ANALISA RASIO UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI UNIT DESA SETYA BUDHI BREBES SKRIPSI Program studi akuntansi Nama : Hardiyanto pujosasongko N I M : 43206110269 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008 ANALISA RASIO UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI UNIT DESA SETYA BUDH BREBES SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA EKONOMI Program Studi Akuntansi Nama : Hardiyanto pujosasongko N I M : 43206110269 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008 LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI Nama : Hardiyanto Pujosasongko NIM : 43206110269 Program Studi : Akuntansi Judul Skripsi : Analisa rasio untuk menilai kinerja keuangan Koperasi Unit Desa Setya Budhi Brebes Tanggal Ujian Skripsi : 26 Agustus 2008 Disahkan Oleh : Pembimbing: ( Fitri Indriawati.SE, MSi) Tanggal : 26 Agustus 2008 Dekan: Ketua Jurusan Akuntansi: ( Drs.Hadri Mulya. MSi ) Tanggal : 26 Agustus 2008 ( Sabarrudin Muslim.SE,MSi ) Tanggal : 26 Agustus 2008 KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warrahmatullah Wabarakatuh. Allhamdulillah, Atas segala rahmat, nikmat, hidayah yang diberikan Allah SWT dan puji syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT tiada Tuhan selain yang kita sembah, sehinga penulisan skripsi berjalan tanpa ada hambatan yang berarti dalam menyelesaiakan ini yang berjudul “ANALISA RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA KUD SETYA BUDHI” Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mendapatkan gelar sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi di Universitas Mercu Buana. Penulisan mengucapakan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihakpihak atas dukungan dan bantunnya, serta penulisan skripsi dapat terlaksana dan selesai pada waktunya terutama kepada: 1. Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, hidayah,dan berbagai nikmat yang diberikan oleh-NYA. 2. Bapak, Ibu dan adik-adikku: Dian Aprilia Dewi, Andrey Juliardi tercinta atas kasih sayang yang tulus memberikan dukungan, semangat dan doadoanya. 3. Om Eddy Suyanto, Dirman Chaidir, Cosmas Yuniarto, Hendrato, Budi Prakoso,Tante: Ratna Dewi, Puspita Dewi, Nani Irawati. 4. H. Ir. Suharyadi, MS, selaku Rektor Universitas Mercu buana. 5. Drs. Hadri Mulya, SE, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana. ii 6. H.Sabarudin Muslim, SE, M.Si selaku ketua Program Studi Akuntansi Universitas Mercu Buana. 7. Ibu Fitri Indriawati,SE, M.Si atas bimbingan dalam penulisan skripsi ini atas segala ilmu yang diberikan Hanya Allah yang dapat membalas amal kebaikan Ibu. 8. Seluruh Dosen pengajar Universitas Mercu Buana, para karyawan Universitas mercu buana atas pelayanan yang diberikan. 9. Semua kawan-kawanku Rizal, Novri, Suyono, Riztu, Chorina, Enry, Ida, Yulie, Ardiyansah, Soraya Selomita, Siva Iklima. 10. Para Pengurus dan Karyawan KUD Setya Budhi atas bantuan data dan keterangan-keterangan yang diberikan semoga KUD Setya Budhi tetap Jaya. Penulis yakin dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan karena itu penulis menerima kritikan dan saran untuk lebih memperbaiki kandungan isi skripsi ini, dan semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis sebagai bentuk apresiasi akhir dalam studi di Universitas Mercu Buana. Jakarta, 17 Agustus 2008 Penulis ( Hardiyanto Pujosasongko ) iii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ……………………………………………………… ii DAFTAR ISI ………………………………………………………………… iv DAFTAR TABEL …………………………………………………………… v BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah …………………………………….... 1 B. Perumusan Masalah …………………………………………..... 2 C. Batasan Masalah ……………………………………………….. 3 D. Tujuan Penelitian ……………………………………………….. 3 E. Manfaat Penelitian ……………………………………………..... 3 BAB II : LANDASAN TEORI …………………………………………….. 5 A. Pengertian Laporan Keuangan …………………………………. 5 B. Pihak-pihak Yang Berkepentingan Dalam laporan Keuangan …. 7 C. Penggunana Laporan Keuangan ……………………………….. 10 D. Bentuk Dan Sistem Penyajian Laporan keuangan …………….. 12 E. Keterbatasan Laporan Keuangan ………………………………. 20 F. Tujuan Analisa Laporan Keuangan …………………………….. 23 G. Metode Dan Teknik Analisa Laporan Keuangan ……………… 24 H. Analisa Rasio …………………………………………………… 25 I. Analisa Tren, Indek Berseri Dan common Size ………………….. 33 iv Halaman BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ……………………………….. 35 A. Gambaran Umum Koperasi …………………………………..... 35 B. Struktur Organisasi ……………………………………………… 40 C. Organisasi Manajemen KUD Setya budhi …………………….. 43 D. Laporan KUD Keuangan KUD Setya Budhi ………………….. 43 E. Rasio Keuangan koperasi ………………………………………. 44 F. Metode Penelitian ……………………………………………….. 46 G. Metode Pengumpulan Data …………………………………….. 46 H. Metode Analisa Data ……………………………………………. 46 BAB IV : ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………. 48 A. Laporan Keuangan …………………………………………....... 48 B. Rasio Laporan Keuangan ……………………………………… 53 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………. 80 A. KESIMPULAN ………………………………………………… 80 B. SARAN ………………………………………………………….. 82 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. viii LAMPIRAN…………………………………………………………………… ix v DAFTAR TABEL Tabel Halaman 3.1 Susunan kepungurusan KUD Setya Budhi ………………….. ... 42 4.1 Perhitungan Sisa Hasil Usaha KUD Setya Budhi ………………. 50 4.2 Neraca KUD Setya budhi KUD Setya Budhi ………………….. 51 4.3 Perhitungan Current Rasio KUD Setya Budhi …………………. 54 4.4 Perhitungan Quick Ratio KUD Setya Budhi ………………….. 56 4.5 Perhitungan Kas Rasio KUD Setya Budhi …………………….. 57 4.6 Perhitungan Rasio Total Hutang Atas Modal KUD Setya Budhi.. 59 4.7 Perhitungan Rasio Hutang atas Total Aktiva KUD Setya budhi… 60 4.8 Perhitungan Rasio Hutang Jangka Panjang atas Hutang Jangka Panjang KUD Setya Budhi ……………………………… 61 4.9 Perhitungan Rasio Profit Margin KUD Setya Budhi …………… 63 4.10 Perhitungan Rasio Asset Turn Over KUD Setya Budhi ………. 65 4.11 Perhitungan Rata-rata Modal KUD Setya Budhi ……………… 67 4.12 Perhitungan Rasio return On Invesment KUD Setya Budhi …. 67 4.13 Perhitungan Rasio fixed asset turn Over KUD Setya Budhi …. 69 4.14 Perhitungan Rata-rata Persediaan KUD Setya Budhi ………… 71 4.15 Perhitungan Rasio Inventory Turn Over KUD Setya Budhi ….. 71 4.16 Perhitungan Rasio Kenaikan penjualan KUD Setya Budhi …… 73 4.17 Perhitungan Rasio Kenaikan Sisa hasil Usaha KUD Setya Budhi. 74 4.18 Perhitungan Rasio Laba Atas Karyawan KUD Setya Budhi ……. 76 vi Tabel Halaman 4.19 Perhitungan Rasio Penjualan atas Karyawan KUD Setya Budhi .. 4.20 Perhitungan Rasio Laba Atas Cabang KUD Setya Budhi ………... vii 77 78 BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Penelitian Dalam UUD 1945 pasal 33 pasal 1 disebutkan “Perekonomian disusun bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan”. Koperasi sebagai perwujudanya sebagai badan usaha yang berwatak sosial koperasi mempunyai tujuan yaitu mengusahakan peningkatan kesejahteraan anggotanya dan menunjang usahausaha pemerintah mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Sesuai dengan bentuknya sebagai badan usaha, maka tujuan koperasi mencapai laba (sisa hasil usaha). Sisa hasil usaha sangat dirasakan penting untuk kelangsungan dan perkembangan usaha koperasi agar dapat berkembang secara terus-menerus maka kopersi harus beroperasi secara efisien dan efektif. Untuk melihat kinerja keuangan operasional koperasi maka perlu dilakukan pengamatan dengan melihat laporan keuangan koperasi. Laporan keuangan sebagai salah satu bentuk laporan koperasi secara tertulis dan dapat dianalisa lebih lanjut. Sebagai mana diketahui laporan keuangan adalah media informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan. Jika informasi yang disajikan dengan benar, Maka informasi tersebut sangat berguna bagi siapa saja untuk mengambil keputusan tentang perusahaan yang dilaporkan tersebut. Mengadakan analisa laporan keuangan akan sangat membantu untuk mengetahui perkembangan keuangan finansial koperasi dan dapat diketahui hasil-hasil finansial yang telah dicapai diwaktu yang lalu dan waktu yang sedang berjalan. 1 2 Hasil analisa tersebut sangat penting artinya bagi perbaikan penyusutan rencana atau policy yang akan dilakukan diwaktu yang akan datang. Dengan analisa terebut dapat diketahui kelemahan koperasi sehinga dapat diperbaiki dan hasil yang sudah cukup baik dapat ditingkatkan. Analisa laporan keuangan yang sering digunakan adalah analisa ratio. Analisa ratio adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Laporan keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang mengambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Adapun rasio yang sering digunakan adalah rasio likuiditas, solvabilitas, rentabititas, aktifitas, pertumbuhan dan rasio produktivitas. Menggingat pentingnya masalah finansial tersebut maka penulis akan melakukan analisa laporan keuangan pada KUD Setya Budhi Brebes. Sehingga dalam penyusunan skripsi berberjudul ”Analisa Rasio Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada KUD Setya Budhi Brebes”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka penulis mencoba untuk merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: “Bagaimanakah kinerja keuangan KUD Setya Budhi Brebes berdasarkan analisa rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, aktivitas, pertumbuhan dan produktivitas? ”. 3 C. Batasan Masalah Agar permasalah analisa laporan keuangan tidak terlalu luas maka dalam penelitian ini hanya akan diarahkan pada analisa rasio laporan keuangan dengan menggunakan data neraca, laporan sisa hasil usaha dan data lain yang mendukung, Data yang diambil adalah data tahun 2003 sampai dengan 2007 yang dibutuhkan atau penting untuk dianalisa lebih lanjut. D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang diharapkan dari dibuatnya penelitian ini adalah Untuk mengetahui perkembangan kinerja keuangan KUD Setya Budhi berdasarkan rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, aktivitas, pertumbuhan dan produktivitas. E. Manfaat Penelitian Dengan adanya kegiatan penelitian dalam rangka penulisan skripsi manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian adalah: 1. Dapat mengetahui sejauh mana perkembangan keuangan berdasarkan analisa rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, aktivitas, pertumbuhan dan produktivitas KUD Setya Budhi Brebes. 2. Bagi perusahaan dapat mengetahui keadaan posisi keuangan dan hasil usaha serta dapat mengetahui keadaan baik atau buruknya posisi keuangan perusahaan 4 3. Memberi tambahan pengetahuan bagi orang – orang yang tertarik untuk mempelajari hal serupa atau kasus serupa dalam menganalisa laporan keuangan. BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Analisa Laporan Keuangan Pada awalnya laporan keuangan adalah suatu proses akhir dari siklus proses akuntansi dalam suatu periode. Akuntansi sendiri memiliki pengertian suatu proses pencatatan, penggolongan atau pengelompokan semua transaksi keuangan pada satu periode tertentu. Sejalan dengan perkembangan ilmu akuntansi laporan keuangan telah dijadikan sebagai dasar untuk menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk dapat mengambil keputusan. Pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan perusahaan sangatlah perlu untuk mengetahui posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut. Kondisi keuangan perusahaan tersebut dapat diketahui dari laporan keuangan yang umum terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan dan catatan atas laporan keuangan. Dengan menganalisa pos-pos neraca dapat diketahui antara lain stuktur kekayaan berupa asset, hutang, struktur modal (ekuitas). Sedangkan analisa laporan laba rugi dapat memberi gambaran mengenai hasil usaha atau perkembangan usaha perusahaan selama periode tertentu. Dalam laporan perubahan posisi keuangan dapat dilihat dari mana sumber dana perusahaan diperoleh dan untuk apa dana tersebut digunakan. Laporan perubahan ekuitas memberikan gambaran posisi ekuitas pemilik perusahaan dan catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang menjelaskan pos-pos yang ada dalam laporan keuangan. 5 6 Beberapa ahli ekonomi mengemukakan pengertian laporan keuangan dengan pendapat yang berbeda-beda tetapi pada dasarnya mempunyai arti yang sama. Definisi laporan keuangan menurut Munawir (2004:2) adalah sebagai berikut:”Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antar data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan”. Sedangkan menurut Sofyan (2007:1 ) adalah: Bagi analis laporan keuangan, salah satu alat penting dalam menjalankan dan melaksanakan fungsinya adalah laporan keuangan. Laporan keuangan biasanya diperoleh dari proses berjalanya sistem akuntansi. Untuk tidak salah dalam memakai inforamasi laporan akuntansi ini maka perlu diketahui secara benar pengertian dari proses akuntansi atau disebut juga siklus akuntansi tersebut. Akuntansi atau ada juga yang menyebut akunting adalah “merupakan bahasa bisnis yang dapat memberikan informasi tentang kondisi bisnis dan hasil usahanya pada suatu waktu atau periode tertentu”. Melalui media sistem akuntasi semua transaksi yang dilakukan perusahaan dapat dicatat dalam buku perusahaan dan bermuara ke laporan akuntansi yang disebut juga laporan keuangan. Penyajian laporan keuangan oleh suatu perusahaan dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang keuangan perusahaan tersebut pada suatu periode tertentu baik untuk kepentingan perusahaan, pemerintah atau pihak-pihak yang lain. Karena kepentingan masing-masing pihak terhadap perusahaan mempunyai tekanan yang berbeda-beda, maka laporan keuangan tersebut disusun sedemikian rupa sehingga dapat mempengarui kebutuhan pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan yang demikian disebut laporan keuangan untuk tujuan umum. Mengganalisa laporan keuangan berarti menggali lebih banyak informasi yang dikandung suatu laporan keuangan. Laporan keungan pada dasarnya adalah hasil dari suatu proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai 7 alat untuk berkomunikasi antar data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Sebagaimana diketahui laporan keuangan adalah media informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan. Jika informasi tersebut sangat berguna bagi siapa saja untuk mengambil keputusan tentang perusahaan yang dilaporkan tersebut. Untuk mengganalisa laporan keuangan maka diperlukan penguasaan terhadap: 1. Cara menyusun laporan keuangan itu ( proses akuntansi ). 2. Konsep, sifat, karakteristik laporan keuangan atau akuntansi itu. 3. Teknik analisanya. 