analisa rasio untuk menilai kinerja keuangan pada koperasi unit

advertisement
ANALISA RASIO UNTUK MENILAI KINERJA
KEUANGAN PADA KOPERASI UNIT DESA
SETYA BUDHI BREBES
SKRIPSI
Program studi akuntansi
Nama : Hardiyanto pujosasongko
N I M : 43206110269
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2008
ANALISA RASIO UNTUK MENILAI KINERJA
KEUANGAN PADA KOPERASI UNIT DESA
SETYA BUDH BREBES
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar SARJANA EKONOMI
Program Studi Akuntansi
Nama : Hardiyanto pujosasongko
N I M : 43206110269
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2008
LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI
Nama
: Hardiyanto Pujosasongko
NIM
: 43206110269
Program Studi
: Akuntansi
Judul Skripsi
: Analisa rasio untuk menilai kinerja keuangan Koperasi Unit
Desa Setya Budhi Brebes
Tanggal Ujian Skripsi
: 26 Agustus 2008
Disahkan Oleh :
Pembimbing:
( Fitri Indriawati.SE, MSi)
Tanggal : 26 Agustus 2008
Dekan:
Ketua Jurusan Akuntansi:
( Drs.Hadri Mulya. MSi )
Tanggal : 26 Agustus 2008
( Sabarrudin Muslim.SE,MSi )
Tanggal : 26 Agustus 2008
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warrahmatullah Wabarakatuh.
Allhamdulillah, Atas segala rahmat, nikmat, hidayah yang diberikan
Allah SWT dan puji syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT tiada
Tuhan selain yang kita sembah, sehinga penulisan skripsi berjalan tanpa ada
hambatan yang berarti dalam menyelesaiakan ini yang berjudul “ANALISA
RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA
KUD SETYA BUDHI” Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk
mendapatkan gelar sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi di Universitas
Mercu Buana.
Penulisan mengucapakan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihakpihak atas dukungan dan bantunnya, serta penulisan skripsi dapat terlaksana dan
selesai pada waktunya terutama kepada:
1.
Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, hidayah,dan berbagai
nikmat yang diberikan oleh-NYA.
2.
Bapak, Ibu dan adik-adikku: Dian Aprilia Dewi, Andrey Juliardi tercinta
atas kasih sayang yang tulus memberikan dukungan, semangat dan doadoanya.
3.
Om Eddy Suyanto, Dirman Chaidir, Cosmas Yuniarto, Hendrato, Budi
Prakoso,Tante: Ratna Dewi, Puspita Dewi, Nani Irawati.
4.
H. Ir. Suharyadi, MS, selaku Rektor Universitas Mercu buana.
5.
Drs. Hadri Mulya, SE, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Mercu Buana.
ii
6.
H.Sabarudin Muslim, SE, M.Si selaku ketua Program Studi Akuntansi
Universitas Mercu Buana.
7.
Ibu Fitri Indriawati,SE, M.Si atas bimbingan dalam penulisan skripsi ini atas
segala ilmu yang diberikan Hanya Allah yang dapat membalas amal
kebaikan Ibu.
8.
Seluruh Dosen pengajar Universitas Mercu Buana, para karyawan
Universitas mercu buana atas pelayanan yang diberikan.
9.
Semua kawan-kawanku Rizal, Novri, Suyono, Riztu, Chorina, Enry, Ida,
Yulie, Ardiyansah, Soraya Selomita, Siva Iklima.
10.
Para Pengurus dan Karyawan KUD Setya Budhi atas bantuan data dan
keterangan-keterangan yang diberikan semoga KUD Setya Budhi tetap Jaya.
Penulis yakin dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan
karena itu penulis menerima kritikan dan saran untuk lebih memperbaiki
kandungan isi skripsi ini, dan semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis
sebagai bentuk apresiasi akhir dalam studi di Universitas Mercu Buana.
Jakarta, 17 Agustus 2008
Penulis
( Hardiyanto Pujosasongko )
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… iv
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… v
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………....
1
B. Perumusan Masalah ………………………………………….....
2
C. Batasan Masalah ………………………………………………..
3
D. Tujuan Penelitian ………………………………………………..
3
E. Manfaat Penelitian …………………………………………….....
3
BAB II : LANDASAN TEORI ……………………………………………..
5
A. Pengertian Laporan Keuangan ………………………………….
5
B. Pihak-pihak Yang Berkepentingan Dalam laporan Keuangan ….
7
C. Penggunana Laporan Keuangan ………………………………..
10
D. Bentuk Dan Sistem Penyajian Laporan keuangan ……………..
12
E. Keterbatasan Laporan Keuangan ……………………………….
20
F. Tujuan Analisa Laporan Keuangan ……………………………..
23
G. Metode Dan Teknik Analisa Laporan Keuangan ………………
24
H. Analisa Rasio ……………………………………………………
25
I. Analisa Tren, Indek Berseri Dan common Size ………………….. 33
iv
Halaman
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ……………………………….. 35
A. Gambaran Umum Koperasi ………………………………….....
35
B. Struktur Organisasi ……………………………………………… 40
C. Organisasi Manajemen KUD Setya budhi ……………………..
43
D. Laporan KUD Keuangan KUD Setya Budhi …………………..
43
E. Rasio Keuangan koperasi ……………………………………….
44
F. Metode Penelitian ……………………………………………….. 46
G. Metode Pengumpulan Data ……………………………………..
46
H. Metode Analisa Data …………………………………………….
46
BAB IV : ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………. 48
A. Laporan Keuangan ………………………………………….......
48
B. Rasio Laporan Keuangan ………………………………………
53
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………. 80
A. KESIMPULAN …………………………………………………
80
B. SARAN ………………………………………………………….. 82
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. viii
LAMPIRAN…………………………………………………………………… ix
v
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
3.1 Susunan kepungurusan KUD Setya Budhi ………………….. ...
42
4.1 Perhitungan Sisa Hasil Usaha KUD Setya Budhi ……………….
50
4.2 Neraca KUD Setya budhi KUD Setya Budhi …………………..
51
4.3 Perhitungan Current Rasio KUD Setya Budhi ………………….
54
4.4 Perhitungan Quick Ratio KUD Setya Budhi …………………..
56
4.5 Perhitungan Kas Rasio KUD Setya Budhi ……………………..
57
4.6 Perhitungan Rasio Total Hutang Atas Modal KUD Setya Budhi.. 59
4.7 Perhitungan Rasio Hutang atas Total Aktiva KUD Setya budhi… 60
4.8 Perhitungan
Rasio Hutang Jangka Panjang atas Hutang
Jangka Panjang KUD Setya Budhi ……………………………… 61
4.9 Perhitungan Rasio Profit Margin KUD Setya Budhi …………… 63
4.10 Perhitungan Rasio Asset Turn Over KUD Setya Budhi ………. 65
4.11 Perhitungan Rata-rata Modal KUD Setya Budhi ……………… 67
4.12 Perhitungan Rasio return On Invesment KUD Setya Budhi ….
67
4.13 Perhitungan Rasio fixed asset turn Over KUD Setya Budhi ….
69
4.14 Perhitungan Rata-rata Persediaan KUD Setya Budhi …………
71
4.15 Perhitungan Rasio Inventory Turn Over KUD Setya Budhi …..
71
4.16 Perhitungan Rasio Kenaikan penjualan KUD Setya Budhi ……
73
4.17 Perhitungan Rasio Kenaikan Sisa hasil Usaha KUD Setya Budhi. 74
4.18 Perhitungan Rasio Laba Atas Karyawan KUD Setya Budhi ……. 76
vi
Tabel
Halaman
4.19 Perhitungan Rasio Penjualan atas Karyawan KUD Setya Budhi ..
4.20 Perhitungan Rasio Laba Atas Cabang KUD Setya Budhi ………...
vii
77
78
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Penelitian
Dalam UUD 1945 pasal 33 pasal 1 disebutkan “Perekonomian disusun
bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan”. Koperasi sebagai perwujudanya
sebagai badan usaha yang berwatak sosial koperasi mempunyai tujuan yaitu
mengusahakan peningkatan kesejahteraan anggotanya dan menunjang usahausaha pemerintah mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Sesuai dengan
bentuknya sebagai badan usaha, maka tujuan koperasi mencapai laba (sisa hasil
usaha). Sisa hasil usaha sangat dirasakan penting untuk kelangsungan dan
perkembangan usaha koperasi agar dapat berkembang secara terus-menerus maka
kopersi harus beroperasi secara efisien dan efektif.
Untuk melihat kinerja keuangan operasional koperasi maka perlu
dilakukan pengamatan dengan melihat laporan keuangan koperasi. Laporan
keuangan sebagai salah satu bentuk laporan koperasi secara tertulis dan dapat
dianalisa lebih lanjut. Sebagai mana diketahui laporan keuangan adalah media
informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan. Jika informasi yang
disajikan dengan benar, Maka informasi tersebut sangat berguna bagi siapa saja
untuk mengambil keputusan tentang perusahaan yang dilaporkan tersebut.
Mengadakan analisa laporan keuangan akan sangat membantu untuk mengetahui
perkembangan keuangan finansial koperasi dan dapat diketahui hasil-hasil
finansial yang telah dicapai diwaktu yang lalu dan waktu yang sedang berjalan.
1
2
Hasil analisa tersebut sangat penting artinya bagi perbaikan penyusutan
rencana atau policy yang akan dilakukan diwaktu yang akan datang. Dengan
analisa terebut dapat diketahui kelemahan koperasi sehinga dapat diperbaiki dan
hasil yang sudah cukup baik dapat ditingkatkan. Analisa laporan keuangan yang
sering digunakan adalah analisa ratio. Analisa ratio adalah angka yang diperoleh
dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Laporan keuangan ini hanya
menyederhanakan informasi yang mengambarkan hubungan antara pos tertentu
dengan pos lainnya. Adapun rasio yang sering digunakan adalah rasio likuiditas,
solvabilitas, rentabititas, aktifitas, pertumbuhan dan rasio produktivitas.
Menggingat pentingnya masalah finansial tersebut maka penulis akan
melakukan analisa laporan keuangan pada KUD Setya Budhi Brebes. Sehingga
dalam penyusunan skripsi berberjudul ”Analisa Rasio Untuk Menilai Kinerja
Keuangan Pada KUD Setya Budhi Brebes”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka penulis mencoba untuk merumuskan
masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: “Bagaimanakah kinerja
keuangan KUD Setya Budhi Brebes berdasarkan analisa rasio likuiditas,
solvabilitas, rentabilitas, aktivitas, pertumbuhan dan produktivitas? ”.
3
C. Batasan Masalah
Agar permasalah analisa laporan keuangan tidak terlalu luas maka dalam
penelitian ini hanya akan diarahkan pada analisa rasio laporan keuangan dengan
menggunakan data neraca, laporan sisa hasil usaha dan data lain yang mendukung,
Data yang diambil adalah data tahun 2003 sampai dengan 2007 yang dibutuhkan
atau penting untuk dianalisa lebih lanjut.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang diharapkan dari dibuatnya penelitian ini adalah
Untuk mengetahui perkembangan kinerja keuangan KUD Setya Budhi
berdasarkan rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, aktivitas, pertumbuhan dan
produktivitas.
E. Manfaat Penelitian
Dengan adanya kegiatan penelitian dalam rangka penulisan skripsi
manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian adalah:
1. Dapat mengetahui sejauh mana perkembangan keuangan berdasarkan analisa
rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, aktivitas, pertumbuhan dan
produktivitas KUD Setya Budhi Brebes.
2. Bagi perusahaan dapat mengetahui keadaan posisi keuangan dan hasil usaha
serta dapat mengetahui keadaan baik atau buruknya posisi keuangan
perusahaan
4
3. Memberi tambahan pengetahuan bagi orang – orang yang tertarik untuk
mempelajari hal serupa atau kasus serupa dalam menganalisa laporan
keuangan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Analisa Laporan Keuangan
Pada awalnya laporan keuangan adalah suatu proses akhir dari siklus
proses akuntansi dalam suatu periode. Akuntansi sendiri memiliki pengertian
suatu proses pencatatan, penggolongan atau pengelompokan semua transaksi
keuangan pada satu periode tertentu. Sejalan dengan perkembangan ilmu
akuntansi laporan keuangan telah dijadikan sebagai dasar untuk menentukan atau
menilai posisi keuangan perusahaan oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk
dapat mengambil keputusan.
Pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan perusahaan
sangatlah perlu untuk mengetahui posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah
dicapai oleh perusahaan tersebut. Kondisi keuangan perusahaan tersebut dapat
diketahui dari laporan keuangan yang umum terdiri atas neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan posisi keuangan dan catatan atas laporan keuangan. Dengan
menganalisa pos-pos neraca dapat diketahui antara lain stuktur kekayaan berupa
asset, hutang, struktur modal (ekuitas). Sedangkan analisa laporan laba rugi dapat
memberi gambaran mengenai hasil usaha atau perkembangan usaha perusahaan
selama periode tertentu. Dalam laporan perubahan posisi keuangan dapat dilihat
dari mana sumber dana perusahaan diperoleh dan untuk apa dana tersebut
digunakan. Laporan perubahan ekuitas memberikan gambaran posisi ekuitas
pemilik perusahaan dan catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang
menjelaskan pos-pos yang ada dalam laporan keuangan.
5
6
Beberapa ahli ekonomi mengemukakan pengertian laporan keuangan
dengan pendapat yang berbeda-beda tetapi pada dasarnya mempunyai arti yang
sama. Definisi laporan keuangan menurut Munawir (2004:2) adalah sebagai
berikut:”Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi
yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antar data keuangan
atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan”.
Sedangkan menurut Sofyan (2007:1 ) adalah:
Bagi analis laporan keuangan, salah satu alat penting dalam menjalankan
dan melaksanakan fungsinya adalah laporan keuangan. Laporan keuangan
biasanya diperoleh dari proses berjalanya sistem akuntansi. Untuk tidak salah
dalam memakai inforamasi laporan akuntansi ini maka perlu diketahui secara
benar pengertian dari proses akuntansi atau disebut juga siklus akuntansi tersebut.
Akuntansi atau ada juga yang menyebut akunting adalah “merupakan
bahasa bisnis yang dapat memberikan informasi tentang kondisi bisnis dan hasil
usahanya pada suatu waktu atau periode tertentu”. Melalui media sistem
akuntasi semua transaksi yang dilakukan perusahaan dapat dicatat dalam buku
perusahaan dan bermuara ke laporan akuntansi yang disebut juga laporan
keuangan.
Penyajian laporan keuangan oleh suatu perusahaan dimaksudkan untuk
memberikan informasi tentang keuangan perusahaan tersebut pada suatu periode
tertentu baik untuk kepentingan perusahaan, pemerintah atau pihak-pihak yang
lain. Karena kepentingan masing-masing pihak terhadap perusahaan mempunyai
tekanan yang berbeda-beda, maka laporan keuangan tersebut disusun sedemikian
rupa sehingga dapat mempengarui kebutuhan pihak yang berkepentingan. Laporan
keuangan yang demikian disebut laporan keuangan untuk tujuan umum.
Mengganalisa laporan keuangan berarti menggali lebih banyak
informasi yang dikandung suatu laporan keuangan. Laporan keungan pada
dasarnya adalah hasil dari suatu proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai
7
alat untuk berkomunikasi antar data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan
dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan
tersebut. Sebagaimana diketahui laporan keuangan adalah media informasi yang
merangkum semua aktivitas perusahaan. Jika informasi tersebut sangat berguna
bagi siapa saja untuk mengambil keputusan tentang perusahaan yang dilaporkan
tersebut. Untuk mengganalisa laporan keuangan maka diperlukan penguasaan
terhadap:
1. Cara menyusun laporan keuangan itu ( proses akuntansi ).
2. Konsep, sifat, karakteristik laporan keuangan atau akuntansi itu.
3. Teknik analisanya.
4. Segmen dan sifat bisnis itu sendiri, serta situasi lingkungan ekonomi baik
internasional maupun nasional.
B. Pihak-pihak Yang Berkepentingan Dalam Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang disusun dan disajikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan didalam perusahaan adalah alat untuk berkomunikasi kepada
pemilik perusahaan, manajer perusahaan yang bersangkutan, kreditur, banker,
para
investor,
pemerintah
dimana
perusahaan
tersebut
berdomisili,
karyawan/buruh dan pihak-pihak lainnya. Para pemakai laporan keuangan beserta
kegunannya. menurut Sofyan (2007:120) dalam buku Analisa kritis atas laporan
Keuangan dapat dilihat dari penjelasan dibawah ini:
Para pemakai laporan keuangan beserta kegunanya dapat dilihat dari
penjelasan berikut:
8
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pemegang Saham
Pemegang saham ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaan, asset,
utang, modal, hasil, biaya dan laba. Ia juga ingin melihat prestasi perusahaan
dalam menggelola manajemen yang diberikan amanah. ia juga ingin
mengetahui sejumlah deviden yang akan diterima, jumlah pendapatan
perusahaan, jumlah laba yang ditahan. Juga mengetahui perkembangan
perusahaan dari waktu ke waktu, perbandingan dengan usaha sejenis dari
perusahaan lainnya. Dari informasi ini pemegang saham dapat mengambil
keputusan apakah ia akan mempertahankan sahamnya, menjual atau
menambahnya. Semua tergantung pada kesimpulan yang diambil dari
informasi yang terdapat dalam laporan keuangan atau informasi tambahan
lainnya.
