manajemen keuangan fakultas ekonomi dan bisnis

advertisement
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN FINANCIAL LEVERAGE, PRICE
EARNING RATIO (PER), RETURN ON ASSETS (ROA) DAN DEBT TO EQUITY
RATIO (DER) TERHADAP EARNING PER SHARE (EPS)
(Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public Di BEI Periode 2006-2009)
ANGGI PERMANA
206081003937
MANAJEMEN KEUANGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M/1431 H
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN FINANCIAL LEVERAGE,
PRICE EARNING RATIO (PER), RETURN ON ASSETS (ROA) DAN
DEBT TO EQUITY RATIO (DER) TERHADAP EARNING PER
SHARE (EPS)
(Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public Di BEI Periode 2006-2009)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
ANGGI PERMANA
206081003937
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M/1431 H
i
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama
Alamat
Anggi Permana
Jl. Raya Serpong-Puspiptek RT 07/01
No: 03 Kp. Serpong, Tangerang
Selatan 15310
Tempat / Tanggal Lahir Indramayu / 12 Juli 1987
Jenis Kelamin
Laki-laki
Telepon
021-75871670 / 08569918709
E-mail
[email protected]
Pendidikan Formal
SDN Karang Tumaritis II Haurgeulis
SLTP Negeri 1 Serpong (sekarang SLTPN 1 Tangerang Selatan)
SMA Negeri 1 Cisauk (sekarang SMAN 2 Tangerang Selatan)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Tahun
1994-2000
2000-2003
2003-2006
2006- 2010
Latar Belakang Keluarga
1. Ayah
: Sangkan
2. Ibu
: Suna’ah
3. Alamat
: Jl.Raya Serpong-Puspiptek RT 07/01 No: 03
Kp.Serpong, Tangerang Selatan 15310
4. Telepon
: (021) 75871670
v
ABSTRACT
This research has a purpose, To know the effect that occurs between
Financial Leverage, PER, Return on Assets and DER on Earning Per Share and
To find out what the most influential variables in between Financial Leverage,
PER, Return on Assets and DER on Earning Per Share. Data used in this study
uses secondary data obtained from the Indonesian Stock Exchange. Sample
selection in this study were manufacturing companies started from 2006 until
2009. The results of this study indicate that there are significant variables
simultaneously on Financial Leverage, PER, Return on Assets and DER on
Earning Per Share. The results also show variable Financial Leverage, Return on
Assets and significant DER partially to the Earning Per Share, while the PER
variables no significant effect on Earning Per Share. In this study, the analysis
found that the most dominant variable is Return On Assets (ROA). The result of
the determination coefficient 0.452, this means the ability of the independent
variables explain the dependent variable at 45.2%, while the remaining 54.8% is
influenced by other variables and not included in this regression analysis.
Key words: the Financial Leverage, PER, ROA, DER, EPS
vi
ABSTRAK
Penelitian ini memiliki tujuan, Untuk menganalisis pengaruh yang terjadi
antara Financial Leverage, PER, Return on Asset dan DER terhadap Earning Per
Share dan Untuk menganalisis variabel apa yang paling berpengaruh di antara
Financial Leverage, PER, Return on Asset dan DER terhadap Earning Per Share.
Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang
diperoleh dari Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampel pada penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur mulai dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan pada
variabel Financial Leverage, PER, Return on Asset dan DER terhadap Earning
Per Share. Hasil penelitian ini juga menunjukkan variabel Financial Leverage,
Return on Asset dan DER berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Earning
Per Share, sedangkan variabel PER tidak berpengaruh signifikan terhadap
Earning Per Share. Pada penelitian ini ditemukan hasil analisa variabel yang
paling dominan adalah Return On Asset (ROA). Hasil koefisien determinasi
sebesar 0,452 hal ini berarti kemampuan variabel independen menjelaskan
variabel dependen sebesar 45,2 %, sedangkan sisanya 54,8% dipengaruhi oleh
variabel lain dan tidak termasuk ke dalam analisis regresi ini.
Kata kunci: Financial Leverage, PER, ROA, DER, EPS
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN FINANCIAL LEVERAGE, PRICE
EARNING RATIO (PER), RETURN ON ASSETS (ROA) DAN DEBT TO
EQUITY RATIO (DER) TERHADAP EARNING PER SHARE (EPS).(Studi
Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public Di BEI Periode 2006-2009)
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syaratsyarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Allah S.W.T atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tua yang penulis cintai dan hormati sepanjang hidup, yang
dengan rasa cinta dan kasih sayangnya secara tulus telah mengurus,
membesarkan, mendidik penulis hingga sekarang ini serta memberikan
semangat dan doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis.
3. Adinda, Nurul Aisyah, Putri Kannaya, dan Rezky Wahyu Saputra , serta
saudara-saudaraku yang tak pernah henti memberikan semangat dan motivasi
kepada penulis.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Dosen Pembimbing Skripsi I
yang telah bersedia meluangkan waktunya, memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
6. Bapak. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi II
yang telah bersedia meluangkan waktunya, memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
viii
7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) yang telah memberikan
ilmu akademis selama ini. Semoga ilmu yang penulis peroleh, dapat menjadi
ilmu yang bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi orang lain.
8. Segenap staf dan karyawan akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB),
Mba Ani, Mas Ajis, Mas Heri, Mpok Heny, Mas Alfred, Pak Sukmadi, dan
lain-lain. Terima kasih atas pelayanan dan bantuannya selama ini.
9. Saktika Miladina, yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam
penyelesaian skripsi ini.
10. Sahabat-sahabat tercinta, Ade Ridwan, Aditya Yudhistira, Ali Murtadlo,
Ardian Prima, Eko Andrianto, Ika Caya Putri, Julfi fajrihan, Nurrina, Nurul
Faizah Rahma, Rika Perdana Putri, yang telah memberikan dukungannya
kepada penulis.
11. Teman-teman seperjuangan Manajemen B 2006, Ahmad Faisal, Anggi
Saputra, , Alamsyah, Anwar Riyadih, Febrian Djaka P., Ghafur, Lia Marlia,
Lutfiah Hilyanti, M. Bukhari Muslim, Muzakir, Purwanti Rosalina, Renal
Ramadhan, Restu Ibrahim, Rheina Amalia, Rosim, Umar Syaifuddin, dan
Vaditya Rizky P.
12. Rekan-rekan Akuntansi dan manajemen angkatan 2006 yang telah
memberikan dukungannya selama ini kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, 28 September 2010
Penulis,
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................... i
Lembar Pengesahan Skripsi ............................................................................. ii
Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ............................................................ iii
Lembar Pengesahan Uji Skripsi ....................................................................... iv
Daftar Riwayat Hidup ....................................................................................... v
Abstract ............................................................................................................... vi
Abstrak ............................................................................................................... vii
Kata Pengantar ................................................................................................... viii
Daftar Isi ............................................................................................................. x
Daftar Tabel ....................................................................................................... xiii
Daftar Gambar ................................................................................................... xiv
Daftar Lampiran ................................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah .......................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat .......................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 9
A. Manajemen Keuangan ........................................................................ 9
1. Pengertian ...................................................................................... 9
2. Fungsi Manajemen Keuangan ...................................................... 10
B. Pengertian Saham .............................................................................. 13
C. Harga Saham ..................................................................................... 18
D. Pengertian Earning Per Share (EPS) ................................................. 19
E. Pengertian Financial Leverage .......................................................... 24
x
F. Pengertian Price Earning Ratio (PER) .............................................. 27
G. Return On Assets (ROA) .................................................................. 30
H. Debt to Equity Ratio (DER) .............................................................. 33
I. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 35
J. Hipotesis ............................................................................................ 37
K. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 41
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 41
B. Metode Penentuan Sampel ................................................................. 41
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 42
D. Metode Analisis Data ......................................................................... 43
E. Operasional Variabel Penelitian ........................................................ 49
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................... 52
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................. 52
1. Sejarah Pasar Modal di Indonesia ................................................ 52
2. Struktur Pasar Modal indonesia ................................................... 53
3. Lembaga-lembaga yang Terlibat di BEI ....................................... 53
4. Mekanisme Perdagangan ............................................................... 57
B. Sejarah Objek Penelitian ................................................................... 58
1. Sejarah Perusahaan Manufaktur ................................................... 58
2. Perusahaan yang Menjadi Objek Penelitian ................................. 59
C. Hasil dan Pembahasan........................................................................ 60
1. Deskriptif Data ............................................................................. 60
2. Pengujian Asumsi Klasik ............................................................. 69
3. Uji Signifikansi ............................................................................. 74
4. Analisis Regresi Berganda ........................................................... 77
D. Interpretasi ......................................................................................... 78
xi
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI .................................................... 83
A. Kesimpulan ....................................................................................... 83
B. Saran dan Implikasi ........................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 87
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
TABEL
KETERANGAN
HALAMAN
2.1
Penelitian Terdahulu ........................................................ 38
4.1
Tabel Perusahaan Objek Penelitian .................................. 59
4.2
Financial Leverage .......................................................... 61
4.3
Per Earning Ratio ..………. ............................................. 62
4.4
Return On Assets .............................................................. 64
4.5
Debt To Equity Ratio ......................................................... 65
4.6
Earning Per Share ............................................................ 66
4.7
Tabel Deskripsi Data Variabel FL, PER, ROA,
dan DER Terhadap EPS .................................................... 68
4.8
Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
(Uji Normalitas) ................................................................ 70
4.9
Hasil Pengujian Multikolinearitas ………. ....................... 71
4.10
Hasil Pengujian Autokolerasi ........................................... 72
4.11
Hasil Pengujian Uji t ........................................................ 74
4.12
Hasil Pengujian Uji F ….. ................................................. 75
4.13
Hasil Pengujian Adj R Square .......................................... 76
4.14
Hasil Analisis Regresi ...................................................... 77
xiii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
KETERANGAN
HALAMAN
2.1
Kerangka Pemikiran ......................................................... 36
4.1
Struktur Pasar Modal Indonesia ....................................... 53
4.2
Uji Normalitas ................................................................... 69
4.3
Uji Heteroskedastisitas ..................................................... 73
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian
Lampiran 2
Perhitungan Data Mentah
Lampiran 3
Hasil Output Pengujian Regresi Linier Berganda
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin maraknya dunia investasi dalam perekonomian Indonesia pada
era globalisasi, membuat banyak investor menanamkan modalnya pada suatu
perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari investasi tersebut. Seorang
investor tentunya akan memiliki pertimbangan dan penilaian akan alternatif
investasi yang akan dipilihnya. Oleh karena itu, kepercayaan investor menjadi
suatu hal yang penting bagi perusahaan dalam menanamkan modalnya yang
dapat meningkatkan nilai perusahaan sehingga performa perusahaan dapat
terjaga dengan baik.
Setiap modal atau dana yang di investasikan selalu mengaitkan antara
hasil dan resiko. Seorang investor yang berinvestasi akan menganalisis dengan
cermat dan teliti perusahaan tempat berinvestasi. Kinerja perusahaan yang
menurun tentu akan direspon di pasar modal. Hal tersebut dapat
mempengaruhi para investor dalam menanamkan dananya di perusahaan
tersebut. Secara umum teknis analisis yang digunakan melakukan penilaian
investasi yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal (Anoraga dan
Prakarti, 2006:108). Beragamnya analisis keuangan didasarkan perbedaan
tujuan dan harapan yang ingin dicapai. Salah satu contoh pemilik saham dan
calon investor akan melihat segi profitabilitas dan resiko, karena kestabilan
1
1
harga saham sangat bergantung dengan tingkat keuntungan yang diperoleh dan
dividen dimasa mendatang.
Masih banyak investor yang menggunakan perkiraan semata dalam
melakukan investasi. Cara demikian, jelas berisiko dan cenderung tidak
menguntungkan, karena perlu dipikirkan risiko dalam memilih saham yang
ditawarkan. Jika ingin melakukan investasi di Pasar Modal maka dana yang
dikehendaki, kita investasikan dan harus ada tujuan investasi yang jelas, target
yang akan dicapai dan wahana dalam Pasar Modal.
Investor yang melakukan penanaman modal dalam bentuk saham
diharapkan melihat kecenderungan perkembangan harga saham dan besarnya
volume perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, sebagai salah satu
indikator yang penting guna mempelajari kinerja suatu perusahaan. Dalam
proses pengambilan keputusan investasi, seorang investor pada akhirnya
memerlukan suatu informasi akuntansi guna menilai, mengevaluasi, dan
memprediksi keadaan keuangan perusahaan serta layak tidaknya investor
menginvestasikan dananya pada saham perusahaan tersebut. Maka perusahaan
tersebut harus mengambil keputusan dari berbagai alternatif dengan metode
yang ada. Salah satu tujuan dalam pemilihan berbagai alternatif dengan
metode pembelanjaan adalah untuk memperbesar pendapatan bagi pemilik
modal sendiri atau pemegang saham biasa tersebut.
Beberapa faktor penting yang menjadi perhatian calon investor sebelum
membeli saham antara lain: financial leverage, price earning ratio (PER),
return on assets (ROA), debt to equity ratio (DER) dan earning per share.
2
Tidak dapat diingkari bahwa Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu
indikator utama yang digunakan para investor dalam melihat daya tarik
perusahaan, karena laba per lembar saham merupakan cermin dari nilai
perusahaan. Bila laba per lembar saham semakin meningkat berarti dapat
dikatakan bahwa performa perusahaan adalah baik, begitu juga sebaliknya
sehingga investor pun dapat menilai dan memilih sendiri perusahaan yang
dapat dipercaya untuk berinvestasi. Apabila perusahaan ingin memperoleh
dana dari pasar modal dengan menjual sahamnya, maka saham tersebut harus
menarik investor dan untuk membuat saham itu menarik maka salah satunya
adalah nilai EPS harus tinggi.
Informasi EPS digunakan baik oleh pimpinan perusahaan, investor
maupun pemegang saham. Bagi pemegang saham biasa EPS yang besar
menunjukkan bahwa perusahaan mampu memberikan deviden yang besar
kepada pemegang saham. Sehingga apabila EPS terus meningkat akan
menyebabkan harga saham di pasar modal terdorong naik dan kenaikan saham
akan menimbulkan capital gain yang akan dinikmati oleh para pemegang
saham biasa. Bagi para investor atau calon investor, EPS merupakan informasi
yang sangat mereka butuhkan karena suatu saham yang memiliki EPS tinggi
menunjukkan kinerja perusahaan yang baik, sehingga mereka akan tertarik
memiliki saham tersebut, sedangkan bagi manajemen perusahaan sendiri EPS
digunakan untuk menentukan dividen yang akan dibagikan dan merupakan
tolok ukur profitabilitas perusahaan yang dipimpinnya.
3
Dalam penerapan financial leverage penggunaan sumber dana tetap
yang memiliki beban tetap seperti hutang jangka panjang dan modal saham
dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan. Sedangkan
pada pendekatan price earning ratio (PER) suatu saham dikatakan bernilai
jika memiliki prospek pada laba dimasa yang akan datang. Selanjutnya tingkat
pengembalian aset suatu perusahaan merupakan salah satu cara bagi investor
untuk mengukur kinerja suatu perusahaan dalam menghasilkan laba atas suatu
investasi tertentu. Pertumbuhan return on assets (ROA) merupakan salah satu
sasaran utama setiap perusahaan. Metode pengukuran pertumbuhan return on
assets telah banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan dan biasa
disertakan dalam laporan keuangannya.
Penelitian-penelitian mengenai Earning Per Share (EPS) pun telah
banyak dilakukan. Rina Intani dan Teddy Oswari (2009) meneliti tentang
penerapan financial leverage terhadap peningkatan earning per share (EPS)
dan analisis financial leverage menunjukkan perubahan EPS sebagai
perubahan EBIT dan memiliki kecenderungan menurun yang tidak signifikan.
Sampel yang digunakan yaitu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
Yeye Susilowati (2003) meneliti tentang Pengaruh Price Earning Ratio
(PER) Terhadap Faktor Fundamental Perusahaan (Dividend Payout Ratio,
Earning Per Share, dan Risiko) Pada Perusahaan Publik Di Bursa Efek
Jakarta (BEJ). Penelitian ini menggunakan 60 sampel. Pemilihan sampel
didasarkan purposive sampling. Data yang digunakan yaitu data archival dan
alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis yaitu regresi berganda.
