4343

advertisement
HUBUNGAN POSISI IBU MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA
BAYI di DESA JETAK KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG
Merri Andani1), Surjani2),Chicik Nirmasari3)
1) Mahasiswa AKBID Ngudi Waluyo
2) Staf Dosen AKBID Ngudi Waluyo
3) Staf Dosen AKBID Ngudi Waluyo
[email protected]
ABSTRAK
Regurgitasi adalah kembalinya sejumlah makanan yang belum dicerna dari lambung dan
jumlahnya hanya sedikit tanpa disertai kontraksi pada dinding lambung, meskipun normal regurgitasi
yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi.
Regurgitasi dapat terjadi dikarenakan posisi menyusui yang tidak tepat, aktivitas yang berlebihan, bayi
tidak disendawakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan posisi ibu menyusui
dengan kejadian regurgitasi pada bayi di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.
Penelitian ini menggunakan deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional yang jenis
datanya berupa data primer dan sekunder. Populasinya adalah semua ibu yang menyusui bayi usia 0-6
bulan di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang sebanyak 38 ibu. Sampel yang digunakan
juga 38 ibu yang menyusui bayi usia 0-6 bulan, yang tehnik pengambilannya secara total sampling. Alat
pengumpulan datanya adalah cheklist kemudian dianalisis menggunakan distribusi frekuensi dan uji Chi
Square.
Ibu menyusui melakukan posisi menyusui dengan kategori tidak baik sebanyak 21 (55,3%),
kategori baik sebanyak 17 (44,7%) dan kejadian regurgitasi dalam kategori yang mengalami 22 (57,9%),
kategori tidak mengalami 16 (42,1%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,027< (0,05), berarti ada
hubungan antar posisi ibu menyusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi di Desa jetak Kecamatan
Getasan Kabupaten Semarang.
Simpulanya bahwa semakin benar posisi ibu menyusui, maka semakin rendah kejadian
regurgitasi. Diharapkan bagi ibu untuk memahami posisi menyusui yang benar untuk mencegah
terjadinya regurgitasi pada bayi.
Kata kunci : Posisi ibu menyusui, Regurgitasi.
HUBUNGAN POSISI IBU MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI DI DESA JETAK
KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG
1
ABSTRACT
Regurgitation is the return of a number of foods which has not yet digested from the stomach and
the numbers are only slightly without accompanied contractions in the stomach wall, although normal
excessive regurgitation that can cause various complications which will disrupt the growth of a
baby.Regurgitation can occur due to the position of breast-feeding that is not accurate excessive activity,
infant not nitrous.The purpose of this research is to know the relationship position nursing mother with
scene regurgitation on the baby in the village of jetak getasan sub-district district semarang
This research use descriptive correlative with the approach of cross sectional data which the type
of primary and secondary data .All of the population was the doting mother of children aged 6-0 month
in the village of semarang jetak getasan district in as many as 38 mother .The sample used also 38
mothers who breast feeding infants aged 6-0 month , the overall sampling technique that the withdrawal
. Instrumen data collection is cheklist then analyzed using a frequency distribution and the chi square .
Nursing mothers do breastfeed position with categories is not good as much as 21 (55,3%), good
category as much as 17 (44,7%) And the chain regurgitation in the category of that experienced 22
(57,9%), ategory not experienced 16 (42,1%). Statistical testing obtained the value ofp (0,027< (0,05).
There was an association position a nursing mother with the genesis regurgitation on the baby in the
village jetak, getasan semarang regerency.
The right position in conclusion that nursing mother , then the lower the regurgitation .Is
expected for nursing mothers to understand the position of the right to prevent regurgitation on a baby .
Keywords: the position of a nursing mother , regurgitation .
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan.
Bayi memiliki sistem tubuh yang belum
sempurna seperti sistem pernafasan, sistem,
sistem peredaran darah, sistem pengaturan suhu,
dan sistem gastrointestinal (Sodikin, 2011).
Merawat bayi memang tidak semudah yang
dipikirkan banyak orang, apalagi bagi para
orang tua baru. Banyak informasi dan
pengetahuan tentang perawatan bayi yang harus
digali. Ibu yang melewatkan untuk melakukan
tekhnik, posisi menyusui secara benar dan
menyendawakan bayinya setelah disusui, tentu
saja bukan karena faktor kelalaian, melainkan
karena faktor ketidak tahuan (Hidayat Aziz,
2010). Regurgitasi isi lambung sering terjadi
pada bayi berumur 0-3 bulan (Behrman, 1992).
Ketermpiln menyusui yang tepat dapat
mendukung
keberhsilan
ibu
didalam
memberikan ASI. Keterampilan menyusui
antara lain adalah bagaimana ibu memposisikan
bayi dengan tepat sehingga akan melekatkan
payudara (Rizki Natia Wiji,2013).
Penyebab kegagalan menyusui adalah
kesalahan ibu dalam memposisikan dan
meletakkan bayi saat menyusui. Posisi
menyusui dapat dilakukan dengan beberapa
cara.