Investor
Investor dalam hal tertentu juga sama seperti pemegang saham. Bagi
investor potensial ia akan melihat kemungkinan potensi keuntungan yang
akan diperoleh dari perusahanaan yang dilaporkan.
Analis Pasar Modal
Analis pasar modal selalu melakukan baik analisis tajam dan lengkap
terhadap laporan keuangan perusahaan yang go public maupun yang
berpotensi masuk pasar modal. Ia ingin mengetahui nilai perusahaan,
kekuatan dan posisi keuangan perusahaan. Apakah layak disaranka untuk
dibeli sahamnya, dijual atau dipertahankan. Informasi ini akan disampaikan
kepada langganannya berupa investor baik individu atau lembaga.
Manajer
Manajer ingin mengetahui situasi ekonomi perusahaan yang dipimpinnya.
Seorang manajer selalu dihadapkan kepada seribu satu masalah yang
memperlukan keputuasan cepat, ia harus mengetahui selengkap-lengkapnya
kondisi keuangan perusahaan baik posisi semua pos neraca (asset, utang,
modal), laba-rugi, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, break even, laba kotor
dan sebagainya. Karena beragamnya informasi yang dibutuhkan ini, laporan
keuangan yang disusun dengan norma akuntasi keuangan yang bersifat
umum (general purpose) terasa sangat sedikit sehingga ia harus
mengharapkan informasi yang didesain dari akuntansi manajemen.
Karyawan dan Serikat Pekerja
Karyawan perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan untuk
menetapkan apakah ia masih terus bekerja di situ atau pindah. Ia juga perlu
mengetahui hasil usaha perusahaan supaya ia bisa menilai apakah
penghasilan ( renumerasi ) yang diterimanya adil atau tidak. Ia juga ingin
mengetahui jumlah modal yang dimiliki karyawan jika memang ada seperti
dalam perusahaan penerbit di Indonesia. Demikian juga tentang cadangan
dana pensiun, asuransi kesehatan atau jaminan sosial tenaga kerja
(jamsostek) negara yang demokratis informasi yang seperti ini sangat
penting.
Instansi Pajak
Perusahaan selalu memiliki kewajiban pajak baik pajak pertambahan nilai
(PPN), pajak bumi dan bangunan (PBB), pajak pembangunan, pajak
9
penjualan barang mewah (PPnBm), pajak daerah, retribusi, pajak
penghasilan (PPh) perusahaan juga dikenakan pemotongan, perhitungan dan
pembayaran. Semua kewajiban pajak ini mestinya akan tergambar dalam
laporan keuangan, dengan demikian instansi pajak (fiskus) dapat
menggunakan laporan keuangan sebagai dasar menentukan kebenaran
perhitungan pajak, pembayaran pajak, pemotongan pajak, restitusi, dan juga
untuk dasar penindakan.
7. Pemberi Dana (kreditur)
Sama dengan pemegang saham investor, lender seperti bank, Investment
fund, perusahaan leasing juga ingin mengetahui informasi tentang situasi
dan kondisi perusahaan baik yang sudah diberi pinjaman maupun yang akan
diberi pinjaman. Bagi yang sudah diberi laporan keuangan dapat menyajikan
informasi tentang penggunaan dana yang diberikan, kondisi keuangan,
seperti likuiditas, solvabilitas, rentabilitas perusahaan. Bagi perusahaan
calon debitur laporan keuangan dapat menjadi sumber informasi untuk
menilai kelayakan perusahaan untuk menerima kredit yang akan
diluncurkan.
8. Supplier
Supplier hampir sama dengan kreditur. laporan keuangan bisa menjadi
informasi untuk mengetahui apakah perusahaan layak diberikan fasilitas
kredit, seberapa lama akan diberikan dan sejauh mana potensi resiko yang
dimiliki perusahaan.
9. Pemeritah atau Lembaga Pengatur Resmi
Pemerintah atau lembaga pengatur sangat membutukan laporan keuangan.
Karena ia ingin mengetahui apakah perusahaan telah mengikuti peraturan
yang telah ia tetapkan. Misalnya bank Indonesia telah menetapkan beberapa
peraturan yang harus dilaksanakan bank misalnya tentang Reserve
Requirement (RR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Batas Maksimal
Pemberian Kredit (BMPK), LDR (Loan to Deposit Ratio) dan lain
sebagainya. Informasi ini dapat dibaca dari dari laporan keuangan. Dengan
demikian juga Bapepam yang memiliki aturan laporan perusahaan asuransi.
Laporan keuangan dapat memberikan informasi apakah perusahaan telah
mentaati standar laporan yang ditetapkan atau belum. Jika belum lembaga
ini dapat memberikan teguran atau sanksinya.
10. Langganan atau Lemaga Konsumen.
Langganan dalam era modern seperti sekarang ini khususnya di negara maju
benar-benar raja. Dengan konsep ekonomi pasar dan ekonomi persaingan,
konsumen sangat diuntungkan. Ia berhak mendapatkan layanan memuaskan
(statification guarantee) dengan harga equibilium, dalam kondisi ini
konsumen terlindungi dari kemungkinan praktik yang merugikan baik dari
segi kualitas, kuantitas, harga dan lain sebagainya. Biasanya lembaga khusus
yang membantu memantau kepentingan konsumen ini adalah lembaga
konsumen, bisa juga dalam hal makanan halal majelis ulama sebaiknya
laporan keuangan juga menyajikan tentang ini.
10
11. Lembaga Swadaya Masyarakat
Sekarang ini sudah banyak terdapat jenis lembaga swadaya masyarakat
(LSM). Untuk LSM tertentu bisa juga memerlukan laporan keuangan
misalnya LSM yang bergerak melindungi konsumen, lingkungan, serikat
pekerja. LSM seperti ini membutuhkan laporan keuangan untuk menilai
sejauh mana perusahaan merugikan pihak tertentu yang dilindunginya.
12. Peneliti/Akademisi/Lembaga Peringkat
Bagi peneliti maupun akademisi laporan keuanga sangat penting sebagai
data primer dalam melakukan penelitian terhadap topik tertentu yang
berkaitan dengan laporan keuangan atau perusahaan. Laporan keuangan
menjadi bahan dasar yang diolah untuk mengambil kesimpulan dari suatu
hipotesis atau penelitian yang dilakukan.
Sedangkan menurut Munawir (2004 : 6) sifat - sifat laporan keuangan
adalah:
Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk
memberikan gambaran atau laporan keuangan ( progress report ) secara periodik
yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan. Jadi laporan keuangan
adalah bersifat historis menyeluruh dan sebagai suatu progress report laporan
keuangan terdiri dari data-data yang merupakan suatu hasil suatu kombinasi
antara:
1. Fakta-fakta yang telah dicatat ( recorded fact )
2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan didalam akuntansi (accounting
convension and postulate)
3. Pendapat pribadi ( personal judgement ).
C. Penggunaan Laporan keuangan
Adapun pihak-pihak dalam yang mengunakan laporan keuangan
perusahaan sebagai hasil akhir dari proses akhir akuntansi untuk menganalisa atau
menentukan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, menurut Sofyan
(2007:7) penggunanan laporan keuangan sebagai berikut:
1.
Pemilik Perusahaan
Bagi pemilik perusahaan, laporan keuangan dimaksudkan untuk:
a. Menilai prestasi atau hasil yang diperoleh manajemen.
b. Mengetahui hasil deviden yang akan diterima.
c. Menilai posisi keuangan perusahaan dan pertumbuhanya.
d. Mengetahui nilai saham dan laba perlembar saham.
e. Sebagai dasar untuk memprediksi kondisi perusahaan dimasa datang.
11
2.
3.
4.
5.
6.
f. Sebagai dasar untuk mempertimbangkan menambah atau mengurangi
investasi.
Manajemen Perusahaan
Bagi manajer perusahan, laporan keuangan ini digunakan untuk:
a. Alat untuk mempertanggung jawabkan pengelolaan kepada pemilik.
b. Mengukur tingkat biaya dari setiap kegiatan operasional perusahaan,
divisi, bagian, atau segmen tertentu.
c. Mengukur tingkat efisiensi dan tingkat keuntungan perusahaan, divisi
bagian atau segmen.
d. Menilai hasil kerja individu yang diberi tugas dan tanggung jawab.
e. Menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan perlu tidaknya diambil
kebijakan baru.
f. Memenui ketentuan dalam UU, peraturan, AD (Anggaran dasar), pasar
modal dan lembaga regulator lainnya.
Investor
Bagi investor, laporan keuangan dimaksudkan untuk:
a. Menilai kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan.
b. Menilai kemungkinan menanamkan dana dalam perusahaan.
c. Menilai kemungkinan menanamkan divestasi (menarik investasi) dari
perusahaan.
d. Menjadi dasar memprediksi kondisi perusahaan dimasa akan datang.
Kreditur atau Banker
Bagi kreditur, banker atau supplier laporan keuangan digunakan untuk.
a. Menilai kondisi keuangan dari hasil usaha perusahaan baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang.
b. Menaikkan kualitas jaminan kredit/investasi untuk menopang kredit yang
akan diberikan.
c. Menilai dan memprediksi prospek keuntungan yang mungkin diperoleh
perusahaan atau nilai rate of return perusahaan.
d. Menilai kemungkinan likuiditas, solvabilitas, rentabilitas perusahaan
sebagai dasar dalam perhitungan keputusan kredit.
e. Menilai sejauh mana perusahaan mengikuti perjanjian kredit yang
disepakati.
Pemerintah dan Regulator
Bagi pemerintah atau regulator laporan keuangan dimaksudkan untuk:
a. Menghitung dan menetapkan jumlah pajak yang harus dibayar.
b. Sebagai dasar dalam penetapan-penetapan kebijaksanaan baru.
c. Menilai apakah perusahaan memerlukan bantuan atau tindakan lain.
d. Bagi lembaga pemerintahan lainnya bisa menjadi bahan penyusunan data
dan stasistik.
Analis, akademis, pusat data bisnis.
Bagi para analisis, akademisi dan juga lembaga-lembaga pengumpulan data
bisnis seperti PDBI, Moody’s, Brunstreet, Standard & Poor, Perfindo,
laporan keuangan ini penting sebagai bahan atau sumber informasi yang
bemanfaat bagi analisis, ilmu pengetahuan dan komoditi informasi.
12
D. Bentuk dan Sistem Penyajian Laporan Keuangan
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian diatas bahwa laporan
keuangan terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan
dan
catatan
atas
laporan
keuangan.
Sebelum
mengganalisa
dan
mengimplementasikan suatu laporan keuangan, terlebih dahulu harus memahami
bentuk-bentuk maupun prinsip dari penyusunan laporan keuangan.
Penyusunan dan penyajian laporan keuangan di Indonesia harus
mengikuti dan berpedoman pada standar akuntansi keuangan yang dikeluarkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia (AIA). Berikut ini akan diuraikan bentuk dan
sistem penyajian laporan keuangan tersebut.
1.
Neraca
Neraca adalah laporan yang sistematis tentang asset, hutang, serta modal dari
suatu perusahaan tertentu dalam periode satu waktu pencatatan. Menurut
pendapat Zaki Baridwan (2004:19): Neraca adalah laporan keuangan yang
menunjukan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu,
keadaan keuangan ditunjukan dengan jumlah harta yang dimiliki disebut
aktiva dan jumlah kewajiban perusahaan yang disebut pasiva atau dengan
kata lain aktiva adalah investasi di dalam perusahaan dan pasiva merupakan
sumber-sumber yang digunakan untuk investasi tersebut.
Daftar neraca yang mengambarkan posisi keuangan perusahaan pada
suatu tanggal tertentu. Neraca mengambarkan posisi harta, utang dan modal.
Sedangakan menurut AIA ( 2007 : 1.12 ) adalah:
13
Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan
berbagai unsur posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara
wajar. Neraca minimal mencakup pos-pos berikut:
a. Aktiva berwujud.
b. Aktiva tidak berwujud.
c. Aktiva keuangan.
d. Investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas.
e. Persediaan.
f. Piutang usaha dan piutang lainnya.
g. Kas dan setara kas.
h. Hutang usaha dan utang lainnya.
i. Kewajiban yang diestimasi.
j. Kewajiban berbunga jangka panjang.
k. Hak minoritas. dan
l. Modal saham dan pos ekuitas lainnya.
Bentuk dan susunan neraca tidak ada keseragaman diantara perusahaanperusahaan tersebut tergantung pada tujuan-tujuan yang akan di capai
perusahaan tersebut tetapi bentuk neraca yang umum digunakan adalah
sebagai berikut:
a. Bentuk Skontro
Pada bentuk ini semua aktiva tercantum disebelah kiri (debet) yang berupa
Aktiva perusahaan aktiva lancar, investasi dan aktiva tetap dan sedangkan
kewajiban dan modal disebelah kanan (kredit). Adapun lebih jelasnya, berikut
ini adalah contoh neraca dalam bentuk skontro dalam ilustrasi dibawah ini:
14
Tabel 2.1
PT XYZ
NERACA
1 Januari 20xx - 31 Desember 20xx
AKTIVA
Aktiva Lancar
Kas dan Bank
Surat-Surat Berharga
xxx
xxx
Piutang Wesel
Piutang Dagang
biaya dibayar dimuka
Persediaan
Jumlah Aktiva Lancar
Investasi
Saham Pada PT ABC
PASIVA
Hutang lancar
Hutang dagang
Wesel bayar
Biaya yang masih harus dibayar
Penerimaan di muka
Jumlah Hutang Lancar
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx Hutang Jangka Panjang
Hutang hipotik
xxx Hutang obligasi
Jumlah Hutang Jangka
Panjang
Aktiva Tetap
Tanah
Bangunan
Akumulasi penyusutan
xxx
xxx
Inventaris Kantor
Akumulasi Penyusutan
xxx
xxx
Jumlah Aktiva Tetap
Total Aktiva
b. Pada neraca bentuk Stafel
xxx Modal
Modal saham
Laba yang ditahan
xxx Jumlah Modal
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
XXX Total Pasiva
ini neraca disusun secara vertikal yang
dimulai pos-pos aktiva, hutang, dan modal. Berikut ini Contoh neraca
dalam bentuk stafel
xxx
xxx
XXX
15
Tabel 2.2
PT XYZ
Neraca
1 Januari 20xx sampai dengan 31 Desember 20xx
AKTIVA
Aktiva Lancar
Kas dan Bank
Surat Berharga
Piutang Wesel
Piutang dagang
Biaya dibayar dimuka
Persediaan
Jumlah Aktiva Lancar
Investsi
Investasi PT ABC
Aktiva Tetap
Tanah
Gedung
Investasi kantor
Jumlah Aktiva Tetap
Jumlah Aktiva
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx +
XXX
KEWAJIBAN DAN MODAL
Kewajiban lancar
Hutang dagang
Hutang Bank
Jumlah Kewajiban Lancar
xxx
xxx
Kewajiban Jangka panjang
Hutang Hipotik
Hutang Jangka panjang
Jumlah kewajiban Jangka panjang
xxx
xxx
Modal
Modal saham
Laba yang ditahan
Jumlah modal
Jumlah Kewajiban Dan Modal
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx +
XXX
16
2.
Perhitungan Laba rugi
Pengertian perhitungan laba rugi menurut Munawir dalam bukunya
Analisa Laporan Keuangan adalah suatu laporan yang sistematis tentang
penghasilan, biaya, laba yang diperoleh suatu perusahaan selama periode
tertentu (Munawir 2004:26).
Sedangkan menurut Zaki Baridwan (2004:21) dalam bukunya Intermediate
Accounting, pengertian laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukan
pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk periode
tertentu. Laporan laba rugi adalah hasil Perhitungan laba rugi yang
menggambarkan jumlah hasil, biaya, laba/rugi perusahaan pada suatu
periode tertentu. laba rugi mengambarkan penerimaan perusahaan selama
periode tertentu serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil
tersebut serta labanya. Sedangakan menurut AIA (2007 : 1.14) adalah:
Laporan laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa yang
menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi
penyajian secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos
berikut:
a. Pendapatan
b. Laba rugi usaha
c. Beban pinjaman
d. Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang
diperlakukan menggunakan metode ekuitas
e. Beban pajak
f. Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan
g. Pos luar biasa
h. Hak minoritas dan
i. Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.
