu yang menyusui bayi usia 0-6 bulan, yang tehnik pengambilannya secara total sampling. Alat pengumpulan datanya adalah cheklist kemudian dianalisis menggunakan distribusi frekuensi dan uji Chi Square. Ibu menyusui melakukan posisi menyusui dengan kategori tidak baik sebanyak 21 (55,3%), kategori baik sebanyak 17 (44,7%) dan kejadian regurgitasi dalam kategori yang mengalami 22 (57,9%), kategori tidak mengalami 16 (42,1%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,027< (0,05), berarti ada hubungan antar posisi ibu menyusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi di Desa jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Simpulanya bahwa semakin benar posisi ibu menyusui, maka semakin rendah kejadian regurgitasi. Diharapkan bagi ibu untuk memahami posisi menyusui yang benar untuk mencegah terjadinya regurgitasi pada bayi. Kata kunci : Posisi ibu menyusui, Regurgitasi. HUBUNGAN POSISI IBU MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI DI DESA JETAK KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG 1 ABSTRACT Regurgitation is the return of a number of foods which has not yet digested from the stomach and the numbers are only slightly without accompanied contractions in the stomach wall, although normal excessive regurgitation that can cause various complications which will disrupt the growth of a baby.Regurgitation can occur due to the position of breast-feeding that is not accurate excessive activity, infant not nitrous.The purpose of this research is to know the relationship position nursing mother with scene regurgitation on the baby in the village of jetak getasan sub-district district semarang This research use descriptive correlative with the approach of cross sectional data which the type of primary and secondary data .All of the population was the doting mother of children aged 6-0 month in the village of semarang jetak getasan district in as many as 38 mother .The sample used also 38 mothers who breast feeding infants aged 6-0 month , the overall sampling technique that the withdrawal . Instrumen data collection is cheklist then analyzed using a frequency distribution and the chi square . Nursing mothers do breastfeed position with categories is not good as much as 21 (55,3%), good category as much as 17 (44,7%) And the chain regurgitation in the category of that experienced 22 (57,9%), ategory not experienced 16 (42,1%). Statistical testing obtained the value ofp (0,027< (0,05). There was an association position a nursing mother with the genesis regurgitation on the baby in the village jetak, getasan semarang regerency. The right position in conclusion that nursing mother , then the lower the regurgitation .Is expected for nursing mothers to understand the position of the right to prevent regurgitation on a baby . Keywords: the position of a nursing mother , regurgitation . PENDAHULUAN Latar Belakang Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan. Bayi memiliki sistem tubuh yang belum sempurna seperti sistem pernafasan, sistem, sistem peredaran darah, sistem pengaturan suhu, dan sistem gastrointestinal (Sodikin, 2011). Merawat bayi memang tidak semudah yang dipikirkan banyak orang, apalagi bagi para orang tua baru. Banyak informasi dan pengetahuan tentang perawatan bayi yang harus digali. Ibu yang melewatkan untuk melakukan tekhnik, posisi menyusui secara benar dan menyendawakan bayinya setelah disusui, tentu saja bukan karena faktor kelalaian, melainkan karena faktor ketidak tahuan (Hidayat Aziz, 2010). Regurgitasi isi lambung sering terjadi pada bayi berumur 0-3 bulan (Behrman, 1992). Ketermpiln menyusui yang tepat dapat mendukung keberhsilan ibu didalam memberikan ASI. Keterampilan menyusui antara lain adalah bagaimana ibu memposisikan bayi dengan tepat sehingga akan melekatkan payudara (Rizki Natia Wiji,2013). Penyebab kegagalan menyusui adalah kesalahan ibu dalam memposisikan dan meletakkan bayi saat menyusui. Posisi menyusui dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring. Meskipun ketrampilan menyusui dapat dikuasai secara alami, ibu tetap harus memahami posisi