Cara menyusui yang tergolong biasa
dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau
berbaring. Meskipun ketrampilan menyusui
dapat dikuasai secara alami, ibu tetap harus
memahami posisi menyusui yang benar.
(Khasanah, 2011).
Regurgitasi adalah kembalinya sejumlah
makanan yang belum dicerna dari lambung,
biasanya disertai sendawa (Wong, 2008).
Regurgitasi jika terjadi secara berlebihan dapat
menyebabkan berbagai komplikasi yang akan
mengganggu pertumbuhan bayi apabila
terjadinya tidak hanya setelah makan dan
minum saja tetapi juga saat tidur meski aktivitas
makan dan minum sudah dilakukan 3 jam yang
lalu (Tampubolon, 2009).
HUBUNGAN POSISI IBU MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI DI DESA JETAK
KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG
2
Ada
beberapa
penyebab
terjadinya
regurgitasi pada bayi yaitu, bayi menelan udara
pada saat menyusu, posisi saat menyusui yang
tidak tepat, minum terburu-buru, atau bayi
sudah kenyang tetapi tetap diberi minum karena
orang tuanya khawatir kalau bayinya
kekurangan makan (Sudarti, 2010)
Regurgitasi yang banyak bisa terjadi
akibat pemberian susu yang terlalu banyak. Jika
susu yang diberikan melalui botol, regurgitasi
bisa dikurangi dengan menggunakan dot yang
lebih keras dan lubangnya lebih kecil. Lebih
sering menyendawakan bayi disela-sela
menyusui dan setelah menyusu juga dapat
membantu mengurangi frekuensi regurgitasi,
baik pada bayi yang disusui dengan ASI
maupun dengan susu botol (Muslihatun, 2011).
Jika
terjadi
regurgitasi
secara
berlebihan, frekuensi sering dan terjadi dalam
waktu lama akan menyebabkan masalah
tersendiri, yang bisa mengakibatkan gangguan
pada bayi tersebut. Baik gangguan pertumbuhan
karena asupan gizi berkurang karena asupan
makanan tersebut keluar lagi dan dapat merusak
dinding kerongkongan akibat asam lambung
yang ikut keluar dan mengiritasi. Apalagi kalau
sampai regurgitasi melalui hidung dan bahkan
disertai muntah, dapat menyebabkan bayi
tersedak (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Menurut WHO (2009) terdapat 35,6%
ibu gagal menyusui bayinya dan 20%
diantaranya adalah ibu –ibu di negara
berkembang, sementara itu berdasarkan data
dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2010 dijelaskan bahwa 67,5% ibu yang gagal
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya
adalah kurangnya pemahaman ibu tentang posisi
menyusui yang benar.
Data dari beberapa negara termasuk
indonesia memperlihatkan sekitar 70% bayi
berumur dibawah 4 bulan mengalami regurgitasi
minimal satu kali setiap harinya dan kejadian
tersebut menurun sesuai bertambahnya umur
hingga mencapai 8-10% pada umur 9-12 bulan
dan 5% pada umur 18 bulan. Walaupun
demikian, hanya sekitar 25% orang tua
menganggap regurgitasi sebagai suatu masalah
(IDAI, 2009). Dalam Nakita (2006) dikatakan
70% bayi usia 6 bulan dalam sehari paling tidak
mengalami regurgitasi. Saat anak berusia
setahun bisa dikatakan hanya tinggal 10% yang
masih mengalami regurgitasi.
Hasil studi pendahulun yang di lakukan di
Desa Jetak Kecamatan Getasan Kab.Semarang
tahun 2014 jumlah seluruh ibu menyusui
terdapat 40 ibu. Penulis melakukan observasi
terhadap 10 ibu menyusui dan didapatkan hasil
bahwa 7 (70%) bayi mengalami regurgitasi dan
3 (30%) bayi yang tidak menglami regurgitasi,
dan 10 ibu yang menyusui didapatkan hasil 7
(70%) ibu menyusui tidak melakukan posisi
menyusui yang benar, dan 3 (30%) ibu
menyusui melakukan posisi menyusui yang
benar. Ibu yang menyusui bayinya dengan posisi
duduk tidak bersandar pada punggung kursi,ibu
tidak memposisikan bayi pada satu garis lurus,
ibu tidak menggunakan selimut atau bantal
untuk menopang tubuh bayi, perlekatan puting
masuk kemulut bayi tidak sampai ke areola. Hal
tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar
bayi mengalami regurgitasi setelah disusui
meskipun sebagian ibu sudah melakukan posisi
menyusui
yang
benar
pada
bayinya.
Dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu
tentang cara mencegah atau mengurangi
regurgitasi pada bayi.Berdasarkan latar belakang
diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
tentang “Hubungan Posisi Ibu Menyusui dengan
Kejadian Regurgitasi pada Bayi di Desa Jetak
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang
Tahun 2014”
Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan posisi menyusui
dengan kejadian regurgitasi pada bayi..