17
Susunan laporan laba rugi bagi tiap-tiap perusahaan sampai saat ini
belum ada keseragaman dikarenakan jenis dan luasnya operasi perusahaan.
Bentuk dari laporan laba rugi yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:
a. Bentuk Single Steep
Bentuk single Steep yaitu dengan menggabungkan semua
penghasilan menjadi satu kelompok dan semua biaya dalam satu
kelompok
sehingga
untuk
menghitung
rugi/laba
bersih
hanya
memperlukan satu langkah yaitu mengurangkan total biaya terhadap
total penghasilan. Bentuk laporan rugi laba bentuk single steep tersebut
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3
PT XYZ
Laporan Laba/Rugi
1 Januari 20xx Sampai dengan 31 Desember 20xx
Pendapatan
Penghasilan pokok
xxx
Penghasilan non opersional
xxx
Penghasilan insidental
xxx_(+)
Total Penghasilan
xxx
Biaya – biaya
Harga pokok penjualan
xxx
Biaya operasional
xxx
Biaya non operasional
xxx
Kerugian yang insidental
xxx_(+)
Total Biaya
Pendapatan sebelum pajak
xxx (-)
XXX
18
b. Bentuk multi step
Dalam bentuk ini dilakukan pengelompokan yang lebih teliti sesuai
dengan prinsip yang digunakan secara umum. Bentuk tersebut adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.4
PT XYZ
Laporan Laba rugi
1 Januari 20xx sampai dengan 31 Desember 20xx
Pendapatan dan Penjualan
Penjualan bruto
xxx
Potongan/return penjualan
xxx (-)
Penjualan neto
xxx
Harga pokok penjualan
xxx (-)
Laba kotor
xxx
Biaya-biaya operasional
Biaya penjualan
xxx
Biaya umum dan administrasi
xxx (+)
Total biaya operasional
xxx (-)
xxx
Laba bersih operasional
Penghasilan dan biaya non-operasional
Penghasilan non-operasional
xxx
Biaya non-operasional
xxx
Penghasilan atau (biaya) non operasional
Pendapatan sebelum Pajak
xxx (+/-)
XXX
3. Laporan Perubahan ekuitas
Merurut IAI ( 2004:1.17 ) yang dimaksud dengan laporan perubahan
ekuitas adalah:
19
Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai
komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan:
laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan;
setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta
jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam
ekuitas;
Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan
perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait;
transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik;
saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta
perubahannya; dan rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing
jenis modal saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang
mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.
Perubahan ekuitas perusahaan menggambarkan peningkatan
atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan
berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus
diungkapkan dalam laporan keuangan. Laporan perubahan ekuitas,
kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang
saham seperti setoran modal dan pembayaran dividen, menggambarkan
jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan
selama periode yang bersangkutan.
4.
Laporan arus kas
Laporan arus kas menurut Sofyan (2007:257):
Analisa laporan arus kas sebenarnya sejalan dengan
penyusunan Laporan arus kas atau disebut juga cash flow statement.
Laporan arus kas ini dinilai layak memberikan memberikan informasi
tentang kemampuan dapat mendapatkan laba dan kondisi likuiditas
perusahaan dimasa yang akan datang. Laporan arus kas ini memberikan
informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran arus kas suatu
perusahaan pada suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi
pada kegiatan: operasi, pembiayaan dan investasi.
5.
Catatan atas laporan keuangan
Menurut IAI (2007:1.17) Catatan atas Laporan keuangan adalah:
Catatan atas laporan keuangan:
Struktur
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos
dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan
informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas
laporan keuangan mengungkapkan:
20
a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebayakan akuntansi
yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting;
informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus
kas, dan laporan perubahan ekuitas.
b. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi
diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar. Catatan atas laporan
keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera
dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan
ekuitas serta.
c. Informasi tambahan seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen. Catatan
atas laporan keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan
dianjurkan untuk diungkapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan serta pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan untuk
menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
Dalam rangka membantu pengguna laporan memahami laporan keuangan dan
membandingkannya dengan laporan keuangan perusahaan lain, maka catatan atas
laporan keuangan umumnya disajikan dengan urutan sebagai berikut:
a.
pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang
diterapkan.
b.
informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai urutan sebagaimana
pos-pos tersebut disajikan dalam laporan keuangan dan urutan penyajian
komponen laporan keuangan.
c.
pengungkapan lain termasuk kontinjensi, komitmen dan
pengungkapan keuangan lainnya serta pengungkapan yang bersifat nonkeuangan.
Sistematika struktur dalam catatan atas laporan keuangan agar tetap
dipertahankan sepanjang hal tersebut praktis untuk dilaksanakan
E. Keterbatasan Laporan keuangan
Laporan keuangan sebagai hasil akhir proses akuntansi disusun oleh
manajemen dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan tentang
perkembangan secara periodik dan berkembang keuangan dengan status investasi
di dalam perusahaan serta hasil usaha selama periode akuntansi yang
bersangkutan.
Dengan demikian laporan keuangan disusun dengan maksud untuk
menyajikan laporan keuangan perusahaan secara periodik. Dengan sifat yang
demikian maka laporan keuangan tidak dapat menceminkan posisi keuangan dari
21
suatu perusahaan dalam kondisi perekonomian yang paling akhir karena segala
sesuatunya bersifat historis. Laporan keuangan memenuhi kepentingan para
pemakainya untuk memperoleh informasi keuangan sebagai dasar pengambilan
keputusan ekonomi yang tepat akan tetapi laporan itu sendiri memiliki sifat-sifat
dan keterbatasan sehingga hal ini perlu dipahami agar tidak menimbulkan salah
pengertian atau penyesatan. Menurut Munawir ( 2004 : 9 ):
Ada beberapa keterbatasan dari laporan keuangan antara lain:
1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik adalah pada dasarnya
merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang
sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang final karena itu semua
jumlah-jumlah atau hal-hal yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak
menunjukan nilai likuiditas atau realisasi di mana dalam interim report ini
terdapat/terkandung pendapat-pendapat pribadi (personal judgement) yang
telah dilakukan oleh akuntan atau manajemen yang sangkutan.
2. Laporan keuangan menunjukan angka dalam rupiah yang kelihatanya bersifat
pasti dan tepat. Tetapi sebenarnya dasar penyusutanya dengan standar nilai
yang mungkin berbeda atau berubah-ubah. Laporan keuangan dibuat
berdasarkan konsep going concern atau anggapan bahwa perusahaan akan
berjalan terus sehingga aktiva tetap tersebut sebesar akumulasi depresiasinya.
Karena itu angka yang tercantum dalam laporan keuangan hanya merupakan
nilai buku ( book value ) yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang
maupun nilai gantinya.
3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan
atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, di mana daya beli
(purchasing power) uang tersebut semakin menurun, dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya, sehinga kenaikan volume penjualan yang dinaikan
dalam rupiah belum tentu menunjukan atau mencerminkan unit yang dijual
semakin besar, mungkin kenaikan itu juga diikuti kenaikan tingkat hargaharga. Jadi suatu analisa dengan memperbandingkan data beberapa tahun
tanpa membuat penyesuaian terhadap perubahan tingkat harga akan diperoleh
kesimpulan yang keliru (misleanding)
4. laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat
mempengarui posisi atau keadaan keuangan, karena faktor-faktor tersebut
tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang seperti reputasi atau prestasi
perusahaan.
Sedangkan keterbatasanya menurut SAK (Standar Akuntasi keuangan)
sifat dan keterbatasan laporan keuangan adalah sebagai berikut:
22
1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian
yang telah lewat bukan masa kini. Karenanya laporan keuangan tidak dapat
dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan
keputusan ekonomi apa lagi untuk meramalkan masa depan atau menentukan
nilai (harga) perusahaan saat ini.
2. Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan disajikan untuk
memenui kebutuhan pihak tertentu atau pihak khusus saja seperti untuk pihak
yang akan membeli perusahaan.
3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan
berbagai pertimbangan.
4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula,
penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin
tidak dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh yang material
terhadap kelayakan laporan keuangan.
5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian. Bila
terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai suatu
pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai
aktiva yang paling kecil. Laba yang belum direalisasikan tidak dicatat namun
rugi kendati pun belum direalisaskan tetapi sudah berlaku di pasar maka dapat
di catat, misalnya jika harga persediaan di pasar dibawah harga pokok maka
harga pokok maka perbedaan ini dapat dicatat sebagai rugi namun jika harga
melebihi harga pokok tidak dicatat sebagai laba.
6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu
peristiwa/transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas). (substance over
form).
7. Laporan keuangan disusun dengan mengunakan istilah-istilah teknis dan
pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat
dari informasi yang dilaporkan.
8. Adanya pelbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan
menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat
kesuksesan antar perusahaan.
9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan
umumnya diabaikan.
Sedangkan menurut Sofyan ( 2007 : 298):
Adapun keterbatasan analisa rasio itu adalah:
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk
kepentingan pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi
keterbatasan teknik ini seperti:
a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung
taksiran dan judgement yang dapat dinilai bias atau subjektif.
b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai
perolehan (cost) bukan harga pasar.
c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.
23
d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa
diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia akan menimbulkan kesulitan
menghitung rasio.
4. Sulit jika data yang tersedia tidak singkron.
5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang
dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa
menimbulkan kesalahan.
F. Tujuan Analisa Laporan Keuangan.
Laporan keuangan yang disusun oleh perusahaan sifatnya hanya
memberikan informasi secara kuantitatif, oleh karena itu belum dapat digunakan
secara langsung sebagai dasar pengambilan keputusan yang berhubungan dengan
perusahaan tersebut. Informasi yang disajikan sifatnya masih terbatas sehingga
perlu dilakukan penafsiran dari data keuangan yang disajikan. Penafsiran ini
dilakukan dengan jalan mengadakan analisa terhadap laporan keuanga terlebih
dahulu. Dengan tujuan agar dapat diperoleh gambaran atau informasi-informasi
lainnya yang lebih mendalam bagi para pemakai dalam pengambilan keputusankeputusannya. Meskipun tujuan dari analisa laporan keuangan ini berbeda-beda,
terutama dilihat dari masing-masing pihak yang berkepentingan dengan eksistensi
suatu perusahaan, namun secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan utama dari
analisa laporan keuangan tidak lain adalah untuk menilai performa perusahaan.
Tujuan analisa laporan keuangan
untuk tujuan umum adalah
memberikan informasi tentang posisi keuangan secara lebih terperinci atas hasil
interprestasi mengenai prestasi perusahaan yang telah dicapai, posisi dan keadaan
keuangan perusahaan, proyeksi, diagnosa, dan akurasi pengukuran.
24
G. Metode dan Teknik Analisa Laporan Keuangan
Metode dan teknik analisa laporan keuangan digunakan untuk menentukan
dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan sehingga
dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila
dibandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk suatu perusahaan tertentu
atau dibandingkan dengan alat pembanding lainnya.
Tujuan
utama
dari
suatu
metode
dan
analisa
adalah
untuk
menyederhanakan data sehinga dapat dimengerti. Pertama pengganalisa harus
mengorganisasikan atau mengumpulkan data yang diperlukan, mengukur dan
kemudian mengganalisa dan menginterprestasikan sehinga data ini lebih berarti.
Menurut Munwir dalam Analisa Laporan keuangan edisi empat (2004 : 35)
Analisa-analisa laporan keungan terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada
hubungan-hubungan dan tendensi atau kecenderungan (tren) untuk menentukan
posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan.
Metode dan teknik analisa (alat – alat analisa) digunakan untuk menentukan
dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan sehinga
dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tertentu bila
diperbandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk satu perusahaan
tertentu, atau diperbandingkan dengan alat–alat pembanding lainnya misalnya
diperbandingkan dengan laporan keuangan yang dibudgetkan atau dengan laporan
keuangan perusahaan lainnya.
Ada dua metode yang digunakan oleh setiap penganalisis laporan keuangan
yaitu analisa horizontal dan analisa vertikal. Analisa horizontal adalah analisa dengan
mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa
saat, sehinga akan diketahui perkembangannya. metode horizontal ini juga disebut
pula sebagai metode analisis dinamis. Analisa vertikal yaitu apabila laporan keuangan
yang dianalisa hanya meliputi suata periode atau satu saat saja, yaitu dengan
memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos lainnya dalam laporan keuangan
tersebut, sehinga hanya akan diketahui keadaan keuangaan atau hasil operasi pada
saat itu saja. Analisa vertikal ini juga disebut analisa statis karena kesimpulan yang
dapat diperoleh hanya untuk satu periode saja tanpa mengetahui perkembangannya.
Teknik analisa yang biasa digunakan dalam analisa laporan keuangan
adalah sebagai berikut:
1. Analisa perbandingan laporan keuangan, adalah metode dan teknik analisa dengan
cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan
menunjukan:
25
a. Data absolute atau jumlah-jumlah dalam rupiah
b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah
c. Kenaikan atau penurunan dalam prosentase
d. Perbandingan yang dinyatakan dengan prosentase
e.Prosentase dari total
Analisa dengan menggunakan metode ini akan dapat diketahui perubahanperubahan yang terjadi dan perubahan mana yang memperlukan penelitian lebih
lanjut.
2. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan
dalam prosentase (trend percentage analysis) adalah suatu metode atau teknik
analisa untuk mengetahui tendensi tetap, naik atau bahkan turun.
3. Laporan dengan prosentase per komponen atau common size statement, adalah
suatu metode analisa untuk mengetahui prosentase investasi pada masing-masing
aktiva terhadap total aktivanya juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan
komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualanya.
4. Analisa sumber dan pengunaan modal kerja adalah suatu analisa untuk mengetahui
sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab
perubahannya modal kerja dalam periode tertentu.
5. Analisa sumber dan pengunaan kas (cash flow statement analysis) adalah suatu
analisa untuk mengetahui sebab-sebab perubahanya jumlah uang kas atau untuk
mengetahui sumber-sumber serta pengunaan uang kas selama periode tertentu.
6. Analisa ratio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos
tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari
kedua laporan tersebut.
7. Analisa perubahan laba kotor (gross profit analysis) adalah suatu analisa untuk
mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke
periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba kotor suatu
periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut.
8. Analisa Break Even, adalah suatu analisa untuk menentukan tingkat penjualan
yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita
kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisa break even
ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai
tingkat penjualan.
Metode dan teknik analisa manapun yang digunakan kesemuanya itu adalah
merupakan permulaan dari proses analisa yang diperlukan untuk mengganlisa laporan
keuangan dan setiap metode analisa mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk
membuat agar data dapat lebih dimengerti sehinga dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
H. Analisa Rasio
Menggadakan analisa dalam pos-pos laporan keuangan adalah merupkan
dasar untuk dapat menerjemahkan kondisi keuangan dan hasil operasional suatu
26
perusahaan, dengan mengunakan laporan keuangan yang diperbandingkan termasuk
data-data dalam perubahan yang terjadi dalam jumlah nominal (rupiah), prosentase,
serta trendnya. Rasio menggambarkan suatu hubungan antara jumlah tertentu dengan
jumlah yang lainnya. Dengan mengadakan analisa data finansial dari tahun ke tahun
yang lalu akan diketahui tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu
perusahaan.
Keunggulan analisa rasio menurut Sofyan (2007 : 298) adalah sebagai
berikut:
Analisa rasio ini memiliki keungulan dibandingkan teknik analisa lainnya.
Keungulan tersebut adalah:
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sedehana dari informasi yang disajikan
laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan
keputusan dan model prediksi (Z-score)
5. Menstandarisir size perusahaan
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lainya atau
melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau secara “time series”.
7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang
akan datang.
Dengan mengunakan analisa rasio dimungkinkan untuk dapat menentukan
tingkat likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas, aktivitas, perkembangan dan
produktifitas serta informasi-informasi lainnya yang diperlukan. Pada dasarnya
macam angka-angka rasio ini banyak sekali. Adapun analisa rasio keuangan yang
sering digunakan adalah:
1. Rasio likuiditas
Rasio likuiditas/rasio modal kerja menurut Munawir (2007 :71) yaitu:
Rasio yang digunakan untuk menganalisa dan menginpresentasikan posisi
keuangan jangka pendek, tetapi juga sangat membantu bagi manajemen untuk
mengecek efisiensi modal kerja yeng digunakan dalam perusahaan. Juga penting
27
bagi kreditor jangka panjang dan pemegang saham yang akhirnya atau setidaktidaknya ingin mengetahui prospek dari deviden dan pembayaran bunga dimasa
yang akan datang.