menyusui yang benar. (Khasanah, 2011). Regurgitasi adalah kembalinya sejumlah makanan yang belum dicerna dari lambung, biasanya disertai sendawa (Wong, 2008). Regurgitasi jika terjadi secara berlebihan dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi apabila terjadinya tidak hanya setelah makan dan minum saja tetapi juga saat tidur meski aktivitas makan dan minum sudah dilakukan 3 jam yang lalu (Tampubolon, 2009). HUBUNGAN POSISI IBU MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI DI DESA JETAK KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG 2 Ada beberapa penyebab terjadinya regurgitasi pada bayi yaitu, bayi menelan udara pada saat menyusu, posisi saat menyusui yang tidak tepat, minum terburu-buru, atau bayi sudah kenyang tetapi tetap diberi minum karena orang tuanya khawatir kalau bayinya kekurangan makan (Sudarti, 2010) Regurgitasi yang banyak bisa terjadi akibat pemberian susu yang terlalu banyak. Jika susu yang diberikan melalui botol, regurgitasi bisa dikurangi dengan menggunakan dot yang lebih keras dan lubangnya lebih kecil. Lebih sering menyendawakan bayi disela-sela menyusui dan setelah menyusu juga dapat membantu mengurangi frekuensi regurgitasi, baik pada bayi yang disusui dengan ASI maupun dengan susu botol (Muslihatun, 2011). Jika terjadi regurgitasi secara berlebihan, frekuensi sering dan terjadi dalam waktu lama akan menyebabkan masalah tersendiri, yang bisa mengakibatkan gangguan pada bayi tersebut. Baik gangguan pertumbuhan karena asupan gizi berkurang karena asupan makanan tersebut keluar lagi dan dapat merusak dinding kerongkongan akibat asam lambung yang ikut keluar dan mengiritasi. Apalagi kalau sampai regurgitasi melalui hidung dan bahkan disertai muntah, dapat menyebabkan bayi tersedak (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Menurut WHO (2009) terdapat 35,6% ibu gagal menyusui bayinya dan 20% diantaranya adalah ibu –ibu di negara berkembang, sementara itu berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 dijelaskan bahwa 67,5% ibu yang gagal memberikan ASI eksklusif kepada bayinya adalah kurangnya pemahaman ibu tentang posisi menyusui yang benar. Data dari beberapa negara termasuk indonesia memperlihatkan sekitar 70% bayi berumur dibawah 4 bulan mengalami regurgitasi minimal satu kali setiap harinya dan kejadian tersebut menurun sesuai bertambahnya umur hingga mencapai 8-10% pada umur 9-12 bulan dan 5% pada umur 18 bulan. Walaupun demikian, hanya sekitar 25% orang tua menganggap regurgitasi sebagai suatu masalah (IDAI, 2009). Dalam Nakita (2006) dikatakan 70% bayi usia 6 bulan dalam sehari paling tidak mengalami regurgitasi. Saat anak berusia setahun bisa dikatakan hanya tinggal 10% yang masih mengalami regurgitasi. Hasil studi pendahulun yang di lakukan di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kab.Semarang tahun 2014 jumlah seluruh ibu menyusui terdapat 40 ibu. Penulis melakukan observasi terhadap 10 ibu menyusui dan didapatkan hasil bahwa 7 (70%) bayi mengalami regurgitasi dan 3 (30%) bayi yang tidak menglami regurgitasi, dan 10 ibu yang menyusui didapatkan hasil 7 (70%) ibu menyusui tidak melakukan posisi menyusui yang benar, dan 3 (30%) ibu menyusui melakukan posisi menyusui yang benar. Ibu yang menyusui bayinya dengan posisi duduk tidak bersandar pada punggung kursi,ibu tidak memposisikan bayi pada satu garis lurus, ibu tidak menggunakan selimut atau bantal untuk menopang tubuh bayi, perlekatan puting masuk kemulut bayi tidak sampai ke areola. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar bayi mengalami regurgitasi setelah disusui meskipun sebagian ibu sudah melakukan posisi menyusui yang benar pada bayinya. Dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu tentang cara mencegah atau mengurangi regurgitasi pada bayi.Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan Posisi Ibu Menyusui dengan Kejadian Regurgitasi pada Bayi di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2014” Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan posisi menyusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi.. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan posisi ibu menyusui yang benar pada bayi di desa Jetak. HUBUNGAN POSISI IBU MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI DI DESA JETAK KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG 3 b. Mendiskripsikan kejadian regurgitasi pda bayi di Desa Jetak. c. Menganalisa antara posisi ibu menyusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi di Desa Jetak. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian yang dilaksanakan akan menambah informasi, meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan kebidanan tentang hubungan posisi ibu menyusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan penelitian acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai posisi menyusui yang benar dan regurgitasi, sehingga dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam keberhasilan proses belajar mengajar. b. Bagi Tenag Kesehatan Penelitian ini dapat memberikan motivasi pada tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan pada ibu agar menurunkan angka kejadian regurgitasi. c. Bagi Peneliti Hasil penelitian dapat mengaplikasikan ilmu dan menambah pengalaman saat penulisan Karya Tulis Ilmiah, serta sebagai masukan pengetahuan tentang posisi ibu menyusui yang benar dan regurgitasi. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini variabel yang diteliti menggunakan jenis variabel bebas dan terikat. Penelitian ini variabel bebasnya ialahposisi ibu menyusui. Penelitian ini variabel terikatnya ialah kejadian regurgitasi pada bayi. Ada hubungan antara posisi ibu menyusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupten Semarang. Penelitian ini dilaksankan pada tanggal 11 Mei 2015. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional yang jenis datanya berupa data primer dan data sekunder. Populasinya semua ibu yang menyusui bayi usia 0-6 bulan yang berjumlah 38 ibu menyusi. Tehnik sampling menggunakan total sampling yaitu 38 responden. Alat ukur dengan cheklistserta dianalisis menggunakan distribusi frekuensi dan uji Chi Square.Cheklist posisi ibu menyusi untuk jawaban benar diberi nilai 1, jika menjawab salah diberi nilai 0. Kejadian regurgitasi pada bayi, jika bayi mengalami regurgitasi diberi nilai 0,tidak mengalami diberi nilai 1. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Responden Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Ibu Menyusui di Desa Setugur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, 2015 Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Jumlah Frekuensi 3 19 14 2 38 Persentase (%) 7,9 50,0 36,8 5,3 100 Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 38 responden ibu yang menyusui bayi 0-6 bulan di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, sebagian besar ibu memiliki pendidikan SMP, yaitu sejumlah 19 orang (50,0%). HUBUNGAN POSISI IBU MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI DI DESA JETAK KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG 4 Analisis Univariat Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Posisi Menyusui pada Ibu Menyusui di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, 2015 Posisi Menyusui Tidak Baik Baik Jumlah Frekuensi 21 17 38 Persentase (%) 55,3 44,7 100,0 Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa bahwa posisi menyusui pada ibu menyusui di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, sebagian besar dalam kategori tidak baik, yaitu sejumlah 21 orang (55,3%). Tabel 3 Distribusi Frekuensi Item checklist posisi menyusui No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pernyataan Benar Salah Ketika menyusui menggunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan diatas pangkuan ibu. Ketika menyusui bayi dipegang satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu. Ketika menyusu satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu didepan. Ketika menyusu perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara. Ketika menyusu telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. Ketika menyusui, Kaki ibu tidak boleh menggantung jika menggantung diganjal dengan kursi kecil. 