2. Tujuan Khusus
a. Mendiskripsikan posisi ibu menyusui
yang benar pada bayi di desa Jetak.
HUBUNGAN POSISI IBU MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI DI DESA JETAK
KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG
3
b. Mendiskripsikan kejadian regurgitasi pda
bayi di Desa Jetak.
c. Menganalisa antara posisi ibu menyusui
dengan kejadian regurgitasi pada bayi di
Desa Jetak.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian yang dilaksanakan akan
menambah informasi, meningkatkan dan
mengembangkan pengetahuan kebidanan
tentang hubungan posisi ibu menyusui
dengan kejadian regurgitasi pada bayi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan penelitian acuan
untuk penelitian lebih lanjut mengenai
posisi menyusui yang benar dan
regurgitasi, sehingga dapat digunakan
sebagai tolak ukur dalam keberhasilan
proses belajar mengajar.
b. Bagi Tenag Kesehatan
Penelitian ini dapat memberikan
motivasi pada tenaga kesehatan untuk
memberikan penyuluhan pada ibu agar
menurunkan angka kejadian regurgitasi.
c. Bagi Peneliti
Hasil
penelitian
dapat
mengaplikasikan ilmu dan menambah
pengalaman saat penulisan Karya Tulis
Ilmiah,
serta
sebagai
masukan
pengetahuan tentang posisi ibu menyusui
yang benar dan regurgitasi.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini variabel yang diteliti
menggunakan jenis variabel bebas dan terikat.
Penelitian ini variabel bebasnya ialahposisi ibu
menyusui. Penelitian ini variabel terikatnya
ialah kejadian regurgitasi pada bayi. Ada
hubungan antara posisi ibu menyusui dengan
kejadian regurgitasi pada bayi di Desa Jetak
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Jetak
Kecamatan Getasan Kabupten Semarang.
Penelitian ini dilaksankan pada tanggal 11 Mei
2015. Desain penelitian yang digunakan adalah
deskriptif korelatif dengan pendekatan cross
sectional yang jenis datanya berupa data primer
dan data sekunder. Populasinya semua ibu yang
menyusui bayi usia 0-6 bulan yang berjumlah 38
ibu menyusi. Tehnik sampling menggunakan
total sampling yaitu 38 responden. Alat ukur
dengan cheklistserta dianalisis menggunakan
distribusi frekuensi dan uji Chi Square.Cheklist
posisi ibu menyusi untuk jawaban benar diberi
nilai 1, jika menjawab salah diberi nilai 0.
Kejadian regurgitasi pada bayi, jika bayi
mengalami regurgitasi diberi nilai 0,tidak
mengalami diberi nilai 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Karakteristik Responden
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Umur Ibu Menyusui di Desa
Setugur
Kecamatan
Getasan
Kabupaten Semarang, 2015
Pendidikan
SD
SMP
SMA
Perguruan
Jumlah
Frekuensi
3
19
14
2
38
Persentase
(%)
7,9
50,0
36,8
5,3
100
Berdasarkan
tabel
1
dapat
diketahui bahwa dari 38 responden ibu
yang menyusui bayi 0-6 bulan di Desa
Jetak
Kecamatan
Getasan
Kabupaten
Semarang,
sebagian
besar
ibu
memiliki
pendidikan
SMP,
yaitu
sejumlah 19 orang (50,0%).
HUBUNGAN POSISI IBU MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI DI DESA JETAK
KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG
4
Analisis Univariat
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Posisi Menyusui pada Ibu Menyusui
di Desa Jetak Kecamatan Getasan
Kabupaten Semarang, 2015
Posisi Menyusui
Tidak Baik
Baik
Jumlah
Frekuensi
21
17
38
Persentase (%)
55,3
44,7
100,0
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui
bahwa bahwa posisi menyusui pada ibu
menyusui di Desa Jetak Kecamatan Getasan
Kabupaten Semarang, sebagian besar dalam
kategori tidak baik, yaitu sejumlah 21 orang
(55,3%).
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Item checklist
posisi menyusui
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pernyataan
Benar
Salah
Ketika menyusui
menggunakan bantal atau
selimut untuk menopang
bayi, bayi ditidurkan diatas
pangkuan ibu.
Ketika menyusui bayi
dipegang satu lengan,
kepala bayi diletakkan
pada lengkung siku ibu
dan bokong bayi
diletakkan pada lengan.
Kepala bayi tidak boleh
tertengadah dan bokong
bayi ditahan dengan
telapak tangan ibu.
Ketika menyusu satu
tangan bayi diletakkan
dibelakang badan ibu dan
yang satu didepan.
Ketika menyusu perut bayi
menempel badan ibu,
kepala bayi menghadap
payudara.
Ketika menyusu telinga
dan lengan bayi terletak
pada satu garis lurus.
Ketika menyusui, Kaki ibu
tidak boleh menggantung
jika menggantung diganjal
dengan kursi kecil.