Rasio likuiditas menurut Sofyan (2007:301) adalah ”Rasio likuiditas
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka
pendeknya” dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa masalah pokok dalam
likuiditas adalah terletak pada kemampuan perusahaan untuk memenui
kewajiban/hutang keuangan jangka pendek pada saat ditagih. Apabila perusahaan
mampu memenui kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan
dalam keadaan “likuid”, sebaliknya perusahaan tidak dapat segera memenuhi
kewajiban keuangan pada saat ditagih berarti perusahan tersebut dalam keadaan
“illikuid”.
berikut ini adalah contoh rasio likuiditas yang digunakan dalam
menganalisa laporan keuangan suatu perusahaan.
a. Current Rasio/Rasio Lancar
Current rasio adalah rasio yang dengan membagi aktiva lancar dengan hutang
lancar. Rasio ini memberika informasi tentang kemampuan perusahaan
menutup semua hutang lancarnya yang telah jatuh tempo. Dan selisih antara
aktiva lancar dengan hutang lancar adalah merupakan jaminan terhadap
kemungkinan rugi yang ditimbulkan dari usaha untuk merealisasikan aktiva
lancar non kas menjadi kas. Umumnya standar yang digunakan adalah 200%
dianggap cukup baik, rasio ini dapat dirumuskan:
Aktva lancar
Current rasio = ------------------- X100%
Hutang lancar
28
b.
Acid Test (Quick) Rasio
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenui
kewajiban-kewajiban dalam jangka pendek dengan hanya memperhitungkan
sebagian aktiva lancar yang memiliki kemungkinan untuk dapat dikonversikan
dalam waktu singkat dengan risiko kerugian yang kecil (Aktiva yang sangat
likuid) dengan hutang lancar. Acid test rasio atau rasio cepat ini sebesar 100%
umumnya dianggap baik. Acid test rasio dirumuskan sebagai berikut:
Aktiva Lancar - Persediaan
Acid Test Rasio = ---------------------------------- X100 %
Hutang Lancar
c.
Kas Rasio
Kas Rasio yaitu perbandingan antara kas atau setara dengan kas terhadap
Hutang lancar. Rasio ini merupakan kemampuan perusahaan untuk melunasi
hutangnya dengan menunjukan porsi kas yang dapat menutupi hutang. Kas
Rasio dapat dirumuskan sebagai berikut:
Kas
Kas Rasio = -------------------- X 100 %
Hutang Lancar
2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka panjang atau kewajibanya apabila perusahaan tersebut
dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dengan dari pos-pos yang sifatnya jangka
panjang. Dengan diadakan analisa rasio ini diharapkan untuk dapat menjawab
beberapa persoalan antara lain berikut ini (Munawir 2007 : 82) :
29
a.
b.
c.
d.
Apakah perusahaan sudah menggunakan secara baik atau menguntungkan
keseimbangan antara modal yang berasal dari pinjaman dengan yang berasal
dari pemilik?
Apakah modal yang diperoleh sudah diinvestasikan dalam keseimbangan
yang baik dalam berbagai pos aktiva?
Apakah jumlah investasi dalam operating asset sudah sesuai dengan
penghasilan atau volume penjualan diwaktu-waktu yang akan datang dengan
menguntungkan?
Apakah posisi keuangan jangka panjang menunjukan gejala perbaikan? Hal
ini terjamin dengan kemampuan perusahaan untuk tumbuh (exspansi).
Rasio solvabilitas antara lain:
a. Rasio Total Utang atas Modal
Rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik perusahaan dapat
memenuhi hutang-hutang kepada pihak luar. Rasio ini juga disebut rasio
leverage. Rasio Utang atas Modal dapat dirumuskan sebagai berikut:
Total Hutang
Rasio Hutang atas Modal = ------------------------ X 100%
Modal (Equity)
b. Rasio Total Hutang atas Total Aktiva
Rasio ini menunjukan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Aktiva
yang lebih besar dari hutang lebih aman (solvabel). Atau dapat juga diartikan
seberapa hutang yang dijamin dengan total aktiva perusahaan. Rasio Hutang
atas total aktiva dapat dirumuskan sebagai berikut:
Total Hutang
Rasio Hutang atas Total Aktiva = ---------------------- X100%
Total Aktiva
c. Rasio Aktiva Tetap atas Hutang Jangka Panjang
Rasio ini diperoleh dengan membagi antara aktiva tetap dengan hutang jangka
panjang adalah suatu rasio yang menunjukan ukuran tentang tingkat keamanan
yang dimiliki oleh kreditor jangka panjang. Disamping itu juga untuk
30
menunjukan kemampuan perusahaan untuk memperoleh pinjaman baru dengan
jaminan aktiva tetap. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Aktiva Tetap
Rasio Aktiva Tetap atas Hutang Jangka Panjang = ------------------------------ X100%
Hutang Jangka Panjang
3. Rasio Rentabilitas
Rentabilitas yaitu suatu rasio yang menggambarkan suatu kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba melalui semua kemampuanya dari sumber daya yang ada
seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan lain
sebagainya. Rasio yang menggambarkan rasio rentabilitas juga disebut rasio
Operating rasio, rasio rentabilitas dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.
Rasio Profit margin
Rasio Profit margin digunakan untuk perbandingan antara pendapatan/laba
bersih yang diperoleh dengan dari setiap penjualan semakin besar rasio ini
dianggap cukup baik. Rasio Profit margin dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba
Rasio Profit Margin = ----------------Penjualan
b.
Rasio Total Asset Turn Over
Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualannya,
semakin besar rasio ini berarti semakin baik kondisi rentabilitas perusahaan
tersebut. Hal ini berarti aktiva dapat lebih cepat berputar dalam mencari laba.
Rasio total aset turn over dapat dirumuskan sebagai berikut:
Penjualan Bersih
Rasio Total Asset Turn Over = ------------------------Total Aktiva
31
c.
Return On Invesment
Rasio ini menunjukan persen laba bersih yang diperoleh dari modal pemilik.
Semakin besar rasio ini semakin bagus karena menunjukan tingkat
pengembalian investasi pada perusahaan tersebut. Rasio dirumuskan sebagai
berikut:
Laba Bersih
Return On Invesmen = ---------------------Rata-rata Modal
4. Rasio Aktivitas
Rasio ini menggambarkan aktivitas perusahaan dalam menjalankan operasinya baik
dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya.
a. Rasio Fixed Aset Turn Over
Rasio ini menunjukan berapa kali nilai aktiva berputar bila diukur dari volume
penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik artinya kemampuan aktiva tetap
menciptakan penjualan tinggi. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Penjualan
Fixed Aset Turn Over = ------------------Aktiva Tetap
b. Inventory Turn over
Rasio ini menunjukan beberara cepat perputaran persediaan dalam siklus
produksi normal, semakin tinggi rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa
kegiatan penjualan berjalan cepat. Rasio Inventory turn over dapat dirumuskan:
Harga Pokok Penjualan
Rasio Inventory turn Over = ---------------------------------Rata-rata Persediaan
32
5. Rasio Pertumbuhan
Rasio ini menggambarkan prestasi pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahunketahun. Rasio pertumbuhan antara lain:
a. Rasio Kenaikan penjualan
Rasio ini menunjukan prestasi kenaikan penjualan tahun ini dibanding dengan
tahun lalu. Semakin tinggi rasio ini semakin berarti baik. Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Penjualan Tahun Ini – Penjualan Tahun Lalu
Rasio Kenaikan Penjualan= ---------------------------------------------------------X100%
Penjualan Tahun Lalu
b. Rasio Kenaikan Laba Bersih
Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan labanya dari
tahun ke tahun. Rasio ini dapat dirumuskan
Laba Bersih Tahun ini – Laba Bersih tahun Lalu
Kenaikan Laba Bersih = ------------------------------------------------------------- X100%
Laba Bersih Tahun Lalu
6. Rasio Produktivitas
Adalah rasio yang membandingkan produktivitas unit-unit usaha suatu perusahaan,
rasio ini menunjukan tingkat produktifitas dari unit atau kegiatan yang dinilai.
a. Rasio Laba Bersih Terhadap Karyawan
Rasio ini menunjukan sejauh mana karyawan menghasilkan laba. Semakin
besar rasio ini semakin baik karena dianggap lebih produktif
Rasio ini dapat dirumuskan:
Jumlah Laba
Rasio Karyawan terhadap laba = ------------------------ X100%
Jumlah karyawan
33
b. Rasio Karyawan Atas penjualan
Rasio ini menunjukan sejauh mana kemampuan karyawan menghasilkan
penjualan. Semakin besar rasio ini semakin dianggap lebih produktif. Rasio ini
dapat di rumusakan:
Penjualan Bersih
Rasio Penjualan Atas karyawan = -------------------------X100%
Jumlah karyawan
c. Rasio Laba Terhadap Cabang/Unit Usaha
Rasio laba terhadap cabang/Unit Usaha menggambarkan kontribusi cabang dalam
menghasilkan laba atau rata-rata kemampuan cabang/unit usaha dalam
menghasilkan laba. Rasio ini dapat dirumuskan:
Total Laba
Rasio Laba Terhadap Cabang/Unit usaha = ------------------------------------X100 %
Jumlah Cabang/Unit Usaha
I. Analisa Tren, Indeks berseri dan Common size
Analisa ini merupakan metode dan teknik yang dilakukan dengan cara
meneliti besarnya prosentas dari masing–masing pos terhadap jumlah tertentu untuk
mengetahui perubahan penting dalam struktur dan komposisi suatu pos dalam laporan
keuangan, laporan keuangan yang disajikan dalam prosentase-prosentase. Menurut
Sofyan ( 2007:243) :
a.
b.
Time series indeks, menyajikan laporan keuangan beberara tahun (time
series) kemudian angka-angka laporan keuangan dikonversi dengan angka
indeks yang memiliki tahun dasar, sehingga analis dapat melihat
perkembangan, posisi dan kemajuan perusahaan dalam rentang waktu
tertentu.
Analisa tren untuk melihat kecenderungan, perkembangan perusahaan selama
periode tertentu yang sudah berlaku dan periode yang akan datang.
34
c.
Common size untuk melihat struktur keuangan perusahaan dengan cara
mengkonversi laporan keuangan kedalam bentuk awam (comman size)
dengan mengunakan denomitasi prosentase.
Dalam menggadakan analisa ini penulis akan menggunakan teknik analisa
time series indeks untuk mengetahui perubahan pos-pos tertentu dalam laporan
keuangan dari tahun ke tahun yang dikomparatifkan dari tahun awal ke tahun lainnya
dan tahun awal akan dijadikan tahun dasar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Gambaran umum koperasi
1. Sejarah Singkat
KUD Setya Budhi adalah suatu organisasi koperasi yang berwatak sosial
yang merupakan wadah bagi pengembangan berbagai kegiatan ekonomi
masyarakat pedesaan yang diselengarakan oleh untuk para anggota dengan
memberikan pelayanan kepada anggota dan masyarakat umum. Pada mulanya
KUD Setya Budhi disebut koperasi pertanian Mulya atau koperasi Mulya yang
berkedudukan di Desa Krasak Kabupaten Brebas yang pada waktu pertama kali
berdiri beranggotakan 30 orang, dalam pembentukan koperasi Mulya menjadi
KUD Setya Budhi yang berperan adalah Departemen Koperasi, para Camat, para
kepala Desa dan anggota-anggota.
Setelah Mengalami perkembangan yang cukup pesat pada tahun 1975
KUD Setya Budhi mendapat pengesahan badan hukum
No:6628c/BH/VI
bertanggal 30 September 1975 dan untuk mendukung kegiatan yang semakin
ramai maka pusat kegiatan koperasi dipindahkan di gedung koperasi Indonesia di
Kota Brebes sampai dengan tahun 1976. Tahun 1976 sampai dengan tahun 1981
KUD Setya Budhi menempati Kantor yang lebih strategis di Desa Kaligangsa
Wetan. Guna untuk meningkatkan efisiensi maka pelayanan kepada anggota maka
kantor pusat kegiatan KUD Setya Budhi memindahkan pusat kegiatanya di Desa
Terlanggu kabupaten Brebes dari tahun 1981 sampai dengan tahun 1986. Pada
tahun 1986 sampai dengan tahun 1988 kantor KUD Setya Budhi kembali
35
36
berkantor di kantor PUSKUD perwakilan Kabupaten Brebes. Pada akhirnya pada
tanggal 27 Juni 1989 atas peresmiaan Bupati Brebes dan Kakanwil Departemen
Koperasi Jawa Tengah, KUD Setya Budhi menempati gedung baru sebagai kantor
pusat yang beralamat di jalan Ahmad Yani No:54. Kabupaten Brebes. Dalam
operasinya KUD Setya Budhi berusaha untuk mengimplementasikan visi
dan misi Koperasi yang dituangkan dalam prinsip karateristik koperasi.
Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan
pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip
Koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada
khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya, dengan demikian koperasi
merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional.
Prinsip-prinsip
koperasi merupakan landasan pokok koperasi dalam
menjalankan usahanya sebagai badan usaha dan gerakan ekonomi rakyat. Prinsipprinsip tersebut terdiri dari: kemandirian, keanggotaan bersifat terbuka,
pengelolaan dilakukan secara demokratis pembagian sisa hasil usaha dilakukan
secara
adil
sebanding
dengan
besarnya jasa usaha masing-masing anggota,
pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal, pendidikan perkoperasian dan
kerja sama antar koperasi.
Karakteristik utama koperasi yang membedakannya dengan badan usaha
lain adalah bahwa anggota koperasi memiliki identitas ganda (the dual identity of the
member), yaitu anggota sebagai pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi (user
own oriented firm). Oleh karena itu.
37
(a) Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya
ada satu kepentingan ekonomi yang sama.
(b) Koperasi didirikan dan dikembangkan berlandaskan nilai-nilai percaya diri
untuk menolong dan bertanggung jawab kepada diri sendiri, kesetiakawanan,
keadilan, persamaan, dan demokrasi. Selain itu anggota-anggota koperasi
percaya pada nilai-nilai etika kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial,
dan kepedulian terhadap orang lain.
(c) Koperasi didirikan, dimodali, dibiayai, diatur, dan diawasi serta dimanfaatkan
sendiri oleh anggotanya.
(d) Tugas pokok badan usaha koperasi adalah menunjang kepentingan
ekonomi anggotanya dalam rangka memajukan kesejahteraan anggota
(promotion of the members' welfare).
(e) Jika terdapat kelebihan kemampuan pelayanan koperasi kepada anggotanya
maka kelebihan kemampuan pelayanan tersebut dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat yang non-anggota koperasi.
Dalam meningkatkan kesejahteraan anggotanya, koperasi tidak hanya
dituntut mempromosikan usaha-usaha ekonomi anggota, tetapi juga mengembangkan
sumber daya anggota melalui pendidikan dan pelatihan yang dilakukan secara
terus-menerus dan berkelanjutan sehingga anggota semakin profesional dan mampu
mengikuti perkembangan bidang usahanya. Sebagai penggerak ekonomi rakyat
dan sokoguru perekonomian nasional, pemerintah sangat berkepentingan
terhadap keberhasilan koperasi. Oleh karena itu, pemerintah berperan dalam
memberikan pembinaan, perlindungan dan peluang usaha pada koperasi. Dalam
38
pelaksanaan pembinaan, perlindungan dan peluang usaha tersebut koperasi perlu
berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang ditetapkan pemerintah. Ketentuanketentuan tersebut juga berpengaruh terhadap perlakuan akuntansi pada koperasi.
2
Unit – Unit Usaha KUD Setya Budhi
Kegiatan usaha KUD Setya Budhi merupakan masalah utama bagi sebuah
koperasi dari pernyataan tersebut diatas maka KUD Setya Budhi mengadakan
kegiatan usaha yang dikelompokan dalam unit – unit usaha yang telah dikelola telah
lama dan berkemban pesat, serta unit usaha yang baru dirintis serta unit – unit usaha
baru yang didirikan berdasarkan permintaan dari para anggota dan tren usaha pada
saat ini.
1 Kegiatan Unit Usaha Toserba
Unit usaha Toserba dengan luas areal toko kurang lebih 800 M2 terletak di desa
Kaligangsa Wetan, Brebes
dengan tujuan untuk melayani kebutuhan para
anggota dan masyarakat umum sekitarnya pada umumnya. Unit kegiatan toko
serba ada menyediakan
akan sembilan bahan pokok, kebutuhan alat tulis,
perkakas rumah tangga, mainan anak, serta kebutukan sandang dan
assesorisnya.
2 Kegiatan Unit Usaha Saprodi
Sebagai koperasi Unit desa yang anggotanya mayoritas petani KUD Setya
Budhi mendirikan unit usaha yang menjadi andalan adalah unit usaha Saprodi
ini ruang lingkupnya dalam bidang penyedian alat-alat pertanian, penyedian
bibit pertanian, pupuk, serta obat – obat pertanian dan juga menyediakan alat
39
pertambakan dan juga menyediakan pakan ternak, obat ternak ternak dan alatalat peternakan bagi anggota koperasi maupun masyarakat umum.
