BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan bisnis yang

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persaingan bisnis yang ketat merupakan salah satu pemicu pertumbuhan ekonomi
yang cukup pesat. Banyak perusahaan melakukan modernisasi dan mengupayakan
berbagai kemajuan di bidang ekonomi. Perusahaan berlomba-lomba untuk meningkatkan
keberhasilannya baik dalam bidang industri maupun bidang perdagangan, sehingga
memicu kemajuan bidang ekonomi.
Perusahaan sebagai entitas ekonomi, apapun bentuk industrinya, bertujuan untuk
mencetak laba yang optimal guna meningkatkan kekayaan pemilik saham. Namun itu saja
tidak cukup, keberlanjutan bisnis perusahaan (sustainable business) tidak terjamin bila
hanya mengandalkan laba yang tinggi semata, tetapi perusahaan juga harus memiliki
komitmen yang tinggi dalam menjalankan program CSR (Darwin, 2006 : 115).
Jadi, jika ditelaah lebih lanjut, peneliti berpandangan bahwa sebenarnya tidak ada
pertentangan antara motif perusahaan untuk meraih laba dan di satu sisi juga turut aktif
melaksanakan program-program CSR.
Bahkan pelaksanaan program CSR dapat
menunjang pencapaian laba perusahaan untuk jangka panjang dan sebaliknya sebagian laba
tersebut dapat digunakan guna mendukung terselenggaranya program CSR dengan
kuantitas dan kualitas yang lebih memadai.
Pemikiran yang melandasi Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan) yang sering dianggap inti dari etika bisnis adalah bahwa perusahaan
tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomi dan legal (artinya kepada
pemengang saham atau shareholder) tetapi juga kewajiban-kewajiban terhadap pihak-
pihak lain yang berkepentingan (stakeholder) yang jangkauannya melebihi kewajibankewajiban di atas.
Tanggung jawab sosial dari perusahaan terjadi antara sebuah perusahaan dengan
semua stakeholder, termasuk di dalamnya adalah pelanggan atau customer, pegawai,
komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor. CSR
sebagai sebuah gagasan, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang
berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang
direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja. Tapi tanggung jawab perusahaan
harus berpijak pada triple bottom lines. Di sini bottom lines lainnya selain finansial juga
ada sosial dan lingkungan. Karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai
perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Keberlanjutan perusahaan hanya
akan terjamin apabila, perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup.
Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi masyarakat sekitar, di berbagai tempat dan
waktu muncul ke permukaan terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan
aspek-aspek sosial, ekonomi dan lingkungan hidupnya.
Pengungkapan CSR diatur juga didalam PSAK No. 1 (2009) paragraph 12 yaitu:
“Entitas dapat pula menyajikan terpisah dari laporan keuangan. Laporan keuangan
mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya
bagi industri dimana faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri
yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan keuangan yang
memegang peranan penting. Laporan tambahan tersebut diluar ruang lingkup standar
akuntansi keuangan.
Pernyataan di atas secara jelas menyebutkan bahwa perusahaan bertanggung jawab
terhadap lingkungan sekitarnya, terutama perusahaan industri yang meninggalkan limbah.
Apabila limbah tidak diolah terlebih dahulu akan mencemari lingkungan sekitarnya. Selain
diatur dalam PSAK, pengungkapan CSR dalam laporan keuangan juga diatur dalam UU RI
No. 40 No. 40, Tahun 2007 pasal 74 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
Pasal itu menjelaskan “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan”. Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai
memperhatikan melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai
sanksi.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur
dengan peraturan pemerintah. Corporate Social Responsibilty (CSR) perlunya sebuah
perusahaan membangun hubungan harmonis dengan masyarakat dan lingkungan tempat
beroperasi. Secara teoritik, CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab moral suatu
perusahaan terhadap para stakeholders, terutama komunitas atau masyarakat di sekitar
wilayah kerja dan operasinya (Kartini, 2009:1). Sebuah perusahaan harus menjunjung
tinggi moralitas. Parameter keberhasilan suatu perusahaan dalam sudut pandang CSR
adalah mengedepankan prinsip moral dan etis, yakni menggapai suatu hasil terbaik, tanpa
merugikan kelompok masyarakat lainnya.