4
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa portofolio yang dibentuk oleh price
earning ratio (PER), price to bool value (PBV), dan price to sales ratio (PSR)
yang rendah. memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan
portofolio yang dibentuk oleh PER, PBV, dan PSR yang tinggi.
Pengaruh Return on Assets Dan Return on Equity terhadap Earning Per
Share. Penelitian yang digunakan oleh Yunina, SE.,M.Si, Ak,. Nazir, SE.,
M.Si dan Ghazali Syamni, SE., M.Sc (2009). dari penelitian di ini dapat
disimpulkan bahwa variabel return on assets (ROA) dan return on equity
(ROE) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap earning per
share pada PT. Bank Muamallat Indonesia,Tbk. Hasil penelitian juga
menemukan secara parsial variabel return on assets (X1) dan return on equity
(X2) berpengaruh signifikan terhadap earning per share (Y).
Yuli Winarni (2003) melakukan penelitian tentang “Analisis VariabelVariabel yang Mempengaruhi Earning Per Share”. Hasil penelitian ini adalah
Variabel Net Profit Margin, Current Assets Turn Over, dan Leverage Ratio
memiliki pengaruh signifikan terhadap Earning Per Share sedangkan variabel
lainnya yaitu Net Sales, Current Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Inventory
Turn Over, Total Asset Turn Over, Operating Profit Margin, dan Gross Profit
Margin tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Earning Per Share.
Sampel yang digunakan yaitu Perusahaan Tekstil di Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Hsu-Ling Chang, et al. (2008). The Relationship Between Stock Price
And EPS: Evidence Based On Taiwan Panel Data. A primary conclusion that
stock prices moves with EPS in the long-run, but not necessary at the same
5
rate. There exists an inverse relation between the growth rate of operating
revenue and degree of EPS impact on stock prices. So, EPS could impact
stock prices and the "Earning Information Content" exists in Taiwan.
Dalam penelitian-penelitian tersebut, terlihat cukup banyak faktor yang
diduga dapat mempengaruhi earning per share (EPS) suatu perusahaan. Para
peneliti tersebut juga sependapat bahwa earning per share (EPS) masih
menjadi teka-teki yang diperdebatkan. Berdasarkan penjelasan yang telah
diuraikan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih
lanjut terhadap earning per share (EPS) ini. Variabel utama yang digunakan
yakni Financial Leverage, Price Earning Ratio (PER), Return On Assets
(ROA) dan Debt To Equity Ratio (DER). Sehubungan dengan itu penulis
mencoba melakukan penelitian dan menyusun hasil penelitian dengan judul “
Analisis Pengaruh Penerapan Financial Leverage, Price Earning Ratio (PER),
Return On Assets (ROA) dan Debt To Equity Ratio (DER) Terhadap Earning
Per Share (EPS). Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan
manufaktur go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2006-2009.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini, yaitu:
6
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan variabel Financial Leverage,
Price Earning Ratio (PER), Return On Assets (ROA), dan Debt To Equity
Ratio (DER) terhadap Earning Per Share (EPS) parsial maupun simultan?
2. Variabel independen manakah yang paling dominan mempengaruhi
Earning Per Share (EPS)?
C. Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menganalisis pengaruh yang signifikan variabel Financial
Leverage, Price Earning Ratio (PER), Return On Assets (ROA) dan
Debt To Equity Ratio (DER) terhadap Earning Per Share (EPS.
b. Untuk menganalisis variabel yang paling dominan mempengaruhi
Earning Per Share (EPS).
2. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi
pengembangan ilmu ekonomi sebagai sumber bacaan atau referensi
yang dapat memberikan informasi teoritis dan empiris pada pihak-pihak
yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan
ini, dan menambah sumber pustaka yang telah ada. Untuk
7
meningkatkan pengetahuan bagi si penulis dan pembaca mengenai
Analisis Pengaruh Penerapan Financial Leverage, Price Earning Ratio
(PER), Return On Assets (ROA) dan Debt To Equity Ratio (DER)
Terhadap Earning Per Share (EPS).
b. Bagi Manajemen Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak manajemen
perusahaan yang dapat digunakan sebagai masukan atau dasar untuk
meningkatkan kinerja perusahaan yang dapat dilihat dari rasio keuangan
yang baik menunjukkan prospek bagus bagi perusahaan di masa yang
akan datang yang dapat menarik investor untuk menanamkan modal di
perusahaan sehingga dimungkinkan dapat menambah modal untuk
usaha pengembangan perusahaan dan sebagai bahan informasi dalam
pengambilan keputusan.
c. Bagi Investor
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi tentang Analisis
Pengaruh Penerapan Financial Leverage, Price Earning Ratio (PER),
Return On Assets (ROA) dan Debt To Equity Ratio (DER) Terhadap
Earning Per Share (EPS), sehingga dapat dijadikan sebagai
pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi serta
dapat dipergunakan sebagai salah satu alat untuk memilih atau
menentukan perusahaan mana yang mempunyai EPS yang baik.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Manajemen Keuangan
1. Pengertian
Divisi keuangan seperti halnya divisi yang lain dalam perusahaan
ataupun badan usaha memiliki kepentingan dan tanggung jawab yang
besar. Setiap keputusannya berpengaruh dan menentukan masa depan serta
kelangsungan hidup perusahaan atau badan usaha tersebut, karena
kegiatannya berhubungan dengan keuangan perusahaan.
Menurut Bambang Riyanto, (1999 : 4) pengertian manajemen
keuangan yaitu “Keseluruhan aktifitas perusahaan yang bersangkutan
dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau
mengalokasikan dana tersebut.” Sedangkan menurut Sartono, (1998 : 2)
menyatakan hal yang sama mengenai definisi dari manajemen keuangan,
yaitu: “Manajemen keuangan dapat diartikan sebagaimana manajemen
yang baik yang berkaitan dengan mengalokasikan dana dalam bentuk
investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk
pembiayaan investasi atau pembelanjaan efisien.”
Menurut
Suad Husnan, (1996 : 2)
“Manajemen keuangan
merupakan kegiatan yang menyangkut perencanaan, analisis dan
pengendalian kegiatan keuangan”.
9
9
Secara sederhana manajemen keuangan mengandung makna segala
sesuatu yang berhubungan dengan cara mengatur uang. Secara spesifik,
manajemen keuangan meliputi: analisis situasi keuangan, merumuskan
rencana-rencana keuangan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
dan menyediakan sistem pengendalian keuangan yang efektif untuk
memastikan rencana berjalan menuju tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Pengertian manajemen dapat pula ditinjau dari tugas utama pimpinan
bagian keuangan, yaitu: “Merencanakan untuk memperoleh dana dan
menggunakan dana tersebut untuk memaksimisasi nilai perusahaan”.
Dari definisi tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan
manajemen keuangan perusahaan tidak hanya mengutamakan usaha
mendapatkan dana saja akan tetapi juga memberikan pengertian yang lebih
dalam penggunaan dana atau alokasi dana. Jadi, manajer keuangan
berkewajiban untuk mengatur keuangan perusahaan agar tidak terjadi
kekurangan atau kelebihan dana yang dapat mengganggu kelancaran dan
kelangsungan hidup perusahaan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa manajemen keuangan dalam
perkembangannya telah berubah dari studi yang bersifat deskriptif menjadi
studi yang meliputi analisis dan teori yang normatif.
2. Fungsi Manajemen Keuangan
Pengelolaan keuangan yang baik akan membantu setiap perusahaan
dalam meningkatkan laba perusahaannya. Penerapan fungsi-fungsi
10
keuangan secara tepat pada suatu perusahaan akan sangat menunjang
tercapainya tujuan peruasahaan itu.
Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti;
“Manajemen keuangan mempunyai fungsi yang penting dalam suatu
perusahaan. Apabila pimpinan perusahaan memutuskan untuk meminjam
dana, terlebih dahulu harus diperhitungkan dahulu antara tingkat
pendapatan yang diharapkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk dana
yang dipinjam serta resiko yang mungkin terjadi”. (2004 : 4)
Murthada Sinuraya, (1999 : 6) berpendapat bahwa “seorang manajer
keuangan harus dapat berperan dalam mengembangkan aneka fungsi
manajemen keuangan, yang terdiri dari”:
1. Fungsi Pengendalian Kualitas
a. Perencana Aliran Kas
Sangat berperan dalam menyusun rencana terperinci aliran kas
masuk dan keluar. Maka perlu diperhatikan berbagai sumber aliran
kas sebagai aliran keluar yang perlu dirancang keseimbangannya
dengan baik.
b. Pencarian Dana
Manajemen keuangan berperan dalam memiliki sumber dana yang
akan dipakai untuk mendanai kegiatan perusahaan, baik dari dalam
maupun dari luar perusahaan.
11
c.
Penjagaan hubungan baik dengan pemilik dana secara individu
maupun lembaga. Hal ini diperlukan untuk menjaga kemungkinan
kebutuhan dana yang mendadak untuk keperluan usaha.
Dari fungsi manajemen kualitas dapat disimpulkan bahwa terdapat
tiga fungsi yaitu perencana aliran kas yang berperan dalam pengendalian
arus kas masuk dan keluar, kedua fungsi pencarian dana yang mempunyai
peran untuk mencari dana untuk membiayai perusahaan baik dari luar
maupun dari dalam perusahaan, dan yang ketiga yaitu penjagaan hubungan
baik dengan pemilik dana.
2. Fungsi Pengendalian Laba Perusahaan
Fungsi pengendalian laba merupakan gabungan dari 3 fungsi
manajemen yang menjadi satu, yakni:
a. Perencanaan
laba
berkaitan
dengan
penetapan
harga
dan
pengendalian biaya. Dalam hal ini, yang terpenting adalah dapat
memaksimumkan nilai perusahaan, bukan mengharapkan laba yang
sebesar-besarnya.
b. Penetapan atau penentuan biaya, manajer keuangan turut serta
dalam menetapkan suatu harga yang layak bagi produk yang
dihasilkan.
c. Pengendalian biaya, manajer keuangan dapat mengatur segala yang
berkenaan dengan biaya produksi.
Dari kedua fungsi pengendalian laba perusahaan maka dapat
disimpulkan
bahwa
gabungan
dari
tiga
fungsi
tersebut
dalam
12
memaksimalkan nilai perusahaan bukan hanya mengharapkan laba yang
sebesar-besarnya tetapi dapat merencanakan laba dengan pengendalian
biaya yang sesuai dengan produk yang dihasilkan.
Weston dan Brigham (1998 : 13) berpendapat, “The main functions
financial management are planning for accuring and utilizing funds in
ways that maximize the eficiency of the organization.”
Dari pendapat yang dikemukakan oleh Weston dan Brigham dapat
diartikan bahwa fungsi utama dari manajemen keuangan adalah
merencanakan
untuk
memanfaatkan
dana
dengan
harapan
dapat
memaksimalkan efisiensi dari organisasi.
B. Pengertian Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan
seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas
adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat tersebut. Porsi kepemilikan
ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan
(Tjiptono dan Hendy:2001). Mendefinisikan saham sebagai bentuk modal
penyertaan (equity capital) atau bukti posisi kepemilikan dalam suatu
perusahaan.
Sifat dasar investasi saham adalah memberikan peran bagi investor
dalam memperoleh laba perusahaan. Setiap pemegang saham merupakan
sebagian pemilik perusahaan, sehingga mereka berhak atas sebagian dari laba
13
perusahaan. Namun hak tersebut terbatas karena pemegang saham berhak atas
bagian penghasilan perusahaan hanya setelah seluruh kewajiban perusahaan
dipenuhi.
Pada dasarnya saham dapat digunakan untuk mencapai tiga tujuan
investasi utama yaitu :
1. Sebagai gudang nilai, berarti investor mengutamakan keamanan prinsipal,
sehingga mereka akan mencari saham blue chips dan saham non-spekulatif
lainnya.
2. Untuk pemupukan modal, berarti investor mengutamakan investasi jangka
panjang, sehingga mereka akan mencari saham pertumbuhan untuk
memperoleh capital gain atau saham sumber penghasilan untuk mendapat
dividen.
3. Sebagai sumber penghasilan, berarti investor mengandalkan pada
penerimaan dividen sehingga mereka akan mencari saham penghasilan
yang bermutu baik dan hasil tinggi.
Menurut Robbert Ang (1997), saham adalah surat berharga sebagai
bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu
perusahaan. Nilai suatu saham berdasarkan fungsinya dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu :
1. Nilai Nominal
Nilai nominal adalah nilai yang tercantum pada saham yang
bersangkutan dan berfungsi untuk tujuan akuntansi. Dalam modal suatu
perseroan, dikenal adanya modal disetor. Perubahan modal disetor ini sama
14
dengan merupakan suatu nilai yang berguna bagi pencatatan akuntansi, di
mana nilai nominal dicatat sebagai model ekuitas perseroan di dalam
neraca. Setiap saham yang diterbitkan di Indonesia harus mempunyai nilai
nominal yang tercantum pada surat sahamnya. Namun untuk satu jenis
saham yang lama harus mempunyai satu jenis nilai nominal.
2. Base Price (Harga Pasar)
Harga dasar suatu saham sangat erat kaitannya dengan harga pasar
suatu saham. Harga dasar suatu saham baru merupakan harga perdananya.
Harga dasar ini berubah sesuai aksi emiten yang dilakukan seperti right
issue, stock split, warrant dan lain-lain, sehingga harga saham dasar yang
baru harus dihitung sesuai dengan perubahan harga teoritis hasil
perhitungan antara harga dasar dengan jumlah saham yang diterbitkan.
3. Market Price (Harga Saham)
Harga pasar merupakan harga saham pada pasar yang sedang
berlangsung. Jika pasar bursa efek tutup, maka harga pasar adalah harga
penutupan (closing price). Jadi harga pasar ini yang menyatakan naik
turunnya suatu saham. Jika harga pasar dikalikan jumlah saham yang
diterbitkan, maka didapat market value.
Surat berharga saham memiliki bermacam-macam bentuk. Macammacam saham terbagi berdasarkan peralihan hak, berdasar hak tagih dan
berdasar kinerja saham itu sendiri meliputi :
1. Berdasarkan Peralihan Hak
a. Saham Atas Unjuk (Bearer Stock)
15
Yaitu jenis saham yang tidak menyertakan nama pemilik dengan
tujuan agar saham tersebut dapat dengan mudah dipindahtangankan atau
mudah berganti pemilik dan siapapun yang memegang saham tersebut
secara sah menjadi pemilik saham tersebut dan berhak ikut dalam RUPS
(Rapat Umum Pemegang Saham).
b. Saham Atas Nama (Registered Stock)
Saham ini mencantumkan nama dari pemilik saham pada lembar
sahamnya. Saham ini dapat dipindahtangankan tetapi harus melalui
prosedur tertentu.
2. Berdasarkan Hak Tagih atau Klaim
a. Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa merupakan saham yang memiliki hak klaim berdasar
laba atau rugi yang diperoleh perusahaan. Bila terjadi likuidasi,
pemegang saham biasalah yang mendapatkan prioritas paling akhir
dalam pembagian dividen dan penjualan asset perusahaan.
b. Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham preferen adalah saham dengan bagian hasil yang tetap dan
apabila perusahaan mengalami kerugian maka pemegang saham preferen
akan mendapat prioritas utama dalam pembagian hasil atas penjualan
asset.
16
3. Berdasarkan Kinerja Saham
a. Blue Chip Stock
Yaitu saham unggulan karena diterbitkan oleh perusahaan yang
memiliki kinerja baik, dapat membagikan dividen secara stabil dan
konsisten. Perusahaan yang menerbitkan saham ini biasanya adalah
perusahaan besar yang telah memiliki pangsa pasar tetap.
b. Growth Stock
Merupakan jenis saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang
memiliki pertumbuhan pendapatan tinggi.
c. Income Stock
Merupakan saham yang memiliki dividen progresif atau besarnya
dividen yang dibagikan lebih tinggi dari rata-rata dividen tahun
sebelumnya.
d. Speculative Stock
Saham ini menghasilkan dividen yang tidak tetap karena
perusahaan yang menerbitkan memiliki pendapatan yang berubah-ubah,
dan memungkinkan memiliki prospek yang bagus di masa yang akan
datang.
e. Counter Cyclical Stock
Perusahaan yang menerbitkan saham ini operasionalnya tidak
banyak dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro. Perusahaan ini
biasanya bergerak dalam bidang produksi atau layanan jasa vital.