3 Kegiatan Unit Usaha Simpan Pinjam
Unit Usaha ini didirikan untuk membantu para anggota maupun masyarakat
umum yang membutuhkan kebutuhan akan pinjaman kredit baik yang
digunakan untuk kebutuhan akan modal usaha maupun untuk mencukupi akan
kebutuhan keuangan lainnya. Selain ini unit usaha ini juga menerima simpanan
dana dari anggota dan masyarakat umum.
4 Kegiatan Unit Usaha Tebu Rakyat Intensif
Unit usaha tebu rakyat intensif ini berusaha untuk meningkatkan pendapatan
petani tebu disektor usaha budi daya tebu rakyat dengan pengolahan tebu
dengan menggunakan pasca usaha tani.
5 Kegiatan Unit Usaha Pengadan Pangan
Unit usaha ini berusaha membantu pemerintah dalam pengadaan stok beras di
gudang Bulog kabupaten Brebes. Dalam hal ini KUD Setya Budhi membeli
gabah dari petani pada waktu panen kemudian menjualanya kepada Bulog .
6 Kegiatan Unit Usaha Toko Bangunan “Murah Meriah”
Unit usaha Toko bangunan didirikan berdasarkan permintaan pasar akan
kebutuhan bahan banguan untuk para anggota dan masyarakat umum dengan
harga yang bersaing.
7 Kegiatan Unit Usaha Penggilingan padi
Sebagai koperasi unit desa KUD Setya Budhi memiliki beberara tempat
penggilingan padi yang merupan unit kegiatan yang pertama dimiliki selain
40
menyediakan jasa penggilingan padi juga melayani jual-beli padi dan
mendistribusikannya.
8 Kegiatan Unit Usaha Jasa Pembayaran Listrik
Kegiatan usaha ini dilakukan untuk memudahkan para anggota dan masyarakat
umum untuk melayani pembayaran tagihan listrik baik yang dilakukan secara
individu maupun secara kolektif.
B. Struktur Organisasi KUD Setya Budhi
Organisasi adalah sekelompok manusia yang dipersatukan dalam suatu
kerjasama yang efektif untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Dari
pengertian organisasi diatas dapat diartikan bahwa organisasi KUD Setya Budhi
merupakan organisasi yang terdiri dari anggota-anggota yang bersatu untuk
membentuk suatu kegiatan usaha ekonomi untuk meningkatkan kesejahteran para
anggotanya. Strukrur organisasi merupakan suatu perangkat yang mengatur
wewenang dan tangung jawab setiap lini struktur organisasi. Struktur organisasi
KUD Setya Budhi terdiri dari:
1 RAT (Rapat Anggota Tahunan )
Adalah rapat anggota koperasi yang diadakan satu tahun sekali yang membahas
kinerja pertanggung jawab pengurus Koperasi terhadap kinerja selama satu
tahun dan merencanakan kerja satu tahun mendatang yang tertuang dalam
rencana anggaran dasar dan rencana anggaran rumah tangga.
41
2 Penasehat
Adalah seseorang yang dipilih yang dianggap mempunyai pengalaman dalam
bidang bisnis, organisasi dan kemasyarakatan yang dipilih menjadi penasehat
baik dari kalangan anggota, tokoh masyarakat maupun birokrat pemerintahan.
Yang paham akan masalah KUD Setya Budhi maupun perkoperasian pada
Khususnya. Dalam struktur organisasi Penasehat tidak mempuyai garis herarki
tetapi dalam keadaan tertentu dapat dimintai pendapat dan nasehatnya.
3 Pengurus Koperasi
Pengurus KUD Setya Budhi bertugas untuk untuk mengimplementasikan
rencana kerja yang telah disusun dalam rapat anggota tahunan, bertangung
jawab atas kinerja KUD Setya Budhi secara keseluruhan. Dalam struktur
organisasi KUD Setya Budhi berada dibawah rapat anggota tahunan. Pengurus
beranggotakan: ketua umum, ketua satu, ketua dua, sekretaris, dan bendahara
4 Badan Pengawas
Badan pengawas adalah badan dalam struktur organisasi yang kedudukanya
sejajar dengan pengurus koperasi. Bertugas hanya mengawasi kinerja pengurus
dalam menjalankan operasional koperasi. Dalam Struktur organisasi badan
pengawas setara dengan pengurus tetapi tidak mempunyai wewenang untuk
memerintahkan dan meminta pertangung jawaban manager umum.
Badan
pengawas terdiri dari: ketua, sekretaris, bendahara, anggota I dan anggota II.
42
Manager umum bertugas mengimplementasikan rencana kerja koperasi yang
telah ditentukan pengurus koperasi dan bertangung jawab terhadap kinerja unitunit usaha koperasi.
5 Manager Unit usaha
Manager unit usaha bertangung jawab terhadap kelangsungan kegiatan unit
usaha yang dipimpinya baik secara operasional, administrasi, keuangannya.
Dan susunan Organisasi KUD Setya Budhi dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1:
Susunan kepengurus KUD Setya Budhi Periode 1999 – 2004 dan 2005 – 2009
Keterangan
Penasehat
Periode 1999 - 2004
1.H. Soewardi Warjaatmadji, SH
Periode 2005 - 2009
1. H. Soewardi Warjaatmadji, SH
2. Ir Masrukhi Bachro
Pengurus
Badan pengawas
1.Drs Rosichin. AG : Ketua umum
1.Drs Rosichin AG :Ketua umum
2. H.M Soetono
2.H Tarmudi,S.Pd
: Ketua Satu
:Ketua satu
3. H. Abdurrochim : Ketua dua
3. Wahidin Soedja,BA:Sekretaris
4. H.M Daimun K :Sekretaris
4. H.Rosichin HM
5. H.Rosichin.HM :Bendahara
5. Yoesa
1. Tarmudi,S.Pd
: Ketua
1. Herfaruk, SH
: Ketua
2. Wakhidin, BA
: Sekretaris
2. Darmadi,SH
: Sekretaris
3. Herfaruk, S.H
: Bendahara
3. Djasan
: Anggota
4. Nur Rossin
: Anggota
5. Djasan
: Anggota
Sumber Rapat anggota Tahunan 2003 sampai 2007
:Bendahara
:Pembantu umum
43
C. Organisasi manajemen KUD Setya Budhi
Untuk menjalankan fungsi organisasi maka disusun organisasi manajemen
yang terdiri dari manager sentral yang berkedudukan di kantor pusat dan
bertangung jawab terhadap seluruh unit – unit usaha, dan manager unit usaha
yang
akan menggerakan unit usaha dan bertangung jawab terhadap
kelangsungan unit usaha yang dikelolanya. Organisasi manajemen KUD
dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan tantangan bisnis yang terus berkembang,
Para manager unit usaha ini dipilih dan diperhentikan oleh pengurus koperasi
tergantun pada prestasi unit – unit usaha yang dikelolanya yang akan dievaluasi
setiap tahun setelah rapat anggota tahunan yang selengarakan.
D. Laporan Keuangan KUD Setya Budhi
KUD Setya Budhi Setya setiap tahun menyusun laporan keuangan.
Periode akuntansi yang dibuat berdasarkan pada tahun kalender dari periode
Januari sampai dengan Desember yang akan dipertanggung jawabkan pada
rapat anggota tahunan. Laporan akuntansi KUD Setya Budhi dibuat dalam dua
jenis laporan keuangan yaitu:
a.
Laporan keuangan akuntansi adalah laporan untuk pertanggung jawaban
keuangan dari pengurus kepada anggota maupun pihak eksteren koperasi
yang berkepentingan dan disusun berdasarkan pernyataan standar akuntansi
keuangan nomer 27 tentang akuntansi perkoperasian. Laporan keuangan ini
terdiri atas:
44
1) Neraca.
2) Perhitungan Sisa Hasil Usaha.
3) Laporan Arus Kas.
4) Laporan Promosi Anggota.
5) Catatan Atas Laporan keuangan.
b.
Laporan akuntansi Manajemen adalah laporan yang dibuat untuk membantu
manajemen dalam melakukan kegiatan khususnya dalam pengambilan
keputusan bisnis dan pengawasan. Bentuk dan jenis laporan ini disesuaikan
dengan kebijaksanaan manajemen.
Untuk keperluan analisis penulis mengambil laporan keuangan KUD
Setya Budhi yang disajikan dalam rapat anggota tahunan ( RAT ) dari tahun 2003
sampai dengan 2007 yang terdiri dari:
a.
Neraca yang menyajikan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas
koperasi pada waktu tertentu.
b.
Perhitungan sisa hasil usaha adalah Perhitungan hasil usaha harus memuat
hasil usaha dengan anggota serta non anggota dan laba atau rugi kotor dengan
non-anggota. Perhitungan hasil usaha menyajikan informasi mengenai
pendapatan dan beban-beban usaha dan beban perkoperasian selama periode
tertentu.
E. Rasio Keuangan Koperasi
Untuk menghitung analisa rasio penulis menggunakan rasio yang dianggap
dapat mengganalisa perkembangan keuangan KUD Setya Budhi. Tetapi tidak seluruh
45
rasio keuangan dipergunakan penulis hanya tergantung dari rasio apa yang dianggap
dapat menggambarkan kinerja keuangan koperasi.
1. Analisa Rasio Likuiditas. Rasio yang digunakan adalah:
a. Current rasio
b. Test acid rasio
c. Kas rasio
2. Rasio Solvabilitas. Rasio yang digunakan adalah:
a. Rasio total hutang atas modal
b. Rasio total hutang atas total aktiva
c. Rasio aktiva tetap atas hutang jangka panjang
3. Rasio Rentabilias. Rasio yang digunakan adalah:
a. Rasio margin profit
b. Rasio total asset turn over
b. Return of invesment
4.
Rasio aktivitas. Rasio yang digunakan adalah:
a. Rasio fixed asset turn over
b. Rasio inventory turn over
5. Rasio pertumbuhan. Rasio yang digunakan adalah:
a. Rasio kenaikan penjualan
b. Rasio kenaikan laba bersih
6. Rasio Produktifitas. Rasio Rasio ini yang digunakan adalah:
a.
Rasio karyawan terhadap laba
b.
Rasio karyawan terhadap penjualan
46
c.
Rasio laba terhadap cabang atau unit usaha
F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif ini adalah penelitian yang bertujuan untuk membuat
deskriptif secara sistematis, faktual, dan akurat menggenai kinerja keuangan
berdasarkan analisa likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, aktivitas, pertumbuhan dan
produktivitas pada KUD Setya Budhi Brebes.
G. Metode Pengumpulan Data
Metode dan teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis ini adalah
mengumpulkan bahan, data dan informasi yang dibutuhkan dalam pembahasan
masalah dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penggumpulan
data sebagai berikut:
1. Penelitian Pustaka
Untuk memperoleh data sekunder yang akan menunjang penulisan, penulis
membaca dan mempelajari literatur – literatur yang ada, baik berupa buku,
referensi, artikel – artikel dari media cetak dan skripsi – skripsi yang
berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.
H. Metode Analisa Data
Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisa
deskriptif kuantitatif dan diskripsi kualitatif. Diskripsi kuantitatif yaitu analisa data
47
dilakukan terhadap angka–angka, prosentase, Frekuensi, rata-rata, diagram, atau
grafik dimana untuk mengelolanya dapat digunakan ststistik deskriptif. Sedangkan
analisa deskripsi kualitatif adalah analisa yang didasarkan pada peryataan keadaan
dan ukuran kualitas. Agar tujuan penelitian dapat dicapai dangan sempurna maka
dipelukan data informasi yang mendukung penelitian. Setelah data telah diperoleh,
penulis akan melakukan analisa data. Tujuan analisa data adalah agar tercapai data
yang relevan, maksudnya data yang sesuai dengan kebutuhan dalam pembahasan
masalah skripsi ini. Prosedur analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah:
1. Mengganalisa Laporan keuangan ( Laporan Sisa Hasil Usaha dan Neraca ) KUD
Setya Budhi Brebes Untuk periode tahun 2003 sampai dengan 2007.
2. Menghitung rasio keuangan KUD Setya Budhi tahun 2003 sampai dengan 2007,
dimana rasio yang digunakan adalah:
a.Rasio Likuiditas
b.Rasio Solvabilitas
c.Rasio Rentabilitas
d.Rasio Aktivitas
e.Rasio Pertumbuhan
f. Rasio produktifitas
3. Menganalisa hasil rasio perusahaan yang diperoleh untuk setiap tahunnya.
4. Meneliti kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan hasil rasio
keuangan perusahaan.
BAB IV
ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Laporan keuangan KUD Setya Budhi
Dalam bab ini penulis akan melakukan analisa atas laporan keuangan
KUD Setya Budhi selama lima tahun yaitu tahun 2003 sampai dengan 2007.
Sesuai dengan lingkup pembatasan masalah, maka penulis hanya akan membahas
laporan keuangan yang berupa neraca dan laporan sisa hasil usaha KUD Setya
Budhi dan data-data lainnya yang mendukung.
Analisa rasio keuangan atas laporan keuangan menyangkut pemakaian
dari laporan keuangan yaitu pengguanaan data keuangan yang diambil dari neraca
dan laporan laba rugi. Oleh karena itu akan bermanfaat bila sebelumnya
melakukan analisa terlebih dahulu meninjau laporan keuangan tersebut. Karena
bentuk dan prinsip penyusunan laporan keuangan menuntukan hasil analisa
laporan keuangan perusahaan tersebut.
Suatu laporan keuangan yang disusun tidak berdasarkan prinsip-prinsip
akuntansi yang diterima secara umum akan mengakibatkan perbedaan hasil
analisa dan interprestasi bagi beberapa pemakai laporan keuangan yang
bersangkutan, yang pada akhirnya akan mengakibatkan interprestasi dan
pengambilan keputusan yang salah. Hal ini dapat terjadi mengingat laporan
keuangan sering menggunakan istilah-istilah teknis yang memerlukan interprestasi
secara khusus. Setiap penggunaan istilah teknik yang belum diterima secara
umum dalam dunia akuntansi akan mengundang penafsiran yang berbeda-beda.
48
49
1. Neraca KUD Setya Budhi.
Neraca KUD Setya Budhi adalah neraca yang berbentuk
staffel/bentuk laporan (report form). Dalam bentuk ini semua aktiva (aktiva
lancar dan aktiva tetap) dibagian atas, sedangkan kewajiban (kewajiban lancar
dan kewajiban tidak lancar) dan ekuitas terletak di bagian bawah. Neraca
KUD Setya Budhi telah disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang diterima
secara umum sesuai dengan ketentuan dalam pernyataan standar akuntansi
keuangan (PSAK) No: 27
tentang Perkoperasian dan disusun secara
sistematis dan terperinci sehingga dapat memberikan gambaran posisi
keuangan pada perusahaan suatu waktu tertentu sehinggan dapat dijadikan
sumber data yang baik dalam melakukan analisa rasio keuangan.