Tanggung
pengungkapan
jawab
dalam
sosial
laporan
dan
lingkungan
tahunan
merupakan
perusahaan
salah
khususnya
pada
satu
elemen
perusahaan
Pertambangan yang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), dimana faktor-faktor
yang mempengaruhi pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah terdiri
dari : size, umur perusahaan, ROA, ukuran dewan komisaris, dan leverage. Kelima faktor
tersebut berpengaruh terhadap pengungkapan CSR khususnya pada Perusahaan
Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini direplikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2005)
mengenai size, profitabilitas, profile, ukuran dewan komisaris dan leverage menjelaskan
bahwa size perusahaan, profile dan ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, hal ini menunjukkan dukungan terhadap
teori agency dan legitimasi yang menyatakan bahwa perusahaan besar akan melakukan
lebih banyak aktivitas dan memberikan dampak yang lebih besar kepada masyarakat.
Sembiring (2005) juga menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris,
maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan pengawasan yang dilakukan
akan semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan,
maka tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkannya.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Sembiring (2005),
dengan
beberapa perbedaan yaitu periode penelitian, sampel penelitian dan variabel penelitian.
Sembiring (2005) menggunakan periode penelitian tahun 2002 saja. Sedangkan dalam
penelitian ini, peneliti akan memperluas rentang periode penelitian selama lima tahun
pengamatan, terhitung mulai tahun 2008 sampai tahun dengan tahun 2012 dengan alasan
agar diperoleh jumlah sampel dan observasi yang cukup secara statistik. Periode penelitian
yang lebih panjang akan memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk memperoleh
hasil yang lebih mendekati kondisi sebenarnya.
Dalam penelitian ini peneliti memilih sampel pada perusahaan Pertambangan yang
terdaftar di BEI. Alasan peneliti memilih perusahaan Pertambangan karena perusahaan
Pertambangan dianggap dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan alam dan sosial
yang relatif tinggi sehingga pengungkapan sosial sangat diperlukan oleh perusahaan.
Adapun permasalahan CSR yang pernah terjadi adalah PT. Freeport Indonesia salah
satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia yang berlokasi di Papua, yang memulai
operasinya sejak tahun 1969, sampai dengan saat ini tidak lepas dari konflik
berkepanjangan dengan masyarakat lokal, baik terkait dengan tanah ulayat, pelanggaran
adat, maupun kesenjangan sosial dan ekonomi yang terjadi (Wibisono: 2007). Kasus
Pencemaran Teluk Buyat, yaitu pembuangan tailing ke dasar laut laut yang mengakibatkan
tercemarnya laut sehingga berkurangnya tangkapan ikan dan menurunnya kualitas
kesehatan masyarakat lokal akibat operasional PT Newmon Minahasia Raya (NMR) tidak
hanya menjadi masalah nasional melainkan internasional (Leimona, Fauzi :2008).
Begitupula konflik hingga tindak kekerasan terjadi akibat pencemaran lingkungan dan
masalah sosial terkait operasional PT Caltex Pacific Indonesia (CPI) di wilayah Duri
Provinsi Riau, dimana masyarakat menuntut kompensasi hingga tingkat DPR pusat terkait
dampak negatif operasional perusahaan tersebut terhadap kondisi ekonomi, kesehatan dan
lingkungan yang semakin memburuk (Mulyadi: 2008).
