Hukum Internasional dalam Perspektif Indonesia sebagai Negara

advertisement
JURNAL OPINIO JURIS
Vol. 12  Januari—April 2013
RESENSI BUKU
Judul
: Hukum Internasional dalam Perspektif Indonesia
Sebagai Negara Berkembang
Penulis buku
: Prof. Hikmahanto Juwana
Penerbit
: Gramedia
Bahasa
: Indonesia
Jumlah halaman : 214
Pembuat resensi : Eka Aqimuddin
Hukum Internasional: Netral atau Berpihak?
Membaca
buku
kumpulan
tulisan Hikmahanto Juwana soal
hukum internasional ini, pikiran
saya melesat ke buku tulisan karya
Martii Koskenniemi, From Apology to
Utopia: The Structure of Legal
Argument. Meski Hikmahanto tidak
menyebut Koskenniemi sebagai
salah satu sumber tulisannya,
namun secara substansi saya kira
kedua buku tersebut memiliki ide
yang
sama
bahwa
hukum
internasional tidak netral.
Bagi
Koskenniemi,
hukum
internasional
tak
lebih
dari
kontestasi kekuatan politik para aktor politik (khususnya negara)
internasional.
“It now seems to me that the concepts and structures of international
law, elaborated in this book, are not something that political actors may
choose to apply or ignore at will. They are the condition of possibility
93
JURNAL OPINIO JURIS
Vol. 12  Januari—April 2013
for the existence of something like a sphere of the ‘‘international’’ as one
for asserting and contesting political power, making and challenging
claims of right and legitimacy that may be analysed as claims about
legal justice. If international law did not exist, political actors would
need to invent it.”
Hikmahanto Juwana dalam bukunya beranjak dari hipotesis adanya
perbedaan kepentingan ekonomi antara negara maju dan berkembang
untuk memahami hukum internasional. Fakta-fakta tersebut dapat dilihat
dari instrumen hukum internasional di bidang ekonomi. Tidak hanya itu,
konsep-konsep dalam hukum internasional seperti, Res Nullius atau Res
Communnis juga dimaknai oleh Hikmahanto sebagai pertarungan
kepentingan ekonomi antarnegara.
Sehingga sangat logis jika pembahasan bab selanjutnya dari buku ini
adalah bagaimana hukum internasional dimaknai sebagai instrumen
politik oleh para negara. Pada titik inilah, saya kira bertemulah pemikiran
antara Koskenniemi dan Hikmahanto. Sebagian pakar hukum
internasional masih memandang bahwa hukum internasional, selayaknya
ilmu hukum, merupakan ilmu yang netral dari kepentingan-kepentingan.
Paham seperti itu merupakan pengaruh aliran positivisme dalam ilmu
hukum yang memandang bahwa hukum internasional juga harus bebas
dari nilai-nilai di luar hukum.
Padahal realitas berkata lain, hukum internasional sangat penuh
dengan kepentingan-kepentingan politik negara-negara. Pertarungan
kepentingan antarnegara tersebut dapat dilihat dalam forum-forum
internasional saat pembentukan suatu perjanjian internasional. Maka
sangat masuk akal jika perjanjian internasional dapat dimaknai sebagai
pertarungan kepentingan.
Hikmahanto Juwana tidak berhenti pada titik itu. Beliau berusaha
untuk membongkar (dekonstruksi) hukum internasional itu sendiri.
Meminjam metode dari aliran Critical Legal Studies (CLS), beliau ingin
menunjukan hipotesisnya bahwa hukum internasional itu tidak bebas
94
JURNAL OPINIO JURIS
Vol. 12  Januari—April 2013
nilai. Dengan metode trashing, deconstruction dan genealogy, Hikmahanto
berhasil menunjukkan bahwa hukum internasional itu dapat dipahami
dengan pendekatan lain sehingga bisa memperkaya pemahaman
masyarakat (hal 6-8)
Pemahaman Hikmahanto soal hukum internasional ini coba ia
tularkan dengan mengkritisi model pendidikan dan pengajaran hukum
internasional di kampus-kampus. Melihat realitas kekinian yang selalu
bersinggungan dengan hukum internasional, mau tidak mau membuat
semua pihak peduli dengan hukum internaisonal. Pada titik inilah
penting untuk memberikan pendidikan dan pengajaran hukum
internasional melalui pendekatan kritis dan juga praktik-praktik yang
berkaitan dengan Indonesia. Dengan demikian, pihak yang mempelajari
hukum internasional tidak merasa terpisah (terasing) dengan apa yang
dipelajarinya. Sangat tepat apabila pembahasan soal ini dijadikan
penutup dalam buku ini.
Buku kumpulan tulisan Hikmahanto Juwana ini secara garis besar
sangat baik. Namun, pembaca tidak akan mendapatkan pembahasan ide
dari beliau secara utuh mengenai hukum internasional karena hanya
merupakan kumpulan-kumpulan tulisan.
“
Laws are like sausages. It is better not to see them being made.
- Otto von Bismarck -
”
95
Download