2. Laporan Sisa Hasil Usaha KUD Setya Budhi.
Bentuk laporan sisa hasil usaha KUD Setya Budhi berbentuk multi
step (bertahap). Bentuk ini melakukan pengelompokan yang lebih terperinci dan
sistematis sehingga memberikan gambaran kegiatan perusahaan selama kurun
waktu tertentu. Penyajian laporan sisa hasil usaha KUD Setya Budhi sesuai
dengan pernyataan standar akuntasi No 27 tentang perkoperasian, dan dapat
digunakan sebagai sumber data yang andal dalam melakukan analisa rasio
keuangan. Laporan Neraca KUD Setya Budhi dan laporan sisa hasil usaha dari
tahun 2003 sampai dengan 2007 dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 4.1
PERHITUNGAN SISA HASIL USAHA
KUD SETYA BUDHI BEREBES
Periode 1 Januari 2003 sampai dengan 31 Desember 2007
KETERANGAN
TAHUN 2003
TAHUN 2004
TAHUN 2005
TAHUN 2006
Pendapatan dan penjualan
962.649.311,00
134.304.226,00
582.756.057,20
504.558.364,00
Harga pokok penjualan
816.637.417,00
62.979.644,00
485.620.000,00
407.740.000,00
Hasil usaha bruto
146.011.894,00
71.324.582,00
97.136.054,20
96.818.364,00
Beban usaha
254.049.111,00
68.837.461,00
89.654.160,00
141.889.717,00
Hasil usaha
(108.037.217,00)
2.487.121,00
7.481.897.20
(45.071.353,00)
Pendapatan lain-lain
112.250.000,00
6.593.943,00
775.000,00
127.446.335,00
Sisa hasil usaha
4.212.783,00
9.081.064,00
8.256.897,20
82.374.982,00
Sumber: Rapat anggota tahunan 2003 sampai dengan 2007
48
TAHUN 2007
326.968.005,00
128.100.100,00
198.867.905,00
237.953.884,00
(39.085.979,00)
47.629.071,00
8.543.092,00
49
Tabel 4.2
Neraca
KUD SETYA BUDHI BREBES
Periode 1 Januari 2003 sampai dengan 31 Desember 2007
KETERANGAN
Aktiva Lancar
Kas dan Bank
Simpanan Jangka Pendek
Piutang Anggota
Piutang Bukan nggota
Penyisihan Piutang tak Tertagih
Piutang Lain-lain
Persediaan
Pend Yg Masih diterima
Biaya dibayar di muka
Jumlah
TAHUN 2003
TAHUN 2004
TAHUN 2005
TAHUN 2006
TAHUN 2007
11.315.618,58
144.477.574,00
6.737.169.227,00
777.219.241,00
(7.233.904,00)
54.831.850,00
202.757.201,00
2.821.910,00
5.225.000,00
7.928.610.718,00
10.876.634,82
144.477.574,00
6.722.888.686,90
794.824.847,00
(7.233.904,00)
54.831.850,00
200.423.403,00
3.635.250,00
8.000.000,00
7.932.724.341,00
10.268.414,63
144.477.574,00
6.695.338.487,71
789.128.444,00
(7.233.904,00)
45.331.850,00
133.535.250,00
76.795.591,00
144.477.574,00
6.770.173.507,71
730.479.416,00
(19.826.034,40)
40.731.850,00
111.814.650,00
7.665.978,00
144.477.574,00
6.626.268.142,81
726.979.416,00
(19.826.034,40)
36.312.250,00
111.814.650,00
7.810.846.115,94
7.854.646.554,31
7.633.691.976,41
2.868.562,21
7.199.188,01
10.000.000,00
101.385.500,00
121.453.250,22
2.868.562,21
7.199.188,01
10.000.000,00
101.385.500,00
121.453.250,22
2.868.562,21
7.199.188,01
10.000.000,00
88.419.000,00
108.486.750,22
2.868.562,21
7.199.188,01
10.000.000,00
88.419.000,00
322.943.875,22
2.868.562,21
7.199.188,01
10.000.000,00
237.891.000,00
257.958750,22
70.850.150,00
443.392.646,00
51.421.850,00
209.478.100,00
144.132.314,00
(211.959.583,20)
707.315.476,80
32.590.000,00
388.376.129,00
51.421.850,00
106.615.100,00
144.132.314,00
(132.996.167,79)
590.139.225,00
32.590.000,00
388.376.129,00
51.421.850,00
106.615.100,00
144.132.314,00
(132.996.167,79)
590.139.225,00
16.390.000,00
322.197.864,00
43.811.650,00
96.751.300,00
137.793.564,00
(193.533.753,00)
423.410.625,00
16.390.000,00
322.197.864,00
43.811.650,00
96.751.300,00
137.793.564,00
(193.533.753,00)
423.410.625,00
Aktiva Lain-lain
Aktiva Tetap
Kewajiban Titipan
26.628.022,00
52.800.000,00
(52.000.000,00)
26.628.022,00
52.800.000,00
(52.000.000,00)
26.628.022,00
52.800.000,00
(52.000.000,00)
26.628.022,00
52.800.000,00
(52.000.000,00)
26.628.022,00
52.800.000,00
(52.000.000,00)
TOTAL AKTIVA
8.784.007.467,00
8.670.944.939,82
8.536.100.113,37
8.647.455.088,33
8.341.689.373,63
Investasi Jangka Panjang
Simpanan Pd Puskud Jateng
Simpanan Pd INKUD
Simpanan Pd Bukopin
Penyertaan Lain-lain
Jumlah
Aktiva Tetap
Tanah
Bangunan
Mesin
Kendaraan
Peralatan
Akumulasi penyusutan aktv Ttp
Jumlah
50
KETERANGAN
Kewajiban Jangka Pendek
Hutang Bank
Hutang Bukan Anggota
Dana-dana SHU
Simpanan Anggota
Hutang Dana Audit
Biaya Msh Harus Dibayar
Jumlah
Kewajiban Jk panjang
Hutang Bank
Hutang Bukan Anggota
Hutang Anggota
Hutang Pasca Panen
Jumlah
Kekayaan bersih
Simpanan Pokok
Simpanan Wajib
Cadangan
SHU Tahun Berjalan
Jumlah
TOTAL KEWAJIBAN&MODAL
TAHUN 2003
TAHUN 2004
TAHUN 2005
TAHUN 2006
TAHUN 2007
6.712.729.993,52
812.428.950,00
245.696.399,22
11.926.068,00
581.786,00
67.583.950,00
7.850.947.146,74
6.717.029.363,52
710.014.490,00
247.362.076,00
11.926.068,00
581.786,00
62.173.911,00
7.749.087.694,80
6.641.025.453,33
725.059.295,00
252,475.714,68
11.926.068,00
581.786,00
52.233.120,00
7.683.298.437,01
6.750.870.454,35
648.644.295,00
257,429.852,98
11.926.068,00
581.786,00
47.783.110,00
7.717.235.566,33
6.529.065.143,40
643.144.295,00
292.735.409,73
11.926.068,00
581.786,00
39.033.110,00
7.516.485.812,13
9.000.000,00
9.000.000,00
9.000.000,00
9.000.000,00
9.000.000,00
56.712.517,00
1.721.077,00
67.433.594,00
38.712.517,00
1.721.077,00
49.433.594,00
21.233.517,00
1.721.077,00
31.933.594,00
21.233.517,00
1.721.077,00
31.933.594,00
21.233.517,00
1.721.077,00
31.933.594,00
10.937.400,00
3.161.995,00
847.314.549,11
4.212.783,00
865.626.727,11
8.784.007.467,00
10.937.400,00
3.161.995,00
849.243.192,02
9.081.064,00
872.423.651,02
8.670.944.939,82
10.937.400,00
3.161.995,00
798.508.790,16
8.256.897,20
820.865.082,36
8.536.100.113,37
10.937.400,00
3.161.995,00
801.811.549,00
82.374.985,00
898.285.929,00
8.647.455.088,33
10.937.400,00
3.161.995,00
801.329.913,30
8.840.638,30
833.269.946,30
8.341.689.373,63
B.
Rasio keuangan KUD Setya Budhi
Sebagai salah satu usaha untuk mengetahui perkembangan posisi
keuangan suatu perusahaan adalah dengan cara membandingkan angka-angka
rasio periode yang lalu dengan dengan periode saat ini. Kemudian rasio-rasio
tersebut dibandingkan untuk mengetahui perkembangan kinerja keuanganya dari
mana pos-pos yang mempengaruinya. Analisa rasio keuangan yang merupakan
teknik utama dalam pengukuran kinerja perusahaan. Analisa rasio ini terdiri atas:
1. Rasio Likuiditas.
Rasio likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenui
kewajiban jangka pendek pada saat ditagih, Apabila perusahaan mampu untuk
memenui kewajiban keuangan jangka pendeknya maka perusahaan tersebut
disebut likuid, Sebaliknya apabila perusahaan tidak dapat memenui kewajiban
jangka pendeknya maka perusahaan tersebut disebut illikuid. Berikut ini
adalah rumus rasio likuiditas yang biasa dipakai:
a. Current Rasio
Current rasio adalah rasio yang dihitung dengan membagi aktiva
lancar dengan hutang lancar. Rasio ini dapat memberikan informasi
tentang kemampuan aktiva lancar untuk menutup semua kewajiban lancar
yang telah jatuh tempo dengan segera. Berdasarkan data laporan keuangan
KUD Setya Budhi untuk periode tahun 2003 sampai dengan 2007 rasio
likuiditas dapat dihitung:
Aktiva lancar
Current Rasio = ---------------------- X 100%
Hutang Lancar
53
54
7,928,610,718.03
Current Rasio 2003 = ------------------------- X 100%
7,850,947,146.74
= 101 %
Dengan cara yang sama didapat hasil current rasio sebagai berikut:
Tabel 4.3
Perhitungan Current Rasio KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007
Tahun
Aktiva Lancar
Hutang Lancar
Current Rasio
Tahun 2003
7.928.610.718,03
7.850.947.146,74
101 %
Tahun 2004
7.932.724.341.32
7.749.087.694,80
102 %
Tahun 2005
7.810.896.115,94
7.683.298.437,01
102 %
Tahun 2006
7.854.646.554,31
7.717.235.566,33
102 %
Tahun 2007
7.633.691.976,41
7.516.485.812,13
102 %
Sumber: data diolah penulis.
Dari hasil perhitungan analisa rasio likuiditas di atas KUD Setya Budhi
yang telah dihitung dari tahun 2003 sampai dengan 2007 dapat
digambarkan perkembangan likuiditas sebagai berikut. Secara umum
Likuiditas koperasi berdasarkan current rasio masih jauh dibawah rata-rata
standar sebesar 200%. Secara berturut-turut rasio lancar koperasi pada
tahun 2003 sebesar 101%, yang berarti Rp 101 Aktiva lancar untuk
menjamin Rp100 hutang lancar. Pada tahun 2004 current rasio sebesar
102% hanya mengalami kenaikan 1% yang tidak terlalu signifikan dan
dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 current rasio tetap pada angka
102 %.
55
b. Quick Rasio/Rasio Cepat.
Disamping
rasio
lancar
penulis
juga
menggunakan
rasio
cepat/quick rasio untuk mempertajam analisis, quick rasio ini merupakan
ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendek dengan tidak memeperhitungkan persedian yang dianggap sebagai
aktiva lancar yang tidak likuid. Hal ini disebabkan persedian biasanya
membutuhkan waktu yang relatif lama untuk direalisasikan menjadi kas.
Quick Rasio KUD Setya Budhi dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007
dapat dihitung:
Aktiva Lancar - persedian
Quick rasio = ----------------------------------- X100%
Hutang lancar
7.928.610.718,03 – 202.757.201,00
Quick rasio 2003 = -------------------------------------------- X 100%
7.850.947149,74
= 98 %
Dengan cara perhitungan yang sama dapat dihitung Quick rasio/ Rasio
cepat KUD Setya Budhi sebagai berikut hasil sebagai berikut:
56
Tabel 4.4
Perhitungan Quick rasio KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007
Tahun
Aktiva lancar – persedian
Hutang Lancar
Quick Rasio
2003
7.725.853.517,03
7,850,947,147.74
98 %
2004
7.732.300.938,32
7,749,087,694.80
100 %
2005
7,677,310,865.94
7,683,298,437.01
100 %
2006
7,677,310,865.94
7,717,235,566.33
100 %
2007
7,521,877,326.00
7,516,485,812.13
100 %
Sumber: data diolah Penulis.
Quick Rasio ini mempunyai pedoman rata- rata standart sebesar 100%
yang berarti setiap Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 1 aktiva tetap
dikurangi persediaan. Pada analisa Quick rasio diatas didapatkan
Perhitungan rasio cepat tahun 2003 sebesar 98 % masih dibawah rasio
standar sebesar 100 %, Pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2007
Quick rasio meningkat menjadi 100 % yang artinya sama dengan ratarata industri.
c. Kas Rasio
Kas rasio merupakan perbandingan antara kas yang dimiliki
perusahaan dibandingkan dengan total hutang lancar atau kemampuan
perusahaan untuk melunasi hutang jangka pendek dengan menggunakan
perkiraan yang dapat dijadikan dengan uang dengan segera. Rasio kas ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Kas
Kas rasio = ------------------- X 100 %
Hutang lancar
57
11.315.618,53
Kas rasio 2003 = ------------------------- X 100 %
7.850.947.146,74
= 0,14 %
Dengan menggunakan perhitungan diatas didapatkan perhitungan kas
KUD Setya budhi Brebes adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
Perhitungan Kas Rasio KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007
Tahun
Kas
Hutang lancar
Kas Rasio
2003
11,315,618.53
7,850,947,147.74
0,14 %
2004
10,876,634.82
7,749,087,694.80
0,14 %
2005
10,268,414.63
7,683,298,437.01
0,13 %
2006
76,795,591.00
7,717,235,566.33
1%
2007
7,665,978.00
7,516,485,812.13
0,01 %
Sumber: data diolah Penulis.
Dari perhitungan analisa kas rasio KUD Setya Budhi didapatkan kas Rasio
dari tahun tahun 2003 adalah 0,14% yang berarti kas sebesar Rp 0,0014
untuk menjamin Rp 1,00 pada tahun 2004 kas rasio sebesar 0.14 %. Rasio
kas pada tahun 2005 adalah sebesar 0,13 % . Rasio kas tahun 2006
mengalami kenaikan menjadi 1 %. Kemudian tahu 2007 kembali menjadi
0,01 %. Hal ini dikarenakan perbandingan kas dengan hutang lancar yang
cukup tinggi.
2. Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas digunakan untuk melihat apakah perusahaan
dapat memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjang. Solvabilitas
58
menunjukan
kemampuan
perusahaan
untuk
memenuhi
kewajiban
keuangan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik kewajiban jangka
panjang dan jangka pendek .
Dengan menggunakan data laporan keuangan KUD Setya Budhi
didapatkan rasio solvabilitas sebagai berikut:
a
Rasio Total Hutang atas Modal
Dengan menggunakan rasio Total Hutang atas Modal sendiri dapat
diketahui bagaimana kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Tingginya
rendahnya rasio solvabilitas ini sangat dipengaruhi oleh naik turunya
hutang dibanding dengan jumlah modal sendiri. Rasio total Hutang
atas modal dapat dirumuskan sebagai berikut:
Total Hutang
Rasio Total Hutang atas Modal = ------------------- X 100%
Modal
7.918.380.740,74
Rasio Total Hutang atas Modal 2003 = ------------------------ X100 %
865.626.727,11
= 915 %
Dengan menggunakan perhitungan yang sama maka didapatkan hasil
sebagai berikut:
59
Tabel 4.6
Perhitungan Rasio Hutang atas Modal
KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007
Tahun
Total Hutang
Modal
Rasio Hutang dng Modal
2003
7,918,380,740.74
865,626,727.11
915 %
2004
7,798,521,288.80
872,423,651.02
894 %
2005
7,715,235,031.01
820,865,082.36
940 %
2006
7,749,169,159.33
898,285,929.00
863 %
2007
7,749,169,159.33
833,269,946.30
901 %
Sumber: data diolah Penulis.
Dari analisa diatas diketahui rasio total hutang atas modal KUD Setya
Budhi dari tahun 2003 Sebesar 915 % yang berarti Rp 915 total hutang
dijamin oleh modal sebesar Rp 100. Pada tahun tahun 2004 rasio total
hutang atas modal 894%. Tahun 2005 Rasio total hutang atas modal
sebesar 940%. Pada tahun 2006 rasio hutang dengan modal sebesar
mengalami penurunan menjadi 863 %. Dan pada tahun 2007 rasio
hutang terhadap modal sebesar 901 %.
b
Rasio Total Hutang atas Aktiva
Dengan membandingkan rasio Hutang dengan aktiva dapat diketahui
berapa persen hutang yang dijamin dengan aktiva. Rasio hutang atas aktiva
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Total Hutang
Rasio Hutang atas Aktiva = ---------------------- X 100%
Total Aktiva
60
7.918.380.740,74
Rasio Hutang atas Aktiva 2003 = -------------------------- X 100 %
8.784.007.467,85
= 90 %
Dengan cara perhitungan yang sama akan didapatkan hasil sebagi berikut:
Tabel 4.7
Perhitungan Rasio Hutang dengan total Aktiva
KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007
Tahun
Total Hutang
Total Aktiva
Rasio Total Hutang dng Total
Aktiva
2003
7,918,380,740.74
8,784,007,467.85
90 %
2004
7,798,521,288.80
8,670,944,939.82
90 %
2005
7,715,235,031.01
8,536,100,113.37
90 %
2006
7,749,169,159.33
8,647,455,088.33
89 %
2007
7,508,419,427.33
8,341,689,373.63
90 %
Sumber: data diolah Penulis.
Dari tabel diatas didapatkan hasil analisa rasio total hutang atas total aktiva
KUD Setya Budhi dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 adalah 90 %.