17
C. Harga Saham
Nilai pasar dari sekuritas merupakan harga pasar dari sekuritas itu
sendiri. Untuk sekuritas yang diperdagangkan dengan aktif, nilai pasar
merupakan harga terakhir yang dilaporkan pada saat sekuritas terjual (Horne,
1997:70).
Dalam teori manajemen dijelaskan bahwa tujuan dan sasaran yang
digunakan sebagai standar dalam memberikan penilaian efisien atau tidaknya
suatu keputusan keuangan dapat dilihat dari nilai perusahaan. Perusahaan yang
menerbitkan saham, nilai perusahaan yaitu nilai saham ditambah dengan nilai
pasar hutang. Husnan (2001) mengemukakan bahwa nilai saham adalah harga
pasar dikalikan dengan jumlah saham yang beredar.
Horne (1997:5) mengemukakan bahwa harga pasar bertindak sebagai
barometer dari kinerja bisnis. Harga pasar menunjukkan seberapa baik
manajemen menjalankan tugasnya atas nama para pemegang saham. Oleh
karena itu manajemen selalu berada dalam pengawasan. Para pemegang
saham yang tidak puas dengan kinerja manajemen dapat menjual saham yang
mereka miliki dan menginvestasikan uangnya di perusahaan lain. Tindakantindakan tersebut jika dilakukan oleh para pemegang saham akan dapat
mengakibatkan turunnya harga saham di pasar. Pada dasarnya tinggi rendah
harga saham lebih banyak dipengaruhi oleh pertimbangan pembeli dan penjual
tentang kondisi internal dan eksternal perusahaan. Hal ini berkaitan dengan
analisis sekuritas yang umumnya dilakukan investor sebelum membeli atau
menjual saham.
18
D. Pengertian Earning Per Share (EPS)
EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan
(return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham
(Darmaji, 2001:139)
Menurut Simamora (2000:530), EPS adalah laba bersih per Lembar
saham biasa yang beredar selama periode tertentu. Sedangkan menurut
Fabozzi (1999:359) EPS merupakan alat analisis yang menggunakan konsep
laba konvensional. EPS adalah salah satu dari dua alat analisis yang sering
digunakan mengevaluasi saham biasa disamping PER dalam lingkaran
keuangan.
Berdasarkan pendapat diatas, pengertian EPS yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah ratio yang menunjukkan seberapa besar keuntungan yang
diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham yang beredar
selama suatu periode.
Kalangan investor berharap bisa memperoleh suatu imbalan atas
investasi mereka melalui dividen maupun kenaikan harga saham. Pembayaran
dividen maupun apresiasi harga saham sangatlah terkait dengan kemampuan
perusahaan
memperoleh
pendapatan.
Suatu
ukuran
kunci
yang
menghubungkan pendapatan perusahaan dengan saham biasanya adalah laba
per lembar saham (Earning Per Share / EPS). (Garrison dan Norren, 2001 :
787).
Menurut Weston dan Brigham, (1996 : 15) “Earning per share is net
income divided by the number of shares of common stock outstanding”.
19
Sedangkan menurut Horne dan Wachowicz, (1998 : 3). “Earning per share is
earning after tax (EAT) divided by the number of common shares outstanding.
EPS means different things for different firm’s. For some firm’s they mean
more than for other”. Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
EPS atau laba per lembar saham menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
mendistribusikan pendapatan yang diraih perusahaan kepada pemegang
sahamnya. Para investor atau pemegang saham menyukai perusahaan yang
memiliki EPS yang tinggi untuk menanamkan modalnya tersebut karena akan
berpengaruh terhadap naiknya nilai perusahaan tersebut. Semakin tinggi
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan kepada pemegang
sahamnya mencerminkan semakin besar keberhasilan usaha yang dijalankan
perusahaan tersebut.
Horne dan Wachowicz, (1998 : 3) juga menerangkan EPS dihitung
dengan cara membagi keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham biasa
(keuntungan setelah dikurangi pajak pendapatan) dengan jumlah lembar
saham biasa yang beredar.
1. Kegunaan EPS
Variabel EPS merupakan proxy bagi laba per saham perusahaan yang
diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai bagian
keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode keuntungan yang dapat
diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan memiliki suatu saham. Seorang
investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan
harapan akan memperoleh deviden atau capital gain. Laba biasanya menjadi
20
dasar penentuan pembayaran deviden dan kenaikan nilai saham di masa
mendatang. Oleh karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan
angka EPS yang dilaporkan perusahaan.
EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk
tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan
operasinya. Laba per lembar saham diperoleh dari laba yang tersedia bagi
pemegang saham biasa dibagi dengan rata-rata saham biasa yang beredar. EPS
merupakan hasil atau pendapatan yang akan diterima oleh pemegang saham
untuk setiap lembar saham yang dimilikinya atas keikutsertaannya dalam
perusahaan. laba per lembar saham biasanya merupakan indikator laba yang
diperhatikan oleh para investor yang umumnya terhadap korelasi yang kuat
antara pertumbuhan laba dan pertumbuhan harga saham.
Jumlah pendapatan yang tersedia bagi pemegang saham adalah
pendapatan bersih setelah dikurangi pajak pendapatan. Pendapatan bersih ini
setelah dikurangi dengan deviden dan hak-hak lainnya untuk pemegang saham
biasa. Dengan cara membagi jumlah pendapatan yang tersedia untuk
pemegang saham biasa dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar maka
akan diketahui jumlah lembar pendapatan untuk setiap lembar saham tersebut.
Husnan (2001:317) bahwa jika kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba meningkat, maka harga saham akan meningkat. Dengan
meningkatnya harga saham perusahaan, maka return saham yang akan
diperoleh investor juga akan semakin tinggi. Jika nilai EPS naik maka harga
saham mengalami kenaikan, return sahamnya juga mengalami kenaikan.
21
Pendapatan per saham (Earning per share/EPS) perusahaan biasanya
menjadi perhatian pemegang saham pada umumnya atau calon pemegang
saham dan manajemen. EPS menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan
(return) dari setiap lembar saham. Semakin besar nilai EPS, semakin besar
keuntungan/return yang diterima pemegang saham.
Jadi jika saham yang beredar dari saham prioritas dan saham biasa
maka langkah pertama adalah menentukan pendapatan yang menjadi hak
pemegang saham prioritas dan hak tersebut dikurangkan pada laba bersih yang
diperoleh baru kemudian dapat dihitung laba per lembar saham.
2. Rumus EPS
Laba Per lembar saham dapat dirumuskan:
EPS =
EAT (Earning After Tax)
Jumlah Lembar Saham
(Ang, 1997:6.23)
Menurut Robbert Angg (1997), EPS merupakan perbandingan antara
laba bersih setelah pajak pada suatu tahun buku dengan jumlah saham yang
diterbitkan. Di dalam perhitungan EPS, terdapat dua jenis EPS, yaitu :
a. EPS Historis
EPS yang dihitung berdasarkan kinerja perusahaan pada tahun buku
yang telah lampau. EPS historis merupakan nilai yang telah terjadi pada
masa lampau.
22
b. EPS Proyektif
EPS yang diperkirakan akan terjadi dengan asumsi sesuai dengan
proyeksi kinerja emiten.
EPS yang besar menunjukkan kemampuan perusahaan yang lebih besar
dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Peningkatan
EPS menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan kemakmuran para
investor dan dari hal tersebut akan mendorong investor untuk menambah
jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Dan itu akan mengakibatkan
kenaikan laba yang pada akhirnya ada kecenderungan kenaikan harga saham,
begitu juga sebaliknya.
Angka per lembar saham diperoleh dari laporan keuangan yang
disajikan oleh perusahaan berdasarkan atas prinsip-prinsip akuntansi yang
sudah diterima. Laporan keuangan yang utama yaitu laporan neraca dan
laporan rugi laba. Neraca menunjukkan posisi kekayaan kewajiban dan modal
pada waktu tertentu sedangkan laporan laba rugi menunjukkan berapa laba
diperoleh perusahaan pada waktu tertentu. Pada level atau tingkat perusahaan
laba per lembar saham yang mencerminkan kombinasi berbagai faktor yang
mempengaruhinya.
Analisis faktor-faktor tersebut dapat dilakukan dengan analisis rasio
keuangan:
a. EPS = ROE X Nilai Buku Per Saham
ROE = Laba setelah pajak/ekuitas
Nilai Buku Per Saham = Ekuitas/jumlah saham
23
b. ROE = ROA X Leverage
ROA = Laba setelah pajak
Leverage = total ekuitas
c.ROA = Net Income Margin X Perputaran Aktiva
Net Income Margin = laba setelah pajak/penjualan bersih
Perputaran aktiva = penjualan bersih/total aktiva
d. Net Income Margin = Income Rasio X Operating Efficienci
Income ratio = laba setelah pajak
Operating Eficiency = Laba operasi/penjualan bersih
ROA adalah tingkat keuntungan yang diperoleh dari penggunaan aset,
sedangkan leverage menunjukkan seberapa banyak hutang digunakan
perusahaan. Net Income Margin menunjukkan kemampuan memperoleh laba
dari setiap penjualan yang diciptakan oleh perusahaan, sedangkan perputaran
aktiva menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan penjualan
dari aktiva yang dimilikinya. Apabila salah satu dari kedua faktor tersebut
meningkat maka ROA juga akan meningkat (Riyanto,1995:332-336).
E. Pengertian Financial leverage
Modal atau dana yang dibentuk di luar perusahaan (sumber eksternal)
terdiri dari modal sendiri dan modal asing (pinjaman/utang). (Bambang
Riyanto, 1997 : 209). Modal sendiri merupakan modal yang berasal dari
pemilik, peserta atau pengambil bagian di dalam perusahaan. Sedangkan
modal asing merupakan utang bagi perusahaan.
24
Keown, dkk (2000 : 496). “financial leverage adalah membiayai
sebagian dari aset perusahaan dengan surat berharga yang mempunyai tingkat
bunga yang tetap dengan mengharapkan peningkatan yang luar biasa pada
pendapatan bagi para pemegang saham”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan financial
leverage akan menimbulkan adanya beban bunga yang harus dibayar oleh
perusahaan tanpa mempedulikan apakah perusahaan sedang mengalami
keuntungan ataupun kerugian. Dengan adanya penambahan beban bunga akan
mengurangi keuntungan bersih pemegang saham biasa. Penggunaan ini berarti
risiko yang harus ditanggung oleh pemegang saham biasa.
Financial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk
membiayai investasinya. (R. Agus Sartono, 2001 : 120). Menurut Higgins,
(2001 : 44) financial leverage dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Total liabilities
Financial leverage =
Total Asset
Besarnya penggunaan utang dalam suatu perusahaan tergantung pada
besar kecilnya perusahaan. Semakin besar utang yang digunakan, maka
semakin besar biaya tetap (bunga) yang akan ditanggung oleh perusahaan. Hal
ini
menimbulkan
risiko
financial
bagi
kreditur
yaitu
risiko
atas
ketidakmampuan perusahaan dalam melaksanakan kewajibannya.
25
Menurut Bambang Riyanto, (1997 : 375). Menguntungkan atau
tidaknya financial leverage perusahaan dalam rangka meningkatkan EPS
tergantung pada: Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap
dikatakan menghasilkan leverage yang menguntungkan atau efek positif
kalau pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar
daripada beban tetap dari penggunaan dana itu. Sedangkan suatu perusahaan
dikatakan memiliki leverage yang merugikan kalau perusahaan tidak dapat
memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut sebanyak beban tetap
yang harus dibayar.
Financial leverage memberikan pengaruh positif maupun negatif bagi
perusahaan yang menggunakannya. Pengaruh postitif atas penggunaan
financial leverage akan meningkatkan laba bersih per lembar saham (EPS)
perusahaan yang bertujuan untuk memberikan kemakmuran pada pemegang
saham. Penggunaan financial leverage yang berbeda-beda besarnya akan
menghasilkan EPS yang berbeda. Semakin tinggi financial leverage yang
digunakan akan memperbesar EPS, sedangkan pengaruh negatif atas
penggunaan
financial
leverage
adalah
meningkatnya
biaya
operasi
perusahaan sebagai akibat dari meningkatnya beban bunga atas modal
pinjaman. Selain itu pengaruh negatif yang lainnya adalah timbulnya risiko
keuangan. Semakin besar penggunaan financial leverage akan semakin besar
risiko yang ditanggung perusahaan. Risiko keuangan meliputi risiko
kemungkinan
ketidakmampuan
membayar
kewajiban
dan
risiko
26
ketidakpastian pendapatan bagi pemilik saham perusahaan yang diakibatkan
penggunaan financial leverage.
Penggunaan utang atau financial leverage yang tinggi dapat
menimbulkan EPS yang negatif, untuk itu rasio utang (debt ratio) tidak boleh
melampaui 50%.(Weston dan Brigham, 1997 : 159). EPS diharapkan naik
sampai pembiayaan dengan utang 50%. Beban bunga menjadi naik, tetapi
pengaruh kenaikan beban bunga tersebut belum menurunkan EPS karena
makin sedikitnya jumlah saham yang beredar ketika ekuitas ditukar dengan
utang, EPS malah ikut naik. Akan tetapi, kenaikan EPS mencapai puncaknya
pada saat rasio utang mencapai 50%. Diatas rasio 50%, suku bunga naik
begitu pesatnya sehingga EPS menurun meskipun jumlah saham yang beredar
mengecil.
Jadi apabila perusahaan menggunakan financial leverage yang tinggi
berarti tambahan modal untuk keperluan investasi semakin bertambah dan
risiko yang ditanggung juga semakin besar, maka perusahaan mengharapkan
dapat meningkatkan EPS perusahaan sehingga nilai perusahaan pun
meningkat. Peningkatan EPS ini tidak terlepas dari kaitannya dengan volume
penjualan perusahaan serta biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
menghasilkan produk atau jasa yang akan dijual oleh perusahaan.
F. Pengertian Price Earning Ratio (PER)
PER menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba (Darmaji, 2001:139). Sedangkan menurut Ang
27
(1997:24) PER merupakan perbandingan antara harga pasar suatu saham
dengan Earning Per Share (EPS) dari saham yang bersangkutan. PER
merupakan hubungan antara pasar saham dengan EPS saat ini yang digunakan
secara luas oleh investor sebagai panduan umum untuk mengukur nilai saham.
Berdasarkan pendapat diatas pengertian PER yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah rasio yang membandingkan antara harga saham per
lembar saham biasa yang beredar dengan laba per lembar saham.
Kegunaan PER adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai
kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh EPSnya. PER menunjukkan
hubungan antara pasar saham biasa dengan EPS. Makin besar PER suatu
saham maka harga saham tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan
bersih per sahamnya. Jika dikatakan saham mempunyai PER 10X, berarti
harga pasar saham tersebut 10X lipat terhadap EPS nya (pendapatan bersih per
saham). Angka rasio ini biasanya digunakan investor untuk memprediksi
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (earning power) dimasa
yang akan datang.
Kesediaan investor untuk menerima kenaikan PER sangat bergantung
pada prospek perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan
tinggi biasanya mempunyai PER yang tinggi pula, dan hal ini menunjukkan
bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan laba di masa mendatang. Sebaliknya
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung mempunyai
PER yang rendah pula. PER tidak punya makna apabila perusahaan
mempunyai laba yang sangat rendah (abnormal) atau menderita rugi. Dalam
28
keadaan ini PER perusahaan akan begitu tinggi (abnormal) atau bahkan
negatif. Semakin rendah harga PER sebuah saham maka semakin baik atau
murah harganya untuk diinvestasikan. PER menjadi rendah nilainya bisa
karena harga saham cenderung semakin turun atau karena meningkatnya laba
bersih perusahaan. Jadi semakin kecil nilai PER maka semakin murah saham
tersebut untuk dibeli dan semakin baik pula kinerja per lembar saham dalam
menghasilkan laba bagi perusahaan. Semakin baik kinerja per lembar saham
akan mempengaruhi banyak investor untuk membeli saham tersebut.