52,6% 47,4% Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa 38 ibu menyusui 57,9% ibu ketika menyusui bayi tidak dipegang satu lengan, kepala bayi tidak diletakkan pada lengkung siku ibu dan bokong bayi tidak diletakkan pada lengan. Kepala bayi tertengadah dan bokong bayi tidak ditahan dengan telapak tangan ibu, kemudiansebesar 55,3% ketika ibu menyusui,perut bayi tidak menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara” dan sebesar 52,6% ketika ibu menyusui telinga dan lengan bayi tidak terletak pada satu garis lurus.Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak ibu melakukan posisi menyusui yang salah. Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Regurgitasi pada Bayi di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, 2015 Kejadian Regurgitasi Mengalami Tidak mengalami Jumlah 42,1% 57,9% 68,4% 31,6% 44,7% 55,3% 47,3% 52,6% 71,1% 28,9% Frekuensi Persentase (%) 22 16 57,9 42,1 38 100,0 Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar bayi di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang mengalami kejadian regurgitas, yaitu sejumlah 22 bayi (57,9%). Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar remaja putri tidak mendukung dalam penanganan dismenorea yang dinyatakan pada pernyataan remaja putri akan mengompres perut dengan air hangat saat mengalami nyeri haid yaitu sebesar 59,4% dan remaja putri sebagian besar tidak mendukung dalam penanganan dismenorea yang dinyatakan pada pernyataan remaja putri akan tetap melakukan semua aktifitas saat mengalami nyeri haid yaitu sebesar 71,9%. HUBUNGAN POSISI IBU MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI DI DESA JETAK KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG 5 Analisis Bivariat Tabel 5 Hubungan Posisi Menyusui dengan Kejadian Regurgitasi pada Bayi di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, 2015 Kejadian Rgurgitasi P Mengalami Tidak Total Valu Posisi Mengala e Menyusui mi F % F % F % Tidak 16 76,2 6 23,8 21 100,0 0,027 Baik Baik 6 35,310 64,7 17 100,0 Jumlah 22 100,016 100,0 38 100,0 Berdasarakan tabel 5 dapat diketahui bahwa bahwaibu yang menyusui dengan posisi tidak baik sebagian besar bayinya mengalami kejadian regurgitasi sejumlah 16 orang (76,2%). Sedangkan ibu yang menyusui dengan posisi baik sebagian besar bayinya tidak mengalami kejadian regurgitasi sejumlah 11 orang (64,7%). Berdasarkanuji Chi Square (Continuity Correction)diperolehnilai ² hitung 4,877 dengan p-value 0,027. Oleh karena p-value 0,027< (0,05) sehingga Ho ditolak berarti dapat disimpulkan bahwaada hubungan yang signifikan antaraposisi ibu menyusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Pembahasan Posisi Menyusui pada Ibu Menyusui di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang posisi menyusui pada ibu menyusui di Desa jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang dalam kategori tidak baik sejumlah 21 orang (55,3%) dan dalam kategori baik sejumlah 17 orang (44,7%). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar posisi menyusui pada ibu menyusui di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang dalam kategori tidak baik. Hal ini disebabkan memang banyak ibu yang tidak tahu mengenai posisi menyusui yang benar, yang mana kemungkinan penyebabnya adalah kurangnya informasi yang diterima oleh ibu tentang cara-cara dan posisi menyusui yang benar. Hal ini tentu akan membuat ibu kurang paham terhadap posisi menyusui yang benar. Sebagaimana dinyatakan oleh WHO (2009) terdapat 35,6% ibu gagal menyusui bayinya, sementara itu berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 dijelaskan bahwa 67,5% ibu yang gagal memberikan ASI eksklusif kepada bayinya penyebabnya adalah kurangnya pemahaman ibu tentang posisi menyusui yang benar. Posisi menyusui yang tidak baik ini bisa dilihat dari hasil isian cheklist yang paling banyak salah dilakukan oleh ibu sebesar 57,9% adalah Ketika menyusui bayi tidak dipegang satu lengan, kepala bayi tidak diletakkan pada lengkung siku ibu dan bokong bayi tidak diletakkan pada lengan. Kepala bayi tertengadah dan bokong bayi tidak ditahan dengan telapak