Pada tahun 2006 rasio total hutang dengan aktiva sebesar 89 % kemudian
pada tahun 2007 kembali pada angka rasio 90 %
3. Rasio Aktiva Tetap atas Hutang Jangka Panjang
Dengan membandingkan aktiva tetap atas hutang jangka panjang akan
didapatkan seberapa besar aktiva tetap untuk menjamin hutang jangka
panjang
atau rasio yang menunjukan tingkat keamanan jaminan kredit
61
jangka panjang dengan jaminan aktiva tetap. Rasio Aktiva tetap dengan
hutang jangka panjang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Aktiva Tetap
Rasio Aktiva tetap atas Hutang jangka panjang = --------------------------- X 100 %
Hutang Jangka Panjang
707.315.476,80
Rasio Aktiva Tetap atas Hutang Jangka Panjang 2003= ----------------------X100%
67.433.594,00
= 1.100 %
Dengan menggunakan cara perhitungan yang sama akan dapat hasil sebagai
berikut:
Tabel 4.8
Perhitungan Rasio Aktiva tetap dengan hutang jangka panjang
KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007
Tahun
Aktiva Tetap
HutangJangkaPanjang
2003
707,315,476.80
67,433,594.00
Rasio Aktiva Tetap dng
Hutang jangka panjang
1.100 %
2004
590,139,225.21
49,433,594.00
1.193 %
2005
590,139,225.21
31,933,594.00
1.848 %
2006
423,410,625.00
31,933,594.00
1.326 %
2007
423,410,625.00
31,933,594.00
1.326 %
Sumber: data diolah Penulis.
Dari tabel diatas didapatkan rasio aktiva tetap atas hutang jangka
panjang KUD Setya Budhi tahun 2003 adalah 1.100 % atau yang
berarti Rp 1.100,00 aktiva tetap untuk menjamin Rp100,00 hutang
jangka panjang. Pada tahun 2004 rasio aktiva tetap atas hutang jangka
62
panjang mengalami kenaikan sebesar 93 % menjadi 1.193 %. Pada
tahun 2005 rasio aktiva tetap atas hutang jangka panjang mengalami
kenaika Sebesar 655 % menjadi 1.843 %. Pada tahun 2006 rasio aktiva
tetap atas hutang jangka panjang mengalami penurunan sebesar 522%
menjadi 1.326 % dan pada tahun 2007 rasio aktiva tetap atas hutang
jangka panjang tetap pada 1.326 %.
3. Rentabilitas
Rasio rentabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memperoleh keuntungan (profit) dilihat dari sumber daya
perusahaan yang digunakan. Rasio rentabilitas yang biasa digunakan
adalah:
a
Rasio margin profit
Rasio ini digunakan untuk mengukur berapa perbandingan laba
yang diperoleh dari penjualan, semakin tinggi rasio ini berarti
perusahaan semakin baik. Dalam hal ini perusahaan yang diteliti
adalah koperasi laba biasa disebut sisa hasil usaha dirumuskan
dengan:
Sisa Hasil Usaha
Rasio Margin Profit = ------------------------- X 100 %
Penjualan
4,212,783.00
Rasio Margin Profit 2003 = ---------------------- X 100 %
962,649,311.00
= 0,04 %
63
Dengan
menggunakan
perhitungan
diatas
akan
dihasilkan
perhitungan sebagai berikut:
Tabel 4.9
Perhitungan Rasio Profit Margin
KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007
Tahun
SisaHasil Usaha
Penjualan dan pendapatan
Rasio Profit Margin
2003
4,212,783.00
962,649,311.00
0.04 %
2004
9,081,064.00
134,304,226.00
6,7 %
2005
8,256,897.00
582,756,057.20
1,5 %
2006
82,374,982.00
504,558,364.00
16,3 %
2007
8,543,092.00
326,968,005.00
2,6 %
Sumber: data diolah Penulis.
Dari perhitungan diatas didapatkan rasio profit margin KUD Setya
Budhi tahun 2003 sebesar 0,04 % merupakan rasio profit margin
yang paling kecil selama 5 tahun terakhir. Pada tahun 2004 profit
margin rasio mengalami kenaikan menjadi 6,7 % hal ini
dikarenakan adanya kenaikan laba sebesar Rp 4.868.281,00. tetapi
penjualan dan pendapatan mengalami penurunan yang cukup
signifikan sebesar Rp 828.345.085,00. Pada tahun 2005
rasio
profit margin mengalami penurunan menjadi 1,5 % hal ini
dikarenakan penurunan sisa hasil usaha sebesar Rp 824.167,00 dan
kenaikan penjualan dan pendapatan sebesar Rp 448.451.831,00.
Pada tahun 2006 merupakan rasio profit margin yang paling tinggi
sebesar 16,3 % hal ini dikarenakan sisa hasil usaha mencapai titik
64
yang
paling
pendapatan
tinggi
dan
sebesar
penjualan
Rp
pada
82.374.982,00
tahun
itu
sedangkan
sebesar
Rp
504.558.364,00. Pada tahun 2007 rasio profit margin sebesar 2,6 %
hal dikarenakan sisa hasil usaha menggalami penurunan menjadi
Rp 8.543.092,00 sedangkan pendapatan dan penjualan menggalami
penurunan menjadi Rp 326.968.005,00.
b
Rasio Total Asset Turn over
Adalah rasio yang digunakan untuk beberapa kali perputaran
penjualan yang diukur dengan aktiva, Rasio asset turn over KUD
Setya Budhi dapat dirumuskan sebagai berikut:
Penjualan dan pendapatan
Rasio Asset turn Over = -----------------------------------Total Aktiva
962.649.311,00
Rasio Asset Turn Over 2003 = -----------------------8.784.007.467,85
= 0,11
Dengan
menggunakan
cara perhitungan
didapatkan hasil sebagai berikut:
yang
sama
akan
65
Tahun
Tabel 4.10
Perhitungan Rasio Asset Turn Over
KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007
Penjualan Dan Pendapatan
Total Aktiva
Asset Turn Over
2003
962,649,311.00
8,784,007,467.85
0.11
2004
134,304,226.00
8,670,944,939.82
0.01
2005
582,756,057.20
8,536,100,113.37
0,07
2006
504,558,364.00
8,647,455,088.33
0,05
2007
326,968,005.00
8,341,689,373.6
0,03
Sumber: data diolah Penulis.
Rasio Asset Turn Over KUD Setya Budhi pada tahun 2003 sebesar
0,11 kali. Kemudian pada tahun 2004 Rasio Asset Turn Over
mengalami penurunan menjadi 0,01 kali hal ini dikarenakan
adanyan penurunan penjualan dan pendapatan yang cukup
signifikan sebesar Rp 828.345.085,00 dan total aktiva mengalami
penurunan sebesar Rp Rp 113.062.528,08. Pada tahun 2005 rasio
Asset turn over menggalami kenaikan yang cukup tinggi dari 0,01
kali menjadi 0,07 kali ini dikarenakan adanya kenaikan penjualan
dan pendapatan yang cukup tinggi. sebesar Rp 448.451.831,20 dan
total aktiva mengalami penurunan sebesar Rp 134.844.826,45.
Pada tahun 2006 Rasio asset turn over mengalami penurunan
menjadi 0,05 kali karena penjualan dan pendapatan mengalami
penurunan sebesar Rp 78.179.693,20 tetapi total aktiva mengalami
kenaikan sebesar Rp 111.354.974,96 dan pada tahun 2007 rasio
asset turn over menurun menjadi 0,03 kali disebabkan oleh
66
penurunan penjualan dan pendapatan sebesar Rp 177.590.359,00
dan
nilai
total
aktiva
mengalami
penurunan
sebesar
Rp305.765.714,73.
c
Rasio Return On Invesment
Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian modal
pemilik
perusahaan
dengan
membandingkan
antara
laba
perusahaan dengan modal, rasio ini dapat dirumuskan sebagi
berikut:
Sisa Hasil Usaha
Rasio return on Invesment = -----------------------Rata-Rata Modal
Rata-rata modal didapatkan dengan cara:
Modal awal 2003 + Modal akhir 2003
Rata-rata modal 2003 = ------------------------------------------------2
883.533.979,35 + 865.626.727,11
Rata-rata modal 2003 = --------------------------------------------2
= 874.580.535,23
4.122.783,00
Rasio Return on Invesment 2003 = --------------------849.580.535,23
= 0,005 kali
Dengan melihat laproran keuangan dari tahun 2002 sampai dengan
tahun 2007 akan didapatkan rata-rata modal sebagai berikut:
67
Tabel 4.11
Perhitungan Rata-rata modal
KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007
Tahun
Modal awal tahun
Modal akhir tahun
Rata-rata modal
2003
883.533.979,35
865,626,727.11
874.580.535.23
2004
865,626,727.11
872,423,651.02
869.025.189.06
2005
872,423,651.02
820,865,082.36
864.644.366,69
2006
820,865,082.36
898,285,929.00
859.575.505,68
2007
898,285,929.00
833,269,946.30
865.777.973,65
Sumber: data diolah Penulis.
Dengan menggunakan perhitungan yang sama akan didapatkan
perhitungan rasio return on invesment:
Tabel 4.12
Perhitungan Rasio Return On Invesment
KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007
Tahun
Sisa hasil Usaha
Rata-Rata Modal
Return On Invesment
2003
4,212,783.00
874.580.535.23
0,005
2004
9,081,064.00
869.025.189.06
0,01
2005
8,256,897.00
864.644.366,69
0,009
2006
82,374,982.00
859.575.505,68
0,9
2007
8,543,092.00
865.777.973,65
0,009
Sumber: data diolah Penulis
Rasio return on invesment KUD Setya Budhi pada tahun 2003
Adalah 0,005 kali yang berarti dalam tingkat mengembalikan
investasi dalam modal KUD Setya Budhi hanya 0,005 bagian dari
68
modal. Pada tahun tahun 2004 return on invesment sebesar 0,01
kali yang disebabkan oleh kenaikan sisa hasil usaha sebear Rp
4.868.281,00 atau sebesar 115 %. Pada tahun 2005 rasio ini
mengalami penurunan menjadi 0,009 kali. Pada tahun 2006 return
on invesment mengalami kenaikan yang cukup tinggi sebesar 0,9
kali yang dikarenakan peningkatan sisa hasil usaha sebesar
Rp74.118.085,00 atau 897 % Dan pada tahun 2007 return on
invesment kembali turun menjadi 0,009 kali.
4. Rasio Aktivitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur aktivitas perusahaan dalam
menjalankan aktivitasnya baik dilihat dalam hal penjualan, pembelian dan
aktivitas lainnya. Rasio Aktivitas yang biasa digunakan antara lain:
a. Rasio fixed Asset turn over
Rasio ini menunjukan berapa kali nilai aktiva tetap berputar bila
diukur dari volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik
artinya kemampuan aktiva tetap menciptakan penjualan tinggi. Rasio
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Penjualan
Rasio Fixed Asset Turn Over = -----------------Aktiva Tetap
962.649.311,00
Rasio Fixed asset turn over 2003 = ---------------------707.315.476,80
= 1,3
Dengan cara perhitungan yang sama akan didapatkan hasil sebagai berikut:
69
Tahun
Tabel 4.13
Perhitungan Rasio Fixed asset turn Over
KUD Setya Budhi 2003 –sampai dengan 2007
Penjualan dan pendapatan
Aktiva Tetap
Rasio Fixed Asset Turn Over
2003
962,649,311.00
707,315,476.80
1,3
2004
134,304,226.00
590,139,225.21
0,22
2005
582,756,057.20
590,139,225.21
0,98
2006
504,558,364.00
423,410,625.00
1,19
2007
326,968,005.00
423,410,625.00
0,77
Sumber: data diolah Penulis.
Rasio fixed asset turn over KUD Setya Budhi tahun 2003 sebesar 1,3 kali.
Pada tahun 2004 rasio fixed asset turn over turun menjadi 0,22 kali hal ini
dikarenakan penjualan dan pendapatan mengalami penurunan yang cukup
signifikan sebesar Rp 828.345.085,00 dan aktiva tetap mengalami penurunan
sebesar Rp 117.176.251,00. Pada tahun 2005 fixed asset turn over meningkat
menjadi 0,98 kali karena pendapatan dan penjualan mengalami peningkatan
sebesar Rp 448.451.831,20 dan aktiva tidak mengalami perubahan nilai. Pada
tahun 2006 juga meningkat menjadi 1,19 kali dikarenakan penjualan dan
pendapatan mengalami penurunan sebesar Rp 78.197.693,20 Dan Aktiva
tetap mengalami penurunan juga sebesar Rp 116.728.600,21 pada tahun 2007
rasio fixed asset turn over turun menjadi 0,77 kali karena pendapatan dan
penjualan mengalami penurunan sebesar Rp 177.590.359,00 sedangkan nilai
aktiva tetap tidak mengalami perubahan.
70
b. Rasio Inventory Turn over
Rasio ini mengambarkan seberapa cepat perputaran persediaan dalam
siklus produksi normal, Semakin cepat perputaran rasio inventory turn
over berarti rasio ini dianggap baik. Rasio inventory turn over dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Harga Pokok Penjualan
Rasio Inventory Turn Over = ----------------------------------Rata – Rata Persediaan
Sedangkan rata – rata persedian dirumuskan sebagai berikut:
Persedian awal + Persedian Akhir
Rata – Rata Persedian = ------------------------------------------2
Persediaan awal 2003 + Persediaan akhir 2003
Rata – Rata Persediaan 2003 = ---------------------------------------------------------2
415.671.041,00 + 202.757.201,00
= ------------------------------------------2
= 309.214.121,00
816.637.417,00
Rasio Inventory Turn Over 2003 = -------------------309.214.121,00
= 2,64
Dengan mengunakan cara perhitungan yang sama akan didapatkan rasio
inventory turn over sebagai berikur:
71
Tahun
Tabel 4.14
Perhitungan rata-rata persediaan
KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007
Persedian awal
Persedian akhir
Rata-rata persediaan
2003
415.671.041,00
202.757.201,00
309.214.121,00
2004
202.757.201,00
200.423.403,00
201.590.302,00
2005
200.423.403,00
133.535.250,00
166.979.327,50
2006
133.535.250,00
111.814.650,00
122.674.950,00
2007
111.814.650,00
111.814.650,00
111.814.650,00
Sumber: data diolah Penulis.
Perhitungan Rasio Inventory Turn Over:
Tabel 4.15
Perhitungan Rasio Inventory Turn Over
KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007
Tahun
Harga pokok penjualan
Rata-rata persediaan
Inventory turn over
2003
816.637.417,00
309.214.121,00
2,65
2004
62.979.644,00
201.590.302,00
0,31
2005
485.620.000,00
166.979.327,50
2,90
2006
407.740.000,00
122.674.950,00
3,32
2007
128.100.100,00
111.814.650,00
1,14
Sumber: data diolah Penulis.
Rasio inventory turn over KUD Setya Budhi pada tahun 2003 adalah
2,65 kali. Pada tahun 2004 rasio inventory turn over mengalami penurunan
menjadi 0,31 kali hal ini dikarenakan adanya penurunan harga pokok penjualan
yang cukup signifikan dari Rp 816.637.417,00 menjadi Rp 62.979.644,00 atau
72
92,2 % dan juga penurunan rata- rata persedian dari Rp 309.214.121,00 menjadi
Rp 201.590.302,00 atau sebesar 34,8 %. Pada tahun 2005 rasio inventory turn
over mengalami kenaikan menjadi sebesar 2,90 kali karena kenaikan harga pokok
penjualan sebesar Rp 422.640.356,00 atau 671 % tetapi rata-rata persedian
mengalami penurunan sebesar sebesar Rp 34.610.974,50 atau sebesar 17,1 %.
Pada tahun 2006 rasio inventory turn over mengalami peningkatan menjadi 3,32
kali karena harga pokok penjualan mengalami penurunan sebesar Rp
77.880.000,00 tetapi rata-rata persediaan juga mengalami penurunan sebesar Rp
44.304.377,00 dan pada tahun 2007 rasio inventory turn over KUD Setya Budhi
mengalami penurunan menjadi menjadi 1,14 kali.
5. Rasio pertumbuhan
Rasio pertumbuhan adalah rasio untuk memonitoring pertumbuhan pos-pos
perusahaan dari tahun – ketahun. Rasio yang digunakan adalah:
a. Rasio kenaikan penjualan.
Rasio kenaikan penjualan adalah rasio yang digunakan untuk menilai
prestasi kenaikan penjualan dari tahun ketahun. Rasio kenaikan
penjualan dapat dirumuskan:
Penjualan Tahun Ini– PenjualanTahun Lalu
Rasio Kenaikan Penjualan = ---------------------------------------------------Penjualan Tahun Lalu
962,649,311.00 - 3.708.233.101,00
Rasio Kenaikan Penjualan 2003 = -------------------------------------------962,649,311.00
Rasio Kenaikan Penjualan 2003 = (2,85)
73
Tabel 4.16
Perhitungan kenaikan penjualan
KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007
Tahun Penjualan Tahun Ini
Penjualana Tahun Lalu
Rasio Kenaikan penjualan
2003
962,649,311.00
3.708.233.101,00
(2,85)
2004
134,304,226.00
962,649,311.00
(6,16)
2005
582,756,057.20
134,304,226.00
0,76
2006
504,558,364.00
582,756,057.20
(0,15)
2007
326,968,005.00
504,558,364.00
0.54
Sumber: data diolah Penulis.
