Hukum yang mengkriminalkan penularan HIV hanya membuat sedikit perbedaan dalam perilaku seksual Oleh: Roger Pebody,1 Februari 2016, 11 Juli 2016 Sebuah studi yang membandingkan perilaku seksual dari laki-laki Amerika gay yang hidup di negar abagian yang memiliki atau tidak memiliki hukum yang mengkriminalkan penularan HIV, menemukan bahwa hanya ada sedikit variasi antar negara bagian, yang menyarankan bahwa legislasi memiliki dampak yang sangat minimal pada kesehatan masyarakat. Atau hukum tersebut kontra produktif— para laki-laki yang percaya bahwa mereka hidup dalam keadaan yang mengkriminalkan penularan HIV sedikit lebih mungkin melakukan hubungan seks tanpa kondom, para peneliti melaporkan dalam AIDS & Behavior. Sejumlah penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa undang-undang membuat dampak kecil pada frekuensi yang orang dengan HIV didiagnosis mengungkapkan status mereka. "Hukum yang mempromosikan kesehatan masyarakat melalui pembatasan kebebasan dapat dibenarkan hanya jika mereka secara efektif mencapai tujuan yang diinginkan," kata peneliti. Upaya lebih banyak diperlukan untuk menginformasikan para pembuat kebijakan dan masyarakat tentang tidak efektifnya hukum-hukum ini untuk mencegah perilaku yang menempatkan orang pada risiko HIV, mereka mengatakan. Amerika Serikat adalah negara yang mengkriminalisasi dan memenjarakan orang yang hidup dengan HIV yang dengan sengaja menularkan virus dan/atau memajankan orang lain dengan 'risiko' penularan (tanpa harus terjadi penularan sesungguhnya). Banyak hukum yang mengkriminalisasi perilaku seperti meludah yang tidak menimbulkan risiko nyata penularan HIV. Karena negara-negara bagian memiliki hukum yang berbeda, survei nasional untuk melihat apakah perubahan perilaku oleh yurisdiksi dapat dilakukan. Data berasal dari total 2.013 laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki yang direkrut melalui iklan daring untuk menyelesaikan survei internet pada tahun 2010. Usia rata-rata adalah 36 tahun, tiga perempat berkulit putih, setengah telah menyelesaikan kuliah dan dua-pertiganya tidak memiliki pasangan. Seperlima telah didiagnosis dengan HIV tapi hasilnya tidak disajikan secara terpisah sesuai dengan status HIV responden. Sebagian besar peserta (68%) melaporkan berhubungan seks tanpa kondom dalam tiga bulan terakhir. Apakah pria hidup dalam keadaan dengan hukum pidana HIV atau di mana penangkapan dan penuntutan telah benar-benar terjadi tidak ada bedanya untuk angka ini. Sementara lebih dari setengah tinggal di negara-negara bagian yang memiliki hukum pidana terkait HIV, responden tidak memiliki informasi yang cukup mengenai hal ini—tiga perempat tidak tahu apakah negara bagian mereka memiliki hukum pidana HIV atau tidak. Pria yang memiliki informasi yang benar atau salah tentang hukum negara mereka memiliki kemungkinan yang sama untuk berhubungan seks tanpa kondom. Tapi 17% dari pria yang percaya ada hukum seperti itu lebih mungkin untuk melaporkan seks tanpa kondom (75%) daripada pria yang tidak yakin tentang hukum tersebut (66%). Para peneliti menawarkan penjelasan yang mungkin untuk temuan ini: "Pria yang percaya bahwa ada hukum terkait HIV dan seks di negara mereka mungkin percaya bahwa hukum tersebut efektif dalam mematahkan semangat orang yang terinfeksi HIV untuk terlibat dalam seks anal tanpa kondom. Akibatnya, orang-orang ini mungkin terlibat dalam perilaku berisiko tinggi karena mereka merasa bahwa mereka berada pada risiko rendah untuk infeksi HIV, sebagian alasannya karena mereka percaya hukum negara bagian akan menghukum orang-orang yang berisiko jadi tidak ada orang yang berani berperilaku berisiko.” Ringkasan: Criminal laws on HIV transmission make little difference to sexual behaviour – or may make condomless sex more likely Dokumen ini diunduh dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/ Hukum yang mengkriminalkan penularan HIV hanya membuat sedikit perbedaan dalam perilaku seksual Sumber: Horvath KJ et al. Men who have sex with men who believe that their state has a HIV criminal law report higher condomless anal sex than those who are unsure of the law in their state. AIDS & Behavior, online ahead of print, 2016. –2–