4. Segmen dan sifat bisnis itu sendiri, serta situasi lingkungan ekonomi baik internasional maupun nasional. B. Pihak-pihak Yang Berkepentingan Dalam Laporan Keuangan Laporan keuangan yang disusun dan disajikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan didalam perusahaan adalah alat untuk berkomunikasi kepada pemilik perusahaan, manajer perusahaan yang bersangkutan, kreditur, banker, para investor, pemerintah dimana perusahaan tersebut berdomisili, karyawan/buruh dan pihak-pihak lainnya. Para pemakai laporan keuangan beserta kegunannya. menurut Sofyan (2007:120) dalam buku Analisa kritis atas laporan Keuangan dapat dilihat dari penjelasan dibawah ini: Para pemakai laporan keuangan beserta kegunanya dapat dilihat dari penjelasan berikut: 8 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pemegang Saham Pemegang saham ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaan, asset, utang, modal, hasil, biaya dan laba. Ia juga ingin melihat prestasi perusahaan dalam menggelola manajemen yang diberikan amanah. ia juga ingin mengetahui sejumlah deviden yang akan diterima, jumlah pendapatan perusahaan, jumlah laba yang ditahan. Juga mengetahui perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu, perbandingan dengan usaha sejenis dari perusahaan lainnya. Dari informasi ini pemegang saham dapat mengambil keputusan apakah ia akan mempertahankan sahamnya, menjual atau menambahnya. Semua tergantung pada kesimpulan yang diambil dari informasi yang terdapat dalam laporan keuangan atau informasi tambahan lainnya. Investor Investor dalam hal tertentu juga sama seperti pemegang saham. Bagi investor potensial ia akan melihat kemungkinan potensi keuntungan yang akan diperoleh dari perusahanaan yang dilaporkan. Analis Pasar Modal Analis pasar modal selalu melakukan baik analisis tajam dan lengkap terhadap laporan keuangan perusahaan yang go public maupun yang berpotensi masuk pasar modal. Ia ingin mengetahui nilai perusahaan, kekuatan dan posisi keuangan perusahaan. Apakah layak disaranka untuk dibeli sahamnya, dijual atau dipertahankan. Informasi ini akan disampaikan kepada langganannya berupa investor baik individu atau lembaga. Manajer Manajer ingin mengetahui situasi ekonomi perusahaan yang dipimpinnya. Seorang manajer selalu dihadapkan kepada seribu satu masalah yang memperlukan keputuasan cepat, ia harus mengetahui selengkap-lengkapnya kondisi keuangan perusahaan baik posisi semua pos neraca (asset, utang, modal), laba-rugi, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, break even, laba kotor dan sebagainya. Karena beragamnya informasi yang dibutuhkan ini, laporan keuangan yang disusun dengan norma akuntasi keuangan yang bersifat umum (general purpose) terasa sangat sedikit sehingga ia harus mengharapkan informasi yang didesain dari akuntansi manajemen. Karyawan dan Serikat Pekerja Karyawan perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan untuk menetapkan apakah ia masih terus bekerja di situ atau pindah. Ia juga perlu mengetahui hasil usaha perusahaan supaya ia bisa menilai apakah penghasilan ( renumerasi ) yang diterimanya adil atau tidak. Ia juga ingin mengetahui jumlah modal yang dimiliki karyawan jika memang ada seperti dalam perusahaan penerbit di Indonesia. Demikian juga tentang cadangan dana pensiun, asuransi kesehatan atau jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek) negara yang demokratis informasi yang seperti ini sangat penting. Instansi Pajak Perusahaan selalu memiliki kewajiban pajak baik pajak pertambahan nilai (PPN), pajak bumi dan bangunan (PBB), pajak pembangunan, pajak 9 penjualan barang mewah (PPnBm), pajak daerah, retribusi, pajak penghasilan (PPh) perusahaan juga dikenakan pemotongan, perhitungan dan pembayaran. Semua kewajiban pajak ini mestinya akan tergambar dalam laporan keuangan, dengan demikian instansi pajak (fiskus) dapat menggunakan laporan keuangan sebagai dasar menentukan kebenaran perhitungan pajak, pembayaran pajak, pemotongan pajak, restitusi, dan juga untuk dasar penindakan. 7. Pemberi Dana (kreditur) Sama dengan pemegang saham investor, lender seperti bank, Investment fund, perusahaan leasing juga ingin mengetahui informasi tentang situasi dan kondisi perusahaan baik yang sudah diberi pinjaman maupun yang akan diberi pinjaman. Bagi yang sudah diberi laporan keuangan dapat menyajikan informasi tentang penggunaan dana yang diberikan, kondisi keuangan, seperti likuiditas, solvabilitas, rentabilitas perusahaan. Bagi perusahaan calon debitur laporan keuangan dapat menjadi sumber informasi untuk menilai kelayakan perusahaan untuk menerima kredit yang akan diluncurkan. 8. Supplier Supplier hampir sama dengan kreditur. laporan keuangan bisa menjadi informasi untuk mengetahui apakah perusahaan layak diberikan fasilitas kredit, seberapa lama akan diberikan dan sejauh mana potensi resiko yang dimiliki perusahaan. 9. Pemeritah atau Lembaga Pengatur Resmi Pemerintah atau lembaga pengatur sangat membutukan laporan keuangan. Karena ia ingin mengetahui apakah perusahaan telah mengikuti peraturan yang telah ia tetapkan. Misalnya bank Indonesia telah menetapkan beberapa peraturan yang harus dilaksanakan bank misalnya tentang Reserve Requirement (RR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK), LDR (Loan to Deposit Ratio) dan lain sebagainya. Informasi ini dapat dibaca dari dari laporan keuangan. Dengan demikian juga Bapepam yang memiliki aturan laporan perusahaan asuransi. Laporan keuangan dapat memberikan informasi apakah perusahaan telah mentaati standar laporan yang ditetapkan atau belum. Jika belum lembaga ini dapat memberikan teguran atau sanksinya. 10. Langganan atau Lemaga Konsumen. Langganan dalam era modern seperti sekarang ini khususnya di negara maju benar-benar raja. Dengan konsep ekonomi pasar dan ekonomi persaingan, konsumen sangat diuntungkan. Ia berhak mendapatkan layanan memuaskan (statification guarantee) dengan harga equibilium, dalam kondisi ini konsumen terlindungi dari kemungkinan praktik yang merugikan baik dari segi kualitas, kuantitas, harga dan lain sebagainya. Biasanya lembaga khusus yang membantu memantau kepentingan konsumen ini adalah lembaga konsumen, bisa juga dalam hal makanan halal majelis ulama sebaiknya laporan keuangan juga menyajikan tentang ini. 10 11. Lembaga Swadaya Masyarakat Sekarang ini sudah banyak terdapat jenis lembaga swadaya masyarakat (LSM). Untuk LSM tertentu bisa juga memerlukan laporan keuangan misalnya LSM yang bergerak melindungi konsumen, lingkungan, serikat pekerja. LSM seperti ini membutuhkan laporan keuangan untuk menilai sejauh mana perusahaan merugikan pihak tertentu yang dilindunginya. 12. Peneliti/Akademisi/Lembaga Peringkat Bagi peneliti maupun akademisi laporan keuanga sangat penting sebagai data primer dalam melakukan penelitian terhadap topik tertentu yang berkaitan dengan laporan keuangan atau perusahaan. Laporan keuangan menjadi bahan dasar yang diolah untuk mengambil kesimpulan dari suatu hipotesis atau penelitian yang dilakukan. Sedangkan menurut Munawir (2004 : 6) sifat - sifat laporan keuangan adalah: Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan keuangan ( progress report ) secara periodik yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan. Jadi laporan keuangan adalah bersifat historis menyeluruh dan sebagai suatu progress report laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan suatu hasil suatu kombinasi antara: 1. Fakta-fakta yang telah dicatat ( recorded fact ) 2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan didalam akuntansi (accounting convension and postulate) 3. Pendapat pribadi ( personal judgement ). C. Penggunaan Laporan keuangan Adapun pihak-pihak dalam yang mengunakan laporan keuangan perusahaan sebagai hasil akhir dari proses akhir akuntansi untuk menganalisa atau menentukan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, menurut Sofyan (2007:7) penggunanan laporan keuangan sebagai berikut: 1. Pemilik Perusahaan Bagi pemilik perusahaan, laporan keuangan dimaksudkan untuk: a. Menilai prestasi atau hasil yang diperoleh manajemen. b. Mengetahui hasil deviden yang akan diterima. c. Menilai posisi keuangan perusahaan dan pertumbuhanya. d. Mengetahui nilai saham dan laba perlembar saham. e. Sebagai dasar untuk memprediksi kondisi perusahaan dimasa datang. 11 2. 3. 4. 5. 6. f. Sebagai dasar untuk mempertimbangkan menambah atau mengurangi investasi. Manajemen Perusahaan Bagi manajer perusahan, laporan keuangan ini digunakan untuk: a. Alat untuk mempertanggung jawabkan pengelolaan kepada pemilik. b. Mengukur tingkat biaya dari setiap kegiatan operasional perusahaan, divisi, bagian, atau segmen tertentu. c. Mengukur tingkat efisiensi dan tingkat keuntungan perusahaan, divisi bagian atau segmen. d. Menilai hasil kerja individu yang diberi tugas dan tanggung jawab. e. Menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan perlu tidaknya diambil kebijakan baru. f. Memenui ketentuan dalam UU, peraturan, AD (Anggaran dasar), pasar modal dan lembaga regulator lainnya. Investor Bagi investor, laporan keuangan dimaksudkan untuk: a. Menilai kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. b. Menilai kemungkinan menanamkan dana dalam perusahaan. c. Menilai kemungkinan menanamkan divestasi (menarik investasi) dari perusahaan. d. Menjadi dasar memprediksi kondisi perusahaan dimasa akan datang. Kreditur atau Banker Bagi kreditur, banker atau supplier laporan keuangan digunakan untuk. a. Menilai kondisi keuangan dari hasil usaha perusahaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. b. Menaikkan kualitas jaminan kredit/investasi untuk menopang kredit yang akan diberikan. c. Menilai dan memprediksi prospek keuntungan yang mungkin diperoleh perusahaan atau nilai rate of return perusahaan. d. Menilai kemungkinan likuiditas, solvabilitas, rentabilitas perusahaan sebagai dasar dalam perhitungan keputusan kredit. e. Menilai sejauh mana perusahaan mengikuti perjanjian kredit yang disepakati. Pemerintah dan Regulator Bagi pemerintah atau regulator laporan keuangan dimaksudkan untuk: a. Menghitung dan menetapkan jumlah pajak yang harus dibayar. b. Sebagai dasar dalam penetapan-penetapan kebijaksanaan baru. c. Menilai apakah perusahaan memerlukan bantuan atau tindakan lain. d. Bagi lembaga pemerintahan lainnya bisa menjadi bahan penyusunan data dan stasistik. Analis, akademis, pusat data bisnis. Bagi para analisis, akademisi dan juga lembaga-lembaga pengumpulan data bisnis seperti PDBI, Moody’s, Brunstreet, Standard & Poor, Perfindo, laporan keuangan ini penting sebagai bahan atau sumber informasi yang bemanfaat bagi analisis, ilmu pengetahuan dan komoditi informasi. 12 D. Bentuk dan Sistem Penyajian Laporan Keuangan Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian diatas bahwa laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan dan catatan atas laporan keuangan. Sebelum mengganalisa dan mengimplementasikan suatu laporan keuangan, terlebih dahulu harus memahami bentuk-bentuk maupun prinsip dari penyusunan laporan keuangan. Penyusunan dan penyajian laporan keuangan di Indonesia harus mengikuti dan berpedoman pada standar akuntansi keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (AIA). Berikut ini akan diuraikan bentuk dan sistem penyajian laporan keuangan tersebut. 1. Neraca Neraca adalah laporan yang sistematis tentang asset, hutang, serta modal dari suatu perusahaan tertentu dalam periode satu waktu pencatatan. Menurut pendapat Zaki Baridwan (2004:19): Neraca adalah laporan keuangan yang menunjukan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu, keadaan keuangan ditunjukan dengan jumlah harta yang dimiliki disebut aktiva dan jumlah kewajiban perusahaan yang disebut pasiva atau dengan kata lain aktiva adalah investasi di dalam perusahaan dan pasiva merupakan sumber-sumber yang digunakan untuk investasi tersebut. Daftar neraca yang mengambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu. Neraca mengambarkan posisi harta, utang dan modal. Sedangakan menurut AIA ( 2007 : 1.12 ) adalah: 13 Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Neraca minimal mencakup pos-pos berikut: a. Aktiva berwujud. b. Aktiva tidak berwujud. c. Aktiva keuangan. d. Investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas. e. Persediaan. f. Piutang usaha dan piutang lainnya. g. Kas dan setara kas. h. Hutang usaha dan utang lainnya. i. Kewajiban yang diestimasi. j. Kewajiban berbunga jangka panjang. k. Hak minoritas. dan l. Modal saham dan pos ekuitas lainnya. Bentuk dan susunan neraca tidak ada keseragaman diantara perusahaanperusahaan tersebut tergantung pada tujuan-tujuan yang akan di capai perusahaan tersebut tetapi bentuk neraca yang umum digunakan adalah sebagai berikut: a. Bentuk Skontro Pada bentuk ini semua aktiva tercantum disebelah kiri (debet) yang berupa Aktiva perusahaan aktiva lancar, investasi dan aktiva tetap dan sedangkan kewajiban dan modal disebelah kanan (kredit). Adapun lebih jelasnya, berikut ini adalah contoh neraca dalam bentuk skontro dalam ilustrasi dibawah ini: 14 Tabel 2.1 PT XYZ NERACA 1 Januari 20xx - 31 Desember 20xx AKTIVA Aktiva Lancar Kas dan Bank Surat-Surat Berharga xxx xxx Piutang Wesel Piutang Dagang biaya dibayar dimuka Persediaan Jumlah Aktiva Lancar Investasi Saham Pada PT ABC PASIVA Hutang lancar Hutang dagang Wesel bayar Biaya yang masih harus dibayar Penerimaan di muka Jumlah Hutang Lancar xxx xxx xxx xxx xxx Hutang Jangka Panjang Hutang hipotik xxx Hutang obligasi Jumlah Hutang Jangka Panjang Aktiva Tetap Tanah Bangunan Akumulasi penyusutan xxx xxx Inventaris Kantor Akumulasi Penyusutan xxx xxx Jumlah Aktiva Tetap Total Aktiva b. Pada neraca bentuk Stafel xxx Modal Modal saham Laba yang ditahan xxx Jumlah Modal xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx XXX Total Pasiva ini neraca disusun secara vertikal yang dimulai pos-pos aktiva, hutang, dan modal. Berikut ini Contoh neraca dalam bentuk stafel xxx xxx XXX 15 Tabel 2.2 PT XYZ Neraca 1 Januari 20xx sampai dengan 31 Desember 20xx AKTIVA Aktiva Lancar Kas dan Bank Surat Berharga Piutang Wesel Piutang dagang Biaya dibayar dimuka Persediaan Jumlah Aktiva Lancar Investsi Investasi PT ABC Aktiva Tetap Tanah Gedung Investasi kantor Jumlah Aktiva Tetap Jumlah Aktiva xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx + XXX KEWAJIBAN DAN MODAL Kewajiban lancar Hutang dagang Hutang Bank Jumlah Kewajiban Lancar xxx xxx Kewajiban Jangka panjang Hutang Hipotik Hutang Jangka panjang Jumlah kewajiban Jangka panjang xxx xxx Modal Modal saham Laba yang ditahan Jumlah modal Jumlah Kewajiban Dan Modal xxx xxx xxx xxx xxx + XXX 16 2. Perhitungan Laba rugi Pengertian perhitungan laba rugi menurut Munawir dalam bukunya Analisa Laporan Keuangan adalah suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, laba yang diperoleh suatu perusahaan selama periode tertentu (Munawir 2004:26). Sedangkan menurut Zaki Baridwan (2004:21) dalam bukunya Intermediate Accounting, pengertian laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk periode tertentu. Laporan laba rugi adalah hasil Perhitungan laba rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya, laba/rugi perusahaan pada suatu periode tertentu. laba rugi mengambarkan penerimaan perusahaan selama periode tertentu serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tersebut serta labanya. Sedangakan menurut AIA (2007 : 1.14) adalah: Laporan laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos berikut: a. Pendapatan b. Laba rugi usaha c. Beban pinjaman d. Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas e. Beban pajak f. Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan g. Pos luar biasa h. Hak minoritas dan i. Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan. 17 Susunan laporan laba rugi bagi tiap-tiap perusahaan sampai saat ini belum ada keseragaman dikarenakan jenis dan luasnya operasi perusahaan. Bentuk dari laporan laba rugi yang biasa digunakan adalah sebagai berikut: a. Bentuk Single Steep Bentuk single Steep yaitu dengan menggabungkan semua penghasilan menjadi satu kelompok dan semua biaya dalam satu kelompok sehingga untuk menghitung rugi/laba bersih hanya memperlukan satu langkah yaitu mengurangkan total biaya terhadap total penghasilan. Bentuk laporan rugi laba bentuk single steep tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 2.3 PT XYZ Laporan Laba/Rugi 1 Januari 20xx Sampai dengan 31 Desember 20xx Pendapatan Penghasilan pokok xxx Penghasilan non opersional xxx Penghasilan insidental xxx_(+) Total Penghasilan xxx Biaya – biaya Harga pokok penjualan xxx Biaya operasional xxx Biaya non operasional xxx Kerugian yang insidental xxx_(+) Total Biaya Pendapatan sebelum pajak xxx (-) XXX 18 b. Bentuk multi step Dalam bentuk ini dilakukan pengelompokan yang lebih teliti sesuai dengan prinsip yang digunakan secara umum. Bentuk tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 2.4 PT XYZ Laporan Laba rugi 1 Januari 20xx sampai dengan 31 Desember 20xx Pendapatan dan Penjualan Penjualan bruto xxx Potongan/return penjualan xxx (-) Penjualan neto xxx Harga pokok penjualan xxx (-) Laba kotor xxx Biaya-biaya operasional Biaya penjualan xxx Biaya umum dan administrasi xxx (+) Total biaya operasional xxx (-) xxx Laba bersih operasional Penghasilan dan biaya non-operasional Penghasilan non-operasional xxx Biaya non-operasional xxx Penghasilan atau (biaya) non operasional Pendapatan sebelum Pajak xxx (+/-) XXX 3. Laporan Perubahan ekuitas Merurut IAI ( 2004:1.17 ) yang dimaksud dengan laporan perubahan ekuitas adalah: 19 Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan: laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan; setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas; Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait; transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik; saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya; dan rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan. Perubahan ekuitas perusahaan menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran dividen, menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama periode yang bersangkutan. 4. Laporan arus kas Laporan arus kas menurut Sofyan (2007:257): Analisa laporan arus kas sebenarnya sejalan dengan penyusunan Laporan arus kas atau disebut juga cash flow statement. Laporan arus kas ini dinilai layak memberikan memberikan informasi tentang kemampuan dapat mendapatkan laba dan kondisi likuiditas perusahaan dimasa yang akan datang. Laporan arus kas ini memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran arus kas suatu perusahaan pada suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi pada kegiatan: operasi, pembiayaan dan investasi. 5. Catatan atas laporan keuangan Menurut IAI (2007:1.17) Catatan atas Laporan keuangan adalah: Catatan atas laporan keuangan: Struktur Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan: 20 a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebayakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting; informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas. b. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar. Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas serta. c. Informasi tambahan seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan serta pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. Dalam rangka membantu pengguna laporan memahami laporan keuangan dan membandingkannya dengan laporan keuangan perusahaan lain, maka catatan atas laporan keuangan umumnya disajikan dengan urutan sebagai berikut: a. pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang diterapkan. b. informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai urutan sebagaimana pos-pos tersebut disajikan dalam laporan keuangan dan urutan penyajian komponen laporan keuangan. c. pengungkapan lain termasuk kontinjensi, komitmen dan pengungkapan keuangan lainnya serta pengungkapan yang bersifat nonkeuangan. Sistematika struktur dalam catatan atas laporan keuangan agar tetap dipertahankan sepanjang hal tersebut praktis untuk dilaksanakan E. Keterbatasan Laporan keuangan Laporan keuangan sebagai hasil akhir proses akuntansi disusun oleh manajemen dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan tentang perkembangan secara periodik dan berkembang keuangan dengan status investasi di dalam perusahaan serta hasil usaha selama periode akuntansi yang bersangkutan. Dengan demikian laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyajikan laporan keuangan perusahaan secara periodik. Dengan sifat yang demikian maka laporan keuangan tidak dapat menceminkan posisi keuangan dari 21 suatu perusahaan dalam kondisi perekonomian yang paling akhir karena segala sesuatunya bersifat historis. Laporan keuangan memenuhi kepentingan para pemakainya untuk memperoleh informasi keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi yang tepat akan tetapi laporan itu sendiri memiliki sifat-sifat dan keterbatasan sehingga hal ini perlu dipahami agar tidak menimbulkan salah pengertian atau penyesatan. Menurut Munawir ( 2004 : 9 ): Ada beberapa keterbatasan dari laporan keuangan antara lain: 1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik adalah pada dasarnya merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang final karena itu semua jumlah-jumlah atau hal-hal yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak menunjukan nilai likuiditas atau realisasi di mana dalam interim report ini terdapat/terkandung pendapat-pendapat pribadi (personal judgement) yang telah dilakukan oleh akuntan atau manajemen yang sangkutan. 2. Laporan keuangan menunjukan angka dalam rupiah yang kelihatanya bersifat pasti dan tepat. Tetapi sebenarnya dasar penyusutanya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah. Laporan keuangan dibuat berdasarkan konsep going concern atau anggapan bahwa perusahaan akan berjalan terus sehingga aktiva tetap tersebut sebesar akumulasi depresiasinya. Karena itu angka yang tercantum dalam laporan keuangan hanya merupakan nilai buku ( book value ) yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang maupun nilai gantinya. 3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, di mana daya beli (purchasing power) uang tersebut semakin menurun, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, sehinga kenaikan volume penjualan yang dinaikan dalam rupiah belum tentu menunjukan atau mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan itu juga diikuti kenaikan tingkat hargaharga. Jadi suatu analisa dengan memperbandingkan data beberapa tahun tanpa membuat penyesuaian terhadap perubahan tingkat harga akan diperoleh kesimpulan yang keliru (misleanding) 4. laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengarui posisi atau keadaan keuangan, karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang seperti reputasi atau prestasi perusahaan. Sedangkan keterbatasanya menurut SAK (Standar Akuntasi keuangan) sifat dan keterbatasan laporan keuangan adalah sebagai berikut: 22 1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat bukan masa kini. Karenanya laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi apa lagi untuk meramalkan masa depan atau menentukan nilai (harga) perusahaan saat ini. 2. Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan disajikan untuk memenui kebutuhan pihak tertentu atau pihak khusus saja seperti untuk pihak yang akan membeli perusahaan. 3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan. 4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula, penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan. 5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian. Bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil. Laba yang belum direalisasikan tidak dicatat namun rugi kendati pun belum direalisaskan tetapi sudah berlaku di pasar maka dapat di catat, misalnya jika harga persediaan di pasar dibawah harga pokok maka harga pokok maka perbedaan ini dapat dicatat sebagai rugi namun jika harga melebihi harga pokok tidak dicatat sebagai laba. 6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa/transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas). (substance over form). 7. Laporan keuangan disusun dengan mengunakan istilah-istilah teknis dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan. 8. Adanya pelbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan. 9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya diabaikan. Sedangkan menurut Sofyan ( 2007 : 298): Adapun keterbatasan analisa rasio itu adalah: 1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya. 2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti: a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai bias atau subjektif. b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar. c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio. 23 d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda. 3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio. 4. Sulit jika data yang tersedia tidak singkron. 5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan. F. Tujuan Analisa Laporan Keuangan. Laporan keuangan yang disusun oleh perusahaan sifatnya hanya memberikan informasi secara kuantitatif, oleh karena itu belum dapat digunakan secara langsung sebagai dasar pengambilan keputusan yang berhubungan dengan perusahaan tersebut. Informasi yang disajikan sifatnya masih terbatas sehingga perlu dilakukan penafsiran dari data keuangan yang disajikan. Penafsiran ini dilakukan dengan jalan mengadakan analisa terhadap laporan keuanga terlebih dahulu. Dengan tujuan agar dapat diperoleh gambaran atau informasi-informasi lainnya yang lebih mendalam bagi para pemakai dalam pengambilan keputusankeputusannya. Meskipun tujuan dari analisa laporan keuangan ini berbeda-beda, terutama dilihat dari masing-masing pihak yang berkepentingan dengan eksistensi suatu perusahaan, namun secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan utama dari analisa laporan keuangan tidak lain adalah untuk menilai performa perusahaan. Tujuan analisa laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan secara lebih terperinci atas hasil interprestasi mengenai prestasi perusahaan yang telah dicapai, posisi dan keadaan keuangan perusahaan, proyeksi, diagnosa, dan akurasi pengukuran. 24 G. Metode dan Teknik Analisa Laporan Keuangan Metode dan teknik analisa laporan keuangan digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila dibandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk suatu perusahaan tertentu atau dibandingkan dengan alat pembanding lainnya. Tujuan utama dari suatu metode dan analisa adalah untuk menyederhanakan data sehinga dapat dimengerti. Pertama pengganalisa harus mengorganisasikan atau mengumpulkan data yang diperlukan, mengukur dan kemudian mengganalisa dan menginterprestasikan sehinga data ini lebih berarti. Menurut Munwir dalam Analisa Laporan keuangan edisi empat (2004 : 35) Analisa-analisa laporan keungan terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubungan-hubungan dan tendensi atau kecenderungan (tren) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan. Metode dan teknik analisa (alat – alat analisa) digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan sehinga dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tertentu bila diperbandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk satu perusahaan tertentu, atau diperbandingkan dengan alat–alat pembanding lainnya misalnya diperbandingkan dengan laporan keuangan yang dibudgetkan atau dengan laporan keuangan perusahaan lainnya. Ada dua metode yang digunakan oleh setiap penganalisis laporan keuangan yaitu analisa horizontal dan analisa vertikal. Analisa horizontal adalah analisa dengan mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehinga akan diketahui perkembangannya. metode horizontal ini juga disebut pula sebagai metode analisis dinamis. Analisa vertikal yaitu apabila laporan keuangan yang dianalisa hanya meliputi suata periode atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehinga hanya akan diketahui keadaan keuangaan atau hasil operasi pada saat itu saja. Analisa vertikal ini juga disebut analisa statis karena kesimpulan yang dapat diperoleh hanya untuk satu periode saja tanpa mengetahui perkembangannya. Teknik analisa yang biasa digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Analisa perbandingan laporan keuangan, adalah metode dan teknik analisa dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan menunjukan: 25 a. Data absolute atau jumlah-jumlah dalam rupiah b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah c. Kenaikan atau penurunan dalam prosentase d. Perbandingan yang dinyatakan dengan prosentase e.Prosentase dari total Analisa dengan menggunakan metode ini akan dapat diketahui perubahanperubahan yang terjadi dan perubahan mana yang memperlukan penelitian lebih lanjut. 2. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam prosentase (trend percentage analysis) adalah suatu metode atau teknik analisa untuk mengetahui tendensi tetap, naik atau bahkan turun. 3. Laporan dengan prosentase per komponen atau common size statement, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui prosentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualanya. 4. Analisa sumber dan pengunaan modal kerja adalah suatu analisa untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab perubahannya modal kerja dalam periode tertentu. 5. Analisa sumber dan pengunaan kas (cash flow statement analysis) adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab perubahanya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta pengunaan uang kas selama periode tertentu. 