Penafsiran terhadap rasio ini juga dipengaruhi oleh persepsi pemodal terhadap
kualitas perusahaan dan trend pendapatannya, risiko relatif, penggunaan
metode akuntansi alternatif , dan faktor-faktor lain.
Semakin tinggi PER semakin nampak rendah nilai EPS apabila
dibandingkan dengan harga sahamnya (Husnan, 2001:300). Kalau suatu
saham mempunyai PER sebesar 20x, berarti apabila saham tersebut
memberikan EPS sebesar Rp 1.000,- saham tersebut dapat terjual dengan
harga Rp 20.000,-. Hal itu berarti bahwa jika nilai PER naik maka harga
saham mengalami kenaikan dan Return saham juga mengalami kenaikan.
Begitupun sebaliknya jika nilai PER mengalami penurunan maka harga
sahamnya dan return sahamnya mengalami penurunan.
Rumus PER
Harga Saham
PER =
Earning Per Share (EPS)
(Arifin, 2002:87)
29
G. Return On Assets (ROA)
Return On Asset (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas
yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan atas keseluruhan
dana yang ditanamkan dalam aktivitas yang digunakan untuk aktivitas operasi
perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva
yang dimilikinya.
Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA menunjukkan
kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang
dimiliki untuk menghasilkan laba. ROA (Return On Asset) adalah rasio
keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat
pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA yang negatif
disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini
menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan
belum mampu untuk menghasilkan laba.
Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang terpenting di antara rasio
profitabilitas yang ada (Ang, 1997). Return On Asset (ROA) atau yang sering
disebut juga Return On Investment (ROI) diperoleh dengan cara
membandingkan net income after tax (NIAT) terhadap average total asset.
Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut:
Net Income After Tax (NIAT)
ROA =
Average Total Asset
(Ang,1997: 18.32)
30
NIAT merupakan pendapatan bersih sesudah pajak. Average Total asset
merupakan rata-rata total assets awal tahun dan akhir tahun. Semakin besar
ROA atau ROI menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat
pengembalian yang semakin besar (Ang, 1997 : 18.33).
1. Manfaat Return On Asset (ROA)
Menurut Munawir (2001 : 91-92) adalah :
a. Jika perusahaan telah menjalankan praktek akuntansi dengan baik maka
dengan analisis ROA dapat diukur efisiensi penggunaan modal yang
menyeluruh, yang sensitif terhadap setiap hal yang mempengaruhi
keadaan keuangan perusahaan.
b. Dapat diperbandingkan dengan rasio industri sehingga dapat diketahui
posisi perusahaan terhadap industri. Hal ini merupakan salah satu
langkah dalam perencanaan strategi.
c. Selain berguna untuk kepentingan kontrol, analisis ROA juga berguna
untuk kepentingan perencanaan.
Menurut Halim dan Supomo (2001: 151) adalah :
a. Perhatian manajemen dititik beratkan pada maksimalisasi laba atas
modal yang diinvestasikan.
b. ROA dapat dipergunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh setiap divisinya dan pemanfaatan akuntansi
divisinya. Selanjutnya dengan ROA akan menyajikan perbandingan
berbagai macam prestasi antar divisi secara obyektif. ROA akan
31
mendorong divisi untuk menggunakan dalam memperoleh aktiva yang
diperkirakan dapat meningkatkan ROA tersebut.
c. Analisa ROA dapat juga digunakan untuk mengukur profitabilitas dari
masing-masing produksi yang dihasilkan oleh perusahaan.
2) Keunggulan ROA (Return On Asset)
Keunggulan ROA diantaranya adalah sebagai berikut:
a. ROA merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya
mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini.
b. ROA mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam nilai absolut.
c. ROA merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit
organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit
usaha.
3) Kelemahan Return On Asset (ROA)
Menurut Munawir (2001 : 94) adalah :
a. ROA sebagai pengukur divisi sangat dipengaruhi oleh metode depresiasi
aktiva tetap.
b. ROA mengandung distorsi yang cukup besar terutama dalam kondisi
inflasi. ROA akan cenderung tinggi akibat dan penyesuaian (kenaikan)
harga jual, sementara itu beberapa komponen biaya masih dinilai dengan
harga distorsi.
Menurut Halim dan Supomo (2001 : 157) adalah:
a. ROA lebih menitikberatkan pada maksimasi pada rasio laba
dibandingkan jumlah absolut laba.
32
b. Manajer divisi enggan menambah investasi yang menghasilkan ROA
rendah dalam jangka panjang.
c. Manajer divisi mungkin mengambil investasi yang menguntungkan
divisinya dalam jangka pendek tetapi dalam jangka panjang bertentangan
dengan keputusan perusahaan.
d. Kurang mendorong divisi untuk menambah investasi, jika ROA yang
diharapkan untuk divisi itu terlalu tinggi.
H. Debt to Equity Ratio (DER)
DER adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman
jangka panjang dengan jumlah modal sendiri yang diberikan pemilik
perusahaan. Berdasarkan pendapat di atas, pengertian DER dalam penelitian
ini adalah rasio yang membandingkan antara total hutang dengan total ekuitas
pemilik. (Lukman Syamsuddin (2001:54)
DER mengidentifikasikan sejauh mana perusahaan dapat menanggung
kerugian tanpa harus membahayakan kepentingan kreditornya. Dalam hal
terjadi likuiditas, kreditor mempunyai prioritas klaim dibandingkan
pemegang saham. Dari sudut pandang kreditor, jumlah ekuitas dalam struktur
permodalan perusahaan dapat dianggap sebagai katalisator, membantu
memastikan bahwa terdapat asset yang memadai untuk menutup klaim pihak
lain. Rasio yang tinggi dapat mengindikasikan bahwa klaim pihak lain relatif
lebih besar ketimbang asset yang tersedia untuk menutupnya, sehingga
33
meningkatkan risiko bahwa klaim kreditor kemungkinan tidak akan tertutup
secara penuh bilamana terjadi likuidasi.
Dalam mengukur risiko, perhatian kreditor jangka panjang terutama
difokuskan pada prospek laba dan perkiraan arus kas. Meskipun demikian
mereka tetap memperhatikan keseimbangan antara proporsi aktiva yang
didanai oleh kreditor dan pemilik perusahaan. Keseimbangan proporsi
tersebut diukur dengan rasio debt to equity ratio. Rasio ini juga dapat
memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh
perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak tertagihnya suatu utang
(Dwi Prastowo, 2002:84). Kreditor jangka panjang pada umumnya lebih
menyukai angka DER yang kecil. Semakin kecil angka rasio ini, berarti
semakin besar jumlah aktiva yang didanai oleh pemilik perusahaan dan
semakin besar penyangga risiko kreditor. Jika DER semakin meningkat maka
menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin memburuk, selain itu semakin
tinggi DER menunjukkan struktur permodalan lebih banyak dibiayai oleh
pinjaman sehingga ketergantungan perusahaan terhadap kreditur semakin
meningkat. Dengan meningkatnya DER maka beban perusahaan kepada
pihak luar (kreditur) juga semakin meningkat sehingga harapan tingkat
kembalian (return) para pemegang saham semakin kecil (Farchan & Sunarto,
2002:72).
Rasio ini menunjukkan perbandingan antara hutang yang diberikan oleh
para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik
perusahaan (Husnan 1997:561). Salah satu rasio yang paling banyak
34
digunakan ialah rasio utang terhadap ekuitas. Besarnya utang yang terdapat
dalam struktur modal perusahaan sangat penting untuk memahami
pertimbangan antara resiko dan laba yang didapat. Utang membawa risiko
karena setiap utang pada umumnya akan menimbulkan keterikatan yang tetap
bagi perusahaan berupa kewajiban untuk membayar beban bunga beserta
cicilan kewajiban pokoknya (principal) secara periodik. Rumus :
Modal sendiri
DER =
Total Kewajiban
(Husnan 1997:561)
Kewajiban bukan sesuatu yang jelek jika dapat memberikan keuntungan
kepada pemiliknya. Jika kewajiban dimanfaatkan dengan efektif dan laba yang
didapat cukup untuk membayar biaya bunga secara periodik. Dengan DER
yang tinggi perusahaan menanggung resiko kerugian yang tinggi tetapi juga
berkesempatan untuk memperoleh laba yang meningkat. DER yang tinggi
berdampak pada peningkatan perubahan laba, berarti memberikan efek
keuntungan bagi perusahaan (Kuswadi 2005:90).
I. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran konseptual pada dasarnya merupakan review atau
tinjauan pustaka yang dituangkan dalam bentuk skema serta mencerminkan
keterikatan antara variabel yang diteliti. Berdasarkan tinjauan pustaka yang
telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat digambarkan dalam suatu bagan
sebagai berikut :
35
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Bursa Efek Indonesia (BEI)
Perusahaan Manufaktur Go Public
Data dan Laporan Keuangan Tahunan
Financial Leverage (X1)
Return On Assets (X3)
Price Earning Ratio (X2)
Debt to Equity Ratio (X4)
Earning Per Share (Y)
Uji Model Regresi
Uji Asumsi Klasik
Uji Regresi Linear Berganda
Uji t (Parsial)
Uji F (Simultan)
Uji Koefisien Determinasi
Kesimpulan dan Implikasi
36
J. Hipotesis
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau
tidaknya pengaruh yang signifikan dari seperangkat variabel bebas
(independent variable) terhadap variabel terikat (dependent variable) baik
secara parsial maupun simultan. Adapan hipotesis yang diuji yakni sebagai
berikut.
1. H0 : b1 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara
Financial Leverage terhadap Earning per Share (EPS)
Ha :b1 ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara
Financial Leverage terhadap Earning per Share (EPS)
2. H0 : b2 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara
Price Earning Ratio (PER) terhadap Earning per Share (EPS)
Ha : b2 ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara Price
Earning Ratio (PER) terhadap Earning per Share (EPS)
3. H0 : b3 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara
Return On Assets (ROA) terhadap Earning per Share (EPS)
Ha : b3 ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara Return
On Assets (ROA) terhadap Earning per Share (EPS)
4. H0 : b4 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara
Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Earning per Share (EPS)
Ha : b4 ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara Debt
to Equity Ratio (DER) terhadap Earning per Share (EPS)
37
5. H0 : b1, b2, b3, b4 = 0 Variabel manakah yang tidak berpengaruh signifikan
secara simultan terhadap Earning Per Share (EPS)?
Ha : b1, b2, b3, b4 ≠ 0 Variabel manakah yang berpengaruh signifikan
secara simultan terhadap Earning Per Share (EPS)?
K. Penelitian Terdahulu
Telah banyak penelitian mengenai Earning Per Share (EPS) yang
dilakukan oleh peneliti-peneliti dengan berbagai variabel yang diduga dapat
mempengaruhinya. Penelitian-penelitian terdahulu tersebut akan dijabarkan
pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. 1
Penelitian Terdahulu
No
Peneliti
Judul
Variabel
1
Rina Intani
dan Teddy
Oswari
(2009)
Analisis Penerapan
Financial Leverage
Terhadap
Peningkatan Earning
Per Share
Financial
Leverage
2
Yunina,
SE.,M.Si,
Ak, Nazir,
SE., M.Si dan
Ghazali
Syamni, SE.,
M.Sc
Pengaruh Return on
Assets Dan Return
on Equity terhadap
Earning Per Share
pada PT. Bank
Muamalat Indonesia
Return on
Assets
(ROA) dan
Return on
Equity
(ROE)
Metode
Analisis
Hasil
indifference
point
analisis financial
leverage
menunjukkan
perubahan EPS
sebagai perubahan
EBIT dan memiliki
kecenderungan
menurun yang tidak
signifikan
Regresi
Linear
Berganda
(Multiple
Regression)
variabel return on
assets dan return on
equity secara
bersama-sama
berpengaruh
signifikan terhadap
earning per share
38
3
4
Yeye
Susilowati
(2003)
Yuli Winarni
(2003)
Pengaruh Price
Earning Ratio (PER)
Terhadap Faktor
Fundamental
Perusahaan
(Dividend Payout
Ratio, Earning Per
Share, dan Risiko)
Pada Perusahaan
Publik Di Bursa
Efek Jakarta (BEJ)
Price
Earning
Ratio
(PER)
Analisis VariabelVariabel yang
Mempengaruhi
Earning Per Share
Pada Perusahaan
Tekstil Tbk. Di
Bursa Efek Jakarta
(BEJ)
Net Sales,
Current
Ratio, Debt
to Equity
Ratio
(DER),
Inventory
Turn Over,
Total Asset
Turn Over,
Net Profit
Margin,
Operating
Profit
Margin,
Current
Assets
Turn Over,
Leverage
Ratio, dan
Gross
Profit
Margin
Regresi
Berganda
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
portofolio yang
dibentuk oleh price
earning ratio (PER),
price to bool value
(PBV), dan price to
sales ratio (PSR)
yang rendah.
memberikan hasil
yang lebih baik
dibandingkan dengan
portofolio yang
dibentuk oleh PER,
PBV, dan PSR yang
tinggi.
Regresi
Linear
Berganda
(Multiple
Regression)
Variabel Net Profit
Margin, Current
Assets Turn Over,
dan Leverage Ratio
memiliki pengaruh
signifikan terhadap
Earning Per Share
sedangkan variabel
lainnya yaitu Net
Sales, Current Ratio,
Debt to Equity Ratio
(DER), Inventory
Turn Over, Total
Asset Turn Over,
Operating Profit
Margin, dan Gross
Profit Margin tidak
memiliki pengaruh
signifikan terhadap
Earning Per Share.
39
5
Hsu-Ling
Chang, et al.
(2008)
The Relationship
Between Stock Price
And EPS: Evidence
Based On Taiwan
Panel Data
Stock
Prices And
Earning
Per Share
(EPS)
Panel Data
(Panel Unit
Root Tests,
Panel
Cointegrati
on Test,
The ERCs
Estimation
of Panel
Cointegrati
on
Regression)
A primary
conclusion that stock
prices moves with
EPS in the long-run,
but not necessary at
the same rate. There
exists an inverse
relation between the
growth rate of
operating revenue
and degree of EPS
impact on stock
prices. So, EPS
could impact stock
prices and the
"Earning
Information
Content" exists in
Taiwan.
Sumber : Hasil olah kesimpulan penelitian terdahulu
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
Financial Leverage, Price Earning Ratio (PER),Return On Assets (ROA),
Debt to Equity Ratio (DER) sebagai variabel utama terhadap Earning Per
Share (EPS). Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan
Manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2006-2009
dengan menggunakan data laporan keuangan perusahaan-perusahaan tersebut.
B. Metode Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan dengan metode purposive
sampling. Metode purposive sampling adalah pantauan sampel dengan
pengambilan data-data tertentu yang dianggap sesuai dan terkait dengan
penelitian yang dilakukan. Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan
beberapa kriteria sebagai berikut:
a. Perusahaan manufaktur yang go public dan terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode tahun 2006-2009
b. Perusahaan tersebut harus tetap ada selama periode penelitian.
c. Telah menerbitkan laporan keuangan secara terus-menerus.
d. Perusahaan tersebut memiliki EPS yang positif serta data-data lain yang
dibutuhkan dalam penelitian ini.
41
41
C. Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini yang digunakan adalah data sekunder yang
bersifat kuantitatif. Bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antar fenomena yang diselidiki. Data sekunder merupakan data yang
informasinya diperoleh secara tidak langsung dari perusahaan. Pada penelitian
ini data sekunder tersebut didapat dengan cara sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan (Library Research)
Mengumpulkan teori dan data-data yang akan dijadikan sebagai
landasan pelaksanaan yang diperoleh dari perpustakaan dengan cara
mengumpulkan, membaca, dan memahami bahan-bahan (misal: buku,
majalah, jurnal, artikel, internet dan sebagainya) yang berkaitan dengan
bidang yang menjadi topik pembahasan penulis. Tujuan dari studi ini
dimaksudkan agar penulis memperoleh gambaran yang jelas tentang
aspek-aspek teoritis dari masalah yang akan penulis bahas.
Dalam penelitian ini data laporan keuangan yang digunakan
sebagai data penelitian tiap variabel didapat dari beberapa situs internet
seperti www.idx.co.id, www.idsaham.co.id.
