ANALISIS PENGARUH PENERAPAN FINANCIAL LEVERAGE, PRICE EARNING RATIO (PER), RETURN ON ASSETS (ROA) DAN DEBT TO EQUITY RATIO (DER) TERHADAP EARNING PER SHARE (EPS) (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public Di BEI Periode 2006-2009) ANGGI PERMANA 206081003937 MANAJEMEN KEUANGAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M/1431 H ANALISIS PENGARUH PENERAPAN FINANCIAL LEVERAGE, PRICE EARNING RATIO (PER), RETURN ON ASSETS (ROA) DAN DEBT TO EQUITY RATIO (DER) TERHADAP EARNING PER SHARE (EPS) (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public Di BEI Periode 2006-2009) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi ANGGI PERMANA 206081003937 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M/1431 H i ii iii iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP Data Pribadi Nama Alamat Anggi Permana Jl. Raya Serpong-Puspiptek RT 07/01 No: 03 Kp. Serpong, Tangerang Selatan 15310 Tempat / Tanggal Lahir Indramayu / 12 Juli 1987 Jenis Kelamin Laki-laki Telepon 021-75871670 / 08569918709 E-mail [email protected] Pendidikan Formal SDN Karang Tumaritis II Haurgeulis SLTP Negeri 1 Serpong (sekarang SLTPN 1 Tangerang Selatan) SMA Negeri 1 Cisauk (sekarang SMAN 2 Tangerang Selatan) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Tahun 1994-2000 2000-2003 2003-2006 2006- 2010 Latar Belakang Keluarga 1. Ayah : Sangkan 2. Ibu : Suna’ah 3. Alamat : Jl.Raya Serpong-Puspiptek RT 07/01 No: 03 Kp.Serpong, Tangerang Selatan 15310 4. Telepon : (021) 75871670 v ABSTRACT This research has a purpose, To know the effect that occurs between Financial Leverage, PER, Return on Assets and DER on Earning Per Share and To find out what the most influential variables in between Financial Leverage, PER, Return on Assets and DER on Earning Per Share. Data used in this study uses secondary data obtained from the Indonesian Stock Exchange. Sample selection in this study were manufacturing companies started from 2006 until 2009. The results of this study indicate that there are significant variables simultaneously on Financial Leverage, PER, Return on Assets and DER on Earning Per Share. The results also show variable Financial Leverage, Return on Assets and significant DER partially to the Earning Per Share, while the PER variables no significant effect on Earning Per Share. In this study, the analysis found that the most dominant variable is Return On Assets (ROA). The result of the determination coefficient 0.452, this means the ability of the independent variables explain the dependent variable at 45.2%, while the remaining 54.8% is influenced by other variables and not included in this regression analysis. Key words: the Financial Leverage, PER, ROA, DER, EPS vi ABSTRAK Penelitian ini memiliki tujuan, Untuk menganalisis pengaruh yang terjadi antara Financial Leverage, PER, Return on Asset dan DER terhadap Earning Per Share dan Untuk menganalisis variabel apa yang paling berpengaruh di antara Financial Leverage, PER, Return on Asset dan DER terhadap Earning Per Share. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampel pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur mulai dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan pada variabel Financial Leverage, PER, Return on Asset dan DER terhadap Earning Per Share. Hasil penelitian ini juga menunjukkan variabel Financial Leverage, Return on Asset dan DER berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Earning Per Share, sedangkan variabel PER tidak berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Share. Pada penelitian ini ditemukan hasil analisa variabel yang paling dominan adalah Return On Asset (ROA). Hasil koefisien determinasi sebesar 0,452 hal ini berarti kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen sebesar 45,2 %, sedangkan sisanya 54,8% dipengaruhi oleh variabel lain dan tidak termasuk ke dalam analisis regresi ini. Kata kunci: Financial Leverage, PER, ROA, DER, EPS vii KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ANALISIS PENGARUH PENERAPAN FINANCIAL LEVERAGE, PRICE EARNING RATIO (PER), RETURN ON ASSETS (ROA) DAN DEBT TO EQUITY RATIO (DER) TERHADAP EARNING PER SHARE (EPS).(Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public Di BEI Periode 2006-2009) Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syaratsyarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada: 1. Allah S.W.T atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Kedua orang tua yang penulis cintai dan hormati sepanjang hidup, yang dengan rasa cinta dan kasih sayangnya secara tulus telah mengurus, membesarkan, mendidik penulis hingga sekarang ini serta memberikan semangat dan doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis. 3. Adinda, Nurul Aisyah, Putri Kannaya, dan Rezky Wahyu Saputra , serta saudara-saudaraku yang tak pernah henti memberikan semangat dan motivasi kepada penulis. 4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktunya, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. 6. Bapak. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktunya, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. viii 7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) yang telah memberikan ilmu akademis selama ini. Semoga ilmu yang penulis peroleh, dapat menjadi ilmu yang bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi orang lain. 8. Segenap staf dan karyawan akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Mba Ani, Mas Ajis, Mas Heri, Mpok Heny, Mas Alfred, Pak Sukmadi, dan lain-lain. Terima kasih atas pelayanan dan bantuannya selama ini. 9. Saktika Miladina, yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. 10. Sahabat-sahabat tercinta, Ade Ridwan, Aditya Yudhistira, Ali Murtadlo, Ardian Prima, Eko Andrianto, Ika Caya Putri, Julfi fajrihan, Nurrina, Nurul Faizah Rahma, Rika Perdana Putri, yang telah memberikan dukungannya kepada penulis. 11. Teman-teman seperjuangan Manajemen B 2006, Ahmad Faisal, Anggi Saputra, , Alamsyah, Anwar Riyadih, Febrian Djaka P., Ghafur, Lia Marlia, Lutfiah Hilyanti, M. Bukhari Muslim, Muzakir, Purwanti Rosalina, Renal Ramadhan, Restu Ibrahim, Rheina Amalia, Rosim, Umar Syaifuddin, dan Vaditya Rizky P. 12. Rekan-rekan Akuntansi dan manajemen angkatan 2006 yang telah memberikan dukungannya selama ini kepada penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Jakarta, 28 September 2010 Penulis, ix DAFTAR ISI Halaman Judul .................................................................................................... i Lembar Pengesahan Skripsi ............................................................................. ii Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ............................................................ iii Lembar Pengesahan Uji Skripsi ....................................................................... iv Daftar Riwayat Hidup ....................................................................................... v Abstract ............................................................................................................... vi Abstrak ............................................................................................................... vii Kata Pengantar ................................................................................................... viii Daftar Isi ............................................................................................................. x Daftar Tabel ....................................................................................................... xiii Daftar Gambar ................................................................................................... xiv Daftar Lampiran ................................................................................................ xv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1 A. Latar Belakang .................................................................................. 1 B. Perumusan Masalah .......................................................................... 6 C. Tujuan dan Manfaat .......................................................................... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 9 A. Manajemen Keuangan ........................................................................ 9 1. Pengertian ...................................................................................... 9 2. Fungsi Manajemen Keuangan ...................................................... 10 B. Pengertian Saham .............................................................................. 13 C. Harga Saham ..................................................................................... 18 D. Pengertian Earning Per Share (EPS) ................................................. 19 E. Pengertian Financial Leverage .......................................................... 24 x F. Pengertian Price Earning Ratio (PER) .............................................. 27 G. Return On Assets (ROA) .................................................................. 30 H. Debt to Equity Ratio (DER) .............................................................. 33 I. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 35 J. Hipotesis ............................................................................................ 37 K. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 41 A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 41 B. Metode Penentuan Sampel ................................................................. 41 C. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 42 D. Metode Analisis Data ......................................................................... 43 E. Operasional Variabel Penelitian ........................................................ 49 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................... 52 A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................. 52 1. Sejarah Pasar Modal di Indonesia ................................................ 52 2. Struktur Pasar Modal indonesia ................................................... 53 3. Lembaga-lembaga yang Terlibat di BEI ....................................... 53 4. Mekanisme Perdagangan ............................................................... 57 B. Sejarah Objek Penelitian ................................................................... 58 1. Sejarah Perusahaan Manufaktur ................................................... 58 2. Perusahaan yang Menjadi Objek Penelitian ................................. 59 C. Hasil dan Pembahasan........................................................................ 60 1. Deskriptif Data ............................................................................. 60 2. Pengujian Asumsi Klasik ............................................................. 69 3. Uji Signifikansi ............................................................................. 74 4. Analisis Regresi Berganda ........................................................... 77 D. Interpretasi ......................................................................................... 78 xi BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI .................................................... 83 A. Kesimpulan ....................................................................................... 83 B. Saran dan Implikasi ........................................................................... 83 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 87 LAMPIRAN-LAMPIRAN xii DAFTAR TABEL TABEL KETERANGAN HALAMAN 2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................ 38 4.1 Tabel Perusahaan Objek Penelitian .................................. 59 4.2 Financial Leverage .......................................................... 61 4.3 Per Earning Ratio ..………. ............................................. 62 4.4 Return On Assets .............................................................. 64 4.5 Debt To Equity Ratio ......................................................... 65 4.6 Earning Per Share ............................................................ 66 4.7 Tabel Deskripsi Data Variabel FL, PER, ROA, dan DER Terhadap EPS .................................................... 68 4.8 Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (Uji Normalitas) ................................................................ 70 4.9 Hasil Pengujian Multikolinearitas ………. ....................... 71 4.10 Hasil Pengujian Autokolerasi ........................................... 72 4.11 Hasil Pengujian Uji t ........................................................ 74 4.12 Hasil Pengujian Uji F ….. ................................................. 75 4.13 Hasil Pengujian Adj R Square .......................................... 76 4.14 Hasil Analisis Regresi ...................................................... 77 xiii DAFTAR GAMBAR GAMBAR KETERANGAN HALAMAN 2.1 Kerangka Pemikiran ......................................................... 36 4.1 Struktur Pasar Modal Indonesia ....................................... 53 4.2 Uji Normalitas ................................................................... 69 4.3 Uji Heteroskedastisitas ..................................................... 73 xiv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian Lampiran 2 Perhitungan Data Mentah Lampiran 3 Hasil Output Pengujian Regresi Linier Berganda xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin maraknya dunia investasi dalam perekonomian Indonesia pada era globalisasi, membuat banyak investor menanamkan modalnya pada suatu perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari investasi tersebut. Seorang investor tentunya akan memiliki pertimbangan dan penilaian akan alternatif investasi yang akan dipilihnya. Oleh karena itu, kepercayaan investor menjadi suatu hal yang penting bagi perusahaan dalam menanamkan modalnya yang dapat meningkatkan nilai perusahaan sehingga performa perusahaan dapat terjaga dengan baik. Setiap modal atau dana yang di investasikan selalu mengaitkan antara hasil dan resiko. Seorang investor yang berinvestasi akan menganalisis dengan cermat dan teliti perusahaan tempat berinvestasi. Kinerja perusahaan yang menurun tentu akan direspon di pasar modal. Hal tersebut dapat mempengaruhi para investor dalam menanamkan dananya di perusahaan tersebut. Secara umum teknis analisis yang digunakan melakukan penilaian investasi yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal (Anoraga dan Prakarti, 2006:108). Beragamnya analisis keuangan didasarkan perbedaan tujuan dan harapan yang ingin dicapai. Salah satu contoh pemilik saham dan calon investor akan melihat segi profitabilitas dan resiko, karena kestabilan 1 1 harga saham sangat bergantung dengan tingkat keuntungan yang diperoleh dan dividen dimasa mendatang. Masih banyak investor yang menggunakan perkiraan semata dalam melakukan investasi. Cara demikian, jelas berisiko dan cenderung tidak menguntungkan, karena perlu dipikirkan risiko dalam memilih saham yang ditawarkan. Jika ingin melakukan investasi di Pasar Modal maka dana yang dikehendaki, kita investasikan dan harus ada tujuan investasi yang jelas, target yang akan dicapai dan wahana dalam Pasar Modal. Investor yang melakukan penanaman modal dalam bentuk saham diharapkan melihat kecenderungan perkembangan harga saham dan besarnya volume perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, sebagai salah satu indikator yang penting guna mempelajari kinerja suatu perusahaan. Dalam proses pengambilan keputusan investasi, seorang investor pada akhirnya memerlukan suatu informasi akuntansi guna menilai, mengevaluasi, dan memprediksi keadaan keuangan perusahaan serta layak tidaknya investor menginvestasikan dananya pada saham perusahaan tersebut. Maka perusahaan tersebut harus mengambil keputusan dari berbagai alternatif dengan metode yang ada. Salah satu tujuan dalam pemilihan berbagai alternatif dengan metode pembelanjaan adalah untuk memperbesar pendapatan bagi pemilik modal sendiri atau pemegang saham biasa tersebut. Beberapa faktor penting yang menjadi perhatian calon investor sebelum membeli saham antara lain: financial leverage, price earning ratio (PER), return on assets (ROA), debt to equity ratio (DER) dan earning per share. 