6. Analisa ratio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. 7. Analisa perubahan laba kotor (gross profit analysis) adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut. 8. Analisa Break Even, adalah suatu analisa untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisa break even ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan. Metode dan teknik analisa manapun yang digunakan kesemuanya itu adalah merupakan permulaan dari proses analisa yang diperlukan untuk mengganlisa laporan keuangan dan setiap metode analisa mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membuat agar data dapat lebih dimengerti sehinga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. H. Analisa Rasio Menggadakan analisa dalam pos-pos laporan keuangan adalah merupkan dasar untuk dapat menerjemahkan kondisi keuangan dan hasil operasional suatu 26 perusahaan, dengan mengunakan laporan keuangan yang diperbandingkan termasuk data-data dalam perubahan yang terjadi dalam jumlah nominal (rupiah), prosentase, serta trendnya. Rasio menggambarkan suatu hubungan antara jumlah tertentu dengan jumlah yang lainnya. Dengan mengadakan analisa data finansial dari tahun ke tahun yang lalu akan diketahui tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan. Keunggulan analisa rasio menurut Sofyan (2007 : 298) adalah sebagai berikut: Analisa rasio ini memiliki keungulan dibandingkan teknik analisa lainnya. Keungulan tersebut adalah: 1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. 2. Merupakan pengganti yang lebih sedehana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. 3. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain. 4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score) 5. Menstandarisir size perusahaan 6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lainya atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau secara “time series”. 7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang. Dengan mengunakan analisa rasio dimungkinkan untuk dapat menentukan tingkat likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas, aktivitas, perkembangan dan produktifitas serta informasi-informasi lainnya yang diperlukan. Pada dasarnya macam angka-angka rasio ini banyak sekali. Adapun analisa rasio keuangan yang sering digunakan adalah: 1. Rasio likuiditas Rasio likuiditas/rasio modal kerja menurut Munawir (2007 :71) yaitu: Rasio yang digunakan untuk menganalisa dan menginpresentasikan posisi keuangan jangka pendek, tetapi juga sangat membantu bagi manajemen untuk mengecek efisiensi modal kerja yeng digunakan dalam perusahaan. Juga penting 27 bagi kreditor jangka panjang dan pemegang saham yang akhirnya atau setidaktidaknya ingin mengetahui prospek dari deviden dan pembayaran bunga dimasa yang akan datang. Rasio likuiditas menurut Sofyan (2007:301) adalah ”Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya” dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa masalah pokok dalam likuiditas adalah terletak pada kemampuan perusahaan untuk memenui kewajiban/hutang keuangan jangka pendek pada saat ditagih. Apabila perusahaan mampu memenui kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan dalam keadaan “likuid”, sebaliknya perusahaan tidak dapat segera memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih berarti perusahan tersebut dalam keadaan “illikuid”. berikut ini adalah contoh rasio likuiditas yang digunakan dalam menganalisa laporan keuangan suatu perusahaan. a. Current Rasio/Rasio Lancar Current rasio adalah rasio yang dengan membagi aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini memberika informasi tentang kemampuan perusahaan menutup semua hutang lancarnya yang telah jatuh tempo. Dan selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar adalah merupakan jaminan terhadap kemungkinan rugi yang ditimbulkan dari usaha untuk merealisasikan aktiva lancar non kas menjadi kas. Umumnya standar yang digunakan adalah 200% dianggap cukup baik, rasio ini dapat dirumuskan: Aktva lancar Current rasio = ------------------- X100% Hutang lancar 28 b. Acid Test (Quick) Rasio Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenui kewajiban-kewajiban dalam jangka pendek dengan hanya memperhitungkan sebagian aktiva lancar yang memiliki kemungkinan untuk dapat dikonversikan dalam waktu singkat dengan risiko kerugian yang kecil (Aktiva yang sangat likuid) dengan hutang lancar. Acid test rasio atau rasio cepat ini sebesar 100% umumnya dianggap baik. Acid test rasio dirumuskan sebagai berikut: Aktiva Lancar - Persediaan Acid Test Rasio = ---------------------------------- X100 % Hutang Lancar c. Kas Rasio Kas Rasio yaitu perbandingan antara kas atau setara dengan kas terhadap Hutang lancar. Rasio ini merupakan kemampuan perusahaan untuk melunasi hutangnya dengan menunjukan porsi kas yang dapat menutupi hutang. Kas Rasio dapat dirumuskan sebagai berikut: Kas Kas Rasio = -------------------- X 100 % Hutang Lancar 2. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang atau kewajibanya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dengan dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang. Dengan diadakan analisa rasio ini diharapkan untuk dapat menjawab beberapa persoalan antara lain berikut ini (Munawir 2007 : 82) : 29 a. b. c. d. Apakah perusahaan sudah menggunakan secara baik atau menguntungkan keseimbangan antara modal yang berasal dari pinjaman dengan yang berasal dari pemilik? Apakah modal yang diperoleh sudah diinvestasikan dalam keseimbangan yang baik dalam berbagai pos aktiva? Apakah jumlah investasi dalam operating asset sudah sesuai dengan penghasilan atau volume penjualan diwaktu-waktu yang akan datang dengan menguntungkan? Apakah posisi keuangan jangka panjang menunjukan gejala perbaikan? Hal ini terjamin dengan kemampuan perusahaan untuk tumbuh (exspansi). Rasio solvabilitas antara lain: a. Rasio Total Utang atas Modal Rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik perusahaan dapat memenuhi hutang-hutang kepada pihak luar. Rasio ini juga disebut rasio leverage. Rasio Utang atas Modal dapat dirumuskan sebagai berikut: Total Hutang Rasio Hutang atas Modal = ------------------------ X 100% Modal (Equity) b. Rasio Total Hutang atas Total Aktiva Rasio ini menunjukan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Aktiva yang lebih besar dari hutang lebih aman (solvabel). Atau dapat juga diartikan seberapa hutang yang dijamin dengan total aktiva perusahaan. Rasio Hutang atas total aktiva dapat dirumuskan sebagai berikut: Total Hutang Rasio Hutang atas Total Aktiva = ---------------------- X100% Total Aktiva c. Rasio Aktiva Tetap atas Hutang Jangka Panjang Rasio ini diperoleh dengan membagi antara aktiva tetap dengan hutang jangka panjang adalah suatu rasio yang menunjukan ukuran tentang tingkat keamanan yang dimiliki oleh kreditor jangka panjang. Disamping itu juga untuk 30 menunjukan kemampuan perusahaan untuk memperoleh pinjaman baru dengan jaminan aktiva tetap. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Aktiva Tetap Rasio Aktiva Tetap atas Hutang Jangka Panjang = ------------------------------ X100% Hutang Jangka Panjang 3. Rasio Rentabilitas Rentabilitas yaitu suatu rasio yang menggambarkan suatu kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba melalui semua kemampuanya dari sumber daya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan lain sebagainya. Rasio yang menggambarkan rasio rentabilitas juga disebut rasio Operating rasio, rasio rentabilitas dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Rasio Profit margin Rasio Profit margin digunakan untuk perbandingan antara pendapatan/laba bersih yang diperoleh dengan dari setiap penjualan semakin besar rasio ini dianggap cukup baik. Rasio Profit margin dapat dirumuskan sebagai berikut: Laba Rasio Profit Margin = ----------------Penjualan b. Rasio Total Asset Turn Over Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualannya, semakin besar rasio ini berarti semakin baik kondisi rentabilitas perusahaan tersebut. Hal ini berarti aktiva dapat lebih cepat berputar dalam mencari laba. Rasio total aset turn over dapat dirumuskan sebagai berikut: Penjualan Bersih Rasio Total Asset Turn Over = ------------------------Total Aktiva 31 c. Return On Invesment Rasio ini menunjukan persen laba bersih yang diperoleh dari modal pemilik. Semakin besar rasio ini semakin bagus karena menunjukan tingkat pengembalian investasi pada perusahaan tersebut. Rasio dirumuskan sebagai berikut: Laba Bersih Return On Invesmen = ---------------------Rata-rata Modal 4. Rasio Aktivitas Rasio ini menggambarkan aktivitas perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya. a. Rasio Fixed Aset Turn Over Rasio ini menunjukan berapa kali nilai aktiva berputar bila diukur dari volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik artinya kemampuan aktiva tetap menciptakan penjualan tinggi. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Penjualan Fixed Aset Turn Over = ------------------Aktiva Tetap b. Inventory Turn over Rasio ini menunjukan beberara cepat perputaran persediaan dalam siklus produksi normal, semakin tinggi rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat. Rasio Inventory turn over dapat dirumuskan: Harga Pokok Penjualan Rasio Inventory turn Over = ---------------------------------Rata-rata Persediaan 32 5. Rasio Pertumbuhan Rasio ini menggambarkan prestasi pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahunketahun. Rasio pertumbuhan antara lain: a. Rasio Kenaikan penjualan Rasio ini menunjukan prestasi kenaikan penjualan tahun ini dibanding dengan tahun lalu. Semakin tinggi rasio ini semakin berarti baik. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Penjualan Tahun Ini – Penjualan Tahun Lalu Rasio Kenaikan Penjualan= ---------------------------------------------------------X100% Penjualan Tahun Lalu b. Rasio Kenaikan Laba Bersih Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan labanya dari tahun ke tahun. Rasio ini dapat dirumuskan Laba Bersih Tahun ini – Laba Bersih tahun Lalu Kenaikan Laba Bersih = ------------------------------------------------------------- X100% Laba Bersih Tahun Lalu 6. Rasio Produktivitas Adalah rasio yang membandingkan produktivitas unit-unit usaha suatu perusahaan, rasio ini menunjukan tingkat produktifitas dari unit atau kegiatan yang dinilai. a. Rasio Laba Bersih Terhadap Karyawan Rasio ini menunjukan sejauh mana karyawan menghasilkan laba. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap lebih produktif Rasio ini dapat dirumuskan: Jumlah Laba Rasio Karyawan terhadap laba = ------------------------ X100% Jumlah karyawan 33 b. Rasio Karyawan Atas penjualan Rasio ini menunjukan sejauh mana kemampuan karyawan menghasilkan penjualan. Semakin besar rasio ini semakin dianggap lebih produktif. Rasio ini dapat di rumusakan: Penjualan Bersih Rasio Penjualan Atas karyawan = -------------------------X100% Jumlah karyawan c. Rasio Laba Terhadap Cabang/Unit Usaha Rasio laba terhadap cabang/Unit Usaha menggambarkan kontribusi cabang dalam menghasilkan laba atau rata-rata kemampuan cabang/unit usaha dalam menghasilkan laba. Rasio ini dapat dirumuskan: Total Laba Rasio Laba Terhadap Cabang/Unit usaha = ------------------------------------X100 % Jumlah Cabang/Unit Usaha I. Analisa Tren, Indeks berseri dan Common size Analisa ini merupakan metode dan teknik yang dilakukan dengan cara meneliti besarnya prosentas dari masing–masing pos terhadap jumlah tertentu untuk mengetahui perubahan penting dalam struktur dan komposisi suatu pos dalam laporan keuangan, laporan keuangan yang disajikan dalam prosentase-prosentase. Menurut Sofyan ( 2007:243) : a. b. Time series indeks, menyajikan laporan keuangan beberara tahun (time series) kemudian angka-angka laporan keuangan dikonversi dengan angka indeks yang memiliki tahun dasar, sehingga analis dapat melihat perkembangan, posisi dan kemajuan perusahaan dalam rentang waktu tertentu. Analisa tren untuk melihat kecenderungan, perkembangan perusahaan selama periode tertentu yang sudah berlaku dan periode yang akan datang. 34 c. Common size untuk melihat struktur keuangan perusahaan dengan cara mengkonversi laporan keuangan kedalam bentuk awam (comman size) dengan mengunakan denomitasi prosentase. Dalam menggadakan analisa ini penulis akan menggunakan teknik analisa time series indeks untuk mengetahui perubahan pos-pos tertentu dalam laporan keuangan dari tahun ke tahun yang dikomparatifkan dari tahun awal ke tahun lainnya dan tahun awal akan dijadikan tahun dasar. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran umum koperasi 1. Sejarah Singkat KUD Setya Budhi adalah suatu organisasi koperasi yang berwatak sosial yang merupakan wadah bagi pengembangan berbagai kegiatan ekonomi masyarakat pedesaan yang diselengarakan oleh untuk para anggota dengan memberikan pelayanan kepada anggota dan masyarakat umum. Pada mulanya KUD Setya Budhi disebut koperasi pertanian Mulya atau koperasi Mulya yang berkedudukan di Desa Krasak Kabupaten Brebas yang pada waktu pertama kali berdiri beranggotakan 30 orang, dalam pembentukan koperasi Mulya menjadi KUD Setya Budhi yang berperan adalah Departemen Koperasi, para Camat, para kepala Desa dan anggota-anggota. Setelah Mengalami perkembangan yang cukup pesat pada tahun 1975 KUD Setya Budhi mendapat pengesahan badan hukum No:6628c/BH/VI bertanggal 30 September 1975 dan untuk mendukung kegiatan yang semakin ramai maka pusat kegiatan koperasi dipindahkan di gedung koperasi Indonesia di Kota Brebes sampai dengan tahun 1976. Tahun 1976 sampai dengan tahun 1981 KUD Setya Budhi menempati Kantor yang lebih strategis di Desa Kaligangsa Wetan. Guna untuk meningkatkan efisiensi maka pelayanan kepada anggota maka kantor pusat kegiatan KUD Setya Budhi memindahkan pusat kegiatanya di Desa Terlanggu kabupaten Brebes dari tahun 1981 sampai dengan tahun 1986. Pada tahun 1986 sampai dengan tahun 1988 kantor KUD Setya Budhi kembali 35 36 berkantor di kantor PUSKUD perwakilan Kabupaten Brebes. Pada akhirnya pada tanggal 27 Juni 1989 atas peresmiaan Bupati Brebes dan Kakanwil Departemen Koperasi Jawa Tengah, KUD Setya Budhi menempati gedung baru sebagai kantor pusat yang beralamat di jalan Ahmad Yani No:54. Kabupaten Brebes. Dalam operasinya KUD Setya Budhi berusaha untuk mengimplementasikan visi dan misi Koperasi yang dituangkan dalam prinsip karateristik koperasi. Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip Koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya, dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional. Prinsip-prinsip koperasi merupakan landasan pokok koperasi dalam menjalankan usahanya sebagai badan usaha dan gerakan ekonomi rakyat. Prinsipprinsip tersebut terdiri dari: kemandirian, keanggotaan bersifat terbuka, pengelolaan dilakukan secara demokratis pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota, pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal, pendidikan perkoperasian dan kerja sama antar koperasi. Karakteristik utama koperasi yang membedakannya dengan badan usaha lain adalah bahwa anggota koperasi memiliki identitas ganda (the dual identity of the member), yaitu anggota sebagai pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi (user own oriented firm). Oleh karena itu. 37 (a) Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya ada satu kepentingan ekonomi yang sama. (b) Koperasi didirikan dan dikembangkan berlandaskan nilai-nilai percaya diri untuk menolong dan bertanggung jawab kepada diri sendiri, kesetiakawanan, keadilan, persamaan, dan demokrasi. Selain itu anggota-anggota koperasi percaya pada nilai-nilai etika kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial, dan kepedulian terhadap orang lain. (c) Koperasi didirikan, dimodali, dibiayai, diatur, dan diawasi serta dimanfaatkan sendiri oleh anggotanya. (d) Tugas pokok badan usaha koperasi adalah menunjang kepentingan ekonomi anggotanya dalam rangka memajukan kesejahteraan anggota (promotion of the members' welfare). (e) Jika terdapat kelebihan kemampuan pelayanan koperasi kepada anggotanya maka kelebihan kemampuan pelayanan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang non-anggota koperasi. Dalam meningkatkan kesejahteraan anggotanya, koperasi tidak hanya dituntut mempromosikan usaha-usaha ekonomi anggota, tetapi juga mengembangkan sumber daya anggota melalui pendidikan dan pelatihan yang dilakukan secara terus-menerus dan berkelanjutan sehingga anggota semakin profesional dan mampu mengikuti perkembangan bidang usahanya. Sebagai penggerak ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional, pemerintah sangat berkepentingan terhadap keberhasilan koperasi. Oleh karena itu, pemerintah berperan dalam memberikan pembinaan, perlindungan dan peluang usaha pada koperasi. Dalam 38 pelaksanaan pembinaan, perlindungan dan peluang usaha tersebut koperasi perlu berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang ditetapkan pemerintah. Ketentuanketentuan tersebut juga berpengaruh terhadap perlakuan akuntansi pada koperasi. 2 Unit – Unit Usaha KUD Setya Budhi Kegiatan usaha KUD Setya Budhi merupakan masalah utama bagi sebuah koperasi dari pernyataan tersebut diatas maka KUD Setya Budhi mengadakan kegiatan usaha yang dikelompokan dalam unit – unit usaha yang telah dikelola telah lama dan berkemban pesat, serta unit usaha yang baru dirintis serta unit – unit usaha baru yang didirikan berdasarkan permintaan dari para anggota dan tren usaha pada saat ini. 1 Kegiatan Unit Usaha Toserba Unit usaha Toserba dengan luas areal toko kurang lebih 800 M2 terletak di desa Kaligangsa Wetan, Brebes dengan tujuan untuk melayani kebutuhan para anggota dan masyarakat umum sekitarnya pada umumnya. Unit kegiatan toko serba ada menyediakan akan sembilan bahan pokok, kebutuhan alat tulis, perkakas rumah tangga, mainan anak, serta kebutukan sandang dan assesorisnya. 2 Kegiatan Unit Usaha Saprodi Sebagai koperasi Unit desa yang anggotanya mayoritas petani KUD Setya Budhi mendirikan unit usaha yang menjadi andalan adalah unit usaha Saprodi ini ruang lingkupnya dalam bidang penyedian alat-alat pertanian, penyedian bibit pertanian, pupuk, serta obat – obat pertanian dan juga menyediakan alat 39 pertambakan dan juga menyediakan pakan ternak, obat ternak ternak dan alatalat peternakan bagi anggota koperasi maupun masyarakat umum. 3 Kegiatan Unit Usaha Simpan Pinjam Unit Usaha ini didirikan untuk membantu para anggota maupun masyarakat umum yang membutuhkan kebutuhan akan pinjaman kredit baik yang digunakan untuk kebutuhan akan modal usaha maupun untuk mencukupi akan kebutuhan keuangan lainnya. Selain ini unit usaha ini juga menerima simpanan dana dari anggota dan masyarakat umum. 4 Kegiatan Unit Usaha Tebu Rakyat Intensif Unit usaha tebu rakyat intensif ini berusaha untuk meningkatkan pendapatan petani tebu disektor usaha budi daya tebu rakyat dengan pengolahan tebu dengan menggunakan pasca usaha tani. 5 Kegiatan Unit Usaha Pengadan Pangan Unit usaha ini berusaha membantu pemerintah dalam pengadaan stok beras di gudang Bulog kabupaten Brebes. Dalam hal ini KUD Setya Budhi membeli gabah dari petani pada waktu panen kemudian menjualanya kepada Bulog . 6 Kegiatan Unit Usaha Toko Bangunan “Murah Meriah” Unit usaha Toko bangunan didirikan berdasarkan permintaan pasar akan kebutuhan bahan banguan untuk para anggota dan masyarakat umum dengan harga yang bersaing. 7 Kegiatan Unit Usaha Penggilingan padi Sebagai koperasi unit desa KUD Setya Budhi memiliki beberara tempat penggilingan padi yang merupan unit kegiatan yang pertama dimiliki selain 40 menyediakan jasa penggilingan padi juga melayani jual-beli padi dan mendistribusikannya. 8 Kegiatan Unit Usaha Jasa Pembayaran Listrik Kegiatan usaha ini dilakukan untuk memudahkan para anggota dan masyarakat umum untuk melayani pembayaran tagihan listrik baik yang dilakukan secara individu maupun secara kolektif. B. Struktur Organisasi KUD Setya Budhi Organisasi adalah sekelompok manusia yang dipersatukan dalam suatu kerjasama yang efektif untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Dari pengertian organisasi diatas dapat diartikan bahwa organisasi KUD Setya Budhi merupakan organisasi yang terdiri dari anggota-anggota yang bersatu untuk membentuk suatu kegiatan usaha ekonomi untuk meningkatkan kesejahteran para anggotanya. Strukrur organisasi merupakan suatu perangkat yang mengatur wewenang dan tangung jawab setiap lini struktur organisasi. Struktur organisasi KUD Setya Budhi terdiri dari: 1 RAT (Rapat Anggota Tahunan ) Adalah rapat anggota koperasi yang diadakan satu tahun sekali yang membahas kinerja pertanggung jawab pengurus Koperasi terhadap kinerja selama satu tahun dan merencanakan kerja satu tahun mendatang yang tertuang dalam rencana anggaran dasar dan rencana anggaran rumah tangga. 41 2 Penasehat Adalah seseorang yang dipilih yang dianggap mempunyai pengalaman dalam bidang bisnis, organisasi dan kemasyarakatan yang dipilih menjadi penasehat baik dari kalangan anggota, tokoh masyarakat maupun birokrat pemerintahan. Yang paham akan masalah KUD Setya Budhi maupun perkoperasian pada Khususnya. Dalam struktur organisasi Penasehat tidak mempuyai garis herarki tetapi dalam keadaan tertentu dapat dimintai pendapat dan nasehatnya. 3 Pengurus Koperasi Pengurus KUD Setya Budhi bertugas untuk untuk mengimplementasikan rencana kerja yang telah disusun dalam rapat anggota tahunan, bertangung jawab atas kinerja KUD Setya Budhi secara keseluruhan. Dalam struktur organisasi KUD Setya Budhi berada dibawah rapat anggota tahunan. Pengurus beranggotakan: ketua umum, ketua satu, ketua dua, sekretaris, dan bendahara 4 Badan Pengawas Badan pengawas adalah badan dalam struktur organisasi yang kedudukanya sejajar dengan pengurus koperasi. Bertugas hanya mengawasi kinerja pengurus dalam menjalankan operasional koperasi. Dalam Struktur organisasi badan pengawas setara dengan pengurus tetapi tidak mempunyai wewenang untuk memerintahkan dan meminta pertangung jawaban manager umum. Badan pengawas terdiri dari: ketua, sekretaris, bendahara, anggota I dan anggota II. 42 Manager umum bertugas mengimplementasikan rencana kerja koperasi yang telah ditentukan pengurus koperasi dan bertangung jawab terhadap kinerja unitunit usaha koperasi. 5 Manager Unit usaha Manager unit usaha bertangung jawab terhadap kelangsungan kegiatan unit usaha yang dipimpinya baik secara operasional, administrasi, keuangannya. Dan susunan Organisasi KUD Setya Budhi dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 3.1: Susunan kepengurus KUD Setya Budhi Periode 1999 – 2004 dan 2005 – 2009 Keterangan Penasehat Periode 1999 - 2004 1.H. Soewardi Warjaatmadji, SH Periode 2005 - 2009 1. H. Soewardi Warjaatmadji, SH 2. Ir Masrukhi Bachro Pengurus Badan pengawas 1.Drs Rosichin. AG : Ketua umum 1.Drs Rosichin AG :Ketua umum 2. H.M Soetono 2.H Tarmudi,S.Pd : Ketua Satu :Ketua satu 3. H. Abdurrochim : Ketua dua 3. Wahidin Soedja,BA:Sekretaris 4. H.M Daimun K :Sekretaris 4. H.Rosichin HM 5. H.Rosichin.HM :Bendahara 5. Yoesa 1. Tarmudi,S.Pd : Ketua 1. Herfaruk, SH : Ketua 2. Wakhidin, BA : Sekretaris 2. Darmadi,SH : Sekretaris 3. Herfaruk, S.H : Bendahara 3. Djasan : Anggota 4. Nur Rossin : Anggota 5. Djasan : Anggota Sumber Rapat anggota Tahunan 2003 sampai 2007 :Bendahara :Pembantu umum 43 C. Organisasi manajemen KUD Setya Budhi Untuk menjalankan fungsi organisasi maka disusun organisasi manajemen yang terdiri dari manager sentral yang berkedudukan di kantor pusat dan bertangung jawab terhadap seluruh unit – unit usaha, dan manager unit usaha yang akan menggerakan unit usaha dan bertangung jawab terhadap kelangsungan unit usaha yang dikelolanya. Organisasi manajemen KUD dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan tantangan bisnis yang terus berkembang, Para manager unit usaha ini dipilih dan diperhentikan oleh pengurus koperasi tergantun pada prestasi unit – unit usaha yang dikelolanya yang akan dievaluasi setiap tahun setelah rapat anggota tahunan yang selengarakan. D. Laporan Keuangan KUD Setya Budhi KUD Setya Budhi Setya setiap tahun menyusun laporan keuangan. Periode akuntansi yang dibuat berdasarkan pada tahun kalender dari periode Januari sampai dengan Desember yang akan dipertanggung jawabkan pada rapat anggota tahunan. Laporan akuntansi KUD Setya Budhi dibuat dalam dua jenis laporan keuangan yaitu: a. Laporan keuangan akuntansi adalah laporan untuk pertanggung jawaban keuangan dari pengurus kepada anggota maupun pihak eksteren koperasi yang berkepentingan dan disusun berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan nomer 27 tentang akuntansi perkoperasian. Laporan keuangan ini terdiri atas: 44 1) Neraca. 2) Perhitungan Sisa Hasil Usaha. 3) Laporan Arus Kas. 4) Laporan Promosi Anggota. 5) Catatan Atas Laporan keuangan. b. Laporan akuntansi Manajemen adalah laporan yang dibuat untuk membantu manajemen dalam melakukan kegiatan khususnya dalam pengambilan keputusan bisnis dan pengawasan. Bentuk dan jenis laporan ini disesuaikan dengan kebijaksanaan manajemen. Untuk keperluan analisis penulis mengambil laporan keuangan KUD Setya Budhi yang disajikan dalam rapat anggota tahunan ( RAT ) dari tahun 2003 sampai dengan 2007 yang terdiri dari: a. Neraca yang menyajikan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas koperasi pada waktu tertentu. b. Perhitungan sisa hasil usaha adalah Perhitungan hasil usaha harus memuat hasil usaha dengan anggota serta non anggota dan laba atau rugi kotor dengan non-anggota. Perhitungan hasil usaha menyajikan informasi mengenai pendapatan dan beban-beban usaha dan beban perkoperasian selama periode tertentu. E. Rasio Keuangan Koperasi Untuk menghitung analisa rasio penulis menggunakan rasio yang dianggap dapat mengganalisa perkembangan keuangan KUD Setya Budhi. Tetapi tidak seluruh 45 rasio keuangan dipergunakan penulis hanya tergantung dari rasio apa yang dianggap dapat menggambarkan kinerja keuangan koperasi. 1. Analisa Rasio Likuiditas. Rasio yang digunakan adalah: a. Current rasio b. Test acid rasio c. Kas rasio 2. Rasio Solvabilitas. Rasio yang digunakan adalah: a. Rasio total hutang atas modal b. Rasio total hutang atas total aktiva c. Rasio aktiva tetap atas hutang jangka panjang 3. Rasio Rentabilias. Rasio yang digunakan adalah: a. Rasio margin profit b. Rasio total asset turn over b. Return of invesment 4. Rasio aktivitas. Rasio yang digunakan adalah: a. Rasio fixed asset turn over b. Rasio inventory turn over 5. Rasio pertumbuhan. Rasio yang digunakan adalah: a. Rasio kenaikan penjualan b. Rasio kenaikan laba bersih 6. Rasio Produktifitas. Rasio Rasio ini yang digunakan adalah: a. Rasio karyawan terhadap laba b. Rasio karyawan terhadap penjualan 46 c. Rasio laba terhadap cabang atau unit usaha F. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini adalah penelitian yang bertujuan untuk membuat deskriptif secara sistematis, faktual, dan akurat menggenai kinerja keuangan berdasarkan analisa likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, aktivitas, pertumbuhan dan produktivitas pada KUD Setya Budhi Brebes. G. Metode Pengumpulan Data Metode dan teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis ini adalah mengumpulkan bahan, data dan informasi yang dibutuhkan dalam pembahasan masalah dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penggumpulan data sebagai berikut: 1. Penelitian Pustaka Untuk memperoleh data sekunder yang akan menunjang penulisan, penulis membaca dan mempelajari literatur – literatur yang ada, baik berupa buku, referensi, artikel – artikel dari media cetak dan skripsi – skripsi yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas. H. Metode Analisa Data Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisa deskriptif kuantitatif dan diskripsi kualitatif. Diskripsi kuantitatif yaitu analisa data 47 dilakukan terhadap angka–angka, prosentase, Frekuensi, rata-rata, diagram, atau grafik dimana untuk mengelolanya dapat digunakan ststistik deskriptif. Sedangkan analisa deskripsi kualitatif adalah analisa yang didasarkan pada peryataan keadaan dan ukuran kualitas. Agar tujuan penelitian dapat dicapai dangan sempurna maka dipelukan data informasi yang mendukung penelitian. Setelah data telah diperoleh, penulis akan melakukan analisa data. Tujuan analisa data adalah agar tercapai data yang relevan, maksudnya data yang sesuai dengan kebutuhan dalam pembahasan masalah skripsi ini. Prosedur analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Mengganalisa Laporan keuangan ( Laporan Sisa Hasil Usaha dan Neraca ) KUD Setya Budhi Brebes Untuk periode tahun 2003 sampai dengan 2007. 2. Menghitung rasio keuangan KUD Setya Budhi tahun 2003 sampai dengan 2007, dimana rasio yang digunakan adalah: a.Rasio Likuiditas b.Rasio Solvabilitas c.Rasio Rentabilitas d.Rasio Aktivitas e.Rasio Pertumbuhan f. Rasio produktifitas 3. Menganalisa hasil rasio perusahaan yang diperoleh untuk setiap tahunnya. 