BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan lebih

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan diuraikan lebih mendalam mengenai teori-teori yang
menjelaskan tentang kecerdasan sosial, kepuasan, kerjasama tim, small group discussion
dan hubungan antara kecerdasan sosial dengan kepuasan kerjasama tim.
A. Kepuasan Kerjasama Kelompok
1. Pengertian Kepuasan Kerjasama Kelompok dalam SGD
Menurut Cremer dan Siregar (1993) bekerjasama adalah suatu keadaan ketika
sekelompok orang bekerja untuk mencapai tujuan bersama. Cremer dan Siregar (1993)
juga menjelaskan pengertian kelompok adalah beberapa orang yang berkumpul untuk
bekerjasama, belajar bersama, membahas suatu masalah ataupun hanya bersantai
bersama-sama. Menurut Robbins dan Judge (2012) kelompok adalah dua individu atau
lebih, yang berinteraksi dan saling bergantung, bergabung, untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu. Kelompok (group) adalah dua atau lebih individu yang berinteraksi satu dengan
yang lain untuk mencapai tujuan bersama. (Ivancevich, Konopaske & Matteson, 2006).
Taylor, Peplau dan Sears (2009) menjelaskan pengertian kelompok (group) adalah
orang-orang yang interdependen dan saling mempengaruhi satu sama lain. Menurut Shaw
(1981) kelompok adalah dua orang atau lebih yang saling berinteraksi satu sama lain
sedemikian rupa, saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh satu sama lainnya. Menurut
Sarwono dan Meinarno (2009), terbentuknya kelompok ada syarat fisik yang harus
terpenuhui, seperti beberapa individu yang berinteraksi dan saling tergantung untuk
mencapai tujuan bersama, serta ada pula persyaratan non fisisk, seperti persepsi sebagai
14
15
satu kesatuan serta perasaan sebagai bagaian dari kelompok. Kelompok merupakan dua
orang atau lebih yang saling berinteraksi, mempengaruhi satu sama lain dan menganggap
satu sama lain sebagai kita (Myers, 2009).
Menurut Resbult dalam Taylor, dkk (2009) kepuasan adalah seseorang akan
merasa puas jika suatu hubungan tersebut lebih banyak menguntungkan dari pada
merugikan individu tersebut. Menurut Sardiman (2003), kepuasan adalah perasaan
gembira, perasaan ini dapat menjadi positif yaitu timbul jika individu mendapatkan
penghargaan terhadap dirinya. Menurut Sirgy (2012), kepuasan hidup adalah
konseptualisasi kebahagiaan atau kesejahteraan subjektif yang melibatkan penilaian dari
pemenuhan dari kebutuhan seseorang, tujuan, dan keinginan. Menurut Firsch dalam
Sirgy (2012) ranah kepuasan dikonsepkan dalam 16 dimensi yaitu, kesehatan, harga diri,
tujuan dan nilai-nilai, uang, kerja, bermain, belajar, kreativitas, membantu, cinta,
pertemanan, anak-anak, kerabat, keluarga, lingkungan, dan masyarakat. Meningkatnya
kedekatan persahabatan memberi tantangan pada remaja untuk menguasi kemampuan
sosial yang lebih baik (Santrock, 2003).
Menurut Shaw (1981) kelompok kecil (small group) adalah kelompok yang
mempunyai 20 atau sedikit anggota, meskipun dalam kebanyakan kasus akan ada dengan
kelompok yang memiliki lima atau lebih sedikit anggota. Kelompok kecil adalah
kumpulan dari beberapa peserta didik yang berinteraksi dan bekerjasama untuk mencapai
tujuan pembelajaran (Amin & Eng, 2003). Menurut Amin dan Eng (2003), diskusi
kelompok kecil terdiri dari lima hingga sepuluh orang siswa di dalam kelompok tersebut.
Menurut Slavin (2008) diskusi kelompok kecil (small group discussion) merupakan
diskusi yang dilakukan dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan empat sampai
enam orang siswa yang bekerja untuk mendiskusikan topik tertentu. Menurut Uno dan
16
Mohamad (2012), metode diskusi kelompok merupakan metode yang menghendaki agar
siswa dan guru serta siswa dengan siswa lainnya terjadi interaksi dan saling bertukar
informasi dalam memecahkan masalah. Metode diskusi kelompok mendorong siswa untuk
berinteraksi dan membantu memahami pendapat berbeda yang mungkin muncul selama
kegiatan berlangsung. Diskusi kelompok juga mendorong siswa untuk menghargai
perbedaan pendapat.
Menurut Makmun (2007) metode diskusi adalah metode yang mana guru dan
siswa, bahkan antarsiswa terlibat dalam proses interaksi secara aktif dan ada timbal balik
dua arah baik dalam perumusan masalah, penyampainan informasi, pembahasan, dan
dalam pengambilan keputusan. Menurut Hasibuan dan Moedjiono (1999) metode diskusi
merupakan suatu cara penyajian pelajaran yang mana guru memberi kesempatan kepada
para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan diskusi ilmiah untuk
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternative
pemecahan atas suatu masalah. Menurut Armstrong (2013), penggunaan kelompok kecil
adalah inti dari model pembelajaran kooperatif. Kelompok kecil biasanya bekerja paling
efektif ketika memiliki tiga sampai delapan anggota.