2 Tidak dapat diingkari bahwa Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu indikator utama yang digunakan para investor dalam melihat daya tarik perusahaan, karena laba per lembar saham merupakan cermin dari nilai perusahaan. Bila laba per lembar saham semakin meningkat berarti dapat dikatakan bahwa performa perusahaan adalah baik, begitu juga sebaliknya sehingga investor pun dapat menilai dan memilih sendiri perusahaan yang dapat dipercaya untuk berinvestasi. Apabila perusahaan ingin memperoleh dana dari pasar modal dengan menjual sahamnya, maka saham tersebut harus menarik investor dan untuk membuat saham itu menarik maka salah satunya adalah nilai EPS harus tinggi. Informasi EPS digunakan baik oleh pimpinan perusahaan, investor maupun pemegang saham. Bagi pemegang saham biasa EPS yang besar menunjukkan bahwa perusahaan mampu memberikan deviden yang besar kepada pemegang saham. Sehingga apabila EPS terus meningkat akan menyebabkan harga saham di pasar modal terdorong naik dan kenaikan saham akan menimbulkan capital gain yang akan dinikmati oleh para pemegang saham biasa. Bagi para investor atau calon investor, EPS merupakan informasi yang sangat mereka butuhkan karena suatu saham yang memiliki EPS tinggi menunjukkan kinerja perusahaan yang baik, sehingga mereka akan tertarik memiliki saham tersebut, sedangkan bagi manajemen perusahaan sendiri EPS digunakan untuk menentukan dividen yang akan dibagikan dan merupakan tolok ukur profitabilitas perusahaan yang dipimpinnya. 3 Dalam penerapan financial leverage penggunaan sumber dana tetap yang memiliki beban tetap seperti hutang jangka panjang dan modal saham dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan. Sedangkan pada pendekatan price earning ratio (PER) suatu saham dikatakan bernilai jika memiliki prospek pada laba dimasa yang akan datang. Selanjutnya tingkat pengembalian aset suatu perusahaan merupakan salah satu cara bagi investor untuk mengukur kinerja suatu perusahaan dalam menghasilkan laba atas suatu investasi tertentu. Pertumbuhan return on assets (ROA) merupakan salah satu sasaran utama setiap perusahaan. Metode pengukuran pertumbuhan return on assets telah banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan dan biasa disertakan dalam laporan keuangannya. Penelitian-penelitian mengenai Earning Per Share (EPS) pun telah banyak dilakukan. Rina Intani dan Teddy Oswari (2009) meneliti tentang penerapan financial leverage terhadap peningkatan earning per share (EPS) dan analisis financial leverage menunjukkan perubahan EPS sebagai perubahan EBIT dan memiliki kecenderungan menurun yang tidak signifikan. Sampel yang digunakan yaitu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Yeye Susilowati (2003) meneliti tentang Pengaruh Price Earning Ratio (PER) Terhadap Faktor Fundamental Perusahaan (Dividend Payout Ratio, Earning Per Share, dan Risiko) Pada Perusahaan Publik Di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Penelitian ini menggunakan 60 sampel. Pemilihan sampel didasarkan purposive sampling. Data yang digunakan yaitu data archival dan alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis yaitu regresi berganda. 4 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa portofolio yang dibentuk oleh price earning ratio (PER), price to bool value (PBV), dan price to sales ratio (PSR) yang rendah. memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan portofolio yang dibentuk oleh PER, PBV, dan PSR yang tinggi. Pengaruh Return on Assets Dan Return on Equity terhadap Earning Per Share. Penelitian yang digunakan oleh Yunina, SE.,M.Si, Ak,. Nazir, SE., M.Si dan Ghazali Syamni, SE., M.Sc (2009). dari penelitian di ini dapat disimpulkan bahwa variabel return on assets (ROA) dan return on equity (ROE) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap earning per share pada PT. Bank Muamallat Indonesia,Tbk. Hasil penelitian juga menemukan secara parsial variabel return on assets (X1) dan return on equity (X2) berpengaruh signifikan terhadap earning per share (Y). Yuli Winarni (2003) melakukan penelitian tentang “Analisis VariabelVariabel yang Mempengaruhi Earning Per Share”. Hasil penelitian ini adalah Variabel Net Profit Margin, Current Assets Turn Over, dan Leverage Ratio memiliki pengaruh signifikan terhadap Earning Per Share sedangkan variabel lainnya yaitu Net Sales, Current Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Inventory Turn Over, Total Asset Turn Over, Operating Profit Margin, dan Gross Profit Margin tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Earning Per Share. Sampel yang digunakan yaitu Perusahaan Tekstil di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Hsu-Ling Chang, et al. (2008). The Relationship Between Stock Price And EPS: Evidence Based On Taiwan Panel Data. A primary conclusion that stock prices moves with EPS in the long-run, but not necessary at the same 5 rate. There exists an inverse relation between the growth rate of operating revenue and degree of EPS impact on stock prices. So, EPS could impact stock prices and the "Earning Information Content" exists in Taiwan. Dalam penelitian-penelitian tersebut, terlihat cukup banyak faktor yang diduga dapat mempengaruhi earning per share (EPS) suatu perusahaan. Para peneliti tersebut juga sependapat bahwa earning per share (EPS) masih menjadi teka-teki yang diperdebatkan. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap earning per share (EPS) ini. Variabel utama yang digunakan yakni Financial Leverage, Price Earning Ratio (PER), Return On Assets (ROA) dan Debt To Equity Ratio (DER). Sehubungan dengan itu penulis mencoba melakukan penelitian dan menyusun hasil penelitian dengan judul “ Analisis Pengaruh Penerapan Financial Leverage, Price Earning Ratio (PER), Return On Assets (ROA) dan Debt To Equity Ratio (DER) Terhadap Earning Per Share (EPS). Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan manufaktur go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2006-2009. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini, yaitu: 6 1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan variabel Financial Leverage, Price Earning Ratio (PER), Return On Assets (ROA), dan Debt To Equity Ratio (DER) terhadap Earning Per Share (EPS) parsial maupun simultan? 2. Variabel independen manakah yang paling dominan mempengaruhi Earning Per Share (EPS)? C. Tujuan dan Manfaat Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Tujuan Penelitian a. Untuk menganalisis pengaruh yang signifikan variabel Financial Leverage, Price Earning Ratio (PER), Return On Assets (ROA) dan Debt To Equity Ratio (DER) terhadap Earning Per Share (EPS. b. Untuk menganalisis variabel yang paling dominan mempengaruhi Earning Per Share (EPS). 2. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Bagi Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi pengembangan ilmu ekonomi sebagai sumber bacaan atau referensi yang dapat memberikan informasi teoritis dan empiris pada pihak-pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan ini, dan menambah sumber pustaka yang telah ada. Untuk 7 meningkatkan pengetahuan bagi si penulis dan pembaca mengenai Analisis Pengaruh Penerapan Financial Leverage, Price Earning Ratio (PER), Return On Assets (ROA) dan Debt To Equity Ratio (DER) Terhadap Earning Per Share (EPS). b. Bagi Manajemen Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak manajemen perusahaan yang dapat digunakan sebagai masukan atau dasar untuk meningkatkan kinerja perusahaan yang dapat dilihat dari rasio keuangan yang baik menunjukkan prospek bagus bagi perusahaan di masa yang akan datang yang dapat menarik investor untuk menanamkan modal di perusahaan sehingga dimungkinkan dapat menambah modal untuk usaha pengembangan perusahaan dan sebagai bahan informasi dalam pengambilan keputusan. c. Bagi Investor Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi tentang Analisis Pengaruh Penerapan Financial Leverage, Price Earning Ratio (PER), Return On Assets (ROA) dan Debt To Equity Ratio (DER) Terhadap Earning Per Share (EPS), sehingga dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi serta dapat dipergunakan sebagai salah satu alat untuk memilih atau menentukan perusahaan mana yang mempunyai EPS yang baik. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Keuangan 1. Pengertian Divisi keuangan seperti halnya divisi yang lain dalam perusahaan ataupun badan usaha memiliki kepentingan dan tanggung jawab yang besar. Setiap keputusannya berpengaruh dan menentukan masa depan serta kelangsungan hidup perusahaan atau badan usaha tersebut, karena kegiatannya berhubungan dengan keuangan perusahaan. Menurut Bambang Riyanto, (1999 : 4) pengertian manajemen keuangan yaitu “Keseluruhan aktifitas perusahaan yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut.” Sedangkan menurut Sartono, (1998 : 2) menyatakan hal yang sama mengenai definisi dari manajemen keuangan, yaitu: “Manajemen keuangan dapat diartikan sebagaimana manajemen yang baik yang berkaitan dengan mengalokasikan dana dalam bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan efisien.” Menurut Suad Husnan, (1996 : 2) “Manajemen keuangan merupakan kegiatan yang menyangkut perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan”. 9 9 Secara sederhana manajemen keuangan mengandung makna segala sesuatu yang berhubungan dengan cara mengatur uang. Secara spesifik, manajemen keuangan meliputi: analisis situasi keuangan, merumuskan rencana-rencana keuangan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dan menyediakan sistem pengendalian keuangan yang efektif untuk memastikan rencana berjalan menuju tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengertian manajemen dapat pula ditinjau dari tugas utama pimpinan bagian keuangan, yaitu: “Merencanakan untuk memperoleh dana dan menggunakan dana tersebut untuk memaksimisasi nilai perusahaan”. Dari definisi tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan manajemen keuangan perusahaan tidak hanya mengutamakan usaha mendapatkan dana saja akan tetapi juga memberikan pengertian yang lebih dalam penggunaan dana atau alokasi dana. Jadi, manajer keuangan berkewajiban untuk mengatur keuangan perusahaan agar tidak terjadi kekurangan atau kelebihan dana yang dapat mengganggu kelancaran dan kelangsungan hidup perusahaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa manajemen keuangan dalam perkembangannya telah berubah dari studi yang bersifat deskriptif menjadi studi yang meliputi analisis dan teori yang normatif. 2. Fungsi Manajemen Keuangan Pengelolaan keuangan yang baik akan membantu setiap perusahaan dalam meningkatkan laba perusahaannya. Penerapan fungsi-fungsi 10 keuangan secara tepat pada suatu perusahaan akan sangat menunjang tercapainya tujuan peruasahaan itu. Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti; “Manajemen keuangan mempunyai fungsi yang penting dalam suatu perusahaan. Apabila pimpinan perusahaan memutuskan untuk meminjam dana, terlebih dahulu harus diperhitungkan dahulu antara tingkat pendapatan yang diharapkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk dana yang dipinjam serta resiko yang mungkin terjadi”. (2004 : 4) Murthada Sinuraya, (1999 : 6) berpendapat bahwa “seorang manajer keuangan harus dapat berperan dalam mengembangkan aneka fungsi manajemen keuangan, yang terdiri dari”: 1. Fungsi Pengendalian Kualitas a. Perencana Aliran Kas Sangat berperan dalam menyusun rencana terperinci aliran kas masuk dan keluar. Maka perlu diperhatikan berbagai sumber aliran kas sebagai aliran keluar yang perlu dirancang keseimbangannya dengan baik. b. Pencarian Dana Manajemen keuangan berperan dalam memiliki sumber dana yang akan dipakai untuk mendanai kegiatan perusahaan, baik dari dalam maupun dari luar perusahaan. 11 c. Penjagaan hubungan baik dengan pemilik dana secara individu maupun lembaga. Hal ini diperlukan untuk menjaga kemungkinan kebutuhan dana yang mendadak untuk keperluan usaha. Dari fungsi manajemen kualitas dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga fungsi yaitu perencana aliran kas yang berperan dalam pengendalian arus kas masuk dan keluar, kedua fungsi pencarian dana yang mempunyai peran untuk mencari dana untuk membiayai perusahaan baik dari luar maupun dari dalam perusahaan, dan yang ketiga yaitu penjagaan hubungan baik dengan pemilik dana. 2. Fungsi Pengendalian Laba Perusahaan Fungsi pengendalian laba merupakan gabungan dari 3 fungsi manajemen yang menjadi satu, yakni: a. Perencanaan laba berkaitan dengan penetapan harga dan pengendalian biaya. Dalam hal ini, yang terpenting adalah dapat memaksimumkan nilai perusahaan, bukan mengharapkan laba yang sebesar-besarnya. b. Penetapan atau penentuan biaya, manajer keuangan turut serta dalam menetapkan suatu harga yang layak bagi produk yang dihasilkan. c. Pengendalian biaya, manajer keuangan dapat mengatur segala yang berkenaan dengan biaya produksi. Dari kedua fungsi pengendalian laba perusahaan maka dapat disimpulkan bahwa gabungan dari tiga fungsi tersebut dalam 12 memaksimalkan nilai perusahaan bukan hanya mengharapkan laba yang sebesar-besarnya tetapi dapat merencanakan laba dengan pengendalian biaya yang sesuai dengan produk yang dihasilkan. Weston dan Brigham (1998 : 13) berpendapat, “The main functions financial management are planning for accuring and utilizing funds in ways that maximize the eficiency of the organization.” Dari pendapat yang dikemukakan oleh Weston dan Brigham dapat diartikan bahwa fungsi utama dari manajemen keuangan adalah merencanakan untuk memanfaatkan dana dengan harapan dapat memaksimalkan efisiensi dari organisasi. B. Pengertian Saham Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan (Tjiptono dan Hendy:2001). Mendefinisikan saham sebagai bentuk modal penyertaan (equity capital) atau bukti posisi kepemilikan dalam suatu perusahaan. Sifat dasar investasi saham adalah memberikan peran bagi investor dalam memperoleh laba perusahaan. Setiap pemegang saham merupakan sebagian pemilik perusahaan, sehingga mereka berhak atas sebagian dari laba 13 perusahaan. Namun hak tersebut terbatas karena pemegang saham berhak atas bagian penghasilan perusahaan hanya setelah seluruh kewajiban perusahaan dipenuhi. Pada dasarnya saham dapat digunakan untuk mencapai tiga tujuan investasi utama yaitu : 1. Sebagai gudang nilai, berarti investor mengutamakan keamanan prinsipal, sehingga mereka akan mencari saham blue chips dan saham non-spekulatif lainnya. 