2. Penelitian Lapangan
Mengunjungi lembaga yang berkaitan dengan informasi yang
dibutuhkan, salah satunya adalah Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM)
BEI. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa :
42
a. Data mengenai profil perusahaan-perusahaan manufaktur yang go
public melalui Bursa Efek Indonesia (BEI) yang meliputi sejarah,
kegiatan dan struktur organisasi.
b. Data mengenai laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan
manufaktur yang go public melalui Bursa Efek Indonesia (BEI) yang
meliputi EPS dari tahun 2006-2009.
D. Metode Analisis Data
1. Metode Analisis
Dalam penelitian ini, persamaan regresi dikembangkan dan dipakai
sebagai dasar untuk menguji hipotesis yang telah dijabarkan sebelumnya.
Teknik statistik yang digunakan dalam analisis data dengan mengunakan
model regresi linear berganda. Penggunaan model regresi linear ini
bertujuan untuk menguji pengaruh penerapan financial leverage, price
earning ratio (PER), return on assets (ROA), debt to equity ratio (DER)
terhadap earning per share (EPS) secara simultan. Model ini dirumuskan
sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + ε
Dalam hal ini:
Y = laba per lembar saham perusahaan
a = konstanta
X1 = financial leverage perusahaan
X2 = price earning ratio perusahaan
43
X3 = return on assets perusahaan
X4 = debt to equity ratio perusahaan
ε = standar error
2. Uji Asumsi Klasik
Dalam dalam penelitian ini, diperlukan pengujian asumsi klasik pada
model regresi yang digunakan agar menunjukan hubungan yang valid atau
tidak bias. Adapun asumsi dasar yang harus dipenuhi antara lain.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melakukan pengujian apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Dalam uji normalitas terdapat dua cara untuk mendeteksi
apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis
grafik dan uji statistik (Imam ghazali, 2005).
a) Analisa Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah
dengan melihat histogram yang membandingkan antara data
observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal.
b) Uji Statistik
Selain dengan analisis grafik maka perlu dianjurkan dengan uji
statistik, agar mencapai keakuratan yang lebih baik lagi. Uji
statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis
dan skewness dari residual.
44
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran
data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat
histogram dari residualnya. Adapun dasar pengambilan keputusan :
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukan pola distribusi
normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti
arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukan pola
distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikoloniaritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen. Jika variabel independen berkorelasi maka variabelvariabel ini tidak ortogonal (Imam Ghozali, 2005). Nilai cutoff yang
umum dipakai untuk menunjukan adanya multikoloniaritas adalah nilai
Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
45
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainya (Imam Ghozali, 2005).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu
penelitian.
1) Uji Durbin – Watson
Uji durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu
(first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept
(konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di
antara variabel independen hipotesis yang akan diuji adalah :
Ho : tidak ada autokorelasi (r = 0)
Ha : ada autokorelasi (r ≠ 0)
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi
Hipotesis nol
Keputusan
Jika
Tdk ada autokorelasi positif
Tolak
0 < d < dl
Tdk ada autokorelasi positif
No desicien
dl ≤ d ≤ du
Tdk ada korelasi negatif
Tolak
4 dl d 4
Tdk ada korelasi negatif
No desicien
4 – da ≤ d ≤ 4 - dl
Tdk ada autokorelasi positif atau Tdk ditolak
negatif
Du < d < 4 - du
d. Uji Heteroskedatisitas
Singih Santoso, (2002: 208). Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan
varians dan residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
46
disebut
homoskedatisitas
dan
jika
varians
berbeda
heteroskedatisitas. Model regresi yang baik adalah
disebut
tidak terjadi
heteroskedatisitas.
Dengan melihat grafik normal P-P plot dan grafik scatter plot,
dapat diketahui ada atau tidaknya heteroskedatisitas. Jika pada grafik
normal P-P plot titik-titik menyebar mengelilingi garis diagonal, maka
pengujian ini bebas dari heteroskedatisitas dan sebaliknya jika titiktitik pada grafik tidak mengelilingi garis diagonal atau berada jauh dari
garis diagonal, maka diindikasikan adanya heteroskedatisitas.
Sedangkan pada grafik scatter plot, jika pada grafik tersebut
terdapat pola tertentu seperti titik-titik membentuk pola teratur (misal:
bergelombang, melebar, dan menyempit), maka diindikasikan telah
terjadi heteroskedatisitas dan jika tidak terdapat pola yang jelas serta
titik-titiknya menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y,
maka tidak terjadi heteroskedatisitas.
3. Uji Koefisien Determinasi
Pengujian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar kemampuan
variabel bebas menjelaskan variabel terikat yang dilihat melalui adjusted
R2. Adjusted R2 ini digunakan karena variabel bebas dalam penelitian ini
lebih dari dari dua. Nilai pengujian ini terletak antara 0 dan 1. Jika hasil
yang diperoleh > 0,5, maka model yang digunakan dianggap cukup handal
dalam membuat estimasi.
47
Semakin besar angka R2, maka semakin baik model yang digunakan
untuk menjelaskan hubungan variabel bebas terhadap variabel terikatnya.
Jika angka R2 semakin kecil berarti semakin lemah model tersebut untuk
menjelaskan variabilitas dari variabel terikat.
4. Uji t (Uji Parsial)
Pengujian ini
bertujuan untuk
mengetahui
apakah variabel
independen (bebas) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen (terikat) secara parsial (individual). Setelah t hitung
diperoleh, maka untuk menginterpretasikan hasilnya berlaku ketentuan
sebagai berikut.
a. Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti
variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen.
b. Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini
berarti secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan antara
variabel independen terhadap variabel dependen.
Hipotesis:
Ho: βi = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial
Ha: βi ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen
terhadap variabel dependen secara parsial
48
5. Uji F (Uji Simultan)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
independen (bebas) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen (terikat) secara simultan (bersama-sama). Setelah f
hitung diperoleh, maka untuk menginterpretasikan hasilnya berlaku
ketentuan sebagai berikut.
a. Jika f hitung > f tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti
variabel-variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen
b. Jika f hitung < f tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti
variabel-variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen
Hipotesis:
Ho: βi = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabelvariabel independen terhadap variabel dependen secara simultan
Ha: βi ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel
independen terhadap variabel dependen secara simultan.
E. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel penelitian merupakan spesifikasi kegiatan penulis
dalam mengukur suatu variabel. Spesifikasi tersebut menunjukkan pada
dimensi-dimensi dan indikator-indikator dari variabel penelitian yang
diperoleh melalui pengamatan dan penelitian terdahulu.
49
Berdasarkan pokok permasalahan dari rumusan hipotesis yang telah
dijabarkan
sebelumnya,
variabel
penelitian
yang
akan
dianalisis
dikelompokkan menjadi dua, yakni:
1. Variabel Y
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Earning Per Share
(EPS). EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan
(return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham
(Darmaji, 2001:139). Laba Per lembar saham dapat dirumuskan:
EAT (Earning After Tax)
EPS =
Jumlah lembar saham
2. Variabel Independen (Bebas)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Penerapan financial
leverage, price earning ratio (PER), return on assets (ROA), dan debt to
equity ratio (DER) sebagai variabel utama.
a. Financial Leverage
Keown, dkk (2000 : 496). “financial leverage adalah membiayai
sebagian dari asset perusahaan dengan surat berharga yang mempunyai
tingkat bunga yang tetap dengan mengharapkan peningkatan yang luar
biasa pada pendapatan bagi para pemegang saham”. Menurut Higgins,
(2001 : 44) financial leverage dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
Total liabilities
Financial leverage =
Total Asset
50
b. Price Earning Ratio (PER)
Ang (1997:24) PER merupakan perbandingan antara harga pasar
suatu saham dengan Earning Per Share (EPS) dari saham yang
bersangkutan. Rumus PER:
Harga Saham
PER =
Earning Per Share (EPS)
c. Return On Assets (ROA)
ROA merupakan rasio yang terpenting di antara rasio
profitabilitas yang ada (Ang, 1997). Secara matematis ROA dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Net Income After Tax (NIAT)
ROA =
Average Total Asset
d. Debt to Equity Ratio
Rasio ini menunjukkan perbandingan antara hutang yang
diberikan oleh para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang
diberikan oleh pemilik perusahaan (Husnan 1997:561). Rumus :
Modal sendiri
DER =
Total Kewajiban
51
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI)
Penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek
Surabaya (BES) menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 30 November
2007. Selanjutnya BEI mulai aktif 1 Desember 2007. di mana Bursa Efek
Surabaya melebur ke dalam Bursa Efek Jakarta.
Sebelum penggabungan ini, telah dilakukan RUPS (Rapat Umum
Pemegang Saham) pada tanggal 30 Oktober 2007 untuk pembahasan
rencana merger tersebut. Pada saat itu, proses merger kedua bursa tersebut
masih menunggu persetujuan dari Dephukham. Sebab badan hukum dan
nama keduanya berubah menjadi Bursa Efek Indonesia. Setelah menjalani
beberapa proses, maka sekarang namanya telah menjadi Bursa Efek
Indonesia. Mengenai direksi Bursa Efek Indonesia, posisi-posisi masih
ditempati oleh direksi-direksi kedua bursa. Direksi tersebut akan
melanjutkan tugas sampai RUPS 2009 dilakukan.
52
52
2. Struktur Pasar Modal Indonesia
Gambar 4.1
Struktur Pasar Modal Indonesia
Menteri Keuangan
BAPEPAM
Bursa Efek
Lembaga Keuangan Dan
Penjamin
Lembaga Penyimpanan Dan
Penyelesaian
Perusahaan Efek
Lembaga
Penunjang
Profesi
Penunjang
ï‚· Penjamin
Emisi Efek
ï‚· Perantara
Pedagang Efek
ï‚· Manajer
Investasi
ï‚· Penasehat
Investasi
ï‚· Biro Adm
Efek
ï‚· Custodian
ï‚· Wali Amanat
ï‚· Penanggung
ï‚· Akuntan
ï‚· Konsultan
Hukum
ï‚· Penilai
ï‚· Notaris
Pemodal
Emiten
ï‚· Domestik
ï‚· Asing
ï‚· Perusahaan
Publik
ï‚· Reksa Dana
3. Lembaga-lembaga yang terlibat di Bursa Efek Indonesia
Sebagai suatu bisnis yang berdampak sosial yang sangat luas, Bursa
Efek Indonesia melibatkan banyak lembaga masing-masing pihak
mempunyai peranan dan fungsi yang berbeda dan saling menunjang
kepentingan pihak lainnya. Pihak-pihak dan kegiatan di Bursa Efek
Indonesia adalah :
53
a. Perusahaan yang go public (Emiten)
Adalah perusahaan yang melakukan emisi atau yang telah
melakukan penawaran dalam surat berharga. Pihak ini membutuhkan
dana guna membelanjai operasi rencana investasi.
b. Perusahaan Efek
Adalah perusahaan yang telah memperoleh izin usaha untuk
beberapa kegiatan seperti penjamin emisi efek, perantara pedagang
efek, manager investasi atau penasehat investasi.
c. Lembaga kliring dan penyelesaian penyimpanan
Adalah suatu lembaga yang menyelenggarakan kliring dan
penyelesaian transaksi yang terjadi di bursa efek, penyimpanan efek
serta penitipan harta untuk pihak lain.
d. Perusahaan Reksa dana
Adalah pihak yang kegiatan umumya melakukan investasi,
investasi kembali (reinvestasi).
e. Lembaga Penunjang
Lembaga penunjang meliputi tempat penitipan harta, wali
amanat atau penanggung yang menyediakan jasa. Tempat penitipan
harta adalah yang menyelenggarakan penyimpanan harta dalam
penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak tanpa
mempunyai hak kepemilikan atas harta tersebut. Wali amanat (trust
agent) adalah pihak yang dipercayakan untuk mewakili kepentingan
seluruh pemegang obligasi atau sertifikat kredit. Penanggung (gurator)
54
adalah pihak yang menanggung kembali jumlah pokok atau bunga
emisi obligasi atau sekuritas kredit dalam hal emiten cedera janji.
Sedangkan Biro Administrasi Efek (BAE) yang semula berperan
penting dalam regristrasi saham, setelah scripless berperan memelihara
investasi hingga memantau peroleh deviden investor, penawaran
perdana (IPO), atau corporate action lainnya. Dan saat ini pencatatan
semua dalam investor beralih ke Kustodian Sentral Efek Indonesia
(KSEI).
f. Profesi Penunjang
Terdiri dari akuntan publik, notaris, perusahaan penilai
(appraisal) dan konsultan hukum. Akuntan publik adalah pihak yang
memiliki keahlian dalam bidang akuntansi dan pemeriksa akuntan
(auditing). Fungsi akuntan adalah memberi pendapat atas kewajaran
laporan keuangan emiten atau calon emiten. Notaris adalah pejabat
yang berwenang membuat akte otentik sebagaimana dimaksudkan
dalam Staad Glad 1860 No. 3 tentang pengaturan jabatan notaris.
Peran notaris adalah membuat perjanjian, penyusunan anggaran
dasar dan perubahannya, perubahan pemilik modal dan lain-lain.
Penilaian
appraisal
adalah
pihak
yang
menerbitkan
dan
menandatangani laporan penilai. Laporan penilai mencakup pendapat
atas aktiva yang disusun berdasarkan pemeriksaan menurut keahlian
penilai. Konsultan hukum adalah ahli hukum mengenai emisi atau
emiten. Fungsi utama konsultan hukum adalah melindungi pemodal
55
atau calon pemodal dari segi hukum. Tugasnya antara lain meneliti akte
pendirian, izin usaha dan lain-lain.
g. Pemodal (Investor)
Adalah pihak perorangan maupun lembaga yang menanamkan
modalnya dalam efek-efek yang diperdagangkan.
h. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) merupakan
lembaga pemerintah yang mempunyai tugas sebagai berikut :
1) Memonitor dan mengatur surat pasar dimana sekuritas-sekuritas
dapat diterbitkan dan diperdagangkan secara teratur, wajar dan
efisien dengan maksud untuk melindungi kepentingan para pemodal
dan masyarakat.
2) Mengawasi
settlement
perusahaan
dan
dan
memonitor
pertukaran
lembaga-lembaga
sekuritas
dan
para
sekuritas,
penyimpanan
pialang,
clearing,
reksa
berbagai
dana,
lembaga
pendukung pasar modal dan para profesional.
3) Untuk memberikan rekomendasi tentang pasar modal kepada
Menteri Keuangan.
Dengan fungsi tersebut diharapkan Badan Pengawas Pasar
Modal (BAPEPAM) lebih bisa melaksanakan fungsi pengawasan
karena kegiatan perdagangan efek dan berbagai kegiatan yang berkaitan
yang diselenggarakan oleh Bursa Efek sendiri, selain itu peraturan yang
56
dilakukan oleh badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) secara
konsisten.
4. Mekanisme Perdagangan
a. Sistem Perdagangan Bursa Efek Indonesia
Perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) terpusat di lantai
perdagangan di Indonesia Stock Exchange Building, Jl. Jenderal
Sudirman Kav 52 – 53 Jakarta 12190, hingga saat ini, instrumeninstrumen yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah
saham, bukti right, warant, obligasi dan obligasi konversi. Sejak 22 Mei
1995, sistem perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah
menggunakan komputer. Sistem yang tergolong paling modern yaitu
Jakarta Automated Trading System (JATS), sedangkan kegiatan
administratif dan manajemen Bursa Efek Indonesia terpusat di lantai
empat gedung yang sama.
b. Sistem pasar : digerakkan oleh Order dan Lelang Terbuka
Bursa Efek Indonesia menganut sistem order – driven market
atau pasar yang digerakkan oleh order-order dari pialang dengan sistem
lelang secara terus-menerus. Pembeli atau penjual, yang hendak
melakukan
transaksi
harus
menghubungi
perusahaan
pialang.
Perusahaan pialang membeli dan menjual efek dilantai bursa atas
perintah atau permintaan (order) investor. Akan tetapi, perusahaan
57
pialang melakukan jual efek untuk dan atas nama perusahaan itu sendiri
sebagai bagian dari investasi portofolio.
