I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toksoplasmosis

advertisement
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Toksoplasmosis
adalah
penyakit
yang
disebabkan
oleh
protozoa
Toxoplasma gondii, bersifat zoonosis karena dapat menular dari hewan ke
manusia dan sebaliknya. Hewan dan manusia dapat terinfeksi T. gondii dengan
menelan makanan atau minuman yang terkontaminasi oosista yang sudah
bersporulasi dan menelan sista jaringan yang terdapat pada daging hewan yang
tidak dimasak dengan sempurna (Dubey, 2005). Oosista dikeluarkan bersama
feses kucing dalam keadaan belum bersporulasi dan menjadi oosista infektif
setelah bersporulasi selama 1-5 hari tergantung suhu lingkungan dan tekanan
oksigen (Dubey et al., 1970). Infeksi T. gondii selama periode kehamilan atau
keadaan imunosupresi menjadi faktor utama penyebab terjadinya toksoplasmosis
kongenital atau kematian. Hingga saat ini, belum ditemukan adanya vaksin yang
mampu melindungi manusia dari infeksi dan sangat sedikit obat yang efektif
untuk mengeliminasi T. gondii (Zhou, 2015).
Infeksi T. gondii merupakan salah satu penyakit yang paling sering
ditemukan pada hewan berdarah panas termasuk manusia dengan berbagai cara
penularan. Prevalensi toksoplasmosis di Indonesia bervariasi antara 2-63%.
Prevalensi T. gondii di Surabaya, Jawa Timur sebesar 63% (Rohmawati dan
Wibowo, 2013). Penularan toksoplasmosis dapat terjadi secara kongenital dan
perolehan. Infeksi kongenital terjadi ketika manusia yang hamil terinfeksi selama
masa kehamilan dan fetus ikut terinfeksi. Selain infeksi kongenital, manusia dapat
1
2
terinfeksi melalui mengingesti makanan atau minuman yang terkontaminasi
dengan oosista yang telah bersporulasi dari feses kucing penderita toksoplasmosis
atau melalui ingesti dari sista jaringan pada daging yang belum atau kurang
matang (Soulsby, 1982; Sonar et al., 2010). Sista jaringan dari T. gondii memiliki
resistensi lebih terhadap enzim proteolitik pada saluran pencernaan, sehingga
manusia dapat terinfeksi dengan mengingesti sista (Dubey et al., 2009). Hewanhewan yang sering menjadi makanan manusia seperti babi, ayam, kambing dan
domba dapat terinfeksi T. gondii dengan cara yang sama seperti manusia, menelan
pakan atau minum yang terkontaminasi oosista, sehingga daging hewan tersebut
mengandung sista jaringan yang dapat menginfeksi manusia ketika daging yang
dikonsumsi tidak dimasak dengan sempurna (Hill dan Dubey, 2013).
Menurut Suwanti et al. (2006) di Surabaya terdeteksi 30% jantung dan otak
ayam mengandung sista T. gondii. Antigen T. gondii terdeteksi pada 100% telur
ayam buras di Surabaya dan Sidoarjo menggunakan metode dot blot Enzyme
Linked Immunosorbent Assay (ELISA) (Mufasirin, 2002). Penelitian sebelumnya
dengan metode inhibitor haemaglutination (IHA) digunakan untuk mendeteksi
antibodi T. gondii pada ayam kampung di Jakarta dengan hasil 52,5 % (Priyana,
2000).
Infeksi T. gondii biasanya bersifat asimtomatik, tetapi pada kondisi tertentu
parasit ini dapat menyebabkan penyakit yang serius. Manifestasi klinis
toksoplasmosis pada manusia sangat beragam, mulai dari asimtomatik, demam,
limpadenopati, nyeri otot, sakit kepala, cacat kongenital yang bersifat permanen
(cacat mental, hidosefalus, buta) hingga kematian khususnya pada penderita
3
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) (Montoya dan Liesenfeld, 2004).
Toxoplasma gondii juga dapat menyebabkan kerusakan jaringan pada berbagai
organ tubuh terutama pada kelenjar getah bening, mata, otak dan plasenta.
Kerusakan jaringan pada individu yang terinfeksi toksoplasmosis tergantung pada
virulensi dan reaksi imunologi individu tersebut (Fahmi, 2001).
Toxoplasma gondii merupakan salah satu spesies parasit yang unik karena
dapat memodulasi sistem imun hospesnya. Toxoplasma gondii dapat direspon dan
dikendalikan oleh sistem imun hospes dengan baik, namun T. gondii memiliki
kemampuan untuk menghindari respon imun dan menghambat fusi fagolisosom
(Dharmana, 2007). Hal tersebut menyebabkan T. gondii dapat bertahan pada
tubuh hospes dalam jangka waktu yang cukup lama dan berpotensi untuk menjadi
sumber penularan bagi hospes lain. Toksoplasmosis jarang menimbulkan gejala
klinis yang nyata, namun dengan uji serologis prevalensinya tinggi (Hartati,
2011). Ayam yang merupakan salah satu sumber protein hewani utama di
Indonesia memiliki peranan penting dalam penyebaran toksoplasmosis dari hewan
ke manusia, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui respon
imun serta gambaran histopatologik organ otak, hepar dan limpa ayam yang
diinfeksi T gondii.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon imun humoral melalui
Latex Agglutination Test (LAT) dan perubahan histopatologik organ otak, hepar,
dan limpa pada ayam yang diinfeksi Toxoplasma gondii.
4
C. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada
pembaca mengenai adanya respon kekebalan yang muncul serta perubahan
histopatologik organ otak, hepar, dan limpa ayam akibat infeksi T. gondii,
sehingga manusia dapat melakukan tindakan preventif.
Download