2. Untuk pemupukan modal, berarti investor mengutamakan investasi jangka panjang, sehingga mereka akan mencari saham pertumbuhan untuk memperoleh capital gain atau saham sumber penghasilan untuk mendapat dividen. 3. Sebagai sumber penghasilan, berarti investor mengandalkan pada penerimaan dividen sehingga mereka akan mencari saham penghasilan yang bermutu baik dan hasil tinggi. Menurut Robbert Ang (1997), saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Nilai suatu saham berdasarkan fungsinya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : 1. Nilai Nominal Nilai nominal adalah nilai yang tercantum pada saham yang bersangkutan dan berfungsi untuk tujuan akuntansi. Dalam modal suatu perseroan, dikenal adanya modal disetor. Perubahan modal disetor ini sama 14 dengan merupakan suatu nilai yang berguna bagi pencatatan akuntansi, di mana nilai nominal dicatat sebagai model ekuitas perseroan di dalam neraca. Setiap saham yang diterbitkan di Indonesia harus mempunyai nilai nominal yang tercantum pada surat sahamnya. Namun untuk satu jenis saham yang lama harus mempunyai satu jenis nilai nominal. 2. Base Price (Harga Pasar) Harga dasar suatu saham sangat erat kaitannya dengan harga pasar suatu saham. Harga dasar suatu saham baru merupakan harga perdananya. Harga dasar ini berubah sesuai aksi emiten yang dilakukan seperti right issue, stock split, warrant dan lain-lain, sehingga harga saham dasar yang baru harus dihitung sesuai dengan perubahan harga teoritis hasil perhitungan antara harga dasar dengan jumlah saham yang diterbitkan. 3. Market Price (Harga Saham) Harga pasar merupakan harga saham pada pasar yang sedang berlangsung. Jika pasar bursa efek tutup, maka harga pasar adalah harga penutupan (closing price). Jadi harga pasar ini yang menyatakan naik turunnya suatu saham. Jika harga pasar dikalikan jumlah saham yang diterbitkan, maka didapat market value. Surat berharga saham memiliki bermacam-macam bentuk. Macammacam saham terbagi berdasarkan peralihan hak, berdasar hak tagih dan berdasar kinerja saham itu sendiri meliputi : 1. Berdasarkan Peralihan Hak a. Saham Atas Unjuk (Bearer Stock) 15 Yaitu jenis saham yang tidak menyertakan nama pemilik dengan tujuan agar saham tersebut dapat dengan mudah dipindahtangankan atau mudah berganti pemilik dan siapapun yang memegang saham tersebut secara sah menjadi pemilik saham tersebut dan berhak ikut dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). b. Saham Atas Nama (Registered Stock) Saham ini mencantumkan nama dari pemilik saham pada lembar sahamnya. Saham ini dapat dipindahtangankan tetapi harus melalui prosedur tertentu. 2. Berdasarkan Hak Tagih atau Klaim a. Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa merupakan saham yang memiliki hak klaim berdasar laba atau rugi yang diperoleh perusahaan. Bila terjadi likuidasi, pemegang saham biasalah yang mendapatkan prioritas paling akhir dalam pembagian dividen dan penjualan asset perusahaan. b. Saham Preferen (Preferred Stock) Saham preferen adalah saham dengan bagian hasil yang tetap dan apabila perusahaan mengalami kerugian maka pemegang saham preferen akan mendapat prioritas utama dalam pembagian hasil atas penjualan asset. 16 3. Berdasarkan Kinerja Saham a. Blue Chip Stock Yaitu saham unggulan karena diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki kinerja baik, dapat membagikan dividen secara stabil dan konsisten. Perusahaan yang menerbitkan saham ini biasanya adalah perusahaan besar yang telah memiliki pangsa pasar tetap. b. Growth Stock Merupakan jenis saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki pertumbuhan pendapatan tinggi. c. Income Stock Merupakan saham yang memiliki dividen progresif atau besarnya dividen yang dibagikan lebih tinggi dari rata-rata dividen tahun sebelumnya. d. Speculative Stock Saham ini menghasilkan dividen yang tidak tetap karena perusahaan yang menerbitkan memiliki pendapatan yang berubah-ubah, dan memungkinkan memiliki prospek yang bagus di masa yang akan datang. e. Counter Cyclical Stock Perusahaan yang menerbitkan saham ini operasionalnya tidak banyak dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro. Perusahaan ini biasanya bergerak dalam bidang produksi atau layanan jasa vital. 17 C. Harga Saham Nilai pasar dari sekuritas merupakan harga pasar dari sekuritas itu sendiri. Untuk sekuritas yang diperdagangkan dengan aktif, nilai pasar merupakan harga terakhir yang dilaporkan pada saat sekuritas terjual (Horne, 1997:70). Dalam teori manajemen dijelaskan bahwa tujuan dan sasaran yang digunakan sebagai standar dalam memberikan penilaian efisien atau tidaknya suatu keputusan keuangan dapat dilihat dari nilai perusahaan. Perusahaan yang menerbitkan saham, nilai perusahaan yaitu nilai saham ditambah dengan nilai pasar hutang. Husnan (2001) mengemukakan bahwa nilai saham adalah harga pasar dikalikan dengan jumlah saham yang beredar. Horne (1997:5) mengemukakan bahwa harga pasar bertindak sebagai barometer dari kinerja bisnis. Harga pasar menunjukkan seberapa baik manajemen menjalankan tugasnya atas nama para pemegang saham. Oleh karena itu manajemen selalu berada dalam pengawasan. Para pemegang saham yang tidak puas dengan kinerja manajemen dapat menjual saham yang mereka miliki dan menginvestasikan uangnya di perusahaan lain. Tindakantindakan tersebut jika dilakukan oleh para pemegang saham akan dapat mengakibatkan turunnya harga saham di pasar. Pada dasarnya tinggi rendah harga saham lebih banyak dipengaruhi oleh pertimbangan pembeli dan penjual tentang kondisi internal dan eksternal perusahaan. Hal ini berkaitan dengan analisis sekuritas yang umumnya dilakukan investor sebelum membeli atau menjual saham. 18 D. Pengertian Earning Per Share (EPS) EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham (Darmaji, 2001:139) Menurut Simamora (2000:530), EPS adalah laba bersih per Lembar saham biasa yang beredar selama periode tertentu. Sedangkan menurut Fabozzi (1999:359) EPS merupakan alat analisis yang menggunakan konsep laba konvensional. EPS adalah salah satu dari dua alat analisis yang sering digunakan mengevaluasi saham biasa disamping PER dalam lingkaran keuangan. Berdasarkan pendapat diatas, pengertian EPS yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ratio yang menunjukkan seberapa besar keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham yang beredar selama suatu periode. Kalangan investor berharap bisa memperoleh suatu imbalan atas investasi mereka melalui dividen maupun kenaikan harga saham. Pembayaran dividen maupun apresiasi harga saham sangatlah terkait dengan kemampuan perusahaan memperoleh pendapatan. Suatu ukuran kunci yang menghubungkan pendapatan perusahaan dengan saham biasanya adalah laba per lembar saham (Earning Per Share / EPS). (Garrison dan Norren, 2001 : 787). Menurut Weston dan Brigham, (1996 : 15) “Earning per share is net income divided by the number of shares of common stock outstanding”. 19 Sedangkan menurut Horne dan Wachowicz, (1998 : 3). “Earning per share is earning after tax (EAT) divided by the number of common shares outstanding. EPS means different things for different firm’s. For some firm’s they mean more than for other”. Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa EPS atau laba per lembar saham menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan yang diraih perusahaan kepada pemegang sahamnya. Para investor atau pemegang saham menyukai perusahaan yang memiliki EPS yang tinggi untuk menanamkan modalnya tersebut karena akan berpengaruh terhadap naiknya nilai perusahaan tersebut. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan kepada pemegang sahamnya mencerminkan semakin besar keberhasilan usaha yang dijalankan perusahaan tersebut. Horne dan Wachowicz, (1998 : 3) juga menerangkan EPS dihitung dengan cara membagi keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham biasa (keuntungan setelah dikurangi pajak pendapatan) dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar. 1. Kegunaan EPS Variabel EPS merupakan proxy bagi laba per saham perusahaan yang diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai bagian keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan memiliki suatu saham. Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan harapan akan memperoleh deviden atau capital gain. Laba biasanya menjadi 20 dasar penentuan pembayaran deviden dan kenaikan nilai saham di masa mendatang. Oleh karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS yang dilaporkan perusahaan. EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham diperoleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan rata-rata saham biasa yang beredar. EPS merupakan hasil atau pendapatan yang akan diterima oleh pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dimilikinya atas keikutsertaannya dalam perusahaan. laba per lembar saham biasanya merupakan indikator laba yang diperhatikan oleh para investor yang umumnya terhadap korelasi yang kuat antara pertumbuhan laba dan pertumbuhan harga saham. Jumlah pendapatan yang tersedia bagi pemegang saham adalah pendapatan bersih setelah dikurangi pajak pendapatan. Pendapatan bersih ini setelah dikurangi dengan deviden dan hak-hak lainnya untuk pemegang saham biasa. Dengan cara membagi jumlah pendapatan yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar maka akan diketahui jumlah lembar pendapatan untuk setiap lembar saham tersebut. Husnan (2001:317) bahwa jika kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, maka harga saham akan meningkat. Dengan meningkatnya harga saham perusahaan, maka return saham yang akan diperoleh investor juga akan semakin tinggi. Jika nilai EPS naik maka harga saham mengalami kenaikan, return sahamnya juga mengalami kenaikan. 21 Pendapatan per saham (Earning per share/EPS) perusahaan biasanya menjadi perhatian pemegang saham pada umumnya atau calon pemegang saham dan manajemen. EPS menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan (return) dari setiap lembar saham. Semakin besar nilai EPS, semakin besar keuntungan/return yang diterima pemegang saham. Jadi jika saham yang beredar dari saham prioritas dan saham biasa maka langkah pertama adalah menentukan pendapatan yang menjadi hak pemegang saham prioritas dan hak tersebut dikurangkan pada laba bersih yang diperoleh baru kemudian dapat dihitung laba per lembar saham. 2. Rumus EPS Laba Per lembar saham dapat dirumuskan: EPS = EAT (Earning After Tax) Jumlah Lembar Saham (Ang, 1997:6.23) Menurut Robbert Angg (1997), EPS merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak pada suatu tahun buku dengan jumlah saham yang diterbitkan. Di dalam perhitungan EPS, terdapat dua jenis EPS, yaitu : a. EPS Historis EPS yang dihitung berdasarkan kinerja perusahaan pada tahun buku yang telah lampau. EPS historis merupakan nilai yang telah terjadi pada masa lampau. 22 b. EPS Proyektif EPS yang diperkirakan akan terjadi dengan asumsi sesuai dengan proyeksi kinerja emiten. EPS yang besar menunjukkan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Peningkatan EPS menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan kemakmuran para investor dan dari hal tersebut akan mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Dan itu akan mengakibatkan kenaikan laba yang pada akhirnya ada kecenderungan kenaikan harga saham, begitu juga sebaliknya. Angka per lembar saham diperoleh dari laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan berdasarkan atas prinsip-prinsip akuntansi yang sudah diterima. Laporan keuangan yang utama yaitu laporan neraca dan laporan rugi laba. Neraca menunjukkan posisi kekayaan kewajiban dan modal pada waktu tertentu sedangkan laporan laba rugi menunjukkan berapa laba diperoleh perusahaan pada waktu tertentu. Pada level atau tingkat perusahaan laba per lembar saham yang mencerminkan kombinasi berbagai faktor yang mempengaruhinya. Analisis faktor-faktor tersebut dapat dilakukan dengan analisis rasio keuangan: a. EPS = ROE X Nilai Buku Per Saham ROE = Laba setelah pajak/ekuitas Nilai Buku Per Saham = Ekuitas/jumlah saham 23 b. ROE = ROA X Leverage ROA = Laba setelah pajak Leverage = total ekuitas c.ROA = Net Income Margin X Perputaran Aktiva Net Income Margin = laba setelah pajak/penjualan bersih Perputaran aktiva = penjualan bersih/total aktiva d. Net Income Margin = Income Rasio X Operating Efficienci Income ratio = laba setelah pajak Operating Eficiency = Laba operasi/penjualan bersih ROA adalah tingkat keuntungan yang diperoleh dari penggunaan aset, sedangkan leverage menunjukkan seberapa banyak hutang digunakan perusahaan. Net Income Margin menunjukkan kemampuan memperoleh laba dari setiap penjualan yang diciptakan oleh perusahaan, sedangkan perputaran aktiva menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan penjualan dari aktiva yang dimilikinya. Apabila salah satu dari kedua faktor tersebut meningkat maka ROA juga akan meningkat (Riyanto,1995:332-336). E. Pengertian Financial leverage Modal atau dana yang dibentuk di luar perusahaan (sumber eksternal) terdiri dari modal sendiri dan modal asing (pinjaman/utang). (Bambang Riyanto, 1997 : 209). Modal sendiri merupakan modal yang berasal dari pemilik, peserta atau pengambil bagian di dalam perusahaan. Sedangkan modal asing merupakan utang bagi perusahaan. 24 Keown, dkk (2000 : 496). “financial leverage adalah membiayai sebagian dari aset perusahaan dengan surat berharga yang mempunyai tingkat bunga yang tetap dengan mengharapkan peningkatan yang luar biasa pada pendapatan bagi para pemegang saham”. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan financial leverage akan menimbulkan adanya beban bunga yang harus dibayar oleh perusahaan tanpa mempedulikan apakah perusahaan sedang mengalami keuntungan ataupun kerugian. Dengan adanya penambahan beban bunga akan mengurangi keuntungan bersih pemegang saham biasa. Penggunaan ini berarti risiko yang harus ditanggung oleh pemegang saham biasa. Financial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasinya. (R. Agus Sartono, 2001 : 120). Menurut Higgins, (2001 : 44) financial leverage dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Total liabilities Financial leverage = Total Asset Besarnya penggunaan utang dalam suatu perusahaan tergantung pada besar kecilnya perusahaan. Semakin besar utang yang digunakan, maka semakin besar biaya tetap (bunga) yang akan ditanggung oleh perusahaan. Hal ini menimbulkan risiko financial bagi kreditur yaitu risiko atas ketidakmampuan perusahaan dalam melaksanakan kewajibannya. 