Setiap perusahaan pialang mempunyai orang yang akan
memasuki semua order yang diterima ke terminal masing-masing di
lantai bursa. Orang-orang yang bertindak di perusahaan pialang tersebut
disebut
Wakil
Perantara
Perdagangan
Efek
(WPPE).
Dengan
menggunakan Jakarta Automated Trading system (JATS), order-order
tersebut diolah oleh komputer yang akan melakukan matcing dengan
mempertimbangkan prioritas harga dan prioritas waktu. Dengan
demikian sistem perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah
sistem lelang secara terbuka yang berlangsung terus-menerus selama
jam bursa. Hingga saat ini, seluruh order dari perusahaan pialang
memang harus dimasukkan ke dalam sistem melalui terminal yang ada
di lantai bursa. Bursa Efek Indonesia telah menerapkan akses jarak jauh
atau remote trading access untuk Jakarta Automated Trading System
(JATS) sehingga seluruh perusahaan pialang bisa langsung melakukan
perdagangan dari luar lantai bursa, bahkan dari luar Jakarta.
B. Sejarah Objek Penelitian
1. Sejarah Perusahaan Manufaktur
Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang bergerak bidang
pengolahan suatu produk yang mengolah dari barang mentah menjadi
barang jadi. Di Indonesia perusahaan manufaktur dapat berkembang pesat,
58
hal ini terlihat dari jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dari periode ke periode semakin banyak, walaupun ada beberapa
perusahaan yang pernah mengalami defisiensi modal untuk sementara
karena imbas dari krisis ekonomi.
Tetapi tidak menutup kemungkinan perusahaan ini sangat
dibutuhkan masyarakat sehingga prospeknya menguntungkan baik di masa
sekarang maupun yang akan datang. Di sisi lain didasarkan atas prediksi
bahwa perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang sangat
dibutuhkan
untuk
kebutuhan
sehari-hari
sehingga
sangat
kecil
kemungkinan untuk rugi (ICMD,2000). Adapun yang termasuk ke dalam
perusahaan yang terdaftar di BEI yang masuk kategori perusahaan
manufaktur, adalah:
2. Perusahaan yang menjadi Objek Penelitian
Tabel 4.1
Perusahaan Objek Penelitian
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Nama Perusahaan
PT.Aqua Golden Missisippi TBK
PT.Astra Graphia TBK.
PT.Delta Djakarta TBK
PT.Duta Pertiwi Nusantara Tbk
PT.Dynaplast Tbk
PT.Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
PT.Fast Food Indonesia Tbk
PT.Gudang Garam Tbk
PT.Goodyear Indonesia Tbk
PT.Intan Wijaya Internasional Tbk
PT.Pan Brother Tex Tbk
PT.Semen Gresik Tbk
PT.Unilever Indonesia Tbk
PT.Selamat Sampoerna Tbk
PT.Mustika Ratu Tbk
Kode Saham
AQUA
ASGR
DLTA
DPNS
DYNA
HMSP
FAST
GGRM
GDYR
INCI
PBRX
SMGR
UNVR
SMSM
MRAT
59
C. Hasil Dan Pembahasan
1. Deskriptif Data
Pengolahan data dilakukan secara elektronik mempergunakan
Microsoft Excel dan SPSS 16.0 for Windows untuk mempercepat
perolehan data hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang
diteliti. Tabel deskriptif menunjukkan semua variabel yang digunakan
dalam model analisis Regresi Berganda, yaitu variabel Y (Earning per
Share), variabel X1 Financial Leverage, X2 Price Earning Ratio (PER), X3
Return On Assets (ROA), dan X4 Debt to Equity Ratio (DER) sebagai
variabel bebas. Penjelasan lengkap masing-masing variabel adalah:
a. Financial Leverage
Financial Leverage Modal atau dana yang dibentuk di luar
perusahaan (sumber eksternal) terdiri dari modal sendiri dan modal
asing (pinjaman/utang). (Bambang Riyanto, 1997 : 209). Modal sendiri
merupakan modal yang berasal dari pemilik, peserta atau pengambil
bagian di dalam perusahaan. Sedangkan modal asing merupakan utang
bagi perusahaan.
Keown, dkk (2000 : 496). “financial leverage adalah membiayai
sebagian dari aset perusahaan dengan surat berharga yang mempunyai
tingkat bunga yang tetap dengan mengharapkan peningkatan yang luar
biasa pada pendapatan bagi para pemegang saham”.
60
Tabel 4.2
Financial Leverage
EMITEN
2006
2007
2008
2009
AQUA
ASGR
DLTA
DPNS
DYNA
HMSP
FAST
GGRM
GDYR
INCI
PBRX
SMGR
UNVR
SMSM
MRAT
0,431185
0,493956
0,238873
0,158217
0,582956
0,542907
0,404004
0,393798
0,381703
0,118942
0,796559
0,255488
0,486248
0,042372
0,158969
0,423516
0,497122
0,221916
0,217214
0,565869
0,485595
0,400535
0,409104
0,483277
0,131625
0,828447
0,210874
0,49486
0,044039
0,120456
0,411032
0,604216
0,24963
0,262919
0,581295
0,501034
0,385104
0,355323
0,709753
0,090404
0,896453
0,22911
0,522376
0,043303
0,094061
0,422189
0,53869
0,227595
0,219959
0,53318
0,467184
0,394973
0,341931
0,619548
0,081494
0,840649
0,205157
0,480008
0,03666
0,099672
Berdasarkan hasil perhitungan Financial leverage masingmasing perusahaan pada Tabel 4.2, Pada Tahun 2006, Financial
leverage, tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar
0,796559 dan terendah dipegang oleh PT. Selamat Sampoerna Tbk
sebesar 0,042372. Pada Tahun 2007, Financial leverage, tertinggi
dimiliki oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar 0,828447 dan terendah
dipegang oleh PT. Selamat Sampoerna Tbk sebesar 0,044039. Pada
Tahun 2008, Financial leverage, tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brother
Tex Tbk sebesar 0,896453 dan terendah dipegang oleh PT. Selamat
Sampoerna Tbk sebesar 0,043303. Dan pada Tahun 2009, Financial
leverage, tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar
61
0,840649 dan terendah dipegang oleh PT. Selamat Sampoerna Tbk
sebesar 0,03666.
b. Price Earning Ratio
PER menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba (Darmaji, 2001:139). Sedangkan
menurut Ang (1997:24) PER merupakan perbandingan antara harga
pasar suatu saham dengan Earning Per Share (EPS) dari saham yang
bersangkutan.
Tabel 4.3
Price Earning Ratio
EMITEN
2006
2007
2008
2009
AQUA
ASGR
DLTA
DPNS
DYNA
HMSP
FAST
GGRM
GDYR
INCI
PBRX
SMGR
UNVR
SMSM
MRAT
24,47
11,04
6,07
34,78
23,22
15,66
12,27
10,07
12,57
(9,58)
4,09
19,59
24,51
6,56
13,34
20,30
4,32
3,82
(58,73)
14,44
9,11
11,04
4,35
252,45
18,58
(1,32)
9,81
24,72
6,59
13,58
31,28
6,35
9,71
24,63
3,57
9,27
12,57
12,56
3,12
4,64
1,34
13,95
27,75
6,87
15,06
31,28
7,05
10,97
28,97
3,83
12,03
13,29
13,99
3,12
15,27
1,38
14,78
28,38
7,73
11,79
Berdasarkan hasil perhitungan Price Earning Ratio masingmasing perusahaan pada Tabel 4.3. Pada Tahun 2006, Price Earning
62
Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Dynaplast Tbk sebesar 34,78 dan
terendah dipegang oleh PT. Inti Wijaya International Tbk sebesar -9,58.
Pada Tahun 2007, Price Earning Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT.
Goodyear Indonesia Tbk sebesar 252,45 dan terendah dipegang oleh
PT. Dynaplast Tbk sebesar -58,73. Pada Tahun 2008, Price Earning
Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk sebesar 27,75
dan terendah dipegang oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar 1,34. Dan
pada Tahun 2009, Price Earning Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Aqua
Golden Missisipi Tbk sebesar 31,28 dan terendah dipegang oleh PT.
Pan Btother Tex Tbk sebesar 1,38. Pertumbuhan yang tinggi (high
Growth) biasanya mempunyai PER yang besar, perusahaan dengan
pertumbuhan yang rendah (low growth) biasanya memiliki PER yang
rendah. Semakin besar PER memungkinkan harga pasar dari setiap
lembar saham akan semakin baik, demikian pula sebaliknya.
c. Return On Asset
Return On Asset (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio
profitabilitas
yang
dimaksudkan
untuk
mengukur
kemampuan
perusahaan atas keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktivitas
yang digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan dengan tujuan
menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
Pengukuran
kinerja
keuangan
perusahaan
dengan
ROA
menunjukkan kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba. ROA
63
(Return On Asset) adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk
menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki
oleh perusahaan. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam
kondisi negatif pula atau rugi.
Tabel 4.4
Return On Asset
EMITEN
2006
2007
2008
2009
AQUA
ASGR
DLTA
DPNS
DYNA
HMSP
FAST
GGRM
GDYR
INCI
PBRX
SMGR
UNVR
SMSM
MRAT
10,03
13,95
10,52
3,50
0,35
42,22
19,85
7,38
8,06
(2,90)
2,47
24,77
53,28
15,06
6,96
10,75
15,26
11,25
(4,83)
1,46
34,09
22,90
9,21
10,55
1,84
3,55
30,07
52,90
15,39
3,88
11,76
9,98
16,86
1,11
0,67
35,93
21,40
11,03
0,65
2,54
(4,30)
33,85
53,01
14,70
4,66
9,72
8,31
15,10
2,47
7,36
32,00
19,59
13,73
13,33
0,91
4,07
28,32
44,64
12,11
3,62
Berdasarkan hasil perhitungan Return On Asset masing-masing
perusahaan pada Tabel 4.4, Pada Tahun 2006, Return On Asset,
tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk sebesar 53,28 dan
terendah dipegang oleh PT. Inti Wijaya International Tbk sebesar -2,90.
Pada Tahun 2007, Return On Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever
Indonesia Tbk sebesar 52,90 dan terendah dipegang oleh PT. Duta
Pertiwi Nusantara Tbk sebesar -4,83. Pada Tahun 2008, Return On
Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk sebesar 53,01
dan terendah dipegang oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar -4,30.
64
Dan pada Tahun 2009, Return On Asset, tertinggi dimiliki oleh PT.
Unilever Indonesia Tbk sebesar 44,64 dan terendah dipegang oleh PT.
Inti wijaya International Tbk sebesar 0,91.
d. Debt to Equity Ratio
DER adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara jumlah
pinjaman jangka panjang dengan jumlah modal sendiri yang diberikan
pemilik perusahaan. Berdasarkan pendapat di atas, pengertian DER
dalam penelitian ini adalah rasio yang membandingkan antara total
hutang dengan total ekuitas pemilik. (Lukman Syamsuddin (2001:54)
Tabel 4.5
Debt to Equity Ratio
EMITEN
2006
2007
2008
2009
AQUA
ASGR
DLTA
DPNS
DYNA
HMSP
FAST
GGRM
GDYR
INCI
PBRX
SMGR
UNVR
SMSM
MRAT
0,77
0,98
0,31
0,20
1,71
1,21
0,68
0,65
0,62
0,13
3,73
0,35
0,95
0,71
0,19
0,74
0,99
0,29
0,29
1,63
0,94
0,67
0,69
0,94
0,15
4,85
0,27
0,98
0,61
0,14
0,71
1,53
0,34
0,38
1,79
1,00
0,63
0,55
2,45
0,10
8,69
0,30
1,10
0,53
0,10
0,74
1,17
0,30
0,30
1,46
0,88
0,65
0,52
1,63
0,09
5,29
0,26
0,92
0,57
0,11
Berdasarkan hasil perhitungan Debt To Equity Ratio masingmasing perusahaan pada Tabel 4.5. Pada Tahun 2006, Debt to Equity
Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar 3,73 dan
65
terendah dipegang oleh PT. Inti Wijaya International Tbk sebesar 0,13.
Pada Tahun 2007, Debt to Equity Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Pan
Brother Tex Tbk sebesar 4,85 dan terendah dipegang oleh PT. Mustika
Ratu Tbk sebesar 0,14. Pada Tahun 2008, Debt to Equity Ratio,
tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar 8,69 dan
terendah dipegang oleh PT. Mustika Ratu sebesar 0,10. Dan pada
Tahun 2009, Debt to Equity Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Pan
Brother Tex Tbk Tbk sebesar 5,29 dan terendah dipegang oleh PT. Inti
Wijaya International Tbk Indonesia Tbk sebesar 0,09.
e. Earning Per Share
EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar
keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per
lembar saham (Darmaji, 2001:139).
EMITEN
AQUA
ASGR
DLTA
DPNS
DYNA
HMSP
FAST
GGRM
GDYR
INCI
PBRX
SMGR
UNVR
SMSM
MRAT
2006
3.711.590.000
41.200.000
2.703.040.000
29.040.000
(21.220.000)
805.500.000
154.460.000
523.790.000
619.430.000
(25.570.000)
21.880.000
2.184.130.000
225.630.000
44.180.000
30.730.000
Tabel 4.6
Earning Per Share
2007
2008
5.007.630.000
6.255.430.000
53.440.000
46.330.000
2.955.730.000
5.230.340.000
(8.510.000)
4.160.000
2.460.000
10.000
826.840.000
888.720.000
229.780.000
280.710.000
750.270.000
977.340.000
1.034.130.000
19.810.000
21.370.000
18.970.000
55.310.000
(92.620.000)
299.320.000
425.450.000
257.490.000
315.500.000
46.310.000
45.970.000
19.880.000
21.250.000
2009
5.869.540.000
3.490.000
4.786.620.000
9.490.000
168.240.000
841.490.000
310.340.000
1.286.540.000
230.940.000
7.860.000
75.440.000
406.010.000
298.610.000
41.700.000
18.770.000
66
Berdasarkan hasil perhitungan Earning Per Share masingmasing perusahaan pada Tabel 4.6, Pada Tahun 2006, Earning Per
Share, tertinggi dimiliki oleh PT. Aqua Golden Misisipi Tbk sebesar
3.711.590.000 dan terendah dipegang oleh PT. Intan Wijaya
Internasional Tbk sebesar - 25.570.000. Pada Tahun 2007, Earning Per
Share, tertinggi dimiliki oleh PT. Aqua Golden Misisipi Tbk sebesar
5.007.630.000 dan terendah dipegang oleh PT. Duta Pertiwi Nusantara
Tbk sebesar - 8.510.000. Pada Tahun 2008, Earning Per Share,
tertinggi
dimiliki
oleh
Aqua
Golden
Misisipi
Tbk
sebesar
6.255.430.000 dan terendah dipegang oleh PT. Pan Brother Tex Tbk
sebesar - 92.620.000. Dan pada Tahun 2009, Earning Per Share,
tertinggi dimiliki oleh PT. Aqua Golden Misisipi Indonesia Tbk sebesar
5.869.540.000 dan terendah dipegang oleh PT. Astra Graphia Tbk
sebesar 3.490.000.
Setelah melakukan pengolahan data maka penulis dapat
menjelaskan mengenai variabel-variabel yang terdapat dalam model
yang digunakan dalam penelitian ini, seperti terlihat dalam tabel :
67
Tabel 4.7
Tabel Deskripsi Data Variabel Financial Leverage, Price Earning Ratio,
Return On Asset dan Debt to Equity Ratio Terhadap Earning Per Share
N
FL (X1)
PER (X2)
ROA (X3)
DER (X4)
EPS (Y)
Valid N (listwise)
Minimum
60
60
60
60
60
.04
-58.73
-4.83
.09
-9.E7
Maximum
.90
252.45
53.28
8.69
6.E9
Mean
.3744
15.4708
14.3817
1.0410
8.57E8
Std. Deviation
.21517
33.66018
14.38640
1.41756
1.586E9
60
Dari tabel 4.7 dapat dijelaskan bahwa variabel dependent yaitu
Earning Per Share (Y) dengan jumlah data sebanyak 60 memiliki nilai
terkecil (min) sebesar -9.E7 dan nilai terbesar (Max) sebesar 6.E9 dan
nilai rata-rata 8.57E8 dan standar deviasinya 1.586E9. Financial
Leverage (X1) dengan jumlah data sebanyak 60 memiliki nilai terkecil
(min) sebesar 0.04 dan nilai terbesar (Max) sebesar 0.90 dan nilai ratarata 0.3744 dan standar deviasinya 0.21517. Price Earning Ratio (X2)
dengan jumlah data sebanyak 60 memiliki nilai minimum sebesar 58.73 dan terbesar 252.45 (max) sebesar nilai rata-ratanya sebesar
15.4708 dan standar deviasinya 33.66018. Return On Asset (X3) dengan
jumlah data sebanyak 60 memiliki nilai minimum sebesar -4.83 dan
terbesar 53.28 (max) sebesar nilai rata-ratanya sebesar 14.3817 dan
standar deviasinya 14.38640. Variabel Debt Equity Ratio (X4) dengan
jumlah data sebanyak 60 memiliki nilai minimum sebesar 0.09 dan
terbesar (max) sebesar 8.69 nilai rata-ratanya sebesar 1.0410 dan
standar deviasinya 1.41756.