tangan ibu”, kemudiansebesar 55,3% “Ketika ibu menyusui,perut bayi tidak menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara” dan sebesar 52,6% “ketika ibu menyusui telinga dan lengan bayi tidak terletak pada satu garis lurus”. MenurutRizki Natia Wiji, 2013 menyatakan bahwa posisi menyusui yang baik seharusnya Bayi dipegang satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu, perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. Tidak baiknya posisi menyusui yang dilakukan oleh ibu juga bisa disebabkan oleh tingkat pendidikan ibu. Ini terbukti dari hasil isian cheklist diperoleh bahwa dari 38 responden ibu yang menyusui bayi 0-6 bulan di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, sebagian besar ibu memiliki pendidikan yang rendah yaitu SMP, yaitu sejumlah 19 orang (50,0%). Sebagaimana dinyatakan oleh Notoadmojo (2007) bahwa pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang termasuk juga perilaku seseorang HUBUNGAN POSISI IBU MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI DI DESA JETAK KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG 6 akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah pendidikan seseorang maka akan semakin kesulitan untuk menerima informasi dari luar. Jadi, dalam kasus ini ibu yang memiliki pendidikan tinggi akan mudah menerima informasi tentang posisi menyusui benar itu dari media massa atau dari tenaga kesehatan. Berbeda jika ibu memiliki pendidikan yang rendah maka akan cenderung mengalami kesulitan dalam hal menerima informasi yang datang dari luar misalnya dari tenaga kesehatan atau dari media massa, sehingga wajar terjadi jika ibu yang memiliki pendidikan rendah cenderung memiliki pengetahuan rendah tentang posisi menyusui sehingga posisi menyusui yang dilakukan pada bayinya menjadi tidak benar. Hal yang sama juga dinyatakan oleh WHO (2004) bahwa menyusui yang benar memerlukan keterampilan yang khusus dari seorang ibu tentang cara menyusui yang benar. Faktor yang mempengaruhi dalam keberhasilan menyusui yaitu pengetahuan dan pendidikan, adat sosial budaya, psikologis, dan keluarga (WHO, 2004). Selain dari faktor di atas petugas kesehatan hendaklah selalu membina setiap upaya untuk melestarikan budaya menyusui dengan mengadakan penyuluhan-penyuluhan yang dilaksanakan bersama tokoh masyarakat agar pengetahuan ibu tentang menyusui yang benar bisa meningkat dan tercipta suatu keberhasilan dalam menyusui, atau dengan program BPM (Bimbingan persiapan menyusui). Pengetahuan ibu yang luas diharapkan mampu mendukung ibu untuk menyusui yang benar. Pengetahuan tersebut meliputi tentang ASI, posisi dan teknik menyusui yang benar, sehingga masalah-masalah seperti gumoh, diare, putting susu lecet, bayi tidak mau menyusu, bendungan ASI bisa teratasi. Oleh karena itu, agar proses menyusui berjalan dengan lancar,maka seorang ibu harus mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke bayi secara efektif,keterampilan menyusui yang baik meliputi posisi menyusui dan didalamnya terdapat perlekatan bayi pada payudara yang tepat. Posisi yang nyaman pada saat menyusui sangat penting (Wiji,2013). Kejadian Regurgitasi pada Bayi di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Bayi yang mengalami kejadian regurgitas sejumlah 22 bayi (57,9%) dan yang tidak mengalami kejadian regurgitas sejumlah 16 orang (42,1%). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar bayi di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang mengalami kejadian regurgitasi. Kejadian regurgitasi pada bayi dikarenakan posisi menyusui yang tidak benar seperti telinga dan lengan tidak berada pada satu garis lurus lalu kepala bayi tertengadah yang dapat menyebabkan bayi menelan udara ketika menyusu yang pada akhirnya akan menimbulkan terjadinya regurgitasi pada bayi. Lambung bayi masih kecil, sehingga tidak mampu menampung ASI yang diminum. regurgitasi akan semakin meningkat, apabila bayi senang menggeliat pada waktu menyusu. Gerakan tersebut meningkatkan tekanan dalam perut. namun, regurgitasi masih normal, selama jumlahnya tidak melebihi cairan yang saat itu telah dikonsumsi. Sudarti & Endang (2010) juga menambahkan bahwa terjadinya regurgitasi, biasanya lambung sudah dalam keadaan terisi penuh, sehingga terkadang regurgitasi bercampur dengan air liur yang mengalir kembali keatas dan keluar melalui mulut pada sudut-sudut bibir.Hal tersebut disebabkan karena otot katup diujung lambung tidak bisa bekerja dengan baik.Otot tersebut seharusnya mendorong isi lambung ke bawah.Keadaan ini dapat juga terjadi pada orang dewasa dan anak- HUBUNGAN POSISI IBU MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI DI DESA JETAK KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG 7 anak yang lebih besar.Kebanyakan regurgitasi terjadi pada bayi dibulan-bulan pertama kehidupannya. Kejadian regurgitasi juga disebabkan klep penutup lambung bayi masih belum sempurna sehingga menjadi pemicu terjadinya muntah ASI pada Bayi.Klep yang belum sepenuhnya berfungsi sempurna, menyebabkan bayi muntah apabila setelah menyusui langsung ditidurkan. Bayi yang menangis berlebihan juga bisa menjadi penyebab terjadi gumoh atau regurgitasi. Hal ini karena bayi yang menangis secara berlebihan akan membuat udara yang tertelan juga berlebihan, sehingga sebagian isi perut bayi akan kembali keluar. Apabila bayi menangis karena tidak bisa menelan ASI dengan sempurna, jangan teruskan pemberian ASI.Hal ini bertujuan agar ASI tidak masuk masuk dan menyumbat saluran napas. Selain itu, regurgitasi juga bisa disebabkan tingkat pengetahuan ibu terhadap regurgitasi dan cara penanganannya sangat minum, diamana kebanyakan orangtua sering tidak terlalu menganggap serius pada bayi yang sering mengalami regurgitasi. Padahal regurgitasi yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi (Bernandus, 2012). Hubungan Posisi Menyusui dengan Kejadian Regurgitasi pada Bayi di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa Ibu yang menyusui dengan posisi tidak baik sebagian besar bayinya mengalami kejadian regurgitasi sejumlah 16 orang (76,2%). Hal ini karena ibu yang menyusui dengan posisi tidak benar seperti ibu tidak menopang bayi dengan satu lengan, kepala tidak berada pada lengkungan siku ibu, kepala bayi tertengadah, posisi telinga bayi tidak pada satu garis lurus, dan perut bayi tidak menempel badan ibu. Sedangkan ibu yang menyusui dengan posisi baik sebagian besar bayinya tidak mengalami kejadian regurgitasi sejumlah 11 orang (64,7%). Hal ini karena posisi yang benar saat menyusui bayi yaitu dengan posisi posisi yang lebih tegak, ibu menggunkan bantal atau selimut untuk menopang tubuh bayi, telinga dan lengan bayi berada pada satu garis lurus, kepala bayi tidak tertengadah sehinggaketika bayi menyusu tidak menelan udara jika tidak segera disendawakan maka bayi akan mengalami regurgitasi. Berdasarkan uji Chi Square (Continuity Correction) diperoleh nilai ² hitung 4,877 dengan p-value 0,027. Oleh karena p-value 0,027 < (0,05), maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara posisi menyusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi di Desa JetakKecamatan Getasan Kab. Semarang. Hasil penelitian di atas didukung oleh pernyataan purnamaningrum (2010) menyatakan, regurgitasi terjadi pada bayi karena katup antara lambung dan esophagus (kerongkongan) belum sempurna, dimana salah satu penyebabnya adalah posisi menyusui yang tidak tepat.Posisi ibu yang tidak tepat pada saat menyusui bayi seperti ibu tidak menggunakan bantal untuk menopang tubuh bayi, posisi telinga dan lengan tidak berada pada satu garis lurus, kepala bayi yang tertengadah membuat bayi menelan udara ketika menyusu sehingga menyebabkan bayi mengalami regurgitasi. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Widyastuti (2012) bahwa bayi akan lebih jarang mengalami regurgitasi jika disusui dengan posisi yang benar seperti posisi yang lebih tegak,telinga dan lengan berda pada satu garis lurus, kepala bayi tidak tertengadah sehingga ASI tidak mengalir kembali dengan mudah. Menyendawakan bayi sesaat setelah menyusui dan memberikan ASI sedikit-sedikit tapi sering, biasanya dapat membantu mengatasi regurgitasi. HUBUNGAN POSISI IBU MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI DI DESA JETAK KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG 8 Hal senada juga dinyatakan oleh Sudarti (2010) bahwa ada beberapa penyebab terjadinya regurgitasi pada bayi yaitu, bayi menelan udara pada saat menyusu, posisi saat menyusui yang tidak tepat, minum terburu-buru, atau bayi sudah kenyang tetapi tetap diberi minum karena orang tuanya khawatir kalau bayinya kekurangan makan. Khasanah, (2011) juga menambahkan bahwa untuk mendukung keberhasilan menyusui pada bayi, ibu perlu mengetahui posisi menyusui benar, sehingga dapat mengurangi kejadian regurgitasi pada bayi.Salah satu penyebab kegagalan menyusui adalah disebabkan karena kesalahan ibu dalam memposisikan dan meletakkan bayi saat menyusui.Posisi menyusui dapat dilakukan dengan beberapa posisi.Posisi menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring.Meskipun ketrampilan menyusui dapat dikuasai secara alami, ibu tetap harus memahami posisi menyusui yang benar. Hasil penelitian di atas juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Vembrianna (2012) dengan judul “Hubungan Antara Cara Menyusui Dengan Kejadian Regurgitasi Pada Bayi 0-6 Bulan Di Bps Retno Wiyati Desa Bangsa Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas Tahun 2012” yang menyimpulkan bahwa ada hubungan antara cara menyusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan dengan nilai dengan p-value 0,002 < 0,05. Hasil-hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa posisi menyusui yang salah memang merupakan penyebab terjadinya regurgitasi atau gumoh pada bayi. Hal ini karena posisi bayi yang salah saat dan setelah disusui, karena pada saat menyusu jika kepala bayi tertengadah bayi akan menelan udara dan menyebabkan bayi mengalami regurgitasi, dan setelah disusui lambung bayi telah terisi penuh dengan cairan, apabila setelah disusui bayi langsung ditidurkan maka cairan yang ada di dalam lambung bayi akan mencari tempat yang paling rendah oleh karena itu cairan akan sangat mudah keluar dan kemudian bayi gumoh (Marlean, 2005). Kebiasaan ibu yang salah pada saat menyusui seperti posisi kepala bayi tidak berada pada lengkungan siku ibu serta telapak tangan tidak menopang bokong bayi, kepala bayi yang tertengadah, telinga dan lengan bayi tidak terletak pada satu garis lurus, shingga menyebabkan bayi menelan udara serta mengakibatkan cairan tidak masuk ke dalam saluran pencernaan akan tetapi masuk ke dalam saluran pernapasan. Ini mengakibatkan bayi tersedak dan mengalami gumoh.Kondisi ini diperburuk apabila bayi banyak bergerak atau aktif. Ini tentu akan meningkatkan resiko terjadinya regurgitasi setelah minum susu atau mengkonsumsi ASI. Gerakan menggeliat bayi ataupun kontraksi otot perut karena menangis dapat menekan lambung dan membuat isi lambung mengalir keluar.Kontraksi yang terlalu kuat dapat membuat lambung mengalami kontraksi dan bayi mengalami muntah. Untuk mengatasi kejadian ini, agar tidak mengganggu kesehatan bayi yang lebih parah dan pertumbuhan bayi lebih maksimal, regurgitasi pada Bayi bisa diatasi dengan memastikan posisi menyusui bayinya dengan benar, telinga dan lengan bayi berada pada satu garis lurus, kepala bayi tidak boleh tertengadah, seluruh bibirnya menutup puting susu serta daerah berwarna hitam di sekitarnya (aerola) payudara. Hal ini bertujuan agar udara yang masuk dan tertelan selama menyusu tidak terlalu banyak.Apabila Muntah ASI terjadi berlebihan, tengkurapkan bayi agar udara yang terperangkap di lambung lebih mudah keluar.Dan terhindar dari masuknya cairan ke paru-paru.TakaranASI yang diberikan kepada Bayi dengan sedikitsedikit, disendawakan, lalu minumkan lagi.Hal ini bertujuan untuk mengurangi udara yang masuk ke lambung. Apabila buah hati anda mengalami regurgitasi secara terus-menerus dan dalam jumlah yang banyak, segera konsultasikan ke dokter anak untuk HUBUNGAN POSISI IBU MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI DI DESA JETAK KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG 9 mendapatkan penyebab pasti muntah susu tersebut. Karena bisa jadi bayi menderita alergi. PENUTUP Kesimpulan 1. Posisi menyusui pada ibu menyusui di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, sebagian besar dalam kategori tidak baik, yaitu sejumlah 21 orang (55,3%) seperti bayi yang tidak dipegang satu lengan kepala bayi tidak berada pada lengkung siku bokong tidak berada ditelapak tangnan ibu dan kepala bayi tertengadah. 