Rasio kenaikan penjualan KUD Setya Budhi pada tahun 2003
mengalami penurunan penjualan yang cukup besar dari tahun lalu yang
cukup besar dari tahun lalu sebesar 2,85 atau 285 % dari tahun lalu. Pada
tahun 2004 rasio kenaikan penjualan juga mengalami penurunan
sebesar 6,16 atau 616 % dari tahun sebelumnya. Baru pada tahun 2005
rasio kenaikan penjualan mengalami kenaikan sebesar 0,76 atau 76 %.
Tetapi pada tahun 2006 mengalami penurunan penjualan sebesar 0,15
atau 15 %. Dan pada tahun 2007 mengalami kenaikan penjualan sebesar
sebesar 0,54 atau 54 %.
b. Rasio kenaikan laba bersih
Rasio kenaikan laba perusahaan adalah rasio yang digunakan
menunjukan laba perusahaan dari tahun-ketahun. Dalam hal ini laba
koperasi yang dikenal dengan sisa hasil usaha. Rasio kenaikan sisa hasil
usaha biasa di rumuskan sebagai berikut:
74
SHU Tahun ini – SHU Tahun Lalu
Rasio Kenaikan SHU = ------------------------------------------------SHU Tahun Lalu
4.212.783,00 - 36.120.035,20
Rasio Kenaikan SHU 2003 = --------------------------------------4.212.783,00
Rasio Kenaikan SHU 2003 = ( 7,57 )
Dengan mengunakan cara perhitungan yang sama akan didapatkan
hasil:
Tabel 4.17
Perhitungan Rasio Kenaikan Sisa Hasil Usaha
KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007
Tahun
SHU Tahun Ini
SHU Tahun Lalu
Rasio Kenaikan laba (SHU)
2003
4,212,783.00
36.120.035,00
(7,57)
2004
9,081,064.00
4,212,783.00
0,53
2005
8,256,897.00
9,081,064.00
(0,09)
2006
82,374,982.00
8,256,897.00
8,99
2007
8,543,092.00
82,374,982.00
(0,89)
Sumber: data diolah Penulis
Rasio kenaikan laba KUD Setya Budhi pada tahun 2003 mengalami
penurunan sebesar 7,57 atau penurunan 757 % dibandingan dengan
tahun sebelumnya. Pada tahun 2004 SHU mengalami peningkatan
sebesar 53 % dari tahun lalu. Pada tahun 2005 mengalami penurunan
sebesar 0,09 atau 9 %. Pada tahun 2006 Mengalami kenaikan sebesar
8,99 atau 899 %. Pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi
0,89 atau 89 %.
75
6. Rasio Produktifitas
Rasio Produktifitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai produkfitas
unit–unit usaha. Rasio produktifitas perusahaan yang biasa digunakan
adalah:
a.Rasio Laba bersih Atas jumlah karyawan
Rasio ini mengambarkan berapa laba bersih yang dihasilkan oleh KUD
Setya Budhi setiap satu orang karyawan. Rasio laba bersih terhadap
karyawan dalam hal ini karyawan tetap yang diperhitungan dalam rasio
laba bersih atas jumlah karyawan dapat dirumuskan:
SHU
Rasio Laba Bersih Atas Karyawan = -----------------------Jumlah Karyawan
4,212,783.00
Rasio Laba bersih Atas Karyawan 2003 = -------------------22
= 191.490,14
Dengan cara perhitungan yang sama Rasio laba bersih atas karyawan
dari tahun 2003 sampai dengan 2007 akan dihasilkan:
76
Tabel 4.18
Perhitungan Rasio Laba atas karyawan
KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007
Tahun Sisa Hasil Usaha
Jumlah Karyawan Rasio Laba Atas Karyawan
2003
4,212,783.00
22
191.490,14
2004
9,081,064.00
22
412.775,64
2005
8,256,897.00
19
434.573,52
2006
82,374,982.00
17
4.845.587,17
2007
8,543,092.00
15
569.539,47
Sumber: data diolah Penulis.
Rasio Karyawan terhadap sisa hasil usaha KUD Setya Budhi pada Tahun
2003 adalah Rp 191.490,14 yang berarti setiap 1 orang karyawan tetap
KUD Setya Budhi mampu menghasilkan Rp 191.490,14. Pada tahun
2004 mengalami kenaikan kenaikan menjadi Rp 412.775,64 per
karyawan dikarenakan kenaikan sisa hasil usaha sebesar 115 %. pada
tahun 2005 mengalami kenaikan menjadi Rp 434.573,52 per karyawan.
pada tahun 2006 rasio kenaikan laba terhadap karyawan mengalami
kenaikan yang cukup signifikan menjadi Rp 4.845.587,17 per karyawan
hal ini dikarenakan kenaikan sisa hasil usaha sebesar Rp 74.118.085,00
atau 897 %. Pada tahun 2007 rasio kenaikan laba terhadap karyawan
mengalami penurunan menjadi Rp569.539,47 per karyawan hal ini
disebabkan oleh penurunan sisa hasil usaha sebesar Rp 73.831.890,00
atau 89 % dan penurunan jumlah karyawan 2 orang.
77
b. Rasio penjualan dan pendapatan atas karyawan
Rasio ini membandingkan jumlah penjualan dan pendapatan yang
dihasilkan terhadap karyawan Rasio ini dapat dirumuskan:
Penjualan dan Pendapatan
Rasio Penjualan Atas Karyawan = ----------------------------------Jumlah Karyawan
962.649.311,00
Rasio Penjualan Atas karyawan 2003 = ---------------------22
= 42. 756.786,86
Tabel 4.19
Perhitungan Rasio Penjualan atas karyawan
KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007
Tahun
Pendapatan Dan Penjualan
Jumlah Karyawan
Rasio Penjualan Atas
Karyawan
2003
962,649,311.00
22
43.756.786,86
2004
134,304,226.00
22
6.104.737,54
2005
582,756,057.20
19
30.671.371,43
2006
504,558,364.00
17
29.679.903,76
2007
326,968,005.00
15
21.797.867,00
Sumber: data diolah Penulis.
Rasio Penjualan terhadap karyawan KUD Setya Budhi pada tahun 2003
sebesar Rp 43.756.786,86 yang berarti setiap satu karyawan mampu
mengahasilakan penjualan dan pendapatan sebesar Rp 43.756.786,86 per
karyawan. pada tahun 2004 rasio penjualan dan pendapatan mengalami
penurunan sebesar Rp 6.140.737,54 per karyawan. Pada tahun 2005
mengalami kenaikan yang cukup tajam sebesar Rp 24.566.633,46 atau
78
4.02% rasio karyawan atas penjualan dan pendapatan sebesar Rp
30.671.371,00 per karyawan Pada tahun 2006 rasio penjualan terhadap
karyawan menurun menjadi Rp 29.679.903,76 per karyawan. Pada tahun
2007 rasio penjualan kembali turun menjadi Rp 21.797.867,00 per
karyawan.
c. Rasio Laba atas cabang.
Rasio ini mengambarkan rata-rata laba yang diperoleh setiap cabang atau
unit usaha. Rasio laba terhadab cabang/ unit usaha dapat dirumuskan:
Sisa Hasil Usaha
Rasio Laba Atas Cabang/Unit Usaha = ----------------------Jumlah Unit Usaha
4.212.783,00
Rasio Laba atas Cabang 2003 = --------------------9
= 468.087,00
Tabel 4.20
Perhitungan Rasio Laba Atas Cabang
KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007
Tahun Sisa Hasil Usaha
Jumlah Unit Usaha
Rasio Laba Terhadap Cabang
2003
4,212,783.00
9
468.087,00/Unit
2004
9,081,064.00
9
1.009.007,11/Unit
2005
8,256,897.00
9
917.433,00 /Unit
2006
82,374,982.00
9
9.152.775,77/Unit
2007
8,543,092.00
8
1.067.886,50/Unit
Sumber: data diolah Penulis.
79
Rasio Cabang atas rasio laba KUD Setya Budhi pada tahun 2003 adalah
Rp 468.087,00/Unit Yang berarti setiap satu cabang/unit usaha KUD
Setya Budhi menghasilkan sisa hasil usaha sebesar Rp 468.087,00/Unit.
Pada Tahun 2004 rasio laba atas cabang meningkat menjadi Rp
1.009.007,11/Unit Dikarenakan adanya kenaikan sisa hasil usaha sebesar
53 %. Pada tahun 2005 rasio kenaikan laba atas unit usaha mengalami
penurunan menjadi Rp 917.433,00/Unit. Tahun 2006 merupakan angka
rasio yang paling tinggi sebesar Rp 9.152.775,00/Unit. Dan pada tahun
2007 turun menjadi Rp 1.067.886,50/unit.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan atas perhitungan analisa rasio pada bab IV sebelumnya,
diketahui kondisi kinerja keuangan KUD Setya Budhi sebagai berikut:
1. Kinerja keuangan berdasarkan analisa rasio likuiditas
Kesimpulan secara umum kinerja keuanga KUD Setya Budhi berdasarkan
analisa rasio likuiditas masih dibawah standar rata-rata dan dikatakan illikuid,
terutama berdasarkan current rasio karena perbandingan aktiva lancar dan hutang
lancar kurang dari standar rata-rata 200 %. Perkembangan keuangan KUD Setya
Budhi tahun 2003 sampai 2007 berdasarkan Quick rasio dapat dikatakan statis
karana berarda pada angka rasio 100 % bahkan pada tahun 2003 quick rasio
sebesar 98 % berada di bawah standar rasio quick rasio sebesar 100 %.
Perkembangan keuangan berdasarkan kas rasio mengalami banyak dinamika
karena kas adalah pos dalam laporan keuangan yang paling banyak mengalami
perubahan karena sifatnya yang paling likuid.
2. Kinerja keuangan berdasarkan analisa rasio solvabilitas
Secara umum kinerja keuangan KUD Setya Budhi berdasarkan analisa rasio
solvabilitas mengunakan rasio total hutang atas modal bergerak naik tetapi tidak
menunjukan perbaikan karena rasio total hutang atas modal masih menunjukan
angka yang masih tinggi masih dan dalam keadaan solvabel karena menunjukan
80
81
perbandingan hutang dan modal yang cukup tinggi. Rasio total hutang atas aktiva
masih berarada pada angka rasio 90 % kecuali pada tahun 2006 angka rasio 86 %.
Rasio Aktiva tetap atas hutang jangka panjang KUD Setya Budhi menunjukan
kinerja yang menurun hal ini karena angka rasio menunjukan penurunan dari
tahun ketahun dan mencerminkan bahwa hutang KUD Setya Budhi mengunakan
hutang jangka pendek.
3. Kinerja keuangan berdasarkan analisa rentabilitas
Kinerja keuangan KUD Setya Budhi
berdasarkan analisa rasio profit
margin menunjukan tingkat rentabilitas yang menunjukan kinerja yang meningkat
dari tahun 2003 sampai 2004, mengalami penurunan pada tahun 2005, meningkat
cukup pesat pada tahun 2006 dikarenakan sisa hasil usaha yang naik cukup tinggi
yang berasal dari pos pendapatan lain-lain dan tahun 2007 kembali mengalami
penurunan. Kinerja keuangan berdasarkan analisa rasio asset turn over mengalami
perputaran yang naik turun hal ini disebabkan pengaruh sisa hasil usaha yang
mengalami fluktuasi. Rasio return on investment mengalami kinerja yang naik
turun seperti pada analisa rasio diatas yang disebabkan oleh kenerja sisa hasil
usaha yang cukup fluktuatif.
4. Kinerja keuangan berdasarakan analisa rasio aktivitas
Kinerja keuangan berdasarkan analisa aktivitas dengan menggunakan rasio
fixed asset turn over menunjukan kecenderungan naik turun dari tahun 2003
menurun pada tahun 2004
kemudian meningkat kembali pada tahun 2005
kemudian naik kembali pada tahun 2006 kemudian menurun kembali pada tahun
82
2007. kinerja keuangan berdasarkan rasio return on investment menunjukan
kinerja yang fluktuatif.
5. kinerja keuangan berdasarkan analisa rasio pertumbuhan
Rasio kenaikan penjualan KUD Setya Budhi mengalami kecendrungan
penurunan penjualanya walaupun pada tahun 2005 dan 2007 hanya pada tahun
2005 mengalami kenaikan tetepi kenaikan rasionya cukup kecil dari pada rasio
penurunanya. Rasio kenaikan laba ( sisa hasil usaha ) Rasio kenaikan sisa hasil
usaha KUD Setya Budhi menunjukan kinerja yang fluktuatif tahun 2004
mengalami kenaikan 0,53 dan pada tahun 2006 ada kenaikan laba yang tinggi
tetapi pada tahun 2007 kembali mengalami penurunan.
6. Kinerja keuangan berdasarkan analisa rasio Produktifitas
Kinerja keuangan berdasarkan rasio laba atas jumlah karyawan menunjukan
kinerja yang terus meningkat dari tahun-ketahun. Rasio Pendapatan dan penjualan
atas jumlah karyawan menunjukan penurunan terutama terjdi pada tahun 2004
dan pada tahun 2005 mengalami peningkatan tetapi pada tahun berikutnya
mengalami penurunan. Rasio laba atas cabang dari tahun ketahun mengalami
peningkatan terutama pada tahun 2006 mengalami kenaikan yang cukup tinggi
tetapi pada tahun 2007 menunjukan kinerja yang menurun kembali.
B. Saran – saran
Dilihat dari analisa rasio likuiditas KUD Setya Budhi masih dibawah ratarata standar industri dan dikatakan keadaan keuangan koperasi dalam illikwid dan
segera rasio keuangan ditingkatakan rasio likuiditas KUD Setya Budhi terutama rasio
83
current rasio yang masih dibawah standart rata-rata dan quick rasio yang masih dalam
batas minimum standar rasio dan mengenai kas rasio pihak menajemen menentukan
jumlah pos kas yang dianggap paling aman sesuai dengan kebutuhan keuangan
koperasi.
Rasio solvabilitas KUD Setya Budhi menunjukan bahwa hutang koprasi
masih menunjukan bahwa hutang masih dalam bentuk jangka pendek dan rasio
perbandinganya cukup tinggi. Manajemen harus segera menurunkan ratio
solvabilitas. Dan untuk pendanaan selanjutnya diusahakan dalam hutang jangka
panjang.
Rasio rentabilitas dan rasio aktivitas KUD Setya Budhi perlu segera
ditingkatakan karena rasio ini menunjukan kemumpuan perusahaan dalam mencari
laba walaupun telah menunjukan peningkatan. Dan rasio turn over ditingkatkan agar
lebih cepat. Untuk rasio pertumbuhan dan produktifitas diusahakan untuk pada
tingkat rasio yang stabil menunjukan peningkatan.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Riyanto. 1995, Dasar-dasar pembelanjaan, Penerbit Yayasan Badan
Penerbit Gajah Mada, Yogyakarta.
Departemen Koperasi dan PKK, 1996, Undang-undang Republik Indonesia No 25
Tentang Perkoperasian, Penerbit PT Jurnalindo Aksara grafika, Jakarta.
Hendrojigi. 2004, Koperasi: Asas-asas, Teori dan Praktik, Penerbit PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan,
Penerbit, PT Salemba Empat, Jakarta.
Juningan, 2006, Analisa Laporan Keuangan, Penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta.
Munawir S. 2004. Analisa Laporan Keuangan, Penerbit Liberti, Yogyakarta.
Nanik Widiawati, 1994, Manajemen Koperasi, PT Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Sofyan Syafrin Harahap.2007.Analisa Kritis atas Laoran Keuangan, Penerbit PT.
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Zaki Baridwan. 2004, Intermediate Accounting, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
BIODATA PENULIS
Nama
: Hardiyanto Pujosasongko
Tempat dan tanggal lahir
: Tegal, 9 Desember 1978
Jenis kelamin
: Pria
Fakultas
: Ekonomi
Jurusan
: Akuntansi
NIM
: 43206110269
Alamat
:Jl Kavling DKI meruya selatan no:3 Kembangan
Jakarta barat
Pendidikan:
1. Sekolah Dasar di SD Negeri Penggabean II Losari, Brebes, Jawa Tengah.
2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri I Losari, Brebes,Jawa Tengah.
3. Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri II Brebes,Jawa Tengah.
4. Diploma III Jurusan Manajemen Keuangan di Akademi Keuangan Dan
Akuntansi Wika Jasa, Semarang, Jawa Tengah.
5. Strara I Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi di Universitas Mercu Buana,
Jakarta.
Jakarta, 26 Agustus 2008
Hardiyanto Pujosasongko
Download