68
2. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal
atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2005:
110-112).
1. Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah
dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data
observasi dengan distribusi yang mendeteksi distribusi normal.
Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat
menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode
yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot
yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Gambar 4.2
Uji Normalitas
69
Sumber : data diolah
Dari gambar grafik di atas dapat dilihat bahwa titik-titik
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
(mengikuti pada wilayah garis linear). Hal ini menunjukkan bahwa
data pada penelitian ini terdistribusi secara normal dan model regresi
tersebut layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen yaitu
Earning Per Share berdasarkan masukan variabel independen yaitu
Financial Leverage, Price Earning Ratio, Return On Assets dan
Debt to Equity Ratio.
2. Analisis Statistik
Uji Normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hatihati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa
sebaliknya.
Tabel 4.8
Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (Uji Normalitas)
FL (X1)
N
a
Normal Parameters
Most Extreme Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
PERX2
ROAX3
60
60
60
3.7442541E1 3.71500E1 3.76833E1
2.15174920E1 2.213045E1 2.243408E1
.098
.087
.083
.098
.087
.083
-.080
-.082
-.080
.758
.670
.644
.614
.760
.802
DERX4
EPSY
60
60
3.80583E1 3.78500E1
2.233055E1 2.221301E1
.091
.098
.082
.098
-.091
-.066
.706
.756
.702
.617
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan uji kolmogorof-Smirnov di atas, terlihat nilai
Asymp.Sig memiliki nilai > 0,05, Hal ini menunjukkan bahwa data
70
pada penelitian ini terdistribusi secara normal dan model regresi
tersebut layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen yaitu
Earning Per Share berdasarkan masukan variabel independen yaitu
Financial Leverage, Price Earning Ratio, Return On Assets dan
Debt to Equity Ratio. Maka data penelitian layak digunakan sebagai
penelitian.
b. Uji Multikolinieritas
Penelitian dilakukan pengujian terhadap data bahwa data harus
terbebas dari gejala multikolinearitas, gejala ini ditunjukan dengan
korelasi
antar
variabel
independen.
Pengujian
dalam
uji
multikolinearitas dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor)
harus berada di bawah 10, hal ini akan dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 4.9
Hasil Pengujian Multikolinearitas
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
(Constant)
FL (X1)
.154
6.484
PERX2
.902
1.109
ROAX3
.862
1.160
DERX4
.151
6.606
a. Dependent Variable: EPSY
(Sumber data diolah)
Tabel di atas menjelaskan bahwa data yang ada tidak terjadi
gejala multikolinearitas antara masing-masing variabel independen
yaitu dengan melihat nilai VIF. Nilai VIF yang diperbolehkan hanya
71
mencapai 10 maka data di atas dapat dipastikan tidak terjadi gejala
multikolinearitas. Karena data di atas menunjukan bahwa nilai VIF
lebih besar dari 10, keadaan seperti itu membuktikan tidak terjadinya
multikolinearitas.
c. Uji Autokolerasi
Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk mendeteksi
autokorelasi dalam penelitian ini maka digunakan uji Durbin Watson
(DW).
Pada tabel 4.10 diketahui nilai Durbin Watson (d) sebesar 2.260
nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan
nilai signifikansi 5%, jumlah sample (n) 60 dan jumlah variabel
independen (k) adalah 5. Maka dari tabel didapat nilai du = 1.360 dan 4
– du = 4 – 1.360 = 2.64. Oleh karena nilai du < d < 4-du atau 1.360 <
2.260 < 2,64 maka dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi baik positif
maupun negatif
Tabel 4.10
Hasil Pengujian Autokolerasi
Model
1
R
R Square
.700
a
.489
Adjusted R Square
.452
Std. Error of the
Estimate
16.438214
Durbin-Watson
2.260
a. Predictors: (Constant), FL (X1), ROAX3, PERX2, DERX4
b. Dependent Variable: EPSY
72
d. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas varian variabel dependen dalam model tidak
equal
terhadap
variabel
independen.
Konsekuensi
adanya
heteroskedastisitas dalam model regresi adalah estimator yang
diperoleh tidak efisien, baik pada sampel kecil maupun besar. Diagnosis
adanya heteroskedastisitas dalam uji regresi dapat diidentifikasi dari
pola scatter plot diagram.
Gambar 4.3
Uji Heteroskedastisitas
Pada gambar 4.3 terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan
di bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak terlihat pola tertentu.
Dengan demikian pada persamaan regresi linier berganda dalam model
ini
tidak
ada
gejala
atau
tidak
terjadi
heteroskedastisitas.
73
3. Uji Signifikansi
a. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
yang terdiri dari dari Financial Leverage, Price Earning Ratio, Return
On Assets dan Debt to Equity Ratio terhadap Earning Per Share di
Bursa Efek Indonesia secara parsial.
Tabel 4.11
Hasil Pengujian Uji t
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
5.995
6.720
FL (X1)
.585
.243
PERX2
.109
ROAX3
DERX4
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
.892
.376
.566
2.409
.019
.102
.109
1.069
.290
.682
.103
.688
6.631
.000
-.506
.236
.522
2.202
.032
a. Dependent Variable: EPSY
(Sumber : Data diolah)
Variabel Financial Leverage, dengan nilai t hitung sebesar 2.409
> 2,00 atau nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0,019 < 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti Financial
Leverage berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Earning per
Share.
Variabel Price Earning Ratio, dengan nilai t hitung sebesar
1.069 < 2,00 atau nilai alpha lebih besar dari 0,05 (0.290 > 0,05), maka
dapat disimpulkan H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti Price
Earning Ratio tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
Earning Per Share.
74
Variabel Return On Asset, dengan nilai t hitung sebesar 6.631 >
2,00 atau nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0.000 < 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti Return On
Asset
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Earning Per
Share.
Variabel Debt Equity Ratio, dengan nilai t hitung sebesar 2.202
> 2,00 atau nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0,032 < 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti Debt equity
Ratio berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Earning Per
Share.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen
yang terdiri dari Financial Leverage, Price Earning Ratio, Return On
Assets dan Debt to Equity Ratio terhadap Earning Per Share secara
simultan atau serentak.
Tabel 4.12
Hasil Pengujian Uji F
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
14249.831
4
3562.458
Residual
14861.819
55
270.215
Total
29111.650
59
F
13.184
Sig.
.000
a
a. Predictors: (Constant), FL (X1), ROAX3,PERX2,DERX4
b. Dependent Variable: EPSY
(Sumber : Data diolah)
Hasil pengujian ANOVA dengan menggunakan uji F dapat
dilihat nilai F hitung sebesar 13.184 dengan signifikan 0,000. Dengan
75
mencari pada table F, diperoleh nilai F tabel 2.37. Dengan kondisi
dimana F hitung lebih besar daripada F tabel dan nilai signifikan lebih
kecil dari alpha (0,05), maka dapat diambil kesimpulan adalah H0
ditolak dan Ha diterima yang berarti variabel-variabel independen
berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Earning Per Share.
c. Koefisien Determinasi (Adj.R Square)
Melalui pengujian serentak dapat diketahui besarnya koefisien
2
2
determinasi (Adj.R ). Dari koefisien determinasi (Adj.R ) dapat
diketahui derajat ketepatan dari analisis regresi linier berganda
menunjukkan besarnya variasi sumbangan seluruh variabel bebas
terhadap variabel terikatnya.
Besarnya nilai pengaruh variabel bebas ditunjukkan oleh nilai
2
(R ) = 0,452 yaitu persentase pengaruh variabel Financial Leverage,
Price Earning Ratio, Return On Assets dan Debt to Equity Ratio
terhadap Earning Per Share sebesar 45,2%.
Tabel 4.13
Hasil Pengujian Adj R Square
Model
1
R
R Square
.700
a
.489
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.452
16.438214
Durbin-Watson
2.260
a. Predictors: (Constant), FL(X1), PER(X2), ROA(X3), DER(X4)
b. Dependent Variable: EPSY
(Sumber : Data diolah)
76
4. Analisis Regresi Linier Berganda
Adapun hasil regresi linier berganda pengaruh Financial Leverage,
Price Earning Ratio, Return On Assets dan Debt to Equity Ratio terhadap
Earning Per Share di BEI adalah sebagai berikut:
Tabel 4.14
Hasil Analisis Regresi
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Standardized
Coefficients
Std. Error
5.995
6.720
FL (X1)
.585
.243
PERX2
.109
ROAX3
DERX4
Beta
t
Sig.
.892
.376
.566
2.409
.019
.102
.109
1.069
.290
.682
.103
.688
6.631
.000
-.519
.236
.522
2.202
.032
a. Dependent Variable: EPSY
(Sumber : Data diolah)
Dari tabel di atas dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk
mengetahui pengaruh Financial Leverage, Price Earning Ratio, Return On
Assets dan Debt to Equity Ratio sebagai berikut:
Y = 5.995 + 0.585 X1 + 0.682 X3 - 0.519 X4 + ei
Keterangan :
Y
= Earning Per Share
a
= konstanta
X1
= Financial Leverage
X3
= Return On Assets
X4
= Debt to Equity Ratio
Ei
= error term
Koefisien-koefisien persamaan regresi linier berganda di atas dapat
diartikan koefisien regresi untuk konstan sebesar 5.995 menunjukkan
77
bahwa jika variabel Financial Leverage, Price Earning Ratio, Return On
Asset bernilai nol maka nilai Earning Per Share adalah 5.995. Sedangkan
variabel Financial Leverage sebesar 0.585 menunjukkan bahwa jika
variabel Financial Leverage meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan
Earning Per Share sebesar 0.585 satuan dengan ketentuan variabel yang
dianggap konstan. Variabel Return On Asset sebesar 0.682 menunjukkan
bahwa jika variabel Return On Asset meningkat 1 satuan maka akan
meningkatkan Earning Per Share sebesar 0.682 satuan, Variabel Debt
Equity Ratio sebesar 0.519 menunjukkan bahwa jika variabel Debt Equity
Ratio meningkat 1 satuan maka akan menurunkan Earning Per Share
sebesar 0.519 satuan, dengan catatan variabel lain dianggap konstan.
D. Interpretasi
Hasil uji regresi berganda yang didapat adalah yang paling
berpengaruh dan signifikan adalah Financial Leverage, Return On Assets dan
Debt to Equity Ratio, dengan nilai signifikansi dibawah 0,05 Financial
Leverage dengan nilai signifikasi 0,019 < 0,05, Return On Asset dengan nilai
signifikansi 0,000 < 0,05 dan Debt Equity Ratio dengan nilai signifikansi
0,032 < 0,05. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuli
Winarni (2003), menggunakan model Regresi Linear Berganda (Multiple
Regression), dengan variabel dependent Earning Per Share dan Variabel
Independent Net Sales, Current Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Inventory
Turn Over, Total Asset Turn Over, Net Profit Margin, Operating Profit
78
Margin, Current Assets Turn Over, Leverage Ratio, dan Gross Profit Margin.
Hasil Penelitian menyatakan bahwa Variabel Net Profit Margin, Current
Assets Turn Over, dan Leverage Ratio memiliki pengaruh signifikan terhadap
Earning Per Share sedangkan variabel lainnya yaitu Net Sales, Current Ratio,
Debt to Equity Ratio (DER), Inventory Turn Over, Total Asset Turn Over,
Operating Profit Margin, dan Gross Profit Margin tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap Earning Per Share.
Lain halnya dengan Penelitian yang dilakukan oleh Yunina, SE.,M.Si,
Ak, Nazir, SE., M.Si dan Ghazali Syamni, SE., M.Sc (2008) mengenai
analisis Pengaruh Return on Assets Dan Return on Equity terhadap Earning
Per Share pada PT. Bank Muamalat Indonesia penelitian ini menggunakan
regresi berganda menggunakan variabel dependen Earning Per Share dan
dengan variabel independent Return on Assets (ROA) dan Return on Equity
(ROE. Hasil penelitian pada variabel return on assets dan return on equity
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap earning per share.
Dalam hal ini perbedaan antara hasil pengujian sebelumnya dengan
pengujian ini dikarenakan adanya perbedaan waktu penelitian, sektor yang
diteliti, dan merubah variabel bebas menjadi Financial Leverage, Price
Earning Ratio, Return On Assets, Debt to Equity Ratio karena pada penelitian
sebelumnya menggunakan variabel terikat dengan return. Sehingga adanya
perbedaan hasil analisis.
Menurut Keown, dkk (2000 : 496) “financial leverage adalah
membiayai sebagian dari aset perusahaan dengan surat berharga yang
79
mempunyai tingkat bunga yang tetap dengan mengharapkan peningkatan
yang luar biasa pada pendapatan bagi para pemegang saham”. Teori ini
sejalan dengan penelitian ini bahwa semakin tinggi Financial Leverage
semakin tinggi juga Earning Per Share ini terlihat pada hasil penelitian.
Karena Financial Leverage tidak mempengaruhi perusahaan. Besarnya
penggunaan utang dalam suatu perusahaan tergantung pada besar kecilnya
perusahaan. Semakin besar utang yang digunakan, maka semakin besar biaya
tetap (bunga) yang akan ditanggung oleh perusahaan. Hal ini menimbulkan
risiko Financial bagi kreditur yaitu risiko atas ketidakmampuan perusahaan
dalam melaksanakan kewajibannya.
Semakin tinggi PER semakin nampak rendah nilai EPS apabila
dibandingkan dengan harga sahamnya (Husnan, 2001:300). Kalau suatu
saham mempunyai PER sebesar 20x, berarti apabila saham tersebut
memberikan EPS sebesar Rp 1.000,- saham tersebut dapat terjual dengan
harga Rp 20.000,-. Hal itu berarti bahwa jika nilai PER naik maka harga
saham mengalami kenaikan dan Return saham juga mengalami kenaikan.
Begitupun sebaliknya jika nilai PER mengalami penurunan maka harga
sahamnya dan return sahamnya mengalami penurunan. Semakin rendah hasil
PER sebuah saham, maka semakin baik atau murah harganya untuk
diinvestasikan. PER menjadi rendah nilainya bisa karena harga saham cenderung
semakin turun atau karena meningkatnya laba bersih perusahaan. Penafsiran
terhadap rasio ini juga dipengaruhi oleh persepsi pemodal terhadap kualitas
perusahaan dan trend pendapatannya, risiko relatif, penggunaan metode
80
akuntansi alternatif , dan faktor-faktor lain. Teori tersebut sejalan dengan hasil
penelitian ini yang menyatakan bahwa PER tidak berpengaruh terhadap EPS.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan (return) yang akan didapat. Dalam penelitian ini profitabilitas
diproksikan dengan ROA menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif dan
signifikan terhadap EPS. Dalam hal ini, semakin besar keuntungan yang
diperoleh perusahaan, semakin besar pula laba per lembar saham. Seiring
dengan meningkatnya nilai EPS maka calon investor pun akan tertarik untuk
menanamkan investasi di perusahaan-perusahaan tersebut.