52,6%
47,4%
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa
38 ibu menyusui 57,9% ibu ketika menyusui
bayi tidak dipegang satu lengan, kepala bayi
tidak diletakkan pada lengkung siku ibu dan
bokong bayi tidak diletakkan pada lengan.
Kepala bayi tertengadah dan bokong bayi tidak
ditahan
dengan
telapak
tangan
ibu,
kemudiansebesar
55,3%
ketika
ibu
menyusui,perut bayi tidak menempel badan ibu,
kepala bayi menghadap payudara” dan sebesar
52,6% ketika ibu menyusui telinga dan lengan
bayi tidak terletak pada satu garis lurus.Hal ini
menunjukkan bahwa masih banyak ibu
melakukan posisi menyusui yang salah.
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Kejadian Regurgitasi pada Bayi di
Desa Jetak Kecamatan Getasan
Kabupaten Semarang, 2015
Kejadian
Regurgitasi
Mengalami
Tidak mengalami
Jumlah
42,1%
57,9%
68,4%
31,6%
44,7%
55,3%
47,3%
52,6%
71,1%
28,9%
Frekuensi
Persentase (%)
22
16
57,9
42,1
38
100,0
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa
sebagian besar bayi di Desa Jetak Kecamatan
Getasan Kabupaten Semarang mengalami
kejadian regurgitas, yaitu sejumlah 22 bayi
(57,9%).
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa
sebagian besar remaja putri tidak mendukung
dalam penanganan dismenorea yang dinyatakan
pada pernyataan remaja putri akan mengompres
perut dengan air hangat saat mengalami nyeri
haid yaitu sebesar 59,4% dan remaja putri
sebagian besar tidak mendukung dalam
penanganan dismenorea yang dinyatakan pada
pernyataan remaja putri akan tetap melakukan
semua aktifitas saat mengalami nyeri haid yaitu
sebesar 71,9%.
HUBUNGAN POSISI IBU MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI DI DESA JETAK
KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG
5
Analisis Bivariat
Tabel 5 Hubungan Posisi Menyusui dengan
Kejadian Regurgitasi pada Bayi di
Desa Jetak Kecamatan Getasan
Kabupaten Semarang, 2015
Kejadian Rgurgitasi
P
Mengalami
Tidak
Total
Valu
Posisi
Mengala
e
Menyusui
mi
F
%
F
%
F
%
Tidak
16
76,2 6
23,8 21 100,0 0,027
Baik
Baik
6
35,310
64,7 17 100,0
Jumlah
22 100,016
100,0 38 100,0
Berdasarakan tabel 5 dapat diketahui bahwa
bahwaibu yang menyusui dengan posisi tidak
baik sebagian besar bayinya mengalami
kejadian regurgitasi sejumlah 16 orang (76,2%).
Sedangkan ibu yang menyusui dengan posisi
baik sebagian besar bayinya tidak mengalami
kejadian regurgitasi sejumlah 11 orang (64,7%).
Berdasarkanuji Chi Square (Continuity
Correction)diperolehnilai ² hitung 4,877
dengan p-value 0,027. Oleh karena p-value
0,027< (0,05) sehingga Ho ditolak berarti
dapat disimpulkan bahwaada hubungan yang
signifikan antaraposisi ibu menyusui dengan
kejadian regurgitasi pada bayi di Desa Jetak
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.
Pembahasan
Posisi Menyusui pada Ibu Menyusui di Desa
Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten
Semarang
posisi menyusui pada ibu menyusui di
Desa jetak Kecamatan Getasan Kabupaten
Semarang dalam kategori tidak baik sejumlah
21 orang (55,3%) dan dalam kategori baik
sejumlah 17 orang (44,7%). Ini menunjukkan
bahwa sebagian besar posisi menyusui pada ibu
menyusui di Desa Jetak Kecamatan Getasan
Kabupaten Semarang dalam kategori tidak baik.
Hal ini disebabkan memang banyak ibu
yang tidak tahu mengenai posisi menyusui yang
benar, yang mana kemungkinan penyebabnya
adalah kurangnya informasi yang diterima oleh
ibu tentang cara-cara dan posisi menyusui yang
benar. Hal ini tentu akan membuat ibu kurang
paham terhadap posisi menyusui yang benar.
Sebagaimana dinyatakan oleh WHO (2009)
terdapat 35,6% ibu gagal menyusui bayinya,
sementara itu berdasarkan data dari Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010
dijelaskan bahwa 67,5% ibu yang gagal
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya
penyebabnya adalah kurangnya pemahaman ibu
tentang posisi menyusui yang benar.
Posisi menyusui yang tidak baik ini bisa
dilihat dari hasil isian cheklist yang paling
banyak salah dilakukan oleh ibu sebesar 57,9%
adalah Ketika menyusui bayi tidak dipegang
satu lengan, kepala bayi tidak diletakkan pada
lengkung siku ibu dan bokong bayi tidak
diletakkan pada lengan. Kepala bayi tertengadah
dan bokong bayi tidak ditahan dengan telapak
tangan ibu”, kemudiansebesar 55,3% “Ketika
ibu menyusui,perut bayi tidak menempel badan
ibu, kepala bayi menghadap payudara” dan
sebesar 52,6% “ketika ibu menyusui telinga dan
lengan bayi tidak terletak pada satu garis lurus”.