Jadi dapat disimpulkan kepuasan kerjasama kelompok dalam SGD perasaan
positif yang dirasakan individu dalam berinteraksi dan bekerjasama untuk mencapai
tujuan bersama di dalam diskusi kelompok SGD yang diikuti oleh sekelompok
mahasiswa dengan jumlah 10 sampai 13 orang.
2. Aspek Kerjasama Kelompok
Menurut Cremer dan Siregar (1993) aspek dalam kerjasama kelompok adalah:
17
a. Pembagian kerja yang jelas dan sesuai kepada anggota-anggota kelompok.
Setiap anggota kelompok diberi kesempatan untuk menyumbangkan ketrampilan
dan pengetahuannya yang khusus.
b. Gaya kepemimpinan yang diterapkan
Pemimpin yang paternalis dan otoriter cenderung untuk memaksakan agar setiap
anggota kelompok memberikan hasil yang nyata sesuai dengan target. Gaya
kepemimpinan laissez-faire berarti pemimpin tidak memberikan pengarahan sama
sekali kepada kelompok dan memberikan anggota-anggotanya bertindak sebagimana
mempunyai pola kerja dan tujuan yang jelas. Gaya kepemimpinan demokratis
merupakan pimpinan kelompok mampu memotivasi para anggota agar mereka
menghasilkan prestasi yang terbaik dan merupakan gaya kepemimpinan yang paling
efektif. Menurut Taylor, dkk (2009) pemimpin kelompok adalah orang yang memiliki
pengaruh besar terhadap perilaku dan keyakinan kelompok. Menurut Taylor, dkk
(2009) pemimpin harus melakukan dua jenis kegiatan. Pertama kepemimpinan tugas
yaitu mengarahkan dan menata kelompok untuk mencapai tujuan atau menyelesaikan
tugas. Kedua kepemimpinan sosial yaitu menjaga kesejahteraan sosial dan emosional
dari anggota kelompok.
c. Komunikasi timbal balik di antara anggota kelompok maupun di antara anggota
kelompok dan pemimpinnya.
Adanya komunikasi yang baik, setiap masalah yang dihadapi kelompok dapat
dimengerti secara baik dan setiap anggota kelompok dapat memahami bagaimana dia
dapat membantu kearah pemecahan masalah. Menurut Kartono (2006), komunikasi
adalah kapasitas individu atau kelompok untuk menyampaikan perasaan, pikiran, dan
kehendak kepada individu dan kelompok lain. Menurut Devito (1997), komunikasi
18
merupakan tindakan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih dalam mengirim dan
menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan, terjadi dalam suatu konteks tertentu,
mempunyai pengaruh tertentu, dan adanya umpan balik. Menurut Devito (1997), jenisjenis komunikasi dibagi menjadi:
1. Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi dengan diri sendiri, melalui
komunikasi ini seseorang lebih dapat mengenal diri sendiri, mengevaluasi diri
sendiri, meyakinkan diri sendiri, mempertimbangkan keputusan yang akan diambil,
dan menyiapkan pesan-pesan yang akan disampaikan kepada orang lain.
2. Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara dua orang, melalui komunikasi
ini seseorang berinteraksi dengan orang lain, mengenal orang lain dan diri sendiri,
dan mengungkapkan diri pada orang lain.
3. Komunikasi kelompok kecil adalah komunikasi dalam sekelompok kecil orang,
melalui komunikasi ini seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain dalam
kelompok, memecahkan masalah, mengembangkan gagasan baru, dan berbagi
pengetahuan dan pengalaman.
4. Komunikasi organisasi adalah komunikasi dalam suatu organisi formal, melalui
kominikasi ini seserang dapat meningkatkan produktivitas, membangkitkan
semangat kerja, dan memberikan informasi.
5. Komunikasi publik adalah komunikasi dari pembicara kepada kyalayak, melalui
komunikasi ini seseorang dapat memberikan informasi, meyakinkan, dan
menghibur.
6. Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang dari budaya yang
berbeda, melalui komunikasi ini seseorang dapat mengenal, berhubungan,
mempengaruhi, bermain, dan membantu orang lain.
19
7. Komunikasi masa adalah komunikasi yang diarahkan kepada khalayak yang sangat
luas, disalurkan melalui sarana audio atau visual, melalui komunikasi ini dapat
digunakan untuk menghibur, memberikan informasi, mengukuhkan status, dan
menciptakan rasa persatuan.
Menurut Sarwono dan Meinarno (2009), iklim komunikasi juga berperan penting
dalam mempengaruhi tingkah laku anggota kelompok. Iklim komunikasi yang
kooperatif akan membuat kelompok merasa bebas untuk berkomunikasi secara jujur
dan komunikasi ditujukan untuk membahas kerja kelompok. Komunikasi defensif
(kompotititf) menyebabkan iklim komunikasi yang berkembang menjadi membuat
anggota saling tidak percaya, dan saling bersaing.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa syarat dalam kerjasama
kelompok adalah pembagian kerja yang jelas dan sesuai, gaya kepemimpinan, dan
komunikasi timbal balik anatar anggota dan pemimpin. Komunikasi merupakan
tindakan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih dalam mengirim dan menerima
pesan. Jenis-jenis komunikasi dibagi menjadi komunikasi intrapribadi, antarpribadi,
kelompok kecil, organisasi, public, antarbudaya, dan masa.