4. Meneliti kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan hasil rasio keuangan perusahaan. BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan keuangan KUD Setya Budhi Dalam bab ini penulis akan melakukan analisa atas laporan keuangan KUD Setya Budhi selama lima tahun yaitu tahun 2003 sampai dengan 2007. Sesuai dengan lingkup pembatasan masalah, maka penulis hanya akan membahas laporan keuangan yang berupa neraca dan laporan sisa hasil usaha KUD Setya Budhi dan data-data lainnya yang mendukung. Analisa rasio keuangan atas laporan keuangan menyangkut pemakaian dari laporan keuangan yaitu pengguanaan data keuangan yang diambil dari neraca dan laporan laba rugi. Oleh karena itu akan bermanfaat bila sebelumnya melakukan analisa terlebih dahulu meninjau laporan keuangan tersebut. Karena bentuk dan prinsip penyusunan laporan keuangan menuntukan hasil analisa laporan keuangan perusahaan tersebut. Suatu laporan keuangan yang disusun tidak berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum akan mengakibatkan perbedaan hasil analisa dan interprestasi bagi beberapa pemakai laporan keuangan yang bersangkutan, yang pada akhirnya akan mengakibatkan interprestasi dan pengambilan keputusan yang salah. Hal ini dapat terjadi mengingat laporan keuangan sering menggunakan istilah-istilah teknis yang memerlukan interprestasi secara khusus. Setiap penggunaan istilah teknik yang belum diterima secara umum dalam dunia akuntansi akan mengundang penafsiran yang berbeda-beda. 48 49 1. Neraca KUD Setya Budhi. Neraca KUD Setya Budhi adalah neraca yang berbentuk staffel/bentuk laporan (report form). Dalam bentuk ini semua aktiva (aktiva lancar dan aktiva tetap) dibagian atas, sedangkan kewajiban (kewajiban lancar dan kewajiban tidak lancar) dan ekuitas terletak di bagian bawah. Neraca KUD Setya Budhi telah disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang diterima secara umum sesuai dengan ketentuan dalam pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) No: 27 tentang Perkoperasian dan disusun secara sistematis dan terperinci sehingga dapat memberikan gambaran posisi keuangan pada perusahaan suatu waktu tertentu sehinggan dapat dijadikan sumber data yang baik dalam melakukan analisa rasio keuangan. 2. Laporan Sisa Hasil Usaha KUD Setya Budhi. Bentuk laporan sisa hasil usaha KUD Setya Budhi berbentuk multi step (bertahap). Bentuk ini melakukan pengelompokan yang lebih terperinci dan sistematis sehingga memberikan gambaran kegiatan perusahaan selama kurun waktu tertentu. Penyajian laporan sisa hasil usaha KUD Setya Budhi sesuai dengan pernyataan standar akuntasi No 27 tentang perkoperasian, dan dapat digunakan sebagai sumber data yang andal dalam melakukan analisa rasio keuangan. Laporan Neraca KUD Setya Budhi dan laporan sisa hasil usaha dari tahun 2003 sampai dengan 2007 dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: Tabel 4.1 PERHITUNGAN SISA HASIL USAHA KUD SETYA BUDHI BEREBES Periode 1 Januari 2003 sampai dengan 31 Desember 2007 KETERANGAN TAHUN 2003 TAHUN 2004 TAHUN 2005 TAHUN 2006 Pendapatan dan penjualan 962.649.311,00 134.304.226,00 582.756.057,20 504.558.364,00 Harga pokok penjualan 816.637.417,00 62.979.644,00 485.620.000,00 407.740.000,00 Hasil usaha bruto 146.011.894,00 71.324.582,00 97.136.054,20 96.818.364,00 Beban usaha 254.049.111,00 68.837.461,00 89.654.160,00 141.889.717,00 Hasil usaha (108.037.217,00) 2.487.121,00 7.481.897.20 (45.071.353,00) Pendapatan lain-lain 112.250.000,00 6.593.943,00 775.000,00 127.446.335,00 Sisa hasil usaha 4.212.783,00 9.081.064,00 8.256.897,20 82.374.982,00 Sumber: Rapat anggota tahunan 2003 sampai dengan 2007 48 TAHUN 2007 326.968.005,00 128.100.100,00 198.867.905,00 237.953.884,00 (39.085.979,00) 47.629.071,00 8.543.092,00 49 Tabel 4.2 Neraca KUD SETYA BUDHI BREBES Periode 1 Januari 2003 sampai dengan 31 Desember 2007 KETERANGAN Aktiva Lancar Kas dan Bank Simpanan Jangka Pendek Piutang Anggota Piutang Bukan nggota Penyisihan Piutang tak Tertagih Piutang Lain-lain Persediaan Pend Yg Masih diterima Biaya dibayar di muka Jumlah TAHUN 2003 TAHUN 2004 TAHUN 2005 TAHUN 2006 TAHUN 2007 11.315.618,58 144.477.574,00 6.737.169.227,00 777.219.241,00 (7.233.904,00) 54.831.850,00 202.757.201,00 2.821.910,00 5.225.000,00 7.928.610.718,00 10.876.634,82 144.477.574,00 6.722.888.686,90 794.824.847,00 (7.233.904,00) 54.831.850,00 200.423.403,00 3.635.250,00 8.000.000,00 7.932.724.341,00 10.268.414,63 144.477.574,00 6.695.338.487,71 789.128.444,00 (7.233.904,00) 45.331.850,00 133.535.250,00 76.795.591,00 144.477.574,00 6.770.173.507,71 730.479.416,00 (19.826.034,40) 40.731.850,00 111.814.650,00 7.665.978,00 144.477.574,00 6.626.268.142,81 726.979.416,00 (19.826.034,40) 36.312.250,00 111.814.650,00 7.810.846.115,94 7.854.646.554,31 7.633.691.976,41 2.868.562,21 7.199.188,01 10.000.000,00 101.385.500,00 121.453.250,22 2.868.562,21 7.199.188,01 10.000.000,00 101.385.500,00 121.453.250,22 2.868.562,21 7.199.188,01 10.000.000,00 88.419.000,00 108.486.750,22 2.868.562,21 7.199.188,01 10.000.000,00 88.419.000,00 322.943.875,22 2.868.562,21 7.199.188,01 10.000.000,00 237.891.000,00 257.958750,22 70.850.150,00 443.392.646,00 51.421.850,00 209.478.100,00 144.132.314,00 (211.959.583,20) 707.315.476,80 32.590.000,00 388.376.129,00 51.421.850,00 106.615.100,00 144.132.314,00 (132.996.167,79) 590.139.225,00 32.590.000,00 388.376.129,00 51.421.850,00 106.615.100,00 144.132.314,00 (132.996.167,79) 590.139.225,00 16.390.000,00 322.197.864,00 43.811.650,00 96.751.300,00 137.793.564,00 (193.533.753,00) 423.410.625,00 16.390.000,00 322.197.864,00 43.811.650,00 96.751.300,00 137.793.564,00 (193.533.753,00) 423.410.625,00 Aktiva Lain-lain Aktiva Tetap Kewajiban Titipan 26.628.022,00 52.800.000,00 (52.000.000,00) 26.628.022,00 52.800.000,00 (52.000.000,00) 26.628.022,00 52.800.000,00 (52.000.000,00) 26.628.022,00 52.800.000,00 (52.000.000,00) 26.628.022,00 52.800.000,00 (52.000.000,00) TOTAL AKTIVA 8.784.007.467,00 8.670.944.939,82 8.536.100.113,37 8.647.455.088,33 8.341.689.373,63 Investasi Jangka Panjang Simpanan Pd Puskud Jateng Simpanan Pd INKUD Simpanan Pd Bukopin Penyertaan Lain-lain Jumlah Aktiva Tetap Tanah Bangunan Mesin Kendaraan Peralatan Akumulasi penyusutan aktv Ttp Jumlah 50 KETERANGAN Kewajiban Jangka Pendek Hutang Bank Hutang Bukan Anggota Dana-dana SHU Simpanan Anggota Hutang Dana Audit Biaya Msh Harus Dibayar Jumlah Kewajiban Jk panjang Hutang Bank Hutang Bukan Anggota Hutang Anggota Hutang Pasca Panen Jumlah Kekayaan bersih Simpanan Pokok Simpanan Wajib Cadangan SHU Tahun Berjalan Jumlah TOTAL KEWAJIBAN&MODAL TAHUN 2003 TAHUN 2004 TAHUN 2005 TAHUN 2006 TAHUN 2007 6.712.729.993,52 812.428.950,00 245.696.399,22 11.926.068,00 581.786,00 67.583.950,00 7.850.947.146,74 6.717.029.363,52 710.014.490,00 247.362.076,00 11.926.068,00 581.786,00 62.173.911,00 7.749.087.694,80 6.641.025.453,33 725.059.295,00 252,475.714,68 11.926.068,00 581.786,00 52.233.120,00 7.683.298.437,01 6.750.870.454,35 648.644.295,00 257,429.852,98 11.926.068,00 581.786,00 47.783.110,00 7.717.235.566,33 6.529.065.143,40 643.144.295,00 292.735.409,73 11.926.068,00 581.786,00 39.033.110,00 7.516.485.812,13 9.000.000,00 9.000.000,00 9.000.000,00 9.000.000,00 9.000.000,00 56.712.517,00 1.721.077,00 67.433.594,00 38.712.517,00 1.721.077,00 49.433.594,00 21.233.517,00 1.721.077,00 31.933.594,00 21.233.517,00 1.721.077,00 31.933.594,00 21.233.517,00 1.721.077,00 31.933.594,00 10.937.400,00 3.161.995,00 847.314.549,11 4.212.783,00 865.626.727,11 8.784.007.467,00 10.937.400,00 3.161.995,00 849.243.192,02 9.081.064,00 872.423.651,02 8.670.944.939,82 10.937.400,00 3.161.995,00 798.508.790,16 8.256.897,20 820.865.082,36 8.536.100.113,37 10.937.400,00 3.161.995,00 801.811.549,00 82.374.985,00 898.285.929,00 8.647.455.088,33 10.937.400,00 3.161.995,00 801.329.913,30 8.840.638,30 833.269.946,30 8.341.689.373,63 B. Rasio keuangan KUD Setya Budhi Sebagai salah satu usaha untuk mengetahui perkembangan posisi keuangan suatu perusahaan adalah dengan cara membandingkan angka-angka rasio periode yang lalu dengan dengan periode saat ini. Kemudian rasio-rasio tersebut dibandingkan untuk mengetahui perkembangan kinerja keuanganya dari mana pos-pos yang mempengaruinya. Analisa rasio keuangan yang merupakan teknik utama dalam pengukuran kinerja perusahaan. Analisa rasio ini terdiri atas: 1. Rasio Likuiditas. Rasio likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenui kewajiban jangka pendek pada saat ditagih, Apabila perusahaan mampu untuk memenui kewajiban keuangan jangka pendeknya maka perusahaan tersebut disebut likuid, Sebaliknya apabila perusahaan tidak dapat memenui kewajiban jangka pendeknya maka perusahaan tersebut disebut illikuid. Berikut ini adalah rumus rasio likuiditas yang biasa dipakai: a. Current Rasio Current rasio adalah rasio yang dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini dapat memberikan informasi tentang kemampuan aktiva lancar untuk menutup semua kewajiban lancar yang telah jatuh tempo dengan segera. Berdasarkan data laporan keuangan KUD Setya Budhi untuk periode tahun 2003 sampai dengan 2007 rasio likuiditas dapat dihitung: Aktiva lancar Current Rasio = ---------------------- X 100% Hutang Lancar 53 54 7,928,610,718.03 Current Rasio 2003 = ------------------------- X 100% 7,850,947,146.74 = 101 % Dengan cara yang sama didapat hasil current rasio sebagai berikut: Tabel 4.3 Perhitungan Current Rasio KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007 Tahun Aktiva Lancar Hutang Lancar Current Rasio Tahun 2003 7.928.610.718,03 7.850.947.146,74 101 % Tahun 2004 7.932.724.341.32 7.749.087.694,80 102 % Tahun 2005 7.810.896.115,94 7.683.298.437,01 102 % Tahun 2006 7.854.646.554,31 7.717.235.566,33 102 % Tahun 2007 7.633.691.976,41 7.516.485.812,13 102 % Sumber: data diolah penulis. Dari hasil perhitungan analisa rasio likuiditas di atas KUD Setya Budhi yang telah dihitung dari tahun 2003 sampai dengan 2007 dapat digambarkan perkembangan likuiditas sebagai berikut. Secara umum Likuiditas koperasi berdasarkan current rasio masih jauh dibawah rata-rata standar sebesar 200%. Secara berturut-turut rasio lancar koperasi pada tahun 2003 sebesar 101%, yang berarti Rp 101 Aktiva lancar untuk menjamin Rp100 hutang lancar. Pada tahun 2004 current rasio sebesar 102% hanya mengalami kenaikan 1% yang tidak terlalu signifikan dan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 current rasio tetap pada angka 102 %. 55 b. Quick Rasio/Rasio Cepat. Disamping rasio lancar penulis juga menggunakan rasio cepat/quick rasio untuk mempertajam analisis, quick rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan tidak memeperhitungkan persedian yang dianggap sebagai aktiva lancar yang tidak likuid. Hal ini disebabkan persedian biasanya membutuhkan waktu yang relatif lama untuk direalisasikan menjadi kas. Quick Rasio KUD Setya Budhi dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 dapat dihitung: Aktiva Lancar - persedian Quick rasio = ----------------------------------- X100% Hutang lancar 7.928.610.718,03 – 202.757.201,00 Quick rasio 2003 = -------------------------------------------- X 100% 7.850.947149,74 = 98 % Dengan cara perhitungan yang sama dapat dihitung Quick rasio/ Rasio cepat KUD Setya Budhi sebagai berikut hasil sebagai berikut: 56 Tabel 4.4 Perhitungan Quick rasio KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007 Tahun Aktiva lancar – persedian Hutang Lancar Quick Rasio 2003 7.725.853.517,03 7,850,947,147.74 98 % 2004 7.732.300.938,32 7,749,087,694.80 100 % 2005 7,677,310,865.94 7,683,298,437.01 100 % 2006 7,677,310,865.94 7,717,235,566.33 100 % 2007 7,521,877,326.00 7,516,485,812.13 100 % Sumber: data diolah Penulis. Quick Rasio ini mempunyai pedoman rata- rata standart sebesar 100% yang berarti setiap Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 1 aktiva tetap dikurangi persediaan. Pada analisa Quick rasio diatas didapatkan Perhitungan rasio cepat tahun 2003 sebesar 98 % masih dibawah rasio standar sebesar 100 %, Pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 Quick rasio meningkat menjadi 100 % yang artinya sama dengan ratarata industri. c. Kas Rasio Kas rasio merupakan perbandingan antara kas yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan total hutang lancar atau kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang jangka pendek dengan menggunakan perkiraan yang dapat dijadikan dengan uang dengan segera. Rasio kas ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Kas Kas rasio = ------------------- X 100 % Hutang lancar 57 11.315.618,53 Kas rasio 2003 = ------------------------- X 100 % 7.850.947.146,74 = 0,14 % Dengan menggunakan perhitungan diatas didapatkan perhitungan kas KUD Setya budhi Brebes adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Perhitungan Kas Rasio KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007 Tahun Kas Hutang lancar Kas Rasio 2003 11,315,618.53 7,850,947,147.74 0,14 % 2004 10,876,634.82 7,749,087,694.80 0,14 % 2005 10,268,414.63 7,683,298,437.01 0,13 % 2006 76,795,591.00 7,717,235,566.33 1% 2007 7,665,978.00 7,516,485,812.13 0,01 % Sumber: data diolah Penulis. Dari perhitungan analisa kas rasio KUD Setya Budhi didapatkan kas Rasio dari tahun tahun 2003 adalah 0,14% yang berarti kas sebesar Rp 0,0014 untuk menjamin Rp 1,00 pada tahun 2004 kas rasio sebesar 0.14 %. Rasio kas pada tahun 2005 adalah sebesar 0,13 % . Rasio kas tahun 2006 mengalami kenaikan menjadi 1 %. Kemudian tahu 2007 kembali menjadi 0,01 %. Hal ini dikarenakan perbandingan kas dengan hutang lancar yang cukup tinggi. 