MenurutRizki
Natia
Wiji,
2013
menyatakan bahwa posisi menyusui yang baik
seharusnya Bayi dipegang satu lengan, kepala
bayi diletakkan pada lengkung siku ibu dan
bokong bayi diletakkan pada lengan. Kepala
bayi tidak boleh tertengadah dan bokong bayi
ditahan dengan telapak tangan ibu, perut bayi
menempel badan ibu, kepala bayi menghadap
payudara, telinga dan lengan bayi terletak pada
satu garis lurus.
Tidak baiknya posisi menyusui yang
dilakukan oleh ibu juga bisa disebabkan oleh
tingkat pendidikan ibu. Ini terbukti dari hasil
isian cheklist diperoleh bahwa
dari 38
responden ibu yang menyusui bayi 0-6 bulan di
Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten
Semarang, sebagian besar ibu memiliki
pendidikan yang rendah yaitu SMP, yaitu
sejumlah 19 orang (50,0%). Sebagaimana
dinyatakan oleh Notoadmojo (2007) bahwa
pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang termasuk juga perilaku seseorang
HUBUNGAN POSISI IBU MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI DI DESA JETAK
KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG
6
akan pola hidup terutama dalam memotivasi
untuk sikap berperan serta dalam pembangunan.
Pada umumnya makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah menerima informasi.
Begitu pula sebaliknya, semakin rendah
pendidikan seseorang maka akan semakin
kesulitan untuk menerima informasi dari luar.
Jadi, dalam kasus ini ibu yang memiliki
pendidikan tinggi akan mudah menerima
informasi tentang posisi menyusui benar itu dari
media massa atau dari tenaga kesehatan.
Berbeda jika ibu memiliki pendidikan yang
rendah maka akan cenderung mengalami
kesulitan dalam hal menerima informasi yang
datang dari luar misalnya dari tenaga kesehatan
atau dari media massa, sehingga wajar terjadi
jika ibu yang memiliki pendidikan rendah
cenderung memiliki pengetahuan rendah tentang
posisi menyusui sehingga posisi menyusui yang
dilakukan pada bayinya menjadi tidak benar.
Hal yang sama juga dinyatakan oleh WHO
(2004)
bahwa
menyusui
yang
benar
memerlukan keterampilan yang khusus dari
seorang ibu tentang cara menyusui yang benar.
Faktor yang mempengaruhi dalam keberhasilan
menyusui yaitu pengetahuan dan pendidikan,
adat sosial budaya, psikologis, dan keluarga
(WHO, 2004). Selain dari faktor di atas petugas
kesehatan hendaklah selalu membina setiap
upaya untuk melestarikan budaya menyusui
dengan mengadakan penyuluhan-penyuluhan
yang dilaksanakan bersama tokoh masyarakat
agar pengetahuan ibu tentang menyusui yang
benar bisa meningkat dan tercipta suatu
keberhasilan dalam menyusui, atau dengan
program
BPM
(Bimbingan
persiapan
menyusui).
Pengetahuan ibu yang luas diharapkan
mampu mendukung ibu untuk menyusui yang
benar. Pengetahuan tersebut meliputi tentang
ASI, posisi dan teknik menyusui yang benar,
sehingga masalah-masalah seperti gumoh, diare,
putting susu lecet, bayi tidak mau menyusu,
bendungan ASI bisa teratasi. Oleh karena itu,
agar proses menyusui berjalan dengan
lancar,maka seorang ibu harus mempunyai
keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir
dari
payudara
ibu
ke
bayi
secara
efektif,keterampilan menyusui yang baik
meliputi posisi menyusui dan didalamnya
terdapat perlekatan bayi pada payudara yang
tepat. Posisi yang nyaman pada saat menyusui
sangat penting (Wiji,2013).
Kejadian Regurgitasi pada Bayi di Desa
Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten
Semarang
Bayi
yang
mengalami
kejadian
regurgitas sejumlah 22 bayi (57,9%) dan yang
tidak mengalami kejadian regurgitas sejumlah
16 orang (42,1%). Ini menunjukkan bahwa
sebagian besar bayi di Desa Jetak Kecamatan
Getasan Kabupaten Semarang mengalami
kejadian regurgitasi.
Kejadian
regurgitasi
pada
bayi
dikarenakan posisi menyusui yang tidak benar
seperti telinga dan lengan tidak berada pada satu
garis lurus lalu kepala bayi tertengadah yang
dapat menyebabkan bayi menelan udara ketika
menyusu
yang
pada
akhirnya
akan
menimbulkan terjadinya regurgitasi pada bayi.