3. Karakteristik Kelompok
Menurut Ivancevich, dkk (2006), karakteristik kelompok terdiri dari:
a. Kelompok dapat terbentuk ketika dua atau lebih individu saling berinteraksi
b. Kelompok menyediakan struktur untuk pekerjaan dan interaksi di antara
anggotanya.
c. Anggota kelompok dapat menampilkan peran teknis spesifik, kepemimpinan,
penyelesaian masalah, dan sisi emosional.
20
d. Setiap anggota kelompok memiliki sasaran bersama.
Menurut Taylor, dkk (2009), karakteristik kelompok terdiri dari:
a. Individu dalam kelompok saling berhubungan dan memiliki potensi untuk
melakukan interaksi bersama-sama.
b. Anggota kelompok melakukan kontak tatap muka secara teratur.
c. Individu dalam kelompok saling bergantung, yaitu saling memengaruhi satu sama
lain.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan karakteristik kelompok terdiri atas
individu dalam kelompok saling berinteraksi, di dalam kelompok terdapat struktur
kelompok, anggota kelompok saling melakukan kontak tatap muka, anggota
kelompok dapat menampilkan peran teknis spesifik, kepemimpinan, penyelesaian
masalah, dan sisi emosional, serta anggota kelompok memiliki sasaran bersama.
4. Jenis-Jenis Kelompok
Menurut Ivancevich, Konopaske dan Matteson (2006), jenis-jenis kelompok terdiri
dari dua yaitu kelompok formal (formal group) dan kelompok informal.
a. Kelompok Formal
Kelompok formal adalah sebuah kelompok yang dibentuk oleh menajemen
untuk mencapai sasaran organisasi. Menurut Robbins dan Judge (2012) kelompok
formal adalah kelompok-kelompok yang didefinisikan oleh struktur organisasi,
dengan penentuan tugas berdasarkan penunjukan penugasan kerja. Kelompok
formal terdiri atas :
21
1. Kelompok Perintah
Kelompok yang terbentuk dari sejumlah bawahan yang melapor kepada
seorang atasan tertentu. Kelompok perintah biasanya ditentukan oleh bagan formal
organisasi.
2. Kelompok Tugas
Sekelompok individu yang bekerja sebagai sebuah unit untuk menyelesaikan
sebuah proyek atau tugas kerja. Menurut Robbins dan Judge (2012) kelompok
tugas juga ditentukan secara organisasional, mewakili kelompok yang bekerja
bersama-sama untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
b. Kelompok Informal
Kelompok informal adalah kelompok-kelompok yang dibentuk individu dan
berkembang disekitar minat yang sama dan pertemanan, dan tidak muncul dengan
sengaja (Ivancevich, Konopaske dan Matteson, 2006). Menurut Robbins dan Judge
(2012) kelompok informal adalah perhimpunan yang tidak terstruktur secara
formal maupun secara organisasional. Kelompok informal terdiri atas:
1. Kelompok Minat
Sebuah kelompok yang terbentuk karena sejumlah minat dan topik tertentu
yang khusus. Ketika minat ini menurun atau sasaran sudah tercapai maka
kelompok ini akan bubar. Menurut Robbins dan Judge (2012), kelompok minat
adalah individu yang bekerja secara bersama-sama untuk mencapai tujuan dan
kepentingan masing-masing.
2. Kelompok Pertemanan
Kelompok informal yang terbentuk di lingkungan kerja karena adanya
beberapa karakteristik umum yang sama dari para anggotanya, dan dapat
22
mengembangkan interaksi dari para anggota hingga sampai ke aktivitas di luar
kerja. Kelompok-kelompok ini adalah formasi alami dalam lingkungan kerja yang
timbul sebagai respon terhadap kebutuhan akan kontak sosial.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan jenis-jenis kelompok terdiri dari
kelompok perintah, kelompok tugas, kelompok minat, dan kelompok pertemanan.
5. Tahap-Tahap Pembentukan Kelompok
Menurut Robbins dan Judge (2012) kelompok biasanya berkembang melalui
sebuah urutan terstandar dalam evolusi, urutan ini disebut model lima tahap
perkembangan kelompok. Ivancevich, dkk (2006), menyebutkan salah satu model
perkembangan kelompok yang paling banyak digunakan mengasumsikan bahwa
kelompok-kelompok berkembang melalui lima tahap perkembangan yaitu:
a. Tahap Pembentukan
Pada tahap ini ditandai dengan adanya ketidakpastian menganai sasaran, struktur,
dan kepemimpinan kelompok. Menurut Robbins dan Judge (2012), tahap pembentukan
selesai ketika anggota kelompok mulai menganggap diri mereka sebagai bagaian dari
kelompok. Pada tahap pembentukan partisipasi anggota kelompok masih sedikit dan
bergantung pada pemimpin atau peraturan yang umum (Tuckman dalam Sarwono dan
Meinarno, 2009).
b. Tahap Konflik
Tahap konflik dalam perkembangan kelompok ditandai dengan banyaknya
konfrontasi. Tahapan ini biasanya tahap yang emosional, muncul kompetisi antar
anggota kelompok demi mendapatkan penugasan yang diharapkan dan perselisihan
pendapat mengenai perilaku-perilaku terkait tugas dan tanggung jawab seseorang. Pada
23
tahap ini diskusi dan perdebatan antar anggota sambil saling menilai satu sama lain
umum (Tuckman dalam Sarwono dan Meinarno, 2009). Menurut Robbins dan Judge
(2012), ketika tahap konflik selesai, terdapat sebuah hierarki yang relative jelas atas
kepemimpinan dalam kelompok.