25 Menurut Bambang Riyanto, (1997 : 375). Menguntungkan atau tidaknya financial leverage perusahaan dalam rangka meningkatkan EPS tergantung pada: Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan menghasilkan leverage yang menguntungkan atau efek positif kalau pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetap dari penggunaan dana itu. Sedangkan suatu perusahaan dikatakan memiliki leverage yang merugikan kalau perusahaan tidak dapat memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut sebanyak beban tetap yang harus dibayar. Financial leverage memberikan pengaruh positif maupun negatif bagi perusahaan yang menggunakannya. Pengaruh postitif atas penggunaan financial leverage akan meningkatkan laba bersih per lembar saham (EPS) perusahaan yang bertujuan untuk memberikan kemakmuran pada pemegang saham. Penggunaan financial leverage yang berbeda-beda besarnya akan menghasilkan EPS yang berbeda. Semakin tinggi financial leverage yang digunakan akan memperbesar EPS, sedangkan pengaruh negatif atas penggunaan financial leverage adalah meningkatnya biaya operasi perusahaan sebagai akibat dari meningkatnya beban bunga atas modal pinjaman. Selain itu pengaruh negatif yang lainnya adalah timbulnya risiko keuangan. Semakin besar penggunaan financial leverage akan semakin besar risiko yang ditanggung perusahaan. Risiko keuangan meliputi risiko kemungkinan ketidakmampuan membayar kewajiban dan risiko 26 ketidakpastian pendapatan bagi pemilik saham perusahaan yang diakibatkan penggunaan financial leverage. Penggunaan utang atau financial leverage yang tinggi dapat menimbulkan EPS yang negatif, untuk itu rasio utang (debt ratio) tidak boleh melampaui 50%.(Weston dan Brigham, 1997 : 159). EPS diharapkan naik sampai pembiayaan dengan utang 50%. Beban bunga menjadi naik, tetapi pengaruh kenaikan beban bunga tersebut belum menurunkan EPS karena makin sedikitnya jumlah saham yang beredar ketika ekuitas ditukar dengan utang, EPS malah ikut naik. Akan tetapi, kenaikan EPS mencapai puncaknya pada saat rasio utang mencapai 50%. Diatas rasio 50%, suku bunga naik begitu pesatnya sehingga EPS menurun meskipun jumlah saham yang beredar mengecil. Jadi apabila perusahaan menggunakan financial leverage yang tinggi berarti tambahan modal untuk keperluan investasi semakin bertambah dan risiko yang ditanggung juga semakin besar, maka perusahaan mengharapkan dapat meningkatkan EPS perusahaan sehingga nilai perusahaan pun meningkat. Peningkatan EPS ini tidak terlepas dari kaitannya dengan volume penjualan perusahaan serta biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan produk atau jasa yang akan dijual oleh perusahaan. F. Pengertian Price Earning Ratio (PER) PER menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Darmaji, 2001:139). Sedangkan menurut Ang 27 (1997:24) PER merupakan perbandingan antara harga pasar suatu saham dengan Earning Per Share (EPS) dari saham yang bersangkutan. PER merupakan hubungan antara pasar saham dengan EPS saat ini yang digunakan secara luas oleh investor sebagai panduan umum untuk mengukur nilai saham. Berdasarkan pendapat diatas pengertian PER yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rasio yang membandingkan antara harga saham per lembar saham biasa yang beredar dengan laba per lembar saham. Kegunaan PER adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh EPSnya. PER menunjukkan hubungan antara pasar saham biasa dengan EPS. Makin besar PER suatu saham maka harga saham tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Jika dikatakan saham mempunyai PER 10X, berarti harga pasar saham tersebut 10X lipat terhadap EPS nya (pendapatan bersih per saham). Angka rasio ini biasanya digunakan investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (earning power) dimasa yang akan datang. Kesediaan investor untuk menerima kenaikan PER sangat bergantung pada prospek perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan tinggi biasanya mempunyai PER yang tinggi pula, dan hal ini menunjukkan bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan laba di masa mendatang. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung mempunyai PER yang rendah pula. PER tidak punya makna apabila perusahaan mempunyai laba yang sangat rendah (abnormal) atau menderita rugi. Dalam 28 keadaan ini PER perusahaan akan begitu tinggi (abnormal) atau bahkan negatif. Semakin rendah harga PER sebuah saham maka semakin baik atau murah harganya untuk diinvestasikan. PER menjadi rendah nilainya bisa karena harga saham cenderung semakin turun atau karena meningkatnya laba bersih perusahaan. Jadi semakin kecil nilai PER maka semakin murah saham tersebut untuk dibeli dan semakin baik pula kinerja per lembar saham dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Semakin baik kinerja per lembar saham akan mempengaruhi banyak investor untuk membeli saham tersebut. Penafsiran terhadap rasio ini juga dipengaruhi oleh persepsi pemodal terhadap kualitas perusahaan dan trend pendapatannya, risiko relatif, penggunaan metode akuntansi alternatif , dan faktor-faktor lain. Semakin tinggi PER semakin nampak rendah nilai EPS apabila dibandingkan dengan harga sahamnya (Husnan, 2001:300). Kalau suatu saham mempunyai PER sebesar 20x, berarti apabila saham tersebut memberikan EPS sebesar Rp 1.000,- saham tersebut dapat terjual dengan harga Rp 20.000,-. Hal itu berarti bahwa jika nilai PER naik maka harga saham mengalami kenaikan dan Return saham juga mengalami kenaikan. Begitupun sebaliknya jika nilai PER mengalami penurunan maka harga sahamnya dan return sahamnya mengalami penurunan. Rumus PER Harga Saham PER = Earning Per Share (EPS) (Arifin, 2002:87) 29 G. Return On Assets (ROA) Return On Asset (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan atas keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktivitas yang digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA menunjukkan kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba. ROA (Return On Asset) adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba. Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang terpenting di antara rasio profitabilitas yang ada (Ang, 1997). Return On Asset (ROA) atau yang sering disebut juga Return On Investment (ROI) diperoleh dengan cara membandingkan net income after tax (NIAT) terhadap average total asset. Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut: Net Income After Tax (NIAT) ROA = Average Total Asset (Ang,1997: 18.32) 30 NIAT merupakan pendapatan bersih sesudah pajak. Average Total asset merupakan rata-rata total assets awal tahun dan akhir tahun. Semakin besar ROA atau ROI menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat pengembalian yang semakin besar (Ang, 1997 : 18.33). 1. Manfaat Return On Asset (ROA) Menurut Munawir (2001 : 91-92) adalah : a. Jika perusahaan telah menjalankan praktek akuntansi dengan baik maka dengan analisis ROA dapat diukur efisiensi penggunaan modal yang menyeluruh, yang sensitif terhadap setiap hal yang mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan. b. Dapat diperbandingkan dengan rasio industri sehingga dapat diketahui posisi perusahaan terhadap industri. Hal ini merupakan salah satu langkah dalam perencanaan strategi. c. Selain berguna untuk kepentingan kontrol, analisis ROA juga berguna untuk kepentingan perencanaan. Menurut Halim dan Supomo (2001: 151) adalah : a. Perhatian manajemen dititik beratkan pada maksimalisasi laba atas modal yang diinvestasikan. b. ROA dapat dipergunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh setiap divisinya dan pemanfaatan akuntansi divisinya. Selanjutnya dengan ROA akan menyajikan perbandingan berbagai macam prestasi antar divisi secara obyektif. ROA akan 31 mendorong divisi untuk menggunakan dalam memperoleh aktiva yang diperkirakan dapat meningkatkan ROA tersebut. c. Analisa ROA dapat juga digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produksi yang dihasilkan oleh perusahaan. 2) Keunggulan ROA (Return On Asset) Keunggulan ROA diantaranya adalah sebagai berikut: a. ROA merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini. b. ROA mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam nilai absolut. c. ROA merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit usaha. 3) Kelemahan Return On Asset (ROA) Menurut Munawir (2001 : 94) adalah : a. ROA sebagai pengukur divisi sangat dipengaruhi oleh metode depresiasi aktiva tetap. b. ROA mengandung distorsi yang cukup besar terutama dalam kondisi inflasi. ROA akan cenderung tinggi akibat dan penyesuaian (kenaikan) harga jual, sementara itu beberapa komponen biaya masih dinilai dengan harga distorsi. Menurut Halim dan Supomo (2001 : 157) adalah: a. ROA lebih menitikberatkan pada maksimasi pada rasio laba dibandingkan jumlah absolut laba. 32 b. Manajer divisi enggan menambah investasi yang menghasilkan ROA rendah dalam jangka panjang. c. Manajer divisi mungkin mengambil investasi yang menguntungkan divisinya dalam jangka pendek tetapi dalam jangka panjang bertentangan dengan keputusan perusahaan. d. Kurang mendorong divisi untuk menambah investasi, jika ROA yang diharapkan untuk divisi itu terlalu tinggi. H. Debt to Equity Ratio (DER) DER adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang dengan jumlah modal sendiri yang diberikan pemilik perusahaan. Berdasarkan pendapat di atas, pengertian DER dalam penelitian ini adalah rasio yang membandingkan antara total hutang dengan total ekuitas pemilik. (Lukman Syamsuddin (2001:54) DER mengidentifikasikan sejauh mana perusahaan dapat menanggung kerugian tanpa harus membahayakan kepentingan kreditornya. Dalam hal terjadi likuiditas, kreditor mempunyai prioritas klaim dibandingkan pemegang saham. Dari sudut pandang kreditor, jumlah ekuitas dalam struktur permodalan perusahaan dapat dianggap sebagai katalisator, membantu memastikan bahwa terdapat asset yang memadai untuk menutup klaim pihak lain. Rasio yang tinggi dapat mengindikasikan bahwa klaim pihak lain relatif lebih besar ketimbang asset yang tersedia untuk menutupnya, sehingga 33 meningkatkan risiko bahwa klaim kreditor kemungkinan tidak akan tertutup secara penuh bilamana terjadi likuidasi. Dalam mengukur risiko, perhatian kreditor jangka panjang terutama difokuskan pada prospek laba dan perkiraan arus kas. Meskipun demikian mereka tetap memperhatikan keseimbangan antara proporsi aktiva yang didanai oleh kreditor dan pemilik perusahaan. Keseimbangan proporsi tersebut diukur dengan rasio debt to equity ratio. Rasio ini juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak tertagihnya suatu utang (Dwi Prastowo, 2002:84). Kreditor jangka panjang pada umumnya lebih menyukai angka DER yang kecil. Semakin kecil angka rasio ini, berarti semakin besar jumlah aktiva yang didanai oleh pemilik perusahaan dan semakin besar penyangga risiko kreditor. Jika DER semakin meningkat maka menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin memburuk, selain itu semakin tinggi DER menunjukkan struktur permodalan lebih banyak dibiayai oleh pinjaman sehingga ketergantungan perusahaan terhadap kreditur semakin meningkat. Dengan meningkatnya DER maka beban perusahaan kepada pihak luar (kreditur) juga semakin meningkat sehingga harapan tingkat kembalian (return) para pemegang saham semakin kecil (Farchan & Sunarto, 2002:72). Rasio ini menunjukkan perbandingan antara hutang yang diberikan oleh para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan (Husnan 1997:561). Salah satu rasio yang paling banyak 34 digunakan ialah rasio utang terhadap ekuitas. Besarnya utang yang terdapat dalam struktur modal perusahaan sangat penting untuk memahami pertimbangan antara resiko dan laba yang didapat. Utang membawa risiko karena setiap utang pada umumnya akan menimbulkan keterikatan yang tetap bagi perusahaan berupa kewajiban untuk membayar beban bunga beserta cicilan kewajiban pokoknya (principal) secara periodik. Rumus : Modal sendiri DER = Total Kewajiban (Husnan 1997:561) Kewajiban bukan sesuatu yang jelek jika dapat memberikan keuntungan kepada pemiliknya. Jika kewajiban dimanfaatkan dengan efektif dan laba yang didapat cukup untuk membayar biaya bunga secara periodik. Dengan DER yang tinggi perusahaan menanggung resiko kerugian yang tinggi tetapi juga berkesempatan untuk memperoleh laba yang meningkat. DER yang tinggi berdampak pada peningkatan perubahan laba, berarti memberikan efek keuntungan bagi perusahaan (Kuswadi 2005:90). I. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran konseptual pada dasarnya merupakan review atau tinjauan pustaka yang dituangkan dalam bentuk skema serta mencerminkan keterikatan antara variabel yang diteliti. Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat digambarkan dalam suatu bagan sebagai berikut : 35 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Bursa Efek Indonesia (BEI) Perusahaan Manufaktur Go Public Data dan Laporan Keuangan Tahunan Financial Leverage (X1) Return On Assets (X3) Price Earning Ratio (X2) Debt to Equity Ratio (X4) Earning Per Share (Y) Uji Model Regresi Uji Asumsi Klasik Uji Regresi Linear Berganda Uji t (Parsial) Uji F (Simultan) Uji Koefisien Determinasi Kesimpulan dan Implikasi 36 J. Hipotesis Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dari seperangkat variabel bebas (independent variable) terhadap variabel terikat (dependent variable) baik secara parsial maupun simultan. Adapan hipotesis yang diuji yakni sebagai berikut. 1. H0 : b1 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara Financial Leverage terhadap Earning per Share (EPS) Ha :b1 ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara Financial Leverage terhadap Earning per Share (EPS) 2. H0 : b2 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara Price Earning Ratio (PER) terhadap Earning per Share (EPS) Ha : b2 ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara Price Earning Ratio (PER) terhadap Earning per Share (EPS) 3. H0 : b3 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara Return On Assets (ROA) terhadap Earning per Share (EPS) Ha : b3 ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara Return On Assets (ROA) terhadap Earning per Share (EPS) 4. H0 : b4 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Earning per Share (EPS) Ha : b4 ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Earning per Share (EPS) 37 5. H0 : b1, b2, b3, b4 = 0 Variabel manakah yang tidak berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Earning Per Share (EPS)? Ha : b1, b2, b3, b4 ≠ 0 Variabel manakah yang berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Earning Per Share (EPS)? K. Penelitian Terdahulu Telah banyak penelitian mengenai Earning Per Share (EPS) yang dilakukan oleh peneliti-peneliti dengan berbagai variabel yang diduga dapat mempengaruhinya. Penelitian-penelitian terdahulu tersebut akan dijabarkan pada tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul Variabel 1 Rina Intani dan Teddy Oswari (2009) Analisis Penerapan Financial Leverage Terhadap Peningkatan Earning Per Share Financial Leverage 2 Yunina, SE.,M.Si, Ak, Nazir, SE., M.Si dan Ghazali Syamni, SE., M.Sc Pengaruh Return on Assets Dan Return on Equity terhadap Earning Per Share pada PT. Bank Muamalat Indonesia Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE) Metode Analisis Hasil indifference point analisis financial leverage menunjukkan perubahan EPS sebagai perubahan EBIT dan memiliki kecenderungan menurun yang tidak signifikan Regresi Linear Berganda (Multiple Regression) variabel return on assets dan return on equity secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap earning per share 38 3 4 Yeye Susilowati (2003) Yuli Winarni (2003) Pengaruh Price Earning Ratio (PER) Terhadap Faktor Fundamental Perusahaan (Dividend Payout Ratio, Earning Per Share, dan Risiko) Pada Perusahaan Publik Di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Price Earning Ratio (PER) Analisis VariabelVariabel yang Mempengaruhi Earning Per Share Pada Perusahaan Tekstil Tbk. Di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Net Sales, Current Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Inventory Turn Over, Total Asset Turn Over, Net Profit Margin, Operating Profit Margin, Current Assets Turn Over, Leverage Ratio, dan Gross Profit Margin Regresi Berganda Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa portofolio yang dibentuk oleh price earning ratio (PER), price to bool value (PBV), dan price to sales ratio (PSR) yang rendah. memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan portofolio yang dibentuk oleh PER, PBV, dan PSR yang tinggi. Regresi Linear Berganda (Multiple Regression) Variabel Net Profit Margin, Current Assets Turn Over, dan Leverage Ratio memiliki pengaruh signifikan terhadap Earning Per Share sedangkan variabel lainnya yaitu Net Sales, Current Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Inventory Turn Over, Total Asset Turn Over, Operating Profit Margin, dan Gross Profit Margin tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Earning Per Share. 