Lambung bayi masih kecil, sehingga tidak
mampu menampung ASI yang diminum.
regurgitasi akan semakin meningkat, apabila
bayi senang menggeliat pada waktu menyusu.
Gerakan tersebut meningkatkan tekanan dalam
perut. namun, regurgitasi masih normal, selama
jumlahnya tidak melebihi cairan yang saat itu
telah dikonsumsi.
Sudarti & Endang (2010) juga
menambahkan bahwa terjadinya regurgitasi,
biasanya lambung sudah dalam keadaan terisi
penuh,
sehingga
terkadang
regurgitasi
bercampur dengan air liur yang mengalir
kembali keatas dan keluar melalui mulut pada
sudut-sudut bibir.Hal tersebut disebabkan
karena otot katup diujung lambung tidak bisa
bekerja dengan baik.Otot tersebut seharusnya
mendorong isi lambung ke bawah.Keadaan ini
dapat juga terjadi pada orang dewasa dan anak-
HUBUNGAN POSISI IBU MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI DI DESA JETAK
KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG
7
anak yang lebih besar.Kebanyakan regurgitasi
terjadi pada bayi dibulan-bulan pertama
kehidupannya.
Kejadian regurgitasi juga disebabkan
klep penutup lambung bayi masih belum
sempurna sehingga menjadi pemicu terjadinya
muntah ASI pada Bayi.Klep yang belum
sepenuhnya berfungsi sempurna, menyebabkan
bayi muntah apabila setelah menyusui langsung
ditidurkan.
Bayi yang menangis berlebihan juga
bisa menjadi penyebab terjadi gumoh atau
regurgitasi. Hal ini karena bayi yang menangis
secara berlebihan akan membuat udara yang
tertelan juga berlebihan, sehingga sebagian isi
perut bayi akan kembali keluar. Apabila bayi
menangis karena tidak bisa menelan ASI dengan
sempurna, jangan teruskan pemberian ASI.Hal
ini bertujuan agar ASI tidak masuk masuk dan
menyumbat saluran napas.
Selain itu, regurgitasi juga bisa
disebabkan tingkat pengetahuan ibu terhadap
regurgitasi dan cara penanganannya sangat
minum, diamana kebanyakan orangtua sering
tidak terlalu menganggap serius pada bayi yang
sering
mengalami
regurgitasi.
Padahal
regurgitasi yang berlebihan dapat menyebabkan
berbagai komplikasi yang akan mengganggu
pertumbuhan bayi (Bernandus, 2012).
Hubungan Posisi Menyusui dengan Kejadian
Regurgitasi pada Bayi di Desa Jetak
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang
Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa Ibu yang menyusui dengan
posisi tidak baik sebagian besar bayinya
mengalami kejadian regurgitasi sejumlah 16
orang (76,2%). Hal ini karena ibu yang
menyusui dengan posisi tidak benar seperti ibu
tidak menopang bayi dengan satu lengan, kepala
tidak berada pada lengkungan siku ibu, kepala
bayi tertengadah, posisi telinga bayi tidak pada
satu garis lurus, dan perut bayi tidak menempel
badan ibu.
Sedangkan ibu yang menyusui dengan
posisi baik sebagian besar bayinya tidak
mengalami kejadian regurgitasi sejumlah 11
orang (64,7%). Hal ini karena posisi yang benar
saat menyusui bayi yaitu dengan posisi posisi
yang lebih tegak, ibu menggunkan bantal atau
selimut untuk menopang tubuh bayi, telinga dan
lengan bayi berada pada satu garis lurus, kepala
bayi tidak tertengadah sehinggaketika bayi
menyusu tidak menelan udara jika tidak segera
disendawakan maka bayi akan mengalami
regurgitasi.
Berdasarkan uji Chi Square (Continuity
Correction) diperoleh nilai ² hitung 4,877
dengan p-value 0,027. Oleh karena p-value
0,027 < (0,05), maka disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara posisi
menyusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi
di Desa JetakKecamatan Getasan Kab.
Semarang.
Hasil penelitian di atas didukung oleh
pernyataan
purnamaningrum
(2010)
menyatakan, regurgitasi terjadi pada bayi karena
katup antara lambung dan esophagus
(kerongkongan) belum sempurna, dimana salah
satu penyebabnya adalah posisi menyusui yang
tidak tepat.Posisi ibu yang tidak tepat pada saat
menyusui bayi seperti ibu tidak menggunakan
bantal untuk menopang tubuh bayi, posisi
telinga dan lengan tidak berada pada satu garis
lurus, kepala bayi yang tertengadah membuat
bayi menelan udara ketika menyusu sehingga
menyebabkan bayi mengalami regurgitasi.
Hal yang sama juga dinyatakan oleh
Widyastuti (2012) bahwa bayi akan lebih jarang
mengalami regurgitasi jika disusui dengan posisi
yang benar seperti posisi yang lebih
tegak,telinga dan lengan berda pada satu garis
lurus, kepala bayi tidak tertengadah sehingga
ASI tidak mengalir kembali dengan mudah.