c. Tahap Pembentukan Norma
Tahapan ini ditandai dengan adanya kerjasama dan kekompokan. Tahap ini juga
merupakan tahap kohesivitas kelompok mulai berkembang secara signifikan. Pada
tahap ini mulai muncul ketertarikan, komitmen, serta perasaan terhadap identitas
kelompok dan pertemanan di dalamnya. Pada tahap pembentukan norma juga
ditentukan cara, norma, aturan, hak, dan kewajiban yang akan dijadikan rujukan umum
(Tuckman dalam Sarwono dan Meinarno, 2009). Tahap ini selesai ketika struktur
kelompok menjadi kuat dan menyesuaikan diri atas perilaku anggota kelompok
(Robbins dan Judge, 2012).
d. Tahap Penunjukan Kinerja
Tahap saat kelompok berfungsi sepenuhnya. Struktur kelompok telah ditetapkan,
dan setiap anggota memahami dan menerima perannya masing-masing dengan baik.
Kelompok memusatkan energi, usaha-usaha, dan komitmen mereka pada pencapaian
tugas yang harus mereka lakukan. Pada tahap ini energi kelompok telah berpindah dari
saling mengenal dan memahami menjadi mengerjakan tugas yang ada (Robbin dan
Jugde, 2012).
e. Tahap Pembubaran
Tahap pembubaran merupakan tahap berakhirnya aktivitas kelompok. Pada
kelompok-kelompok sementara, seperti kelompok proyek, kelompok tugas, dan
kelompok lainnya yang serupa, tahap ini meliputi terjadinya perpecahan atau
24
perpisahan. Aktivitas-aktivitas yang rutin dilakukan telah selesai dan kelompok
memusatkan perhatian pada proses penutupan. Menurut Robbins dan Judge (2012),
pada tahap pembubaran kinerja tugas yang tinggi tidak lagi menjadi prioritas tertinggi
kelompok, namun lebih diarahkan untuk menyelesaikan aktivitas dalam kelompok.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap pembentukan
kelompok adalah tahap pembentukan, tahap konflik, tahap pembentukan norma, tahap
pembentukan kinerja, dan tahap pembubaran.
6. Faktor-faktor yang mendorong kepuasan kerja
Menurut Sunarto (2004) faktor-faktor yang mendorong kepuasan kerja:
a. Kerja yang secara mental menantang
Individu cenderung lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka
kesempatan untuk menggunakan ketrampilan dan kemampuan mereka dan
menawarkan beragam tugas, kebebasan, dan umpan balik menganai betapa meraka
bekerja. Karakteristik ini membuat kerja secara mental menantang. Pekarjaan mental
yang kurang menantang menciptakan kebosanan, namun pekerjaan yang terlalu banyak
menantang menciptakan frustasi dan perasaan gagal. Pada kondisi tantangan yang
sedang, kebanyakan individu akan mengalami kesenangan dan kepuasan.
b. Ganjaran yang pantas para karyawan
Para karyawan yang menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang
mereka persepsikan sebagai adil, tidak meragukan, dan segaris dengan pengharapan
mereka. Bila upah dilihat adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat
ketrampilan individu, dan standar pengupahan komunitas, kemungkinan besar akan
dihasilkan kepuasan. Sebagian orang juga tidak mengejar upah. Banyak orang yang
25
bersedia mendapatkan uang yang lebih sedikit untuk bekerja pada lokasi yang
diinginkan.
c. Kondisi yang kurang mendukung
Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun
untuk memudahkan mengerjakan tugas yang baik. Temperatur, cahaya, keributan, dan
faktor-faktor lingkungan terlalu panas atau terlalu remang-remang mempengaruhi
kenyamanan karyawan.
d. Rekan kerja yang mendukung
Bagi kebanyakan karyawan juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Memiliki
rekan kerja yang ramah menyebabkan kepuasan kerja menjadi meningkat.
e. Kesesuaian antar kepribadian-pekerjaan
Kecocokan yang tinggi antara kepribadian seseorang dan pekerjaan akan
menghasilkan individu yang lebih terpuaskan.
f. Gen
Disposisi seseorang terhadap hidup positif atau negatif ditentukan oleh bentukan
genetiknya, bertahan sepanjang waktu, dan dibawa serta ke dalam disposisinya
terhadap kerja.pengawasan, tingkat upah saat ini, peluang promosi, dan hubungan
dengan mitra kerja.
Menurut Rivai dan Sagala (2013) faktor-faktor yang mendorong kepuasan kerja:
a. Apabila hasil atau imbalan yang didapat individu tersebut lebih dari yang
diharapkan. Masing-masing individu memiliki target pribadi. Apabila mereka
termotivasi untuk mendapatkan target tersebut, mereka akan bekerja keras.
Pencapaian hasil dari kerja keras tersebut akan membuat individu merasa puas.
26
b. Apabila hasil yang dicapai lebih besar dari standar yang ditetapkan.
Apabila individu memperoleh hasil yang lebih besar dari standar yang ditetapkan
oleh perusahaan, maka individu tersebut memiliki produktivitas yang tinggi dan
layak mendapatkan penghargaan dari perusahaan.
c. Apabila yang didapatkan karyawan sesuai dengan persyaratan yang diminta dan
ditambah dengan ekstra yang menyenangkan konsisten untuk setiap saat serta dapat
ditingkatkan setiap waktu.