2. Rasio Solvabilitas Rasio Solvabilitas digunakan untuk melihat apakah perusahaan dapat memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjang. Solvabilitas 58 menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik kewajiban jangka panjang dan jangka pendek . Dengan menggunakan data laporan keuangan KUD Setya Budhi didapatkan rasio solvabilitas sebagai berikut: a Rasio Total Hutang atas Modal Dengan menggunakan rasio Total Hutang atas Modal sendiri dapat diketahui bagaimana kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Tingginya rendahnya rasio solvabilitas ini sangat dipengaruhi oleh naik turunya hutang dibanding dengan jumlah modal sendiri. Rasio total Hutang atas modal dapat dirumuskan sebagai berikut: Total Hutang Rasio Total Hutang atas Modal = ------------------- X 100% Modal 7.918.380.740,74 Rasio Total Hutang atas Modal 2003 = ------------------------ X100 % 865.626.727,11 = 915 % Dengan menggunakan perhitungan yang sama maka didapatkan hasil sebagai berikut: 59 Tabel 4.6 Perhitungan Rasio Hutang atas Modal KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007 Tahun Total Hutang Modal Rasio Hutang dng Modal 2003 7,918,380,740.74 865,626,727.11 915 % 2004 7,798,521,288.80 872,423,651.02 894 % 2005 7,715,235,031.01 820,865,082.36 940 % 2006 7,749,169,159.33 898,285,929.00 863 % 2007 7,749,169,159.33 833,269,946.30 901 % Sumber: data diolah Penulis. Dari analisa diatas diketahui rasio total hutang atas modal KUD Setya Budhi dari tahun 2003 Sebesar 915 % yang berarti Rp 915 total hutang dijamin oleh modal sebesar Rp 100. Pada tahun tahun 2004 rasio total hutang atas modal 894%. Tahun 2005 Rasio total hutang atas modal sebesar 940%. Pada tahun 2006 rasio hutang dengan modal sebesar mengalami penurunan menjadi 863 %. Dan pada tahun 2007 rasio hutang terhadap modal sebesar 901 %. b Rasio Total Hutang atas Aktiva Dengan membandingkan rasio Hutang dengan aktiva dapat diketahui berapa persen hutang yang dijamin dengan aktiva. Rasio hutang atas aktiva dapat dirumuskan sebagai berikut : Total Hutang Rasio Hutang atas Aktiva = ---------------------- X 100% Total Aktiva 60 7.918.380.740,74 Rasio Hutang atas Aktiva 2003 = -------------------------- X 100 % 8.784.007.467,85 = 90 % Dengan cara perhitungan yang sama akan didapatkan hasil sebagi berikut: Tabel 4.7 Perhitungan Rasio Hutang dengan total Aktiva KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007 Tahun Total Hutang Total Aktiva Rasio Total Hutang dng Total Aktiva 2003 7,918,380,740.74 8,784,007,467.85 90 % 2004 7,798,521,288.80 8,670,944,939.82 90 % 2005 7,715,235,031.01 8,536,100,113.37 90 % 2006 7,749,169,159.33 8,647,455,088.33 89 % 2007 7,508,419,427.33 8,341,689,373.63 90 % Sumber: data diolah Penulis. Dari tabel diatas didapatkan hasil analisa rasio total hutang atas total aktiva KUD Setya Budhi dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 adalah 90 %. Pada tahun 2006 rasio total hutang dengan aktiva sebesar 89 % kemudian pada tahun 2007 kembali pada angka rasio 90 % 3. Rasio Aktiva Tetap atas Hutang Jangka Panjang Dengan membandingkan aktiva tetap atas hutang jangka panjang akan didapatkan seberapa besar aktiva tetap untuk menjamin hutang jangka panjang atau rasio yang menunjukan tingkat keamanan jaminan kredit 61 jangka panjang dengan jaminan aktiva tetap. Rasio Aktiva tetap dengan hutang jangka panjang dapat dirumuskan sebagai berikut: Aktiva Tetap Rasio Aktiva tetap atas Hutang jangka panjang = --------------------------- X 100 % Hutang Jangka Panjang 707.315.476,80 Rasio Aktiva Tetap atas Hutang Jangka Panjang 2003= ----------------------X100% 67.433.594,00 = 1.100 % Dengan menggunakan cara perhitungan yang sama akan dapat hasil sebagai berikut: Tabel 4.8 Perhitungan Rasio Aktiva tetap dengan hutang jangka panjang KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007 Tahun Aktiva Tetap HutangJangkaPanjang 2003 707,315,476.80 67,433,594.00 Rasio Aktiva Tetap dng Hutang jangka panjang 1.100 % 2004 590,139,225.21 49,433,594.00 1.193 % 2005 590,139,225.21 31,933,594.00 1.848 % 2006 423,410,625.00 31,933,594.00 1.326 % 2007 423,410,625.00 31,933,594.00 1.326 % Sumber: data diolah Penulis. Dari tabel diatas didapatkan rasio aktiva tetap atas hutang jangka panjang KUD Setya Budhi tahun 2003 adalah 1.100 % atau yang berarti Rp 1.100,00 aktiva tetap untuk menjamin Rp100,00 hutang jangka panjang. Pada tahun 2004 rasio aktiva tetap atas hutang jangka 62 panjang mengalami kenaikan sebesar 93 % menjadi 1.193 %. Pada tahun 2005 rasio aktiva tetap atas hutang jangka panjang mengalami kenaika Sebesar 655 % menjadi 1.843 %. Pada tahun 2006 rasio aktiva tetap atas hutang jangka panjang mengalami penurunan sebesar 522% menjadi 1.326 % dan pada tahun 2007 rasio aktiva tetap atas hutang jangka panjang tetap pada 1.326 %. 3. Rentabilitas Rasio rentabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan (profit) dilihat dari sumber daya perusahaan yang digunakan. Rasio rentabilitas yang biasa digunakan adalah: a Rasio margin profit Rasio ini digunakan untuk mengukur berapa perbandingan laba yang diperoleh dari penjualan, semakin tinggi rasio ini berarti perusahaan semakin baik. Dalam hal ini perusahaan yang diteliti adalah koperasi laba biasa disebut sisa hasil usaha dirumuskan dengan: Sisa Hasil Usaha Rasio Margin Profit = ------------------------- X 100 % Penjualan 4,212,783.00 Rasio Margin Profit 2003 = ---------------------- X 100 % 962,649,311.00 = 0,04 % 63 Dengan menggunakan perhitungan diatas akan dihasilkan perhitungan sebagai berikut: Tabel 4.9 Perhitungan Rasio Profit Margin KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007 Tahun SisaHasil Usaha Penjualan dan pendapatan Rasio Profit Margin 2003 4,212,783.00 962,649,311.00 0.04 % 2004 9,081,064.00 134,304,226.00 6,7 % 2005 8,256,897.00 582,756,057.20 1,5 % 2006 82,374,982.00 504,558,364.00 16,3 % 2007 8,543,092.00 326,968,005.00 2,6 % Sumber: data diolah Penulis. Dari perhitungan diatas didapatkan rasio profit margin KUD Setya Budhi tahun 2003 sebesar 0,04 % merupakan rasio profit margin yang paling kecil selama 5 tahun terakhir. Pada tahun 2004 profit margin rasio mengalami kenaikan menjadi 6,7 % hal ini dikarenakan adanya kenaikan laba sebesar Rp 4.868.281,00. tetapi penjualan dan pendapatan mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar Rp 828.345.085,00. Pada tahun 2005 rasio profit margin mengalami penurunan menjadi 1,5 % hal ini dikarenakan penurunan sisa hasil usaha sebesar Rp 824.167,00 dan kenaikan penjualan dan pendapatan sebesar Rp 448.451.831,00. Pada tahun 2006 merupakan rasio profit margin yang paling tinggi sebesar 16,3 % hal ini dikarenakan sisa hasil usaha mencapai titik 64 yang paling pendapatan tinggi dan sebesar penjualan Rp pada 82.374.982,00 tahun itu sedangkan sebesar Rp 504.558.364,00. Pada tahun 2007 rasio profit margin sebesar 2,6 % hal dikarenakan sisa hasil usaha menggalami penurunan menjadi Rp 8.543.092,00 sedangkan pendapatan dan penjualan menggalami penurunan menjadi Rp 326.968.005,00. b Rasio Total Asset Turn over Adalah rasio yang digunakan untuk beberapa kali perputaran penjualan yang diukur dengan aktiva, Rasio asset turn over KUD Setya Budhi dapat dirumuskan sebagai berikut: Penjualan dan pendapatan Rasio Asset turn Over = -----------------------------------Total Aktiva 962.649.311,00 Rasio Asset Turn Over 2003 = -----------------------8.784.007.467,85 = 0,11 Dengan menggunakan cara perhitungan didapatkan hasil sebagai berikut: yang sama akan 65 Tahun Tabel 4.10 Perhitungan Rasio Asset Turn Over KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007 Penjualan Dan Pendapatan Total Aktiva Asset Turn Over 2003 962,649,311.00 8,784,007,467.85 0.11 2004 134,304,226.00 8,670,944,939.82 0.01 2005 582,756,057.20 8,536,100,113.37 0,07 2006 504,558,364.00 8,647,455,088.33 0,05 2007 326,968,005.00 8,341,689,373.6 0,03 Sumber: data diolah Penulis. Rasio Asset Turn Over KUD Setya Budhi pada tahun 2003 sebesar 0,11 kali. Kemudian pada tahun 2004 Rasio Asset Turn Over mengalami penurunan menjadi 0,01 kali hal ini dikarenakan adanyan penurunan penjualan dan pendapatan yang cukup signifikan sebesar Rp 828.345.085,00 dan total aktiva mengalami penurunan sebesar Rp Rp 113.062.528,08. Pada tahun 2005 rasio Asset turn over menggalami kenaikan yang cukup tinggi dari 0,01 kali menjadi 0,07 kali ini dikarenakan adanya kenaikan penjualan dan pendapatan yang cukup tinggi. sebesar Rp 448.451.831,20 dan total aktiva mengalami penurunan sebesar Rp 134.844.826,45. Pada tahun 2006 Rasio asset turn over mengalami penurunan menjadi 0,05 kali karena penjualan dan pendapatan mengalami penurunan sebesar Rp 78.179.693,20 tetapi total aktiva mengalami kenaikan sebesar Rp 111.354.974,96 dan pada tahun 2007 rasio asset turn over menurun menjadi 0,03 kali disebabkan oleh 66 penurunan penjualan dan pendapatan sebesar Rp 177.590.359,00 dan nilai total aktiva mengalami penurunan sebesar Rp305.765.714,73. c Rasio Return On Invesment Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian modal pemilik perusahaan dengan membandingkan antara laba perusahaan dengan modal, rasio ini dapat dirumuskan sebagi berikut: Sisa Hasil Usaha Rasio return on Invesment = -----------------------Rata-Rata Modal Rata-rata modal didapatkan dengan cara: Modal awal 2003 + Modal akhir 2003 Rata-rata modal 2003 = ------------------------------------------------2 883.533.979,35 + 865.626.727,11 Rata-rata modal 2003 = --------------------------------------------2 = 874.580.535,23 4.122.783,00 Rasio Return on Invesment 2003 = --------------------849.580.535,23 = 0,005 kali Dengan melihat laproran keuangan dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2007 akan didapatkan rata-rata modal sebagai berikut: 67 Tabel 4.11 Perhitungan Rata-rata modal KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007 Tahun Modal awal tahun Modal akhir tahun Rata-rata modal 2003 883.533.979,35 865,626,727.11 874.580.535.23 2004 865,626,727.11 872,423,651.02 869.025.189.06 2005 872,423,651.02 820,865,082.36 864.644.366,69 2006 820,865,082.36 898,285,929.00 859.575.505,68 2007 898,285,929.00 833,269,946.30 865.777.973,65 Sumber: data diolah Penulis. Dengan menggunakan perhitungan yang sama akan didapatkan perhitungan rasio return on invesment: Tabel 4.12 Perhitungan Rasio Return On Invesment KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007 Tahun Sisa hasil Usaha Rata-Rata Modal Return On Invesment 2003 4,212,783.00 874.580.535.23 0,005 2004 9,081,064.00 869.025.189.06 0,01 2005 8,256,897.00 864.644.366,69 0,009 2006 82,374,982.00 859.575.505,68 0,9 2007 8,543,092.00 865.777.973,65 0,009 Sumber: data diolah Penulis Rasio return on invesment KUD Setya Budhi pada tahun 2003 Adalah 0,005 kali yang berarti dalam tingkat mengembalikan investasi dalam modal KUD Setya Budhi hanya 0,005 bagian dari 68 modal. Pada tahun tahun 2004 return on invesment sebesar 0,01 kali yang disebabkan oleh kenaikan sisa hasil usaha sebear Rp 4.868.281,00 atau sebesar 115 %. Pada tahun 2005 rasio ini mengalami penurunan menjadi 0,009 kali. Pada tahun 2006 return on invesment mengalami kenaikan yang cukup tinggi sebesar 0,9 kali yang dikarenakan peningkatan sisa hasil usaha sebesar Rp74.118.085,00 atau 897 % Dan pada tahun 2007 return on invesment kembali turun menjadi 0,009 kali. 4. Rasio Aktivitas Rasio ini digunakan untuk mengukur aktivitas perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya baik dilihat dalam hal penjualan, pembelian dan aktivitas lainnya. Rasio Aktivitas yang biasa digunakan antara lain: a. Rasio fixed Asset turn over Rasio ini menunjukan berapa kali nilai aktiva tetap berputar bila diukur dari volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik artinya kemampuan aktiva tetap menciptakan penjualan tinggi. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Penjualan Rasio Fixed Asset Turn Over = -----------------Aktiva Tetap 962.649.311,00 Rasio Fixed asset turn over 2003 = ---------------------707.315.476,80 = 1,3 Dengan cara perhitungan yang sama akan didapatkan hasil sebagai berikut: 69 Tahun Tabel 4.13 Perhitungan Rasio Fixed asset turn Over KUD Setya Budhi 2003 –sampai dengan 2007 Penjualan dan pendapatan Aktiva Tetap Rasio Fixed Asset Turn Over 2003 962,649,311.00 707,315,476.80 1,3 2004 134,304,226.00 590,139,225.21 0,22 2005 582,756,057.20 590,139,225.21 0,98 2006 504,558,364.00 423,410,625.00 1,19 2007 326,968,005.00 423,410,625.00 0,77 Sumber: data diolah Penulis. Rasio fixed asset turn over KUD Setya Budhi tahun 2003 sebesar 1,3 kali. Pada tahun 2004 rasio fixed asset turn over turun menjadi 0,22 kali hal ini dikarenakan penjualan dan pendapatan mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar Rp 828.345.085,00 dan aktiva tetap mengalami penurunan sebesar Rp 117.176.251,00. Pada tahun 2005 fixed asset turn over meningkat menjadi 0,98 kali karena pendapatan dan penjualan mengalami peningkatan sebesar Rp 448.451.831,20 dan aktiva tidak mengalami perubahan nilai. Pada tahun 2006 juga meningkat menjadi 1,19 kali dikarenakan penjualan dan pendapatan mengalami penurunan sebesar Rp 78.197.693,20 Dan Aktiva tetap mengalami penurunan juga sebesar Rp 116.728.600,21 pada tahun 2007 rasio fixed asset turn over turun menjadi 0,77 kali karena pendapatan dan penjualan mengalami penurunan sebesar Rp 177.590.359,00 sedangkan nilai aktiva tetap tidak mengalami perubahan. 70 b. Rasio Inventory Turn over Rasio ini mengambarkan seberapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksi normal, Semakin cepat perputaran rasio inventory turn over berarti rasio ini dianggap baik. Rasio inventory turn over dapat dirumuskan sebagai berikut: Harga Pokok Penjualan Rasio Inventory Turn Over = ----------------------------------Rata – Rata Persediaan Sedangkan rata – rata persedian dirumuskan sebagai berikut: Persedian awal + Persedian Akhir Rata – Rata Persedian = ------------------------------------------2 Persediaan awal 2003 + Persediaan akhir 2003 Rata – Rata Persediaan 2003 = ---------------------------------------------------------2 415.671.041,00 + 202.757.201,00 = ------------------------------------------2 = 309.214.121,00 816.637.417,00 Rasio Inventory Turn Over 2003 = -------------------309.214.121,00 = 2,64 Dengan mengunakan cara perhitungan yang sama akan didapatkan rasio inventory turn over sebagai berikur: 71 Tahun Tabel 4.14 Perhitungan rata-rata persediaan KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007 Persedian awal Persedian akhir Rata-rata persediaan 2003 415.671.041,00 202.757.201,00 309.214.121,00 2004 202.757.201,00 200.423.403,00 201.590.302,00 2005 200.423.403,00 133.535.250,00 166.979.327,50 2006 133.535.250,00 111.814.650,00 122.674.950,00 2007 111.814.650,00 111.814.650,00 111.814.650,00 Sumber: data diolah Penulis. Perhitungan Rasio Inventory Turn Over: Tabel 4.15 Perhitungan Rasio Inventory Turn Over KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007 Tahun Harga pokok penjualan Rata-rata persediaan Inventory turn over 2003 816.637.417,00 309.214.121,00 2,65 2004 62.979.644,00 201.590.302,00 0,31 2005 485.620.000,00 166.979.327,50 2,90 2006 407.740.000,00 122.674.950,00 3,32 2007 128.100.100,00 111.814.650,00 1,14 Sumber: data diolah Penulis. Rasio inventory turn over KUD Setya Budhi pada tahun 2003 adalah 2,65 kali. Pada tahun 2004 rasio inventory turn over mengalami penurunan menjadi 0,31 kali hal ini dikarenakan adanya penurunan harga pokok penjualan yang cukup signifikan dari Rp 816.637.417,00 menjadi Rp 62.979.644,00 atau 72 92,2 % dan juga penurunan rata- rata persedian dari Rp 309.214.121,00 menjadi Rp 201.590.302,00 atau sebesar 34,8 %. Pada tahun 2005 rasio inventory turn over mengalami kenaikan menjadi sebesar 2,90 kali karena kenaikan harga pokok penjualan sebesar Rp 422.640.356,00 atau 671 % tetapi rata-rata persedian mengalami penurunan sebesar sebesar Rp 34.610.974,50 atau sebesar 17,1 %. Pada tahun 2006 rasio inventory turn over mengalami peningkatan menjadi 3,32 kali karena harga pokok penjualan mengalami penurunan sebesar Rp 77.880.000,00 tetapi rata-rata persediaan juga mengalami penurunan sebesar Rp 44.304.377,00 dan pada tahun 2007 rasio inventory turn over KUD Setya Budhi mengalami penurunan menjadi menjadi 1,14 