39 5 Hsu-Ling Chang, et al. (2008) The Relationship Between Stock Price And EPS: Evidence Based On Taiwan Panel Data Stock Prices And Earning Per Share (EPS) Panel Data (Panel Unit Root Tests, Panel Cointegrati on Test, The ERCs Estimation of Panel Cointegrati on Regression) A primary conclusion that stock prices moves with EPS in the long-run, but not necessary at the same rate. There exists an inverse relation between the growth rate of operating revenue and degree of EPS impact on stock prices. So, EPS could impact stock prices and the "Earning Information Content" exists in Taiwan. Sumber : Hasil olah kesimpulan penelitian terdahulu 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Financial Leverage, Price Earning Ratio (PER),Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) sebagai variabel utama terhadap Earning Per Share (EPS). Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan Manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2006-2009 dengan menggunakan data laporan keuangan perusahaan-perusahaan tersebut. B. Metode Penentuan Sampel Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan dengan metode purposive sampling. Metode purposive sampling adalah pantauan sampel dengan pengambilan data-data tertentu yang dianggap sesuai dan terkait dengan penelitian yang dilakukan. Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan beberapa kriteria sebagai berikut: a. Perusahaan manufaktur yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2006-2009 b. Perusahaan tersebut harus tetap ada selama periode penelitian. c. Telah menerbitkan laporan keuangan secara terus-menerus. d. Perusahaan tersebut memiliki EPS yang positif serta data-data lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini. 41 41 C. Metode Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini yang digunakan adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif. Bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Data sekunder merupakan data yang informasinya diperoleh secara tidak langsung dari perusahaan. Pada penelitian ini data sekunder tersebut didapat dengan cara sebagai berikut: 1. Studi Kepustakaan (Library Research) Mengumpulkan teori dan data-data yang akan dijadikan sebagai landasan pelaksanaan yang diperoleh dari perpustakaan dengan cara mengumpulkan, membaca, dan memahami bahan-bahan (misal: buku, majalah, jurnal, artikel, internet dan sebagainya) yang berkaitan dengan bidang yang menjadi topik pembahasan penulis. Tujuan dari studi ini dimaksudkan agar penulis memperoleh gambaran yang jelas tentang aspek-aspek teoritis dari masalah yang akan penulis bahas. Dalam penelitian ini data laporan keuangan yang digunakan sebagai data penelitian tiap variabel didapat dari beberapa situs internet seperti www.idx.co.id, www.idsaham.co.id. 2. Penelitian Lapangan Mengunjungi lembaga yang berkaitan dengan informasi yang dibutuhkan, salah satunya adalah Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) BEI. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa : 42 a. Data mengenai profil perusahaan-perusahaan manufaktur yang go public melalui Bursa Efek Indonesia (BEI) yang meliputi sejarah, kegiatan dan struktur organisasi. b. Data mengenai laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan manufaktur yang go public melalui Bursa Efek Indonesia (BEI) yang meliputi EPS dari tahun 2006-2009. D. Metode Analisis Data 1. Metode Analisis Dalam penelitian ini, persamaan regresi dikembangkan dan dipakai sebagai dasar untuk menguji hipotesis yang telah dijabarkan sebelumnya. Teknik statistik yang digunakan dalam analisis data dengan mengunakan model regresi linear berganda. Penggunaan model regresi linear ini bertujuan untuk menguji pengaruh penerapan financial leverage, price earning ratio (PER), return on assets (ROA), debt to equity ratio (DER) terhadap earning per share (EPS) secara simultan. Model ini dirumuskan sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + ε Dalam hal ini: Y = laba per lembar saham perusahaan a = konstanta X1 = financial leverage perusahaan X2 = price earning ratio perusahaan 43 X3 = return on assets perusahaan X4 = debt to equity ratio perusahaan ε = standar error 2. Uji Asumsi Klasik Dalam dalam penelitian ini, diperlukan pengujian asumsi klasik pada model regresi yang digunakan agar menunjukan hubungan yang valid atau tidak bias. Adapun asumsi dasar yang harus dipenuhi antara lain. a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk melakukan pengujian apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dalam uji normalitas terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Imam ghazali, 2005). a) Analisa Grafik Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. b) Uji Statistik Selain dengan analisis grafik maka perlu dianjurkan dengan uji statistik, agar mencapai keakuratan yang lebih baik lagi. Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari residual. 44 Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Adapun dasar pengambilan keputusan : 1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. b. Uji Multikolinieritas Uji multikoloniaritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen berkorelasi maka variabelvariabel ini tidak ortogonal (Imam Ghozali, 2005). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikoloniaritas adalah nilai Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10. c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan 45 sepanjang waktu berkaitan satu sama lainya (Imam Ghozali, 2005). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu penelitian. 1) Uji Durbin – Watson Uji durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara variabel independen hipotesis yang akan diuji adalah : Ho : tidak ada autokorelasi (r = 0) Ha : ada autokorelasi (r ≠ 0) Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi Hipotesis nol Keputusan Jika Tdk ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tdk ada autokorelasi positif No desicien dl ≤ d ≤ du Tdk ada korelasi negatif Tolak 4 dl d 4 Tdk ada korelasi negatif No desicien 4 – da ≤ d ≤ 4 - dl Tdk ada autokorelasi positif atau Tdk ditolak negatif Du < d < 4 - du d. Uji Heteroskedatisitas Singih Santoso, (2002: 208). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka 46 disebut homoskedatisitas dan jika varians berbeda heteroskedatisitas. Model regresi yang baik adalah disebut tidak terjadi heteroskedatisitas. Dengan melihat grafik normal P-P plot dan grafik scatter plot, dapat diketahui ada atau tidaknya heteroskedatisitas. Jika pada grafik normal P-P plot titik-titik menyebar mengelilingi garis diagonal, maka pengujian ini bebas dari heteroskedatisitas dan sebaliknya jika titiktitik pada grafik tidak mengelilingi garis diagonal atau berada jauh dari garis diagonal, maka diindikasikan adanya heteroskedatisitas. Sedangkan pada grafik scatter plot, jika pada grafik tersebut terdapat pola tertentu seperti titik-titik membentuk pola teratur (misal: bergelombang, melebar, dan menyempit), maka diindikasikan telah terjadi heteroskedatisitas dan jika tidak terdapat pola yang jelas serta titik-titiknya menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedatisitas. 3. Uji Koefisien Determinasi Pengujian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat yang dilihat melalui adjusted R2. Adjusted R2 ini digunakan karena variabel bebas dalam penelitian ini lebih dari dari dua. Nilai pengujian ini terletak antara 0 dan 1. Jika hasil yang diperoleh > 0,5, maka model yang digunakan dianggap cukup handal dalam membuat estimasi. 47 Semakin besar angka R2, maka semakin baik model yang digunakan untuk menjelaskan hubungan variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Jika angka R2 semakin kecil berarti semakin lemah model tersebut untuk menjelaskan variabilitas dari variabel terikat. 4. Uji t (Uji Parsial) Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen (bebas) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (terikat) secara parsial (individual). Setelah t hitung diperoleh, maka untuk menginterpretasikan hasilnya berlaku ketentuan sebagai berikut. a. Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. b. Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesis: Ho: βi = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial Ha: βi ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial 48 5. Uji F (Uji Simultan) Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen (bebas) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (terikat) secara simultan (bersama-sama). Setelah f hitung diperoleh, maka untuk menginterpretasikan hasilnya berlaku ketentuan sebagai berikut. a. Jika f hitung > f tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti variabel-variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen b. Jika f hitung < f tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti variabel-variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen Hipotesis: Ho: βi = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabelvariabel independen terhadap variabel dependen secara simultan Ha: βi ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan. E. Operasional Variabel Penelitian Operasional variabel penelitian merupakan spesifikasi kegiatan penulis dalam mengukur suatu variabel. Spesifikasi tersebut menunjukkan pada dimensi-dimensi dan indikator-indikator dari variabel penelitian yang diperoleh melalui pengamatan dan penelitian terdahulu. 49 Berdasarkan pokok permasalahan dari rumusan hipotesis yang telah dijabarkan sebelumnya, variabel penelitian yang akan dianalisis dikelompokkan menjadi dua, yakni: 1. Variabel Y Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Earning Per Share (EPS). EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham (Darmaji, 2001:139). Laba Per lembar saham dapat dirumuskan: EAT (Earning After Tax) EPS = Jumlah lembar saham 2. Variabel Independen (Bebas) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Penerapan financial leverage, price earning ratio (PER), return on assets (ROA), dan debt to equity ratio (DER) sebagai variabel utama. a. Financial Leverage Keown, dkk (2000 : 496). “financial leverage adalah membiayai sebagian dari asset perusahaan dengan surat berharga yang mempunyai tingkat bunga yang tetap dengan mengharapkan peningkatan yang luar biasa pada pendapatan bagi para pemegang saham”. Menurut Higgins, (2001 : 44) financial leverage dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Total liabilities Financial leverage = Total Asset 50 b. Price Earning Ratio (PER) Ang (1997:24) PER merupakan perbandingan antara harga pasar suatu saham dengan Earning Per Share (EPS) dari saham yang bersangkutan. Rumus PER: Harga Saham PER = Earning Per Share (EPS) c. Return On Assets (ROA) ROA merupakan rasio yang terpenting di antara rasio profitabilitas yang ada (Ang, 1997). Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut: Net Income After Tax (NIAT) ROA = Average Total Asset d. Debt to Equity Ratio Rasio ini menunjukkan perbandingan antara hutang yang diberikan oleh para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan (Husnan 1997:561). Rumus : Modal sendiri DER = Total Kewajiban 51 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI) Penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES) menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 30 November 2007. Selanjutnya BEI mulai aktif 1 Desember 2007. di mana Bursa Efek Surabaya melebur ke dalam Bursa Efek Jakarta. Sebelum penggabungan ini, telah dilakukan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) pada tanggal 30 Oktober 2007 untuk pembahasan rencana merger tersebut. Pada saat itu, proses merger kedua bursa tersebut masih menunggu persetujuan dari Dephukham. Sebab badan hukum dan nama keduanya berubah menjadi Bursa Efek Indonesia. Setelah menjalani beberapa proses, maka sekarang namanya telah menjadi Bursa Efek Indonesia. Mengenai direksi Bursa Efek Indonesia, posisi-posisi masih ditempati oleh direksi-direksi kedua bursa. Direksi tersebut akan melanjutkan tugas sampai RUPS 2009 dilakukan. 