Menyendawakan bayi sesaat setelah menyusui
dan memberikan ASI sedikit-sedikit tapi sering,
biasanya dapat membantu mengatasi regurgitasi.
HUBUNGAN POSISI IBU MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI DI DESA JETAK
KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG
8
Hal senada juga dinyatakan oleh Sudarti
(2010) bahwa ada beberapa penyebab terjadinya
regurgitasi pada bayi yaitu, bayi menelan udara
pada saat menyusu, posisi saat menyusui yang
tidak tepat, minum terburu-buru, atau bayi
sudah kenyang tetapi tetap diberi minum karena
orang tuanya khawatir kalau bayinya
kekurangan makan.
Khasanah, (2011) juga menambahkan
bahwa
untuk
mendukung
keberhasilan
menyusui pada bayi, ibu perlu mengetahui
posisi menyusui benar, sehingga dapat
mengurangi kejadian regurgitasi pada bayi.Salah
satu penyebab kegagalan menyusui adalah
disebabkan karena kesalahan ibu dalam
memposisikan dan meletakkan bayi saat
menyusui.Posisi menyusui dapat dilakukan
dengan beberapa posisi.Posisi menyusui yang
tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk,
berdiri, atau berbaring.Meskipun ketrampilan
menyusui dapat dikuasai secara alami, ibu tetap
harus memahami posisi menyusui yang benar.
Hasil penelitian di atas juga didukung
oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Vembrianna (2012) dengan judul “Hubungan
Antara Cara Menyusui Dengan Kejadian
Regurgitasi Pada Bayi 0-6 Bulan Di Bps Retno
Wiyati Desa Bangsa Kecamatan Kebasen
Kabupaten Banyumas Tahun 2012” yang
menyimpulkan bahwa ada hubungan antara cara
menyusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi
usia 0-6 bulan dengan nilai dengan p-value
0,002 < 0,05.
Hasil-hasil
penelitian
di
atas
menunjukkan bahwa posisi menyusui yang salah
memang merupakan penyebab terjadinya
regurgitasi atau gumoh pada bayi. Hal ini karena
posisi bayi yang salah saat dan setelah disusui,
karena pada saat menyusu jika kepala bayi
tertengadah bayi akan menelan udara dan
menyebabkan bayi mengalami regurgitasi, dan
setelah disusui lambung bayi telah terisi penuh
dengan cairan, apabila setelah disusui bayi
langsung ditidurkan maka cairan yang ada di
dalam lambung bayi akan mencari tempat yang
paling rendah oleh karena itu cairan akan sangat
mudah keluar dan kemudian bayi gumoh
(Marlean, 2005).
Kebiasaan ibu yang salah pada saat
menyusui seperti posisi kepala bayi tidak berada
pada lengkungan siku ibu serta telapak tangan
tidak menopang bokong bayi, kepala bayi yang
tertengadah, telinga dan lengan bayi tidak
terletak pada satu garis lurus, shingga
menyebabkan bayi menelan udara serta
mengakibatkan cairan tidak masuk ke dalam
saluran pencernaan akan tetapi masuk ke dalam
saluran pernapasan. Ini mengakibatkan bayi
tersedak dan mengalami gumoh.Kondisi ini
diperburuk apabila bayi banyak bergerak atau
aktif. Ini tentu akan meningkatkan resiko
terjadinya regurgitasi setelah minum susu atau
mengkonsumsi ASI. Gerakan menggeliat bayi
ataupun kontraksi otot perut karena menangis
dapat menekan lambung dan membuat isi
lambung mengalir keluar.Kontraksi yang terlalu
kuat dapat membuat lambung mengalami
kontraksi dan bayi mengalami muntah.
Untuk mengatasi kejadian ini, agar tidak
mengganggu kesehatan bayi yang lebih parah
dan pertumbuhan bayi lebih maksimal,
regurgitasi pada Bayi bisa diatasi dengan
memastikan posisi menyusui bayinya dengan
benar, telinga dan lengan bayi berada pada satu
garis lurus, kepala bayi tidak boleh tertengadah,
seluruh bibirnya menutup puting susu serta
daerah berwarna hitam di sekitarnya (aerola)
payudara. Hal ini bertujuan agar udara yang
masuk dan tertelan selama menyusu tidak terlalu
banyak.Apabila Muntah ASI terjadi berlebihan,
tengkurapkan bayi agar udara yang terperangkap
di lambung lebih mudah keluar.Dan terhindar
dari masuknya cairan ke paru-paru.TakaranASI
yang diberikan kepada Bayi dengan sedikitsedikit, disendawakan, lalu minumkan lagi.Hal
ini bertujuan untuk mengurangi udara yang
masuk ke lambung. Apabila buah hati anda
mengalami regurgitasi secara terus-menerus dan
dalam
jumlah
yang
banyak,
segera
konsultasikan
ke
dokter
anak
untuk
HUBUNGAN POSISI IBU MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI DI DESA JETAK
KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG
9
mendapatkan penyebab pasti muntah susu
tersebut. Karena bisa jadi bayi menderita alergi.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Posisi menyusui pada ibu menyusui di Desa
Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten
Semarang, sebagian besar dalam kategori
tidak baik, yaitu sejumlah 21 orang (55,3%)
seperti bayi yang tidak dipegang satu lengan
kepala bayi tidak berada pada lengkung siku
bokong tidak berada ditelapak tangnan ibu
dan kepala bayi tertengadah.