Menurut Kreitner dan Kinicki (2014) terdapat lima model utama yang berfokus
pada berbagai penyebab, yaitu sebagai berikut.
a. Pemenuhan kebutuhan
Model ini dimaksudkan bahwa kepuasan ditentukan oleh tingkat karakteristik
pekerjaan memberikan kesempatan pada individu untuk memenuhi kebutuhannya.
b. Perbedaan
Model ini menyatakan bahwa kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi harapan.
Pemenuhan harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang diharapkan dan yang
diperoleh individu dari pekerjaannya. Jika harapan lebih besar daripada yang diterima,
maka individu tidak puas. Sebaliknya diperkirakan individu akan puas apabila mereka
menerima manfaat di atas harapan.
c. Pencapaian nilai
Kepuasan merupakan hasil dari persepsi pekerjaan memberikan pemenuhan nilai
kerja individual yang penting.
d. Keadilan
Model ini dimaksudkan bahwa kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil
individu diperlakukan di tempat kerja. Kepuasan merupakan hasil dari persepsi orang
27
bahwa perbandingan antara hasil kerja dan inputnya relatif lebih menguntungkan
dibandingkan dengan perbandingan antara keluaran dan masukan pekerjaan lainnya.
e. Komponen genetik
Beberapa rekan kerja atau teman tampak puas terhadap variasi lingkungan kerja,
sedangkan lainnya kelihatan tidak puas. Model ini didasarkan pada keyakinan bahwa
kepuasan kerja sebagian merupakan fungsi sifat pribadi dan faktor genetik. Model
menyiratkan perbedaan individu hanya mempunyai arti penting untuk menjelaskan
kepuasan kerja seperti halnya karakteristik lingkungan pekerjaan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi
kepuasan kerja adalah kerja yang mantang, ganjaran yang pantas, kondisi yang kurang
mendukung, rekan kerja yang mendukung, kesesuaian antar kepribadian, gen,
pemenuhan kebutuhan, perbedaan, pencapaian nilai, dan keadilan.
7. Langkah-langkah penggunaan metode diskusi
Menurut Hasibuan dan Moedjiono (1999) langkah-langkah penggunaan metode
diskusi sebagai berikut.
a. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan
pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya.
b. Para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi (ketua, sekertaris, pelapor),
mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, dan sebagainya. Pemimpin diskusi
sebaiknya berada ditangan siswa yang :
1. Lebih memahami masalah yang akan didiskusikan.
2. Memiliki wibawa dan disenangi teman kelompok.
3. Lancar berbicara.
28
4. Bertindak tegas, adil, dan demokratis.
Tugas pemimpin diskusi adalah sebagai berikut:
1. Pengatur dan pengarah diskusi.
2. Mengatur arah pembicaraan.
3. Penengah dan menyimpulkan berbagai pendapat.
c. Siswa berdiskusi dalam kelompok masing-masing, sedangkan guru berkeliling dari
satu kelompok ke kelompok yang lain, memberikan dorongan atau bantuan agar
setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif, dan agar diskusi berjalan lancer.
d. Tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil tersebut ditanggapi oleh siswa
terutama kelompok lain.
e. Siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari
setiap kelompok.
Menurut Slavin (2008) langkah-langkah diskusi kelompok kecil sebagai berikut.
a. Diskusi kelompok kecil dilakukan setelah penyajian informasi melalui pelajaran
yang diberikan oleh guru, buku, atau video, atau setelah siswa mencari informasi
bagi diri sendiri di perpustakaan atau internet.
b. Masing-masing kelompok harus memiliki ketua dan juru tulis yang ditunjuk oleh
guru. Ketua sebaiknya adalah siswa yang bertanggung jawab dan tertata dengan baik,
tetapi sebaiknya tidak selalu merupakan siswa yang berpencapaian tertinggi. Peran
ketua dalam masing-masing kelompok diskusi adalah memastikan agar kelompok
tetap berada pada topik dan pertanyaan yang diberikan kepadanya serta memastikan
agar semua anggota kelompok berpartisipasi. Juru tulis kelompok dapat ditunjuk
untuk menuliskan gagasan-gagasan kelompok tersebut.
29
c. Kelompok dapat mendiskusikan topik yang sama, atau masing-masing dapat
mendiskusikan sub-topik yang berbeda dari suatu topik yang lebih besar yang sedang
dipelajari seluruh siswa di kelas tersebut.
d. Pada akhir diskusi, anggota-anggota kelompok menyiapakan laporan tentang
kegiatan atau kesimpulan kelompok untuk disajikan kepada siswa-siswa lain dalam
kelas tersebut.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan langkah-langkah penggunaan metode
diskusi adalah diskusi kelompok kecil dilakukan setelah penyajian informasi melalui
pelajaran yang diberikan oleh guru, buku, atau video, lalu masing-masing kelompok
harus memiliki ketua dan juru tulis, siswa berdiskusi dalam kelompok sedangkan guru
berkeliling dari satu kelompok ke kelompok yang lain, dan pada akhir diskusi anggotaanggota kelompok menyiapakan laporan tentang kegiatan atau kesimpulan kelompok.