Debt to Equity Ratio (DER) dalam penelitian ini terbukti berpengaruh
positif secara signifikan terhadap Earning Per Share (EPS). Variabel Debt to
Equity Ratio menunjukkan berapa kali besarnya debt dibandingkan dengan
equity. Semakin besar ratio ini berarti semakin besar sumber dana yang
berasal dari utang sehingga assets yang dimiliki oleh perusahaan sebagian
besar didanai oleh utang dan semakin besar risiko yang akan dihadapi
perusahaan. Hal ini akan berpengaruh pada profitabilitas perusahaan apalagi
bila penjualan bersih tidak ditingkatkan dan dimungkinkan karena pada
perusahaan manufaktur
kenaikan hutang pun dapat meningkatkan
kemampuan perusahaan menghasilkan EPS selama penggunaan hutang
tersebut selalu diiringi dengan peningkatan laba perusahaan. Oleh karena itu,
semakin tinggi DER semakin tinggi pula EPS.
Sedangkan untuk Earning per Share, bila dikaitkan dengan variabel
yang berpengaruh dan signifikan yaitu Financial leverage, Return on assets
81
dan Debt to Equity Ratio merupakan variabel yang mempengaruhi Earning
Per Share dan Earning Per Share adalah salah satu patokan dari para
pemegang saham untuk menanamkan modalnya dalam berinvestasi, sehingga
akan mendapat keuntungan yang lebih baik lagi. Financial Leverage, Return
On Assets dan Debt to Equity Ratio menjadi suatu patokan yang dapat
mempengaruhi naik turunnya Earning Per Share.
82
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Hasil uji regresi ditemukan bahwa secara simultan variabel independen
(Financial leverage, Price Earning Ratio, Return on assets, dan Debt to
Equity Ratio) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Earning Per
Share. Hasil Uji regresi ditemukan bahwa secara parsial variabel yang
berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Share adalah Financial
leverage, Return on assets dan Debt to Equity Ratio sedangkan Price
Earning Ratio, tidak berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Share.
2. Berdasarkan koefisien regresi pada setiap variabel, dapat dijelaskan bahwa
variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Earning Per Share
adalah Return on Assets. Dapat diketahui dengan melihat nilai koefisien
beta yang paling besar antara variabel independen lainnya. Dengan nilai
0,682 adalah nilai paling besar dengan variabel independen lainnya.
B. Saran Dan Implikasi
Berdasarkan hasil dan analisa yang telah dilakukan peneliti, penelitian
ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, sehingga masih banyak yang
perlu diperbaiki dan diperhatikan lagi untuk penelitian-penelitian berikutnya,
83
83
beberapa saran perlu ditambahkan guna penelitian yang lebih baik lagi,
adapun sarannya sebagai berikut :
1. Menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
sebagai sampel penelitian sehingga dapat mencerminkan keadaan pasar
yang sesungguhnya yang terjadi di Bursa Efek Indonesia.
2. Memperpanjang periode (waktu) penelitian agar menambah jumlah data.
3. Menambah variabel lain yang dapat mempengaruhi Earning Per Share
sehingga dapat menjadi luas penelitian
4. Mencari teori yang relevan dengan keadaan sekarang.
Implikasi :
Earning Per Share adalah EPS merupakan rasio yang menunjukkan
berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang
saham per lembar saham (Darmaji, 2001:139). Earning Per Share
mencerminkan
seberapa
besar
kekuatan
perusahaan,
seperti
yang
diungkapkan oleh Weston dan Brigham, (1996 : 15) “Earning per share is net
income divided by the number of shares of common stock outstanding”.
Sedangkan menurut Horne dan Wachowicz, (1998 : 3). “Earning per share is
earning after tax (EAT) divided by the number of common shares
outstanding. EPS means different things for different firm’s. For some firm’s
they mean more than for other”, yang menyatakan bahwa Semakin tinggi
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan kepada pemegang
sahamnya mencerminkan semakin besar keberhasilan usaha yang dijalankan
84
perusahaan tersebut, sehingga Earning Per Share menjadi pedoman atau
patokan dalam melakukan investasi.
Adapun penelitian ini akan bermanfaat bagi pihak-pihak tertentu yang
dimanfaatkan sesuai dengan tujuanya, yaitu:
1. Implikasi Bagi Investor
Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur
ketidakpastian. Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan
diperolehnya dari investasi yang dilakukan. Karena investor menghadapi
kesempatan investasi yang berisiko maka pilihan investasi tidak dapat
hanya mengandalkan hanya pada tingkat keuntungan saja tetapi investor
harus bersedia menanggung risiko atas investasinya. Oleh karena itu dalam
melakukan investasi, investor seharusnya mempertimbangkan secara
matang mengenai beberapa hal yang sangat penting dalam pengambilan
keputusan
investasi
yang
dilakukannya,
sehingga
menghasilkan
keuntungan yang lebih baik lagi dan untuk mengetahui perubahanperubahan sehingga tidak salah dalam melakukan investasi.
2. Implikasi Bagi Perusahaan
Hasil Penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan dan
pertimbangan bagi perusahaan dalam melakukan kebijakan yang
berhubungan dengan investasi.
3. Implikasi Bagi Akademis
Penilaian analisis Pengaruh Financial Leverage, Price Earning
Ratio, Return On Assets dan Debt to Equity Ratio yang mempengaruhi
85
Earning Per Share dapat dijadikan tambahan pengetahuan bagi penelitian
selanjutnya.
86
DAFTAR PUSTAKA
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia (The Intelligent Guide to
Indonesian Capital Market). Jakarta: Mediasoft Indonesia.
Anoraga, Pandji, Piji Prakarti.2006. Pengantar Pasar Modal. Semarang : Penerbit
Rineka Cipta.
Darmaji, Tjiptono.2006. Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab.
Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat.
Darmadji, Tjiptono dan Fakhruddin, Hendy M. 2001. Pasar Modal di Indonesia.
Jakarta : Salemba Empat.
Fabozzi., J, Frank. 1999. Manajemen Investasi Buku Satu. Jakarta : Salemba
Empat.
Farchan & Sunarto. 2002. “Pengaruh Informasi Akuntansi terhadap Kapitalisasi
Pasar di Bursa Efek Jakarta”. Fokus Ekonomi, Vol. 1, No.1, April, 2002
Hamid, Abdul, “Pedoman Penulisan Skripsi”, Jakarta, Lembaga Penerbit Feis
UIN, 2007.
Higgins, Robert C. 2001. Analysis For Financial Management. Edisi 6. New
York: Mcgraw-Hill Companies, Inc.
Hsu-Ling Chang, et al. “The Relationship Between Stock Price And EPS:
Evidence Based On Taiwan Panel Data”2008.
Husnan, Suad. 1996. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan: Teori
Penerapannya. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta
dan
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Intani, Rina dan Teddy Oswari, “penerapan financial leverage terhadap
peningkatan earning per share (EPS)” 2009.
87
87
Keown dkk., “Manajemen Keuangan (Prinsip-Prinsip dan Aplikasi)”, Jakarta,
Indeks, 2002.
Munawir.2001.Analisis Laporan Keuangan.Yogyakarta:Liberty
Prastowo, Dwi. 2002. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi.
Yogyakarta: YKPN.
Riyanto, Bambang. 1999. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta.
Rodoni, Ahmad, dan Indoyama Nasaruddin, “Modul Manajemen Keuangan”,
Jakarta, Lembaga Penerbit FEIS UIN, 2007.
Syamsuddin, Lukman. 2001. Manajemen Keuangan Perusahaan Konsep Aplikasi
dalam Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan.Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Sartono, Agus. 2001. Ringkasan Teori Manajemen Keuangan Soal dan
Penyelesaian. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Simamora, Henry (2002). Akutansi Manajemen, Edisi II, UPP AMP YKPN.
Sinuraya, Murthada. 1999. Teori Manajemen Keuangan. Edisi Revisi. Jakarta:
LPFEUI.
Susilowati, Yeye, “pengaruh PER terhadap faktor fundamental perusahaan
(dividend payout ratio, EPS, dan resiko)”. 2003.
Weston, J. Fred dan Brigham, F. Eugene. 1997. Dasar-dasar Manajemen
Keuangan. Edisi Kesembilan. Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Weston, J. Fred dan Thomas F Copeland. 1999. Dasar-dasar Manajemen
Keuangan. Edisi revisi yang disempurnakan. Jakarta: Erlangga.
Winarni, Yuli, “Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Earning Per
Share”.2003.
Yunina, SE.,M.Si, Ak,. Nazir, SE., M.Si dan Ghazali Syamni, SE., M.Sc,
“Pengaruh Return on Assets Dan Return on Equity terhadap Earning Per
Share”. 2009.
88
LAMPIRAN 1 : Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian
Daftar Nama Perusahaan Manufaktur
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Nama Perusahaan
PT.Aqua Golden Missisippi TBK
PT.Astra Graphia TBK.
PT.Delta Djakarta TBK
PT.Duta Pertiwi Nusantara Tbk
PT.Dynaplast Tbk
PT.Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
PT.Fast Food Indonesia Tbk
PT.Gudang Garam Tbk
PT.Goodyear Indonesia Tbk
PT.Intan Wujaya Internasional Tbk
PT.Pan Brother Tex Tbk
PT.Semen Gresik Tbk
PT.Unilever Indonesia Tbk
PT.Selamat Sampoerna Tbk
PT.Mustika Ratu Tbk
Kode Saham
AQUA
ASGR
DLTA
DPNS
DYNA
HMSP
FAST
GGRM
GDYR
INCI
PBRX
SMGR
UNVR
SMSM
MRAT
LAMPIRAN 2 : Perhitungan Data Mentah
Financial Leverage
EMITEN 2006
AQUA
ASGR
DLTA
DPNS
DYNA
HMSP
FAST
GGRM
GDYR
INCI
PBRX
SMGR
UNVR
SMSM
MRAT
0,431185
0,493956
0,238873
0,158217
0,582956
0,542907
0,404004
0,393798
0,381703
0,118942
0,796559
0,255488
0,486248
0,042372
0,158969
2007
2008
2009
0,423516
0,497122
0,221916
0,217214
0,565869
0,485595
0,400535
0,409104
0,483277
0,131625
0,828447
0,210874
0,49486
0,044039
0,120456
0,411032
0,604216
0,24963
0,262919
0,581295
0,501034
0,385104
0,355323
0,709753
0,090404
0,896453
0,22911
0,522376
0,043303
0,094061
0,422189
0,53869
0,227595
0,219959
0,53318
0,467184
0,394973
0,341931
0,619548
0,081494
0,840649
0,205157
0,480008
0,03666
0,099672
Price Earning Ratio
EMITEN
2006
2007
2008
2009
AQUA
ASGR
DLTA
DPNS
DYNA
HMSP
FAST
GGRM
GDYR
INCI
PBRX
SMGR
UNVR
SMSM
MRAT
24,47
11,04
6,07
34,78
23,22
15,66
12,27
10,07
12,57
(9,58)
4,09
19,59
24,51
6,56
13,34
20,30
4,32
3,82
(58,73)
14,44
9,11
11,04
4,35
252,45
18,58
(1,32)
9,81
24,72
6,59
13,58
31,28
6,35
9,71
24,63
3,57
9,27
12,57
12,56
3,12
4,64
1,34
13,95
27,75
6,87
15,06
31,28
7,05
10,97
28,97
3,83
12,03
13,29
13,99
3,12
15,27
1,38
14,78
28,38
7,73
11,79
Return on Asset
EMITEN
2006
2007
2008
2009
AQUA
ASGR
DLTA
DPNS
DYNA
HMSP
FAST
GGRM
GDYR
INCI
PBRX
SMGR
UNVR
SMSM
MRAT
10,03
13,95
10,52
3,50
0,35
42,22
19,85
7,38
8,06
(2,90)
2,47
24,77
53,28
15,06
6,96
10,75
15,26
11,25
(4,83)
1,46
34,09
22,90
9,21
10,55
1,84
3,55
30,07
52,90
15,39
3,88
11,76
9,98
16,86
1,11
0,67
35,93
21,40
11,03
0,65
2,54
(4,30)
33,85
53,01
14,70
4,66
9,72
8,31
15,10
2,47
7,36
32,00
19,59
13,73
13,33
0,91
4,07
28,32
44,64
12,11
3,62
Debt Equity Ratio
EMITEN
2006
2007
2008
2009
AQUA
ASGR
DLTA
DPNS
DYNA
HMSP
FAST
GGRM
GDYR
INCI
PBRX
SMGR
UNVR
SMSM
MRAT
0,77
0,98
0,31
0,20
1,71
1,21
0,68
0,65
0,62
0,13
3,73
0,35
0,95
0,71
0,19
0,74
0,99
0,29
0,29
1,63
0,94
0,67
0,69
0,94
0,15
4,85
0,27
0,98
0,61
0,14
0,71
1,53
0,34
0,38
1,79
1,00
0,63
0,55
2,45
0,10
8,69
0,30
1,10
0,53
0,10
0,74
1,17
0,30
0,30
1,46
0,88
0,65
0,52
1,63
0,09
5,29
0,26
0,92
0,57
0,11
EMITEN
AQUA
ASGR
DLTA
DPNS
DYNA
HMSP
FAST
GGRM
GDYR
INCI
PBRX
SMGR
UNVR
SMSM
MRAT
Earning Per Share
2006
2007
2008
2009
3.711.590.000 5.007.630.000 6.255.430.000 5.869.540.000
41.200.000
53.440.000
46.330.000
3.490.000
2.703.040.000 2.955.730.000 5.230.340.000 4.786.620.000
29.040.000
(8.510.000)
4.160.000
9.490.000
(21.220.000)
2.460.000
10.000
168.240.000
805.500.000
826.840.000
888.720.000
841.490.000
154.460.000
229.780.000
280.710.000
310.340.000
523.790.000
750.270.000
977.340.000 1.286.540.000
619.430.000 1.034.130.000
19.810.000
230.940.000
(25.570.000)
21.370.000
18.970.000
7.860.000
21.880.000
55.310.000
(92.620.000)
75.440.000
2.184.130.000 299.320.000
425.450.000
406.010.000
225.630.000
257.490.000
315.500.000
298.610.000
44.180.000
46.310.000
45.970.000
41.700.000
30.730.000
19.880.000
21.250.000
18.770.000
LAMPIRAN 3 : Hasil Output Pengujian Regresi Linier Berganda
Tabel Deskripsi Data Variabel Financial Leverage, Price Earning Ratio, Return On Asset dan
Debt Equity Ratio Terhadap Earning Per Share
N
FL (X1)
PER (X2)
ROA (X3)
DER (X4)
EPS (Y)
Valid N (listwise)
Minimum
60
60
60
60
60
Maximum
.04
-58.73
-4.83
.09
-9.E7
Mean
.90
252.45
53.28
8.69
6.E9
Std. Deviation
.3744
15.4708
14.3817
1.0410
8.57E8
.21517
33.66018
14.38640
1.41756
1.586E9
60
b
Model Summary
Std. Error of the
Model
R
1
R Square
.700
a
Adjusted R Square
.489
Estimate
.452
Durbin-Watson
16.438214
2.260
a. Predictors: (Constant), DERX4, ROAX3, PERX2, FL (X1)
b. Dependent Variable: EPSY
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
df
Mean Square
14249.831
4
3562.458
14861.819
55
270.215
29111.650
59
a. Predictors: (Constant), DERX4, ROAX3, PERX2, FL (X1)
b. Dependent Variable: EPSY
F
13.184
Sig.
.000
a
Coefficients
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
5.995
6.720
FL (X1)
.585
.243
PERX2
.109
ROAX3
DERX4
a. Dependent Variable: EPSY
Charts
a
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
.892
.376
.566
2.409
.019
.168
5.953
.102
.109
1.069
.290
.899
1.112
.682
.103
.688
6.631
.000
.862
1.161
-.519
.236
.522
2.202
.032
.165
6.058
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
FL (X1)
N
a
Normal Parameters
Most Extreme Differences
Mean
Std.
Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
60
3.7442541E1
2.15174920E1
.098
.098
-.080
.758
.614
PERX2
ROAX3
DERX4
EPSY
60
60
60
60
3.71500E1 3.76833E1 3.80583E1 3.78500E1
2.243408E
2.221301E
2.213045E1
2.233055E1
1
1
.087
.083
.091
.098
.087
.083
.082
.098
-.082
-.080
-.091
-.066
.670
.644
.706
.756
.760
.802
.702
.617
Download