52 52 2. Struktur Pasar Modal Indonesia Gambar 4.1 Struktur Pasar Modal Indonesia Menteri Keuangan BAPEPAM Bursa Efek Lembaga Keuangan Dan Penjamin Lembaga Penyimpanan Dan Penyelesaian Perusahaan Efek Lembaga Penunjang Profesi Penunjang ï‚· Penjamin Emisi Efek ï‚· Perantara Pedagang Efek ï‚· Manajer Investasi ï‚· Penasehat Investasi ï‚· Biro Adm Efek ï‚· Custodian ï‚· Wali Amanat ï‚· Penanggung ï‚· Akuntan ï‚· Konsultan Hukum ï‚· Penilai ï‚· Notaris Pemodal Emiten ï‚· Domestik ï‚· Asing ï‚· Perusahaan Publik ï‚· Reksa Dana 3. Lembaga-lembaga yang terlibat di Bursa Efek Indonesia Sebagai suatu bisnis yang berdampak sosial yang sangat luas, Bursa Efek Indonesia melibatkan banyak lembaga masing-masing pihak mempunyai peranan dan fungsi yang berbeda dan saling menunjang kepentingan pihak lainnya. Pihak-pihak dan kegiatan di Bursa Efek Indonesia adalah : 53 a. Perusahaan yang go public (Emiten) Adalah perusahaan yang melakukan emisi atau yang telah melakukan penawaran dalam surat berharga. Pihak ini membutuhkan dana guna membelanjai operasi rencana investasi. b. Perusahaan Efek Adalah perusahaan yang telah memperoleh izin usaha untuk beberapa kegiatan seperti penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, manager investasi atau penasehat investasi. c. Lembaga kliring dan penyelesaian penyimpanan Adalah suatu lembaga yang menyelenggarakan kliring dan penyelesaian transaksi yang terjadi di bursa efek, penyimpanan efek serta penitipan harta untuk pihak lain. d. Perusahaan Reksa dana Adalah pihak yang kegiatan umumya melakukan investasi, investasi kembali (reinvestasi). e. Lembaga Penunjang Lembaga penunjang meliputi tempat penitipan harta, wali amanat atau penanggung yang menyediakan jasa. Tempat penitipan harta adalah yang menyelenggarakan penyimpanan harta dalam penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak tanpa mempunyai hak kepemilikan atas harta tersebut. Wali amanat (trust agent) adalah pihak yang dipercayakan untuk mewakili kepentingan seluruh pemegang obligasi atau sertifikat kredit. Penanggung (gurator) 54 adalah pihak yang menanggung kembali jumlah pokok atau bunga emisi obligasi atau sekuritas kredit dalam hal emiten cedera janji. Sedangkan Biro Administrasi Efek (BAE) yang semula berperan penting dalam regristrasi saham, setelah scripless berperan memelihara investasi hingga memantau peroleh deviden investor, penawaran perdana (IPO), atau corporate action lainnya. Dan saat ini pencatatan semua dalam investor beralih ke Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). f. Profesi Penunjang Terdiri dari akuntan publik, notaris, perusahaan penilai (appraisal) dan konsultan hukum. Akuntan publik adalah pihak yang memiliki keahlian dalam bidang akuntansi dan pemeriksa akuntan (auditing). Fungsi akuntan adalah memberi pendapat atas kewajaran laporan keuangan emiten atau calon emiten. Notaris adalah pejabat yang berwenang membuat akte otentik sebagaimana dimaksudkan dalam Staad Glad 1860 No. 3 tentang pengaturan jabatan notaris. Peran notaris adalah membuat perjanjian, penyusunan anggaran dasar dan perubahannya, perubahan pemilik modal dan lain-lain. Penilaian appraisal adalah pihak yang menerbitkan dan menandatangani laporan penilai. Laporan penilai mencakup pendapat atas aktiva yang disusun berdasarkan pemeriksaan menurut keahlian penilai. Konsultan hukum adalah ahli hukum mengenai emisi atau emiten. Fungsi utama konsultan hukum adalah melindungi pemodal 55 atau calon pemodal dari segi hukum. Tugasnya antara lain meneliti akte pendirian, izin usaha dan lain-lain. g. Pemodal (Investor) Adalah pihak perorangan maupun lembaga yang menanamkan modalnya dalam efek-efek yang diperdagangkan. h. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) merupakan lembaga pemerintah yang mempunyai tugas sebagai berikut : 1) Memonitor dan mengatur surat pasar dimana sekuritas-sekuritas dapat diterbitkan dan diperdagangkan secara teratur, wajar dan efisien dengan maksud untuk melindungi kepentingan para pemodal dan masyarakat. 2) Mengawasi settlement perusahaan dan dan memonitor pertukaran lembaga-lembaga sekuritas dan para sekuritas, penyimpanan pialang, clearing, reksa berbagai dana, lembaga pendukung pasar modal dan para profesional. 3) Untuk memberikan rekomendasi tentang pasar modal kepada Menteri Keuangan. Dengan fungsi tersebut diharapkan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) lebih bisa melaksanakan fungsi pengawasan karena kegiatan perdagangan efek dan berbagai kegiatan yang berkaitan yang diselenggarakan oleh Bursa Efek sendiri, selain itu peraturan yang 56 dilakukan oleh badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) secara konsisten. 4. Mekanisme Perdagangan a. Sistem Perdagangan Bursa Efek Indonesia Perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) terpusat di lantai perdagangan di Indonesia Stock Exchange Building, Jl. Jenderal Sudirman Kav 52 – 53 Jakarta 12190, hingga saat ini, instrumeninstrumen yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah saham, bukti right, warant, obligasi dan obligasi konversi. Sejak 22 Mei 1995, sistem perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah menggunakan komputer. Sistem yang tergolong paling modern yaitu Jakarta Automated Trading System (JATS), sedangkan kegiatan administratif dan manajemen Bursa Efek Indonesia terpusat di lantai empat gedung yang sama. b. Sistem pasar : digerakkan oleh Order dan Lelang Terbuka Bursa Efek Indonesia menganut sistem order – driven market atau pasar yang digerakkan oleh order-order dari pialang dengan sistem lelang secara terus-menerus. Pembeli atau penjual, yang hendak melakukan transaksi harus menghubungi perusahaan pialang. Perusahaan pialang membeli dan menjual efek dilantai bursa atas perintah atau permintaan (order) investor. Akan tetapi, perusahaan 57 pialang melakukan jual efek untuk dan atas nama perusahaan itu sendiri sebagai bagian dari investasi portofolio. Setiap perusahaan pialang mempunyai orang yang akan memasuki semua order yang diterima ke terminal masing-masing di lantai bursa. Orang-orang yang bertindak di perusahaan pialang tersebut disebut Wakil Perantara Perdagangan Efek (WPPE). Dengan menggunakan Jakarta Automated Trading system (JATS), order-order tersebut diolah oleh komputer yang akan melakukan matcing dengan mempertimbangkan prioritas harga dan prioritas waktu. Dengan demikian sistem perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah sistem lelang secara terbuka yang berlangsung terus-menerus selama jam bursa. Hingga saat ini, seluruh order dari perusahaan pialang memang harus dimasukkan ke dalam sistem melalui terminal yang ada di lantai bursa. Bursa Efek Indonesia telah menerapkan akses jarak jauh atau remote trading access untuk Jakarta Automated Trading System (JATS) sehingga seluruh perusahaan pialang bisa langsung melakukan perdagangan dari luar lantai bursa, bahkan dari luar Jakarta. B. Sejarah Objek Penelitian 1. Sejarah Perusahaan Manufaktur Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang bergerak bidang pengolahan suatu produk yang mengolah dari barang mentah menjadi barang jadi. Di Indonesia perusahaan manufaktur dapat berkembang pesat, 58 hal ini terlihat dari jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari periode ke periode semakin banyak, walaupun ada beberapa perusahaan yang pernah mengalami defisiensi modal untuk sementara karena imbas dari krisis ekonomi. Tetapi tidak menutup kemungkinan perusahaan ini sangat dibutuhkan masyarakat sehingga prospeknya menguntungkan baik di masa sekarang maupun yang akan datang. Di sisi lain didasarkan atas prediksi bahwa perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang sangat dibutuhkan untuk kebutuhan sehari-hari sehingga sangat kecil kemungkinan untuk rugi (ICMD,2000). Adapun yang termasuk ke dalam perusahaan yang terdaftar di BEI yang masuk kategori perusahaan manufaktur, adalah: 2. Perusahaan yang menjadi Objek Penelitian Tabel 4.1 Perusahaan Objek Penelitian No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Nama Perusahaan PT.Aqua Golden Missisippi TBK PT.Astra Graphia TBK. PT.Delta Djakarta TBK PT.Duta Pertiwi Nusantara Tbk PT.Dynaplast Tbk PT.Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk PT.Fast Food Indonesia Tbk PT.Gudang Garam Tbk PT.Goodyear Indonesia Tbk PT.Intan Wijaya Internasional Tbk PT.Pan Brother Tex Tbk PT.Semen Gresik Tbk PT.Unilever Indonesia Tbk PT.Selamat Sampoerna Tbk PT.Mustika Ratu Tbk Kode Saham AQUA ASGR DLTA DPNS DYNA HMSP FAST GGRM GDYR INCI PBRX SMGR UNVR SMSM MRAT 59 C. Hasil Dan Pembahasan 1. Deskriptif Data Pengolahan data dilakukan secara elektronik mempergunakan Microsoft Excel dan SPSS 16.0 for Windows untuk mempercepat perolehan data hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang diteliti. Tabel deskriptif menunjukkan semua variabel yang digunakan dalam model analisis Regresi Berganda, yaitu variabel Y (Earning per Share), variabel X1 Financial Leverage, X2 Price Earning Ratio (PER), X3 Return On Assets (ROA), dan X4 Debt to Equity Ratio (DER) sebagai variabel bebas. Penjelasan lengkap masing-masing variabel adalah: a. Financial Leverage Financial Leverage Modal atau dana yang dibentuk di luar perusahaan (sumber eksternal) terdiri dari modal sendiri dan modal asing (pinjaman/utang). (Bambang Riyanto, 1997 : 209). Modal sendiri merupakan modal yang berasal dari pemilik, peserta atau pengambil bagian di dalam perusahaan. Sedangkan modal asing merupakan utang bagi perusahaan. Keown, dkk (2000 : 496). “financial leverage adalah membiayai sebagian dari aset perusahaan dengan surat berharga yang mempunyai tingkat bunga yang tetap dengan mengharapkan peningkatan yang luar biasa pada pendapatan bagi para pemegang saham”. 60 Tabel 4.2 Financial Leverage EMITEN 2006 2007 2008 2009 AQUA ASGR DLTA DPNS DYNA HMSP FAST GGRM GDYR INCI PBRX SMGR UNVR SMSM MRAT 0,431185 0,493956 0,238873 0,158217 0,582956 0,542907 0,404004 0,393798 0,381703 0,118942 0,796559 0,255488 0,486248 0,042372 0,158969 0,423516 0,497122 0,221916 0,217214 0,565869 0,485595 0,400535 0,409104 0,483277 0,131625 0,828447 0,210874 0,49486 0,044039 0,120456 0,411032 0,604216 0,24963 0,262919 0,581295 0,501034 0,385104 0,355323 0,709753 0,090404 0,896453 0,22911 0,522376 0,043303 0,094061 0,422189 0,53869 0,227595 0,219959 0,53318 0,467184 0,394973 0,341931 0,619548 0,081494 0,840649 0,205157 0,480008 0,03666 0,099672 Berdasarkan hasil perhitungan Financial leverage masingmasing perusahaan pada Tabel 4.2, Pada Tahun 2006, Financial leverage, tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar 0,796559 dan terendah dipegang oleh PT. Selamat Sampoerna Tbk sebesar 0,042372. Pada Tahun 2007, Financial leverage, tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar 0,828447 dan terendah dipegang oleh PT. Selamat Sampoerna Tbk sebesar 0,044039. Pada Tahun 2008, Financial leverage, tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar 0,896453 dan terendah dipegang oleh PT. Selamat Sampoerna Tbk sebesar 0,043303. Dan pada Tahun 2009, Financial leverage, tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar 61 0,840649 dan terendah dipegang oleh PT. Selamat Sampoerna Tbk sebesar 0,03666. b. Price Earning Ratio PER menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Darmaji, 2001:139). Sedangkan menurut Ang (1997:24) PER merupakan perbandingan antara harga pasar suatu saham dengan Earning Per Share (EPS) dari saham yang bersangkutan. Tabel 4.3 Price Earning Ratio EMITEN 2006 2007 2008 2009 AQUA ASGR DLTA DPNS DYNA HMSP FAST GGRM GDYR INCI PBRX SMGR UNVR SMSM MRAT 24,47 11,04 6,07 34,78 23,22 15,66 12,27 10,07 12,57 (9,58) 4,09 19,59 24,51 6,56 13,34 20,30 4,32 3,82 (58,73) 14,44 9,11 11,04 4,35 252,45 18,58 (1,32) 9,81 24,72 6,59 13,58 31,28 6,35 9,71 24,63 3,57 9,27 12,57 12,56 3,12 4,64 1,34 13,95 27,75 6,87 15,06 31,28 7,05 10,97 28,97 3,83 12,03 13,29 13,99 3,12 15,27 1,38 14,78 28,38 7,73 11,79 Berdasarkan hasil perhitungan Price Earning Ratio masingmasing perusahaan pada Tabel 4.3. Pada Tahun 2006, Price Earning 62 Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Dynaplast Tbk sebesar 34,78 dan terendah dipegang oleh PT. Inti Wijaya International Tbk sebesar -9,58. Pada Tahun 2007, Price Earning Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Goodyear Indonesia Tbk sebesar 252,45 dan terendah dipegang oleh PT. Dynaplast Tbk sebesar -58,73. Pada Tahun 2008, Price Earning Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk sebesar 27,75 dan terendah dipegang oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar 1,34. Dan pada Tahun 2009, Price Earning Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Aqua Golden Missisipi Tbk sebesar 31,28 dan terendah dipegang oleh PT. Pan Btother Tex Tbk sebesar 1,38. Pertumbuhan yang tinggi (high Growth) biasanya mempunyai PER yang besar, perusahaan dengan pertumbuhan yang rendah (low growth) biasanya memiliki PER yang rendah. Semakin besar PER memungkinkan harga pasar dari setiap lembar saham akan semakin baik, demikian pula sebaliknya. c. Return On Asset Return On Asset (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan atas keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktivitas yang digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA menunjukkan kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba. ROA 63 (Return On Asset) adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi. Tabel 4.4 Return On Asset EMITEN 2006 2007 2008 2009 AQUA ASGR DLTA DPNS DYNA HMSP FAST GGRM GDYR INCI PBRX SMGR UNVR SMSM MRAT 10,03 13,95 10,52 3,50 0,35 42,22 19,85 7,38 8,06 (2,90) 2,47 24,77 53,28 15,06 6,96 10,75 15,26 11,25 (4,83) 1,46 34,09 22,90 9,21 10,55 1,84 3,55 30,07 52,90 15,39 3,88 11,76 9,98 16,86 1,11 0,67 35,93 21,40 11,03 0,65 2,54 (4,30) 33,85 53,01 14,70 4,66 9,72 8,31 15,10 2,47 7,36 32,00 19,59 13,73 13,33 0,91 4,07 28,32 44,64 12,11 3,62 Berdasarkan hasil perhitungan Return On Asset masing-masing perusahaan pada Tabel 4.4, Pada Tahun 2006, Return On Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk sebesar 53,28 dan terendah dipegang oleh PT. Inti Wijaya International Tbk sebesar -2,90. Pada Tahun 2007, Return On Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk sebesar 52,90 dan terendah dipegang oleh PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk sebesar -4,83. Pada Tahun 2008, Return On Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk sebesar 53,01 dan terendah dipegang oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar -4,30. 