8. Keuntungan menggunakan metode diskusi
Menurut Makmun (2007) keuntungan menggunakan metode diskusi adalah
a. Memungkinkan penguasaan perilaku kognitif yang lebih tinggi
b. Menumbuhkan sikap saling memahami, tenggang rasa, mengendalikan diri melalui
proses sosialisasi yang demokratis.
c. Menguatkan daya ingat, memudahkan transfer, menumbuhkan motif intrinsik untuk
belajar.
d. Memupuk semangat kerjasama dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
melalui proses berfikir secara kelompok.
Menurut Amin dan Eng (2003), pembentukan kelompok kecil memiliki beberapa
keuntungan sebagai berikut.
30
a. Produksi kualitas kerja yang lebih tinggi,
b. Pengambilan keputusan yang lebih baik dari pada keputusan individu.
c. Dapat melakukan tugas-tugas yang lebih rumit.
d. Dapat belajar dari anggota kelompok lainnya.
e. Dapat belajar berbicara, mendengarkan, menulis, dan membaca.
f. Memperluas strategi pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan keuntungan metode diskusi adalah
memungkinkan penguasaan perilaku kognitif, menumbuhkan sikap saling memahami serta
tenggang rasa, menguatkan daya ingat serta menumbuhkan motif intrinsik untuk belajar,
memupuk semangat kerja, kualitas kerja yang lebih tinggi, pengambilan keputusan yang
lebih baik, dapat melakukan tugas-tugas yang lebih rumit, belajar berbicara dan
mendangarkan, serta memperluas strategi pembelajaran.
Pada penelitian ini dilakukan penggabungan dua teori untuk mengukur kepuasan
kerjasama kelompok dalam SGD. Teori yang digunakan adalah teori Cremer dan Siregar
(1993) dari aspek kerjasama kelompok dan teori Krietner dan Kinicki (2014) dari faktor
yang mempengaruhi kepuasan kerja.
B. Kecerdasan Sosial
1. Pengertian Kecerdasan Sosial
Menurut Buzan (2002), kecerdasan sosial merupakan sejauh mana individu bergaul
dan berhubungan dengan orang lain di sekitar kita. Menurut Gardner (2003), kecerdasan
interpersonal atau kecerdasan sosial merupakan kemampuan inti untuk mengendalikan
perbedaan. Secara khusus perbedaan besar dalam suasana hati, temperamen, motivasi,
dan kehendak. Kecerdasan sosial merupakan kemampuan seseorang untuk berhubungan
31
efektif dengan orang lain (Robbins & Judge, 2012). Menurut Goleman (2001), kecerdasan
sosial adalah kemampuan untuk memahami orang lain, memotivasi orang lain, dan
bekerjasama dengan orang lain. Menurut Zuchdi (2010), kecerdasan sosial berupa
keterampilan atau kecakapan sosial, mencakup kecakapan berkomunikasi dan
bekerjasama.
Jadi kecerdasan sosial dapat disimpulkan sebagai suatu ketrampilan yang dimiliki
oleh seseorang yang digunakan untuk memahami orang lain, memberikan motivasi, serta
mampu bekerjasama dengan orang lain.
2. Aspek-Aspek Kecerdasan Sosial
Menurut Goleman (2007) membagi kecerdasan sosial dalam dua ranah besar
yaitu kesadaran sosial dan fasilitas sosial. Di bawah ini penjelasan dari kedua hal
tersebut:
1. Kesadaran sosial
Kesadaran sosial merujuk pada suatu keadaan khusus yang secara instan merasakan
keadaan batiniah orang lain sampai memahami perasaan dan pikirannya sehingga dapat
mengerti situasi sosial yang sulit sekalipun. Kesadaran sosial meliputi:
a. Empati dasar
Empati dasar merupakan kemampuan merasakan emosi orang lain. Empati dasar
menunjukkan perasaan isyarat-isyarat nonverbal dapat dimengerti. Kemampuan ini
dapat menangkap emosi yang muncul dari mimik wajah seseorang sehingga dimengerti
tujuannya. Untuk itu empati dasar digunakan dalam memulai komunikasi.
32
b. Penyelarasan
Penyelarasan merupakan sikap menyesuaikan diri dengan penuh reseptivitas atau
mampu menyelaraskan diri dengan seseorang. Penyelarasan adalah perhatian yang
melampaui empati.
c. Ketepatan empati
Ketepatan empati adalah kecakapan paling esensial dari kecerdasan sosial.
Ketepatan empatik dibangun di atas empati dasar namun menambahkan suatu
pengertian eksplisit tentang apa yang dirasakan serta dipikirkan orang lain.
Pengetahuan yang lebih tepat terhadap kapasitas seseorang memungkinkan empati
menjadi lebih akurat dan dengan begitu membuat kita menjadi lebih baik dalam
menduga apa yang akan dilakukan seseorang. Menurut Somantri (2012), empati
merupakan kemampuan individu untuk menempatkan diri dalam posisi psikologis
orang lain dan memandang situasi dari sudut pandang orang tersebut. Menurut
Goleman (2001), individu yang empati adalah individu yang mampu menyesuaikan
dengan tuntutan orang lain, memiliki ketenangan dan mampu mengelola emosi.
Menurut Mikarsa, Taufik, dan Priyanto (2007), empati adalah kemampuan untuk
merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
d. Pengertian sosial atau kognisi
Kognisi adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang dilakukan dunia sosial.