kali. 5. Rasio pertumbuhan Rasio pertumbuhan adalah rasio untuk memonitoring pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun – ketahun. Rasio yang digunakan adalah: a. Rasio kenaikan penjualan. Rasio kenaikan penjualan adalah rasio yang digunakan untuk menilai prestasi kenaikan penjualan dari tahun ketahun. Rasio kenaikan penjualan dapat dirumuskan: Penjualan Tahun Ini– PenjualanTahun Lalu Rasio Kenaikan Penjualan = ---------------------------------------------------Penjualan Tahun Lalu 962,649,311.00 - 3.708.233.101,00 Rasio Kenaikan Penjualan 2003 = -------------------------------------------962,649,311.00 Rasio Kenaikan Penjualan 2003 = (2,85) 73 Tabel 4.16 Perhitungan kenaikan penjualan KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007 Tahun Penjualan Tahun Ini Penjualana Tahun Lalu Rasio Kenaikan penjualan 2003 962,649,311.00 3.708.233.101,00 (2,85) 2004 134,304,226.00 962,649,311.00 (6,16) 2005 582,756,057.20 134,304,226.00 0,76 2006 504,558,364.00 582,756,057.20 (0,15) 2007 326,968,005.00 504,558,364.00 0.54 Sumber: data diolah Penulis. Rasio kenaikan penjualan KUD Setya Budhi pada tahun 2003 mengalami penurunan penjualan yang cukup besar dari tahun lalu yang cukup besar dari tahun lalu sebesar 2,85 atau 285 % dari tahun lalu. Pada tahun 2004 rasio kenaikan penjualan juga mengalami penurunan sebesar 6,16 atau 616 % dari tahun sebelumnya. Baru pada tahun 2005 rasio kenaikan penjualan mengalami kenaikan sebesar 0,76 atau 76 %. Tetapi pada tahun 2006 mengalami penurunan penjualan sebesar 0,15 atau 15 %. Dan pada tahun 2007 mengalami kenaikan penjualan sebesar sebesar 0,54 atau 54 %. b. Rasio kenaikan laba bersih Rasio kenaikan laba perusahaan adalah rasio yang digunakan menunjukan laba perusahaan dari tahun-ketahun. Dalam hal ini laba koperasi yang dikenal dengan sisa hasil usaha. Rasio kenaikan sisa hasil usaha biasa di rumuskan sebagai berikut: 74 SHU Tahun ini – SHU Tahun Lalu Rasio Kenaikan SHU = ------------------------------------------------SHU Tahun Lalu 4.212.783,00 - 36.120.035,20 Rasio Kenaikan SHU 2003 = --------------------------------------4.212.783,00 Rasio Kenaikan SHU 2003 = ( 7,57 ) Dengan mengunakan cara perhitungan yang sama akan didapatkan hasil: Tabel 4.17 Perhitungan Rasio Kenaikan Sisa Hasil Usaha KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007 Tahun SHU Tahun Ini SHU Tahun Lalu Rasio Kenaikan laba (SHU) 2003 4,212,783.00 36.120.035,00 (7,57) 2004 9,081,064.00 4,212,783.00 0,53 2005 8,256,897.00 9,081,064.00 (0,09) 2006 82,374,982.00 8,256,897.00 8,99 2007 8,543,092.00 82,374,982.00 (0,89) Sumber: data diolah Penulis Rasio kenaikan laba KUD Setya Budhi pada tahun 2003 mengalami penurunan sebesar 7,57 atau penurunan 757 % dibandingan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2004 SHU mengalami peningkatan sebesar 53 % dari tahun lalu. Pada tahun 2005 mengalami penurunan sebesar 0,09 atau 9 %. Pada tahun 2006 Mengalami kenaikan sebesar 8,99 atau 899 %. Pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 0,89 atau 89 %. 75 6. Rasio Produktifitas Rasio Produktifitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai produkfitas unit–unit usaha. Rasio produktifitas perusahaan yang biasa digunakan adalah: a.Rasio Laba bersih Atas jumlah karyawan Rasio ini mengambarkan berapa laba bersih yang dihasilkan oleh KUD Setya Budhi setiap satu orang karyawan. Rasio laba bersih terhadap karyawan dalam hal ini karyawan tetap yang diperhitungan dalam rasio laba bersih atas jumlah karyawan dapat dirumuskan: SHU Rasio Laba Bersih Atas Karyawan = -----------------------Jumlah Karyawan 4,212,783.00 Rasio Laba bersih Atas Karyawan 2003 = -------------------22 = 191.490,14 Dengan cara perhitungan yang sama Rasio laba bersih atas karyawan dari tahun 2003 sampai dengan 2007 akan dihasilkan: 76 Tabel 4.18 Perhitungan Rasio Laba atas karyawan KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007 Tahun Sisa Hasil Usaha Jumlah Karyawan Rasio Laba Atas Karyawan 2003 4,212,783.00 22 191.490,14 2004 9,081,064.00 22 412.775,64 2005 8,256,897.00 19 434.573,52 2006 82,374,982.00 17 4.845.587,17 2007 8,543,092.00 15 569.539,47 Sumber: data diolah Penulis. Rasio Karyawan terhadap sisa hasil usaha KUD Setya Budhi pada Tahun 2003 adalah Rp 191.490,14 yang berarti setiap 1 orang karyawan tetap KUD Setya Budhi mampu menghasilkan Rp 191.490,14. Pada tahun 2004 mengalami kenaikan kenaikan menjadi Rp 412.775,64 per karyawan dikarenakan kenaikan sisa hasil usaha sebesar 115 %. pada tahun 2005 mengalami kenaikan menjadi Rp 434.573,52 per karyawan. pada tahun 2006 rasio kenaikan laba terhadap karyawan mengalami kenaikan yang cukup signifikan menjadi Rp 4.845.587,17 per karyawan hal ini dikarenakan kenaikan sisa hasil usaha sebesar Rp 74.118.085,00 atau 897 %. Pada tahun 2007 rasio kenaikan laba terhadap karyawan mengalami penurunan menjadi Rp569.539,47 per karyawan hal ini disebabkan oleh penurunan sisa hasil usaha sebesar Rp 73.831.890,00 atau 89 % dan penurunan jumlah karyawan 2 orang. 77 b. Rasio penjualan dan pendapatan atas karyawan Rasio ini membandingkan jumlah penjualan dan pendapatan yang dihasilkan terhadap karyawan Rasio ini dapat dirumuskan: Penjualan dan Pendapatan Rasio Penjualan Atas Karyawan = ----------------------------------Jumlah Karyawan 962.649.311,00 Rasio Penjualan Atas karyawan 2003 = ---------------------22 = 42. 756.786,86 Tabel 4.19 Perhitungan Rasio Penjualan atas karyawan KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007 Tahun Pendapatan Dan Penjualan Jumlah Karyawan Rasio Penjualan Atas Karyawan 2003 962,649,311.00 22 43.756.786,86 2004 134,304,226.00 22 6.104.737,54 2005 582,756,057.20 19 30.671.371,43 2006 504,558,364.00 17 29.679.903,76 2007 326,968,005.00 15 21.797.867,00 Sumber: data diolah Penulis. Rasio Penjualan terhadap karyawan KUD Setya Budhi pada tahun 2003 sebesar Rp 43.756.786,86 yang berarti setiap satu karyawan mampu mengahasilakan penjualan dan pendapatan sebesar Rp 43.756.786,86 per karyawan. pada tahun 2004 rasio penjualan dan pendapatan mengalami penurunan sebesar Rp 6.140.737,54 per karyawan. Pada tahun 2005 mengalami kenaikan yang cukup tajam sebesar Rp 24.566.633,46 atau 78 4.02% rasio karyawan atas penjualan dan pendapatan sebesar Rp 30.671.371,00 per karyawan Pada tahun 2006 rasio penjualan terhadap karyawan menurun menjadi Rp 29.679.903,76 per karyawan. Pada tahun 2007 rasio penjualan kembali turun menjadi Rp 21.797.867,00 per karyawan. c. Rasio Laba atas cabang. Rasio ini mengambarkan rata-rata laba yang diperoleh setiap cabang atau unit usaha. Rasio laba terhadab cabang/ unit usaha dapat dirumuskan: Sisa Hasil Usaha Rasio Laba Atas Cabang/Unit Usaha = ----------------------Jumlah Unit Usaha 4.212.783,00 Rasio Laba atas Cabang 2003 = --------------------9 = 468.087,00 Tabel 4.20 Perhitungan Rasio Laba Atas Cabang KUD Setya Budhi 2003 sampai dengan 2007 Tahun Sisa Hasil Usaha Jumlah Unit Usaha Rasio Laba Terhadap Cabang 2003 4,212,783.00 9 468.087,00/Unit 2004 9,081,064.00 9 1.009.007,11/Unit 2005 8,256,897.00 9 917.433,00 /Unit 2006 82,374,982.00 9 9.152.775,77/Unit 2007 8,543,092.00 8 1.067.886,50/Unit Sumber: data diolah Penulis. 79 Rasio Cabang atas rasio laba KUD Setya Budhi pada tahun 2003 adalah Rp 468.087,00/Unit Yang berarti setiap satu cabang/unit usaha KUD Setya Budhi menghasilkan sisa hasil usaha sebesar Rp 468.087,00/Unit. Pada Tahun 2004 rasio laba atas cabang meningkat menjadi Rp 1.009.007,11/Unit Dikarenakan adanya kenaikan sisa hasil usaha sebesar 53 %. Pada tahun 2005 rasio kenaikan laba atas unit usaha mengalami penurunan menjadi Rp 917.433,00/Unit. Tahun 2006 merupakan angka rasio yang paling tinggi sebesar Rp 9.152.775,00/Unit. Dan pada tahun 2007 turun menjadi Rp 1.067.886,50/unit. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan atas perhitungan analisa rasio pada bab IV sebelumnya, diketahui kondisi kinerja keuangan KUD Setya Budhi sebagai berikut: 1. Kinerja keuangan berdasarkan analisa rasio likuiditas Kesimpulan secara umum kinerja keuanga KUD Setya Budhi berdasarkan analisa rasio likuiditas masih dibawah standar rata-rata dan dikatakan illikuid, terutama berdasarkan current rasio karena perbandingan aktiva lancar dan hutang lancar kurang dari standar rata-rata 200 %. Perkembangan keuangan KUD Setya Budhi tahun 2003 sampai 2007 berdasarkan Quick rasio dapat dikatakan statis karana berarda pada angka rasio 100 % bahkan pada tahun 2003 quick rasio sebesar 98 % berada di bawah standar rasio quick rasio sebesar 100 %. Perkembangan keuangan berdasarkan kas rasio mengalami banyak dinamika karena kas adalah pos dalam laporan keuangan yang paling banyak mengalami perubahan karena sifatnya yang paling likuid. 2. Kinerja keuangan berdasarkan analisa rasio solvabilitas Secara umum kinerja keuangan KUD Setya Budhi berdasarkan analisa rasio solvabilitas mengunakan rasio total hutang atas modal bergerak naik tetapi tidak menunjukan perbaikan karena rasio total hutang atas modal masih menunjukan angka yang masih tinggi masih dan dalam keadaan solvabel karena menunjukan 80 81 perbandingan hutang dan modal yang cukup tinggi. Rasio total hutang atas aktiva masih berarada pada angka rasio 90 % kecuali pada tahun 2006 angka rasio 86 %. Rasio Aktiva tetap atas hutang jangka panjang KUD Setya Budhi menunjukan kinerja yang menurun hal ini karena angka rasio menunjukan penurunan dari tahun ketahun dan mencerminkan bahwa hutang KUD Setya Budhi mengunakan hutang jangka pendek. 3. Kinerja keuangan berdasarkan analisa rentabilitas Kinerja keuangan KUD Setya Budhi berdasarkan analisa rasio profit margin menunjukan tingkat rentabilitas yang menunjukan kinerja yang meningkat dari tahun 2003 sampai 2004, mengalami penurunan pada tahun 2005, meningkat cukup pesat pada tahun 2006 dikarenakan sisa hasil usaha yang naik cukup tinggi yang berasal dari pos pendapatan lain-lain dan tahun 2007 kembali mengalami penurunan. Kinerja keuangan berdasarkan analisa rasio asset turn over mengalami perputaran yang naik turun hal ini disebabkan pengaruh sisa hasil usaha yang mengalami fluktuasi. Rasio return on investment mengalami kinerja yang naik turun seperti pada analisa rasio diatas yang disebabkan oleh kenerja sisa hasil usaha yang cukup fluktuatif. 4. Kinerja keuangan berdasarakan analisa rasio aktivitas Kinerja keuangan berdasarkan analisa aktivitas dengan menggunakan rasio fixed asset turn over menunjukan kecenderungan naik turun dari tahun 2003 menurun pada tahun 2004 kemudian meningkat kembali pada tahun 2005 kemudian naik kembali pada tahun 2006 kemudian menurun kembali pada tahun 82 2007. kinerja keuangan berdasarkan rasio return on investment menunjukan kinerja yang fluktuatif. 5. kinerja keuangan berdasarkan analisa rasio pertumbuhan Rasio kenaikan penjualan KUD Setya Budhi mengalami kecendrungan penurunan penjualanya walaupun pada tahun 2005 dan 2007 hanya pada tahun 2005 mengalami kenaikan tetepi kenaikan rasionya cukup kecil dari pada rasio penurunanya. Rasio kenaikan laba ( sisa hasil usaha ) Rasio kenaikan sisa hasil usaha KUD Setya Budhi menunjukan kinerja yang fluktuatif tahun 2004 mengalami kenaikan 0,53 dan pada tahun 2006 ada kenaikan laba yang tinggi tetapi pada tahun 2007 kembali mengalami penurunan. 6. Kinerja keuangan berdasarkan analisa rasio Produktifitas Kinerja keuangan berdasarkan rasio laba atas jumlah karyawan menunjukan kinerja yang terus meningkat dari tahun-ketahun. Rasio Pendapatan dan penjualan atas jumlah karyawan menunjukan penurunan terutama terjdi pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 mengalami peningkatan tetapi pada tahun berikutnya mengalami penurunan. Rasio laba atas cabang dari tahun ketahun mengalami peningkatan terutama pada tahun 2006 mengalami kenaikan yang cukup tinggi tetapi pada tahun 2007 menunjukan kinerja yang menurun kembali. B. Saran – saran Dilihat dari analisa rasio likuiditas KUD Setya Budhi masih dibawah ratarata standar industri dan dikatakan keadaan keuangan koperasi dalam illikwid dan segera rasio keuangan ditingkatakan rasio likuiditas KUD Setya Budhi terutama rasio 83 current rasio yang masih dibawah standart rata-rata dan quick rasio yang masih dalam batas minimum standar rasio dan mengenai kas rasio pihak menajemen menentukan jumlah pos kas yang dianggap paling aman sesuai dengan kebutuhan keuangan koperasi. Rasio solvabilitas KUD Setya Budhi menunjukan bahwa hutang koprasi masih menunjukan bahwa hutang masih dalam bentuk jangka pendek dan rasio perbandinganya cukup tinggi. Manajemen harus segera menurunkan ratio solvabilitas. Dan untuk pendanaan selanjutnya diusahakan dalam hutang jangka panjang. Rasio rentabilitas dan rasio aktivitas KUD Setya Budhi perlu segera ditingkatakan karena rasio ini menunjukan kemumpuan perusahaan dalam mencari laba walaupun telah menunjukan peningkatan. Dan rasio turn over ditingkatkan agar lebih cepat. Untuk rasio pertumbuhan dan produktifitas diusahakan untuk pada tingkat rasio yang stabil menunjukan peningkatan. DAFTAR PUSTAKA Bambang Riyanto. 1995, Dasar-dasar pembelanjaan, Penerbit Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada, Yogyakarta. Departemen Koperasi dan PKK, 1996, Undang-undang Republik Indonesia No 25 Tentang Perkoperasian, Penerbit PT Jurnalindo Aksara grafika, Jakarta. Hendrojigi. 2004, Koperasi: Asas-asas, Teori dan Praktik, Penerbit PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia. 2007, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit, PT Salemba Empat, Jakarta. Juningan, 2006, Analisa Laporan Keuangan, Penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta. Munawir S. 2004. Analisa Laporan Keuangan, Penerbit Liberti, Yogyakarta. Nanik Widiawati, 1994, Manajemen Koperasi, PT Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Sofyan Syafrin Harahap.2007.Analisa Kritis atas Laoran Keuangan, Penerbit PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta. Zaki Baridwan. 2004, Intermediate Accounting, Penerbit BPFE, Yogyakarta. BIODATA PENULIS Nama : Hardiyanto Pujosasongko Tempat dan tanggal lahir : Tegal, 9 Desember 1978 Jenis kelamin : Pria Fakultas : Ekonomi Jurusan : Akuntansi NIM : 43206110269 Alamat :Jl Kavling DKI meruya selatan no:3 Kembangan Jakarta barat Pendidikan: 1. Sekolah Dasar di SD Negeri Penggabean II Losari, Brebes, Jawa Tengah. 2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri I Losari, Brebes,Jawa Tengah. 3. Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri II Brebes,Jawa Tengah. 4. Diploma III Jurusan Manajemen Keuangan di Akademi Keuangan Dan Akuntansi Wika Jasa, Semarang, Jawa Tengah. 5. Strara I Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi di Universitas Mercu Buana, Jakarta. Jakarta, 26 Agustus 2008 Hardiyanto Pujosasongko