2. Sebagian besar bayi di Desa Jetak
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang
mengalami kejadian regurgitas, yaitu
sejumlah 22 bayi (57,9%) yangdisebabkan
karena posisi yang salah saat bayi menyusu.
3. Ada hubungan yang signifikan antara posisi
menyusui dengan kejadian regurgitasi pada
bayi di Desa Jetak Kecamatan Getasan
Kab.Semarang dengan p-value 0,027 <
(0,05).
Saran
1. Bagi ibu
Para ibu disarankan untuk lebih
memahami posisi menyusui bayi yang benar
guna untuk mencegah bayi regurgitasi. Hal
ini bisa dengan mencari informasi dari
berbagai sumber misalnya media massa atau
dengan menanyakan langsung pada tenaga
kesehatan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan diharapkan
lebih meningkatkan berbagaipenyuluhan,
seminar ataupunmenyebarkan brosur tentang
posisi menyusui yang benar dalam rangka
untuk mencegah kejadian regurgitasi.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Disarankan bagi tenaga kesehatan
untuk lebih aktif memperhatikan pasiennya
khususnya ibu yang menyusui dengan
memberikan informasi secara detil tentang
cara menyusui yang benar dan cara
mengatasi kejadian regurgitasi.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk penelitian yang lebih baik maka
perlu penambahan jumlah responden dan
variabel lain yang diteliti sehingga dapat
diraih hasil yang luas dan lebih bervariatif.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta.
Bahiyatun, 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Nifas Normal. Jakarta: EGC.
Alimul Hidayat, Aziz. 2009. Metode Penelitian
Keperawatan dan TekhnikAnalisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Bernandus, K, Loisa., dan Lestari, K, Dwi.
2012. Hubungan Antara Pengetahuan
Ibu Tentang Cara Menyendawakan Bayi
Usia 0-6 Bulan Dengan Kejadian Gumoh
Sesudah Menyusui Di Puskesmas
Manukan Kulon. Journal Kebidanan.
Vol.1. No.1. April. Hal 12-16.
Kholid, Ahmad. 2012. PromosiKesehatan.
Jakarta : PT Raja GrafindaPersada.
Marlean, R. 2005. 14 Steps to Reducing Your
Infant’s
Reflux.
http://www.infantrafluxdisese.com
diakses 14 November 2013.
NatiaWiji, Rizki. 2013. ASI dan Panduan Ibu
Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta.
Nursalam. 2015. Konsep & Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Proverawati, Atikah dan Eni Rahmawati. 2010.
Kapita Selekta ASI dan Menyusui.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Riyanto,
A.
2011.Aplikasi
Metodologi
Penelitian
Kesehatan.
Yogjakarta:
NuhaMedika
Saryono.
2010.
Metodologi
Penelitian
kebidanan. Nuha Medika. Jakarta
Saleha,Siti.2009.Asuhan Kebidanan Pada Masa
Nifas. Jakarta: Salemba Medika
HUBUNGAN POSISI IBU MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI DI DESA JETAK
KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG
10
Sudarti, Endang Khoirunnisa, 2009; Buku
Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan
Anak Balita, Nuha Medika; Yogyakarta
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan pada ibu nifas. Jogjakarta:
Andi Offset
Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian.
Bandung: Alfa Beta.
Sodikin.
2011,
Gangguan
Sistem
Gastrointestinal
dan
Hepatobilier,
Salemba Medika, Jakkarta
Widyastuti. 2012. Gumoh Pada Bayi (Reflux).
http://www.Kellymom.com diakses 06
Agustus 2013.
Pelayanan Kesehatan Di SMP Negeri IV
Meulaboh. [Diakses tanggal 4 November
2014].
Didapat
dari
:
http://180.241.122.205/dockti/NURHASA
NAH-skripsi_ nurhasanah _167.pdf
Paramita Pradnya, Dyah. 2010. Hubungan
Tingkat
Pengetahuan
Tentang
Dismenorea dengan Perilaku Penanganan
Dismenorea Pada Siswi SMK YPKK 1
Sleman Yogyakarta. [Diakses tanggal 30
Desember 2014]. Didapat dari :
http://eprints.uns.ac.id/
195/1/1650330082010 11451.pdf
Proverawati, A. & Misaroh S. 2009. Menarche
Menstruasi Pertama Penuh Makna.
Yogyakarta: Nuha Medika.
HUBUNGAN POSISI IBU MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI DI DESA JETAK
KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG
11
Download