Kita menggerakkan kemampuan kognisi sosial yang bertujuan untuk mengatasi
perubahan dan perbedaan antarpribadi dan menghindari permasalahan-permasalahan
sosial. Pengetahuan ini bisa membuat perbedaan dalam memahami mengapa sebuah
pernyataan lucu dipahami sebagai sarkasme bagi sebagian orang. Somantri (2012),
33
mengungkapkan insight sosial adalah kemampuan untuk mengambil dan mengerti arti
situasi sosial dan orang-orang yang terlibat dalam situasi sosial tersebut.
2. Fasilitas sosial
Dalam interaksi antar individu atau secara sosial, perasaan dapat merasakan
bagaimana orang lain merasa atau menegrti pikiran mereka belum menjamin suatu
interaksi yang kaya. Fasilitas sosial bertumpu pada kesadaran sosial untuk
memungkinkan interaksi yang efektif. Fasilitas sosial meliputi aspek-aspek :
a. Sinkroni
Sinkroni adalah perilaku penyesuaian diri yang bertujuan untuk penyelarasan
kebersamaan dalam kelompok sosial di dalam kelas. Dengan sinkroni dalam
pembelajaran dapat memungkinkan tercapainya keberhasilan belajar yang berprestasi.
Kegagalan sinkroni merusak kompetensi sosial, membuat interaksi tidak selaras dan
tujuan belajar tidak tercapai.
b. Presentasi diri
Merepresentasikan diri sendiri dengan cara yang tepat merupakan salah satu aspek
yang menunjang tujuan akhir dari hubungan. Karisma merupakan satu aspek dari
presentasi diri. Seorang guru yang memiliki karisma mampu memancarkan emosi
untuk mempengaruhi siswanya. Kemampuan untuk mengendalikan dan menutupi
ekspresi emosi kadang juga penting untuk presentasi diri. Menurut Taylor, dkk (2009)
presentasi diri adalah usaha secara sengaja untuk bertindak dengan cara tertentu yang
menciptakan kesan khusus tentang diri. Menurut Sarwono dan Meinarno (2009),
presentasi diri adalah usaha untuk mengontrol bagaimana orang lain berpikir tentang
kita, sehingga seseorang menampilkan berbagai macam cara mempresentasikan diri
dengan berbagai macam tujuan yang ingin dicapai.
34
c. Pengaruh
Pengaruh merupakan hasil interaksi sosial. Mereka yang mahir menggunakan
pengaruh atas kesadaran sosial dapat memandu tindakan-tindakan mereka. Pengaruh
juga memerlukan pengetahuan sehingga dapat tercapai keberhasilan prestasi
belajarnya. Pertimbangan sosial membuat kecocokan kita dalam situasi apa pun
dimana kita berada, sehingga tidak menimbulkan riak-riak emosi yang tak
menyenangkan dan tidak diharapkan.
d. Kepedulian
Kepedulian
merupakan
salah
satu
tanda
kecerdasan
lain.
Kepedulian
mencerminkan kemampuan seseorang untuk berbelas kasih. Orang-orang yang
manipulatif memiliki kemampuan lain dalam bidang kecerdasan sosial namun mereka
gagal dalam hal yang lain. Ketidakmampuan dalam aspek fasilitas sosial ini merupakan
pertanda untuk tipe orang-orang yang antisosial, yang tidak peduli akan kebutuhan atau
penderitaan orang lain, apalagi memberi bantuan untuk menolong mereka.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek kecerdasan
sosial adalah empati dasar, penyelarasan, ketepatan empati, pengertian sosial, sinkroni,
presentasi diri, pengaruh, dan kepedulian.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Sosial
Goleman (2007) menjelaskan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kecerdasan sosial antara lain:
a. Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan pilar utama anak untuk bersosialisasi.
Menurut Goleman, keluarga yang memiliki waktu untuk berkumpul bersama pada
35
malam hari dan memberikan kasih sayang menyebabkan anak memiliki emosi yang
positif terhadap orangtuanya, sehingga memudahkan anak untuk bersosialiasi dan
memiliki hubungan yang positif dengan orang lain.
b. Ekonomi
Menurut Goleman, tekanan ekonomi membuat orangtua lebih lama dalam
bekerja, sehingga ketika pulang sekolah anak lebih menghabiskan waktu sendirian
di rumah atau tempat penitipan anak, sehingga waktu tersebut terlewatkan untuk
bersama dengan orangtua. Orangtua yang bekerja harus lebih meluangkan waktu
bersama dengan anak agar anak dapat berinteraksi dengan orangtuanya.
c. Teknologi
Kemuajuan dalam teknologi memudahkan manusia memperoleh informasi dan
melakukan segala hal. Menurut Goleman anak-anak yang lebih senang menonton
tayangan televisi akan menyebabkan anak tersebut melewatkan waktu untuk
berinteraksi dengan orang lain, sehingga anak-anak perlu untuk melakukan
interaksi seperti aktivitas bermain diluar rumah untuk membantu belajar bergaul
dengan lebih baik.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
memengaruhi kecerdasan sosial adalah keluarga, ekonomi, dan teknologi.
C. Hubungan antar Variabel
Setiap individu akan menjalin hubungan dengan orang lain dan membutuhkan
kerjasama dengan orang lain. Individu-individu yang mempunyai kecerdasan sosial
yang tinggi akan mampu memahami dan menyesuaikan diri dengan orang lain.