64 Dan pada Tahun 2009, Return On Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk sebesar 44,64 dan terendah dipegang oleh PT. Inti wijaya International Tbk sebesar 0,91. d. Debt to Equity Ratio DER adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang dengan jumlah modal sendiri yang diberikan pemilik perusahaan. Berdasarkan pendapat di atas, pengertian DER dalam penelitian ini adalah rasio yang membandingkan antara total hutang dengan total ekuitas pemilik. (Lukman Syamsuddin (2001:54) Tabel 4.5 Debt to Equity Ratio EMITEN 2006 2007 2008 2009 AQUA ASGR DLTA DPNS DYNA HMSP FAST GGRM GDYR INCI PBRX SMGR UNVR SMSM MRAT 0,77 0,98 0,31 0,20 1,71 1,21 0,68 0,65 0,62 0,13 3,73 0,35 0,95 0,71 0,19 0,74 0,99 0,29 0,29 1,63 0,94 0,67 0,69 0,94 0,15 4,85 0,27 0,98 0,61 0,14 0,71 1,53 0,34 0,38 1,79 1,00 0,63 0,55 2,45 0,10 8,69 0,30 1,10 0,53 0,10 0,74 1,17 0,30 0,30 1,46 0,88 0,65 0,52 1,63 0,09 5,29 0,26 0,92 0,57 0,11 Berdasarkan hasil perhitungan Debt To Equity Ratio masingmasing perusahaan pada Tabel 4.5. Pada Tahun 2006, Debt to Equity Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar 3,73 dan 65 terendah dipegang oleh PT. Inti Wijaya International Tbk sebesar 0,13. Pada Tahun 2007, Debt to Equity Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar 4,85 dan terendah dipegang oleh PT. Mustika Ratu Tbk sebesar 0,14. Pada Tahun 2008, Debt to Equity Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar 8,69 dan terendah dipegang oleh PT. Mustika Ratu sebesar 0,10. Dan pada Tahun 2009, Debt to Equity Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brother Tex Tbk Tbk sebesar 5,29 dan terendah dipegang oleh PT. Inti Wijaya International Tbk Indonesia Tbk sebesar 0,09. e. Earning Per Share EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham (Darmaji, 2001:139). EMITEN AQUA ASGR DLTA DPNS DYNA HMSP FAST GGRM GDYR INCI PBRX SMGR UNVR SMSM MRAT 2006 3.711.590.000 41.200.000 2.703.040.000 29.040.000 (21.220.000) 805.500.000 154.460.000 523.790.000 619.430.000 (25.570.000) 21.880.000 2.184.130.000 225.630.000 44.180.000 30.730.000 Tabel 4.6 Earning Per Share 2007 2008 5.007.630.000 6.255.430.000 53.440.000 46.330.000 2.955.730.000 5.230.340.000 (8.510.000) 4.160.000 2.460.000 10.000 826.840.000 888.720.000 229.780.000 280.710.000 750.270.000 977.340.000 1.034.130.000 19.810.000 21.370.000 18.970.000 55.310.000 (92.620.000) 299.320.000 425.450.000 257.490.000 315.500.000 46.310.000 45.970.000 19.880.000 21.250.000 2009 5.869.540.000 3.490.000 4.786.620.000 9.490.000 168.240.000 841.490.000 310.340.000 1.286.540.000 230.940.000 7.860.000 75.440.000 406.010.000 298.610.000 41.700.000 18.770.000 66 Berdasarkan hasil perhitungan Earning Per Share masingmasing perusahaan pada Tabel 4.6, Pada Tahun 2006, Earning Per Share, tertinggi dimiliki oleh PT. Aqua Golden Misisipi Tbk sebesar 3.711.590.000 dan terendah dipegang oleh PT. Intan Wijaya Internasional Tbk sebesar - 25.570.000. Pada Tahun 2007, Earning Per Share, tertinggi dimiliki oleh PT. Aqua Golden Misisipi Tbk sebesar 5.007.630.000 dan terendah dipegang oleh PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk sebesar - 8.510.000. Pada Tahun 2008, Earning Per Share, tertinggi dimiliki oleh Aqua Golden Misisipi Tbk sebesar 6.255.430.000 dan terendah dipegang oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar - 92.620.000. Dan pada Tahun 2009, Earning Per Share, tertinggi dimiliki oleh PT. Aqua Golden Misisipi Indonesia Tbk sebesar 5.869.540.000 dan terendah dipegang oleh PT. Astra Graphia Tbk sebesar 3.490.000. Setelah melakukan pengolahan data maka penulis dapat menjelaskan mengenai variabel-variabel yang terdapat dalam model yang digunakan dalam penelitian ini, seperti terlihat dalam tabel : 67 Tabel 4.7 Tabel Deskripsi Data Variabel Financial Leverage, Price Earning Ratio, Return On Asset dan Debt to Equity Ratio Terhadap Earning Per Share N FL (X1) PER (X2) ROA (X3) DER (X4) EPS (Y) Valid N (listwise) Minimum 60 60 60 60 60 .04 -58.73 -4.83 .09 -9.E7 Maximum .90 252.45 53.28 8.69 6.E9 Mean .3744 15.4708 14.3817 1.0410 8.57E8 Std. Deviation .21517 33.66018 14.38640 1.41756 1.586E9 60 Dari tabel 4.7 dapat dijelaskan bahwa variabel dependent yaitu Earning Per Share (Y) dengan jumlah data sebanyak 60 memiliki nilai terkecil (min) sebesar -9.E7 dan nilai terbesar (Max) sebesar 6.E9 dan nilai rata-rata 8.57E8 dan standar deviasinya 1.586E9. Financial Leverage (X1) dengan jumlah data sebanyak 60 memiliki nilai terkecil (min) sebesar 0.04 dan nilai terbesar (Max) sebesar 0.90 dan nilai ratarata 0.3744 dan standar deviasinya 0.21517. Price Earning Ratio (X2) dengan jumlah data sebanyak 60 memiliki nilai minimum sebesar 58.73 dan terbesar 252.45 (max) sebesar nilai rata-ratanya sebesar 15.4708 dan standar deviasinya 33.66018. Return On Asset (X3) dengan jumlah data sebanyak 60 memiliki nilai minimum sebesar -4.83 dan terbesar 53.28 (max) sebesar nilai rata-ratanya sebesar 14.3817 dan standar deviasinya 14.38640. Variabel Debt Equity Ratio (X4) dengan jumlah data sebanyak 60 memiliki nilai minimum sebesar 0.09 dan terbesar (max) sebesar 8.69 nilai rata-ratanya sebesar 1.0410 dan standar deviasinya 1.41756. 68 2. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2005: 110-112). 1. Analisis Grafik Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendeteksi distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Gambar 4.2 Uji Normalitas 69 Sumber : data diolah Dari gambar grafik di atas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal (mengikuti pada wilayah garis linear). Hal ini menunjukkan bahwa data pada penelitian ini terdistribusi secara normal dan model regresi tersebut layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen yaitu Earning Per Share berdasarkan masukan variabel independen yaitu Financial Leverage, Price Earning Ratio, Return On Assets dan Debt to Equity Ratio. 2. Analisis Statistik Uji Normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hatihati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya. Tabel 4.8 Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (Uji Normalitas) FL (X1) N a Normal Parameters Most Extreme Differences Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) PERX2 ROAX3 60 60 60 3.7442541E1 3.71500E1 3.76833E1 2.15174920E1 2.213045E1 2.243408E1 .098 .087 .083 .098 .087 .083 -.080 -.082 -.080 .758 .670 .644 .614 .760 .802 DERX4 EPSY 60 60 3.80583E1 3.78500E1 2.233055E1 2.221301E1 .091 .098 .082 .098 -.091 -.066 .706 .756 .702 .617 a. Test distribution is Normal. Berdasarkan uji kolmogorof-Smirnov di atas, terlihat nilai Asymp.Sig memiliki nilai > 0,05, Hal ini menunjukkan bahwa data 70 pada penelitian ini terdistribusi secara normal dan model regresi tersebut layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen yaitu Earning Per Share berdasarkan masukan variabel independen yaitu Financial Leverage, Price Earning Ratio, Return On Assets dan Debt to Equity Ratio. Maka data penelitian layak digunakan sebagai penelitian. b. Uji Multikolinieritas Penelitian dilakukan pengujian terhadap data bahwa data harus terbebas dari gejala multikolinearitas, gejala ini ditunjukan dengan korelasi antar variabel independen. Pengujian dalam uji multikolinearitas dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) harus berada di bawah 10, hal ini akan dijelaskan sebagai berikut : Tabel 4.9 Hasil Pengujian Multikolinearitas Collinearity Statistics Model 1 Tolerance VIF (Constant) FL (X1) .154 6.484 PERX2 .902 1.109 ROAX3 .862 1.160 DERX4 .151 6.606 a. Dependent Variable: EPSY (Sumber data diolah) Tabel di atas menjelaskan bahwa data yang ada tidak terjadi gejala multikolinearitas antara masing-masing variabel independen yaitu dengan melihat nilai VIF. Nilai VIF yang diperbolehkan hanya 71 mencapai 10 maka data di atas dapat dipastikan tidak terjadi gejala multikolinearitas. Karena data di atas menunjukan bahwa nilai VIF lebih besar dari 10, keadaan seperti itu membuktikan tidak terjadinya multikolinearitas. c. Uji Autokolerasi Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi dalam penelitian ini maka digunakan uji Durbin Watson (DW). Pada tabel 4.10 diketahui nilai Durbin Watson (d) sebesar 2.260 nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sample (n) 60 dan jumlah variabel independen (k) adalah 5. Maka dari tabel didapat nilai du = 1.360 dan 4 – du = 4 – 1.360 = 2.64. Oleh karena nilai du < d < 4-du atau 1.360 < 2.260 < 2,64 maka dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif Tabel 4.10 Hasil Pengujian Autokolerasi Model 1 R R Square .700 a .489 Adjusted R Square .452 Std. Error of the Estimate 16.438214 Durbin-Watson 2.260 a. Predictors: (Constant), FL (X1), ROAX3, PERX2, DERX4 b. Dependent Variable: EPSY 72 d. Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas varian variabel dependen dalam model tidak equal terhadap variabel independen. Konsekuensi adanya heteroskedastisitas dalam model regresi adalah estimator yang diperoleh tidak efisien, baik pada sampel kecil maupun besar. Diagnosis adanya heteroskedastisitas dalam uji regresi dapat diidentifikasi dari pola scatter plot diagram. Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas Pada gambar 4.3 terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak terlihat pola tertentu. Dengan demikian pada persamaan regresi linier berganda dalam model ini tidak ada gejala atau tidak terjadi heteroskedastisitas. 73 3. Uji Signifikansi a. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yang terdiri dari dari Financial Leverage, Price Earning Ratio, Return On Assets dan Debt to Equity Ratio terhadap Earning Per Share di Bursa Efek Indonesia secara parsial. Tabel 4.11 Hasil Pengujian Uji t Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error 5.995 6.720 FL (X1) .585 .243 PERX2 .109 ROAX3 DERX4 Standardized Coefficients Beta t Sig. .892 .376 .566 2.409 .019 .102 .109 1.069 .290 .682 .103 .688 6.631 .000 -.506 .236 .522 2.202 .032 a. Dependent Variable: EPSY (Sumber : Data diolah) Variabel Financial Leverage, dengan nilai t hitung sebesar 2.409 > 2,00 atau nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0,019 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti Financial Leverage berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Earning per Share. Variabel Price Earning Ratio, dengan nilai t hitung sebesar 1.069 < 2,00 atau nilai alpha lebih besar dari 0,05 (0.290 > 0,05), maka dapat disimpulkan H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti Price Earning Ratio tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Earning Per Share. 74 Variabel Return On Asset, dengan nilai t hitung sebesar 6.631 > 2,00 atau nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0.000 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti Return On Asset berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Earning Per Share. Variabel Debt Equity Ratio, dengan nilai t hitung sebesar 2.202 > 2,00 atau nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0,032 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti Debt equity Ratio berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Earning Per Share. b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen yang terdiri dari Financial Leverage, Price Earning Ratio, Return On Assets dan Debt to Equity Ratio terhadap Earning Per Share secara simultan atau serentak. Tabel 4.12 Hasil Pengujian Uji F Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression 14249.831 4 3562.458 Residual 14861.819 55 270.215 Total 29111.650 59 F 13.184 Sig. .000 a a. Predictors: (Constant), FL (X1), ROAX3,PERX2,DERX4 b. Dependent Variable: EPSY (Sumber : Data diolah) Hasil pengujian ANOVA dengan menggunakan uji F dapat dilihat nilai F hitung sebesar 13.184 dengan signifikan 0,000. Dengan 75 mencari pada table F, diperoleh nilai F tabel 2.37. Dengan kondisi dimana F hitung lebih besar daripada F tabel dan nilai signifikan lebih kecil dari alpha (0,05), maka dapat diambil kesimpulan adalah H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti variabel-variabel independen berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Earning Per Share. c. Koefisien Determinasi (Adj.R Square) Melalui pengujian serentak dapat diketahui besarnya koefisien 2 2 determinasi (Adj.R ). Dari koefisien determinasi (Adj.R ) dapat diketahui derajat ketepatan dari analisis regresi linier berganda menunjukkan besarnya variasi sumbangan seluruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Besarnya nilai pengaruh variabel bebas ditunjukkan oleh nilai 2 (R ) = 0,452 yaitu persentase pengaruh variabel Financial Leverage, Price Earning Ratio, Return On Assets dan Debt to Equity Ratio terhadap Earning Per Share sebesar 45,2%. Tabel 4.13 Hasil Pengujian Adj R Square Model 1 R R Square .700 a .489 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .452 16.438214 Durbin-Watson 2.260 a. Predictors: (Constant), FL(X1), PER(X2), ROA(X3), DER(X4) b. Dependent Variable: EPSY (Sumber : Data diolah) 76 4. Analisis Regresi Linier Berganda Adapun hasil regresi linier berganda pengaruh Financial Leverage, Price Earning Ratio, Return On Assets dan Debt to Equity Ratio terhadap Earning Per Share di BEI adalah sebagai berikut: Tabel 4.14 Hasil Analisis Regresi Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Standardized Coefficients Std. Error 5.995 6.720 FL (X1) .585 .243 PERX2 .109 ROAX3 DERX4 Beta t Sig. .892 .376 .566 2.409 .019 .102 .109 1.069 .290 .682 .103 .688 6.631 .000 -.519 .236 .522 2.202 .032 a. Dependent Variable: EPSY (Sumber : Data diolah) Dari tabel di atas dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk mengetahui pengaruh Financial Leverage, Price Earning Ratio, Return On Assets dan Debt to Equity Ratio sebagai berikut: Y = 5.995 + 0.585 X1 + 0.682 X3 - 0.519 X4 + ei Keterangan : Y = Earning Per Share a = konstanta X1 = Financial Leverage X3 = Return On Assets X4 = Debt to Equity Ratio Ei = error term Koefisien-koefisien persamaan regresi linier berganda di atas dapat diartikan koefisien regresi untuk konstan sebesar 5.995 menunjukkan 77 bahwa jika variabel Financial Leverage, Price Earning Ratio, Return On Asset bernilai nol maka nilai Earning Per Share adalah 5.995. Sedangkan variabel Financial Leverage sebesar 0.585 menunjukkan bahwa jika variabel Financial Leverage meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan Earning Per Share sebesar 0.585 satuan dengan ketentuan variabel yang dianggap konstan. Variabel Return On Asset sebesar 0.682 menunjukkan bahwa jika variabel Return On Asset meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan Earning Per Share sebesar 0.682 satuan, Variabel Debt Equity Ratio sebesar 0.519 menunjukkan bahwa jika variabel Debt Equity Ratio meningkat 1 satuan maka akan menurunkan Earning Per Share sebesar 0.519 satuan, dengan catatan variabel lain dianggap konstan. D. Interpretasi Hasil uji regresi berganda yang didapat adalah yang paling berpengaruh dan signifikan adalah Financial Leverage, Return On Assets dan Debt to Equity Ratio, dengan nilai signifikansi dibawah 0,05 Financial Leverage dengan nilai signifikasi 0,019 < 0,05, Return On Asset dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan Debt Equity Ratio dengan nilai signifikansi 0,032 < 0,05. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuli Winarni (2003), menggunakan model Regresi Linear Berganda (Multiple Regression), dengan variabel dependent Earning Per Share dan Variabel Independent Net Sales, Current Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Inventory Turn Over, Total Asset Turn Over, Net Profit Margin, Operating Profit 78 Margin, Current Assets Turn Over, Leverage Ratio, dan Gross Profit Margin. Hasil Penelitian menyatakan bahwa Variabel Net Profit Margin, Current Assets Turn Over, dan Leverage Ratio memiliki pengaruh signifikan terhadap Earning Per Share sedangkan variabel lainnya yaitu Net Sales, Current Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Inventory Turn Over, Total Asset Turn Over, Operating Profit Margin, dan Gross Profit Margin tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Earning Per Share. Lain halnya dengan Penelitian yang dilakukan oleh Yunina, SE.,M.Si, Ak, Nazir, SE., M.Si dan Ghazali Syamni, SE., M.Sc (2008) mengenai analisis Pengaruh Return on Assets Dan Return on Equity terhadap Earning Per Share pada PT. Bank Muamalat Indonesia penelitian ini menggunakan regresi berganda menggunakan variabel dependen Earning Per Share dan dengan variabel independent Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE. Hasil penelitian pada variabel return on assets dan return on equity secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap earning per share. Dalam hal ini perbedaan antara hasil pengujian sebelumnya dengan pengujian ini dikarenakan adanya perbedaan waktu penelitian, sektor yang diteliti, dan merubah variabel bebas menjadi Financial Leverage, Price Earning Ratio, Return On Assets, Debt to Equity Ratio karena pada penelitian sebelumnya menggunakan variabel terikat dengan return. Sehingga adanya perbedaan hasil analisis. Menurut Keown, dkk (2000 : 496) “financial leverage adalah membiayai sebagian dari aset perusahaan dengan surat berharga yang 79 mempunyai tingkat bunga yang tetap dengan mengharapkan peningkatan yang luar biasa pada pendapatan bagi para pemegang saham”. Teori ini sejalan dengan penelitian ini bahwa semakin tinggi Financial Leverage semakin tinggi juga Earning Per Share ini terlihat pada hasil penelitian. Karena Financial Leverage tidak mempengaruhi perusahaan. Besarnya penggunaan utang dalam suatu perusahaan tergantung pada besar kecilnya perusahaan. Semakin besar utang yang digunakan, maka semakin besar biaya tetap (bunga) yang akan ditanggung oleh perusahaan. Hal ini menimbulkan risiko Financial bagi kreditur yaitu risiko atas ketidakmampuan perusahaan dalam melaksanakan kewajibannya. Semakin tinggi PER semakin nampak rendah nilai EPS apabila dibandingkan dengan harga sahamnya (Husnan, 2001:300). Kalau suatu saham mempunyai PER sebesar 20x, berarti apabila saham tersebut memberikan EPS sebesar Rp 1.000,- saham tersebut dapat terjual dengan harga Rp 20.000,-. Hal itu berarti bahwa jika nilai PER naik maka harga saham mengalami kenaikan dan Return saham juga mengalami kenaikan. Begitupun sebaliknya jika nilai PER mengalami penurunan maka harga sahamnya dan return sahamnya mengalami penurunan. Semakin rendah hasil PER sebuah saham, maka semakin baik atau murah harganya untuk diinvestasikan. PER menjadi rendah nilainya bisa karena harga saham cenderung semakin turun atau karena meningkatnya laba bersih perusahaan. Penafsiran terhadap rasio ini juga dipengaruhi oleh persepsi pemodal terhadap kualitas perusahaan dan trend pendapatannya, risiko relatif, penggunaan metode 80 akuntansi alternatif , dan faktor-faktor lain. Teori tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa PER tidak berpengaruh terhadap EPS. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (return) yang akan didapat. Dalam penelitian ini profitabilitas diproksikan dengan ROA menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap EPS. Dalam hal ini, semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan, semakin besar pula laba per lembar saham. Seiring dengan meningkatnya nilai EPS maka calon investor pun akan tertarik untuk menanamkan investasi di perusahaan-perusahaan tersebut. Debt to Equity Ratio (DER) dalam penelitian ini terbukti berpengaruh positif secara signifikan terhadap Earning Per Share (EPS). Variabel Debt to Equity Ratio menunjukkan berapa kali besarnya debt dibandingkan dengan equity. Semakin besar ratio ini berarti semakin besar sumber dana yang berasal dari utang sehingga assets yang dimiliki oleh perusahaan sebagian besar didanai oleh utang dan semakin besar risiko yang akan dihadapi perusahaan. Hal ini akan berpengaruh pada profitabilitas perusahaan apalagi bila penjualan bersih tidak ditingkatkan dan dimungkinkan karena pada perusahaan manufaktur kenaikan hutang pun dapat meningkatkan kemampuan perusahaan menghasilkan EPS selama penggunaan hutang tersebut selalu diiringi dengan peningkatan laba perusahaan. Oleh karena itu, semakin tinggi DER semakin tinggi pula EPS. Sedangkan untuk Earning per Share, bila dikaitkan dengan variabel yang berpengaruh dan signifikan yaitu Financial leverage, Return on assets 81 dan Debt to Equity Ratio merupakan variabel yang mempengaruhi Earning Per Share dan Earning Per Share adalah salah satu patokan dari para pemegang saham untuk menanamkan modalnya dalam berinvestasi, sehingga akan mendapat keuntungan yang lebih baik lagi. Financial Leverage, Return On Assets dan Debt to Equity Ratio menjadi suatu patokan yang dapat mempengaruhi naik turunnya Earning Per Share. 82 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil uji regresi ditemukan bahwa secara simultan variabel independen (Financial leverage, Price Earning Ratio, Return on assets, dan Debt to Equity Ratio) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Earning Per Share. Hasil Uji regresi ditemukan bahwa secara parsial variabel yang berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Share adalah Financial leverage, Return on assets dan Debt to Equity Ratio sedangkan Price Earning Ratio, tidak berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Share. 2. Berdasarkan koefisien regresi pada setiap variabel, dapat dijelaskan bahwa variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Earning Per Share adalah Return on Assets. Dapat diketahui dengan melihat nilai koefisien beta yang paling besar antara variabel independen lainnya. Dengan nilai 0,682 adalah nilai paling besar dengan variabel independen lainnya. B. Saran Dan Implikasi Berdasarkan hasil dan analisa yang telah dilakukan peneliti, penelitian ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, sehingga masih banyak yang perlu diperbaiki dan diperhatikan lagi untuk penelitian-penelitian berikutnya, 83 83 beberapa saran perlu ditambahkan guna penelitian yang lebih baik lagi, adapun sarannya sebagai berikut : 1. Menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel penelitian sehingga dapat mencerminkan keadaan pasar yang sesungguhnya yang terjadi di Bursa Efek Indonesia. 2. Memperpanjang periode (waktu) penelitian agar menambah jumlah data. 3. Menambah variabel lain yang dapat mempengaruhi Earning Per Share sehingga dapat menjadi luas penelitian 4. Mencari teori yang relevan dengan keadaan sekarang. Implikasi : Earning Per Share adalah EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham (Darmaji, 2001:139). Earning Per Share mencerminkan seberapa besar kekuatan perusahaan, seperti yang diungkapkan oleh Weston dan Brigham, (1996 : 15) “Earning per share is net income divided by the number of shares of common stock outstanding”. Sedangkan menurut Horne dan Wachowicz, (1998 : 3). “Earning per share is earning after tax (EAT) divided by the number of common shares outstanding. EPS means different things for different firm’s. For some firm’s they mean more than for other”, yang menyatakan bahwa Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan kepada pemegang sahamnya mencerminkan semakin besar keberhasilan usaha yang dijalankan 84 perusahaan tersebut, sehingga Earning Per Share menjadi pedoman atau patokan dalam melakukan investasi. Adapun penelitian ini akan bermanfaat bagi pihak-pihak tertentu yang dimanfaatkan sesuai dengan tujuanya, yaitu: 1. Implikasi Bagi Investor Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian. Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperolehnya dari investasi yang dilakukan. Karena investor menghadapi kesempatan investasi yang berisiko maka pilihan investasi tidak dapat hanya mengandalkan hanya pada tingkat keuntungan saja tetapi investor harus bersedia menanggung risiko atas investasinya. Oleh karena itu dalam melakukan investasi, investor seharusnya mempertimbangkan secara matang mengenai beberapa hal yang sangat penting dalam pengambilan keputusan investasi yang dilakukannya, sehingga menghasilkan keuntungan yang lebih baik lagi dan untuk mengetahui perubahanperubahan sehingga tidak salah dalam melakukan investasi. 2. Implikasi Bagi Perusahaan Hasil Penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan dan pertimbangan bagi perusahaan dalam melakukan kebijakan yang berhubungan dengan investasi. 3. Implikasi Bagi Akademis Penilaian analisis Pengaruh Financial Leverage, Price Earning Ratio, Return On Assets dan Debt to Equity Ratio yang mempengaruhi 85 Earning Per Share dapat dijadikan tambahan pengetahuan bagi penelitian selanjutnya. 86 DAFTAR PUSTAKA Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia (The Intelligent Guide to Indonesian Capital Market). Jakarta: Mediasoft Indonesia. Anoraga, Pandji, Piji Prakarti.2006. Pengantar Pasar Modal. Semarang : Penerbit Rineka Cipta. Darmaji, Tjiptono.2006. Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat. Darmadji, Tjiptono dan Fakhruddin, Hendy M. 2001. Pasar Modal di Indonesia. Jakarta : Salemba Empat. Fabozzi., J, Frank. 1999. Manajemen Investasi Buku Satu. Jakarta : Salemba Empat. Farchan & Sunarto. 2002. “Pengaruh Informasi Akuntansi terhadap Kapitalisasi Pasar di Bursa Efek Jakarta”. Fokus Ekonomi, Vol. 1, No.1, April, 2002 Hamid, Abdul, “Pedoman Penulisan Skripsi”, Jakarta, Lembaga Penerbit Feis UIN, 2007. Higgins, Robert C. 2001. Analysis For Financial Management. Edisi 6. New York: Mcgraw-Hill Companies, Inc. Hsu-Ling Chang, et al. “The Relationship Between Stock Price And EPS: Evidence Based On Taiwan Panel Data”2008. Husnan, Suad. 1996. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan: Teori Penerapannya. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta dan Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Intani, Rina dan Teddy Oswari, “penerapan financial leverage terhadap peningkatan earning per share (EPS)” 2009. 87 87 Keown dkk., “Manajemen Keuangan (Prinsip-Prinsip dan Aplikasi)”, Jakarta, Indeks, 2002. Munawir.2001.Analisis Laporan Keuangan.Yogyakarta:Liberty Prastowo, Dwi. 2002. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: YKPN. Riyanto, Bambang. 1999. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Rodoni, Ahmad, dan Indoyama Nasaruddin, “Modul Manajemen Keuangan”, Jakarta, Lembaga Penerbit FEIS UIN, 2007. Syamsuddin, Lukman. 2001. Manajemen Keuangan Perusahaan Konsep Aplikasi dalam Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan.Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sartono, Agus. 2001. Ringkasan Teori Manajemen Keuangan Soal dan Penyelesaian. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Simamora, Henry (2002). Akutansi Manajemen, Edisi II, UPP AMP YKPN. Sinuraya, Murthada. 1999. Teori Manajemen Keuangan. Edisi Revisi. Jakarta: LPFEUI. Susilowati, Yeye, “pengaruh PER terhadap faktor fundamental perusahaan (dividend payout ratio, EPS, dan resiko)”. 2003. Weston, J. Fred dan Brigham, F. Eugene. 1997. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kesembilan. Jilid II. Jakarta: Erlangga. Weston, J. Fred dan Thomas F Copeland. 1999. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi revisi yang disempurnakan. Jakarta: Erlangga. Winarni, Yuli, “Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Earning Per Share”.2003. Yunina, SE.,M.Si, Ak,. Nazir, SE., M.Si dan Ghazali Syamni, SE., M.Sc, “Pengaruh Return on Assets Dan Return on Equity terhadap Earning Per Share”. 2009. 88 LAMPIRAN 1 : Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian Daftar Nama Perusahaan Manufaktur No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Nama Perusahaan PT.Aqua Golden Missisippi TBK PT.Astra Graphia TBK. PT.Delta Djakarta TBK PT.Duta Pertiwi Nusantara Tbk PT.Dynaplast Tbk PT.Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk PT.Fast Food Indonesia Tbk PT.Gudang Garam Tbk PT.Goodyear Indonesia Tbk PT.Intan Wujaya Internasional Tbk PT.Pan Brother Tex Tbk PT.Semen Gresik Tbk PT.Unilever Indonesia Tbk PT.Selamat Sampoerna Tbk PT.Mustika Ratu Tbk Kode Saham AQUA ASGR DLTA DPNS DYNA HMSP FAST GGRM GDYR INCI PBRX SMGR UNVR SMSM MRAT LAMPIRAN 2 : Perhitungan Data Mentah Financial Leverage EMITEN 2006 AQUA ASGR DLTA DPNS DYNA HMSP FAST GGRM GDYR INCI PBRX SMGR UNVR SMSM MRAT 0,431185 0,493956 0,238873 0,158217 0,582956 0,542907 0,404004 0,393798 0,381703 0,118942 0,796559 0,255488 0,486248 0,042372 0,158969 2007 2008 2009 0,423516 0,497122 0,221916 0,217214 0,565869 0,485595 0,400535 0,409104 0,483277 0,131625 0,828447 0,210874 0,49486 0,044039 0,120456 0,411032 0,604216 0,24963 0,262919 0,581295 0,501034 0,385104 0,355323 0,709753 0,090404 0,896453 0,22911 0,522376 0,043303 0,094061 0,422189 0,53869 0,227595 0,219959 0,53318 0,467184 0,394973 0,341931 0,619548 0,081494 0,840649 0,205157 0,480008 0,03666 0,099672 Price Earning Ratio EMITEN 2006 2007 2008 2009 AQUA ASGR DLTA DPNS DYNA HMSP FAST GGRM GDYR INCI PBRX SMGR UNVR SMSM MRAT 24,47 11,04 6,07 34,78 23,22 15,66 12,27 10,07 12,57 (9,58) 4,09 19,59 24,51 6,56 13,34 20,30 4,32 3,82 (58,73) 14,44 9,11 11,04 4,35 252,45 18,58 (1,32) 9,81 24,72 6,59 13,58 31,28 6,35 9,71 24,63 3,57 9,27 12,57 12,56 3,12 4,64 1,34 13,95 27,75 6,87 15,06 31,28 7,05 10,97 28,97 3,83 12,03 13,29 13,99 3,12 15,27 1,38 14,78 28,38 7,73 11,79 Return on Asset EMITEN 2006 2007 2008 2009 AQUA ASGR DLTA DPNS DYNA HMSP FAST GGRM GDYR INCI PBRX SMGR UNVR SMSM MRAT 10,03 13,95 10,52 3,50 0,35 42,22 19,85 7,38 8,06 (2,90) 2,47 24,77 53,28 15,06 6,96 10,75 15,26 11,25 (4,83) 1,46 34,09 22,90 9,21 10,55 1,84 3,55 30,07 52,90 15,39 3,88 11,76 9,98 16,86 1,11 0,67 35,93 21,40 11,03 0,65 2,54 (4,30) 33,85 53,01 14,70 4,66 9,72 8,31 15,10 2,47 7,36 32,00 19,59 13,73 13,33 0,91 4,07 28,32 44,64 12,11 3,62 Debt Equity Ratio EMITEN 2006 2007 2008 2009 AQUA ASGR DLTA DPNS DYNA HMSP FAST GGRM GDYR INCI PBRX SMGR UNVR SMSM MRAT 0,77 0,98 0,31 0,20 1,71 1,21 0,68 0,65 0,62 0,13 3,73 0,35 0,95 0,71 0,19 0,74 0,99 0,29 0,29 1,63 0,94 0,67 0,69 0,94 0,15 4,85 0,27 0,98 0,61 0,14 0,71 1,53 0,34 0,38 1,79 1,00 0,63 0,55 2,45 0,10 8,69 0,30 1,10 0,53 0,10 0,74 1,17 0,30 0,30 1,46 0,88 0,65 0,52 1,63 0,09 5,29 0,26 0,92 0,57 0,11 EMITEN AQUA ASGR DLTA DPNS DYNA HMSP FAST GGRM GDYR INCI PBRX SMGR UNVR SMSM MRAT Earning Per Share 2006 2007 2008 2009 3.711.590.000 5.007.630.000 6.255.430.000 5.869.540.000 41.200.000 53.440.000 46.330.000 3.490.000 2.703.040.000 2.955.730.000 5.230.340.000 4.786.620.000 29.040.000 (8.510.000) 4.160.000 9.490.000 (21.220.000) 2.460.000 10.000 168.240.000 805.500.000 826.840.000 888.720.000 841.490.000 154.460.000 229.780.000 280.710.000 310.340.000 523.790.000 750.270.000 977.340.000 1.286.540.000 619.430.000 1.034.130.000 19.810.000 230.940.000 (25.570.000) 21.370.000 18.970.000 7.860.000 21.880.000 55.310.000 (92.620.000) 75.440.000 2.184.130.000 299.320.000 425.450.000 406.010.000 225.630.000 257.490.000 315.500.000 298.610.000 44.180.000 46.310.000 45.970.000 41.700.000 30.730.000 19.880.000 21.250.000 18.770.000 LAMPIRAN 3 : Hasil Output Pengujian Regresi Linier Berganda Tabel Deskripsi Data Variabel Financial Leverage, Price Earning Ratio, Return On Asset dan Debt Equity Ratio Terhadap Earning Per Share N FL (X1) PER (X2) ROA (X3) DER (X4) EPS (Y) Valid N (listwise) Minimum 60 60 60 60 60 Maximum .04 -58.73 -4.83 .09 -9.E7 Mean .90 252.45 53.28 8.69 6.E9 Std. Deviation .3744 15.4708 14.3817 1.0410 8.57E8 .21517 33.66018 14.38640 1.41756 1.586E9 60 b Model Summary Std. Error of the Model R 1 R Square .700 a Adjusted R Square .489 Estimate .452 Durbin-Watson 16.438214 2.260 a. Predictors: (Constant), DERX4, ROAX3, PERX2, FL (X1) b. Dependent Variable: EPSY b ANOVA Model 1 Sum of Squares Regression Residual Total df Mean Square 14249.831 4 3562.458 14861.819 55 270.215 29111.650 59 a. Predictors: (Constant), DERX4, ROAX3, PERX2, FL (X1) b. Dependent Variable: EPSY F 13.184 Sig. .000 a Coefficients Unstandardized Standardized Collinearity Coefficients Coefficients Statistics Model 1 B (Constant) Std. Error 5.995 6.720 FL (X1) .585 .243 PERX2 .109 ROAX3 DERX4 a. Dependent Variable: EPSY Charts a Beta t Sig. Tolerance VIF .892 .376 .566 2.409 .019 .168 5.953 .102 .109 1.069 .290 .899 1.112 .682 .103 .688 6.631 .000 .862 1.161 -.519 .236 .522 2.202 .032 .165 6.058 NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test FL (X1) N a Normal Parameters Most Extreme Differences Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. 60 3.7442541E1 2.15174920E1 .098 .098 -.080 .758 .614 PERX2 ROAX3 DERX4 EPSY 60 60 60 60 3.71500E1 3.76833E1 3.80583E1 3.78500E1 2.243408E 2.221301E 2.213045E1 2.233055E1 1 1 .087 .083 .091 .098 .087 .083 .082 .098 -.082 -.080 -.091 -.066 .670 .644 .706 .756 .760 .802 .702 .617