2. Sebagian besar bayi di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang mengalami kejadian regurgitas, yaitu sejumlah 22 bayi (57,9%) yangdisebabkan karena posisi yang salah saat bayi menyusu. 3. Ada hubungan yang signifikan antara posisi menyusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kab.Semarang dengan p-value 0,027 < (0,05). Saran 1. Bagi ibu Para ibu disarankan untuk lebih memahami posisi menyusui bayi yang benar guna untuk mencegah bayi regurgitasi. Hal ini bisa dengan mencari informasi dari berbagai sumber misalnya media massa atau dengan menanyakan langsung pada tenaga kesehatan. 2. Bagi Institusi Pendidikan Bagi institusi pendidikan diharapkan lebih meningkatkan berbagaipenyuluhan, seminar ataupunmenyebarkan brosur tentang posisi menyusui yang benar dalam rangka untuk mencegah kejadian regurgitasi. 3. Bagi Tenaga Kesehatan Disarankan bagi tenaga kesehatan untuk lebih aktif memperhatikan pasiennya khususnya ibu yang menyusui dengan memberikan informasi secara detil tentang cara menyusui yang benar dan cara mengatasi kejadian regurgitasi. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Untuk penelitian yang lebih baik maka perlu penambahan jumlah responden dan variabel lain yang diteliti sehingga dapat diraih hasil yang luas dan lebih bervariatif. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta. Bahiyatun, 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC. Alimul Hidayat, Aziz. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan TekhnikAnalisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Bernandus, K, Loisa., dan Lestari, K, Dwi. 2012. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyendawakan Bayi Usia 0-6 Bulan Dengan Kejadian Gumoh Sesudah Menyusui Di Puskesmas Manukan Kulon. Journal Kebidanan. Vol.1. No.1. April. Hal 12-16. Kholid, Ahmad. 2012. PromosiKesehatan. Jakarta : PT Raja GrafindaPersada. Marlean, R. 2005. 14 Steps to Reducing Your Infant’s Reflux. http://www.infantrafluxdisese.com diakses 14 November 2013. NatiaWiji, Rizki. 2013. ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta. Nursalam. 2015. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Proverawati, Atikah dan Eni Rahmawati. 2010. Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika. Riyanto, A. 2011.Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogjakarta: NuhaMedika Saryono. 2010. Metodologi Penelitian kebidanan. Nuha Medika. Jakarta Saleha,Siti.2009.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika HUBUNGAN POSISI IBU MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI DI DESA JETAK KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG 10 Sudarti, Endang Khoirunnisa, 2009; Buku Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita, Nuha Medika; Yogyakarta Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada ibu nifas. Jogjakarta: Andi Offset Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta. Sodikin. 2011, Gangguan Sistem Gastrointestinal dan Hepatobilier, Salemba Medika, Jakkarta Widyastuti. 2012. Gumoh Pada Bayi (Reflux). http://www.Kellymom.com diakses 06 Agustus 2013. Pelayanan Kesehatan Di SMP Negeri IV Meulaboh. [Diakses tanggal 4 November 2014]. Didapat dari : http://180.241.122.205/dockti/NURHASA NAH-skripsi_ nurhasanah _167.pdf Paramita Pradnya, Dyah. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Dismenorea dengan Perilaku Penanganan Dismenorea Pada Siswi SMK YPKK 1 Sleman Yogyakarta. [Diakses tanggal 30 Desember 2014]. Didapat dari : http://eprints.uns.ac.id/ 195/1/1650330082010 11451.pdf Proverawati, A. & Misaroh S. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta: Nuha Medika. HUBUNGAN POSISI IBU MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI DI DESA JETAK KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG 11