36
Begitupun dengan mahasiswa yang memiliki kecerdasan sosial yang tinggi maka akan
dapat dengan mudah mencari sahabat dan berinteraksi dengan teman-teman. Saat
berinteraksi dan berdiskusi di dalam SGD, individu yang mempunyai kecerdasan sosial
yang tinggi akan mudah bekerjasama dengan anggota kelompoknya sehingga diskusi
akan berjalan dengan baik dan menimbulkan kepuasan dan kenyamanan bagi para
anggota SGD.
Menurut Goleman (2007) salah satu aspek dari kecerdasan sosial adalah
sinkroni yaitu perilaku penyesuaian diri yang bertujuan untuk penyelarasan
kebersamaan dalam kelompok sosial di dalam kelas. Sinkroni dalam pembelajaran
dapat memungkinkan tercapainya keberhasilan belajar yang berprestasi. Adanya
penyesuaian diri dengan teman-teman di kelas akan memudahkan mahasiswa untuk
berinteraksi dalam proses belajar. Menurut Mikarsa, Taufik, dan Prianto (2007),
besarnya keberhasilan akademik pada sikap anak terhadap sekolah serta sangat
tergantung pada nilai yang dianut oleh kelompok teman sebayanya. Sehingga dengan
membangun persahabatan yang baik maka akan berpengaruh terhadap prestasi di
sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh Sholihah, Karyanto dan Sugiharto (2012),
menunjukkan semakin tinggi kecerdasan interpersonal yang dimiliki oleh siswa, maka
semakin tinggi pula kecenderungan siswa tersebut untuk memiliki hasil belajar biologi
yang tinggi.
Saat melakukan SGD tentunya ada langkah-langkah yang harus dilalui.
Menurut Slavin (2008), langkah-langkah dalam diskusi kelompok kecil adalah pertama
diskusi SGD dilakukan setelah penyajian informasi melalui pelajaran yang diberikan
oleh guru atau setelah siswa mencari informasi bagi diri sendiri di perpustakaan atau
internet. Masing-masing kelompok SGD harus memiliki seorang ketua dan sekertaris,
37
lalu kelompok mendiskuskikan topik yang telah diberikan. Pada akhir diskusi anggotaanggota kelompok menyiapakan laporan tentang kesimpulan kelompok untuk disajikan
kepada siswa-siswa lain dalam kelas tersebut. Metode diskusi kelompok kecil juga
memiliki kelebihan. Menurut Makmun (2007), diskusi kelompok kecil memiliki
keuntungan seperti
menumbuhkan sikap saling memahami, tenggang rasa,
mengendalikan diri melalui proses sosialisasi yang demokratis, menguatkan daya
ingat, dan memupuk semangat kerjasama dalam memecahkan masalah. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Nafisah (2014), menunjukkan bahwa strategi small
group discussion ternyata dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran
Pelajaran Al Qur’an Hadis siswa kelas I MI Muhmmadiyah Salafiyah Kobonwage.
Hubungan dengan teman-teman dalam satu kelompok SGD juga memiliki
peran yang penting dalam kepuasan kerjasama kelompok. Menurut Robbins dan Judge
(2012) salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah hubungan dengan
rekan-rekan kerja, jika individu memiliki hubungan sosial yang baik dengan rekan
kerjanya maka individu tersebut cenderung akan merasa puas dengan rekan kerjanya.
Oleh karena itu, individu yang memiliki kecerdasan sosial yang baik akan mudah
untuk menjalin hubungan dengan teman-teman satu SGD, sehingga akan memudahkan
dalam bekerjasama dalam kelompok SGD. Cremer dan Siregar (1993) mengungkapkan
bahwa setiap kelompok akan mengalami hambatan-hambatan dan kesulitan-kesulitan
dalam kerjasama. Hambatan dan kesulitan ini dapat disebabkan baik terganggunya
hubungan anggota kelompok maupun sulitnya tugas yang harus diselesaiakn. Jika
hambatan tersebut dapat dihindari dengan adanya kecerdasan sosial yang baik dari para
anggota SGD, maka tugas yang diberikan akan dapat dikerjakan dengan baik dan
menimbulkan rasa puas akan hasil dari kerja kelompok tersebut.
38
Aspek Kecerdasan Sosial:
1. Kesadaran Sosial
a. Empati dasar
b. Penyelarasan
c. Ketepatan empati
d. Pengertian sosial
2. Fasilitas Sosial
a. Sinkroni
b. Presentasi diri
c. Pengaruh
d. kepedulian
KECERDASAN SOSIAL
KEPUASAN KERJASAMA
KELOMPOK
Aspek kerjasama kelompok:
1. Pembagian kerja yang jelas
2. Gaya kepemimpinan
3. Komunikasi antar anggota
dan pemimpin
Gambar 1 : Hubungan antar variabel Penelitian
Keterangan Gambar :
: Garis pengaruh yang akan diteliti
: Mencirikan variabel penelitian
: Variabel yang akan diteliti
: Aspek varibabel yang diteliti
39
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian teoritik di atas, maka hipotesis penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Hipotesis alternatif (Ha) :
Terdapat hubungan antara kecerdasan sosial dengan kepuasan kerjasama kelompok
dalam small group discussion pada mahasiswa PSPD di Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.
2. Hipotesis nihil (Ho) :
Tidak terdapat hubungan antara kecerdasan sosial dengan
kepuasan kerjasama
kelompok dalam small group discussion pada mahasiswa PSPD di Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.
Download