Jika dilihat dari beberapa kasus di atas, masalah sosial dan lingkungan yang tidak
diatur dengan baik oleh perusahaan ternyata memberikan dampak yang sangat besar,
bahkan tujuan meraih keuntungan dalam aspek bisnis malah berbalik menjadi kerugian
yang berlipat. Oleh karena itu masalah pengelolaan sosial dan lingkungan untuk saat ini
tidak bisa menjadi hal marginal, ditempatkan pada tahap kuratif atau aspek yang tidak
dianggap penting dalam beroperasinya perusahaan. Tanggungjawab sosial perusahaan atau
dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan aspek penting
yang harus dilakukan perusahaan dalam operasionalnya. Hal tersebut bukan semata-mata
memenuhi peraturan perundang-undangan sebagaimana untuk perusahaan tambang diatur
dalam Undang-undang No 22 tahun 2001, maupun untuk Perseroan Terbatas (PT) diatur
dalam Undang undang No. 40 pasal 74 tahun 2007, melainkan secara logis terdapat
hukum sebab akibat, dimana ketika operasional perusahaan memberikan dampak negatif,
maka akan muncul respon negatif yang jauh lebih besar dari masyarakat maupun
lingkungan yang dirugikan.
Aturan lebih tegas sebenarnya juga sudah ada di UU PM Dalam pasal 15 huruf b
disebutkan, setiap penanam modal berkewajiban melaksankan tanggung jawab sosial
perusahaan. Jika tidak, maka dapat dikenai sanksi mulai dari peringatan tertulis,
pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman
modal, atau pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal (pasal 34 ayat
(1) UU PM).
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat tema
ini lebih jauh dengan memilih judul : “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pengungkapan CSR pada Perusahaan Pertambangan yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia.”
1.2. Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka disajikan
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah faktor-faktor yang terdiri dari size, umur perusahaan, ROA, ukuran dewan
komisaris, dan leverage berpengaruh terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan
Pertambangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
2. Faktor apakah yang paling dominan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR pada
perusahaan Pertambangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
1.3.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dengan diadakannya penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh faktor size, umur perusahaan, ROA, ukuran
dewan komisaris, dan leverage terhadap pengungkapan CSR pada Perusahaan
Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk
menganalisis
faktor
yang
paling
dominan
berpengaruh
terhadap
pengungkapan CSR pada perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dengan diadakannya penelitian ini
adalah sebagai
berikut :
1.
Bagi Investor, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar masukan dan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
2.
Bagi
akademisi,
memberikan
sumbangan
pemikiran
tentang
pentingnya
pengungkapan sosial dalam laporan tahunan, terutama perusahaan Pertambangan
yang ada di Indonesia untuk memperhatikan lingkungan alam dan sosial.
3.
Bagi masyarakat, akan memberikan stimulus secara proaktif sebagai pengontrol atas
perilaku-perilaku perusahaan dan semakin meningkatkan kesadaran masyarakat akan
hak-hak yang harus diperoleh.
4.
Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa
tambahan
karakteristik pengungkapan CSR dalam laporan tahunan di Indonesia. Serta
memberikan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai pengungkapan CSR.
1.4.
Metode Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti menganalisis faktopr-faktor yang
mempengaruhi penerapan CSR pada beberapa Perusahaan Pertambangan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Karakteristik penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.5.
1.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan time series.
2.
Penelitian ini melibatkan banyak sampel.
3.
Unit analisisnya adalah penerapan CSR pada Perusahaan Pertambangan.
4.
Lingkungan penelitian yaitu lingkungan riil.
5.
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan ini terdiri dari lima bab yang dapat diperincikan sebagai
berikut :
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan
penelitian dan manfaat, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Bab
ini
berisi
tentang
teori
konsep
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi CSR yang menjadi fokus penelitian.
BAB 3
METODA PENELITIAN
Bab ini berisi mengenai gambaran umum Perusahaan Pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia, teknik pengumpulan data yang digunakan,
variabel yang digunakan.
BAB 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan analisis statistik deskriptif, analisis pengungkapan CSR,
uji asumsi klasik (uji normalitas, uji multikolineritas, uji auto korelasi),
analisis regresi dan korelasi linear berganda, pengujian hipotesis (uji t dan uji
f), serta koefisien determinasi (R2).
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab terakhir ini memuat kesimpulan dari keseluruhan pembahasan dan
refleksi untuk memberikan saran berdasarkan kesimpulan penelitian.
Download